ARTIKEL PENELITIAN. Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ARTIKEL PENELITIAN. Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM."

Transkripsi

1 E-JURNAL Indonesian Heny Widiyowati Journal of Anti S, Wimpie Aging Medicine I Pangkahila, A.A.G.P. Wiraguna, J Alex Pangkahila, I Nyoman Adiputra, IGM. Aman Volume 1, Nomor 1, (Pemberian Oktober 2017 Krim : Ekstrak - 16 Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen...) Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen Dermis dan Peningkatan Kadar Matriks Metalloproteinase-1 pada Mencit Balb -C Yang Dipapar Sinar Ultraviolet B Heny Widiyowati S 1, Wimpie I Pangkahila 1, A.A.G.P. Wiraguna 1, J Alex Pangkahila 1, I Nyoman Adiputra 1, IGM. Aman 1 ABSTRAK Ekstrak Teh Hijau mengandung polifenol utama dalam daun teh, yaitu katekin yang terdiri dari Epigallocathecin 3-gallate (EGCG), epigallocathecin (EGC), epicathecingallate (ECG), epicatechin (EC), gallocathecin (GC). Diantara keempat komponen tersebut EGCG (Epigallocathecin Gallate) merupakan komponen yang paling potensial. Polifenol teh hijau memiliki efek peredaman terhadap ROS (Radical Oxidative Superoxide), sehingga dapat mencegah kerusakan kulit akibat dari sinar UV-B. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi matriks metalloproteinase-1 pada mencit BALB-C. yang dipapar sinar ultraviolet-b. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium, menggunakan rancangan the randomized post-test only control group. Sebanyak 30 ekor mencit balb/c yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok yang masing-masing terdiri dari ekor mencit. Kelompok Kontrol (O) tidak diolesi apapun, Kelompok 1 diolesi bahan dasar krim (Kelompok Perlakuan 1), dan Kelompok 2 diolesi krim ekstrak teh hijau 70% (Kelompok Perlakuan 2). Semua Kelompok Perlakuan diberikan paparan sinar UVB dengan dosis total 840 mj/ cm 2 selama 4 minggu, kemudian dilakukan biopsi untuk permeriksaan jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1. Data dianalisis menggunakan one way Anova untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan pada ketiga kelompok perlakuan kemudian dilanjutkan uji post hoc dengan menggunakan tes LSD (Least Significance Difference) untuk mengetahui beda nyata terkecil pada taraf kemaknaan <0,05. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya penurunan yang lebih rerata kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol (47,83%) dan Kelompok Perlakuan 1 (50,73%) setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan rerata kolagen pada Kelompok Perlakuan 2 (67,59%). Hasil rerata ekspresi MMP-1 terjadinya peningkatan pada rerata kontrol (66,76%) dan rerata Kelompok Perlakuan 1 (74,46%) dibandingkan rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 2 (39,31%). Melalui uji post hoc tidak ada perbedaan hasil dari Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 baik pada jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 (P>0,05). Simpulan penelitian ini adalah krim ekstrak teh hijau 70% dapat mencegah penurunan jumlah kolagen dermis dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada mencit Balb/C yang diberi paparan UV-B. Kata kunci : Teh hijau (Camellia sinensis), jumlah kolagen, ekspresi MMP-1. 1 Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Anti Aging Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar Diterima : 29 September 2017 Disetujui : 16 Oktober 2017 Diterbitkan : 25 Oktober 2017 PENDAHULUAN Proses penuaan merupakan proses penurunan fungsi fisiologis tubuh secara bertahap yang mengakibatkan hilangnya kemampuan tumbuh kembang serta meningkatnya kelemahan. Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi, faktor itu dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan. Kesemua faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan dihambat sehingga usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2007). Radiasi UV memiliki banyak efek negatif terhadap kulit, baik secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan jumlah kolagen dan kadar MMP-1 akibat sinar UV pada dasarnya diperantarai dua mekanisme yang paling bertanggungjawab yaitu adalah induksi AP-1 dan menurunkan regulasi TGF-β tipe II. Dimana pengaktifasian AP-1 Open Access:

