AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt)"

Transkripsi

1 AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA UPACARA NGENTEG LINGGIH (Studi Kasus Pada Dadia Pasek Gelgel Di Desa Pakraman Tangguwisia, Kecamatan Seririt) 1 Kadek David Warisando 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia {davidwarisando@outlook.co.id, anantawikramatunggaatmadja@gmail.com, wahyuni_arie@yahoo.com }@undiksha.ac.id Abstrak Upacara ngenteg linggih sangat disakralkan oleh umat Hindu dan tergolong upacara besar sehingga membutuhkan pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas harus didukung dengan adanya sistem pengelolaan keuangan yang baik agar menghasilkan informasi yang relevan dan mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan. Konsep akuntabilitas akan mengukur sejauh mana pengelolaan keuangan ngenteg linggih sudah berjalan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) sumber pemasukan upacara ngenteg linggih, 2) tata kelola keuangan upacara ngenteg linggih yang akuntabel dan transparan, 3) apakah sudah mengimplementasikan prinsip GCG pada upacara ngenteg linggih dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder. Data diperoleh dari observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Pengolahan data yang terkumpul melalui tiga tahapan yaitu tahap reduksi data, tahap penyajian data dan yang terakhir adalah analisis data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, 1) terdapat tiga sumber pemasukan upacara ngenteg linggih yang berasal dari dana peturunan, dana punia, pendapatan bunga simpanan LPD. 2) tahapan upacara ngenteg linggih meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban, secara akuntansi proses pengelolaan keuangan ngenteg linggih melalui tahap penerimaan, pengeluaran, dan pertanggungjawaban dimana akuntabilitas keuangan ngenteg linggih terdapat pada pertanggungjawaban dan penyampaian laporan keuangan kepada warga dadia melalui peparuman sebagai media untuk membuka ruang publik yang dilandasi kepercayaan dan Hukum Karma Phala sebagai modal sosial. 3) prinsip-prinsip GCG sudah diimplementasikan dengan baik yang berpegang teguh pada konsep kekeluargaan yaitu pang pade melah dalam pengelolaan keuangan upacara ngenteg linggih Desa Pakraman Tangguwisia. Kata kunci: Akuntabilitas, Pengelolaan Keuangan, GCG (Good Corporate Governance), Ngenteg linggih.

2 Abstract Ngenteg linggih ritual is regarded as the most sacral ritual by the Hindus and is one of the big rituals that require transparent and accountable financial management. The realization of transparency and accountability has to be supported by the presence of a good financial management system to produce relevant information which is easy to be understood by the stake holders. The concept of accountability will measure to what extent the management of the ngenteg linggih funds has run well. This study was aimed at finding out 1) the sources of fund the ngenteg linggih ritual, 2) the accountable and transparent financial management of the ngenteg linggih ritual, 3) has the ngenteg linggih ritual held by dadia pasek gelgel in Desa Pakraman Tangguwisia implemented the GCG principle? This study was done by using quantitative method and used primary and secondary data sources. The data were obtained through observation, in-depth interview and documentation. The data gathered were processed through three stages, i.e., data reduction, data display and conclusion drawing. The results showed that 1) there are three sources of funds for ngenteg linggih ritual. They are dana peturunan, dana punia and interest of the revenue from the saving in LPD. 2) the stages of ngenteg linggih ritual are planning, implementation, and accountability, and the process of the ngenteg linggih funds management according to accountancy follows the stages of receiving the funds, expending the funds, and accountability in which the accountability of the ngenteg linggih funds is done in accountability and financial report to the dadia members through peparum as the media of public forum which is based on the belief and Karma Phala rule as the social capital. 3) the GCG principle has been implemented well by holding fast to the familial concept of pang pada melah in the management of funds for ngenteg linggih ritual in Desa Pakraman Tangguwisia. Keywords: Accountability, Finance, GCG (Good Corporate Governance), Ngenteg linggih. PENDAHULUAN Warga lokal Bali memiliki tradisi dan agama yang kental dan sangat beragam sehingga sering sekali melaksanakan upacara atau acara keagamaan yang penting dan sakral. Bali memiliki banyak kegiatan ritual keagamaan yang berkaitan dengan Agama Hindu ataupun kegiatan adat setempat. Seperti yang dijelaskan Atmadja dan Aryani (2014) Ritual is an integral part of Hinduism and always accompanies the Balinese motion, no day without ritual, so it is not surprising that Hinduism is often equated with religion of ritual. Yang dapat diartikan bahwa Ritual adalah bagian dari Agama Hindu yang tidak dapat dipisahkan. Pura dadia sebagai titik pusat konsentrasi umat Hindu merupakan sarana untuk meningkatkan dan memantapkan sraddha dan bhakti umat Hindu di Bali kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berdirinya sebuah pura, umat Hindu akan lebih dekat mengenal sesama umat di sekitarnya, dan sebagai sarana pendidikan dan sosial keagamaan. Dadia tentunya akan melakukan perbaikan atau membangun pura yang baru untuk melakukan peremajaan pura yang ada karena melihat kondisi bebarapa pura yang sudah tua. Secara sekala dan niskala perbaikan pura dan upacara memang berdampingan. Setalah adanya perbaikan maka secara niskala akan diadakan suatu upacara mlaspas yang dikenal dengan upacara ngenteg linggih. Titib (2012) ritual ngenteg linggih, merupakan ritual mensthanakan Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasinya pada palinggih bangunan suci yang dibangun. Ada dua jenis upacara ngenteg linggih, yakni: (1) Ngenteg linggih mamungkah, (2) Ngenteg linggih mupuk padagingan. Makna ritual mlaspas dan ngenteg linggih dalam Agama Hindu merupakan proses pembelajaran diri dalam mewujudkan sikap, moral dan perilaku dalam menata kehidupan menuju kualitas hidup yang

