BAB I PENDAHULUAN. pengalaman. Dalam kehidupan sehari-hari peranan komunikasi ini dibutuhkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. pengalaman. Dalam kehidupan sehari-hari peranan komunikasi ini dibutuhkan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia tidak pernah lepas dengan interaksi. Melalui interaksi inilah manusia berproses untuk melakukan transfer pesan, makna maupun pengalaman. Dalam kehidupan sehari-hari peranan komunikasi ini dibutuhkan untuk kelangsungan hidup setiap individu. Beragam informasi dapat diberikan dari satu orang menuju ke orang lainnya. Setiap informasi yang beragam ini selalu memiliki karakteristik tersendiri. Sehingga ketika pesan tersebut dikirimkan ke orang lain, belum tentu akan mengikuti apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dalam setiap proses hubungan interpersonal selalu ada beberapa hambatan sehingga membentuk berbagai jenis pola hubungan satu dengan yang lainnya. Menurut Herbert J. Chruden dan Arthur W. Sherman (1993) rintangan atau hambatan yang penting untuk diketahui dalam proses komunikasi itu ada bermacam-macam. Hambatan yang penting untuk diketahui adalah sebagai berikut: yang pertama perbedaan antara individu-individu; kedua rintangan yang ditimbulkan oleh suasana psikologis; dan yang terakhir rintangan dalam mekanika komunikasi. 1 Perbedaan inidividu misalkan karena faktor usia, suku maupun budaya atau karena perbedaan dari segi ekonomi dan pekerjaan. Apabila dari sisi psikologis dapat dilihat dari kesehatan individu, latar 1 Moekijat, Teori Komunikasi (Mandar Maju, Bandung 1993) Hal

2 belakang dalam keluarga dan masih banyak lagi. Terakhir yaitu faktor mekanika komunikasi dapat dilihat dari kurangnya perencanaan komunikasi yang baik. Sering kali, hubungan antar pribadi atau disebut hubungan interpersonal banyak menemukan cela-cela masalah. Karena setiap individu memiliki karakter yang beragam. Pemikiran seseorang ditentukan dari beberapa hal baik segi Frame of Reference atau Field of Experience. Sehingga ketika seseorang saat melakukan transfer pesan, bisa juga terjadi suatu masalah yang diakibatkan perbedaan tersebut, dan akhirnya timbul sebuah konflik. Dalam hal ini pola-pola hubungan interpersonal juga ikut andil dalam pembentukan suatu konflik antar pribadi. Karena dalam sebuah jenis-jenis hubungan yang akan dijelaskan dalam penelitian ini terdapat berbagai bentuk model yang selalu diterapkan pada kehidupan manusia sehari-hari. Namun kita tidak pernah tahu ketika pola itu telah dilakukan akan menimbulkan sebuah konlik antar individu. Misalkan saja dalam pola hubungan simetris kompetitif. Pada pola ini antara individu satu dengan yang lainnya bersaing dalam memperoleh kekuasaan. Baik dalam kekuasaan untuk mempertahankan pendapat atau hal lainnya. Pada pola lainnya seperti transisi, pada pola ini dapat menimbulkan konflik, dikarenakan tidak ada penyelesaian dalam interaksi antar indivisu tersebut. pada pola ini kadar konflik yang terjadi dari paling rendah hingga skala besar. William Hendricks (2004) menyatakan ada tiga tahapan seseorang yang berpotensi terjadi konflik. yang pertama peristiwa sehari-hari, kedua adalah 2

3 tantangan dan yang terakhir merupakan tahapan pertentangan. Konflik pada tahap satu tidak begitu mengancam dan paling mudah untuk dikelola. Bila konflik mengalami eskalasi ke tahap dua dan tiga, konflik menjadi lebih sulit untuk dikelola, dan potensinya meningkat menjadi berbahaya. 2 Konflik selalu terjadi pada siapa saja, termasuk dalam sebuah organisasi. Di dalam sebuah organisasi terdapat banyak pola pemikiran yang berbeda. Selain itu terdapat berbagai perbedaan dalam konsep diri, yang menimbulkan persepsi dan pedoman hidup. Juga terdapat latar belakang individu ataupun kelompok dari kalangan tertentu, misalkan suku, agama maupun jabatan. Hal ini juga terjadi pada Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang. Konflik antar personal dapat timbul setiap waktu. Misalnya saja dalam kasus pemilihan ketua paguyuban pernah terjadi konflik perbedaan pendapat. Selain itu konflik juga terjadi pada setiap akan menyelenggarakan kegiatan, dan yang paling besar kadar konfliknya adalah pada saat kepanitiaan kegiatan akhir tahun yaitu pemilihan Kakang Mbakyu Paguyuban Kakang Mbakyu ini merupakan kumpulan para duta wisata kota Malang yang tergabung dari berbagai tahun ke tahun. Pemilihan duta wisata ini telah diselenggarakan pemerintah kota Malang mulai tahun Akan tetapi pembentukan paguyuban itu sendiri baru dibentuk pada tahun 2006 di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Malang. Dalam paguyuban ini selain menjadi wadah aspirasi masyarakat kota Malang terutama pemuda pemudi, juga sering mengadakan suatu acara yang tidak 2 William Hendricks, Bagaimana mengelola Konflik (Bumi Aksara, Jakarta 2004) Hal 7 3

4 lepas dari pengangkatan nilai seni, budaya maupun pariwisata. Misalkan saja kegiatan pemilihan da i cilik, bakti sosial, lomba drama pandji saat Malang Tempoe Doeloe dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan di Paguyuban Kakang Mbakyu kota Malang Paguyuban angkatan ini berlangsung dari bulan Agustus 2009 hingga November Sehingga untuk dilakukan penelitian, tahun angkatan ini sudah memenuhi kriteria yang tergolong update. Selain itu pada tahun kepengurusan 2009 hubungan antar anggota masih aktif dan mudah untuk berinteraksi satu sama lain. Sehingga hal ini akan memudahkan dalam pencarian informasi dari nara sumber. Kasus yang diteliti adalah penyelesaian tanggung jawab pembagian tugas kepanitiaan pemilihan Kakang Mbakyu Karena peneliti merupakan salah satu anggota duta wisata tahun kepungurusan tersebut, dimana peneliti dapat mengamati secara langsung pada konflik tersebut. Konflik pada kasus ini terbilang paling ekstrim dibandingkan konflik yang lainnya. Karena pembagian job desk yang telah diserahkan kepada masingmasing anggota, akan tetapi masih ada saja kecemburuan sosial yang terbentuk dalam paguyuban tersebut. Lebih tepatnya hal ini akan dibahas dalam segi tanggungjawab terhadap pembagian tugas yang telah diberikan. Pada konflik ini peneliti rasakan belum tuntas seratus persen, karena nampak dari masing-masing individu yang melihatkan sikap tidak mendukung dengan pihak lain yang bersangkutan, walaupun masalah tersebut telah terselesaikan. 4

5 Oleh karena itu, dalam penelitian ini diharapkan kita dapat mengetahui jenis pola hubungan interpersonal yang seperti apa sehingga menimbulkan sebuah konflik yang terjadi pada paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang ini. Peneliti menjadi tertarik untuk dapat meneliti fenomena konflik yang sering terjadi dalam organisasi ini. Selain itu, peneliti juga dapat menarik kesimpulan, bahwa dimana ada beberapa pihak yang lebih sering menjadi pencipta konflik. Sehingga peneliti tertarik untuk dapat meneliti fenomena tersebut, disamping itu hasil dari pembuatan penelitian ini dapat menjadi rekomendasi tentang sistem penilaian atau penyeleksian pemilihan Kakang Mbakyu kota Malang selanjutnya serta untuk evaluasi kinerja tahun kepungurusan tersebut. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya yang diajukan adalah : Bagaimanakah pola hubungan interpersonal dapat membentuk suatu konflik di dalam sebuah Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang angkatan 2009 dalam kasus penyelesaian tanggung jawab pembagian tugas kepanitiaan pemilihan Kakang Mbakyu 2010? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang peneliti angkat, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pola hubungan interpersonal dalam membentuk sebuah konflik di Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang angkatan 2009 dalam kasus penyelesaian tanggung jawab pembagian tugas kepanitiaan pemilihan Kakang Mbakyu