2 didahului dengan pembentukan ROS (Rabe dkk, 2006; Rhein, 20). Teh hijau merupakan salah satu antioksidan botani dan memiliki aktivitas anti peradangan dimana pemberian polifenol pada teh hijau, bersifat antikanker, antiinflamasi dan memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian menunjukkan bahwa EGCG (salah satu derivat polifenol) dapat mecegah atau menghilangkan respon akibat dari radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, siklobutan, formasi pirimidin dimer, ekspresi sikloksigenase-2 akut, faktor nuclear B dan translokasi P 56, induksi P-53 dan c-fos dan induksi mutasi gen 8- hidroksideoksiguanosin (Chiu dkk., 2005). MATERI DAN METODE Pengambilan Sampel Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian post-test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan, antara bulan April Mei Sampel diambil apabila subyek memenuhi kriteria eligibilitas. Kriteria eligibilitas meliputi: A. Kriteria inklusi: 1) Mencin jantan, 2) Strain balb/c, 3) Umur 6-8 minggu, 4) Umur 6-8 minggu, 5) Berat badan gram, 6) Tampak aktif. B. Kriteria eksklusi: Mencit mati saat penelitian berlangsung. Tabel 1. Rerata Umur Mencit pada Masing-masing Kelompok Perlakuan Perlakuan Umur P x p xx Kontrol 7,2 ± 0,789 minggu 0,125 Perlakuan 1 7,2 ± 0,789 minggu 0,125 0,886 Perlakuan 2 6,9 ± 0,876 minggu 0,217 Keterangan : p x = normalitas p xx = homogenitas Tabel 2. Rerata Berat Badan Mencit pada Masing-Masing Kelompok Perlakuan Berat Badan p x p xx Kontrol 2,3 ± 0,149 gram 0,341 Perlakuan 1 2,3 ± 0,149 gram 0,341 0,122 Perlakuan 2 2,3 ± 0,262 gram 0,373 Keterangan : p x = normalitas p xx = homogenitas Pengumpulan Data Penentuan besar sampel minimal dengan rumus Federer (Federer, 2008). Penelitian ini menggunakan 3 kelompok, berdasarkan rumus tersebut didapatkan 9 mencit tiap kelompok, ditambah 1 mencit untuk cadangan, jadi total mencit tiap kelompoknya. Kelompok penelitian terdiri 1 Kelompok Kontrol (ekor) dan 2 Kelompok Perlakuan (20 ekor). Tehnik penentuan sampel berdasarkan criteria inklusi, dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk mendapatkan jumlah sampel. Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara random yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan, dari Kelompok Perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok Perlakuan 1 mencit diberikan bahan dasar krim dan dipapar sinar ultraviolet, Kelompok Perlakuan 2 mencit diberikan paparan sinar ultraviolet kemudian diberikan krim ektrak teh hijau. Analisis Data Analisis data dengan berbagai tahapan : 1) Statistik deskriptif, dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki, 2) Uji Normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui rerata data sampel dan didapatkan semua data berdistribusi normal, 3) Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene s test, jika dihasil P<0,05, maka dinyatakan data tidak homogen, dan dilakukan transformasi data agar didapatkan varians data yang homogen, 4) Transformasi Data dilakukan pada data ekspresi MMP-1, dikarenakan data ekspresi MMP-1 tidak homogen (P=0,07), untuk menentukan bentuk transformasi data dicari Power Estimation terlebih dahulu, untuk mendapatkan nilai slope dan power, 5) Analisis komparatif dilakukan untuk uji perlakuan, didapatkan data berat badan, umur, kolagen dan transformasi kadar MMP-1 berdistribusi normal dan homogen maka untuk uji kemaknaan digunakan uji one way Anova, 6) Analisis Pos Hoc dilakukan setelah diketahui terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok perlakuan, dan data berdistribusi normal, homogen maka dilakukan uji Pos-Hoc dengan tes LSD. HASIL Nilai rerata umur mencit setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas adalah P>0,05, yang dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan uji one way Anova didapatkan bahwa rerata umur mencit pada masing-masing kelompok perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05. Open Access: 11

3 Nilai rerata berat badan mencit pada uji normalitas dan homogenitas adalah P>0,05. Berdasarkan uji one way Anova didapatkan bahwa rerata umur mencit pada masing-masing Kelompok Perlakuan tidak ada perbedaan yang bermakna p>0,05. Nilai jumlah kolagen jaringan dermis kulit mencit, setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa semua data berdistribusi normal dan homogen dengan nilai p>0,05. Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa: 1) Rerata jumlah kolagen Kelompok Kontrol tidak berbeda dengan Kelompok Perlakuan 1, 2) Rerata jumlah kolagen Kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2, 3) Rerata jumlah kolagen Kelompok Perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2. Gambar 1. Perbedaan Rerata Jumlah Kolagen antar Kelompok Perlakuan Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 Tabel 3. Rerata Jum1ah Kolagen antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan n Hasil uji one way Anova didapatkan rerata jumlah kolagen yang disajikan pada Tabel.3, sebagai berikut : Rerata Jumlah Kolagen 47, 83% 50,73 % 67,59 % SB F p 7,49 2,37 8, ,001 Uji lanjut dengan uji Post Hoc yaitu Least Significant Difference test (LSD). Hasil uji disajikan di bawah ini : Tabel 4 Analisis Komparasi Jumlah Kolagen Sesudah Perlakuan antar Kelompok Kelompok Beda Rerata P Interpretasi Kontrol dan Perlakuan 1 2,90% 0,329 Tidak Berbeda Kontrol dan Perlakuan 2 19,76% 0,001 Perlakuan 1 dan perlakuan 2 16,86% 0,001 Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Gambar 2. Jumlah Kolagen jaringan Dermis Mencit dengan Pengecatan Sirius Red (Perbesaran 400x) Ekspresi MMP-1 Kulit Mencit Analisis ekspresi MMP-1 setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas diperoleh p>0,05 pada uji normalitas, sedangkan P<0,05 pada uji homogenitas, hal ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan tidak homogen. Karena data berdistribusi normal dan tidak homogen atau variansnya tidak sama, nilai p = 0,07, maka harus dilakukan transformasi data. Didapatkan nilai slope = 1,011 dan power = -0,11 maka menggunakan bentuk transformasi logaritma. Setelah dilakukan transformasi data, dilakukan uji varians kembali dengan menggunakan Levene test didapatkan niai p = ( p>0,05), artinya bahwa data homogen atau varians data adalah sama. Maka dapat dilanjutkan dengan uji komparasi menggunakan one way Anova. Hasil uji one way Anova didapatkan rerata ekspresi MMP-1 yang disajikan pada tabel.5. Agar nilai rerata ekspresi MMP-1 dipahami secara klinis, maka disajikan data rerata geometris. Rerata geometris adalah transformasi balik dari rerata nilai transformasi. Nilai simpang baku tidak dapat ditransfomasi balik untuk memperoleh simpang baku untuk rerata ekspresi MMP-1. Sebagai akibatnya, kita tidak dapat menyertakan nilai simpang baku untuk rerata geometrik. 12 Open Access:

4 Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 ARTIKEL PENELITIAN Tabel 5. Hasil Transformasi Rerata Ekspresi MMP-1 antar Kelompok Perlakuan n Rerata Ekspresi MMP-1 SB F p 1,82% 1,87% 1,59% 0,09 0,09 0,11 71,12 0,00 Tabel 6. Rerata Ekspresi MMP-1 Geometris antar Kelompok Perlakuan Kelompok Subjek Kontrol Perlakuan 1 Perlakuan 2 n Rerata Ekspresi MMP-1 Geometrik 66,76% 74,46% 39,31% p 0,000 ekspresi MMP-1 Kelompok Kontrol berbeda secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2, 3)Rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Perlakuan 1 berbeda secara bermakna dengan Kelompok Perlakuan 2. PEMBAHASAN Karakteristik Hewan Coba Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini terdiri dari hewan coba berupa mencit dengan jenis jantan dan diberi pakan formula standar yang kaya dengan vitamin B12. Data mengenai umur dan berat badan mencit setelah dilakukan uji normalitas dengan Shapiro- Wilks dan uji homogenitas dengan Levene s test menunjukkan data berdistribusi normal dan variannya homogen (p>0,05). Hasil analisis one way Anova didapatkan p>0,05 menunjukkan bahwa rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok tidak ada perbedaan yang bermakna rerata umur dan berat badan mencit dari masing-masing kelompok. Pada penelitian ini digunakan mencit karena sampel yang dibutuhkan untuk memeriksa jumlah kolagen dan ekspresi MMP-1 hanya dibutuhkan jaringan kulit dengan diameter 5mm, maka menggunakan kulit mencit yang memiliki ukuran lebih kecil daripada hewan coba lain (seperti tikus) sudah mencukupi. Umur mencit yang digunakan antara 6-8 minggu, diharapkan mencit belum mengalami proses penuaan, sehingga hasil penurunan kolagen pada penelitian ini murni akibat dari UVB bukan dari proses penuaan. Gambar 3 Perbedaan Rerata Ekspresi MMP-1 antara Kelompok Tabel 7. Analisis Komparasi Data Ekspresi MMP-1 yang Sudah Ditransformasi antar Kelompok Kelompok Beda Rerata P Interpretasi Kontrol dan Perlakuan 1 Kontrol dan Perlakuan 2 Perlakuan 1 dan perlakuan 2 0,05 0,23 0,28 0,060 0,000 0,000 Tidak Berbeda Berbeda Bermakna Berbeda Bermakna Uji lanjut dengan Post Hoc dengan menggunakan Least Significant Difference test digunakan untuk mengetahui beda nyata terkecil ekspresi MMP-1. Hasil uji disajikan : 1) Rerata ekspresi MMP-1 Kelompok Kontrol tidak berbeda dengan Kelompok Perlakuan 1, 2) Rerata Jumlah Kolagen pada Kulit Mencit Pada penelitian ini terjadi penurunan kolagen yang bermakna pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 setelah diberikan paparan sinar UV-B dibandingkan dengan Kelompok Perlakuan pada mencit yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70%. Penurunan kolagen pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 (diolesi bahan dasar krim) tidak ada perbedaan yang bermakna (Gambar 1). Didapatkan rerata jumlah kolagen antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1 setelah dilakukan uji post-hoc didapatkan p >0,05, yang artinya tidak ada perbedaan jumlah kolagen hasil perlakuaan Kontrol dan Kelompok Perlakuan 1. Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil jumlah kolagen yang didapat. Sehingga efek pencegahan penurunan jumlah kolagen murni oleh karena pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dan penurunan jumlah kolagen pada semua kelompok perlakuan akibat dari UVB. Penurunan jumlah kolagen jaringan dermis kelompok 1 dikarenakan energi dari radiasi UV Open Access: 13

5 merusak membran sel dan protein sehingga memproduksi ROS (Reactive Oxygen Speciesies). Kira-kira 50% dari UV menginduksi kerusakan yang berasal dari formasi radikal bebas. Radiasi sinar ultraviolet dapat bersifat merusak melalui dua mekanisme yang berbeda : (a) absorbsi UV secara langsung oleh komponen selular, (b) mekanisme fotosensitisasi dapat merusak selular dengan cara 2 cara : (a) tranfer elektron dan proses hidrogen menjadi radikal bebas. Hidrogen peroksida juga dapat dikonversi menjadi radikal hidroksil (OH ) dengan adanya zat besi (Fe 2+ ) melalui reaksi Fenton. Radikal hidroksil menjadi radikal bebas dapat masuk memalui membran inti dan merusak DNA. (b) transfer energi bersama O 2 ke bagian yang tereksitasi dan aktif, oksigen singlet. Anion superoksid (O2 ) tersebut akan mengambil secara acak sebuah elektron dari molekul yang terdekat dan tidak hnaya akan merusak molekul, tapi juga mengubahnya menjadi radikal bebas, dan ini menimbulkan reaksi berantai. Tipe pembentukan atau penyebaran radikal bebas semacam ini dapat merusak berbagai komponen di dalam kulit, seperti enzim dan membran sel. Sinar matahari mengurangi produksi prokolagen tipe 1, merupakan struktur protein utama pada kulit manusia. Pengurangan ini adalah kunci dari patofisiologi dari penuaan kulit secara dini (photoaging) (Rhein dan Santiago, 20; Wiraguna, 2013). Teh Hijau merupakan minuman yang popular sebagai antioksidan, yang diekstraksi dari pucuk daun tanaman Camellia sinensis. Sebagian kandungan dari teh hijau adalah polifenol meliputi epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin3-gallate (EGCG). Polifenol teh hijau dapat diantarkan secara oral maupun topikal. Mekanisme antioksidan senyawa polifenol berdasarkan kemampuan mendonorkan atom hidrogen dan kemampuan mengkelat ion-ion logam. Setelah mendonorkan satu atom hidrogen, senyawa fenolik menjadi radikal terstabilkan secara resonansi, yang tidak mudah berpartisipasi dalam reaksi radikal yang lain (Chiu, 2005; Muchtadi, 2013). Penelitian sebelumnya menunjukkan EGCG dapat mencegah dan memodifikasi respon untuk menghilangkan radiasi UVA dan UVB, meliputi kerusakan oksidatif, formasi dimer siklobutan dimer pirimidin. Ekspresi akut siklooksigenase 2, faktor nuklear B dan translokasi nuklear p56, c-fos dan induksi protein p53 dan 8-hidroksideoksiguanosin yang menginduksi mutasi gen. Selain itu polifenol teh hijau dapat menstimulasi umur keratinnosit untuk memperbarui sel. EGCG juga telah menunjukan pengaruhnya terhadap ketebalan epidermal dengan menstimmulasi proliferasi keratinosit epidermal melalui regulasi gen antiapoptosis seperti bcl-2. Pada hewan coba, katekin teh dapat juga meningkatkan kandungan karbonil kolagen pada kolagen, dimana hal ini penting sebagai langkah untuk mencegah penuaan (Chiu dkk., 2005). Penyinaran UV-B dengan total dosis 840 mj/ cm 2 selama empat minggu pada kulit dapat meningkatkan kadar MMP-1 pada jaringan kulit tikus (Sun-Young dkk., 2004). Pada penelitian ini setelah dioleskan ekstrak teh hijau pada sekolompok mencit selama sebulan, ternyata dapat mencegah kerusakan kolagen dibandingkan kelompok perlakuan yang tidak mendapatkan pengolesan teh hijau. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa senyawa itu memiliki efek peredaman terhadap radikal bebas. Ekspresi MMP-1 pada Kulit Mencit Pada semua Kelompok Perlakuan penelitian ini diberikan perlakuan penyinaran UV-B dengan total 840 mj/ cm 2 menyebabkan terjadinya peningkatan rerata ekspresi MMP-1 yang bermakna. Pada penelitian ini menunjukkan rerata ekspresi MMP- 1 pada Kelompok Perlakuan yang diolesi krim ekstrak teh hijau 70% lebih rendah daripada Kelompok Perlakuan yang hanya diolesi bahan dasar krim dan Kelompok Kontrol (Gambar 3). Didapatkan rerata ekspresi MMP1 pada Kelompok Kontrol dan rerata Kelompok Perlakuan 1 ( yang hanya diolesi bahan dasar krim) setelah dilakukan uji one way Anova dan uji pos hoc didapatkan tidak berbeda (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahan dasar krim tidak memiliki pengaruh terhadap hasil ekspresi MMP-1 yang didapat. Sehingga efek pencegahan peningkatan ekspresi MMP-1 murni oleh karena pemberian krim ekstrak teh hijau 70% dan peningkatan ekspresi MMP-1 pada semua Kelompok Pelakuan akibat dari UVB. Peningkatan ekspresi MMP-1 setelah penyinaran pada kulit kelompok mencit selama empat minggu, hal ini disebabkan energi dari radiasi UV merusak membran sel dan protein untuk memproduksi reactive oxygen species (ROS), yang menginduksi ekspresi dari sitokin proinflamasi yang berikatan dengan reseptor permukaan sel meliputi reseptor dari faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor), interleukin (IL)-1, insulin keratonocyte growth factor dan faktor nekrosis tumor (TNF). Aktifasi dari reseptor tersebut memperantarai ROS untuk menghambat protein ensim tirosin fosfatase, yang berfungsi untuk menjaga reseptor faktor pertumbuhan 14 Open Access:

6 epidermis inaktif. Aktivasi dari reseptor tersebut mengaktifkan sinyal intraselular melalui stimulasi dari stress yang berhubungan dengan MAPK s (Mitogen- Activated Protein Kinases). Aktivasi dari kinase menginduksi transkripsi komplek inti AP-1, sebuah komplek protein yang mengandung protein c-jun dan c-fos, hal ini dinyatakan dalam journal yang ditulis Fisher dkk (Rhein dan Santiago, 20). AP-1 meningkatkan transkripsi gen MMP dan menurunkan ekspresi gen prokolagen 1 dan 3 serta menurunkan reseptor TGF-β, sebagai konsekuensinya menurunkan formasi matriks dermal. Pada kulit, kombinasi aksi dari kolagenase (MMP1), 92kDa gelatinase (MMP2), 72kDa gelatinase (MMP9) dan stromelisin 1 (MMP3) dapat secara sempurna mendegradasi kolagen dan komponen dari jaringan elastis. Walaupun begitu ekspresi dari semua ensim tersebut pada kulit normal sangatlah rendah, ensim tersebut dapat teregulasi meningkat setelah terpapar oleh radiasi UV pada kultur sel baik secara in vivo maupun in vitro (Rhein dan Santiago, 20). Pada penelitian Singh dkk. (2002), pada kondrosit manusia menunjukan EGCG dapat menghambat aktivitas dari aktivasi sitokin JNK dan jalur AP-1. Pada penelitian Adcocks dkk. (2002), diberikan EGCG 0µM secara in vitro pada kondrosit pada babi dan manusia yang telah dikultur potensial untuk melindungi lapisan kartilago dari induksi IL- 1β, serta mencegah IL-1β meningkatkan regulasi dari ekspresi MMP-1 dan MMP-13 pada kondrosit manusia (Ahmed, 2002). Berbagai penelitian mengenai fungsi antioksidan dari katekin ekstrak teh hijau sebagai antikarsinogenik, antihiperkolesterol dan anti kanker serta pengaruh pencegahan terhadap penyakit jantung iskemik. Konsumsi teh hijau dapat bermanfaat bagi kesehatan karena diantaranya telah ditunjukkan berkurangnya insiden kanker pada berbagai model penelitian. Pada penelitian lain yang berbeda, Chiu dkk. (2005), baik 400 atau 800 mg dari EGCG tidak dapat melindungi kemerahan atau eritema akibat dari ultraviolet, sedangkan pemberian secara topikal dapat melindungi kerusakan kulit akibat dari ultraviolet (Klaus dkk., 2005; Nagao dkk, 2007; Nagle dkk., 2008). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi peroral dari Teh Hijau kurang efektif untuk melindungi kerusakan kulit akibat UV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemberian krim ekstrak teh hijau 70% yang diberikan secara topikal pada mencit yang dipapar sinar ultraviolet-b dapat : 1) mencegah penurunan jumlah kolagen dermis kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB, 2) mencegah peningkatan kadar MMP-1 pada jaringan dermis kulit mencit yang dipapar dengan sinar UVB. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang peran ekstrak teh hijau dalam meningkatkan kolagen dan menurunkan MMP-1 pada kulit yang dipapar UVA, dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang isolasi salah kandungan utama dari teh hijau yaitu EGCG, dalam peranannya terhadap kolagen dan jaringan ekstraselular dermis, agar hasilnya tidak rancu dengan kandungan yang lain dari teh hijau. Daftar Pustaka 1. Pangkahila, W Anti Aging Medicine : Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. 2. Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S., and Morison, W.L Photoaging Mechanism and Repair. J Am Acad of Dermatol. 55: Rhein, L.D., and Santiago, J.M. 20. Aging Skin: Current and FutureTherapeutic Strategis 1st ed.usa: AlluRed Bussiness Media. p Chiu, A.E., Chan, J. L., Kern, D. G., Kohler, S., Rehmus, W. E. and Kimball, A. B Double-Blinded, Placebo-Controlled Trial of Green dtea Extracts in The Clinical and Histologic Appearance of Photoaging Skin. Dermatol surg, 31: Federer, W Statistics and Society : Data Collection and Interpretation second ed. New York : Marcel Dekker. 6. Wiraguna, A. A. G. P Pemberian Gel Ekstrak Bulung Boni (Caulerpa spp.) Topikal Mencegah Penuaan Kulit Melalui Peningkatan Ekspresi Kolagen, Penurunan Kadar dan Ekspresi MMP-1 Serta Ekspresi 8-OHdG pada Tikus Wistar yang Dipapar Sinar Ultra Violet-B. (disertasi). Denpasar : Universitas Udayana. 7. Muchtadi, D Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif. Bandung : Alfabeta. 8. Sun-Young, K., Su-Jun, K., Jin-Young, L., Wan- Gi, K., Won-Seok, P., Young-Chul, S., and Sang-Jun, L Protective Effects of Dietary Soy Isoflavones Against UV Induced Skin- Aging in Hairless Mouse Model. Journal of American College of Nutrition. 23(2): Ahmed, S., Wang, N., Lalonde, M., Goldberg, V. M. and Haqqi, T.M Green Tea Polyphenol Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) Differentially Inhibits Interleukin- 1β- Induced Open Access: 15

7 Expression of Matrix Metalloproteinase-1 and -13 in Human Chondrocytes. The Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics February, 308 (2) : Klaus, S., Piltz, S., Thone-Reineke, C. and Wolfram, S Epigallocathecin gallate Attenuates Diet- Induced Obesity in Mice by Decreasing Energy Absorbtion and Increasing Fat Oxidation. Int J Obes (Lond). 29 (6) : Nagao, T., Hase, T., and Tokimitsu, I A Green Tea Extract High in Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risk in Human. Obesity journal. 15 : Nagle, D.G., Ferreira, D. and Zhou, Y.D Epigallocathecin-3-gallate (EGCG) : Chemical and Biomedical Perspectives. Phytochemistry. 67 (17) : Open Access:

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging adalah suatu proses menghilangnya kemampuan seluruh organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kita berharap dapat melewati penuaan dalam kondisi sehat dan tanpa keluhan penyakit. Penuaan sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penuaan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi pada setiap makhluk hidup. Penuaan atau proses menua/menjadi tua (aging) adalah menghilangnya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Kadar Trigliserida dan Kolesterol VLDL Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol pertama yaitu kelompok yang tidak diberikan diet tinggi fruktosa dan air seduh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aging adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan

BAB I PENDAHULUAN. memperlakukan penuaan seperti penyakit sehingga dapat dicegah, dihindari dan 2 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penuaan kini telah mendapat perhatian khusus di ilmu Kedokteran. Konsep Anti Aging Medicine yang dicetuskan pada tahun 1993, mengganggap dan memperlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penuaan atau aging menjadi salah satu masalah pada setiap orang, terutama pada mereka yang sudah memasuki usia menengah atas. Paparan sinar matahari, polusi udara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sinar matahari adalah sumber utama radiasi sinar ultraviolet (UV) untuk semua sistem kehidupan manusia. Radiasi sinar UV dibagi menjadi tiga kategori, yaitu radiasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyebab penuaan dini adalah merokok. Dimana asap rokok mengandung komponen yang menyebabkan radikal bebas. Radikal bebas dalam jumlah banyak akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Proses ini meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinensis) merupakan tanaman yang banyak ditanam di berbagai negara di dunia sejak zaman dahulu. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik di daerah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang

BAB V HASIL PENELITIAN. Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang BAB V HASIL PENELITIAN.1 Karakteristik Subjek Penelitian Subjek Penelitian ini adalah Hematopoetic Stem cell dari darah perifer Dewasa yang secara random digunakan sebanyak 20 sediaan sebagai sampel, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Salah satu bagian terpenting di dalam rongga mulut manusia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Salah satu bagian terpenting di dalam rongga mulut manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu bagian terpenting di dalam rongga mulut manusia adalah adanya gusi atau gingiva. Gusi atau gingival pada manusia, normalnya menutupi tulang alveolar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup pada ilmu Farmakologi dan Biokimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Laboratorium Penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

DAFTAR ISI. Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman COVER DEPAN.. SAMPUL DALAM... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENETAPAN PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... i ii iii iv v UCAPAN TERIMAKASIH... viii ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri.

BAB 1 PENDAHULUAN. 3 penyakit menyular setelah TB dan Pneumonia. 1. Diare dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, salah satunya infeksi bakteri. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit infeksi merupakan penyakit yang banyak dialami oleh masyarakat Indonesia. Salah satu penyakit yang sering dialami adalah diare. Penyakit diare merupakan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh BAB 1 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat defisiensi sekresi hormon insulin, kurangnya respon tubuh terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL. masing kelompok dilakukan inokulasi tumor dan ditunggu 3 minggu. Kelompok 1

BAB V HASIL. masing kelompok dilakukan inokulasi tumor dan ditunggu 3 minggu. Kelompok 1 BAB V HASIL Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit C3H berusia 8 minggu dengan berat badan 20-30 gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu, dan diberikan pakan standar. Setelah itu dibagi

Lebih terperinci

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI

PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI PEMBERIAN KRIM EKSTRAK BUAH ANGGUR BALI (Vitis vinifera) 4% MENGHAMBAT PENINGKATAN EKSPRESI MMP-1 (Matrix Metaloproteinase 1) DERMIS TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR YANG DIPAPAR SINAR ULTRAVIOLET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kaum wanita banyak menggunakan berbagai macam sediaan kosmetik baik yang berfungsi untuk merawat kulit, tubuh, maupun tata rias. Adapun sediaan kosmetik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enzim katalase bersifat antioksidan ditemukan pada hampir sebagian besar sel. 1 Enzim ini terutama terletak di dalam organel peroksisom. Katalase ditemukan di semua

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan menggunakan pre test-post test control group design (Pocock,2008). P0 O1 O5 P1 O2 O6 P S R

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum 39 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian tomat (Solanum lycopersicum L.) terhadap perubahan histologi kelenjar mammae mencit betina yang diinduksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA),

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. intervensi), Kelompok II sebagai kontrol positif (diinduksi STZ+NA), BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus jantan strain Sprague dawley dengan berat badan > 150 gram dan umur 2 bulan. Sebanyak 30 tikus diadaptasi selama 3 hari,

Lebih terperinci

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.) OLEH : S. A n d h i J u s u p, d r, M. K e s S e t y o S r i R a h a r j o, d r. M K e s F A K U L T A S K E D O K T E R A

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diderita. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat penuaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. diderita. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat penuaan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga

Lebih terperinci

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats

The Effect of Buah Merah (Pandanus conoideus) Oil Administration on Erythrocyte Number Experimental Study on the Male UV Expossed Wistar Rats 36 Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2010 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus) terhadap Jumlah Eritrosit Studi Eksperimental pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Dipajan Sinar UV The Effect

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 200 tahun. Kenyataannya, Biro Kependudukan Amerika Serikat meramalkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses yang dialami oleh setiap manusia di dunia, tetapi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi proses penuaan dapat diperlambat. Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan dapat dilihat dari perubahan beberapa organ terutama kulit. Seiring bertambahnya usia, fungsi kulit ikut menurun. Sel kulit yang mati melekat lebih lama

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian dilakukan pada 24 ekor mencit betina strain C3H berusia 8 minggu dengan berat mencit 20-30 gram. Kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu, dan diberikan pakan standar.

Lebih terperinci

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Pemberian oral ekstrak kulit buah lemon (Citrus limon) menghambat peningkatan ekspresi MMP-1 (matrix metaloproteinase-1) dan penurunan jumlah kolagen pada tikus putih galur wistar jantan (Rattus norvegicus)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with 43 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with randomized control group design. Pemilihan subjek penelitian untuk pengelompokan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah mengajukan izin kelayakan penelitian ke Komite Etik FK UII dengan nomor protokol 12/Ka.Kom.Et/70/KE/XII/2015. Hasil penelitian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berat badan lahir merupakan berat bayi baru lahir yang diukur dalam satu jam pertama kehidupan. Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang aterm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan

BAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang keilmuan imunologi, farmakologi, dan pengobatan tradisional. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 54 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini menggunakan 28 ekor tikus strain Sprague Dawley dengan pakan standart diaklimatisasi selama 1 minggu, kemudian diinduksi 1,2- dimethylhidrazine dengan dosis 30

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matahari sebagai sumber cahaya alami memiliki peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan, tetapi selain mempunyai manfaat sinar matahari juga dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh adalah minuman yang cukup populer di seluruh dunia. Teh telah dikonsumsi sejak lama di Cina, India, dan Jepang. Tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan post test only group design. Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh akibat otot-otot skelet yang mengakibatkan pengeluaran energi. 1 Aktivitas fisik dapat memberi pengaruh positif pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 40 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pretest - posttest control group design (Campbell & Stanly, 1996). Skema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh iritan, inhalasi alergen dan toksik obat-obatan yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Paru merupakan organ respiratorik yang berfungsi dalam pertukaran udara antara O2 dan CO2. 1 Patologi yang terjadi pada saluran napas, terutama paru dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan metode post-test only with control group design. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) masih merupakan masalah penting dalam bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua kelahiran dan mengakibatkan peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan kulit merupakan proses fisiologis yang terjadi pada semua makhluk hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti kulit menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Neoplasma adalah suatu massa jaringan abnormal yang berproliferasi cepat, tidak terkoordinasi melebihi jaringan normal dan dapat menetap setelah hilangnya rangsang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Subjek Penelitian Subyek penelitian ini yaitu tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar, usia 90 hari dengan berat badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan desain Randomized post test only control group design yang menggunakan binatang percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia) TERHADAP AKTIVASI Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1) PADA AORTA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET ATEROGENIK SKRIPSI Oleh Lilis Rahmawati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian mengenai efektifitas seduhan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap kadar Malondialdehid (MDA) pada tikus Diabetes Melitus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) atau lebih dikenal dengan sebutan kencing manis merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karateristik hiperglikemia. DM terjadi karena

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Neuron Pyramidal CA1 Hippocampus BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan nomor 19/Ka.Kom.Et/70/KE/III/2016.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan post test control group design. B. Subyek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN TIKUS WISTAR JANTAN Linda Lingas, 2016 ; Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian post test only with control group

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu Biokimia dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit ginjal stadium akhir, pasien dengan transplantasi ginjal mempunyai harapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang THT-KL, Farmakologi, dan Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup ruang ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri dengan kehidupan seksual aktif dan tidak memakai alat kontrasepsi untuk hamil dalam kurun waktu satu tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup Ilmu dibidang Obstetri dan Ginekologi dan Histologi 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu dan lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang harus menyesuaikan dengan kebutuhan itik yang tergolong unggas air, kebutuhan air bagi itik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan

BAB 6 PEMBAHASAN. ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan BAB 6 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian ekstrak Phaleria macrocarpa terhadap penurunan indek mitosis dan menurunnya atau penghambatan pertumbuhan karsinoma epidermoid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paparan sinar matahari dapat memicu berbagai respon biologis seperti sunburn, eritema hingga kanker kulit (Patil et al., 2015). Radiasi UV dari sinar matahari

Lebih terperinci

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT...

SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... v UCAPAN TERIMAKASIH... vi ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 16 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1. Kadar Glukosa Darah Berdasarkan hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit sebelum dan setelah pemberian alloxan, rata-rata kadar glukosa darah mencit sebelum pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam masyarakat latihan fisik dipahami sebagai olahraga. Olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta berdampak pada kinerja fisik. Olahraga

Lebih terperinci

ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO

ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO TESIS ASAM α-lipoat MENURUNKAN EKSPRESI MMP-1 PADA KULTUR FIBROBLAS YANG TERPAPAR EKSTRAK ASAP ROKOK IN VITRO IRWAN PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi lingkungan yang semakin memburuk seperti berlubangnya lapisan ozon, asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari industri menyebabkan makin mudahnya terbentuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Rerata Zona Radikal Penelitian untuk menguji kemampuan daya hambat ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab gingivitis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Gizi dan 4.2. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji dengan posttest only control group design B. Subjek Penelitian Hewan uji yang

Lebih terperinci

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah

RINGKASAN. SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah RINGKASAN SINTESIS, KARAKTERISASI, MEKANISME DAN UJI PREKLINIK NANOGOLD SEBAGAI MATERIAL ESENSIAL DALAM KOSMETIK ANTI AGING Titik Taufikurohmah Kebutuhan kosmetik saat ini tidak terbatas pada kosmetik

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan

BAB VI PEMBAHASAN. Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan 84 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan tikus sebagai hewan coba yang diberikan Growth Hormone, yaitu untuk menguji peningkatan miofibril dan peningkatan jumlah nukleus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN Pengukuran aktivitas spesifik katalase jaringan ginjal tikus percobaan pada keadaan hipoksia hipobarik akut berulang ini dilakukan berdasarkan metode Mates et al. (1999) yang dimodifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan derajat warna gigi sebelum dan sesudah direndam ekstrak belimbing manis 100%. Gigi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah infertilitas pria merupakan masalah yang menunjukkan peningkatan dalam dekade terakhir ini. Infertilitas yang disebabkan oleh pria sebesar 50 %, sehingga anggapan

Lebih terperinci