BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Sampel keramik dibuat dengan bahan dasar Abu vulkanik Gunung Sinabung yang langsung diambil dari Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat, Tanah Karo Sumatera Utara yang berjarak 3 kilometer dari Gunung Sinabung dengan taraf kedalaman pengambilan abu gunung sinabung yaitu 0-8 cm, dan ditambahkan dengan unsur Aluminium Oksida (Al 2 O 3 )dan senyawa Magnesium Oksida (MgO), kemudian dicetak dan disintering dengan suhu yang bervariasi, yaitu dari suhu 600 ºC, 800 C, 1000 C, 1100 C, dan suhu 1200 C, dengan waktu penahanan 1 jam. Selanjutnya sampel keramik diuji dan dikarakterisasi yaitu dengan menganalisa struktur kristal dengan menggunakan alat XRD (X-Ray Diffraction), pengujian sifat fisis dengan mengukur densitas, pengujian sifat mekanik dengan mennguji kekerasan (Hardness Vickers) menggunakan alat microhardness tester, dan yang terakhir pengamatan morfologi dengan menggunakan alat Microscope B-6000 AT. 4.2 HASIL PENGUJIAN XRD (X-RAY DIFFRACTION) Anlisa XRD dilakukan untuk mengetahui perubahan fasa struktur bahan dan mengetahui fasa-fasa apa saja yang terbentuk dalam selama proses pembuatan sampel uji. Sampel yang digunakan dalam analisa ini adalah sampel 1 yang berkomposisi Abu sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C dan sampel 2

2 48 Abu Gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C. Hasil analisa XRD pada sampel 1 yang berkomposisi Abu gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C adalah sebagai berikut. Gambar. 4.1 Hasil Pengujian XRD sampel 1 dengan komposisi Abu gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C Dari Gambar 4.1 diatas dapat kita lihat bahwa hasil pada pola XRD pada sampel 1 diatas diperoleh 16 peak/puncak tertinggi, dan peak yang tertinggi dari diantara puncak-puncak yang ada pada gambar diatas adalah puncak yang ke 6. Dari puncak tersebutlah yang menjadi titik acuan untuk mencari fasa yang terbentuk pada sampel 1 tersebut, setelah itu dilakukan pengolahan/pencarian fasa-fasa yang terbentuk dari sampel dengan menggunakan program match.hasil pencarian dari fasa-fasa yang terbentuk dalam sampel tersebut bisa kita lihat pada Tabel.4.1 berikut ini.

3 49 Tabel. 4.1 Hasil Pengujian XRD sampel 1 dengan komposisi Abu gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C. Peak 2-theta D No. (deg) (ang) Fasa SiO₂ Al₂SiO₅ SiO₂ SiO₂ Mg SiO₃ SiO₂ SiO₂ MgSiO₃ SiO₂ Mg SiO₃ MgO MgO Mg SiO₃ Al₂SiO₅ MgOSiO₃ MgO Dari Tabel. 4.1 diatas dapat kita lihat bahwa pada peak 1, 3, 4, 6, 7, dan 9 terdapat fasa SiO 2, dan pada peak 2 dan peak 14 terdapat fasa Al₂SiO₅, selanjutnya pada peak 5, 8, 10, 13, dan peak 15 terdapat Mg SiO₃ dan yang terakhir pada peak 11, 12, 16 terdapat fasa MgO.Dari penjelasan diatas yang dominan terdapat pada sampel 1 dengan komposisi Abu gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5%di sintering pada suhu 1100 C ini adalah SiO 2, fasa kedua terbanyak yang terdapat pada sampel 1 ini adalah fasa Mg SiO₃, fasa ketiga terbanyak yang terdapat pada sampel 1 ini adalah fasa MgO dan yang terakhir fasa yang minor pada sampel ini adalah fasa Al₂SiO₅. Dari sampel 1 ini kita dapat simpulkan bahwa abu vulkanik gunung sinabung lebih bereaksi ke pada unsur MgO dan sangat sedikit bereaksi kepada unsur Al 2 O 3.

4 50 Berikut ini akan dijelaskan hasil analisa XRD sampel 2 dengan komposisi Abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C. Gambar. 4.2 Hasil Pengujian XRD sampel 2 dengan komposisiabu gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C. Dari Gambar. 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa hasil pada pola XRD pada sampel 2 diatas diperoleh 13 peak/puncak tertinggi, dan peak yang tertinggi dari diantara peak-peak yang ada pada gambar diatas adalah peak ke 4. Dari peak tersebutlah yang menjadi titik acuan untuk mencari fasa yang terbentuk pada sampel 2 tersebut, setelah itu dilakukan pengolahan/pencarian fasa-fasa yang terbentuk dari sampel dengan menggunakan program match. Untuk hasil pencarian dari fasa-fasa yang terbentuk dalam sampel tersebut bisa kita lihat pada Tabel.4.2 berikut ini.

5 51 Tabel. 4.2 Hasil Pengujian XRD sampel 2 dengan komposisi Abu gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10%dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C Peak 2-theta D No. (deg) (ang) Fasa (3) SiO₂ (3) Al₂SiO₅ (3) 3.769(5) Al₂SiO₅ (3) 3.191(3) SiO₂ (3) 2.876(3) Al₂Mg₃Si₃O₁₂ (4) 2.513(3) SiO₂ (3) 2.454(2) SiO₂ (8) 2.029(4) MgO (6) (19) Mg SiO₃ (5) (17) Al₂Mg₃Si₃O 1 ₂ (8) 1.751(2) Mg SiO₃ (3) (7) Al₂MgO₄ (18) (4) Al₂MgO₄ Dari Tabel. 4.2 diatas dapat kita lihat bahwa pada peak 1, 4, 6, dan peak 7 terdapat fasa SiO 2, dan pada peak 2 dan peak 3 terdapat fasa Al₂SiO₅, selanjutnya pada peak 5 dan pada peak 10 terdapat fasa Al₂Mg₃Si₃O₁₂, dan pada peak 9 dan peak 11 terdapat fasa Mg SiO₃, dan pada 12 dan peak 13 terdapat Al₂MgO₄, dan yang terakhir peak 8 terdapat fasa MgO, ini adalah fasa yang paling minor dalam sampel 2 ini yang berkomposisi Abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C. Dari sampel yang kedua ini telihat bahwa penambahan Al 2 O 3 dan MgO berpengaruh terhadap perubahan fasa-fasa yang terbentuk dalam sampel ini. Jika dibandingkan dengan hasil pengujian sampel 1 dengan komposisi Abu gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5%di sintering pada suhu 1100 C, pada sampel tersebut abu vulkanik lebih bereaksi ke unsur MgO dan abu vulkanik gunung sinabung sangat sedikit bereaksike unsur Al 2 O 3. Sedangkan jika dilihat hasil pengujian dari sampel yang kedua dengan komposisi Abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C, Abu vulkanik bereaksi ke unsur Al 2 O 3 dan Abu vulkanik juga bereaksi ke unsur MgO, fasa yang membentuk unsur MgO dan unsur Al 2 O 3 juga ada terdapat pada sampel tersebut seperti yang kita lihat pada peak 12 dan peak 13, dan dan ketiga bahan tersebut juga ada yang saling bereaksi seperti yang kita lihat pada peak 5 dan peak 10. Jadi setelah dilakukan penambahan persentase

6 52 Al 2 O 3 dan MgO ada perubahan fasa yang terbentuk dalam sampel keramik dan tidak ada terbentuk pada sampel HASIL PENGUJIAN DENSITAS Pengukuran densitas dilakukan untuk mengetahui pada suhu sintering berapa densitas maksimum terjadi dan pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan metode biasa atau langsung yaitu dengan memabagikan langsung massa dengan volume dari sampel tersebut. Berikut ini akan di jelaskan hasil pengujian densitas bahan material keramik sampel 1 dengan komposisi abu vulkanik 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5%, dan untuk sampel 2 komposisi abu vulkanik 90%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10% dapat kita lihat pada Tabel. 4.3 dan Gambar. 4.3 Tabel 4.3 Hasil Pengujian Densitas Pada Sampel 1 dan sampel 2 Sampel 1 Sampel 2 Suhu ( C) ρ (gr/cm 3 ) Berdasarkan hasil pengujian densitas sampel 1 (Abu vulkanik 90%, Al 2 O 3 5%, dan MgO 5%) pada sampel 1 ini suhu pembakaran (temperature) yang digunakan dan yang telah di ukur densitasnya adalah pada suhu 600ºC, 800 C, 1000 C, 1100 C dan suhu 1200 C. Dengan kenaikan temperature, densitas yang diperoleh akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena terjadi pemadatan diantara partikel-partikelnya, sehingga ikatan dari ketiga bahan sampel tersebut semakin kuat.dari Tabel 4.3 diatas dapat kita lihat pada suhu 600 C densitas yang dicapai hanya 1.66 gr/cm 3, dan pada

7 53 suhu 800 C densitas mencapai1.69 gr/cm 3, dan pada suhu 1000 C densitas mencapai 1.70 gr/cm 3, dan pada suhu 1100 C densitas mencapai 1.81 gr/cm 3 dan pada suhu 1200 C densitas menurun menjadi 1.73 gr/cm 3. Hasil pengujian densitas sampel 2 dengan komposisi Abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10%, pada sampel yang ke 2 ini berbeda dengan sampel 1, salah satu perbedaannya yaitu pada komposisi masing-masing sampel. Hal ini bertujuan untuk, mendapatkan densitas yang lebih tinggi dan nantinya dapat dibandingkan dengan sampel yang pertama.dan dari Tabel.4.3 diatas dapat kita lihat hasil pengujian densitas sampel 2. Pada suhu 1000 C densitas mencapai 1.71 kg/cm 3, dan pada suhu 1100 C densitas mencapai 1.91 kg/cm 3 dan yang terakhir pada suhu 1200 C densitas semakin meningkat mencapai 2.06 kg/cm 3, dari hasil pengujian densitas pada sampel 2 ini dapat kita lihat bahwa penambahan Al 2 O 3 dan MgO juga berpengaruh terhadap kenaikan nilai densitas. Selanjutnya dapat kita lihat perbandingan antara sampel 1 dan sampel 2 pada Gambar 4.3 berikut Densitas (Kg/cm 3 ) sampel 1 sampel Suhu C (Sintering) Gambar. 4.3 Perbandingan Hasil pengujian densitas pada sampel 1 dan sampel 2 Dari Grafik 4.3 diatas dapat kita lihat pada sampel 1 dengan komposisi Abu vulkanik Gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5%, dari suhu sintering 600 sampai pada suhu sintering 1100 C nilai densitas mengalami kenaikan jika suhu sintering juga di naikkan, dan pada suhu 1200 C nilai densitas cenderung turun. Hal ini disebabkan kareana bahan material keramik mulai mendekati titik lelehnya (melting point), atau sering disebut deformasi, karena pada bahan material keramik

8 54 pada sampel 1 di sintering pada suhu 1200 C ini juga mengalami perubahan bentuk setelah proses sintering pada suhu 1200 C dilakukan. Dan pada sampel 2 setelah penambahan persentase Al 2 O 3 dan MgO dilakukan yaitu bahan sampel 2 menjadi,abu vulkanik Gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% maka hasil pengujian yang didapat semakin meningkat seiring kenaikan suhu sintering juga ikut di naikkan. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan persentase Al 2 O 3 dan MgO sangat mempengaruhi hasil nilai densitas. Untuk perbandingan nilai densitas diantara sampel uji yang lebih baik atau lebih tinggi itu adalah pada sampel uji yangkedua dengan campuran komposisi abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1200 C mencapai 2.06 kg/cm 3, sementara dari sampel uji yang pertama yaitu dengan campuran komposisi Abu vulkanik 90%, Al 2 O 3 5%, dan MgO 5% nilai densitas tertinggi hanya 1.81 kg/cm 3 pada suhu sintering 1100 C. Jadi dari Tabel.4.3 dan Grafik. 4.3 diatas dapat kita simpulkan bahwa semakin tinggi suhu sintering maka nilai densitas akan semakin meningkat hingga mencapai titik puncak sebelum mengalami deformasi, dan penambahan unsur Al 2 O 3 dan unsur MgO juga berpengaruh terhadap peningktan nilai densitas, supaya nilai yang dihasilkan akan semakain tinggi. 4.4 HASIL PENGUJIAN KEKERASAN (HARDNESS VICKERS) Uji kekerasan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode Kekerasan Vickers yang mengacu pada standard JIS Z (Somiya,1989),Dan tujuan dilakukan pengujian kekerasan adalah untuk mengetahui nilai kekerasan yang terdapat pada setiap sampel uji dengan menggunakan alat Microhardness tester. Dan pada pengujian kekerasan pada setiap sampel uji keramik ini dilakukan 3 kali pengujian dari satu sampel uji, supaya mendapatkan nilai hasil kekerasan dari seluruh permukaan sampel dengan titik pegambilan yang berbeda dan setelah hasil dari tiga kali pengujian tersebut hasilnya akan dirata ratakan setelah itu hasil dari rata-rata tersebut diambil dan itu lah menjadi hasil yang benar dari sampel tersebut. Berikut ini akan dijelaskan hasil pengujian kekerasan bahan material keramik sampel 1 dengan komposisi Abu vulkanik gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5% dan MgO 5% dan untuk sampel 2 dengan

9 55 komposisi abu vulkanik 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10%.Hasil nilai kekerasan pada sampel 1 dan sampel 2 dapat dilihat pada Tabel. 4.4 dan Gambar 4.4 Tabel 4.4 Hasil Uji kekerasan Vickers sampel 1 dan sampel 2 Sampel Suhu C Hv (Kgf/mm 2 ) Ratarata Dari Tabel. 4.4 diatas dapat kita lihat pada sampel 1 di sintering pada suhu 1100 C nilai kekerasan yang di hasilkan dari sampel tersebut mencapai kgf/mm 2, sementara pada sampel 2 di sintering pada suhu 1100 C melebihi nilai kekerasan yang diperoleh sampel 1 yaitu mencapai kgf/mm 2, dan untuk sampel 1 di sintering pada suhu 1200 C nilai kekerasan yang diperoleh mencapai kgf/mm 2, sementara pada sampel yang ke 2 dengan suhu yang sama yaitu pada suhu 1200 C nilai kekerasan yang diperoleh mencapai kgf/mm 2. Dari Tabel. 4.4 diatas juga dapat kita lihat bahwa nilai kekerasan yang lebih tinggi diperoleh pada sampel 2 dengan komposisi Abu vulkanik Gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10%. Berikut ini hasil pengujian kekerasan akan ditampilkan dalam bentuk Grafik. 4.4 berikut.

10 56 Hardness Vickers (Kgf/mm²) Perbandingan nilai kekerasan pada sampel uji sampel 1 sampel 2 Suhu C (Sintering) Gambar. 4.4 Perbandingan nilai Uji kekerasan Vickers sampel 1 dan sampel 2 Dari Gambar. 4.4 diatas dapat kita lihat perbandingan antara sampel 1 dan sampel 2 dimana seperti penjelasan diatas persentase komposisi anatara sampel 1 dan sampel 2 juga berbeda, dan dari Grafik. 4.4 diatas juga kita lihat bahwa pada suhu yang sama nilai kekerasan yang cenderung lebih tinggi adalah sampel 2 dengan komposisi Abu vulkanik Gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10%. Hal ini menujjukkan bahwa penambahan unsur Al 2 O 3 dan unsur MgO sangat berpengaruh terhadap kenaikan nilai kekerasan karena seperti yang kita ketahui dari literature bahwa nilai kekerasan Al 2 O 3 bisa dikatakan cukup tinggi dengan kemurnian 99.50% alumina nilai kekerasannya mencapai 1440 kg/mm 2. jadi dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa suhu sinteringdan penambahan unsur Al 2 O 3 dan unsur MgO sangat berpengaruh terhadap nilai kekerasan yang akan dihasilkan pada bahan material keramik, dimana pada saat kedua unsur tersebut ditambahkan maka hasil dari pengujian kekerasan akan semakin meningkat/semakin keras. 4.5 HASIL PENGAMATAN STRUKTUR MORFOLOGI Hasil pengamatan struktur morfologi dengan menggunakan Microscope BS-6000 AT pada sampel keramik yang pertama dengan komposisi Abu Vulkanik gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5%, MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C dan pada suhu 1200 C ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut ini.

11 C 1200 C Gambar 4.5 Hasil Foto Optical Microscope pada sampel 1 di sentering pada suhu 1100 C dan 1200 C Dari hasil foto optical microscope dengan perbesaran 40 kali, permukaan struktur sampel 1 dengan komposisi Abu vulkanik gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5%, dan MgO 5% di sintering pada suhu 1100 C dapat kita amati dari Gambar. 4.1 diatas, terlihat dengan jelas bahwa yang masih sangat kelihatan dari gambar tersebut diatas adalah aluminanya yaitu yang ditunjjukkan pada warna putih kilat, dan yang berwarna abu-abu itu adalah warna dari abu vulkanik gunung sinabung itu sendiri. Dan seperti yang terlihat dari gambar diatas juga abu vukanik dan unsur Alumina dan juga MgO belum menyatu atau belum bisa dikatakan kompak, dan yang berwarna hitam itu disebut pori-pori yang ada pada sampel tersebut. Dan jika kita melihat pada sampel 1 pada suhu sintering 1200 C bahwa bahan material keramik pada sampel ini juga belum bisa dikatakan merata ataupun menyatu, karena masih terlihat masih terdapat pori-pori pada permukaan sampel uji tersebut. Namun jika kedua hasil tersebut kita bandingkan terlihat bahwa yang lebih dominan terlihat merata adalah pada suhu sintering 1200 C. Hal ini di karenakan kandungan unsur yang ada pada bahan material keramik tersebut belum tercampur dengan rata ataupun pada saat proses homogenisasinya juga masih kurang optimal. Untuk hasil pengamatan struktur

12 58 morfologi pada sampel 2 yang berkomposisi Abu Vulkanik gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10% dan MgO 10% di sintering pada suhu 1100 C dan 1200 C ditunjukkan pada gambar 4.6 berikut ini C 1200 C Gambar 4.6 Foto Optical Microscope pada sampel 2 di sentering pada suhu 1100 C dan 1200 C Dari hasil foto optical microscope dengan perbesaran 40 kali, permukaan struktur sampel yang ke 2 dengan komposisi Abu vulkanik gunung sinabung 80%, Al 2 O 3 10%, dan MgO 10% di sintering pada suhu 1100 C dapat kita amati dari Gambar. 4.6 diatas. Pada hasil foto optical microscope diatas terlihat permukaan struktur sampel yang ke 2 pada suhu sintering 1100 C sudah merata dibandingkan dengan sampel 1 dengan komposisi Abu vulkanik gunung sinabung 90%, Al 2 O 3 5%, dan MgO 5% walaupun pada foto hasil pengamatan diatas masih ada terlihat pori-pori tetapi tidak terlalu banyak. Hal ini menunjukkan bahwa persentase campuran juga sangat berpengaruh untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk hasil pengamatan struktur morfologi pada sampel 2 pada suhu sintering 1200 C Seperti yang kita lihat pada gambar 4.6 diatas terlihat bahwa bahan sampel keramik Abu Vulkanik, Al 2 O 3 dan MgO sudah hampir bisa dikatakan menyatu atau sudah merata walaupun masih banyak juga terdapat pori-pori pada permukaan sampel, dan yang paling kelihatan

13 59 pada pengamatan ini masih pada alumina dan abu gunung sinabungnya dan juga belum bisa dikatakan bahwa ketiga bahan material keramik tersebut menyatu. Namun jika di bandingkan dengan Gambar 4.5 Gambar 4.6 yang berbeda komposisi, pada permukaan kedua sampel uji tersebut terlihat lebih merata walaupun belum semuanya tertutup tetapi pori-pori yang terdapat pada kedua gambar tersebut terlihat lebih kecil dan lebih sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pesentase komposisi sampel uji dan suhu sintering sangat berpengaruh untuk mendapatkan hasil yang optimal, dimna pada saat suhu sintering dinaikkan maka hasil pengamatan strukturnya terlihat lebih merata.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari

Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 1, Februari 2017 28 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERAMIK MAGNESIUM ALUMINA SILIKA DARI ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Tri Exaudi Sidabutar Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada tahun 2010 hingga 2014 kabupaten tanah karo dilanda bencana meletusnya gunung sinabung yang mengakibatkan kerusakan sektor pertanian, permukiman warga, bahkan

Lebih terperinci

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Moraida Hasanah 1, Tengku Jukdin Saktisahdan 2, Mulyono 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP LOGO PRESENTASI TESIS STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP. 1109201006 DOSEN PEMBIMBING: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc, Ph.D. JURUSAN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Seiring dengan pemanfaatan PLTN terdapat kecenderungan penumpukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN IV.1 Karakterisasi Serbuk Alumina Hasil Milling Menggunakan SEM Proses milling ditujukan untuk menghaluskan serbuk sehingga diperoleh gradasi ukuran partikel yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO Disampaikan oleh: Kurmidi [1106 100 051] Dosen Pembimbing Drs. Suminar Pratapa, M.Sc.,Ph.D. Sidang Tugas Akhir (J 102) Komponen Otomotif :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu material dalam peningkatan produk hasil reaksi tidak terlepas dari peranan bahan katalis (katalisator). Katalis merupakan suatu zat yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2

STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 Meilinda Nurbanasari Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional, Bandung Dani Gustaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan produk industri barang pecah belah, seperti perhiasan dari tanah, porselin, ubin, batu bata, dan lain-lain

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Lumpur Sidoarjo BAB IV PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis akan membahas hasil percobaan serta beberapa parameter yang mempengaruhi hasil percobaan. Parameter-parameter yang berpengaruh pada penelitian ini antara lain

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN III.1 Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian berskala laboratorium untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi aditif (additive) yang efektif dalam pembuatan keramik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN BAB IV DATA HASIL PENELITIAN 4.1. PENGAMATAN VISUAL bab ini. Data hasil proses anodisasi dengan variabel pada penelitian ini terurai pada Gambar 4.1. Foto permukaan sampel sebelum dianodisasi (a) (b) (c)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang

I. PENDAHULUAN. kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keramik merupakan produk kerajinan tertua yang tercatat dalam peradaban dan kebudayaan manusia. Menurut sejarah, keramik sudah dikenal oleh orang-orang Afrika Timur

Lebih terperinci

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing : Judul Penelitian Nama NomorPokok Program Studi : PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS : SUDIATI : 037026011 : ILMU FISIKA Menyetujui Komisi Pembimbing : Anggota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang yang merupakan rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan. Proses penelitian ini dibagi beberapa

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Hadi Priyo Utomo (906322403617). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang e-mail: hadi_piyu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 PENGARUH KOMPOSISI TERHADAP SIFAT MEKANIK KERAMIK BERPORI MENGGUNAKAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG Tengku Jukdin Saktisahdan 1, Moraida Hasanah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu 18 Electron Optical Colw.in Anqcl* Apcftvte High Voitag«E)>clron Gwi Elsctfofi Bern Deflection Coiis- G«aef«tor CftT Oitpliy t Flnjl Aperlur* Oetcdo' Sample Oiiplay Controls Gambar 10. Skema peralatan

Lebih terperinci

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl

Gambar 4.2 Larutan magnesium klorida hasil reaksi antara bubuk hidromagnesit dengan larutan HCl BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesa Garam Magnesium Klorida Garam magnesium klorida dipersiapkan melalui dua bahan awal berbeda yaitu bubuk magnesium oksida (MgO) puritas tinggi dan bubuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada mulanya material keramik hanya dikenal sebatas untuk barang seni, peralatan rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal sebagai keramik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO

Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Pengaruh Lama Penggerusan terhadap Konstanta Dielektrik, Kekerasan, dan Mikrostruktur Keramik Oksida SiO 2 -MgO Hadi Priyo Utomo (906322403617). Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang e-mail: hadi_piyu@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa negara-negara di dunia selalu membutuhkan dan harus memproduksi energi dalam jumlah yang

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Agregat Halus Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm berasal dari alam atau hasil olahan sesuai dengan SNI 03-6820-2002. Riyadi (2013) pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir katalis Au Perubahan morfologi katalis telah dilihat melalui pengujian SEM, gambar 4.1 memperlihatkan hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Struktur Mikro Menggunakan Optical Microsope Fe- Mn-Al pada Baja Karbon Rendah Sebelum Heat Treatment Hasil karakterisasi cross-section lapisan dengan

Lebih terperinci

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi

Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 12 NOMOR 1 PEBRUARI 2016 Kristalisasi Silika Xerogel dari Sekam Padi M. Zamrun Firihu dan I Nyoman Sudiana Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI Oleh AHMAD EFFENDI 04 04 04 004 6 DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 PEMBUATAN

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Keramik Keramik dapat didefinisikan sebagai campuran padat yang dibentuk oleh perlakuan panas dan tekanan, terdiri dari setidaknya satu unsur logam dan satu unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini mengungkapkan metode penelitian secara keseluruhan yang yang merupakan rangkaian proses penelitian yang telah dilakukan. Proses penelitian ini dibagi ke dalam

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan

Lebih terperinci

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering... DAFTAR ISI SKRIPSI... i PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v INTISARI... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x)

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x) PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL (Ni) TERHADAP STRUKTUR KRISTAL, MORFOLOGI, DAN KEKERASAN PADA PADUAN Al (2-x) FeNi (1+x) Robi Kurniawan 1), Nandang Mufti 2), Abdulloh Fuad 3) 1) Jurusan Fisika FMIPA UM, 2,3)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang terbentuk melalui reaksi antara MgO, Al 2 O 3, dan SiO 2. Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

Hariadi Aziz E.K

Hariadi Aziz E.K IMMOBILISASI LOGAM BERAT Cd PADA SINTESIS GEOPOLIMER DARI ABU LAYANG PT. SEMEN GRESIK Oleh: Hariadi Aziz E.K. 1406 100 043 Pembimbing: Ir. Endang Purwanti S,M.T. Lukman Atmaja, Ph.D. MIND MAP LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik,

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Pesatnya perkembangan teknologi material semikonduktor keramik, menghasilkan berbagai penemuan baru khususnya dalam bidang elektronika. Salah satu teknologi yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di 24 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Fisika, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Slag (terak) merupakan limbah industri yang sering ditemukan pada proses peleburan logam. Slag berupa residu atau limbah, wujudnya berupa gumpalan logam, berkualitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK a. Pengujian densitas Hasil Pengujian densitas dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (2.1) Densitas (ρ) Dimana : m V m massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses : preparasi bahan pasta, dalam preparasi bahan pasta meliputi preparasi bahan olah yang merupakan material

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material

I. PENDAHULUAN. berbeda menjadi material baru yag memiliki sifat yang lebih baik dari material I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya teknologi saat ini, kebutuhan material dengan kombinasi sifat-sifat mekanis yang tidak ditemukan pada material konvensional seperti metal, keramik

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Sehubungan dengan prekursor yang digunakan yaitu abu terbang, ASTM C618 menggolongkannya menjadi dua kelas berdasarkan kandungan kapur (CaO) menjadi kelas F yaitu dengan kandungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakterisasi hidroksiapatit Dari hasil analisis menggunakan FESEM terlihat bahwa struktur partikel HA berbentuk flat dan cenderung menyebar dengan ukuran antara 100 400

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tanah memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap perencanaan suatu konstruksi maka tanah menjadi komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan konstruksi dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg SIDANG LAPORAN TUGAS AKHIR (MM091381) PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg Oleh : Rendy Pramana Putra 2706 100 037 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembuatan Arang Aktif dari Sekam Padi Arang sekam yang telah diaktivasi disebut arang aktif. Arang aktif yang diperoleh memiliki ukuran seragam (210 µm) setelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan 2 macam sampel paduan alumunium silikon dengan kadar penambahan Fe yang berbeda-beda. Yang pertama adalah sampel paduan alumunium

Lebih terperinci

SINTESIS (Ca, Mg) CO3-Al KERAMIK MATRIKS KOMPOSIT DENGAN TEKNIK INFILTRASI REAKTIF TANPA TEKANAN DAN KARAKTERISASINYA

SINTESIS (Ca, Mg) CO3-Al KERAMIK MATRIKS KOMPOSIT DENGAN TEKNIK INFILTRASI REAKTIF TANPA TEKANAN DAN KARAKTERISASINYA Jurnal Dinamika, September 0, halaman 35-0 ISSN 087-7889 Vol. 05. No. SINTESIS (Ca, Mg) CO3-Al KERAMIK MATRIKS KOMPOSIT DENGAN TEKNIK INFILTRASI REAKTIF TANPA TEKANAN DAN KARAKTERISASINYA Irwan Ramli,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah industri baja. Peningkatan jumlah industri di bidang ini berkaitan dengan tingginya kebutuhan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam.

BAB I PENDAHULUAN. dari bebatuan yang sudah mengalami pelapukan oleh gaya gaya alam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tahapan paling awal dalam perencanaan pondasi pada bangunan adalah penyelidikan tanah. Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA KOMPOSIT Al-Mg-Si TERHADAP KEKUATAN DENGAN TEKNIK METALURGI SERBUK

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA KOMPOSIT Al-Mg-Si TERHADAP KEKUATAN DENGAN TEKNIK METALURGI SERBUK JURNAL SAINS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA KOMPOSIT Al-Mg-Si TERHADAP KEKUATAN DENGAN TEKNIK METALURGI SERBUK Dinda P. Hafizah, dan Heny Faisal Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN

PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN PENGARUH PERLAKUAN SUHU PADA PEMBUATAN GREEN CARBON PAPER (GCP) TANPA PEREKAT MENGGUNAKAN KULIT PISANG LILIN Tri Mashela Noviani*, Erman Taer, Sugianto Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Periclase (0,10,15)% terhadap Karakteristik Struktur dan Kekerasan Kordierit

Pengaruh Penambahan Periclase (0,10,15)% terhadap Karakteristik Struktur dan Kekerasan Kordierit Pengaruh Penambahan Periclase (0,10,15)% terhadap Karakteristik Struktur dan Kekerasan Kordierit Anggita Maharani, Simon Sembiring dan Bambang Joko Suroto Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Jl. Prof.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Silika Hasil Isolasi dari Sekam Padi Analisis kuantitatif dengan metode X-Ray Fluorescence dilakukan untuk mengetahui kandungan silika au sekam dan oksida-oksida lainnya aik logam

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Padatan ZnO dan CuO/ZnO Pada penelitian ini telah disintesis padatan ZnO dan padatan ZnO yang di-doped dengan logam Cu. Doping dengan logam Cu diharapkan mampu

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat 28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu Satya Bagus K, Jan Ady, Djoni Izak R Program Studi S1 Fisika, Departemen Fisika,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, pembuatan soft magnetic menggunakan bahan serbuk besi dari material besi laminated dengan perlakuan bahan adalah dengan proses kalsinasi dan variasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

Lampiran A. Perhitungan Untuk Menentukan Densitas

Lampiran A. Perhitungan Untuk Menentukan Densitas Lampiran A. Perhitungan Untuk Menentukan Densitas Dengan menggunakan persamaan 2.1, perhitungan menentukan densitas sebagai berikut : Dari hasil pengukuran diperoleh : 1. untuk variasi komposisi batu apung

Lebih terperinci

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3

Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Pengaruh Suhu Sintering terhadap Morfologi dan Sifat Mekanik Membran Rapat Asimetris CaTiO 3 Maya Machfudzoh 1410100038 Dosen Pembimbing : Ir. Endang Purwanti S., MT. Hamzah Fansuri, M.Si, Ph.D 25 Juli

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP SIFAT MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK SEMEN GIGI NANO ZINC OXIDE EUGENOL (REINFORCED ALUMINA)

PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP SIFAT MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK SEMEN GIGI NANO ZINC OXIDE EUGENOL (REINFORCED ALUMINA) PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP SIFAT MIKROSKOPIK DAN MAKROSKOPIK SEMEN GIGI NANO ZINC OXIDE EUGENOL (REINFORCED ALUMINA) Zazilatul Khikmiah 1, Dwi Wahyu Nugroho 2, Tito Prastyo Rahman 2, Nofrizal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Hasil penentuan kandungan oksida logam dalam abu boiler PKS Penentuan kandungan oksida logam dari abu boiler PKS dilakukan dengan menggvmakan XRF

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT Riski Febriani 1, Usman Malik 2, Antonius Surbakti 2 1 Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE)

KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE) Jurnal Kimia Saintek dan Pendidikan Volume I, Nomor 1, Tahun 2017, Hal 30-36 e-issn 2615-3378 KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER

Lebih terperinci

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL Irkhos Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) 21187 Abstrak Telah dilakukan karakterisasi

Lebih terperinci