DAFTAR ISI. Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... i ii iii iv v UCAPAN TERIMAKASIH... viii ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... ix x xi DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii BAB 1... PEN DAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA i

2 2.1 Proses Penuaan Faktor yang mempengaruhi penuaan proses penuaan 11 pakai rusak 13 proses program Teori Teori Teori 2.2 Gejala klinis penuaan Proses penuaan pada kulit Kulit Definisi penuaan pada kulit Mekanisme penuaan pada kulit Sinar Ultraviolet Efek akut radiasi sinar ultraviolet Efek kronis radiasi sinar ultraviolet Photoaging Matriks metalloproteinase Terminologi Klasifikasi MMPs Mekanisme kerusakan kolagen pada photoaging ii

3 2.7 Asam hyaluronat Termonologi Struktur kimia Berat molekul Konsentrasi dalam jaringan Metabolisme Biosintesis Katabolisme Ketahanan dalam jaringan Fungsi Biokompatibilitas Filler Signaling asam hyaluronat Aktivitas antioksidan dari asam hyaluronat BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS... PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Tempat dan Waktu Penelitian Subjek dan Sampel Variabilitas Populasi Kriteria Subjek Kriteria Inklusi iii

4 Kriteria Drop-Out Penghitungan Besar Sampel Teknik Penentuan Sampel Variabel Penelitian Klasifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Bahan dan Instrumen Penelitian Hewan percobaan Prosedur penelitian Alur penelitian Analisi penelitian BAB V HASIL PENELITIAN Analisis Deskriptif Uji Normalitas Data Uji Homogenitas Data Uji Komparabilitas Data BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Subjek Penelitian Distribusi dan homogenitas data hasil penelitian Pengaruh pemberian asam hyaluronat intradermal terhadap Ekspresi MMP BAB VII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

5 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Anatomi kulit Gambar 2.2 Efek sinar ultraviolet terhadap kulit Gambar 2.3 Penempatan asam hyaluronat pada lapisan dermis Gambar 2.4Signaling pathway asam hyaluronat pada reseptor CD Gambar 2.5Mekanisme kerja aktivitas antioksidan asam hyaluronat Gambar 2.6Penghambatan efek ROS oleh asam hyaluronat dan penghambatan... lev el fosforilasi SEK1/JNK c-jun oleh H 2 O Gambar 3.1 Skema konsep penelitian Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian Gambar 5.1 Hasil pemeriksaan Immunohistokimia jaringan dermis tikus Gambar 5.2 Perbandingan rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok v

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Terminologi asam hyaluronat dan bidang penggunaan Tabel 2.2 Kandungan asam hyaluronat pada jaringan Tabel 5.1 Hasil analisa deskriptif data ekspresi MMP Table 5.2 Hasil uji normalitas data antar kelompok Table 5.3 Hasil uji homogenitas data antar kelompok Table 5.4 Rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok Table 5.5 Analisis LSD perbandingan rerata ekspresi MMP-1 antar kelompok vi

7 DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG SINGKATAN AAM AP : Anti Aging Medicine : Activator Protein COL1A1 : Kolagen tipe 1 CTGF DAB DHEA DNA ECM ERK ev FBS GF H 2 O 2 HA ID IGF-1 IHC : Connective Tissue Growth Factor : Diaminobenzidine : Dehydroepiandrosterone : Deoxyribonucleic Acid : Extracellular Matrix : Extracellular Signal regulated Kinase : electron Volt : Fetal Bovine Serum : Growth Factor : Hidrogen Peroksida : Hyaluronic Acid :Intra Dermal : Insulin like growth factor-1 : Immunohistochemistry IL-1 : Interleukin-1 vii

8 IL-6 IM JNK LSD MAP kinase MED MMP mrna NF-kB ODC OH PBS ROS TGF-β : Interleukin-6 : Intra Muskular : c-jun Amino-terminal Kinase : Least Significance Difference : Mitogen-Activated Protein kinase : Minimal Erythema Dose : Matrix Metallo-Proteinase : Ribonucleic Acid messanger : Nuclear Factor kappa-b : Ornithine Decarboxylase : Radikal Hidroksil : Phospate Buffered Saline : Reactive Oxygen Species : Transforming Growth Factor β TIMP-1 : Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1 TNF-α UNUD UV UVA UVB : Tumor Necroting Factor α : Universitas Udayana : Ultraviolet : Ultraviolet A : Ultraviolet B UVC : Ultraviolet C viii

9 LAMBANG α β μ : Alfa : Beta : Mikro ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (Ethical Clearance) Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian dan Pemeriksaan IHC Lampiran 3 Analisis Data MMP-1 antar kelompok Lampiran 4Analisis Data dengan SPSS Lampiran 5 Proses Penelitian-Injeksi Asam Hyaluronat x

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan proses yang terjadi seiring dengan berjalannya waktu dari hari ke hari dimana adanya progresivitas berbagai perubahan dalam tubuh manusia baik yang bersifat normal maupun patologis. Penuaan adalah proses dimana hilangnya kemampuan organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya (Yaar dan Gilchrest, 2007). Penurunan fungsi tubuh tersebut akan mengakibatkan munculnya tanda dan gejala proses penuaan, yang terbagi menjadi dua bagian besar yaitu tanda psikis dan tanda fisik. Tanda psikis diantaranya menurunnya gairah hidup, sulit tidur, kecemasan, mudah tersinggung dan merasa tidak berarti lagi. Sedangkan tanda fisik yang bisa terlihat adalah penurunan massa otot, peningkatan lapisan lemak, daya ingat yang berkurang, fungsi seksual yang terganggu, kemampuan kerja yang menurun, masalah sakit tulang dan timbulnya kerutan pada kulit (Pangkahila, 2007). Ada beberapa faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses penuaan yang terjadi seperti radikal bebas, berkurangnya kadar hormonal, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan faktor genetik, yang tergolong sebagai faktor internal. Di samping itu ada juga faktor dari luar (eksternal) yang berpengaruh, seperti gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Pada proses penuaan, kulit yang adalah bagian tubuh terluar bisa menjadi parameter secara kasat mata. Kulit tidak terhindar dari proses penuaan tersebut, apalagi kulit adalah bagian yang paling rentan terkena faktor-faktor eksternal seperti paparan radiasi ultraviolet dan polutan yang lain. Proses penuaan yang disebabkan oleh radiasi kronis ultraviolet sinar matahari disebut sebagai Photoaging (Gilchrest dan Krutman, 2006), dimana penuaan terjadi akibat efek buruk dari radiasi ultraviolet secara kronis yang berkolaborasi dengan gejala penuaan kronologis. Proses yang bersifat kumulatif kronis ini dapat menyebabkan xi

12 berbagai macam gangguan pada kulit seperti pada arsitektur kulit (textur kulit) dan yang paling menjadi perhatian adalah penuaan dini kulit secara keseluruhan (photoaging), begitu juga bisa terjadinya kanker kulit (Walker dkk., 2003; Quan dkk., 2009). Kerusakan pada organ terluar dari manusia ini bisa terlihat secara klinis (baik dari keluhan dan tanda), secara histologis atau patologi anatomi, maupun secara fungsional kulit (Berneburg dkk., 2000). Paparan radiasi ultraviolet tersebut melalui beberapa jalur dan mekanisme, termasuk di dalamnya pembentukan sunburn cell, tercetusnya respon peradangan, terbentuknya thymine dimer dan produksi kolagenase (MMP/Matriks Metaloproteinase) (Baumann, 2005). Matriks Metalloproteinase (MMP) merupakan enzim proteinase mengandung zinc, berperan penting pada proses degradasi protein matriks ekstraseluler. Matriks Metalloproteinase diklasifikasi sebagai kolagenase, gelatinase, stromyelisin dan tipe membran (Quan dkk., 2009) Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari dengan panjang gelombang nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi sinar ultraviolet terbagi atas tiga golongan yaitu Ultraviolet-A (UVA) nm, Ultraviolet-B (UVB) nm dan Ultraviolet-C (UVC) nm. Yang paling berpengaruh terhadap kerusakan kulit adalah Ultraviolet-B (UVB), karena karakteristik panjang gelombang yang lebih pendek dan paling benyak menembus atmosfer bumi. Sinar ultraviolet ini juga sangat terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metaloproteinase (MMP). Selain itu, sinar ultraviolet dapat memicu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). Berbeda dengan sinar ultraviolet C yang biasanya tidak sampai ke permukaan bumi oleh karena diserap oleh atmosfir lewat lapisan ozon. Terganggunya integritas matriks ekstraseluler lewat radiasi ultraviolet dengan mekanisme meningkatnya aktivitas matriks metalloproteinase. Pada kulit manusia, MMP-1 merupakan tipe yang paling rentan oleh induksi sinar ultraviolet matahari dan bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2001). Hanya dengan satu kali paparan terhadap radiasi ultraviolet sinar matahari, dapat menganggu jaringan kulit dan terganggunya sintesis kolagen yang hamper komplit selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan proses pemulihan jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Di samping itu, terjadi pula degradasi kolagen karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang sangat siginifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher dkk., 2001). Matriks metalloproteinase tipe 1 (MMP-1) adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang sangat penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan demikian, xii

13 hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Efek buruk yang lain dari radiasi sinar ultraviolet adalah menghasilakn reactive oxygen species / ROS (Lee dkk., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai ROS sensitive signaling pathways, yang selanjutnya akan mempengaruhi berbagai macam fungsi selular termasuk menyebabkan fragmentasi kolagen dan sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich dkk., 2008). Begitu pula dengan stress oksidatif berpengaruh besar dalam proses photoaging dan fotokarsinogenesis dan dalam pathogenesis fotodermatosis (Stahl dkk., 2006). Asam Hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu bertahannya, yaitu sementara dan semi-permanen. Yang termasuk golongan dermal filler sementara yaitu hyaluronic acid filler / asam hyaluronat, sedangkan yang termasuk semi-permanen adalah poly-l-lactic acid, calcium hydroxyapatite dan polyvinyl alcohol. Hyaluronic acid filler adalah jenis filler yang popular di dunia dan juga di Indonesia. Hyaluronic acid filler telah digunakan sejak tahun Hyaluronic acid filler bersifat sangat hidrofilik sehingga efek hidrasi dapat menghasilkan volume yang lebih besar ketika diimplantasikan daripada volume filler yang sesungguhnya. Efek hidrasi ini dapat memperberat edema jaringan yang disebabkan penyuntikan filler. Hyaluronic acid filler yang dikembangkan sekarang berasal dari fermentasi bakteri streptococcus aquine. Meskipun memiliki konsentrasi asam hyaluronat yang lebih tinggi daripada asam hyaluronat hewani, filler jenis ini berisiko tinggi menyebabkan infeksi. Asam hyaluronat filler hanya mampu bertahan 4 bulan sampai 1 tahun (tergantung konsentrasi) karena mengalami biodegradasi. Untuk mempertahankan efek filler, dibutuhkan konsentrasi asam hyaluronat lebih tinggi atau dilakukan penambahan volume filler dengan sesi penyuntikan berikutnya ( Gold, 2009). Pada penelitian in-vitro, penambahan asam hyaluronat pada kultur fibroblast meningkatkan proliferasi dan sintesis TIMP-1 (Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1) dan penurunan dari MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1), meningkatkan proliferasi dan sintesis dari COL1A1 (Kolagen tipe 1) dan TGF-α (Transforming Growth Factor-α). Sedangkan penambahan anti CD-44 pada kultur fibroblast, sebaliknya akan menurunkan proliferasi sel dan sintesis kolagen. Hal ini mengindikasikan peranan reseptor sebagai perantara dalam proses tersebut. Pada penelitian tersebut, setelah 24 jam secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan ekspresi gen TIMP-1 dan setelah 24 jam berikutnya secara statistik terjadi penurunan secara signifikan ekspresi gen MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1) (Monteiro dkk, 2013). Di bidang rheumatologi pada penelitian terhadap 12 pasien osteoarthritis yang diberikan injeksi asam hyaluronat intra-artikular dengan dosis 1 atau 3 mg/ml menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan ekspresi dari matriks metalloproteinase 13 (MMP-13). Lebih xiii

14 besar penurunan ekspresi MMP-13 pada osteoarthritis grade-iv dibandingan pada osteoarthritis grade-ii. Di samping itu pemberian asam hyaluronat menunjukkan hasil supresi dari ekspresi MMP-1 pada dosis 1 mg/ml (Pohlig dkk., 2016). Asam hyaluronat dan interaksinya dengan CD-44 memungkinkan untuk menstabilkan dan memantapkan sintesis kolagen dan fungsi normal kulit. Asam hyaluronat secara normal terdapat pada matriks ekstraseluler pada basal keratinosit dan menyusun kolagen dermis dengan jalan stimulasi fragmentasi kolagen dan penetrasi fibroblast (Malgorzata, 2016). Penurunan level dari asam hyaluronat berhubungan dengan penurunan level dari elastisitas kulit, memungkinkan respon inflamasi dan menurunkan perbaikan jaringan karena proses degenerasi dari matriks jaringan granular (Fisher, 2008) Dalam kaitan asam hyaluronat dan degradasi kolagen, pada kulit manusia MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV matahari dan bertanggung-jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Ditemukan bahwa hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi sinar matahari dapat menganggu jaringan konektif dengan menyebabkan gangguan sintesis kolagen yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Degradasi kolagen terjadi karena peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fagot, 2004). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yahr dan Gilchrest, 2008). Radiasi UV akut menyebabkan timbulnya ROS (Radical Oxygen Species), yang meningkatkan AP-1 dan menurunkan TGF-β. Peningkatan AP-1 dapat meningkatkan MMP yang bertindak sebagai pemecah kolagen, sementara itu penurunan TGF-β juga menurunkan sintesa kolagen. Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak sempurna dan menyisakan bekas, walaupun awalnya secara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama-kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich dkk., 2008). Dengan demikian hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Matriks metaloproteinase-1 adalah mediator yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2002). Berdasarkan atas penelitian sebelumnya yang dilakukan pengukuran ekspresi TIMP-1 dan ekspresi MMP-1 secara in-vitro, dimana didapatkan hasil adanya peningkatan inhibitor xiv

15 MMP-1 dan terjadi supresi ekspresi MMP-1, maka akan dilakukan penelitian secara in-vivo pada tikus dengan menggunakan bahan asam hyaluronat. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipapar sinar ultraviolet-b (UVB)? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 pada kulit tikus yang diberi pajanan sinar UVB dengan dosis 800 mj/cm 2 selama 15 hari. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah yang teruji, bahwa pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang diberi pajanan sinar UVB Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya konsumen estetika dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat asam hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler injection selain bisa untuk menambah volume tetapi juga bisa memberikan efek perlindungan terhadap pajanan UVB, jika terbukti setelah dilakukan uji klinis. xv

16 Ada beberapa faktor penting yang sangat erat kaitannya dengan proses penuaan yang terjadi seperti radikal bebas, berkurangnya kadar hormonal, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan faktor genetik, yang tergolong sebagai faktor internal. Di samping itu ada juga faktor dari luar (eksternal) yang berpengaruh, seperti gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, radiasi sinar ultraviolet, stress dan kemiskinan (Pangkahila, 2007). Pada proses penuaan, kulit yang adalah bagian tubuh terluar bisa menjadi parameter secara kasat mata. Kulit tidak terhindar dari proses penuaan tersebut, apalagi kulit adalah bagian yang paling rentan terkena faktor-faktor eksternal seperti paparan radiasi ultraviolet dan polutan yang lain. Proses penuaan yang disebabkan oleh radiasi kronis ultraviolet sinar matahari disebut sebagai Photoaging (Gilchrest dan Krutman, 2006), dimana penuaan terjadi akibat efek buruk dari radiasi ultraviolet secara kronis yang berkolaborasi dengan gejala penuaan kronologis. Proses yang bersifat kumulatif kronis ini dapat menyebabkan berbagai macam gangguan pada kulit seperti pada arsitektur kulit (textur kulit) dan yang paling menjadi perhatian adalah penuaan dini kulit secara keseluruhan (photoaging), begitu juga bisa terjadinya kanker kulit (Walker dkk., 2003; Quan dkk., 2009). Kerusakan pada organ terluar dari manusia ini bisa terlihat secara klinis (baik dari keluhan dan tanda), secara histologis atau patologi anatomi, maupun secara fungsional kulit (Berneburg dkk., 2000). Paparan radiasi ultraviolet tersebut melalui beberapa jalur dan mekanisme, termasuk di dalamnya pembentukan sunburn cell, tercetusnya respon peradangan, terbentuknya thymine dimer dan produksi kolagenase (MMP/Matriks Metaloproteinase) (Baumann, 2005). Matriks Metalloproteinase (MMP) merupakan enzim proteinase mengandung zinc, berperan penting pada proses degradasi protein matriks ekstraseluler. Matriks Metalloproteinase diklasifikasi sebagai kolagenase, gelatinase, stromyelisin dan tipe membran (Quan dkk., 2009) Radiasi sinar ultraviolet dari sinar matahari dengan panjang gelombang nm merupakan 5% dari seluruh radiasi sinar yang ada. Radiasi sinar ultraviolet terbagi atas tiga golongan yaitu Ultraviolet-A (UVA) nm, Ultraviolet-B (UVB) nm dan Ultraviolet-C (UVC) nm. Yang paling berpengaruh terhadap kerusakan kulit adalah Ultraviolet-B (UVB), karena karakteristik panjang gelombang yang lebih pendek dan paling benyak menembus atmosfer bumi. Sinar ultraviolet ini juga sangat terbukti meningkatkan degradasi kolagen melalui aktivasi matriks metaloproteinase (MMP). Selain itu, sinar ultraviolet dapat memicu sintesis MMP-1 dan MMP-3 melalui pelepasan Tumor Necrosing Factor-alfa (TNF-α) (Gilchrest dan Krutmann, 2006). Berbeda dengan sinar ultraviolet C yang biasanya tidak sampai ke permukaan bumi oleh karena diserap oleh atmosfir lewat lapisan ozon. xvi

17 Terganggunya integritas matriks ekstraseluler lewat radiasi ultraviolet dengan mekanisme meningkatnya aktivitas matriks metalloproteinase. Pada kulit manusia, MMP-1 merupakan tipe yang paling rentan oleh induksi sinar ultraviolet matahari dan bertanggung jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2001). Hanya dengan satu kali paparan terhadap radiasi ultraviolet sinar matahari, dapat menganggu jaringan kulit dan terganggunya sintesis kolagen yang hamper komplit selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan proses pemulihan jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Di samping itu, terjadi pula degradasi kolagen karena terjadi peningkatan kadar MMP-1 yang sangat siginifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fisher dkk., 2001). Matriks metalloproteinase tipe 1 (MMP-1) adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang sangat penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yaar dan Gilchrest, 2008). Dengan demikian, hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet. Efek buruk yang lain dari radiasi sinar ultraviolet adalah menghasilakn reactive oxygen species / ROS (Lee dkk., 2004; Yaar dan Gilchrest, 2007), bersama dengan aktivasi berbagai ROS sensitive signaling pathways, yang selanjutnya akan mempengaruhi berbagai macam fungsi selular termasuk menyebabkan fragmentasi kolagen dan sekresi MMP-1 (Yaar dan Gilchrest, 2008; Helfrich dkk., 2008). Begitu pula dengan stress oksidatif berpengaruh besar dalam proses photoaging dan fotokarsinogenesis dan dalam pathogenesis fotodermatosis (Stahl dkk., 2006). Asam Hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu bertahannya, yaitu sementara dan semi-permanen. Yang termasuk golongan dermal filler sementara yaitu hyaluronic acid filler / asam hyaluronat, sedangkan yang termasuk semi-permanen adalah poly-l-lactic acid, calcium hydroxyapatite dan polyvinyl alcohol. Hyaluronic acid filler adalah jenis filler yang popular di dunia dan juga di Indonesia. Hyaluronic acid filler telah digunakan sejak tahun Hyaluronic acid filler bersifat sangat hidrofilik sehingga efek hidrasi dapat menghasilkan volume yang lebih besar ketika diimplantasikan daripada volume filler yang sesungguhnya. Efek hidrasi ini dapat memperberat edema jaringan yang disebabkan penyuntikan filler. Hyaluronic acid filler yang dikembangkan sekarang berasal dari fermentasi bakteri streptococcus aquine. Meskipun memiliki konsentrasi asam hyaluronat yang lebih tinggi daripada asam hyaluronat hewani, filler jenis ini berisiko tinggi menyebabkan infeksi. Asam hyaluronat filler hanya mampu bertahan 4 bulan sampai 1 tahun (tergantung konsentrasi) karena mengalami biodegradasi. xvii

18 Untuk mempertahankan efek filler, dibutuhkan konsentrasi asam hyaluronat lebih tinggi atau dilakukan penambahan volume filler dengan sesi penyuntikan berikutnya ( Gold, 2009). Pada penelitian in-vitro, penambahan asam hyaluronat pada kultur fibroblast meningkatkan proliferasi dan sintesis TIMP-1 (Tissue factor Inhibitor of Metaloproteinase 1) dan penurunan dari MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1), meningkatkan proliferasi dan sintesis dari COL1A1 (Kolagen tipe 1) dan TGF-α (Transforming Growth Factor-α). Sedangkan penambahan anti CD-44 pada kultur fibroblast, sebaliknya akan menurunkan proliferasi sel dan sintesis kolagen. Hal ini mengindikasikan peranan reseptor sebagai perantara dalam proses tersebut. Pada penelitian tersebut, setelah 24 jam secara statistik terjadi peningkatan yang signifikan ekspresi gen TIMP-1 dan setelah 24 jam berikutnya secara statistik terjadi penurunan secara signifikan ekspresi gen MMP-1 (Matrix Metalo-Proteinase 1) (Monteiro dkk, 2013). Di bidang rheumatologi pada penelitian terhadap 12 pasien osteoarthritis yang diberikan injeksi asam hyaluronat intra-artikular dengan dosis 1 atau 3 mg/ml menunjukkan hasil yang signifikan terhadap penurunan ekspresi dari matriks metalloproteinase 13 (MMP-13). Lebih besar penurunan ekspresi MMP-13 pada osteoarthritis grade-iv dibandingan pada osteoarthritis grade-ii. Di samping itu pemberian asam hyaluronat menunjukkan hasil supresi dari ekspresi MMP-1 pada dosis 1 mg/ml (Pohlig dkk., 2016). Asam hyaluronat dan interaksinya dengan CD-44 memungkinkan untuk menstabilkan dan memantapkan sintesis kolagen dan fungsi normal kulit. Asam hyaluronat secara normal terdapat pada matriks ekstraseluler pada basal keratinosit dan menyusun kolagen dermis dengan jalan stimulasi fragmentasi kolagen dan penetrasi fibroblast (Malgorzata, 2016). Penurunan level dari asam hyaluronat berhubungan dengan penurunan level dari elastisitas kulit, memungkinkan respon inflamasi dan menurunkan perbaikan jaringan karena proses degenerasi dari matriks jaringan granular (Fisher, 2008) Dalam kaitan asam hyaluronat dan degradasi kolagen, pada kulit manusia MMP-1 adalah tipe yang paling terpengaruh oleh induksi sinar UV matahari dan bertanggung-jawab terhadap pemecahan kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Ditemukan bahwa hanya dengan satu kali ekspos terhadap paparan radiasi sinar matahari dapat menganggu jaringan konektif dengan menyebabkan gangguan sintesis kolagen yang hampir komplit, selama 24 jam yang kemudian diikuti dengan recovery jam setelahnya (Fisher dkk., 2001). Degradasi kolagen terjadi karena peningkatan kadar MMP-1 yang cukup signifikan yaitu sekitar 4,4 ± 0,2 kali lipat jika dibandingkan dengan kulit yang tidak dipajan radiasi UV (Fagot, 2004). MMP-1 adalah mediator utama terhadap timbulnya degradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging. Enzim MMP-1 kolagenolitik mendegradasi fibril kolagen dan elastin, yang penting untuk kekuatan dan elastisitas kulit. Aktivitas MMP-1 di kulit akan meningkat xviii

19 walaupun hanya dengan radiasi UV singkat, yang akan menyebabkan timbulnya kerutan pada kulit, yang menjadi tanda photoaging (Yahr dan Gilchrest, 2008). Radiasi UV akut menyebabkan timbulnya ROS (Radical Oxygen Species), yang meningkatkan AP-1 dan menurunkan TGF-β. Peningkatan AP-1 dapat meningkatkan MMP yang bertindak sebagai pemecah kolagen, sementara itu penurunan TGF-β juga menurunkan sintesa kolagen. Pemecahan kolagen selalu diikuti dengan sintesis dan perbaikan, yang seperti pada hampir semua proses penyembuhan luka, tidak sempurna dan menyisakan bekas, walaupun awalnya secara klinis tidak terlihat. Tetapi bersama dengan bertambahnya usia dan ekspos sinar UV yang terus terjadi, terjadi penumpukan solar scar, yang lama-kelamaan mulai terlihat secara klinis berupa kerutan (photoaging) (Helfrich dkk., 2008). Dengan demikian hambatan terhadap MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar UV. Matriks metaloproteinase-1 adalah mediator yang mendegradasi kolagen pada kulit yang mengalami photoaging (Fisher dkk., 2002). Berdasarkan atas penelitian sebelumnya yang dilakukan pengukuran ekspresi TIMP-1 dan ekspresi MMP-1 secara in-vitro, dimana didapatkan hasil adanya peningkatan inhibitor MMP-1 dan terjadi supresi ekspresi MMP-1, maka akan dilakukan penelitian secara in-vivo pada tikus dengan menggunakan bahan asam hyaluronat. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipapar sinar ultraviolet-b (UVB)? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk membuktikan pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 pada kulit tikus yang diberi pajanan sinar UVB dengan dosis 800 mj/cm 2 selama 15 hari. xix

20 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi ilmiah yang teruji, bahwa pemberian asam hyaluronat di lapisan dermis dapat menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat penuaan dini kulit dengan menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang diberi pajanan sinar UVB Manfaat Praktis Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya konsumen estetika dapat menjadi acuan dalam memahami manfaat asam hyaluronat yang terkandung dalam dermal filler injection selain bisa untuk menambah volume tetapi juga bisa memberikan efek perlindungan terhadap pajanan UVB, jika terbukti setelah dilakukan uji klinis. xx

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI (Vitis vinifera) 4% MENGHAMBAT PENINGKATAN EKSPRESI MMP-1 (Matrix Metaloproteinase 1) DERMIS TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Penuaan atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah menghilangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia di dunia, tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi proses penuaan dapat diperlambat. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Proses ini meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

Lebih terperinci

Injeksi asam hialuronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipajan sinar ultraviolet-b (UVB)

Injeksi asam hialuronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipajan sinar ultraviolet-b (UVB) Injeksi asam hialuronat di lapisan dermis menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 tikus yang dipajan sinar ultraviolet-b (UVB) 1 Oktavian Tamon, 2 AAGP Wiraguna, 3 Wimpie Pangkahila 1 Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

PEMBERIAN EKSTRAK AIR UBI JALAR UNGU

PEMBERIAN EKSTRAK AIR UBI JALAR UNGU TESIS PEMBERIAN EKSTRAK AIR UBI JALAR UNGU (Ipomoea Batatas) MENGHAMBAT PENUAAN DINI KULIT DENGAN MENGHAMBAT PENINGKATAN KADAR MMP-1 PADA TIKUS YANG DIPAJAN SINAR UVB TRESIA SUSANA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

UCAPAN TERIMA KASIH. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan rasa hormat, penghargaan, dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis yang berjudul KRIM EKSTRAK GINSENG MENGHAMBAT

Lebih terperinci

Prevention of Aging (especially in dermatology) Marina Haroen Sub departmen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr.

Prevention of Aging (especially in dermatology) Marina Haroen Sub departmen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Prevention of Aging (especially in dermatology) Marina Haroen Sub departmen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Ramelan SURABAYA Aging merupakan suatu proses biologi kompleks berkurangya kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

GEL EKSTRAK SARANG BURUNG WALET

GEL EKSTRAK SARANG BURUNG WALET GEL EKSTRAK SARANG BURUNG WALET (Collocalia fuciphaga) 40% TOPIKAL MENGHAMBAT PENINGKATAN EKSPRESI MATRIKS METALOPROTEINASE-1 DAN MENGHAMBAT PENURUNAN KOLAGEN PADA KULIT TIKUS (Rattus norvegicus) WISTAR

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari BAB VI PEMBAHASAN VI.1. Pembahasan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kadar NO serum awal penelitian dari kedua kelompok tak berbeda bermakna. Kadar NO serum antar kelompok berbeda bermakna. Kadar NO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat. menghasilkan gerakan pada sendi. Tendon memiliki kekuatan yang lebih besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tendon merupakan salah satu bagian dari sistem muskulotendinous yang memiliki fungsi utama memindahkan kekuatan dari otot ke tulang sehingga dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum (UD) adalah luka terbuka pada permukaan kulit yang disebabkan oleh adanya komplikasi kronik berupa mikroangiopati dan makroangiopati akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel

BAB I PENDAHULUAN. Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fakta menunjukkan bahwa pada proses penuaan terjadi kemunduran dan deplesi jumlah sel Langerhans di epidermis, yakni sel efektor imunogen pada kulit, penurunan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Data World Heart Organization menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi

I. PENDAHULUAN. Radiasi elektromagnetik merupakan salah satu bentuk energi. Setelah energi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA

PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) MENURUNKAN ESKPRESI IL-1β MELALUI PENGHAMBATAN EKSPRESI SELULER NF-Kβ PADA PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Rattus Novergicus ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses penuaan merupakan rangkaian proses yang terjadi secara alami setelah manusia mencapai usia dewasa di mana seluruh komponen tubuh berhenti berkembang dan mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Pemberian oral ekstrak kulit buah lemon (Citrus limon) menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 (matrix metaloproteinase-1) dan penurunan jumlah kolagen pada tikus putih galur wistar jantan (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hiperglikemia merupakan manifestasi penyakit diabetes mellitus (DM). Pada saat ini prevalensinya makin meningkat di negara maju. Penyakit ini menempati peringkat empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran RINGKASAN SUMMARY DAFTAR PUSTAKA xii

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran RINGKASAN SUMMARY DAFTAR PUSTAKA xii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... PRAKATA... HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN... INTISARI......

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum diketahui. Penyakit ini tidak mengancam jiwa, namun lesi kulit yang terjadi menimbulkan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga 54 BAB VI PEMBAHASAN Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga berperan sebagai Immunological recovery pada saat memulai terapi ARV sehingga dapat memaksimalkan respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan

BAB I PENDAHULUAN. ini para dokter yang berada di bidang Anti Aging telah mampu menghambat penuaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah proses alami yang terjadi pada semua mahluk hidup dan dimulai dari semenjak lahir di dunia ini. Seringkali proses penuaan ini dihubungkan dengan menurunnya

Lebih terperinci

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka konseptual VIRUS SEL KUFFER SIMVASTATIN NFkβ IL 6 TNF α IL 1β TGF β1 HEPATOSIT CRP FIBROSIS ECM D I S F U N G S I E N D O T E L KOLAGEN E SELEKTIN inos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur. kehamilan 20 <37 minggu. Bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada umur kehamilan 20

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP AKTIVASI Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1) PADA AORTA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET ATEROGENIK SKRIPSI Oleh Lilis Rahmawati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas adalah kondisi berlebihnya berat badan akibat banyaknya lemak pada tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), di sekitar organ tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak dilakukan oleh kelompok umur lansia (Supardi dan Susyanty, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini masyarakat tertarik pada usaha untuk mengobati diri sendiri ketika merasa mengalami keluhan kesehatan yang bersifat ringan. Dalam kurun waktu tahun 2000 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering,

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan wrinkle/kerutan kulit, kulit yang kasar, kulit kering, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan dini (PD) adalah proses degeneratif yang melibatkan kulit dan sistem penyokong kulit, 1 berupa perubahan stuktural dan elastilitas kulit yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketuban pecah dini (KPD) adalah keluarnya air ketuban (cairan amnion) sebelum terjadinya persalinan. KPD merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan

Lebih terperinci

Tugas Biologi Reproduksi

Tugas Biologi Reproduksi Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27

BAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27 64 BAB 6 PEMBAHASAN Fibroblas merupakan elemen utama pada proses perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27 Hasil uji Kruskal-Wallis pada jumlah fibroblas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dengan baik. Kulit yang mengalami penuaan oleh karena aging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan riset dan teknologi bidang kedokteran untuk meningkatkan kesejahteraan kesehatan manusia, ditemukanlah beberapa pembaruan ilmu dan terapan kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang

BAB I PENDAHULUAN. fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pterigium merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan pertumbuhan jaringan fibrovaskuler menyerupai sayap, merupakan lipatan dari konjungtiva yang menginvasi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi adalah reaksi tubuh terhadap jejas yang terjadi dalam tubuh manusia. Inflamasi, bila terjadi terus menerus dalam waktu lama maka merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi hiperurisemia pada populasi manusia cukup tinggi. Studi di Amerika tahun 2011 menunjukkan bahwa prevalensi hiperurisemia sebesar 21,2% pada pria dan 21,6%

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari 14 BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tantangan yang terjadi di masyarakat pada saat ini dapat mengakibatkan stres pada manusia(garciá et al., 2008). Organ yang berperan penting dalam respon terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus juga meningkatkan resiko persalinan prematur. KPD yang terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan dengan ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena berkaitan dengan penyulit atau komplikasi yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan. penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi dan sepsis termasuk salah satu dari penyebab kematian yang tertinggi seluruh dunia. Sepsis merupakan penyebab kematian yang ke-10 terbesar di Amerika Serikat,

Lebih terperinci

ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO

ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO TESIS ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO IRWAN PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini insiden kanker sebagai salah satu jenis penyakit tidak menular semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola hidup

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak dapat berkembang lagi, tetapi justru terjadi penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan bahan minuman yang terkenal tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terkenal di seluruh dunia. Hal ini karena seduhan kopi memiliki aroma yang khas yang

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit Jumlah total leukosit sebelum diberikan perlakuan pada kelompok kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan alkohol sebagai minuman yang sudah tentu bertentangan dengan ajaran islam saat ini ada kecenderungan meningkat di masyarakat. Penggunaan alkohol terutama

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian dunia kini semakin tertuju pada salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas hidup seseorang yaitu gangguan pendengaran. Berdasarkan data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit

BAB I PENDAHULUAN. Radiasi matahari merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri atas medan listrik dan medan magnet. Matahari setiap menit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari merupakan kendali cuaca serta iklim yang sangat penting dan sebagai sumber energi utama di bumi yang menggerakkan udara dan arus laut. Energi matahari diradiasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Overweight dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebih yang dapat mengganggu kesehatan. Dahulu obesitas identik dengan kemakmuran, akan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) BAB V PEMBAHASAN 1. Kemampuan fagositosis makrofag Kemampuan fagositosis makrofag yang dinyatakan dalam indeks fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pemerintah Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pruritus uremia (PU) masih merupakan keluhan yang paling sering ditemukan pada pasien gagal ginjal terminal (GGT). Keluhan pruritus yang signifikan ditemukan pada 15%

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang harus menyesuaikan dengan kebutuhan itik yang tergolong unggas air, kebutuhan air bagi itik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel-sel pulpa hasil subkultur dari kultur primer sel pulpa gigi sehat. Gambaran mikroskopis kultur sel primer dan subkultur sel-sel

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering

Lebih terperinci

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU TESIS PEMBERIAN KRIM EKSTRAK JAGUNG UNGU (Zea Mays) MENGHAMBAT PENINGKATAN KADAR MMP-1 DAN PENURUNAN JUMLAH KOLAGEN PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR SINAR UV-B RINI DIANASARI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS PEMBERIAN ASTAXANTHIN GEL MELINDUNGI KULIT TERHADAP PROSES PENUAAN DINI AKIBAT PAJANAN SINAR UVB DENGAN MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAST MADE RUSMIASIH ANOM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 adalah insiden kardiovaskuler yang didasari oleh proses aterosklerosis. Peningkatan Agregasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan insufisiensi vaskuler dan neuropati. 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulkus diabetikum pada penderita diabetes melitus merupakan komplikasi kronis berupa makroangiopati dan mikroangiopati yang paling sering kita jumpai diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manggis merupakan tumbuhan fungsional karena sebagian besar tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat. Akan tetapi, masih belum diketahui efek sampingnya (Pasaribu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup.

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan, penyakit degeneratif dan menurunnya kualitas hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap makhluk hidup memiliki kesempatan yang sama untuk menjalani siklus kehidupan. Lingkaran kehidupan dimulai dari pembuahan, perkembangan janin, kelahiran, tumbuh

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN. Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM.

ARTIKEL PENELITIAN. Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM. E-JURNAL Indonesian Heny Widiyowati Journal of Anti S, Wimpie Aging Medicine I Pangkahila, A.A.G.P. Wiraguna, J Alex Pangkahila, I Nyoman Adiputra, IGM. Aman Volume 1, Nomor 1, (Pemberian Oktober 2017

Lebih terperinci

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan

Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang yang beralamat di jalan Dr. Soetomo No.16, Semarang, Jawa Tengahmerupakan Satuan Kerja atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silika adalah senyawa kimia silikon dioksida (SiO2) yang merupakan salah satu mineral dengan jumlah terbanyak di bumi. Sebagian besar silika terdapat dalam bentuk kristalin,

Lebih terperinci

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36

D. Kerangka Teori E. Kerangka Konsep F. Hipotesis... 36 vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR SINGKATAN... x INTISARI... xi ABSTRACT...

Lebih terperinci

TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN

TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN TESIS PEMBERIAN ORAL EKSTRAK DAUN PEGAGAN ( Centella asiatica) LEBIH BANYAK MENINGKATKAN JUMLAH KOLAGEN DAN MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 DARIPADA VITAMIN C PADA TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penampilan kulit adalah indikator utama dari usia. Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia.

Lebih terperinci