6 D. Manfaat Penelitian D.1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi maupun pengetahuan bagi para pembaca untuk lebih memperhatikan konflik yang ada di sekitar kita. Selain itu, peneliti berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi pegangan bagi para peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang sama di kemudian hari. Dan yang terakhir, hasil dari penelitian ini dapat menambah referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. D.2. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini, maka kita dapat memahami bagaimana konsep untuk memanajemen konflik yang ada di paguyuban kakang mbakyu. Selain itu penelitian ini juga berguna khusus untuk Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang itu sendiri supaya lebih maju ke depannya dan mengevaluasi kinerja tahun kepengurusan Dengan memahami pola hubungan ini, maka hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah pertimbangan untuk sistem penilaian yang dilakukan oleh dewan juri dalam memilih para duta wisata. Karena hasil dari penelitian ini akan memaparkan beberapa anggota yang memiliki intensitas lebih banyak dalam menimbulkan konflik. 6

7 E. Tinjauan Pustaka E.1. Hubungan Interpersonal E.1.1. Pengertian Hubungan Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang, dan pnerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan menjelaskan pengetahuan tentang masing-masing dari kita. 3 Effendy (1992) menyatakan bahwa komunikasi interpersonal dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat komunikasi dilancarkan. 4 Ketika kita telah terjalin sebuah komunikasi interpersonal atau komunikasi antar personal, maka akan dapat terbentuk sebuah hubungan. Sehingga hubungan seperti ini disebut sebagai hubungan interpersonal. Hubungan telah menjadi sebuah subjek penting yang terkait dengan komunikasi interpersonal sejak tahun 1960-an. Hubungan interpersonal merupakan suatu interaksi timbal balik yang kita terima dari orang lain dan kedua pihak saling melakukannya secara bersama-sama. 5 Hubungan interpersonal dapat juga diketahui atau dianalisa dengan beberapa cara. Coleman dan Hammen (1974: ) menyebutkan empat buah model. Yang pertama model pertukaran sosial (social 3 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Professional Books, Jakarta 1997) Hal Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya, Bandung 1992) Hal 8 5 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal

8 exchange model); kedua model peranan (role model); ketiga model permainan (the games people play model); dan yang terakhir model interaksional (interactional model). 6 a. Model Pertukaran Sosial Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu transaksi dagang. Asumsi dasar yang mendasari seluruh analisis ini adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan social hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Ganjaran adalah setiap akibat yang dinilai positif yang diperoleh seseorang dari suatu hubungan. Biaya adalah akibat yang dinilai negatif di dalam suatu hubungan. Laba adalah ganjaran dikurangi biaya. Dan yang terakhir adalah tingkat perbandingan merupakan ukuran baku (standar) yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. b. Model Peranan Model peranan diibaratkan sebagai panggung sandiwara. Di sini setiap orang harus memainkan peranannya sesuai dengan naskah yang telah dibuat oleh masyarakat. Hubungan interpersonal berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan ekspektasi peranan 6 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2000) Hal 120 8

9 dan tuntutan peranan, memiliki keterampilan peranan, dan terhindari dari konflik peranan dan kerancuan peranan. Ekspektasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan hal yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Tuntutan peranan adalah desakan sosial yang memaksa individu untuk memenuhi peranan yang telah dibebankan kepadanya. Keterampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu, kadang juga disebut kompetensi sosial. Dan konflik peranan terjadi bila individu tidak sanggup mempertemukan berbagai tuntutan peranan yang kontradiktif. c. Model Permainan Dalam model ini, orang-orang berhubungan dalam bermacammacam permainan. Mendasari permainan ini adalah tiga bagian kepribadian manusia, orang tua; orang dewasa; dan anak. Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang kita terima dari orang tua kita atau orang yang kita anggap orang tua kita. orang dewasa adalah bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional, sesuai dengan situasi dan biasanya berkenaan dengan masalah-masalah penting yang memerlukan pengambilan keputusan secara sadar. Anak adalah unsur kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak dan mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan. 9

10 d. Model Interaksional Model ini memandang hubungan interpersonal sebagai suatu sistem. Setiap sistem memiliki sifat-sifat structural, integrative dan medan. Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya. Untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu-individu yang terlibat, sifat-sifat kelompok dan sifat-sifat sama, metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan, serta permainan yang dilakukan. Dengan singkat, model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan. 7 E.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal Setiap hubungan atau interaksi pasti banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor, baik faktor internal amupun eksternal. Akan tetapi faktor terpenting disini adalah suatu konsep diri yang membentuk sebuah persepsi. Konsep diri dipengaruhi pula oleh faktor-faktor yang dapat membentuk cerminan diri kita. Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan cenderung tidak akan menyukai diri kita. 8 7 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2000) Hal Ibid. Hal

11 Konsep diri merupakan faktor yang paling penting dalam hubungan interpersonal. Karena setiap orang melakukan sesuatu pasti atas dasar konsep dirinya dan kemauan yang kuat dari dalam dirinya. Setiap orang memiliki kualitas konsep diri yang berbeda, akan tetapi hal tersebut dibagi menjadi dua skala besar untuk membedakannya, positif dan negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif. Pertama ia peka terhadap kritik; yang kedua adalah sangat responsif terhadap pujian; ketiga, orang yang konsep dirinya negatif merasa cenderung tidak disenangi oleh orang lain atau merasa tidak diperhatikan; dan yang terakhir bersikap pesimis terhadap suatu kompetisi, orang seperti ini sudah kalah sebelum berperang. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal yaitu: 1. Ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah 2. Ia merasa setara dengan orang lain 3. Ia menerima pujian tanpa rasa malu 4. Ia menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat 5. Ia mampu memperbaiki dirinyakarena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. 9 9 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (PT Remaja Rosdakarya, Bandung 2000) Hal

12 Akan tetapi tidak akan pernah ada manusia yang selalu berkonsep diri positif atau negatif. Setiap orang pasti akan merasakan dimana dirinya memiliki konsep diri negatif ataupun sebaliknya. Namun, untuk memperoleh efektifitas komunikasi interpersonal yang baik, maka dibutuhkan konsep diri yang positif sebanyak-banyaknya. E.1.3. Hambatan Hubungan Interpersonal Dalam suatu hubungan pasti ada suatu hambatan atau sering disebut noise. Hambatan ini merupakan suatu halangan yang membuat proses komunikasi tidak efektif. Dalam berkomunikasi sudah tentu setiap orang mendambakan kelancaran dan penyampaian pesan tepat pada sasaran. Akan tetapi dengan adanya hambatan yang dipengaruhi oleh beberapa hal ini dapat menjadi proses komunikasi kurang tertuju dengan baik. Untuk itu sebelum kita melakukan proses komunikasi ada baiknya mengetahui hal-hal apa saja yang menghambat proses komunikasi tersebut. Herbert J. Chruden dan Arthur W. Sherman 10 menerangkan ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang rintangan dalam berkomunikasi, yaitu: 1. Perbedaan Antara Individu-individu 1.1. Perbedaan dalam Persepsi Suatu akibat daripada pengalaman-pengalaman sebelumnya adalah bahwa setiap pegawai membawa caranya sendiri dalam 10 Moekijat, Teori Komunikasi (Mandar Maju, Bandung 1993) Hal

13 pekerjaannya untuk melihat sesuatu, atau dengan kata lain suatu kerangka acuan pribadi. Kerangka acuan ini menentukan cara ia menafsirkan apapun yang dilihatnya atau didengarkannya Perbedaan dalam Usia Usia menentukan prioritas dalam segi kesehatan indera. Ketika seseorang berusia diatas 30 tahun, maka kelemahannya adalah dalam segi pendengaran atau penglihatan. Sehingga para komunikator harus mempunyai cara yang tepat dalam penyampaian pesan tersebut. Sebaliknya, apabila komunikan usianya lebih rendah dari komunikator, maka kita tidak harus memandang mereka berbeda dari segi biologis saja. Akan tetapi pencernaan pesan yang mereka tangkap jauh lebih cepat. Sehingga perlu adanya kebijaksanaan khusus dalam mengendalikan komunikasi Perbedaan dalam Keadaan Emosi Cara seorang individu menafsirkan suatu situasi sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi seseorang saat itu. Motivasi dan emosi pengirim dan penerima merupakan subjek bagi pengaruh timbale balik secara terus menerus. Suatu cara untuk meningkatkan komunikasi adalah dengan mengurangi perilaku yang bersifat membela diri yang terjadi apabila seorang individu terancam Perbedaan dalam Kemampuan Mendengarkan Kita dapat belajar lebih banyak tentang bagaimana dunia mengharapkan orang-orang lain atau keadaan motivasi dan emosi apakah 13

14 yang mereka mungkin mengalaminya dengan mendengarkan. Seharusnya kita lebih banyak mendengarkan orang lain tanpa memberikan evaluasi atau disebut pendengaran nonevaluatif. Dengan hal ini membantu meningkatkan pengertian dengan mendorong orang lain tidak hanya untuk mendengarkan secara lebih baik, tetapi juga untuk memberikan informasi yang lebih banyak. Apabila orang lain mengalami keterbuakaan dan kebebasan dari suatu lingkungan yang tidak mengancam, maka orang tersebut juga mempunyai persepsi yang jelas tentang apa yang sedang ia katakan Perbedaan dalam Penafsiran (Semantik) Kata-kata, seperti halnya gerak isyarat, dapat ditafsirkan dengan berbagai cara dan dengan demikian mengakibatkan suatu rintangan terhadap komunikasi. Oleh karena itu, tidak perlu menggunakan katakata yang bermakna ganda, sehingga membuat orang lain menafsirkan yang berbeda. Komunikasi yang efektif dapat diperoleh ketika kita menggunakan bahasa-bahasa yang tepat Perbedaan dalam Status Kedudukan individu dalam sebuah lingkungan akan mempengaruhi pola komunikasi. Dalam status sosial atau status jabatan, akan berdampak besar di suatu proses komunikasi. Misalkan saja dalam hubungan manajer dengan bawahan. 14

15 Pencairan Informasi Dalam komunikasi ke bawah tiap usaha harus dilakukan oleh pejabat pimpinan dan pegawai-pegawai manajerial untuk mengurangi terjadinya jumlah pencairan informasi yang tidak perlu, agar orangorang bawahan dapat mempunyai informasi yang sebanyak-banyaknya untuk dapat mempunyai informasi yang sebanyak-banyaknya untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara baik dan bersemangat Penyaringan Informasi Sebaliknya, apabila berkomunikasi dengan orang-orang atasan, orang-orang bawahan kemungkinan besar hanya memberikan sebagian informasi dan sering mewarnai kejadian-kejadian sedemikian rupa untk menyembunyikan kesalahan-kesalahan, kegagalan-kegagalan, dan jenis berita yang orang atasan merasa kurang senang. Manipulasi fakta-fakta dengan sadar untuk mewarnai kejadian-kejadian ini disebut penyaringan. 2. Rintangan yang Ditimbulkan oleh Suasana Psikologis Suatu organisasi juga mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Suasana pekerjaan individu-individu mempengaruhi baik sikap dan perilaku mereka maupun keefektifan komunikasi dalam organisasi Kepribadian Manajer Anggota-anggota manajemen puncak dan menengah dapat sangat mempengaruhi komunikasi. Penglihatan mereka terhadap peranan 15

16 mereka sendiri dan sikap serta kepekaan mereka terhadap orang-orang bawahan merupakan faktor-faktor yang penting dalam kemampuan mereka sendiri untuk berkomunikasi Pengaruh Kelompok Khusus Terhadap Suasana Dalam suatu organisasi mungkin terdapat suatu kelompok khusus yang terdiri dari individu-individu dari berbagai macam profesi dengan nilai yang berbeda. Nilai yang berbeda inilah yang mengakibatkan rintang terhadap komunikasi yang sering sulit mengatasinya. 3. Rintangan dalam Mekanika Komunikasi 3.1. Tidak Mempunyai Rencana Tertentu Meskipun dalam sebuah organisasi telah terstruktur dengan baik tentang jabatannya masing-masing, akan tetapi ketika dalam sebuah organisasi tersebut tidak adanya perencanaan yang baik tentang penyaluran informasi, ini merupakan suatu rintangan dalam komunikasi Kurangnya atau Tidak Adanya Kejelasan Tanpa memandang tingkat pendidikan atau intelektual orangorang dengan siapa seseorang akan berkomunikasi, pengertian agaknya menjadi berkurang apabila bahan-bahan yang disajikan tidak jelas Kurangnya Kecakapan Membaca Mereka yang karena sesuatu alasan tidak mempunyai tingkat kecakapan membaca yang diperlukan untuk menangani bermacammacam jenis komunikasi sering merugikan. 16

17 3.4. Rintangan-rintangan Lain Penilaian media sering merupakan rintangan terhadap komunikasi. Apabila orang-orang yang memerlukan informasi tidak mudah dihubungi dengan satu jenis media, maka komunikasi dapat menjadi kurang lancar. E.1.4. Pola Hubungan Interpersonal Hubungan telah menjadi suatu hal yang sangat penting dalam penelitian komunikasi interpersonal. Karena dalam suatu hubungan ini akan membentuk sistem komunikasi yang efektif atau tidak. Ketika pada prosesnya terjadi komunikasi secara efektif, maka hubungan yang terjalin antar pribadi ini akan semakin baik. Sebaliknya jika terjadi suatu problematika yang mempengaruhi hal tersebut, maka akan terjadi suatu konflik dan hubungan menjadi sangat renggang hingga putus. Palo Alto Group mengatakan bahwa ketika dua orang saling berkomunikasi selain apapun yang mereka lakukan, mereka mengartikan hubungannya dengan mereka berinteraksi. Ketika berbicara dengan orang lain, kita selalu membuat dugaan untuk perilaku kita sendiri dan perilaku orang lain. Terkadang, kita memperkuat dugaan lama dan pada waktu yang lainnya, kita terlibat dalam pola-pola interaksi baru yang dapat membentuk dugaan baru untuk interaksi di waktu yang akan datang. Hal ini juga dijelaskan dalam suatu bagan teori pola hubungan Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal

18 Pola hubungan interpersonal ini merupakan tradisi sibernetika. Tradisi ini memiliki pengaruh yang sangat penting dalam cara berpikir para akademisi komunikasi tentang hubungan. Hubungan bukanlah entitas statis yang tidak pernah berubah. Namun, hubungan terdiri atas pola-pola sibernetika interaksi kata-katadan tindakan seseorang member pengaruh pada bagaimana orang lain merespon. 12 Arah Kendali Pesan Pembicara A One Up ( ) One Down ( ) One Across ( ) Tabel 1.1 Pola Hubungan Interpersonal Arah Kendali Pesan Pembicara B One Up One Down ( ) ( ) 1. ( ) 4. ( ) Simetri yang Kelengkapan kompetitif 2. ( ) 5. ( ) Kelengkapan Simetri yang patuh 3. ( ) 6. ( ) Transisi Transisi One Across ( ) 7. ( ) Transisi 8. ( ) Transisi 9. ( ) Simetri netral Sumber: Stephen W. Littlejohn (2009) Theories of Human Communication 12 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal

19 Contoh-contoh Pola Kendali 1. Simetris Kompetitif ( ) A: Kamu tahu kalau saya ingin rumah ini selalu bersih B: Mungkin kamu dapat membantu saya 2. Kelengkapan ( ) A: Tolong bantu saya. Saya membutuhkan kamu B: Baiklah, saya tahu caranya 3. Transisi ( ) A: Mari kita berkompromi B: Tidak, caraku adalah yang terbaik 4. Kelengkapan ( ) A: Mari kita pergi ke luar kota akhir pekan ini B: Baiklah 5. Simetri Kepatuhan ( ) A: Aku merasa sangat lelah. Apa yang harus kita lakukan? B: Aku tidak tahu, kamu saja yang memutuskan 6. Transisi ( ) A: Ayahku cerewet sekali malam ini. B: ya, kau benar; dia memang cerewet 7. Transisi ( ) A: Menurutku kita harus punya anak lagi B: Banyak orang yang ingin punya anak sekarang ini 8. Transisi ( ) A: Tolong bantu saya. Apa yang harus saya lakukan? B: Saya tidak tahu 19

20 9. Simetri Netral ( ) A: Rumah tetangga sepertinya harus dicat B: Jendelanya juga kotor Ada dua tipe pola yang penting bagi Palo Alto Group untuk menggambarkan gagasan ini. Jika dua orang saling merespon denga cara yang sama, disebut Simetris. Pada simetris pertentangan sangat dapat mungkin sekali terjadi konflik yang besar. Karena dalam pola hubungan seperti ini pihak satu dengan pihak kedua saling mengutarakan pendapatnya dengan cara yang sama untuk memperoleh kekuasaan. Akan tetapi simetris tidak hanya pertentangan kekuasaan, bisa juga memberi tanggapan pasif, tanggapan balasan atau saling menjaga. Tipe kedua adalah pelengkapan, dalam hubungan ini pelaku komunikasi merespon dengan cara yang berlawanan. Ketika seseorang bersikap mendominasi yang lainnya mematuhi; ketika seseorang bersifat argumentasi yang lainnya diam; ketika seseorang menjaga yang lain menerimanya. Ketika seseorang membuat sebuah pernyataan yang tegas, orang lain dapat merespon dengan salah satu dari tiga cara berikut. One-down, ia menerima pernyataannya. One-up, ia dapat membuat pernyataan balasan atau menolak gerakan dari orang pertama. One-across, gerakan menerima atau menolak kendali dari orang pertama dengan tidak terlalu mengakui gerakan kendali orang lain, misal memperluas topik, bertanya, mengganti atau menundanya. Gerakan one-up adalah tindakan yang mendominasi. 20

21 Akan tetapi hal ini dapat terjadi ketika orang lain menerimanya dengan memberikan sikap one-down. E.2. Komunikasi Interpersonal dalam Organisasi Organisasi dapat diartikan sebagai sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah individu sangat bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lainnya. Tujuan umum sebuah organisasi adalah menghasilkan pendapatan. Akan tetapi, berbagai tujuan lain yang mendukung harus segera dipenuhi agar mendapatkan pendapatan yang maksimal. Misalnya dengan kinerja yang efektif, maka organisasi harus mempunyai orang-orang dengan motivasi yang tinggi. 13 Dalam sebuah organisasi pasti terdapat suatu komunikasi antar personal. Istilah ini lebih dikenal sebagai pendekatan hubungan antar manusia, yang berkembang sebagai reaksi terhadap perhatian eksklusif factor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan organisasi. Pendekatan hubungan antar manusia mengakui pentingnya kelompok sosial, informal di dalam organisasi dan memberikan pertimbangan khusus pada komunikasi interpersonal di dalam sub kelompok organisasi tersebut. 14 Dalam sebuah proses komunikasi yang terjadi ini ada beberapa perbedaan karakteristik anggota orgnisasi. Perbedaan yang dilatar belakangi oleh beberapa faktor ini dapat memberikan label atau identitas tentang diri kita masing-masing. Sehingga dalam sebuah interaksi antar manusia di dalam sebuah organisasi dapat pula terbentuk sebuah interaksi melalui identitas yang 13 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Professional Books, Jakarta 1997) Hal Ibid. Hal

22 beragam. Hal inilah yang menggiring manusia untuk melakukan negosiasi identitas dengan manusia lainnya. E.2.1. Teori Komunikasi tentang identitas Komunikasi merupakan alat untuk membentuk identitas dan juga mengubah mekanisme. Menurut Michael Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan dimensi diri dan dimensi yang digambarkan. Tingkatan pertama adalah personal layer, yang terdiri dari rasa akan keberadaan diri kita dalam situasi sosial. Tingkatan kedua adalah enactment layer, atau pengetahjuan orang lain tentang kita berdasarkan apa yang kita kerjakan, kita miliki dan bagaimana kita bertindak. Tingkatan ketiga adalah relational, identitas dibentuk berdasarkan interaksi kita dengan orang lain. Terakhir adalah communal, yang diikat dalam kelompok budaya yang sangat besar dalam suatu wilayah tertentu. 15 E.2.2. Teori Negoisasi Identitas Menurut Stella Ting-Toomey pada dasarnya identitas itu ada dua macam, yaitu identitas kebudayaan dan identitas etnik. Terutama negoisasi yang terjadi ketika kita berkomunikasi di dalam dan diantara kelompokkelompok kebudayaan. Beberapa individu lebih efektif dalam memperoleh keseimbangan yang nyaman. Ketika kita mampu berganti dari satu konteks budaya ke budaya yang lainnya dengan sadar dan mudah, maka kita telah mencapai keadaan pengubahan kebudayaan (cultural transformer). Kunci 15 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal

23 untuk memperoleh keadaan-keadaan tersebut adalah kemampuan lintas budaya (Intercultural competence). Kemampuan lintas budaya terdiri atas dari tiga komponenpengetahuan (knowledge), kesadaran (mindfulness), dan kemampuan (skill). Pengetahuan adalah pemahaman akan pentingnya identitas etnik atau kebudayaan dan kemampuan melihat apa yang penting bagi orang lain. Kesadaran berarti secara biasa dan teliti untuk menyadari. Terakhir, kemampuan mengacu pada kemampuan untuk menegosiasi identitas melalui observasi yang diteliti, menyimak, empati, kepekaan nonverbal, kesonpanan, penyusunan ulang dan kolaborasi. Kita tahu jika kita telah memperoleh negoisasi identitas yang efektif jika kedua pihak merasa dipahami, dihormati dan dihargai. 16 E.3. Konflik E.3.1. Definisi Konflik Menurut Winardi (1994) konflik merupakan oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi. 17 Sehingga dalam sebuah konflik terdapat adanya suatu komunikasi yang kurang efektif. Dengan demikian timbul suatu salah persepsi maupun perbedaan ide-ide yang signifikan. Konflik sendiri memang tidak dapat dihindari oleh siapapun. Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu di sibukkan dengan banyak masalah yang silih berganti datang menjumpai. 16 Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal 1 23

24 Mengingat akan hal tersebut, maka cara yang terbaik adalah dengan melakukan pendekatan untuk mencari solusi masalah tersebut. Bukan berarti ketika kita dihadapkan dengan sebuah konflik, dengan mudahnya menghindar begitu saja. Padahal dibalik sebuah konflik yang menghampiri kita ada sisi dimana dapat diambil sebuah manfaat. Dalam sebuah konflik ada beberapa unsur yang memasuki kawasan ini. Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa konflik bisa dalam antar manusia, kelompok dengan kelompok maupun organisasi dengan organisasi. Konflik antar pribadi merupakan konflik yang juga memasuki daerah rawan. Karena setiap konflik bisa saja mengakibatkan pemutusan tali hubungan satu sama lain. Hubungan antar manusia merupakan hubungan interaksi yang paling efektif. Oleh karena itu jika dalam hubungan ini telah menemukan titik konflik, maka bisa saja dalam kelompok masyarakat atau organisasi yang mereka tempati dapat menemukan kehancuran. Konflik dapat terjadi antara orang-orang apabila mereka memiliki sasaran-sasaran yang berbeda atau cara-cara yang berbeda untuk mencapai sasaran. Andaikata tidak terdapat adanya kepentingan yang mengakar, maka konflik tipe demikian seringkali relatif mudah diselesaikan, terutama apabila ia dibicarakan secara terbuka dengan itikad baik dari semua pihak yang berkepentingan. 24

25 Kadang-kadang ada pula konflik yang muncul di dalam diri orang tertentu, seringkali hal tersebut memasuki hubungannya dengan pihak lain, yang menyebabkan timbulnya konflik antara orang itu dengan pihak lain tersebut. Konflik internal seringkali merupakan penyebab macam-macam problem interaksi. 18 E.3.2. Faktor Penyebab Konflik Konflik dapat terbentuk dari faktor-faktor yang beragam. Misalkan saja dari faktor lingkungan sekitar, intrapersonal maupun faktor lainnya. Akan tetapi semua itu kembali kepada individu masing-masing. Dalam sebuah diri seseorang terdapat suatu pola piker yang beragam. Dari sini akan terbentuk sebuah konsep diri atau persepsi. Persepsi ini ternyata memiliki peranan yang sangat kuat dalam pembentukan dan pemeliharaan posisi-posisi konflik. oleh karena itu dalam buku Manajemen Konflik karangan Winardi 19 dijelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan konflik. 1. Dianutnya nilai-nilai baru oleh anggota-anggota kelompok tertentu atau orang dengan orang. 2. Sebuah kesulitan atau problem baru, dihadapi oleh kelompok dimana para anggotanya mempersepsikan dengan cara berbeda-beda. 3. Peranan seorang anggota di luar kelompok tersebut bertentangan dengan peranan anggota tersebut di dalam kelompok itu. 18 Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal Ibid. Hal 4 25

26 Akan tetapi itu hanyalah sebagian kecil dari faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah konflik. telah dijelaskan pula di atas, bahwa sebagian besar konflik terbentuk dari sebuah pola pikir manusia itu sendiri. Hal tersebut juga telah dijelaskan dalam teori Freud. Manusi dan lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tak henti-hentinya. Masyarakat berada di atas posisi konflik ini, karena individu takut pada ancaman destruktif dari masyarakat. 20 Konflik muncul, apabila terdapat adanya ketidaksesuaian paham pada sebuah situasi sosial tentang pokok-pokok pikiran tertentu dan terdapat adanya antagonism-antagonisme emosional. Winardi (1994) juga menjelaskan ada dua macam konflik yang disebabkan oleh sesuatu hal, yaitu: Konflik Substantif, meliputi ketidaksesuaian paham tentang hal-hal seperti tujuan-tujuan, alokasi sumber daya, distribusi imbalan-imbalan, kebijaksanaan, prosedur, serta penugasan kerja. Konflik Emosional, timbul karena perasaan-perasaan marah, ketidakpercayaan, ketidaksenangan, takut dan sikap menentang maupun bentrok-bentrokan kepribadian. 21 E.3.3. Proses Terjadinya Konflik Proses terjadinya suatu konflik bermula dari ketidak efektifan suatu komunikasi antara individu satu dengan individu yang lainnya.akan tetapi 20 Sarlito Wirawan, Teori-teori Psikologi Sosial (PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 1983) Hal Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal 5 26

27 untuk lebih rinci tentang proses terjadinya suatu konflik, Winardi (1994) 22 telah menjelaskan tahapan-tahapan timbulnya konflik dari sebuah bagan sebagai berikut: Bagan 1.1 Tahapan Perkembangan Suatu Konflik Konflik yang dibayangkan KONDISI-KONDISI ANTESEDEN Ambiguitas peranan Sumber-sumber daya langkah Tugas-tugas yang interpenden Penghalang terhadap komunikasi Perbedaan individual Konflik yang belum terselesaikan Konflik yang dirasakan Konflik yang memanifestasi diri Pemecahan/ Penyelesaian Konflik atau Penekanan Konflik Hasil Sesudah Konflik Sumber: Prof. DR. Winardi, SE (1994) Manajemen Konflik Apabila dalam daerah kondisi anteseden terdapat semua unsur tersebut, maka tersedia lahan subur untuk berkembangnya konflik. adanya 22 Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal 15 27

28 kondisi tersebut, menunjukkan situasi dimana terdapat potensi konflik tinggi. Konflik dibayangkan, merupakan suatu persepsi yang mungkin dirasakan atau tidak oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya. Konflik dirasakan, maka ia mencapai makna dalam arti bahwa cukup banyak tegangan yang terdapat, hingga muncul keinginan untuk mengurangi perasaan yang kurang menyenangkan itu. Adakalanya orang-orang merasakan adanya konflik, tetapi mereka tidak mengetahui dengan pasti apa sumber ataupun penyebabnya. Konflik yang dinyatakan secara terbuka disebut konflik yang memanifestasi diri. Sebuah konflik manifest dapat diatasi, dalam arti bahwa kondisi-kondisi anteseden diperbaiki, ditekan hingga dengan demikian tidak ada perubahan dalam kondisi anteseden dan perilaku konflik dikendalikan. Akhirnya, hasil tentang bagaimana konflik tertentu ditangani, dapat mempengaruhi konflik-konflik masa mendatang. Konflik-konflik yang tidak diatasi, akan berkembang intensitasnya, dan ia akan menimbulkan konflik-konflik masa yang akan datang sehubungan dengan persoalanpersoalan yang serupa. Pemecahan konflik sebenarnya, menyebabkan timbulnya kondisikondisi yang mengurangi potensi untuk konflik-konflik pada masa mendatang, yang serupa sifatnya dan ia juga menyediakan landasan bagi konflik-konflik lainnya untuk diatasi atau dipecahkan dengan cara yang konstruktif. 28

29 E.3.4. Dampak Konflik Setiap kali kita mendengar konflik pasti yang ada dalam pikiran kita adalah dampak yang buruk. Padahal konflik tidak hanya berdampak buruk, akan tetapi manajemen konflik yang baik akan menghasilkan dampak yang baik pula. Dalam buku Manajemen Konflik karangan Winardi (1994), ada dua kemungkinan yang terjadi dalam konflik, yaitu dampak negatif atau (konflik destruktif) dan dampak yang positif (konflik konstruktif). 23 Konflik Destruktif Konflik ini menimbulkan kerugian bagi individu atau organisasi yang terlibat di dalamnya. Ada macam-macam kerugian yang ditimbulkan karena konflik destruktif, misalnya beberapa diantara kerugian yang dapat dialami orang-orang yang terlibat di dalamnya melalui hal-hal berikut: 1. Perasaan cemas/ tegang (stress) yang tidak perlu, atau yang mencekam 2. Komunikasi yang menyusut 3. Persaingan yang makin hebat 4. Perhatian yang makin menyusut terhadap tujuan bersama 5. Menyusutnya produktifitas dan kepuasan Konflik Konstruktif Konflik yang satu ini menimbulkan suatu keuntungan bagi kita. adapun keuntungan yang didapatkan dari konflik ini adalah: 23 Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal

30 1. Kreatifitas dan Inovasi yang meningkat, akibat dari adanya konflik ini membuat para individu untuk melakukan pembaharuan dalam sistem kerjanya. 2. Upaya yang meningkat, dapat diatasinya perasaan apatis dan ia dapat menyebabkan orang-orang yang terlibat dengan bekerja lebih keras. 3. Ikatan yang makin kuat, konflik yang terjadi dengan pihak luar, akan meningkatkan ikatan dalam satu kelompok tersebut untuk mencapai tujuan bersama. 4. Ketegangan yang menyusut, konflik dapat membantu menyusutkan ketegangan pada seseorang, apabila tidak demikian maka akan menimbulkan stress. E.3.5. Manajemen Konflik Sebuah konflik atau masalah tidak baik untuk dihindari, karena itu bukanlah suatu penyelesaian sebuah masalah. Sebaliknya, hal tersebut akan menambah jumlah masalah yang dibebani oleh kita. Akan tetapi tidak banyak orang mengetahui akan manajemen konflik yang baik dan efektif. Banyak diantara kita yang mengatasi konflik dengan cara yang salah. Devito (1997) menjelaskan beberapa manajemen konflik yang produktif dan tidak produktif Manajemen Konflik yang Tidak Produktif 1.1. Penghindaran, Non-negosiasi dan Redefinisi 24 Joseph A. Devito, Komunikasi Antar Manusia (Professional Books, Jakarta 1997) Hal

31 Salah satu reaksi terhadap konflik yang paling sering dilakukan adalah penghindaran. Sering ini dijumpai dalam bentuk pelarian fisik. Reaksi seperti ini dapat pula berbentuk penghindaran emosional atau intelektual. Disini orang meninggalkan konflik secara psikologis dengan tidak menanggapi argument atau masalah yang dikemukakan. Non-negosiasi, bentuk ini dilakukan dalam bentuk memaksakan pendapatnya sampai pihak lain menyerah. Ini adalah tekhnik yang dinamakan Steamrolling (buldoser). Dan yang terakhir adalah redefinisi, dimana sumber konflik seakan-akan dikesampingkan oleh orang lain. Tidak pernah ada penyelesaian Pemaksaan Bila dihadapkan pada suatu konflik, banyak orang berusaha memaksakan keputusan atau cara berpikir mereka dengan menggunakan pemaksaan atau kekuatan fisik. Pemaksaan ini lebih bersifat emosional. Tetapi, apapun yang dilakukan masalahnya tidak pernah tersentuh Minimasi Adakalanya kita mengatasi konflik dengan menganggapnya remeh. Kita mengatakan, dan barangkali percaya, bahwa konflik, penyebabnya dan akibatnya sama sekali tidak penting. Kita menggunakan minimasi bila kita menganggap enteng perasaan pihak lain. 31

32 1.4. Menyalahkan Dalam beberapa kasus sering kali kita merasa menyalahkan diri sendiri, akan tetapi seseorang juga lebih banyak menyalahkan orang lain. Hal ini bukan menyelesaikan masalah, namun malah memperuncing masalah Peredam Peredam ini juga sering dilakukan oleh siapapun. Dalam suatu masalah peredam ini bisa dilihat pada saat pertengakaran hebat lawan konflik sentak menangis, menjerit, berteriak seakan-akan kehilangan kendali. Yang paling popular adalah sakit kepala atau sesak nafas. Yang paling sulit jika salah satu pihak menggunakan tekhnik peredam ini, maka kita tidak pernah tahu apakah hal tersebut benar-benar terjadi. Tetapi yang pasti masalah tidak akan pernah terselesaikan dengan baik Karung Goni Strategi ini mengacu pada tindak-tindak menimbun kekecewaan dan kemudian menumpahkannya pada lawan bertengkar. Misalnya saja ketika kita melakukan kesalahan pada orang lain. Para pengarung goni pura-pura masalah telah usai, akan tetapi hal tersebut kembali diungkit di suatu saat nanti Manipulasi Salah satu pihak berusaha mengalihkan konflik dengan bersikap mempengaruhi (sebenarnya, menghilangkan kecurigaan). Sasarannya adalah agar pihak lain membentuk kerangka pikir yang reseptif dan 32

33 damai sebelum menyatakan ketidaksetujuan. Situasi konflik dan pihak lain dimanipulasi sedemikian hingga pihak pemanipulasi pada akhirnya memenangi pertengkaran Penolakan Pribadi Salah satu pihak menolak memberikan cinta dan kasih sayang dan berusaha memenangkan pertengkaran dengan membuat pihak lain menyerah karena sikap ini. 2. Manajemen Konflik yang Efektif Di dalam buku Komunikasi Antar Manusia karangan DeVito, mengilhami konsep manajemen konflik yang efektif dari sebuah buku George Bach dan Peter Wyden Intimate Enemy (1968) Berkelahi secara Sportif Pada kebanyakan hubungan antarpribadi, kita tahu dimana garis batas yang harus ditarik, khususnya dalam hubungan yang berlangsung lama. Jagalah agar kita hanya menyerang daerah yang tidak menyakiti pihak lawan dan yang tidak akan menyebabkan semakin parahnya permusuhan dan kemarahan Bertengkar secara Aktif Kita harus ber[eran aktif dalam konflik antar pribadi. Jangan tutup telinga (dan pikiran) kita atau menghindarinya, ini semua tidak berarti. Sebaliknya, jika konflik ingin diselesaikan, ia harus dihadapi secara aktif oleh kedua pihak. 33

34 2.3. Bertanggungjawas atas Pikiran dan Perasaan Bila kita tidak sependapat dengan mitra kita atau menjumpai perilakunya yang tidak benar, bertanggungjawablah atas perasaan ini. Jangan mengelak tanggungjawab tersebut. Pertanggungjawabkanlah pikiran dan perasaan dan tegaskanlah ini secara eksplisit Langsung dan Spesifik Memusatkan pikiran terhadap masalah yang dihadapi merupakan cara yang tepat untuk menuntaskan suatu masalah. Jangan pernah memandang masalah-masalah yang telah lampau, atau membawa latar belakang orang yang sedang berkonflik dengan kita. dengan fokus dan langsung pada sasaran, konflik akan segera dapat diatasi Gunakan Humor untuk Meredakan Ketegangan Humor seharusnya digunakan untuk meredahkan ketegangan yang memuncak. Jangan pernah menggunakan humor sebagai strategi untuk memenangkan perang atau menjatuhkan pihak lain. Karena hal tersebut akan membuat pihak lain tersudut, dan masalah susah untuk dituntaskan. E.4. Pola Hubungan Interpersonal dalam Konflik di Paguyuban Pola hubungan interaksi atau lebih sering disebut hubungan antar pribadi memiliki model yang bermacam-macam. Dalam model yang telah dibahas pada bagan 1 tentang pola hubungan interaksi telah dijelaskan model apa yang dapat menyebabkan konflik. 34

35 Besar dari konflik tersebut juga dapat diketahui melalui urutan model yang digunakan. Ketika seseorang menggunakan model one-up/one-up, maka hubungan antar individu akan semakin kompetitif, karena setiap individu menginginkan kekuasaan yang sama dan tidak mau kalah. Oleh karena itu hal ini dapat membentuk konflik. Namun konflik juga dapat terbentuk dari pola transisi. Akan tetapi kadar konfliknya karena tidak ada penyelesaian sehingga timbul suatu masalah baru. Dalam sebuah paguyuban itu sendiri sering terjadi sebuah konflik internal. Karena perbedaan pendapat yang begitu besar, banyak beberapa orang yang ingin mendominasi kekuasaan untuk mempertahankan pendapatnya tersebut. Oleh karena itu, sebuah konflik ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan siapa saja. F. Definisi Konseptual F.1. Pola Hubungan Interpersonal Pola hubungan interpersonal adalah suatu jenis atau cara-cara tertentu yang bisa terjadi dalam suatu interaksi antara seseorang dengan orang lain. Pola ini terbentuk karena setiap pelaku bersifat komunikatif, sehingga mereka memainkan perannya untuk mengutarakan pendapat masing-masing. Pola hubungan juga menjabarkan apa itu hubungan, bagaimana dapat terbentuk, dipertahankan dan bagaimana hubungan itu dapat berubah Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication (Salemba Humanika, Jakarta 2009) Hal

36 F.2. Konflik Konflik merupakan oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi. 26 Konflik ini dapat terjadi di dalam suatu paguyuban atau organisasi. Karena setiap individu yang hidup di suatu wadah pasti akan melakukan interaksi dengan orang lain. G. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah pola-pola hubungan interpersonal yang membentuk sebuah konflik pada Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang angkatan 2009 dalam kasus menyelesaikan tanggung jawab pembagian tugas kepanitian pemilihan Kakang Mbakyu tahun H. Metode Penelitian H.1. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (1986) mendefinisikan bahwa penelitian kulaitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 27 Menurut Poerwandari dalam buku Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia disebutkan bahwa penelitian kualitatif 26 Winardi, Manajemen Konflik (Mandar Maju, Bandung 1994) Hal 1 27 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Remaja Rosda Karya, Bandung 1990) Hal 3 36

37 menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman video dan lain sebagaianya. 28 Sehingga tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif. Deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa pembuatan perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya. H.2. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini akan diadakan bulan Januari-Februari 2011, sedangkan tempat penelitian ini di kantor Paguyuban Kakang Mbakyu Guest House Kota Malang Jl. Kawi No.24 Malang. Atau apabila tidak memungkinkan di kantor tersebut, akan dilakukan pengumpulan data di tempat-tempat yang representatif dan kondusif agar informan dapat dengan mudah mengutarakan pendapatnya. H.3. Unit Analisis dan Penentuan Informan Unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosial. 29 Sehingga unit analisis dalam penelitian ini adalah para duta wisata kota Malang yang tergabung dalam Paguyuban Kakang Mbakyu kota Malang angakatan Dimana dalam hal ini lebih difokuskan pada anggota yang komunikatif atau yang sering mengutarakan pendapatnya. Akan tetapi informan diluar peneliti, karena peneliti juga sebagai anggota Kakang Mbakyu Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Perfecta, Jakarta 2005) Hal Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (UMM Press, Malang 2005) Hal 75 37

38 Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Dimana para peneliti menentukan terlebih dahulu informan tersebut melalui kriteria atau ciri-ciri yang memadahi untuk dijadikan sumber informasi. Hal ini dapat dilakukan melalui observasi pada fenomena yang terjadi, kemudian memilih informan yang tepat untuk dijadikan nara sumber. Criteria yang termasuk dalam nara sumber atau informan adalah anggota kakang mbakyu angkatan 2009 yang komunikatif dan aktif di kepanitiaan pemilihan kakang mbakyu H.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan wawancara dan dokumentasi. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Wawancara ini tergolong pada wawancara dengan petunjuk umum. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok itu dilakukan sebelum wawancara. Pokok-pokok tersebut sudah mencakup petunjuk secara umum. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan responden dalam konteks wawancara yang sebenarnya. 30 Selain itu, peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan dokumentasi. Menurut Guba dan Lincoln (1981:228) mendefinisikan 30 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Remaja Rosda Karya, Bandung 1990) Hal

39 dokumentasi sebagai bahan tertulis atau film yang berguna sebagai sumber stabil, kaya dan mendorong. Selain itu dokumentasi berguna sebagai barang bukti untuk suatu pengujian. 31 H.5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif pada prinsipnya berproses secara induksi, interpretasi dan konseptualisasi. Dimana dalam penelitian ini akan dianalisis dengan cara melakukan penghalusan bahan/ data yang masih kasar ke dalam laporan lapangan. Kemudian melakukan penyederhanaan data menjadi beberapa unit informasi yang rinci tetapi sudah terfokus. Dengan demikian laporan dari hasil wawancara tersebut yang detail (induksi) dapat berupa data yang lebih mudah dipahami, dicarikan makna sehingga ditemukan pikiran apa yang tersembunyi di balik cerita mereka (interpretasi) dan akhirnya dapat diciptakan suatu konsep (konseptualisasi). 32 Dalam hal ini peneliti juga memberikan batasan-batasan atau pengkategorian informan yang terlibat dalam pola hubungan interpersonal. Berdasarkan teori dalam bagan 1 halaman 18, maka ada beberapa batasan seseorang yang dalam pengkategorian one up, one down dan one across. Seseorang dinyatakan One Up apabila, 1. Mampu mengutarakan pendapatnya 2. Dapat mengungkapkan keinginannya 3. Mempunyai inisiatif dan ide-ide yang tinggi 31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Remaja Rosda Karya, Bandung 2006) Hal Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif (UMM Press, Malang 2005) Hal

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM

Human Relations. Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan. Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Modul ke: Human Relations Faktor Manusia dalam Human Relations (Learning how to Learn)-Lanjutan Fakultas FIKOM Ervan Ismail. S.Sos., M.Si. Program Studi Public Relations http://www.mercubuana.ac.id Isi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

POLA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KONFLIK SKRIPSI

POLA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KONFLIK SKRIPSI POLA HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM KONFLIK Studi pada Paguyuban Kakang Mbakyu Kota Malang Angkatan 2009 dalam Kasus Penyelesaian Tanggungjawab Pembagian Tugas Kepanitiaan Pemilihan Kakang Mbakyu 2010 SKRIPSI

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah

DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah DI SUSUN OLEH : Arie Wahyuni Farasy Salvan Nurul Hikmah Robiatul Adawiyah Hubungan Interpersonal Hubungan interpersonal adalah proses interaksi antara individu dengan individu lain dengan cara berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

KOMUNIKASI INTERPERSONAL Modul ke: 5Fakultas Muhamad Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI INTERPERSONAL ATRAKSI INTERPERSONAL DAN HUBUNGAN INTERPERSONAL Rosit, M.Si. Program Studi Public Relations ATRAKSI INTERPERONAL Kita dapat

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari penelitian yang dilakukan telah mengumpulkan data-data. Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, menganalisis data, memilah-milahnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

SUMBER KONFLIK. lanjutan...

SUMBER KONFLIK. lanjutan... DEFINISI KONFLIK SEBAGAI MASALAH INTERNAL DAN EKSTERNAL YG TERJADI SEBAGAI AKIBAT DARI PERBEDAAN PENDAPAT,NILAI-NILAI, ATAU KEYAKINAN DARI 2 ORANG/LEBIH KONFLIK ADALAH SEBUAH SITUASI KETIKA SUMBER DAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Peran Orang Tua 2.1.1. Definisi Peran Orang Tua Qiami (2003) menjelaskan bahwa orangtua adalah unsur pokok dalam pendidikan dan memainkan peran penting dan terbesar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Konflik 1. Pengertian Manajemen Konflik Menurut Johnson ( Supraktiknya, 1995) konflik merupakan situasi dimana tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian bersifat deskriptif, yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai Peranan komunikasi antar pribadi antara pengajar

Lebih terperinci

Memahami Pengalaman Individu yang Resisten dengan Industri. Rokok dalam Mengikuti Program Djarum Bakti Pendidikan dan. Program Beasiswa Bulutangkis

Memahami Pengalaman Individu yang Resisten dengan Industri. Rokok dalam Mengikuti Program Djarum Bakti Pendidikan dan. Program Beasiswa Bulutangkis Memahami Pengalaman Individu yang Resisten dengan Industri Rokok dalam Mengikuti Program Djarum Bakti Pendidikan dan Program Beasiswa Bulutangkis Summary Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Diajukan

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

Sistem Interpersonal. By Ita Mutiara Dewi

Sistem Interpersonal. By Ita Mutiara Dewi Sistem Interpersonal By Ita Mutiara Dewi Sistem komunikasi interpersonal Persepsi Interpersonal Konsep Diri Atraksi Interpersonal Hubungan Interpersonal. Persepsi interpersonal Persepsi adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Pada dasarnya komunikasi interpersonal digunakan pada keseharian umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat berkomunikasi di sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Remaja Pengguna Game Online di Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun) Saidah H. Naibaho 100904120 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi Pokok Bahasan 1 Antarpribadi 1.1 Elemen pembentuk kesadaran diri 1.2 Konsep-konsep yang mempengaruhi perkembangan kesadaran diri 1.3 Teori-Teori Tentang Diri (Konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Penyesuaian Sosial 2.1.1. Pengertian Penyesuaian Sosial Schneider (1964) mengemukakan tentang penyesuaian sosial bahwa, Sosial adjustment signifies the capacity to react affectively

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Konteks-Konteks Komunikasi. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Konteks-Konteks Komunikasi. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Konteks-Konteks Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.

BAB II LANDASAN TEORI. satu. Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam. persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Kata komunikasi berasal dari kata latin cum yang kata depan yang berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN

GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN Oleh: Putut Hargiyarto, M.Pd. PT Mesin FT UNY Disajikan pada OPPEK UNY, 24-26 September 2010 A. Latar Belakang Untuk mampu menyelesaikan tugasnya, seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI

SITUASI SULIT SAAT MEMFASILITASI SAAT MEMFASILITASI 1 81 1 82 BAB 4 Teknik Menangani Situasi Sulit Saat Memfasilitasi Bayangkan situasi sulit apa yang bisa dihadapi seorang fasilitator infomobilisasi saat mengelola kegiatan kelompok atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 51 GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R. 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu

BAB I. Pendahuluan. melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah tempat dimana seorang individu pertama kali belajar dan melakukan proses komunikasi. Keluarga juga merupakan tempat awal dimana suatu karakter individu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis yaitu paradigma dimana kebenaran suatu realitas sosial dilihat sebagai hasil konstruksi sosial,

Lebih terperinci

TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL

TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL TEORI HUBUNGAN INTERPERSONAL Pertemuan ke 2 nadiasasmita@uny.ac.id 1 Teori pertukaran sosial Teori ini memandang bahwa pola hubungan antarmanusia menyerupai transaksi dagang. Berlangsung mengikuti kaidah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah

BAB III METODE PENELITIAN. yang merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan seorang peneliti harus memahami metodologi penelitian yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN PELAJAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PELAJAR. : Herlina Kurniawati : D2C006040

PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN PELAJAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PELAJAR. : Herlina Kurniawati : D2C006040 PENGARUH TERPAAN PEMBERITAAN KEKERASAN PELAJAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PELAJAR Nama NIM : Herlina Kurniawati : D2C006040 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

PSIKOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI PROSES KOMUNIKASI INTER PERSONAL Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial setiap individu akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar pendapat dan informasi ataupun saling berbagi pengalaman dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK ANTARPRIBADI PADA KARYAWAN PT. PERTAMINA HULU ENERGI-WEST MADURA OFFSHORE, JAKARTA

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK ANTARPRIBADI PADA KARYAWAN PT. PERTAMINA HULU ENERGI-WEST MADURA OFFSHORE, JAKARTA PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP PENYELESAIAN KONFLIK ANTARPRIBADI PADA KARYAWAN PT. PERTAMINA HULU ENERGI-WEST MADURA OFFSHORE, JAKARTA Zeannette Georgia Zettiara Besare PT. Pertamina Hulu Energi-West

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif. Artinya, data yang dikumpulkan bukan berupa data angka, melainkan data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan komunikasi antar pribadi merupakan kegiatan sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sejak bangun tidur di pagi hari sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

BAB II LANDASAN TEORITIS. reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss). BAB II LANDASAN TEORITIS A. GRIEF 1. Definisi Grief Menurut Rando (1984), grief merupakan proses psikologis, sosial, dan reaksi fisik yang disebabkan karena persepsi seseorang terhadap kehilangan (loss).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelarangan penggunaan jilbab sebagai atribut Islam sangat ketat di beberapa negara. Setelah umat Islam mendapat kemerdekaan menggunakan segala bentuk atribut Islam,

Lebih terperinci

Komunikasi dan Etika Profesi

Komunikasi dan Etika Profesi Modul ke: 01Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Komunikasi dan Etika Profesi Perspektif Komunikasi Dosen : Nia Kusuma Wardhani, S.Kom, MM. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian field research, yaitu sebuah studi penelitian yang mengambil data autentik secara obyektif/study lapangan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka atau kuantitas. Oleh karena itu, dengan mengacu kepada ciri-ciri tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. angka atau kuantitas. Oleh karena itu, dengan mengacu kepada ciri-ciri tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Analisa data yang akan dilakukan nantinya tidak melibatkan perhitungan angka atau kuantitas. Oleh karena itu, dengan mengacu kepada ciri-ciri tersebut maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia akan berkembang apabila manusia itu sendiri dapat

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia akan berkembang apabila manusia itu sendiri dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia akan berkembang apabila manusia itu sendiri dapat berhubungan baik dengan manusia lainnya di dalam lingkungan sosial, tidak hanya secara pasif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konflik Organisasi 1. Definisi Konflik Menurut Schermerhorn, Wood, Walace, dkk (2002) yang dimaksud dengan konflik dalam ruang lingkup organisasi adalah suatu situasi dimana dua

Lebih terperinci

Jurnal Tugas Akhir Skpipsi 1

Jurnal Tugas Akhir Skpipsi 1 Jurnal Tugas Akhir Skpipsi 1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berkomunikasi Dalam Berdiskusi Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo MARSIANA DINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Deskriptif yaitu memberikan gambaran dari suatu gejala sosial tertentu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat / Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunaan metode Deskriptif. Menurut Robert K Yin dalam bukunya Studi Kasus Desain dan Metode mengatakan bahwa metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut maka digunakan metodologi penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran secara mendalam mengenai pengalaman psikologis pada remaja yang mengalami perceraian orangtua. Untuk mengetahui hasil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja 2.1.1 Pengertian Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan situasi dan tempat kerja pegawai. Seorang individu yang berada pada lingkungan kerjanya akan senantiasa

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI

TEORI KOMUNIKASI. Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif. SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI Modul ke: TEORI KOMUNIKASI Teori Berdasarkan Pendekatan Obyektif Fakultas ILMU KOMUNIKASI SUGIHANTORO, S.Sos, M.IKom. Program Studi MARKETING COMMUNICATIONS & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga

Lebih terperinci