3 lebih sempurna lahir batin (Wijayananda, 2005 dan Wikarma, 1999). Dadia tidak bisa lepas dari kritik atau tuntutan dari pemberi sumbangan dan anggota-anggota dadia. Laporan keuangan inilah yang nantinya akan digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban dadia kepada warga dadia atas dana yang dikelola dari warga dadia oleh pengurus dan panitia. Menurut Halim (2007) masyarakat tidak hanya memiliki hak untuk mengetahui pengelolaan keuangan tetapi berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas pengaplikasian serta pelaksanaan pengelolaan keuangan tersebut. Gagasan tersebut sejalan dengan Nordiawan (2010) dalam Wahyuni (2014), dimana salah satunya adalah pemerintah mampu menyajikan informasi yang utuh dalam laporan keuangan sehingga akan menciptakan transparansi dan nantinya akan mewujudkan akuntabilitas. Begitu halnya dalam dadia yang melaksanakan upacara ngenteg linggih dimana pengelolaan keuangan sangat diperlukan yang nantinya dapat menyajikan pertanggungjawaban dalam bentuk pelaporan keuangan di dadia yang bersifat transparan dan akuntabel. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas harus didukung dengan adanya sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan yang baik agar dapat menghasilkan informasi yang relevan dan mudah dimengerti oleh pemangku kepentingan. Sejalan dengan hal tersebut, transparansi dan akuntabilitas menjadi kewajiban dan tanggungjawab pemegang amanah untuk mengelola, menyajikan, melaporkan serta menyampaikan segala aktivitas yang dilaksanakan kepada pemberi amanah, dimana pemberi amanah tentunya memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009:20). Tidak terkecuali dengan dadia ketika menyelenggarakan upacara keagamaan dimana dana untuk melaksanakan upacara tersebut pada umumnya berasal dari warga dadia atau yang disebut dengan urunan dan dana punia. Besar kecilnya dana dari warga dadia harus dapat dikelola secara baik. Hal inilah yang menjadikan bagaimana transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan upacara ngenteg linggih sangat menarik untuk dikaji yang nantinya akan dipertanggung jawabkan kepada warga dadia. Berbicara mengenai pengelolaan keuangan tidak hanya cukup hanya mengaitkan dengan akuntabilitas dan transparansi namun ada beberapa hal penting sebagai pendukung dalam mewujudkan pengelolaan keuangan secara akuntabel dan transaparan seperti peraturan yang medukung, keadilan atau kesetaraan bagi warga dadia dalam memperoleh laporan keuangan dan laporan keuangan yang disajikan wajar tanpa ada pihak yang memberikan tekanan sehingga merugikan bagi dadia. Good Corporate Governance Indonesia dalam Atmadja, dkk (2013:19-20) diantaranya transparancy, accountability, responsibility, fairness dan Independensi. Salah satu dadia yang menyelenggarakan upacara ngenteg linggih yaitu Dadia Pasek Gelgel Desa Pakraman Tangguwisia Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Adapun alasan yang menjadikan dadia ini sebagai tempat penelitian adalah pertama, upacara ngenteg linggih merupakan upacara yang tergolong besar bagi umat Hindu dan tentunya memerlukan dana yang cukup besar untuk mempersiapkan sarana dan prasarana untuk upacaranya, sehingga dirasa perlu untuk mengetahui sumbersumber pemasukan ketika upacara ngenteg linggih di dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Kedua, pelaksanaan upacara ngenteg linggih, ketika menerima sumbersumber pendapatan yang masuk ke panitia ngenteg linggih diperlukan pengelolaan keuangan yang baik. Pemasukan yang tergolong besar harus sebanding dengan pengelolaan keuangan yang baik dan professional dari panitia sehingga, bagaimana pengelolaan keuangan yang begitu besar dirasa perlu untuk diteliti. Terlebih lagi suatu organisasi tradisional bersifat keagamaan seperti dadia tidak selalu memiliki sumber daya manusia yang benar-benar berkompeten

4 dalam mengelola keuangan upacara ngenteg linggih. Rata-rata pendidikan panitia banyak yang tidak memiliki tingkat pendidikan sarjana karena sebagian besar hanya memiliki pendidikan tingkat SMA, SMP bahkan tingkat SD sehingga bagaimana pengelolaan keuangan upacara ngenteg linggih yaitu Dadia Pasek Gelgel Desa Pakraman Tangguwisia menarik untuk diangkat. Ketiga, prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) secara luas akan menjelaskan akuntabilitas pengelolaan keuangan upacara ngenteg linggih karena antara satu prinsip dengan prinsip yang lain memiliki keterkaitan seperti transparency, accountability, responsibility, fairness dan independensi. Laporan keuangan adalah bentuk akuntabilitas dari pengelolaan keuangan dan keterbukaan dari panitia merupakan bentuk transparansi. Peraturan sebagai bentuk responsibilty dalam pedoman membuat laporan keuangan, laporan keungan yang bebas dari intervensi dan tekanan pihak lain sehingga laporan keuangan dapat dipercaya yang merupakan bentuk dari independensi sehingga warga dadia mendapatkan laporan keuangan merata secara adil. Namun peneliti melihat beberapa fenomena bahwa laporan keuangan yang berbentuk hardcopy hanya didapatkan oleh beberapa pemucuk (perwakilan) dan tidak adanya awig-awig secara tertulis di dadia yang menjadi pedoman dalam pembuatan dan pertanggungjawaban keuangan melainkan modal sosial seperti kepercayaan dan Hukum Karma Phala. Peneliti tertarik mengkaji lebih dalam implementasi prinsip GCG (Good Corporate Governance) pada upacara ngenteg linggih di dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Merujuk dari alasan tersebut maka penelitian dalam transparansi dan akuntabilitas bagaimana praktik pengelolaan keuangan dengan didukung prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) upacara ngenteg linggih Desa Pakraman Tangguwisia dirasa perlu untuk dikaji secara mendalam dalam penelitian ini. METODE Desain penelitian ini adalah kualitatif, hal itu menyebabkan data dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga bersifat kualitatif yang yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti. Sumber data penelitian ini dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dahulu oleh pihak selain peneliti (Arikunto 2002 ; 107 ). Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kepustakaan, observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data (data display), menarik kesimpulan (verifikasi). Demi terjaminnya keakuratan data, maka keabsahan data perlu untuk dilakukan maka digunakan empat kriteria, yaitu kepercayaan, keteralihan, kebergantungan, kepastian. Salah satu kirteria kepercayaan ada beberapa teknik yang dilakukan diantaranya, perpanjangan keiukutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi (Moleong 2005: 178). HASIL DAN PEMBAHASAN Prosesi Upacara Ngenteg Linggih Dadia Pasek Gelgel Upacara ngenteg linggih ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyucikan atau mensakralkan sthana Hyang Widhi dan manifestasimanifestasinya, sehingga bangunan itu memenuhi syarat sebagai niyasa (simbol) objek konsentrasi pemujaan. Hasil wawancara dengan (Nyoman Sukerta, 54 tahun) selaku ketua panitia ngenteg linggih menjelaskan mengenai tujuan upacara ngenteg linggih bahwa : Menurut sepengetahuan saya arti upacara ngenteg linggih adalah ngentegang (mengukuhkan) atau menstanakan kedudukan dari leluhur kita atau kawitan (pura) yang ada di dadia dengan yadnya atau karya ngenteg linggih. Untuk lebih meyakinkan, menghormati dan mensucikan semua lingga-lingga

5 (pura) yang ada di dadia pasek gelgel guna ngentegang sthana dari beliau (Ida Shang Hyang Widhi Wasa). Jadi yang dimaksud dengan upacara ngenteg linggih adalah yaitu suatu upacara yang mengukuhkan kembali sthana dari pada leluhur agar sthana dari beliau layak untuk ditempati. Stuktur Panitia Ngenteg Linggih Pembentukan panitia akan membantu melaksanakan dan mengkordinasikan segala prosesi kegiatan upacara ngenteg linggih. Menurut penuturan (Putu Prayanto, 34 tahun) selaku wakil ketua panitia ngenteg linggih dari hasil wawancara dia mengatakan bahwa : tentunya dalam semua kegiatan baik dalam keluarga (dadia) maupun di lembaga kita selalu mengadakan atau membuat panitia untuk memperlancar suat kegiatan. Apalagi upacara ngenteg linggih kita tentunya membuat panitia, guna memperlancar proses perencanaan sampai akhir kegiatan upacara ngenteg linggih. Jadi dari pendapat wakil ketua panitia ngenteg linggih diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya struktur panitia yang jelas maka secara langsung akan mempengaruhi pelaksanaan upacara ngenteg linggih di dadia karena dengan adanya struktur panitia yang jelas akan lebih memudahkan didalam menjalankan kegiatan upacara ngenteg linggih dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban. Sumber-Sumber Pendapatan Pada Upacara Ngenteg Linggih Dadia Pasek Gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Sumber upacara ngenteg linggih ada dua kategori yaitu sumber pemasukan regular dan non regular. (1) Sumber pemasukan regular seperti halnya dana peturunan dari warga dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia yang sudah berkeluarga dan tidak luput. (2) Sumber pemasukan non regular seperti halnya dana punia (dari warga dadia atau pemedek (pengunjung) ketika pelaksanaan upacara ngenteg linggih dan bunga simpanan (dari LPD Desa Pakraman Tangguwisia). Pengenaan dana peturunan jauh dilakukan sebelum upacara dilaksanakan yaitu dalam kurun waktu 3 tahun. Pengenaan peturunan dilakukan setiap 6 bulan sekali sebesar Rp per KK (Kepala Keluarga) sehingga total yang terkumpul pada saat itu berjumlah Rp Setelah dilakukan rapat panitia ngenteg linggih dengan warga dadia maka disepakati ada penambahan pengenaan dana peturunan sebesar Rp per KK (Kepala Keluarga). Hal ini dapat disimak berdasarkan dari kutipan hasil wawancara bersama (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara panitia ngenteg linggih dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia : Jadi sumber pemasukan pada upacara ngenteg linggih ini ada dari dana peturunan yang sebelumnya telah dipungut dalam kurun waktu selama 3 tahun, setiap 6 bulan dikenakan Rp dengan dana peturunan yang terkumpul sebesar Rp dan ada juga dana peturunan yang dikenakan sebesar Rp /KK (Kepala Keluarga) sebagai dana cadangan terkumpul dengan jumlah Rp Peturunan pada upacara ngenteg linggih tidak semua dikenakan kepada semua warga dadia pasek gelgel. Hasil wawancara dengan (Nyoman Sukerta, 54 tahun) selaku ketua panitia ngenteg linggih menyebutkan bahwa : yang tidak mempunyai istri atau suami tidak dikenakan dana peturunan. Namun pengenaan itu ketika sudah memiliki kepala keluarga (KK). Dari beberapa kutipan hasil wawancara dengan panitia ngenteg linggih dijelaskan beberapa anggota dadia yang tidak dikenakan dana peturunan dengan catatan bahwa anggota dadia tersebut masih belum berumah tangga dan salah satu anggota keluarga suami atau istri belum meninggal dunia atau dikenal dengan Luput. Menurut Gunawan (2013) Luput dijelaskan bahwa lepas atau bebas

6 dari berbagai kewajiban tertentu di desa. Orang yang menerima luput tidak akan membayar iuran ketika ada kegiatan upacara di pura. Ketika pelaksanaan upacara ngenteg linggih selain mendapatkan dana peturunan ada pula dana punia sebagai salah satu sumber pemasukan. Hasil wawancara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara ngenteg linggih yang menyatakan bahwa :..kita menerima dana punia berbentuk uang dan juga berbentuk barang. Dana punia yang berbentuk uang terkumpul sebesar Dana punia yang berbentuk barang yang kita terima sangat beragam, yang saya ingat pada waktu itu ada wastre, pajeng, kain putih, senjata dewata nawa sange dan lain-lain. Dapat disimpulkan dana punia terdiri dari dua yaitu dana punia berupa uang dan dana punia berupa barang sehingga tujuan dari dana punia adalah sebagai rasa pertanggungjawaban. Dana punia ngenteg linggih di dadia pasek gelgel terkumpul sejumlah Rp dari pemedek (warga dadia) dalam bentuk uang namun juga ada dana punia yang berbentuk barang yang seperti halnya payung, wastre, kain putih, aqua, senjata dewa nawa sanga, kain putih, tedung, konsumsi dan lainnya. Hail wawancara dengan beberapa informan menjelaskan punia yang masuk ke panitia upacara akan dikelola untuk pelaksanaan upacara ngenteg linggih. Pengelolaan keuangan punia yang berbentuk uang akan dimasukan ke sumber pemasukan upacara ngenteg linggih yang dicatat oleh bendahara. Begitu halnya dengan punia yang berbentuk benda akan dicatat oleh bendahara namun tidak dimasukkan ke pembukuan melainkan dicatat secara terpisah dan punia tersebut akan digunakan untuk mendukung pelaksanaan upacara ngenteg linggih. Sebelumnya dadia sudah memiliki kas yang berasal dari dana peturunan dan dana punia setelah semuanya terkumpul uang tersebut tidak langsung dibawa oleh bendahara ke rumah beliau melainkan ditabung di LPD Desa Pakraman Tangguwisia untuk keterbukaan kepada warga dadia sehingga, dari bunga tersebut dadia mendapatkan pemasukan sebesar Rp Bunga simpanan tersebut akan diakumulasikan sebagai kas dadia yang digunakan pada upacara ngenteg linggih. Hasil wawancara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara ngenteg linggih menjelaskan bahwa :.untuk keterbukaan dari bendahara maka kas dadia yang sudah terkumpul dari dana peturunan dan dana punia dari warga dadia tidak dibawa oleh bendahara atau panitia yang lain melainkan ditaruh di LPD. Karena dadia pasek gelgel menaruh uang di LPD sehingga mendapatkan bunga 1% sebesar Rp ,00. Tata Kelola Keuangan Pada Upacara Ngenteg Linggih. Proses Pengelolaan Keuangan Pada Upacara Ngenteg Linggih. Mulyasa (2002) menjelaskan bahwa tugas pengelolaan keuangan dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu: financial planning, implemmentation, evaluation. Begitupun dengan organisasi tradisional seperti halnya dadia ketika menyelenggarakan upacara kegamaan yang tergolong besar tentunya memiliki tahapan kegiatan sampai dengan proses akhir dari kegiatan upacara dan tahapan pengelolaan keuangan, seperti halnya upacara ngenteg linggih. Upacara ngenteg linggih di dadia pasek gelgel pengelolaannya melalui tiga tahapan yaitu perencanaan adalah tahap persiapan yang dilakukan oleh panitia. Kedua tahap pelaksanaan adalah tahap panitia menjalankan kegiatan sesuai dengan perencanaan. Ketiga adalah tahap yang terakhir pada upacara ngenteg linggih yang mempertanggungjawabkan segala kegiatan upacara termasuk laporan keuangan. Pengelolaan keuangan secara akuntansi pada upacara ngenteg linggih melalui tiga tahapan yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, dan pertanggungjawaban. Tahap penerimaan

7 kas merupakan tahap pengumpulan sumber-sumber pemasukan dari dana peturunan, dana punia sebelum dan pada saat pelaksanaan upacara dan pendapatan bunga simpanan LPD. Selanjutnya tahap pengeluaran kas, pada tahap ini panitia khusunya bendahara memberikan kepada masing-masing seksi untuk melaksanakan kegiatan operasional sesuai dengan tugas masing - masing seksi. Masing-masing seksi akan membeli sarana dan prasarana untuk pelaksanaan upacara ngenteg linggih. Pertanggungjawaban sekaligus bentuk akuntabilias pengelolaan keuangan ngenteg linggih adalah membuat laporan keuangan yang disampaikan kepada warga dadia melalui peparuman. Hasil wawancara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) bendahara ngenteg linggih menyatakan bahwa, Setelah upacara ngenteg linggih selesai, panitia ngenteg linggih kembali mengadakan peparuman (rapat) bersama semua warga dadia yang bisa datang. Di peparuman tersebut kita menyampaikan laporan keuangan yang sebelumnya saya buat dengan panitia ngenteg linggih. Di laporan keuangan tersebut terdapat sumber pemasukannya, pengeluarannya dan sisa uang. Hal tersebut sesuai dengan Ulum (dalam Atmadja, dkk, 2013) berkembangnya akuntabilitas publik terjadi setelah berhasilnya gerakan reformasi yang menuntut adanya keterbukaan (transparancy) manajemen sektor pemerintahan di Indonesia. Peparuman yang tujuannya digunakan untuk menyampaikan laporan keuangan kepada warga dadia salah satu bentuk dari akuntabilitas pengelolaan keuangan yang sudah dilakukan oleh dadia pasek gelgel pada upacara ngenteg linggih. Koppell (2005) pada artikel Akuntabilitas Birokrasi Publik, mengajukan lima unsur akuntabilitas, yang menjelaskan dalam kondisi apa dari setiap dimensi tersebut, sebuah organisasi dikatakan akuntabel. Kelima dimensi tersebut adalah transparansi, liabilitas, kontrol, responsibilitas, dan responsivitas. Unsur transparansi merupakan unsur yang memang sudah dipenuhi oleh dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia dalam hal ini panitia ngenteg linggih. Hal ini dapat dilihat di akhir upacara ngenteg linggih, panitia kembali mengadakan peparuman untuk menyampaikan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan ngenteg linggih kepada warga dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Unsur liabilitas pada upacara ngenteg linggih yaitu seluruh aktivitas pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh panitia ngenteg linggih yang akhirnya akan dipertanggungjawabkan kepada warga dadia yang dalam konteks Hindu berhubungan dengan niskala yang secara tidak langsung menerapkan ajaran Tri Hita Karana yaitu pawongan, hubungan harmonis dengan manusia. Pawongan dalam upacara ngenteg linggih dimasudkan bahwa, panitia menjaga tali persaudaran di dadia pasek gelgel dengan mempertanggungjawabkan keuangan kepada warga dadia. Hal ini sesuai dengan Pandu (2015) yang menyatakan pengelolaan dan pertanggungjawaban laporan keuangan dadia secara transparan sangat berpengaruh terhadap konsep budaya lokal tri hita karana. Sebagai umat beragama kepercayaan akan Hukum Karma Phala yang dipercaya oleh panitia dan warga dadia pasek gelgel sangatlah tinggi. Konsep kontrol pengelolaan keuangan pada upacara ngenteg linggih secara tidak langsung adalah Tuhan Yang Maha Esa apalagi yang berkaitan dengan leluhur-leluhur yang ada di dadia tersebut. Pemegang kontrol selanjutnya adalah ketua dadia dan warga dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Unsur responsibilitas setelah upacara ngenteg linggih adalah pemegang amanah (panitia) menyampaikan segala bentuk informasi keuangan kepada pemberi amanah (warga dadia). Hal ini dilakukan karena warga dadia sebagai pemberi amanah memiliki hak untuk mengetahui segala bentuk laporan keuangan ngenteg linggih, karena sumber-sumber pendapatan pada upacara ngenteg linggih sebagian besar dari warga

8 dadia sehingga wajib dari panitia menjelaskan posisi keuangan upacara ngenteg linggih. Unsur responsivitas dapat dilihat Kebutuhan warga dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia sudah terpenuhi melalui peparuman yang diadakan setelah upacara ngenteg linggih dengan menyampaikan segala informasi keuangan kepada warga dadia. Pelaporan Keuangan Upacara Ngenteg Linggih. Setiap organisasi diwajibkan untuk menyajikan dan membuat pelaporan keuangan, dimana tujuannya dibuat laporan keuangan adalah untuk mempertanggungjawabkan segala aktifitas yang dilaksanakan dalam periode akuntansi. Upacara ngenteg linggih di dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia sesuai dengan laporan keuangan total pemasukan yang diterima akumulasi sebelum dan pada saat pelaksanaan upacara ngenteg linggih sebesar Rp , dimana sumber pemasukan terbesar yaitu dana peturunan. Pengeluaran pada upacara ngenteg linggih dengan akumulasi biayabiaya yang dikeluarkan maka total pengeluaran sebesar Rp ada dua biaya dengan nominal yang besar pada upacara ngenteg linggih yaitu biaya banten dan biaya konsumsi. Pemasukan dan pengeluaran upacara ngenteg linggih di dadia pasek gelgel menyisakan sisa saldo sebesar Rp Hasil wawancara dengan informan bahwa sisa saldo aka digunakan pada renovasi dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia untuk kedepannya dan akan digunakan untuk upacara ngenteg linggih selanjutnya. Implementasi Pinsip-Prinsip GGC (Good Corporate Governance) Pada Upacara Ngenteg Linggih Di Dadia Pasek Gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Perlunya penerapan prinsip-prisnp GCG (Good Corporate Governace) pada upacara ngenteg linggih diharapkan adanya keterbukaan informasi dari panitia ngenteg linggih pada warga dadia dan adanya bentuk pertanggungjawaban berupa laporan keuangan ngenteg linggih yang dapat dipercaya. Transparansi Dadia pasek gelgel telah membuka ruang publik untuk akses informasi terhadap warga dadia melalui peparuman. Penyampaian pemasukan dan pengeluaran dari laporan keuangan juga merupakan salah satu mekanisme perwujudan transparansi, sebab melalui laporan keuangan, warga dadia (prinsipal) dapat mengetahui proses pengelolaan keuangan oleh panitia ngenteg linggih (agen). Hasil wawancara dengan (Nyoman Sukerta, 54 tahun) selaku ketua panitia ngenteg linggih menyatakan bahwa : Kita dari panitia setelah upacara ngenteg linggih kembali melakukan peparuman dengan semua warga dadia yang pada saat itu hadir. Yang dibahas pada peparuman tersebut adalah pemasukan berupa dana punia dan yang lainnya, biaya - biaya yang dikeluarkan pada saat pelaksanaan dan sisa dari uang tersebut. Transparansi dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia tidak hanya berfokus pada keterbukaan pada laporan keuangan melainkan juga keterbukaan sejak proses pemungutan dana peturunan. Panitia ngenteg linggih sudah memberikan kesempatan di peparuman dengan warga dadia untuk memutuskan nominal besaran dana peturunan pada upacara ngenteg linggih. Dengan demikian, dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia menerapkan transparansi sesuai dengan konsep Widodo (2001), bahwa transparansi merupakan keadaan dimana rakyat secara pribadi dapat mengetahui secara jelas tanpa ada yang ditutup-tutupi tentang proses perumusan kegiatan publik dan implementasinya. Akuntabilitas Menurut Mardiasmo (2004), mengatakan akuntabilitas adalah kewajiban agen untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan laporan,

9 dan mengungkapkan segala aktivitas kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya, kepada prinsipal yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Pertanggungjawaban setelah upacara ngenteg linggih adalah laporan keuangan. Laporan keuangan disampaikan ketika pada saat peparuman kepada warga dadia pasek gelgel. Wawancara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara ngenteg linggih dari hasil wawancara menyatakan bahwa, Ya kita membuat laporan keuangan. Laporan keuangan itu kita sampaikan di peparuman. Kita sampaikan kepada warga dadia Laporan itu kan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban dari panitia ngenteg linggih. Tentunya harus dibuat, jika tidak dibuat warga dadia bisa bertanyatanya, mengapa tidak ada pertanggungjawaban dari panitia. Kita menghindari hal seperti itu. Dari beberapa hasil wawancara dengan informan maka dadia pasek gelgel sudah menerapkan prinsip akuntabilitas karena dilihat dari beberapa bagian dari akuntabilitas yaitu akuntabilitas proses yaitu ketika ada sumber pemasukan maka secara langsung bendahara dan sekretaris menerima dan mencatat sumber-sumber pemasukan tersebut ke pembukuan. Selanjutnya akuntabilitas sebagai kontrol keuangan, panitia ngenteg linggih dalam hal ini bendahara sudah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengeluarkan uang. Pengawasan dimana ketua dadia sudah menggunakan kewenanganya untuk mengawasi jalanya pengelolaan keuangan dari perencanaan sampai akhir kegiatan sesuai dengan kepanitian. Warga dadia meskipun tidak dalam kepanitian tetap mengawasi pengelolaan keuangan upacara ngenteg linggih. Responsibility Responsibilitas karakter warga dadia pasek gelgel yang masih sangat memegang nilai-nilai budaya, sosial tentu berpengaruh pada perilaku warga dadia (Surpha, 2002). Berdasarkan nilai-nilai budaya dan sosial ini, warga dadia percaya bahwa suatu tindakan tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada manusia, tetapi juga kepada Tuhan, di dunia akhirat. Kepercayaan ini akan mengiringi pengurus dan panitia ngenteg linggih, untuk melakukan hal-hal yang memang sesuai dengan nilai budaya yang dianut dalam dadia tersebut. Hasil wawancara dengan (Nyoman Sukerta, 54 tahun) selaku ketua panitia ngenteg linggih menyatakan bahwa : Semuanya disampaikan kepada anggota dadia berlandaskan kepada kepercayaan kepada warih (keturunan) Ida Bhatara dan tanggung jawab secara niskala dan sekala. secara norma - norma sosial haruslah dipertanggungjawabkan kepada anggota dadia. Meskipun tidak terdapat awig-awig di dadia pasek gelgel yang mengatur pengelolaan keuangan ngenteg linggih tetap mempertanggungjawabkan kepada warga dadia sebagai pemberi amanah. Hasil wawancara dengan (Putu Prayanto, 34 tahun) selaku wakil ketua panitia menyatakan bahwa : Yang saya tahu saat ini belum ada awig-awig dalam membuat laporan keuangan dan mungkin itu sebagai pemikiran untuk kedepan untuk merencanakan membuat awig awig...meskipun tidak ada awig awig, namun tetap mempertanggung jawabkan keuangan tersebut. Meskipun kecil ataupun besar agar semua anggota dadia merasa puas dengan kinerja panitia. Hasil wawancara tersebut, dapat dinilai bahwa responsibilitas sebagai salah satu unsur akuntabilitas, sudah bisa berjalan dengan baik. Walaupun belum sempurna, namun responsibilitas menurut Koppell (2005) sudah bisa berjalan karena selain ketaatan terhadap norma-norma sosial yang dipegang teguh sebagai modal sosial dalam pertanggungjawaban, juga telah menerapkan standar profesional (pengalaman dan keterampilan) dengan dibatasi dengan standar moral, sosial dan budaya.

10 Keadilan Kepercayaan yang diberikan oleh warga dadia kepada panitia ngenteg linggih merupakan bentuk kepercayaan untuk mengelola keuangan upacara ngenteg linggih. Hak stakeholder (warga dadia) harus dipenuhi oleh panitia ngenteg linggih sebagai bentuk timbal balik. Jika dihubungkan dengan diatas panitia ngenteg linggih sudah memperlakukan semua anggota dadia dengan adil atau setara, hal ini dapat dilihat warga dadia sudah mendapatkan informasi - informasi keuangan yang disampaikan di peparuman. Di peparuman panitia ngenteg linggih secara terbuka menyampaikan kepada warga dadia dan pemberi sumbangan mengenai jumlah pemasukan, biaya yang dihabiskan, sisa uang ngenteg linggih dan segala informasi keuangan tanpa melihat latar sosial dan ekonomi. Hasil wawancara dari (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) bendahara ngenteg linggih dari hasil wawancara menyatakan bahwa : Sebagai bentuk tanggungjawab kepada anggota dadia adalah penyampaian secara lisan dan membagikan print out. Penyampainnya itu agar semua warga dadia dan yang medane punia setidaknya mengetahui laporan keuangan pada upacara ngenteg linggih. Yang mendapatkan print out nike (itu) hanya pemucuk (perwakilan). Hal ini diperkuat oleh (Putu Prayanto, 34 tahun) selaku wakil ketua ngenteg linggih dari hasil wawancara menyatakan bahwa, Pastinya seperti yang saya katakan tadi ini adalah asas tanggung jawab dan transparansi. Jadi yang namanya panitia juga menjelaskan pengeluaran ini untuk apa saja dan mengapa pengeluaran sebesar ini semua itu harus mampu dijelaskan. Setelah dijelaskan diharapkan semua warga bisa memahami Asas kewajaran sudah diterapkan oleh panitia ngenteg linggih hal ini dapat dilihat dari pembuatan laporan keuangan sudah sesuai dengan kwitansi pemasukan dan kwitansi pengeluaran, berapapun yang tertera dalam kwitansi maka bendahara ngenteg linggih akan memasukan sejumlah yang tertera dalam kwitansi tanpa adanya pengurangan dan penambahan. Meskipun ada beberapa kwitansi pada pembelian barang tidak dilampirkan hal ini bukan tanpa alasan melainkan pembelian barang yang tergolong kecil seperti cabai, terasi, gula dan lain-lain, untuk mengatasi masalah tersebut maka bendahara akan menanyakan langsung kepada yang membeli mengenai harga barang tersebut. Hasil wawacara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara panitia ngenteg linggih yang menyatakan bahwa, Secara wajar. Kita dari awal menerima dana punia dan peturunan dibuktikan dengan kwitansi penerimaan yang kami buat dan akan dimasukkan pada pembukuan laporan keuangan begitu juga dengan pembelian keperluan - keperluan pada saat upacara ngenteg linggih. Meskipun ada yang tidak dilampirkan kwitansi-kwitansi untuk pembelian barang yang kecilkecil seperti uyah, sere, kesune, tabia. Tapi kami tetap masukkan ke pembukuan dengan meminta keterangan pada yang membeli. Independensi Independensi ditunjukkan dari pembentukan panitia tepatnya pemilihan ketua panitia melalui peparuman warga dadia memilih ketua panitia berdasarkan watak, perilaku serta pengalaman yang dimiliki sehingga tidak ada tekanan dari pihak lain yang mencoba untuk memilih salah satu calon tanpa persetujuan. Begitu juga dengan pembuatan dan pelaporan keuangan ngenteg linggih tanpa adanya intervensi pihak lain. Panitia memegang peranan dalam membuat dan menyajikan laporan keuangan ngenteg linggih sehingga mustahil jika ada yang ingin mengintervensi. Hasil wawancara dengan (Nyoman Rimbawa, 57 tahun) selaku bendahara ngenteg linggih yang menyatakan bahwa,

11 kita sudah membentuk panitia yang semuanya memiliki tugas dan tanggungjawab masing-masing. Ketika membuat laporan keuangan hanya yang berwenang saja ikut, seperti halnya saya selaku bendahara, sekretaris, dan diketahui oleh ketua dadia, wakil ketua dan para pengelingsir jadinya tidak ada yang namanya tekanan dari pihak manapun atau intervensi, apalagi ancaman dari luar sana. Saya membuat dan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan kapasitas saya dan dibantu oleh panitia lainnya. Dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia pada upacara ngenteg linggih sudah menerapakan prinsip-prinsip GCG (Good Corporate Governance) yang meliputi transparancy, accountability, responsibility, fairness dan independensi dengan konsep kekeluargaan yaitu pang pade melah. Hal itu disampaikan oleh salah satu anggota dadia yaitu (Made Lestari, 51 tahun) yang menyatakan bahwa : Sangat penting nike (itu) dek, upacara ngenteg linggih nike (itu) menggunakan uang dari semua anggota dadia yang berkepala keluarga dan ini juga merupakan kegiatan kita bersama. Otomatis meskipun saya sebagai anggota dadia tidak masuk dalam panitia haruslah mengetahui informasi berapa pemasukan dan pengeluaran jika bisa secara detail. Agar tidak timbul lagi masalah masalah yang lain. Istilahnya Baline pang pade melah. Meskipun ada beberapa permasalahan yang perlu diperbaiki kedepannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Secara umum pada upacara ngenteg linggih di Dadia Pasek Gelgel Desa Pakraman Tangguwisia terdapat tiga jenis pemasukan dadia yang terdiri dari peturunan, dana punia dan bunga simpanan. Proses kegiatan upacara ngenteg linggih memiliki tiga tahapan pengelolaan diataranya adalah perencanaan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Secara akuntansi pengelolaan keuangan ngenteg linggih ada tiga tahapan diantarnya tahap penerimaan, tahap pengeluaran, dan tahap pertanggungjawaban. Dimana proses akuntabilitas yang dilakukan oleh panitia ngenteg linggih yaitu mengadakan peparuman setelah upacara ngenteg linggih dengan menyampaikan kinerja panitia dari awal sampai dengan akhir kegiatan upacara ngenteg linggih. Panitia ngenteg linggih memahami secara pasti bahwa pertanggungjawaban sangat penting tidak hanya mempertanggungjawabkan kepada warga dadia namun secara tidak langsung mempertanggungjawabkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dari panitia ngenteg linggih adalah laporan keuangan. Kepercayaan (trust) dari warga dadia kepada panita ngenteg linggih sebagai salah satu bentuk modal sosial selain Hukum Karma Phala sebagai pegangan teguh dalam mengelola keuangaan oleh dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia. Dadia pasek gelgel Desa Pakraman Tangguwisia pada pelaksanaan upacara ngenteg linggih sudah mengimplementasikan prinsip - prinsip GCG (Good Corporate Governance) namun masih belum optimal. Meskipun penerapan GCG pada upacara ngenteg linggih belum optimal tetapi dadia pasek gelgel khusunya panitia ngenteg linggih memegang norma sosial yang menjadi acuan dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan kepada warga dadia. Panitia dan warga dadia memiliki konsep dalam menjaga suatu kepercayaan dalam mengelola dan melaksanakan upacara ngenteg linggih. Konsep pang pade melah menjelaskan bahwa dengan adanya transparansi pengelolaan keuangan pada upacara ngenteg linggih dapat membentuk suasana keluarga yang harmonis di dadia tanpa ada pihak yang merasa dirugikan melainkan saling menguntungkan. Panitia

12 mendapat kepercayaan kinerja dari warga dadia, dan begitupun sebaliknya warga dadia mendapatkan informasi yang penting mengenai laporan keuangan. Saran Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai masalah waktu, dimana peneliti memiliki waktu yang terbatas dalam menggali informasi secara mendalam kepada informan. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat kesibukan informan. Terlebih jika informan yang akan diwawancarai tidak ada di tempat karena banyaknya serangkaian upacara agama yang harus informan laksanakan, sehingga peneliti akan memilih informan yang ada ditempat terlebih dahulu untuk diwawancarai. Keterbatasan selanjutnya yaitu masalah komunikasi, dimana sulitnya komunikasi yang dirasakan oleh peneliti dalam menyampaikan maksud dan tujuan peneliti kepada informan. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya keterbatasan ini dapat diatasi dengan cara menambah rentang waktu penelitian yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Atmadja, Anantawikrama Tungga dan Luh Putu Sri Aryani Women s Empowerment Through Bussiness of Banten in Bali. Review of Integrative Business and Economics Research, Vol. 4, No.1, Hal : Atmadja, dkk Akuntansi Manajemen Sektor Publik. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Gunawan Perubahan Sosial Di Bali. Disertasi. Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan: Universitas Kristen Stya Wacana. Koppell, Jonathan GS Pathologies of Accountability: ICANN and the Challenge of Multiple Accountabilities Disorder.Public Administration Review January/February 2005, Vol. 65, No. 1, Hal : Mulyasa Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mardiasmo Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI. Surpha Seputar Desa Pakraman dan Adat Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post. Titib Teologi dan Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya Badan Litbang Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Kerjasama dengan Paramita. Wahyuni, Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Pengaruh Penyajian Laporan Keuangan Daerah dan Aksesibilitas Laporan Keuangan Daerah Terhadap Daerah: Studi Empiris Pada Pemerintahan Kabupaten Buleleng. Tugas Akhir (tidak diterbitkan).jurusan Akuntansi Program S1, Universitas Pendidikan Ganesha : Singaraja. Wiana Tri Hita Karana Menutut Konsep Hindu. Surabaya: Paramita. Widodo Good Governance (Telaah dan Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah). Surabaya: Insan Cendekias. Wursanto Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta : ANDI. Halim, Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu di Indonesia saat ini yang semakin mendapat perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir ini adalah akuntabilitas keuangan publik. Hal tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Mangkunegara di dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai berikut Kinerja adalah hasil kerja

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA Maryeta Ernesta Ndiki Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Email: ernesta.melo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP Simpulan

BAB VI PENUTUP Simpulan BAB VI PENUTUP 6.1. Simpulan Kajian tentang implementasi prinsip-prinsip university governance berlandaskan Tri Hita Karana di Universitas Mahasaraswati Denpasar menemukan: 6.1.1. Pelaksanaan Prinsip-Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia menganut asas desentralisasi yang memberikan kebebasan dan keleluasaan kepada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintah melalui Otonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG) PENDAHULUAN A. Latar Belakang : 1. Perusahaan asuransi bergerak dalam bidang usaha yang menjanjikan perlindungan kepada pihak tertanggung

Lebih terperinci

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Putu Dian Handayani, 1. Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia AKUNTABILITAS DAN TRANSPARASI PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA DI DESA PAKRAMAN BANGKANG, DESA BAKTISERAGA KECAMATAN BULELENG, KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI 1 Putu Dian Handayani, 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rendahnya penerapan corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertangahan tahun 1997. Hal ini ditandai

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PADA ALILITAN KARYA YANG DILAKSANAKAN MASYARAKAT CATUR DESA ADAT DALEM TAMBLINGAN 1 Ni Putu Ayu Primayanti, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Made Arie Wahyuni Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corpossrate Governance (GCG) adalah suatu istilah yang sudah tidak asing lagi. Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia perekonomian, pengelolaan

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG

AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SISTEM DANA PUNIA PURA GOA GIRI PUTRI DI DESA PAKRAMAN KARANGSARI, KECAMATAN NUSA PENIDA, KABUPATEN KLUNGKUNG 1 I Kadek Surya Mandarin, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja,

Lebih terperinci

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN

CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN CATUR PURUSA ARTHA SEBAGAI DASAR KEGIATAN USAHA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI DESA PAKRAMAN KIKIAN Abstract Oleh Dewa Made Pancadana A.A. Gede Oka Parwata Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN

Perspektif Pendidikan dan Keguruan, Vol VIII, No. 1, April 2017 ISSN AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANS PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PADA SMP NEGERI 4 RIMBA MELINTANG KABUPATEN ROKAN HILIR (Accountability and Transparancy of Handling Operational Expense

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Good Governance Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA AIR DESA SEBAGAI PENDAPATAN TAMBAHAN PADA PURA DESA BANYUNING 1 Ni Luh Yadnya Wati, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

PERANAN ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN DI INDUSTRI PERBANKAN

PERANAN ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN DI INDUSTRI PERBANKAN PERANAN ASAS GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN DI INDUSTRI PERBANKAN ABSTRACT oleh Gustav Satria Arief Bimantara I Gusti Ketut Ariawan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan manajemen keuangan yang sehat. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS PEDOMAN PENGENDALIAN INFORMASI PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 2 A. Latar Belakang... 2 B. Maksud Dan Tujuan... 2 C. Acuan Pedoman... 3 D. Ruang Lingkup... 3

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya tentang peran Public Relations sebagai pelaksana Program Sosial Bank Indonesia dalam mewujudkan Good

Lebih terperinci

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG A. Pemahaman karyawan terhadap system manajemen syari ah KJKS BMT Walisongo Semarang adalah sebuah Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif,

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif, 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (Mixed Methods), dimana pendekatan penelitian ini mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN DANA PUNIA DI DADIA PREBALI, DESA GOBLEG, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Luh Putu Dewi Sulistiani, 1 Anantawikrama Tungga Atmadja, 2 Nyoman Trisna Herawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian sosial yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan prinsip-prinsip University Governance di Universitas

Lebih terperinci

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA

RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA Rasio Efektivitas, Pajak... (Indri Astuti Ahmad)1 RASIO EFEKTIVITAS, PAJAK DAERAH TERHADAP PAD, DAN KEMANDIRIAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMKOT YOGYAKARTA TA 2008-2014 THE RATIOS OF EFFECTIVENESS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya teknologi yang berpengaruh terhadap perkembangan organisasi sektor publik maupun swasta dan semakin cerdasnya masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Kawasan Pura Agung Besakih

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PEMERINTAH PROVINSI BALI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puja Pangastuti Angayubagia Kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Desentralisasi adalah salah satu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu negara. Sejarah mencatat desentralisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan kontrak dimana satu atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dunia usaha yang semakin berkembang dengan pesatnya pada setiap perusahaan baik yang bergerak dibidang jasa, perdagangan, maupun manufaktur selalu berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah sebagai lembaga yang bertanggungjawab penuh terhadap masyarakat atau publik, karena pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyediakan pelayanan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Good governance adalah tata kelola organisasi secara baik dengan prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN P T Darma Henwa Tbk PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN PT Darma Henwa Tbk DAFTAR ISI Kata Pengantar 3 BAB I PENGANTAR. 4 1. Mengenal Good Corporate Governance (GCG) 4 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate terbesar di Indonesia yaitu PT Bakrieland Development, Tbk menjadi isu yang sedang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan di daerah akhirakhir ini, membawa

Lebih terperinci

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 12Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan daerah (sebagai bagian integral dari pembangunan nasional) pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga

Lebih terperinci

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) JULI 2016 DAFTAR ISI Halaman BAGIAN I... 1 PENDAHULUAN... 1 1. LATAR BELAKANG... 1 2. VISI DAN MISI... 1 3. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 BAGIAN

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah merubah tatanan demokrasi bangsa Indonesia dengan diberlakukannya sistem otonomi daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar

BAB I PENDAHULUAN. dipahami bahwa kompetisi global bukan kompetisi antar negara, melainkan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pada tahun 1999, kita melihat negara-negara di Asia Timur yang samasama terkena krisis mulai mengalami pemulihan, kecuali Indonesia. Harus dipahami bahwa kompetisi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA

ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DI SMA MUHAMMADIYAH SE SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh: DWI HANDAYANI A210130022

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI

GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI GAMBARAN UMUM BIRO HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI BALI A. Kondisi Pelayanan Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali saat ini Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Bali di dalam memberikan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA

PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA PENYELESAIAN PERKARA OLEH LEMBAGA ADAT MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR SESAMA KRAMA DESA YANG TERJADI DI DESA PAKRAMAN SARASEDA oleh : Ida Bagus Miswadanta Pradaksa Sagung Putri M.E Purwani Bagian Hukum dan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus

I. PENDAHULUAN. perkapita, kesempatan kerja, distribusi pendapatan, dan lain-lain. Sasaran itu terus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memerlukan sumber pendanaan yang tidak kecil guna mencapai sasaran-sasarannya, seperti pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, kesempatan kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum Good Corporate Governance merupakan sebuah sistem yang terdapat pada sebuah perusahaan atau badan usaha baik yang mencari laba maupun nirlaba yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika

BAB I PENDAHULUAN. yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak peristiwa hantaman krisis multidimensi melanda negeri ini, wacana yang berkenaan dengan permasalahan Good Corporate Governance (GCG) seketika menjadi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Penelitian

1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu program pensiun yang cukup populer adalah Program Pensiun Manfaat Pasti. Dimana ada iuran dari karyawan dan kontribusi dari perusahaan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan yang pesat dalam bidang teknologi informasi. ekonomi, sosial, budaya maupun politik mempengaruhi kondisi dunia bisnis dan persaingan yang timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia semakin berkembang dalam era globalisasi dengan banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Dunia semakin berkembang dalam era globalisasi dengan banyaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia semakin berkembang dalam era globalisasi dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang baru muncul. Hal ini menyebabkan semakin ketatnya persaingan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Agensi Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau pemisahan pengelolaan perusahaan. Pemilik ( principle)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitikberatkan pada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah otonomi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG

KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG KEPUTUSAN RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG NOMOR : 2/KEP/R.ANGG/2013 TENTANG ANGGARAN RUMAH TANGGA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG RAPAT ANGGOTA BANJAR DHARMA AGUNG KUPANG, Menimbang : a. Bahwa sadar

Lebih terperinci

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Modul ke: Fakultas 09Pasca Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan Cecep Winata

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Good Corparate Governance Good governance dalam sistem administrasi Indonesia diterapkan seperti dalam pengertian yang dikembangkan oleh UNDP. Berdasarkan dokumen kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan sosial, politik dan ekonomi di Indonesia. Desentralisasi keuangan dan otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wakil dari pemilik juga memiliki kepentingan pribadi sehingga perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Good Corporate Governance merupakan sistem tata kelola yang diterapkan pada suatu perusahaan sebagai langkah antisipatif untuk mengatasi permasalahan keagenan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Veronika Erlin Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI HALAMAN ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... i ii iii v BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Satuan Pengawasan Intern Satuan pengawasan intern pada hakekatnya sebagai perpanjangan rentang kendali dari tugas manajemen

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa PT Jasa Raharja sebagai salah satu BUMN di Indonesia telah dapat menerapkan tata kelola perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gereja merupakan salah satu organisasi nirlaba yang dapat dipandang sebagai salah satu unit usaha sosial yang juga menggunakan prinsip-prinsip suatu organisasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan zaman yang kaya akan teknologi informasi memacu perusahaan-perusahaan untuk dapat menyajikan informasi secara lebih baik lagi. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengawas utama kinerja pemerintahan. pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Terwujudnya akuntabilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencatatan dan pelaporan keuangan merupakan komponen yang penting dalam menjalankan suatu organisasi. Melalui pencatatan dan pelaporan, akan tergambar jelas aktivitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

Jurusan Akuntansi Program S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia MEMAKNAI KONSEP KESEIMBANGAN ANTAR KOMPONEN TRI HITA KARANA DALAM PENGANGGARAN ORGANISASI SUBAK (STUDI KASUS PADA SUBAK KALICULUK, DESA PAKRAMAN DENCARIK, KECAMATAN BANJAR) 1 Kadek Ari Saputra 1 Anantawikrama

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG PERJANJIAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015

KABUPATEN BADUNG PERJANJIAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015 KABUPATEN BADUNG PERJANJIAN KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015 RSUD KABUPATEN BADUNG MANGUSADA TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Penetapan Kinerja... Kata Pengantar.... Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besar atau kecilnya suatu perusahaan tidak mempengaruhi perusahaan terbebas dari permasalahan keuangan (financial distress). Financial distress terjadi bermula ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan keadaan saat ini, khususnya dalam dunia ekonomi, pengelolaan perusahaan (corporate governance) telah dianggap penting sebagaimana pemerintahan negara.

Lebih terperinci

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI

PERUBAHAN SOSIAL DI PERDESAAN BALI BAB 9 KESIMPULAN Dari apa yang telah diuraikan dan dibahas pada bab-bab sebelumnya, tergambarkan bahwa perdesaan di Tabola pada khususnya dan di Bali pada umumnya, adalah perdesaan yang berkembang dinamis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (SIPKD) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (SIPKD) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (SIPKD) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Oleh FEMI BAGOE NIM: 921409149 JURUSAN AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga zakat adalah lembaga yang berada ditengah-tengah publik sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman akan tradisi dan budayanya. Budaya memiliki kaitan yang erat dengan kehidupan manusia, di mana

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rendahnya corporate governance merupakan salah satu hal yang memperparah terjadinya krisis di Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Hal ini ditandai dengan kurang

Lebih terperinci

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BERDASARKAN PERDA KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2015 Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah kepala Desa yang dibantu oleh perangkat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Good Corporate Governance Beberapa institusi Indonesia mengajukan definisi Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate Governance in IndonesialFCGl

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001

BABl PENDAHULUAN. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 BABl PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan sejak tahun 2001 menuntut sebuah birokrasi yang kompeten dan profesional. Birokrasi yang kompeten dan profesional

Lebih terperinci

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT ) 1 dari 9 1. LATAR BELAKANG Perseroan menyadari pentingnya penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) atau GCG sebagai salah satu acuan bagi Perseroan untuk meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah berimplikasi pada pergeseran sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi. Ini memberikan implikasi terhadap perubahan

Lebih terperinci

Jamsostek, ditemukan penyimpangan dengan nilai di atas Rp 7 triliun. empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011 Jamsostek yang tidak taat aturan.

Jamsostek, ditemukan penyimpangan dengan nilai di atas Rp 7 triliun. empat temuan BPK atas laporan keuangan 2011 Jamsostek yang tidak taat aturan. Dina Ariandari AKT C (14.06.1.0075) KASUS PT. JAMSOSTEK Di tengah persiapan PT Jamsostek yang akan bertransdivasi menjadi BPJS ketenagakerjaan yang akan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP) Astri Furqani dan Isnani Yuli Andini (As3oke_dech@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. 2 Kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Perkawinan dapat merubah status kehidupan manusia dari belum dewasa menjadi dewasa atau anak muda

Lebih terperinci

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Magisster Akuntasi www.mercubuana.ac.id The System and Structure of GCG Dosen Pengampu : Mochammad

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau

BAB III METODE PENELITIAN. Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan semata-mata bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah dan masyarakat, begitu juga dalam hal pembiayaan

Lebih terperinci