PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PEMILIK KENNEL TERKAIT KESEJAHTERAAN HEWAN DI PROVINSI DKI JAKARTA TEUKU ALI IMRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PEMILIK KENNEL TERKAIT KESEJAHTERAAN HEWAN DI PROVINSI DKI JAKARTA TEUKU ALI IMRAN"

Transkripsi

1 PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PEMILIK KENNEL TERKAIT KESEJAHTERAAN HEWAN DI PROVINSI DKI JAKARTA TEUKU ALI IMRAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pemilik Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan di Provinsi DKI Jakarta adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2012 Teuku Ali Imran B

3 ABSTRACT TEUKU ALI IMRAN. Knowledge, Attitude and Practices Kennel Owner Related to Animal Welfare in Province of DKI Jakarta. Under direction of DENNY WIDAYA LUKMAN and TITIEK SUNARTATIE Kennel is the place for care and breeding dogs. Kennel used to preserve the genetic and as an attempt to take provit. A good kennel management must consider the welfare of animals to ensure the quality of the dogs life during their stay there. This studied aim to observe: the level of animal welfare at the kennel, the level of knowledge, attitude and practices of kennel owner performed by interviewing respondents using questionnaires and observation. Data analysis to determine associations between variables using chi-square and gamma tests. The results show that the characteristics of the owner (age, level of education, training, experience and scale of business) are not related. There is association between knowledge (P<0,05) and attitudes (P<0,05) towards animal welfare practices. Keywords : knowledge, attitude and practice of kennel owner, animal welfare

4 RINGKASAN TEUKU ALI IMRAN. Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pemilik Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan di Provinsi DKI Jakarta. Dibimbing oleh DENNY WIDAYA LUKMAN dan TITIEK SUNARTATIE. Manusia dan anjing sudah sejak lama hidup bersama. Keduanya memiliki hubungan cukup menarik selama ribuan tahun. Beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa anjing dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara eksternal maupun internal. Anjing telah berkontribusi sebagai terapi untuk berbagai kelompok dalam masyarakat termasuk anak-anak, orang tua, penyandang cacat dan narapidana. Ikatan hewan dan manusia secara berdampingan dikaitkan dengan banyak aspek menguntungkan, terlepas dari kebutuhan yang berbeda dari setiap individu. Namun bagaimana jika anjing berada di lingkungan terbatas, seperti contoh di kennel. Kennel merupakan tempat pemeliharaan, perkembangbiakan dan pemuliaan ras anjing. Biasanya kennel memberikan kebutuhan biologis hewan peliharaan tetapi mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Perspektif ini muncul dari anggapan bahwa emosi tidak terukur pada hewan dan kesehatan emosional tidak relevan dengan penderitaan pada hewan. Pemikiran ini membuat penekanan pada kecukupan biologis sebagai alasan tunggal dalam hal penderitaan pada hewan. Ada anggapan bahwa, hewan tidak bisa menderita karena tekanan emosional, akibatnya kebutuhan emosional sering diabaikan. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengungkapkan tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan di kennel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) kondisi kesejahteraan hewan pada kennel di wilayah DKI Jakarta, (2) tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan dan (3) hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) kondisi kennel di DKI Jakarta sudah sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan, (2) tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan sudah baik dan (3) terdapat korelasi antara pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan. Metode wawancara dilakukan terhadap pemilik kennel sebagai responden menggunakan kuesioner dan observasi menggunakan checklist berkaitan dengan kesejahteraan hewan. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan praktik kesejahteraan hewan. Isi checklist memuat pertanyaan mengenai kondisi kesejahteraan hewan di lapangan. Responden diambil pada kennel yang terdapat di wilayah : Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Barat berdasarkan data sekunder dari Perkumpulan Kinologi Indonesia (PERKIN) Jaya tahun Besaran sampel yang diambil sebanyak 87 responden dari 831 pemilik kennel. Besaran sampel dihitung menggunakan Win Episcope 2.0 dengan asumsi proporsi pemilik kennel yang menerapkan prinsip kesejahteraan hewan adalah 50%, tingkat kesalahan 10% dan tingkat kepercayaan 95%. Sampel diambil menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana. Dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16, data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan Uji Gamma, untuk melihat adanya hubungan/korelasi antara peubah-peubah yang diamati dan untuk mengetahui asosiasi antara peubah-peubah yang berskala ordinal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya karakteristik pengalaman dan skala usaha terhadap variabel sikap yang memiliki hubungan positif nyata.

5 Sementara karakteristik lainnya terhadap variabel pengetahuan, sikap dan praktik tidak memiliki asosiasi. Hal ini mengindikasikan bahwa pengalaman dan skala usaha responden mempengaruhi sikap responden terkait kesejahteraan hewan. Hasil tingkat pengetahuan responden mengindikasikan bahwa responden telah mengetahui tentang kesejahteraan hewan sedang sampai baik. Banyaknya tingkat pengetahuan responden kategori sedang sampai baik ini, terutama diperoleh secara otodidak. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyelenggaraan program kursus/pelatihan tentang kesejahteraan hewan. Berdasarkan indikator sikap responden mengindikasikan bahwa secara umum responden memiliki sikap negatif sampai netral tentang kesejahteraan hewan. Banyaknya kategori sikap netral dari responden yang dibentuk dari pengetahuan dan pengalaman atau kebiasaan-kebiasaan mereka selama memelihara anjing di kennel sudah memadai. Faktor kurangnya mengikuti program kursus atau pelatihan tentang kesejahteraan hewan di kennel, membuat responden merasa yakin apa yang diketahui selama ini sudah sesuai. Hasil penjumlahan kumulatif praktik dan observasi menunjukkan kondisi kesejahteraan hewan yang sebenarnya di kennel. Gambaran responden melakukan praktik kesejahteraan hewan didominasi kategori kurang (53 %). Hal ini mengindikasikan bahwa kecenderungan responden kurang peduli terhadap kesejahteraan anjing di kennel. Mengingat keterbatasan lahan kennel dan waktu responden dalam memberikan perhatian terhadap anjing di kennel. Adanya hubungan antara pengetahuan dengan praktik (0,017) dan sikap dengan praktik (0,006). Sementara pengetahuan dengan sikap tidak memiliki asosiasi (0,169). Hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan dan sikap responden berpengaruh terhadap praktik responden terkait kesejahteraan hewan. Kata kunci: pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel, kesejahteraan hewan

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK PEMILIK KENNEL TERKAIT KESEJAHTERAAN HEWAN DI PROVINSI DKI JAKARTA TEUKU ALI IMRAN Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. drh. Trioso Purnawarman, M.Si.

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan karunia Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini adalah Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pemilik Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan di Provinsi DKI Jakarta. Penghargaan setingi-tingginya penulis ucapkan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh pendidikan ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. dan ibu drh. Titiek Sunartatie, MS selaku komisi pembimbing atas segala dukungan, bimbingan dan arahan terhadap penelitian dan penulisan tesis. Penulis sampaikan terima kasih kepada bapak Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner, Bapak drh. Chaerul Basri, M.Si selaku Site Manajer Program Studi serta Bapak Agus Haryanto, SE yang telah membantu kelancaran studi ini. Selain itu, terima kasih juga penulis ucapkan kepada bapak drh. Saifuddin Zuhri (Kepala SKP Kelas I Banda Aceh), bapak Dr. Ir. M. Musyaffak Fauzi, SH, M.Si (Kepala BBKP Soekarno-Hatta) dan bapak Soefandi (Ketua PERKIN Jaya) yang telah banyak memberikan fasilitas, kemudahan dan saran. Terimakasih juga kepada rekan-rekan seperjuangan kelas khusus karantina hewan angkatan 2 atas kebersamaan dan kekompakan selama ini. Akhirnya terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayah dan Ibu atas iringan doanya. Istriku Cut Ratna Dewi, putraku Teuku Adzim Fadhlurrahman dan putriku Cut Zharifa Qarira tercinta, atas semua dukungan, pengertian, kesabaran menanti, kasih sayang dan doanya. Atas segala kebaikan yang telah penulis terima, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia Nya kepada kita semua. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk mendukung kebijakan peraturan di Indonesia. Bogor, Juni 2012 Teuku Ali Imran

10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 27 Januari 1976 dari ayah Teuku Burhanuddin dan ibu Alm. Rukiah. Penulis merupakan putra ketujuh dari tujuh bersaudara. Pendidikan Sarjana ditempuh penulis pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (FKH-UNSYIAH), lulus pada tahun Setelah lulus dari FKH UNSYIAH, penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian pada tahun 2005 dan ditempatkan di Balai Besar Karantina Hewan Soekarno-Hatta Jakarta. Setelah dua tahun enam bulan bertugas, pada Juli 2007 penulis dimutasi ke Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Banda Aceh. Tahun 2010 penulis mendapat beasiswa dari Badan Karantina Pertanian untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi KMV di Sekolah Pascasarjana IPB.

11 HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian Nama : Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pemilik Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan di Provinsi DKI Jakarta : Teuku Ali Imran NRP : B Program Studi : Kesehatan Masyarakat Veteriner (KMV) Disetujui : Komisi Pembimbing Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si Ketua drh. Titiek Sunartatie, MS Anggota Diketahui : Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr Tanggal Ujian : Tanggal Lulus :

12 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman xii xiv xv xvi PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Manfaat... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan... 3 Sikap... 3 Praktik... 4 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Praktik... 5 Karakteristik Kesejahteraan Hewan Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan... 8 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Kerangka Konsep Penelitian Desain Penelitian Responden dan Sampel Pembobotan dan Penilaian Kuesioner Definisi Operasional Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Kondisi Umum Kennel di Provinsi DKI Jakarta Karakteristik Pemilik Kennel Pengetahuan Sikap Praktik Kondisi Kesejahteraan Hewan Hubungan Karakteristik dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Pemilik Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktik Kesejahteraan Hewan... 35

13 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Besaran sampel pemilik kennel di wilayah DKI Jakarta Luas dataran wilayah DKI Jakarta Jumlah Penduduk menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin di wilayah DKI Jakarta Populasi pemilik kennel di wilayah DKI Jakarta Distribusi responden berdasarkan karakteristik Distribusi responden berdasarkan indikator pengetahuan terkait kesejahteraan hewan Kumulatif pengetahuan responden terkait kesejahteraan hewan Distribusi responden berdasarkan indikator sikap terkait kesejahteraan hewan Kumulatif sikap responden terkait kesejahteraan hewan Distribusi responden berdasarkan indikator praktik terkait kesejahteraan hewan Kumulatif praktik responden terkait kesejahteraan hewan Observasi responden terkait kesejahteraan hewan Kumulatif praktik dan observasi responden terkait kesejahteraan hewan Hubungan karakteristik dengan pengetahuan, sikap dan praktik responden Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap praktik responden... 35

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Diagram tiga aspek kesejahteraan hewan Kerangka konsep penelitian... 15

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Kuesioner pemilik kennel... 43

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia dan anjing sudah sejak lama hidup bersama. Keduanya memiliki hubungan cukup menarik selama ribuan tahun. Namun hanya dalam beberapa tahun terakhir penelitian telah dilakukan untuk memperoleh data mengenai hubungan tersebut. Ada yang percaya bahwa anjing memiliki kepribadian, sementara ada yang ragu tentang bidang-bidang yang kaitannya dengan kognisi (kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan tentang kesadaran dan perasaan) Beberapa penelitian telah menjelaskan bahwa anjing dapat mempengaruhi kehidupan manusia, baik secara eksternal maupun internal. Anjing telah berkontribusi sebagai terapi untuk berbagai kelompok dalam masyarakat termasuk anak-anak, orang tua, penyandang cacat dan narapidana. Dengan bantuan anjing, manusia mampu mengatasi apa pun yang menghalangi mereka dari fungsinya dalam masyarakat dan mencegah terjadinya trauma fisik atau emosional. Ikatan manusia dan hewan secara berdampingan dikaitkan dengan banyak aspek menguntungkan, terlepas dari kebutuhan yang berbeda dari setiap individu. Richeson (2003) menyatakan bahwa ada penurunan perilaku gelisah yang cukup signifikan pada orang dewasa setelah intervensi animal-assisted therapy (AAT) selama tiga minggu. Allen et al. (2002) melaporkan bahwa kehadiran anjing peliharaan mengakibatkan detak jantung dan tekanan darah pemilik relatif lebih rendah. Tindakan membelai hewan kesayangan telah terbukti mengakibatkan penurunan sementara tekanan darah dan denyut jantung (Katcher 1981; Shiloh et al. 2003; Wilson 1991). Beberapa anjing memiliki kemampuan bawaan untuk mendeteksi kanker bahkan hipoglikemia (Wells et al. 2008). Keuntungan bagi kesehatan dalam jangka panjang diperoleh dari hewan peliharaan secara tidak langsung dengan meningkatkan latihan bersama pemilik hewan (Bauman et al. 2001; Brown dan Rhodes 2006; Serpell 1991). Menurut Ledger (2004), bahwa kennel melakukan pekerjaan dengan baik dengan memberikan kebutuhan biologis hewan peliharaan tetapi mengabaikan kebutuhan emosional mereka. Perspektif ini muncul dari anggapan bahwa emosi tidak terukur pada hewan dan kesehatan emosional tidak relevan dengan penderitaan pada hewan. Pemikiran seperti ini membuat penekanan pada

18 2 kecukupan biologis sebagai alasan tunggal dalam hal penderitaan pada hewan. Ada anggapan bahwa, hewan tidak bisa menderita karena tekanan emosional, akibatnya kebutuhan emosional sering diabaikan. Dalam penelitian ini, penulis mencoba mengungkapkan tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan di kennel. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: a. Kondisi kesejahteraan hewan pada kennel di wilayah DKI Jakarta b. Tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan c. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan: - Memberikan informasi mengenai kondisi kesejahteraan hewan pada kennel di wilayah DKI Jakarta - Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan di wilayah DKI Jakarta - Memberikan motivasi, penerapan kesejahteraan hewan berdasarkan lima prinsip kebebasan untuk menunjang kualitas hidup anjing. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1. Kondisi kennel di DKI Jakarta sudah sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan 2. Tingkat pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan sudah baik 3. Terdapat korelasi antara pengetahuan, sikap dan praktik pemilik kennel terkait kesejahteraan hewan.

19 3 TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Definisi pengetahuan menurut Supriyadi (1993) merupakan sekumpulan informasi yang difahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri sendiri maupun lingkungan. Pengetahuan seorang individu dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan, keperluan, pengalaman, dan tingkat mobilitas materi informasi dalam lingkungannya. Pengetahuan didapatkan individu baik melalui proses belajar, pengalaman, atau media elektronika yang kemudian disimpan dalam memori individu. Menurut Walgito (2002), pengetahuan adalah mengenal suatu obyek baru yang selanjutnya menjadi sikap terhadap obyek tersebut apabila pengetahuan itu disertai oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu obyek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang obyek tersebut. Sedangkan Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca-indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Sikap Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmojo 2007). Menurut Rahayuningsih (2008) bahwa sikap merupakan bagaimana individu suka atau tidak suka terhadap sesuatu dan pada akhirnya menentukan perilaku individu tersebut. Sikap menyukai cenderung mendekat, mencari tahu dan bergabung. Sementara sikap tidak menyukai cenderung menghindar atau menjauhi. Feldman (1985) menyatakan bahwa pengertian sikap harus dipertimbangkan dari segi komponen-komponen penyusunnya. Ketiga komponen utama ini meliputi komponen kognisi, afeksi, dan perilaku. Komponen afeksi mencakup arah dan intensitas dari penilaian individu atau macam perasaan yang dialami terhadap obyek sikap, komponen kognisi berkenaan dengan sistem keyakinan individu mengenai obyek sikap, sedangkan komponen perilaku

20 4 merupakan kecenderungan untuk bertindak menurut cara tertentu terhadap objek sikap. Beberapa pengertian sikap yang dikemukakan oleh beberapa ahli yang dirangkum dalam Rakhmat (2001) adalah sebagai berikut: (1) sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai, (2) sikap mempunyai daya dorong dan motivasi, (3) sikap relatif lebih menetap, (4) sikap mengandung aspek evaluatif, (5) sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir merupakan hasil belajar, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah. Oleh karena itu menurut Gerungan (1996) menyatakan bahwa: (1) sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya, (2) sikap dapat mengalami perubahan, karena itu sikap dapat dipelajari orang, (3) objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi juga dapat merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut, (4) sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki seseorang, (5) sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan/praktik atau perilaku. Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata/praktik diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas (Ali 2003). Praktik Praktik adalah kebiasaan bertindak yang menunjukkan tabiat seseorang yang terdiri dari pola-pola tingkah laku yang digunakan oleh individu dalam melakukan kegiatannya. Lebih jauh dikatakan bahwa tindakan itu terjadi karena adanya penyebab (stimulus), motivasi, dan tujuan dari tindakan itu. Tindakan dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar (faktor eksternal). Proses interaksi itu sendiri terjadi pada kesadaran atau pengetahuan seseorang (Sarwono 2002). Suparta (2002) menyatakan bahwa dalam pendekatan interaksionis, perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar.

21 5 Kondisi situasional luar mempengauhi sikap dalam dan selanjutnya sikap ini dapat mempengaruhi perilaku terbuka. Perilaku dianggap sebagai hasil interaksi antara faktor-faktor yang terdapat di dalam diri sendiri (karakteristik individu) dan faktor luar. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Praktik Gerungan (1996) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai suatu objek akan menjadi attitude terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Selanjutnya dikatakan bahwa, sikap mempunyai motivasi, yang berarti ada segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan. Terbentuknya sikap karena adanya interaksi manusia dengan objek tertentu (komunikasi), serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar kelompok bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku dan majalah. Sarwono (2002) menyatakan bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar itu sendiri dapat terjadi melalui proses kondisioning klasik atau melalui proses belajar sosial atau karena pengalaman langsung. Hasil penelitian para ahli menunjukkan terdapat hubungan yang kuat antara sikap dengan tindakannya (Azwar 2003). Menurut Taryoto (1991) dalam Harihanto (2001), sikap (attitude) sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap sangat menentukan tindakan (behavior) seseorang. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan termasuk masalah lingkungan. Seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek, besar kemungkinan mempunyai niat untuk bertindak positif juga terhadap objek tersebut, dan timbulnya sikap positif tersebut didasari oleh adanya pemikiran dan pengetahuan terhadap objek tersebut. Tindakan individu sangat dipengaruhi oleh sikap maupun pengetahuannya. Seseorang bersikap suka atau tidalk suka, baik atau tidak baik, senang atau tidak senang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh pengalamannya atau pengetahuannya (Harihanto 2001)

22 6 Karakteristik Menurut Rakhmat (2001), karakteristik terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponenkomponen kognitif (intelektual), konatif yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak, serta afektif (faktor emosional). Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap objek tertentu, karakteristik individu merupakan salah satu faktor yang penting untuk diketahui karena pada hakekatnya perilaku manusia itu digerakkan oleh faktor dari dalam diri individu sendiri (Azwar 2003). Menurut Azwar (2003) bahwa karakteristik individu meliputi variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan dalam menentukan tindakan. Dalam penelitian ini karakteristik individu yang dilihat adalah: umur, pendidikan, pelatihan, pengalaman dan skala usaha. Kesejahteraan Hewan Kesejahteraan hewan pertama sekali diidentifikasi sebagai prioritas dalam Rencana Strategis OIE tahun Negara-negara anggota OIE dalam sidang internasional membahas tentang kesejahteraan hewan dan membuat referensi tentang kesehatan hewan dengan menguraikan rekomendasi dan penjelasan yang mencakup pedoman praktek kesejahteraan hewan, dengan menegaskan kembali bahwa kesehatan hewan adalah komponen kunci dari kesejahteraan hewan (OIE 2011). Konsep kesejahteraan dapat diterjemahkan dalam tiga definisi. Para ilmuwan bidang kesejahteraan hewan cenderung merefleksikan ke dalam aspekaspek yang dipandang penting dalam mendefinisikan kesejahteraan, seperti: Status fisik (kebugaran) Kesejahteraan didefinisikan sebagai status dari seekor hewan dengan usaha-usahanya untuk menyelaraskan diri dengan lingkungan. Hewan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia hidup. Menyesuaikan adalah suatu refleksi dari kondisi fisik hewan (Fraser and Broom 1990). Status mental (perasaan) Kesejahteraan adalah tergantung dari bagaimana perasaan si hewan (Duncan 1993). Menurut Duncan bahwa status mental (perasaan) hewan sangat kritikal dan tidak perlu dihubungkan dengan hal kesehatan ataupun kebugaran.

23 7 Alami (kealamiahan ciptaan Tuhan) Menurut Rollin (1993) bahwa status mental (kesakitan dan penderitaan) adalah relevan dengan kesejahteraan. Memenuhi kealamian (telos) juga relevan dengan kesejahteraan. Ia mendefinisikan telos sebagai perbedaan-perbedaan genetik yang terlihat pada jenis/ras hewan dan temperamennya. Beberapa definisi mengkombinasikan tiga aspek (mental, fisik atau alami), sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Gambar 1 Diagram tiga aspek kesejahteraan hewan Kesejahteraan adalah mengenai sejauh mana seekor hewan sehat dan segar/bugar serta merasa nyaman/baik (Webster 2005). Aspek Lima Kebebasan telah diadvokasi oleh banyak kelompok sebagai suatu kerangka acuan kerja untuk mengukur kesejahteraan hewan dan termasuk tiga elemen, diantaranya: (a) Kesejahteraan seekor hewan dinyatakan dengan kapasitas kemampuannya menghindari penderitaan dan mempertahankan kebugarannya (Webster 2005) (b) Hewan-hewan tumbuh dan berkembang sangat baik ketika kebutuhan secara fisiologis dan psikologis untuk kehidupannya dipenuhi secara terus menerus dan faktor-faktor yang tidak menyenangkan dapat dikendalikan agar tidak terjadi atau bahkan tidak ada (Seamer 1993)

24 8 (c) Kesejahteraan seekor hewan terganggu ketika kesehatan fisiologis dan kondisi kejiwaannya (psikologis) yang berkaitan dengan kapasitas kemampuan mengetahui/mengenali mengalami gangguan (Morton 2000). Kesejahteraan hewan harus memperhitungkan lima kebutuhan dasar (AWAC 1993), yang meliputi: Bebas dari kehausan, kelaparan dan kekurangan gizi; Penyediaan kenyamanan pada tempat tinggal yang sesuai; Pencegahan atau diagnosis cepat dan perawatan cedera, penyakit atau infestasi parasit; Bebas dari stress; Kemampuan untuk menampilkan pola-pola perilaku normal. Kennel Terkait Kesejahteraan Hewan Para ilmuwan kesejahteraan hewan dan peneliti psikologis (Gosling 2001; Gosling dan John 1999; Gosling dan Vazire 2002; Gosling, Kwan dan John 2003; Ledger 2004) telah melakukan penelitian untuk lebih memahami emosi hewan. Menurut Ledger (2004), kecemasan, frustrasi, takut dan depresi adalah bentuk yang paling umum dari gangguan emosi pada hewan di kennel. Perilaku kecemasan adalah penghentian perilaku normal termasuk makan, minum, dan bersosialisasi, bersamaan dengan upaya menarik perhatian melalui menggonggong atau menghindari perhatian dengan mempertahankan sikap waspada (hipersensitif terhadap rangsangan lingkungan yang ditandai dengan pupil melebar, mencondongkan telinga dan sikap kaku) di mana lingkungan sekitarnya terus dievaluasi. Ketakutan adalah menunjukkan sikap mencoba untuk melarikan diri, bersembunyi, berkerumun, dan gemetar sebagai akibat dari kurangnya akses terhadap rangsangan. Banyak hewan dapat menjadi frustrasi dan mondar-mandir dengan menampilkan perilaku perpindahan tersebut, berputar-putar, dan melompat-lompat ke dinding. Setelah usaha yang gagal dalam mengatasi kondisi lingkungan, banyak hewan mungkin menampilkan perilaku depresi seperti lesu dan tidak adanya respon. Pada tempat penampungan, anjing sering ditempatkan dalam kandang tunggal dengan pagar kawat yang memungkinkan untuk kontak visual, auditori dan stimulasi penciuman dengan anjing di sebelahnya. Desain seperti ini dapat

25 9 merangsang perilaku menggonggong dan agresif (Fox 1965; Wells 2004) dan memberikan kontribusi untuk menjaga makanan dan kandangnya (Reid et al. 2004). Sikap agresif anjing antar kandang dapat meningkatkan perilaku agresif pada manusia yang melewati batas-batas wilayahnya (Lindsay 2000). Meskipun upaya untuk memperbaiki perilaku anjing selama di kennel sering diarahkan pada memperkaya sarana dan prasarana lingkungan (misalnya dengan meningkatkan ukuran kandang, menyediakan meubel dan mainan), pengayaan juga difokuskan pada menyediakan lebih banyak kontak dengan manusia (Hetts et al. 1992; Hubrecht 1993; Hubrecht et al. 1992; Wells and Hepper 2000). Keragaman dalam kualitas perawatan yang diberikan kepada anjing di kennel, kemungkinan besar berkontribusi terhadap stres yang dialami oleh banyak anjing di lingkungan kennel (Beerda et al. 2000). Selama di penampungan pada umumnya anjing menerima interaksi dengan manusia tergolong kecil (0,3-2,5%) dari waktu yang diamati (Hubrecht et al. 1992). Suatu situasi yang mungkin sangat sulit untuk anjing yang terbiasa kontak dengan manusia (Fox 1986). Hubrecht (1993) mengemukakan bahwa anjing yang diberikan peningkatan penanganan sehari-hari selama 30 detik, menunjukkan penurunan perilaku merusak dan lebih mudah bergaul dengan orang asing. Kandang berkelompok dapat memperbaiki beberapa efek isolasi dengan memungkinkan anjing untuk berperilaku sosial, dengan meningkatkan kompleksitas fisik dan ukuran kennel (Hubrecht 1995). Kandang ini juga bisa digunakan sebagai strategi awal intervensi untuk mencegah tindakan agresif, misalnya anjing lebih tua mengajarkan hubungan antar anjing keterampilan sosial (Loveridge 1998). Namun, kandang berkelompok mungkin tidak praktis untuk tempat penampungan karena dapat meningkatkan resiko penularan penyakit, dan tidak cocok karena takut pada anjing yang agresif (Hubrecht 1995). Upaya dalam menjaga kualitas hidup anjing peliharaan di Inggris yang mengacu pada Undang-Undang Kesejahteraan Hewan no. 9 Tahun 2006 (Animal Welfare Act 2006 no. 9), sebagai berikut: (a) kebutuhan akan lingkungan yang sesuai; (b) kebutuhan diet makanan yang cocok; (c) kebutuhan untuk dapat menunjukkan pola perilaku yang normal; (d) kebutuhan harus ditempatkan dengan, atau terpisah dari hewan lain, (e) kebutuhan perlindungan dari rasa sakit, penderitaan, cidera dan penyakit.

26 10 Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Hewan No. 9 Tahun 2006 bahwa pemilik harus selalu bertanggung jawab terhadap kebutuhan anjing. Jika pemilik tidak dapat merawat anjingnya, maka harus mempersiapkan orang lain yang cocok dengan pekerjaan tersebut. Orang yang dipercaya untuk merawat anjing oleh pemiliknya, maka ia juga akan bertanggung jawab secara hukum untuk kesejahteraan anjing tersebut. Jika pemilik atau yang bertanggung jawab terhadap anjing tersebut gagal dalam memenuhi kebutuhan kesejahteraan yang menyebabkan penderitaan, maka mereka akan dituntut berdasarkan Undang- Undang yang berlaku. Undang-Undang Kesejahteraan Hewan No. 9 Tahun 2006 dapat dipenuhi apabila adanya suatu aturan sebagai penjelasan. Berdasarkan hal ini maka dibuat suatu standar yaitu Code of practice for the welfare of dogs 2009 (DEFRA 2009). Kode/standar ini bertujuan untuk memberikan bimbingan praktis dalam membantu pemilik memenuhi ketentuan tersebut. Standar ini tidak menjelaskan secara spesifik bagaimana cara merawat anjing, namun meringkas hal-hal penting yang harus dipertimbangkan ketika membuat keputusan tentang cara terbaik merawat anjing. Standar ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kebutuhan akan lingkungan yang nyaman Lingkungan yang nyaman sangat diperlukan oleh anjing, maka ketersediaan tempat yang cocok untuk hidup anjing dapat diupayakan dengan cara: Menyediakan lingkungan yang aman dan bersih dengan memberikan perlindungan yang memadai Menyediakan tempat yang nyaman, bersih, kering, tenang dan bebas dari aliran udara sisa Menyediakan tempat yang cukup agar anjing dapat bergerak untuk menghindari hal-hal yang menakutinya Jika anjing di kennel atau diikat, maka harus sering diperiksa dan dipastikan tidak dalam bahaya atau tertekan Menyediakan akses tempat yang jauh dari area istirahat yang bisa digunakan sebagai tempat membuang kotoran Pastikan bahwa setiap kandang cukup besar, nyaman dengan ventilasi yang efektif dengan pengontrol suhu dan anjing dapat bergerak untuk menghindari suhu terlalu panas atau terlalu dingin Ketika akan menempatkan anjing, kandang dipastikan sudah nyaman dan aman setiap saat

27 11 Jangan biarkan anjing tanpa pengawasan dalam situasi atau periode waktu yang mungkin dapat menyebabkan kesulitan. b. Kebutuhan diet yang sesuai Anjing memerlukan pola makan yang teratur dan gizi seimbang. Kebutuhan diet yang sehat dapat diupayakan dengan cara: Menyediakan air minum yang bersih dan segar setiap saat. Apabila air minum anjing tidak tersedia, maka memberi air minum yang sama dengan air minum pemiliknya Anjing harus dapat menjangkau makanan dan air dengan mudah dalam segala situasi Memberikan makanan yang memiliki diet seimbang dan sesuai bagi kebutuhan individu, yang dapat menjaga kestabilan berat badan. Kebutuhan diet harus disesuaikan dengan usia, tingkat aktivitas, jenis kelamin, kondisi mengandung dan menyusui, serta keadaan kesehatannya. Makanan yang diberikan tidak terlalu banyak atau dapat menyebabkan anjing menjadi gemuk dan tidak memberi makan terlalu sedikit atau menyebabkan kekurangan berat badan Setiap perubahan jumlah makan atau minum merupakan tanda dari kesehatan yang buruk Mengikuti aturan makan sesuai petunjuk pada setiap makanan anjing yang digunakan Menyediakan semua kebutuhan asupan (termasuk untuk anak anjing) yang memiliki kebutuhan khusus dengan kebutuhan diet Makanan anjing yang direkomendasikan oleh dokter hewan atau spesialis perawatan anjing atau sumber lainnya yang akurat Memberi makan anjing dewasa sekurang-kurangnya satu kali setiap hari, kecuali adanya anjuran lain dari dokter hewan Tidak mengubah program diet anjing secara tiba-tiba. Perubahan harus dilakukan secara bertahap selama beberapa hari Memberi makan anjing, tidak dilakukan sesaat sebelum atau setelah latihan berat

28 12 c. Mampu menunjukkan pola perilaku normal Anjing peliharaan dapat menunjukkan perilaku normal, apabila pemilik memperhatikan dan memenuhi syarat sebagai berikut: Memastikan anjing cukup mampu berekspresi sehingga tidak merasa tertekan atau bosan Memastikan anjing memiliki akses terhadap mainan yang aman dan objek yang cocok untuk bermain dan mengunyah Anjing dapat beristirahat tanpa adanya gangguan. Anak anjing dan anjing tua mungkin perlu istirahat lebih banyak Menyediakan waktu untuk latihan dan bermain dengan orang lain secara teratur Memberikan latihan yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya setiap hari kecuali jika dokter hewan tidak merekomendasikan. Rangsangan aktif dari latihan diperlukan untuk menjaga kesehatan Kebutuhan akan olahraga diperlukan saran dari dokter hewan atau spesialis perawatan anjing Setiap perubahan perilaku yang ditunjukkan oleh anjing, diperlukan saran dari dokter hewan. Seperti anjing mungkin merasa tertekan, bosan, sakit atau cedera Semua anjing harus dilatih untuk berperilaku baik. Usia ideal anjing untuk dilatih, dimulai dari umur anjing sangat muda. Menggunakan metode pelatihan rewardbased dengan menghindari kekerasan yang berpotensi menyakitkan atau menakutkan. d. Kebutuhan kebersamaan dengan pemilik Anjing peliharaan memerlukan suasana kebersamaan dengan pemilik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: Memberikan kesempatan untuk bersama dengan anjing, sehingga cenderung tidak menjadi kesepian atau bosan Memastikan anjing peliharaan tidak ditinggalkan sendiri dalam waktu cukup lama. Karena dapat menyebabkan anjing tertekan Melatih anjing untuk bersikap bersahabat dan berinteraksi dengan anjing lainnya secara teratur Anak anjing perlu diberi kesempatan secara berkala untuk bersosialisasi dengan anjing lain dan manusia.

29 13 Memelihara beberapa ekor anjing, diperlukan tempat untuk dapat bersama-sama. Anjing-anjing tersebut akan saling memerlukan satu sama lain. Namun diperlukan ruangan yang cukup luas Anjing yang hidup bersama pemilik, harus disediakan sumber daya ekstra (misalnya mainan, tempat tidur, makanan dan mangkuk air dan tempattempat dimana mereka merasa aman) Jika anjing merasa takut atau agresif terhadap anjing lain, maka harus menghindari situasi yang dapat menyebabkan perilaku takut dan meminta nasehat pada dokter hewan atau spesialis perawatan anjing Perawatan dan penanganan anjing dilakukan dengan benar, tidak stres atau terancam oleh orang dewasa, anak-anak atau hewan lain termasuk orang yang menjaga anjing ketika pemilik jauh dari rumah Pemilik, keluarga dan teman konsisten dalam cara bereaksi terhadap anjing dan tidak mendorong untuk menjadi agresif atau perilaku antisosial Memastikan anjing dirawat dengan baik oleh orang yang bertanggung jawab ketika anjing tersebut jauh dari pemilik. Perawat anjing juga memiliki tanggung jawab hukum untuk menjamin kesejahteraan dan pemilik harus memastikan bahwa mereka memahami kebutuhan dan persyaratan khusus yang mungkin ada Menghindari anjing tanpa pengawasan saat bersama dengan hewan lain atau orang lain yang mungkin sengaja atau tidak sengaja menyakiti atau menakut-nakutinya e. Terlindung dari kesakitan, penderitaan, cidera dan penyakit Anjing memerlukan perlidungan dari rasa kesakitan, penderitaan, cidera dan penyakit dengan memberikan jaminan agar tetap sehat. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: Mengambil tindakan pencegahan untuk menjaga anjing agar tetap aman dari cedera Mengikuti saran doker hewan apabila munculnya perubahan perilaku Memeriksakan kesehatan anjing secara teratur dan melihat apabila ada tanda-tanda cedera, penyakit atau sakit. Perawat anjing juga harus dapat memastikan gejala-gejala tidak normal Memeriksa kesehatan kulit dan bulu anjing secara teratur

30 14 Mengenali tanda-tanda dan gejala penyakit atau menduga bahwa anjing sakit atau cedera, dengan segera menghubungi dokter hewan dan mengikuti anjuran tentang pengobatannya Melakukan pemeriksaan kesehatan anjing secara teratur pada dokter hewan, dengan mengikuti saran yang diberikan Dokter hewan adalah orang terbaik untuk berkonsultasi secara rutin tentang kesehatan, vaksinasi dan perawatan untuk mengendalikan parasit (misalnya kutu dan cacing) Jika anjing dipelihara di luar rumah, maka lingkungan sekitarnya harus dibersihkan secara teratur untuk menghindari penularan penyakit Anjing hanya diberi obat dengan obat-obatan yang secara khusus diresepkan atau disarankan oleh dokter hewan Kekhawatiran akan kemungkinan anjing telah memakan suatu benda atau kontak dengan bahan berbahaya, dapat diatasi dengan memeriksakan pada dokter hewan Anjing diharuskan untuk memakai tali leher dan identitas sebagai tanda saat di tempat umum. Ukuran tali leher tidak boleh menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan. Jika menggunakan microchip sebagai bentuk identifikasi, maka harus menjaga agar database microchip selalu up to date dengan perubahan Konsultasikan dengan dokter hewan sebelum anjing dikawinkan dan memastikan tempat yang cocok untuk anak anjing.

31 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama empat bulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan April Pelaksanaannya pada kennel-kennel yang berlokasi di lima wilayah DKI Jakarta dan Laboratorium Epidemiologi, Bagian Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Kerangka Konsep Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa peubah yang terdiri dari: karakteristik pemilik kennel, pengetahuan pemilik kennel, dan sikap pemilik kennel terhadap kesejahteraan hewan. Ketiga peubah ini akan dihubungkan dengan praktik pemilik kennel untuk melihat kondisi kesejahteraan hewan, seperti terlihat pada Gambar 2. Karakteristik Pemilik Kennel Umur Pendidikan formal Pelatihan Pengalaman usaha Skala usaha Pengetahuan Pemilik Kennel Praktik Pemilik Kennel Kondisi Kesejahteraan Hewan Sikap Pemilik Kennel Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan kajian lapang cross-sectional study, dengan menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan praktik dari responden (Giuseppe et al. 2008; Lin et al. 2011; Pfeil et al. 2010). Metode wawancara terhadap pemilik kennel dengan

32 16 menggunakan kuesioner dan observasi terhadap kennel menggunakan checklist berkaitan dengan kesejahteraan hewan. Kuesioner dan checklist sebelum digunakan terlebih dahulu diuji dengan pre-test kuesioner untuk estimasi waktu wawancara dan melihat tingkat kesulitan pertanyaan dalam kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan untuk menilai kelayakan kuesioner sebagai perangkat penelitian. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan, sikap dan praktik kesejahteraan hewan. Isi checklist memuat pertanyaan terhadap kondisi kesejahteraan hewan di lapangan. Responden dan Sampel Responden yang akan diwawancarai adalah pemilik kennel. Sampel responden akan diambil pada kennel yang terdapat di lima wilayah Jakarta berdasarkan data sekunder dari Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) Jaya tahun Besaran sampel responden yang akan diambil sebanyak 87 sampel responden dari 831 pemilik kennel. Besaran sampel responden dihitung menggunakan Win Episcope 2.0 dengan asumsi proporsi pemilik kennel yang menerapkan prinsip kesejahteraan hewan adalah 50 %, tingkat kesalahan 10 % dan tingkat kepercayaan 95 % (Billaud dan Leslie 2007). Besaran sampel responden untuk setiap wilayah ditentukan secara proporsional dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak sederhana (Tabel 1). Tabel 1 Besaran sampel pemilik kennel di wilayah DKI Jakarta No Wilayah Populasi pemilik kennel Proporsi Sampel Responden Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat / 831 * / 831 * / 831 * / 831 * / 831 * Jumlah Pembobotan dan Penilaian Kuisioner Penilaian Tingkat Pengetahuan Pemilik Kennel Menurut Hart et al. 2007, responden diberikan tiga pilihan jawaban yaitu benar, salah, dan tidak tahu. Untuk penilaian tingkat pengetahuan pemilik kennel, dirancang sebanyak 20 pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif yaitu jawaban benar adalah jika responden memilih jawaban benar, dan pertanyaan negatif dimana jawaban benar

33 17 adalah jika responden memilih jawaban salah. Pertanyaan positif dan negatif tersebut berguna untuk menghilangkan bias dari jawaban responden. Setiap jawaban yang benar dari pertanyaan mengenai praktik kesejahteraan hewan diberikan nilai 1. Sementara jawaban yang salah dan tidak tahu diberikan nilai 0 (Palaian et al. 2006). Dengan demikian untuk tingkat pengetahuan, nilai maksimumnya adalah 20 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat pengetahuan pemilik kennel terhadap praktik kesejahteraan hewan adalah sebagai berikut : Pengetahuan buruk jika nilai < 7 Pengetahuan sedang jika nilai antara 7 14 Pengetahuan baik jika nilai > 14 Penilaian Tingkat Sikap Pemilik Kennel Penilaian tingkat sikap pemilik kennel dirancang 20 pernyataan mengenai praktik kesejahteraan hewan. Dengan menggunakan skala Likert yaitu setuju, tidak setuju, dan ragu-ragu. Setiap jawaban yang benar dari pernyataan mengenai praktik kesejahteraan hewan diberikan nilai 3, jawaban netral (ragu-ragu) diberikan nilai 2 dan jawaban salah diberikan nilai 1. Dengan demikian untuk tingkat sikap, nilai maksimumnya adalah 60 dan nilai minimumnya adalah 20. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat sikap pemilik kennel terhadap praktik kesejahteraan hewan adalah sebagai berikut : Sikap negatif jika nilai < 33 Sikap netral jika nilai antara Sikap positif jika nilai > 46 Penilaian Tingkat Praktik Kesejahteraan Hewan Untuk penilaian tingkat praktik pemilik kennel terhadap kesejahteraan hewan, dirancang sebanyak 20 pertanyaan yang terdiri dari 4 pertanyaan praktik pemberian makan dan minum, 4 pertanyaan praktik perlakuan kenyamanan, 4 pertanyaan praktik perawatan kesehatan, 4 pertanyaan praktik memberikan ruang gerak, dan 4 pertanyaan praktik perlakuan baik dan tidak kasar. Pertanyaan tersebut memiliki jawaban ya dan tidak. Penilaian diberikan nilai 1 pada jawaban ya dan nilai 0 pada jawaban tidak. Dengan

34 18 demikian untuk tingkat praktik kesejahteraan hewan nilai maksimumnya adalah 20 dan nilai minimumnya adalah 0. Kemudian dilakukan observasi untuk menilai tingkat kesejahteraan hewan dengan menggunakan checklist. Terdapat 10 penilaian observasi dengan memberikan nilai 1 untuk melakukan standar kesejahteraan hewan dan nilai 0 untuk yang tidak melakukan standar kesejahteraan hewan. Hasil penilaian total untuk tingkat kesejahteraan hewan adalah penjumlahan antara praktik kesejahteraan hewan (20 poin) dan hasil observasi (10 poin). Dengan demikian nilai maksimumnya adalah 30 dan nilai minimumnya adalah 0. Berdasarkan kriteria penilaian diatas, maka untuk menilai tingkat pengetahuan pemilik kennel terhadap praktik kesejahteraan hewan adalah sebagai berikut : Praktik kurang jika nilai < 10 Praktik cukup jika nilai antara Praktik baik jika nilai > 20 Definisi Operasional Istilah variabel yang digunakan dalam penelitian perlu dirumuskan dalam definisi operasional, yang terdiri dari : 1. Karakteristik pemilik: merupakan ciri-ciri individu pemilik kennel yang relatif tidak berubah dalam waktu singkat. Data karakteristik pemilik kennel yang dimaksudkan disini meliputi umur, tingkat pendidikan, pelatihan, pengalaman dalam usaha dan skala usaha 2. Kennel: merupakan bangunan atau komplek dengan perancangan dan syarat tertentu untuk digunakan sebagai tempat pemeliharaan, perawatan dan perkembangbiakan anjing 3. Kesejahteraan hewan: syarat yang harus dipenuhi berdasarkan 5 prinsip kebebasan hewan yaitu: a) Bebas dari haus dan lapar; b) Bebas dari tidak nyaman, contoh: kandang tidak terlalu sempit, alas kandang tidak kasar, terlindung dari panas dan hujan; c) Bebas dari sakit, luka dan penyakit. Apabila hewannya sakit segera dibawa ke dokter hewan, dan pencegahan penyakit dengan vaksinasi; d) Bebas mengekspresikan perilaku alamiahnya. Tidak dikekang atau diikat dengan rantai pendek secara terus menerus; e) Bebas dari stres dan tertekan. Tidak diperlakukan dengan kasar dan kejam serta tidak menempatkan anjing kecil bersebelahan dengan anjing besar.

35 19 4. Umur: adalah usia responden pemilik kennel pada jarak ulang tahun terdekat 5. Tingkat pendidikan : adalah jumlah tahun dari jenjang pendidikan sekolah (pendidikan formal) yang pernah ditempuh pemilik kennel. Pendidikan formal dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu rendah (tidak sekolah dan SD), sedang (SLTP dan SLTA) dan tinggi (perguruan tinggi) 6. Pelatihan: merupakan pendidikan di luar sekolah (non formal) yang pernah dilakukan/diikuti pemilik kennel. Pelatihan responden dikategorikan: rendah (tidak pernah ikut), sedang (pernah ikut 1-2 kali) dan tinggi (pernah ikut > 2 kali) 7. Pengalaman usaha: adalah rentang waktu dari saat dimulainya kegiatan usaha kennel sampai dengan dilakukan wawancara. Ini diklasifikasikan rendah (< 5 tahun), sedang (6-10 tahun) dan tinggi (> 10 tahun) 8. Skala usaha: merupakan skala yang dibagi dalam tiga kategori: kecil (< 20 ekor/tahun), sedang (21-40 ekor/tahun) dan besar (> 40 ekor/tahun) 9. Pengetahuan: merupakan tingkat penguasaan mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan pengelolaan kennel dari aspek kesejahteraan hewan, yang ditunjukkan oleh skor indeks 10. Sikap: merupakan keyakinan, perasaan atau penilaian yang bersifat positif atau negatif terhadap kepentingan kesejahteraan hewan (objek sikap) 11. Praktik: merupakan kegiatan atau tindakan nyata yang dilakukan oleh responden pemilik kennel dalam penerapan kesejahteraan hewan, termasuk penyediaan sarana yang diperlukan sebagai pendukung. Analisis Data Analisis data menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan Uji Gamma untuk melihat adanya hubungan/korelasi antara peubah-peubah yang diamati dan untuk mengetahui asosiasi antara peubah-peubah yang berskala ordinal (Agresti dan Finlay 2009).

36 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian Kondisi Umum Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta Letak dan Topografi DKI Jakarta. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2008 (PERDA Provinsi DKI Jakarta No.1/2008) Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun , DKI Jakarta terletak pada posisi 6 12 Lintang Selatan dan Bujur Timur. Secara administratif, Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten, yakni: Kotamadya Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, serta Kabupaten Kepulauan Seribu. Adapun batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara dengan Laut Jawa; - Sebelah Selatan dan Timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi; - Sebelah Barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang. Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada ±50 m di bawah permukaan tanah. Bagian Selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena seluruhnya tertimbun oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian Utara baru terdapat lapisan keras pada kedalaman m, makin ke Selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m. DKI Jakarta terdiri dari dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut. Keadaan Kota Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7 C - 34 C pada siang hari dan suhu udara minimum berkisar 23,8 C - 25,4 C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm. Selama periode curah hujan terendah sebesar 122 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan tingkat kelembaban udara mencapai 73% - 78% dan kecepatan angin rata-rata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik.

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Sikap

TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Sikap 3 TINJAUAN PUSTAKA Pengetahuan Definisi pengetahuan menurut Supriyadi (1993) merupakan sekumpulan informasi yang difahami, yang diperoleh melalui proses belajar selama hidup dan dapat digunakan sewaktu-waktu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Karakteristik Pemilik Kennel Umur Pendidikan formal Pelatihan Pengalaman usaha Skala usaha. Praktik Pemilik Kennel

METODE PENELITIAN. Karakteristik Pemilik Kennel Umur Pendidikan formal Pelatihan Pengalaman usaha Skala usaha. Praktik Pemilik Kennel 15 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung selama empat bulan dimulai dari bulan Januari sampai dengan April 2012. Pelaksanaannya pada kennel-kennel yang berlokasi di lima

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sikap Sikap terkait praktik higiene daging. Peubah Situasional SOP Pengawasan pimpinan. Gambar 4 Kerangka konsep penelitian

METODE PENELITIAN. Sikap Sikap terkait praktik higiene daging. Peubah Situasional SOP Pengawasan pimpinan. Gambar 4 Kerangka konsep penelitian 19 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Terdapat beberapa peubah yang akan diamati pada penelitian ini yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman kerja, pelatihan dan

Lebih terperinci

sikap food Selain itu

sikap food Selain itu 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Kerangka Pemikiran Kegiatan usahaa berdagangg makanan memberikan dampak positif terhadap pembangunan untuk daerah tersebut, berupa peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Karakteristik personel IKH DOC yang berupa: Umur Tingkat pendidikan Pengalaman Pelatihan. Praktik Biosekuriti

METODE PENELITIAN. Karakteristik personel IKH DOC yang berupa: Umur Tingkat pendidikan Pengalaman Pelatihan. Praktik Biosekuriti METODE PENELITIAN Kerangka Konsep Penelitian Terdapat beberapa peubah yang akan digunakan di dalam penelitian ini yaitu karakteristik, pengetahuan, sikap dari personel IKH DOC yang terdiri dari manajer,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI

KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI KAJIAN BRUSELLOSIS PADA SAPI DAN KAMBING POTONG YANG DILALULINTASKAN DI PENYEBERANGAN MERAK BANTEN ARUM KUSNILA DEWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN RENALDO PRIMA SUTIKNO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT DI BANK UMUM MILIK NEGARA PERIODE TAHUN 2004-2012 RENALDO PRIMA SUTIKNO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR

ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR ANALISIS SIKAP DAN KEPUASAN KONSUMEN RESTORAN DEATH BY CHOCOLATE AND SPAGHETTI BOGOR SKRIPSI EGRETTA MELISTANTRI DEWI A 14105667 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PERAWATAN HEWAN DAN ANIMAL WELFARE

PERAWATAN HEWAN DAN ANIMAL WELFARE PERAWATAN HEWAN DAN ANIMAL WELFARE DISAJIKAN OLEH I Made Sukada 3 oktober 2015 Latar Belakang Manusia Mungkin inginkan hiburan Tidak memerlukan hiburan yang menggunakan hewan Hewan-hewan memiliki sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR

MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR MANAJEMEN RISIKO DI PERUSAHAAN BETON (STUDI KASUS UNIT READYMIX PT BETON INDONESIA) MUAMMAR TAWARUDDIN AKBAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT

ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT ANALISIS SURUT ASTRONOMIS TERENDAH DI PERAIRAN SABANG, SIBOLGA, PADANG, CILACAP, DAN BENOA MENGGUNAKAN SUPERPOSISI KOMPONEN HARMONIK PASANG SURUT Oleh: Gading Putra Hasibuan C64104081 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA

SEKOLAH PASCASARJANA ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN TANAH TERHADAP LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: Sri Martini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ANALISIS DAMPAK

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH

STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH i STRATEGI PENGEMBANGAN DAYA SAING PRODUK UNGGULAN DAERAH INDUSTRI KECIL MENENGAH KABUPATEN BANYUMAS MUHAMMAD UNGGUL ABDUL FATTAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 iii PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA

PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA PENGEMBANGAN CHECKLIST UNTUK AUDIT BIOSEKURITI, HIGIENE, DAN SANITASI DISTRIBUTOR TELUR AYAM BAWANTA WIDYA SUTA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK BAWANTA WIDYA SUTA. 2007.

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR )

ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) ANALISIS IMPLEMENTASI MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA ( STUDI KASUS PENGEMBANGAN PELABUHAN MAKASSAR ) TEGUH PAIRUNAN PUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W.

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W. PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W.K SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W.

PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W. PENGEMBANGAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM BERBASIS INTRANET DIVISI NEWSROOM DAN PRODUKSI PADA PT MEDIA TELEVISI INDONESIA R. M. EKSA CATRA HARANDI W.K SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL

ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL ANALISIS KEMAUAN MEMBAYAR MASYARAKAT PERKOTAAN UNTUK JASA PERBAIKAN LINGKUNGAN, LAHAN DAN AIR ( Studi Kasus DAS Citarum Hulu) ANHAR DRAKEL SEKOLAH PASCSARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA PENYULUH KEHUTANAN TERAMPIL (Kasus di Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat) HENDRO ASMORO SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap masyarakat di Kelurahan Tanjung Rejo terhadap PJK.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK MINUMAN ISOTONIK MIZONE PADA MAHASISWA DI KOTA SOLO. Oleh : Andrew Kresnoputro

ANALISIS EKUITAS MEREK MINUMAN ISOTONIK MIZONE PADA MAHASISWA DI KOTA SOLO. Oleh : Andrew Kresnoputro ANALISIS EKUITAS MEREK MINUMAN ISOTONIK MIZONE PADA MAHASISWA DI KOTA SOLO Oleh : Andrew Kresnoputro PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN RANTAI NILAI EKOWISATA KEBUN RAYA BOGOR

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN RANTAI NILAI EKOWISATA KEBUN RAYA BOGOR ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN RANTAI NILAI EKOWISATA KEBUN RAYA BOGOR Oleh : D O N I Y U S R I PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG

HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN CV DINAR TANGERANG HARDINAL SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN

ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN ANALISIS PEWILAYAHAN, HIRARKI, KOMODITAS UNGGULAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PADA KAWASAN AGROPOLITAN (Studi Kasus di Bungakondang Kabupaten Purbalingga) BUDI BASKORO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA JASA PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP), BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) EPI RATRI ZUWITA PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN

KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN iii KUALITAS PELAYANAN KAPAL DAN KECEPATAN BONGKAR MUAT KAPAL TERHADAP PRODUKTIVITAS DERMAGA TERMINAL PETIKEMAS PELABUHAN MAKASSAR WILMAR JONRIS SIAHAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ANALISIS PENGARUH SIKAP PENDENGAR TERHADAP ADLIBS RADIO PROGRAM BERBAHASA DAERAH (JAWA, SUNDA DAN MINANG/PADANG) KAITANNYA DENGAN PERILAKU PEMBELIAN PRODUK DI RADIO ELGANGGA 100.3 FM BEKASI ADHE PUYHOKO

Lebih terperinci

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B.

PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PERANCANGAN BALANCED SCORECARD UNTUK PENGEMBANGAN STRATEGI DI SEAMEO BIOTROP DEWI SURYANI OKTAVIA B. PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERANCANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini

ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI. Oleh: Darsini ANALISIS PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH DALAM RANGKA REFORMA AGRARIA DI KABUPATEN PATI Oleh: Darsini PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 Hak cipta milik

Lebih terperinci

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA

PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA PEWILAYAHAN AGROKLIMAT TANAMAN NILAM (Pogostemon spp.) BERBASIS CURAH HUJAN DI PROVINSI LAMPUNG I GDE DARMAPUTRA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK.

ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK. ANALISIS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PENGUKURAN DAN PEMETAAN BATAS BIDANG TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KOTA DEPOK Oleh : Bambang Irjanto PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI

INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI INFEKSI CACING JANTUNG PADA ANJING DI BEBERAPA WILAYAH PULAU JAWA DAN BALI : FAKTOR RISIKO TERKAIT DENGAN MANAJEMEN KESEHATAN ANJING FITRIAWATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas tentang desain dan jenis penelitian, subyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, fokus studi dan definisi operasional, instrumen penelitian dan langkah-langkah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMUKA PENDAPAT KELOMPOK TANI DALAM MENGGUNAKAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI (Kasus di Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang NTT) IRIANUS REJEKI ROHI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B

KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B KONDISI BIOSEKURITI PETERNAKAN UNGGAS SEKTOR 4 DI KABUPATEN CIANJUR ALI YATMIKO B04104062 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK ALI YATMIKO. Kondisi Biosekuriti Peternakan

Lebih terperinci

MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI

MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI MODEL PENGARUH PERSEPSI DAN MOTIVASI MUZAKKI TERHADAP KEPUTUSAN MEMBAYAR ZAKAT PROFESI (Studi Kasus: Karyawan PT PLN Region Jawa Barat) PEMI PIDIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGIC BUSINESS UNIT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI INOVASI KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI PERHUTANI UNIT III JAWA BARAT DAN BANTEN RURIN WAHYU LISTRIANA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN DAN KETERIKATAN KARYAWAN BUDI KARYA GROUP, BOGOR IKA MEYLASARI

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN DAN KETERIKATAN KARYAWAN BUDI KARYA GROUP, BOGOR IKA MEYLASARI PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN DAN KETERIKATAN KARYAWAN BUDI KARYA GROUP, BOGOR IKA MEYLASARI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 PENGARUH KOMPENSASI,

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukan Wayang Purwa di Era Globalisasi: Kasus Desa Bedoyo,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Cold Storage Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pengalaman dalam bekerja, (4) tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG PADA SEKTOR PERKEBUNAN DI INDONESIA RIZKY PRIMA LUBIS

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG PADA SEKTOR PERKEBUNAN DI INDONESIA RIZKY PRIMA LUBIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI ASING LANGSUNG PADA SEKTOR PERKEBUNAN DI INDONESIA RIZKY PRIMA LUBIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 2 1 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA 1 PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KESEJAHTERAAN DAN KINERJA GURU DI KABUPATEN SUMEDANG RIZKY RAHADIKHA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERUBAHAN STRATEGIK DALAM PERDAGANGAN SAPI HIDUP DI PT. SANTOSA AGRINDO. Saleh

MANAJEMEN PERUBAHAN STRATEGIK DALAM PERDAGANGAN SAPI HIDUP DI PT. SANTOSA AGRINDO. Saleh MANAJEMEN PERUBAHAN STRATEGIK DALAM PERDAGANGAN SAPI HIDUP DI PT. SANTOSA AGRINDO Saleh SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 MANAJEMEN PERUBAHAN STRATEGIK DALAM PERDAGANGAN SAPI HIDUP

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 37 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum Laboratorium Klinik di Cilegon Pelayanan laboratorium klinik merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG

METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) DALAM PENENTUAN PRIORITAS PELAYANAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI MARLINE SOFIANA PAENDONG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN

PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN PANDUAN MENGATASI HAMBATAN DALAM POPULASI PASIEN I Pendahuluan Rumah sakit sering kali harus melayani komunitas dengan berbagai keragaman. Ada pasien-pasien yang mungkin telah berumur, atau menderita cacat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA HUBUNGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KINERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA KANTOR PUSAT PT PP (PERSERO), TBK JULIANA MAISYARA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI

PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI PROSES KOMUNIKASI DAN PARTISIPASI DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor) SRI WAHYUNI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang

BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL. Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang BAB III KERANGKA KONSEP KONSEPTUAL A. Kerangka Konsep Dari uraian terdahulu telah dijelaskan mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi rendahnya minat ibu akseptor KB menggunakan kontrasepsi AKDR. Untuk

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA

PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA PEMANFAATAN INTERNET DAN CD ROM OLEH PENELITI DAN PEREKAYASA BADAN LITBANG PERTANIAN OLEH: INTAN YUDIA NIRMALA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan

Lebih terperinci

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN

STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN STUDI KONDISI VEGETASI DAN KONDISI FISIK KAWASAN PESISIR SERTA UPAYA KONSERVASI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM FERI SURYAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PENYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PEGAWAI DI SEKRETARIAT KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP FIRDAUS ALIM DAMOPOLII SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR

PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR PERSEPSI DAN SIKAP KONSUMEN TERHADAP KEAMANAN PANGAN SUSU FORMULA DENGAN ADANYA ISU BAKTERI Enterobacter sakazakii DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI INTAN AISYAH NASUTION H34066065 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMELIHARAAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KAJIAN PORTFOLIO PRODUK TABUNGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO), TBK DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA : KASUS PT BANK MANDIRI AREA SAMARINDA

KAJIAN PORTFOLIO PRODUK TABUNGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO), TBK DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA : KASUS PT BANK MANDIRI AREA SAMARINDA KAJIAN PORTFOLIO PRODUK TABUNGAN PT BANK MANDIRI (PERSERO), TBK DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA : KASUS PT BANK MANDIRI AREA SAMARINDA BAYU TRISNO ARIEF SETIAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan zat yang sangat esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa mengandung air. Air memiliki beberapa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : karakteristik, sikap dan perilaku karyawan cold storage, praktik higiene daging

ABSTRAK. Kata kunci : karakteristik, sikap dan perilaku karyawan cold storage, praktik higiene daging ABSTRAK DONNI MUKSYDAYAN. Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Cold Storage terkait Praktik Higiene Daging. Dibimbing oleh DENNY W LUKMAN dan ABDUL ZAHID Penyimpanan daging di cold storage merupakan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN

MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN BAHAN AJAR PELATIHAN JURU SEMBELIH HALAL KODE UNIT KOMPETENSI : A. 016200.007.01 MENERAPKAN PRINSIP KESEJAHTERAAN HEWAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH

ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH ASPEK MIKROBIOLOGIS DAGING AYAM BEKU YANG DILALULINTASKAN MELALUI PELABUHAN PENYEBERANGAN MERAK MELANI WAHYU ADININGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami 1. Pengertian Dukungan Suami Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan dorongan

Lebih terperinci

Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang Hak cipta milik IPB, tahun 2009 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan meyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya unuk kepentingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan setiap anak di dunia ini berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya anak normal saja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 1 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci