V. TINJAUAN UMUM LADA PUTIH DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "V. TINJAUAN UMUM LADA PUTIH DI INDONESIA"

Transkripsi

1 67 V. TINJAUAN UMUM LADA PUTIH DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Lada Putih Dunia Lada merupakan produk tertua dan terpenting dari produk rempahrempah yang diperdagangkan di dunia. Theophratus yang hidup SM (sebelum masehi) menyebutkan dua jenis lada yang telah digunakan oleh Bangsa Mesir dan Romawi pada waktu itu yaitu lada hitam (Black Pepper) dan lada panjang (Pepper longum) (Wahid, 1996). Purseglove (1968) dalam Wahid (1996), menyebutkan bahwa lada merupakan produk pertama yang diperdagangkan antara negara Barat dan negara Timur. Pada Abad pertengahan tahun perdagangan lada memiliki kedudukan yang sangat penting. Pada saat itu lada digunakan juga sebagai alat tukar dan mas kawin, selain untuk keperluan rempah-rempah. Saat ini, lada yang diperdagangkan dalam pasar internasional terdiri dari dua jenis yaitu lada hitam (Black Pepper) dan Lada Putih (White Pepper). Perbedaan jenis lada ini, lebih disebabkan oleh adanya perbedaan dalam proses pengolahan (pascapanen) lada. Perkembangan lada putih di dunia ditandai dengan meningkatnya permintaan lada putih oleh negara - negara konsumen. Apalagi ditambah dengan perkembangan produksi oleh negara - negara produsen lada putih dunia yang semakin meningkat Produksi Lada Putih Lada putih dipasaran dunia diproduksi oleh 7 negara utama penghasil lada putih, yang dibagi kedalam 2 kelompok yaitu negara anggota International Pepper

2 68 Community (IPC) terdiri dari Brazilia, India, Indonesia, Malaysia, Srilanka, dan Vietnam dan negara non anggota International Pepper Community (IPC) adalah China. Bergabungnya Vietnam menjadi anggota IPC sejak tahun 2005, telah meningkatkan kontribusi lada putih IPC di pasar dunia. Pada tahun 2000 produksi lada putih dunia sebesar ton, kemudian turun sebesar pada tahun Produksi lada putih dunia mencapai angka tertinggi pada tahun 2004 sebesar ton. Namun pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi lada putih dunia sebesar ton. Gambaran produksi lada putih dunia tahun disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Lada Putih Dunia, Tahun No Negara Tahun (Ton) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1. Vietnam (3.9) 2. Indonesia (1.6) 3. India Brazil (14.6) 5. Malaysia Srilanka Cina (RRC) Total (Dunia) Sumber : International Pepper Community, Ekspor Lada Putih Dunia Ekspor Lada putih dari negara-negara produsen berdasarkan data statistik International Pepper Community (IPC),menunjukkan satu peningkatan pada beberapa tahun terakhir ini, meskipun kenaikan ini tidak sejalan dengan kenaikan pada produksi. Total ekspor lada putih dari negara produsen lada putih juga mengalami fluktuatif dengan tren yang menurun. Pada priode tahun , rata - rata pertumbuhan ekspor lada putih dunia sebesar 0.8 persen, dengan ekspor

3 69 lada putih tertinggi sebesar tahun 2003, selanjutnya mengalami penurunan. Kemudian priode tahun mengalami peningkatan ekspor lada putih dunia,rata - rata pertumbuhan ekspor lada putih dunia sebesar 4.2 persen, dengan ekspor lada putih tertinggi pada tahun 2006 sebesar ton dan terendah pada tahun 2008 sebesar ton. Gambar 8 berikut ini, mengenai perkembangan ekspor lada putih dunia Ekspor (ton) Tahun Dunia Sumber : International Pepper Community, Gambar 8. Perkembangan Ekspor LadaPutih Dunia, Tahun Selama priode tahun , Vietnam tercatat sebagai negara dengan rata - rata pertumbuhan ekspor lada putih meningkat sebesar 46 persen. Ekspor lada putih dari Vietnam dimulai pada tahun 2003 hanya sekitar ton, meningkat mencapai angka ton (tahun 2009) dan ton (tahun 2010). Sedangkan kenaikan ekspor lada putih dari negara produsen lainnya tidak terlalu besar, bahkan untuk Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cenderung turun, karena produksi lada Indonesia juga mengalami penurunan Impor oleh Negara Konsumen Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, yaitu antara tahun 1997 sampai 2006 total impor lada (hitam dan putih) dunia mengalami kenaikan yang cukup besar dengan pertumbuhan rata - rata kenaikan sekitar 3.4 persen per tahun.

4 70 Pada tahun 1997 total impor tercatat sekitar ton. Meskipun pada tahun berikutnya mengalami penurunan, namun pada tahun 1999 total impor terus naik menjadi ton, dan tahun 2001 hingga 2006 rata - rata impor lada (putih dan hitam) dunia sebesar ton. Kemudian meningkat lagi pada tahun 2007 hingga 2010 total impor lada dunia rata - rata sebesar ton. Berikut Gambar 9, perkembangan impor lada oleh negara konsumen. Impor (ton) Dunia Eropa others Amerika Asia 0 Afrika Tahun Sumber : International Pepper Community, Gambar 9. Perkembangan Impor Lada Putih dan Hitam oleh Negara Konsumen, Tahun Eropa merupakan anggota konsumen terbesar lada putih di Dunia, dengan total impor sebesar 30 persen dari total impor lada putih dunia, kelompok negara - negara Eropa yang mengimpor lada yaitu Jerman, Belanda, Rusia, Prancis, Spanyol, Inggris, Kanada serta Polandia. Sementara urutan berikutnya ditempati oleh negara Amerika Serikat sebesar 22 persen. Selain di Amerika dan Uni Eropa maka terdapat negara lain yang juga merupakan konsumen lada dikawasan Asia sebesar 20 persen yang terdiri dari negara India, Arab Saudi, Jepang, Singapura, Pakistan dan China. India dan China selain sebagai produsen lada dunia mereka juga sebagai importir lada, selain itu juga terdapat konsumen lada di kawasan Afrika sebesar 2 persen.

5 Impor oleh Negara Produsen Selain sebagai produsen dan eksportir lada dunia, sebagian negara-negara produsen juga sebagai pengimpor lada, seperti halnya India dan China. Impor lada India sebagian besar diserap oleh industri pengolahan lada, salah satunya pabrik minyak lada (pepper oil/oleoresin) dan produk lainnya yang mempunyai nilai tambah untuk selanjutnya diekspor kembali ke negara tujuan akhir. Pada tahun 2006, impor lada India sebesar ton, kemudian terjadi kenaikan impor lada India pada tahun 2010 menjadi ton. Hal serupa terjadi pada China, walaupun sebagai produsen lada akan tetapi juga sebagai importir lada, Pada priode tahun , impor lada China mengalami fluktuasi dengan trend penurunan. Tahun 2006 total impor sebesar ton, kemudian turun pada tahun 2010 sebesar ton. Demikian juga Malaysia dan Indonesia mulai menjadi pengimpor lada, meskipun jumlahnya tidak sebesar India. Umumnya impor lada Indonesia dalam bentuk yang telah mengalami pengolahan lebih lanjut seperti lada bubuk, oleoresin lada dan lainnya Impor oleh Negara Non Produsen untuk Re-ekspor Singapura, Belanda, Uni Emirat Arab dan Hongkong, juga merupakan kelompok negara pengimpor lada yang tergolong cukup besar. Lada yang diimpor ke empat negara ini sebagian besar kemudian di ekspor lagi ke konsumen lain. Namun demikian, impor lada oleh ke empat negara ini cenderung menurun, terutama sekali untuk Singapura. Dalam beberapa tahun yang lalu hingga tahun 2003, impor lada ke singapura cukup besar, hingga mencapai angka tertinggi ton (tahun 2001). Namun sejak tahun 2004 hingga 2006, impor lada ke

6 72 Singapura hanya sekitar ton, dan bahkan pada tahun 2010 impor lada ke Singapura sebesar ton. Hal ini disebabkan karena negara produsen telah mengekspor lada mereka langsung ke negara tujuan tanpa melalui Singapura Perkembangan Lada Putih di Indonesia Produksi lada Putih Indonesia Sejauh ini produksi lada bertumpu pada lada putih dan lada hitam. Lada putih terutama dihasilkan di daerah yang memiliki sumber air berlimpah untuk proses perendaman seperti Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Kalimantan Tengah (Direktorat Jendral Perkebunan, 2007). Sampai dengan tahun 2011, areal pengembangan lada diduga sekitar ha dengan produksi sekitar ton. Saat ini usahatani lada (putih dan hitam) tersebar di 30 provinsi dan melibatkan sekitar Kepala Keluarga (KK) petani. Apabila satukk diasumsikan terdiri dari 5 anggota keluarga maka usahatani lada mampu menghidupi sekitar 1.6 juta warga di pedesaan yang sebagian besar berada di Lampung dan Bangka Belitung. Berdasarkan data penyebaran areal lada di Indonesia, 54 persen dari areal ladatersebut berada di Lampung dan Bangka - Belitung. Apabila digabung dengan Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat, proporsi luas arealnya menjadi 73 persen dari total lada Indonesia, sisanya sebesar 29 persen berada di provinsi lainnya. Produksi lada putih Indonesia pada tahun 2009 sebesar ton dengan total luas areal tanaman lada putih sebesar hektar. Sedangkan pada tahun 2010 terjadinya penambahan luas areal tanaman lada putih sebesar hektar, sementara produksi lada putih mengalami

7 73 penurunan produksi sebesar ton. Untuk lebih jelasnya luas lahan dan produksi lada (hitam dan putih) per provinsi dapat dilihat pada Lampiran Ekspor dan Impor Lada Putih Indonesia Volume ekspor lada Indonesia selama periode 2000 sampai 2010 mengalami trend penurunan dari ton tahun 2000, menjadi ton pada tahun Rata - rata penurunan ekpor lada Indonesia sebesar 1.34 persen per tahun. Penurunan terjadi di kedua jenis lada yang diekspor, hitam dan putih. Ekspor lada putih Indonesia di tujukan kepada negara - negara di Afrika, Amerika, Eropa, Asia, Ocenia. Berdasarkan International Pepper Community tahun (2009), bahwa rata-rata ekspor lada Indonesia terbesar ke Asia sebesar 64 persen, selanjutnya ke Eropa sebesar 21 persen, ke Amerika sebesar 14 persen, dan sisanya ke Afrika dan Oceania sebesar 0.7 persen dan 0.4 persen. Impor lada Indonesia mengalami peningkatan selama periode Awalnya hanya 707 ton pada tahun 2000, namun pada tahun 2001 sampai 2002 terjadi lonjakan impor lada Indonesia sebesar 3308 ton dan 2279 ton. Kemudian Pada tahun2004 impor lada turun hanya 339 ton, selanjutnya tahun 2009 terjadi kenaikan impor lada di Indonesia sebesar 3327 ton. Perkembangan harga lada di pasar dunia cenderung fluktuatif. Harga lada hitam tahun 2000 mencapai US $ per ton, turun menjadi US $ per ton pada tahun 2005, dan meningkat lagi menjadi US $ per ton pada tahun Pola serupa juga terjadi pada harga lada putih, yaitu sebesar US $ per ton tahun 2000, turun menjadi US $ per ton tahun 2005, kemudian meningkat lagi mencapai US $ per ton pada tahun 2010 (International

8 74 Pepper Community, 2011). Untuk lebih jelasnya perkembangan harga lada (hitam dan putih) dunia dapat dilihat pada Gambar US$/MT Lada Putih Lada Hitam tahun Sumber : International Pepper Community, Gambar 10. Perkembangan Harga Lada Hitam dan Putih Dunia, Tahun Perkembangan harga lada (putih dan hitam) di dunia berpengaruh terhadap harga lada (putih dan hitam) domestik (khususnya pada daerah sentra produksi lada putih di provinsi Bangka Belitung). Kondisi ini mengakibatkan harga lada (putih dan hitam) domestik mengalami fluktuatif. Perkembangan harga lada putih domestik tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar Rp per kilogram. Kenaikan ini, disebabkan oleh adanya krisis ekonomi (moneter) yang dialami Indonesia, yang menyebabkan nilai rupiah terhadap dolar melemah (depresiasi). Pasca krisis moneter, kondisi harga lada putih domestik mengalami penurunan, dan puncaknya pada tahun 2006 harga lada putih turun hingga terendah sebesar Rp per kilogram. Namun sejak tahun 2007 harga lada putih meningkat berkisar Rp per kilogram (Daras dan Pranowo, 2009). Bahkan pada tahun 2009, harga lada putih rata - rata berkisar Rp per kilogram dan tahun 2010 kisaran harga lada putih sebesar Rp Rp per kilogram.

9 Sistem Agribisnis Lada Putih di Provinsi Bangka Belitung Suatu sistem adalah sekumpulan entitas, bisa dalam wujudnya atau dalam bentuk abstrak, yang secara keseluruhan menunjukkan adanya hubungan interaksi satu dengan lainnya untuk menghasilkan tujuan tertentu. Sistem agribisnis merupakan totalitas atau kesatuan kinerja yang terdiri dari subsistem input dan sarana produksi, subsistem usahatani, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran, subsistem penunjang. Pembahasan sistem agribisnis lada putih di provinsi Bangka Belitung dilakukan melalui studi pustaka (desk study) penelitian - penelitian terdahulu di provinsi Bangka Belitung Subsistem Input dan Sarana Produksi Subsistem ini mencangkup kegiatan pengadaaan bibit, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian. Industri pembibitan tanaman lada putih yang dapat menjamin pasokan, mutu dan harga yang terjangkau di provinsi Bangka Belitung belum ada. Petani umumnya masih menggunakan bibit dari kebun sendiri atau pekebun lainnya. Sementara itu, pemerintah telah mensertifikasi 7 varietas bibit unggul lada putih yaitu natar 1, natar 2, petaling, petaling 2, chunuk rs, lampung daun kecil rs dan bengkayang. Sedangkan untuk pupuk keberadaannya masih terbatas berdasarkan pengajuan kelompok untuk pupuk subsidi. Menurut Listyati (2009), permasalahan pengadaan sarana produksi belum efisien, bibit unggul dan pupuk sulit diperoleh dan keberadaanya kurang tepat waktu. Yuhono (2009) menambahkan bahwa sentra-sentra produksi lada putih masih mengalami hambatan dalam memperoleh sarana produksi yang dibutuhkan. Pupuk urea, SP36, KCL, dolomit dan pestisidapada umumnya hanya tersedia di

10 76 Ibu Kota Kabupaten. Pada umumnya lembaga - lembaga yang terkait dalam pengadaaan sarana produksi di pedesaan seperti kelompok tani yang tergabung dalam Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI), koperasi, lembaga sosial desa dan lainya masih kurang berperan. Terbatasnya modal, informasi, bimbingan dan akses atau kemudahan menjadi kendala utama dalam pengadaan saran produksi Subsistem Usahatani LadaPutih Pada umumnya teknologi budidaya lada putih di Provinsi Bangka Belitung masih konvensional yaitu masih didasarkan pada kebiasaan/tradisi nenek moyang secara turun temurun. Tanaman lada putih saat ini dibudidayakan dalam dua bentuk yaitu; budidaya dengan menggunakan tiang panjat mati dan budidaya tiang panjat hidup. Di Provinsi Bangka Belitung sendiri sebagian besar (98.4 persen) menggunakan tiang panjat mati (Zaubin dan Yufdi 1996 dalam Ibrahim et al, 2009). Penggunaan tiang panjat mati saat ini dirasakan sangat tidak ekonomis karena disamping harga tiang panjat mati yang mahal yaitu berkisar Rp Rp (jenis mendaru, melangir dan kayu besi) dan biasanya hanya bertahan selama 3-4 tahun, penggunaan pupuk dan pestisida juga menjadikan biaya produksi penggunaan tiang panjat mati lebih tinggi dibandingkan dengan tiang panjat hidup. Selain itu penggunaan tiang panjat mati juga berdampak pada kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon - pohon. Upaya meningkatkan produktivitas lada putih di Bangka Belitung sebesar ton per hektar, dianjurkan menggunakan tiang panjat hidup. Jenis tiang panjat yang disarankan adalah gamal (Glyricidia maculata HBK) dan dadap cangkring (Eiythrina fusca Lour). Hasil biomas pangkasan tiang panjat bisa dibenamkan akan meningkatkan kesuburan tanah, merangsang pertumbuhan, dan

11 77 perkembangan mikroorganisme tanah yang jika disertai dengan pemberian pupuk kandang akan mempercepat proses pembusukan sehingga dapat menghambat perkembangan patogen dalam tanah (Wahid et al, 2006). Budidaya lada putih di Bangka Belitung perlu mendapat perhatian khusus karena pendapatan dari lada putih menjadi sumber penghasilan utama petani pasca tambang timah. Pemeliharaan dilakukan secara tradisional dengan investasi yang sangat tinggi tetapi produksi masih rendah, sehingga perlu adanya upaya untuk menerapkan budidaya anjuran secara lebih optimal. Budidaya anjuran merupakan penyempurnaan dari budidaya tradisional dengan menerapkan prinsip : 1. Penggunaan Variatas Unggul Varietas lada yang telah dilepas adalah natar 1, natar 2, petaling 1, petaling 2, chunuk rs, Lampung Daun Kecil (LDK) rs dan bengkayang. Khusus untuk di Bangka Belitung dianjurkan menggunakan verietas petaling1, petaling 2, lampung daun kecil RS dan chunuk RS, dikarena vareitas tersebut unggul lokal asal Bangka Belitung. 2. Penggunaan Parit Keliling dan Saluran Drainase Tanaman lada kurang baik pada areal yang tergenang, oleh sebab itu saluran drainase dan parit keliling sudah menjadi keharusan yang dilakukan oleh petani. Sebagai langkah pengamanan lahan supaya tidak berlebihan air, saluran drainase dengan ukuran lebar 30 cm, dalam 20 cm dan parit keliling yang berukuran lebar 40 cm dalam 30 cm. 3. Pemangkasan Sulur yang Teratur Sampai Umur Produktif Pada umur bulan (diawal usim hujan) dilakukan pemangkasan sulur, lebih kurang cm dari permukaan tanah, setek hasil pemangkasan

12 78 berupa setek tujuh ruas digunakan sebagai benih tanaman berikutnya untuk perluasan areal tanaman lada. Tanaman lada muda yang telah tumbuh mencapai 8-9 buku, dilakukan pemangkasan pada ketinggian cm dari permukaan tanah untuk merangsang pembentukan sulur panjat baru. Pemangkasan berikutnya dilakukan apabila telah mencapai 7-9 buku (8 bulan). Selanjutnya dilakukan pemangkasan secara rutin sampai umur produksi (2 tahun), sehingga akan a terbentuk kerangka tanaman yang mempunyai banyak cabang produktif. 4. Pemangkasan Tajar Diawal dan Diakhir Musim Hujan Tajar (tiang panjat) memberikan naungan sehingga kondisi iklim mikro dibawahnya ikut terpengaruh yang berakibat keseluruhan aspek agronomis tanaman, tetapi intensitas sinar matahari yang dibutuhkan tanaman lada putih persen senantiasa dipertahankan. Oleh karena itu, disarankan agar tajar (tiang panjat) dipangkas 2 kali dalam setahun, yaitu diawal musim hujan dan akhir musim hujandengan meninggalkan 2-3 cabang untuk menghadapi musim kemarau. Hasil pangkas berupa biomas dapat bermanfaat untuk menambah bahan organik tanah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi serapan hara. 5. Pembuangan Sulur Inferior dan Cabang Bawah Sulur gantung adalah sulur panjat yang tumbuhnya tidak melekat pada tajar, karena tidak dilakukan pengikatan, sehingga tumbuh menggantung. Sulur cacing atau sulur tanah adalah sulur panjat yang tidak melekat pada tajar dan tumbuh menjalar di permukaan tanah. Sulur gantung dan sulur cacing merupakan sulur yang bersifat parasit (inferior) yang turut menguras makanan tapi tidak produktif, oleh sebab itu sulur tersebut harus selalu dibuang secara rutin. Cabang - cabang yang menutupi tanah pada pangkal batang harus dipangkas.

13 79 6. Penanaman Penutup Tanah Arachis Pintoi dan Pagar Keliling Rumput Gajah Penyiangan yang dianjurkan adalah penyiangan terbatas yaitu hanya menyiangi gulma di sekitar batang tanaman (tajuk), dengan maksud diantara tanaman lada tetap ada tanaman yang dikendalikan dengan cara memangkas. Tanaman yang dikendalikan ini adalah penutup tanah arachis pintoi yang berfungsi sebagai pencegah erosi permukaan tanah, pengendali hama penyakit dan sebagai sumber pakan ternak. 7. Pemupukan yang Berimbang dengan Pupuk Anorganik dan Organik Lada merupakan tanaman yang membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang relatif banyak. Untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil yang tinggi diperlukan dosis pemupukan yang tinggi dengan unsur - unsur yang seimbang. 8. Pengendalian Hama Penyakit yang Ramah Lingkungan Hama yang menyerang tanaman lada terdiri dari penggerek batang, penghisap buah dan penghisap bunga. Hama penggerek batang (Lophobarsis piperis) tersebar di seluruh daerah pertanaman lada di Indonesia. Penggerek batang merupakan hama yang paling merugikan. Larvanya menggerek batang dan cabang, sedangkan serangga dewasanya menyerang bagian tanaman seperti pucuk, bunga dan buah, sehingga dapat menurunkan kualitas dan kuantitas produksi. Pengendalian hama penyakit tanaman lada dilakukan dengan menggunakan musuh alami seperti yang terdapat pada penutup tanah tanaman. 9. Panen yang Tepat Memproduksi lada putih, dengan cara buah lada dipetik setelah 8-9 bulan, bunga muncul ditandai oleh sebagian buah dalam satu tandan sudah bewarna kuning kemerahan.

14 Subsistem Pengolahan Lada Putih Dalam sistem perdagangan internasional, mutu produk memegang peranan yang sangat penting, Lada putih, sebagai komoditas yang banyak diperdagangkan juga tak lepas dari kondisi tersebut. Artinya komoditas lada putih yang dihasilkan harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh negara - negara importir lada putih. Dengan demikian penanganan pascapanen harus ditangani dengan serius. Pengolahan lada putih di provinsi Bangka Belitung tergolong masih sangat tradisional. Pengolahan secara tradisional memerlukan waktu yang cukup lama, air yang bersih dan tenaga yang banyak. Kita ketahui bahwa jenis produk lada putih yang dihasilkan petani sangat tergantung pada cara dan pengolahan hasilnya. Untuk memproduksi lada putih petani biasanya mengolah dengan cara merendam, merontok, mengupas, menjemur lada putihnya sendiri. Seringkali dalam melakukan perendaman, air yang digunakan tidak bersih atau air tidak mengalir, dan pengupasan umumnya dilakukan dengan cara menginjak - nginjak karung lada putih mengakibatkan aroma lada putih kurang tajam, sehingga mutu lada putih yang dihasilkan menjadi rendah dan banyak mengandung lada hitam (Wahid et al, 2006 ). Hal ini menyebabkan harga lada putih yang baik dengan lada putih yang tercampur lada hitam berbeda Rp per kilogram. Untuk meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing lada putih dipasar dunia perlu dilakukan perbaikan pengolahan dan penerapan sistem manajemen mutu ditingkat petani. Padahal saat ini sudah banyak tersedia alat-alat pengolahan lada putih secara mekanis seperti alat a pengupas, alat perontok, pengering, sortasi dan alat penyulingan minyak.

15 Subsistem Pemasaran Lada Putih Pada umumnya sistem pemasaran lada putih di Provinsi Bangka Belitung lebih mengarah pada transaksi pada alur pemasaran yang tetap, yaitu petani menjual lada putih pada pedagang pengumpul desa, dari pedagang pengumpul desa dijual ke pedagang kota/kecamatan, kemudian dari pedagang besar/kota dijual ke pedagang besar atau eksportir. Berdasarkan wawancara dengan pengurus AELI (Asosiasi Ekspor Lada Indonesia) hampir 90 persen lada putih Bangka Belitung diekspor ke negara negara Eropa, Amerika dan Asia. Sedangkan 10 persen lada putih Bangka Belitung diperdagangkan antar daerah (pulau). Gambar 13, diagram alur pemasaran lada putih di Provinsi Bangka Belitung. PETANI Pedagang desa (Pengumpul) Pedagang Antar Pulau Ekspor 90 % Pedagang Besar/ eksportir 10% Gambar 13. Saluran Tataniaga Lada Putih di Provinsi Bangka Belitung Berdasarkan hasil wawancara dengan lembaga pemasaran (pedagang pengumpul desa dan kecamatan/kota), masing-masing lembaga pemasaran tersebutmemperoleh marjin keuntungan antara Rp Rp per kilogram Subsistem Penunjang Dalam kegiatan agribisnis atau usahatani, faktor kelembagaan mutlak diperlukan untuk mengatasi masalah dan kendala yang dihadapi, dimana kelembagaan merupakan wadah yang dibentuk untuk mengelola sumberdaya yang

16 82 dimiliki secara optimal, baik itu kelembagaan formal maupun non formal, yang semuanya mempunyai pola aturan, tatacara, adat istiadat, struktur organisasi, dan pengelolaan yang berbeda. Beberapa bentuk lembaga penunjang agribisnsi lada putih di Bangka Belitung lain adalah: penyuluh pertanian, kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), koperasi unit desa, pasar, dan lembaga perbankan atau keuangan serta badan pengelolaan, pengembangan dan pemasaran Lada Putih (BP3L). Jaringan kelembagaan agribisnis lada putih di Bangka Belitung ini secara keseluruhan masih tergolong lemah dan belum berjalan dengan baik, terutama peran kelompok tani, koperasi unit desa dan lembaga perbankan. Untuk itu kelompok tani yang ada sebaiknya mendapat bimbingan yang lebih intensif, agar dapat lebih mengaktifkan kegiatannya dan lebih mandiri, namun tetap terorganisir dengan baik dalam mengelola usaha pertaniannya. Selain itu, koperasi pertanian yang telah dibentuk oleh dinas pertanian terkait juga belum dimanfaatkan secara maksimal dan pihak perbankan sebagai lembaga perkreditan juga belum dimanfaatkan/tersentuh oleh petani. Agar semua lembaga berperan aktif, maka peran penyuluh pertanian lapangmenjadi ujung tombak untuk lebih aktif lagi dalam membina kelompok taninya. Upaya pemerintah untuk memperbaiki sistem pengelolaan dan pemasaran lada putih di Bangka Belitung, pada tahun 2010 berdasarkan surat keputusan gubernur Bangka Belitung telah dibentuk suatu badan yang secara khusus menangani lada putih di Bangka Belitung yaitu Badan Pengelolan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L). Selama berdirinya BP3L telah memperjuangkan lada putih (Muntok whiter peper) memperoleh sertifikat indikasi geografis (SIG).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian merupakan sektor yang penting dalam

Lebih terperinci

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung

Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Teknologi Pertanian Sehat Kunci Sukses Revitalisasi Lada di Bangka Belitung Oleh: Agus Wahyudi (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (Sumber : SINAR TANI Edisi 17 23 November 2010)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,

Lebih terperinci

DUKUNGAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING KOMODITAS LADA

DUKUNGAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING KOMODITAS LADA DUKUNGAN TEKNOLOGI DAN KELEMBAGAAN UNTUK MEMPERKUAT DAYA SAING KOMODITAS LADA A. Arivin Rivaie dan Effendi Pasandaran PENDAHULUAN Lada (Piper nigrum) merupakan salah satu komoditas subsektor perkebunan

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lada Menurut Sarpian (Lilik Wuriyanto, 2012) tanaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN LADA PUTIH

VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN LADA PUTIH 83 VI. KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN LADA PUTIH Secara umum tujuan kebijakan pemerintah dapat dibagi kedalam tiga tujuan utama yaitu,peningkat efisiensi (efficiency), pencipta pemerataan (equity)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. 54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia 41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor 8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT CYNTHIA MAWARNITA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT CYNTHIA MAWARNITA ANALISIS KELAYAKAN USAHA LADA (Piper nigrum L.) DI DESA KUNDI KECAMATAN SIMPANG TERITIP KABUPATEN BANGKA BARAT CYNTHIA MAWARNITA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan ekspor produk pertanian, khususnya komoditas dari subsektor perkebunan. Besarnya

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA Perbanyakan tanaman lada menggunakan setek dpt dilakukan dgn 2 cara: (1) menggunakan setek panjang (5 7 buku) dapat langsung ditanam di kebun (2) setek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan

ACARA 3. KELEMBAGAAN !! Instruksi Kerja : A. Aspek Kelembagaan ACARA 3. KELEMBAGAAN!! Instruksi Kerja : a. Setiap praktikan mengidentifikasi kelembagaan pertanian yang ada di wilayah praktek lapang yang telah ditentukan. b. Praktikan mencari jurnal mengenai kelembagaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING HERY SURYANTO DAN SUROSO Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Dalam mengusahakan tanaman lada (Piper nigrum L) banyak menghadapi kendala

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA

MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA MANFAAT PENGGUNAAN ARACHIS PINTOI TERHADAP PEKEMBANGAN MUSUH ALAMI HAMA PENGGEREK BATANG (LOPHOBARIS PIPERIS MASH) DALAM BUDIDAYA LADA SUROSO DAN HERY.S Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan perkebunan karet terluas di dunia. Dalam kurung waktu 150 tahun sejak dikembangkannya pertama kalinya, luas areal perkebunan karet

Lebih terperinci

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas

KOPI. Panduan teknis budidaya kopi. Pemilihan jenis dan varietas KOPI Panduan teknis budidaya kopi Kopi merupakan komoditas perkebunan yang paling banyak diperdagangkan. Pusat-pusat budidaya kopi ada di Amerika Latin, Amerika Tengah, Asia-pasifik dan Afrika. Sedangkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Pada saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan adalah ketersediaan bahan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi domestik, perdagangan dan bantuan. Ketersediaan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Analisis Keunggulan Kompetitif Lada Indonesia di Pasar Internasional ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Agung Hardiansyah, Djaimi Bakce & Ermi Tety Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman pangan terpenting kedua setelah padi. Tanaman ini berasal dari Amerika. Sekitar abad ke-16,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA

ISSN OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA ISSN 1907-1507 OUTLOOK LADA 2015 OUTLOOK LADA Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal - Kementerian Pertanian 2015 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian i 2015 OUTLOOK LADA ii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK Yang terhormat: Hari/Tanggal : Senin /11 Pebruari 2008 Pukul : 09.00 WIB Bupati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA

POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA POKOK BAHASAN JENIS-JENIS TANAMAN REMPAH DI INDONESIA Tanaman herba tahunan, memanjat. Batang bulat, beruas, bercabang, mempunyai akar pelekat, warna hijau kotor. Daun tunggal, bulat telur, pangkal bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu hasil dari berbagai tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di Indonesia. Sebagaimana kita ketahui Indonesia merupakan Negara kepulauan sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

Teknik Perbanyakan Lada Secara Cepat dan Masal melalui Kebun Induk Mini PENDAHULUAN

Teknik Perbanyakan Lada Secara Cepat dan Masal melalui Kebun Induk Mini PENDAHULUAN Teknik Perbanyakan Lada Secara Cepat dan Masal melalui Kebun Induk Mini PENDAHULUAN Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman tahunan yang tumbuh memanjat. Tanaman ini dapat diperbanyak secara vegetatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima tahun ke depan (2010-2014), Kementerian Pertanian akan lebih fokus pada

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya. Kebutuhan akan 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Padi merupakan bahan baku dari beras, dimana beras merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi 1 I. PENDAHULUAN A Latar Belakang dan Masalah Negara Indonesia memiliki salah satu tanaman perkebunan yang mampu bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi di dunia, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha

I. PENDAHULAN. A. Latar Belakang. Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berusaha memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup manusia dari tahun ke tahun mengalami perubahan

Lebih terperinci

Analisis Harga Lada Hitam/Putih April 2013

Analisis Harga Lada Hitam/Putih April 2013 Analisis Harga Lada Hitam/Putih April 2013 Pergerakan Harga Selama bulan April 2013, Indeks Harga Lada menurun sebesar 4,85 poin untuk Lada Hitam dan untuk Lada Putih tertekan tipis 0,67 poin (Tabel 1).

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci