BAB I PENDAHULUAN. Conditional Cash Transfer (CCT) adalah program bantuan tunai yang ditujukan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Conditional Cash Transfer (CCT) adalah program bantuan tunai yang ditujukan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program bantuan tunai bersyarat atau yang dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfer (CCT) adalah program bantuan tunai yang ditujukan bagi rumah tangga miskin, dengan mensyaratkan rumah tangga tersebut melakukan investasi jangka panjang pada Sumber Daya Manusia (SDM) bagi anak-anaknya seperti peningkatan pendidikan, kesehatan, dan perbaikan gizi. Program ini tercatat sebagai komponen penting pada sistem perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan di banyak negara khususnya negara-negara berkembang (World Bank, 2009). Program CCT pertama kali diterapkan di Meksiko pada tahun 1997 dengan nama Programa de Education, Salud y Alimentacion (PROGRESA). Saat ini CCT telah banyak diadopsi di berbagai negara. Tahun 2014, tidak kurang dari 70 negara sudah menerapkannya diantaranya negara di Amerika Latin, Karabia, Asia, dan Afrika. CCT juga telah merebak ke negara maju seperti Amerika Serikat yang mengimplementasikan program ini di New York dan Washington, DC pada tahun 2007 (World Bank, 2009). Banyaknya negara yang mengadopsi program CCT dikarenakan dari fakta empiris akan keberhasilan program ini. CCT terbukti berhasil mengurangi angka kemiskinan dan mendorong orang tua melakukan investasi kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Progam ini juga menyokong pemenuhan targettarget indikator tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals, 1

2 MDGs 2015) dan sekarang dengan Sustainable Development Goals (SDGs 2030) seperti pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pencapaian pendidikan dasar, kesetaraan gender, kehidupan yang sehat, dan pengurangan angka kematian bayi dan balita serta pengurangan kematian ibu karena melahirkan (World Bank, 2009). Pemerintah Indonesia juga turut menaruh perhatian pada program CCT. Pada tahun 2007, pemerintah menguji coba program ini yang diberi nama Program Keluarga Harapan (PKH). Uji coba PKH dilakukan di 7 provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat) dengan target peserta rumah tangga dan anggaran belanja yang dikeluarkan sebesar 508 juta rupiah. Ketujuh provinsi tersebut dipilih berdasarkan kesiapan dari pemerintah provinsi yang disampaikan ketika Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Program ini diharapkan pada tahun 2015 sebarannya sudah diimplementasikan di seluruh provinsi di Indonesia (Kemensos RI, 2007). Dari tahun ke tahun, pemerintah selalu menambah target penerima PKH. Sejak tahun 2014, sasaran penerima PKH sudah menyebar ke semua provinsi di Indonesia dengan jumlah penerima bantuan sebanyak 2,8 juta keluarga miskin yang tersebar di 433 Kabupaten/Kota di kecamatan. Data terakhir yang di dapat pada tahun 2016, pemerintah menargetkan jumlah penerima meningkat mencapai 6 juta keluarga miskin (kemsos.go.id). 2

3 Dari sisi besaran anggaran yang dikeluarkan dan realisasi rumah tangga penerima PKH, terlihat adanya tren peningkatan dari tahun 2007 sampai tahun Berikut data besaran alokasi pemerintah Indonesia untuk anggaran dan realisasi peserta PKH dari tahun Sumber: Kementerian Sosial (2015) dan Bappenas (2015) dalam kemsos.go.id. Untuk tahun 2016 berbasis dokumen perencanaan anggaran negara yang sudah dibahas bersama oleh Kementerian Keuangan, Bappenas dan Kementerian Sosial pada November Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Implementasi PKH di Indonesia ( ) Sejak tahun 2012, sasaran penerima manfaat PKH diperbaiki, data awal untuk peserta PKH diambil dari Basis Data Terpadu hasil PPLS 2011 yang dikelola oleh TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan). Sasaran PKH yang sebelumnya berbasis rumah tangga, terhitung sejak saat itu diperbaiki menjadi berbasis keluarga. Perbaikan ini dilakukan untuk menerapkan prinsip bahwa keluarga adalah satu orang tua bertanggung jawab terhadap pendidikan, kesehatan, kesejahteraan dan masa depan anak (tnp2k.go.id). 3

4 Berdasarkan Kemensos RI (2007), PKH diberikan kepada keluarga sangat miskin yang memenuhi sedikitnya satu kriteria kepesertaan program berikut. 1. Memiliki ibu hamil/nifas/anak balita. 2. Memiliki anak usia 5 7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (anak pra sekolah). 3. Anak usia SD/MI/Paket A/SDLB (usia 7 12 tahun). 4. Anak SLTP/MTs/Paket B/SMLB (usia tahun). 5. Anak usia tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar termasuk anak dengan disabilitas. Seluruh keluarga di dalam suatu rumah tangga berhak menerima bantuan tunai apabila memenuhi kriteria kepesertaan program dan memenuhi kewajibannya. Adapun kewajiban yang harus dilakukan peserta PKH adalah: 1. komponen kesehatan mensyaratkan pesertanya menggunakan layanan prenatal, proses kelahiran harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, layanan postnatal serta mengimunisasikan anak dan memantau tumbuh kembang anak secara rutin; 2. komponen pendidikan mensyaratkan anak-anak peserta PKH wajib terdaftar dan hadir di sekolah minimal 85 persen dari jumlah hari sekolah yang berlaku. Penetapan persyaratan ini diharapkan akan membawa perubahan perilaku peserta PKH terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya (Kemensos RI, 2007). Tujuan umum dari PKH adalah untuk mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan dalam jangka 4

5 panjang dapat memutus rantai kemiskinan. Secara khusus, tujuan PKH sebagai berikut. 1. Meningkatkan status sosial ekonomi peserta. 2. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi peserta. 3. Meningkatkan taraf pendidikan peserta. 4. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil (bumil), ibu nifas, anak usia di bawah lima tahun (balita) dan anak prasekolah anggota peserta (Kemensos RI, 2007). Bantuan yang diberikan kepada peserta PKH adalah bantuan uang tunai yang diberikan kepada ibu atau perempuan dewasa (nenek, bibi atau kakak perempuan) dan selanjutnya disebut pengurus keluarga. Bantuan uang yang diberikan kepada pengurus keluarga perempuan ini telah terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan penerima bantuan. Pengecualian dari persyaratan di atas dapat dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila tidak ada perempuan dewasa dalam keluarga, maka dapat digantikan oleh kepala keluarga. Sebagai bukti kepesertaan PKH, rumah tangga atau keluraga diberikan kartu peserta PKH (tnp2k.go.id). Selain menerima bantuan uang tunai, peserta PKH juga menerima pelayanan kesehatan (ibu dan bayi) di Puskemas, Posyandu, atau Polindes dan menerima pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun sesuai ketentuan yang berlaku. Peserta PKH juga berhak mendapatkan layanan program bantuan sosial secara terintegrasi seperti asuransi atau jaminan 5

6 kesehatan, Bantuan Siswa Miskin (BSM), beras untuk rumah tangga miskin (raskin), dan lainnya (tnp2k.go.id). Dengan adanya bantuan dan layanan tersebut di atas, diharapkan tujuan dari diterapkannya PKH dapat tercapai. Adapun yang dapat dijadikan sebagai parameter keberhasilan PKH khususnya di bidang pendidikan, salah satunya adalah tingkat partisipasi sekolah dari rumah tangga. Hal ini dikarenakan PKH mensyaratkan anak-anak pesertanya wajib terdaftar dan hadir di sekolah minimal 85 persen dari jumlah hari sekolah yang berlaku, sehingga dengan persyaratan ini akan berdampak pada kenaikan partisipasi sekolah dari rumah tangga tersebut. Selain itu, dengan adanya bantuan ini juga akan membantu rumah tangga dalam memenuhi pengeluaran pendidikan karena sebagian besar rumah tangga sangat miskin memiliki daya beli yang rendah khususnya dalam memberikan layanan pendidikan yang layak bagi anaknya. Mereka bahkan tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan anaknya atau tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan untuk tingkat minimal, terutama pada pengeluaran pendukung pendidikan seperti pembelian buku, transportasi dan uang jajan. Hal inilah menjadi penyebab anak tidak mengenyam pendidikan atau tidak melanjutkan pendidikannya. Harapannya dengan adanya kebijakan ini selain pada peningkatan partisipasi sekolah, juga akan berdampak pada peningkatan pengeluaran pendidikan rumah tangga seperti pembelian buku, uang transportasi, jajan, biaya seragam sekolah, alat tulis dan pengeluaran pendidikan lainnya. Pada akhirnya, implikasi positif tujuan dari pelaksanaan PKH harus bisa dibuktikan secara empiris, sehingga pengembangan PKH memiliki bukti nyata 6

7 yang bisa dipertanggung jawabkan. Berdasarkan pelaksanaan program tersebut, menarik untuk dievaluasi kebijakan PKH dari sisi tujuan yang ingin dicapai yakni apakah berdampak yang signifikan terhadap peningkatan partisipasi sekolah dan pengeluaran pendidikan rumah tangga di Indonesia? 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian berkaitan dengan evaluasi dampak dari Conditional Cash Transfer (CCT) telah banyak dilakukan di negara-negara yang menerapkan program ini. Hingga saat ini, sekitar 70 negara di dunia yang sudah menerapkan kebijakan CCT. Penelitian tentang evaluasi dampak CCT terhadap tingkat partisipasi sekolah dan konsumsi rumah tangga khususnya pengeluaran pendidikan telah diteliti di beberapa negara, antara lain yaitu Uruguay, Brazil, Meksiko, Filipina, Nikaragua, Kolumbia dan Indonesia. Borraz dan González (2009) meneliti dampak Ingreso Ciudadano terhadap pendaftaran sekolah, pekerja anak dan penawaran tenaga kerja. Penelitian ini dilakukan diantara tahun 2005 dan 2007 pada rumah tangga yang paling miskin di Uruguay dengan menggunakan metode PSM. Dampak yang diteliti diklasifikasikan berdasarkan kelompok umur 8 11 tahun dan tahun. Maluccio (2010) meneliti dampak Red de Proteccion Sosial (RPS) terhadap konsumsi, investasi produktif dan alokasi tenaga kerja di Nikaragua. Penelitian ini menggunakan metode randomized evaluations dan double-difference technique untuk mengukur dampak dari RPS selama 4 tahun program, Soares, et al. (2010) membuat review perbandingan dampak dari Brazil s Bolsa Familia dengan berbagai penelitian CCT di berbagai negara lain. Adapun 7

8 dampak dari CCT yang diteliti adalah ketimpangan, kemiskinan, konsumsi, pendidikan, kesehatan, dan partisipasi tenaga kerja. Merode analisis yang digunakan untuk menganalisis dampak Bolsa Familia adalah Propensity Score Matching (PSM) dengan menggunakan data dari a nationally and regionally reprentative sample survei carried out by Cedeplar and commissioned by the Ministry of Social Development (MDS). Brauw, et al. (2015) melakukan penelitian dampak Bolsa Famılia terhadap pendidikan. Adapun parameter yang diamati berupa tingkat partisipasi sekolah, putus sekolah, tingkat kenaikan kelas dan tingkat tinggal kelas dengan klafikasi berdasarkan umur tingkat pendidikan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah PSM. Attanasio dan Mesnard (2005) meneliti dampak Familias en Acción (FA) terhadap konsumsi di Kolombia. Analisis metode dalam penelitian ini menggunakan double-difference dengan menggunakan Data The Familias en Acción Survey. Data sampel yang digunakan terdiri dari rumah tangga di 57 daerah. Pada negara yang sama, Attanasio, et al. (2010) juga meneliti dampak FA terhadap pendidikan dan pekerja anak di perdesaan Kolombia dengan menggunakan metode PSM. Dampak terhadap tingkat partisipasi sekolah diklasifikasikan berdasarkan usia 8 13 tahun dan tahun. Tutor (2014) meneliti dampak Pantawid Pamilya terhadap konsumsi rumah tangga di Filipina dengan menggunakan metode Propensity Score Matching (PSM) dan data The Annual Poverty Indicators Survei (APIS). World Bank (2014) juga membuat laporan studi dampak dari Pantawid Pamilya terhadap 8

9 pendidikan, kesehatan, konsumsi, asset, dan tabungan dengan menggunakan metode Randomized Controlled Trials (RCT). Evaluasi dampak dari kebijakan CCT di Indonesia yang diuji cobakan pada tahun 2007 telah dibuat laporan studi dampaknya oleh World Bank (2011). Pada laporan ini, World Bank menggunakan metode analisis experimental design untuk mengevaluasi dampak PKH terhadap kesejahteraan rumah tangga dalam hal ini diukur dengan pendekatan konsumsi, pendidikan dan pekerja anak. Adapun data yang digunakan berasal dari data survei dasar tahun 2007 dan survei lanjutan tahun Berikut ringkasan penelitian-penelitian tentang evaluasi dampak CCT. No Judul Penulis Tahun 1 The Impact of Conditional Cash Transfers on Consumption and Investment in Nicaragua 2 The Impact of Oportunidades on Consumption, Savings and Transfers (Mexico) 3 The impacts on family consumption of the Bolsa Família subsidy programme Tabel 1.1 Ringkasan Literatur Hasil Studi Empiris Maluccio 2010 Manuela Angelucci 2012 Marcela Nogueira Ferrario 2014 Metodologi Metode : Double- Difference Methodology, randomized design Data : annual household panel data survei implemented in both intervention and kontrol areas of RPS before and start of the program began operations, Metode : Propensity Score Matching (PSM) Data tahun 2003 dan 2004 Metode : PSM Data : the Brazilian Household Budget Survey from 19 May 2008 to 18 May 2009 Kesimpulan Dampak RPS di Nikaragua Tahun 2001: Belanja Pendidikan 140* Tahun 2002: Belanja Pendidikan 321*** Tahun 2004: Belanja Pendidikan 206** Tidak signifikan berdampak terhadap konsumsi non food, dimana pengeluaran pendidikan bagian dari konsumsi non food berdampak negatif terhadap belanja pendidikan pada biaya kursus reguler atau pendidikan tinggi, tetapi berdampak positif pada pengeluaran untuk buku dan peralatan sekolah. 9

10 No Judul Penulis Tahun 4 Evaluating The Impact of Brazil s Bolsa Familia: Cash Transfer Program In Comparative Perspective 5 The Impact of Bolsa Famılia on Schooling 6 The impact of the BolsaEscola/ Familia conditional cash transfer program on enrollment, dropout rates and grade promotion in Brazi 7 The impact of Philippines conditional cash transfer program on consumption 8 The Impact Of A Conditional Cash Transfer Programme On Consumption In Colombia 9 Children s Schooling and Work in the Presence of a Conditional Cash Transfer Program in Rural Colombia Soares, et al Brauw, et al Paul Glewwe dan Ana Lucia Kassouf 2012 Tutor, Melba V Orazio Attanasio dan Alice Mesnard 2005 Orazio Attanasio, et al Lanjutan Tabel 1.1 Metodologi Metode : Propensity Score Matching (PSM) Data : a nationally and regionally reprentative sample survei carried out by Cedeplar and commissioned by the Ministry of Social Development (MDS) Metode : PSM Pengklasifikasian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lokasi Metode : OLS Metode : Propensity Score Matching (PSM) Metode : Double- Difference Y = α 1 + α 2 D TSP*followup + α 3 D TSP + α 4 D followup + α 5 X + v Metode : PSM Kesimpulan Bolsa Familia memengaruhi pengeluaran pendidikan sebesar R $ 2.65 perbulan Memberikan dampak yang signifikan pada peningkatan partisipasi sekolah sebesar 8 persen dan tingkat kenaikan kelas sebesar 10 persen Meningkatkan partisipasi sekolah sekitar 5,5 persen pada kelas 1-4 dan 6,5 persen pada kelas 5-8 Menurunkan tingkat putus sekolah sebesar 0,5 poin persen di kelas 1-4 dan 0,4 poin persen kelas 5-8 Tidak signifikan memengaruhi pengeluaran pendidikan, dengan pendekatan 4 metode Memengaruhi pengeluaran pendidikan sebesar peso ** di perkotaan, sedangkan di perdesaan tidak signifikan memengaruhi Memiliki dampak positif dan signifikan terhadap partisipasi sekolah, terutama untuk kelompok usia yang lebih tua (7 persen di daerah pedesaan dan sekitar 5 persen di perkotaan. Memiliki efek yang lebih rendah, hanya 2 persen pada tingkat partisipasi anak-anak di daerah pedesaan, dan efek dari lebih dari 1 poin persentase untuk anak-anak di daerah perkotaan 10

11 No Judul Penulis Tahun 10 Main Findings from the Impact Evaluation of Indonesia s Pilot Household Conditional Cash Transfer Program 11 Philippines Conditional Cash Transfer Program Impact Evaluation 12 Where does the money go? Assessing the expenditure and income effects of the Philippines' Conditional Cash Transfer Program 13 The Consumption of Household Goods, Bargaining Power and their Relationship with a Conditional Cash Transfer Program in Peru World Bank 2011 World Bank 2014 Quimbo, et al Luis Garcia 2017 Lanjutan Tabel 1.1 Metodologi Metode : experimental design Survei Baseline : 2007 Survei Follow up : 2009 Metode : Randomized Controlled Trials Metode Propensity Score Matching (PSM) Data : The PCED Social Protection Survey, total sample size of 3,100 households Metode : OLS, Fix effect Data : Survei Sosial Ekonomi Rumah Tangga Peru Nasional Kesimpulan Tidak signifikan memengaruhi pengeluaran pendidikan CCT signifikan memengaruhi pengeluaran pendidikan sebesar (0.317**) dan memiliki dampak yang besar pada tingkat partisipasi sekolah untuk anak-anak muda sebesar 4,5 persen pada usia 6 11 tahun Tidak signifikan memengaruhi pengeluaran pendidikan pada dua pasang kelompok yang dibandingkan, sedangkan untuk kelompok rumah tangga yang tidak miskin, CCT memberikan dampak menurunkan (-333*) rumah tangga penerima program Juntos menghabiskan sebagian besar anggaran keluarga untuk konsumsi makanan, pakaian anak-anak dan pendidikan Penelitian ini memiliki tema yang sama dengan penelitian sebelumnya, tetapi ada beberapa hal mendasar yang membedakan dengan penelitian sebelumnya, terutama yang dilakukan di Indonesia, antara lain: 1. metode penelitian yang digunakan adalah propensity score matching, sedangkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh World Bank (2011) menggunakan experimental design dan sampai dengan penelitian ini 11

12 dilakukan, metode ini belum pernah digunakan untuk penelitian sejenis khususnya tentang dampak PKH terhadap tingkat partisipasi sekolah; 2. data yang digunakan bersumber dari data IFLS terbaru gelombang kelima tahun 2014 dan sampai dengan penelitian ini dilakukan belum pernah dimanfaatkan untuk penelitian yang sejenis khususnya tentang dampak PKH terhadap tingkat partisipasi sekolah. 1.3 Rumusan Masalah Dalam rangka strategi untuk menanggulangi kemiskinan, dari tahun ke tahun pemerintah terus berusaha meningkatkan anggaran dan cakupan penerima PKH. Adapun harapan dengan adanya program ini, tujuan dari PKH khususnya untuk meningkatkan taraf pendidikan peserta dapat dicapai. Sejalan dengan hal tersebut menjadi motivasi penulis untuk mengevaluasi bagaimana dampak dari PKH terhadap tingkat partisipasi sekolah dan pengeluaran pendidikan rumah tangga di Indonesia. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan studi evaluasi dampak CCT di berbagai negara, maka pertanyaan yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah PKH berdampak signifikan terhadap tingkat partisipasi sekolah rumah tangga di Indonesia? 2. Apakah PKH berdampak signifikan terhadap pengeluaran pendidikan rumah tangga di Indonesia? 12

13 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui dampak PKH terhadap tingkat partisipasi sekolah rumah tangga di Indonesia. 2. Untuk mengetahui dampak PKH terhadap pengeluaran pendidikan rumah tangga di Indonesia. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. 1. Bagi praktisi (dari sisi praktik), penelitian dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan perencanaan kedepannya terkait dengan perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan melalui PKH di Indonesia. 2. Bagi kalangan akademisi (dari sisi teoritis), penelitian ini dapat menjadi wacana dan referensi tambahan dalam kajian perumusan dokumen kebijakan sebagai bagian dari analisis kebijakan perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan melalui PKH di Indonesia. 1.7 Sistematika Penulisan Penyusunan karya tulis ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori berisikan penjelasan mengenai teori, kajian terhadap penelitian 13

14 sebelumnya dan kerangka alur penelitian. Bab III Metode Penelitian, yang terdiri dari desain penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel dan metode analisis data. Bab IV Analisis yang terdiri dari deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran berisi simpulan, implikasi, saran dan keterbatasan penelitian. 14

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunai dengan persyaratan tertentu kepada masyarakat miskin, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tunai dengan persyaratan tertentu kepada masyarakat miskin, bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Conditional Cash Transfers (CCT) adalah suatu program pemberian bantuan tunai dengan persyaratan tertentu kepada masyarakat miskin, bertujuan untuk mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN vii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA...

Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN vii. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv PRAKATA...... v DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vii... ix DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan bahwa program pendidikan dasar yang bermutu hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

Program Keluarga Harapan dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Preventif

Program Keluarga Harapan dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Preventif Artikel Penelitian Program Keluarga Harapan dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Preventif Family Hope Program and Utilization of Preventive Health Care Service Budi Hidayat* Hendratno Tuhiman** Rudy Prawiradinata***

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah salah satu program bantuan bersyarat dari pemerintah berupa pemberian uang tunaiuntuk masyarakat miskindi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir dengan berat kurang dari 2500gram. BBLR masih terus menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Masalah Di negara yang sedang berkembang, daftar pelayanan sosial mencakup pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL MURAH Dosen FKIP Universitas Gunung Rinjani Selong-Lombok Timur email : yusufmurah@gmail.com ABSTRAK (PKH) adalah program yang memberikan bantuan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

Catatan Penting Jaring Pengaman Sosial

Catatan Penting Jaring Pengaman Sosial Bank Dunia Catatan Penting Jaring Pengaman Sosial 2006 No. 15 Pendekatan Baru terhadap Bantuan Sosial: Pengalaman Amerika Latin dengan Program Tranfer Tunai Bersyarat (TTB) Transfer tunai bersyarat (TTB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan multidimensial yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Adapun masalah

Lebih terperinci

IPC-IG didukung bersama-sama oleh United Nations Development Programme, dan Pemerintah Brazil.

IPC-IG didukung bersama-sama oleh United Nations Development Programme, dan Pemerintah Brazil. research brief no. 42 Oktober/2013 IPC-IG didukung bersama-sama oleh United Nations Development Programme, dan Pemerintah Brazil. Program Keluarga Harapan (PKH): Program Bantuan Dana Tunai Bersyarat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial yang kompleks dan multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran, keterbelakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara

BAB I PENDAHULUAN. wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan kepada daerah itu sendiri secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahan dikenal ada dua pendekatan yang menghubungkan pemerintah pusat dan daerah yaitu pendekatan secara sentralisasi dan pendekatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 22 Agustus 2017 1 Jumlah Lansia (60+) diperkirakan 21,7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah terpenting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK?

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? Bambang Widianto Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/Sekretaris Eksekutif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya, kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia ini. Meskipun

Lebih terperinci

swasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage

swasta serta tunjangan kesehatan perusahaan masing-masing sebesar 1,7% (Depkes RI, 2013). Provinsi Aceh menempati ranking tertinggi dalam coverage BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaminan kesehatan merupakan pilihan utama pemerintah dalam implementasi sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia. Artinya, pemerintah memberikan perlindungan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal) atau SDGs, yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang

PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multidimensial yang di alami oleh hampir seluruh negara maupun daerah,

Lebih terperinci

Abstrak. [Laporan Akhir] 2

Abstrak. [Laporan Akhir] 2 Abstrak Pemerintah Indonesia sedang melakukan uji coba Program Keluarga Harapan (PKH), sebuah program bantuan tunai bersyarat berbasis rumahtangga. Tujuan utama program adalah untuk meningkatkan status

Lebih terperinci

(DAMPAK TERHADAP PENYEDIAAN PELAYANAN KESEHATAN)

(DAMPAK TERHADAP PENYEDIAAN PELAYANAN KESEHATAN) EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (DAMPAK TERHADAP PENYEDIAAN PELAYANAN KESEHATAN) LAPORAN AKHIR DIREKTORAT PENANGGULANGAN KEMISKINAN KEDEPUTIAN BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN DAN USAHA

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI

Lebih terperinci

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat UNICEF INDONESIA OKTOBER 2012 RingkasanKajian MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia MDG dan Keadilan Bagi Anak-anak di Indonesia: Gambaran umum Mencapai MDG dengan Keadilan: tantangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan upaya pembangunan berkelanjutan yang menjadi acuan dalam kerangka pembanggunan dan perundingan negara-negara di dunia

Lebih terperinci

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011 THE ANALYSIS OF 2011 FAMILY HOPE PROGRAM IMPLEMENTATION EFECTIVITY

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011 THE ANALYSIS OF 2011 FAMILY HOPE PROGRAM IMPLEMENTATION EFECTIVITY ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN 2011 THE ANALYSIS OF 2011 FAMILY HOPE PROGRAM IMPLEMENTATION EFECTIVITY Agunan P. Samosir Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014 Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan World Bank September 2014 Indonesia tumbuh dengan kuat sejak krisis keuangan Asia, dan kelas menengahnya terus bertambah Pertumbuhan PDB Riil (%) 1996

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembangunan dan kemiskinan (United Nations Millenium Declaration (2000) seperti dikutip dalam Todaro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pertama dari Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals) berdasarkan kesepakatan 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan kesehatan Indonesia adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena berdasarkan Undang Undang Dasar 1945

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pengobatan dan rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada pengobatan dan rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan anak balita dititik

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu permasalahan dunia yang dialami oleh seluruh Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. Permasalah ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada awalnya upaya pembangunan Negara Sedang Berkembang (NSB) diidentikkan dengan upaya meningkatkan pendapatan perkapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita diharapkan

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia sehat dengan sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yaitu meningkatkan status kesehatan dan

Lebih terperinci

Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Penduduk Lanjut Usia (Lansia) dan Keterjangkauan Program Perlindungan Sosial bagi Lansia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) 22 Agustus 2017 1 Jumlah Lansia (60+) diperkirakan 21,7

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi karena berkaitan dengan ketidakmampuan akses secara ekonomi, sosial, budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat.

Lebih terperinci

MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF

MEMBANGUN KELUARGA PRODUKTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 6 November 2014 Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL

Lebih terperinci

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk

Lebih terperinci

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH

PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH PENSASARAN PROGRAM BERDASARKAN RUMAH TANGGA DAN WILAYAH Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 KERANGKA MATERI 1.Situasi dan Tantangan Pembagunan Sosial di Indonesia 2.Pensasaran Rumah Tangga/Keluarga Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk miskin di Indonesia antar waktu. Kemiskinan sering menjadi topik yang dibahas dan diperdebatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk miskin di Indonesia antar waktu. Kemiskinan sering menjadi topik yang dibahas dan diperdebatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan isu globalmaupun nasional sehingga masih akan tetap merupakan keprihatinan banyak pihak. Untuk keperluan perencanaan, monitoring, dan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komitmen pemerintah untuk mensejahterakan rakyat nyata dalam peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari penetapan perbaikan status gizi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif

Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar & Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) 6 NOVEMBER 2014 1 Pesan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua.

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan oleh pita warna hijau muda sampai hijau tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan yang diberikan pada balita akan bermanfaat untuk pertumbuhan badan, karena itu status gizi dan pertumbuhan dapat dipakai sebagai ukuran untuk memantau kecukupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan kesehatan secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang mempunyai dimensi tantangan lokal, nasional maupun global. Kemiskinan tidak hanya menjadi permasalahan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari

I. PENDAHULUAN. Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Implementasi desentralisasi fiskal yang efektif dimulai sejak Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk merencanakan dan melaksanakan

Lebih terperinci

Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya

Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya Pemberdayaan masyarakat desa melalui padat karya Jakarta, 15 Januari 2018 Dr. andi za Dulung msc DIREKTUR JENDERAL PENANGANAN FAKIR MISKIN KEMENTERIAN Sosial Republik Indonesia Sept 2017 10.12% (26,58juta)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi yang menghambat terciptanya kehidupan yang adil sejahtera serta merata yang mana merupakan tujuan pencapaian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan

BAB 1 Pendahuluan. dan Sawada 2003), penyedia investasi modal manusia (Raut dan Tran 2005) serta layanan Daftar Gambar Gambar 2-1 Perilaku Altruism... 87 Gambar 2-2 Model Switching Motivation Transfers... 88 Gambar 3-1 Konsumsi Seumur Hidup... 143 Gambar 4-1 Fungsi Utilitas Model Social Pressure... 191 xii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan adalah tujuan utama dari pembangunan sebuah negara atau daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan salah satunya dengan melihat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia

Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia 1 Ketimpangan dan Anak-anak di Indonesia Arianto A. Patunru (ACDE-ANU) Santi Kusumaningrum (CCP-UI) Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013 2 Konteks Indikator makroekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia.Sampai saat ini, masalah kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan di Indonesia saat ini adalah status kesehatan masyarakat yang masih rendah, antara lain ditandai dengan Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi. Target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma pembangunan global, dideklarasikan di Konferensi Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO

FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO FINANCIAL PLANNING BAGI IBU-IBU PENERIMA BANTUAN PKH KEC. BLUTO 1 Agusriyanti Puspitorini, 2 Fery Sudarwadi STKIP PGRI Sumenep rianti@stkippgrisumenep.ac.id ABSTRAK Masalah kelompok Ibu-ibu penerima bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain seperti tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal (MDG) sudah dicanangkan pada September 2000. Upaya memperbaiki kesehatan ibu dan anak ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Berapa negara

Lebih terperinci