BAB I PENDAHULUAN. alam semesta dan interaksi yang terjadi didalamnya. Ilmu Pengetahuan Alam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. alam semesta dan interaksi yang terjadi didalamnya. Ilmu Pengetahuan Alam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam semesta dan interaksi yang terjadi didalamnya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris science. Kata science sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin scientia yang berarti saya tahu. Menurut Trianto (2012:136) bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara umum meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia. Fisika merupakan bagian dari pendidikan sains dan termasuk salah satu mata pelajaran di madrasah yang diharapkan dapat menunjang tujuan pendidikan nasional yang ada. Fisika merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, kreativitas serta sikap bertanggung jawab pada perkembangan teknologi. Fisika berkaitan erat dengan cara mencari tahu dan memahami alam serta gejalanya secara sistematis sehingga pembelajaran fisika bukan hanya penguasaan dari sekumpulan fakta dan teori saja, melainkan juga proses penemuan dan penerapannya (Permendiknas No. 22 Tahun 2006) 1

2 2 Hasdiarti (2014) Menyatakan didalam fisika akan dikaji berbagai fenomena alam melalui langkah kegiatan yang seperti observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen. Fenomena sains yang terjadi merupakan rangkaian ayat-ayat Allah SWT yang bersifat qauniyah yang mayoritasnya dapat menjadi bukti-bukti ayat-ayat Allah yang lain, yaitu ayat-ayat qauliyah-nya yang tertera dalam Alquran. Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini lengkap dengan sistem yang komprehensif. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita senantiasa mentadaburi ayat-ayat Allah SWT baik yang qauniyah, maupun qauliyah, sebab didalamnya terdapat lautan ilmu serta dorongan untuk mengkaji maupun mengaplikasikannya. Tidak hanya itu, ilmu fisika khususnya sangat erat kaitannya dengan kehidupan nyata. Contoh tentang keseimbangan di alam. Matahari, planet-planet dan bintang-bintang maupun benda-benda angkasa lainnya memiliki keteraturan yang luar biasa. Seperti halnya perputaran Bumi pada porosnya. Bumi di samping melakukan rotasi pada porosnya, maka ia pun berputar dan bergerak dalam suatu orbit tertentu bersama dengan bulan dan planet lain yang mengelilingi Matahari. Manfaat dari adanya perputaran Bumi pada porosnya ini adalah terjadinya pergantian siang dan malam. Pergantian siang dan malam adalah sesuatu yang amat penting bagi manusia dalam menjalankan kehidupannya. Peristiwa ini dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam Alquran surat Ali- Imran ayat :

3 3 Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.q.s Ali-Imran (Deperemen Agama RI, 2006) Ayat di atas selain menjelaskan tingginya kedudukan ilmu, juga mengarahkan untuk selalu mengejar ilmu pengetahuan dan mencari rahasiarahasia alam semesta menurut cabang ilmu pengetahuan salah satunya ilmu fisika. Langit adalah benda-benda angkasa seperti Matahari, Bulan, dan jutaan gugusan Bintang-bintang yang kesemuanya beredar dengan sangat teliti dan teratur. Kemudian terjadinya pergantian siang dan malam, yang diakibatkan oleh perputaran Bumi pada porosnya yang melahirkan siang dan malam serta perbedaannya, baik dalam massa maupun dalam panjang serta pendek siang dan malam. Alam semesta ini tidak ada dalam tatanan kacau, tetapi semuanya diatur oleh Allah SWT, sehingga tidak satupun yang berlawanan atau bertabrakan bah-kan berjalan dengan hukum sesuai dengan peredarannya atau perputarannya. ( Shihab :2002 & Yahya 2003). Idealnya pembelajaran fisika bisa mengantarkan peserta didik untuk mengaplikasikam materi-materi fisika ke dalam kehidupan sehari-hari. Seperti

4 4 yang dinyatakan Permendikbud No.22 Tahun 2016 tentang standar proses bahwa pembelajaran fisika dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Namun kanyataannya pembelajaran fisika dibanyak tempat belum terlaksana semestinya. Sirhan (2007) menyatakan menemukan kelas yang teacher centered biasanya guru menggunakan pembelajaran klasikal dengan dominasi ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hapal tanpa diselangi berbagai model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran, sehingga terkesan pembelajaraan fisika menjemukan dan motivasi belajar siswa rendah. Hal senada dikemukakan Kamila, dkk (2012) proses belajar mengajar masih banyak yang memperlakukan peserta didik dengan cara yang dikenal dengan duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Akibatnya, peserta didik kurang berminat untuk mengikuti mata pelajaran yang diajarkan. Guru lebih banyak menjelaskan dan menerangkan, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat apa yang dijelaskkan oleh guru. Apabila peserta didik diberikan latihan di kelas peserta didik cendrung menunggu jawaban dari teman yaang pintar. Delismar (2010) juga mengungkapkan kenyataanya masih banyak peserta didik yang bermasalah dalam belajar. Banyak peserta didik yang menganggap pembelajaran fisika susah dipahami, peserta didik kurang terlibat

5 5 dalam proses belajar mengajar, terjadi dialog satu arah yaitu guru yang menjelaskan sementara peserta didik menjadi pendengar. Situasi ini tidak jauh berbeda juga terjadi di MAN 1 PADANG. Berdasarkan hasil observasi peneliti di MAN 1 PADANG pada tanggal Agustus 2016 ditemukan peserta didik kurang terlibat dalam proses belajar mengajar, terjadi dialog satu arah yaitu guru menjelaskan sementara peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal. Peserta didik masih bersifat pasif yaitu menerima dan menunggu apa yang diperintah oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru mata pelajaran fisika yang bernama Ibu Asnita Luthan, S.Pd di MAN 1 Padang, diperoleh informasi bahwa guru sudah mengadakan pembelajaran secara berkelompok, namun tidak terus-terusan dan adapun pelaksanaannya masih belum berjalan dengan baik, dan waktu yang digunakan banyak terbuang siasia karena ketika berkelompok sering kali saat guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok peserta didik tidak mau diatur oleh guru, sehingga memperlambat penyampaian materi. Hal ini disebabkan kurangnya kerjasama antara anggota kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan, ketika guru memberikan tugas kepada peserta didik tugas itu hanya dikerjakan oleh peserta didik yang pandai saja dan yang lainnya meniru apa yang dibuat oleh temannya. Sehingga dalam proses belajar mengajar terdapat kesenjangan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang biasa-biasa saja. Peserta didik yang pandai ini merasa sudah hebat jadi tidak perlu kerjasama lagi dengan peserta didik yang lain dan tidak mau juga untuk mengajarinya.

6 6 Situasi ini terlihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik belum sesuai dengan yang diharapkan, yaitu masih ada peserta didik yang tuntas dan tidak tuntas. Rendahnya tingkat penguasaan konsep fisika peserta didik, dapat juga diketahui dari hasil wawancara kepada Ibu Asnita Luthan S.Pd, beliau mengatakan bahwa kebanyakan dari hasil jawaban ujian peserta didik yang rata-rata mengalami kesalahan yang sama dalam menyelesaikan soal latihan. Terlihat pada nilai UTS terakhir peserta didik dimana hasil belajar fisika peserta didik belum mencapai hasil yang diharapkan. Peserta didik yang tuntas dalam belajar jika mendapatkan nilai sama atau lebih dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di madrasah yaitu 75. Kondisi ini dapat dilihat dari ketuntasan nilai ujian tengah semester genap fisika kelas XI seperti terlihat pada Tabel 1.1 Tabel 1.1 Nilai Ketuntasan Ujian Tengah Semester 2 Fisika Siswa Kelas XI MAN 1 Padang Tahun Ajaran 2016/2017 Persentase Siswa Kelas Jumlah Siswa Jumlah Siswa Kkm Jumlah Tuntas Tidak Tuntas Siswa (%) (%) Jumlah Presentase Jumlah Presentase XI % 21 70% XI ,1% 31 96,9% 75 XI ,1% 31 96,9% XI ,9% 5 16,1% (Sumber: Guru Fisika MAN 1 Padang) Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik belum mencapai hasil yang diharapkan. Seperti kelas XI MIA 1 yang tuntas untuk mata pelajaran fisika hanya 9 orang dari 30 orang peseta didik, kelas XI MIA 2 yang tuntas hanya 1 orang dari 32 orang peserta didik, kelas

7 7 XI MIA 3 yang tuntas 1 orang dari 31 orang peserta didik, kelas XI MIA 4 yang tuntas 26 orang dari 31 orang peserta didik. Rendahnya hasil belajar fisika peserta didik dan belum tercapainya KKM karena peserta didik belum berperan aktif dan kurangnya kerjasama dalam proses pembelajaran. Solusi dari permasalahan di atas peneliti mengunakan model pembelajaran cooperatif learning. Salah satu model pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan. Pembelajaran kooperatif menuntut peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok sehingga melibatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan diskusi di kelas. Keterlibatan peserta didik secara kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama memungkinkan hasil belajar peserta didik menjadi lebih baik. Sehingga model pembelajaran kooperatif merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi masalah tersebut dengan keadaan keaktifan dan hasil belajar fisika peserta didik yang masih kurang. Model pembelajaran cooperative learning merupakan model pembelajaran yang membagi peserta didik dalam beberapa kelompok yang bekerja sama antara satu peserta didik dengan yang lainnya untuk memecahkan masalah. Model ini lebih akrab dengan belajar kelompok. Tiaptiap kelompok diberi tugas oleh gurunya untuk mengerjakan soal dan didiskusikan dengan teman-teman kelompoknya. Tiap-tiap peserta didik diharapkan aktif dalam mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. keberhasilan belajar dalam model ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan itu akan baik bila

8 8 dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik (Hartono :2013). Cooperative learning mempunyai beberapa tipe dalam membantu keberhasilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah yang sudah dipaparkan tadi. Peneliti memilih dua tipe yaitu: model cooperative learning tipe NHT dan TGT. Pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TGT, memungkinkan mendorong keaktifan dan hasil belajar siswa dengan berdiskusi antar sesama anggota kelompok. Model pembelajaran tipe NHT merupakan rangkaian penyampaian materi dengan menggunakan kelompok sebagai wadah dalam menyatukan persepsi/pikiran peserta didik terhadap pertanyaan yang dilontarkan atau diajukan guru, yang mungkin akan dipertanggungjawabkan oleh peserta didik sesuai dengan nomor permintaan guru dari masing-masing kelompok. Model pembelajaran tipe ini siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kelompoknya sehingga setiap pesera didik dapat memahami materi yang dipelajarinya serta mengutarakan pendapatnya (Istarani:2012) Sedangkan Model pembelajaran tipe TGT ini memiliki ciri khas sendiri yaitu adanya turnamen atau semacam ajang kompetisi akademik antar kelompok pesera didik. Model pembelajaran tipe ini juga akan memacu peserta didik untuk bekerjasama, saling membantu satu sama lain, melatih peserta didik secara individu membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah fisika.

9 9 Penelitian Karmila dkk (2012) menyatakan bahwa model pembelajaran NHT dengan CTL dapat mempengaruhi hasil belajar fisika siswa kelas VIII SMP N 2 Balaesang. Begitu juga Delismar (2012) melakukan penelitian mengenai menggunaan model NHT dan disertai pemberian reward pada siswa kelas VII SMP 5 JAMBI juga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hadiyanti dkk (2012) mengenai keefektifan pembelajaran kooperatif NHT terhadap kemampuan pemahaman konsep sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa dapat mencapai kualifikasi keefektifan yang ditentukan dan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori. Penelitian model pembelajaran TGT pernah dilakukan Syukur (2014). Peneliti mengungkapkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TGT berbasis outbound menunjukan bahwa meningkat motivasi belajar siswa dan meningkat prestasi belajar fisika siswa. Senada dengan Soegiartono (2008) juga melakukan penelitian. Menurutnya penelitian yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran TGT juga berhasil dimana setelah diterapkan model TGT ini secara umum kemampuan kognitif siswa peningkat, terutama pada aspek ingatan dan pemahaman. Namun hal yang membedakan dari kedua tipe tersebut adalah adanya pengulangan pada tipe TGT dalam bentuk kompetisi game dan turnamen yang menuntut peserta didik bersaing dengan tim lain untuk memperoleh skor bagi timnya. Sedangkan pada tipe NHT terdapat tahap

10 10 answering yang menuntut tanggung jawab individual setiap anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Sehingga berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengadakan suatu eksperimen mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dibandingkan dengan tipe Team-Game- Tournament (TGT). peneliti ingin melihat perbandingan kedua model pembelajaran ini karena model pembelajaran NHT dan TGT sama-sama bertujuan agar peserta didik aktif dan belajar serta bekerjasama dengan temantemannya, apakah dengan membandingkan kedua model ini terdapat perbedaan yang berarti terhadap hasil belajar fisika peserta didik. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Efektivitas penggunaan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Fisika peserta didik Kelas XI MIA MAN 1 PADANG. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Terkesan pembelajaraan fisika menjemukan dan motivasi belajar peserta didik rendah karena guru menggunakan pembelajaran klasikal dengan dominasi ceramah tanpa diselangi berbagai model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran

11 11 2. Proses pembelajaran terjadi dialog satu arah yaitu guru menjelaskan sementara peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal 3. Ketika guru memberikan tugas kepada peserta didik tugas itu hanya dikerjakan oleh peserta didik yang pandai saja dan yang lainnya melihat hasil yang dibuat oleh temannya. 4. Pelaksanaan pembelajaran kelompok pada mata pelajaran fisika masih belum berjalan dengan baik disebabkan kurangnya kerjasama antara anggota kelompok 5. Hasil belajar fisika siswa masih banyak di bawah KKM yang sudah ditetapkan sekolah yaitu 75 disebabkan pemahaman konsep fisika siswa masih rendah. C. Batasan Masalah Untuk mengurangi luasnya permasalahan-permasalahan tersebut, maka dalam penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran NHT dan TGT 2. Penelitian dilakukan di MAN 1 PADANG, peserta didik yang terlibat seluruh peserta didik kelas XI MIA 3. Materi pelajaran fisika yang dipilih pada kelas XI MIA tentang keseimbangan benda tegar dan fluida dinamis 4. Efektivitas terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA dari segi proses yaitu alokasi waktu guru dan alokasi waktu peserta didik dalam pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran NHTdan TGT.

12 12 5. Efektivitas terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA dari segi output yaitu prestasi belajar peserta didik dilihat dari ranah kognitif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan model kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dikelas XI MIA MAN 1 PADANG? 2. Bagaimanakah hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan menggunakan model TGT (Teams Games Tournament) dikelas XI MIA MAN 1 PADANG? 3. Apakah penggunaan model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) lebih efektif dibandingkan dengan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas XI MIA MAN 1 PADANG? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitin ini adalah untuk menguji ke efektivan: 1. Hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan model kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dikelas XI MIA MAN 1 PADANG 2. Hasil belajar fisika peserta didik yang diajarkan menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dikelas XI MIA MAN 1 PADANG

13 13 3. Untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar fisika peserta didik di kelas XI MIA MAN 1 PADANG. F. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Penambah pengetahuan peneliti khususnya tentang model pembelajaran cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan model pembelajaran cooperative learning Tipe Teams Games Tournament(TGT). 2. Pengalaman bagi peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai calon guru fisika 3. Bahan masukan bagi guru fisika di MAN 1 Padang dalam memilih model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran fisika 4. Bagi peserta didik akan memberikan kesempatan dan pengalaman dalam pembelajaran sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik G. Defenisi Operasional Efektif (KBBI, 2000) mempunyai arti berhasil. Efektivitas merupakan suatu ukuran keberhasilahn, artinya semakin berhasil pembelajaran tersebut, semakin tinggi tingkat keefektivitasannya (mulyasa: 2003). Pembelajaran fisika dikatakan efektif, bila mencapai ketuntasan belajar, berpengaruh secara positif keterampilan proses

14 14 terhadap pretasi belajar peserta didik. Keterampilan proses (KBBI,2000) mempunyai arti suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah model pembelajaran, sehingga terjadi hasil berupa perubahan tingkah laku. Menurut (Lie: 2002) pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang berstruktur, dan dalam sistem ini pendidikbertindak sebagai fasilisator. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar lainnya. Hamdani (2011) mengungkapkan bahwa model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) merupakan model belajar dengan cara setiap peserta didik diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara acak, pendidik memanggil nomor dari siswa. Yang mana model pembelajaran ini bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu untuk meningkatkan kerja sama siswa, NHT juga bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. TGT merupakan pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Siswa menikmati suasana permainan dan antusias pada TGT karena menekankan pada kerjasama kelompok, menghilangkan rasa jemu selama proses pembelajaran melalui permainan yang dilaksanakan didalam turnamen, sehingga membuat proses

15 15 pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan dan berobot yang bisa memberikan kesenangan untuk siswa dalam proses pembelajaran (Suprijono, 2009). Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan belajar dan menjadi indikator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Menurut Feki (2012) Hasil belajar merupakan suatu prestasi yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar, sedangkan hasil belajar fisika adalah berupa nilai yang didapat dalam bentuk skor setelah diadakan tes.

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat penting dan berpengaruh bagi kehidupan manusia karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Namun masalah pendidikan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN Pada Bab Pendahuluan ini akan diuraikan secara singkat mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional yang dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengalaman peneliti dalam melaksanakan pembelajaran IPS saat ini tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan hanya dengan anak di suruh membaca buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro, pembelajaran masih berpusat pada guru. Jadi guru lebih aktif selama proses belajar mengajar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi oleh dunia pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan yang wajib diterima bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat semakin meningkatkan tuntutan hidup masyarakat di segala bidang, termasuk dalam bidang pendidikan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis yang pada kenyataannya tidak cukup memenuhi kebutuhan siswa dalam kehidupan sehari-hari karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa, sebaliknya bagi Jean Piaget (1896) dalam Sagala (2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT), bahkan di tingkat Taman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Annie Resmisari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Permendiknas No. 41 tahun 2007 mengenai standar proses, pelaksanaan pembelajaran di sekolah terdiri atas tiga tahapan yaitu kegiatan pendahuluan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sehingga mampu untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peradapan manusia yang terus berkembang menyebabkan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) juga terus mengalami kemajuan yang pesat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang mengetahui dan menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting karena pendidikan adalah proses utama dalam perkembangan kemajuan suatu peradaban dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bagian dari kunci pokok keberhasilan kemajuan suatu bangsa, oleh karenanya setiap bangsa pasti menginginkan adanya perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Usaha untuk mencapai tujuan. yang melibatkan siswa aktif dalam proses pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran yang wajib dipelajari siswa di Sekolah Dasar (SD). Secara umum tujuan pembelajaran IPS di SD menurut Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik apa yang akan dilakukan dalam kelas selama pertemuan berlangsung. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada satu kata bijak yang mengungkapkan bahwa gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan, hal tersebut pun berlaku untuk proses pembelajaran di lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan siswa merekonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing siswa menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA Widyo Pramono Universitas Negeri Surabaya widyo@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan adalah menjadi tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD, yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, bahkan sejak mereka lahir sampai akhir hayat. Pernyataan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu bangsa. Pendidikan menjadi tolok ukur keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi adalah mata pelajaran yang memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Terlebih lagi, biologi juga menuntut siswa untuk mampu menghafal teori yang ada. Menginggat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Melalui pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi yang beriman dan memiliki ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pendidikan keberhasilan pengajaran di lembaga pendidikan tergantung pada keefektifan pembelajaran dalam mengubah tingkah laku para peserta didik ke arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan kemajuan zaman, tidak terkecuali bangsa Indonesia. Demikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari hal-hal baru. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia sangatlah penting. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang telah menuntut manusia untuk selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak lahir manusia mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Belajar merupakan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Di dalam kehidupan sehari-hari, bahasa digunakan sebagai alat komunikasi ketika manusia berinteraksi

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN RODA IMPIAN PADA SISWA KELAS X 5 SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007 / 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu usaha yang dapat dilakukan pendidik untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas. Pada dasarnya, manusia terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan tahan lama, salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus yang berkualitas dan mengembangkan potensi yang dimiliki setiap manusia.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS 5 SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR NEGERI KALIGENTONG 01 TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan memilih menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa terhadap materi ajar. Lemahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan upaya memahami berbagai penomena alam secara sistematis. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA memiliki empat dimensi yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan peserta didik agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, biologi sebagai proses ilmiah, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, biologi sebagai proses ilmiah, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Kecenderungan pembelajaran biologi pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari biologi sebagai produk, menghafalkan konsep, dan teori.keadaan ini diperparah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam

I. PENDAHULUAN. menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Guru juga harus ikhlas dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas guru sebagai pendidik adalah mengajar dan mendidik, karena guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang dekat sekali dengan kehidupan manusia. Saat kita mempelajari IPA, berarti mempelajari bagaimana alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran yang dilaksanakan dengan menyenangkan dan berpusat pada siswa semestinya harus selalu dilakukan seorang guru. Siswa antusias mengacungkan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Oleh : Bambang Sumantri Dosen Tetap Yayasan STKIP PGRI Ngawi Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya melalui membaca, menulis atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata pelajaran fisika di SMA Negeri 1 Rumbia masih menggunakan model pembelajaran demonstrasi. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia

BAB I PENDAHULUAN. mana yang benar dan salah, dengan pikiran manusia dapat berpikir bahwa dia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna diantara makhluk Tuhan yang lain. Makna kesempurnaan ini tidak menjurus pada sempurnanya tingkah laku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan selama ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, mutu guru merupakan salah satu komponen yang mempunyai peran sangat penting. Fenomena di lapangan selama ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan, dan keterampilan, serta memperkuat kepribadian dan semangat kebangsaan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut kemampuan kompetitif dalam berbagai aspek kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal. Sehubungan dengan itu, upaya

Lebih terperinci

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ? PENDAHULUAN Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk merancang suatu pembelajaran yang efektif. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kimia merupakan mata pelajaran wajib bagi siswa SMA, khususnya jurusan IPA. Mata pelajaran ini perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) MENGGUNAKAN SOFTWARE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI PADA SISWA KELAS VII F DI SMP NEGERI I BULU SUKOHARJO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan bermasyarakat menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan adalah usaha yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA 2.1.1 Definisi Pembelajaran Menurut Susanto (2013: 19) pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yang pertama faktor internal yaitu yaitu faktor yang ada dalam diri siswa meliputi motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017

758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 758 e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017 PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER DISIPLIN TANGGUNG JAWAB SERTA HASIL BELAJAR IPA Oleh Endang Retnowati

Lebih terperinci

didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa

didik. Pada kegiatan pembelajaran ini siswa diharuskan aktif- mencari sendiri dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pada kurikulum ini siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar guru dalam membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Julianto, 2011). Guru hanya bertugas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen yaitu produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang memegang peran signifikan untuk mengembangkan kebudayaan adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan atau tuntutan pendidikan nasional yaitu mewujudkan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan atau tuntutan pendidikan nasional yaitu mewujudkan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan atau tuntutan pendidikan nasional yaitu mewujudkan kegiatan pembelajaran dan suasana belajar agar siswa dapat lebih aktif dalam perkembangan potensi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) MELALUI MEDIA CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIIIB SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang bahkan akan terbelakang. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan. Proses

Lebih terperinci