PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk selanjutnya industri mikro disebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk selanjutnya industri mikro disebut"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Salah satu sektor pelaku usaha ekonomi di Indonesia adalah kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Untuk selanjutnya industri mikro disebut sebagai industri rumahtangga. Pada tahun 2013 industri rumahtangga di Indonesia berjumlah unit, dan 34.9 % atau unit merupakan industri rumahtangga pangan olahan. Sementara itu industri kecil (IK) di Indonesia pada tahun 2013 berjumlah unit dan 29.8% atau unit merupakan industri kecil pangan olahan (BPS, 2014). Industri mikro (IM) adalah industri dengan skala rumah tangga yang memiliki tenaga kerja 1-4 orang. Industri kecil (IK) adalah industri dengan skala lebih besar dari industri mikro yang memiliki tenaga kerja 5-19 orang. IM dan IK merupakan bagian dari bentuk UMKM di Indonesia. Peranan UMKM di berbagai negara, termasuk di Indonesia adalah antara lain: (1) membuka peluang kerja dan peluang berusaha di perdesaan dan perkotaan, (2) menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran; (3) mampu bertahan pada saat krisis ekonomi; (4) meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil; dan (5) pendorong diversifikasi kegiatan ekonomi di luar sektor pertanian. Kedudukan industri rumahtangga dan industri kecil dalam piramida ekonomi ada pada posisi paling bawah, yang mempunyai makna pelakunya paling banyak dibanding industri menengah dan industri besar. Pada umumnya keberlangsungan hidup keluarga pelaku industri ini sebagian besar tergantung dari usahanya. Mereka akan melakukan segala upaya untuk mempertahankan usahanya tersebut, sehingga dampak dari krisis ekonomi tidak sampai memusnahkan pelaku usaha ini. Sudah terbukti di Indonesia, bahwa dalam kondisi krisis ekonomi banyak industri besar yang tidak mampu bertahan dan gulung tikar sedangkan industri rumahtangga, industri kecil dan

2 industri menengah lebih banyak yang mampu bertahan. Kalaupun sempat tidak beroperasi, hanya sementara dan secepatnya bisa kembali beroperasi dengan normal. Beberapa keunggulan UMKM dibandingkan dengan usaha besar antara lain adalah: (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk; (2) Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil; (3) Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja; (4) Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis; (5) Terdapatnya dinamisme managerial dan peranan kewirausahaan(tiktik,2004) Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu bahan dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau dari barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS, 2014). Salah satu bentuk dari industri pengolahan adalah industri rumahtangga pangan olahan. Kelompok industri ini memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku produknya, sebagian memanfaatkan bahan baku impor dan sebagian lain memanfaatkan hasil pertanian lokal sebagai bahan baku utamanya. Industri rumahtangga pangan olahan adalah industri yang mengolah hasil pertanian bahan pangan menjadi bahan pangan setengah jadi dan atau menjadi bahan pangan siap dikonsumsi, dan dimasukkan dalam kelompok agribisnis hilir. Tentu saja proses pengolahannya bisa jadi memerlukan bahan tambahan. Salah satu daerah di Indonesia yang masyarakatnya memiliki kegiatan kelompok industri rumahtangga adalah Daearah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Daearah Istimewa Yogyakarta mempunyai produk khas

3 yang berupa produk kerajinan cinderamata, fashion dan produk pangan olahan. Produkproduk tersebut bisa dikatakan hampir semuanya merupakan produksi industri rumahtangga atau industri kecil yang ada di wilayah Daearah Istimewa Yogyakarta. Di lima daerah kabupaten / kota yang ada di Daearah Istimewa Yogyakarta (Yogyakarta, Sleman, Gunung Kidul, Kulonprogo, dan Bantul) banyak sekali industri pangan olahan, mulai dari yang skalanya industri rumahtangga, industri kecil dan industri menengah, bahkan ada yang masuk ke golongan industri besar. Jumlah sentra industri pangan olahan adalah yang terbanyak diantara industri-industri yang ada di Daearah Istimewa Yogyakarta seperti yang terlihat pada tabel 1.1. Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui bahwa UMKM pengolahan pangan mempunyai jumlah sentra usaha terbanyak dari seluruh UMKM yang ada di Daearah Istimewa Yogyakarta, bukan hanya sentra usahanya yang terbanyak, penyerapan tenaga kerjanya juga banyak. Meskipun demikian investasi yang dibutuhkan oleh UMKM pengolahan pangan cukup rendah, juga kapasitas produksi tertinggi kedua setelah industri kimia dan bahan bangunan. Tabel 1.1. Potensi Industri Mikro, Kecil-Menengah Daearah Istimewa Yogyakarta Cabang Industri Sentra UnitUsaha (unit) 1. Pangan Sandang& Kulit Kimia & bhn bangunan Logam&Elektronik Kerajinan JUMLAH TenagaKer ja (orang) Nilai Investasi (Rp.000) Nilai Produksi (Rp.000) Sumber: Diperindagkop Provinsi DIY 2013

4 Pada lima kabupaten/kota yang ada di Daearah Istimewa Yogyakarta, jumlah unit usaha dan tenaga kerja berdasarkan sentra-sentra industri UMKM pengolahan pangan cukup banyak, proporsinya dan informasinya dapat dilihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2.Sebaran Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Rumahtangga Berdasar Cabang Industri di Daearah Istimewa Yogyakarta Cabang Industri Sleman Kota Bantul K.Progo G.Kidul UU TK UU TK UU TK UU TK UU TK 1 Pangan Sandang & Kulit Kimia&Bhn Bngnn Logam&Elektronika Kerajinan Diolah dari :Data di Dinas Perindagkop Provinsi DIY,2013 Ket:UU : Unit usaha TK : Tenaga Kerja Dari tabel 1.2 terlihat bahwa di antara lima wilayah di Daearah Istimewa Yogyakarta, UMKM pangan olahan yang terbanyak jumlah unit usaha dan tenaga kerjanya adalah di Kabupaten Kulonprogo, sehingga per unit usaha rata-rata jumlah tenaga kerjanya memenuhi kriteria industri rumahtangga ataupun industri kecil. Produk dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pangan olahan pada umumnya berupa makanan yang selalu dibutuhkan sehari-hari dan makanan khas daerah tertentu yang sering dicari sebagai buah tangan orang yang berkunjung. Industri rumahtangga pangan olahan, yang jumlahnya sangat banyak, menggunakan bahan baku hasil pertanian yang beragam, sebagian menggunakan hasil pertanian lokal, sebagian menggunakan hasil pertanian yang diimpor dari negara lain sebagai bahan baku produknya. Tentu saja industri ini akan menghadapi permasalahan terkait dengan bahan baku yang pada umumnya bersifat musiman, padahal diharapkan produk yang dihasilkan bisa stabil sepanjang tahun, baik dalam hal jumlah produksi maupun dalam hal harga jual produknya. Hal ini penting bagi kelangsungan hidup

5 industri tersebut karena akan mempengaruhi popularitas produk bagi konsumen dan pada akhirnya juga akan mempengaruhi laju permintaan produk oleh konsumen. Banyak industri rumahtangga, industri kecil dan menengah yang sudah sangat lama(puluhan tahun) beroperasi, namun sampai saat ini masih juga termasuk dalam skala industri rumahtangga atau kecil. Kondisi demikian membuktikan bahwa industri tersebut tidak berkembang, atau tingkat pertumbuhannya sangat rendah, hal seperti ini sangat menarik untuk dikaji untuk mencari penyebabnya, khususnya industri rumahtangga pangan olahan di Daearah Istimewa Yogyakarta. Juga sangat menarik untuk diteliti seberapa besar pengaruh jiwa kewirausahaan pelaku usaha berpengaruh terhadap kinerja usahanya, dikaitkan dengan efisiensi usahanya, serta kemungkinan adanya faktor lain yang berpengaruh. B.Perumusan Masalah Perumusan masalah berawal dari upaya pemerintah daerah setempat untuk memantau tercukupinya kebutuhan akan produk pangan olahan untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan juga sebagai penunjang daerah tujuan wisata, dan kompleknya permasalahan yang dihadapi pelaku Industri rumahtangga pangan olahan, sebagai subyek pengambilan keputusan dalam melaksanakan aktivitas produksinya. Permasalahan pelaku industri pangan olahan berpangkal pada bagaimana pemilik industri sebagai manajer diperusahaannya dapat mengelola sumberdaya yang sangat terbatas, agar mampu bermanfaat yang sebesar-besarnya bagi industri,diri dan keluarganya. Pelaku industri pangan olahan, selain harus memperhatikan besarnya pendapatan dan keuntungan, juga perlu mempertimbangkan tinggi rendahnya tingkat efisiensi untuk keberlangsungan dan pesatnya perkembangan usahanya. Keberlangsungan dan pertumbuhan Industri pangan olahan di Daearah Istimewa Yogyakarta, seperti halnya industri yang lain, pada dasarnya menghadapi

6 permasalahan antara lain: (1) ketrampilan pengelolaan usaha yang belum optimal, (2) ketersediaan bahan baku,efek dari hasil pertanian yang pada umumnya bersifat musiman, (3) inefisiensi dalam pembiayaan input produksi, mengingat industri kecil pada umumnya bermodal kecil sehingga tidak mempunyai cadangan input dalam jumlah besar. Pembelian input dalam jumlah besar akan mendapatkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan pembelian input dalam jumlah kecil., (4) efisiensi di bidang pemasaran; dan (5) efisiensi penggunaan tenaga kerja. Permasalahan tersebut ada kemungkinan dipengaruhi jiwa kewirausahaan dan kondisi sosial ekonomi pelaku industri. Untuk mengatasi permasalahan dalam usaha, karakter wirausaha berperan penting, mengingat penyelesaian permasalahan perlu pengembangan cara yang banyak memerlukan kinerja karakter wirausaha yang antara lain meliputi: motivasi untuk berprestasi, berani ambil resiko, berorientasi kedepan dan tanggap serta kreatif menghadapi perubahan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut:. 1. Bagaimanakah karakter wirausaha pelaku industri rumahtangga pangan olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh pada karakter wirausaha dari pelaku industri rumahtangga pangan olahan di Daearah Istimewa Yogyakarta? 3. Apakah secara ekonomis industri rumahtangga pangan olahan sudah efisien? 4. Apakah ada hubungan antara karakter wirausaha pelaku industri rumahtangga pangan olahan dengan kinerja usahanya, terutama efisiensinya? C.Tujuan Penelitian

7 Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah seperti yang telah diuraikan di atas, maka secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan fakta mengenai efisiensi relatif dan upaya pelaku industri pangan olahan dalam mengembangkan industrinya. Secara lebih rinci tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakter wirausaha pelaku industri rumahtangga (Mikro) pangan olahan; 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakter wirausaha pelaku industri rumahtangga pangan olahan; 3. Mengetahui tingkat efisiensi pada industri rumahtangga (mikro) pangan olahan; 4. Mengetahui hubungan antara karakter wirausaha pelaku usaha rumahtangga pangan olahan dengan efisiensi pada kinerja usahanya. D.Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna baik bagi pemerintah, peneliti maupun pemerhati pengembangan ilmu yaitu : 1.Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai masukan dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan Industri Rumahtangga. Kebijakan tersebut berupa kebijakankebijakan berdasarkan output dari tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini, yaitu (1) pendapatan Industri pangan olahan,(2) penggunaan faktor-faktor produksi pangan olahan yang efisien dengan mempertimbangkan sifat bahan baku yang musiman, dan (3) pertumbuhan usaha IRT-IK pangan olahan. 2.Bagi peneliti dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. 3.Bagi penyuluh dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun materi penyuluhan tentang pemanfaatan bahan lokal sebagai bahan baku pada industri pangan olahan. E.Keaslian Penelitian

8 Penelitian tentang Kewirausahaan, terutama yang berkaitan dengan pelaku usaha di bidang Agribisnis masih sangat langka. Salah satunya adalah penelitian Desak(2011), berjudul: Analisis Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Pengelola Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini, dengan metode analisis tabel, memberikan hasil bahwa karakter kewirausahaan dan penerapan manajemen agribisnis oleh pengurus Gapoktan termasuk dalam katagori baik. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung termasuk dalam katagori cukup berhasil. Terdapat hubungan nyata antara jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dengan kinerja keberhasilan PUAP, juga terdapat hubungan sangat nyata antara penerapan manajemen agribisnis dengan kinerja keberhasilan PUAP. Untuk penumbuhan dan penguatan jiwa kewirausahaan pengurus Gapoktan dilakukan melalui program penyuluhan atau pendampingan, dan pelatihan bidang manajemen agribisnis. Penelitian lain dilakukan Darmadji(2008) dengan topik Kewirausahaan Petani dan Kinerja Usahatani Cabe dan Padi di Kabupaten Sleman. Hasil penelitian menyatakan :bahwa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kewirausahaan petani cabe adalah lingkungan sosial dan ekonomi, sedangkan bagi petani padi adalah lingkungan ekonomi dan lingkungan fisik. Untuk kewirausahaan, keduanya berpengaruh terhadap kinerja usahatani, kapasitas manajemen dan proses teknis biologis, dengan tingkatan kewirausahaan petani cabe lebih tinggi dari petani padi. Untuk mengukur efisiensi usaha, juga ada banyak cara yang digunakan peneliti terdahulu. Studi efisiensi alokasi sumberdaya yang memperhatikan risiko produksi, seperti yang dilakukan oleh Simanjuntak (1990) pada usaha budidaya tambak di Surabaya, mensinyalir adanya keterkaitan antara faktor-faktor risiko dengan efisiensi. Efisiensi alokasi sumberdaya diukur dengan menggunakan pendekatan

9 fungsi produksi Cobb-Douglas. Dalam penelitian tersebut belum terungkap bagaimana hubungan perilaku petani terhadap risiko dengan efisiensi usahatani. Penelitian lain adalah tentang efisiensi produksi usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri yang dilakukan oleh Rita Yunus (2009), yang menganalisis perbedaan pendapatan rata-rata, alokasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sekaligus tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga/alokatif dan efisiensi ekonomis usaha peternakan. Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-Douglass model Battese and Coelli, 1995 dengan opsi Technical Efficiency Effect Model. (Rita Yunus 2009) Penelitian lain berikutnya, yang bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara konsentrasi,profitabilitasdanefisiensidalamperusahaanbesar di industri manufaktur Turki,menggunakan data panel di 500 perusahaan terbesar industrialis Turki , hasil berdasarkan Analisis Stochastic Frontier dapat diringkas sebagai berikut: (1) Berbeda dengan hipotesis Schumpeter, konsentrasi yang lebih tinggi menyebabkan penurunan kinerja perusahaan dalam hal pendapatan. (2) perusahaan swasta dan asing lebih efisien daripada yang umum. (3) Profitabilitas perusahaan terkait dengan inefisiensi lebih rendah pada industri manufaktur Turki. (4) perusahaan yang berorientasi Ekspor kurang efisien. (5) Tinggi pangsa pasar di sektor lebih terkonsentrasi menghambat efisiensi sementara mengkonsolidasikan efisiensi di pasar yang lebih kompetitif (Dudu dan Kilicaslan,2005). Hasil penelitian mengenai skala usaha dan efisiensi pada perusahaan manufaktur di Afrika menyatakan bahwa keterampilan yang dapat diamati secara kuantitatif bukan sebagai faktor penentu produktivitas. Inefisiensi teknis tidak berbeda pada perusahaan dengan kepemilikan asing atau perusahaan yang lebih tua dan penyebaran di seluruh perusahaan,hampir sama dengan yang ditemukan di negara lain.

10 Perusahaan besar menghadapi biaya tenaga kerja relatif jauh lebih tinggi daripada perusahaan kecil. Jika perbedaan faktor harga ini dapat mendatar, keuntungan besar melalui peningkatan efisiensi alokatif akan mungkin (Söderbom and Teal,2003). Juga penelitian yang sama dengan di atas, hanya berlokasi di wilayah Afrika Timur memberikan hasil yang menunjukkan hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan efisiensi teknis pada perusahaan manufaktur baik di Uganda dan Tanzania. Adanya hubungan positif antara efisiensi teknis dan ukuran kuadrat serta hubungan negatif antara ukuran perusahaan dan efisiensi teknis di Uganda dan Tanzania perusahaan manufaktur menunjukkan sebuah hubungan U-terbalik antara ukuran perusahaan dan efisiensi teknis di negara tersebut. (Aggrey, Eliab, and Joseph, 2010). Untuk melihat perbedaan antara penelitian sejenis terdahulu dan penelitian yang dilakukan bisa dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Penelitian Terdahulu 1. Afiah (2009) Judul: Peran Kewirausahaan Dalam Memperkuat UKM Indonesia Menghadapi Krisis Finansial Global Metode: deskripsi kualitatif dengan pendekatan studi literatur Konstruk: - kontribusi UKM -terdapat faktor..faktor kewirausahaan, -kapabilitas UKM 3.Desak (2011) Judul: Analisis Jiwa Kewirausahaan Pengurus Gapoktan Pengelola Dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung, Metode: analisis tabel Konstruk: - kadar jiwa kewirausahaan, penerapan manajemen agribisnis, tingkat keberhasilan program, 3. Darmadji (2012) Judul:Kewirausahaan Petani dan Kinerja Usahatani Cabe dan Padi di Kab. Sleman DIY Model Penelitian: Penelitian yang dilakukan Judul: Karakter Wirausaha Pelaku dan Efisiensi Usaha Mikro Pangan Olahan di Daerah Istimewa Yogyakarta.,Model Penelitian: X1 X3 X5 X7 X2 Y3 X4 Y2 Y4 X6 Y1

11 proses teknis Faktor Lingkunga Entrepreuneuurship kapasitas manajeme kinerja usahatan Lanjutan Tabel 1.3. Konstruk/variabel laten dalam model: 1.Faktor Lingkungan:individu,sosial,fisik,ekonomi,kelembagaan 2.Faktor individu: pendidikan, pengalaman, sifat ekstroversi petani 3.Faktor soaial: peranan keluarga, masyarakat, pemerintah, budaya kerja petani, keberagaman usahatani 4.Faktor fisik:sarana prasarana fisik,iklim, teknologi budidaya, teknologi informasi dan komunikasi. 5.Faktor kelembagaan: peran lembaga kelompok tani, perkreditan, pendidikan tinggi, penyuluh pertanian. Faktor ekonomi:pendapatan usahatani, pasar input, pasar output, kebijakan subsidi harga pupuk 7.Kewirausahaan terdiri dari 8 indikator, 8.Proses teknis: pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, pemanenan 9.Kapasitas manajemen: perencanaan, pengorganisasi an, pelaksanaan, pengawasan 10.Kinerja usahatani: produktivitas, keuntungan, harga jual output, efisiensi teknis, keunggulan kompetitif 5.Ade (2014) Judul: Karakteristik dan Motivasi Wirausaha Perempuan Pangan Olahan di Kab. Kulonprogo. Konstruk: - karakteristik ada 8 indikator Konstruk: -Karakter wirausaha (5 vaiabel): 1.motivasi berprestasi(x1): 4 indikator: ekstroversi,kebutuhan berprestasi,pelaksanaan, pengawasan 2.orientasi kedepan (X2): 3 indikator: perkembangan teknologi produksi,ketrampilan, orientasi pasar 3.kepemimpinan (X4): 5 indikator: mandiri, berani menanggung resiko, percaya diri,pengelolaan, pengorganisasian 4.jaringan usaha (X4): 3 indikator: Kelompok usaha, lembaga keuangan, lembaga pendidikan tinggi 5.menghadapi perubahan: 4 indikator: perkembangan TI, diversifikasi produk, kreativitasperkembangan profit, Faktor lingkungan: 2variabel: faktor internal, faktor eksternal 1.faktor internal (X6): 4 indikator; umur, lama berusaha,tingkat pendidikan, tanggungan keluarga 2.faktor eksternal (X7): 4 indikator: dukungan pemerintah, dukungan keluarga,bahan baku,ketersediaan tenaga kerja Kinerja perusahaan: 3 variabel: produktivitas, keuntungan, efisiensi Perbedaan dengan penelitian terdahulu: antara lain judul, obyek penelitian, lokasi, model dan sebagian variabel dan sebagian indikator. Persamaan:sebagian variabel dan indikatornya Kebaruan: Menganalisis hubungan karakter wirausaha pelaku Agribisnis hilir dengan kinerja perusahaan, khususnya efisiensi. Objek penelitian adalah pelaku industri rumahtangga pangan olahan (agribisnis hilir) Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disertasi ini memenuhi keaslian penelitian karena topik berbeda dengan topik penelitian sebelumnya. Dalam disertasi ini spesifikasi topik penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya adalah : (1) Spesifikasi industri yang menjadi objek penelitian dan skala usahanya,dan (2) Analisis

12 karakter enterpreuner (wirausaha) pelaku usaha dalam kaitannya dengan efisiensi usahanya.

PENGUATAN KARAKTER WIRAUSAHA UNTUK KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS HILIR SKALA RUMAHTANGGA. Oleh: Triwara Buddhi Satyarini 1)

PENGUATAN KARAKTER WIRAUSAHA UNTUK KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS HILIR SKALA RUMAHTANGGA. Oleh: Triwara Buddhi Satyarini 1) PENGUATAN KARAKTER WIRAUSAHA UNTUK KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS HILIR SKALA RUMAHTANGGA Oleh: Triwara Buddhi Satyarini 1) Piramida ekonomi menempatkan industri rumahtangga dan industri kecil pada posisi paling

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian. Bab ini berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan masalah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan 1. Penggunaan tenaga kerja bagi suami dialokasikan utamanya pada kegiatan usahatani, sedangkan istri dan anak lebih banyak bekerja pada usaha di luar usahataninya

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.a. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap produksi usahatani jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan rempah rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap daerah yang ada di indonesia menjadi keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat persaingan usaha sangatlah tinggi. Hal ini secara otomatis memaksa para pelaku usaha untuk terus mengembangkan diri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri dan Kota adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini disebabkan sektor industri merupakan salah satu indikator suatu daerah telah maju atau bisa disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015)

I. PENDAHULUAN. oleh kualitas SDM yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut. (Indriati, A. 2015) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu bagian terpenting didalam perekonomian suatu negara. Hal tersebut dikarenakan UMKM mampu menyerap tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian, urusan perumahan rakyat, urusan komunikasi dan informatika, dan urusan kebudayaan. 5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) Pembangunan di tahun kelima diarahkan pada fokus pembangunan di urusan lingkungan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa: 1. Penawaran output jagung baik di Jawa Timur maupun di Jawa Barat bersifat elastis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan kedudukan posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu mengalami kemunduran, baik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja.

I. PENDAHULUAN. mempunyai peranan dalam memanfaatkan peluang kesempatan kerja. 1.1. Latar Belakang Penelitian I. PENDAHULUAN Usaha perunggasan di Indonesia telah menjadi sebuah industri yang memiliki komponen lengkap dari sektor hulu sampai ke hilir. Perkembangan usaha tersebut memberikan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN BANTUL A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Keadilan diartikan sebagai keadilan antar kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Hal ini didasarkan pada kesadaran bahwa negara Indonesia adalah negara agraris yang harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan,

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian yang tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 adalah meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Tingkat produktivitas yang dicapai petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata produktivitas

Lebih terperinci

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA

PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA PERSEPSI PENGUSAHA ATAS PENGARUH KESEDIAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP LABA (Studi Kasus Pada Industri Ayam Potong Model Plasma di Kab. Semarang) Oleh : Nama : BAMBANG JATMIKO NIM : P. 100020006 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal merupakan bagian yang sangat penting untuk membangun, mempertahankan, dan mengembangkan sebuah bisnis. Lingkungan eksternal juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

Karakter Wirausaha pada Industri Mikro Pangan Olahan di DIY dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Karakter Wirausaha pada Industri Mikro Pangan Olahan di DIY dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TRIWARA BUDDHI SATYARINI Program Studi Agribisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta triwarabs@gmail.com Karakter Wirausaha pada Industri Mikro Pangan Olahan di DIY dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang sangat beragam yang menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian suatu daerah maupun negara. Selain memiliki peranan penting dalam laju perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi secara langsung telah berdampak terhadap percepatan perkembangan pasar bebas di dunia. Khusus di kawasan ASEAN pada tahun 2015 direncanakan berikutnya kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi secara keseluruhan yang dilaksanakan secara terencana rencana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... ii iii iv v vii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara menduduki

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY)

PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) PERAN INSTITUSI LOKAL DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH (Studi Kasus: Proses Difusi Inovasi Produksi Pada Industri Gerabah Kasongan Bantul, DIY) TUGAS AKHIR Oleh : ELISA NUR RAHMAWATI L2D000418 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kemiskinan di pedesaan merupakan salah satu masalah pokok pedesaan yang harus segera diselesaikan dan menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan bidang pangan menjadi konsentrasi yang cukup besar untuk dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya permintaan pangan seiring

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin meningkat berdampak pada peningkatan kebutuhan bahan makanan yang bergizi. Diantara kebutuhan gizi yang diperlukan manusia

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Pembangunan pertanian diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pemerintah yang konsisten yang mendukung pembangunan pertanian. Sasaran pembangunan di sektor pertanian diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan pertanian pada era globalisasi seperti saat ini harus dibangun secara terintegrasi mulai dari pembangunan industri hulu, hilir dan kebijakan pemerintah yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan terencana dari satu situasi ke situasi lainnya yang dinilai lebih baik. Pembangunan yang terlalu mengejar pertumbuhan ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil di perdesaan dikenal sebagai tambahan sumber pendapatan keluarga dan juga sebagai penunjang kegiatan pertanian yang merupakan mata pencaharian pokok

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu PENDAHULUAN Latar Belakang Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu mengembangkan kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik mendalam dan terukur pada diri seseorang, dan dapat

Lebih terperinci

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 3-8 VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR SATUAN AWAL TARGET INDIKATOR 3 4 5 6 7 8 8 3 4 5 6 7 8 9 3 4 TERWUJUDNYA TEMANGGUNG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. cocok dan mendukung untuk digunakan dalam budidaya tanaman, khususnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan Geografis Indonesia termasuk Jawa Tengah yang merupakan wilayah tropis, beriklim basah, serta berada diwilayah khatulistiwa sangat cocok dan mendukung

Lebih terperinci

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

6. URUSAN PERINDUSTRIAN 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Pembangunan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Sektor industri memegang peranan penting dalam peningkatan

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah banyak berkontribusi dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional dan penyerapan tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk miskin di Indonesia berjumlah 28,55 juta jiwa dan 17,92 juta jiwa diantaranya bermukim di perdesaan. Sebagian besar penduduk desa memiliki mata pencarian

Lebih terperinci

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian 6. URUSAN PERINDUSTRIAN Urusan perindustrian mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi yaitu sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pangan merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan bagi peternak disertai pengembangan kelembagaan. Berbisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan peternakan unggas diarahkan pada visi pemberdayaan peternak dan usaha agribisnis peternakan, peningkatan nilai tambah dan dayasaing dengan misi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok yang dikonsumsi sebagian besar masyarakat Indonesia. Sampai saat ini 95% masyarakat Indonesia masih mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN 2001-2004: VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN Visi Pembangunan Pertanian Visi pembangunan pertanian dirumuskan sebagai : Terwujudnya masyarakat yang sejahtera

Lebih terperinci

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n

AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN ARIS SUBAGIYO Halama n 1 & PUSAT PERTUMBUHAN PELAYANAN Halama n Penentuan Pusat Pertumbuhan & Pusat Pelayanan 4 ciri pusat pertumbuhan : Adanya hubungan internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu negara, terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama ekonomi di pedesaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar masyarakat desa yang bekerja di sektor pertanian.

Lebih terperinci