KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A"

Transkripsi

1 KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 NURUL FEBRIYANTI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 RINGKASAN NURUL FEBRIYANTI. Kajian Metaxenia pada Buah Pepaya Genotipe IPB 9. (Dibimbing oleh WINARSO D. WIDODO dan SRIANI SUJIPRIHATI). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek metaxenia terhadap kualitas buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri (selfing) dan penyerbukan dengan pollen pepaya IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Pengujian efek metaxenia dilakukan dengan memperbandingkan buah hasil selfing pepaya IPB 9 dengan hasil tiga penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3 dan IPB 4. Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi m dpl (di atas permukaan laut). Analisis sifat fisik dan kimia buah pepaya dilakukan di Laboratorium Terpadu I, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan lapangan berupa percobaan faktor tunggal, dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat kelompok sebagai ulangan. Setiap perlakuan terdiri atas enam pohon, sehingga keseluruhan percobaan terdiri atas 24 pohon. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan hanya terdapat 13 pohon yang menghasilkan buah, karena terjadi kerontokan bunga. Buah pepaya yang diperlukan sebanyak lima buah untuk setiap perlakuanss sebagai ulangan yang diambil secara acak dari 13 pohon yang menghasilkan, sehingga total buah pepaya sebanyak 20 buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu fisik buah pepaya dari semua perlakuan yang diuji tidak dipengaruhi oleh sumber pollen. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam panjang buah, diameter buah, rasio panjang/diameter buah, kekerasan kulit buah (pangkal, tengah, ujung), kekerasan daging buah (pangkal, tengah, ujung), ketebalan daging buah (maksimum, minimum), bobot buah utuh, bobot kulit buah, bagian dapat dimakan, bobot biji, bobot 100 biji, dan jumlah biji, antara buah hasil IPB 9 selfing dibandingkan dengan semua buah hasil penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3, dan IPB 4.

3 iii Sumber pollen juga tidak mempengaruhi mutu kimia maupun preferensi konsumen pada uji organoleptik. Tidak ada perbedaan yang nyata dalam kandungan Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan vitamin C antara buah pepaya hasil IPB 9 selfing dibandingkan dengan semua buah hasil penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Selain itu juga tidak ada perbedaan preferensi responden antara buah pepaya IPB 9 hasil selfing dibandingkan buah hasil penyerbukan dalam hal rasa, aroma, warna, dan tekstur buah, kecuali pada rasa dan tekstur buah pepaya IPB 9 selfing dan rasa buah pepaya IPB (9 x 3), rata-rata responden menyatakan sangat suka.

4 KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor NURUL FEBRIYANTI A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

5 Judul Nama NIM : KAJIAN METAXENIA PADA BUAH PEPAYA GENOTIPE IPB 9 : NURUL FEBRIYANTI : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr. NIP Tanggal Lulus :.

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 29 Februari Penulis merupakan anak pertama Bapak Suyanta dan Ibu Junarti. Tahun 2000 penulis lulus dari SD N Ngentak Mangir II, kemudian pada tahun 2003 penulis lulus dari SMP N I Pandak. Selanjutnya penulis lulus dari SMA N I Bantul pada tahun Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura) masa kepengurusan Pada tahun 2010, penulis menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Ilmu Tanaman Perkebunan dan Dasar-Dasar Hortikultura tahun ajaran 2009/2010.

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Metaxenia pada Buah Pepaya Genotipe IPB 9. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dan sebagai tugas akhir di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peranan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan baik langsung ataupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. atas bimbingan dan arahan yang diberikan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Agr. atas bimbingan selama penulis belajar di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3. Dr. Ir. Adiwirman, MS. atas kritik dan saran yang diberikan. 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) yang telah memberikan fasilitas lahan percobaan dan menyediakan tanaman untuk penelitian ini. 5. Laboratorium Terpadu I dan Laboratorium RGCI, Fakuktas Pertanian atas bantuan bahan kimia dan ijin penggunaan laboratorium selama analisis kualitas buah dalam penelitian ini. 6. Bapak, Ibu, Nurvian Prasetya Ramadhan, dan Febrian Kilat Titantyo atas doa yang tulus, kasih sayang, dukungan moral dan materi. 7. Teman-teman AGH 43 atas persahabatan yang tulus. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Penyebaran Geografis... 4 Agroekologi... 4 Sifat Botani... 5 Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Metaxenia... 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan Pelaksanaan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Buah Mutu Fisik Mutu Kimia Uji Organoleptik Pembahasan Pengaruh Sumber Pollen terhadap Pertumbuhan Buah Pengaruh Sumber Pollen terhadap Kualitas Buah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 38

9 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penyerbukan yang Dilakukan Selama Percobaan di Lapang Bobot Buah Utuh (BBU), Bobot Kulit (BK), Bagian Dapat Dimakan (BDD) Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Bobot Biji (BB), Bobot Seratus Biji (BSB), Jumlah Biji (JB) Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Ketebalan Daging (KD) Maksimum (Maks), Minimum (Min), dan Rata-rata Ketebalan Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Total Tertitrasi (ATT), dan Vitamin C Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen... 26

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Pepaya Genotipe IPB Tahapan Penyerbukan Bunga Hermaprodit Pepaya IPB 9; Pengukuran dengan Penetrometer; a) Kekerasan Kulit Buah Pengukuran Ketebalan Daging Buah Grafik Pertumbuhan Panjang Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Grafik Pertumbuhan Diameter Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Diagram Panjang, Diameter, dan Rasio Panjang/Diameter Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Bentuk Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Warna Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Diagram Kekerasan Kulit Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Diagram Kekerasan Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Diagram Uji Organoleptik... 27

11 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tabel Data Klimatologi Tabel Sidik Ragam Panjang Buah Tabel Sidik Ragam Diameter Buah Tabel Sidik Ragam Bobot Buah Tabel Sidik Ragam Bobot Biji dan Jumlah Biji Tabel Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Tabel Sidik Ragam Kekerasan Daging Buah Tabel Sidik Ragam Ketebalan Daging Buah Tabel Sidik Ragam Mutu Kimia Buah Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Warna Daging Buah Pepaya IPB 9, IPB 4, IPB 3, dan IPB Color Chart; a) Page-2 dan b) Page

12 PENDAHULUAN Latar Belakang Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu buah yang sangat digemari oleh masyarakat dalam negeri maupun luar negeri. Di dalam negeri, hal ini terlihat dari semakin meningkatnya konsumsi per kapita pepaya dari tahun ke tahun. Konsumsi pepaya tahun 2002 mencapai 2.24 kg per kapita, jumlah penduduk tahun 2002 sebesar 212 juta jiwa. Jika diperkirakan jumlah penduduk tahun 2025 sebesar 315 juta jiwa, maka konsumsi pepaya Indonesia mencapai ton. Jika harga pepaya di pasar eceran Rp per kg, maka nilai konsumsi pepaya tahun 2002 mencapai milyar rupiah dan pada tahun 2025 akan menjadi 1.3 triliyun rupiah (PKBT, 2005). Indonesia menempati urutan terbesar kelima produsen pepaya dunia, dengan produksi sebesar juta ton (FAO, 2007). Besarnya produksi pepaya di Indonesia karena pepaya mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan dengan jenis buah-buahan lain, karena mudah dibudidayakan, cepat berproduksi dan tidak bermusim. Pepaya tidak memerlukan lahan luas sehingga dapat ditanam di pekarangan. Keluhan yang masih terdapat di masyarakat terhadap kualitas buah pepaya Indonesia, diantaranya ukuran buah yang terlalu besar dan tidak seragam, warna daging buah, penampilan buah dan warna kulit buah yang kurang menarik, serta kualitas fisik dan kimia daging buah masih beragam (PKBT, 2004). Program pemuliaan untuk meningkatkan kualitas pepaya Indonesia, telah dilakukan dengan berdasarkan karakter ideal pepaya unggulan. Sifat-sifat yang dianggap ideal untuk buah yang konsumsi segar meliputi ukuran kecil sampai sedang ( kg/buah), warna daging buah jingga-merah, mempunyai warna kulit hijau dengan warna merah-jingga di selanya, rongga buah kecil (edible portion tinggi), kulit buah halus, buah berbentuk lonjong (oblong), bertekstur padat (firm), rasanya manis, tidak ada rasa pahit atau rasa getah, self life tinggi, dan beraroma khas (PKBT, 2002). Masalah utama pepaya Indonesia adalah ukurannya terlalu besar, warnanya kurang menarik, ada kesan bau burung muncul saat dimakan, dan sulit

13 2 penyajiannya. Perubahan selera konsumen dan kondisi sosial ekonomi di dalam maupun luar negeri menuntut penyesuaian produk. Untuk itu perlu dilakukan kajian perbaikan produk pepaya sesuai selera konsumen secara berkesinambungan. Salah satu kajian yang perlu dilakukan adalah efek metaxenia pada kualitas buah pepaya terkait dengan produksi buah. Menurut Swingle (1928), metaxenia merupakan pengaruh langsung dari pollen pada biji, lapisan luar embrio, dan endosperm buah. Pengaruh langsung dari bunga jantan terhadap perkembangan buah terjadi dengan sangat tepat, nyata terlihat, dan sangat bervariasi tergantung pada kesuburan dari pollen yang digunakan untuk menyerbuki bunga betina. Setiap genotipe bunga jantan yang digunakan akan menunjukkan pengaruh yang berbeda satu sama lain pada varietas tanaman yang sama dan pengaruh yang ditimbulkan akan tetap sama walaupun penyerbukan dilakukan pada tahun yang berbeda. Kualitas pepaya seperti ukuran buah dan jumlah biji dapat dikendalikan dengan manipulasi organ bunga dan proses penyerbukan. Pengurangan tangkai sari menyebabkan ukuran buah menjadi lebih pendek. Penyerbukan silang dengan serbuk sari dari genotipe lain menyebabkan bertambahnya bobot buah tanpa menyebabkan perubahan ukuran buah. Penghalangan penyerbukan akan mereduksi ukuran buah, bobot buah dan jumlah biji tetapi meningkatkan edible portion (bagian yang dapat dimakan), terutama pada bunga betina (PKBT, 2006) Perbaikan kualitas buah pada pepaya dapat dilakukan dengan memanfaatkan efek metaxenia pada jaringan tetua betina khususnya pada endosperm buah. Fenomena ini biasanya dapat dilihat pada ukuran, warna, bentuk serta komposisi kimia dari bagian buah. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa efek metaxenia pada pepaya hanya dapat dijumpai pada genotipe-genotipe tertentu saja, misalnya pada pepaya IPB 1 efek metaxenia ditemukan pada karakter padatan total terlarut dan tebal daging buah (Sulistyo, 2005). Pada penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa efek metaxenia baru terlihat pada pepaya IPB 1. Untuk mengetahui fenomena metaxenia lebih lanjut, pada penelitian ini digunakan pepaya IPB 9 sebagai tetua betina dengan sumber pollen IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Penyerbukan dilakukan untuk mendapatkan sifatsifat unggul dari genotipe sumber pollen yang digunakan sehingga diharapkan

14 akan meningkatkan kaulitas buah pepaya hasil IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. 3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efek metaxenia terhadap kualitas buah pepaya IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam kajian metaxenia ini adalah terdapat efek metaxenia terhadap kualitas buah pepaya IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan IPB 9 dengan IPB 1, IPB 3, dan IPB 4.

15 TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Penyebaran Geografis Pepaya berasal dari Amerika Tropika, merupakan hasil dari persilangan alami antara C. peltata Hook (pepaya gunung) dan C. peltata Arn (pepaya liar). Dari Amerika Tropika pepaya dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara selama penjajahan Spanyol pada abad ke-16. Penyebaran pepaya kemudian dengan cepat mencapai India, Oceania, dan Afrika. Sekarang, pepaya telah tersebar ke seluruh daerah tropika dan subtropika hangat di dunia (Villegas, 1997). Penggolongan pepaya telah mengalami banyak perubahan. Jenis Carica sebelumnya digolongkan ke dalam beberapa famili, mencakup Passifloraceae, Cucurbitaceae, Bixaceae, dan Papayaceae. Pada penelitian lebih lanjut pepaya digolongkan ke dalam famili Caricaceae. Dalam famili Caricaceae terdapat 35 jenis tanaman penghasil getah yang dikelompokkan menjadi empat kelompok besar, yaitu Carica, Cylicomorpha, Jarilla dan Jacaratia (Kumar dan Srinivasan 1944). Kelompok Carica terdiri atas 22 jenis tanaman dan menjadi satu-satunya anggota Caricaceae yang dibudidayakan sebagai pohon buah-buahan, sedangkan tiga kelompok yang lain dibudidayakan sebagai tanaman hias (Burkill 1966). Agroekologi Tanaman pepaya dapat tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian m dpl (di atas permukaan laut) di daerah beriklim tropik. Tanaman pepaya masih mampu berbuah pada daerah yang beriklim kering dengan musim hujan 2-5 bulan dan musim kemarau 6-8 bulan, asalkan kedalaman air tanahnya cm. Tanaman pepaya termasuk tanaman yang memerlukan cahaya matahari penuh dan tanah yang tidak tergenang air, karena tanah berdrainase buruk dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit akar (Sunarjono, 1987). Tanaman pepaya menghendaki suhu udara minimum 15 o C, maksimum 43 o C, dan optimum o C, curah hujan mm/tahun, tanah yang

16 subur dan remah, drainase baik, dan ph tanah berkisar antara 6-7 (Ashari, 1995; Nakasone dan Paull, 1998). 5 Sifat Botani a. Batang Tanaman pepaya mempunyai batang lurus, bulat, berongga di dalam, lunak dan dapat mencapai ketinggian 10 m (Ashari, 1995). Batangnya berbentuk silinder, berdiameter cm, berongga, memiliki lampang (scar) daun yang jelas serta jaringan serat berbunga karang (Villages, 1997). Jika batang terluka maka bagian yang terluka akan mengeluarkan getah encer berwarna putih seperti susu (Nakasone dan Paull, 1998). b. Daun Daun pepaya tersusun spiral, berkelompok dekat dengan ujung batang. Tangkai daun mencapai panjang 1 m, berongga, dan berwarna kehijau-hijauan atau hijau lembayung. Lembaran daun berbentuk bundar, berdiameter cm, bercuping 7-11, menjari dalam, tidak berbulu, bervena menonjol, cuping-cupingnya bergerigi dalam dan lebar ( Villegas, 1997). c. Bunga Tanaman pepaya mempunyai tipe bunga yang beragam. Menurut Nakasone dan Paull (1998) keragaman ekspresi seks pada bunga tanaman pepaya merupakan hasil dari interaksi antara genotipe dan lingkungan yang akan mempengaruhi proses penyerbukan, pembentukan buah, dan produksi buah tanaman pepaya. Bunga tanaman pepaya diklasifikasikan ke dalam tiga tipe utama, yaitu bunga jantan, bunga betina, dan bunga hermaprodit. Bunga hermaprodit bersifat biseksual. Bunga ini lebih bersifat andromonocious (benang sari lebih berfungsi), mempunyai lima benang sari dengan tangkai sari panjang. Bunga hermaprodit terdiri atas tiga jenis, yaitu hermaprodit elongata, hermaprodit pentandria, dan hermaprodit intermedia (Ashari, 1995; Villegas, 1997).

17 6 d. Buah Buah pepaya mengandung 4-10% gula dan 90% air (Ashari, 1995). Buah pepaya bertipe buah buni berdaging, berbentuk bulat telur-lonjong sampai hampir bulat, berbentuk silinder atau berlekuk, panjangnya 7-30 cm, beratnya mencapai 10 kg. Kulit buah tipis, halus, jika matang berwarna kekuning-kuningan atau jingga. Daging buah berwarna kekuning-kuningan sampai jingga merah, rasanya manis, rongga tengahnya bersudut lima. Biji berbentuk bulat, berdiameter 5 mm, berwarna hitam atau kehijau-hijauan, melekat di dinding dalam bakal buah, tersusun dalam 5 baris, dan terbungkus oleh sarkotesta yang berlendir (Villegas, 1997). e. Akar Akar tanaman pepaya merupakan akar tunggang dan akar samping yang lunak dan agak dangkal. Tumbuh panjang dan cenderung mendatar dengan jumlah yang sedikit dan lunak (Sunarjono, 1987). Pepaya Genotipe IPB 9 Perawakan tanaman pendek dengan tinggi tanaman rata-rata cm. Apabila telah terbentuk buah, kedudukan buah pertama berada pada ketinggian cm dari permukaan tanah (PKBT, 2009). Umur tanaman tergolong genjah dengan masa umur petik sekitar 180 hari setelah antesis (HSA) (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Gambar 1. Pepaya Genotipe IPB 9

18 7 Pepaya genotipe IPB 9 telah dilepas sebagai varietas dengan nama Callina. Karakteristik buah berukuran sedang dengan bentuk tengah buah angular (lonjong) dan bentuk pangkal buah agak ke dalam. Kekerasan rata-rata mm/s, panjang cm, dan diameter cm. Kulit buah berwarna hijau terang (Rini, 2008). Bobot buah rata-rata kg, tebal daging buah 2.3 cm, aroma buah tidak kuat, dan warna daging buah jingga (PKBT, 2009). Rasa daging buah pepaya genotipe IPB 9 manis, dengan tingkat kemanisan 11 o Brix (Rini, 2008; Sujiprihati dan Suketi, 2009). Kandungan vitamin C 78.6 mg/100 g, kadar karoten 37.9 µmol/100 g, dan ph 5.63 (PKBT, 2009). Pepaya Genotipe IPB 1 Tanaman pepaya genotipe IPB 1 mempunyai tinggi batang ke buah terbawah ± cm. Umur berbunga 4 bulan dan umur panen 8 bulan (Sujiprihati et al., 2010). Gambar 2. Pepaya Genotipe IPB 1 Pepaya genotipe IPB 1 telah dilepas sebagai varietas dengan nama Arum Bogor. Keunggulan buah pepaya Arum Bogor terletak pada bentuk buah yang lonjong dan kecil, dengan bobot berkisar kg. Buah mempunyai kekerasan rata-rata mm/s, panjang cm, diameter cm, bobot total

19 8 biji 9.55 ± 3.27 g, dan bobot 100 biji 1.52 ± 0.03 g. Kulit buah berwarna hijau sedang, aroma buah harum, tekstur buah lembut, dan warna daging buah kemerahan/jingga (Sujiprihati dan Suketi, 2009; Sujiprihati et al., 2010 ). Pepaya genotipe IPB 1 mempunyai rasa buah sangat manis, dengan tingkat kemanisan o Brix. Kandungan vitamin C mg/100 g, ATT 1.90%, kadar karoten µmol/100 g, dan ph 5 (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Pepaya Genotipe IPB 3 Umur petik tanaman pepaya genotipe IPB 1 sekitar 140 HSA. Buah pepaya genotipe IPB 3 mempunyai bentuk buah lonjong dan kecil dengan bobot rata-rata g. Buah mempunyai rata-rata panjang cm dan diameter 8.00 cm. Kulit buah berwarna hijau tua, daging buah tebal, berwarna jingga kemerahan, dan berongga kecil (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Pepaya genotipe IPB 3 telah dilepas sebagai varietas dengan nama Carisya. Gambar 3. Pepaya Genotipe IPB 3 Keistimewaan buah pepaya genotipe IPB 3 terletak pada rasa buah yang sangat manis, dengan tingkat kemanisan mencapai 14 o Brix. Kandungan vitamin C mg/100 g, ATT 1.6%, kadar karoten µmol/100 g, dan ph 5.33 (Sujiprihati dan Suketi, 2009).

20 9 Pepaya Genotipe IPB 4 Umur petik tanaman pepaya genotipe IPB 4 sekitar 150 HSA (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Tanaman pepaya genotipe IPB 4 mempunyai tinggi batang ke buah terbawah ± cm (Sujiprihati et al., 2010). Gambar 4. Pepaya Genotipe IPB 4 Pepaya genotipe IPB 4 belum dilepas sebagai varietas. Buah pepaya ini mempunyai bentuk lonjong dan berukuran kecil, dengan bobot rata-rata g. Buah mempunyai kekerasan rata-rata mm/s, panjang cm, diameter 8.25 cm, bobot total biji 2.88 ± 0.77 g, dan bobot 100 biji 1.50 ± 0.19 g. Keistimewaan pepaya genotipe IPB 4 terletak pada kulit buah yang berwarna kuning, dengan tekstur kulit halus dan warna daging buah jingga (Sujiprihati dan Suketi, 2009; Sujiprihati et al., 2010). Rasa daging buah pepaya genotipe IPB 4 manis, dengan tingkat kemanisan o Brix. Kandungan vitamin C mg/100 g, ATT 2.37%, kadar karoten µmol/100 g, dan ph 5.09 (Sujiprihati dan Suketi, 2009). Metaxenia Metaxenia adalah suatu perubahan pada jaringan tetua betina yang disebabkan oleh sumber pollen yang digunakan untuk persilangan. Perbedaan

21 10 penting antara persilangan dan penyerbukan sendiri terdapat pada interval pemasakan buah (mempercepat atau menunda pemasakan). Tidak ada korelasi antara umur pollen yang digunakan dan tetua betina yang digunakan pada interval pemasakan buah. Sama halnya dengan bobot buah, tidak terdapat pengaruh dari sumber pollen yang digunakan (Ehlenfeldt, 2003). Metaxenia tidak seperti xenia, tidak dapat dijelaskan dengan elemenelemen hereditas (kromosom) yang terbawa di dalam pollen karena tidak seperti kromosom yang terdapat pada jaringan yang menunjukkan pengaruh langsung dari pollen tetua (Bodor. et al., 2008). Metaxenia menguraikan tentang pengaruh pollen pada jaringan buah maternal asal, seperti pericarp dan komponen buah yang lain tidak dipengaruhi oleh pollen. Sedangkan xenia menguraikan tentang pengaruh pollen pada jaringan yang berisi sedikitnya satu satuan gen dari tetua jantan, yakni embrio dan endosperm (Denney, 1992). Xenia merupakan gejala genetik berupa pengaruh langsung pollen pada fenotipe biji dan buah yang dihasilkan tetua betina. Pada kajian pewarisan sifat, ekspresi dari gen yang dibawa tetua jantan dan tetua betina diasumsikan baru diekspresikan pada generasi berikutnya. Dengan adanya xenia, ekspresi gen yang dibawa tetua jantan secara dini sudah diekspresikan pada organ tetua betina (buah), embrio, dan/atau endosperm. Xenia yang mempengaruhi fenotipe buah juga disebut metaxenia. Contoh xenia yang paling sering dipakai adalah pengaruh serbuk sari pada warna endosperm butir jagung. Xenia juga telihat pada sawo manila, kelapa, biji kapas, bunga matahari, apel, kurma, dan pir (Denney, 1992). Gejala xenia tidak hanya mempengaruhi warna tetapi juga bentuk, kadar gula, kadar minyak, bentuk buah, dan waktu pemasakan. Xenia bukanlah penyimpangan dari Hukum Pewarisan Mendel, melainkan konsekuensi langsung dari pembuahan berganda (double fertilisation) yang terjadi pada tumbuhan berbunga dan proses perkembangan embrio tumbuhan hingga biji masak. Pada tahap perkembangan embrio sejumlah gen pada embrio dan endosperm berekspresi dan mempengaruhi penampilan biji, bulir, atau buah (Denney, 1992). Proses emaskulasi yang dilakukan pada bunga hermaprodit sebelum penyerbukan buatan, akan mengacaukan pengaruh dari sumber pollen yang

22 11 digunakan pada buah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan genetik yang terdapat pada bakal buah dan pollen yang akan digunakan untuk persilangan (De Jong dan Scott, 2007). Menurut Nebel dan Iris (1932) efek metaxenia pada buah apel terlihat pada karakter ph buah dan asam total tertitrasi. Sedangkan pada karakter bobot buah, menunjukkan adanya nilai fluktuatif pada stansar deviasinya. Hal ini diyakini merupakan ekspresi metaxenia yang penting, yang dipengaruhi oleh ukuran pollen yang digunakan pada persilangan apel. Hasil penelitian metaxenia pada buah pepaya yang telah dilakukan sebelumnya memperlihatkan bahwa efek metaxenia pada pepaya hanya dapat dijumpai pada genotipe-genotipe tertentu saja, misalnya pada genotipe IPB 1. Pada pepaya varietas ini, efek metaxenia ditemukan pada karakter padatan total terlarut dan tebal daging buah. Sumber pollen yang berasal dari genotipe IPB 10, PB , IPB 5, dan IPB 6 dapat meningkatkan rasa manis pada buah genotipe IPB 1. Sementara itu, pollen yang berasal dari genotipe IPB 10, IPB 5, Str 6-4, dan IPB 6 dapat meningkatkan tebal daging buah genotipe IPB 1 (Sulistyo, 2005).

23 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi m dpl (di atas permukaan laut). Analisis sifat fisik dan kimia buah pepaya dilakukan di Laboratorium Terpadu I, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan, yaitu bunga hermaprodit pepaya IPB 9 sebagai bakal buah (induk betina) dan bunga hermaprodit pepaya IPB 1, IPB 3, dan IPB 4 sebagai sumber pollen. Bahan-bahan untuk analisis laboratorium meliputi akuades, alkohol, larutan NaOH, larutan Iodin, amilum, Asam Oksalat, dan Natrium Tiosulfat. Alat yang digunakan, yaitu pinset untuk melakukan emaskulasi. Sungkup untuk melindungi bunga hasil penyerbukan. Label untuk memberikan identitas penyerbukan. Jangka sorong dan meteran, untuk mengukur panjang dan diameter buah. Timbangan untuk menghitung bobot buah, kulit, dan biji. Pisau untuk memotong dan mengupas buah. Penetrometer untuk mengukur tingkat kekerasan kulit dan daging buah. Blender untuk menghancurkan buah. Pemanas untuk mendidihkan air akuades dan pengaduk untuk menghomogenkan ekstrak buah dan larutan kimia. ph meter untuk mengukur ph ekstrak buah, hand refractometer untuk mengukur tingkat kemanisan buah, buret untuk titrasi, dan kamera digital untuk keperluan dokumentasi. Metode Percobaan Percobaan lapangan yang berupa penyerbukan IPB 9 dengan tiga genotipe sumber pollen dilakukan dengan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak

24 13 (RKLT). Genotipe sumber pollen merupakan faktor tunggal yang diuji pengaruhnya terhadap mutu buah pepaya IPB 9 hasil selfing dan penyerbukan dengan pollen pepaya IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Percobaan terdiri atas empat kelompok dan setiap perlakuan terdiri atas lima buah sebagai ulangan, sehingga total percobaan diperlukan 20 buah. Model rancangan yang digunakan yaitu: Y ij = μ + τ i + β j + ε ij Keterangan: Y ij μ = Nilai pengamatan pada sumber polen ke-i dan kelompok ke-j = Nilai tengah umum τ i = Pengaruh sumber polen ke-i (1, 2, 3,4) β j = Pengaruh kelompok ke-j (1, 2, 3, 4, 5) ε ij = Pengaruh acak pada sumber polen ke-i dan kelompok ke-j Data kualitas buah hasil selfing dan penyerbukan dianalisis dengan analisis ragam (uji F) pada taraf 5% untuk mengetahui pengaruh genotipe sumber pollen terhadap mutu buah IPB 9. Jika analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nilai tengah dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Pelaksanaan Percobaan Tanaman pepaya IPB 9 yang digunakan untuk penelitian sebagai tetua betina, diberi label pada saat muncul bunga. Pollen sebagai perlakuan dikumpulkan dari bunga hermaprodit yang sedang mekar (anthesis), dari tanaman hermaprodit pepaya IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Bunga-bunga pepaya IPB 9 yang akan diserbuki dengan pollen perlakuan, diemaskulasi sebelum anthesis. Penyerbukan antara pepaya IPB 9 dengan pollen dari pepaya IPB 1, IPB 3, dan IPB 4 berturut-turut diberi kode IPB (9 x 1), IPB (9 x 3), dan IPB (9 x 4). Pelaksanaan penyerbukan dilakukan pada saat anthesis. Setiap bunga yang telah diserbuki diberi label yang berisi induk betina, induk jantan, dan tanggal penyerbukan, kemudian disungkup. Tahapan penyerbukan bunga hermaprodit pepaya IPB 9 disajikan pada Gambar 5.

25 14 a b c Gambar 5. Tahapan Penyerbukan Bunga Hermaprodit Pepaya IPB 9; a) emaskulasi bunga hermaprodit, b) proses penyerbukan buatan, dan c) pelabelan dan penyungkupan Perlakuan kontrol adalah bunga hermaprodit tanaman IPB 9 dengan penyerbukan sendiri (selfing). Bunga hermaprodit yang belum anthesis diberi label untuk identitas. Kemudian disungkup tanpa diberikan pollen dari genotipe yang lain. Pengamatan panjang dan diameter buah (tengah) dilakukan dari saat buah berumur 2 Minggu Setelah Penyerbukan (MSP) hingga buah dipanen. Pengamatan dilakukan dengan interval 2 minggu. Buah siap dipanen jika sudah menunjukkan perubahan warna kulit sekitar 20%, dari hijau menjadi kekuningkuningan atau jingga. Suhu rata-rata selama percobaan o C dengan suhu minimum 23 o C dan maksimum o C. Jumlah curah hujan mm, kelembaban rata-rata 86.17%, dan lama penyinaran matahari rata-rata 47.67% (Lampiran 1). Penyerbukan mulai dilakukan pada tanggal 3 Oktober Penyerbukan dilakukan pada pagi hari untuk menghindari kerontokan bunga akibat hujan sehingga diharapkan akan memperbesar peluang terbentuknya buah. Pada awal penelitian, kondisi cuaca sangat tidak menentu. Cuaca pada pagi hingga siang hari sangat panas, sedangkan pada sore hari curah hujan sangat tinggi. Antisipasi yang dilakukan dalam mengatasi kerontokan bunga yang telah diserbuki yaitu dengan melakukan penyerbukan setiap hari apabila terdapat bunga yang anthesis. Selama pelaksanaan percobaan di lapang, telah dilakukan sebanyak 111 penyerbukan. Kondisi lingkungan yang tidak menentu menyebabkan banyaknya

26 penyerbukan yang gagal, dari seluruh penyerbukan yang dilakukan hanya terbentuk 44 buah. Rincian penyerbukan yang dilakukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Penyerbukan yang Dilakukan Selama Percobaan di Lapang Perlakuan Penyerbukan yang Penyerbukan yang Persentase Dilakukan Berhasil Keberhasilan (%) IPB 9 selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Terdapat serangan hama pada buah selama perkembangan buah di lapangan. Hama yang menyerang buah pepaya ialah kutu putih (Paracocus marginatus). Serangan kutu putih ditandai dengan munculnya koloni kutu putih pada buah. Terdapat delapan buah dari total 44 buah hasil persilangan yang terserang kutu putih. Buah yang terserang kutu putih tidak digunakan untuk pengamatan karakter fisik, kimia, dan uji organoleptik. Penyakit yang menyerang tanaman ialah layu bakteri. Penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Erwinia papayae, menyebabkan sebagian daun pepaya terkulai dan gugur. Pucuk tanaman akan membusuk dan menjalar ke bagian bawah tanaman, sehingga tanaman harus dibongkar. Terdapat satu tanaman penelitian yang mati karena terserang penyakit layu bakteri, sehingga harus diganti dengan tanaman sehat lain yang terdapat di lahan. 15 Pengamatan a. Karakter mutu fisik yang diamati meliputi: - Panjang buah dan diameter buah diukur setiap minggu hingga panen. Diameter buah yang diukur adalah diameter terbesar (bagian tengah buah). - Kekerasan kulit buah (ujung, tengah, dan pangkal), diukur tiga hari setelah buah dipanen. Pengukuran kekerasan kulit buah ini dilakukan pada buah yang belum dikupas pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah. Pengukuran pada tiap bagian buah dilakukan sebanyak tiga kali (triplo).

27 16 - Kekerasan daging buah (ujung, tengah, dan pangkal), diukur pada bagian buah yang telah dikupas. Pada tiap bagian dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali (triplo). a b Kulit tidak dikupas Kulit dikupas Gambar 6. Pengukuran dengan Penetrometer; a) Kekerasan Kulit Buah dan b) Kekerasan Daging Buah - Ketebalan daging buah (maksimum dan minimum) diukur dengan memotong buah secara melintang. Ketebalan daging buah pada lakukan cekung buah dicatat sebagai ketebalan minimum dan ketebalan daging pada bagian cembung dicatat sebagai ketebalan daging maksimum. Pengukuran ketebalan daging buah dilakukan sebanyak tiga kali (triplo). Ketebalan daging buah maksimum Ketebalan daging buah minimum Gambar 7. Pengukuran Ketebalan Daging Buah - Bobot buah utuh, ditentukan dengan menimbang buah utuh yang belum dikupas; bobot kulit buah ditentukan dengan menimbang kulit buah yang telah dikupas dari daging buahnya; bobot biji diukur dengan menimbang

28 17 seluruh biji. Dari data bobot utuh, bobot kulit buah dan bobot biji ditentukan persentase bagian dapat dimakan dengan rumus sebagai berikut: BDD % = Bobot buah utuh (Bobot kulit +Bobot biji ) Bobot buah utuh 100% - Bobot 100 biji, ditentukan dengan menimbang 100 biji yang telah dipisahkan dari seluruh biji yang ada pada buah yang telah dikupas. - Jumlah biji, ditentukan dengan menghitung seluruh biji yang ada pada buah yang telah dikupas. b. Karakter mutu kimia yang diamati meliputi: - Padatan Terlarut Total (PTT) diukur dengan mengambil sedikit daging buah dari buah pepaya yang sudah dikupas, kemudian dihancurkan. Air tetesan dari daging buah pepaya tersebut kemudian diteteskan ke hand refractometer untuk diukur kandungan o Brix nya. - Asam Tertitrasi Total (ATT), diukur dengan melakukan titrasi larutan NaOH 0.1 N. Sari buah yang akan dititrasi disiapkan dengan menghancurkan daging buah pepaya kemudian ditimbang 100 gram untuk dilarutkan dalam 300 ml air akuades. Suspensi daging buah tersebut kemudian disaring dan dimasukkan ke dalam labu takar 500 ml dan ditambah air akuades sampai tanda tera. Filtrat diambil sebanyak 50 ml kemudian dihomogenkan dengan stirer kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0.1 N. Perubahan ph diukur dengan langsung memasukkan elektroda ph meter ke dalam larutan yang dititrasi. Titrasi dihentikan pada saat ph meter menunjukkan angka ph Nilai ATT yang sebenarnya dapat dihitung setelah melakukan standarisasi titrasi dengan menggunakan kristal Asam Oksalat. - Vitamin C, diukur dengan melakukan titrasi larutan Iodin 0.01 N dengan indikator amilum. Persiapan yang dilakukan sampai sebelum titrasi sama dengan persiapan pada penentuan ATT. Filtrat sebanyak 25 ml dititrasi dengan larutan Iodin 0.01 N. Indikator amilum dibuat dengan melarutkan 1 gram amilum ke dalam 100 ml akuades yang dididihkan. Sebelum titrasi, filtrat ditambah indokator amilum. Akhir titrasi ditandai dengan terjadinya

29 18 warna biru dari iod-amilum. Perhitungan kandungan vitamin C dengan standarisasi larutan Iodin yaitu tiap 1 ml Iodin 0.01 N ekuivalen dengan 0.88 mg Asam Askorbat (Sudarmadji et al., 1989). Kandungan vitamin C dihitung dengan rumus: Vitamin C (mg/100mg) = N = Normalitas ml Iodin 0.01N 0.88 fk 100 Bobot contoh (g) fk = faktor konversi ( 500 ml 25 ml ) c. Uji organoleptik yang dilakukan oleh 30 responden untuk mengetahui tingkat penerimaan responen terhadap buah pepaya IPB 9 hasil selfing dan hasil penyerbukan IPB 9 dengan tiga genotipe sumber pollen berdasarkan rasa, aroma, warna, dan tekstur buah. Penilaian rasa, aroma, warna, dan tekstur buah dilakukan dengan menggunakan skor: 0-25 = tidak suka, = kurang suka, = suka, = sangat suka.

30 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Buah Pertumbuhan buah yang diamati pada penelitian ini meliputi panjang dan diameter buah. Pengukuran dilakukan mulai umur 2 Minggu Setelah Penyerbukan (MSP) hingga panen. Grafik pertumbuhan panjang dan diameter buah pepaya disajikan pada Gambar 8 dan 9. Pada grafik terlihat bahwa pertumbuhan panjang dan diameter buah mempunyai pola yang sama pada buah hasil IPB 9 selfing maupun hasil penyerbukan dengan pollen IPB 1, IPB 3, dan IPB 4. Perbedaan hanya terlihat pada umur buah (akhir pengamatan) yang menunjukkan bahwa pollen yang digunakan memberikan pengaruh pada masa panen buah Panjang buah (cm) IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Minggu Setelah Penyerbukan (MSP) Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Panjang Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen

31 Diameter buah (cm) IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Minggu Setelah Penyerbukan (MSP) Gambar 9. Grafik Pertumbuhan Diameter Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Pengukuran panjang dan diameter buah pepaya dilakukan tiga hari setelah buah dipanen. Berdasarkan hasil uji F, sumber pollen yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada panjang dan diameter buah (Lampiran 2 dan 3). Rasio panjang/diameter buah dihitung setelah diperoleh data panjang dan diameter buah. Panjang buah berkisar cm, diameter cm, dan rasio panjang/diameter buah Diagram panjang, diameter, dan rasio panjang/diameter buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Gambar 10.

32 21 Cm IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Panjang Diameter Rasio Panjang/Diameter Gambar 10. Diagram Panjang, Diameter, dan Rasio Panjang/Diameter Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Mutu Fisik Karakter mutu fisik buah pepaya yang dinilai pertama kali oleh konsumen ialah bentuk dan warna daging buah. Konsumen menghendaki bentuk buah yang mulus dan warna daging buah yang cerah dan merata. Bentuk dan warna daging buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Gambar 11 dan 12. IPB 9 SELFING IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) (a) (b) (c) (d) Gambar 11. Bentuk Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen

33 22 IPB 9 SELFING (a) IPB (9 x 1) (b) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) (c) Gambar 12. Warna Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen (d) Karakter mutu fisik bobot buah utuh, bobot kulit, dan bagian dapat dimakan juga akan menentukan selera konsumen. Bobot buah utuh pepaya yang dikehendaki oleh konsumen sangat bervariasi, tergantung kepada kebutuhan. Bobot kulit dapat dilihat dari tebal/tipisnya kulit buah, yang akan menentukan porsi daging buah. Berdasarkan hasil uji F (Lampiran 4), sumber pollen yang digunakan tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata pada bobot buah utuh, bobot kulit, dan bobot daging yang digunakan untuk menentukan persentase bagian dapat dimakan. Buah pepaya hasil IPB 9 selfing dan hasil penyerbukannya mempunyai kisaran bobot buah utuh g, bobot kulit g, dan bagian dapat dimakan %. Karakter bobot buah utuh, bobot kulit, dan bagian dapat dimakan buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Tabel 2.

34 Tabel 2. Bobot Buah Utuh (BBU), Bobot Kulit (BK), Bagian Dapat Dimakan (BDD) Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen BBU ± sd BK ± sd BDD Perlakuan IPB 9 selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Keterangan:... g 1137 ± ± ± ± ± ± ± ± sd = standar deviasi (%) Karakter bobot biji, bobot 100 biji, dan jumlah biji digunakan untuk keperluan program pemuliaan tanaman. Bobot biji untuk mengetahui proporsi daging buah, sehingga dapat diketahui bagian yang dapat dimakan dari buah pepaya tersebut. Bobot 100 biji digunakan untuk mengetahui tingkat kebernasan dari biji. Hal inilah yang diperlukan dalam program pemuliaan tanaman, semakin tinggi bobot 100 biji maka semakin bernas biji tersebut. Sumber pollen yang digunakan tidak menunjukkan adanya pengaruh pada bobot biji, bobot 100 biji, dan jumlah biji (Lampiran 5). Buah pepaya hasil IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen mempunyai kisaran bobot biji g, bobot 100 biji g, dan jumlah biji Karakter bobot biji, bobot 100 biji, dan jumlah biji buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Bobot Biji (BB), Bobot Seratus Biji (BSB), Jumlah Biji (JB) Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen BB ± sd BSB ± sd Perlakuan JB ± sd IPB 9 selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Keterangan:... g ± ± ± ± ± ± ± ± 0.83 sd = standar deviasi ± ± ± ±

35 24 Karakter kekerasan kulit dan daging buah digunakan untuk mengetahui perubahan tingkat kelunakan yang terjadi pada kulit dan daging buah pepaya selama proses pematangan. Kekerasan kulit dan daging buah pepaya IPB 9 hasil selfing dan hasil penyerbukannya mempunyai nilai yang hampir sama. Berdasarkan hasil uji F, tidak ada pengaruh yang nyata dari sumber pollen yang digunakan (Lampiran 6 dan 7). Buah pepaya hasil IPB 9 selfing dan hasil penyerbukannya mempunyai kisaran kekerasan kulit mm/150 g/5 detik dan kekerasan daging mm/150 g/5 detik. Kekerasan kulit dan daging buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Gambar 13 dan 14. Kekerasan kulit buah (mm/150 g/5 detik) IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Kekerasan Kulit Buah Ujung Kekerasan Kulit Buah Tengah Kekerasan Kulit Buah Pangkal Gambar 13. Diagram Kekerasan Kulit Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen

36 25 Kekerasan daging buah (mm/150 g/5 detik) IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Kekerasan Daging Buah Ujung Kekerasan Daging Buah Tengah Kekerasan Daging Buah Pangkal Gambar 14. Diagram Kekerasan Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen Pengukuran ketebalan daging buah dilakukan pada rongga buah. Bagian rongga yang menjorok ke dalam menunjukkan ketebalan daging maksimum, sedangkan bagian rongga yang menjorok ke arah kulit menunjukkan ketebalan daging minimum. Berdasarkan hasil uji F, tidak ada pengaruh yang nyata dari sumber pollen yang digunakan pada karakter ini (Lampiran 8). Buah pepaya hasil IPB 9 selfing dan hasil penyerbukannya mempunyai kisaran ketebalan daging maksimum cm dan ketebalan daging minimum cm. Ketebalan daging buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Ketebalan Daging (KD) Maksimum (Maks), Minimum (Min), dan Rata-rata Ketebalan Daging Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen KDMaks ± sd KDMin ± sd Rata-rata Perlakuan IPB 9 selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Keterangan:......cm ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± ± 0.46 sd = standar deviasi

37 Mutu Kimia Mutu kimia buah pepaya yang diamati meliputi Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Total Tertitrasi (ATT), dan vitamin C. PTT menunjukkan tingkat kemanisan buah, ATT menunjukkan kandungan asam total pada buah, dan vitamin C menunjukkan kandungan asam askorbat pada buah. Tidak terdapat pengaruh yang nyata dari sumber pollen yang digunakan pada mutu kimia (Lampiran 9). PTT berkisar o Brix, ATT ml/100 g bahan, dan vitamin C mg/100 g bahan. Mutu kimia buah pepaya IPB 9 hasil penyerbukan sendiri dan penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Total Tertitrasi (ATT), dan Vitamin C Buah Pepaya IPB 9 Hasil Penyerbukan Sendiri dan Penyerbukan dengan Beberapa Sumber Pollen PTT ± sd ATT ± sd Vit C ± sd Perlakuan IPB 9 selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Keterangan: ( o Brix) ± ± ± ± 1.51 sd = standar devias (ml/100 g bahan) ± ± ± ± (mg/100 g bahan) ± ± ± ± Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen. Terdapat 30 responden yang berasal dari kalangan mahasiswa dari berbagai strata (S1, S2, dan S3) dan Fakultas yang berbeda, sehingga memiliki tingkat pengetahuan tentang pepaya mulai dari sama sekali tidak tahu hingga tahu. Uji organoleptik dilakukan empat tahap, disesuaikan dengan ketersediaan buah. Penilaian rasa, aroma, warna, dan tekstur buah dilakukan dengan menggunakan skor: 0-25 = tidak suka, = kurang suka, = suka, = sangat suka. Hasil uji organoleptik disajikan pada Gambar 15.

38 27 Skor Rasa Buah Aroma Buah Warna Buah Tekstur Buah IPB 9 Selfing IPB (9 x 1) IPB (9 x 3) IPB (9 x 4) Gambar 15. Diagram Uji Organoleptik Pembahasan Pengaruh Sumber Pollen terhadap Pertumbuhan Buah Buah IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen mempunyai bentuk, pola pertumbuhan, dan perkembangan yang hampir sama mulai umur 2 MSP hingga panen. Hasil uji F menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dari seluruh buah yang diuji pada karakter fisik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh dari sumber pollen yang digunakan. Berdasarkan hasil uji F tersebut, karakter fisik buah hasil penyerbukan cenderung ke karakter buah pepaya genotipe IPB 9. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karakter fisik buah hasil penyerbukan pada penelitian ini ditentukan oleh induk betina, yaitu pepaya genotipe IPB 9. Sumber pollen yang digunakan hanya memberikan pengaruh pada umur panen buah, yaitu buah pepaya IPB (9 x 3) mempunyai masa panen lebih cepat yaitu berkisar MSP. Buah pepaya IPB 9 selfing, IPB (9 x 1), dan IPB (9 x 4) mempunyai masa panen rata-rata 20 MSP (Gambar 8 dan 9). Pertumbuhan dan perkembangan buah dimulai setelah bunga mengalami fertilisasi, dimana buah muda akan terbentuk kemudian diikuti pembelahan dan

39 28 perkembangan sel. Menurut Ryall dan Pentzer (1982) setelah periode pembelahan sel, perkembangan utama pada buah ialah pembesaran ukuran sel yang akan membentuk daging buah dimana ruang interseluler akan terbentuk sehingga selsel tersebut akan memperbesar ukuran buah dan penampakan buah akan memanjang. Buah pepaya mengalami laju pertumbuhan panjang dan diameter setiap minggu hingga siap panen. Pertumbuhan panjang buah pepaya disajikan pada Gambar 8. Pada gambar terlihat bahwa terdapat dua perlakuan yang mempunyai grafik pertumbuhan yang lebih lama, yaitu pada perlakuan IPB 9 selfing dan IPB (9 x 4) karena kedua perlakuan tersebut mempunyai masa panen yang lebih lama. Pertumbuhan diameter buah pepaya mempunyai pola yang sama dengan pertumbuhan panjang buah (Gambar 9). Pada pola pertumbuhan kedua karakter ini, terlihat bahwa terdapat hubungan yang positif antara panjang dan diameter buah dengan umur buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa buah dapat terbentuk secara maksimal. Tidak terdapat incompatibility antara putik dengan sumber pollen yang digunakan, dari 111 penyerbukan yang dilakukan terbentuk 44 buah (Tabel 1). Pada karakter rasio panjang/diameter buah, seluruh perlakuan mempunyai nilai lebih dari 2.3 dan mempunyai bentuk yang lonjong. Hal tersebut sesuai dengan Rafikasari (2006) bahwa rasio panjang/diameter buah maka buah cenderung mempunyai bentuk bulat, apabila rasio panjang/diameter buah maka buah cenderung mempunyai bentuk lonjong. Pengaruh Sumber Pollen terhadap Kualitas Buah Bentuk buah pepaya hasil penyerbukan cenderung lonjong karena berasal dari bunga hermaprodit. Samson (1980) menyatakan bahwa buah pepaya yang berasal dari bunga hermaprodit mempunyai bentuk silindris atau bulat lonjong dan buah yang berasal dari bunga betina mempunyai bentuk buah yang lebih bulat. Beberapa buah mempunyai perbedaan pada bagian permukaan kulit. Secara tidak langsung terdapat hubungan antara sumber pollen yang digunakan dengan bentuk dan bobot buah, walaupun tidak menunjukkan pengaruh

40 29 yang nyata. Buah dari setiap perlakuan yang terbentuk mempunyai perbedaan pada bentuk permukaan buah, dimana terdapat buah dengan permukaan yang rata dan agak bergelombang (Gambar 11). Bentuk permukaan buah yang berbeda seperti ini secara tidak langsung akan mempengaruhi bobot buah, karena terdapat perbedaan pada porsi kulit dan daging buah yang terbentuk pada buah tersebut. Bentuk permukaan buah juga disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi putik dan sumber pollen pada saat penyerbukan dilakukan. Bentuk permukaan buah yang rata akan terbentuk apabila putik dan sumber pollen berada pada kondisi yang sama, yaitu keduanya siap untuk melakukan penyerbukan dan tidak terdapat incompatibility sehingga dapat terjadi fertilisasi secara sempurna dan akan terbentuk zigot yang sempurna. Apabila putik dan sumber pollen berada pada kondisi yang berbeda, maka fertilisasi tidak akan terjadi secara sempurna sehingga zigot yang akan terbentuk juga tidak sempurna bahkan fertilisasi akan gagal. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi bentuk buah, seperti suhu pada saat dilakukan penyerbukan dan selama proses pertumbuhan buah. Buah pepaya mempunyai kebutuhan suhu o C untuk dapat tumbuh dengan optimal Pada saat pelaksanaan percobaan di lapang, suhu berkisar o C. Suhu aktual di lapang berada di atas kebutuhan suhu untuk pepaya sehingga pertumbuhan tidak optimal. Adanya perbedaan bentuk permukaan buah hasil penyerbukan bisa dipengaruhi pula oleh jenis bunga yang dipakai untuk persilangan. Pada percobaan lapang, digunakan bunga hermaprodit sebagai tetua betina sehingga perlu dilakukan proses emaskulasi sebelum penyerbukan. Proses emaskulasi yang dilakukan dapat mempengaruhi terjadinya proses fertilisasi karena akan terjadinya pelukaan pada bakal buah, sehingga akan mengganggu proses pertumbuhan bentuk buah. Apabila pada proses penyerbukan digunakan bunga dari tanaman betina sebagai tetua betina, maka proses akan lebih mudah. Hal ini disebabkan bentuk bunga betina cenderung lebih seragam sehingga buah yang terbentuk akan lebih seragam, tidak diperlukan proses emaskulasi, dan lebih aplikatif karena proses penyerbukan bisa dilakukan secara masal dengan penyemprotan pollen menggunakan botol spray.

41 30 Warna daging buah akan mempengaruhi selera konsumen, dimana konsumen akan lebih manyukai dan memilih buah pepaya dengan warna yang cerah. Muchtadi dan Sugiyono (1989) menyatakan bahwa warna dapat digunakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen. Karena kebanyakan konsumen menganggap bahwa semakin cerah warna daging buah maka akan semakin manis buah tersebut. Walaupun sebenarnya tidak selalu benar anggapan tersebut. Warna daging buah IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen disajikan pada Gambar 12. Daging buah IPB 9 selfing mempunyai warna oranye kemerahan, cerah, dan warnanya merata. Daging buah IPB (9 x 1), IPB (9 x 3), dan IPB (9 x 4) mempunyai warna oranye yang tidak merata. Perbedaan warna daging buah tersebut merupakan efek dari sumber pollen yang digunakan, dimana daging buah hasil selfing mempunyai warna merata. Buah hasil penyerbukan mempunyai warna yang tidak merata, seperti tercemar dan tidak menarik. Warna daging yang tidak merata pada buah IPB 9 hasil penyerbukan dengan sumber pollen lain merupakan pengaruh dari warna buah sumber pollennya. Setiap buah mempunyai karakteristik warna daging buah yang berbeda sehingga menghasilkan warna yang beragam pada buah hasil penyerbukan. Warna daging buah dari buah yang digunakan sebagai sumber pollen disajikan pada Lampiran 11. Terlihat perbedaan warna dari setiap genotipe buah. Warna daging buah dapat digolongkan dengan menggunakan Color Chart (Lampiran 12). Berdasarkan Color Chart tersebut, warna daging buah pepaya hasil selfing mempunyai warna CC3333 Page-4; IPB (9 x 1) mempunyai warna CC6633 Page-4; IPB (9 x 3) mempunyai warna FF6633 Page-2; dan IPB (9 x 4) mempunyai warna FF6600 Page-2. Buah IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen mempunyai bobot yang tidak menunjukkan perbedaan, berkisar kg. Menurut Samson (1980) buah pepaya mempunyai bentuk yang besar dan bobot rata-rata berkisar kg. Berdasarkan hasil uji F tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dari sumber pollen yang digunakan pada bobot buah. Namun pada nilai standar deviasi terdapat perbedaan yang cukup jauh dari setiap perlakuan

42 31 (Tabel 2). Secara tidak langsung nilai tersebut akan mempengaruhi bobot buah utuh secara keseluruhan, sehingga akan terjadi perbedaan bobot dari setiap buah dari perlakuan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya efek metaxenia pada bobot buah meskipun tidak nyata, hanya pada nilai standar deviasinya. Menurut Samson (1980) di dalam bagian rongga dalam buah pepaya akan diselimuti oleh lebih dari ribuan biji yang kecil, tetapi ada juga buah pepaya tanpa biji. Perkembangan biji di dalam buah merupakan salah satu tahapan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan buah. Ryall dan Pentzer (1982) menambahkan bahwa hal ini merupakan tahapan kedua, dimana apabila terjadi penurunan perkembangan dari daging buah maka biji akan mulai berkembang dengan cepat. Pengamatan terhadap biji pepaya dilakukan pada kondisi biji basah sebelum diproses menjadi benih. Seluruh biji pada buah pepaya ditimbang, kemudian menimbang seratus biji dari tiap buah untuk mengetahui kebernasan dari biji tersebut. Hal ini berhubungan dengan pemuliaan tanaman pepaya, yakni untuk mengetahui biji yang bernas sehingga bagus untuk dijadikan benih. Sama halnya dengan bobot buah, terdapat perbedaan yang cukup jauh pada nilai standar deviasi bobot biji (Tabel 3). Pengamatan mutu fisik dilakukan bersamaan dengan pengamatan ukuran buah, yakni setelah buah dipanen. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan pada tiga titik, yaitu bagian ujung, tengah, dan pangkal buah (Gambar 13). Nilai kekerasan kulit buah relatif lebih besar pada bagian tengah buah berkisar 3-4 mm/150 g/5 detik dan nilai relatif lebih kecil pada bagian ujung buah berkisar 2-3 mm/150 g/5 detik. Secara umum pada pengukuran kekerasan kulit buah, semakin besar nilai pengukuran yang ditunjukkan oleh jarum penetrometer maka kulit buah akan semakin lunak. Pengukuran kekerasan daging buah menggunakan metode yang sama dengan pengukuran kekerasan kulit buah. Yang membedakan terletak pada titik pengukuran dengan penetrometer, yaitu pada bagian buah yang sudah dikupas. Secara umum nilai kekerasan daging buah relatif lebih besar pada bagian tengah berkisar 5-7 mm/150 g/5 detik dan relatif lebih kecil pada bagian ujung berkisar 4-6 mm/150 g/5 detik (Gambar 14).

43 32 Selaras dengan kekerasan kulit buah, semakin besar nilai kekerasan daging maka daging buah akan semakin lunak. Menurut Ryall dan Pentzer (1982) pada proses pematangan buah akan terjadi perubahan unsur pektik yang menyebabkan daging buah lunak pada buah berdaging. Paull et al. (1999) menambahkan bahwa komposisi molekul pektin menurun dan kelarutan pektin di dalam larutan cyclohexanediaminotetraacetic acid dan Na 2 CO 3 meningkat selama proses pematangan. Selama proses penurunan kekuatan dinding sel, kelarutan hemiselulosa juga akan meningkat di dalam larutan KOH. Nilai kekerasan kulit dan daging buah secara tidak langsung dipengaruhi oleh perbedaan dari bentuk permukaan buah. Pada permukaan buah yang berbeda, maka akan terdapat ketebalan kulit dan daging buah yang berbeda pula. Dengan demikian pada saat dilakukan pengukuran, tusukan jarum penetrometer akan menunjukkan kedalaman yang berbeda. Hal ini dapat dikatakan sebegai efek sekunder dari metaxenia pada buah pepaya IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen. Nilai ketebalan daging buah akan mempengaruhi selera konsumen. Semakin tebal daging buah maka konsumen akan lebih menyukai dan memilih buah pepaya tersebut, karena akan semakin banyak bagian dari buah yang dapat dikonsumsi. Selain itu, kulit yang tipis menjadi pertimbangan lain bagi konsumen. Pengukuran ketebalan daging buah dibedakan menjadi dua, yaitu ketebalan daging maksimum dan minimum (Tabel 4). Secara umum nilai ketebalan daging maksimum dan minimum relatif lebih besar besar terdapat pada buah pepaya IPB (9 x 3), sedangkan nilai relatif lebih kecil pada buah pepaya IPB (9 x 4). Selama masa pertumbuhan dan pematangan buah, terdapat banyak faktor kimia dan fisik lingkungan yang berubah dan mempengaruhi kualitas buah pada saat panen. Menurut Ryall dan Pentzer (1982) tahapan penting selama akhir pematangan buah ditandai dengan peningkatan kandungan gula, penurunan kandungan asam, kehilangan pigmen klorofil pada kulit dan daging buah, dan peningkatan kandungan asam askorbat (vitamin C) yang diikuti penurunan dengan semakin matangnya buah.

44 33 Hasil pengamatan mutu kimia menunjukkan bahwa nilai PTT berkisar o Brix, ATT ml/100 g bahan, dan vitamin C mg/100 g bahan (Tabel 5). Menurut Sujiprihati dan Suketi (2009) rasa daging buah pepaya genotipe IPB 9 manis dengan PTT sebesar 10.67±0.58 o Brix. Kandungan vitamin C 78.6 mg/100 g (PKBT, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa buah telah mempunyai tingkat kemanisan dan kadar vitamin C yang cukup untuk selera konsumen. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) perbedaan kadar vitamin C kemungkinan disebabkan oleh genotipe yang berbeda, faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, cara pemanenan ataupun perbedaan umur petik. Padatan Terlarut Total menunjukkan besarnya kandungan gula dalam buah, sedangkan Asam Total Tertitrasi menunjukkan jumlah keseluruhan dari asam yang terkandung dalam buah. Kedua parameter ini sangat berhubungan erat. Menurut Sugiarto et al. (1991) yang paling penting dalam menentukan selera konsumen adalah rasio gula/asam atau keseimbangan antara rasa manis dan asam, jika semakin tinggi nilai rasio PTT/ATT maka buah menunjukkan rasa semakin manis. Selanjutnya Purwati et al. (1991) menyatakan bahwa rasio PTT/ATT menunjukkan peningkatan dengan semakin tuanya umur buah. Nilai rasio PTT/ATT pada penelitian ini berkisar Penerimaan masyarakat terhadap buah pepaya IPB 9 selfing dan hasil penyerbukan dengan beberapa sumber pollen dapat diketahui dengan melakukan uji organoleptik. Uji organoleptik dilakukan empat tahap, dengan 30 responden dari berbagai strata (S1, S2, dan S3) dan Fakultas yang beragam. Pada uji organoleptik ini tidak dilakukan pada responden rumah tangga karena ketersediaan buah yang terbatas. Buah pepaya IPB 9 selfing mempunyai skor yang relatif lebih tinggi untuk semua variabel uji (Gambar 15). Hal ini menunjukkan bahwa buah pepaya IPB 9 selfing merupakan buah yang relatif lebih disukai oleh responden. Sebaliknya, buah pepaya IPB (9 x 1) mempunyai skor paling rendah pada semua variabel uji yang menunjukkan bahwa buah pepaya ini tidak disukai responden. Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan, responden menghendaki buah pepaya dengan rasa manis, aroma yang tidak mencolok, warna buah yang cerah (oranye kemerahan), dan tekstur buah yang tidak terlalu lembek.

45 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian tidak menunjukkan efek metaxenia pada seluruh variabel pengamatan buah pepaya. Dengan demikian tidak terdapat adanya pengaruh dari genotipe sumber pollen yang berbeda terhadap kualitas fisik dan kimia buah pepaya IPB 9. Saran Berdasarkan hasil percobaan kajian metaxenia ini, genotipe sumber pollen tidak mempengaruhi mutu fisik dan kimia pepaya IPB 9. Untuk lebih mengetahui pengaruh sumber pollen terhadap kualitas buah perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bunga dari tanaman betina dengan sumber polen dari tanaman hermaprodit dan tanaman jantan.

46 DAFTAR PUSTAKA Ashari, S Hortikultura: Aspek Budi Daya. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Bodor, P., M. Gaal, and M. Toth Metaxenia in apples cv. Rewena, Relinda, Baujade as influenced by scab resistant pollinizers. International Journal of Horticultural Science 14(3): Burkill I.H A Dictionary of the Economic Products of the Malay Peninsula (2nd Edn), Malay Ministry of Agriculture and Co-operatives, Kuala Lumpur. De Jong, T.J. and R.J. Scott Parental conflict does not necessarily lead to the evolution of imprinting. Plant Science. 12(10): Denney, J.O Xenia includes metaxenia. HortScience 27: Ehlenfeldt, M.K Investigations of metaxenia in northern highbush blueberry (Vaccinium corymbosum L.) cultivars. Journal of the American Pomological Society. 57(1). FAO FAOSTAT. [4 Juni 2010]. Gomez, K.A. dan A.A. Gomez Prosedur Statiktik Untuk Penelitian Pertanian Edisi Kedua. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Penerjemah: E. Sjamsudin dan J.S. Baharsjah. UI- Press. Jakarta. 698hal. Kumar L.S.S. and V.K. Srinivasan (1944) Chromosome number of Carica dodecaphylla Vell. Fl. Flum. Current Science 13(15). Muchtadi, T.R. dan Sugiyono Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. 412hal. Nakasone, H.Y. and R.E. Paull Tropical Fruits. Biddless Ltd, Guilford and King s Lynn. London. 634 p. Nebel, B.R. and Iris. J.T Xenia and Metaxenia in Apples II Vol. 18: Geneva. New York Paull. R.E., Ken G., and Yunxia Q Changes in papaya cell walls during fruit ripening. Postharvest Biology and Technology (19): Persley, D.M. and R.C. Ploetz Diseases of Papaya, p In R.C. Ploetz (Ed.). Diseases of Tropical Fruit Crops. CABI Publishing. Cambridge.

47 36 Purwati, S.D., T. Haryati, dan H.S. Soemarno Stadia pemanenan buah mangga arumanis (Yogyakarta) untuk konsumsi segar. Jurnal Hortikultura. 1(1): Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Laporan Riset Unggulan Strategis Pengembangan Buah Nasional. PKBT, LPPM-IPB. Bogor Laporan Riset Unggulan Strategis Pengembangan Buah Nasional. PKBT, LPPM-IPB. Bogor Laporan Riset Unggulan Strategis Pengembangan Buah Nasional. PKBT, LPPM-IPB. Bogor Laporan Riset Unggulan Strategis Pengembangan Buah Nasional. PKBT, LPPM-IPB. Bogor Usulan Pelepasan Varietas Pepaya Callina. PKBT, LPPM-IPB. Bogor. Rafikasari, I Umur Petik dan Kualitas Buah Pepaya (Carica papaya L.). Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 56 hal.redaksi Agromedia Buku Pintar Budi Daya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Agromedia Pustaka. Jakarta. 296 hal. Rini, P Pengaruh Sekat dalam Kemasan Kardus Terhadap Masa Simpan dan Mutu Pepaya IPB 9. Skripsi. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 37 hal. Ryall, A.L. and W.T. Pentzer Handling, Transportation, and Storage of Fruitrs and Vegetables Second Edition Volume 2 Fruits and Tree Nuts. The Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 634 p. Samson, J.A Tropical Fruits. Longman Inc. New York. 634 p. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 172 hal. Sugiarto, M., Hardianto, dan Suhardi Sifat fisik dan kimiawi beberapa varietas jeruk manis (Citrus senensis L. Osbeck). Jurnal Hortikultura. 1(3): Sujiprihati, S. dan K. Suketi Budi Daya Pepaya Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. 92 hal. Sujiprihati, S., W. Suryaningtyas, N. Arifin, dan V. Novita Usulan Pelepasan Varietas Pepaya IPB 4. Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT) IPB. Bogor.

48 37 Sulistyo Studi persilangan dan efek metaxenia pada pepaya (Carica papaya L.). Prosiding Kongres V dan Simposium Nasional PERIPI tahun 2005, hal: Sunarjono, H Ilmu Produksi Tanaman Buah-buahan. Sinar Baru. Bandung. Swingle, W.T Metaxenia in the date palm. The Journal of Heredity 19(6): Teixeira da Silva, J.A., Z. Rashid, D.T. Nhut, D. Sivakumar, A. Gera, M.T. Souza Jr., and P.F. Tennant Papaya (Carica papaya L.) biology and biotechnology. Tree and Forestry Science and Biotechnology 1(1): Villegas, V.N Carica papaya L., p In E. W. M. Verheij and R.E. Coronel (Eds.). PROSEA, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

49 LAMPIRAN

50 Bulan Okt-09 Nov-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Lampiran 1. Tabel Data Klimatologi Temperatur Rata-rata ( o C) Maks Min Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor Lama Penyinaran Matahari (%) Lampiran 2. Tabel Sidik Ragam Panjang Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam Diameter Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Bagian Ujung Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Tengah Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Pangkal Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

51 Lampiran 4. Tabel Sidik Ragam Bobot Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Buah Utuh Perlakuan tn Galat Total 19 Kulit Perlakuan tn Galat Total 19 Daging Buah Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% 40 Lampiran 5. Tabel Sidik Ragam Bobot Biji dan Jumlah Biji SK db KT F value Pr > F KK(%) Bobot Biji Perlakuan tn Galat Total 19 Bobot 100 Biji Perlakuan tn Galat Total 19 Jumlah Biji Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% Lampiran 6. Tabel Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Bagian Ujung Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Tengah Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Pangkal Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

52 Lampiran 7. Tabel Sidik Ragam Kekerasan Daging Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Bagian Ujung Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Tengah Perlakuan tn Galat Total 19 Bagian Pangkal Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% 41 Lampiran 8. Tabel Sidik Ragam Ketebalan Daging Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) Maksimum Perlakuan tn Galat Total 19 Minimum Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5% Lampiran 9. Tabel Sidik Ragam Mutu Kimia Buah SK db KT F value Pr > F KK(%) PTT Perlakuan tn Galat Total 19 TAT Perlakuan tn Galat Total 19 Vitamin C Perlakuan tn Galat Total 19 Keterangan: tn = tidak berpengaruh nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

53 Lampiran 10. Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Organoleptik Buah Rasa Buah Aroma Buah Warna Buah Tekstur Buah IPB 9 Selfing IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB IPB 9 x IPB Keterangan: Skor 0-25 = tidak suka, = kurang suka, = suka, = sangat suka. 42 IPB 9 IPB 4 IPB 3 IPB 1 Lampiran 11. Warna Daging Buah Pepaya IPB 9, IPB 4, IPB 3, dan IPB 1

54 43 IPB (9 x 3) a IPB (9 x 4) IPB 9 SELFING b IPB (9 x 1) Lampiran 12. Color Chart; a) Page-2 dan b) Page-4

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan lapangan dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di kebun percobaan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, Tajur dengan elevasi 250-300 m dpl

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Pepaya (Carica papaya L.) termasuk dalam famili Caricaceae dan genus Carica. Famili Caricaceae ini terdiri dari empat genus yaitu Carica, Jarilla dan Jacaratial yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) adalah tanaman yang berasal dari daerah Amerika tropis. Tanaman ini termasuk dalam ordo Caricales, famili Caricaceae, dan genus Carica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada November 2011 sampai April 2012 dan bertempat di Kebun Manggis Cicantayan-Sukabumi dengan ketinggian tempat sekitar 500-700 m dpl (di atas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal

MATERI DAN METODE. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Durian lokal III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2010 di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika,

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Taksonomi dan Botani Pepaya TINJAUAN PUSTAKA Daerah Asal dan Penyebaran Pepaya Genus Carica merupakan tanaman asli Amerika tropika yang berasal dari persilangan alami Carica peltata Hook. & Arn. dari Amerika tropika dibawa ke Karibia

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Tanaman dan RGCI, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Pepaya Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman asli Amerika tropis yang dibawa ke Kepulauan Karibia dan Asia Tenggara semasa penjajahan Spanyol pada abad ke-16.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Buah mangga yang digunakan untuk bahan penelitian langsung diambil dari salah satu sentra produksi mangga, yaitu di daerah Indramayu, Kecamatan Jatibarang.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dimulai bulan April 2012 sampai dengan Mei 2012. Bahan dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman pepaya (Carica papaya L.) termasuk ke dalam family Caricaceae dan merupakan tanaman herba (Barus dan Syukri, 2008). Sampai saat ini, Caricaceae itu diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 sampai bulan Januari 2016 di kebun salak Tapansari, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Luas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian

BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Maret 2009. Tempat penelitian di Kebun IPB Tajur I dan analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A

PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A i PENGARUH PENYERBUKAN TERHADAP KUALITAS BUAH PEPAYA BETINA GENOTIPE IPB 1 TRI LESTARI HANDAYANI A24051509 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 ii RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo,

III. METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di kebun budidaya Ds. Junrejo, Kec. Junrejo, Batu, Malang. Ds. Junrejo, Kec. Junrejo berada pada ketinggian 800 m dpl, memiliki suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A34304035 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DIMAS PURWO ANGGORO.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN

PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA TERHADAP SHELF-LIFE DAN KARAKTERISTIK BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SELAMA PENYIMPANAN RELA SARTIKA A24050014 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian Pengaruh Perlakuan Bahan Pengisi Kemasan terhadap Mutu Fisik Buah Pepaya Varietas IPB 9 (Callina) Selama Transportasi dilakukan pada

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian

II. TINJAUAN PUSTAKA. terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terung Ungu 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Terung Ungu Terung merupakan tanaman asli daerah tropis yang diduga berasal dari Asia, terutama India dan Birma. Terung dapat tumbuh dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Tanaman Pisang Pisang (Musa spp.) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia (Prihatman,2000).

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 38 Pencemaran Getah Kuning Pencemaran getah kuning pada buah manggis dapat dilihat dari pengamatan skoring dan persentase buah bergetah kuning pada aril dan kulit buah, serta persentase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai dari bulan Maret hingga Mei 2011, bertempat di Laboratorium Pilot Plant PAU dan Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pepaya Pepaya (Carica papaya L.), salah satu buah introduksi yang telah lama dikenal berkembang luas di Indonesia, merupakan tanaman monodioecious (berumah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) TINJAUAN PUSTAKA Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk buah eksotik yang digemari oleh konsumen baik di dalam maupun luar negeri, karena rasanya yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KUALITAS BUAH PEPAYA HIBRIDA WULANDARI KUSWAHARIANI A24080098 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 PENDUGAAN PARAMETER GENETIK

Lebih terperinci

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks

Hasil penelitian menunjukkan tanaman betina menghasilkan bunga betina dan tanaman hermafrodit menghasilkan bunga hermafrodit, dan ekspresi seks V. PEMBAHASAN UMUM Pepaya berpotensi menjadi buah utama Indonesia karena sifatnya yang multi fungsi. Indonesia mempunyai banyak plasma nutfah pepaya yang menjadi kekuatan dan modal dasar untuk pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Caisin Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan tanaman asli Asia. Caisin dibudidayakan di Cina Selatan dan Tengah, di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas bahan-bahan untuk persiapan bahan, bahan untuk pembuatan tepung nanas dan bahan-bahan analisis. Bahan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Buah yang digunakan untuk bahan penelitian berasal dari kebun petani sentra produksi manggis Purwakarta, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-April 2009

Lebih terperinci

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI Oleh Wahyu Kaharjanti A34404014 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 EVALUASI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan 18 Maret 2016 sampai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU Heria Nova 1, Nery Sofiyanti 2 dan Fitmawati 2 1 Mahasiswi Jurusan Biologi FMIPA-UR 2 Dosen Botani Jurusan Biologi FMIPA-UR Fakultas Matematika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Bulan Lampiran 1. Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Februari hingga Mei 2011 Suhu Rata-rata ( o C) Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 ) Penguapan (mm) Kelembaban Udara (%) Februari 25.6

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lahan Kebun salak dalam penelitian ini terletak di Desa Tapansari, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Umur pohon salak yang digunakan sekitar 2 tahun

Lebih terperinci