STUDI ANALISIS SIMULASI TENTANG KORELASI SUHU SINTERING DAN PERSENTASE ADITIF MULLIT 3Al 2 O 3.2SiO 2 DENGAN SIFAT MEKANIK KERAMIK ALUMINA Al 2 O 3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI ANALISIS SIMULASI TENTANG KORELASI SUHU SINTERING DAN PERSENTASE ADITIF MULLIT 3Al 2 O 3.2SiO 2 DENGAN SIFAT MEKANIK KERAMIK ALUMINA Al 2 O 3"

Transkripsi

1 STUDI ANALISIS SIMULASI TENTANG KORELASI SUHU SINTERING DAN PERSENTASE ADITIF MULLIT 3Al 2 O 3.2SiO 2 DENGAN SIFAT MEKANIK KERAMIK ALUMINA Al 2 O 3 TESIS Oleh MUHAMMAD RAIS /FIS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007

2 DAFTAR ISI halaman ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Hipotesis 1.5 Manfaat Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keramik Alumina 2.2 Kuarsa (Si 2 O 3 ) 2.3 Keramik Mullit (3Al 2 O 3.2SiO 2 ) 2.4 Kegunaan Keramik Alumina 2.5 Pembuatan Keramik Preparasi Serbuk Proses Pembuatan Proses Pembakaran (Sintering) 2.6 Karakterisasi Material Keramik Densitas dan Porositas Kekerasan Kekuatan Patah i ii iii v vi ix x xi

3 2.7 Perangkat Lunak Komputer 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Pemilihan Bahan Baku 3.3 Variabel dan Parameter Variabel Parameter 3.4 Korelasi Suhu Terhadap Sifat-sifat Keramik Korelasi Densitas Terhadap Suhu Korelasi Porositas Terhadap Suhu Korelasi Kekerasan Terhadap Suhu Korelasi Kekuatan Patah Terhadap Suhu 3.5 Metoda Komputasi 3.6 Algoritma Analisis Simulasi Algoritma Program Simulasi Untuk Menentukan Densitas Algoritma Program Simulasi Untuk Menentukan Porositas Algoritma Program Simulasi Untuk Menentukan Kekerasan Algoritma Program Simulasi Untuk Menentukan Kekuatan Patah Flow Chart Korelasi Densitas Terhadap Suhu Flow Chart Korelasi Porositas Terhadap Suhu Flow Chart Korelasi Kekerasan Terhadap Suhu Flow Chart Korelasi Kekuatan Patah Terhadap Suhu

4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Simulasi Densitas dan Porositas Terhadap Suhu Sintering Dengan Persentase Mullit 4.2 Analisis Simulasi Kekerasan dan Kekuatan Patah Terhadap Suhu Sintering Dengan Persentase Mullit 4.3 Perbandingan Hasil Eksperimen dan Simulasi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA 58 LAMPIRAN 60

5 DAFTAR TABEL halaman Tabel 1. Hasil Pengukuran Untuk Menentukan Densitas dan Porositas 60 Tabel 2. Hasil Pengukuran Untuk Menentukan Kekerasan 61 Tabel 3. Hasil Pengukuran Untuk Menentukan Kekuatan Patah 62 Tabel 4. Hasil Analisis Densitas dan Porositas Secara Eksperimen dan 63 Simulasi Tabel 5. Hasil Analisis Kekerasan dan Kuat Patah Secara Ekpsperimen 64 dan Simulasi

6 DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1 Struktur Kristal Korundum 5 Gambar 2.2 Diagram Fasa Sistem 3 Al 2 O 3.2SiO 2 8 Gambar 2.3 Skema Pembentukan dengan cara tekan satu arah 11 Gambar 2.4 Model Dua Buah Sebagai Dua Butiran Saling Kontak 12 Gambar 4.1 Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase 33 Mullit 0 % Gambar 4.2 Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase 34 Mullit 0 % Gambar 4.3 Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase 35 Mullit 10% Gambar 4.4 Korelasi antara porositasdan suhu sintering dengan persentase 36 Mullit 10 % Gambar 4.5 Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase 37 Mullit 15 % Gambar 4.6 Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase 38 Mullit 15 % Gambar 4.7 Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase 39 Mullit 20 % Gambar 4.8 Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase 40 Mullit 20 % Gambar 4.9 Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase 41 Mullit 25 % Gambar 4.10 Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase 42 Mullit 25 %

7 Gambar 4.11 Korelasi antara Kekerasan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 0 % Gambar 4.12 Korelasi antara Kekerasan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 10 % Gambar 4.13 Korelasi antara Kekerasan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 15 % Gambar 4.14 Korelasi antara Kekerasan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 20 % Gambar 4.15 Korelasi antara Kekerasan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 25 % Gambar 4.16 Korelasi antara Kekuatan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 0 % Gambar 4.17 Korelasi antara Kekuatan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 10 % Gambar 4.18 Korelasi antara Kekuatan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 15 % Gambar 4.19 Korelasi antara Kekuatan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 20 % Gambar 4.20 Korelasi antara Kekuatan dan suhu sintering dengan persentase Mullit 25 %

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Pengukuran Menentukan Densitas dan Porositas 60 Lampiran 2. Hasil Pengukuran Menentukan Kekerasan 61 Lampiran 3. Hasil Pengukuran Menentukan Kekuatan 62 Lampiran 4. Hasil Analisis Densitas dan Porositas Secara Eksperimen dan 63 Simulasi Lampiran 5. Hasil Analisis Kekerasan dan Kekuatan Secara Eksperimen 64 dan Simulasi Lampiran 6. Program Menghitung Densitas 65 Lampiran 7. Program Menghitung Porositas 67 Lampiran 8. Program Menghitung Kekerasan 69 Lampiran 9. Program Menghitung Kekuatan Patah 71

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keramik alumina (Al 2 O 3 ) tergolong keramik oksida yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, sangat keras, tahan suhu tinggi, dan memiliki titik lebur sekitar 2050 o C, serta bersifat isolator listrik. Oleh karena itu dalam pembuatan keramik alumina yang padat dan kuat diperlukan suhu pembakaran /sintering yang mendekati titik leburnya yaitu sekitar o C (Gernot K, 1988). Beberapa cara yang dapat mengurangi suhu sintering keramik alumina antara lain : memperkecil ukuran butiran hingga ukuran nano, atau menambahkan bahan aditif yang memiliki titik lebur yang lebih rendah dari alumina (Montanaro, 1997). Beberapa macam aditif yang sering digunakan adalah MgO, SiO 2, B 2 O 3, Mullit, TiO 2, yang masing-masing memilikikeunggulan berbeda (Gernot K, 1988). Keunggulan aditif mullit 3Al 2 O 3.2SiO 2 yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : mullit memiliki koefisien ekspansi termal yang cukup rendah, memiliki kekuatan mekanik yang mendekati kekuatan alumina (Yet Ming Chiang, et all. 1997). Oleh karena itu sangatlah tepat untuk memadukan antara alumina dan mullit sebagai keramik alumina untuk penggunaan bahan refraktori. Aplikasinya antara lain : sebagai alat pelengkap tungku pembakar (hot plate, roller kiln, crucible, lining brick). Bahan-bahan semacam ini banyak dibutuhkan

10 oleh industri keramik, gelas, maupun industri pengecoran logam yang ada di Indonesia, dan produk-produk tersebut masih seluruhnya diimpor dari luar negeri. Sedangkan ketersediaan bahan baku untuk pembuatan alumina dan mullit cukup banyak di Indonesia sebagai bahan alam, misalnya bauxit sebagai sumber alumina, dan pasir kuarsa sebagai sumber SiO PERUMUSAN MASALAH Keramik alumina Al 2 O 3 memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 2050 o C dan koefisien termal ekpansi yang tinggi. Untuk memproduksi keramik alumina diperlukan tahapan proses pembakaran / sintering pada suhu yang mendekati titik leburnya, sehingga diperlukan energi yang cukup besar. Dengan menambahkan mullit 3Al 2 O 3.2SiO 2 sebagai aditif maka suhu sintering keramik alumina dapat diturunkan, di mana mullit memiliki keunggulan antara lain : koefisien termal ekspansi lebih rendah, kekuatan mekanik mendekati kekuatan alumina, dan memiliki titik lebur yang lebih rendah dari alumina. 1.2 TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi suhu terhadap sifat fisis dari keramik alumina (Al 2 O 3 ) dengan pengaruh aditif mullit 3Al 2 O 3.2SiO 2 dengan analisis simulasi.

11 1.4 HIPOTESA Dengan analisis simulasi variasi komposisi aditif mullit 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan suhu sintering dalam pembuatan keramik alumina hasilnya akan mendekati hasil yang diperoleh dengan eksperimen yang dapat menurunkan suhu sintering keramik alumina, dan diperoleh penambahan aditif mullit yang optimum, di mana kondisi optimum berdasarkan hasil krakteristik yang terbaik, yaitu : densitas mendekati densitas teoritis, porositas mendekati nol, kekuatan mekaniknya mendekati nilai kekuatan keramik alumina. 1.5 MANFAAT PENELITIAN Dengan terlaksananya penelitian ini, maka secara umum akan memajukan program penelitian di bidang material khususnya keramik teknik di Indonesia. Secara khusus, metoda simulasi ini dapat memberi konstribusi bagi penelitian selanjutnya.

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KERAMIK ALUMINA Senyawa alumina (Al 2 O 3 ) bersifat polimorf yang di antaranya adalah struktur α-al 2 O 3 dan γ-al 2 O 3. Bentuk struktur lainnya adalah β-al 2 O 3 yang merupakan alumina tidak murni. α-al 2 O 3 merupakan bentuk struktur yang paling stabil pada suhu tinggi dan disebut sebagai korundum. Struktur dasar kristal korundum adalah tumpukan padat heksagonal (Hexagonal Closed Packed-HCP). Kation (Al +3 ) menempati 2/3 bagian dari sisipan oktahedral sedangkan anion (O 2- ) menempati HCP (Worral W.E, 1986) Bilangan koordinasi dari struktur korundum adalah 6, maka tiap ion Al +3 dikelilingi 6 ion O 2- dan tiap ion O 2- dikelilingi oleh 4 ion Al +3 untuk mencapai muatan yang netral (Worral W.E, 1986). Bentuk struktur kristal korundum ditunjukkan pada gambar 1. Struktur γ-al 2 O 3 menyerupai struktur dasar spinel yaitu A 3 B 6 O 12 atau AB 2 O. A dan B masing-masing adalah kation valensi dua dan tiga (Worral W.E, 1986).

13 Gambar 2.1. Struktur Kristal Korundum (α-al 2 O 3 ) Struktur γ-al 2 O 3 jika dinyatakan dalam bentuk formula spinel adalah Al 8 O 12 dan apabila dibandingkan dengan formula spinel A 3 B 6 O 12 maka γ-al 2 O 3 hanya memiliki 8 kation, sedangkan spinel kationnya harus 9. Dalam hal ini γ- Al 2 O 3 kekurangan 1 kation, dan hal ini merupakan bentuk cacat struktur (vacancy defect) pada kristal tersebut (Worral W.E, 1986). Alumina dapat diperoleh dari alam sebagai mineral bauxit. Mineral ini banyak dijumpai di Sumatera dan Kalimantan. Mineral bauxit mengandung Al 2 O 3 sebanyak %, sisanya merupakan pengotor yang berupa SiO 2, Fe 2 O 3, dan TiO 2. Untuk mendapatkan alumina yang murni dengan kadar > 90 %, maka mineral bauxit harus dimurnikan dengan proses Bayer. Struktur γ-al 2 O 3 merupakan senyawa alumina yang stabil pada suhu kurang dari 1000 o C dan pada umumnya lebih reaktif dibandingkan dengan struktur α-al 2 O 3. γ-al 2 O 3 yang terbentuk melalui penguraian gelatin Al(OH)3 dan bohmit AlOOH dengan reaksi sebagai berikut : Al(OH) 3 AlOOH γ-al 2 O 3 Al 2 O 3 Al 2 O 3 α-al 2 O 3 (Clifton G.B, et all, 2000)

14 Transformasi dari fasa γ α pada suhu di atas 1000 o C menghasilkan mikro struktur berukuran mikro dengan derajat hubungan porositas yang tinggi. Perubahan bentuknya termasuk irreversible dan bentuk α polimorfnya stabil dengan titik lebur 2050 o C. Pada umumnya kemurniaan Al 2 O 3 cukup tinggi, yaitu >90 %, sehingga dapat digunakan sebagai bahan keramik tembus cahaya. Sifat fisis dari keramik Al 2 O 3 adalah sebagai berikut : Densitas : 3960 kg/ m 3 Kekerasan : kgf/mm 2 Modulus of Rupture : 350 MPa Kuat Tekan : MPa Koef.Ekspansi Termal: (8 9) o C -1 Konduktivitas Termal : W/m o K pada suhu kamar (Gernot K, 1988) 2.2 KUARSA (SiO 2 ) Mineral silika atau kuarsa merupakan salah satu komponen utama dalam pembentukan badan keramik dan jumlahnya melimpah ruah di permukaan kulit bumi. Bentuk umum fasa kristal silika antara lainadalah tridmit, quartz dan kristobalit (Worral W.E, 1986). Struktur silika primer adalah tetrahedron SiO 4. Jadi setiap satu atom silikon dikelilingi empat atom oksigen. Gaya-gaya yang

15 mengikat atom tetrahedral berasal dari ikatan ionik dan kovalen sehingga ikatan tetrahedral sangat kuat. Skema perubahan struktur silika akibat perubahan suhu adalah sebagai berikut : Kuarsa,α Tridmit,α Kristobalit,α (trigonal) (heksagonal) (heksagonal) 573 o C 117 o C o C Kuarsa,β Tridmit, β Kristobalit, β (heksagonal) (heksagonal) (k u b u s) 573 o C 1470 o C (Worral W.E, 1986) Kuarsa yang berada dalam dua modifikasi adalah fasa rendah ( kuarsa) dan fasa tinggi ( kuarsa). Pada suhu kurang dari 573 o C merupakan kuarsa fasa rendah yang kemudian berubah menjadi fasa tinggi pada suhu 867 o C. Fasa yang stabil mencapai tridmit pada suhu 1470 o C. Kristobalit mempunyai jangkauan stabil suhu lebur pada suhu 1730 o C yang kemudian berubah menjadi cairan (liquid). Sifat-sifat fisis dari berbagai bentuk kurva di antaranya adalah : densitas kuarsa = 2650 kg/m 3, densitas tridmit = 2270 kg/m 3, densitas kristobalit = 2330 kg/m 3. Di samping itu silika memiliki sifat-sifat : 1. Tidak plastis (elastisistasnya rendah) 2. Titik lebur tinggi sekitar 1728 o C 3. Kuat dan keras ((Worral W.E, 1986)

16 2. 3 KERAMIK MULLIT 3Al 2 O 3.2SiO 2 Mullit merupakan material gabungan dari dua macam oksida, yaitu Al 2 O 3 dan SiO 2 dengan formula 3Al 2 O 3.2SiO 2 (Montanaro, 1997). Mullite tidak dijumpai di alam, tetapi merupakan material yang disintetis, dan kegunaannya cukup luas di bidang material keramik. Pada gambar di bawah ini ditunjukkan diagram fasa hubungan sistem biner 3Al 2 O 3.2SiO 2 (Yet Ming Chiang, 1997). Gambar 2.2. Diagram fasa sistem 3Al 2 O 3.2SiO 2 Dari gambar diagram fasa tersebut di atas menunjukkan bahwa mullit memiliki komposisi sekitar % mole Al 2 O 3 dan sekitar % mole SiO 2, serta memiliki titik lebur sekitar 1840 o C. Mullite sangat tahan suhu tinggi sampai mendekati titik leburnya, serta memiliki densitas kg/m 3, koefisien ekspansi termal cukup rendah yaitu (4,5 5,6) x 10-6 o C -1, tahan terhadap kejut suhu, dan tahan terhadap bahan kimia (Montanaro, 1977).

17 2.4 KEGUNAAN KERAMIK ALUMINA Keramik alumina kegunaannya cukup luas, yaitu digunakan di bidang mekanik (bearing, cutting tools, pelapis bagian dalam pompa / inner linning), di bidang elektronik (bahan isolator listrik, substrat elektronik), di bidang refraktori sebagai bahan tahan panas pada tungku pembakaran, di bidang medis sebagai biomaterial yang inert (Gernot K, 1988). Keramik yang dibuat pada penelitian ini diarahkan untuk pemakaian bahan refraktori, yaitu untuk komponen pada tungku pembakaran, misalnya : bahan Roller Kiln, alas pembakaran, cawan pembakaran, dan lain-lain. 2.5 PEMBUATAN KERAMIK Material keramik pada umumnya berupa senyawa polikristal yang proses pembuatannya dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu (1) preparasi serbuk, (2) pembentukan, (3) pembakaran (sintering) (Yet Ming Chiang, 1997) Parameter-parameter dalam proses pembuatan keramik tergantung pada jenis keramik yang akan dibuat, bidang aplikasinya, dan sifat-sifat yang diharapkan. Proses pembuatan keramik tradisional memiliki parameter yang berbeda dibandingkan dengan proses pembuatan keramik teknik. Pada proses pembuatan keramiktradisional hanya diperlukan bahan baku alam dengan tingkat kemurniaan yang tidak tinggi sedangkan pada proses pembuatan keramik teknik diperlukan bahan baku dengan tingkat kemurniaan tinggi serta terkontrol agar diperoleh sifat-sifat bahan yang sesuai dalam pengaplikasiannya.

18 2.5.1 Preparasi Serbuk Pada proses preparasi serbuk beberapa faktor yang menentukan sifat produk keramik adalah kemurniaan bahan, homogenitas, dan kehalusan serbuk. Teknik preparasiserbuk keramik dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu : konvensional, kimia basah / larutan, dan preparasi dalam fasa gas (Gernot K, 1988). Salah satu teknik yang diterapkan adalah teknik konvensional, teknik ini berupa penvampuran padatan-padatan (solid-solid mixing) yang umumnya digunakan di industri-industri keramik. Proses penghalusan dan homogenisasinya dilakukan dalam satu tahap dengan menggunakan alat penggiling, yaitu ball mill. Waktu penggilingan berpengaruh terhadap tingkat homogenitas dan kehalusan serbuk. (J.S. Read, 1988) Proses Pembuatan Ada beberapa cara proses pembentukan keramik tergantung bentuk dan ukuran yang dikehendaki (J.S. Read, 1988), yaitu : cetak tekan (die pressing), ekstrusi, dan cetak cor (slip casting). Proses pembentukan keramik yang digunakan adalah dengan cara cetak tekan. Cara ini cocok digunakan untuk membuat bentuk yang tebal dan sederhana. Dalam proses ini ditambahkan bahan pembantu seperti misalnya bahan perekat (cellulose polyvinyl, alcohol) dan bahan pelumas (asam stearat). Proses cetak tekan dilakukan dengan arah tekanannya ke satu arah saja.

19 Gambar 2.3. Skema Pembentukan dengan cara tekan satu arah Proses Pembakaran (Sintering) Proses Sintering pada keramik adalah suatu proses pemadatan/konsolidasi dari sekumpulan serbuk pada suhu tinggi yang mendekati titik leburnya. Dengan melalui proses ini terjadi perubahan struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir (grain growth), peningkatan densitas, dan penyusutan (shrinkage) (Randall M.G, 1991). Sintering merupakan tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan menentukan sifat-sifat produk keramik. Faktor-faktor yang menentukan proses dan mekanisme sintering antara lain adalah jenis bahan, komposisi, bahan pengotornya, dan ukuran partikel. Proses sintering dapat berlangsung apabila : a. Adanya transfer materi di antara butiran yang disebut proses difusi. b. Adanya sumber energi yang dapat mengaktifkan transfer materi, energi tersebut digunakan untuk menggerakkan butiran sehingga terjadi kontak dan ikatan yang sempurna (Ristic M.M, 1979, Randall M.G, 1991).

20 Energi yang menggerakkan proses sintering disebut gaya dorong (driving force) yang ada hubungannya dengan energi permukaan butiran (γ). Gaya dorong tersebut dapat diilustrasikan sebagai dua buah bola dengan ukuran yang sama saling kontak dengan ukuran kontak x seperti yang ditunjukkan gambar 4 (Randall M.G, 1991). Gambar 2.4. Model Dua Buah Sebagai Dua Butiran Saling Kontak Proses perpindahan materi (difusi) selama proses sintering ditunjukkan pada Gambar 5. Ada beberapa mekanisme difusi selama proses sintering, yaitu : difusi volume, difusi permukaan, difusi batas butir, dan difusi secara penguapan dan kondensasi (Randall M.G, 1991). Tiap-tiap mekanisme difusi tersebut akan memberikan efek terhadap perubahan sifat fisis bahan setelah sintering antara lain : perubahan densitas dan porositas, penyusutan, dan pembesaran butir. Proses sintering keramik melalui beberapa tahapan seperti ditunjukkan pada gambar 5 beriku ini (Randall M.G, 1991) :

21 Gambar 2.5. Pola tahapan proses sintering pada keramik Adapun tahapan-tahapan pada proses sintering adalah : 1. Tahapan Awal. Partikel-partikel keramik saling kontak satu dan yang lainnya setelah proses pencetakan. 2. Tahapan Awal Sintering. Pada tahapan ini sintering mulai berlangsung dan permukaan kontak kedua partikel semakin lebar. Perubahan ukuran butiran pori belum terjadi. 3. Tahapan Pertengahan Sintering. Pori-pori pada batas butir saling menyatu dan terjadi pembentukan kanal-kanal pori dan ukuran butir mulai membesar. 4. Thapan Akhir Sintering. Pada tahapan ini batas butir bergerak dan terjadi pembesaran ukuran butiran sampai kanal-kanal pori tertutup dan sekaligus terjadi penyusutan.

22 Peningkatan densitas dan penyusutan lebih banyak disebabkan oleh adanya difusi volume dan difusi batas butir (Randall M.G, 1991). Laju penyusutan dipengaruhi oleh waktu dan suhu sintering. Pengaruh suhu sintering terhadap perubahan densitas dan porositas saling berlawanan. Apabila suhu sintering makin tinggi maka kekuatan mekanik dan ukuran butir makin besar, sedangkan porositas dan sifat listriknya menurun. Densitas meruapakan ukuran kepadatan dari suatu material. Ada dua macam densitas, yaitu bulk density dan true density (densitas teori) (Randall M.G, 1991). Dalam hal ini yang diukur adalah bulk density, meruapan sampel yang berdasarkan volume sampel termasuk dengan pori atau rongga. 2.6 KARAKTERISASI MATERIAL KERAMIK Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu bahan keramik maka perlu dilakukan suatu pengujian atau analisa. Beberapa pengujian atau analisa yang dilakukan pada penelitian ini meliputi : sifat fisis (densitas, porositas) dan sifat mekanik (kekerasan, kekuatan patah dan ekspansi termal) Densitas dan Porositas Densitas (rapat massa) didefinisikan sebagai perbandingan antara massa (m) dengan volume (V). Untuk pengukuran volume, khususnya bentuk dan ukuran yang tidak beraturan sulit ditentukan. Oleh karena itu salah satu cara untuk menentukan densitas dan porositas dari sampel keramik alumina yang telah

23 disintering adalah dengan menggunakan metoda Archimedes (standar ASTM C, ), memenuhi persamaan : Bulkdensity m = s xρ air mb ( mg mk )...(1) dengan : mb ms Porositas = x100%...(2) m ( m m ) b g k m s m b m g m k : massa sampel kering, g : massa sampel setelah direndam air, g : massa sampel digantung di dalam air, g : massa kawat penggantung, g Kekerasan persamaan : Pengukuran kekerasan (Vikers dan Hardness) dilakukan dengan dengan : P Hv = 1, (3) D P D : beban yang diberikan, kgf : panjang diagonal jejak indenter, mm Hv : kekerasan Vickers, kgf/mm 2 E : Modulus Young, GPa

24 C : jarak dari pusat ke salah satu ujung retak, m Kekuatan Patah (bending strength) Kekuatan patah (bending strength) digunakan metode dua titik tumpu dan dapat ditentukan dengan persamaan : 3PL Sb =...(4) 2 2bh dengan : P L b,h : gaya penekan, kgf : jarak dua penumpu, cm : dimensi sampel, cm 2.7 PERANGKAT LUNAK KOMPUTER Eksperimen dalam fisika adalah suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Eksperimen selalu diperlukan untuk pengujian teori dan pengembangan teori-teori baru, juga untuk memahami hukum-hukum fisika. Namun demikian, dalam melakukan suatu eksperimen di lapangan selalu ditemukan kendala-kendala, antara lain disebabkan beberapa faktor, yaitu : 1. Gejala fisika yang diteliti prosesnya relatif cepat sehingga sukar diukur dan diamati visualisasinya. 2. Ukuran benda yang diteliti relatif kecil (mikro) sehingga sukar diukur. 3. Gejala yang diteliti cenderung berbahaya.

