ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN"

Transkripsi

1 Jurnal Ekonom, Vol 15, No 4, Oktober 2012 ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN Nur Aini*, Robinson Tarigan**, dan Rujiman** *Alumni PWD SPs USU **Dosen FE/PWD SPs USU Abstract: Simalungun is an area that has excellent potential in agriculture and tourism, then it is fitting for planning education in Simalungun more oriented on agriculture and tourism. The research was conducted in Simalungun taking place Silimakuta District, District Bosar Maligas, and District Girsang Sipangan Bolon. The method of analysis used in this study is an analysis of LQ and gravity analysis with a sample of 100 respondents from a population of people. Sampling of respondents based on probability sampling. From the research dperoleh that potential-based vocational potential areas in the District Silimakuta, Bosar Maligas District, and District Girsang Sipangan Bolon based on the Location Quotient (LQ) the number of workers per sector in 2011 can be identified that Simalungun Silimakuta district is the base on agriculture with values LQ. Maligas Bosar districts are the basis for the industrial sector has the largest LQ value than other districts in the amount of Simalungun. Girsang districts Sipangan Bolon is the base in the tourism sector with a value of LQ. Abstrak: Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis LQ dan analisis gravitasi dengan jumlah sampel responden 100 orang dari orang jumlah populasi. Pengambilan sampel responden berdasarkan probability sampling. Dari hasil penelitian dperoleh bahwa potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2,2226. Kata kunci: lokasi SMK, potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata, daya tarik kecamatan PENDAHULUAN Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat dilimpahkan kepada daerah untuk menangani urusannya masing-masing. Di Indonesia otonomi daerah tidak dilaksanakan secara frontal untuk segala urusan, tetapi sebagian urusan daerah tidak lagi diintervensi oleh pemerintah pusat. Mengingat kondisi ini, maka diharapkan dapat mendorong kemajuan daerah berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimiliki. Penataan otonomi daerah yang seluas-luasnya akan mempengaruhi penataan institusi dan berdampak pada 132

2 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 manajemen berbagai sumber daya yang ada di daerah. Apabila otonomi daerah dikonsentrasikan di wilayah kota atau kabupaten, maka provinsi tidak lagi sebagai pemerintah otonom, tetapi bersifat koordinatif. Wewenang penyelenggaraan segala urusan berada pada tingkat kota atau kabupaten. Hal ini akan membawa dampak pada penataan sistem pendidikan, termasuk organisasi penyelenggara, kurikulum, penataan Sumber Daya Manusia (SDM), pendanaan, sistem manajemen, sarana prasarana, dan pengembangan pendidikan daerah. Pendidikan merupakan salah satu indikator dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada suatu wilayah. Keberhasilan pembangunan dalam suatu wilayah terletak pada sejauhmana sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut mampu mengelola sumber daya alam yang ada dan mengembangkan wilayah tersebut menjadi maju. Maju tidaknya suatu wilayah ditentukan oleh peran SDM yang ada pada wilayah tersebut. Oleh karena itu, sangat diperlukan program-program pembangunan sumber daya manusia secara lokal di suatu wilayah untuk dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan melalui perencanaan pembangunan pendidikan yang terarah dan mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini. Keberhasilan pembangunan pendidikan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat setempat. Perencanaan pembangunan pendidikan yang baik adalah perencanaan yang dapat menjawab masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan serta mampu mengantisipasi hal-hal negatif yang akan terjadi di masa yang akan datang. Pentingnya pemilikan SDM berkualitas juga dirasakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur (Matondang, 2010). Nachrowi dan Suhandojo (2001) menyatakan dalam pengembangan suatu wilayah sebagai strategi pembangunan nasional ada tiga pilar yang mempunyai hubungan yang erat dan harus saling berinteraksi yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi. Suatu wilayah yang mempunyai sumberdaya alam yang cukup kaya dan sumberdaya manusia yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan teknologi akan cepat berkembang dibanding wilayah lain. Agar pendidikan tersebut berkualitas dan berdampak bagi suatu pengembangan wilayah maka perlu dilakukan perencanaan pendidikan yang melibatkan kegiatan multidisipliner yang memperhatikan masalah-masalah demografi, ekonomi, keuangan, pemerintah, pedagogi, statistic persekolahan, lingkungan, sosial budaya dan aspek lainnya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perencanaan pendidikan (Enoch, dalam Matondang, 2009). Artinya perencanaan pendidikan dilakukan secara komprehensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek sehingga pendidikan itu dapat berfungsi dengan baik menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas secara menyeluruh. Menyeluruh dalam pengertian semua warga negara mendapatkan kesempatan untuk belajar sehingga masingmasing memiliki kemampuan untuk mendukung pembangunan suatu wilayah ataupun negara. Karenanya suatu wilayah dalam proses pembangunannya sangat ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, sumber daya manusia berkualitas merupakan faktor yang menentukan maju tidaknya suatu wilayah. Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan perencanaan yang komprehensif dengan melibatkan indikatorindikator ekonomi, kependudukan, kependidikan maupun potensi sumber daya alam. Sejalan dengan hal itu, strategi kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia diarahkan pada kemampuan kecakapan/keterampilan hidup (life skill) para peserta didik. Pendidikan kecakapan 133

3 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik hidup ini sangat relevan dengan pengembangan pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. (UU Sisdiknas No: ). Sekolah Menengah Kejuruan adalah salah satu subsistem dari sistem pendidikan nasional dengan tugas utamanya adalah mempersiapkan lulusannya memasuki dunia kerja, mengisi keperluan tenaga terampil tingkat menengah. Dipertegas melalui PP 29 tahun 1990 Pasal 1 ayat 3 bahwa, Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan pada jenjang menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Dengan sekolah kejuruan diharapkan dapat menyiapkan peserta didik menjadi manusia Indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Utara, Kabupaten Simalungun termasuk dalam kawasan dataran tinggi Sumatera Utara yang dikenal dengan wilayah Dataran Tinggi Bukit Barisan. Pada dasarnya kawasan Dataran Tinggi Bukit Barisan Sumatera Utara merupakan wilayah yang memiliki potensi dan sektor unggulan di bidang pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Kabupaten Simalungun merupakan daerah yang mempunyai potensi unggulan dalam sektor pertanian dan pariwisata, maka sudah selayaknyalah perencanaan pembangunan pendidikan di Kabupaten Simalungun lebih diorientasikan pada sektor pertanian dan pariwisata. Selain itu dengan adanya Kawasan Ekonomi Khusus di Sei Mangkei perlu juga pembangunan pendidikan berorientasi industri. Potensi pertanian terdapat di Kecamatan Silimakuta karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Agropolitan Simalungun yang berpusat di Nagori Saribu Dolok Kecamatan Silimakuta. Kawasan ini merupakan pusat kegiatan agropolitan yang pengembangan dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan pertanian off farm, yang saat ini telah dilengkapi dengan sub terminal agribisnis (STA). Potensi pariwisata terdapat di Kecamatan Girsang Sipangan Bolon karena merupakan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) budaya, lingkungan dan pariwisata. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kecamatan Dolok Pardamean dan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan KSK budaya, lingkungan dan pariwisata yang berpusat di Parapat Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, yang potensinya antara lain : a ) memiliki keunggulan wisata alam (danau dan pemandangan alam) yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata yang memadai. Dimana, direncanakan akan dibangun pelabuhan fery untuk memudahkan wisatawan mengunjungi kawasan ini, dan b) memiliki potensi lingkungan berupa hutan maupun satwa yang unik (Parherekan di Sibatuloting). Potensi industri terdapat di Kecamatan Bosar Maligas karena merupakan Kawasan strategis Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Kawasan Sei Mangkei ini merupakan kawasan perdagangan dan industri sebagai pusat kegiatan strategis untuk pengembangan wilayah Simalungun bagian timur dan juga keberadaannya yang berbatasan dengan Kabupaten Batubara. Pendidikan kejuruan pertanian, pariwisata, dan industri merupakan suatu proses pembentukan sumber daya manusia pertanian, pariwisata, industri yang berkualitas, terampil dan mandiri serta mempunyai daya saing yang tangguh untuk menghadapi tantangan-tantangan yang terjadi pada masa era globalisasi saat ini serta mengantisipasi hal-hal negatif di masa yang akan datang. Permasalahan yang harus dipikirkan pada saat ini adalah bagaimana agar sektor pertanian, pariwisata dan industri di Kabupaten Simalungun mengalami kemajuan dan bukan menjadi sektor yang ditinggalkan oleh karena tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Selama ini sektor pertanian, pariwisata dan industri cenderung ditinggalkan dan banyak 134

4 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 daerah yang mencoba beralih ke sektor ekonomi yang dianggap lebih maju dan memiliki prospek yang cerah, yang menjadi poin penting adalah biarlah daerah yang berpotensi sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetap menjaga citra dirinya sebagai daerah pertanian, pariwisata dan industri tetapi juga dapat membenahi diri untuk tetap bisa eksis dan menjadi basis pertanian, pariwisata dan industri yang menjanjikan kemajuan dan pengembangan wilayahnya. Jika pembangunan pertanian, pariwisata dan industri di Kabupaten Simalungun tidak dimulai dari pembangunan SDM pertanian melalui suatu perencanaan pendidikan yang berorientasi untuk menciptakan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas, maka di masa yang akan datang Kabupaten Simalungun tidak akan mampu bersaing dan dapat menjadi daerah yang tertinggal. Selama ini latar belakang pendidikan SDM pertanian, pariwisata, dan industri khususnya petani pada umumnya hanya lulusan SD ataupun tidak lulus SD. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan peranan Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun untuk dapat memberikan perhatian terhadap pengembangan, pembangunan dan peningkatan SDM pertanian di Kabupaten Simalungun. Perencanaan pengembangan pendidikan berbasis potensi wilayah dalam hal strategi pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian, Pariwisata dan Industri di Kabupaten Simalungun merupakan salah satu jawaban untuk mempersiapkan dan meningkatkan SDM pertanian, pariwisata dan industri yang berkualitas di masa yang akan datang. Pengembangan sekolah kejuruan dewasa ini masih dilakukan berdasarkan animo masyarakat dengan jurusan yang sedang tren, sehingga lulusan sekolah kejuruan cenderung memilih untuk mencari kerja di daerah perkotaan pada sektor formal. Kondisi seperti ini menjadikan perkembangan daerah menjadi lambat karena tenaga-tenaga terampil yang mestinya bisa diarahkan untuk membangun daerahnya malah memilih untuk bekerja di daerah lain. Mungkin akan berbeda kondisinya jika pengembangan sekolah kejuruan diarahkan pada pengembangan potensi wilayah, dengan kata lain pengembangan sekolah kejuruan berbasis pengembangan wilayah. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan kepadanya. Hal ini sudah pasti harus memperlihatkan aspek lingkungan dalam hal ini perlu diperhatikan aspek kebutuhan, situasi, keadaan, lokasi, keadaan perekonomian dan juga aspek social politik. Maka perencanaan pendidikan yang dilakukan harus komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Permasalahannya adalah pembangunan sekolah baru tanpa disertai dengan analisis lokasi yang memadai. Lokasi sekolah di bangun tanpa mempertimbangkan dimana sebenarnya sekolah tersebut dikehendaki calon murid. Untuk itu perlu adanya keselarasan antara kebijakan pengembangan wilayah dan pengembangan potensi wilayah serta di dukung pula dengan peningkatan SDM. Penerapan kebijakannya adalah memprioritaskan adanya sekolah kejuruan yang dapat menampung penduduk usia sekolah menengah untuk memperoleh pendidikan sekolah kejuruan dan selanjutnya lulusan sekolah kejuruan tersebut dapat mengembangkan wilayah dan melakukan pembangunan di Kabupaten Simalungun. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Simalungun yang mengambil lokasi Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah Kecamatan Silimakuta (pertanian), Kecamatan Bosar Maligas (industri) dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon (pariwisata) dalam rangka spesialisasi keunggulan perekonomian wilayah kecamatan Kabupaten Simalungun menggunakan analisis LQ. Secara umum, metode analisis LQ digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis. 135

5 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dilakukan berdasarkan rangking urutan dari rataan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah berdasarkan rangking urutan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di wilayah kecamatan tersebut. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kecamatan Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten Simalungun Analisis LQ Daya Tarik Rataan Nilai Kriteria Kriteria Rank Silimakuta 1,1867 Basis 11 Rendah 14 12, Pematang Silimakuta 1,3299 Basis 4 Rendah Purba 1,3605 Basis 2 Rendah Haranggaol Horison 0,6073 Non Basis 28 Rendah Dolok Pardamean 1,3338 Basis 3 Rendah Sidamanik 1,0737 Basis 16 Rendah Pematang Sidamanik 1,2490 Basis 7 Rendah Girsang Sipangan Bolon 0,6030 Non Basis 29 Rendah Tanah Jawa 0,9532 Non Basis 17 Tinggi 4 10,5 7 5 Hatonduhan 1,3193 Basis 5 Rendah 26 15, Dolok Panribuan 1,2558 Basis 6 Rendah 9 7,5 3 - Jorlang Hataran 1,2285 Basis 8 Sedang Panei 1,1899 Basis 10 Tinggi 3 6,5 1 - Panombeian Panei 1,2274 Basis 9 Sedang Raya 0,9273 Non Basis 19 Rendah 18 18, Dolok Silou 1,3673 Basis 1 Rendah 30 15, Silou Kahean 0,9477 Non Basis 18 Rendah 31 24, Raya Kahaean 1,0742 Basis 15 Rendah Tapian Dolok 0,5938 Non Basis 30 Rendah Dolok Batu Nanggar 0,6361 Non Basis 26 Rendah Siantar 0,6886 Non Basis 24 Sedang 7 15, Gunung Malela 0,8692 Non Basis 21 Rendah Gunung Maligas 0,7511 Non Basis 22 Rendah 15 18, Hutabayu Raja 1,1916 Basis 12 Rendah 13 12, Jawa Maraja Bah Jambi 1,0921 Basis 13 Sedang 6 9,5 6 - Pematang Bandar 1,0809 Basis 14 Tinggi Bandar Huluan 0,9187 Non Basis 20 Rendah 19 19, Bandar 0,7263 Non Basis 23 Tinggi Bandar Marsilam 0,6744 Non Basis 25 Rendah 24 24, Bosar Maligas 0,2890 Non Basis 31 Rendah Ujung Padang 0,6360 Non Basis 27 Rendah Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Jlh SMK 136

6 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Dolok Panribuan, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Jorlang Hataran, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Purba, Kecamatan Dolok Pardamean, Kecamatan Bandar dan Kecamatan Silimakuta, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pertanian di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan Kecama tan Rank Analisis LQ Daya Tarik Rataan Jlh SMK Nilai Kriteria Kriteria Silimaku 14 1,1867 Basis 11 Rendah 12,5 ta 11 - Purba 1,3605 Basis 2 Rendah Dolok 21 Pardame 1,3338 Basis 3 Rendah 12 - an 9 Tanah 0,9532 Non 4 17 Tinggi 10,5 Jawa Basis 7 5 Dolok 9 Panribua1,2558 Basis 6 Rendah 7,5 - n 3 Jorlang Hataran 1,2285 Basis 8 Sedang Panei 1,1899 Basis 10 Tinggi 3 6,5 1 - Panomb 5 eian 1,2274 Basis 9 Sedang 7 - Panei 2 Jawa 6 Maraja 1,0921 Basis Bah 13 Sedang 9,5 - Jambi 6 Pematan g Bandar 1,0809 Basis 14 Tinggi Bandar 0,7263 Non 1 23 Tinggi 12 Basis Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panei berada pada rangking urutan pertama, merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Panombeian Panei, hal ini disebabkan Kecamatan Panombeian Panei berada pada rangking urutan kedua, merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian prioritas ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Panribuan walaupun memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kecamatan ini berada pada rangking urutan ketiga, merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK. Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan prioritas keempat dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keenam, hal ini disebabkan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi merupakan sektor basis, memiliki daya tarik sedang, belum memiliki SMK. Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Panribuan merupakan prioritas kelima dan keenam dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan kedelapan dan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK. Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jorlang Hataran merupakan prioritas ketujuh dan kedelapan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan keempat dan kelima, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut merupakan sektor basis, memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, namun masing-masing memiliki 3 dan 2 SMK. Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Bandar bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian walaupun berada pada rangking urutan 7 dan urutan 10 dan memiliki daya tarik tinggi, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pertanian dan telah memiliki SMK masingmasing sebanyak 5 dan 12 SMK. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel

7 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik Tabel 3. Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten Simalungun Kecamatan Rank Analisis LQ Daya Tarik Rataan Jlh SMK Nilai Kriteria Kriteria Silimakuta 0,0523 Non Basis 27 Rendah 14 20, Pematang Silimakuta 0,0269 Non Basis 29 Rendah 28 28, Purba 0,0225 Non Basis 30 Rendah Haranggaol Horison 0,0138 Non Basis 31 Rendah 22 26, Dolok Pardamean 0,0838 Non Basis 23 Rendah Sidamanik 1,5040 Basis 7 Rendah 10 8,5 4 2 Pematang Sidamanik 0,3789 Non Basis 17 Rendah Girsang Sipangan Bolon 0,0555 Non Basis 26 Rendah 25 25, Tanah Jawa 1,0306 Basis 11 Tinggi 4 7,5 3 5 Hatonduhan 0,1299 Non Basis 21 Rendah 26 23, Dolok Panribuan 0,1332 Non Basis 20 Rendah 9 14, Jorlang Hataran 0,0998 Non Basis 22 Sedang Panei 0,5239 Non Basis 15 Tinggi Panombeian Panei 0,2556 Non Basis 18 Sedang 5 11, Raya 1,1067 Basis 10 Rendah Dolok Silou 0,0830 Non Basis 24 Rendah Silou Kahean 0,0384 Non Basis 28 Rendah 31 29, Raya Kahaean 0,0792 Non Basis 25 Rendah Tapian Dolok 2,4246 Basis 3 Rendah 16 9,5 9 - Dolok Batu Nanggar 2,3210 Basis 4 Rendah Siantar 2,6984 Basis 2 Sedang 7 4,5 2 6 Gunung Malela 0,5397 Non Basis 13 Rendah Gunung Maligas 1,9108 Basis 6 Rendah 15 10, Hutabayu Raja 0,2502 Non Basis 19 Rendah Jawa Maraja Bah Jambi 0,5261 Non Basis 14 Sedang Pematang Bandar 0,3851 Non Basis 16 Tinggi Bandar Huluan 0,7200 Non Basis 12 Rendah 19 15, Bandar 1,3149 Basis 8 Tinggi 1 4, Bandar Marsilam 1,2736 Basis 9 Rendah 24 16, Bosar Maligas 6,9196 Basis 1 Rendah Ujung Padang 2,2400 Basis 5 Rendah Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Siantar, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Sidamanik, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tapian Dolok dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. 138

8 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 Tabel 4. Alternatif Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Industri di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan Kecamatan Rank Analisis LQ Daya Tarik Rataan Jlh SMK Nilai Kriteria Kriteria Sidamanik 1,5040 Basis 7 Rendah 10 8,5 4 2 Tanah Jawa 1,0306 Basis 11 Tinggi 4 7,5 3 5 Panei 0,5239 Non Basis 15 Tinggi Tapian Dolok 2,4246 Basis 3 Rendah 16 9,5 9 - Dolok Batu Nanggar 2,3210 Basis 4 Rendah Siantar 2,6984 Basis 2 Sedang 7 4,5 2 6 Jawa Maraja Bah Jambi 0,5261 Non Basis 14 Sedang Pematang Bandar 0,3851 Non Basis 16 Tinggi Bandar 1,3149 Basis 8 Tinggi 1 4, Bosar Maligas 6,9196 Basis 1 Rendah Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Berdasarkan tabel alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kedua dapat dilakukan di Kecamatan Tapian Dolok, walaupun berada pada rangking urutan kesembilan dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Tapian Dolok merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas ketiga dan keempat dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Sidamanik, walaupun berada pada rangking urutan kelima dan keempat, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK dan 2 SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri prioritas kelima, keenam dan ketujuh dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, walaupun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, kedua dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK. Kecamatan Panei, Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan 7, 8 dan 10 serta Kecamatan Panei dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor industri. Hasil rataan rangking urutan analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun dapat dilihat pada Tabel

9 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik Tabel 5. Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan dalam Penentuan Lokasi SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten Simalungun Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan Nilai Kriteria Kriteria Rank Silimakuta 0,8198 Non Basis 20 Rendah Pematang Silimakuta 0,4524 Non Basis 27 Rendah 28 27, Purba 0,2339 Non Basis 31 Rendah 20 25, Haranggaol Horison 2,3081 Basis 1 Rendah 22 11,5 7 - Dolok Pardamean 0,3696 Non Basis 29 Rendah Sidamanik 0,8236 Non Basis 19 Rendah 10 14, Pematang Sidamanik 0,6063 Non Basis 23 Rendah Girsang Sipangan Bolon 2,2226 Basis 2 Rendah 25 13, Tanah Jawa 1,0189 Basis 16 Tinggi Hatonduhan 0,4897 Non Basis 28 Rendah Dolok Panribuan 0,6003 Non Basis 24 Rendah 9 16, Jorlang Hataran 0,5970 Non Basis 25 Sedang 8 16, Panei 0,6608 Non Basis 22 Tinggi 3 12, Panombeian Panei 0,5915 Non Basis 26 Sedang 5 15, Raya 1,0718 Basis 13 Rendah 18 15, Dolok Silou 0,2904 Non Basis 30 Rendah Silou Kahean 1,6848 Basis 6 Rendah 31 18, Raya Kahaean 1,0545 Basis 15 Rendah Tapian Dolok 1,4428 Basis 9 Rendah 16 12, Dolok Batu Nanggar 1,5353 Basis 8 Rendah Siantar 1,0595 Basis 14 Sedang 7 10,5 6 6 Gunung Malela 1,2283 Basis 12 Rendah 11 11,5 8 1 Gunung Maligas 1,2793 Basis 11 Rendah Hutabayu Raja 0,7634 Non Basis 21 Rendah Jawa Maraja Bah Jambi 0,8492 Non Basis 18 Sedang Pematang Bandar 0,9827 Non Basis 17 Tinggi 2 9,5 2 3 Bandar Huluan 1,3025 Basis 10 Rendah 19 14, Bandar 1,5836 Basis 7 Tinggi Bandar Marsilam 2,0087 Basis 3 Rendah 24 13, Bosar Maligas 1,7678 Basis 4 Rendah 17 10,5 5 Ujung Padang 1,7045 Basis 5 Rendah Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Jlh SMK Berdasarkan rangking urutan dari rataan urutan analisis LQ dan analisis daya tarik maka alternatif penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Bosar Maligas, Kecamatan Siantar, Kecamatan Haranggaol Horison, Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, dan Kecamatan Tapian Dolok, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. 140

10 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 Tabel 6. Alternatif Penentuan Pendirian SMK Berbasis Potensi Wilayah Pariwisata di Kabupaten Simalungun Berdasarkan Rataan Ranking Analisis LQ dan Daya Tarik Kecamatan Kecamatan Analisis LQ Daya Tarik Rataan Nilai Kriteria Kriteria Rank Haranggaol Horison 2,3081 Basis 1 Rendah 22 11,5 7 - Girsang Sipangan Bolon 2,2226 Basis 2 Rendah 25 13, Tanah Jawa 1,0189 Basis 16 Tinggi Tapian Dolok 1,4428 Basis 9 Rendah 16 12, Dolok Batu Nanggar 1,5353 Basis 8 Rendah Siantar 1,0595 Basis 14 Sedang 7 10,5 6 6 Gunung Malela 1,2283 Basis 12 Rendah 11 11,5 8 1 Jawa Maraja Bah Jambi 0,8492 Non Basis 18 Sedang Pematang Bandar 0,9827 Non Basis 17 Tinggi 2 9,5 2 3 Bandar 1,5836 Basis 7 Tinggi Bosar Maligas 1,7678 Basis 4 Rendah 17 10,5 5 Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2012, Diolah Jlh SMK Berdasarkan tabel alternatif penentuan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata di Kabupaten Simalungun berdasarkan rataan ranking urutan analisis LQ dan daya tarik kecamatan, sektor basis, daya tarik dan keberadaan SMK di atas maka prioritas utama penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas kedua dan ketiga dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas dan Kecamatan Tapian Dolok, walaupun kedua kecamatan ini berada pada rangking urutan kelima dan kesepuluh, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini merupakan sektor basis dan belum memiliki SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keempat dan kelima dapat dilakukan di Kecamatan Dolok Batu Nanggar dan Kecamatan Gunung Malela, walaupun berada pada rangking urutan ketiga dan kedelapan, dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan kedua kecamatan ini merupakan sektor basis dan masing-masing baru memiliki 1 SMK. Penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata prioritas keenam, ketujuh dan kedelapan dapat dilakukan di Kecamatan Tanah Jawa, Kecamatan Siantar dan Kecamatan Bandar, waluapun memiliki daya tarik tinggi dan daya tarik sedang, dan masing-masing berada pada rangking urutan ketiga, keenam dan kesatu, serta merupakan sektor basis, hal ini disebabkan ketiga kecamatan tersebut telah memiliki masing-masing 5, 6 dan 12 SMK. Kecamatan Kecamatan Pematang Bandar dan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi bukan merupakan prioritas dalam penentuan lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata walaupun memiliki daya tarik tinggi dan sedang dan berada pada rangking urutan kedua dan kesembilan serta Kecamatan Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi belum memiliki SMK, hal ini disebabkan kedua kecamatan tersebut bukan merupakan basis dalam sektor pariwisata. Hasil ini menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat 141

11 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada pada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. Hasil di atas menunjukkan bahwa perencanan pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kerja sektor pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatkan kualitas dapat dilihat dari ketrampilan/keahlian yang dimiliki oleh sumber daya manusia setelah menempuh pendidikan di SMK berbasis potensi wilayah pertanian, industri dan pariwisata. Peningkatan kuantitas dapat dilihat dari berkembangnya sektor pertanian, industri dan pariwisata akan meningkatkan jumlah tenaga kerja. Berdasarkan hasil temuan studi, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk mengembangkan wilayah secara optimal saat ini Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dibidang pertanian, industri dan pariwisata. Hal ini dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha yang menunjukkan sektor pertanian berada pada urutan pertama yaitu orang, kemudian diikuti sektor pariwisata (sektor perdagangan, hotel dan restoran) sebanyak orang dan sektor industri berada urutan keempat yaitu sebanyak orang setelah sektor jasa-jasa yang berada urutan ketiga sebanyak orang). Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ekonomi membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK. Basis ekonomi dari sebuah komunitas dari aktivitas-aktivitas yang menciptakan pendapatan dan kesempatan kerja basis yang menjadi tumpuan perekonomian, sehingga diperlukan SMK yang sesuai dengan potensi wilayah agar dapat bersaing dalam era globalisasi dan kelulusan siswa memiliki kemampuan untuk beradaptasi dalam potensi wilayah tersebut yang konsekuensinya dapat memiliki pekerjaan sesuai dengan potensi wilayah dan menciptakan peluang kerja sesuai dengan potensi wilayah. KESIMPULAN 1. Potensi SMK berbasis potensi wilayah di Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) jumlah tenaga kerja per sektor tahun 2011 Kabupaten Simalungun dapat teridentifikasikan bahwa Kecamatan Silimakuta merupakan basis pada sektor pertanian dengan nilai LQ 1,1867. Kecamatan Bosar Maligas merupakan basis pada sektor industri karena memiliki nilai LQ terbesar dibanding kecamatan lain di Kabupaten Simalungun yaitu sebesar 6,9196. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon 142

12 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 merupakan basis pada sektor pariwisata dengan nilai LQ 2, Daya tarik Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon dalam penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun berdasarkan analisis interaksi (gravitasi), yaitu menggunakan variabel jumlah siswa SMP dan jarak suatu wilayah kecamatan ke wilayah kecamatan lainnya menunjukkan bahwa Kecamatan Silimakuta, Kecamatan Bosar Maligas, dan Kecamatan Girsang Sipangan Bolon memiliki daya tarik rendah. Kecamatan Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kecamatan Tanah Jawa dan Kecamatan Panei merupakan wilayah kecamatan di Kabupaten Simalungun yang memiliki daya tarik tinggi untuk penentuan lokasi SMK di Kabupaten Simalungun. SARAN 1. Kecamatan Silimakuta bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pertanian karena berada pada rangking urutan 11 (kesebelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pertanian dapat dilakukan di Kecamatan Panei, hal ini disebabkan berada pada rangking urutan 1 (pertama), merupakan sektor basis pertanian, memiliki daya tarik tinggi dan belum memiliki SMK. 2. Prioritas utama pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah industri dapat dilakukan di Kecamatan Bosar Maligas, walaupun berada rangking urutan keenam dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Bosar Maligas merupakan sektor basis industri dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 3. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon bukan prioritas utama dalam pendirian SMK berbasis potensi wilayah pariwisata karena berada pada rangking urutan 13 (ketigabelas) berdasarkan rataan rangking analisis LQ dan analisis daya tarik kecamatan. Prioritas utama dalam pendirian lokasi SMK berbasis potensi wilayah pariwisata dapat dilakukan di Kecamatan Haranggaol Harison, walaupun berada rangking urutan tujuh dan memiliki daya tarik rendah, hal ini disebabkan Kecamatan Haranggaol Horison merupakan sektor basis pariwisata dengan nilai LQ tertinggi, dan belum memiliki SMK. 4. Sektor ekonomi Kabupaten Simalungun membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian tertentu di bidang pertanian, industri dan pariwisata, maka proporsi jumlah SMK harus dapat ditingkatkan. Hal ini karena dari sisi demand atau kebutuhan kualifikasi pendidikan tenaga kerja dari sektor ekonomi dominan membutuhkan lebih dari tenaga kerja dengan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Sektor ekonomi dominan penyumbang PDRB kabupaten Simalungun terbesar berturut-turut adalah sektor pertanian (57,83%), industri (14,84%), perdagangan, restoran dan hotel ( 8,15%), Selain itu dari sisi supply, berdasarkan responden, saat ini 55 % siswa kelas III SMP yang akan melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di Kabupaten Simalungun lebih memilih SMK. DAFTAR RUJUKAN Ahadin Peranan Komite Sekolah Dalam Peningkatan Manajemen Kemandirian Sekolah. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume II No, 01 Edisi Juli Bintarto, R Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Penerbit Ghalia. Jakarta. Hajizi Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara (Tesis), Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Jayaditana, Johara T Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan, Perkotaan dan Wilayah. Bandung. ITB Bandung Karyono Penentuan Lokasi SMK di Banyuwangi Dengan Menggunakan 143

13 Nur Aini, Robinson Tarigan, dan Rujiman: Analisis Daya Tarik Analisis Multi Kriteria AHP (Analytic Hierarchy Process ). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Surabaya. Lubis, A Pelaksanaan Standar Nasional Dalam Dunia Pendidikan. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 02 Edisi Desember Lumban Gaol, M Pengaruh Persepsi Guru TEntang Kepemimpinan Kepala Sekolah, Motivasi Kerja, dan Pengendalian Stress Terhadap Komitmen Guru. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 01 Edisi Juli Mercado, R.G Regional Development in The Philippine: A Review of Experience, State of The Art and Agenda for Research and Action, Discussion Paper Series. Phillipine Institute for Development Studies. Matondang, M.S.E.S Perencanaan Pendidikan Menengah Kejuruan Dikaitkan Dengan Potensi Wilayah Kawasan Utara Kota Medan.. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Matondang, Z Mengoptimalkan Mutu Proses Pembelajaran Matematika di Kelas. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 02 Edisi Desember Miarsih Kajian Penentuan lokasi Gedung SD-SMP Satu Atap Di Kabupaten Demak. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Miraza, B. H Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat. Bandung. Mirza, I Pengembangan Sekolah Kejuruan Berbasis Potensi Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Brebes. Tesis. Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Mulyanto. H.R Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nachrowi dan Suhandojo Analisis Sumber Daya Manusia, Otonomi Daerah, dan Pengembangan Wilayah. dalam Tiga Pilar Pengembangan Wilayah : Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, dan Teknologi. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT. Jakarta. Pohan, M.H Analisis Lokasi Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar Dalam Ranga Meraih Bonus Demografi. Tesis Magister Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tidak Dipublikasikan. Safi i. H.M Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah. Perspektif Teoritik. Averroes Press. Malang. Sangadji, E,M. dan Sopiah Metodologi Penelitian. Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Andi Yogyakarta. Sa ud, Syaefudin Udin Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya. Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, A. Kadir dan S. Binsar Pendidikan dan Kesehatan Dalam Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Deli Serdang. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Volume 1 Nomor 2 Desember Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Sirojuzilam dan K. Mahalli Regional. Pembangunan, Perencanaan dan Ekonomi. USU Press. Medan. 144

14 Jurnal Ekonom, Vol 16, No 3, Juli 2013 Soemarno Peranan Analisis Dalam Perencanaan Lingkungan. Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan dan Pengembangan Wilayah. Program Pascasarjana Universitas Brwawijaya. Malang. Sokib dan Wiraawan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Pengembangan Komptenesi Keahlian Pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Gresik. Prosiding Seminar Nasional Sains Optimalisasi Sians Untuk Memberdayakan Manusia. Surabaya. Surya, A Membangun Kota Sarat Prestasi. Rubrik Opini, Harian Waspada Senin 9 Juli Suprapta Ketergantungan Wilayah Kecamatan Mranngen Terhadap Kota Semarang. Tesis Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang. Tidak Dipublikasikan. Supriadi, O Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pembiayaan Terhadap Mutu Pendidikan di Provinsi Banten.. Jurnal EducanduM. Jurnal Manajemen Pendidikan. PPs Unimed-ISMPI Sumatera Utara. Volume III No, 01 Edisi Juli Tarigan, R Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Tarigan, R Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Umar, H. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Grafindo Persada. Jakarta. Wardiman Djojonegoro, Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penerbit : PT. Balai Pustaka. 145

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi masyarakat. Dengan adanya otonomi daerah, maka wewenang pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan kewenangan daerah otonom dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perubahan. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perubahan. Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya demi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui peningkatan mutu pendidikan. Sejalan dengan perubahan lingkungan pendidikan dan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2013

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2013 ANALISIS DAYA TARIK PENENTUAN LOKASI SMK BERBASIS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN SIMALUNGUN TESIS Oleh : NUR AINI 117003043/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2013 ANALISIS

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN HABONARON DO BONA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SIMALUNGUN Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa

Lebih terperinci

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai

Mulai. Pengumpulan Data. Tidak. Cukup. Ya Formulasi Masalah. Evaluasi Aspek. Selesai Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Pengumpulan Data Data primer Data Sekunder Tidak Cukup Ya Formulasi Masalah Evaluasi Aspek Selesai Lampiran 2. Kuisioner pemanfaatan Alat dan Mesin Pertanian PEMANFAATAN

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) BPS BADAN KABUPATEN PUSAT STATISTIK SIMALUNGUN No. 02/12/1209/Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 62.188 RUMAH TANGGA, TURUN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok.

