PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok."

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar belakang Masalah ketahanan pangan masih menjadi isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan prioritas dari semua pihak. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok. Seiring meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya membuat meningkatnya konsumsi beras. Pertumbuhan penduduk tersebut diikuti pertumbuhan jumlah penduduk miskin yang juga meningkat. Hasil pendataan Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Maret tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak orang. Beras menjadi konsumsi utama hampir setiap rumah tangga, baik dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, ekonomi menengah dan ekonomi menengah ke atas. Dalam hal pemenuhan konsumsi utama, ini menjadi sebuah masalah bagi rumah tangga di Sumatera Utara khususnya di simalungun bagi rumah tangga miskin. Selain harga beras yang setiap tahunnya semakin lama semakin meningkat hal ini juga menajdi salah satu permasalahan bagi rumah tangga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokoknya dalam pemenuhan konsumsi beras. Permasalahan ini setiap tahunnya menjadi agenda bagi pemerintah, maka pemerintah mempunyai komitmen tinggi dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi rakyatnya, komitmen yang tinggi tersebut diwujudkan dalam bentuk kebijakan - kebijakan dan program - program peningkatan produksi pangan khususnya beras. Besarnya perhatian pemerintah terhadap ekonomi perberasan ini

2 didasari oleh pertimbangan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu programnya adalah bidang kebijakan perberasan. Kebijakan perberasan sebelum tahun 1998 adalah Operasi Pasar Khusus (OPK). Pada saat munculnya program OPK, Indonesia memang belum memiliki model bantuan pangan yang mantap seperti di negara-negara maju. Oleh karena itu maka pola OPK dianggap menjadi alternatif yang paling rasional. Setiap tahunnya, OPK dievaluasi dan terus dilakukan penyempurnaan. Pada tahun 2002 OPK berubah menjadi Beras untuk Keluarga Miskin (RASKIN). Program Kebijakan RASKIN adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia untuk memberdayakan masyarakat dengan menanggulangi masalah kemiskinan secara terpadu. RASKIN merupakan perkembangan dari Kebijakan OPK yang bertujuan untuk lebih menjelaskan arti Program sehingga diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan di lapangan (BULOG, 2006). Setidaknya ada delapan kesalahan dalam penyaluran RASKIN, sehingga amat merugikan masyarakat miskin yang menerimanya. Pertama, salah sasaran, RASKIN yang semestinya dibagikan kepada keluarga miskin, ternyata jatuh ke tangan kelompok masyarakat lain. Kedua, mutu beras jelek, meski pemerintah menjamin kualitas Raskin berkondisi baik, namun banyak dilekuhkan, beras dibagikan apek (bau tengik), pera, kotor dan banyak kutu. Ketiga, dijual lagi ke pasar, RASKIN tidak dibagikan kepada yang berhak menerima, tetapi oleh oknum petugas dijual ke penadah. Keempat, jumlah berkurang, jumlah RASKIN yang dibagikan bukan dalam bentuk ukuran per kilogram, tetapi per liter, sehingga beras yang diterima jumlahnya kurang. Kelima, tidak sesuai harga, harga pembelian RASKIN yang semestinya Rp 1.600/kg, harus dibeli seharga Rp /liter (bukan kilogram). Kekurangan ini juga bisa terjadi karena penggunaan timbangan yang keliru dan berbeda dengan

3 timbangan standar. Keenam, ada biaya tambahan, harga RASKIN yang semestinya Rp 1.600/kg, terpaksa harus dibayar lebih karena ada biaya tambahan seperti untuk biaya administrasi, ongkos angkut, dan lainnya. Ketujuh, kesalahan data, akibat tidak adanya koordinasi antara pemerintah baik dari pusat, provinsi, kabupaten dampai desa, jumlah orang miskin yang didata lebih besar dari yang sebenarnya, sehingga RASKIN yang dibagikan kurang. Kedelapan, menunggak setoran pembayaran, akibat tunggakan hasil penjualan RASKIN di suatu daerah yang tidak disetorkan ke BULOG, maka BULOG tidak mau menyalurkan lagi jatah RASKIN sebelum tunggakan dilunasi. Hal ini tentu amat merugikan penerima manfaat RASKIN, karena mereka membeli secara kontan, sedangkan urusan penyetoran uang hasil pembelian tidak diketahui (Musawa, 2009). Permasalahan RASKIN hampir selalu menjadi sorotan dikarenakan sampai saat ini program tersebut masih dilaksanakan guna membantu pemenuhan kebutuhan akan pangan beras bagi rumah tangga miskin. Menurut data BPS Kabupaten Simalungun memiliki jumlah rumah tangga miskin yang cukup besar yaitu orang ( RTS). Angka tersebut menunjukkan adanya tingkat kemiskinan yang cukup tinggi di Kabupaten Simalungun hingga dibutuhkan pagu RASKIN dalam jumlah yang cukup besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga miskin di Kabupaten Simalungun. Adapun jumlah Pagu RASKIN untuk rumah tangga miskin menurut Kecamatan di Kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut :

4 Tabel 1. Daftar Pagu RASKIN Kecamatan se Kabupaten Simalungun Tahun 2012 NO KECAMATAN / NAGORI Jumlah RTS Penerima Manfaat RTS Jumlah Beras (15 kg /KK) Kg. 1 Bandar RTS x 15 kg ,00 Kg 2 Bandar Huluan RTS x 15 kg ,00 Kg 3 Bandar Masilam RTS x 15 kg ,00 Kg 4 Bosar Maligas RTS x 15 kg ,00 Kg 5 Dolok Pardamean RTS x 15 kg ,00 Kg 6 Dolok Silau RTS x 15 kg ,00 Kg 7 Dolok Batu Nanggar RTS x 15 kg ,00 Kg 8 Dolok Panribuan RTS x 15 kg ,00 Kg 9 Girsang Sipangan Bolon 883 RTS x 15 kg ,00 Kg 10 Gunung Malela RTS x 15 kg ,00 Kg 11 Gunung Maligas RTS x 15 kg ,00 Kg 12 Haranggaol Horison 889 RTS x 15 kg ,00 Kg 13 Hatonduan RTS x 15 kg ,00 Kg 14 Huta Bayu Raja RTS x 15 kg ,00 Kg 15 Jawa Maraja Bah Jambi RTS x 15 kg ,00 Kg 16 Jorlang Hataran RTS x 15 kg ,00 Kg 17 Purba RTS x 15 kg ,00 Kg 18 Panei RTS x 15 kg ,00 Kg 19 Panombean Pane RTS x 15 kg ,00 Kg 20 Pematang Bandar RTS x 15 kg ,00 Kg 21 Pematang Sidamanik RTS x 15 kg ,00 Kg 22 Pematang Silimakuta RTS x 15 kg ,00 Kg 23 Raya RTS x 15 kg ,00 Kg 24 Raya Kahean RTS x 15 kg ,00Kg 25 Siantar RTS x 15 kg ,00 Kg 26 Sidamanik RTS x 15 kg ,00 Kg 27 Silau Kahean RTS x 15 kg ,00 Kg 28 Silimakuta RTS x 15 kg ,00 Kg 29 Tanah Jawa RTS x 15 kg ,00 Kg 30 Tapian Dolok RTS x 15 kg ,00 Kg 31 Ujung Padang RTS x 15 kg ,00 Kg JUMLAH RTS x 15 kg ,00 Kg Sumber : Badan Urusan Logistik, 2013 Berdasarkan Tabel 1 di atas, Kecamatan Siantar adalah salah satu daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang besar untuk Kabupaten Simalungun. Jumlah rumah tangga yang menjadi sasaran penerimaan manfaat RASKIN sebesar RTS

5 dengan total penerimaan pagu RASKIN sebesar Kg selama 8-10 kali penyaluran dalam setahun. Pendataan rumah tangga miskin dilaksanakan dengan tujuan khusus untuk memfasilitasi pemerintah guna memungkinkan penyaluran RASKIN untuk rakyat miskin, dimana pendataan rumah tangga miskin di Desa Sitalasari dilakukan oleh tim survei PLSBPS yang dilaksanakan selama tiga tahun sekali. Jumlah RTS di Desa Sitalasari yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jumlah rumah tangga miskin mengakibatkan berkurangnya jumlah RASKIN yang diterima oleh RTS. Melihat permasalahan diatas penelitian ini dilakukan terkait dengan masalah keefektifan dalam hal pendistribusian RASKIN di Kabupaten Simalungun. Hal ini sangat diperlukan bagi para pengelola program RASKIN dalam mengevaluasi dan menilai efektifitas pelaksanaan program RASKIN. Kajian menelaah tentang program subsidi RASKIN di Kabupaten Simalungun masih sangat terbatas, khususnya di Desa Sitalasari Kecamatan Siantar. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengisi keterbatasan tersebut dengan lebih memfokuskan kajian pada masalah keefektifan pelakasanaan distribusi RASKIN di daerah tersebut. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana mekanisme penentuan Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima manfaat RASKIN di daerah penelitian? 2. Bagaimana mekanisme distribusi RASKIN di daerah penelitian?

6 3. Berapa surplus konsumen yang diterima oleh tiap Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima RASKIN? 4. Bagaimana tingkat efektifitas program distribusi beras miskin di daerah penelitian (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu, tepat administrasi, dan tepat waktu)? Tujuan Penelitian Dari permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penentuan Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima beras RASKIN di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme distribusi RASKIN di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui berapa surplus konsumen yang diterima oleh tiap penentuan Rumah Tangga Sasaran (RTS) pemerima RASKIN. 4. Untuk menganalisis tingkat efektifitas program distribusi beras miskin (tepat sasaran, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu, tepat administrasi, dan tepat waktu) di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran dalam kajian program subsidi RASKIN terkait dengan keefektifan pelaksanaan program tersebut bagi Rumah Tangga Sasaran (RTS) penerima RASKIN. 2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait lainnya dalam mengambil kebijakan khususnya yang berhubungan dengan distribusi

7 RASKIN khususnya di desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun. 3. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi di program studi Agribisnis Fakultas Pertanian dan sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian selanjutnya oleh pihak yang membutuhkan.

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN HABONARON DO BONA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS BADAN KABUPATEN PUSAT STATISTIK SIMALUNGUN No. 02/12/1209/Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 62.188 RUMAH TANGGA, TURUN

Lebih terperinci

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Pengumpulan Data Data primer Data Sekunder Tidak Cukup Ya Formulasi Masalah Evaluasi Aspek Selesai Lampiran 2. Kuisioner pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian PEMANFAATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak 126.332 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak 33 Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 15 BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemekaran kabupaten Simalungun seperti sebuah kemustahilan, hal ini jika dilihat dari pertama kali dilontarkan tanggal 22 Juni 2001 sampai sekarang belum terealisasi.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN. II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN. II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun II.1.1. Geografis Secara geografis, Kabupaten Simalungun terletak di antara 36' 2-3 18 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012 ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN Nur Aini*, Robinson Tarigan**, dan Rujiman** *Alumni PWD SPs USU

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN ABSTRACT The purpose of this study is to determine districts as growth center in Kabupaten Simalungun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN TESIS Oleh NURMELY VIOLITA SITORUS 117039011/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak terjadinya krisis moneter dan ekonomi pada tahun 1997, jumlah persentase penduduk miskin meningkat secara drastis. Berbagai upaya penanggulangan selama sekitar

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.-

P U T U S A N. Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.- P U T U S A N Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat 2 BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat khususnya dalam bidang industri. Oleh karena itu, dunia industri dituntut memiliki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi

BAB I PENDAHULUAN. dari perjuangan merebut kemerdekaan menjadi langkah baru bagi generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan merupakan hasil perjuangan bangsa Indonesia oleh generasi terdahulu. Namun bukan berarti perjuangan berakhir di titik ini saja, karena akhir dari

Lebih terperinci

CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA

CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA 2016 CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA RETNO YUNIAR AZARINE 3614100027 MATA KULIAH : ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN JURUSAN

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 50 tahun / 28 Juni 1963

P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 50 tahun / 28 Juni 1963 P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus.

BAB I PENDAHULUAN. bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan berkelanjutan secara terus menerus. Kebutuhan

Lebih terperinci

PAGU INDIKATIF DANA DESA SETIAP NAGORI DI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2016

PAGU INDIKATIF DANA DESA SETIAP NAGORI DI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2016 Lampiran : Peraturan Bupati Simalungun Nomor : 6 Tahun 2016 Tanggal : 21 Maret 2016 Tentang : TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP NAGORI DI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2015.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2015 Nomor : 01/ POKJA.KONSTRUKSI-ULP/UNDANGAN /DINKES/2015 Kepada Yth : 1. cv. indrico perkasa Jalan Sidamanik No. 6a Pematangsiantar 2 cv.putma jaya putra JLN.KPT R BUDIN LK 13 KOMP KPUM BLOK 19 NO.362 Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangganya. Program raskin tersebut merupakan salah satu program BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Raskin adalah salah satu program pemerintah untuk membantu masyarakat yang miskin dan rawan pangan, agar mereka mendapatkan beras untuk kebutuhan rumah tangganya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris. Lebih dari 50% penduduk hidup dari kegiatan yang langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pertanian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu faktor yang menentukan tingkatan kesejahteraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masayarakat merupakan suatu permasalah yang sangat penting dan perlu perhatian khusus oleh pemerintah. Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan penulis mengenai distribusi raskin di Desa Bukit Lipai Kecamatan Batang Cenaku Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pemetaan perubahan penggunaan lahan meningkat sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data penginderaan jauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN :

BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN : POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2016 BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN : 1 Jasa Konsultansi Penyusunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

Kajian Ketahanan Pangan Daerah: Pilot Project Komoditi Beras Di Kabupaten Simalungun

Kajian Ketahanan Pangan Daerah: Pilot Project Komoditi Beras Di Kabupaten Simalungun 1 2 Kajian Ketahanan Pangan Daerah: Pilot Project Komoditi Beras Di Kabupaten Simalungun Bank Indonesia Perwakilan Pematangsiantar MOU : LPPM Universitas Simalungun dan Bank Indonesia Perwakilan Pematangsiantar

Lebih terperinci

ANALISIS POLA PENGELUARAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS POLA PENGELUARAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN SIMALUNGUN ANALISIS POLA PENGELUARAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KABUPATEN SIMALUNGUN LAILAN SAFINA HASIBUAN 1 Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara emai :lailanhsb@gmail.com RIKA LESTARI 2 Alumni

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan

I. PENDAHULUAN. dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia agar bisa hidup sehat dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari serta berkelanjutan. Diantara kebutuhan yang lainnya, pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia, masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan yang harus ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan masyarakat. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak awal kemerdekaannya Bangsa Indonesia telah bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana yang tertuang dalam alinea ke empat Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN)

ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) ANALISIS EFEKTIFITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus : Desa Sitalasari Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun) Juniati Bakkara *), Rahmanta Ginting **), Emalisa **) *) Alumni Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi tersebut jauh di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pangan adalah kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Di Indonesia, pangan diidentikan dengan beras. Hampir 95% dari penduduknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Beras memiliki urutan utama dari jenis bahan pangan yang dikonsumsi. Hampir seluruh penduduk Indonesia menjadikan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 10/POKJA-I/E.TENDER-3/PK/DBM-2013

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 10/POKJA-I/E.TENDER-3/PK/DBM-2013 PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN KELOMPOK KERJA (POKJA) - I Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Simalungun PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan produksi ton. Sementara data tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan produksi ton. Sementara data tahun 2011 menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ubi kayu merupakan tanaman serbaguna. Batang, daun dan umbinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri. Batang ubikayu dapat dimanfaatkan untuk bibit, papan partikel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia telah mempunyai perhatian besar terhadap terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana termuat dalam alinea

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI. ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun ) SKRIPSI.

EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI. ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun ) SKRIPSI. EFEKTIVITAS PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI ( Studi Pada Nagori Kahean, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kabupaten Simalungun ) SKRIPSI Disusun Oleh FERAWATI PAULINA SAGALA 050903079 DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN BAB VI EFEKTIFITAS KONTROL PROGRAM RASKIN 6.1. Kontrol dalam Kebijakan Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Raskin di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Program pemerintah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi masalah yang krusial di negara berkembang seperti Indonesia. Negara Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau dan tersebar dari Sabang sampai Merauke

Lebih terperinci

POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2016

POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2016 POKJA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2016 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN (BAPP) KEGIATAN : 8 9 10 11 Pengadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula

BAB 1 PENDAHULUAN. rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 95% jumlah penduduk Indonesia mengkonsumsi beras, dengan rata-rata konsumsi beras sebesar 102kg/jiwa/tahun (BPS, 2013). Hal ini pula yang mendorong beras menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan salah satu dari hak asasi manusia yang telah dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Sehingga pada saat terjadi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 70 TAHUN 1999 (70/1999) TENTANG PEMINDAHAN IBUKOTA DAERAH KEBUPATEN SIMALUNGUN DARI WILAYAH DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR KE KECAMATAN RAYA DI WILAYAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEMATANG SIANTAR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SIMALUNGUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT

ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN ABSTRACT ANALISIS EFEKTIVITAS DISTRIBUSI BERAS MISKIN (RASKIN) DI KOTA MEDAN Mutiara Sani*), Satia Negara Lubis**), Sinar Indra Kesuma***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PEMILIHAN LANGSUNG PASCAKUALIFIKASI E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIKELOLA OLEH DINAS BINA MARGA KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 dan 34 mengamanatkan bahwa pemerintah wajib menjamin kehidupan fakir miskin, anak-anak terlantar, mengembangkan sistem jaminan sosial,

Lebih terperinci

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan

10. Satuan kerja beras miskin yang selanjutnya disebut Satker Raskin adalah petugas yang melayani dan bertangung jawab atas pengambilan dan BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS MISKIN KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang berusaha membangun dalam segala bidang aspek seperti politik, sosial, pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan hal-hal yang mendasari penelitian ini. Hal-hal tersebut meliputi latar belakang dan rumusan masalah dari penelitian. Bab ini juga akan membahas tujuan, manfaat,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun BERITA DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 1 Seri E.7 PERATURAN WALIKOTA PADANG PANJANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM PENYALURAN BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DI KOTA SURABAYA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna kelancaran

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDISTRIBUSIAN BERAS MISKIN DIKOTA SURABAYA TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 6/DPD RI/I/2013-2014 TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1991 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BRASTAGI MARDINDING DI WILAYAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KARO, KECAMATAN PEMATANG BANDAR, HUTABAYU RAJA DAN UJUNG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. agraris beras menjadi komoditas pangan yang paling pokok bagi sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mayoritas penduduk Indonesia bermatapencaharian sebagai petani, hal tersebut dijadikan parameter bahwa Indonesia adalah negara agraris. Sebagai Negara agraris beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan dikehendaki oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemiskinan merupakan penyakit sosial ekonomi terbesar yang samapai saat ini masih dialami oleh bangsa Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 1991 (KABUPATEN/DATI II. PEMERINTAH DAERAH. SUMATERA UTARA. Karo. ) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat)

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat) ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI RASKIN (Studi Kasus : Desa Securai Utara, Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat) SKRIPSI Oleh : YANITA SARI 030304042 SEP-AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISBIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa kebijakan atau program penanggulangan kemiskinan. itu sendiri sebagai manusia yang memiliki hak-hak dasar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi perhatian pemerintah, terutama penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan yang merupakan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya strategi dalam memasarkan produk. Didalam suatu perekonomian yang sifatnya kompetitif, perusahaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia bisnis untuk tetap bertahan tidaklah hal yang mudah. Banyak perusahaan yang tidak mampu mempertahankan eksistensinya, dan hal yang menjadi penghambat

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berkembang yang kemiskinannya masih merajalela. Padahal Indonesia sebagai negara yang melimpah kekayaan alamnya. Perekonomian

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO tahun 2001 dalam buku karangan Haryadi, beras merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO tahun 2001 dalam buku karangan Haryadi, beras merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primernya, dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah makanan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Raskin adalah hak masyarakat berpendapatan rendah yang. diberikan dan ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. Raskin adalah hak masyarakat berpendapatan rendah yang. diberikan dan ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencukupi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin adalah hak masyarakat berpendapatan rendah yang diberikan dan ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka mencukupi sebagian kebutuhan pangan pokok dalam bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Raskin merupakan penyempurnaan dari Instrumen Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus (OPK) karena penurunan daya beli sejak krisis ekonomi tahun 1997.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.a/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.a/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.a/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PEMILIHAN LANGSUNG PASCAKUALIFIKASI E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIKELOLA OLEH DINAS BINA MARGA KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Hal tersebut disebabkan oleh pertambahan penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

- Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958; Undang-Undang Nomor 17

- Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 60 Tahun 1958; Undang-Undang Nomor 17 SISTEM AKUNTANSI PERBUP KABUPATEN MALUKU TENGGARA NO. 1.a TAHUN 2012 2012 PERATURAN BUPATI KABUPATEN MALUKU TENGGARA TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA ABSTRAK : - Bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan terus tumbuhnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan konsumsi listrik juga mengalami pertumbuhan pesat. Pembangunan sistem kelistrikan saat ini sudah tidak

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN BESARAN BIAYA PENGGANTI TRANSPORT DISTRIBUSI PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 45 WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 836 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 269 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA, SP-36, NPK PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI

ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA, SP-36, NPK PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN SKRIPSI ANALISIS PEMASARAN PUPUK BERSUBSIDI (UREA, ZA, SP-36, NPK PHONSKA) DI KABUPATEN SIMALUNGUN (Studi Kasus: Kecamatan Jorlang Hataran, Kelurahan Tiga Balata) SKRIPSI MELDA R. SIRAIT 030304040 SEP-AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden RTS-PM (Rumah Tangga IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdassarkan sebaran kuisioner terhadap 72 responden (Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat) di Kelurahan Sukabumi Indah diperoleh klasifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Tidak ada bedanya penyakit sosial ini melanda negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. negara. Tidak ada bedanya penyakit sosial ini melanda negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan krusial yang perlu untuk dicarikan solusinya. Fenomena sosial ini kerap menjadi kendala pembangunan di berbagai negara. Tidak

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM PROVINSI PAPUA PERATURAN BUPATI JAYAPURA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2015 BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SIKAP RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT (RTS-PM) TERHADAP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN)

SIKAP RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT (RTS-PM) TERHADAP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) SIKAP RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT (RTS-PM) TERHADAP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DISTRIBUSI BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN (RASKIN) (Studi Kasus: Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyetabil harga bahan pokok di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyetabil harga bahan pokok di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Urusan Logistik (Bulog) sebagai penyetabil harga bahan pokok di Indonesia semakin hari seakan semakin mendapat reputasi yang kurang baik di mata masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah tertentu dan berada di wilayah hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Simalungun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Simalungun Tahun BAB I PENDAHULUAN Laporan kinerja adalah bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unit instansi pemerintah atas penggunaan anggaran yang bertujuan memberikan informasi kinerja yang terukur kepada

Lebih terperinci