25 4. Peralatan yang diperlukan untuk analisis suatu gejala relatif mahal atau sukar dioperasikan 5. Data hasil eksperimen yang diperoleh cukup besar (Zarlis, M, 2007) Kendala-kendala di atas menyebabkan karakteristik suatu gejala fisis tidak dapat terungkap secara tuntas, hal ini tentunya akan menyebabkan informasi yang bias dan akan menggangu perkembangan ilmu fisika itu sendiri. Berdasarkan model matematis suatu sistem fisis dapat diketahui karakteristik sistem fisis tersebut, dan melalui karakteristik sistem fisis dapat diramalkan halhal yang akan terjadi bila sistem diberi suatu perlakuan tertentu. (Zarlis, M, 2007) Matlab yang merupakan singkatan dari Matrix Laboratory dikembangkan sebagai bahasa pemograman sekaligus alat visualisasi yang menawarkan banyak kemampuan untuk menyelesaikan berbagai kasus yang berhubungan langsung dengan disiplin keilmuan Matematika, seperti bidang rekayasa teknik, fisika, statistika, komputasi dan modeling. Matlab dibangun dari bahasa induknya yaitu bahasa C, namun tidak dapat dikatakan sebagai varian dari C, karena dalam sintak maupun cara kerjanya sama sekali berbeda dengan C. Namun dengan hubungan langsungnya terhadap bahasa C, Matlab memiliki kelebihan-kelebihan bahasa C bahkan mampu berjalan pada semua platform Sistem Operasi tanpa mengalami perubahan sintak sama sekali (Abdia Gumai, 2006). Matlab adalah bahasa pemograman level tinggi yang dikhususkan untuk komputasi teknis. Bahasa ini mengintegrasikan kemampuan komputasi visualisasi dan pemograman dalam sebuah lingkungan yang tunggal dan mudah digunakan.

26 Matlab memberikan sistem interaktif yang menggunakan konsep array / matrik sebagai standar variabel elemennya tanpa membutuhkan pendeklarasian array seperti pada bahasa lainnya (Abdia Gumai, 2006). Matlab menyediakan berbagai jawaban sekaligus tantangan.matlab menyediakan beberapa pilihan untuk dipelajari, mempelajari metoda visualisasi saja, pemograman saja atau kedua-duanya. Kemudahan yang ditawarkan sama sekali bukan tandingan bahasa pemograman yang lain, karena bahasa pemograman yang lain memang tidak menawarkan kemudahan serupa (Abdia Gumai, 2006). Matlab adalah sistem interaktif dengan elemen dasar basis data array yang dimensinya tidak perlu dinyatakan secara khusus. Hal ini memungkinkan kita untuk memecahkan banyak masalah perhitungan teknik, khususnya yang melibatkan matriks dan vektor dengan waktu yang lebih singkat dari waktu yang butuhkan untuk menulis program dalam bahasa C atau Fortran. Kegunaan Matlab di antaranya : 1. Matematika dan komputasi 2. Pengembangan Algoritma 3. Pemodelan, simulasi, dan pembuatan prototype 4. Analisa data, ekplorasi dan visualisasi 5. Pembuatan aplikasi, termasuk pembuatan antarmuka grafis. (Hanselman Duane, 2000).

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komputer Program Studi Ilmu Komputer dan di rumah dengan fasilitas Personal Computer. 3.2 PEMILIHAN BAHAN BAKU Pemilihan bahan baku yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah : serbuk α-al 2 O 3 (E-Merck), tepung kuarsa dari Cibadak Sukabumi (Si 2 O 3 ), Aquades. 3.3 VARIABEL dan PARAMETER Variabel Variabel yang digunakan pada simulasi ini adalah suhu sintering dan persentase mullit Parameter Parameter yang digunakan pada analisis ini meliputi : densitas, porositas, kekerasan (vickers hardnes), kekuatan patah (bending strength). Data-data diperoleh dari tesis (Tarigan, Nerrus, 2006).

28 3.4 KORELASI SUHU TERHADAP SIFAT-SIFAT FISIS KERAMIK Korelasi Densitas terhadap Suhu Hubungan densitas dengan naiknya suhu sintering secara geometris sebagai berikut : ρ = at b...(5) Bila di ambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut diperoleh : log ρ = log a + b log T...(6) analog dengan persamaan linier : y = a + bx...(7) dengan : y = log ρ a = log a x = log T Untuk memperoleh konstanta a dan b digunakan metode kuadrat terkecil melalui persamaan regresi linier berikut : dan a = n b = 2 ( y)( x ) ( x)( xy) 2 n x ( x) 2 ( xy) ( x)( y) 2 n x ( x) 2...(8)...(9)

29 Dengan cara yang sama untuk sifat-sifat yang lain Korelasi Porositas terhadap Suhu Hubungan porositas terhadap suhu sintering secara geometris sebagai berikut : P = at b...(10) Bila di ambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut diperoleh : log P = log a + b log T...(11) Korelasi Kekerasan (Vickers hardness) terhadap Suhu Hubungan kekerasan dengan naiknya suhu sintering secara geometri adalah : Hv = at b...(12) Dalam bentuk logaritma ditulis : log Hv = log a + b log T...(13) Korelasi Kekuatan Patah terhadap Suhu Hubungan kekuatan patah dengan naiknya suhu sintering secara geometris adalah : Sb = at b...(14) Bila di ambil logaritma kedua ruas persamaan tersebut diperoleh : log Sb = log a + b log T...(15)

30 3.5 METODA KOMPUTASI Dalam ketoda komputasi data-data eksperimen dapat diolah dengan bantuan perangkat lunak PC (Personal Computer). Proses perancangan program simulasi ini dibuat melalui langkah-langkah : 1. Identifikasi persoalan yang meliputi antara lain : masalah yang akan disimulasi, input dan output yang diperlukan 2. Membuat struktur cara penyelesaiannya 3. Membuat metoda penyelesaian 4. Membuat diagram alir (flow chart) 5. Memilih bahasa pemrograman yang akan digunakan dalam simulasi 6. Menterjemahkan algoritma ke dalam bahasa pemrograman 7. Pengoperasian program (Zarlis, M, 1993) 3.6 ALGORITMA ANALISIS SIMULASI Dalam merancang suatu program yang terstruktur dan terkendali dengan baik perlu dilakukan perancangan algoritma dan diagram alir (flow chart) sehingga dapat memperjelas langkah-langkah dalam membuat program secara utuh Algoritma Program Simulasi Untuk Menentukan Densitas Input Algoritma untuk menentukan densitas adalah sebagai berikut :

31 1. m s : massa sampel kering, g 2. m b : massa sampel setelah direndam air, g 3. m g : massa sampel digantung di dalam air, g 4. m k : massa kawat penggantung, g 5. densitas air : ρ air = 1 g/cm 3 6. suhu Proses 1. Kalkulasi densitas 2. Kalkulasi logaritma densitas 3. Kalkulasi logaritma suhu 4. Kalkulasi perkalian logaritma densitas dan logaritma suhu 5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat 6. Dilakukan perulangan untuk 5 data 7. Kalkulasi sigma logaritma densitas 8. Kalkulasi sigma logaritma suhu 9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma densitas dan logaritma suhu 10. Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat 11. Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu 12. Kalkulasi logaritma a 13. Kalkulasi antilogaritma a 14. Kalkulasi b 15. Kalkulasi densitas

32 Output 1. Untuk memperoleh hasil, klik Debug - Run 2. Grafik yang diinginkan akan tampil Algoritma Program Simulasi untuk Menentukan Porositas Algoritma untuk menentukan porositas adalah sebagai berikut : Input 1. m s : massa sampel kering, g 2. m b : massa sampel setelah direndam air, g 3. m g : massa sampel digantung di dalam air, g 4. m k : massa kawat penggantung, g 5. Suhu Proses 1. Kalkulasi porositas 2. Kalkulasi logaritma porositas 3. Kalkulasi logaritma suhu 4. Kalkulasi perkalian logaritma porositas dan logaritma suhu 5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat 6. Dilakukan perulangan untuk 5 data 7. Kalkulasi sigma logaritma porositas 8. Kalkulasi sigma logaritma suhu

33 9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma porositas dan logaritma suhu 10. Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat 11. Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu 12. Kalkulasi logaritma a 13. Kalkulasi antilogaritma a 14. Kalkulasi b 15. Kalkulasi porositas Output 1. Untuk memperoleh hasil, klik Debug - Run 2. Grafik yang diinginkan akan tampil Algoritma Program Simulasi untuk Menentukan Kekersan Algoritma untuk menentukan kekerasan adalah sebagai berikut : Input 1. P : beban yang diberikan, N 2. D : panjang diagonal jejak indenter, m 3. Suhu Proses 1. Kalkulasi kekerasan 2. Kalkulasi logaritma kekerasan 3. Kalkulasi logaritma suhu

34 4. Kalkulasi perkalian logaritma kekerasan dan logaritma suhu 5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat 6. Dilakukan perulangan untuk 5 data 7. Kalkulasi sigma logaritma kekerasan 8. Kalkulasi sigma logaritma suhu 9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma kekerasan dan logaritma suhu 10. Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat 11. Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu 12. Kalkulasi logaritma a 13. Kalkulasi antilogaritma a 14. Kalkulasi b 15. Kalkulasi kekerasan Output 1. Untuk memperoleh hasil, klik Debug - Run 2. Grafik yang diinginkan akan tampil Algoritma Program Simulasi untuk Menentukan Kekuatan Patah Algoritma untuk menentukan kekuatan patah adalah sebagai berikut : Input 1. P : gaya penekan, N 2. L : jarak dua penumpu, m

35 3. b, h : dimensi sampel, m 4. Suhu Proses 1. Kalkulasi kekuatan patah 2. Kalkulasi logaritma kekuatan patah 3. Kalkulasi logaritma suhu 4. Kalkulasi perkalian logaritma kekuatan patah dan logaritma suhu 5. Kalkulasi logaritma suhu kuadrat 6. Dilakukan perulangan untuk 5 data 7. Kalkulasi sigma logaritma kekuatan patah 8. Kalkulasi sigma logaritma suhu 9. Kalkulasi sigma perkalian logaritma kekuatan patah dan logaritma suhu 10. Kalkulasi sigma logaritma suhu kuadrat 11. Kalkulasi kuadrat sigma logaritma suhu 12. Kalkulasi logaritma a 13. Kalkulasi antilogaritma a 14. Kalkulasi b 15. Kalkulasi kekuatan patah Output 1. Untuk memperoleh hasil, klik Debug - Run

36 2. Grafik yang diiginkan akan tampil Secara garis besar algoritma untuk program komputasi ini dapat dilihat pada diagram alir (flow chart). Diagram alur ini dijalankan dengan program seperti pada lampiran 5, lampiran 6, lampiran 7, dan lampiran 8.

37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 ANALISIS SIMULASI DENSITAS dan POROSITAS TERHADAP SUHU SINTERING dengan PERSENTASE MULLIT Hasil analisis simulasi korelasi densitas dan porositas terhadap suhu sintering dengan berbagai persentase aditif mullit dengan batas suhu sintering minimum 1300 o C dan suhu maksimum 1600 o C ditunjukkan oleh grafik-grafik berikut ini sebagai berikut: Gambar 4.1. Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 0 %

38 Gambar 4.2. Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 0

39 Gambar 4.3. Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 10 %

40 Gambar 4.4. Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 10 %

41 Gambar 4.5. Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 15 %

42 Gambar 4.6. Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 15 %

43 Gambar 4.7. Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 20 %

44 Gambar 4.8. Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 20 %

45 Gambar 4.9. Korelasi antara densitas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 25 %

46 Gambar Korelasi antara porositas dan suhu sintering dengan persentase aditif mullit 25 % Dari grafik-grafik di atas dapat dilihat bahwa dengan bertambahnya suhu sintering nilai densitas diharapkan meningkat. Sedangkan pengaruh penambahan aditif Mullit pada pembuatan keramik alumina sangat memberikan pengaruh terhadap sifat fisisnya (densitas dan porositas. Hal ini juga dapat dilihat dari kurva hubungan porositas terhadap suhu, secara teoritis hubungan antara suhu terhadap porositas dan densitas sangat signifikan, di mana dengan bertambahnya suhu, porositasnya berkurang sedang densitasnya bertambah.

47 Untuk sampel tanpa aditif (keramik alumina murni) bila disintering sampai suhu 1600 o C secara simulasi didapat belum mengalami sintering yang sempurna. Hal ini dapat dibandingkan dengan nilai densitasnya setelah disentering sekitar 3.20 g/cm 3 yang masih jauh dari nilai densitas teoritis yaitu sebesar 3,90 g/cm 3. Untuk dapat mencapai densitas teoritis maka suhu sintering harus ditingkatkan lagi sampai lebih besar dari 1600 o C dan memerlukan energiyang jauh lebih besar lagi. Begitu pula nilai porositasnya masih tinggi sekitar 39 % yang berarti masih ada rongga-rongga di antara butir Alumina, di mana seharusnya porositasnya harus kecil. Untuk sampel dengan aditif Mullit 10 % - 15 %, dapat memberikan peningkatan densitas dan penurunan porositas yang signifikan dan cukup besar setelah disentering pada suhu 1600 o C, karena mullit memiliki titk lebur yang lebih rendah dari alumina, yaitu sekitar 1850 o C, sedangkan titik lebur alumina 2050 o C. Pada suhu sintering 1300 o C sampai dengan 1500 o C belum terjadi proses pemadatan, dan proses sintering baru berjalan dan belum berakhir. Sehingga pada suhu 1600 o C, mullit sudah mendekati titik sinteringnya, di mana sebagian melebur dan meningkat butiran alumina serta mengisi rongga kosong (pori). Dengan demikian terjadi pengurangan pori yang besar serta peningkatan densitas. Untuk sampel dengan aditif 20 % dan 25 % maka sampel keramik yang telah disintering 1600 o C memiliki densitas sekitar 3,51 3,58 g/cm 3 (gambar 4.7 dan 4.9)dan porositas sekitar 25% - 12 % (gambar 4.8 dan 4.10)

48 4.2 ANALISIS SIMULASI KEKERASAN dan KEKUATAN PATAH TERHADAP SUHU SINTERING dengan PERSENTASE MULLIT Hasil analisi simulasi korelasi kekerasan dan kekuatan patah terhadap suhu sintering dengan berbagai presentase aditif mullit dengan batas suhu sintering minimum 1300 o C dan suhu maksimum 1600 o C ditunjukkan oleh grafik-grafik berikut ini sebagai berikut : Gambar Korelasi antara kekerasan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 0 %

49 Gambar Korelasi antara kekerasan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 10 %

50 Gambar Korelasi antara kekerasan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 15 %

51 Gambar Korelasi antara kekerasan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 20 %

52 Gambar Korelasi antara kekerasan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 25 %

53 Gambar Korelasi antara kekuatan dan suhu sintering dengan presentase aditif mullit 0 %

54 Gambar Koelasi antara kekuatan patah dengan suhu sintering dengan persentase mullit 10 %

55 Gambar Korelasi antara kekuatan patah dengan suhu sintering dengan persentase mullit 15 %

56 Gambar Korelasi antara kekuatan patah dengan suhu sintering dengan persentase mullit 20 %

57 Gambar Korelasi antara kekuatan patah dengan suhu sintering dengan persentase mullit 25 % Hasil pengujian kekerasan Vickers ditunjukkan pada gambar untuk berbagai macam aditif mullit. Sedangkan hasil pengujian simulasi kekuatan patah ditunjukkan pada gambar Nilai kekerasan Vickers dan kekuatan patah terhadap meningkatnya suhu sintering cenderung naik, karena sampel yang mengalami proses sintering cenderung menjadi padat dan ikatan butiran yang satu dengan yang lainnya cenderung semakin keras bila suhu sintering semakin besar. Hal ini berarti kekerasan dari material sampel keramik tersebut juga cenderung meningkat

58 dengan naiknya suhu sintering karena mullit tergolong material keramik yang memiliki kekerasan yang cukup tinggi dibandingkan keramik yang lainnya. Sampel dengan dengan aditif 20 % dan 25 % mullit dan disintering pada suhu 1600 o C memiliki kekerasan kgf/mm 2 dan kekuatan patah (4,57 4,59).10 4 lbf/in 2. Karena sampel ini memiliki kepadatan yang tinggi atau porositas yang paling kecil. Idealnya untuk keramik Alumina murni memiliki kekerasan sekitar kgf/mm 2, hasil yang diperoleh dengan kondisi tersebut sudah mendekati sifat mekanik dari Alumina. 4.3 PERBANDINGAN HASIL EKSPERIMEN DENGAN SIMULASI Perbandingan antara hasil eksperimen dengan simulasi, yaitu berdasarkan korelasi antara sifat fisis dan mekanis terhadap suhu sintering pada keramik Alumina (Al 2 O 3 ) dengan penambahan aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 seperti ditunjukkan pada lampiran 4. Selisih antara nilai densitas metoda eksperimen dengan metoda simulasi pada aditif mullit berkisar antara 20 sampai 40 kg/m 3. Pada aditif mullit 10 % selisihnya hanya 20 kg/m 3. Pada aditif mullit 15 % selisihnya berkisar 20 sampai 100 kg/m 3. Pada aditif mullit 20 % selisihnya berkisar 40 sampai 120 kg/m 3. Dan pada aditif mullit 25 % selisihnya 60 sampai 140 kg/m 3. Dari selisih ini dapat dilihat bahwa hasil metoda eksperimen mendekati metoda simulasi. Khusus untuk porositas, dapat dilihat bahwa dengan simulasi penurunan porositasnya mendekati keteraturan bila dibandingkan dengan metoda eksperimen

59 yang terjadi penurunan porositas yang drastis pada kenaikan suhu sintering, khususnya pada persentase mullit 15 % sampai 25 %. Selisih antara nilai kekerasan metoda eksperimen dengan metoda simulasi pada aditif mullit 0 % berkisar antara 1,67 sampai 49 kgf/mm 2. Pada aditif mullit 10 % selisihnya berkisar antara 1,73 sampai 104 kgf/mm 2. Pada aditif mullit 15 % selisihnya berkisar antara 9,33 sampai 84 kgf/mm 2. Pada aditif mullit 20 % selisihnya berkisar antara 1,67 sampai 69 kgf/mm 2. Pada aditif mullit 25 % selisihnya berkisar antara 14,33 sampai 72 kgf/mm 2. Selisih antara nilai kekuatan patah metoda eksperimen dengan metoda simulasi pada aditif mullit 0 % berkisar antara 93, 833 sampai 897, 624 lbf/in 2. Pada aditif mullit 10 % berkisar antara sampai 1853, 46 lbf/in 2. Pada aditif mullit 15 % berkisar antara 507, 906 sampai lbf/in 2. Pada aditif mullit 20 % berkisar antara 156,35 sampai lbf/in 2. Pada aditif mullit 25 % berkisar antara 705, 31 sampai 2431 lbf/in 2. Perbedaan ini menurut analisa peneliti adalah disebabkan karena data yang diambil secara eksperimen sangat minim, sehingga untuk mengambil nilai rata-rata porositasnya berbeda dengan simulasi. Alasan lain adalah dikarenakan kekurangan ketelitian dari metoda eksperimen. Oleh sebab itu metode simulasi dapat dijadikan pembanding bagi metoda eksperimen.

60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Dari hasil analisis simulasi korelasi sifat mekanis terhadap suhu sintering dengan persentase aditif mullit yang berbeda pada keramik Alumina Al 2 O 3 dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keramik Alumina Al 2 O 3 dengan aditif mullit 25 % pada suhu 1600 o C menghasilkan nilai densitas 3,58 g/cm 3 dan porositas sekitar 12 % merupakan kondisi terbaik yang mendekati nilai literatur. 2. Pada suhu sintering 1600 o C menghasilkan nilai kekerasan 1475 kgf/mm 2. dan kekuatan patah lbf/in Dari perbandingan hasil eksperimen dan simulasi dapat disimpulkan bahwa melalui analisis simulasi untuk densitas, porositas, kekerasan vickers dan kekuatan patah dapat diperoleh perubahan yang konstan akibat dari kenaikan suhu sintering yang konstan dan dapat juga dianalisis dengan interval kenaikan suhu yang lebih kecil. 4. Hasil metoda eksperimen mendekati metoda simulasi. 5. Selisih antara metoda eksperimen dengan simulasi dipengaruhi oleh minimnya data yang diperoleh pada metoda eksperimen sehingga nilairata-ratanya berbeda dengan metoda simulasi.

61 6. Faktor ketelitian pada metoda eksperiimen juga mempengaruhi perbedaan hasil antara eksperimen dan simulasi. 7. Metoda simulasi dapat dijadikan pembanding bagi metoda eksperimen. 5.2 Saran Untuk menyempurnakan penelitian ini dan penelitian yang berkaitan dengannya peneliti menyarankan : 1. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan variasi suhu sintering yang lebih banyak agar apat diketahui dan dianalisis simulasi korelasi suhu sintering terhadap sifat fisis keramik Alumina Al 2 O Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menggunakan koefisien korelasi yang tidak hanya linier tetapi juga dengan koefisien korelasi polinomial sehingga grafik yang dihasilkan menjadi lebih smooth.

62 DAFTAR PUSTAKA Abdia Away, Gunaidi Matlab Programming. Informatika Bandung Anonius Standard Test Metho for Water Absorption, BULK Density, Porosity on Fire White Ware Product. New York, ASTM Buchannan Relva C Ceramics Materials for Eelctronics. Marcel Dekker. INC. New York and Basel Clifton G. Bergeron, Subhash H.Risbud Introduction to Phase Equilibria in Ceramics. The American Ceramic Society. Inc. Columbus Ohio. Hanselmen Duane and Bruce Littlefield Matlab Bahasa Komputasi Bisnis. Andi Yogyakarta. Harahap. Herlina Tesis. Studi Analisis Simulasi Tentang Korelasi Suhu Sintering Dan Waktu Pembakaran Terhadap Sifat Mekanis Keramik PSZ Dengan Aditif MgO. Hassen P. Chan RW Material Science and Technology Characterization of Materials. Part I Vpl 2A. German. James S Read Introduction to The Principles of Ceramic Processing. John Willey & Sons. Inc. Singapore. Kostorz Gernot High-Tech Ceramic. Academic Press. Zurich. Moulson A.J., Herbert J.M Electroceramics : Materials-Properties- Application. Chapman and Hall. London. Montanaro Sintering of Industrial Mullit. Journal of the European Ceramic Society. Randall M.German Fundamentals of Sintering, Engineered Materials Handbook. Ed. By Samuel J.Schneider. Jr. International Handbook Committe. USA. Ristic M.M New Development Sintering. Elsevier Publishing. Netherland.

63 Reynen P Sintering of Mullit, Materials Science Monograph. Vol.4. Elsevier. Amsterdam. Sahid Pengantar Komputasi Numerik dengan Matlab. Andi Yogyakarta Tarigan. Nerus Tesis Pengaruh Penambahan Mullit 3Al 2 O 3.2SiO 2 Dan Variasi Suhu Sintering Terhadap Karakteristik Dan Mikrostruktur Keramik Al 2 O 3 Van Vlack, Lawrence Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi Indonesia. Erlangga Worral W.E Clays and Ceramics Raw Materials. Elsevier Scientific Publishing Company. Vol 4. London Yet Ming Chiang. Dubas Birnie. W.D. Kingery Physical Ceramic Principles for Ceramic Science and Enginering. John and Sons Inc. Canada Zarlis, M Pemakaian Perangkat Lunak Komputer Dalam Fisika, Makalah yang disampaikan pada Penataran Fisika Komputasi. Proyek HEDS- USAID dan Universitas Bengkulu Zarlis, M Pemrograman Pascal. FMIPA USU Zarlis, M Pemodelan Algoritma Gerakan Berdimensi: Satu Tinjauan Metode Komputasi Dalam Fisika. Pidato Pengukuhan Guru Besar USU.

64 Lampiran 1 Tabel 1. Hasil Pengukuran untuk Menentukan Densitas dan Porositas % Aditif Mullit 0 % 10 % 15 % 20 % 25 % Suhu Sintering ms mb mg Mk Densitas g/cm 3 Porositas % o C

65 Lampiran 2 Tabel 2. Hasil Pengukuran untuk Menentukan Kekerasan % Aditif Mullit 0 % 10 % 15 % 20 % 25 % Suhu Sintering ( o C) Kekerasan Vickers (kgf/mm 2 ) Beban kgf Diameter (mm)

66 Lampiran 3 Tabel 3. Hasil Pengukuran untuk Menentukan Kekuatan % Aditif Mullit Suhu Sintering ( o C) L (inc) b (inc) h (inc) P Kuat Patah (lbf/in 2 ) 0 % 10 % 15 % 20 % 25 %

67 Lampiran 4 Tabel 4. Hasil Analisis Densitas dan Porositas Secara Eksperimen dan Simulasi % Aditif Mullit 0 % 10 % 15 % 20 % 25 % Suhu Sintering Densitas (g/cm 3 ) Porositas % Eksperimen Simulasi Eksperimen Simulasi

68 Lampiran 5 Tabel 5. Hasil Analisis Kekerasan dan Kekuatan secara eksperimen dan simulasi % Aditif Mullit 0 % 10 % 15 % 20 % 25 % Suhu Sintering Kekerasan (kgf/mm 2 ) Kekuatan (lbf/in 2 ) Eksperimen Simulasi Eksperimen Simulasi

69 Lampiran 6 function densitas % ************************************************************ % * Script fungsi untuk mencari densitas dari suatu liquida * % * dimana : * % * Rho = ms(mb - (mg-mk)) * rho_air * % * * % ************************************************************ clc fprintf(' << Program Menghitung Densitas Liquida >> \n'); fprintf('*******************************************\n'); n = input(' Masukkan Jumlah Data = '); Rho_Air = input(' Masukkan Rho Air = '); % Proses Input Data clc fprintf(' << Proses Input Data >> \n'); fprintf('*************************\n'); for i=1:n fprintf('<< Data ke-%d >>\n',i); t(i) = input('masukkan Suhu sintering = '); ms(i) = input('masukkan Ms = '); mb(i) = input('masukkan Mb = '); mg(i) = input('masukkan Mg = '); mk(i) = input('masukkan Mk = '); % Proses Perhitungan Densitas Densitas(i) = (ms(i) / (mb(i) - (mg(i) - mk(i)))) * Rho_Air; y(i) = log10(densitas(i)); x(i) = log10(t(i)); end % hitung total % inisialisasi variable y_tot = 0; x_tot = 0; x2_tot = 0; xy_tot = 0; for i=1:n y_tot = y_tot + y(i); x_tot = x_tot + x(i); x2_tot = x2_tot + x(i)^2; xy_tot = xy_tot + x(i) * y(i);

70 end % hitung nilai a dan b a = (y_tot * x2_tot - x_tot * xy_tot) / (n * x2_tot - x_tot^2 ); % cari antilog dari a a = 10 ^ a; b = ( n * xy_tot - x_tot * y_tot ) / ( n * x2_tot - x_tot^2 ); % Tampilkan Hasil fprintf('\n<< Hasil Perhitungan >>\n'); fprintf(' Nilai a dari %d data percobaan adalah = %.5f \n',n,a); fprintf(' Nilai b dari %d data percobaan adalah = %.5f \n',n,b); fprintf(' maka Densitas = a * T^b \n\n'); Tmin = input(' Masukkan Batas Bawah Suhu Baru = '); Tmax = input(' Masukkan Batas Atas Suhu Baru = '); selang = input(' Masukkan Selang Interval Suhu = '); Ty = [Tmin:selang:Tmax]; for i=1:length(ty) Dx(i) = a * Ty(i) ^ b; end % plot Grafik plot(ty,dx), title ('Grafik Densitas Vs Suhu '); return;

71 Lampran 7 clc fprintf(' << Program Menghitung Porositas >> \n'); n = input(' Masukkan Jumlah Data = '); % Proses Input Data clc fprintf(' << Proses Input Data >> \n'); fprintf('*************************\n'); for i=1:n fprintf('<< Data ke-%d >>\n',i); T(i) = input('masukkan Suhu sintering = '); ms(i) = input('masukkan ms = '); mb(i) = input('masukkan mb = '); mg(i) = input('masukkan mg = '); mk(i) = input('masukkan mk = '); % Proses Perhitungan Porositas Porositas(i) = ((mb(i)-ms(i)/mb(i)-(mg(i)-mk(i)))*100); y(i) = log10(porositas(i)); x(i) = log10(t(i)); end % hitung total % inisialisasi variable y_tot = 0; x_tot = 0; x2_tot = 0; xy_tot = 0; for i=1:n y_tot = y_tot + y(i); x_tot = x_tot + x(i); x2_tot = x2_tot + x(i)^2; xy_tot = xy_tot + x(i) * y(i); end % hitung nilai a dan b a = (y_tot * x2_tot - x_tot * xy_tot) / (n * x2_tot - x_tot^2 ); % cari antilog dari a a = 10 ^ a; b = ( n * xy_tot - x_tot * y_tot ) / ( n * x2_tot - x_tot^2 );

Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3

Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3 JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 3, NOMOR 2 JUNI 2007 Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3 P. Sebayang, Anggito. P. Tetuko, Deni S. Khaerudini,

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/einstein Uji Fisis Bahan Isolator Listrik Berbasis Keramik Porselin Alumina Maryati Doloksaribu dan Lisnawaty Simatupang* Jurusan

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

TESIS. Oleh MARLON SIHOLE /FIS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

TESIS. Oleh MARLON SIHOLE /FIS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN MULLITE 3Al 2 O 3. 2SiO 2 DAN VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP KARAKTERISTIK KERAMIK Al 2 O 3 DENGAN SIMULASI PROGRAM MATLAB TESIS Oleh MARLON SIHOLE 067026013/FIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan

Lebih terperinci

MENGHITUNG NILAI KEKERASAN DAN KEKUATAN PATAH KERAMIK CORDIERITE SECARA SIMULASI MATHEMATICA 5.1

MENGHITUNG NILAI KEKERASAN DAN KEKUATAN PATAH KERAMIK CORDIERITE SECARA SIMULASI MATHEMATICA 5.1 MENGHITUNG NILAI KEKERASAN DAN KEKUATAN PATAH KERAMIK CORDIERITE SECARA SIMULASI MATHEMATICA 5.1 Juliandi Siregar Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP UMN Al Washliyah Abstrak Telah dilakukan penelitian Menghitung

Lebih terperinci

PENGARUH ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DARI KERAMIK VARISTOR ZnO. Drs. M. Gade, M.Si. ABSTRAK

PENGARUH ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DARI KERAMIK VARISTOR ZnO. Drs. M. Gade, M.Si. ABSTRAK PENGARUH ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DARI KERAMIK VARISTOR ZnO Drs. M. Gade, M.Si. Dosen Kopertis Wilayah I dpk. Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan keramik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3 PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3 Jafri Haryadi 1, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Kopertis Wilayah I DPK- UMN Al-Washliyah Medan 2 Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB 7 KERAMIK Part 2

BAB 7 KERAMIK Part 2 BAB 7 KERAMIK Part 2 PENGERTIAN KERAMIK Keramik adalah bahan yang terbentuk dari hasil senyawa (compound) antara satu atau lebih unsur-unsur logam (termasuk Si dan Ge) dengan satu atau lebih unsur-unsur

Lebih terperinci

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 PERANAN TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG TAPIOKA DALAM PEMBUATAN KERAMIK ALUMINA BERPORI DENGAN PROSES SLIP CASTING Soejono Tjitro, Juliana Anggono dan Dian Perdana Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Yudy Surya Irawan. Material Baru

Yudy Surya Irawan. Material Baru Keramik Silikat (Silicate Ceramic) Silikat adalah material-material yang pada umumnya terdiri dari Silikon dan Oksigen, dua unsur kimia yang paling banyak di kulit bumi dan berupa tanah, batu, lempung

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang terbentuk melalui reaksi antara MgO, Al 2 O 3, dan SiO 2. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas FISIKA LABORATORIUM- LAB. MATERIAL 2015 1-4 1 Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas Puji Kumala Pertiwi, Agustin Leny, Khoirotul Yusro dan Gonjtang Prajitno

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN IV.1 Karakterisasi Serbuk Alumina Hasil Milling Menggunakan SEM Proses milling ditujukan untuk menghaluskan serbuk sehingga diperoleh gradasi ukuran partikel yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN Al 2 TiO 5 PADA PEMBUATAN KERAMIK Al 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MIKROSTRUKTURNYA TESIS. Oleh : AHMAD FAISAL / FIS

PENGARUH PENAMBAHAN Al 2 TiO 5 PADA PEMBUATAN KERAMIK Al 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MIKROSTRUKTURNYA TESIS. Oleh : AHMAD FAISAL / FIS PENGARUH PENAMBAHAN Al 2 TiO 5 PADA PEMBUATAN KERAMIK Al 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DAN MIKROSTRUKTURNYA TESIS Oleh : AHMAD FAISAL 057026002 / FIS SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri dan teknologi saat ini khususnya industri logam dan konstruksi, semakin hari semakin memacu arah pemikiran manusia untuk lebih meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL Irkhos Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) 21187 Abstrak Telah dilakukan karakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO

DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA MATERIAL KOMPOSIT FLY ASH-MGO Rahmat Doni Widodo, Rusiyanto Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang, Email: rahmat_doni@yahoo.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINEAR VARISTOR ZnO.

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINEAR VARISTOR ZnO. KESIMPULAN Persentase Aditif Bi 2 O 3 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap mikrostruktur, koefisien non linier varistor ZnO, dan menimbulkan pembentukkan batas butir/grain boundary. Keramik ZnO

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan bahan dasar velg racing sepeda motor bekas kemudian velg tersebut diremelting dan diberikan penambahan Si sebesar 2%,4%,6%, dan 8%. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penelitian tentang bahan polimer sedang berkembang. Hal ini dikarenakan bahan polimer memiliki beberapa sifat yang lebih unggul jika dibandingkan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO Fahmi 1109201707 Dosen Pembimbing Dr. Mochammad Zainuri, M.Si PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Hadi Priyo Utomo (906322403617). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang e-mail: hadi_piyu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM

02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 02 03 : CACAT KRISTAL LOGAM 2.1. Cacat Kristal Diperlukan berjuta-juta atom untuk membentuk satu kristal. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila terdapat cacat atau ketidakteraturan dalam tubuh kristal.

Lebih terperinci

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s

Keramik. Ikatan atom pada keramik. Sifat-sifat bahan keramik 04/10/2016. Lukhi mulia s Ikatan atom pada keramik Keramik Lukhi mulia s O Ikatan ion O Ikatan kovalen O Ikatan logam O Ikatan dipol O Ikatan antar atom dan sifat-sifat kristal 1 3 1438 1438 3 3 Pendahuluan O Keramik merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 Meilinda Nurbanasari Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional, Bandung Dani Gustaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni. 3.2 Alur Penelitian Kegiatan penelitian akan dilakukan dengan alur seperti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Struktur Kristal Logam dan Keramik

Struktur Kristal Logam dan Keramik Struktur Kristal Logam dan Keramik 1. Selayang Pandang Muhammad Fauzi Mustamin [*] Jurusan Fisika, Universitas Hasanuddin Maret 2015 Material padat dapat diklasifikasi berdasarkan karakteristik atom atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Sampel keramik dibuat dengan bahan dasar Abu vulkanik Gunung Sinabung yang langsung diambil dari Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat, Tanah Karo Sumatera

Lebih terperinci

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing

Keramik. KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik KERAMIKOS (bahasa Yunani) sifat yang diinginkan dari material ini secara normal dapat dicapai melalui proses perlakuan panas Firing Keramik Keramik Keramik Definisi: material padat anorganik yang

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh

METALURGI SERBUK. By : Nurun Nayiroh METALURGI SERBUK By : Nurun Nayiroh Metalurgi serbuk adalah metode yang terus dikembangkan dari proses manufaktur yang dapat mencapai bentuk komponen akhir dengan mencampurkan serbuk secara bersamaan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prinsip Dasar Percobaan Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINIER VARISTOR ZnO

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINIER VARISTOR ZnO EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINIER VARISTOR ZnO M.Gade 1 dan Muljadi 2 1 Kopertis Wilayah I DPK- UMN Al-Washliyah Medan 2 Pusat Penelitian Fisika-LIPI-Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA PENGARUH PERSEN HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Dahyunir Dahlan, Sri Mulyati Laboratorium Fisika Material - Jurusan Fisika, FMIPA UNAND

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Hadi Priyo Utomo (906322403617). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang e-mail: hadi_piyu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Vonny Febrita, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

KOMPUTASI NUMERIK UNTUK ANALISIS KARAKTERISTIK KERAMIK PSZ DENGAN ADITIF MgO, CaO BERBASIS MATLAB TESIS. Oleh B O B B I N /FIS

KOMPUTASI NUMERIK UNTUK ANALISIS KARAKTERISTIK KERAMIK PSZ DENGAN ADITIF MgO, CaO BERBASIS MATLAB TESIS. Oleh B O B B I N /FIS 58 KOMPUTASI NUMERIK UNTUK ANALISIS KARAKTERISTIK KERAMIK PSZ DENGAN ADITIF MgO, CaO BERBASIS MATLAB TESIS Oleh B O B B I N 067026003/FIS SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

Lebih terperinci

KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK

KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK ISSN: 1693-6930 83 KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK Eva Indiani, Ngurah Ayu Ketut Umiati Jurusan Fisika Universitas Diponegoro, Semarang Indonesia ngurahayuketutumiati@yahoo.com

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate) Hilda Trisna, Alimin Mahyudin Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Andalas, Padang

Lebih terperinci

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST Ikwansyah Isranuri (1),Jamil (2),Suprianto (3) (1),(2),(3) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik USU Jl. Almamater,

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

Bab 7 Keramik Part 1

Bab 7 Keramik Part 1 Bab 7 Keramik Part 1 Pendahuluan Pada masa lalu, keramik yang hanya dapat berperan dalam industri elektronik kini sudah dapat dinyatakan sebagai bahan yang dapat digunakan pada seluruh industri manufacturing

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR Masyrukan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta JL. A.Yani Tromol Pos I Pabelan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik DANNY PUTRA PRATAMA NIM STUDI EKSPERIMENTAL DAN SIMULASI ANSYS 12 PEMBUATAN ASPAL POLIMER DENGAN PERBANDINGAN CAMPURAN POLISTIRENA PADA ASPAL 0:50, 5:45, 15:35, 25:25 DENGAN AGREGAT 300 gr PASIR SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO Jurnal Penelitian Sains Volume 12 Nomer 1(B) 12103 Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO Ramlan dan Akmal Johan Jurusan Fisika FMIPA, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA

PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA PENGARUH PERSEN MASSA HASIL PEMBAKARAN SERBUK KAYU DAN AMPAS TEBU PADA MORTAR TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISISNYA Sri Mulyati, Dahyunir Dahlan, Elvis Adril Laboratorium Material dan Struktur, Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH Teguh Rahardjo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Nasional

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hap/cs. (gram) (cm) A 10% B 20%

Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hap/cs. (gram) (cm) A 10% B 20% Lampiran 1 Analisis rapat massa (Densitas) Tabel Lampiran 1. Hasil Pengukuran Densitas n-hapcs Sampel Konsentrasi m T D Densitas HAP (gram) (cm) (cm) (g cm 3 ) A 10% 1.2115 0.578 1.214 1.81170945 B 20%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Saat ini proses pengecoran sudah sangat luas aplikasinya di bidang industri, pengecoran adalah proses pembentukan logam dengan cara memasukan logam cair kedalam cetakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN No.06 / Tahun III Oktober 2010 ISSN 1979-2409 KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN Martoyo, Ahmad Paid, M.Suryadiman Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus

BAB I PENDAHULUAN. Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah disadari bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dibayar oleh umat manusia berupa pencemaran udara. Dewasa ini masalah lingkungan kerap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan beberapa tahun terakhir dalam hal material bioaktif, polimer, material komposit dan keramik, serta kecenderungan masa depan kearah sistem

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. tidak memadai, dan kadar air tanah yang melebihi, Permasalahan umum yang sering dijumpai dalam pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi pada proyek pembangunan jalan adalah terjadinya penurunan tanah timbunan jalan, sehingga terjadi kerusakan pada aspal. Terjadinya penurunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Spesimen Uji Dimensi benda kerja dari hasil pengecoran dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan keseluruhan dari benda kerja dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK Bambang Suharnadi Program Diploma Teknik Mesin Sekolah Vokasi UGM suharnadi@ugm.ac.id Nugroho Santoso Program

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudirham ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 15-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 15 Difusi Difusi adalah peristiwa di mana terjadi tranfer materi melalui

Lebih terperinci

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si Fuad Abdillah*) Dosen PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Waktu penahanan pada temperatur

Lebih terperinci

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.2, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) A-13 Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga Vimala Rachmawati dan Kamiran Jurusan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN IV.1 ANALISIS PEMBUATAN SAMPEL Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian material untuk mengecek kualitas dan perhitungan rancang campuran. Material yang diuji

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356. STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENIUPAN PADA METODA DEGASSING JENIS LANCE PIPE, DAN POROUS PLUG TERHADAP KUALITAS CORAN PADUAN ALUMINIUM A356.0 Hari Subiyanto 1), Subowo 2), Gathot D.W 3), Syamsul Hadi

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN

ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN ANALISA PERBANDINGAN PEMAKAIAN RISER RING DAN CROWN PADA PENGECORAN VELG TIPE MS 366 DENGAN UJI SIMULASI MENGGUNAKAN CAE ADSTEFAN Oleh: M.Nawarul Fuad Shibu lijack LATAR BELAKANG Fungsi velg sebagai roda

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Tengku Jukdin Saktisahdan 1, Moraida Hasanah

Lebih terperinci

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK (1) Muhammad Sadat Hamzah, (2) Alimuddin Sam (1)(2) Jurusan Teknik Mesin Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Palu Email

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci