BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai akuntansi. Menurut Accounting Principles Board (APB)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai akuntansi. Menurut Accounting Principles Board (APB)"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Informasi yang sangat penting dan diperlukan oleh perusahaan adalah informasi mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha yang telah dicapai, yang dikenal sebagai akuntansi. Menurut Accounting Principles Board (APB) tahun 1970, Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. Fungsinya menyajikan informasi kuantitatif tentang lembaga-lembaga ekonomi, terutama yang bersifat keuangan, yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Akuntansi sebagai bahasa dunia usaha kini telah berkembang semakin pesat. Namun di sisi lain, perkembangan ini mengakibatkan timbulnya persaingan yang tidak sehat antar para pelaku ekonomi baik itu secara personal maupun lembaga atau organisasi. Masing-masing pelaku ekonomi berusaha untuk menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, hal ini sangat berpotensi menimbulkan kecurangan (fraud). Fraud menurut Statement of Auditing Standart dalam Anik Fatun (2013) didefinisikan sebagai tindakan kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang merupakan subyek audit. Dalam melaksanakan audit atas laporan keuangan, tujuan menyeluruh dari auditor adalah memperoleh bukti kompeten yang memadai bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, 1

2 2 yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Disini fungsi auditor hanya memberikan opini tanpa melakukan tindakan lebih lanjut mengenai penyebab kecurangan ataupun kesalahan yang terjadi. Oleh karena itu, dengan adanya keterbatasan audit dalam mendeteksi kecurangan-kecurangan yang terjadi maka berkembanglah pemeriksaan kecurangan secara lebih mendetail dan menimbulkan cabang ilmu baru, yaitu akuntansi forensik (Satya, 2015). Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2012) akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk menyelesaikan hukum di dalam atau di luar pengadilan. Istilah 'akuntansi forensik' pertama kali diterbitkan dalam sebuah artikel "Forensic Accounting - Its Place in Today s Economy" pada tahun 1946 yang ditulis oleh Maurice E. Peloubet, mitra dalam Price Waterhouse. Dia menyatakan bahwa, "selama perang kedua akuntan publik dan industri telah terlibat dalam praktek akuntansi forensik." Minat akuntansi forensik menyebar melalui Amerika Serikat dan Inggris pada awal abad ke-dua puluh. Salah satu lembaga pertama yang menggunakan jasa Akuntan Forensik di Amerika adalah Dinas Pendapatan Inland untuk mengontrol penggelapan pajak. FBI juga menggunakan akuntan forensik dan mempekerjakan hampir 500 agen selama Perang Dunia II. Negara-negara Barat memanfaatkan keahlian akuntansi forensik untuk mengatasi kasus penipuan keuangan, dan kejahatan ekonomi. Amerika Serikat dan Kanada adalah pelopor dalam pengembangan & implementasi Akuntansi Forensik (Mayungbe, 2012).

3 3 Perkembangan akuntansi forensik di berbagai negara di dunia memiliki perbedaan, dari segi standar yang mengatur sampai penerapannya. Seperti halnya di Cina, tidak ada organisasi khusus yang benar-benar bisa memberikan layanan akuntansi forensik secara nyata kecuali organisasi keamanan publik dan beberapa perusahaan akuntansi dengan kualifikasi identifikasi akuntansi forensik. Hal ini tidak sebanding dengan kasus kejahatan ekonomi dan korupsi yang meningkat secara signifikan. Dan juga kasus penyebaran informasi akuntansi yang salah menyebabkan masyarakat dan perekonomian menderita kerugian besar, kelangsungan hidup dan perkembangan industri akuntansi juga berdampak besar, dan sebagian besar rusak. Dampak dari semua itu adalah masyarakat sosial sebagian besar akan ragu tatanan sosial ekonomi negarnya sendiri (Hao, 2010). Begitupun di Nigeria, akuntansi forensik belum sepenuhnya digunakan oleh sektor publik dan sektor swasta, meskipun kejahatan ekonomi dan kurangnya profesional terlatih untuk menyelidikinya mengalami peningkatan yang mengkhawatirkan. The Institute of Chartered Accountants of Nigeria, belum lama ini membuat Fakultas Akuntansi Forensik dalam rangka untuk memulai pelatihan khusus di semua bidang ini. Lembaga penegak hukum utama yang terlibat langsung dalam memerangi kejahatan kerah putih adalah Satuan Polisi Khusus Kecurangan, The Economic and Financial Crimes Commission (EFCC) dan The Independent Corrupt Practices Commission (ICPC). Namun, lembaga penegak hukum tersebut

4 4 tidak melatih agen mereka dalam penggunaan khusus akuntansi forensic (Mayungbe, 2012). Namun di Australia, pertumbuhan industri akuntansi forensik telah merespon langsung terhadap permintaan publik untuk keahlian dalam berbagai bidang kecurangan, forensik dan bisnis analisis dalam rangka meningkatkan praktik tata kelola perusahaan pada organisasi Australia. Selama tahun 1990, perusahaan akuntansi forensik Australia diperluas dan didiversifikasi ke dalam beberapa bidang yang berbeda yaitu pemeriksaan dokumen keuangan dan keterlibatan dalam sengketa litigasi keuangan. "Big 4" perusahaan akuntansi seperti Price Waterhouse Coopers, KPMG, Deloitte dan Ernst and Young membentuk akuntansi forensik independen atau unit pelayanan forensik; dan beberapa dari perusahaan tersebut diperluas ke investigasi forensik, analisis dan konsultasi. Pada tahun 2008, 800 akuntan forensik terdaftar dengan kelompok spesialis akuntansi forensik terbesar yaitu Forensic Accounting Special Interest Group (FASIG) dari ICAA1 (Akkeren, 2013). Akuntansi Forensik memang belum sepenuhnya diterapkan di beberapa negara di dunia. Hal tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan akan akuntansi forensik yang sangat tinggi. Seperti di negara Cina dengan perkembangan ekonomi yang cepat dan membutuhkan informasi akuntansi yang akurat sangatlah fatal apabila informasi yang dibutuhkan tidak sesuai dan dimanipulasi oleh pihak terkait. Untuk itu jasa akuntansi forensik yang nyata sangat dibutuhkan untuk mendukung keadaan perekonomian di Cina.

5 5 Seperti halnya di Nigeria, yang belum sepenuhnya menggunakan akuntansi forensik di sektor publik dan sektor swasta. Namun untuk memenuhi kebutuhan akan akuntansi forensik, Nigeria telah memiliki The Institute of Chartered Accountants of Nigeria yaitu Fakultas Akuntansi Forensik dalam rangka untuk memulai pelatihan khusus di semua bidang ini. Sedangkan Amerika Serikat adalah pelopor penggunaan akuntansi forensik begitupun Australia yang penggunaannya sudah sesuai dengan permintaan publik. Perkembangan akuntansi forensik di Indonesia dimulai setelah terjadinya krisis keuangan pada tahun Dan hingga saat ini pendekatan akuntansi forensik banyak digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Bank Dunia, dan Kantor-kantor Akuntan Publik di Indonesia. (Imagama, 2014). Akuntansi forensik dapat digunakan di sektor publik maupun privat. Di Indonesia, penggunaan akuntansi forensik lebih dibutuhkan pada sektor publik dibandingkan dengan sektor privat karena jumlah perkara yang lebih banyak di sektor publik. Pada sektor publik, kecurangan akuntansi dilakukan dalam bentuk kebocoran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Di sektor privat bentuk kecurangan akuntansi biasanya dilakukan dalam bentuk ketidaktepatan dalam membelanjakan sumber dana dan juga dalam bentuk manipulasi laporan keuangan agar dinilai baik oleh investor (Anastasia, 2014).

6 6 Peran akuntan forensik pada sektor privat datang ketika auditor gagal untuk mendeteksi kecurangan. Akuntan forensik juga berkontribusi dalam menerjemahkan transaksi keuangan dan data numerik yang rumit menjadi istilah yang dapat dimengerti dengan mudah oleh orang awam (Matarneh, dkk 2015). Jasa-jasa forensik pada sektor privat diberikan oleh kantor akuntan peringkat teratas (The Big Four). The Big Four banyak mempekerjakan mantan anggota kepolisian seperti Scotland Yard, FBI dan lembaga serupa lainnya seperti BPKP. Sedangkan pada sektor publik terlihat peran-peran penting para akuntan forensik yang berasal dari BPKP, BPK, dan aparat pengawasan internal pemerintahan yang tergabung dalam APIP (Tuanakotta, 2010). BPK-RI adalah satu-satunya lembaga Negara yang bertanggung jawab terhadap pemeriksaan dan tanggung jawab pengelolaan keuangan Negara. Dari segi mendeteksi berbagai kecurangan dalam laporan keuangan yang diauditnya, BPK mempunyai posisi unik. BPK mempunyai keunggulan karena melaksanakan pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang dapat mendukung upaya pengungkapan kecurangan (termasuk korupsi) dalam pemeriksaan keuangannya. Data base dari segala jenis pemeriksaan di BPK, seperti catatan medis (medical record) di rumah sakit besar. Bahkan dengan tehnik data mining dalam digital forensic, BPK dapat menemukan faktor-faktor resiko yang berkorelasi dengan ciri tertentu dari objek pemeriksaan yang sama, misalnya apa korelasi antara korupsi dengan

7 7 variabel-variabel yang ada di pemerintahan daerah (provinsi, kota atau kabupaten) (Tuanakotta, 2013). Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan BPK untuk mengungkap kecurangan yang terjadi pada sektor publik, tindak pidana korupsi masih sulit untuk dikendalikan. Terbukti dari masih banyaknya penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara yang berindikasi tindak pidana korupsi. Berdasarkan survey dari transparency.org, Indonesia berada dibawa 50 besar dari 168 negara di dunia pada Corruption Perception Index tahun 2015 yang berarti Indonesia berada pada level yang serius mengenai korupsi di sektor publik. Fakta tersebut didukung dengan temuan yang diperoleh Indonesia Corruption Watch (ICW) selama semester I tahun 2015 diketahui bahwa tindak pidana korupsi paling banyak dilakukan oleh pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah. Perbuatan melawan hukum seperti tindak pidana korupsi dan kecurangan lainnya merupakan ranah para ahli dan praktisi hukum, sedangkan perhitungan besarnya kerugian yang timbul karena perbuatan melawan hukum adalah ranah akuntan forensik. Kriteria untuk menjadi seorang akuntan forensik di mata KAP (Kantor Akuntan Publik) dijelaskan oleh Widiana Winawati, direktur PwC, dikutip dari hukumonline.com yang mengatakan bahwa seorang akuntan forensik harus memiliki multitalenta. Seorang pemeriksa kecurangan (fraud) dapat diumpamakan sebagai gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan detektif, tandasnya. Selain itu, seorang akuntan forensik harus memiliki sejumlah sifat dasar. Antara lain,

8 8 hati-hati, mampu menjaga rahasia pekerjaannya, kreatif, pantang menyerah, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, serta yang paling penting adalah jujur. Dibanding akuntan lainnya, seorang akuntan forensik memiliki tugas yang paling berat. Tugas utama dari akuntan di perusahaan adalah mencatat dan menjaga kelancaran arus keuangan perusahaannya. Sedangkan auditor lebih seperti petugas patroli yang melakukan inspeksi dan pengecekan rutin atas area berdasarkan pengalaman mereka sebelumnya. Akuntan forensik melakukan inspeksi dan pengecekan yang lebih terperinci dan seksama dibandingkan dengan petugas patroli. KAP juga memiliki pandangan mengenai ekspektasi masyarakat yang mengharapkan auditor dapat menemukan kecurangan. Beberapa pertanyaan muncul mengenai seberapa besar tanggung jawab auditor (akuntan publik) untuk mendeteksi kecurangan. Dalam Tuanakotta (2013), Samuel A.D. Piazza, CEO PriceWaterhouseCoopers mengatakan bahwa pada umumnya audit tidak dirancang untuk mendeteksi kecurangan. Audit dirancang untuk menilai posisi keuangan perusahaan. Ketika melaksanakan hal tersebut dengan hati-hati kami mengamati apakah ada hal-hal yang aneh / luar biasa, dan kadang-kadang kami menemukan kecurangan. Publik berpikir bahwa kami seharusnya dapat mendeteksi kecurangan dan karenanya kami percaya bahwa kami harus meningkatkan perhatian kami pada kecurangan. Kasus kecurangan yang sukses diungkap oleh Akuntan Forensik yaitu kasus Bank Bali yang akuntannya adalah PriceWaterhouseCoopers. Namun kasus tersebut tidak diiringi dengan suksesnya penyelesaian hukum di

9 9 pengadilan. Pada tahun 2005, merupakan tahun suksesnya akuntan forensik dan sekaligus sistem pengadilan. Kasus pertama yaitu kasus Komisi Pemilihan Umum, dimana akuntan forensiknya adalah Badan Pemeriksa Keuangan. Kesuksesan dan kebutuhan akan profesi Akuntan Forensik tidak diiringi dengan minat kalangan akuntan untuk mempelajari lebih dalam mengenai akuntansi forensik. Akuntan pemerintah (sektor publik) juga berujar bahwa profesi ini masih minim peminat. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memandang praktek forensik ini hampir mirip dengan audit investigatif atau audit dengan tujuan tertentu. Kami masih fokus pada pelatihan audit. Untuk training forensik belum banyak karena butuh ilmu tersendiri, ujar Bambang Riyanto, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan BPK, yang dikutip dari hukumonline.com. Kasus kedua yaitu kasus Bank BNI. Akuntan forensiknya bukan dilakukan oleh lembaga pemeriksa atau kantor akuntan, melainkan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Ratih Damayanti, analis dari Direktorat Riset dan Analisis PPATK dalam hukumonline.com mengemukakan tanggapannya mengenai keahlian forensik. Sebenarnya, untuk merengkuh kompetensi forensik ini tak melulu monopoli seorang akuntan. Yang penting orang itu paham betul prosedur akuntansi, bisa menganalisis laporan keuangan, serta bisa membaca data. Di Indonesia sangat dibutuhkan akuntan forensik untuk mengatasi permasalahan-permasalahan serupa namun kenyataannya Akuntan Forensik merupakan profesi yang sepi peminat. Profesi ini sangat-sangat dibutuhkan

10 10 oleh penegak hukum karena mereka belum memiliki banyak ahli di bidang ini. Jika ada sebuah transaksi yang dicurigai, abdi hukum bisa meminta bantuan akuntan forensik untuk menjelaskan dari mana dan ke mana transaksi ini mengalir. Penerapan akuntansi forensik di beberapa negara di dunia memiliki perbedaan yang mendasar. Dibeberapa negara maju seperti Amerika dan Australia, akuntansi forensik sudah menjadi hal yang diperlukan untuk mengatasi berbagai permasalahan kecurangan ekonomi. Namun tidak dengan Cina yang penerapannya belum cukup memenuhi permasalahan yang ada di Cina. Di negara berkembang seperti Nigeria dan Indonesia, akuntansi forensik belum sepenuhnya digunakan di sektor publik maupun sektor swasta. Namun Nigeria, sudah memiliki The Institute of Chartered Accountants of Nigeria yaitu Fakultas Akuntansi Forensik dalam rangka untuk memulai pelatihan khusus di bidang ini. Indonesia belum memiliki standar khusus yang mengatur tentang penggunaan akuntansi forensik, sehingga minat yang dimiliki akuntan Indonesia untuk mendalami ilmu ini masih minim. Hal tersebut berdampak pada tenaga profesional akuntan forensik yang tidak memadai untuk menyelesaikan permasalahan kecurangan yang terjadi di Indonesia. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah akuntansi forensik memang benar-benar dibutuhkan pada sektor publik. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Okoye dan Gbegi (2013) yang telah meneliti mengenai Alat untuk

11 11 Mendektesi dan Mencegah Kecurangan pada Sektor Publik (Studi pada kementrian Kogi, Afrika). Yang berbeda dari penelitian sebelumnya adalah objek penelitian ini dilakukan pada Instansi Pemerintahan Kota Semarang dengan menggali persepsi pegawai instansi pemerintahan mengenai seberapa penting akuntansi forensik diperlukan pada sektor publik. Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang karena Semarang memiliki beberapa sektor publik yang juga rentan terjadinya kecurangan. Oleh karena itu peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Akuntansi Forensik : Alat untuk Mendeteksi dan Mencegah Kecurangan pada Sektor Publik (Studi pada dinas kota Semarang) Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka didapat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah penggunaan akuntansi forensik efektif mengurangi terjadinya kecurangan pada sektor publik? 2. Apakah ada perbedaan persepsi mengenai fungsi Akuntan Forensik dan Auditor Eksternal dalam mendeteksi kecurangan? 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penggunaan akuntansi forensik dalam mengurangi terjadinya kecurangan pada sektor publik.

12 12 2. Untuk mengetahui persepsi mengenai fungsi Akuntan Forensik dan Auditor Eksternal dalam mendeteksi kecurangan Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini : Kegunaan Akademis : a. Bagi peneliti, dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai akuntansi forensik khususnya dibidang pemerintahan. Kegunaan Praktis : a. Bagi obyek penelitian, Dinas Kota Semarang, dapat bermanfaat untuk manajemen sebagai masukan dalam mencegah adanya kecurangan (fraud) di sektor entitas publik. b. Bagi akuntan pemerintah dan kantor akuntan publik, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu khususnya dalam bidang akuntansi forensik dan dapat digunakan untuk membantu memecahkan berbagai masalah yang ada.

13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Menurut Arikunto (1998) variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan 2 jenis variabel yaitu variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat). 1. Varibel Terikat (Dependent Variabel) Variabel dependen menurut Sugiyono (2013) sering disebut sebagai variabel output, kriteria, dan konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel Independent Variabel)bebas. Variabel dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah Kecurangan yang terjadi pada sektor publik. 2. Variabel Bebas ( Menurut Sugiyono (2013), Variabel independen adalah variabel yang sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, dan antesenden. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini memengaruhi atau yang menjadi sebab 59

14 60 perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen (variabel bebas) dalam penelitian ini adalah persepsi mengenai tugas dan tanggung jawab Akuntansi Forensik dan Auditor Eksternal yang mana keduanya merupakan auditor pemerintah yaitu BPK Definisi Operasional Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran contruct yang lebih baik (Indriantoro, 2014). Berikut ini merupakan definisi masing-masing variabel : Kecurangan (Fraud) Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah Kecurangan (Fraud). Menurut Dandago (1997) dalam Okoye (2013) kecurangan adalah kesalahan yang disengaja atas informasi keuangan oleh satu atau lebih individu di kalangan manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Hal ini melibatkan penggunaan penipuan kriminal untuk memperoleh keuntungan yang tidak adil atau ilegal. Kecurangan atau penipuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan yang tidak semestinya. Pengukuran variabel ini memiliki 1 item pertanyaan menurut yaitu akuntansi forensik dapat mendeteksi dan mencegah kecurangan

15 61 pada sektor publik. Pengukuran variabel ini menggunakan skala peringkat terperinci yang tidak seimbang 1 sampai dengan 4 (Okoye 2013) Akuntansi Forensik Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) akuntansi forensik adalah penerapan ilmu akuntansi, auditing dan kemampuan investigasi untuk menyediakan informasi finansial kuantitatif tentang suatu permasalahan sebelum menuju ke pengadilan. Hasil pemeriksaan dari akuntansi forensik digunakan sebagai bukti untuk tujuan hukum di pengadilan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur akuntansi forensik terdiri dari 4 pertanyaan yaitu : 1. Akuntan forensik dibutuhkan di Semarang 2. Akuntan forensik lebih dibutuhkan di sektor publik Pengukuran variabel ini menggunakan skala peringkat terperinci yang tidak seimbang 1 sampai dengan 4 (Okoye 2013) Auditor Eksternal Auditor eksternal merupakan suatu profesi yang melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dengan memberikan opini mengenai tingkat kewajaran laporan keuangan perusahaan ataupun sektor publik. Peran auditor eksternal pada sektor publik dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang menghasilkan opini serta temuan yang harus segera ditindaklanjuti.

16 62 Instrumen yang digunakan untuk mengukur auditor eksternal terdiri dari 2 pertanyaan yaitu : 1. Perbedaan jasa akuntan forensik dengan jasa auditor eksternal. 2. Jasa akuntan forensik lebih disukai dari pada jasa auditor eksternal. Pengukuran variabel ini menggunakan skala peringkat terperinci yang tidak seimbang 1 sampai dengan 4 (Okoye 2013). Pada Tabel 3.3 dapat dilihat definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini : Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel No Nama Variabel 1. Kecurangan (Fraud) 2. Akuntansi Forensik Definisi Variabel Indikator Sumber Kecurangan adalah kesalahan yang disengaja atas informasi keuangan oleh satu atau lebih individu di kalangan manajemen, karyawan atau pihak ketiga. Akuntansi forensik adalah penerapan ilmu akuntansi, auditing dan kemampuan investigasi untuk menyediakan informasi finansial kuantitatif tentang 1. Akuntansi Forensik dapat membantu mendeteksi dan mencegah kecurangan pada sektor publik Jasa akuntan forensik diperlukan di kota Semarang. Jasa akuntan forensik lebih dibutuhkan di sektor publik Okoye (2013) Okoye (2013)

17 63 No Nama Variabel 3. Auditor Eksternal Definisi Variabel Indikator Sumber suatu permasalahan sebelum menuju ke pengadilan. Auditor eksternal merupakan suatu profesi yang melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan dengan memberikan opini mengenai tingkat kewajaran laporan keuangan perusahaan ataupun sektor publik Jasa akuntan forensik berbeda dengan jasa auditor eksternal. Jasa akuntan forensik lebih disukai dari pada jasa auditor eksternal. Okoye (2013) 3.2.Obyek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel Obyek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perangkat Daerah Kota Semarang yaitu Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah) Kota Semarang, Bagian Hukum, dan Bagian Tata Pemerintahan Unit Sampel Unit sampel yang diperlukan sebagai objek dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja pada Bappeda (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah), Bagian Hukum, dan Bagian Tata Pemerintahan yang merupakan bagian dari perangkat daerah Kota Semarang.

18 Populasi dan Penentuan Sampel Menurut Ferdinand (2013) Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian. Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah semua pegawai yang bekerja pada beberapa instansi pemeritahan Kota Semarang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2006). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di beberapa instansi Kota Semarang yang bersedia menjadi responden dan menjawab kuesioner. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling yang terbatas pada jenis orang tertentu yang memenuhi kriteria yaitu sebagai perangkat daerah yang bekerja pada dinas kota Semarang lebih dari dua tahun Jenis dan Sumber Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data Primer merupakan jenis data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya, tidak melalui perantara. Data primer dalam penelitian ini berupa persepsi dan opini responden mengenai akuntansi

19 65 forensik dan auditor eksternal dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan pada sektor publik Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berasal dari kuesioner yang dibagikan kepada seluruh karyawan yang bekerja pada beberapa instansi pemerintahan Kota Semarang. Menurut Sekaran (2006), Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kuesioner. Metode kuesioner dilakukan dengan menyebar sejumlah pernyataan dan beberapa pertanyaan yang telah disusun secara terstruktur sesuai dengan judul penelitian, dimana hal tersebut disampaikan secara tertulis pada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi yang dialami oleh responden yang bersangkutan. Jenis pertanyaan yang akan diberikan kepada responden adalah pertanyaan tertutup yang hanya meminta responden untuk memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Ada dua macam pengukuran yang digunakan dalam kuesioner yang akan dibagikan kepada responden. Pengukuran pertama menggunakan skala dikotomi, yang digunakan untuk memperoleh jawaban ya atau tidak. Pengukuran kedua menggunakan skala peringkat terperinci yang tidak

20 66 seimbang, yaitu setiap responden diminta pendapatnya mengenai suatu pernyataan. Skala peringkat terperinci memberikan fleksibilitas untuk menggunakan sebanyak mungkin titik sesuai keperluan. Langkah langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1. Kuesioner akan dititipkan kepada karyawan yang bekerja di instansi pemerintah tersebut dan akan diambil setelah satu minggu kemudian. 2. Kuesioner yang telah diisi akan secara langsung diambil oleh peneliti pada instansi pemerintah yang bersangkutan. 3. Jawaban dari responden akan diberi skor dengan menggunakan pengukuran skala peringkat terperinci yaitu 1 sampai dengan 4 tanpa titik netral. 4. Pemilihan skala peringkat terperinci dengan skor 4 (empat) point tanpa titik netral memungkinkan responden untuk menjawab tanpa ragu-ragu, karena diharapkan pada setiap jawaban responden menunjukkan kejelasan dan pada akhirnya dapat disimpulkan dengan benar dan valid. 5. Jawaban sangat setuju sampai jawaban sangat tidak setuju dengan memberi tanda silang pada jawaban yang akan dipilih oleh responden pada lembar kuesioner. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala lima angka yaitu mulai angka 4 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Penilaiannya adalah sebagai berikut :

21 67 - Angka 1 = Sangat tidak setuju (STS) - Angka 2 = Tidak Setuju (TS) - Angka 3 = Setuju (S) - Angka 4 = Sangat Setuju (SS) 3.5. Metode Analisis Dalam analisis data, dilakukan pengujian terhadap kualitas data dan hipotesis penelitian. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013). Analisis ini menggunakan uji beda non parametrik untuk mengetahui adanya hubungan variabel bebas dengan variabel terikat dan mengetahui perbedaan dua variabel independen yang memiliki 3 kelompok sampel. Pada penelitian ini analisis digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai alat untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan yang terjadi pada sektor publik Pengujian Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengetahui sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner itu sendiri (Ghozali, 2011).

22 68 Uji signifikasi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel, jika : r hitung > r tabel dan bernilai positif, maka variabel tersebut valid r hitung < r tabel, maka variabel tersebut tidak valid 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai (α) > 0,70 (Ghozali, 2011) Uji Hipotesis Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 3 kelompok sampel, maka dalam uji hipotesis digunakan uji Kruskal-Wallis. Uji Kruskal Wallis adalah uji nonparametrik berbasis peringkat yang tujuannya untuk menentukan adakah perbedaan signifikan secara statistik antara dua atau lebih kelompok variabel independen pada variabel dependen yang berskala data numerik (interval/rasio) dan skala ordinal. Uji ini identik dengan Uji One Way Anova pada pengujian parametris, sehingga uji ini merupakan alternatif bagi uji One Way Anova apabila tidak memenuhi asumsi misal asumsi normalitas (Hidayat, 2014).

23 69 Kriteria data yang digunakan untuk pengujian Kruskal Wallis menurut Wahana Komputer (2004) : 1. Data independen dan berasal dari sampel acak. 2. Uji Hipotesis Kruskal Wallis memerlukan sampel yang diuji berukuran sama. Kriteria pengujian diambil berdasarkan nilai probabilitas (Sig.) : Jika nilai probabilitas (Sig.) > 0.05, maka Ho diterima, Jika nilai probabilitas (Sig.) < 0.05, maka Ho ditolak.

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya, termasuk jasa auditor. Kepercayaan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jenis fraud (kecurangan) yang terjadi di setiap negara ada kemungkinan berbeda, hal ini karena praktek fraud antara lain sangat dipengaruhi oleh kondisi hukum

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud

BAB I PENDAHULUAN. pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang pula praktik kejahatan dalam bentuk kecurangan (fraud) ekonomi. Jenis fraud yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan sektor publik sudah semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi di bidang ekonomi salah satunya adalah kecurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

BAB I PENDAHULUAN. korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kasus korupsi di Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Pemberantasan korupsi yang telah dilakukan oleh institusi kelembagaan pemerintah selama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. membawa pengaruh yang besar dalam setiap tindakan manusia. Persaingan di dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era seperti sekarang ini, kasus kecurangan laporan keuangan yang dilakukan oleh berbagai pihak tidak pernah ada habisnya. Perkembangan dunia telah membawa pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1998 menyatakan bahwa setiap perusahaan yang berbentuk perseroan terbuka, bidang usaha perseroan berkaitan dengan

Lebih terperinci

PERSEPSI AKADEMISI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP ADANYA AKUNTANSI FORENSIK

PERSEPSI AKADEMISI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP ADANYA AKUNTANSI FORENSIK PERSEPSI AKADEMISI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TERHADAP ADANYA AKUNTANSI FORENSIK Evi Mulyanti 1 * 1 Program Studi Akuntansi, Politeknik LP3I Medan Telp. 01-787311 Fax. 01-787 *E-mail : mulyantievi@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah auditor-auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) Big Four (PricewaterhouseCoopers,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Didalam suatu penelitian, obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Didalam suatu penelitian, obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penetapan Obyek Penelitian Didalam suatu penelitian, obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan agar penelitian tersebut terarah pada sasaran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Subyek penelitian menerangkan target populasi penelitian dan atau sampel penelitian yang relevan denga tujuan penelitian. Sedangkan obyek penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pengendalian mutu. Selanjutnya De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) The big four (PricewaterhouseCoopers,

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) The big four (PricewaterhouseCoopers, BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang di ambil dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) The big four (PricewaterhouseCoopers,

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

BAB 3 OBJEK PENELITIAN BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang di ambil dalam penelitian ini adalah para auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) The big four (PricewaterhouseCoopers, Deloitte

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan jabatan di sektor publik untuk kepentingan pribadi (Tuanakotta). Korupsi berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. segala jenis kejahatan yang semakin merajalela. Tidak hanya kejahatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkan perlu secara terus menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 6, NO 1, Edisi Februari 2014 (ISSN : ) PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI PENERAPAN E - AUDIT PADA AUDIT SEKTOR PUBLIK SESUAI UNDANG UNDANG PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA Sutrisno Dosen PNS DPK STIE Semarang Abstraksi Keberhasilan e-audit dapat tercapai apabila: (1) Data dari Auditee

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 22 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor yang bekerja di KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan bulan Desember 2014. Dengan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem perekonomian bangsa. Hal ini disebabkan karena korupsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu secara terus menerus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu atribut atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Salah satu bagian yang menjadi sorotan dalam sebuah penelitian adalah objek penelitian. Sugiyono (2010:38) menjelaskan bahwa objek penelitian adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KAP yang terdapat di Daerah

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KAP yang terdapat di Daerah 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, penelitian melakukan penelitian terhadap pegawai inspektorat provinsi Nusa Tenggara Barat. Penelitian akan dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akuntan profesional mempunyai peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. semakin terbukanya peluang usaha, maka menyebabkan risiko terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa Negara berkembang termasuk Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan kecurangan secara terus menerus baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan telah berkembang di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Umumnya, kecurangan berkaitan dengan korupsi. Dalam korupsi, tindakan yang lazim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan judul yang diangkat yaitu: Pengaruh pemberian program kesejahteraan dan pelatihan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT Asphalt

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau

BABI PENDAHULUAN. penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan atau BABI PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Fraud telah berkembang di berbagai negara termasuk di Indonesia dan umumnya fraud berkaitan dengan korupsi. Rahmawati (2013) menyatakan bahwa tindakan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam hal ini penelitian dipilih tentang implementasi SAP dalam menghasilkan laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah PT Tri Swardana Utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar Paiton

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar Paiton BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar Paiton di Jl. Karanganyar Probolinggo. Alasan penulis memilih Madrasah Aliyah Negeri Karanganyar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah auditor BPK. Sampel pada peneliti adalah auditor BPK pusat yang bertempat di DKI Jakarta. Data yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimulai dari Negara-negara berkembang hingga Negara maju pun tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. Dimulai dari Negara-negara berkembang hingga Negara maju pun tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud (kecurangan) hingga saat ini merupakan hal yang sering terjadi saat ini. Dimulai dari Negara-negara berkembang hingga Negara maju pun tidak luput dari aksi ini.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 25 auditor forensik atau auditor investigasi yang bekerja di Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Nasir (1999:64), menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini diuraikan perihal mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan di KAP yang berdomisili di wilayah Jakarta Barat dan terdaftar di Direktorat Kantor Akuntan Publik yang diterbitkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam tugas pemeriksaan pada Inspektorat di kabupaten/kota yang mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah sebagai penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah sebagai penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah sebagai penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Inspektorat Kabupaten/Kota dan Provinsi di Lampung yang mendapatkan opini Wajar

BAB III METODE PENELITIAN. di Inspektorat Kabupaten/Kota dan Provinsi di Lampung yang mendapatkan opini Wajar 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh auditor fungsional yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota dan Provinsi di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di Jakarta. Responden yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnya dampak dari peraturan-peraturan yang di buat oleh pemerintahan Indonesia saat ini, menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, jumlah dari skandal akuntansi yang utama disebabkan dari banyaknya spekulasi salah satu di antaranya adalah bahwa manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yang menjadi tempat penelitian ini yakni di Toko Nusa Kurnia Gorontalo.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Yang menjadi tempat penelitian ini yakni di Toko Nusa Kurnia Gorontalo. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Yang menjadi tempat penelitian ini yakni di Toko Nusa Kurnia Gorontalo. Penempatan lokasi dan pengambilan data tersebut berdasarkan pada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun ini. Menghadapi MEA, keberadaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tahun 2015, Indonesia mengalami perkembangan bisnis yang semakin meningkat ditandai dengan adanya kerjasama pembentukan kawasan perekonomian terintegrasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai audit, pelaku audit, standar audit umum dan standar audit tujuan tertentu/ investigasi. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pahlawan Seribu ITC BSD No. 33A&35 Serpong, Tangerang Selatan. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah karyawan PT Bank BNI Syariah Kantor Cabang Bumi Serpong Damai yang beralamat di Jalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatif. Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2002: 1): Penelitian eksplanatif adalah suatu jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek penelitian 1. Obyek Objek penelitian menurut Sugiyono (2008) sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara yang diatur dalam UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Audit pada sektor publik adalah kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Populasi yang dijadikan obyek penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Yogyakarta, Surakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dalam penelitian. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan dalam penelitian. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah pengaruh 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal yang mendasari pemilihan, pengolahan dan penafsiran semua data dan keterangan yang berkaitan dengan apa yang menjadi tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Mercu Buana Jakarta, hal tersebut karena Universitas Mercu Buana Jakarta merupakan salah satu universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian. 1. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yang dimulai dari November 2014 sampai dengan Januari 2015. Data yang digunakan hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gandum, emas, dan aset lainnya yang dimililiki oleh raja. Mereka yang menjadi orang

BAB 1 PENDAHULUAN. gandum, emas, dan aset lainnya yang dimililiki oleh raja. Mereka yang menjadi orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Dr.Singleton (dalam Tjahjono et al, 2013), zaman Mesir kuno dipercayai sebagai awal kemunculan ilmu akuntansi forensik. Ketika itu, orang yang menjadi tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini pendeteksian penipuan (fraud) dan akuntansi forensik merupakan bidang studi yang lagi hangat-hangatnya. Dengan adanya pemberitaan media massa mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang berada

BAB III METODE PENELITIAN. pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) tahun 2015 yang berada 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sampel dan Data Penelitian 3.1.1 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terdaftar pada Direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI MINAT STUDI AKUNTANSI FORENSIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Ilmu akuntansi adalah disiplin ilmu yang dinamis, yang berkembang sesuai dengan kebutuhan dunia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang Faktor-Faktor yang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang Faktor-Faktor yang 111 BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian, lalu dilanjutkan dengan implikasi penelitian, dan selanjutnya keterbatasan penelitian yang dialami oleh peneliti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa. Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pasal 6 ayat (1) menyebutkan bahwa Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) bertugas

Lebih terperinci

Bab 3 METODE PENELITIAN

Bab 3 METODE PENELITIAN Bab 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metodologi Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Dengan metode kuantitatif ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah fraud (kecurangan) sering kita jumpai baik di lingkungan organisasi pemerintahan maupun perusahaan. Tindakan kecurangan atau fraud dalam perusahaan dapat diartikulasikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. efektifitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yaitu di Badan Pemeriksa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. efektifitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yaitu di Badan Pemeriksa BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dalam menyusun skripsi ini, objek penelitian yang dipilih penulis adalah yang berkaitan dengah hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam rangka menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi Daerah dan Reformasi Keuangan yang telah dilakukan mulai awal tahun 2000 telah menghasilkan perubahan iklim pemerintahan. Akuntabilitas dan transparansi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan dagang dan jasa di Jakarta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat umumnya, salah satu contoh kecurangan tersebut adalah tindakan perbuatan korupsi yang sangat merugikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan

BAB III METODE PENELITIAN. obyek penelitian adalah para pengguna software akuntansi pada perusahaanperusahaan BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dari kuesioner dalam penelitian ini dilakukan sekitar satu bulan dari tanggal 13 Oktober sampai 14 November 2014. Dengan obyek

Lebih terperinci

Lampiran I: Daftar Kuesioner

Lampiran I: Daftar Kuesioner Lampiran I: Daftar Kuesioner PA S C A S E K O L A H S A R J A N A DAFTAR KUESIONER: PENGARUH KEAHLIAN AUDIT DAN INDEPENDENSI PEMERIKSA TERHADAP KUALITAS HASIL PEMERIKSAAN DI INSPEKTORAT KABUPATEN TAPANULI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian berdasarkan karakteristik masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Indriantoro dan Bambang Supomo (2002:88)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama satu periode akuntansi (Kasmir, 2011). Adanya BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, fenomena yang masih saja terjadi hingga saat ini adalah masalah kecurangan (fraud) baik di negara berkembang maupun di negara maju.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. mengoperasikan sistem operasi instansi atau perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraud adalah sebuah perbuatan kecurangan yang melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja untuk mendapatkan keuntungan, baik pribadi maupun kelompok dan sifatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN O. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (008:115) Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran penjelasan mengenai hasil penelitian serta penelitian ini. dari responden dengan menggunakan kuesioner.

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran penjelasan mengenai hasil penelitian serta penelitian ini. dari responden dengan menggunakan kuesioner. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni pendekatan penelitian dengan menyajikan data-data yang bersifat deskriptif berupa gambaran penjelasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dimana pendekatan kuantitatif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya kejahatan fraud seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan kecurangan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya kejahatan fraud seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan kecurangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, semakin memicu timbulnya kejahatan fraud seperti korupsi, penyalahgunaan aset dan kecurangan laporan keuangan. Kejahatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada empat Perguruan Tinggi Swasta di wilayah Jakarta Barat. Penelitian ini diperoleh untuk memperoleh data yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengaudit laporan keuangan adalah upaya yang berorientasi pada resiko (risk-oriented effort). Salah saji bisa disebutkan dalam asersi manajemen (management assertion),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Inspektorat Provinsi Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2012. 3.2. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Merujuk pada rumusan masalah, maka jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian

BAB III METODA PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian BAB III METODA PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sifat penelitian pengujian hipotesis, karena pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisi tentang persepsi

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner berisi tentang persepsi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menguji suatu teori dan menunjukan hubungan antar variabel. Data yang digunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Akuntan memiliki andil yang besar dalam memperbaiki perekonomian Indonesia. Jasa akuntan khususnya dalam penugasan audit sangat dibutuhkan untuk menilai dan menentukan kewajaran laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. keputusan yang tepat. Tujuan laporan keuangan memberikan informasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan adalah alat bagi manajemen untuk pertanggungjawaban dan pelaporan kinerjanya kepada pemegang saham, sehingga laporan keuangan itu harus reliabel atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas audit (Grant et. al., 1996). Dengan kata lain, pengguna. audit dapat memberi penilaian atas kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. masalah kualitas audit (Grant et. al., 1996). Dengan kata lain, pengguna. audit dapat memberi penilaian atas kualitas audit. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, maka bagi suatu organisasi atau unit usaha merupakan tantangan karena semakin ketatnya persaingan di berbagai sektor usaha,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada setiap periode akuntansi, perusahaan akan mengungkapkan laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan catatan atas informasi keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Semarang dan kantor cabang berlokasi di Desa Rejosari RT 02 RW 02 Brangsong

BAB III METODE PENELITIAN. Semarang dan kantor cabang berlokasi di Desa Rejosari RT 02 RW 02 Brangsong BAB III METODE PENELITIAN 3.1 OBYEK DAN LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada kantor pusat dan kantor cabang PT Graha Mitra Balindo. Kantor pusat berlokasi di Permata Hijau BB 10 Kelurahan Kuningan

Lebih terperinci