PENDAHULUAN. dengan sektor pertanian karena merupakan sumber pangan pokok. PENDAHULUAN Latar belakang Masalah ketahanan pangan masih menjadi isu strategis yang perlu mendapat perhatian dan prioritas dari semua pihak. Ketahanan pangan sangat erat kaitannya dengan sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan

PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemekaran kabupaten Simalungun seperti sebuah kemustahilan, hal ini jika dilihat dari pertama kali dilontarkan tanggal 22 Juni 2001 sampai sekarang belum terealisasi.

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN

ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN ANALISIS PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN SIMALUNGUN PANDAPOTAN T.P NAINGGOLAN ABSTRACT The purpose of this study is to determine districts as growth center in Kabupaten Simalungun

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak 126.332 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Simalungun Tahun 2013 sebanyak 33 Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar

BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar 15 BAB II GAMBARAN OBJEK UMUM PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN. II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN. II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SIMALUNGUN II.1. Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Simalungun II.1.1. Geografis Secara geografis, Kabupaten Simalungun terletak di antara 36' 2-3 18 Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu :

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pematang Siantar berdiri sejak tanggal 19 September 2008. Organisasi Direktorat

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN

ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN ANALISIS PENENTUAN KOMODITI PERKEBUNAN BASIS DI WILAYAH MASING-MASING KECAMATAN KABUPATEN SIMALUNGUN TESIS Oleh NURMELY VIOLITA SITORUS 117039011/MAG PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohan (2012) dalam studi penelitiannya mengenai Analisis Lokasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pohan (2012) dalam studi penelitiannya mengenai Analisis Lokasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Pohan (2012) dalam studi penelitiannya mengenai Analisis Lokasi Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kota Pematangsiantar Dalam Rangka Meraih Bonus

Lebih terperinci

CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA

CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA 2016 CRITICAL REVIEW : DAMPAK RELOKASI PUSAT PEMERINTAHAN KABUPATEN SIMALUNGUN TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN RAYA RETNO YUNIAR AZARINE 3614100027 MATA KULIAH : ANALISIS LOKASI DAN KERUANGAN JURUSAN

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE

SEMINAR NASIONAL SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE SMK BERBASIS POTENSI UNGGULAN DAERAH DAN KEBUTUHAN MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA MENGELIMINASI CITRA SEKOLAH SECOND CHOICE Andi Muhammad Irfan 1, Nurlaela 2, dan Sunardi 3 1,2,3 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. ada dua faktor alam lain yang ikut memberi corak pertanian Indonesia. Pertama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris. Lebih dari 50% penduduk hidup dari kegiatan yang langsung dan tidak langsung berhubungan dengan pertanian dan

Lebih terperinci

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN 2005-2014 Sri Hidayah 1) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Uniersitas Siliwangi SriHidayah93@yahoo.com Unang 2) Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat

BAB I PENDAHULUAN. B. Latar Belakang. Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat 2 BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Di era perkembangan jaman ini semua serba dituntut cepat dan tepat khususnya dalam bidang industri. Oleh karena itu, dunia industri dituntut memiliki sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat sebagai wujud

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 50 tahun / 28 Juni 1963

P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Umur / tanggal lahir : 50 tahun / 28 Juni 1963 P U T U S A N NOMOR : 12 /PID.SUS.K/2014/PT-MDN DEMI KEADILANBERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------ PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI PADA PENGADILAN TINGGI DI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah penduduk yang besar, dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Tentunya untuk memajukan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati Jurusan Ilmu Ekonomi Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1 Kota Pematang Kota Pematang adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam pengembangan suatu wilayah, terdapat beberapa konsep pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah Aliran Sungai (DAS), konsep pengembangan

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG ) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI WILAYAH GRESIK

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG ) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI WILAYAH GRESIK APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG ) UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI WILAYAH GRESIK SOKIB NRP. 2208 206 008 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Wirawan, DEA Program

Lebih terperinci

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI Beberapa masalah ekonomi makro yang perlu diantisipasi pada tahap awal pembangunan daerah adalah menurunnya daya beli masyarakat, yang diikuti

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU THE CONTRIBUTION OF THE FISHERIES SUB-SECTOR REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT (GDP)

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan yang memiliki batas wilayah tertentu dan berada di wilayah hukum di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 10/POKJA-I/E.TENDER-3/PK/DBM-2013

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 10/POKJA-I/E.TENDER-3/PK/DBM-2013 PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN KELOMPOK KERJA (POKJA) - I Kompleks Perkantoran Pemerintah Kabupaten Simalungun PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Urusan rumah tangga sendiri ialah urusan yang lahir atas dasar prakarsa

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia pada umumnya dan anak pada khususnya. Sebenarnya pendidikan telah dilaksanakan sepanjang sejarah

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015

PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PENGUMUMAN PEMENANG PEMILIHAN LANGSUNG No. 11.b/POKJA-PK/PML-1/DBM-2015 PEMILIHAN LANGSUNG PASCAKUALIFIKASI E-LELANG PEKERJAAN KONSTRUKSI YANG DIKELOLA OLEH DINAS BINA MARGA KABUPATEN SIMALUNGUN TA. 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Visi adalah gambaran atau pandangan tentang masa depan yang diinginkan. Dalam konteks perencanaan, visi merupakan rumusan umum mengenai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1986 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEMATANG SIANTAR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SIMALUNGUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment) DESENTRALISASI PENYELENGGARA PENANAMAN MODAL (SUATU TINJAUAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL) (The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 6/DPD RI/I/2013-2014 TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Sebagai kerangka awal untuk memudahkan dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami maksud dari judul ini, maka perlu kiranya dijelaskan terlebih dahulu beberapa

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN :

BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN : POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2016 BERITA ACARA PENJELASAN LELANG KEGIATAN : 1 Jasa Konsultansi Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari kinerja pemerintah dan dukungan masyarakat daerah tersebut dalam mengembangkan daerahnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah, aparat pemerintah di daerah lebih dekat dan secara

BAB I PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah, aparat pemerintah di daerah lebih dekat dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era otonomi daerah, aparat pemerintah di daerah lebih dekat dan secara langsung berhadapan dengan masyarakat serta merupakan perwujudan dan perpanjangan tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap warga Negara memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KARO T E S I S Oleh PANTAS SAMOSIR 107003065/PWD SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 ANALISIS STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BPKM, 2004). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan

Lebih terperinci

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA 2001-2009 Beryl Artesian Girsang berylgirsang@gmail.com Tukiran tukiran@ugm.ac.id Abstract Human resources enhancement

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI Yunan Maulana 1, Janthy T. Hidajat. 2, Noordin Fadholie. 3 ABSTRAK Wilayah pengembangan merupakan bagian-bagian wilayah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan Negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.-

P U T U S A N. Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.- P U T U S A N Nomor : 23 /PID.SUS/2011/PT-MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Pidana dalam peradilan tingkat banding,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

TESIS. Oleh SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO /PWD L A H PA S C A S A R JA N A

TESIS. Oleh SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO /PWD L A H PA S C A S A R JA N A PENGARUH KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN PANDAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH TESIS Oleh SIMAMORA DANIEL REINHARD AGUSTINO 107003045/PWD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pusat Pertumbuhan Theory growth poles adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan antara prinsipprinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus (Alonso

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS. Oleh ASRUL AZIS /PWD

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS. Oleh ASRUL AZIS /PWD ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA TESIS Oleh ASRUL AZIS 097003053/PWD S E K O L A H PA S C A S A R JA N A SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2012 ANALISIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan yang diperoleh Bangsa Indonesia selama tiga dasawarsa pembangunan ternyata masih menyisakan berbagai ketimpangan, antara lain berupa kesenjangan pendapatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

TESIS. Oleh : INON BEYDHA / PWD PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2000

TESIS. Oleh : INON BEYDHA / PWD PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2000 PENGEMBANGAN WILAYAH DAERAH TUJUAN WISATA PANTAI PANDAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SIBOLGA, KABUPATEN TAPANULI TENGAH TESIS Oleh : INON BEYDHA 982103014 / PWD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerataan pembangunan telah digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat, yang menyatakan bahwa fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yakni memajukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS Oleh : Ties Setyaningsih NIM : Q.100040077 Program Studi :Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi

Lebih terperinci

ANALISIS LOKASI PASAR HEWAN SIBORONG-BORONG DALAM PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DI KABUPATEN TAPANULI UTARA TESIS. Oleh:

ANALISIS LOKASI PASAR HEWAN SIBORONG-BORONG DALAM PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DI KABUPATEN TAPANULI UTARA TESIS. Oleh: ANALISIS LOKASI PASAR HEWAN SIBORONG-BORONG DALAM PENGEMBANGAN SUB SEKTOR PETERNAKAN DI KABUPATEN TAPANULI UTARA TESIS Oleh: GABE MANGATUR SIMANJUNTAK NIM. 107003008 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Hal ini sejalan dengan Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki target

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Hal ini sejalan dengan Kementerian Pendidikan Nasional yang memiliki target BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kunci utama kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan, bersama pendidikan akan mengantarkan bangsa ini menjadi negara yang lebih unggul dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi memiliki pengertian yang sangat luas. Menurut akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai suatu fenomena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan jalan meningkatkan dan. memperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan jalan meningkatkan dan. memperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dapat dianggap sebagai suatu proses pertumbuhan ekonomi atau proses peningkatan pendapatan nasional perkapita. Untuk mempertinggi pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sumber daya manusia memiliki peranan yang sangat penting untuk terwujudnya kesuksesan dan kesinambungan pembangunan negara dalam era globalisasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA DI LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN ANGGARAN 2015 Nomor : 01/ POKJA.KONSTRUKSI-ULP/UNDANGAN /DINKES/2015 Kepada Yth : 1. cv. indrico perkasa Jalan Sidamanik No. 6a Pematangsiantar 2 cv.putma jaya putra JLN.KPT R BUDIN LK 13 KOMP KPUM BLOK 19 NO.362 Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS

TEKNIK PROYEKSI PDRB KOTA MEDAN DENGAN RUMUS 804 TEKNIK PROYEKSI KOTA MEDAN DENGAN RUMUS SUTANTI *) *) Dosen Fakultas Ekonomi UNIVA MEDAN. NIDN : 0130128502 Email : sutanti_amrizal@yahoo.com ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu tolok ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil makmur materiil dan spiritual yang merata di seluruh wilayah tanah air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 70 TAHUN 1999 (70/1999) TENTANG PEMINDAHAN IBUKOTA DAERAH KEBUPATEN SIMALUNGUN DARI WILAYAH DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR KE KECAMATAN RAYA DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG

PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DELI SERDANG Sirojuzilam, Abdiyanto, Bastari, A. Kadir, dan Binsar S Abstrak Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang

Lebih terperinci

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat Analisis PDRB Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: PDRB Kota Jambi Bappeda Kota Jambi, 17 Desember 2015 Pendahuluan Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI A. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Beberapa permasalahan yang masih dihadapi Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga

Lebih terperinci