MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) NITA MEGAISWARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) NITA MEGAISWARI"

Transkripsi

1 MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) NITA MEGAISWARI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Sampah Perkotaan (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, April 2016 Nita Megaiswari NIM H

4 2

5 ABSTRAK NITA MEGAISWARI. Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Sampah Perkotaan (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung). Dibimbing oleh AHYAR ISMAIL dan NUVA. Bank sampah merupakan salah satu bentuk pengelolaan sampah rumah tangga dengan mengadopsi konsep perbankan. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) merupakan salah satu dari contoh bank sampah di Jawa Barat. Kegiatan pengelolaan sampah dengan konsep bank sampah sebenarnya memberikan sejumlah manfaat. Oleh karena itu, dilakukan analisis lebih mendalam mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui pola mekanisme pengelolaan; (2) Menghitung manfaat ekonomi; (3) Menghitung kelayakan finansial biogas dan; (4) Menganalisis strategi pengelolaan pada Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis manfaat bersih, analisis kelayakan finansial, analisis Strengths Weakness Opportunities Threats (SWOT), dan analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pola mekanisme pengelolaan sampah BSWM melibatkan beberapa aktor yaitu lurah, camat, ketua RW, Masyarakat, pengepul, dan pengelola bank sampah. Alur uang masuk dari pengepul ke pengelola bank sampah. Alur uang keluar dari pengelola bank sampak ke nasabah dan tenaga kerja bank sampah; (2) Bank Sampah Wargi Manglayang memiliki nilai manfaat langsung dan tidak langsung. Total manfaat langsung sebesar Rp dan manfaat tidak langsung sebesar Rp ; (3) Proyek pengolahan biogas layak secara finansial sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk bank sampah lainnya dalam pengolahan sampah dan; (4) Strategi yang layak diterapkan yaitu memperluas ruang lingkup BSWM, membuat inovasi baru, mengoordinasi dengan pihak eksternal untuk mendapatkan modal, melaksanakan pelatihan untuk pengurus BSWM, memanfaatkan loyalitas pengurus, dan meningkatkan fungsi BSWM dan jaringannya. Hasil dari analisis QSPM diperoleh strategi prioritas yaitu membuat aturan yang mengatur tentang BSWM. Kata kunci: Bank sampah, biogas, kelayakan finansial, manfaat ekonomi, strategi pengelolaan

6 4 ABSTRACT NITA MEGAISWARI. Economic Benefits and Urban Waste Management Strategy (Case Study: Bank Sampah Wargi Manglayang Bandung). Supervised by AHYAR ISMAIL and NUVA Bank sampah is expected to be a solution for household waste by adopting the concept of banking. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) is one of the examples of bank sampah in West Java. Waste management is actually a number of benefits therefore do more in-depth analysis of the community-based waste management. Based on these problems, then the purpose of this study are: (1) Determine the pattern of management mechanism; (2) Calculated economic benefits; (3) Calculated biogas and financial feasibility; (4) Analyze Waste management strategies at the Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). The method in this study are the net benefit analysis, financial analysis, analysis Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT), and analysis of Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM). Results of the study showed that: (1) Pattern BSWM waste management mechanism involves several actors that village heads, RW, society, collectors, and managers of bank sampah. Flow of money coming from garbage collectors to bank managers. Flow of money out of the bank managers to the customer and the bank bins labor; (2) Bank Sampah Wargi Manglayang has a value of direct and indirect benefits. Total direct benefits amounting to IDR and indirect benefits of IDR ; (3) The project is financially viable biogas processing so it can be on a other of bank sampah in sewage treatment and; (4) The strategy is feasible that expand the scope BSWM, create new innovations, coordinating with external parties to raise capital, implement training for administrators BSWM, leveraging loyalty management, and improving the function BSWM and networks. The results of the analysis obtained QSPM priority strategy is to make the rules governing BSWM. Keyword: Bank Sampah, biogas, economic benefits, financial feasibility, management strategic

7 MANFAAT EKONOMI DAN STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) NITA MEGAISWARI Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

8 2

9

10 2

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- Nya sehingga skripsi yang berjudul Manfaat Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Sampah Perkotaan (Studi Kasus: Bank Sampah Wargi Manglayang Kota Bandung) dapat diselesaikan. Penelitian ini mengkaji mengenai manfaat ekonomi dan kelayakan finansial biogas di Bank Sampah Wargi Manglayang. Selain itu dikaji juga strategi pengelolaan di Bank Sampah Wargi Manglayang. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada : 1. Kedua orang tua penulis, Bapak Koswara dan Ibu Nurhayati serta kakak (Merry Indrayati, SPd dan Andri Indrayasa, SP) atas doa dan dukungan serta kasih sayang yang diberikan kepada penulis. 2. Bapak Dr Ir Ahyar Ismail, MAgr dan Ibu Nuva, SP, MSc sebagai dosen pembimbing 1 dan 2 yang senantiasa memberikan arahan serta bimbingan selama penyusunan proposal penelitian hingga skripsi. 3. Pengurus Bank Sampah Wargi Manglayang atas segala bantuan dalam pengambilan data. 4. Rezha Adviana Refrial, SPi yang telah memberikan doa, masukan, dukungan, motivasi dan bantuan. 5. Seluruh keluarga besar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan atas semua arahan, masukan, motivasi, dan bantuan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta memberikan manfaat bagi semua pihak (masyarakat, pengelola bank sampah, dan pemerintah) dalam rangka pengelolaan bank sampah. Bogor, April 2016 Nita Megaiswari H

12 4

13 i DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN... iv I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permasalahan Sampah Eksternalitas Analisis Kelayakan Finansial Konsep Analisis SWOT Penelitian Terdahulu III. KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Penentuan Jumlah Responden Metode Pengolahan dan Analisis Identifikasi Pola Mekanisme Pengelolaan BSWM Manfaat Bersih Pengolahan Sampah Analisis Kelayakan Finansial Biogas Komponen Arus Penerimaan (Inflow) Komponen Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis SWOT Matriks Faktor Strategi Eksternal Matriks Faktor Strategi Internal Matriks SWOT Analisis QSPM V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik RW 06 Kelurahan Palasari Kota Bandung Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Struktur Organisasi Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Kegiatan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Karakteristik Responden... 40

14 ii Sebaran Tempat Tinggal Responden Tingkat Pendapatan Responden Tingkat Pendidikan Responden VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Mekanisme Pengelolaan Sampah di BSWM Nilai Manfaat Bersih Pengolahan Sampah di BSWM Analisis Kelayakan Finansial Biogas di BSWM Identifikasi Penerimaan Identifikasi Pengeluaran Penilaian Kelayakan Finansial Perumusan Strategi Pengembangan BSWM Analisis Variabel Kunci Pengembangan BSWM Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman Matriks Faktor Strategi Internal BSWM Matriks Faktor Strategi Eksternal BSWM Matriks IE (Internal-Eksternal) BSWM Matriks QSPM BSWM VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP... 99

15 iii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 4.1. Jenis dan Data Penelitian Matriks Faktor Strategi Eksternal Matriks Faktor Strategi Internal Diagram Matriks SWOT Bentuk Matriks QSPM Harga Sampah di Bank Sampah Wargi Manglayang Penjualan Souvenir Tahun Upah Pengrajin Tahun Rata-Rata Willingness to Pay (WTP) Total Manfaat Ekonomi di BSWM Hasil Analisis Kelayakan Finansial Biogas di BSWM Faktor Internal dan Eksternal Bank Sampah Wargi Manglayang Analisis Matriks Faktor Strategi Internal Analisis Matriks Faktor Strategi Eksternal DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Persentase Perlakuan Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah berdasarkan Tempat Tinggal Tahun Diagram Analisis SWOT Diagram Alur Penelitian Struktur Organisasi BSWM Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Tempat Tinggal Tingkat Pendapatan Responden Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pola Mekanisme Pengelolaan BSWM Proses Penabungan di BSWM Matriks IE (Internal-Eksternal) BSWM... 64

16 iv DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Lampiran Kuisioner Penelitian Lampiran Kuisioner Penelitian Lampiran Cash Flow Analisis Kelayakan Finansial Biogas Lampiran Cash Flow Analisis Kelayakan Finansial Biogas Lanjutan Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Hasil Analisis QSPM untuk strategi Lampiran Dokumentasi Penelitian... 97

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sampah merupakan masalah yang cukup penting dan sulit diatasi. Sampah menjadi permasalahan sulit ketika pertumbuhan penduduk semakin besar. Semakin banyak penduduk maka semakin banyak sampah rumah tangga yang dibuang ke lingkungan. Sementara itu, penanganan sampah yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah/Kota belum berjalan secara maksimal. Hal ini tentunya menimbulkan ketimpangan antara kapasitas sampah dan kebutuhan pelayanan. Sampah akan menjadi masalah ketika sampah tidak terkelola dengan baik. Sampah yang tidak terbuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menumpuk dan menjadi timbulan sampah. Peningkatan jumlah timbulan sampah berpotensi menyebabkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan yaitu dampak terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan, dan keadaaan sosial ekonomi. Banyak sekali penyakit yang timbul akibat tumpukan sampah yang tidak di kelola. Diare, kolera, tifus, jamur, demam berdarah, dan penyakit yang menyebar melalui rantai makanan. Dampak terhadap lingkungan adalah cairan rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air, sehingga mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Dampak terhadap kondisi sosial ekonomi yang dirasakan dari pengelolaan sampah yang tidak memadai adalah rendahnya tingkat kesehatan masyarakat, dan meningkatkan pembiayaan untuk mengobati ke rumah sakit. Selain itu dampak negatif dari sampah adalah meningkatnya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan fasilitas yang baik sebelum terjadinya pencemaran oleh sampah (Gelbert 1996). Selain permasalahan timbulan sampah yang tidak terkelola, ada permasalahan lain yang terjadi di masyarakat yaitu perlakuan masyarakat terhadap sampah. Berdasarkan data BPS (2013), diketahui bahwa sebagian besar rumah tangga (61,41 persen) mengelola sampahnya dengan beberapa cara pembuangan sampah (lebih dari satu jenis perlakuan) dan sisanya sebesar 38,59 persen rumah tangga mengelola sampah hanya dengan satu perlakuan saja. Cara pembuangan

18 2 sampah yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat adalah dengan cara dibakar (Gambar 1.1). Didaur ulang Dibuat kompos/pupuk Diangkut petugas/tps/tpa Dijual ke pengumpul barang bekas Ditimbun/dikubur Dibakar Dibuang ke laut/sungai/got Dibuang sembarangan Dijadikan makanan ternak 1,76 1,42 2,11 5,56 2,29 3,8 27,98 4,38 26,1 26,57 25,62 22,29 30,36 14,11 14,16 17,95 10,31 19,88 29,86 9,76 9,78 12,69 6,83 51,9 52,24 69,92 87, Perkotaan + Pedesaan Pedesaan Perkotaan Sumber : BPS 2013 Gambar 1.1 Persentase Perlakuan Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah berdasarkan Tempat Tinggal Tahun 2013 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa perilaku masyarakat Indonesia dalam mengelola sampah masih kurang ramah lingkungan, hal ini dapat dilihat dari 52,24 persen penduduk perkotaan dan 87,36 persen penduduk pedesaan membakar sampah (BPS 2013). Pembakaran sampah yang dilakukan mungkin memang menyelesaikan masalah penumpukan sampah, namun pembakaran sampah juga akan menimbulkan masalah baru yaitu polusi udara dan meningkatkan konsentrasi CO 2 di atmosfer. Asap atau gas CO 2 yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut akan menyebabkan semakin bertambahnya konsentrasi CO 2 yang ada di atmosfer, pada akhirnya akan menyebabkan meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Sampah yang menggunung dapat

19 3 menyebabkan bencana seperti longsor yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Leuwigajah pada tahun 2005 yang menewaskan 157 warga sekitar (Nugraha 2011). Bencana longsor ini menyebabkan ditutupnya TPAS Leuwigajah. Permasalahan terebut menjadikan Pemerintah Kota Bandung berupaya mencari solusi lain guna mengurangi volume sampah yang dihasilkan warganya. Salah satu solusi yang dilakukan adalah program Bandung Green and Clean (BGC) yang diikuti oleh Rukun Warga (RW) di Kota Bandung. Program ini membentuk daya pikir masyarakat untuk berpartisipasi dalam mewujudkan Kota Bandung yang hijau dan bersih. Salah satu ide yang dicetuskan oleh warga RW 06 Kelurahan Palasari adalah bank sampah. Kelurahan Palasari membuat bank sampah dengan nama Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). Bank sampah adalah program yang dapat membuat warga peduli lingkungan dengan menyadarkan masyarakat bahwa sampah dapat diolah dan menghasilkan nilai tambah yang dapat menguntungkan. Bank sampah juga dapat membantu mengelola sampah rumah tangga agar terkendali dan bermanfaat. Jenis sampah yang dikelola adalah sampah anorganik dan organik. Sampah yang dapat kering yang dapat dijual ke pengepul akan menjadi sumber saldo untuk nasabah sedangkan sampah organik dikelola menjadi kompos dan biogas. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) merupakan salah satu bank sampah percontohan Jawa Barat yang memiliki unit pengolahan biogas. Kegiatan pengelolaan sampah sebenarnya memberikan sejumlah manfaat yang membawa keuntungan bagi pemerintah, masyarakat, dan pengembang kawasan. Selain mengurangi sampah dan memperbaiki daya dukung lingkungan, hasil dari pengolahan sampah dapat menjadikan sumber penghasilan. Kegiatan pengolahan sampah juga memberikan banyak manfaat lingkungan oleh karena itu dilakukan analisis lebih mendalam mengenai pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Manfaat kenyamanan yang dihasilkan oleh kegiatan pengolahan perlu diperhitungkan agar manfaat pengolahan dapat dilihat secara keseluruhan. Kelayakan finansial perlu dilakukan sebagai rekomendasi bagi bank sampah lain dan pemerintah daerah dalam penerapan unit pengolahan biogas sebagai alternatif pengurangan sampah rumah tangga.

20 4 1.2 Perumusan Masalah Meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga mengakibatkan timbulan sampah semakin meningkat di TPA. Hal ini disebabkan oleh sistem penanganan sampah yang masih menggunakan konsep kumpulangkut-buang. Selain karena peningkatan jumlah penduduk, volume sampah juga dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran masyarakat mengenai dampak timbulan sampah bagi lingkungan dan kesehatan. Kerugian akibat mengabaikan masalah pengelolaan sampah tersebut telah dirasakan langsung oleh masyarakat Kota Bandung pada tahun 2005 pada kejadian longsornya timbulan sampah TPA Leuwigajah. Permasalahan sampah Kota Bandung memaksa pemerintah untuk mengajak masyarakat turut serta dalam pengurangan volume sampah. Bandung Green and Clean (BGC) merupakan lomba yang bertujuan untuk mengajak masyarakat turut serta dalam mewujudkan Kota Bandung bersih dan hijau yang diikuti oleh setiap RW di Kota Bandung. RW 06 Kelurahan Palasari adalah salah satu peserta dari BGC. RW 06 Kelurahan Palasari mempunyai inovasi baru dengan membuat Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) di wilayah pemukimannya. BSWM berdiri atas ide dan gagasan dari ibu PKK RW 06 Kelurahan Palasari. BSWM berdiri pada tanggal 29 November Tujuan pendirian BSMW adalah sebagai sarana menjaga lingkungan sekitar pemukiman agar bebas dari sampah. Berbeda dengan bank sampah lainnya yang mendirikan bank sampah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Inovasi dari BSWM adalah mengelola sampah organik menjadi biogas yang dapat dimanfaatkan warganya untuk pengganti gas LPG. Sampah anorganik didaur ulang menjadi sebuah kerajinan tangan yang memiliki nilai jual dan bernilai guna. BSWM merupakan lembaga pengelolaan sampah yang menerapkan prinsip mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse), mendaur ulang (recycle), mengganti (replace) sekaligus melibatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya. Masyarakat berperan sebagai nasabah dan juga pengelola bank sampah ini. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, baik dari segi manfaat kenyamanan lingkungan dan manfaat ekonomi. Penelitian ini akan merinci semua manfaat yang dihasilkan dari BSWM.

21 5 BSWM memiliki beberapa unit usaha pengolahan sampah diantaranya pengolahan kompos, pendaur ulangan sampah kemasan, pengelolaan sampah yang dapat dijual, dan pengolahan biogas. Manfaat kenyamanan yang dihasilkan oleh kegiatan pengolahan perlu diperhitungkan agar manfaat pengolahan dapat dilihat secara keseluruhan. Unit usaha pengolahan biogas perlu diteliti kelayakan finansialnya sebagai rekomendasi bagi bank sampah lain dan pemerintah daerah untuk alternatif pengolahan sampah rumah tangga. Pola mekanisme pengelolaan BSWM yang baik berpengaruh terhadap keberhasilan bank sampah. Untuk itu diperlukan penelitian yang menganalisis kelemahan dan kekuatan dari BSWM sehingga dapat ditentukan pengelolaan bank sampah yang tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pola mekanisme pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) yang telah dilaksanakan? 2. Bagaimana nilai manfaat ekonomi pengelolaan sampah di Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM)? 3. Bagaimana kelayakan finansial proyek biogas di Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM)? 4. Apa strategi pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) yang tepat? 1.3 Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka penelitian ditujukan secara umum untuk menganalisis strategi pengelolaan BSWM yang tepat. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi pola mekanisme pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) yang telah dilaksanakan. 2. Menghitung nilai manfaat ekonomi pengolahan sampah di Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). 3. Menghitung kelayakan finansial proyek biogas di Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). 4. Menganalisis strategi pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) yang tepat.

22 6 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti sebagai syarat kelulusan dalam menyelesaikan studi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Institut Pertanian Bogor 2. Bagi pemerintah dapat dijadikan rujukan dan masukan dalam menetapkan kebijakan yang tepat untuk mengurangi sampah di Bandung 3. Bagi masyarakat dapat menambah wawasan masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang tepat. 4. Bagi kalangan akademis, sebagai bahan referensi ataupun untuk penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini difokuskan di BSWM RW 06 Kelurahan Palasari Kota Bandung, Jawa Barat. 2. Umur proyek pengolahan biogas adalah 20 tahun, ditentukan dari ketahanan mesin biogas BSWM. 3. Manfaat BSWM yang dianalisis dibatasi pada manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. 4. Biaya yang dianalisis adalah biaya investasi mesin biodigester dan biaya tenaga kerja. 5. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah rata-rata tingkat suku bunga pinjaman Bank Negara Indonesia (BNI) pada tahun 2015, yaitu 12%. 6. Instalasi biogas dianggap sudah maksimal pengoperasiannya pada tahun ke 10 proyek.

23 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah dan Permasalahannya Manusia hampir setiap hari menghasilkan sampah, karena itulah sampah dihasilkan oleh setiap kegiatan manusia. Sampah merupakan sisa dari kegiatan manusia termasuk kegiatan industri. Menurut Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat dibagi menjadi beberapa jenis (Basriyanta 2007) : 1. Sampah organik Sampah yang dihasilkan dari bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegredable adalah sampah organik. Sampah ini dapat berupa sampah buangan dari rumah tangga, seperti sisa makanan, tepung, sayuran, kulit buah daun dan ranting. 2. Sampah anorganik Sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik berupa sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sebagian besar sampah anorganik tidak dapat di uraikan oleh pengurai. Sebagian lainnya dapat diuraikan dalam waktu yang lama. Contohnya seperti plastik, logam, dan kaca. Damanhuri dan Padmi (2010) menyatakan bahwa di negara industri jenis sampah dapat dikelompokan berdasarkan sumbernya yaitu sampah pemukiman, sampah daerah komersial, sampah institusi, konstruksi dan pembongkaran bangunan, fasilitas umum, pengolah limbah domestik, kawasan industri, dan pertanian. Penggolongan sampah berdasarkan cara penanganan sampah dan pengolahannya, yaitu : 1. Komponen mudah membusuk (putrescible) seperti sampah rumah tangga, sayuran, buah-buahan, kotoran binatang, dan bangkai. 2. Komponen bervolume besar dan mudah terbakar (bulky combustible) seperti kayu, kertas, kain plastik, karet, dan kulit. 3. Komponen bervolume besar dan sulit terbakar (bulky noncombustible) seperti logam dan mineral. 4. Komponen bervolume kecil dan mudah terbakar (small combustible).

24 8 5. Komponen kecil dan sulit terbakar (small noncombustible). 6. Wadah bekas seperti botol dan drum. 7. Tabung bertekanan atau gas. 8. Serbuk dan abu seperti pestisida, logam metalik, non metalik, dan bahan amunisi. 9. Lumpur, baik organik maupun anorganik. 10. Puing bangunan. 11. Kendaraan tidak terpakai. 12. Sampah radioaktif. Damanhuri dan Padmi (2010) menyatakan bahwa sampah yang berasal dari pemukiman atau tempat tinggal dan daerah komersial, selain terdiri atas sampah organik dan anorganik, juga terdapat sampah B3. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga mudah terdekomposisi. Banyak masalah yang ditimbukan oleh tumpukan sampah bagi kesehatan dan lingkungan. Beberapa masalah yang ditimbulkan oleh sampah, diantaranya : 1. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang terganggu. Tumpukan sampah adalah pemandangan yang tidak disukai oleh masyarakat. 2. Sampah organik dan anorganik yang menumpuk akan menjadi sarang bagi binatang yang dapat menjadi sumber penyakit seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, dan anjing liar. Tumpukan sampah merupakan sumber dari berbagai organisme patogen, sehingga akumulasi sampah merupakan sumber penyakit. 3. Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara dan mengganggu sistem pernafasan. 4. Timbulan lindi (leachate), sebagai efek dekomposisi sampah dapat mencemari air tanah. Pencemaran air oleh lindi merupakan hal yang paling buruk dari sampah. 5. Sampah kering akan mudah terbang dan mudah terbakar. Hal ini dapat memicu kebakaran jika ada sedikit api dari puntung rokok. 6. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran air dan drainase. Hal ini dapat menimbulkan banjir karena air hujan yang terhambat oleh sampah.

25 9 7. Diperlukannya lahan yang cukup luas dan terletak jauh dari pemukiman warga sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Volume sampah yang besar menyulitkan dalam pengangkutannya, begitu juga masalah pemisahan komponen-komponen tertentu sebelum proses pengolahan. 8. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya dari sampah dan kurangnya kemampuan pendanaan merupakan masalah tersendiri di negara berkembang. 2.2 Eksternalitas Eksternalitas di bagi menjadi dua, yaitu eksternalitas negatif dan positif. Fauzi (2006) menyatakan bahwa eksternalitas adalah dampak positif ataupun negatif dan dalam bahasa formal ekonomi dikenal sebagai net cost atau benefit dari suatu tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Eksternalitas adalah suatu kegiatan produksi dan konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak yang menimbulkan eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena eksternalitas. Eksternalitas menyangkut kedua belah pihak antara produsen dan konsumen, maka eksternalitas bisa terjadi dari konsumsi ke konsumsi, dari konsumsi ke produksi dan juga sebaliknya. Menurut Fauzi (2006), tipe eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan terdiri dari : 1. Pecuniary externalities (ekstrenalitas berkaitan dengan uang). Eksternalitas ini terjadi karena adanya perubahan harga dari beberapa input maupun output. Eksternalitas ini terjadi manakala aktivitas ekonomi seseorang mempengaruhi kondisi finansial pihak lain. 2. Multidirectional externality (eksternalitas banyak arah). Dampak yang disebabkan oleh suatu atau sejumlah pihak terhadap suatu atau sejumlah pihak lain. 3. Reciprocal externalities (eksternalitas reproksikal). Terjadi pada situasi penggunaan common property resourrces dimana setiap agen memberikan dampak terhadap semua lainnya yang terlibat dalam penggunaan SDA tersebut.

26 Analisis Kelayakan Finansial Analisis Finansial didasarkan pada suatu keadaaan sebenarnya dengan menggunakan data harga yang ditemukan di lapangan. Dengan mengetahui hasil analisis finansial, para pembuat keputusan dapat melihat apa yang terjadi pada proyek dalam keadaan yang sebenarnya dan para pembuat keputusan juga dapat segera melakukan penyesuaian apabila proyek berjalan menyimpang dari rencana semula. Salah satu cara untuk melihat kelayakan dari analisis finansial adalah dengan menggunakan analisis cash flow (Gittinger 2008). Cash flow analysis dilakukan setelah komponen-komponen ditentukan dan diperoleh nilainya. Penentuan suatu keputusan investasi dapat dilihat dari beberapa kriteria penilaian investasi : 1. Net Present Value (NPV) atau Nilai Bersih Sekarang. Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, merupakan selisih antara nilai sekarang arus manfaat dikurangi dengan nilai sekarang arus biaya (Gittinger 2008). Kriteria penilaian untuk Net Present Value (NPV) adalah jika NPV lebih dari nol maka usaha yang dijalankan layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika NPV kurang dari nol maka usaha yang dijalankan tidak layak untuk dilaksanakan. Jika NPV sama dengan nol maka usaha yang dijalankan tidak rugi dan tidak untung. NPV = n (Bt Ct) (1+i) t t=0...(1) Keterangan : Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t t = Periode tahun i = Tingkat bunga tahun ke-t NPV 0 = Proyek layak NPV < 0 = Proyek tidak layak 2. Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengambilan internal. Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayarkan oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya-biaya operasi dan investasi dan proyek baru

27 11 sampai pada tingkat kembali modal (Gittinger 2008). Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang dianggap relevan dan dinyatakan tidak layak jika lebih kecil dari tingkat diskonto yang digunakan. IRR = DFP + ( Keterangan: PVP PVP PVN x DFN DFP )...(2) PVP = NPV positif PVN = NPV negatif DFP = diskon faktor yang menghasilkan NPV positif DFN = diskon faktor yang menghasilkan NPV negatif IRR > diskon faktor yang ditentukan = proyek layak IRR < diskon faktor yang ditentukan = proyek tidak layak 3. Net Benefit/Cost (Net B/C) Net Benefit/Cost (NetB/C) adalah perbandingan antara present value manfaat dengan present value biaya. Net B/C akan menggambarkan keuntungan dan layak dilaksanakan jika mempunyai Net B/C >1. Jika Net B/C = 1, maka proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi. Apabila Net B/C < 1 maka proyek tersebut merugikan sehingga lebih baik tidak dilaksanakan (Gittinger 2008). Net B C = Keterangan: n (Bt Ct ) t=0 (1+i) t >0 n (Ct Bt ) (1+i) t t=0 >0...(3) Bt = Benefit pada tahun ke-t Ct = Cost pada tahun ke-t t = Periode tahun i = Tingkat bunga tahun ke-t 2.4 Konsep Analisis SWOT Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) (Rangkuti, 2005). Diagram analisis SWOT (Gambar 2.1) menunjukan cara membuat strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman.

28 12 Berbagai peluang 3. Mendukung strategi turnaround 1. Mendukung strategi agresif Kelemahan Internal Kekuatan Internal 4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversivikasi Berbagai Ancaman Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT Keterangan: Kuadran 1 : Kuadran ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Kuadran 2 : Kuadran ini memiliki berbagai ancaman, namun perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Kuadran 3 : Kuadran ini menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, proyek menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Kuadaran 4 : Kuadran ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internaleksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya (Umar, 2003). Tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan.

29 Penelitian Terdahulu Khairunisa (2011) meneliti mengenai unit pengolahan sampah di Jakarta Timur. Penelitian dilakukan di unit pengolahan sampah Mutu Elok Perumahan Cipinang Elok untuk mengetahui daya dukung lingkungan dan layak atau tidaknya unit pengolahan sampah tersebut. Tujuan dari penelitiannya adalah memperoleh gambaran pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat yang diterapkan di perumahan Cipinang Elok, menganalisis daya dukung lingkungan UPS Mutu Elok dan pengaruh UPS Mutu Elok terhadap daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok, menganalisis kelayakan ekonomi UPS Mutu Elok. Pelaksanaan pengelolaan sampah di Perumahan Cipinang Elok dianalisis berdasarkan hasil pengamatan dan disajikan secara deskriptif. Daya dukung lingkungan UPS Mutu Elok dan pengaruh UPS Mutu Elok terhadap daya dukung lingkungan Perumahan Cipinang Elok dianalisis secara deskriptif dengan mengkaji sarana, prasarana, dan respon warga. Kelayakan ekonomi UPS Mutu Elok dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan sampah di Perumahan Cipinang Elok memiki tingkat daya dukung lingkungan rendah dan UPS Mutu Elok layak secara ekonomi untuk dijalankan. Kartini (2009) meneliti mengenai bank sampah di Yogyakarta. Penelitian dilakukan di Bank Sampah Gemah Ripah Dusun Badegan. Penulis meneliti pola mekanisme pelaksanaan Bank Sampah Gemah Ripah untuk mengetahui bagaimana kelembagaannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat menabung sampah di bank sampah juga diteliti Kartini. Kartini menggunakan metode analisis regresi logistik dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat menabung sampah. Selanjutnya Kartini meneliti dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah bagi warga sekitar bank sampah. Hasil dari penelitiannya adalah pola mekanisme pengelolaan Bank Sampah Gemah Ripah masih sangat sederhana yang belum mendapat bantuan dari pemerintah. Banyak faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk menabung di bank sampah diantaranya adalah umur, jumlah anggota keluarga, jarak rumah dari bank sampah, pekerjaan ibu rumah tangga, keaktifan dalam organisasi, penyuluhan dari bank sampah. Manfaat

30 14 sosial yang dirasakan oleh masyarakat adalah memberikan edukasi tentang pentingnya pengelolaan sampah. Bank Sampah Gemah Ripah dapat menghasilkan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Selain itu, bank sampah juga memberikan manfaat positif bagi lingkungan yaitu berkurangnya tumpukan sampah di lingkungan sekitar. Adapun dampak negatifnya yaitu banyaknya pemulung yang ingin mengambil sampah di tempat sampah terpilah sehingga mengancam keamanan Dusun Badegan. Wisesa (2013), meneliti mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi implementasi kebijakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada dinas kebersihan dan pertamanan Kota Semarang sebagai solusi pengurangan timbunan sampah di TPA Jati Barang. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat sudah berjalan dengan baik dan juga untuk mencari faktor penghambat didalam implementasi kebijakan pengelolaan sampah. Metode penelitian yang digunakan adalah penggabungan metode kualitatif dan kuantitatif dengan hasil dari penelitian kualitatif didukung dengan hasil penemuan penelitian kuantitatif untuk mengungkapkan masalah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat pada dinas kebersihan dan pertamanan Kota Semarang dapat dikatakan belum optimal meskipun implementasinya sudah didukung oleh faktor komunikasi, sumber daya, sikap, kondisi ekonomi, sosial dan politik. Sarkhel (2006), meneliti manajemen limbah padat di Kota Kolkata. Penelitian difokuskan pada manajemen limbah padat yang dihasilkan oleh perumahan karena merupakan penyumbang limbah terbesar yaitu sekitar 53% dari total limbah yang dihasilkan oleh Kota Kolkata. Walaupun pengolahan sampah padat merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi menurut amandemen nomor 74, penduduk lokal terutama perusahaan-perusahaan kota tersebut telah diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan dan membuang sampah para penduduk. Karena kekuatan hukum yang terbatas, banyak perusahaan-perusahaan kota yang gagal untuk menerapkan tanggung jawab tersebut. Hasil penelitian menujukan bahwa beberapa penyesuaian telah dilakukan oleh pemerintah kota Kolkata, yaitu dengan memberikan subsidi untuk aktivitas pemisahan sampah pada tingkatan

31 15 rumah tangga. Setiap rumah penduduk diberikan kontainer gratis untuk memfasilitasi proses pemisahan antara sampah basah dengan sampah kering. Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang karena proses pengolahan kompos dapat dilakukan dengan lebih efisien. Hendriette (2014) meneliti strategi pengembangan usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor. Usaha peternakan kelinci merupakan usaha yang memiliki potensi untuk dikembangkan, karena ternak kelinci menghasilkan daging, kulit-bulu dan limbah yang bernilai ekonomis tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen usaha, mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh faktor internal dan eksternal pada usaha peternakan kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gunung Mulya, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor serta merumuskan strategi pengembangannya. Hasil penelitian berdasarkan analisis SWOT menunjukan bahwa strategi yang perlu dikembangkan adalah meningkatkan kapasitas produksi, diferensiasi produk, meningkatkan manajemen pemeliharaan, memanfaatkan kelembagaan peternak dan meningkatkan fungsi kelembagaan dan jaringannya. Berdasarkan perhitungan QSP, maka prioritas strategi pengembangan paling baik adalah meningkatkan kapasitas produksi. Utomo (2014) meneliti tentang analisis strategi pengembangan Kampung 99 Pepohonan, Kecamatan Limo, Kota Depok. Kampung 99 Pepohonan merupakan sebuah agrowisata yang memiliki konsep kebudayaan pedesaan dan lingkungan hijau dengan penerapan prinsip keseimbangan hidup. Keseimbangan tersebut berupa interaksi antara manusia dan lingkungan yang diterapkan. Kampung 99 Pepohonan melalui pertanian terpadu dan ramah lingkungan. Namun upaya pengembangan belum dapat meningkatkan jumlah pengunjung sesuai dengan target. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi faktor internal-eksternal, merumuskan alternatif strategi dan menentukan prioritas strategi pengembangan. Metode yang digunakan yaitu matriks IE dan matriks QSPM. Hasil analisis lingkungan internal dan eksternal, terdapat delapan alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan oleh Kampung 99 Pepohonan. Hasil analisis matriks IE menggambarkan bahwa Kampung 99 Pepohonan berada pada kuadran V yaitu tahapan menjaga dan memelihara (hold and maintain) dengan

32 16 strategi yang tepat digunakan yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Hasil analisis QSPM menunjukan bahwa alternatif strategi pembentukan kelompok tani untuk mengorganisir pemasaran produk wisata dan produk pertanian secara luas. Adapun beberapa perbedaan antara penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya yaitu terletak tempat penelitian, dan metode analisis data. Penelitian sebelumnya dilakukan di lokasi yang berdeda. Metode analisis data dalam penelitian ini juga berbeda dengan metode yang digunakan pada penelitian Khairunisa (2011). Khairunisa menggunakan IRR, Net B/C, dan NPV sebagai kriteria kelayakan ekonomi. Penelitian ini juga menggunakan NPV, IRR dan Net B/C sebagai kelayakan finansial. Penelitian ini menambahkan analisis strategi pengembangan BSWM menggunakan SWOT dan QSPM untuk mengetahui nilainilai skala prioritas.

33 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN OPERASIONAL Jumlah penduduk yang terus meningkat mengakibatkan bertambahnya volume sampah yang dihasilkan setiap harinya. Setiap kegiatan manusia menghasilkan sisaan yang disebut sampah. Konsumsi masyarakat yang beragam menyebabkan semakin beragamnya jenis sampah yang dihasilkan, seperti sampah plastik yang berbahaya dan sulit terurai. Hal ini menyebabkan volume sampah terus meningkat. Saat ini, sebagian besar masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada sistem kumpul-angkut-buang yang belum efektif menyelesaikan timbulan sampah. Sampah hanya dikumpulan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) lalu diangkut oleh Dinas Kebersihan dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Perlu adanya upaya yang lebih terpadu dalam pengelolaan sampah melalui kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola sampah rumah tangga. Pemerintah Kota Bandung membuat program Bandung Green and Clean (BGC) untuk mengajak masyarakat partisipasi mewujudkan Kota Bandung yang hijau dan bersih. Bandung Green and Clean (BGC) merupakan program yang diikuti oleh setiap RW di Kota Bandung, salah satu pesertanya adalah RW 06 Kelurahan Palasari. Partisipasi masyarakat RW 06 Kelurahan Palasari dalam BGC adalah mendirikan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). Bank sampah ini berdiri pada 29 November 2009 dan dikelola oleh para ibu PKK warga RW 06 Kelurahan Palasari. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) berdiri menggunakan uang swadaya masyarakat dan uang kas RW. Bank sampah ini terbentuk dengan mengadopsi sistem kerja bank sampah lainnya lalu dikembangkan. Pada tahun 2010, BSWM mengikuti lomba BGC dan mendapat juara ke-1 dan juara umum. Sistem kelembagaan dari BSWM ini harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat untuk masyarakat dan berkelanjutan. Manfaat kenyamanan lingkungan dari keberadaan BSWM harus diperhitungkan agar manfaat dapat terlihat secara menyeluruh. Berdasarkan permasalahan sampah di Kota Bandung tersebut, penelitian ini dilakukan guna mengidentifikasi pola mekanisme pengelolaan dari Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) yang telah dijalankan. Identifikasi pola mekanisme

34 18 pengelolaan tersebut dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak pengelola bank sampah. Tujuan selanjutnya adalah menghitung nilai manfaat ekonomi pengolahan sampah di BSWM. Penghitungan dilakukan dengan cara mencari manfaat bersih dari manfaat-manfaat dari adanya pengolahan sampah. Tujuan selanjutnya adalah menghitung kelayakan finansial biogas karena unit pengolahan biogas merupakan salah satu unit pengolahan sampah di BSWM yang memerlukan investasi yang paling besar. Penghitungan dilakukan menggunakan kriteria kelayakan NPV, Net B/C, dan IRR. Hasil penilaian akan menentukan apakah unit pengolahan biogas layak atau tidak layak untuk dijalankan sebagai proyek. Tujuan akhir dari penelitian ini adalah menganalisis strategi pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang yang lebih efektif untuk pengelolaan di masa depan dengan metode analisis SWOT. QSPM digunakan untuk mengetahui nilai-nilai skala prioritas dari pilihan strategi yang dibuat. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.1.

35 19 Peningkatan volume sampah Perlunya pengelolaan sampah Sistem pengelolaan sampah secara kumpul-angkut-buang Belum efektif Pendirian Bank Sampah Wargi Manglayang di Kota Bandung Pola Mekanisme Pengelolaan BSWM Manfaat Ekonomi BSWM Analisis Kelayakan Finansial Biogas Strategi pengelolaan BSWM yang tepat Analisis deskriptif kualitatif Manfaat Bersih ( = TR-TC) 1. NPV 2. IRR 3. Net B/C Analisis SWOT dan QSPM Rekomendasi dalam pengembangan Bank Sampah Wargi Manglayang Keterangan : : Ruang Lingkup Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

36 20

37 21 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Komplek Cilengkrang 2, Jalan Manglayang 4, RW 06, Kelurahan Palasari, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan keberadaan Bank Sampah Wargi Manglayang adalah inovasi baru dalam pengelolaan sampah dan bank sampah ini merupakan percontohan Jawa Barat. Proses pengambilan data primer dan sekunder dilakukan selama dua bulan yaitu bulan Mei dan Juni Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibedakan atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak pengelola Bank Sampah Wargi Manglayang serta warga RW 06. Wawancara dengan warga dilaksanakan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang relevan, diantaranya buku referensi, laporan kegiatan, internet, serta informasi dari sumber dan instansi terkait baik di tingkat RW, kota dan Bank Sampah Wargi Manglayang. Data yang diperlukan, sumber data, dan alat analisis dalam penelitian ini seperti pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jenis dan Data Penelitian No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data Metode Analis Data 1 Pola mekanisme pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang Primer Bank Sampah Wargi Manglayang Analisis Deskriptif 2 Penghitungan Manfaat Ekonomi 3 Analisis kelayakan ekonomi Bank Sampah Wargi Manglayang 4 Pengelolaan Bank Sampah yang lebih efektif untuk masa depan Primer dan sekunder Primer dan Sekunder Primer 1. Bank Sampah Wargi Manglayang 2. Responden pengelola BSWM 1. Bank Sampah Wargi Manglayang 2. Responden warga sekitar dan pengelola Responden pengelola Bank Sampah Wargi Manglayang Manfaat bersih =TR-TC Kriteria kelayakan (NPV, Net B/C, IRR) Analisis SWOT

38 Penentuan Jumlah Responden Teknik pengambilan sampel dipilih dengan menggunakan metode simple random sampling karena responden yang dipilih secara acak dari nasabah Bank Sampah Wargi Manglayang. Metode ini dipilih dengan pertimbangan bahwa yang menjadi populasi penelitian adalah warga RW 06 Kelurahan Palasari yang berada di sekitar lokasi Bank Sampah Wargi Manglayang. Sampel responden untuk menentukan Willingness to Pay (WTP) sebanyak 40 responden dari nasabah bank sampah. Sampel untuk strategi pengelolaan sebanyak empat orang yang merupakan pengelola bank sampah. Penentuan jumlah responden ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) apabila jumlah subjek (populasi) kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya namun jika subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil 10 15% atau 20 25% dari total populasi. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis manfaat bersih, uji kelayakan finansial, dan analisis SWOT. Pengolahan data dilakukan alat bantu komputer Microsoft Excel Identifikasi Pola Mekanisme Pengelolaan BSMW Mengidentifikasi pola mekanisme pengelolaan BSWM dilakukan untuk menjawab tujuan pertama penelitian. Identifikasi ini membutuhkan data kualitatif yang berhubungan dengan pola mekanisme pengelolaan BSWM. Data yang dibutuhkan adalah data mengenai pola pengelolaan BSWM yang telah dijalankan baik dari segi lembaga maupun peraturan yang telah disepakati bersama. Data diperoleh dengan cara mewawancarai pengurus BSWM Manfaat Bersih Pengolahan Sampah Manfaat bersih digunakan untuk melihat suatu revenue yang diterima oleh pihak tertentu dalam menjalankan usahanya. Metode ini menggunakan data biaya dan total penerimaan yang kemudian diolah untuk mendapatkan suatu nilai tertentu untuk menggambarkan pendapatan yang diterima. Total biaya yang digunakan ada biaya tetap dan biaya variabel. Rumus umum manfaat bersih menurut Soekarwati (2002) adalah : = TR TC...(4)

39 23 Keterangan : = Manfaat Bersih (Rp) TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) Kemudian : TR = P.Q...(5) TC = FC + VC...(6) Keterangan : P = Harga (Rp) Q = Jumlah Produksi (Unit) FC = Biaya Tetap (Rp)` VC = Biaya Variabel (Rp) Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memiliki manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung terdiri dari manfaat bersih penjualan kompos, pengurangan sampah, penjualan sampah ke pengepul, penjualan pupuk cair, penjualan souvenir, biogas, dan penjualan takakura. Manfaat tidak langsung didapat dari manfaat kenyamanan. Penghitungan masing-masing manfaat bersih sebagai berikut : 1. Manfaat Langsung a. Manfaat Bersih Penjualan Kompos Nilai manfaat bersih diperoleh dari pengurangan total revenue penjualan kompos dengan total cost yang dikeluarkan BSWM. Manfaat ini dapat dihitung menggunakan rumus berikut : k = TR k TC k...(7) Keterangan : k TR k TC k = Manfaat Bersih Kompos (Rp) = Total Revenue Kompos (Rp) = Total Cost Kompos (Rp) b. Manfaat Bersih pengurangan sampah Nilai manfaat bersih pengurangan sampah diperoleh dari pengurangan biaya kebersihan yang dikeluarkan masyarakat sebelum adanya bank sampah dengan biaya yang dikeluarkan masyarakat setelah adanya bank sampah. Manfaat ini dapat dihitung menggunakan rumus berikut : s = BS b BS a...(8)

40 24 Keterangan : s BS b BS a = Manfaat Bersih Pengurangan Sampah (Rp) = Biaya Sampah Sebelum (Rp) = Biaya Sampah Sesudah (Rp) c. Manfaat Bersih Penjualan Sampah ke Pengepul Manfaat penjualan sampah ke pengepul ini didapat dari pengurangan jumlah uang yang diperoleh BSWM dari hasil penjualan sampah ke pengepul dengan jumlah uang yang dikeluarkan BSWM untuk tabungan nasabah BSWM. Manfaat ini dapat dihitung menggunakan rumus : p = TR p TC n...(9) Keterangan : s TR p TC n = Manfaat Bersih Penjualan Sampah ke Pengepul (Rp) = Penerimaan Hasil Penjualan ke Pengepul (Rp) = Biaya yang Dikeluarkan untuk Nasabah (Rp) d. Manfaat Bersih Penjualan Pupuk Cair Manfaat penjualan pupuk cair didapat dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya pupuk cair. Manfaat ini dapat dihitung menggunakan rumus : c = TR c TC c...(10) Keterangan : c TR c TC c = Manfaat Bersih Penjualan Pupuk Cair (Rp) = Penerimaan Hasil Penjualan Pupuk Cair (Rp) = Biaya yang Dikeluarkan untuk Pupuk Cair (Rp) e. Manfaat Bersih Penjualan Souvenir Nilai manfaat bersih penjualan souvenir didapat dari pengurangan total revenue penjualan souvenir pada tahun 2015 dengan total cost yang dikeluarkan untuk membuat souvenir tersebut. Manfaat ini dapat dihitung menggunakan rumus berikut : s = TR s TC s...(11) Keterangan : s TR s TC s = Manfaat Bersih Souvenir (Rp) = Total Revenue Souvenir (Rp) = Total Cost Souvenir (Rp)

41 25 f. Manfaat Bersih Biogas Nilai manfaat bersih biogas diperoleh total revenue biogas dikurangi dengan total cost. Rumus yang digunakan sebagai berikut : b = TR b TC t...(12) Keterangan : s TR s TC s = Manfaat Bersih Biogas (Rp) = Total Revenue Biogas (Rp) = Total Cost Biogas (Rp) g. Manfaat Bersih Penjualan Takakura Nilai manfaat bersih penjualan takakura diperoleh total revenue takakura dikurangi dengan total cost. Rumus yang digunakan sebagai berikut : t = TR t TC t...(13) Keterangan : t TR t TC t = Manfaat Bersih Takakura (Rp) = Total Revenue Takakura (Rp) = Total Cost Takakura (Rp) 2. Manfaat Tidak Langsung Kenyamanan Berdirinya BSWM berperan dalam mengurangi volume sampah di kawasan perumahan. Sampah-sampah dikelola sehingga tidak menimbulkan pencemaran yang dapat mengganggu kenyamanan warga. Indikator kenyamanan dalam penelitian ini adalah manfaat yang diperoleh dari kepuasan masyarakat dari wilayah yang bersih, indah, dan tidak berbau. Secara tidak langsung BSWM telah berperan dalam kenyamanan warga setempat. Nilai manfaat kenyamanan tidak memiliki harga pasar sehingga dinilai dengan menggunakan pendekatan pengukuran kesediaan membayar warga terhadap manfaat kenyamanan. Pengukuran ini disebut dengan Willingness To Pay (WTP). Manfaat sosial dapat dirasakan dengan berubahnya pola pikir masyarakat yang lebih peduli terhadap lingkungan dengan memisahkan sampah sesuai dengan jenis sampahnya. Kebiasaan ini telah diterapkan masyarakat sejak adanya BSMW. Nilai WTP diperoleh melalui wawancara terhadap masyarakat yang menjadi nasabah melalui kuisioner. Tahap memperoleh nilai WTP adalah sebagai berikut (Hanley dan Splash 1993) :

42 26 a. Membuat Pasar Hipotetik Pasar hipotetik dibangun untuk memberikan gambaran kepada responden manfaat yang diperoleh dari adanya BSWM. Pasar hipotetik yang dibangun adalah sebagai berikut : Bank Sampah Wargi Manglayang merupakan lembaga pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Bank sampah ini memberikan manfaat ekonomi dan manfaat kenyamanan. Bank Sampah Wargi Manglayang tidak ada maka lingkungan akan kembali kotor dan tidak nyaman, selain itu masyarakat tidak dapat mendapatkan manfaat ekonomi atau menambah penghasilan dari pemanfaatan sampah. Perlu adanya kerjasama masyarakat untuk menjaga lingkungan dan berpartisipasi agar keberadaan bank sampah tetap ada. Upaya yang dapat dilakukan adalah masyarakat membayar jasa lingkungan kebersihan dengan adanya bank sampah untuk memperoleh manfaat kenyamanan lingkungan. b. Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Teknik yang digunakan untuk mewawancara responden adalah bidding game (tawar-menawar), yaitu memberikan penawaran tertinggi kepada responden jumlah yang bersedia dibayarkan untuk memperoleh nilai manfaat kepada BSWM. c. Memperkirakan Nilai Rata-rata WTP Perkiraan nilai rata-rata WTP diperoleh dengan rumus : EWTP = n i=1 Wi. Pfi...(14) Keterangan : EWTP = Dugaan Nilai Rataan WTP (Rp) Wi = WTP pada Kelas ke-i Pfi = Frekuensi Relatif Kelas ke-i n = Jumlah Kelas i = Kelas (1,2,...,n) d. Menjumlahkan Data Setelah nilai rataan WTP responden diperoleh, selanjutnya nilai total WTP diestimasi dengan rumus : TWTP = EWTP P...(15)

43 27 Keterangan : TWTP = Estimasi Nilai Total WTP (Rp) EWTP = Dugaan Nilai Rataan WTP (Rp) P = Populasi (Orang) Analisis Kelayakan Finansial Biogas Analisis kelayakan merupakan suatu kegiatan menganalisis secara mendalam tentang layak atau tidaknya suatu proyek untuk dibiayai. Layak atau tidaknya suatu proyek dilihat dari kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). 1. Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang. NPV = 20 (Bt Ct) (1+i) t t=0...(16) Keterangan: Bt = Benefit pada Tahun ke-t Ct = Cost pada Tahun ke-t T = Periode Tahun I = Tingkat Bunga Tahun ke-t NPV 0 = Proyek Layak NPV < 0 = Proyek Tidak Layak 2. Internal Rate Return (IRR) atau tingkat pengambilan internal IRR = DFP + ( Keterangan: PVP PVP PVN x DFN DFP )...(17) PVP = NPV Positif PVN = NPV Negatif DFP = Diskon Faktor yang Menghasilkan NPV Positif DFN = Diskon Faktor yang Menghasilkan NPV Negatif IRR > Diskon Faktor yang Ditentukan = Proyek Layak IRR < Diskon Faktor yang Ditentukan = Proyek Tidak Layak

44 28 3. Net Benefit/Cost (Net B/C) atau rasio keuntungan/biaya dengan Profitability Index (PI) atau indeks keuntungan. 20 (Bt Ct ) t=0 (1+i) t >0 Net B C =...(18) 20 (Ct Bt ) t=0 (1+i) t >0 Keterangan: Bt = Benefit pada Tahun ke-t Ct = Cost pada Tahun ke-t t = Periode Tahun i = Tingkat Bunga Tahun ke-t Net B/C 1 = Proyek Layak Net B/C < 1 = Proyek Tidak Layak Komponen Arus Penerimaan (Inflow) Manfaat yang diterima akibat adanya pengolahan biogas adalah sebagai berikut : 1. Manfaat biogas Nilai manfaat biogas diperoleh dari perkalian antara volume maksimal yang dihasilkan oleh mesin biogas dengan harga LPG. Rumus yang digunakan sebagai berikut : 20 NB b = i=0 P i b xq i b...(19) NB b = Manfaat Penjualan Biogas (Rp) P i b = Harga Biogas pada Tahun i (Rp/kg) Q i b = Volume Penjualan Biogas pada Tahun i (kg) i = Waktu ke i 2. Manfaat Pupuk Cair Nilai manfaat pupuk cair diperoleh dari perkalian antara volume maksimal yang dihasilkan oleh mesin biogas dengan harga pupuk cair. Rumus yang digunakakan sebagai berikut : NB p = 20 i=0 P i pxq i k...(20) NB p = Manfaat Penjualan Pupuk Cair (Rp) P i p = Harga Pupuk Cair pada Tahun i (Rp/kg) Q i p = Volume Penjualan Pupuk Cair pada Tahun i (kg) i = Waktu ke i

45 29 3. Manfaat Kompos Nilai manfaat kompos diperoleh dari perkalian antara volume maksimal yang dihasilkan oleh mesin biogas dengan harga kompos. Rumus yang digunakakan sebagai berikut : 20 NB k = i=0 P i kxq i k...(21) NB k = Manfaat Penjualan Kompos (Rp) P i k = Harga Kompos pada Tahun i (Rp/kg) Q i k = Volume Penjualan Kompos pada Tahun i (kg) i = Waktu ke i 4. Nilai sisa Nilai sisa merupakan pos penerimaan yang berasal dari sisa barang-barang investasi dan diperhitungkan pada akhir proyek BSWM Komponen Arus Pengeluaran (Outflow) Komponen arus pengeluaran (outflow) dihitung berdasarkan sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk BSWM untuk biogas. Sejumlah biaya yang dikeluarkan oleh BSWM adalah sebagai berikut : 1. Biaya Investasi Biaya investasi terdiri dari biaya mesin. Biaya ini merupakan biaya untuk membeli mesin pembuat biogas dan mesin pencacah sampah. 2. Biaya Operasional Biaya operasional adalah biaya yang digunakan untuk menjalankan kegiatan dalam membuat biogas. Biaya yang dikeluarkan adalah biaya tenaga kerja Analisis SWOT Rangkuti (2005) menyebutkan proses dalam perencanaan strategis memiliki beberapa tahapan yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap pengambilan keputusan. Tahap pengambilan data dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Data eksternal dapat diperoleh dari lingkungan di luar perusahaan seperti analisis pasar, analisis kompetitor, analisis komunitas, analisis pemasok, analisis pemerintah dan analisis kelompok kepentingan tertentu. Data internal dapat diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri seperti laporan keuangan, laporan kegiatan sumber daya manusia, laporan kegiatan operasional dan laporan kegiatan pemasaran.

46 Matriks Faktor Strategi Eksternal Matriks faktor strategi eksternal dapat dilakukan dengan beberapa tahapan (Rangkuti 2005) : 1. Susunlah dalam kolom satu (lima sampai dengan sepuluh peluang dan ancaman) 2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom dua, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. 3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian rating ancaman adalah kebalikannya. Jika ancamannya sangat besar rating adalah 1. Jika ancamannya sedikit rating sebesar Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding), sampai dengan 1,0 (poor). 5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan catatan mengapa faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung. 6. Jumlahkan skor pembobotan (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktorfaktor strategis eksternalnya. Tabel 4.2 Matriks Faktor Strategi Eksternal Faktor-faktor strategi eksternal Peluang Ancaman Total Sumber : Rangkuti (2005) Bobot Rating Bobot x Rating Komentar

47 Matriks Faktor Strategi Internal Matriks faktor strategi internal dapat dilakukan dalam beberapa tahap (Rangkuti 2005), yaitu : 1. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam kolom satu. 2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). 3. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama. 4. Kalikan bobot pada kolom dua dengan rating pada kolom tiga, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). 5. Gunakan kolom lima untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotan dihitung. 6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom empat), untuk memperoleh Tabel 4.3 jumlah skor pembobotan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Faktor-faktor strategi internal Kekuatan Kelemahan Total Sumber : Rangkuti (2005) Matriks Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Komentar

48 Matriks SWOT Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Tabel 4.4 Diagram Matriks SWOT IFAS Strengths (S) Weaknesses (W) EFAS Tentukan 5-10 faktor faktor kekuatan internal Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunies (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Treaths (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Sumber : Rangkuti (2005) 1. Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Strategi yang dibuat untuk memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. 2. Strategi ST Strategi yang dilakukan perusahaan untuk mengahadapi ancaman dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan. 3. Strategi WO Strategi yang digunakan dengan cara pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang dimilikinya. 4. Strategi WT Strategi ini merupakan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman Analisis Quantitative Strategies Planning Matrix (QSPM) David (2010) menyebutkan secara konsep QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh keberhasilan dari faktor internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. Strategi, tujuan, dan misi perusahaan yang digabungkan dengan informasi audit internal dan eksternal, memberikan dasar untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi yang layak. Hasil dari analisis SWOT kemudian diurutkan dengan QSPM menurut angka prioritasnya. Komponen dalam QSPM adalah alternatif strategi, faktor

49 33 kunci, bobot, nilai daya tarik (AS), total nilai daya tarik (TAS), dan penjumlahan total nilai daya tarik (sum TAS). Tabel 4.5 Bentuk Matriks QSPM Alternatif Strategi Faktor Utama Weight (bobot) Strategi 1 Strategi 2 AS TAS AS TAS Faktor internal Kekuatan Kelemahan Faktor eksternal Kekuatan Kelemahan

50 34

51 35 V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Wilayah RW 06 Kelurahan Palasari Kota Bandung Daerah penelitian mencakup wilayah RW 06 Perumahan Cilengkrang II, Kelurahan Palasari, Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, Jawa Barat. Secara administrasi yang lebih kecil, wilayah RW 06 Perumahan Cilengkrang II ini terdiri dari enam RT. Wilayah RW 06 memiliki luas lima hektar ini memiliki kurang lebih 442 unit rumah dengan jumlah penduduk jiwa atau 362 Kepala Keluarga (KK). Penerangan jalan dan lingkungan di wilayah RW 06 Kelurahan Palasari berfungsi dengan baik. Semua warga menggunakan air tanah sebagai sumber air untuk memenuhi semua kebutuhan rumah tangga, seperti MCK, mandi, dan minum. Wilayah RW 06 memiliki batasan wilayah sebagai berikut : Utara : RW 14 Timur : RW 12 Selatan : RW 07 dan RW 08 Barat : RW 03 Wilayah RW 06 Kelurahan Palasari memiliki visi dan misi yang ingin dicapainya. Visi RW 06 Kelurahan Palasari adalah menciptakan kebersamaan dan kerukunan dengan memaksimalkan potensi kultur yang ada di RW 06 Kelurahan Palasari. Misi RW 06 adalah mampu melayani warga dengan baik dengan tetap menjunjung tinggi kebersamaan. Visi dan misi RW 06 menjadi fokus utama bagi Ketua RW 06 Keluarahan Palasari dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua RW. Wilayah RW 06 Kelurahan Palasari memiliki kegiatan yang berkonsentrasi dibidang kebersihan. Kegiatan warga yang terkait dengan kebersihan adalah kegiatan penanggulangan sampah yang dilakukan dengan cara melakukan pemilahan sampah menjadi dua jenis yaitu organik dan anorganik di tiap unit rumah tangga. Peran warga dalam kebersihan lingkungan adalah membangun sebuah perkumpulan yang mengelola sampah rumah tangga agar sampah yang dibuang ke lingkungan berkurang. Perkumpulan yang dibangun warga RW 06 adalah Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). Bank Sampah Wargi

52 36 Manglayang (BSWM) berperan dalam mengurangi residu sampah yang dibuang ke lingkungan. Sampah anorganik dijual ke pengepul dan dibuat kerajinan tangan yang akhirnya menjadi souvenir BSWM. Sedangkan sampah organik dikelola menjadi pupuk kompos dan biogas yang dapat memenuhi kebutuhan beberapa rumah di wilayah RW 06. Awalnya pengelolaan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan RW 06 dengan penarikan retribusi kebersihan dari warga sebesar Rp 3.500,00 per bulan. Sampah diangkut dari rumah warga seminggu sekali dengan menggunakan truk sampah dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kota Bandung ke TPA Sarimukti. Ide pengelolaan sampah dari pengurus PKK ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang diangkut truk ke TPA. Pengurus PKK setempat bersama warga mendirikan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) untuk mengurangi sampah yang dibuang ke lingkungan. Dana yang digunakan untuk mendirikan BSWM berasal dari uang simpanan kegiatan Bandung Green and Clean RW 06 dan dana oprasional RT/RW. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak swasta maupun pemerintah yang memberikan sumbangannya ke BSWM untuk kelancaran operasionalnya. Bank sampah memberikan pelatihan ke masyarakat cara membuat kompos. BSWM menjual kompos dengan harga Rp per kg. Biogas yang dihasilkan dari mesin yang berkapasitas 20 kg dan 200 kg sampah organik hanya dapat memenuhi biogas empat rumah saja. Hal ini dikarenakan kurangnya bahan baku sampah organik yang diolah oleh mesin biogas. 5.2 Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) pertama kali didirikan pada tanggal 29 November 2009 atas inisiatif beberapa warga RW 06 yang tertarik dengan permasalahan lingkungan. Pendirian BSWM merupakan upaya penanganan sampah rumah tangga secara swadaya oleh masyarakat. Masyarakat berupaya agar mengurangi sampah yang dibuang ke lingkungan dengan cara 3R yaitu Reuse (menggunakan kembali), Reduce (mengurangi) dan Recycle (mendaur ulang). Pengurus inti dari BSWM adalah warga RW 06 Kelurahan Palasari. BSWM memiliki 10 orang pengurus yang terdiri dari enam orang wanita dan empat orang

53 37 pria dengan kisaran usia sekitar 45 tahun dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Pendidikan yang ditempuh oleh para pengurus bank sampah ini sebagian besar adalah SMA, ada beberapa pengurus yang pendidikan terakhirnya adalah SMP, S1, dan S2. Pendirian BSWM merupakan swadaya masyarakat. BSWM mendapatkan bantuan dari warga sekitar RW 06 untuk mendirikannya. Warga membantu dengan meminjamkan rumahnya sebagai kantor BSWM dan gudang penyimpanan sampahnya. Fasilitas seperti kursi, meja, timbangan, dan alat-alat lainnya pada awal pendiriannya didapatkan dari meminjam ke warga sekitar. Fasilitas BSWM sudah lengkap hasil dari bantuan dari berbagai instansi. Fasilitas yang dimiliki seperti timbangan elektrik, biodigester, dan pencacah sampah. BSWM merupakan salah satu kegiatan sosial yang didirikan oleh warga RW 06 yang tidak mengharapkan profit dari pendiriannya. Para pengurus BSWM bahkan tidak mendapatkan gaji atau bayaran tiap bulannya. Hanya insentif yang didapat satu tahun sekali. Insentif tersebut dibedakan menjadi tiga yaitu manajer, pengurus aktif, dan pengurus pembantu yang besar insentifnya berbeda-beda. Insentif tersebut didapat dari sisa dana operasional dan dana yang didapat dari kunjungan tamu studi banding dari bebagai tempat. Nasabah BSWM saat ini berjumlah 183 nasabah. Jumlah nasabah yang aktif hanya sebagian dari keseluruhan jumlah nasabah. Karakteristik nasabah homogen yaitu warga sekitar RW 06 yang 75% nasabahnya adalah ibu rumah tangga. pendidikan resonden 67% adalah tingkatan SMA atau sederajat. Pendapatan responden 35% lebih dari Rp Usia responden dari nasabah BSWM adalah 53% lebih dari 49 tahun. 5.3 Struktur Organisasi Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Sejak pertama berdirinya BSWM, telah satu kali berganti pimpinan. Manajer BSWM memiliki tugas dan tanggung jawab untuk mengelola dan bertanggung jawab secara keseluruhan kinerja BSWM baik secara internal maupun eksternal, membuat rencana kerja operasional BSWM, menandatangani semua perjanjian ataupun kesepakatan dengan pihak ketiga, mengawasi berjalannya BSWM, dan menyampaikan laporan seluruh kegiatan BSWM secara berkala.

54 38 Tugas sekertaris BSWM adalah membuat seluruh administrasi BSWM. Tugas sekretariat yang lainnya adalah membuat surat-surat, dan mengoordinasikan antara unit-unit yang ada untuk berjalannya organisasi. Tugas dari bendahara adalah bertanggung jawab atas keuangan BSWM. Tugas lainnya adalah menandatangani dan menerbitkan kwitansi-kwitansi, membuka rekening di bank umum, dan membuat laporan keuangan bulanan. Anggota BSWM memiliki tugas sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penerimaan barang dari nasabah sampai menyimpan ke gudang BSWM. Tugas lainnya adalah memilah dan menilai barang yang dapat diterima dari nasabah. Pengrajin BSWM memiliki tugas sebagai pihak yang membuat souvenir dari sampah. Gambar 5.1 merupakan struktur organisasi terbaru dari BSWM. Pelindung Camat Kec. Cibiru Lurah Kel. Palasari Penanggung Jawab Ketua RW 06 Penasehat Tonny Hermawan Ir. Sudirman, M.Ag Mubaidi Manajer Mimin Siti Aminah Tim Ahli Ir. Ari Darmawan Oom Somara Ir. Rachmat Hidayat, M.Sc Sekertaris Rani Anggota Euis monalisa Tati Sinarwati Nunung Herman Okta Siti Agung M Bendahara Nurhayati Pengrajin Euis monalisa Amrizal onih Sumber : Arsip Bank Sampah Wargi Manglayang (2015) Gambar 5.1 Struktur Organisasi BSWM

55 Kegiatan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memiliki beberapa kegiatan mulai dari proses pengolahan sampah hingga aktivitas lain yang diikuti. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan pengelolaan BSWM dan aktifitas lain atau non-produksi. Kegiatan yang dilakukan BSWM diantaranya : 1. Kegiatan Pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) Kegiatan pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) terdiri dari kegiatan internal dalam pengelolaan bank sampah. Kegiatan yang dilakukan adalah : a. Penerimaan dan pengumpulan sampah dari masyarakat sekitar. Para Pengurus BWSM menerima setoran sampah dari masyarakat setiap jadwal operasional bank sampah pada hari Senin dan Kamis pukul WIB sampai selesai. Setoran yang diterima adalah sampah yang dapat dijual berupa plastik, koran, buku tulis, botol, gelas, emberan, duplek, alumunium, kaleng, dan besi. Sampah organik yang berasal dari sisa sayuran rumah tangga dikelola menjadi pupuk kompos dan biogas. Pengurus bank sampah memiliki tugas yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada pengurus yang bertugas untuk mencatat jumlah tabungan sampah yang diterima dan menuliskannya di buku tabungan nasabah. Petugas lainnya bertugas menimbang dan menentukan berapa nilai sampah yang ditabungkan. Ada yang bertugas untuk merapihkan sampah dan menyimpannya di gudang. BSWM bekerja sama dengan pengepul sampah besar untuk menjual sampah yang ditabungkan oleh para nasabah. Uang hasil penjualan sampah ke pengepul yang nantinya akan menjadi saldo nasabah setelah dipotong biaya operasional. b. Pengolahan sampah organik dan anorganik menjadi barang yang bernilai ekonomi Sebagian sampah yang tidak dapat dijual ke pengepul akan menjadi bahan dasar yang digunakan untuk membuat berbagai produk daur ulang. Sampah anorganik akan diolah menjadi tas dari berbagai ukuran dan bentuk, serta beberapa aksesoris lain. BSWM juga membuat lukisan yang terbuat dari sampah. sedangkan sampah organik akan dibuat menjadi kompos dan biogas.

56 40 2. Aktifitas lain atau non-produksi Aktifitas lain atau non-produksi adalah kegiatan yang dilakukan BSWM selain kegiatan produksi dalam bank sampah. Aktifitas yang dilakukan diantaranya : a. Melakukan pelatihan kepada instansi ataupun kelompok masyarakat BSWM melakukan pelatihan-pelatihan mengenai cara penanganan sampah skala rumah tangga kepada anggota juga masyarakat sekitarnya. Selain itu BSWM juga melakukan pelatihan kepada instansi yang membutuhkan ilmu mengenai pengelolaan bank sampah. Banyak instansi yang ingin mempelajari pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. b. Mengikuti pameran bertemakan lingkungan BSWM pernah mengikuti pameran yang bertemakan lingkungan. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan ingin memperkenalkan dan memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai pemeliharaan lingkungan dan pengolahan sampah menjadi barang yang bernilai guna. 5.5 Karakteristik Responden Sebanyak 40 nasabah BSWM yang menjadi responden. Responden pria berjumlah tiga orang atau sama dengan 7,5 persen dari populasi sampel dan wanita berjumlah 37 orang atau sama dengan 92,5 persen dari populasi sampel. 8% 92% Perempuan Laki-laki Sumber : Data Primer (2015) Gambar 5.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sebaran Tempat Tinggal Responden Sebagian besar responden berasal dari RT 01, yaitu sembilan rumah tangga atau 22 persen dari total sampel. Responden terbesar kedua berasal dari RT 03 dan RT 04 sebanyak delapan rumah tangga atau 20 persen dari total sampel.

57 41 Responden terbesar ketiga berasal dari RT 02 sebanyak enam rumah tangga atau 15 persen dari total sampel. Sebanyak 12,5 persen atau sama dengan lima rumah tangga dari total sampel berasal dari RT 05. Sebanyak 10 persen atau sama dengan empat rumah tangga dari total sampel berasal dari RT 04. Sebaran tempat tinggal responden ini menunjukkan bahwa pengambilan sampel sudah cukup mewakili populasi. Gambar sebaran tempat tinggal responden dapat dilihat pada Gambar % 20% 10% RT 1 22% RT 2 15% RT 3 20% RT 4 RT 5 RT 6 Sumber : Data Primer (2015) Gambar 5.3 Sebaran Tempat Tinggal Responden Tingkat Pendapatan Responden Tingkat pendapatan responden dilihat dari setiap penghasilan anggota keluarga. Pendapatan rumah tangga yang dimaksud adalah penerimaan yang diperoleh rumah tangga dalam kurun waktu satu bulan. Penerimaan tersebut berasal dari seluruh anggota keluarga yang telah mempunyai penghasilan dan tinggal di dalam satu rumah. Penghasilan setiap anggota keluarga yang bekerja dan tinggal dalam satu rumah dijumlahkan menjadi total pendapatan setiap anggota keluarga. Pada Gambar 5.4, terlihat bahwa 35 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan diatas Rp per bulan. Sebanyak 5 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp per bulan. Sebanyak 32 persen dari total responden memiliki pendapatan antara Rp sampai Rp per bulan. Sebanyak 18 persen dari total responden memiliki pendapatan antara Rp sampai Rp per bulan, sedangkan 10 persen dari total responden memiliki tingkat pendapatan Rp sampai Rp per bulan.

58 42 < Rp % 10% 5% 18% 32% Rp Rp Rp Rp Rp Rp > Rp Sumber : Data Primer (2015) Gambar 5.4. Tingkat Pendapatan Responden Tingkat Pendidikan Responden Tingkat pendidikan responden bervariasi, mulai dari jenjang SD hingga perguruan tinggi. Sebanyak dua orang atau lima persen dari total responden menempuh pendidikan hingga tamat SD. Sebanyak 27 orang atau sama dengan 67,5 persen menempuh pendidikan SMA dari total responden. Sebanyak 11 orang atau sama dengan 27,5 persen responden memiliki pendidikan perguruan tinggi dari total responden. Sebagian besar responden menempuh pendidikan hingga SMA menunjukkan bahwa umumnya warga RW 06 Kelurahan Palasari berpendidikan cukup tinggi. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi penilaian responden terhadap BSWM, sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi besaran nilai WTP yang akan diberikan. Perbandingan presentase tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar % 28% 67% Tamat SD SMA Perguruan Tinggi Sumber : Data Primer (2015) Gambar 5.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

59 43 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Mekanisme Pengelolaan Sampah di BSWM Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) adalah alternatif pengelolaan sampah yang relatif baru berdiri tentu memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Regulasi yang mendukung tentang kegiatan bank sampah diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank Sampah. Pola mekanisme pengelolaan BSWM melibatkan beberapa pihak, yaitu : 1. Masyarakat RW 06 Kelurahan Palasari Masyarakat RW 06 Kelurahan Palasari merupakan nasabah Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM). Masyarakat RW 06 Kelurahan Palasari memiliki peran sangat penting dalam keberlangsungan bank sampah. Nasabah berperan sebagai pihak yang mengumpulkan, memilah sampah sesuai dengan jenisnya dan mendepositokan sampah tersebut kepada bank sampah. Nasabah juga membeli produk-produk hasil daur ulang BSWM seperti pupuk kompos, takakura, dan souvenir untuk keperluan pribadi. Masyarakat RW 06 juga berperan sebagai tenaga kerja dan pengelola dari BSWM. 2. Pengepul Sampah Pengepul sampah yang berada di daerah sekitar BSWM memiliki peran yang sangat penting bagi BSWM. Pengepul sampah merupakan sumber penghasilan utama bagi BSWM. Pengepul sampah berperan sebagai pihak yang membeli sampah yang telah dipilah sesuai jenisnya oleh BSWM dan nasabah. Terpilihnya pengepul sampah di sekitar BSWM menjadi rekanan BSWM karena pengepul ini berani menawarkan harga lebih tinggi dari pengepul sampah yang lain untuk membeli sampah dari BSWM. Pengepul sampah ini mendapatkan keuntungan dengan adanya transaksi jual beli dengan BSWM.

60 44 3. Ketua RW 06 Kelurahan Palasari Ketua RW 06 Kelurahan Palasari menjadi penanggung jawab di BSWM. Ketua RW ini mempunyai tugas sebagai pihak yang bertanggung jawab akan semua aktifitas dari BSWM. Semua kegiatan BSWM dipertanggung jawabkan ke RW 06 Kelurahan Palasari. 4. Camat Kecamatan Cibiru dan Lurah Kelurahan Palasari Camat Kecamatan Cibiru dan Lurah Kelurahan Palasari memiliki peran sebagai pelindung BSWM. Pelindung merupakan pejabat daerah yang berfungsi sebagai lembaga yang mengawasi kegiatan dan mengesahkan organisasi. Seluruh kegiatan BSWM dilegalkan oleh pelindung. BSWM melibatkan lurah dan camat sebagai pelindung instansi bank sampah. Pola mekanisme pengelolaan BSWM dimulai dari masyarakat. Masyarakat sebagai tokoh utama yang menjadi penabung sampah ke bank sampah dan masyarakat mendapatkan saldo tabungan. Masyarakat juga berperan sebagai pengelola dan tenaga kerja BSWM. Sampah yang diterima menjadi tanggung jawab BSWM dan saldo tabungan tersebut harus dikembalikan kepada masyarakat. Bank sampah menjual sampahnya kepada pengepul sampah dan hasil penjualan sampah ini yang menjadi saldo tabungan masyarakat. Pengepul sampah yang membeli sampah dari BSWM mendapatkan keuntungan dari transaksi jual beli sampah. Camat Kecamatan Cibiru Lurah Kelurahan Palasari Ketua RW 06 Kelurahan Palasari Masyarakat sebagai Nasabah Bank Sampah Pengelola Bank Sampah Wargi Manglayang Tenaga Kerja dari Masyarakat Pengepul Sampah Keterangan : : Alur Keterkaitan Pengelolaan : Alur Uang Sumber : Data Primer (2015) Gambar 6.1. Pola Mekanisme Pengelolaan BSWM

61 45 Proses penabungan sampah di BSWM masih sangat sederhana. Dana awal untuk mendirikan bank sampah hanya berasal dari sumbangan dan kas warga RW 06. Tempat operasional yang dipakai saat ini, masih menumpang di rumah salah satu warga. BSWM membuka pelayanan tabungan sampah dalam satu minggu sebanyak dua kali setiap senin dan kamis pada pukul s.d BSWM menentukan hari pelayanan di hari senin dan kamis agar nasabah dapat mengumpulkan sampah juga memilah sampah. Tenaga kerja BSWM bekerja di bank sampah ini dengan sukarela sehingga tidak mematok besar upah. Nasabah BSWM merupakan masyarakat sekitar dan beberapa instansi pendidikan sekitar komplek Cilengkrang II seperti TK juga sekolah dasar. Sampah yang ditabung harus dipilah dalam kelompok kertas, plastik, kaleng, alumunium, besi, dan botol yang sudah dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Sampah yang sudah dipilah nasabah kemudian diantarkan ke BSWM. Sampah organik dikelola oleh masyarakat dan BSWM untuk dijadikan pupuk kompos dan biogas. Sampah kemasan plastik didaur ulang menjadi souvenir oleh pengrajin BSWM. Sampah yang ditabungkan nasabah dalam keadaan kotor, ada pemotongan tabungan sebesar 70 persen dari harga pengepul sampah. Uang ini dikumpulkan oleh pengelola BSWM sebagai dana operasional dan uang kas BSWM. Saat ini jumlah nasabah sebanyak 183 orang. Setiap nasabah akan diberikan nomor rekening dan buku tabungan. Bank Sampah Warga Manglayang (BSWM) memiliki motor sampah untuk menjemput tabungan sampah nasabah pada tahun Motor ini merupakan sumbangan dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung. Motor beroperasi setiap hari Senin dan Kamis saat bank sampah beroperasi. Sampah diangkut oleh petugas yang diberikan upah kerja sebesar Rp per sekali kerja. Setelah sampah terkumpul sekitar empat minggu, pihak pengelola akan menjual sampah yang ditabungkan dengan pihak ketiga yaitu pengepul sampah. Pengepul akan memberikan harga sesuai dengan jenis sampah yang dipisahkan. Nominal hasil penjualan ke pengepul akan dikurangi sekitar 20 persen untuk biaya operasional BSWM. Nasabah yang menabung sampah bersih akan mendapatkan saldo tabungan sebesar 80 persen dari hasil penjualan sampah ke pengepul. Jika nasabah mengumpulkan sampah kotor maka akan mendapatkan

62 46 saldo sebesar 30 persen dari hasil penjualan sampah ke pengepul. Hasil tabungan dapat diambil selama tiga bulan sekali dan tidak ada bunga yang berlaku. Waktu pengambilan tersebut ditetapkan oleh pengelola agar saldo tabungan nasabah terkumpul terlebih dahulu, karena harga sampah masih relatif murah dan berfluktuasi. Tabungan dapat diambil oleh nasabah berupa uang ataupun sembako. Tabel 5.1 adalah daftar harga sampah yang berlaku di bank sampah pada saat penelitian. Tabel 5.1. Harga Sampah di Bank Sampah Wargi Manglayang No Nama Sampah Harga (Rp/Kg) 1 Botol Bersih Botol Kotor Gelas Bersih Gelas Kotor Botol Warna Emberan Dupleks Kardus Kaleng Arsip Kertas Basah Koran Alumunium Besi Kaca 100 Sumber : Data Primer (2015) Selain dijual ke pengepul sampah, ada sebagian sampah yang didaur ulang oleh pengrajin. Sampah yang didaur ulang adalah sampah yang tidak dapat dijual ke pengepul seperti plastik kemasan makanan. Plastik tersebut langsung di daur ulang menjadi tas ransel, karpet, dompet, dan aksesoris lainnya. Proses penabungan di BSWM dapat dilihat di Gambar 6.2.

63 47 Pemilahan sampah oleh nasabah Nasabah menabung sampah terpilah Pelayanan tabungan oleh petugas BSWM Sampah organik dikelola menjadi pupuk dan biogas Penimbangan, pencatatan dan pemasukan sampah ke gudang BSWM Sampah kemasan didaur ulang menjadi souvenir Setelah 4 minggu sampah akan dijual ke pengepul sampah Pengrekapan saldo tabungan nasabah oleh pengurus BSWM Saldo tabungan sampah bersih 80% dari penjualan Saldo tabungan sampah kotor 30% dari penjualan Selisih antara harga pengepul dan saldo nasabah sampah kotor dan bersih menjadi kas BSWM Tabungan dapat diambil oleh nasabah setelah tiga bulan berupa uang ataupun sembako Sumber : Data Primer (2015) Gambar 6.2. Proses Penabungan di BSWM

64 Nilai Manfaat Bersih Pengolahan Sampah di BSWM Manfaat yang diperoleh BSWM dari pengolahan sampah yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Menurut Gittinger (2008) manfaat atau benefit adalah sesuatu yang dihasilkan oleh kegiatan yang menggunakan sejumlah biaya. Manfaat terdiri dari manfaat langsung dan tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat proyek. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya proyek. Berikut manfaat BSWM : 1. Manfaat Langsung a. Manfaat Bersih Penjualan Kompos Manfaat bersih penjualan kompos diperoleh dari hasil antara pengurangan Total Revenue (TR) dengan Total Cost (TC). Total Revenue (TR) diperoleh dari harga penjualan kompos dengan total volume penjualan kompos. Harga penjualan kompos sebesar Rp per kg. Pada tahun 2015 total volume kompos yang terjual sebesar 1.330,56 kg dalam setahunnya. Total Revenue (TR) kompos pada tahun 2015 sebesar Rp Kompos didapat dari hasil sampingan pengolahan biogas sehingga biaya tenaga kerja tidak dihitung. Total pemgeluarannya sebesar Rp untuk biaya pengemasan. Manfaat bersih penjualan kompos pada tahun 2015 sebesar Rp b. Manfaat Bersih Pengurangan Sampah Nilai manfaat bersih pengurangan sampah diperoleh dari pengurangan dari biaya kebersihan yang dikeluarkan masyarakat sebelum adanya bank sampah dengan biaya yang dikeluarkan masyarakat setelah adanya bank sampah. Biaya kebersihan sebelum adanya bank sampah sebesar Rp per KK dan Rp. 600 per KK untuk upah kurir pengangkut sampah. Jumlah Kepala Keluarga (KK) di RW 06 adalah 362 KK. Total biaya kebersihan yang dikeluarkan masyarakat sebelum adanya bank sampah adalah Rp per tahun. Biaya kebersihan yang dikeluarkan masyarakat sesudah adanya bank sampah hanya biaya pokok saja yaitu Rp per KK. Total biaya kebersihan yang dikeluarkan masyarakat sesudah adanya bank sampah sebesar Rp per tahun. Nilai manfaat bersih pengurangan sampah pada tahun 2015 sebesar Rp

65 49 c. Manfaat Bersih Penjualan Sampah ke Pengepul Manfaat bersih penjualan sampah ke pengepul ini didapat dari pengurangan jumlah uang yang diperoleh BSWM dari hasil penjualan sampah ke pengepul dengan jumlah uang yang dikeluarkan BSWM untuk tabungan nasabah BSWM dan upah tiga orang tenaga kerja yang turun langsung dalam proses penjualan sampah. Uang yang diperoleh BSWM dari penjualan sampah ke pengepul pada tahun 2015 sebesar Rp Uang yang dikeluarkan BSWM untuk tabungan nasabah pada tahun 2015 sebesar Rp Upah tenaga kerja sebesar Rp per orang. Total upah tenaga kerja adalah Rp Nilai manfaat bersih penjualan sampah ke pengepul pada tahun 2015 adalah Rp d. Manfaat Bersih Penjualan Pupuk Cair Pupuk cair merupakan hasil sampingan dari pengolahan biogas. Manfaat bersih penjualan pupuk cair didapat dari pengurangan total penerimaan dengan total biaya pupuk cair. Penerimaan pupuk cair pada tahun 2015 sebesar Rp Biaya tenaga kerja tidak dihitung karena termasuk biaya dari pembuatan biogas. Pengeluaran yang dikeluarkan yaitu biaya pengemasan sebesar Rp Manfaat bersih penjualan pupuk cair pada tahun 2015 sebesar Rp e. Manfaat Bersih Penjualan Souvenir Nilai manfaat bersih penjualan souvenir didapat dari pengurangan total revenue penjualan souvenir pada tahun 2015 dengan total cost yang dikeluarkan untuk membuat souvenir tersebut. Total penjualan souvenir yang terjual pada tahun 2015 dapat dilihat di tabel 6.1. Tabel 6.1 Penjualan Souvenir Tahun 2015 Tahun Nama Barang Satuan (unit) Harga (Rp) Total (Rp) 2015 Tas Besar Tas Sedang Tas Kecil Keranjang Souvenir kecil Total Sumber : Data Primer (2015) Total Cost (TC) yang dikeluarkan BSWM dalam membuat souvenir terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya benang, biaya kain, dan biaya jarum. Upah

66 50 pengrajin souvenir dapat dilihat dalam Tabel 6.2. Biaya benang yang dikeluarkan adalah Rp Biaya kain yang dikeluarkan adalah Rp Biaya yang dikeluarkan untuk jarum adalah Rp Total biaya yang dikeluarkan untuk membuat souvenir pada tahun 2015 adalah Rp Nilai manfaat bersih penjualan souvenir pada tahun 2015 adalah Rp Tabel 6.2 Upah Pengrajin Souvenir Tahun 2015 Tahun Nama Barang Satuan (unit) Upah (Rp) Total (Rp) 2015 Tas Besar Tas Sedang Tas Kecil Keranjang Souvenir kecil Total Sumber : Data Primer (2015) f. Manfaat Biogas Nilai manfaat biogas diperoleh dari penerimaan yang diperoleh dari pengelolaan biogas. Jumlah volume gas yang dapat dihasilkan dari mesin biodigester dikalikan dengan harga gas LPG tiga kilogram sebagai barang substitusinya lalu dikurangkan dengan total cost biogas. Mesin biodigester pada tahun 2015 masih beroperasi 60 persen. Hasil perhitungan manfaat biodigester 2015 adalah Rp per tahunnya. Data lengkapnya terlampir dalam lampiran. g. Manfaat Bersih Penjualan Takakura Nilai manfaat bersih penjualan takakura diperoleh dari total revenue penjualan takakura dikurangi degan total cost dari pembuatan takakura. Harga takakura pada tahun 2015 adalah Rp per set. Pada tahun 2015 jumlah takakura yang terjual sebanyak 5 buah. Total revenue yang didapat BSWM pada tahun 2015 adalah Rp Total cost yang dikeluarkan adalah biaya produksi takakura sebesar Rp Nilai Manfaat bersih takakura yang diperoleh BSWM pada tahun 2015 adalah Rp Manfaat Tidak Langsung Kenyamanan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memberikan manfaat kenyamanan dengan mengurangi jumlah timbulan sampah di lingkungan. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) menjaga agar seluruh sampah yang dihasilkan dapat terkelola, sehingga sampah tidak menimbulkan pencemaran yang

67 51 dapat mengganggu kenyamanan warga. BSWM juga memberikan manfaat ekonomi atau menambah penghasilan dari pemanfaatan sampah. Manfaat ini tidak memiliki nilai pasar, sehingga pengukuran nilai manfaatnya didekati dari nilai WTP atau kesediaan membayar warga untuk memperoleh manfaat tersebut. Berdasarkan hasi kuisioner, nilai WTP warga RW 06 Kelurahan Palasari adalah Rp per Kepala Keluarga (KK) dengan rentang nilai Rp hingga Rp Setelah dikalikan dengan jumlah KK sebanyak 362 KK, didapatkan nilai total WTP sebesar Rp per bulan atau Rp per tahun. Nilai ini muncul tahun 2009 ketika BSWM mulai beroperasi. Tabel 6.3 No Rata-rata Willingness To Pay (WTP) Nilai WTP (Rp/orang/bulan) Responden Mean WTP (Rp) Jumlah (orang) Persentase (%) Total Sumber : Data Primer (2015) Manfaat bersih total dari Bank Sampah Wargi Manglayang dibagi menjadi dua yaitu manfaat bersih langsung dan tidak langsung. Total manfaat bersih langsung pata tahun 2015 sebesar Rp Total manfaat bersih tidak langsung pada tahun 2015 sebesar Rp di BSWM dapat dilihat dalam Tabel 6.4. Tabel 6.4 Total Manfaat Ekonomi di BSWM No Jenis Manfaat Manfaat Bersih (Rp) 1 Manfaat Langsung A Manfaat penjualan kompos B Manfaat pengurangan sampah C Manfaat penjualan sampah ke pengepul D Manfaat penjualan souvenir E Manfaat penjualan pupuk cair F Manfaat biogas G Manfaat penjualan takakura Total Manfaat Langsung Manfaat Tidak Langsung Kenyamanan Total Manfaat Tidak Langsung Sumber : Data Primer (2015) 6.3 Analisis Kelayakan Finansial Biogas di BSWM Proyek BSWM diawali pada bulan November 2009 dan memulai produksi serta penjualan beberapa produknya seperti kompos, sampah anorganik, dan

68 52 souvenir pada tahun Proyek biogas di BSWM baru beroperasi pada tahun Pengolahan biogas merupakan unit pengolahan sampah yang memerlukan biaya cukup besar untuk itu perlu dilakukan uji kelayakan. Mesin biodigester masih beroperasi 60 persen dari kapasitas maksimal yang dapat dilakukan. Umur proyek biogas diasumsikan 20 tahun yang ditentukan dari ketahanan mesin biogas secara teknis. Analisis kelayakan finansial dilakukan sebagai rekomendasi untuk pemerintah daerah dan bank sampah lainnya Identifikasi Penerimaan Komponen arus penerimaan (inflow) dihitung dari jumlah manfaat yang diterima BSWM dari pengolahan biogas termasuk hasil sampingan dari pengolahan biogas. Penerimaan pengolahan biogas meliputi manfaat biogas, pupuk cair, kompos dan nilai sisa. Berikut detail arus pemasukan dari pengolahan biogas : 1. Manfaat Biogas Nilai manfaat biogas diperoleh dari jumlah volume gas yang dapat dihasilkan dari mesin biodigester dikalikan dengan harga gas LPG tiga kilogram sebagai barang substitusinya. Mesin biodigester pada tahun ke-0 sampai tahun ke- 9 diasumsikan baru beroperasi sebesar 60 persen. Mesin biodigester diasumsikan telah beroperasi secara maksimal dan input sampah organik selalu tersedia setiap harinya pada tahun ke sepuluh. Hasil perhitungan manfaat biodigester setiap tahunnya sejak tahun 2014 hingga 2023 adalah Rp per tahunnya. Hasil perhitungan manfaat biodigester setiap tahunnya sejak tahun 2024 hingga 2034 adalah Rp per tahunnya. Data lengkapnya terlampir dalam Lampiran Manfaat Pupuk Cair Hasil sampingan dari pengolahan biogas adalah pupuk cair. Nilai manfaat pupuk cair diperoleh dari jumlah pupuk cair yang dihasilkan dikalikan dengan harga pupuk cair. Jumlah pupuk cair yang dihasilkan pada tahun ke-0 hingga tahun ke-9 sebanyak 190,08 liter per tahun dan tahun ke-10 hingga tahun ke-20 sebanyak 316,8 liter per tahun. Harga penjualan pupuk cair sebesar Rp per liter. Penerimaan pupuk cair pada tahun ke-0 hingga tahun ke-9 sebesar Rp.

69 per tahun dan tahun ke-10 hingga tahun ke-20 sebesar Rp pertahun. 3. Manfaat Kompos Hasil sampingan pengolahan biogas selain pupuk cair ada juga kompos. Nilai manfaat kompos diperoleh dari jumlah kompos yang dihasilkan dikalikan dengan harga pupuk. Jumlah kompos yang dihasilkan pada tahun ke-0 hingga tahun ke-9 sebanyak 1.330,56 kilogram per tahun dan tahun ke-10 hingga tahun ke-20 sebanyak 2.217,6 kilogram per tahun. Harga penjualan kompos sebesar Rp per kilogram. Penerimaan kompos pada tahun ke-0 hingga tahun ke-9 sebesar Rp per tahun dan tahun ke-10 hingga tahun ke-20 sebesar Rp per tahun. 4. Nilai Sisa Nilai sisa adalah nilai yang diperoleh dari sisa penyusutan barang-barang investasi pada saat proyek berakhir. Nilai sisa diperoleh dari sisa mesin biodigester dan mesin pencacah sampah. Besar nilai sisa proyek BSWM adalah Rp Identifikasi Pengeluaran Arus pengeluaran terdiri dari pengeluaran biaya investasi, biaya operasional, dan biaya perawatan. Berikut detail arus pengeluaran BSWM : 1. Biaya Investasi Mesin Harga mesin biodigester untuk kapasitas 20 Kg dan 200 Kg memiliki harga masing-masing Rp dan Rp Biaya mesin pencacah sampah Rp Bank Sampah Warga Manglayang (BSWM) memiliki dua mesin pencacah sampah. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memiliki mesin-mesin ini pada tahun Mesin biodigester memiliki umur teknis selama 20 tahun sedangkan mesin pencacah sampah memiliki umur teknis selama lima tahun. 2. Biaya Operasional Biaya operasional terdiri dari biaya tenaga kerja dan biaya perawatan. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) merupakan proyek yang bertujuan sosial sehingga tenaga kerjanya tidak diberi upah per bulan. Tenaga kerja di pengolahan biogas berjumlah 2 orang. Tenaga kerja ini merupakan warga yang menjadi

70 54 sukarelawan bank sampah. Pada tahun ke-0 hingga tahun ke-9 tenaga kerja di upah dengan mendapatkan biogas secara gratis setiap bulannya. Asumsi biogas yang digunakan setiap rumah tanggal selama satu bulan adalah sebanyak tiga tabung gas LPG per bulan. Pada tahun ke-10 tenaga kerja diasumsikan mendapatkan insentif sebesar Rp setiap pengangkutan sampah. Tenaga kerja ini dalam setahun mengangkut sampah sebanyak 365 kali. Total upah tenaga kerja pada tahun ke nol hingga tahun ke-9 sebesar Rp per tahun. Total upah tenaga kerja pada tahun ke-10 hingga tahun ke-20 sebesar Rp per tahun. Biaya perawatan yang dikeluarkan untuk pengelolaan biogas sebesar Rp per bulan. Total biaya perawatan sebesar Rp per tahun Penilaian Kelayakan Finansial Kelayakan finansial dinilai dengan menggunakan kriteria NPV, Net B/C, dan IRR. Discount rate yang digunakan pada ketiga kriteria ini adalah 12 persen. Analisis kelayakan biogas dilaksanakan pada kondisi sesuai dilapangan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh NPV sebesar Rp nilai ini merupakan manfaat bersih total yang akan diterima oleh bank sampah khususnya unit pengolahan biogas dari adanya proyek pengolahan biogas. NPV yang dihasilkan positif, ini berarti usaha pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan BSWM menjadi biogas menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan keuntungan sebesar Rp selama umur proyek (20 tahun). Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2,042 dan IRR sebesar 26 persen. Nilai Net B/C proyek pengolahan biogas adalah 2,042 yang mengartikan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pada proyek pengolahan biogas akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 2,042. IRR proyek pengolahan biogas lebih besar dari nilai discount rate yang berlaku yaitu 12 persen sehingga sudah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Seluruh hasil perhitungan kelayakan pengolahan biogas memenuhi kriteria kelayakan investasi sehingga proyek pengolahan biogas dapat dikatakan layak secara finansial. Tabel 6.5. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Biogas di BSWM Kriteria Kondisi Rill Layak/tidak layak NPV Rp Layak Net B/C 2,042 Layak IRR 26 % Layak Sumber : Data Primer (2015)

71 Perumusan Strategi Pengembangan BSWM Analisis Variabel Kunci Pengembangan BSWM Faktor internal yang akan diidentifikasi yaitu kekuatan dan kelemahan. Sedangkan faktor eksternal yang akan diidentifikasikan yaitu peluang dan ancaman yang dimiliki BSWM. Hasil identifikasi kekuatan kelemahan serta peluang dan ancaman akan digunakan sebagai penyusunan matriks IFE dan EFE. Tabel 6.6 Faktor Internal dan Eksternal Bank Sampah Wargi Manglayang Internal Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah Kesetiaan tenaga kerja Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi Promosi lewat media sosial kurang efektif Belum ada spesialisasi tenaga kerja Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal Eksternal Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM Dapat mengganti energi dari sumber lain Perlombaan dan program Bandung Green and Clean Peningkatan pola hidup sehat Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah Fluktuatifnya harga sampah di pengepul Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air Sulit mendapatkan dana bantuan Kekuatan Variabel kunci kekuatan BSWM merupakan sumberdaya manusia dan keunggulan-keunggulan BSWM. Faktor kekuatan dari BSWM diantaranya : 1. Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah Sumberdaya manusia memiliki peran penting dalam menentukan kualitas pengelolaan dan pelayanan kepada nasabah BSWM sehingga akan menentukan keberhasilan BSWM. Tenaga kerja BSWM memiliki pengetahuan tentang sampah organik dan anorganik. Tenaga kerja BSWM mengetahui cara memilah sampah organik dan anorganik, mengelompokan sampah sesuai dengan jenisnya, dan mengetahui cara mengelola sampah dengan ramah lingkungan. Hal ini menjadi

72 56 kekuatan BSWM karena sampah yang ditabungkan nasabah ke BSWM akan terkelola secara maksimal sehingga sampah yang dibuang ke lingkungan hanya residu sampah. 2. Kesetiaan tenaga kerja Tenaga kerja BSWM berasal dari warga RW 06 Kelurahan Palasari. Jenis kelamin tenaga kerjanya enam orang wanita dan empat orang pria. Usia tenaga kerja lebih dari 49 tahun. Mayoritas tenaga kerjanya merupakan pensiunan sehingga memiliki banyak waktu di rumah. Tenaga kerja BSWM bekerja di BSWM tidak mencari profit atau keuntungan. Tenaga kerja BSWM bekerja untuk mengurangi sampah yang dibuang ke lingkungan. Pekerja BSWM bekerja tanpa upah tetap setiap bulannya. Pekerja BSWM hanya diberi insentif yang diberikan setahun sekali. Besar insentif dibagi menjadi tiga yaitu Rp per tahun untuk manajer BSWM, Rp per tahun untuk pekerja aktif, dan Rp per sekali kerja untuk pekerja yang mengangkut tabungan sampah dari rumah warga. Hal ini menjadi kekuatan dari BSWM karena banyak bank sampah lainnya yang tidak bertahan hanya karena insentif yang tidak besar jumlahnya. Berbeda dengan BSWM yang bertahan karena tujuan dari pekerjanya bukan untuk mencari keuntungan tetapi mengurangi sampah di lingkungan. 3. Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM Inovasi diperlukan dalam mengelola bank sampah untuk menarik perhatian para calon nasabah. Pada awal pengelolaan BSWM, tabungan yang diberikan kepada nasabah hanya berupa uang tabungan namun sejak tahun 2014 tabungan dapat ditukar menjadi sembako oleh nasabah. Selain itu BSWM juga berinovasi dalam hasil daur ulang sampahnya. Kebanyakan bank sampah hanya mendaur ulang sampah menjadi barang guna seperti tas dan karpet, tetapi di BSWM sampah didaur ulang menjadi baju gaun dan lukisan yang berasal dari sampah. Hal ini menarik perhatian nasabah untuk menabung di BSWM. 4. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap BSWM memiliki sarana dan prasarana yang lengkap. BSWM memiliki timbangan elektrik, timbangan manual, alat tulis, dua buah mesin biodigester untuk kapasitas 20 kg dan 200 kg, dan pencacah sampah. Kelengkapan sarana dan prasarana ini menjadi kekuatan karena BSWM dapat mengelola sampah organik

73 57 dan anorganik. Hal ini menyebabkan sampah yang dibuang kelingkungan merupakan residu sampah saja. 5. Efektifnya sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat Sistem penyuluhan merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan bank sampah. Penyuluhan dilakukan untuk menarik masyarakat untuk menjadi nasabah BSWM. BSWM melakukan penyuluhan ke masyarakat melalui pertemuan PKK dan pertemuan majelis taklim. Pengurus BSWM juga sering diundang menjadi narasumber tentang bank sampah. Rangkaian penyuluhan dilakukan oleh narasumber dengan cara presentatif. Materi yang disampaikan adalah pengertian sampah, cara memilah sampah, dan memperkenalkan bank sampah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang bergabung menjadi nasabah BSWM. 6. Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja Keakraban dan kedekatan antar tenaga kerja menjadi sebuah kekuatan untuk BSWM. Para tenaga kerja memiliki tujuan khusus setiap jam operasional BSWM yaitu berbincang dan bercengkrama antar tenaga kerja. Hal ini menjadi penyebab para tenaga kerja memiliki hubungan yang baik. Tenaga kerja memiliki semangat tersendiri saat bekerja di BSWM Kelemahan Variabel kunci kelemahan BSWM merupakan keterbatasan-keterbatasan sumberdaya manusia, strategi promosi, dan modal yang menjadi penghambat perkembangan BSWM. Ada lima kelemahan yang dimiliki oleh BSWM, diantaranya : 1. Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi. Tenaga kerja BSWM terdiri dari warga dengan usia lebih dari 49 tahun. Latar belakang pendidikan 30 persen perguruan tinggi dan 70 persen lulusan SMA. Tenaga kerja BSWM memiliki kelemahan dalam aplikasi teknologi dalam manajemen atau pengelolaan BSWM. Tenaga kerja yang menguasai komputer hanya satu orang. Hal ini menjadi kelemahan dalam pengelolaan BSWM karena teknologi merupakan alat bantu yang mempercepat kinerja dalam pengolahan data.

74 58 2. Promosi lewat media sosial kurang efektif. BSWM memiliki sosial media yang berguna untuk mempromosikan BSWM ke masyarakat luas dan mengajak masyarakat lain untuk menerapkan bank sampah di lingkungannya. Sosial media tersebut berupa facebook yang berguna untuk mempromosikan BSWM. BSWM belum memiliki website resmi yang berguna sebagai media promosi. Selama ini BSWM dikenal oleh orang banyak melalui media cetak ataupun televisi yang diliput oleh pihak luar. 3. Belum ada spesialisasi tenaga kerja. BSWM hanya memiliki enam orang tenaga kerja aktif. Terdiri dari satu orang manajer, satu orang bendahara, satu orang sekertaris, dua orang pelayanan gudang, dan satu orang produksi. Tenaga kerja dalam struktur organisasi tidak semuanya ikut serta dalam jam operasional bank sampah. Tenaga kerja yang aktif hanya enam orang. Hal ini menyebabkan BSWM harus mengikutsertakan tenaga kerja diluar struktur organisasi. Tenaga kerja tersebut dibutuhkan untuk menjadi supir yang mengangkut sampah-sampah tabungan nasabah dari rumahnya. Tenaga kerja ini merupakan warga sekitar yang menjadi petugas keamanan RW Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM. BSWM berdiri November 2009 atas inisiatif beberapa warga RW 06 sebagai upaya penanganan sampah rumah tangga. Pendirian BSWM mendapatkan dana dari masyarakat. BSWM berdiri di tanah pinjaman salah satu warga RW 06. Biodigester, pencacah sampah, etalase, mesin jahit, timbangan elektonik dan motor grobak merupakan sumbangan dari pihak luar BSWM. Biaya operasional BSWM didapat dari potongan tabungan sampah nasabah. 5. Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal. BSWM memiliki motor sampah pada tahun Motor ini merupakan sumbangan dari pihak luar. Motor sampah ini belum bisa bekerja maksimal karena banyak kerusakan. Rusaknya motor grobak menyebabkan tabungan sampah di rumah warga tidak bisa diangkut ke BSWM. Banyak warga yang mengeluh karena harus mengantarkan sampahnya ke BSWM Peluang Peluang merupakan suatu kondisi atau keadaan dalam lingkungan eksternal. Ada enam peluang yang dimiliki BSWM, diantaranya :

75 59 1. Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung pengelolaan sampah berbasis masyarakat Peraturan daerah Kota Bandung nomor 9 tahun 2011 tentang pengelolaan sampah mendukung kegiatan pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Hal itu terantum dalam paragraf 2 (dua) pasal 10 (sepuluh) yang berisikan masyarakat wajib melaksanakan pengurangan sampah dan penanganan sampah dengan cara berwawasan lingkungan. Terbentuknya BSWM membantu mengurangi sampah yang dibuang ke TPA dan telah mengikuti peraturan daerah Kota Bandung nomor 9 tahun Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM. Masyarakat merupakan faktor penting dalam mendukung BSWM. Masyarakat RW 06 Kelurahan Palasari selalu ikut serta dalam kegiatan BSWM. Masyarakat mau menjadi nasabah dan mendukung secara moril juga materil dalam pendirian BSWM pada tahun Masyarakat kerjasama untuk membiasakan diri memilah sampah, menjadi nasabah bank sampah, dan melakukan pengomposan di rumah masing-masing. Hal ini menjadi peluang besar bagi BSWM untuk mengembangkan dan terus berinovasi agar RW lain ikut serta dalam membentu bank sampah di pemukimannya. 3. Dapat mengganti energi dari sumber lain Biogas mempunyai beberapa keunggulan terhadap lingkungan dibandingkan dengan BBM yang berasal dari fosil. Sifatnya yang ramah limgkungan dan dapat diperbarui merupakan keunggulan dari biogas dibandingkan bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil selama ini diisukan menjadi penyebab dari pemanasan global. Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas CO 2 naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. 4. Perlombaan dan program Bandung Green and Clean Kota Bandung saat ini sedang gencar dalam menjalankan perlombaan yang berbasis lingkungan seperti yang dilaksanakan oleh Bandung Green and Clean yang menyelenggarakan perlombaan untuk wilayah sehat. BSWM ikut serta dalam perlombaan BGC dan mendapatkan juara ke-1 juga juara umum. Setelah BSWM mengikuti perlombaan BGC, BSWM menjadi bank sampah percontohan

76 60 Jawa Barat. BSWM juga sering mengikuti acara pameran barang recycle memamerkan kerajinan tangan yang dihasilkan dari sampah. 5. Peningkatan pola hidup sehat masyarakat. Peningkatan pola hidup sehat menjadi peluang BSWM untuk gencar mengajak masyarakat untuk menjadi nasabah BSWM. Masyarakat yang sadar lingkungan berpeluang besar ikut serta dalam kontribusi pengurangan sampah. peluang ini harus dimanfaatkan oleh pengelola BSWM untuk mengajak dan memberikan penyuluhan tentang pengelolaan sampah rumah tangga melalui bank sampah. 6. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memberikan dua keuntungan kepada masyarakat. Pertama masyarakat yang menjadi nasabah meningkatkan pendapatannya dengan menabung sampah dan yang kedua adalah terciptanya lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Hal ini mendorong bank sampah untuk semakin berkembang Ancaman Ancaman merupakan suatu kondisi atau keadaan yang timbul dari lingkungan eksternal proyek atau lingkungan umum yang dapat menimbulkan risiko atau kerugian kedepannya. Terdapat 5 (lima) ancaman yang dialami BSWM, diantaranya : 1. Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah Saat ini BSWM merupakan organisasi yang memiliki pemasukan keuangan yang paling besar jika dibandingkan dengan organisasi tingkat RW 06 Kelurahan Palasari lainnya. Banyak pihak luar seperti organisasi lainnya di tingkat RW 06 Kelurahan Palasari yang merasa iri dengan pemasukan keuangan BSWM. Ketidakpercayaan organisasi lain tingkat RW ini menjadi sebuah ancaman bagi BSWM. Sehingga beberapa pihak luar organisasi BSWM ingin ikut campur dalam keuangan BSWM. 2. Fluktuasi harga sampah dipengepul. Saldo tabungan nasabah dalam pengelolaan BSWM dikumpulkan terlebih dahulu selama beberapa bulan baru bisa dicairkan menjadi uang. Tidak menentunya harga sampah di pengepul menyebabkan fluktuatifnya uang yang

77 61 diterima nasabah. Nasabah harus bersabar hingga sampah yang dikumpulkan di gudang BSWM dijual ke pengepul. Jika sampah di gudang sudah dijual maka akan diketahui berapa jumlah uang nasabah. Fluktuatifnya harga sampah menyebabkan ketidakpastian jumlah saldo nasabah. 3. Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat Sampah yang diterima BSWM adalah sampah anorganik yang sudah pilah berdasarkan jenisnya dan dibersihkan. Banyak nasabah yang masih belum terbiasa untuk memisahkan sampah sesuai jenisnyan seperti botol, gelas plastik, koran dan duplek. Banyak nasabah menyerahkan sampah ke BSWM masih dengan label botol dan belum dipisahkan dengan tutupnya. Hal ini menyulitkan kerja pengelola bank sampah yang harus membersihkan sampah tersebut. Hal ini juga yang menyebabkan pembagian dua saldo tabungan nasabah. Jika nasabah menyerahkan sampah dalam keadaan kotor maka nasabah menerima saldo untuk harga kotor. Sebaliknya, jika nasabah mengumpulkan sampah bersih maka nasabah menerima saldo untuk harga bersih yang jumlahnya lebih besar dari saldo kotor. 4. Kenaikan Tarif BBM, listrik, dan air. Kenaikan BBM, listrik, dan air menjadi ancaman bagi keberlangsungan keuangan BSWM. Jika biaya operasional BSWM meningkat sedangkan penerimaan BSWM setiap tahunnya tetap hal ini menyebabkan penurunan net benefit dari BSWM. Net benefit berkurang menjadi sebuah ancaman bagi BSWM. 5. Sulit mendapatkan dana bantuan Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) masih mengandalkan kas bank sampah untuk biaya operasional. Dana bantuan untuk bank sampah sulit didapatkan untuk mendukung pengembangan bank sampah. Pengembangan bank sampah tentunya memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan untuk mendapatkan dana bantuan sulit Matriks Faktor Strategi Internal BSWM Berdasarkan hasil analisis pada matriks IFAS dalam Tabel 6.7 terlihat bahwa kekuatan utama faktor strategis pengembangan BSWM adalah kesetiaan tenaga kerja dengan skor bobot 0,430. Kelemahan utama dari BSWM adalah tenaga kerja yang kurang menguasai aplikasi teknologi dan sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM dengan masing-masing skor 0,133.

78 62 Hasil perhitungan dengan menggunakan matriks IFAS yang didasarkan atas penilaian responden, didapatkan bahwa total bobot skor dari faktor strategis internal BSWM yaitu 2,923. Hal tersebut menunjukan bahwa BSWM berada pada posisi internal yang kuat. Berdasarkan jumlah skor kekuatan dan kelemahan, jumlah kekuatan lebih besar yaitu 2,310 maka BSWM mampu mengembangkan usaha dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi permasalahan yang ada. Tabel 6.7 Analisis Matriks Faktor Strategi Internal No Faktor kunci internal Bobot Rating Bobot skor Kekuatan 1 Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam 0,107 4,000 0,427 pengelolaan sampah 2 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 3,750 0,430 3 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 3,500 0,338 4 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM 0,090 3,750 0,337 lengkap 5 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke 0,092 4,000 0,368 masyarakat 6 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 4,000 0,409 Total 0,603 2,310 No Faktor kunci internal Bobot Rating Bobot skor Kelemahan 1 Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 1,750 0,133 2 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 1,750 0,123 3 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 1,750 0,113 4 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM. 0,076 1,750 0,133 5 Motor pengangkut sampah yang belum beroperasi 0,110 1,000 0,110 maksimal Total 0,397 0,613 Total IFE 1,000 2,923 Sumber : Data Primer (2015) Matriks Faktor Strategi Eksternal BSWM Berdasarkan Tabel 6.8 hasil perhitungan matriks EFAS yang didapatkan atas penilaian responden terhadap faktor strategi eksternal BSWM didapatkan bahwa peluang terbesar adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan skor sebesar 0,459. Ancaman besar bagi BSWM adalah turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah dengan skor 0,173. Total bobot skor untuk EFAS sebesar 2,786 mengartikan proyek BSWM memiliki kemampuan merespon peluang dan mengantisipasi ancaman dengan cukup baik.

79 63 Tabel 6.8 Analisis Matriks Faktor Strategi Eksternal No Faktor kunci eksternal Bobot Rating Bobot skor Peluang 1 Kebiajakan pemerintah daerah yang mendukung 0,058 3,250 0,188 tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat. 2 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung 0,105 4,000 0,418 kegiatan BSWM. 3 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,250 0,310 4 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,250 0,307 5 Peningkatan pola hidup sehat masyarakat 0,111 4,000 0,445 6 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 4,000 0,459 Total 0,578 2,128 No Faktor kunci eksternal Bobot Rating Bobot skor Ancaman 1 Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal 0,099 1,750 0,173 bank sampah 2 Fluktuatifnya harga sampah dipengepul 0,059 1,250 0,074 3 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan 0,103 1,500 0,155 masyarakat 4 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air. 0,097 1,500 0,145 5 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 1,750 0,111 Total 0,422 0,658 Total EFE 1,000 2,786 Sumber : Data Primer (2015) Matriks IE (Internal-Eksternal) BSWM Penyusunan matriks IE menggunakan hasil dari matriks IFE dan EFE untuk mengetahui posisi proyek saat ini dan sebagai dasar pemilihan alternatif strategi pengembangan yang tepat matriks IE terdiri dari dua sumbu, yaitu sumbu X merupakan hasil analisis dari matriks IFE dan sumbu Y hasil dari matriks EFE. Berdasarkan pada matriks IFE, nilai total skor yang dimiliki sebesar 2,923 dan nilai skor EFE sebesar 2,786 sehingga menempatkan BSWM pada sel V dalam matriks IE. Hal ini menggambarkan bahwa kondisi internal rata-rata dan respon BSWM terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong menengah atau sedang. Hasil tersebut berarti bahwa proyek BSWM berada pada kondisi pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Dengan demikian strategi yang dapat diterapkan usaha BSWM adalah market penetration (penetrasi pasar) dan product development (pengembangan produk). Penetrasi pasar (market penetration) merupakan strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk atau jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar (David 2010). Hal itu dapat diterapkan oleh BSWM dalam meningkatkan pangsa pasarnya melalui

80 64 usaha pemasaran secara lebih intensif dan berkelanjutan. Upaya promosi yang lebih intensif lebih dilakukan melalui website agar BSWM menjadi bank sampah yang lingkupnya luas dengan memanfaatkan dukungan pemerintah. Strategi kedua adalah pengembangan produk (product development). Pengembangan produk (product development) adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa saat ini. BSWM dapat melakukan inovasi terbaru yang menjadi daya tarik nasabah untuk sering menabung sampah di BSWM. TOTAL RATA-RATA TERTIMBANG Kuat 3,0-4,0 Rata-rata 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99 4,0 I II III TOTAL RATA- RATA Tinggi 3,0-4,0 TERTIMBANG 3,0 IV V* VI EFE Menengah 2,0-2,99 2,0 VII VIII IX Rendah 1,0-1,99 Gambar 6.3 Matriks IE (internal-eksternal) BSWM Quantitative Strategic Planning Matrix Tahap keputusan merupakan tahap akhir dari perumusan strategi pengembangan dengan menganalisis dari hasil analisis pada kondisi internal dan eksternal yang berisi strategi alternatif pengelolaan BSWM. Penggunaan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan alat analisis yang tepat karena terbatasnya sumberdaya yang dimiliki oleh BSWM sehingga penentuan prioritas menjadi hal yang sangat penting. Selain itu, matriks QSPM dapat mengevaluasi pilihan alternatif strategi pengembangan berdasarkan variabel kunci. Matriks QSPM terdapat nilai AS (Attractive Score) yang menunjukan daya tarik terhadap pilihan alternatif strategi yang telah ditentukan dan nilai TAS (Total Attractive Scores) merupakan total daya tarik dari keseluruhan alternatif strategi. Strategi yang paling menarik dan dianggap cocok bagi BSWM ditunjukan dengan nilai STAS (Sum Total Attractive Scores) yang tertinggi dan selanjutnya diurutkan berdasarkan nilai tersebut dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Pemilihan alternatif strategi didasarkan atas kemampuan sumberdaya yang dimiliki BSWM. Pelaksanaan secara bertahap menjadi pilihan utama bagi BSWM

81 65 yang dimulai dari prioritas yang paling tinggi. Adapun alternatif strategi pengembangan BSWM yaitu : 1. Mengembangkan BSWM menjadi bank sampah yang lingkupnya luas. BSWM menjadi bank sampah yang memiliki penyebaran nasabah yang luas bukan hanya untuk wilayah RW 06 tetapi juga untuk wilayah sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki oleh BSWM. Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran proyek yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang. 2. Membuat inovasi terbaru yang menjadi daya tarik nasabah untuk menabung di BSWM. Inovasi terbaru dapat dilakukan BSWM untuk menarik nasabah semakin banyak menabung di BSWM. Inovasi ini menjadi daya tarik BSWM. Inovasi yang dapat dilakukan seperti mengikuti perkembangan baru dalam teknologi aplikasi bank sampah online untuk membantu manajemen bank sampah menjadi lebih mudah yang dikeluarkan oleh pihak swasta. 3. Menjalin koordinasi dengan semua pihak yang mendukung bank sampah untuk mendapatkan modal. Koordinasi dengan pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta yang dapat membantu BSWM untuk mendapatkan modal. Pihak-pihak ini dapat dijadikan sponsor utama bagi BSWM. Modal digunakan untuk pengembangan BSWM dan biaya operasional BSWM. 4. Memanfaatkan dukungan dari beberapa pihak seperti pemerintah maupun masyarakat untuk melatih pengurus BSWM untuk belajar komputer. Kelemahan BSWM adalah kurangnya keterampilan dalam bidang teknologi dalam menggunakan komputer. Kerjasama ini dapat dilakukan BSWM dan pihak lain dengan melakukan pertukaran ilmu. BSWM dapat memberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah, sedangkan pihak lain dapat memberikan pelatihan komputer ke BSWM. Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada, dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki. 5. Membuat aturan yang mengatur tentang BSWM. Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki proyek dengan cara menghindari ancaman. Aturan diperlukan untuk mengatur tentang regulasi

82 66 BSWM. Aturan juga berguna untuk menentukan pihak mana saja yang dapat ikut serta dalam kepengurusan BSWM. 6. Memanfaatkan loyalitas dan partisipasi pengurus BSWM untuk menghadapi ancaman. Loyalitas pengurus BSWM dapat digunakan untuk menghadapi ancaman intervensi dari pihak lain. Pengurus BSWM yang memiliki kepercayaan dan kesetiaan dapat mempererat kekuatan BSWM. 7. Meningkatkan fungsi BSWM dan jaringannya. Meningkatkan fungsi BSWM sebagai bank sampah yang mengelola sampah dengan ramah lingkungan. Meningkatkan kerjasama dengan semua pihak yang memiliki peran dalam BSWM. Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Pada matriks QSPM, akan dihasilkan nilai AS (Attractive Score) yang dilihat berdasarkan tingkat daya tarik suatu faktor strategis pengembangan BSWM atas keberhasilan alternatif strategi yang dijalankan. Selanjutnya, akan didapatkan nilai TAS (Total Attractive Scores) yang didapatkan dari keseluruhan total nilai AS. Keseluruhan alternatif strategi akan memiliki total nilai TAS atau STAS (Sum Total Attractive Scores) dengan nilai yang paling tinggi merupakan alternatif yang dapat dipilih dan disarankan untuk dijalankan dalam pengembangan BSWM. Adapun prioritas tertinggi diantaranya : 1. Membuat aturan yang mengatur tentang BSWM. (STAS = 6,568) 2. Membuat inovasi terbaru yang menjadi daya tarik nasabah untuk menabung di BSWM. (STAS = 6,322) 3. Memanfaatkan loyalitas dan partisipasi pengurus BSWM untuk menghadapi ancaman. (STAS = 6,282) 4. Meningkatkan fungsi kelembagaan dan jaringannya. (STAS = 6,106) 5. Mengembangkan BSWM menjadi bank sampah yang lingkupnya luas. (STAS = 5,878) 6. Menjalin koordinasi dengan semua pihak yang mendukung bank sampah untuk mendapatkan modal. (STAS = 5,748)

83 67 7. Memanfaatkan dukungan dari beberapa pihak seperti pemerintah maupun masyarakat untuk melatih pengurus BSWM untuk belajar komputer. (STAS = 5,215)

84 68

85 69 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Pola mekanisme pengelolaan sampah RW 06 Palasari di BSWM telah melibatkan beberapa pihak yaitu lurah dan camat sebagai pelindung bank sampah, Ketua RW sebagai menjadi penanggung jawab, pengepul sampah sebagai pihak yang menjadi sumber arus uang masuk ke bank sampah, dan masyarakat yang memiliki peran sebagai tenaga kerja juga nasabah bank sampah. Bank sampah menjual sampah ke pengepul dan memperoleh uang dari penjualan sampah. Masyarakat yang menjadi tenaga kerja BSWM mendapatkan upah dari bank sampah. Masyarakat yang menjadi nasabah mendapatkan saldo tabungan dari bank sampah 2. Bank Sampah Wargi Manglayang (BSWM) memiliki berbagai nilai manfaat pada tahun Total manfaat langsung sebesar Rp dan manfaat tidak langsung sebesar Rp Proyek pengolahan biogas secara finansial layak sehingga dapat menjadi rekomendasi untuk bank sampah lainnya dalam pengolahan sampah. 4. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh alternatif strategi yang layak diterapkan dalam pengembangan BSWM yaitu mengembangkan BSWM menjadi bank sampah yang lingkupnya luas, membuat inovasi baru, mengoordinasi dengan pihak yang mendukung agar memperkuat modal, melaksakan pelatihan komputer untuk para pengurus BSWM, membuat aturan yang mengatur tentang BSWM, memanfaatkan loyalitas pengurus, dan meningkatkan fungsi BSWM juga jaringannya. Dari hasil analisis lanjutan dengan QSPM terhadap ketujuh alternatif strategi tersebut, dipeloleh strategi prioritas untuk pengembangan BSWM yaitu membuat aturan yang mengatur tentang BSWM.

86 Saran 1. BSWM perlu terus dipertahankan karena meningkatkan daya dukung lingkungan RW 06 Kelurahan Palasari dan unit pengolahan biogas layak secara finansial untuk dijalankan. 2. Unit pengelolaan biogas layak dilaksanakan di bank sampah lainnya. 3. BSWM memerlukan kerjasama dan koordinasi yang baik dan berkelanjutan diantara BSWM dan kelembagaan-kelembagaan yang terkait. 4. Bank sampah memiliki manfaat langsung dan tidak langsung dalam pengolahan sampahnya termasuk dalam pengolahan biogasnya. Strategi pengelolaan BSWM yang dirumuskan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk menerapkan sistem pengolahan sampah yang tepat.

87 71 DAFTAR PUSTAKA Arikunto S Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Badan Pusat Statistik Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup. Katalog BPS Jakarta (ID): BPS. Basriyanta Memanen Sampah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Damanhuri E, Padmi T Pengelolaan Sampah. Bandung (ID): Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB. David FR Manajemen Strategis Konsep. Sunardi D., penerjemah; Wuriarti P, editor. Jakarta (ID): Salemba Empat. Terjemahan dari : Strategic Management. Ed ke-12. Fauzi A Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Gelbert M, Prihanto D, Suprihatin A Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan Wall Chart. Malang (ID): Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup. Gittinger JP Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian.Edisi kedua.sutomo s, Mangiri K, Penerjemah. Jakarta (ID): UI-Press. Terjemahan dari: Economic Analysis of Agriculture Project. Hanley N, Splash CL Cost-Benefit Analysis and the Environment. Cheltenham (UK): Edgard Elgal Publishing Ltd. Hendriette H Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kelinci pada Kampoeng Kelinci di Desa Gnung Mulya kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kartini Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Masyarakat Menabung Sampah Serta Dampak Keberadaan Bank Sampah Gemah Ripah [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khairunisa V Analisis Daya Dukung Lingkungan dan Kelayakan Ekonomi Unit Pengolahan Sampah Mutu Elok di Perumahan Cipinang Elok Jakarta Timur [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

88 72 Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah. Jakarta (ID): Menteri LH RI. Nugraha P Leuwigajah, kami takkan lupa. KOMPAS, 21 Februari Pemerintah Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jakarta (ID): Pemerintah RI. Pemerintah Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta (ID): Pemerintah RI. Rangkuti F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Sarkhel P Economics of household waste management in Kolkata: proposed steps towards improved efficiency. Contemporary Issues and Ideas in Social Science, March Soekarwati Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI Press. Umar H Strategic Management in Action. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Utomo AC Analisis Strategi Pengembangan Kampung 99 pepohonan Kecamatan Limo Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Walikota Bandung Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah. Bandung (ID): Pemerintah Daerah Kota Bandung. Wisesa H G, Z Hidayat, dan N Widowati Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang (Solusi Pengurangan Timbunan Sampah di TPA Jati Barang). Semarang (ID): Jurusan Administrasi Publik, Universitas Diponegoro.

89 LAMPIRAN 73

90 74

91 75 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian 1 Hari/Tanggal :... Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Jl Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor (0251) KUISIONER PENELITIAN Nomor Responden : Nama Responden : Alamat Responden : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Sistem Kelembagaan dan Kelayakan Ekonomi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06 Kota Bandung) oleh Nita Megaiswari, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politik. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih. A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin : L/P 2. Usia :...tahun 3. Pendidikan formal? a. Tidak tamat SD c. SMP/Sederajat e. Perguruan tinggi b. SD/Sederajat d. SMA/Sederajat 4. Apakah anda sudah menikah? a. Sudah b. Belum 5. Jika sudah, berapa jumlah keluarga yang anda tanggung?... orang 6. Pekerjaan utama anda saat ini? a. Buruh tani c. TNI/Polisi e. PNS b. Peternak d. Wiraswasta f. Lainnya...

92 76 7. Pekerjaan sampingan anda saat ini? Sebutkan Berapakah pendapatan dari pekerjaan utama Anda perbulan? a. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... b. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... c. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... d. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... e. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... f. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... g. Rp ,00 - Rp ,00 Tepatnya Rp... h. > Rp ,00 Tepatnya Rp Berapakah pendapatan anda dari pekerjaan sampingan perbulan? Sebutkan Sudah berapa lama anda tinggal di tempat ini?... tahun B. Willingness to Pay Responden Terhadap Manfaat Kenyamanan Lingkungan Pasar Hipotetik Bank Sampah Wargi Manglayang merupakan lembaga pengelolaan sampah berbasis masyarakat.bank sampah ini memberikan manfaat ekonomi dan manfaat lingkungan (kebersihan). Jika Bank Sampah Wargi Manglayang tidak ada maka lingkungan akan kembali kotor dan tidak nyaman, selain itu masyarakat tidak dapat mendapatkan manfaat ekonomi atau menambah penghasilan dari pemanfaatan sampah. Untuk itu perlu adanya kerjasama masyarakat untuk menjaga lingkungan dan berpartisipasi agar keberadaan bank sampah tetap ada.upaya yang dapat dilakukan adalah masyarakat membayar jasa lingkungan kebersihan dengan adanya bank sampah untuk memperoleh manfaat kenyamanan lingkungan. 1. Apakah anda mengetahui mengenai Bank Sampah Wargi Manglayang? a. Ya b. Tidak 2. Apakah anda mengetahui manfaat dari Bank Sampah Wargi Manglayang? a. Ya, sebutkan b. Tidak

93 77 3. Jika Ya, Apakah anda merasakan Manfaat dari adanya Bank Sampah Wargi Manglayang? a. Ya, sebutkan b. Tidak 4. Apakah anda bersedia untuk tetap menjaga lingkungan RW 06 Kota Bandung? a. Ya b. Tidak 5. Jika ya, apakah anda bersedia untuk membayar sejumlah biaya pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang agar lingkungan RW 06 Kota Bandung tetap bersih dan nyaman? a. Ya b. Tidak 6. Jika ya, berapakh nilai yang bersedia anda keluarkan untuk pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang agar RW 06 Kota Bandung tetap bersih dan nyaman? Jawab : Rp....

94 78

95 79 Lampiran 1.2 Kuisioner Penelitian 2 Hari/Tanggal :... Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Jl Kamper Level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor(0251) KUISIONER PENELITIAN Nomor Responden : Nama Responden : Alamat Responden : No. Telp/HP : Jabatan : Kuisioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai Analisis Kelayakan Ekonomi dan Sistem Kelembagaan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06 Kota Bandung) oleh Nita Megaiswari, Mahasiswa departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Saya mohon partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuisioner ini dengan teliti dan lengkap sehingga dapat memberikan data yang objektif. Informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan dan tidak untuk kepentingan politik. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terimakasih.

96 80 Analisis Strategi Pengembangan I. PENENTUAN BOBOT Tujuan : Mendapatkan penilaian dari responden mengenai atribut mutu dan faktorfaktor strategik internal dan eksternal. Untuk itu dilakukan dengan cara pemberian bobot terhadap seberapa besar faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi stategi atau cara peningkatan kelembagaan Bank Sampah Wargi Manglayang. Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuisioner diisi secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing repsonden. 3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan melakukan secara langsung untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak untuk menambah atau mengurangi faktor-faktor strategi tercantum dalam kuisioner ini dan dilengkapi dengan penjelasan dalan alasannya. Petunjuk Khusus : 1. Alternatif pemberian bobot (weight) terhadap setiap faktor strategik internal dan eksternal yang tersedia dimana setiap bobot peubah menggunakan skala 1, 2 dan 3 dengan keterangan sebagai berikut : a. Nilai 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal b. Nilai 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal c. Nilai 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. 2. Penentuan bobot merupakan pendapat masing-masing responden terhadap setiap faktor internal dan eksternal.

97 81 81 Penentuan Bobot Faktor Eksternal sebagai Strategi Pengembangan Pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang Faktor Ekstarnal A B C D E F G H I J K A. Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat B. Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM C. Dapat mengganti energi dari sumber lain D. Perlombaan dan program Bandung Green and Clean E. Peningkatan pola hidup sehat F. Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat G. Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah H. Fluktuatifnya harga sampah di pengepul I. Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat J. Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air K. Sulit mendapatkan dana bantuan Penentuan Bobot Faktor Internal sebagai Strategi Pengembangan pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang Faktor Internal A B C D E F G H I J K A. Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah B. Kesetiaan tenaga kerja C. Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM D. Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap E. Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat F. Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja G. Tenaga kerja belum menguasai aplikasi teknologi H. Promosi lewat media sosial kurang efektif I. Belum ada spesialisasi tenaga kerja J. Sedikitnya modal untuk mengembangkan BSWM K. Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimall

98 82 II. Penentuan Rating Tujuan : Mendapatkan penilaian dari responden mengenai faktor-faktor internal dan eksternal. Penilaian ini dilakukan dengan cara pemberian rating terhadap seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi strategi pengembangan Bank Sampah Wargi Manglayang. Petunjuk Umum : 1. Pengisian kuisioner dilakukan secara tertulis oleh responden. 2. Jawaban merupakan pendapat pribadi dari masing-masing responden. 3. Dalam pengisian kuisioner, responden diharapkan melakukan secara langsung untuk menghindari inkonsistensi jawaban. 4. Responden berhak untuk menambah atau mengurangi faktor-faktor strategi yang tercantum dalam kuisioner ini dan dilengkapi dengan penjelasan dan alasannya. Petunjuk Khusus : 1. Faktor strategi internal kekuatan (strenght) a. Pemberian rating (peringkat) terhadap faktor-faktor internal kekuatan yang tersedia untuk kuisioner ini adalah sebagai berikut : 1 = sangat tidak berpengruh 2 = tidak berpengaruh 3 = berpengaruh 4 = sangat berpengaruh Pemberian masing-masing faktor dilakukan dengan memberi tanda ceklis ( ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepentingan 1-4 yang paling tepat menurut responden. b. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden.

99 83 Penentuan Faktor Strategi Internal Kekuatan (Strenght) pada Strategi Pengembangan Bank Sampah Wargi Manglayang No Faktor Internal Kekuatan (Strenght) Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 2 Kesetiaan tenaga kerja 3 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 4 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 5 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 6 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 2. Faktor Strategi Internal Kelemahan (Weakness) a. Pemberian rating (peringkat) terhadap faktor-faktor internal kelamahan yang tersedia untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut : 1 = Sangat tidak berpengaruh 2 = Tidak berpegaruh 3 = Berpengaruh 4 = Sangat berpengaruh Pemberian masing-masing faktor dilakukan dengan memberi tanda ceklis ( ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepentingan 1-4 yang paling tepat menurut responden. b. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden. Penentuan Faktor Strategi Internal Kelemahan (Weakness) pada Strategi Pengembangan Bank Sampah Wargi Manglayang No Faktor Internal Kelemahan (Weakness) Tenaga kerja belum menguasai aplikasi teknologi 2 Promosi lewat media sosial kurang efektif 3 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 4 Sedikitnya modal untuk mengembangkan BSWM 5 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimall 3. Faktor Strategi Eksternal Peluang (Opportunities) a. Pemberian rating (peringkat) terhadap faktor-faktor internal kelamahan yang tersedia untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut : 1 = Sangat tidak berpengaruh 2 = Tidak berpegaruh 3 = Berpengaruh 4 = Sangat berpengaruh

100 84 Pemberian masing-masing faktor dilakukan dengan memberi tanda ceklis ( ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepentingan 1-4 yang paling tepat menurut responden. b. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden. Penentuan Faktor Strategi Eksternal Peluang (Opportunities) pada Strategi Pengembangan Bank Sampah Wargi Manglayang No Faktor eksternal peluang (opportunities) Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 2 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 3 Dapat mengganti energi dari sumber lain 4 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 5 Peningkatan pola hidup sehat 6 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 4. Faktor Strategi Eksternal Ancaman (Threats) c. Pemberian rating (peringkat) terhadap faktor-faktor internal kelamahan yang tersedia untuk kuesioner ini adalah sebagai berikut : 1 = Sangat tidak berpengaruh 2 = Tidak berpegaruh 3 = Berpengaruh 4 = Sangat berpengaruh Pemberian masing-masing faktor dilakukan dengan memberi tanda ceklis ( ) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepentingan 1-4 yang paling tepat menurut responden. d. Penentuan peringkat merupakan pendapat masing-masing responden Penentuan Faktor Strategi Eksternal Ancaman (Threats) pada Staregi Pengelolaan Bank Sampah Wargi Manglayang No Faktor eksternal ancaman (threats) Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 2 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 3 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 4 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 5 Sulit mendapatkan dana bantuan

101 85 III. PENENTUAN STRATEGI TERPILIH DENGAN MENGGUNAKAN QSPM (QUANTITATIVE STATEGIC PLANNING MATRIX) Aletrnatif strategi yang terpilih dari metode sebelumnya (matriks SWOT) Strategi 1 : kembangkan BSWM menjadi bank sampah yang lingkupnya luas, bukan hanya untuk wilayah RW 06 tetapi juga untuk wilayah yang lain dengan memanfaatkan dukungan dari pemerintah. Strategi 2 : pikirkan inovasi terbaru yang menjadi daya tarik nasabah untuk rajin menabung sampah Strategi 3 : jalin koordinasi dengan semua pihak yang mendukung bank sampah seperti pemerintah dan masyarakat untuk mendapatkan dukungan modal Strategi 4 : tingkatkan sosialisasi agar banyak masyarakat yang ingin turut serta dalam kepengurusan bank sampah Strategi 5 : optimalkan kinerja motor pengangkut tabungan sampah dari rumah warga Strategi 6 : manfaatkan loyalitas dan partisipasi pengurus BSWM untuk menghadapi ancaman. Strategi 7 : tingkatkan fungsi kelembagaan dan jaringannya Petunjuk Pengisian : Tentukan attractive score (AS) atau daya tarik masing-masing faktor internal (kelemahan dan kekuatan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) untuk masing-masing alternatif strategi sebagaimana disebutkan di atas dengan cara memberikan tanda ( ) pada pilihan Bapak/Ibu. Pilihan attractive score (AS) adalah sebagai berikut : 1 = tidak menarik 2 = cukup menarik 3 = menarik 4 = sangat menarik

102 Faktor Utama Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah Kesetiaan tenaga kerja Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja Kelemahan Tenaga kerja belum menguasai aplikasi teknologi Promosi lewat media sosial kurang efektif Belum ada spesialisasi tenaga kerja Sedikitnya modal untuk mengembangkan BSWM Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimall

103 87 87 Faktor Utama Alternatif Strategi Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Strategi 7 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM Dapat mengganti energi dari sumber lain Perlombaan dan program Bandung Green and Clean Peningkatan pola hidup sehat Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah Fluktuatifnya harga sampah di pengepul Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air Sulit mendapatkan dana bantuan

104 Lampiran 3. Cash Flow Analisis Kelayakan Finansial Biogas Komponen Penerimaan Biogas Pupuk cair Pupuk padat Nilai sisa Total Penerimaan DF (12%) 1,000 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 Total Penerimaaan (DF 12%) pengeluaran Biaya mesin biodigester 20 kg Biaya mesin biodigester 200 kg mesin pencacah sampah Biaya Perawatan Tenaga kerja TOTAL PENGELUARAN DF (12%) 1,000 0,893 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 TOTAL PENGELUARAN (DF 12%) NET BENEFIT ( ) NET BENEFIT (DF 12%) ( ) NPV IRR 26% NET B/C 2,042

105 89 89 Lampiran 4. Cash Flow Analisis Kelayakan Finansial Biogas Lanjutan Komponen Penerimaan Biogas Pupuk cair Pupuk padat Nilai sisa Total Penerimaan DF (12%) 0,322 0,287 0,257 0,229 0,205 0,183 0,163 0,146 0,130 0,116 0,104 Total Penerimaaan (DF 12%) Pengeluaran Biaya mesin biodigester 20 kg Biaya mesin biodigester 200 kg mesin pencacah sampah Biaya Perawatan Tenaga kerja TOTAL PENGELUARAN DF (12%) 0,322 0,287 0,257 0,229 0,205 0,183 0,163 0,146 0,130 0,116 0,104 TOTAL PENGELUARAN (DF 12%) NET BENEFIT NET BENEFIT (DF 12%) NPV IRR 26% NET B/C 2,042

106 90 Lampiran 5. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 1 Alternatif Strategi Bobot Strategi 1 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 2,750 0,294 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 3,000 0,344 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 2,750 0,266 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 2,750 0,247 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 2,750 0,253 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 2,750 0,281 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,500 0,190 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,750 0,194 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,250 0,146 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,000 0,228 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 3,250 0,358 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 3,000 0,174 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,000 0,314 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 2,750 0,263 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,500 0,330 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,250 0,362 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,250 0,373 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,750 0,272 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,250 0,133 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 3,250 0,336 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 3,250 0,314 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 3,250 0,207 STAS 5,878

107 91 Lampiran 6. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 2 Alternatif Strategi Bobot Strategi 2 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 3,250 0,347 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 3,250 0,373 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 3,750 0,362 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 3,500 0,314 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 3,250 0,299 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 3,250 0,332 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,750 0,209 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 3,250 0,229 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,750 0,178 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,500 0,266 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 3,500 0,386 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 2,250 0,130 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,000 0,314 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,500 0,334 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,750 0,354 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,250 0,362 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,500 0,402 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,000 0,198 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,250 0,133 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 3,000 0,310 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 3,250 0,314 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 2,750 0,175 STAS 6,322

108 92 Lampiran 7. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 3 Alternatif Strategi Bobot Strategi 3 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 2,500 0,267 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 2,500 0,287 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 2,750 0,266 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 3,000 0,269 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 3,000 0,276 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 3,000 0,307 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,250 0,171 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,750 0,194 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,500 0,162 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,250 0,247 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 3,250 0,358 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 3,250 0,188 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,250 0,340 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,250 0,310 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,250 0,307 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,000 0,334 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,000 0,344 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,250 0,222 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,250 0,133 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 2,750 0,284 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 3,000 0,290 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 3,000 0,191 STAS 5,748

109 93 Lampiran 8. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 4 Alternatif Strategi Bobot Strategi 4 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 2,750 0,294 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 2,500 0,287 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 2,250 0,217 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 2,500 0,224 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 2,500 0,230 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 2,500 0,256 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,750 0,209 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,250 0,159 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,750 0,178 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 2,250 0,171 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 2,250 0,248 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 2,250 0,130 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 2,750 0,288 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 2,750 0,263 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,250 0,307 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 2,750 0,306 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,000 0,344 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,750 0,272 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,250 0,133 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 2,500 0,259 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 2,750 0,266 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 2,750 0,175 STAS 5,215

110 94 Lampiran 9. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 5 Alternatif Strategi Bobot Strategi 5 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 4,000 0,427 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 4,000 0,459 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 3,750 0,362 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 3,750 0,337 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 3,000 0,276 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 3,000 0,307 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 3,250 0,247 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,500 0,176 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 3,000 0,194 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,750 0,286 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 4,000 0,441 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 3,500 0,203 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,250 0,340 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,500 0,334 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,250 0,307 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,500 0,390 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,500 0,402 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 3,500 0,346 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 1,750 0,103 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 2,000 0,207 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 2,250 0,217 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 3,250 0,207 STAS 6,568

111 95 Lampiran 10. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 6 Alternatif Strategi Bobot Strategi 6 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 3,500 0,374 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 3,750 0,430 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 2,750 0,266 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 2,750 0,247 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 3,250 0,299 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 3,250 0,332 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,750 0,209 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,750 0,194 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,750 0,178 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,000 0,228 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 3,500 0,386 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 3,000 0,174 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,500 0,366 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,250 0,310 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,500 0,330 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,750 0,418 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,750 0,430 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,500 0,247 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,500 0,148 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 2,500 0,259 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 2,750 0,266 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 3,000 0,191 STAS 6,282

112 96 Lampiran 11. Hasil analisis QSPM untuk penilaian alternatif strategi 7 Alternatif Strategi Bobot Strategi 7 Ratarata TAS AS Kekuatan Pengetahuan tenaga kerja yang baik dalam pengelolaan sampah 0,107 3,000 0,320 Kesetiaan tenaga kerja 0,115 3,000 0,344 Inovasi terbaru dalam mengelola BSWM 0,097 2,500 0,241 Fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki BSWM lengkap 0,090 2,500 0,224 Sistem penyuluhan yang diterapkan oleh pengelola ke masyarakat 0,092 3,500 0,322 Memiliki hubungan yang baik antar tenaga kerja 0,102 3,250 0,332 Kelemahan Tenaga kerja kurang menguasai aplikasi teknologi 0,076 2,500 0,190 Promosi lewat media sosial kurang efektif 0,070 2,750 0,194 Belum ada spesialisasi tenaga kerja 0,065 2,500 0,162 Sedikitnya modal untuk pengembangan BSWM 0,076 3,250 0,247 Motor pengangkut sampah belum beroperasi maksimal 0,110 3,000 0,331 Peluang Kebijakan pemerintah daerah yang mendukung tentang persampahan dikelola berbasis masyarakat 0,058 3,750 0,217 Partisipasi positif masyarakat dalam mendukung kegiatan BSWM 0,105 3,750 0,392 Dapat mengganti energi dari sumber lain 0,095 3,750 0,358 Perlombaan dan program Bandung Green and Clean 0,094 3,750 0,354 Peningkatan pola hidup sehat 0,111 3,500 0,390 Dapat meningkatkan pendapatan masyarakat 0,115 3,250 0,373 Ancaman Turut serta pihak diluar BSWM mengenai internal bank sampah 0,099 2,250 0,222 Fluktuatifnya harga sampah di pengepul 0,059 2,000 0,118 Pemilahan sampah yang belum menjadi kebiasaan masyarakat 0,103 2,750 0,284 Kenaikan tarif BBM, listrik, dan air 0,097 2,750 0,266 Sulit mendapatkan dana bantuan 0,064 3,500 0,223 STAS 6,107

113 97 Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian Gambar 1. Penyuluhan dan pelatihan kepada mahasiswa Gambar 2. Kantor Bank Sampah Wargi Manglayang Gambar 3. Souvenir dari sampah kemasan Gambar 4. Proses pembuatan souvenir Gambar 5. Serah terima bantuan dari Universitas Padjadjaran Gambar 6. Prestasi yang telah diraih BSWM

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari keterkaitannya terhadap lingkungan. Lingkungan memberikan berbagai sumberdaya kepada manusia dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai perubahan pola konsumsi dan gaya hidup turut meningkatkan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah Sampah didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bagian ini menjelaskan gambaran umum mengenai dua objek penelitian yang akan diteliti. Keduanya merupakan pelaku dalam usaha bank sampah di Kota Bandung.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG Pengolahan Sampah Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember 2017 PENDAHULUAN Latar Belakang: Penanganan sampah/problem tentang sampah khususnya di daerah perkotaan belum bisa teratasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan khususnya di provinsi Riau akan memberi dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya laju konsumsi dan pertambahan penduduk Kota Palembang mengakibatkan terjadinya peningkatan volume dan keragaman sampah. Peningkatan volume dan keragaman sampah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka

Lebih terperinci

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi

Lay out TPST. ke TPA. Pipa Lindi Lay out TPST A A B ke TPA 1 2 3 B 14 10 11 12 13 4 Pipa Lindi 18 15 9 8 18 7 5 19 16 17 18 1) Area penerima 2) Area pemilahan 3) Area pemilahan plastik 4) Area pencacah s.basah 5) Area pengomposan 6) Area

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik MAKALAH PROGRAM PPM Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP.19720202 200501 2 001 Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar 1.369.606 jiwa (BPS, 2013). Jumlah penduduk

Lebih terperinci

1. Pendahuluan ABSTRAK:

1. Pendahuluan ABSTRAK: OP-26 KAJIAN PENERAPAN KONSEP PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS Yenni Ruslinda 1) Slamet Raharjo 2) Lusi Susanti 3) Jurusan Teknik Lingkungan, Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (1) terdapat UPS pada lokasi

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan: (1) terdapat UPS pada lokasi 4.1. Lokasi dan Waktu BAB IV METODE PENELITIAN Daerah penelitian mencakup Perumahan Cipinang Elok RW 10, Kelurahan Cipinang Muara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara

Lebih terperinci

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA M. Agphin Ramadhan Mahasiswa Program Pascasarjana, Universitas Negeri Yogyakarta Email: agphin.ramadhan@gmail.com ABSTRACT Waste

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah menjadi persoalan serius terutama di kota-kota besar, tidak hanya di Indonesia saja, tapi di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK 7.1. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah Total timbulan sampah yang diangkut dari Perumahan Cipinang Elok memiliki volume rata-rata

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Sampah Sampah merupakan barang sisa yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Berdasarkan istilah lingkungan untuk manajemen, Basriyanta

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRAK Sampah sampai saat ini selalu menjadi masalah; sampah dianggap sebagai sesuatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN Yemima Agnes Leoni 1 D 121 09 272 Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1 Mahasiwa S1 Program Studi Teknik Lingkungan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH ABSTRAK KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH Peningkatan populasi penduduk dan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kuantitas sampah kota. Timbunan sampah yang tidak terkendali terjadi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, jumlah penduduk Indonesia berkembang pesat. Kondisi perkembangan ini akan memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota akan selalu berhubungan erat dengan perkembangan lahan baik dalam kota itu sendiri maupun pada daerah yang berbatasan atau daerah sekitarnya. Selain itu lahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga Oleh : Dra. MH. Tri Pangesti, M.Si. Widyaiswara Utama Balai Diklat Kehutanan Bogor Pendahuluan Desa Rumpin merupakan salah

Lebih terperinci

1

1 Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 161-170 PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN TIMBULAN SAMPAH 1 Yanti Sri Rejeki, 2 M. Dzikron, 3 Nugraha, 4 Dewi Shofi M., 5 Chaznin

Lebih terperinci

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek Lampiran 1. Bagan Alir Penelitian Mulai Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik Analisis Kondisi Aktual Menentukan stakeholder sistem Kondisi Saat Ini Menentukan kebutuhan stakeholder sistem Ya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami proses pembangunan perkotaan yang pesat antara tahun 1990 dan 1999, dengan pertumbuhan wilayah perkotaan mencapai 4,4 persen per tahun. Pulau Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat

KERANGKA PEMIKIRAN. dengan membangun suatu tempat pengelolaan sampah, tetapi yang dapat III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi, dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula (Tandjung, 1982 dalam Suprihatin et al,1999). Dibutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) Disampaikan oleh: DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN KENDAL 2016 Dasar hukum Pengelolaan Sampah Undang undang no. 18 tahun 2008 ttg Pengelolaan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO

PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO PERILAKU IBU RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI DESA BLURU KIDUL RW 11 KECAMATAN SIDOARJO Ayu Fitriana, Oedojo Soedirham Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM Universirtas Airlangga

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari 2013 hingga April 2013. Dengan tahapan pengumpulan data awal penelitian dilaksanakan pada Bulan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 3R BERBASIS MASYARAKAT Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang ABSTRAK Pengelolaan sampah merupakan suatu pendekatan pengelolaan sampah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah telah lama menjadi masalah besar diberbagai kota besar yang ada di Indonesia, meningkatnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah sampah yang dihasilkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan yang sehat dan sejahtera hanya dapat dicapai dengan lingkungan pemukiman yang sehat. Terwujudnya suatu kondisi lingkungan yang baik dan sehat salah satunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM)

IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM) IbM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG PRO IKLIM (PROKLIM) Karmanah 1), Dyah Budibruri Wibaningwati 2), Abdul Rahman Rusli 3) 1 PS. Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menimbulkan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan yang kita diami terdiri atas dua komponen utama yaitu biotik (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan saling berpengaruh

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN PROYEK PENGEMBANGAN KAPASITAS PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH UNTUK KEGIATAN 3R DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI REPUBLIK INDONESIA Kata Pengantar

Lebih terperinci

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG Nama Mahasiswa : Sriliani Surbakti NRP : 3308.201.007 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Wahyono Hadi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi unit usaha pembenihan ikan nila Kelompok Tani Gemah Parahiyangan yang terletak di Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAMPAH DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENGELOLAAN SAMPAH RUMAHTANGGA (Studi Kasus di Perumahan Cipinang Elok, Jakarta Timur) GANIS DWI CAHYANI DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci