III. METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Pemilihan wilayah Jakarta Timur sebagai lokasi yang merepresentasikan permukiman di wilayah DKI Jakarta, didasarkan atas pertimbangan data demografis di mana daerah tersebut adalah daerah yang paling luas lahan perumahannya, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) dan jumlah rumah yang paling banyak di antara daerah lain yang ada di DKI Jakarta, seperti diperlihatkan pada Tabel 4 berikut, Tabel 4. Luas Lahan Perumahan, Jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Jumlah Rumah di DKI Jakarta (2001) No. Kotamadya Luas Lahan Perumahan (Ha) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Jumlah Rumah 1 Jakarta Selatan , Jakarta Timur , Jakarta Pusat 3.097, Jakarta Barat 8.559, Jakarta Utara 8.147, Sumber : BPS DKI Jakarta, 2005 Di wilayah Jakarta Timur, dipilih secara sengaja tiga Kecamatan yang relatif dapat merepresentasikan seluruh wilayah Jakarta Timur, yaitu (1) Kecamatan Duren Sawit, (2) Kecamatan Kramat Jati, dan (3) Kecamatan Ciracas. Melalui informasi spasial, dilakukan penyusunan tipologi permukiman yang cukup rinci, sehingga setiap kecamatan hanya diwakili oleh satu kelurahan. Pada Kecamatan Duren Sawit dipilih Kelurahan Pondok Kelapa, pada Kecamatan Kramat jati dipilih Kelurahan Kramat Jati, dan pada Kecamatan Ciracar dipilih Kelurahan Cibubur. Selain itu, untuk kajian model partisipasi yang telah berjalan, dilakukan studi kasus di Banjarsari, Cilandak Barat-Jakarta Selatan dan Rawajati, Pancoran-Jakarta Selatan (bottom-up planning) serta Rawasari-Jakarta Pusat (top-down planning). Penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan (Januari 2006 Oktober 2006).

2 Pendekatan Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan beberapa pendekatan sekaligus, yaitu (a) analisis spasial untuk penentuan tipologi permukiman dengan sebagian besar data berasal dari data spasial/sistem Informasi Geografi, (b) pendekatan kuantitatif, (c) pendekatan Kualitatif dan (d) pendekatan Multicriteria Decision Analysis (MCDA) atau Multicriteria Decision Making (MCDM) melalui penggunaan teknik AHP. Pada pendekatan dengan menggunakan analisis spasial, digunakan pembuatan peta tematik (Martin, 1991) yang menggabungkan beberapa faktor analisis untuk kebutuhan penyusunan tipologi permukiman perkotaan di DKI Jakarta, berdasarkan pada aspek-aspek yang berkaitan dengan pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat, termasuk aspek partisipasi masyarakat. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei, yaitu suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial melalui penjaringan pendapat dan aspirasi masyarakat atau entitas penduduk, melalui pendekatan sampel populasi. Melalui survei dapat diketahui struktur masyarakat berdasarkan persepsi, sikap, perilaku dan partisipasi dalam pengelolaan sampah permukiman. Pengambilan contoh populasi (sampling) yang heterogen menjadi bagian-bagian yang relatif homogen (homogeneous subsets) atau disebut juga strata, dilakukan untuk dapat menjaring seluruh lapisan dalam masyarakat, baik secara proporsional maupun disproporsional. Kemudian pengambilan contoh secara acak dilakukan pada setiap strata tersebut. Dengan kata lain, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling (Cochran, 1984; Walsh, 1990). Pendekatan kualitatif dilakukan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam (detail) tentang berbagai aspek kultural masyarakat yang kemungkinan tidak dapat dijaring melalui pendekatan kualitatif, sedangkan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang aspekaspek sosial budaya secara lebih positivistik, terukur dan kuantitatif. Pada pendekatan kualitatif, digunakan pendekatan etnografi dekonstruktif. Dengan pendekatan tersebut akan diketahui kondisi riil suatu komunitas, baik sosial, maupun kultural. Etnografi tersebut semata-mata berciri deskriptif kualitatif, tanpa interpretasi-interpretasi kultural dan analisis budaya peneliti. Dengan kata lain, etnografi sekedar memberikan potret dari suatu komunitas kecil yang dikaji,

3 41 dengan menelaah dimensi-dimensi kultural masyarakat secara rinci, untuk mendukung kajian dalam penelitian kuantitatif (Faisal, 2004; Basrowi dan Sukidin, 2002). Pendekatan Multicriteria Decision Making (MCDM) digunakan untuk penilaian dan pembobotan pada pembuatan peta tematik. Penggunaan Multicriteria Decision Making (MCDM) diperlukan untuk menjaring pendapat dari pakar dan stakeholders dengan lebih sistematis (Marimin, 2004). Selain itu, data sekunder yang diperlukan dalam studi dihimpun melalui penelusuran sumbersumber tertulis (pustaka) di berbagai tempat yang relevan, khususnya di DKI Jakarta, sedangkan data lapang dihimpun melalui beberapa tahap penelitian berdasarkan urutan keperluan data hasil penelitian Kajian Tipologi Permukiman Penggunaan Sistem Informasi Geografi dalam Penetapan Tipologi Kawasan Saat ini, isu-isu kunci dalam sistem informasi adalah bagaimana cara membuat dan memperbaharui (updating) informasi, bagaimana mengorganisasikan dan menyimpan informasi, dan bagaimana memanggil dan menganalisis informasi. Kebutuhan dalam mengelola informasi spasial secara efisien telah lama muncul sebelum kelahiran komputer digital. Pada Sistem Informasi Geografi tradisional (peta), digunakan prosedur-prosedur manual untuk membuat dan mengelola sistem (Prahasta, 2005). Proses produksi basis data secara manual membuat peta-peta di atas scribe coats, kertas, film, dan hardcopy lainnya. Proses tersebut berjalan lambat, dan media penyimpanannya relatif besar dan kebanyakan kurang stabil. Proses pemanggilan dan analisis informasi spasial kemungkinan besar menjadi masalah utama yang selalu dijumpai pada penggunaan sistem konvensional. Pemanggilan biasanya dilakukan dengan cara pencarian secara visual, suatu proses yang tidak efisien dan tidak dapat diandalkan. Proses tersebut kemudian ditingkatkan dengan pembuatan indeks atas unsur-unsur (features) peta, meneliti rujukan (cross-reference) masing-masing unsur dan lembar-lembar peta, dan melibatkan sistem file yang kompleks. Kompleksitas masalah analisis hampir selalu tidak dapat diatasi untuk aplikasi yang rumit, bahkan pada

4 42 aplikasi-aplikasi yang sederhana pun, seperti menghitung panjang suatu segmen-segmen garis yang membentuk sungai atau luas suatu poligon provinsi, jumlah tenaga kerja yang dilibatkan terkadang menjadi kendala. Untuk aplikasiaplikasi lain, seperti mencari semua area yang memiliki kepadatan penduduk 1000 jiwa per kilometer persegi dengan curah hujan di bawah 1000 mm pertahun, kadang-kadang diperlukan usaha yang sebanding dengan pembuatan peta yang baru (Prahasta, 2005). Ketika penggunaan komputer dalam aplikasi-aplikasi geometrik memungkinkan, masalah-masalah di atas dapat diatasi oleh sistem informasi spasial yang berbasiskan teknologi digital. Masalah-masalah pembuatan data spasial, update, pemanggilan, dan analisis juga dapat ditangani dengan mudah oleh teknologi yang sama (Prahasta, 2005). Aplikasi Sistem Informasi Geografi saat ini meluas sampai kepada aspek sosial ekonomi melalui pembuatan petapeta tematik sesuai dengan kebutuhan, seperti kependudukan, kesehatan dan lain-lain, sehingga disebut Geodemografi (Martin, 1991). Pelaksanaan penelitian tipologi permukiman yang berbasis data spasial, dilakukan dengan menetapkan karakteristik tipologi yang berkaitan erat dengan pola partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman. Satuan terkecil dari tipologi tersebut adalah wilayah Rukun Warga (RW) yang terdiri atas Kepala Keluarga pada tiga kelurahan di Jakarta Timur yang direpresentasikan menjadi jumlah rumah pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, data di tingkat kelurahan menjadi penting untuk menentukan batas wilayah RW dan aspek sosial ekonomi di tingkat RW sebab data di BPS hanya tersedia sampai tingkat kelurahan. Selain itu, kelembagaan dalam masyarakat terutama dalam pengelolaan sampah, satuan terkecilnya dikelola di tingkat RW. Pada Tahap I untuk penyusunan tipologi permukiman, terlebih dahulu disusun faktor yang akan dianalisis untuk mendukung karakteristik tipologi (kawasan) permukiman, baru kemudian dilakukan overlay secara berjenjang sehingga terpetakan seluruh wilayah yang diteliti menurut tipe permukimannya. Faktor analisis untuk mendukung karakteristik permukiman tersebut diperlihatkan pada Tabel 5.

5 43 Tabel 5. Faktor Analisis dalam Penentuan Tipologi Permukiman Faktor Analisis Jenis Data Sumber Data 1. Luas Bangunan Poligon SIG 2. Infrastruktur pengelolaan sampah permukiman 3. Keteraturan Kawasan dan Kepadatan ruang : - Keteraturan Kawasan - Rasio Kepadatan Penduduk terhadap Luas Ruang - Rasio Luas bangunan terhadap Luas Ruang 4. Partisipasi : - Tingkat Retribusi Sampah - Tipe Partisipasi Masyarakat Atribut Atribut dan poligon Atribut SIG, Dinas Kebersihan DKI Jakarta SIG, BPS DKI Jakarta, Data Potensi Kelurahan Data Potensi Kelurahan, Data Primer Luas Bangunan Penentuan klasifikasi dalam luas bangunan dilakukan berdasarkan tipe permukiman yang merujuk pada Final Report Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Upah Minimum Pekerja berdasarkan Indikator Tingkat Hidup Pekerja tahun (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2005) sebagai berikut, a. Kelas Atas (High Income) : Luas rumah ± halaman rata-rata > 250 m 2 Pemakaian listrik besar > watt Susunan perumahan tertata rapi Mempunyai halaman. b. Kelas Menengah (Medium Income) : Luas rumah ± m 2 Pemakaian listrik sedang watt Rumah tertata baik Mempunyai halaman. c. Kelas Rendah (Low Income) : Luas rumah rata-rata < 80 m 2 Pemakaian listrik kecil < watt Letak rumah tidak beraturan Tidak mempunyai halaman (tidak jelas batasnya). Dari rujukan tersebut, kemudian disusun klasifikasi tipologi permukiman berdasarkan luas bangunan, dengan membagi dua setiap strata dalam

6 44 klasifikasi tersebut seperti diperlihatkan pada Tabel 6. Dengan menggunakan data spasial dan software ArcGIS 9.1, maka proses klasifikasi permukiman berdasarkan luas bangunan dilakukan dengan menggolongkan (query) data luas bangunan berdasarkan penggolongan tersebut. Tabel 6. Klasifikasi Permukiman berdasarkan Luas Bangunan di DKI Jakarta Klasifikasi Luas Bangunan Kawasan non permukiman Kawasan permukiman dengan luas bangunan x < 40 m 2 Kawasan permukiman dengan luas bangunan 40 x < 80 m 2 Kawasan permukiman dengan luas bangunan 80 x < 165 m 2 Kawasan permukiman dengan luas bangunan 165 x < 250 m 2 Kawasan permukiman dengan luas bangunan 250 x < 300 m 2 Kawasan permukiman dengan luas bangunan x 300 m 2 Skor Infrastruktur Pengelolaan Sampah Permukiman Penentuan klasifikasi infrastruktur pengelolaan sampah permukiman dilakukan berdasarkan data jenis fasilitas yang ada dengan karakteristik pelayanan tertentu. TPA/TPST tidak termasuk dalam jenis infrastruktur yang menjadi fasilitas di lokasi permukiman, sebab keduanya merupakan fasilitas pengelolaan sampah yang digunakan untuk seluruh wilayah di DKI Jakarta. Sistem pengangkutan sampah dan tingkat pelayanan pemerintah daerah melalui Dinas Kebersihan menjadi faktor lain yang menentukan klasifikasi tersebut. Secara umum, klasifikasi infrastruktur pengelolaan sampah permukiman diperlihatkan pada Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi Infrastruktur Pengelolaan Sampah Permukiman Infrastruktur Pengelolaan Sampah Skor Tidak terdapat TPS/dibuang sendiri/dibakar 1 Terdapat TPS dengan kapasitas rendah-sedang dan 2 frekuensi pengambilan belum memadai/tidak tentu Terdapat TPS dengan kapasitas sedang-tinggi dan 3 frekuensi pengambilan sampah 2 hari sekali Terdapat TPS dengan kapasitas tinggi dan 4 frekuensi pengambilan sampah setiap hari

7 Keteraturan Kawasan dan Kepadatan Ruang Keteraturan kawasan disusun klasifikasinya berdasarkan aspek tata ruang, yang meliputi penilaian infrastruktur jalan utama dan jalan dalam lokasi permukiman, serta keteraturan penataan bangunan. Kepadatan ruang dilihat dua aspek, yaitu kepadatan penduduk dalam suatu wilayah (jiwa/ha) dan ketersediaan fasilitas pendukung permukiman, seperti ruang terbuka hijau, fasilitas sosial dan fasilitas umum. Tingkat kepadatan tinggi ditandai dengan jumlah penduduk lebih dari 600 jiwa/ha, tingkat kepadatan sedang jiwa/ha dan tingkat kepadatan rendah dengan jumlah penduduk kurang dari 200 jiwa/ha (Apsari, 2005). Selanjutnya, klasifikasi dari seluruh aspek tersebut ditentukan sebagai berikut, Tabel 8. Klasifikasi Keteraturan Kawasan dan Kepadatan Ruang Permukiman Aspek Klasifikasi Skor Rasio Luas Bangunan/Ruang (P1) 1:1 x < 1:2 1 1:2 x < 1:3 2 1:3 x < 1:4 3 1:4 x < 1:5 4 Rasio Penduduk/ Ruang (P2) x 600 jiwa/ha x < 600 jiwa/ha x < 400 jiwa/ha 3 x < 200 jiwa/ha 4 Keteraturan Kawasan (K) Tidak teratur dan lebar jalan lingkungan <1.5m 1 Tidak teratur dan lebar jalan lingkungan 2 s/d 5m 2 Teratur dan lebar jalan lingkungan 2 s/d 5m 3 Teratur dan lebar jalan lingkungan 5 s/d 7m 4 Teratur dan lebar jalan lingkungan >7m 5 Tertata baik dengan lebar jalan > 7m dan ruang terbuka hijau yang memadai Aspek Partisipasi dalam Pengelolaan Sampah Aspek partisipasi yang dinilai memberikan pengaruh yang signifikan pada perilaku dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman, antara lain adalah tingkat pendapatan dari Kepala Keluarga (KK) yang direpresentasikan dengan besarnya pembayaran iuran (retribusi) untuk

8 46 pengelolaan sampah di lingkungannya masing-masing. Tingkat retribusi juga menggambarkan partisipasi remuneratif masyarakat dalam pengelolaan sampah. Dengan data yang berasal dari data primer yang berasal dari wawancara dengan informan, yaitu petugas kelurahan dan pengurus RT/RW, kemudian disusun kisaran (rank) dari tingkat retribusi sampah serta pola partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah saat ini dan diberi bobot. Klasifikasi berdasarkan tingkat retribusi dilakukan dengan terlebih dahulu melaksanakan penelitian pendahuluan di beberapa RW yang cukup mewakili permukiman dengan tingkat pendapatan rendah, sedang dan tinggi. Dari hasil survei tersebut kemudian dibuat klasifikasi iuran atau retribusi sampah seperti diperlihatkan pada Tabel 9 berikut, Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Retribusi Sampah di Kawasan Permukiman Tingkat Retribusi Sampah Skor Tidak ditentukan/sukarela 1 Rp x < Rp Rp x < Rp Rp x < Rp Rp Pola partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah di kawasan permukiman yang berjalan saat ini dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan tingkat keterlibatan dan koordinasi dalam sistem pengelolaan tersebut, seperti diperlihatkan pada Tabel 10 berikut, Tabel 10. Klasifikasi Tipe Partisipasi Masyarakat di Kawasan Permukiman Tipe Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Skor Sampah Partisipasi terbatas 1 Tidak ada koordinator 2 Ada koordinator tetapi belum efektif 3 Terkoordinasi/mudah digerakkan 4 Ada percontohan pengomposan/pemilahan 5 Penentuan bobot dan nilai dari setiap faktor analisis tersebut (weighting) dilakukan melalui teknik AHP dengan tiga orang pakar dari kalangan akademisi, yaitu pakar geografi dan kajian perkotaan, pakar Antropologi dan pakar Planologi Perkotaan dan Lingkungan. Setelah dilakukan pembobotan faktor analisis, kemudian dikalikan dengan nilai setiap faktor tersebut di masing-masing

9 47 lokasi. Secara garis besar, proses penentuan tipologi permukiman dan pola partisipasi masyarakat diperlihatkan pada Gambar 5. Data Spasial Luas Bangunan Data Spasial Infrastruktur Pengelolaan Sampah Data Spasial dan Atribut Keteraturan Kawasan Data Spasial dan Atribut Kepadatan Ruang Data Atribut Pola Partisipasi Seleksi Seleksi Seleksi Seleksi Seleksi Scoring Scoring Scoring Scoring Scoring Union Overlay 01 Union Overlay 02 Union Overlay 03 Union Overlay 04 Seleksi Model Matematika dan Penentuan Kisaran Tipologi Permukiman Gambar 5. Rancangan Operasi Analisis Tipologi Permukiman di DKI Jakarta

10 48 Proses tersebut di atas merupakan proses overlay dengan metode union atau penggabungan yang dilakukan secara berjenjang atau bertahap dan hasil akhirnya adalah setiap lokasi memiliki nilai tertentu berdasarkan faktor analisis dalam tipologi tersebut. Setelah proses overlay, dapat dilakukan penggolongan yang lebih sederhana dengan menggabungkan nilai-nilai di atas dalam kisaran tertentu. Proses tersebut dilakukan dengan merujuk pada hasil penelitian kualitatif, sehingga aspek sosial pada masing-masing tipologi permukiman dijadikan masukan dan terjadi pemahaman yang baik tentang kondisi di lapangan Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi Masyarakat Penelitian Kuantitatif Pendekatan kuantitatif dalam metode penelitian pertama kali dikembangkan oleh Descartes dengan istilah pendekatan deduktif. Pendekatan tersebut kemudian dikembangkan oleh Comte (1896) yang kemudian dikenal dengan pendekatan positivisme. Pendekatan kuantitatif bermula dari studi tentang ilmu-ilmu alam (natural sciences) yang mengharuskan semua kajian penelitian diukur dengan angka-angka kuantitatif secara ontologis dan diletakkan pada tatanan realisme (Basrowi dan Sukidin, 2002). Sparringa (2000) menyatakan bahwa semangat utama positivisme adalah memetakan pola-pola dan kecenderungan umum tentang bagaimana struktur sosial yang ada menghasilkan disposisi dan perilaku individu yang berbeda. Produk akhir dari upaya intelektual tersebut adalah ditemukannya dalil-dalil umum sebagai upaya generalisasi atas fakta-fakta empirik dari berbagai pengamatan yang terukur (Basrowi dan Sukidin, 2002). Analisis statistik merupakan salah satu alat yang digunakan dalam penelitian kuantitatif. Salah satu faktor terpenting dalam analisis statistik adalah pemilihan metode statistik yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian. Saat ini, cukup banyak software yang tersedia, mulai dari Genstat, Minitab, Statistica, Systat, Stat-200 sampai Lisrel 8.3. Meskipun demikian, satu hal yang perlu disadari adalah bahwa analisis statistik hanya suatu alat saja, tidak lebih dari itu. Analisis statistik dapat mengungkapkan kebenaran dari

11 49 serangkaian data, tetapi pemahaman, pengalaman, intuisi dan penalaran tetap menjadi kekuatan peneliti (Greenfield, 2002). Dalam pendekatan kuantitatif melalui metode survei, pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan responden berdasarkan instrumen yang telah disediakan, yaitu berupa kuesioner. Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan dalam studi tentang persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap sampah dan pengelolaan sampah permukiman, yang dilakukan di wilayah Jakarta Timur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja di tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Duren Sawit, Kecamatan Kramat Jati dan Kecamatan Pasar Rebo, kemudian pada masing-masing kecamatan dipilih secara sengaja satu kelurahan, sehingga seluruhnya menjadi tiga kelurahan. Pemilihan sampel responden dilakukan dengan teknik Stratified Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara proporsional berdasarkan strata yang ditentukan, yaitu wilayah administratif pada lokasi penelitian. Penentuan jumlah sampel responden yang diambil dari populasi Kepala Keluarga (KK), dilakukan berdasarkan SK SNI (Dinas Kebersihan DKI Jakarta, 2005) sebagai berikut, S = Cd P Dimana : Cd = Koefisien untuk Kota Metropolitan = 1 P = Populasi Jiwa di lokasi penelitian Berdasarkan data Monografi Kelurahan tahun 2005, jumlah penduduk di Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit adalah jiwa, dengan jumlah KK KK dan rata-rata jumlah jiwa/kk 3,80 (BPS Provinsi DKI Jakarta, 2005), maka berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel responden adalah sebagai berikut, S = = 218,75 jiwa Apabila rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebesar 3,80 maka jumlah sampel KK pada kelurahan tersebut adalah sebagai berikut, 218,75/3,80 = 57,6 KK ~ 58 KK Apabila dilakukan hal yang sama untuk dua kelurahan lainnya, maka proporsi sampel responden pada ketiga kelurahan dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut,

12 50 Tabel 11. Struktur Pengambilan Sampel Responden No. Unit Contoh Responden Jumlah Responden (KK) 1. Kelurahan Pondok Kelapa Kecamatan Duren Sawit 2. Kelurahan Kramat Jati Kecamatan Kramat Jati 3. Kelurahan Cibubur 57 Kecamatan Ciracas Total Responden ditentukan secara acak, yang jumlahnya dihitung secara proporsional berdasarkan jumlah KK pada setiap RW sebab unit terkecil penelitian adalah RW. Data yang dihimpun melalui survei (wawancara) kuesioner ditabulasikan dan dianalisis secara deskriptif, serta sebagian data lainnya dianalisis dengan Path Analysis. Meskipun pada prinsipnya analisis jalur (path analysis) merupakan rangkaian analisis regresi berganda, tetapi pada analisis regresi berganda tidak diuji hubungan sebab akibat yang diasumsikan antar variabel. Kelebihan analisis jalur (path analysis) adalah memungkinkan peneliti menguji kausalitas antar variabel (Walsh, 1990). Analisis jalur (path analysis) adalah alat analisis statistik untuk menguji eksistensi variabel antara terhadap hubungan antara variabel X dan Y. Dalam analisis jalur, pertama kali yang dilakukan adalah mencari pengaruh X 1 dan X 2 terhadap X 3. Kedua, mencari pengaruh X 1, X 2, dan X 3 terhadap Y. Ketiga, membandingkan koefisien jalur (path) dari variabel X 1 dan X 2 terhadap Y, X 1 dan X 2 terhadap X 3 dan X 3 terhadap Y. Apabila koefisien jalur (path) X 1 dan X 2 terhadap X 3 lebih besar dari koefisien X 3 terhadap Y, maka X 3 bukan sebagai variabel antara. Namun apabila koefisien jalur X 1 dan X 2 terhadap X 3 lebih kecil dari koefisien X 3 terhadap Y, maka X 3 sebagai variabel antara, artinya bahwa perubahan pada variabel Y juga dipengaruhi oleh variabel X 3 (Bungin, 2005). Alasan-alasan penggunaan analisis jalur atau path analysis adalah : (1) apabila data yang akan dianalisis adalah skala interval atau rasio dan data ordinal. (2) Plot-plot dari distribusi nilai variabel-variabel membentuk garis lurus. (3) Ada kesamaan varian yaitu distribusi nilai dari variabel-variabel di sepanjang garis lurus mempunyai jarak yang kira-kira sama, (4) Persebaran nilai dari variabel-variabel apabila digambarkan akan membentuk grafik normal (Bungin,

13 ). Sebagian data yang dianalisis dengan Path Analysis diperlihatkan pada Gambar 6 berikut, X 1.1 X 1.2 X 1.3 X 1 X 1.4 X 1.5 X 3 Y X 1.6 X 2.1 X 2 X 2.2 X 1 : Persepsi X 2 : Sikap X 1.1 : Aksesibilitas terhadap informasi X 2.1 : Norma/Keyakinan X 1.2 : Pendapatan X 2.2 : Status/Peranan Sosial X 1.3 : Pendidikan X 3 : Perilaku/Tindakan X 1.4 : Pengetahuan Y : Partisipasi X 1.5 : Pengalaman X 1.6 : Lingkungan Sosial Gambar 6. Jalur antar Variabel dalam Penelitian Perilaku dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Permukiman di Kotamadya Jakarta Timur Prasyarat partisipasi adalah adanya kesempatan, kemauan dan kemampuan. Persepsi akan memperlihatkan seberapa jauh seseorang melihat kesempatan, sikap akan menggambarkan kemauan seseorang dan kemampuan seseorang digambarkan melalui perilaku (Sumardjo, 1988). Ketiga faktor yang mempengaruhi partisipasi tersebut dikaji melalui metode kuantitatif dengan teknik Path Analysis. Pemilihan daerah sampel ditentukan berdasarkan hasil tipologi permukiman secara proporsional, sehingga dapat merepresentasikan masing-masing tipologi tersebut. Data kemudian dianalisis dengan Path analysis yang merupakan bagian dari Structural Equational Model (SEM) dengan menggunakan software Lisrel 8.3 (Loehlin, 2004).

14 Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedurprosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi lainnya. Miles dan Huberman (1994) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang terdapat dalam individu, kelompok, masyarakat dan atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dalam dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penggunaan penelitian kualitatif didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu karakterisitik masalah yang akan diteliti mengharuskan untuk menggunakan pendekatan kualitatif, dan penelitian bertujuan untuk memahami apa yang tersembunyi di balik suatu fenomena (Basrowi dan Sukidin, 2002). Pendekatan kualitatif merupakan salah satu ciri postmodernisme yang tidak terikat dengan aturan konvensional dalam penelitian seperti validitas, reliabilitas dan generalisasi. Salah satu argumennya adalah bahwa representasi yang otentik dari setiap fenomena merupakan hal yang mustahil dan tidak dapat digeneralisasikan (Harris et al., 1995). Pendekatan kualitatif sangat bermanfaat untuk menggali fenomena perubahan sosial yang kompleks dalam masyarakat. Salah satu pendekatan kualitatif adalah Etnografi, yaitu suatu pendekatan metodologis dalam disiplin antropologi, yang menampilkan atau mengungkap situasi dan relasi-relasi budaya dalam suatu komunitas. Secara konseptual Hammersley dan Atkinson (1996) menyebutkan bahwa terdapat dua jenis pendekatan etnografi, yaitu Etnografi Reflektif (Self-reflective Ethnographic approach), dan Etnografi Dekonstruktif (Deconstructive Ethnography). Etnografi reflektif menekankan pada upaya pemahaman masalahmasalah kultur dengan mengedepankan interpretasi kreatif peneliti. Dengan pendekatan tersebut pembaca dan peneliti (etnografer) sama-sama mengembangkan pengetahuan dan asumsi-asumsi serta interpretasi hermeneutik terhadap objek pengetahuan atau orang-orang yang dipelajari. Pemahaman terhadap sebuah segmen komunitas digambarkan secara detail di lapangan melalui interpretasi-interpretasi menyeluruh, baik secara intelektual (kognitif), maupun psikologis (emosional). Dengan demikian pembaca dipacu untuk memahami proses hermeneutik terhadap hasil karya identifikasi etnografer. Hal ini mengandaikan adanya kolusi antara pembaca dan etnografer

15 53 untuk memisahkan orang-orang yang dikaji tersebut sebagai subyek pengetahuan, karena pengetahuan itu sendiri pada dasarnya adalah apa yang telah dicapai oleh etnografer. Pada etnografi dekonstruktif, penekanannya adalah pada upaya memahami masalah-masalah kultur (manusia) dengan tidak melakukan penjelasan (interpretasi). Pendekatan tersebut menolak pendekatan kolutif (etnografer dan pembaca) untuk memisahkan obyek pengetahuan. Etnografi Dekonstruktif menempatkan teori-teori dekonstruktif tanpa interpretasi dalam menampilkan penulisan etnografinya. Pengetahuan diasumsikan bersumber dari orang-orang yang diwawancara, bukan dari etnografer (Spradley, 1997). Dalam pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan pertama-tama dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan). Observasi adalah pencermatan langsung secara visual terhadap kondisi obyek yang diteliti. Observasi dilakukan setelah mencermati data sekunder serta memperoleh masukan dari berbagai narasumber, dengan melakukan pengamatan terhadap suatu keadaan, suasana, peristiwa dan atau tingkah laku masyarakat. Menurut Guba dan Lincoln (1981), ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, yaitu (1) teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya; (2) pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang sebenarnya daripada pengetahuan yang diperoleh dari data sekunder dan (3) dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lain tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat (Qomari et al., 2004). Pelaksanaan penelitian etnografi (kualitatif) dilakukan untuk mendukung data kuantitatif pada penelitian survei, dengan menekankan pada telaah tentang faktor penghambat dan pendorong dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat dan pola partisipasi yang dapat dikembangkan pada setiap tipologi permukiman. Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik observasi-partisipasi dan wawancara mendalam (in-depth interview) yang bersifat terbuka berdasarkan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan informan kunci terpercaya, yang kemudian merekomendasikan informan lainnya. Proses bola salju (Snowball Sampling) tersebut berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup, sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung penelitian kuantitatif.

16 54 Pada penelitian kualitatif tersebut, pengumpulan data dilakukan pertamatama dengan menggunakan teknik observasi (pengamatan). Selain observasi, pengumpulan data lapang dilakukan melalui teknik wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan beberapa informan kunci yang dipandang menguasai masalah (informasi). Wawancara dilakukan secara intensif berdasarkan instrumen berupa Pedoman Wawancara. Penelitian dilakukan di lokasi yang sama dengan penelitian kuantitatif, yaitu di wilayah Jakarta Timur. Untuk perbandingan stratifikasi masyarakat kelas bawah, dilakukan studi kasus dengan pendekatan kualitatif di sebagian wilayah RW 01 Kelurahan Pondok Kelapa, RW 04 Kelurahan Kramat Jati dan RW 02 Kelurahan Cibubur (Wirutomo, 2004). Selain itu, untuk mengkaji partisipasi masyarakat dalam program yang telah berjalan selama ini, dilakukan studi kasus di Kampung Banjarsari, Kelurahan Cilandak Barat-Jakarta Selatan dan Rawa Jati, Pancoran- Jakarta Selatan (bottom-up planning) serta proyek percontohan sistem pengelolaan sampah terpadu berbasis zero waste di Kelurahan Rawasari- Jakarta Pusat (top-down planning) Perumusan Pola Partisipasi, Strategi dan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Hasil penelitian tipologi permukiman serta persepsi, sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman merupakan data yang mendasari kajian tipologi partisipasi dan tipologi otoritas. Tipologi partisipasi disusun berdasarkan data kuantitatif yang dihubungkan dengan tipologi permukiman yang telah tersusun. Penentuan tipe partisipasi didasarkan pada karakteristik tipe keterlibatan yaitu moral, kalkulatif dan alienatif dengan tiga tipe pelancaran pengaruhnya, yaitu normatif, remuneratif dan koersif (Etzioni, 1964). Kajian tipologi otoritas dilakukan secara kualitatif dengan melihat aspek fungsional dari pemerintah daerah dan aspek kekuatan institusi pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah permukiman. Selanjutnya, penyusunan strategi dan mekanisme perencanaan sosial dalam pengelolaan sampah permukiman di Kotamadya Jakarta Timur dilakukan melalui analisis dan sintesis secara kualitatif dengan mempertimbangkan aspek-aspek berikut :

17 55 1. Interaksi sosial antar warga dalam kawasan permukiman 2. Jenis kontribusi warga saat ini dalam pengelolaan sampah permukiman 3. Peran agent of change 4. Kelembagaan dalam masyarakat 5. Peluang kemitraan baik dengan berbagai pihak dan atau pemberdayaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) 6. Jenis partisipasi dalam setiap tahap mulai dari perencanaan/pengambilan keputusan, implementasi, monitoring dan evaluasi sampai dengan partisipasi dalam menikmati hasil/manfaat dari program tersebut. Tahap analisis dan sintesiis tersebut disusun dengan merujuk pada hasil penelitian, wawancara pakar serta sumber-sumber lainnya. Klasifikasi pakar ditentukan berdasarkan kategori sebagai berikut, Dari kalangan akademisi pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Dari kalangan Birokrat, yaitu para pejabat di lingkungan Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Dari kalangan Praktisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti dari Asosiasi Persampahan Indonesia, Pusat Industri Daur Ulang Sampah (PIDUS) dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi). Pada perumusan strategi dan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta, yang digunakan sebagai rujukan adalah metode SWAP (Solid Waste Achievement Program) yang telah dimodifikasi untuk penyusunan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah di permukiman. Metode tersebut pertama kali dikembangkan oleh Morrissey pada tahun 2004 di Irlandia, dan sesuai dengan kebutuhan, dilakukan modifikasi sehingga tahaptahap pada metode tersebut disusun sebagai berikut, 1. Penentuan tujuan dan elemen-elemen penting dalam program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat dengan merujuk pada analisis kedua hasil penelitian terdahulu. Untuk menjaring opini stakeholders sebagai pakar, dilakukan survei pakar atau expert survey. Hasil wawancara akan menjadi bahan untuk merumuskan sejumlah strategi partisipasi dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta. 2. Pembangkitan (generating) sejumlah strategi partisipasi untuk setiap pola partisipasi dan tipe otoritas yang ditetapkan dalam tahap sebelumnya, melalui wawancara pakar. Rujukan untuk wawancara pakar adalah tipologi

18 56 permukiman yang telah tersusun serta hasil penentuan tujuan dan elemenelemen penting dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat pada tahap sebelumnya. 3. Pemilihan strategi dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang terbaik untuk setiap tipe permukiman. 4. Penyusunan mekanisme perencanaan partisipatif dari seluruh strategi partisipasi yang telah disusun untuk setiap tipe partisipasi dan tipe permukiman tersebut. Secara umum, keseluruhan tahapan dalam penelitian diperlihatkan pada Gambar 7. KajianTipologi Permukiman berkaitan dengan Pengelolaan Sampah Permukiman Analisis Spasial dan AHP Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku/Tindakan dan Pola Partisipasi Masyarakat Metode Kuantitatif Tipologi Partisipasi Masyarakat pada Setiap Tipe Permukiman Penentuan arah kebijakan (otoritas), tujuan dan elemen-elemen penting dalam program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat Pembangkitan (Generating) sejumlah strategi partisipasi masyarakat sesuai dengan tipologi Metode SWAP (Kualitatif) yang telah dimodifikasi Pemilihan strategi partisipasi masyarakat yang paling sesuai untuk setiap tipe permukiman Penyusunan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif untuk setiap tipe permukiman Gambar 7. Tahapan Penelitian Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman Berbasis Masyarakat

19 Organisasi Penulisan Sistematika penulisan disertasi terdiri atas enam bab sebagai berikut, Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Gambaran Umum Wilayah Penelitian, Hasil dan Pembahasan yang terdiri atas tiga kajian yaitu : (1) Kajian Tipologi Permukiman, (2) Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi Masyarakat, (3) Perumusan Pola Partisipasi, serta (4) Strategi dan Mekanisme Perencanaan Sosial Partisipatif dalam Pengelolaan Sampah Permukiman dan bab terakhir adalah Kesimpulan dan Saran. Secara garis besar, penjelasan isi setiap bab tersebut adalah sebagai berikut, Bab Pendahuluan membahas tentang latar belakang problema lingkungan kondisi pengelolaan sampah di perkotaan, khususnya sampah permukiman di DKI Jakarta. Pada latar belakang tercermin kompleksitas kondisi persampahan di DKI Jakarta dan tingkat urgensi untuk menemukan alternatif sistem pengelolaannya. Dari sini kemudian dirumuskan permasalahan spesifik yang perlu dikaji, disertai dengan tujuan, kegunaan dan ruang lingkup kajian. Untuk merumuskan kajian secara rinci, disusun kerangka konseptual penelitian berdasarkan hasil studi kepustakaan. Sumber kepustakaan yang penting dalam penyusunan bab tersebut berasal dari data-data BPS Provinsi DKI Jakarta dan Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, beberapa hasil penelitian dan pustaka berupa buku, artikel dan karya ilmiah digunakan dalam mendukung perumusan masalah dan kerangka konseptual penelitian. Bab Tinjauan Pustaka meliputi pemaparan hasil penelusuran melalui pustaka yang mendukung berbagai aspek dalam kajian secara lebih lengkap. Bab tersebut terdiri atas topik kajian, yaitu yang berkaitan dengan Kerangka Teoretik dan yang berkaitan dengan kenyataan empiris di lapangan, baik data DKI Jakarta, nasional maupun internasional. Kerangka teoretik terutama dimunculkan teori yang relevan dengan aspek perencanaan sosial dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah permukiman. Bab Metode Penelitian membahas secara lebih rinci berbagai hal yang berkaitan dengan metode dan pelaksanaan penelitian, mulai dari pemilihan lokasi penelitian, waktu penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, sampai dengan metode perumusan mekanisme perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman di DKI Jakarta. Penelitian tersebut diharapkan dapat mengkaji realitas sosial dalam pengelolaan sampah

20 58 permukiman saat ini dan tipologi kawasan permukiman untuk kemudian menjadi titik tolak dalam penyusunan perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di DKI Jakarta. Oleh karena itu, metode penelitian dilakukan dengan empat pendekatan, yaitu analisis spasial, pendekatan kualitatif dan kuantitatif serta pendekatan Multicriteria Decision Analysis. Bab Gambaran Umum Wilayah Penelitian membahas beberapa aspek yang berkaitan dengan penelitian, yang menjadi karakteristik dari wilayah penelitian. Aspek-aspek kependudukan (demografi) dan sistem pengelolaan sampah yang berjalan saat ini, merupakan bagian dari pembahasan dalam bab tersebut. Melalui kajian wilayah penelitian yang mencukupi, diharapkan dapat menjadi dasar dalam pembahasan yang lebih rinci dalam bab berikutnya terkait dengan hasil penelitian. Dalam Bab Hasil dan Pembahasan, terdapat Sub bab Kajian Tipologi Permukiman yang memaparkan hasil pengumpulan dan analisis data spasial sampai terbentuk tipologi permukiman pada setiap wilayah yang diteliti, disertai dengan pembahasan beberapa aspek yang memerlukan penjelasan atau argumentasi lebih rinci. Hasil kajian berupa peta tematik tipologi kawasan permukiman berdasarkan pada karakteristik wilayah permukiman yang memiliki keterkaitan erat dengan sistem pengelolaan sampah permukiman itu sendiri. Sub bab Kajian Persepsi, Sikap, Perilaku dan Partisipasi Masyarakat memaparkan hasil penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil kajian tersebut menggambarkan realitas sosial masyarakat perkotaan di DKI Jakarta terhadap sampah dan pengelolaan sampah permukiman, termasuk studi kasus pola partisipasi pada program yang telah berjalan. Kajian tersebut juga memberikan pembahasan yang rinci terhadap argumen pendekatan pola partisipasi masyarakat yang ditetapkan sejalan dengan tipologi permukiman. Keberhasilan suatu program tidak terlepas dari partisipasi dan dukungan publik terhadap program tersebut. Oleh karena itu, mekanisme perencanaan partisipatif perlu dirumuskan untuk mengoptimalkan peran publik dalam program pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat tersebut. Seluruh tahapan penelitian terdahulu disusun logikanya, sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling melengkapi, kemudian dilakukan analisis dan sintesis, sehingga dapat dihasilkan rekomendasi mekanisme perencanaan sosial

21 59 partisipatif dalam pengelolaan sampah permukiman berbasis masyarakat di Kotamadya Jakarta Timur. Bab Kesimpulan dan Saran terdiri atas sub bab Kesimpulan yang merupakan inti dari penelitian yang dapat menjawab tujuan penelitian tersebut. Di samping sub bab Kesimpulan, terdapat sub bab Saran yang merupakan hasil perumusan beberapa aspek penting dari hasil penelitian yang dapat menjadi masukan bagi instansi atau lembaga terkait. Di samping itu, sub bab Saran juga memuat masukan untuk perbaikan atau pengkayaan metodologi penelitian serupa.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tipologi Permukiman sebagai Dasar dalam Implementasi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Setiap kawasan permukiman memiliki karakteristik tertentu, yang dapat memberikan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masyarakat terhadap keberadaan signage pada Jalan Tjilik Riwut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. masyarakat terhadap keberadaan signage pada Jalan Tjilik Riwut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui persepsi dan masyarakat terhadap keberadaan signage pada Jalan Tjilik Riwut Kota Palangka

Lebih terperinci

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di Kota Jakarta Timur, dengan fokus pada Kecamatan Jatinegara. Kecamatan ini memiliki 8 Kelurahan yaitu Cipinang Cempedak, Cipinang

Lebih terperinci

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur Keterangan Gambar 2 : K 1 = Penyerapan tenaga kerja K 2 = Potensi konflik dengan masyarakat rendah K 3 = Menumbuhkan lapangan usaha K 4 = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal K 5 = Penguatan peran

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi 3.1.1 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran studi dimaksudkan untuk menjelaskan sistematika alur pemikiran penulis terkait topik yang diambil. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian terdapat di Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon yang secara astronomis terletak pada lintang 6 42 50 LS - 6 44 00 LS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 24 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL), yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003, dalam penerapannya dijumpai berbagai kendala dan hambatan.

Lebih terperinci

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 50 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metodologi yang dipilih dalam penelitian ini adalah metodologi penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menemukan hubungan modal

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penduduk dapat ditampung dalam ruang-ruang sarana sosial dan ekonomi, tetapi tidak akan berjalan dengan baik tanpa didukung oleh pelayanan infrastruktur yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam upaya menggambarkan bagaimana kegiatan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Karang Song, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yaitu tempat yang ditetapkan pemerintah sebagai lahan pemukiman

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Seluruh data yang dikumpulkan dari penelitian,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dikarenakan, penelitian yang bersifat analitis. Selain itu data penelitian yang akan dikumpulkan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya dari masyarakat perdesaaan agar mampu lebih berperan secara aktif dalam pembangunan desa.

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini direncanakan dilaksanakan selama satu tahun mulai pada bulan Oktober 2010 sampai bulan Oktober 2011 di seluruh wilayah Kecamatan Propinsi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Product Positioning Pada Clothing Arena Experience

Lebih terperinci

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, 41 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Baleendah dipilih karena merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai kota metropolitan, menjadikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan kaum urban untuk bermukim. Richard L Forstall (dalam Ismawan 2008) menempatkan Jakarta di urutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. makmur dibutuhkan pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya terarah dan terpadu serta berkesinambungan untuk meningkatkan pencapaian masyarakat adil dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan

Lebih terperinci

B A B III METODE PENELITIAN

B A B III METODE PENELITIAN B A B III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, penggunaan metode merupakan suatu langkah yang harus ditempuh, agar hasil-hasil yang sudah terseleksi dapat terjawab secara valid dan obyektif, dengan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh

IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Populasi dan Contoh IV. METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai. Menurut Singarimbun (1995) survai adalah metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administratif Kabupaten Tulang yang terdiri dari 13 kecamatan. Waktu pelaksanaan penelitian selama kurang lebih 8 (delapan) bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I merupakan pendahuluan yang merupakan framework dari penyusunan laporan ini. Pada bab ini berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran. Dibahas pula ruang lingkupnya

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan 32 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu penelitian deskriptif asosiatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 33 IV. KONDISI UMUM PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Peta Lokasi Penelitian a. Letak Geografis Jakarta Timur Kecamatan Ciracas dan Jatinegara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang yang digunakan sebagai dasar penelitian, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, kebutuhan data, teknik pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI BAB V INDIKASI PERMASALAHAN DAN OPSI PENGEMBANGAN SANITASI 5.1 Area Beresiko Tinggi dan Permasalahan Utama Tabel 5.1 Area Beresiko Kabupaten Madiun Penilaian terhadap area beresiko untuk Kabupaten Madiun

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi Sanitasi Kota (SSK) adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kota yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Pada Restaurant Bumbu Desa Cabang Laswi Bandung, penulis melakukan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Untuk mengumpulkan data yang dijadikan bahan dalam penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penilaian Citra Perusahaan Oleh Konsumen Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 41 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain dalam bentuk metode survei yang bersifat explanatory research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan peubah-peubah yang diamati,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai sumber daya yang tersebar secara luas di bumi ini walaupun dalam jumlah yang berbeda, air terdapat dimana saja dan memegang peranan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. cukup lama digunakan sehingga mentradisi sebagai metode untuk penelitian.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. cukup lama digunakan sehingga mentradisi sebagai metode untuk penelitian. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama

Lebih terperinci

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini masuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. (Masyhuri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian kuantitatif. Riset kuantitatif adalah riset yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan penelitian survei yang bersifat menjelaskan hubungan kausal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Populasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah daerah di Jalan Dago Pojok RW 03 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong,, Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Sukajadi. Kecamatan Sukajadi merupakan salah satu kecamatan

Lebih terperinci

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu tindakan penelitian ilmiah perlu digunakan metode-metode penelitian mulai dari mengumpulkan data, sampai kepada menampilkan data data serta memudahkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2002:1) menyatakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian diperlukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai

METODE PENELITIAN. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai 32 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah SMA N 3 Bandung yang terletak di Jalan Belitung No. 8 Kota Bandung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan mengambil lokasi penelitian di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Terminal Kota Surakarta. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan Unit

Lebih terperinci

PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN

PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN 1 PEMILIHAN DATA (SAMPEL) PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi disebut dengan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab metode penelitian ini dijabarkan mengenai rancangan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di tiga lokasi pertama di PT Holcim Indonesia Tbk yang terletak di jalan Narogong km 7 Cileungsi-Bogor. Lokasi kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Batasan Penelitian

METODOLOGI. Batasan Penelitian METODOLOGI Batasan Penelitian 1. Populasi adalah masyarakat desa di daerah penyangga TNGR yang mempunyai interaksi dengan kawasan berupa mengambil/pemanfaatan hasil hutan dan lahan hutan untuk kegiatan

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN POSITIVISTIK Merupakan pendekatan penelitian yang bersumber pada fakta dan berlandaskan teori untuk menganalisis obyek spesifik di lapangan. KAUSAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Substansial Ruang lingkup substansial dalam penelitian ini adalah ; 1. Penelitian ini ditekankan pada pembahasan mengenai partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pola pertumbuhan kota dan tingkat urbanisasi yang terjadi di Indonesia sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan 29 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan salah satu kecamatan yang berada di, tepatnya di Bandung Selatan dengan luas wilayah

Lebih terperinci

: FERI ADHI ASMARA J2E

: FERI ADHI ASMARA J2E ANALISIS PERSEPSI DAN TINGKAT PENERIMAAN MASYARAKAT SEKITAR MURIA TERHADAP KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PLTN DI JEPARA DENGAN METODE PLS (PARTIAL LEAST SQUARE) SKRIPSI Oleh : FERI ADHI ASMARA J2E 004 226 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menjawab suatu permasalahan yang dihadapi dalam suatu penelitian agar tercapai suatu tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah penelitian konklusif atau deskriptif. Penelitian ini menyediakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah penelitian konklusif atau deskriptif. Penelitian ini menyediakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian konklusif atau deskriptif. Penelitian ini menyediakan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan dilakukan pada konsumen tetap santika hotel, khususnya terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan dilakukan pada konsumen tetap santika hotel, khususnya terhadap BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Metode Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Pengamatan dilakukan pada konsumen tetap santika hotel, khususnya terhadap pemegang kartu Santika Important Person

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun

BAB III METODE PENELITIAN. memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan untuk memahami dan memperdalam makna individu atau kelompok dalam masalah sosial maupun masalah manusia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Cilacap. Hal ini disebabkan lokasi PT Rekayasa Industri berada di Kalibata Timur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan sebagaimana peneliti menjawab pertanyaan dalam permasalahan penelitian seperti diuraikan pada bab pertama, yakni bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian kuantitatif, yang diilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala dapat diklasifikasikan dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tugu Utara dan Kelurahan Cisarua, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 31 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan yaitu seperangkat teori, prosedur dan asumsi yang diyakini

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan yaitu seperangkat teori, prosedur dan asumsi yang diyakini BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metodologi Pendekatan yaitu seperangkat teori, prosedur dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. Jenis pendekatan yang disampaikan oleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan, III. METODE PENELITIAN Dalam pelaksanaan studi terdiri dari beberapa tahapan proses penelitian antara lain tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap analisis. Tahapan kegiatan ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Kota Surakarta, dimana di kota ini terdapat beberapa tempat lapangan Futsal. Sebagai sasaran penelitian ini lokasi yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi

III. METODE PENELITIAN. menggambarkan fakta, variabel, dan fenomena-fenomena yang terjadi 38 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang akan digunakan penulis adalah deskriptif kuantitatif, yakni penelitian yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fakta,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti

III. METODOLOGI. Gambar 10. Lokasi Penelitian. Zona Inti III. METODOLOGI 3.. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di kawasan Kota Tua Jakarta yang termasuk dalam wilayah Kotamadya Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Berdasarkan SK Gubernur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PEELITIA 3.1. Tahapan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian yang mengambil lokasi di beberapa perumahan seperti Perumahan Graha Permai dan Ciputat Baru, secara garis besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan manusia sehari-hari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tentang sesuatu hal objektives, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tentang sesuatu hal objektives, valid, dan reliable tentang suatu hal (variabel BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2010 : 13), definisi dari objek penelitian yaitu Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini penulis akan menjelaskan alasan mengapa penulis mengambil judul dari masalah yang dialami atau disebut juga latar belakang, rumusan masalah dan batasan masalah dari judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan primer bagi umat manusia di mana pun berada selalu menjadi prioritas utama dalam pemenuhannya. Seiring dengan perkembangan jaman dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA

PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA .OPEN ACCESS. PENGARUH LEMBAGA RUKUN TETANGGA (RT) TERHADAP KONDISI RUMAH SUSUN DINAS PEMADAM KEBAKARAN PEGADUNGAN DAN PONCOL JAKARTA Jurnal Pengembangan Kota (2015) Volume 3 No. 1 (1 10) Tersedia online

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Salah satu bagian yang menjadi sorotan dalam sebuah penelitian adalah objek penelitian. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu penelitian yang lebih kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dalan keakuratan

Lebih terperinci