ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Riska Anggraeni NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013

2 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP SKRIPSI Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Riska Anggraeni NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2013 i

3 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP Oleh Riska Anggraeni NIM Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Menyetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. NIP Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. NIP Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Drs. H. Bagiya, M.Hum. NIP NIM ii

4 ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP Oleh Riska Anggraeni NIM Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Universitas Muhammadiyah Purworejo pada tanggal:... Maret 2013 TIM PENGUJI. (Penguji Utama) Prof. Dr. H. Sukirno, M.Pd. (Penguji I/Pembimbing I) Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. (Penguji II/Pembimbing II) Purworejo,... Mengetahui Dekan FKIP, Drs. H. Hartono, M.M. NIP iii

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO الدنيا متاع وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة )رواه مسلم( Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah. (HR. Muslim) berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. (Sang Pemimpi: 208) PERSEMBAHAN Karya sederhana ini kupersembahkan kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda yang doa dan restunya selalu menyelimuti hidupku; 2. Seluruh keluarga yang tidak pernah lekang membakar semangatku dengan motivasi; 3. Seluruh sahabat-sahabatku yang menghiasi hari-hariku dengan canda dan tawa. iv

6 Yang bertanda tangan di bawah ini: PERNYATAAN nama : Riska Anggraeni; NIM : ; Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia; menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri dan bukan plagiat, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat, saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas Muhammadiyah Purworejo. Purworejo, Maret 2013 Yang membuat pernyataan, Riska Anggraeni v

7 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan nikmat dan kasih sayang-nya kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Berkat petunjuk dan pertolongan-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan yang berarti. Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Sungguh banyak kesulitan yang penulis hadapi selama menyusun skripsi ini. Namun, atas bantuan berbagai pihak, khususnya pembimbing, penulis dapat menyelesaikan kesulitan itu. Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini. 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini. 4. Prof. Dr. Sukirno, M.Pd. selaku pembimbing I dan Drs. H. Khabib Sholeh, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dengan penuh kesabaran, ketulusan, dan kesungguhan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kuliah di Universitas Muhammadiyah Purworejo vi

8 6. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah Swt. selalu melimpahkan pahala dan balasan yang lebih baik atas segala jasa dan bantuan yang diberikan kepada penulis. Amin. Purworejo,. Maret 2013 Riska Anggraeni ABSTRAK Muhtarom. Kajian Struktural Cerpen Bidadari Itu Dibawa Jibril Karya A. Mustofa Bisri dan Alternatif Pembelajarannya dengan Pendekatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa (PBAS) pada Ke SMP. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo vii

9 ABSTRAK Anggraeni, Riska Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata; (2) mendeskripsikan relevansi novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran apresiasi novel di SMP. Sumber data penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka tahun Objek penelitiannya adalah nilai-nilai pendidikan novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan relevansi novel tersebut digunakan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP. Penelitian ini difokuskan pada sikap atau perilaku tokoh-tokoh dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang mengandung nilai pendidikan karakter. Selain itu, fokus penelitian ini adalah menemukan relevansi novel tersebut dengan kriteria bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP yang mencakup segi bahasa, pendidikan, budaya, dan kematangan jiwa. Data dikumpulkan menggunakan metode baca dan catat dengan peneliti sendiri sebagai human instrumen yang dibantu kartu data. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode analisis isi (content analysis) dan hasilnya dipaparkan menggunakan metode informal. Hasil penelitian ini adalah: (1) novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai pendidikan berupa nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai pendidikan tersebut tercermin dalam ucapan, tingkah laku, dan pemikiran tokoh-tokoh dalam novel Sang Pemimpi; (2) novel Sang Pemimpi memiliki relevansi dengan kriteria bahan pembelajaran sastra di SMP, baik dari segi sastra, bahasa, sosial budaya, pendidikan, maupun psikologi. Dari segi sastra, novel Sang Pemimpi tersusun dari unsur-unsur yang saling berhubungan secara harmonis sehingga membentuk cerita yang utuh dan menarik. Dari segi bahasa, novel Sang Pemimpi mudah dipahami dengan struktur kalimat yang tidak terlalu panjang dan juga dilengkapi dengan bahasa asing (bahasa Inggris) dan bahasa daerah yang dapat memperkaya kosa kata siswa serta gaya bahasa yang menambah keindahan atau nilai estetis. Dari segi pendidikan, novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, khususnya nilai kerja keras dan religius, yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa. Dari segi sosial budaya, novel Sang Pemimpi memiliki latar sosial dan budaya masyarakat Belitong yang berupa cara berpikir dan bersikap para tokohnya yang merefleksikan kebiasaan hidup, adat istiadat, budaya, tradisi, pandangan hidup, dan keyakinan masyarakat Belitong sehingga dapat menambah wawasan siswa terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan di luar daerahnya. Dari segi psikologi, novel Sang Pemimpi yang menghadirkan kisah-kisah yang realistis-imajiner sejalan dengan tahap perkembangan psikologi siswa SMP yang memasuki tahap realistik yang sudah terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas. Kata kunci: nilai pendidikan, novel Sang Pemimpi, bahan pembelajaran sastra viii

10 DAFTAR ISI Halaman JUDUL... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN... PRAKATA... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah... B. Penegasan Istilah... C. Rumusan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Kegunaan Penelitian... F. Sistematika Penulisan Skripsi... BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, DAN HIPOTE- SIS PENELITIAN... A. Tinjauan Pustaka... B. Kajian Teoretis Hakikat Nilai Pendidikan... a. Pengertian Nilai Pendidikan... b. Sumber Nilai Pendidikan... c. Macam-Macam Nilai Pendidikan Novel sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra... a. Pengertian Bahan Pembelajaran... b. Pengertian Apresiasi Sastra... c. Kedudukan Apresiasi Novel dalam KTSP Jenjang SMP... d. Kriteria Penentuan bahan Pembelajaran Apresiasi Novel... C. Hipotesis Penelitian... i ii iii iv v vi viii ix x xi ix

11 BAB III METODE PENELITIAN... A. Sumber Data... B. Objek Penelitian... C. Fokus Penelitian... D. Instrumen Penelitian... E. Teknik Pengumpulan Data... F. Teknik Analisis Data... G. Teknik Penyajian Hasil Analisis... BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA... A. Penyajian Data Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP... B. Pembahasan Data Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP... BAB V PENUTUP... A. Simpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN x

12 DAFTAR TABEL Tabel 1. Halaman Sumber, Jenis, dan Indikator Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra Tabel 2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Tabel 3. Tabel 4. Sajian Data Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 2. Sinopsis Novel Sang Pemimpi Lampiran 3. Biografi Novelis Lampiran 4. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 5. Biodata Peneliti xii

14

15

16

17

18 BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Di bawah ini diuraikan satu per satu. A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta arus globalisasinya telah membawa pengaruh terhadap tata kehidupan bangsa. Pengaruh itu bisa berupa pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif akan menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi kemajuan bangsa. Sebaliknya, pengaruh negatif dapat meruntuhkan sendi-sendi kehidupan bangsa. Dunia pendidikan dapat menjadi pijakan awal untuk memulai proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai luhur. Dengan penanaman nilai luhur, diharapkan siswa memiliki proteksi diri untuk menghindari pengaruh negatif dari arus globalisasi. Sebaliknya, siswa dapat memanfaatkan arus tersebut untuk memajukan diri dan bangsa. Proses penanaman nilai-nilai luhur tidaklah berarti bahwa nilai-nilai itu diajarkan dalam sebuah mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam berbagai macam mata pelajaran, tidak terkecuali dalam pembelajaran sastra. Melalui pembelajaran sastra, diharapkan siswa membaca dan menghayati nilainilai kehidupan yang tercermin di dalamnya. Horace dalam Wellek dan Warren (1990: 25) menyatakan bahwa karya sastra selain dulce menghibur, juga utile bermanfaat. Meskipun tidak 1

19 2 selamanya karya sastra seperti yang dikatakan Horace, yakni menghibur dan bermanfaat karena mengajarkan sesuatu yang positif bagi masyarakat, setidaknya pernyataan tersebut dapat dijadikan tolak ukur mengenai karya sastra yang baik dan tidak, khususnya dalam hubungannya sebagai bahan pembelajaran di sekolah sebagaimana dikaji dalam skripsi ini. Senada dengan pendapat di atas, Ismail dalam Maulana (2004: x) menyatakan bahwa karya sastra bukan hanya mempersoalkan estetika belaka, melainkan juga sehimpun nilai-nilai, baik itu yang berkaitan dengan persoalan religius, cinta, sosial, maupun hal-hal lainnya yang berkaitan erat dengan persoalan spiritual. Lebih lanjut, Taufik menyatakan bahwa dengan memahami karya sastra, daya kreatif dan daya kritis siswa dalam menanggapi maupun membaca kehidupan bisa muncul dengan sangat kuat. Sayangnya, pembelajaran sastra di sekolah tampaknya masih menjadi pelajaran yang kurang menarik. Fenomena tersebut antara lain disebabkan oleh faktor bahan pembelajaran yang kurang sesuai dengan minat dan perkembangan jiwa siswa. Sumardjo (1998: 176) menekankan bahwa bahan pembelajaran sastra yang dipilih harus sesuai dengan tingkat usia maupun lingkungan siswa. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Rusyana (1994: 11) bahwa dalam pemilihan bahan pembelajaran sastra, harus dipertimbangkan baik buruknya dari segi pendidikan dan pengajaran, serta memperhatikan karakteristik peserta didik. Berkaitan dengan bahan pembelajaran sastra di sekolah, permasalahan lain yang sering ditemukan adalah kurangnya ketersediaan buku-buku sastra,

20 3 khususnya novel masa kini. Sekolah lebih banyak menyediakan novel-novel zaman dahulu (angkatan 20 s.d. 60-an). Sementara itu, siswa membutuhkan internalisasi nilai yang relevan dengan kebutuhan dan problematika kehidupan mereka saat ini. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan membaca dan mengapresiasi novel masa kini tanpa mengabaikan novel masa silam. Dengan demikian, sekolah diharapkan memfasilitasi dan merekomendasikan referensi novel-novel masa kini berbasis pendidikan karakter. Salah satu novel masa kini yang kaya akan nilai pendidikan adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Sang Pemimpi berkisah tentang perjuangan seorang anak dari pulau terpencil dan dari kalangan keluarga miskin dalam menggapai pendidikan yang setinggi-tingginya. Pada akhirnya, dengan tekad dan kerja keras, mimpi mereka pun menjadi kenyataan. Banyak sekali kisah teladan yang dapat dipetik dari novel ini. Oleh karena itu, Sang Pemimpi sangat menarik dikaji dari segi nilai pendidikannya. Sang Pemimpi diterbitkan pertama kali pada Juli Sejak kemunculannya, novel Sang Pemimpi mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra. Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Sang Pemimpi menjadikan novel tersebut masuk dalam jajaran novel psikologi islami pembangun jiwa. Andrea Hirata telah membuat lompatan langkah yang gemilang untuk mengikuti jejak sang legenda Buya Hamka, berkarya dan mempunyai fenomena (Gafas, 2005: 1). Melalui novel kontemporernya yang diperkaya dengan muatan budaya Islami, Andrea Hirata seolah mengulang kesuksesan sang pujangga Buya Hamka yang karya-karyanya popular hingga

21 4 ke mancanegara seperti Merantau Ke Deli, Di Bawah Lindungan Ka bah, dan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Meskipun nilai yang mendasari novel tersebut bersumber dari Islam, berbagai kalangan kaum beragama dan berkepercayaan dapat menerimanya tanpa ada perasaan terancam. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti berupaya menganalisis penggunaan gaya bahasa personifikasi dan menggali nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Peneliti berharap keindahan bahasa dan nilai-nilai luhur yang ada dalam novel tersebut tersebut dapat diajarkan kepada siswa, khususnya dalam pembelajaran apresiasi sastra bagi siswa jenjang SMP. B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran, penulis perlu mempertegas maksud istilah-istilah dalam judul penelitian ini. Di bawah ini disajikan definisi beberapa istilah yang ada dalam judul. 1. Analisis Menurut Tim Penyusun Kamus (2007: 71), analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb.) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb.). 2. Nilai Pendidikan Menurut Fraenkel, value is any idea, a concept, about what some one think is important in life nilai adalah idea atau konsep yang bersifat

22 5 abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap berharga oleh sesorang dalam kehidupan (Sauri, 2005: 1). Adapun pendidikan adalah usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi jasmaniah dan ruhaniah yang dibawa manusia sejak lahir (Ihsan, 2005: 2). Dengan demikian, nilai pendidikan adalah konsep tentang sesuatu yang berharga bagi kehidupan manusia dan dapat dapat dijadikan untuk menumbuhkembangkan potensi dasar manusia, baik potensi jasmani, maupun rohani. Dalam penelitian ini, nilai pendidikan dibatasi pada nilai yang bersifat rohani seperti nilai moral, nilai spiritual atau religius, dan nilai sosial. 3. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2006: 3-4). 4. Apresiasi Sastra Saryono dalam Sufanti (2012: 24) menyatakan bahwa apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan momental, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, serta intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra.

23 6 Jadi, maksud judul Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP adalah penelaahan ragam nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan kesesuaiannya digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi sastra pada jenjang SMP. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? 2. Bagaimanakah relevansi novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata; 2. mendeskripsikan relevansi novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran apresiasi novel di SMP. E. Kegunaan Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

24 7 1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra, khususnya tentang nilai-nilai pendidikan dalam novel. 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain: a. Bagi Guru Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan salah satu alternatif bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi novel di SMP. b. Bagi Siswa Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membangkitkan minat siswa terhadap karya sastra serta menambah wawasan mengenai nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi. Dengan wawasan ini, siswa diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi Peneliti yang Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi maupun bahan pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. F. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini disusun sesuai dengan format yang telah ditetapkan oleh universitas. Secara garis besar, skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal, peneliti

25 8 menyertakan halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan penguji, surat pernyataan keautentikan karya, prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, dan abstrak. Bagian isi terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika skripsi. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka menguraikan relevansi dan komparasi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu dan kajian teoretis menguraikan teori-teori yang manjadi landasan penelitian. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian mencakup: pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, serta penyajian hasil analisis. Bab IV berisi penyajian data beserta pembahasannya. Pada subbab penyajian data, dipaparkan data-data yang ditemukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Selanjutnya, pada subbab pembahasan data, data-data yang ditemukan tersebut dianalisis dan dideskripsikan sejelas mungkin. Bab V merupakan bab penutup, berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan rangkuman pokok-pokok temuan penelitian, dan saran adalah rekomendasi yang disampaikan kepada pihak-pihak yang diharapkan dapat memanfaatkan temuan penelitian ini.

26 9 Pada bagian akhir skripsi, disertakan daftar pustaka dan lampiranlampiran yang mendukung penelitian ini. Termasuk di dalam lampiran adalah sinopsis novel Sang Pemimpi, biografi Andrea Hirata, kartu bimbingan skripsi, dan data diri peneliti.

27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini terbagi ke dalam tiga subbab, yakni tinjauan pustaka, kajian teoretis, dan hipotesis penelitian. Pada subbab tinjauan pustaka, dipaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Subbab kedua adalah kajian teoretis yang berisi uraian teori-teori yang menjadi acuan penelitian ini yang meliputi teori mengenai hakikat hakikat nilai pendidikan dan novel seabagai bahan pembelajaran apresiasi sastra. Pada subbab hipotesis penelitian, dipaparkan dugaan sementara yang menjadi asumsi penelitian ini. Di bawah ini diuraikan ketiga subbab tersebut. A. Tinjauan Pustaka Sebelum dilakukan penelitian, peneliti melakukan kajian terhadap pustakapustaka ada agar diketahui pemikiran-pemikiran dan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini. Dengan tinjauan pustaka, peneliti dapat mengambil banyak manfaat, di antaranya memahami wilayahwilayah kajian dan mengerti berbagai macam temuan yang pernah dicapai oleh peneliti sebelumnya. Berdasarkan tinjauan pustaka, ditemukan bahwa penelitian nilai pendidikan dalam karya sastra sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, antara lain oleh Septiawati (2002) dan Kartikasari (2009). Septiawati (2002) dalam penelitian berjudul Nilai Pendidikan Moral dalam Suluk Pesisiran Terjemahan Emha Ainun Nadjib mengkaji nilai pendidikan moral dalam puisi 10

28 11 terjemahan karya Emha Ainun Nadjib. Septiawati membahas tentang nilai pendidikan serta hubungannya antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan diri sendiri yang terdapat dalam Suluk Pesisiran. Persamaan penelitian Septiawati dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah sama-sama mengkaji nilai pendidikan yang ada dalam karya sastra. Perbedaannya, penelitian Septiawati baru tergolong penelitian sastra karena tidak menyertakan sumbangan hasil penelitian karya sastra tersebut bagi bidang pendidikan, sedangkan penulis menyertakan relevansi hasil penelitian mengenai nilai-nilai pendidikan dalam novel dan relevansinya sebagai bahan pembelejaran apresiasi sastra di SMP. Selain Septiawati, penelitian tentang nilai pendidikan dalam karya sastra pernah dilakukan oleh Ratna Kartikasari (2009) dalam penelitian yang berjudul Aspek Pendidikan Novel Sang Pelopor Karya Alang-Alang Timur dan Kemungkinan Pembelajaran di Kelas X SMA. Hasil penelitian Kartikasari menunjukkan bahwa aspek pendidikan yang ada dalam novel Sang Pelopor meliputi nilai kerjasama, nilai persahabatan, nilai kebijaksanaan, nilai kerendahhatian, dan nilai kejujuran. Persamaan penelitian Kartikasari dengan peneliti adalah sama-sama menfokuskan penelitian pada aspek-aspek atau nilai-nilai pendidikan yang ada dalam novel. Perbedaannya, objek penelitian Kartikasari adalah nilai pendidikan dalam novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur, sedangkan penelitian ini mengkaji novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Selain itu, Kartikasari

29 12 mempermasalahkan alternatif pembel-ajarannya di SMA, sedangkan penulis mempermasalahkan relevansinya digunakan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penelitian berjudul Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP bukanlah penelitian yang sama sekali baru, melainkan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu sehingga diharapkan dapat melengkapi dan mendukung penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. B. Kajian Teoretis Teori yang digunakan sebagai acuan penelitian meliputi hakikat nilai pendidikan dan novel sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra. Di bawah ini kajian teori-teori tersebut. 1. Hakikat Nilai Pendidikan Terkait dengan hakikat nilai pendidikan, dipaparkan pengertian nilai pendidikan dan macam-macam nilai pendidikan. Di bawah ini paparan kedua hal tersebut. a. Pengertian Nilai Pendidikan Fraenkel dalam Sauri (2005: 1) mendefinisikan nilai sebagai value is any idea, a concept, about what some one think is important in life nilai adalah idea atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh sesorang dalam kehidupan. Sementara itu, Soekanto

30 13 (1983: 161) menyatakan bahwa nilai merupakan abstraksi pengalamanpengalaman pribadi seseorang dengan sesamanya. Menurut Soekanto (1983: 161), nilai yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan terabstrak bagi manusia, yaitu menyangkut hal-hal yang bersifat hakiki. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, akan menunjukkan suatu kualitas dan akan berguna bagi kehidupan manusia. Adapun istilah pendidikan menurut Purwanto (1986: 11) adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Senada dengan Purwanto, Ihsan (2005: 2) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi jasmaniah dan ruhaniah yang dibawa manusia sejak lahir. Dari kedua pengertian kata tersebut, dapat dipahami bahwa nilai pendidikan memiliki makna suatu konsep abstrak yang bersifat penting bagi kehidupan manusia yang dapat dijadikan untuk menumbuh-kembangkan potensinya, baik potensi jasmani, maupun rohani. Sementara itu, Tilaar (2002: 435) mengatakan bahwa hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia atau proses humanisasi denga melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya. Eksistensi ini menurut penulis adalah menempatkan kedudukan manusia pada tempatnya yang terhormat dan bermartabat. Kehormatan itu tentunya tidak lepas dari nilai-nilai luhur yang selalu dipegang umat manusia.

31 14 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan merupakan konsep abstrak mengenai sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia dalam mengembangkan potensi fisik dan psikis manusia. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. b. Sumber Nilai Pendidikan Horace dalam Wellek dan Warren (1990: 25) menyatakan bahwa karya sastra selain dulce menghibur, juga utile bermanfaat. Meskipun tidak selamanya karya sastra seperti yang dikatakan Horace, yakni menghibur dan bermanfaat karena mengajarkan sesuatu yang positif bagi masyarakat, setidaknya pernyataan tersebut dapat dijadikan tolak ukur mengenai karya sastra yang baik dan tidak, khususnya dalam hubungannya sebagai bahan pembelajaran di sekolah sebagaimana dikaji dalam skripsi ini. Nilai-nilai pendidikan merupakan salah satu manfaat yang dapat dipetik dari membaca karya sastra. Nilai-nilai tersebut sangat berkaitan dengan persoalan hidup dan kehidupan yang dialami oleh para tokoh dalam karya sastra tersebut. Menurut Nurgiyantoro (1998: 323), secara umum, persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan: (1) hubugan manusia dengan diri sendiri, (2) hubungan manusia dengan manusia lain termasuk dengan lingkungan, dan (3) hubungan manusia dengan Tuhan. Di bawah ini diuraikan ketiga hal tersebut.

32 15 1) Hubungan Manusia dengan Diri Sendiri Dari hubungan pribadi ini, nilai yang dapat diambil adalah nilai moral. Peneliti mengambil tokoh utama sebagai sumber nilai. Hal ini didasarkan alasan bahwa tokoh utamalah yang paling menonjol dan biasanya merupakan tokoh yang protagonis atau tokoh yang baik (meskipun dalam jumlah sangat kecil ada juga tokoh utama yang jahat) sehingga dapat diambil nilai-nilai moral yang terpancar dari kepribadian atau karakter tokoh tersebut, seperti jujur, optimis, pantang menyerah, dan lainnya. 2) Hubungan Manusia dengan Manusia Dari hubungan ini, nilai-nilai yang dapat diambil adalah nilai sosial yang antara lain berupa nilai kekerabatan, nilai saling tolong menolong atau ta awun, nilai toleransi atau tasamuh, nilai saling menyayangi, dan lainnya. 3) Hubungan Manusia dengan Tuhan Dalam ajaran agama Islam, hubungan ini disebut juga hablumminallah, yakni hubungan hamba dengan penciptanya. Nilai yang dapat diambil dari hubungan ini berupa nilai religius yang antara lain berupa ketaatan dalam beribadah, sikap pasrah kepada Allah (tawakkal), dan lainnya. Agar lebih jelas, di bawah ini disajikan tabel sumber, jenis, dan indikator nilai pendidikan dalam karya sastra.

33 16 Tabel 1 Sumber, Jenis, dan Indikator Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra No. Sumber nilai Jenis nilai Indikator nilai 1 Hubungan tokoh dengan diri sendiri Nilai moral/nilai kepribadian Adil, Jujur, rendah hati, optimis, pantang menyerah, pekerja 2 Hubungan tokoh dengan tokoh lain atau alam sekitarnya 3 Hubungan tokoh dengan Tuhan (Nurgiyantoro, 1998: 323) Nilai sosial dan nilai budaya Nilai religius/agama keras, dll. Tasamuh (toleransi), ta awun (tolong menolong), dll. Rajin beribadah, beriman, tawakkal, dll. Tabel di atas menunjukkan bahwa hubungan manusia dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan Tuhan menjadi sumber nilai pendidikan yang memiliki indikator-indikator nilai yang berbeda-beda dan diklasifikasikan dalam jenis yang berbeda pula. Sementara itu, Balitbang Kemendiknas (2010: 15) mengungkapkan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari empat sumber, yakni agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. 1) Agama Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

34 17 2) Pancasila Negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilainilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara. 3) Budaya Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. c. Macam-Macam Nilai Pendidikan Kemendiknas (2011: 3) telah mengidentifikasi 18 nilai pendidikan yang bersumber dari agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta

35 18 tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komunikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab. Di bawah ini disajikan deskripi ke-18 nilai pendidikan di atas. Tabel 2 Macam-Macam Nilai Pendidikan No. Nilai Deskripsi 1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya 2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan 3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya 4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan 5 Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya 6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki 7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas 8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain 9 Rasa ingin tahu 10 Semangat Kebangsaan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya 11 Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa 12 Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain

36 19 No. Nilai Deskripsi 13 Bersahabat/Ko munikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain 14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya 15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya 16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan berupaya memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi 17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan 18 Tanggung jawab (Direktorat Pembinaan SMA, 2011: 15). pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa Kemendiknas (2011: 3) menyatakan meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, tidak semua harus diterapkan secara bersamaan. Satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya, jumlah dan jenis nilai pendidikan yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masingmasing. Di antara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan mudah dilaksanakan sesuai

37 20 dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun. 2. Novel sebagai Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra Dalam bagian ini, diuraikan mengenai pengertian bahan pembelajaran, pengertian apresiasi sastra, kedudukan novel dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang SMP, dan kriteria pemilihan novel sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra. a. Pengertian Bahan Pembelajaran Menurut Pannendalam (Belawati, 2006: 3), bahan pembelajaran adalah seperangkat bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Senada dengan Pannen, Depdiknas (2006: 3-4) menyebutkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegian belajar mengajar (KBM), baik tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan pembelajaran atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur) keterampilan, sikap atau nilai (Haryati, 2007: 9). Secara konvensional, bahan pembelajaran merupakan salah satu komponen di dalam sistem pengajaran di samping komponen-komponen lain,

38 21 seperti kurikulum, metode, guru, siswa, sarana dan prasarana (media), dan evaluasi (Belawati dkk., 2006: 31). Macomber dalam Belawati, dkk. (2006: 32) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pandangan tentang masalah bahan ajar dari perspektif pendidikan tradisional dan pendidikan modern. Dalam pendidikan tradisional, bahan ajar atau pelajaran (subject matter) merupakan kebulatan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dari satuan-satuan bahan ajar. Bahan ajar inilah yang harus dipelajari dan dikuasai sebaik-baiknya oleh siswa. Dengan kata lain, penguasaan bahan ajar merupakan tujuan akhir pendidikan yang berarti pula bahwa bahan ajar merupakan tujuan. Sementara itu, menurut pandangan modern bahan ajar bukanlah merupakan tujuan. Bagi dunia pendidikan yang berkembang pada abad ke-20 ini, bahan ajar merupakan alat dan media yang memberi siswa peluang untuk beroleh pengalaman belajar. Melalui bahan ajar ini, siswa akan memperoleh pengalaman yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan dalam kehidupan, model-model kehidupan, dan simbol-simbol yang digunakan dalam kehidupan (Macomber dalam Belawati, dkk., 2006: 32). Dengan demikian, dalam pendidikan modern bahan ajar merupakan pengetahuan utuh yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai sumber dalam proses pembelajaran siswa. Pendapat Macomber tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Thomas dan Swartout dalam Belawati, dkk. (2006: 26) yang berpendapat bahwa bahan ajar untuk sekolah-sekolah modern hendaknya diangkat dari sumber yang beragam. Guru harus memilih bahan ajar dari berbagai sumber lalu

39 22 mengintegrasikannya menjadi kesatuan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Lebih lanjut, Belawati dkk. (2006: 26) menyatakan bahwa hal penting yang harus ada dalam setiap bahan ajar adalah daya komunikatif bahan tersebut, yang satu sisi akan dapat menggairahkan siswa untuk belajar, dan di sisi lain akan memotivasi mereka untuk belajar secara intensif. Berdasarkan penjelasan di atas, bahan ajar yang hendak penulis susun sebagai bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi sastra adalah bahan ajar yang merujuk pada pandangan modern. Artinya, bahan ajar tersebut disusun bukan untuk dijadikan tujuan, melainkan sebagai salah satu sumber belajar yang sedapat mungkin berdaya komunikatif tinggi dan memberikan nilai yang positif bagi peserta didik. b. Pengertian Apresiasi Sastra Banyak pakar yang sudah memberikan pengertian apresiasi sastra. Sufanti (2012: 24) menyajikan beberapa definisi apresiasi sastra dari para ahli, yakni: 1) apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra dengan sungguhsungguh hingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra (definisi Effendi); 2) apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang sadar dan kritis (definisi Tarigan); 3) apresiasi sastra ialah proses (kegiatan) pengindahan, penikmatan, penjiwaan, dan penghayatan karya sastra secara individual dan mementan, subjektif dan eksistensial, rohaniah dan budiah, serta intensif dan total supaya memperoleh sesuatu daripadanya sehingga tumbuh, berkembang, dan terpiara kepedulian, kepekaan, ketajaman, kecintaan, dan keterlibatan terhadap karya sastra (definisi Saryono).

40 23 Dari ketiga pendapat di atas, dapat disarikan bahwa pembelajaran apresiasi sastra adalah kegiatan belajar mengajar untuk menikmati dan menghayati karya sastra dengan sungguh-sungguh memperoleh pemahaman dan manfaatnya yang dilakukan secara sadar dan kritis dan bersifat individual karena sifat sastra yang multitafsir. c. Kedudukan Apresiasi Novel dalam KTSP Jenjang SMP KTSP merupakan salah satu perangkat kurikulum yang menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari di sekolah. Munculnya KTSP membawa perubahan berarti terhadap karakteristik tugas guru di sekolah. Bila selama ini guru dalam pembelajaran apresiasi sastra berfikir apa yang harus diajarkan dan bagaimana cara mengajarkannya, sekarang ini guru juga harus berfikir bagaimana cara siswa mempelajari materi yang tersirat dalam pembelajaran. Bahan pembelajaran novel pada setiap materi pokok itu mempunyai penekanan dan keluasan yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya, ruang lingkup bahan pengajaran apresiasi sastra yang berkaitan dengan novel yang tercantum dalam Standar Isi KTSP untuk jenjang SMP (Badan Nasional Standar Pendidikan, 2006: ), mulai kelas VII sampai dengan kelas IX meliputi: 1) membuat sinopsis novel remaja Indonesia; 2) mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan; 3) menjelaskan tema dan latar novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan;

41 24 4) mendeskripsikan alur novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan; 5) mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan); 6) menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan); 7) menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel (asli atau terjemahan); 8) menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan; 9) menjelaskan alur peristiwa dari suatu sinopsis novel yang dibacakan; 10) mengiidentifikasi kebiasaan, adat, etika yang terdapat dalam novel angkatan an; 11) membandingkan karakteristik novel angkatan an. Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pokok bahasan novel dalam KTSP mempunyai ukuran yang cukup banyak. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar guru hendaknya memperhatikan pemetaan bahan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien. Akhirnya, diharapkan tujuan pembelajaran apresiasi sastra dapat tercapai dengan baik sesuai dengan target kurikulum. d. Kriteria Penentuan Bahan Pembelajaran Apresiasi Novel Sastra yang dijadikan bahan pembelajaran hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan siswa yang berkarakteristik khas, serta selaras pula dengan tujuan pembelajaran sastra dan pendidikan di jenjang sekolah tersebut. Untuk itu perlu penyeleksian yang ketat terhadap setiap karya yang dicalonkan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra.

42 25 Ada beberapa kriteria dalam memilih bahan pembelajaran apresiasi novel. Rusyana (1994: 324) menyebutkan dua kriteria, yaitu: kriteria sastra dan kriteria pendidikan, sedangkan Moody dalam Endraswara (2005: 27) menyebutkan tiga aspek penting yang tidak boleh dilupakan jika kita ingin memilih bahan pemebelajaran sastra, yaitu aspek bahasa, kematangan jiwa (psikologi) dan latar belakang budaya. Dari dua pendapat di atas, penulis menemukan lima hal yang menjadi kriteria pemilihan bahan pengajaran sastra, yaitu: kriteria sastra, bahasa, pendidikan, sosial budaya, dan psikologis. Kelima kriteria tersebut penulis paparkan dalam bahasan berikut ini. 1) Kriteria Sastra Novel yang akan diajarkan kepada siswa harus memiliki kadar dan bobot sastra. Kadar ini dapat terlihat dari kuat atau lemahnya pengaruh karya sastra terhadap siswa sebagai penikmatnya. Karya sastra adalah karya yang apabila dinikmati akan menambah pengetahuan dan pengalaman, serta menybabkan hati bergetar dan seluruh jiwa kita menjadi penuh kegembiraan dan kesegaran (Sumardjo, 1998: 16). Hal ini dapat terjadi pada diri siswa jika karya sastra (novel) yang dinikmatinya mengandung sifat estetis, ungkapan isi yang mengesankan, bahasa yang hidup, dan ekspresi yang mendalam. 2) Kriteria Bahasa Rahmanto (2005: 27) mengungkapkan aspek ketatabahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tetapi juga

43 26 faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang diinginkan pengarang. Dari sudut bahasa, karya sastra (novel) yang diajarkan kepada siswa hendaknya bertitik tolak dari penguasaan bahasa siswa. Dengan demikian, karena faktor bahasa, kemampuan siswa dalam memahami karya sastra akan lebih baik. Di samping itu, sastra pun memiliki wawasan kebahasaan yang memperhitungkan kosakata baru, kalimat, ungkapan, dan bagaimana pengarang mengungkapkan ideidenya lewat jalinan kata, cara bertutur, dan idiom yang digunakan serta aspek ketatabahasaannya. 3) Kriteria Pendidikan Sastra yang diajarkan di sekolah tidak boleh lepas dari konsep pendidikan. Dengan begitu, sastra dapat mengarah kepada pembentukan pribadi siswa yang memiliki kesiapan untuk berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa, yaitu menjadi manusia yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab dalam menyukseskan program pembangunan bangsa.sastra juga harus mampu mendukung ke arah terpenuhinya tiga ranah kemampuan siswa yaitu terbentuk dan terbinanya pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 4) Kriteria Sosial Budaya Karya sastra (novel) meliputi hampir seluruh faktor kehidupan manusia dan lingkungannya, seperti: geografi, sejarah, klimatologi, mitologi, legenda,

44 27 kepercayaan, pekerjaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral, etika, dan sebagainya (Endraswara, 2005: 31). Kenyataan ini menuntut pemikiran kita untuk memiliki pertimbangan yang matang, karya sastra yang mengandung faktor mana yang layak diajarkan kepada siswa. Karya sastra yang dipilih tentu saja yang berkultur budaya Indonesia dan memiliki kandungan nilai yang bermanfaat bagi siswa dalam kedudukannya sebagai manusia, juga sebagai manusia pelajar khususnya. 5) Kriteria Psikologi (Kematangan Jiwa) Moody dalam Endraswara (2005: 29) memberikan rambu-rambu pemilihan karya sastra berdasarkan tingkat kematangan jiwa anak didik. Menurutnya, karya sastra yang terpilih untuk diajarkan hendaknya sesuai dengan tahap psikologis pada umumnya dalam suatu kelas. Tentu saja, tidak semua siswa dalam satu kelas mempunyai tahapan psikologis yang sama, tetapi guru hendaknya menyajikan karya sastra yang setidak-tidaknya secara psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas itu. Berdasarkan pendapat di atas, penulis berkesimpulan bahwa novel yang akan dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra adalah novel-novel yang memiliki kriteria: 1) bertema kebenaran, kemanusiaan, keadilan, dan ketuhanan; 2) mendorong siswa untuk mengembangkan semangat hidup, patriotisme, dan cinta tanah air; 3) dapat memberikan kesenangan, hiburan, dan kesan pada diri siswa sehingga timbul kepuasan batin;

45 28 4) mudah ditafsirkan maknanya, ditandai dengan kemudahan bahasa yang digunakan, kematangan dan pengalaman jiwa yang dilukiskan sesuai dengan perkembangan siswa, dan latar belakang cerita yang diketahui siswa; 5) mengandung nilai-nilai didaktis/pendidikan; 6) novel yang dapat membentuk pribadi siswa seutuhnya. C. Hipotesis Penelitian Setelah membaca novel Sang Pemimpi secara intensif, peneliti dapat merumuskan hipotesis yang menjadi asumsi atau dugaan sementara dalam penelitian ini. Ada dua hipotesis penelitian ini, yakni: 1. novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata mengandung banyak nilai pendidikan karakter; 2. novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata relevan dengan kriteria bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP, baik kriteria sastra, bahasa, pendidikan, maupun kematangan jiwa siswa SMP sehingga layak digunakan sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMP.

46 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini, dibahas metode penelitian yang meliputi sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis. Di bawah ini uraian ketujuh hal tersebut. A. Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data penelitian diperoleh (Arikunto, 2010: 114). Sumber data penelitian ini adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka tahun Data penelitian ini berupa kalimat-kalimat atau kutipan-kutipan yang ada dalam novel tersebut. B. Objek Penelitian Objek adalah hal yang menjadi titik perhatian penelitian (Arikunto, 2010: 99). Objek penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan relevansi novel tersebut digunakan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP. C. Fokus Penelitian Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Penelitian ini difokuskan pada sikap atau perilaku tokoh-tokoh dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang mengandung nilai pendidikan karakter. Selain itu, fokus penelitian ini adalah menemukan relevansi novel tersebut dengan kriteria bahan 29

47 30 pembelajaran apresiasi sastra di SMP yang mencakup segi bahasa, pendidikan, budaya, dan kematangan jiwa. D. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 136). Menurut Sugiyono (2010: 305), dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Selain itu, instrumen kartu data juga dipakai untuk memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik baca dan teknik catat (Sudaryanto, 1993: ). Teknik ini melalui beberapa langkah di bawah ini: 1. membaca keseluruhan novel Sang Pemimpi secara intensif dan berulang; 2. menandai teks novel yang menunjukkan sikap atau perilaku tokoh yang mengandung nilai pendidikan dan teks yang sesuai dengan kriteria bahan pembelajaran dalam novel Sang Pemimpi; 3. mencatat data yang ditemukan ke dalam kartu data;

48 31 4. mengelompokkan data berdasarkan kategori yang telah ditentukan, yakni dari kategori nilai pendidikan dan kategori relevansi novel dengan kriteria pemilihan bahan pembelajaran apresiasi sastra. F. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data dengan metode analisis isi (content analysis), yakni suatu metode yang mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif dan sistematis (Holsti dalam Ibrahim, 2009: 97). Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila dilaksanakan oleh orang atau peneliti lain dapat menghasilkan kesimpulan yang serupa; sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut aturan yang diterapkan secara konsisten. Untuk kepentingan analisis data pada penelitian ini, metode analisis isi diadaptasikan ke dalam langkah-langkah: 1. mengidentifikasi indikator nilai-nilai pendidikan dalam data kalimat data yang sudah terkumpul dalam kartu data; 2. mengidentifikasi relevansi novel Sang Pemimpi dengan kriteri pemilihan bahan pembelajaran apresiasi sastra yang meliputi kriteria sastra, bahasa, pendidikan, sosial budaya, dan psikologi/kematangan jiwa; 3. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Sang Pemimpi; 4. mendeskripsikan relenvansi novel Sang Pemimpi sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP;

49 32 5. menyimpulkan hasil analisis; 6. menyusun laporan hasil penelitian. G. Teknik Penyajian Hasil Analisis Dalam penyajian analisis data, penulis menggunakan metode informal, yaitu penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: ). Hasil analisis isi yang berupa nilai-nilai pendidikan dan relevansi novel Sang Pemimpi digunakan sebagai bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP disajikan secara verbal, tidak menggunakan tanda atau simbol yang bersifat khusus.

50 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA Pada bab ini, disajikan data yang ditemukan dan pembahasannya. Data yang disajikan menyesuaikan dengan permasalahan penelitian sebagaimana dipaparkan pada bab terdahulu. Data-data tersebut kemudian dibahas dalam subbab tersendiri. A. Penyajian Data Data yang disajikan meliputi nilai pendidikan karakter dalam novel Sang Pemimpi dan relevansi novel Sang Pemimpi sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMP. Berikut ini dipaparkan kedua kelompok data tersebut. 1. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Tabel di bawah ini berisi data yang menunjukkan nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Agar efektif, sajian data diwakili dengan angka yang menunjukkan halaman novel yang mengandung data tersebut. Tabel 3 Sajian Data Nilai Pendidikan Novel Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata No. Unsur nilai pendidikan karakter Halaman dalam novel 1 Religius 47, 27, 83, 208, Jujur 9, Toleransi 95, 61 4 Disiplin 96, 10 33

51 34 No. Unsur nilai pendidikan karakter Halaman dalam novel 5 Kerja keras 238, , 68-69, Kreatif 71, 27 7 Mandiri 32 8 Demokratis 9 9 Rasa ingin tahu 245, Semangat kebangsaan Cinta tanah air 187, Menghargai prestasi Bersahabat , Cinta damai 191, Gemar membaca Peduli lingkungan Peduli sosial 25-26, 69, , Tanggung jawab 76, 80, 210, Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP Karya sastra, termasuk novel, dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran apabila memiliki relevansi dengan lima kriteria, yakni kriteria sastra, kriteria bahasa, kriteria pendidikan, kriteria sosial budaya, dan kriteria psikologi (kematangan jiwa). Tabel di bawah ini memuat data relevansi novel Sang

52 35 Pemimpi dengan kelima kriteria pemilihan bahan pembelajaran apresiasi sastra tersebut. Tabel 4 Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP No. Kriteria bahan ajar apresiasi sastra Relevansi novel Sang Pemimpi 1 Kriteria sastra Novel Sang Pemimpi tersusun dari unsurunsur yang saling berhubungan secara harmonis sehingga membentuk cerita yang utuh dan menarik 2 Kriteria bahasa Bahasa novel Sang Pemimpi mudah dipahami dengan struktur kalimat yang tidak terlalu panjang dan juga dilengkapi dengan bahasa asing (bahasa Inggris) dan bahasa daerah yang dapat memperkaya kosa kata siswa serta gaya bahasa yang menambah keindahan atau nilai estetis 3 Kriteria pendidikan Novel Sang Pemimpi mengandung nilainilai pendidikan karakter, khususnya nilai kerja keras dan religius, yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa 4 Kriteria sosial budaya Novel ini memiliki latar sosial dan budaya masyarakat Belitong yang berupa cara berpikir dan bersikap para tokohnya yang merefleksikan kebiasaan hidup, adat istiadat, budaya, tradisi, pandangan hidup, dan keyakinan masyarakat Belitong sehingga dapat menambah wawasan siswa terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan di luar daerahnya 5 Kriteria psikologi Novel Sang Pemimpi yang menghadirkan kisah-kisah yang realistis-imajiner sejalan dengan tahap perkembangan psikologi siswa SMP yang memasuki tahap realistik yang sudah terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas

53 36 B. Pembahasan Data Sesuai dengan data yang telah disajikan, pada subbab ini dibahas kedua kelompok data tersebut, yakni nilai-nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi dan relevansi novel Sang Pemimpi dengan kriteria bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMP. Di bawah ini diuraikan pembahasan kedua kelompok data tersebut. 1. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi Nilai pendidikan dalam novel Sang Pemimpi meliputi nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Di bawah ini dideskripsikan kedelapan belas nilai pendidikan tersebut. a. Religius Karakter religius merupakan sikap dan perilaku yang didasarkan pada ketakwaan kepada Tuhan dan ketaatan terhadap ajaran agama. Ketaatan penduduk Belitong dalam menjalankan ibadah wajib dan sunah tercermin dari perilaku tokoh. Sholat lima waktu dan mengaji merupakan sesuatu yang harus dibiasakan sejak kecil sebagai bentuk kepatuhan terhadap Tuhan. Jika tidak, orang tua atau guru mengaji akan menghukum mereka dengan hukuman yang sangat berat dan memalukan. Hal inilah yang diajarkan oleh Islam, khususnya golongan Muhammadiyah di pulau Belitong sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini.

54 37 Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji al-quran sampai khatam berkali-kali. Kalau tamat SD belum hafal Juz Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga ketika keluar berjalan zig-zag seperti ayam mabuk. Ketiga petinggi masjid itu lebih keras daripada orang tua kami sebab merekalah yang mengajari orang tua kami mengaji sekaligus menyunat mereka. Dalam budaya orang Melayu pedalaman, siapa yang mengajarimu mengaji dan menyunat perkakasmu, maka dialah pemilik kebijakan hidupmu. (Sang Pemimpi, 2008: 47). Kutipan cerita di atas menggambarkan bagaimana Ikal, Arai, dan anakanak melayu pedalaman yang masih memegang nilai agama (Islam) dengan selalu memperdalam ilmu agama (tholabul ilmi). Nilai ini seyogianya di pegang teguh oleh masyarakat muslim yang menjadi mayoritas di Indonesia agar menghasilkan muslim sejati yang tahu akan agamanya, bukan sekadar Islam KTP. Dengan meramaikan pengajian-pengajian dan majlis ilmu lainnya, khususnya pendidikan Islam di masjid-masjid desa bagi anak-anak kecil, Islam dapat tumbuh menjadi agama yang mendasari sikap hidup; bukan sekadar kepercayaan semata. Nilai religius juga tercermin dari sikap keagamaan yang dijalani tokohtokoh dalam novel Sang Pemimpi, yakni sikap mereka yang taat dalam menjalankan ibadah sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini. Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci al-quran di bawah temaram lampu minyak. Seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. Setiap lekukan tajwid yang dilantunkan hati muda itu adalah jerit kerinduan yang tak tertanggungkan kepada ayah-ibunya. (Sang Pemimpi, 2008: 27). Kutipan di atas menggambarkan tokoh Arai sebagai seorang muslim yang taat dan rajin beribadah. Dalam agama Islam, membaca al-quran merupakan ibadah yang agung dan dapat memberikan rasa tenang dan damai bagi pembacanya di samping memperoleh pahala.

55 38 Selain ketaatan kepada ajaran agama (ketakwaan), nilai religius dalam novel Sang Pemimpi juga ditunjukkan dari pandangan hidup yang sepenuhnya mempercayai kekuasaan Yang Maha Esa (keimanan). Kutipan di bawah ini menunjukkan bagaimana pandangan hidup pengarang yang lewat tokoh Aku sebagai Ikal sekaligus narator menyatakan bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh-nya sehingga seseorang harus pasrah terhadap segenap keadaan yang menimpanya. Jika kita ditimpa buah nangka, itu artinya memang nasib kita harus ditimpa buah nangka. Tak dapat, sedikit pun, dielakkan. Dulu, jauh sebelum kita lahir, Tuhan telah mencatat dalam buku-nya bahwa kita memang akan ditimpa buah nangka. Perkara kita harus menghindari berada di bawah buah nangka matang sebab tangkainya sudah rapuh adalah perkara lain (Sang Pemimpi, 2008: 83). Kutipan di atas menunjukkan adanya iman yang kuat seorang muslim terhadap takdir yang merupakan rukun iman yang keenam. Iman terhadap ketentuan Allah Swt. mendorong sikap tawakkal, yakni pasrah sepenuhnya terhadap ketentuan Allah Swt. Namun, kepasrahan yang dimaksud pengarang bukanlah kepasrahan yang pasif, melainkah kepasrahan yang disertai usaha. Hal ini ditunjukkan oleh kutipan berikut ini. Namun, sekarang aku memiliki filosofi baru bahwa berbuat yang terbaik pada titik di mana aku berdiri, itulah sesungguhnya sikap yang realistis. Maka sekarang aku adalah orang yang paling optimis. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik,maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak. Sebaliknya aku semakin terpatri dengan cita-cita agung kami: ingin sekolah ke Prancis, menginjakan kaki di altar almamater Sorbonne, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. (Sang Pemimpi, 2008: 208). Pernyataan Ikal di atas merupakan representasi dari pandangan hidup pengarang terkait dengan sikap tawakkal atau pasrah terhadap Allah Swt.

56 39 Pengarang menegaskan bahwa tawakkal yang sebenarnya adalah tawakkal yang disertai dengan usaha. Allah telah menganugerahkan manusia dengan berbagai macam potensi yang bisa dikembangkan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat sehingga manusia tidak boleh bersikap pasif menunggu takdir-nya. Justru, sikap menunggu dan pasrah tanpa usaha boleh jadi mengindikasikan bahwa manusia yang demikian ditakdirkan selalu terbelakang mengingat Allah telah menciptakan sunnatullah atau hukum alam yang relatif bersifat pasti, seperti orang yang ditakdirkan pintar kebanyakan juga ditakdirkan rajin belajar, dan lainnya. Oleh karena itu, sikap yang paling tepat sebagai bukti kepasrahan kepada ketentuan Yang Maha Pencipta adalah dengan melakukan sesuatu yang terbaik bagi dirinya dalam posisi apa pun. Sesuatu yang terbaik yang dimaksud adalah sesuatu yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya sebagaimana telah dianugerahkan oleh-nya kepada setiap individu. Sikap religius tokoh Ikal dan Arai dalam novel Sang Pemimpi melahirkan sikap optimis yang tinggi karena mereka mempercayai adanya kekuasaan Allah yang tanpa batas yang selalu mengabulkan doa manusia yang beriman dan beramal secara sungguh-sungguh untuk mencapai cita-citanya sebagaimana ditunjukkan kutipan berikut ini. Jika kuibaratkan semangat manusia sebuah kurva, sebuah grafik, maka sikap optimis akan membawa kurva itu terus menanjak. Sebaliknya aku semakin terpatri dengan cita-cita agung kami: ingin sekolah ke Prancis, menginjakan kaki di altar almamater Sorbonne, menjelajahi Eropa sampai ke Afrika. (Sang Pemimpi, 2008: 208). Kutipan cerita di atas menunjukkan sikap optimisme Ikal yang sangat tinggi dalam menggapai cita-citanya menginjakkan kaki di Sarbonne, Perancis,

57 40 untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya di sana. Optimisme itu bukan saja lahir dari keyakinan akan kemampuan diri, tetapi juga keyakinan akan kuasa Allah Swt., tempat memasrahkan segala sesuatu sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini. Kami ingin mengunjungi Pulau Jawa yang gemah ripah lohjinawi itu dan berspekulasi dengan nasib kami. Untuk sementara keinginan kuliah volumenya dikecilkan dulu. Dan tanpa keluarga serta sahabat yang dituju di Jawa kami memperkirakan uang tabungan kami hanya cukup untuk hidup selama enam bulan. Jika selama enam bulan itu kami tak mendapatkan pekerjaan, maka nasib kami serahkan pada Pencipta Nasib yang bersemayam di langit itu. (Sang Pemimpi, 2008: 216). Kutipan di atas menggambarkan tentang begitu besarnya semangat yang ada pada diri Ikal untuk melihat kehidupan luar, kehidupan yang ingin ia jalani, kehidupan yang penuh dengan tantangan dengan modal keyakinan dan optimisme dan keimanan kepada kuasa Allah Swt., ia ber-tawakkal dengan memasrahkan pekerjaan dan hidupnya kepada Pencipta Nasib setelah melakukan usaha atau ikhtiar. b. Jujur Jujur dapat diartikan dapat dipercaya. Nilai karakter jujur dalam novel Sang Pemimpi ditunjukkan oleh tokoh Pak Balia ketika tidak menerima anak Pak Mustar bersekolah di SMA Negeri Bukan Main walaupun Pak Mustar adalah pendiri SMA tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Tanpa saya SMA ini tak kan pernah berdiri!! Saya babat alas di sini Seharusnya Bapak bisa melihat tidak tidak diterimanya anak Bapak sebagai peluang untuk menunjukkan pada khalayak bahwa kita konsisten mengelola sekolah ini. NEM minimal 42, titik!! Tak bisa ditawartawar!! (Sang Pemimpi, 2008: 9).

58 41 Kutipan di atas menunjukkan karakter jujur yang diperlihat oleh Pak Balia yang secara konsisten dan tidak pandang bulu dalam menerapkan kebijakan sekolah. Nilai jujur juga dapat dipahami dari kutipan di bawah ini yang mengajarkan agar pemimpin hendaknya adalah sosok yang dapat dipercaya. LAIN KALI MENCALONKAN DIRINYA JADI BUPATI!! PASANG HURUF H BESAR DI DEPAN NAMANYA, MENGAKU DIRINYA HAJI???!! PADAHAL AKU TAHU KELAKUANNYA!! WAKTU JADI MAHASISWA, WESEL DARI IBUNYA DIPAKAINYA UNTUK MAIN JUDI BUNTUT!!! ITULAH KALAU KAU MAU TAHU TABIAT PEMIMPIN ZAMAN SEKARANG, BOI!! BARU MENCALONKAN DIRI SUDAH JADI PENIPU, BAGAIMANA KALAU BAJINGAN SEPERTI ITU JADI KETUA!!?? (Sang Pemimpi, 2008: 168). Pada kutipan di atas, pengarang menyampaikan nilai pendidikan moral melalui penggunakan gaya bahasa antifrasis, yaitu gaya bahasa sindiran yang mempergunakan kata-kata yang bermakna kebalikannya dan bernada ironis. Hal itu dapat dilihat dari kalimat bagaimana kalau bajingan itu jadi ketua!!?? Kalimat tersebut mempunyai arti menyindir seseorang yang mempunyai kelakuan tidak baik seandainya menyalonkan diri menjadi ketua, tidak bisa dibayangkan anak buahnya akan seperti apa. Kutipan di atas mengandung makna tersirat bahwa bupati yang menjadi gambaran pemimpin kelakuannya sudah tidak jujur dan menghalalkan segala cara hanya demi merebut kursi kepemimpinannya. Hal tersebut perlu diubah supaya moral manusia yang lain tidak ikut tercemar. c. Toleransi Toleransi (tasamuh) merupakan sikap menerima dan menghormati perbedaan. Nilai toleransi harus dimiliki oleh setiap manusia, khususnya bangsa

59 42 Indonesia, yang hidup dalam aneka warna budaya, agama, bahasa, adat, dan lainnya. Masyarakat di pulau Belitong merupakan masyarakat yang multietnis. Berbagai macam bangsa dan budaya terdapat di sana. Mereka memiliki peran dan fungsi masing-masing di masyarakat. Contohnya adalah suku bersarung. Cara berpakaian dan kebiasaan suku orang bersarung digambarkan dengan jelas oleh pengarang. Meskipun demikian, mereka tetap hidup rukun di tengah perbedaan sebagaimana ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini. Berbagai bangsa telah merapat ke Dermaga Magai: Arab, Afrika, Cina, India, Pakistan, bahkan orang-orang perahu dari Kamboja. Yang paling sering adalah orang-orang bersarung. Jika musim buah, mereka membawa kweni, pisang, dan manggis, menjualnya pada penampung di stanplat lalu pulang ke pulau-pulau kecil yang tersebar di Belitong Timur membawa minyak tanah dan beras. Mereka tinggal di perahu dan memakai sarung sampai menudungi kepala, sering dengan sengaja mereka menutupi wajah. Hanya itulah adatnya yang kukenal. (Sang Pemimpi, 2008: 95). Toleransi masyarakat Belitong juga ditunjukkan dengan saling menghargai dan menghormati orang lain yang berbeda agama dalam menjalankan ibadah. Mereka tidak memaksakan kepercayaannya agar dianut oleh orang lain. Sebaliknya, mereka yakin bahwa setiap agama memiliki tujuan yang mulia sehingga saling mendukung. Nilai toleransi dapat dipetik dari novel Sang Pemimpi melalui tokoh Pendeta Geovany yang mengasuh Jimbron tanpa memaksanya mengikuti keyakinannya sebagaimana diinformasikan kutipan di bawah ini. Jimbron adalah seorang yang membuat kami takjub dengan tiga macam keheranan. Pertama, kami heran karena kalau mengaji, ia selalu diantar seorang pendeta. Sebetulnya beliau adalah seorang pastor karena beliau seorang Katolik, tapi kami memanggilnya Pendeta Geovany. Rupanya

60 43 setelah sebatang kara seperti Arai ia menjadi anak asuh sang pendeta. Namun, pendeta berdarah Itali itu tak sedikit pun bermaksud mengonversi keyakinan Jimbron. Beliau malah tak pernah telat jika mengantarkan Jimbron mengaji ke masjid. (Sang Pemimpi, 2008: 61). Kutipan di atas menggambarkan toleransi Pendeta Geovany yang selalu mengantarkan Jimbron mengaji al-quran ke masjid. Pendeta Geovany menjadi pengasuh Jimbron setelah ayah dan ibu Jimbron meninggal. Meskipun mengasuh Jimbron sejak kecil, Pendeta Geovany tidak memaksa Jimbron untuk mengikuti agamanya, yakni agama nasrani. Jimbron dibebaskan untuk mengikuti ajaran Islam yang telah dipeluknya semasa diasuh orang tuanya. d. Disiplin Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. Ketegasan dalam menjalankan disiplin dan kepatuhan terhadap peraturan dicontohkan oleh Pak Mustar. Beliau memandang bahwa hidup ini tidaklah mudah dan perlu kedisiplinan serta keseriusan dalam menjalaninya. Pak Mustar akan menghukum siswanya yang melanggar peraturan. Hal ini dapat dipahami dari kutipan di bawah ini. Film tak pakai otak! Acting tak tahu malu!! Tak ada mutunya sama sekali. Lihatlah posternya itu! Aurat diumbar ke mana-mana. Film seperti itu akan merusak jiwamu. Pakai waktumu untuk belajar!! awas!! Sempat tertangkap kau nonton di situ, rasakan akibatnya!! (Sang Pemimpi, 2008: 96).

61 44 Selain itu, bentuk kedisiplinan yang Pak Mustar juga dapat dilihat pada kutipan di berikut ini. Senin pagi ini kuanggap hari yang sial. Setengah jam sebelum jam masuk, Pak Mustar mengunci pagar sekolah. Celakanya banyak siswa yang terlambat, termasuk aku, Jimbron dan Arai. Lebih celaka lagi beberapa siswa yang terlambat justru mengejek Pak Mustar. Dengan sengaja, mereka meniru-nirukan pidatonya. Pemimpin para siswa yang berkelakuan seperti monyet sirkus itu tak lain Arai!! Pak Mustar ngamuk. Ia meloncat dari podium dan mengajak dua orang penjaga sekolah mengejar kami. (Sang Pemimpi, 2008: 10). Kutipan cerita di atas menunjukkan rutinitas Pak Mustar yang selalu mengunci pagar sekolah setengah jam sebelum jam masuk sehingga siswa yang terlambat tidak bisa masuk. Rutinitas tersebut merupakan bentuk kedisiplinan Pak Mustar. e. Kerja Keras Kerja keras berarti mencurahkan tenaga dan pikiran dengan sungguhsungguh dalam melakukan kegiatan. Keinginan Ikal untuk menggapai mimpinya diimbangi dengan kerja keras yang luar biasa. Demi mewujudkan mimpinya untuk mengenyam pendidikan di sekolah, dia rela bekerja di sebuah kios fotokopi yang mengharuskan dirinya berdiri dari pagi hingga malam hari. Kami berdiri dari pagi sampai malam hari di depan mesin fotokopi yang panas. Sinarnya yang menyilaukan menusuk mata, membiaskan pengetahuan botani, fisiologi tumbuhan, statistika, dan matematika di muka kami. Lipatan aksara ilmu pada kertas-kertas yang telah mengiris jemari kami, menyayat hati kami yang bercita-cita besar ingin melanjutkan sekolah. Kami kelelahan ditumpuki buku-buku tebal dari mahasiswa baru tingkat persiapan sampai professor yang akan pensiun dalam euphoria akademika yang sedikit pun tak dapat kami sentuh. Pekerjaan fotokopi menimbulkan perasaan sakit nun jauh di dalam hati kami. (Sang Pemimpi, 2008: 238).

62 45 Tekad yang kuat untuk berubah dan memperbaiki semua kesalahan, keinginan untuk membahagiakan orang tua, dan sifat kerja keras tokoh Ikal juga tergambar pada saat ia berjanji untuk memperbaiki prestasi yang menurun di sekolah. Hal ini dapat dipahami dari kutipan di bawah ini. Paling tidak, karena tenaga dari optimisme, pada pembagian rapor terkahir saat tamat SMA Negeri Bukan Main, aku kembali mendudukkan ayahku di kursi nomor tiga. Arai melejit ke kursi nomor dua. Tidaklah terlalu buruk keadaan kami di antara seratus enam puluh siswa. Adapun Jimbron sedikit membaik prestasinya, dari kursi 128 menjadi kursi 47. Nurmala karatan di kursi nomor satu sejak kelas satu. Mendapati Arai cengengesan di sampingnya Nurmala memandang kaku lurus ke depan seperti orang tidur salah bantal. Sakit lehernya jika menoleh. (Sang Pemimpi, 2008: ). Beberapa deskripsi pribadi Ikal di atas menunjukkan bahwa tenaga optimisme dari Ikal menjadikannya sebagai seorang pekerja keras. Optimisme tanpa disertai dengan kerja keras adalah khayalan yang konyol. Optimisme Ikal adalah optimisme yang didasarkan pada iman dan amal atau kerja keras. Hal ini ditunjukkan oleh sikap Ikal yang pantang menyerah dalam memperjuangkan mimpi-mimpinya. Demi cita-citanya, Ikal rela membagi waktunya untuk berkerja bahkan sampai malam tanpa mengenal lelah. Ikal mampu membuat hidupnya seimbang antara pekerjaan dan belajar. Ikal termasuk orang yang mandiri. Ia tidak ingin menambah beban orang tuanya. Meskipun usianya masih sangat muda, Ikal berniat membantu keluarganya. Watak Ikal yang pekerja keras dapat ditunjukkan dengan bekerja di berbagai tempat, termasuk menjadi kuli ngambat di pelabuhan. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini.

63 46 Sebelum menjadi kuli ngambat, kami pernah memiliki pekerjaan lain yang juga memungkinkan untuk tetap sekolah, yaitu sebagai penyelam di padang golf. Tentu susah dipahami kalau kampung kami yang miskin sempat punya beberapa padang golf bahkan sampai 24 hole. Dan tentu aneh di padang golf ada pekerjaan menyelam. Orang-orang kaya baru dari PN Timah yang tak berbakat dan datang hanya untuk menegaskan statusnya tak pernah mampu melewatkan bola golf melampaui sebuah danau bekas galian kapal keruk di tengah padang golf itu. Penjaga padang golf akan membayar untuk setiap bola golf yang dapat diambil pada kedalaman hampir tujuh meter di dasar danau. Bola golf di dasar danau dengan mudah dapat ditemukan karena indah berkilauan, persoalannya, danau itu adalah tempat buaya-buaya sebesar tong berumah tangga. Lalu kami beralih menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah. Mantap sekali judul jabatan kami itu dan hebat sekali job description-nya: masuk kerja subuh-subuh dan menyiapkan ratusan gelas teh dan kopi untuk para abdi negara. Persoalannya, lebih sadis dari ancaman reptil cretaceous itu, yaitu berbulan-bulan tak digaji. Sekarang kami bahagia sebagai kuli ngambat. Karena pekerjaan ini kami menyewa sebuah los sempit di dermaga dan pulang ke rumah orang tua setiap dua minggu. (Sang Pemimpi, 2008: 68-69). Kutipan di atas menunjukkan betapa semangatnya Ikal bekerja demi meraih cita-citanya dan membantu keluarganya. Ia ingin hidup mandiri tanpa membebani orang tuanya. Watak Ikal yang pekerja keras juga dapat ditunjukkan saat Ikal merenungi nasibnya akan pekerjaan yang sebenarnya sangatlah berat. Akan tetapi, bayang-bayang tentang kuliah di Perancis menjadi kekuatannya untuk terus melanjutkan mengejar cita-cita. Ia tidak ingin bernasib sama dengan dua orang sahabatnya yang gagal dalam cita-citanya. Hal ini ditunjukkan oleh teknik pengarang dalam melukiskan watak Ikal melalui pikirannya. Aku sendiri, Jimbron, dan Arai yang kusaksikan membersihkan meja restoran, menjadi kernet, dan pedagang kweni tak lain adalah manifestasi dari sikapku yang realistis; karena usiaku telah menginjak delapan belas. Kini aku sadar, setelah menamatkan SMA nasibku akan sama saja dengan nasib kedua sahabatku waktu SMP: Lintang dan Mahar. Lintang yang cerdas malah tak sempat menyelesaikan SMP. Sungguh tak adil

64 47 dunia ini; seorang siswa garda depan sekaligus pelari gesit berambut ikal mayang akan berakhir sebagai tukang cuci piring di restoran mi rebus. (Sang Pemimpi, 2008: 143). Kutipan di atas jelas menunjukkan bahwa Ikal seorang pekerja keras. Ia tak pernah malu dalam melakukan semua pekerjaan yang dianggapnya baik. Perilaku Ikal yang memang tidak pernah putus asa menjadikannya seorang yang mampu melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Ia tidak mudah mengeluh dalam keadaan apapun. Meski dirasakannya berat, ia tetap bertanggung jawab dengan pekerjaannya. Karena cita-cita yang begitu tinggilah, ia bekerja keras. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Kami berdiri dari pagi sampai malam di depan mesin foro kopi yang panas. Sinarnya yang menyilaukan menusuk mata, membiaskan pengetahuan botani, fisiologi tumbuhan, genetika, statistika, dan matematika di muka kami. Lipatan aksara ilmu pada kertas-kertas yang tajam mengiris jemari kami, meyayat hati kami yang bercita-cita besar ingin melanjutkan sekolah. Kami kelelahan ditumpuki bukubuku tebal dari mahasiswa baru tingkat persiapan sampai profesor yang akan pensiun dalam euforia akademika yang sedikitpun tak dapat kami sentuh. Pekerjaan fotokopi menimbulkan perasaan sakit nun jauh di dalam hati kami. (Sang Pemimpi, 2008: 238). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Ikal sangat konsisten dalam pekerjaan. Meskipun semua pekerjaan yang pernah ia terima dirasakannya sulit bagi anak seusianya, tetapi tetap ia jalani dan syukuri. Dari watak Ikal di atas, tersimpan nilai yang mengajarkan agar manusia tidak mudah putus asa, bersemangat, yakin, dan berusaha sekuat tenaga demi menggapai cita-cita yang mulia. Setiap manusia pasti punya mimpi, dan kerja keras merupakan syarat utama agar impian menjadi kenyataan.

65 48 f. Kreatif Kreatif berarti memiliki daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan. Kreatif dan inspiratif merupakan ciri khas dari Pak Balia. Oleh karena itu, beliau menjadi guru favorit murid-murid di SMA Bukan Main. Beliau selalu ingin tampil sebaik mungkin di hadapan murid. Setiap kata yang dia ucapkan selalu penuh dengan makna sebagaimana dipahami dari kutipan di bawah ini. Kreatif! Merupakan daya tarik utama kelasnya. Ketika membicarakan syair-syair tentang laut, beliau memboyong kami ke kampung nelayan. Mengajari kamu menggubah deburan ombak menjadi prosa, membimbing kami merangkai bait puisi dari setiap elemen kehidupan para penangkap ikan. Indah menggetarkan. (Sang Pemimpi, 2008: 71). Sikap kreatif juga ditunjukkan oleh Arai. Hal ini dapat dipahami dari kutipan berikut ini. Dari dalam karung, ia mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh. Aku melirik benda itu dan aku semakin pedih membayangkan ia membuat mainan itu sendirian, memainkannya juga sendirian di tengahtengah ladang tebu. Aku tersedu sedan. (Sang Pemimpi, 2008: 27). Pada kutipan di atas, terlihat bahwa Arai merupakan tokoh yang kreatif. Walaupun ia tinggal sendirian di tengah hutan, tetapi ia bisa membuat mainan sendiri dan memainkannya sendirian. g. Mandiri Mandiri berarti keadaan dapat berdiri sendiri atau tidak bergantung pada orang lain. Potret anak yang mandiri serta serba bisa pada diri tokoh Arai ditunjukkan pada saat dirinya mengajarkan Ikal mencari akar banar dan akar purun yang akan mereka jual kepada kelontong sebagaimana diinformasikan kutipan berikut ini.

66 49 Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak mulai bekerja mencari uang. Arai-lah yang mengajariku mencari akar banar untuk di jual kepada penjual ikan. Akar ini digunakan penjual untuk menusuk insang agar mudah ditenteng pembeli. Dia juga yang mengajakku mengambil akar purun (perdu yang tumbuh di rawa-rawa) yang kami jual pada pedagang kelontong untuk mengikat terasi. (Sang Pemimpi, 2008: 32). Dalam novel Sang Pemimpi, dikisahkan bahwa Ikal, Arai dan Jimbron merupakan tokoh yang mandiri. Mereka tinggal di salah satu los di pasar kumuh dan mereka menjadi kuli ngambat untuk membantu keluarganya. Hal ini dapat dipahami dari kutipan di bawah ini. Aku hafal ini lingkungan ini karena sebenarnya aku, Arai dan Jimbron tinggal di salah satu los di pasar kumuh ini. Untuk menyokong keluarga, sudah dua tahun kami menjadi kuli ngambat tukang pikul ikan di dermaga. (Sang Pemimpi, 2008: 32). Kutipan di atas menggambarkan kehidupan remaja Melayu yang miskin dan berasal dari status sosial yang rendah. Mereka harus bekerja sejak remaja untuk membantu orang tua atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. h. Demokratis Sikap demokratis Pak Balia tunjukkan ketika tidak menerima anak Pak Mustar bersekolah di SMA Negeri Bukan Main walaupun Pak Mustar adalah pendiri SMA tersebut. Pak Balia menilai sama hak dan kewajiban semua orang sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini. Tanpa saya SMA ini tak kan pernah berdiri!! Saya babat alas di sini Seharusnya Bapak bisa melihat tidak tidak diterimanya anak Bapak sebagai peluang untuk menunjukkan pada khalayak bahwa kita konsisten mengelola sekolah ini. NEM minimal 42, titik!! Tak bisa ditawartawar!! (Sang Pemimpi, 2008: 9).

67 50 Pada kutipan di atas, tampak kedemokratisan Pak Balia sebagai kepala sekolah yang menyamaratakan hak orang yang ingin mendaftar di SMA Bukan Main. Pak Balia tidak segan-segan menolak anak Pak Mustar karena memiliki NEM di bawah 42 kendati Pak Mustar merupakan orang yang berjasa terhadap berdirinya SMA Bukan Main. i. Rasa Ingin Tahu Tokoh yang memiliki rasa ingin tahu besar adalah Arai. Ia selalu memiliki keinginan dan hasrat untuk mencoba hal-hal yang baru. Hal ini dapat dipahami dari kutipan berikut ini. Mengingat unik dan eksentriknya Arai, semua kemungkinan itu sangat bisa terjadi. Arai adalah orang yang selalu ingin tahu. Ingin mencoba halhal baru, dia pembosan dan anti kemapanan. (Sang Pemimpi, 2008: 245). Rasa ingin tahu Arai tampak ketika ia ingin belajar bermain gitar padahal ia belum pernah memegang gitar. Arai terus belajar bermian gitar dengan semangat dan tidak mudah putus asa. Bang Zaitun meminjami Arai gitar beserta sebuah karton besar yang digambarinya senar dengan petunjuk terperinci yang mana saja dan dengan jari apa Arai harus memencetnya agar mendapatkan kunci nada yang benar sebagaimana diinformasikan kutipan di bawah ini. Jari Arai melepuh karena tak bisa memencet senar gitar. Dua minggu pertama ia masih belum bisa memperdengarkan satu pun kunci nada dengan benar tapi tak sedikit pun surut semangatnya. (Sang Pemimpi, 2008: ). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Arai adalah remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Meskipun jari Arai melepuh karena tidak mahir dalam memetik senar gitar, ia terus berlatih demi memenuhi rasa ingin tahunya.

68 51 j. Semangat Kebangsaan Dalam novel Sang Pemimpi, terdapat sikap yang menunjukkan semangat kebangsaan walaupun kejadiannya tidak dialami secara langsung oleh para tokoh. Hal ini dapat dipahami berdasarkan kutipan berikut ini. Di televisi balai desa kami menyimak ulasan Ibu Toeti Adhitama tentang sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin yang baru saja menumbangkan komandan resimen utara Tentara Merah Rusia. Pemuda Mujahid itu Oruzgan Mourad Karzani, berasal dari lan Karzani dan putra pahlawan Zahid Jirga Karzani. Zahid adalah imam karismatik yang terpandang di bagian lain Afghanistan, Baloch. keluarga ini turuntemurun memimpin gerilyawan Baloch sejak Afghanistan melawan pendudukan Inggris dan sampai saat terbunuhnya komandan Rusia itu, sudah hampir sepuluh tahun mereka menggempur invasi Rusia. (Sang Pemimpi, 2008: 83). Kutipan di atas merupan cerita yang ditonton oleh masyarakat di televisi balai desa. Rasa semangat kebangsaan tercermin dalam acara tersebut yang menceritakan tentang sepak terjang seorang patriot muda Mujahiddin Afghanistan yang baru saja menumbangkan komandan resimen utara Tentara Merah Rusia. k. Cinta Tanah Air Wujud cinta tanah Air masyarakat Belitong dalam novel Sang Pemimpi adalah dengan menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah. Masyarakat Melayu senantiasa selalu menjaga dan melestarikan nilai budaya dalam bentuk kesenian. Sejak zaman dahulu, para penyair hebat telah lahir di tanah Melayu. Mereka sangat mahir berpantun dan bermusik. Kemahiran ini sering mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadi sebuah mata pencaharian. Ketika kasmaran, mereka tidak segan untuk memberikan bunga atau berpantun untuk menarik pujaan hatinya. Hal ini dapat diperhatikan pada kutipan berikut ini.

69 52 Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala. Cinta pada pandangan pertama. Dan sejak itu ia telah mengirimi kembang SMA kami itu beratus-ratus kali salam. Tak satu pun ditanggapi. Ia juga telah mengirimi puisi bahkan pantun yang memikat: Jangan samakan lada dan pala Berbeda rupa, tak padan rasa Rela Kanda menginjak bara Demi cinta Dinda Nurmala. (Sang Pemimpi, 2008: 187). Unsur-unsur dan nilai kebudayaan juga dapat dilestarikan dengan menggunakan benda atau barang kebudayaan daerah setempat. Hal tersebut juga diterapkan oleh masyarakat Melayu sebagaimana ditunjukkan kutipan berikut ini. Padi dalam peregasan sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah disimpan puluhan tahun. Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang turun-temurun beranak pinak disitu. (Sang Pemimpi, 2008: 36). Kutipan di atas terdapat kata peregasan yang artinya adalah peti papan besar tempat menyimpan padi. Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya pasti terdapat peregasan yang berfungsi untuk menyimpan beras. Bagi orang Melayu juga menganggap peregasan adalah sebuah metafora, budaya, dan perlambang yang mewakili periode gelap selama tiga setengah tahun Jepang menindas mereka. Ajaibnya sang waktu, masa lalu yang menyakitkan lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia romantik. l. Menghargai Prestasi Acara pembagian rapor merupakan peristiwa yang sangat penting bagi Pak Mustar ayah. Dia memiliki cara yang ampuh untuk membuat orang tua bangga bahkan kecewa kepada anaknya. Beliau memberi nomor semua kursi orang tua di aula berdasarkan hasil atau ranking yang dicapai oleh anaknya.

70 53 Metode ini memang keras, tetapi cukup efektif untuk menyadarkan murid yang hasil belajarnya mengecewakan. Di dalam aula itu, Pak Mustar mengurutkan dengan teliti seluruh ranking dari tiga kelas angkatan pertama SMA kami. Dari ranking pertama sampai terakhir 160. Orang tua murid dikumpulkan di aula dengan nomor kursi besar-besar, sesuai ranking anaknya. Nomor itu juga dicantumkan dalam undangan. Bukan Pak Mustar namanya kalau tidak keras seperti itu. Maka pembagian rapor adalah acara yang dapat membanggakan bagi sebagian orang tua sekaligus memalukan bagi sebagian lainnya. (Sang Pemimpi, 2008: 90-91). Hari pembagian rapor merupakan hari yang spesial bagi ayah Ikal. Karena begitu spesial, ayah menyempatkan untuk mengambil cuti selama dua hari. Di saat pembagian rapor, ayah Ikal akan datang dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan bersepeda puluhan kilometer untuk mengambil rapor anaknya tercinta. Hal ini tampak pada kutipan cerita di bawah ini. Usai salat subuh ayahku siap berangkat. Dengan setelan lengkapnya: ikat pinggang bermotif ular tanah, sepatu kulit buaya yang mengilap, dan kaus kaki sepak bola, serta baju safari jahitan istrinya tahun 1972, yang sekarang berbau harum seperti kue bugis, kesan seorang buruh kasar di instalasi pencucian timah menguap dari ayahandaku. Sekarang beliau adalah mantra cacar, syahbandar, atau paling tidak, tampak laksana juru tulis kantor desa. Ibuku menyampirkan karung timah berisi botol air minum dan handuk untuk menyeka keringat. Lalu beliau bersepeda ke Magai, ke SMA Negeri Bukan Main, 30 kilometer jauhnya, untuk mengambil rapor anak-anaknya. (Sang Pemimpi, 2008: 90-91). m. Bersahabat Sikap bersahabat berkenaan dengan kemanusiaan dalam mengembangkan kehidupan bersama, seperti kasih sayang, penghargaan, kerja sama, perlindungan, dan sifat-sifat yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan lainnya. Novel Sang Pemimpi banyak menunjukkan nilai persahabatan sebagaimana kutipan berikut ini.

71 54 Aku ingin membahagiakan Arai. Aku ingin berbuat sesuatu seperti yang ia lakukan pada Jimbron. Seperti yang ia selalu lakukan padaku. Aku sering melihat sepatuku yang menganga seperti buaya berjemur tahu-tahu sudah rekat kembali, Arai diam-diam memakunya. Aku juga selalu heran melihat kancing bajuku yang lepas tiba-tiba lengkap lagi, tanpa banyak cincong Arai menjahitnya. Jika terbangun malam-malam, Arai menyelimutiku. Belum terhitung kebaikannya waktu ia membelaku dalam perkara rambut belah tengah Toni Koeswoyo saat aku masih SD dulu. Bertahun lewat tapi aku tak kan lupa Rai, akan kubalas kebaikanmu yang tak terucapkan itu, jasamu yang tak kenal pamrih itu, ketulusanmu yang tak kasat mata itu. (Sang Pemimpi, 2008: ). Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Arai merupakan tokoh yang banyak selalu memperhatikan sahabatnya. Karena sikap bersahabat Arai, Ikal ingin membalas semua perbuatan Arai. Sikap bersahabat juga ditunjukkan oleh Ikal sebagaimana tercermin pada kutipan di bawah ini. Aku membantu membawa buku-bukunya dan kami meninggalkan gubuk berdinding lelak beratap daun itu dengan membiarkan pintu dan jendela-jendelanya terbuka karena dipastikan tak kan ada siapa-siapa untuk mengambil apapun. (Sang Pemimpi, 2008: 25). Kutipan di atas menunjukkan sikap bersahabat Ikal terhadap Arai pada saat ia menjemput sahabatnya itu di kampung halamannya. n. Cinta Damai Bang Zaitun merupakan tokoh yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. Walaupun senang pamer, Bang Zaitun terkenal sebagai orang yang ramah terhadap sesama. Beliau tidak akan membedabedakan penyambutan terhadap tamu yang sengaja berkunjung ke rumahnya. Mereka sangat terkesan dengan ramahnya sambutan dari Bang Zaitun sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini.

72 55 Namun lebih penting dari itu, di sore yang mengesankan ini, Bang Zaitun menyambut kami dengan sangat ramah. Di mana-mana, kelompok profesi yang paling ramah adalah musisi, yang paling bebal adalah politisi, dan yang paling menyebalkan adalah penerbit buku. (Sang Pemimpi, 2008: 191). Sifat cinta damai juga ditunjukkan oleh Ikal. Dalam kondisi tertentu, terkadang Ikal tidak bisa mengendalikan emosinya yang tiba-tiba meledak. Namun, lewat kearifannya dalam berpikir, hal ini bisa dia atasi. Peristiwa yang mencerminkan hal tersebut adalah pada saat Ikal merasa kesal dengan tingkah laku Jimbron yang selalu membicarakan tentang kuda. Ikal pun marah namun bisa mengendalikan situasi dengan menasihati Jimbron agar tidak selalu membicarakan tentang masalah kuda sebagaiman ditunjukkan kutipan di bawah ini. Aku menghampirinya. Melepaskan slang yang melingkari lehernya dan membimbingnya keluar. Tubuhnya masih bergetar. Sambil kueluselus punggungnya, kubimbing ia menuju kantin sekolah yang telah sepi. Jimbron tersedu sedan air mata. Dadaku sesak dibuatnya. Kupesankan teh manis kesenangannya dengan cangkir terbesar yang ada. Jimbron masih shock. Ia benar-benar terpukul. (Sang Pemimpi, 2008: 135). o. Gemar Membaca Membaca merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, khsususnya siswa. Bagi seorang muslim, bacaan yang terpenting dan tidak boleh dilewatkan adalah kitab suci al-quran. Perilaku Arai dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim yang gemar membaca al-quran. Hal itu terbukti bahwa setiap habis sholat maghrib dia selalu membacakan ayat-ayat suci al-quran dengan kesadarannya sendiri, tanpa diperintah siapapun. Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci al-quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. (Sang Pemimpi, 2008: 33).

73 56 Kutipan di atas menginformasikan bahwa tokoh Arai adalah remaja yang gemar membaca, dalam hal ini membaca kitab suci al-quran. Hal itu sudah menjadi rutinitas Arai sehabasi sholat maghrib. p. Peduli Lingkungan Kepedulian lingkungan tokoh Ikal dalam novel Sang Pemimpi tampak pada kepeduliannya terhadap kebersihan sekolah. Kutipan di bawah ini menunjukkan sikap peduli Ikal terhadap kondisi WC sekolah. WC ini sudah hampir setahun diabaikan karena keran air yang mampet. Tapi manusia-manusia cacing, para intelektual muda SMA Negeri Bukan Main yang tempurung otaknya telah pindah ke dengkul, nekat menggunakannya jika panggilan alam itu tak tertahankan. Dengan hanya berbekal segayung air saat memasuki tempat sakral itu, mereka menghinakan dirinya sendiri dihadapan agama Allah yang mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Dan kamilah yang menanggung semua kebejatan moral mereka. (Sang Pemimpi, 2008: 130). Kutipan di atas mempunyai kandungan nilai pendidikan moral karena secara jelas disampaikan penulis melalui gaya bahasa sarkasme, yaitu gaya bahasa sindiran yang paling kasar dalam pengungkapannnya. Hal itu dapat dilihat pada kalimat tempurung otaknya telah pindah ke dengkul. Arti dari kalimat tersebut adalah orang yang berbuaat seenaknya sendiri tanpa peduli aturan dan etika. Jelas, WC yang keran airnya mampet seharusnya tidak lagi digunakan oleh siswa. Apalagi yang menggunakannya adalah para intelek muda yang dasar pendidikannya ada. Mereka yang menggunakan tidak menghiraukan walaupun agama sudah mengajarkan kebersihan adalah sebagian dari iman. Mereka yang

74 57 melakukan justru tidak merasa bersalah, walaupun orang lain yang kena dampak dari ulah mereka. q. Peduli Sosial Peduli terhadap sesama atau lingkungan sosial bisa berwujud kasih sayang terhadap sesama dan sikap membantu/menolong orang lain dalam berbagai hal. Sikap Arai yang selalu melindungi Ikal dari hal-hal paling kecil merupakan bentuk kasih sayang terhadap sesama. Arai merupakan saudara sekaligus sahabat terbaik buat Ikal. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Aku dan Arai ditakdirkan seperti sebatang jarum di atas meja dan magnet di bawahnya. Sejak kecil kami melekat ke sana ke mari. Aku makin dekat dengannya karena jarak antara aku dan abang pangkuanku abangku langsung sangat jauh. Arai adalah saudara sekaligus sahabat terbaik buatku. Meskipun kami seusai, dia lebih abang daripada abang mana pun. Dia selalu melindungiku. Sikap itu tercermin dari hal-hal paling kecil. Sering ketika bangun tidur, aku menemukan kuaci, permen gula merah, dan mainan kecil dari tanah liat sudah ada di saku bajuku. Arai diam-diam membuatnya untukku. (Sang Pemimpi, 2008: 25-26). Dari kutipan di atas, dapat diambil nilai pendidikan dari sikap Arai yang melindungi seseorang yang ia sayangi. Rasa cinta dan kasih sayang itu ditunjukkan Arai dengan sikap selalu melindungi Ikal dan selalu memberi makanan dan mainan yang ia taruh di dalam saku baju Ikal setiap hari. Nilai kasih sayang terhadap sesama juga ditunjukkan oleh tokoh Jimbron yang selalu membantu Laksmi di pabrik cincau. Jimbron selalu menjadi relawan untuk Laksmi. Hal ini tampak pada kutipan berikut ini. Setiap minggu pagi, Jimbron menghambur ke pabrik cincau. Dengan senang hati, dia menjadi relawan membantu Laksmi. Tanpa diminta, dia mencuci kaleng-kaleng metega Palmboom, wadah cincau jika isinya telah kosong. Dia ikut pula menjemur daun-daun cincau.

75 58 Laksmi diam saja, dingin tanpa ekspresi. Di antara kaleng-kaleng Palmboom, mereka berdua tampak lucu. Jimbron yang gemuk gempal, sumringah, dan repot sekali, hanya setinggi bahu Laksmi yang kurus jangkung, berwajah lembut, dan tak peduli. Sering Jimbron datang ke pabrik membawakan Laksmi buah kweni dan pita-pita rambut. Jimbron ingin sekali, bagaimanapun caranya, meringankan beban Laksmi meskipun hanya sekadar membantunya mencuci baskom. (Sang Pemimpi, 2008: 69). Kutipan di atas menunjukkan sikap Jimbron yang penuh kasih sayang terhadap sesama. Kasih sayang Jimbron kepada Laksmi dilakukannya secara tulus demi membahagikan teman yang tengah kesusahan. Gemar membantu terhadap sesama merupakan salah satu kebiasaan dari orang Melayu. Pada saat membantu, terkadang mereka melupakannya tanpa sepengetahuan orang yang dibantunya. Hal ini tercermin dari peristiwa saat Jimbron memberikan kedua celengan kudanya yang dia isi sama banyak kepada Ikal dan Arai. Tentu saja hal ini membuat Ikal dan Arai menjadi terkejut dan terharu sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini. Ketika membereskan tas, Jimbron menghampiri aku dan Arai. Kud kuda Sumbawa ini untukmu, Ikal. Aku terkejut Jimbron menyerahkan tabungan kuda Sumbawanya untukku. Dan kuda sandel untukmu, Arai. Kami terpana dan tak sanggup menerimanya. Dari dulu tabungan itu memang kusiapkan untuk kalian.. Air muka Jimbron yang polos menjadi sembap. Ia tampak sangat terharu karena dapat berbuat sesuatu untuk membantu sahabatnya. (Sang Pemimpi, 2008: ). Kepedulian terhadap sesama juga ditunjukkan oleh sikap Arai yang memutuskan memecahkan celengannya yang ia ia kumpulkan dari hasil kuli ngambat bersama Ikal demi memberikan lapangan pekerjaan kepada Mak Cik, janda tua dengan satu anak yang sangat miskin.

76 59 Arai menyerahkan karung-karung kami pada Mak Cik. Beliau terkagetkaget. Lalu aku tertegun mendengar rencana Arai, dengan bahan itu dimintanya Mak Cik membuat kue dan kami yang akan menjualnya. Mulai sekarang Mak Cik mempunyai penghasilan! Seru Arai bersemangat. (Sang Pemimpi, 2008: 51). Arai tidak tega melihat Mak Cik yang hidup kesusahan yang pada akhirnya menggerakkan Arai untuk merasa peduli dengan membelikan bahanbahan untuk membuat kue supaya beliau bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga Mak Cik. Dengan kue tersebut, Mak Cik memperoleh lapangan pekerjaan yang menjadi satu-satunya ladang ekonomi keluarganya. r. Tanggung Jawab Tanggung jawab individu pada lingkungannya berhubungan dengan moral. Pada umumnya, orang yang tidak memiliki moral akan dikucilkan dari pergaulan lingkungannya. Tanggung jawab berhubungan dengan moral manusia dalam beriktikad baik terhadap orang lain. Tanggung jawab adalah menggunakan seluruh daya untuk perubahan positif. Tanggung jawab bukan hanya suatu kewajiban, melainkan juga sesuatu yang membantu seseorang mencapai tujuan. Orang yang bertanggung jawab mengetahui bagaimana berlaku adil. Bertanggung jawab adalah melakukan kewajiban dan menerima kebutuhan dengan sepenuh hati. Dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, terdapat beberapa nilai tanggung jawab yang meliputi tanggung jawab dalam menjalani hukuman, tanggung jawab dalam bekerja demi memenuhi kebutuhan pribadi, yakni demi meraih pendidikan yang layak, dan tanggung jawab seorang ayah terhadap anakanaknya.

77 60 Aku dan Arai sering dihukum Taikong Hamim. Karena napasku tak panjang kalau mengaji, pada suatu subuh yang dingin, aku disuruh menimba air dan mengisi tong sampai penuh. (Sang Pemimpi, 2008: 47). Kutipan cerita di atas menggambarkan rasa tanggung jawab Ikal dan Arai dalam menerima hukuman dari Taikong Hamim, guru ngaji mereka. Ikal dan Arai dihukum untuk menimba air dan mengisi tong sampai penuh karena mereka memiliki nafas yang pendek sehingga tidak dapat melafalkan al-quran sesuai dengan tajwid. Hukuman Taikong Hamim mereka sadari adalah hukuman yang mendidik dan sekaligus bermanfaat bagi mereka untuk memperpanjang kekuatan mereka dalam bernafas agar dapat membaca al-quran sesuai dengan waqaf (tempat berhenti dalam bacaan ayat al-quran) atau washal (hukum tajwid yang mengharuskan pembacanya melanjutkan bacaan dari ayat tertentu). Meskipun pagi-pagi dengan cuaca yang dingin, Ikal dan Arai tetap menjalankan hukuman itu dengan penuh rasa tanggung jawab. Nilai tanggung jawab juga ditunjukkan oleh anak-anak sekolah di Manggar. Demi melanjutkan sekolah, mereka rela bekerja sebelum dan sesudah sekolah. Mereka yang masih bersemangat sekolah, bekerja di warung mi rebus milik warga Tionghoa. Grup ini mencuci piring dan setiap malam pulang kerja harus menggerus tangan tujuh kali dengan tanah karena terkena minyak babi. Aku, Arai, dan Jimbron, memilih sebuah pekerjaan yang sangat bergengsi sebagai tukang pikul ikan di dermaga. Profesi yang sangat elite itu disebut kuli ngambat. Kami dengan sengaja memilih profesi itu karena memungkinkan ntuk dikerjakan sambil sekolah. (Sang Pemimpi, 2008: 56-57). Kutipan cerita di atas menggambarkan sosok anak-anak yang bertanggung jawab dengan pendidikan dan sekolahnya karena kesadaran bahwa orang tua mereka sudah tidak mampu membiayai mereka. Mereka merasa

78 61 memiliki tanggung jawab untuk bekerja keras membiayai kebutuhan mereka sendiri. Rasa tanggung jawab juga dimiliki prara orang tua terhadap anakanaknya. Demi mengambil rapor Ikal dan Arai, ayah Ikal selalu mengambil cuti bekerja selama dua hari dan melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda menuju SMA Negeri di Magai yang berjarah 30 km. Hal ini ditunjukkan oleh kutipan berikut ini. Buktinya, jika tiba pembagian rapor, Ayah mengambil cuti dari menyekop senotim di instalasi pencucian timah: wasrai. Hari pembagian raporku, dan rapor Arai, adalah hari besar bagi Ayah layaknya hari Maulid Nabi peringatan lahirnya Nabi Muhammad bagi umat Islam. (Sang Pemimpi, 2008: 76). Ayah pasti menuntun sepedanya waktu mendaki bukti Selumar, dan tetap menuntunnya ketika menuruni bukit itu sebab terlalu curam. Dia akan melakukan hal yang sama saat mendaki dan menuruni bukit Selinsing. Lelaki tua itu harus menaklukkan dua bukit demi mengambil raporku dan Arai. (Sang Pemimpi, 2008: 80). Kutipan di atas menunjukkan rasa tanggung jawab seorang ayah untuk anak-anaknya. Tanggung jawab sebagai ayah untuk mengambil rapor anakanaknya di SMA yang jaraknya sangat jau, dilakoninya demi anak-anak dan harus mengambil cuti kerja dua hari. Tanggung jawab terhadap kebahagiaan orang lain juga menjadi jaminan untuk menjalankan sikap kemanusiaan, supaya kebahagiaan orang lain terasa lengkap dengan sikap kita terhadapnya. Kutipan di bawah adalah wujud sikap tanggung jawab Bang Zaitun untuk memaksimalkan penampilan Arai dalam memikat hati Nirmala sang pujaan hatinya, karena penampilan Arai yang pertama kurang maksimal sehingga untuk memikat hati Nurmala bisa dikatakan gagal.

79 62 Bang Zaitun sangat komit pada penampilan Arai kali ini sebab ia merasa bertanggung jawab pada kegagalan Arai yang pertama. Maka Bang Zaitun meminjamkan setelan panggungnya yang sangat istimewa. (Sang Pemimpi, 2008: 210). Perilaku Arai dalam kesehariannya mencerminkan seorang muslim yang taat pada agamanya serta melaksanakan tanggung jawabnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu terbukti bahwa setiap habis sholat maghrib dia selalu membacakan ayat-ayat suci al-quran dengan kesadarannya sendiri, tanpa diperintah siapapun. Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci al-quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. (Sang Pemimpi, 2008: 33). Kutipan di atas menginformasikan bahwa Arai menjadikan waktu setelah sholat maghrib sebagai waktu membaca al-quran. Rutinitas ini menunjukkan tanggung jawabnya sebagai umat Islam yang diwarisi oleh Nabi berupa kitab suci al-quran untuk dibaca dan dipahami isinya. 2. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahan Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP Pada bahasan terdahulu, telah dikemukakan lima kriteria dalam menentukan bahan pengajaran apresiasi sastra di sekolah, termasuk di SMP. Pada bahasan berikut ini, penulis akan mendeskripsikan relevansi antara novel Sang Pemimpi dengan kriteria sastra, kriteria bahasa, kriteria pendidikan, kriteria sosial budaya, dan kriteria psikologi (kematangan jiwa).

80 63 a. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Sastra Novel Sang Pemimpi sarat dengan nilai-nilai kesastraan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur novel ini membentuk satu kesatuan yang utuh. Novel Sang Pemimpi menggunakan alur gabungan (alur maju dan mundur). Melalui pengaluran, penulis dapat mengetahui mengenai peristiwa yang dialami oleh para tokoh sekaligus mengetahui karakter atau penokohan dan latar yang digunakan oleh pengarang dalam novel. Pengarang telah berhasil menyusun alur dengan baik, segar, hidup, dan berkesinambungan. Sebagian besar latar tempat yang digunakan dalam novel Sang Pemimpi adalah Pulau Belitong. Pada latar waktu, sebagian besar didominasi oleh penunjuk waktu seperti pagi, siang, sore, dan malam untuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan oleh para tokohnya. Tokoh-tokoh cerita digambarkan beragam. Pelukisan watak tokoh cerita menggunakan cara yang beragam sehingga pembaca akan mengetahui dengan jelas sikap dan tindakan tokoh cerita. Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam novel Sang Pemimpi adalah sudut pandang campuran antara sudut pandang pesona pertama, yaitu aku sebagai tokoh utama dan sudut pandang persona ketiga, yaitu dia kepada tokoh lain. Dengan demikian, keterlibatan sikap, pikiran, dan perasaan pengarang mendominasi tokoh-tokoh utama. Dalam kalimat lain, tokoh utama merupakan cerminan dari pencerita atau pengarang yang mengalami sendiri dalam cerita. Bahasa yang dituturkan oleh pengarang dalam novel ini sudah baik. Bahasanya halus, mudah dimengerti, tidak berbelit-belit, dan cara

81 64 pengungkapannya sesuai dengan kebutuhan dan suasana. Pengarang menggunakan gaya bahasa dengan menyisipkan kata-kata atau istilah asing serta informasi untuk menambah wawasan. Untuk menambah efek keindahan pada bahasa, pengarang menggunakan majas, khususnya majas personifikasi, simile, dan hiperbola. Amanat pengarang dalam novel Sang Pemimpi berupa anjuran atau instruksi yang terselip dalam jalinan cerita. Pengarang menyampaikan pesan yang dapat dipetik para siswa. Pesan tersebut adalah tidak mudah menyerah, jangan mendahului nasib, tegar dalam menjalani hidup dalam keterbatasan, membantu tanpa pamrih, hormat terhadap orang tua, disiplin dan patuh terhadap aturan. Tema yang mendasari cerita novel Sang Pemimpi adalah persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan. Para siswa dapat mengetahui bagaimana perjuangan anak Melayu miskin untuk menggapai cita-citanya. Dengan demikian, siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengecap berbagai persitiwa sehingga akan hidup lebih dewasa, matang, mapan, dan kaya akan pengalaman hidup. b. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Bahasa Makna novel Sang Pemimpi mudah untuk ditafsirkan karena bahasa dan pilihan kata yang digunakan sesuai dengan penguasaan siswa SMP dan cara penuturannya pun tertata apik. Struktur kalimat yang disajikan pengarang pun tidak terlalu panjang sehingga mudah dimengerti oleh pembacanya. Novel ini

82 65 menyajikan beberapa kosakata baru yang dapat memperkaya penguasaan kata dan perbendaharaan kata siswa SMP. Pada novel ini, pengarang menggunakan kata-kata atau istilah asing dalam bahasa Inggris. Hal ini sebagaimana ditunjukkan kutipan di bawah ini. Aku gugup. Jantungku berayun-ayun seumpama punchbag yang dihantam beruntun seorang petinju. (Sang Pemimpi, 2008: 2). Selain kata-kata atau istilah asing, pengarang juga menggunakan katakata dari bahasa daerah pengarang. Hal ini sebagaimana terlihat pada kutipan berikut ini. Aku merasakan siksaan yang mengerikan ketika dua tubuh kuli ngambat dengan berat tak kurang dari 13 kilo menindihku. (Sang Pemimpi, 2008: 19). Dalam novel ini, pengarang juga menggunakan beberapa majas, di antaranya personifikasi, simile, dan hiperbola untuk menambah efek estetis atau keindahan. Penggunaan majas personifikasi dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. Setiap memandang anak-anak Sungai Manggar yang berkejaran menuju muara aku terus teringat dengan gambar Sungai Seine dari Pak Balia dulu. (Sang Pemimpi, 2008: 77). Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci al-quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering ranggas yang menusuk-nusuk malam. (Sang Pemimpi, 2008: 33) Dua kutipan menggunakan majas personifikasi untuk menambah efek estetis dan memeperjelas atau memperkuat latar. Personifikasi pada kutipan pertama membandingkan anak-anak Sungai Manggar dengan anak-anak kecil yang saling berkejaran. Pada kutipan kedua, personifikasi membandingkan

83 66 malam dengan aktivitas manusia, yakni menusuk-menusuk. Majas personifikasi pada kedua kutipan di atas berfungsi untuk memperjelas latar suasana. Selain personifikasi, gaya bahasa kias atau majas yang juga dominan dalam novel Sang Pemimpi adalah gaya bahasa simile. Di bawah ini disajikan contoh kutipan yang menunjukkan penggunaan gaya bahasa simile dalam novel tersebut. Arai menyeringai seperti jin kurang sajen. Habis sudah kesabarannya dan meledaklah serapah khasnya yang legendaris. (Sang Pemimpi, 2008: 19). Simile pada kutipan di atas menggunaan pembanding berupa makhluk halus, yakni jin kurang sajen. Pebandingnya adalah kata menyeringai yang dirangkai dengan kata pembanding seperti. Motif atau makna simile dielipskan, yakni marah besar. Penggunaan simile dalam kutipan di atas, selain untuk memperindah bahasa, juga untuk memperkuat karakter tokoh Arai. Adapun penggunaan gaya bahasa atau majas hiperbola dapat dilihat pada kutipan di bawah ini. Aku ingin menyelamatkan Jimbron walaupun benci setengah mati pada Arai. Aku dan Arai menopang Jimbron dan beruntung kami berada dalam labirin gang yang membingungkan. (Sang Pemimpi, 2008: 15). Berdasarkan kutipan di atas, dapat dijelaskan bahwa walaupun Ikal sangat benci kepada Arai tapi jiwa penolongnya kepada Jimbron masih tetap ada dalam dirinya, karena dia merasa walau bagaimanapun mereka adalah bersaudara. Kutipan di atas secara jelas menggunakan gaya bahasa hiperbola, yaitu gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, misalnya membesarbesarkan suatu hal dari yang sesungguhnya. Hal itu dapat dilihat dari ungkapan benci setengah mati yang mempunyai arti sangat membenci.

84 67 Selain itu, pengarang juga menyisipkan beberapa informasi penting berupa fakta yang terjadi dalam dunia realitas. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini. Kaum muda! Yang kita butuhkan adalah orang-orang yang mampu memimpikan sesuatu yang tak pernah diimpikan siapa pun! John F. Kennedy, Presiden Amerika paling masyhur! (Sang Pemimpi, 2008: 74). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam novel ini sudah baik. Pengarang menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk pembacanya dengan menyisipkan kata-kata atau istilah asing serta informasi untuk menambah wawasan. Untuk menambah efek keindahan pada bahasa, pengarang menggunakan gaya bahasa kias atau majas, khususnya majas personifikasi, simile, dan hiperbola. c. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Pendidikan Novel Sang Pemimpi, seperti pada bahasan sebelumnya, mengandung berbagai nilai pendidikan. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesusastraan manusia Indonesia. Novel ini dapat membantu siswa dalam mencapai berbagai aspek tujuan pendidikan sehingga dengan mengkaji kandungan nilai tersebut diharapkan para siswa memiliki kesiapan untuk berperan serta dalam proses pembangunan bangsa. Hal ini sesuai Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

85 68 Nasional pada Pasal 3 yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Persahabatan dan perjuangan dalam mengarungi kehidupan serta kepercayaan terhadap kekuatan sebuah mimpi atau pengharapan dibuktikan dari penceritaan perkalimatnya, penulis berusaha menggambarkan begitu besarnya kekuatan mimpi sehingga dapat membawa seseorang menerjang kerasnya kehidupan dan batas kemustahilan. Hal ini sebagaimana ditunjukkan kutipan berikut ini. Tanpa mimpi orang seperti kita akan mati. Mungkin setelah tamat SMA kita hanya akan mendulang timah atau menjadi kuli, tapi di sini Kal, di sekolah ini, kita tak akan pernah mendahului nasib kita!! Kita lakukan yang terbaik di sini!! Dan kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita akan menginjakkan kaki di altar suci almamater Sorbonne! Apapun yang terjadi!! (Sang Pemimpi, 2008: ). Pada prinsipnya, manusia tidak akan pernah bisa untuk lepas dari sebuah mimpi dan keinginan besar dalam hidupnya. Hal itu secara jelas digambarkan penulis dalam novel ini dengan maksud memberikan titik terang kepada manusia yang mempunyai mimpi besar namun terganjal oleh segala keterbatasan. Nilai-nilai keagamaan juga hadir tepat pada waktunya, pada saat suasana membutuhkan penyejuk jiwa. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini.

86 69 Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji al-quran sampai khatam berkali-kali. Dan jika sampai tamat SD belim hafal Juz Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga ketika keluar berjalan zig-zag seperti ayam keracunan kepiting batu. (Sang Pemimpi, 2008: 59). Setiap habis maghrib, Arai melantunkan ayat-ayat suci al-quran di bawah temaram lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. (Sang Pemimpi, 2008: 33). Nilai-nilai semacam ini dibutuhkan oleh para siswa, terlebih dalam kaitannya dengan peranan mereka sebagai penggali ilmu. Novel ini mengajarkan bahwa dalam keadaan bagaimanapun manusia haruslah tetap mendekatkan diri kepada Tuhannya. Dalam belajar pun, penggalian ilmu hendaknya didasari oleh aturan-aturan Tuhan, dengan niat yang tulus ikhlas, dan pelaksanaannya tetap berlandaskan pada pedoman agama. d. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Sosial Budaya Latar sosial dan budaya merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehiduan sosial masyarakat dan budaya di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara sosial dan budaya masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, kebudayaan dan lain-lain. Lewat karya sastra yang dibacanya, asalkan para guru dapat memilih bahan bacaan yang tepat, siswa dapat mengenal budaya daerah lain, selain budaya daerah mereka. Guru sastra hendaknya mengembangkan wawasannya untuk dapat menganalisis pemilihan materi sehingga dapat menyajikan pembelajaran sastra yang mencakup dunia yang lebih luas.

87 70 Latar sosial dan budaya yang terdapat dalam novel ini yaitu latar sosial dan budaya yang mencerminkan kehidupan masyarakat di Pulau Belitong. Hal ini tergambar dari cara berpikir dan bersikap para tokohnya yang merefleksikan kebiasaan hidup, adat istiadat, budaya, tradisi, pandangan hidup, dan keyakinan masyarakat Belitong. Berikut merupakan beberapa kutipan yang memperlihatkan latar sosial dari novel. Dan seperti kebanyakan anak-anak Melayu miskin di kampung kami yang rata-rata beranjak mulai bekerja mencari uang. Arailah yang mengajariku mencari akar banar untuk di jual kepada penjual ikan. Akar ini digunakan penjual untuk menusuk insang agar mudah ditenteng pembeli. Dia juga yang mengajakku mengambil akar purun (perdu yang tumbuh di rawa-rawa) yang kami jual pada pedagang kelontong untuk mengikat terasi. (Sang Pemimpi, 2008: 32). Pada kutipan di atas, pengarang menggambarkan kehidupan remaja Melayu yang miskin dan berasal dari status sosial yang rendah. Mereka harus bekerja sejak remaja untuk membantu orang tua atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat melayu ketika mulai beranjak dewasa kebanyakan mereka sudah berusaha bekerja mencari uang untuk membantu keluarganya dalam mencukupi kebutuhan hidup. Tidak heran jika banyak remaja yang memilih tidak melanjutkan sekolah, tetapi memilih bekerja. Budaya penduduk muslim Belitong dalam menjalankan ibadah wajib dan sunah tercermin dari perilaku tokoh. Sholat lima waktu dan mengaji merupakan sesuatu yang harus dibiasakan sejak kecil sebagai bentuk kepatuhan terhadap Tuhan. Jika tidak, orang tua atau guru mengaji akan menghukum mereka dengan

88 71 hukuman yang sangat berat dan memalukan. Hal inilah yang diajarkan oleh Islam, khususnya golongan Muhammadiyah di pulau Belitong. Setelah pulang sekolah, jangan harap kami bisa berkeliaran. Mengaji dan mengaji al-quran sampai khatam berkali-kali. Dan jika sampai tamat SD belim hafal Juz Amma, siap-siap saja dimasukkan ke dalam beduk dan beduknya dipukul keras-keras sehingga ketika keluar berjalan zig-zag seperti ayam keracunan kepiting batu. (Sang Pemimpi, 2008: 59). Selain itu, masyarakat Melayu senantiasa menjaga dan melestarikan nilai budaya dalam bentuk kesenian. Sejak zaman dahulu, para penyair hebat telah lahir di tanah Melayu. Mereka sangat mahir berpantun dan bermusik. Kemahiran ini sering mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari; bahkan, menjadi sebuah mata pencaharian. Ketika kasmaran, mereka tidak segan untuk memberikan bunga atau berpantun untuk menarik pujaan hatinya. Hal ini ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini. Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala. Cinta pada pandangan pertama. Dan sejak itu ia telah mengirimi kembang SMA kami itu beratus-ratus kali salam. Tak satu pun ditanggapi. Ia juga telah mengirimi puisi bahkan pantun yang memikat: Jangan samakan lada dan pala Berbeda rupa, tak padan rasa Rela Kanda menginjak bara Demi cinta Dinda Nurmala (Sang Pemimpi, 2008: 187). Kebudayaan juga dapat dilestarikan dengan menggunakan benda atau barang kebudayaan daerah setempat. Hal tersebut juga diterapkan oleh masyarakat Melayu sebagaimana dapat dilihat dari kutipan berikut ini. Padi dalam peregasan sebenarnya sudah tak bisa lagi dimakan karena sudah disimpan puluhan tahun. Saat ini peregasan tak lebih dari surga dunia bagi bermacam-macam kutu dan keluarga tikus berbulu kelabu yang turun-temurun beranak pinak disitu. (Sang Pemimpi, 2008: 36).

89 72 Kutipan di atas terdapat kata peregasan yang artinya adalah peti papan besar tempat menyimpan padi. Sebagian besar orang Melayu di setiap rumahnya pasti terdapat peregasan yang berfungsi untuk menyimpan beras. Orang Melayu juga menganggap peregasan adalah sebuah metafora, budaya, dan perlambang yang mewakili periode gelap selama tiga setengah tahun Jepang menindas mereka. Namun, masa lalu yang menyakitkan itu, seiring perjalananan waktu, lambat laun bisa menjelma menjadi nostalgia yang romantik. Selain itu, pada kutipan di atas juga terlihat kandungan nilai pendidikan budaya yang diungkapkan oleh pengarang melalui penggunakan gaya bahasa hiperbola. Hal itu terlihat pada kalimat keluarga tikus berbulu kelabu yang turun-temurun beranak pinak di situ. Kalimat tersebut mempunyai arti bahwa hewan tikus di daerah Belitong berkembang biak dengan pesat. e. Relevansi Novel Sang Pemimpi dengan Kriteria Psikologi Kriteria psikologi atau kematangan jiwa juga terpenuhi oleh novel Sang Pemimpi karena terdapat beberapa hal yang terkandung dalam novel ini, yang sejalan dengan perkembangan jiwa para siswa SMP. Penokohan, sifat, dan sikap tokoh cerita memiliki kesamaan dengan perilaku yang sering ditunjukkan siswa SMP. Usia anak SMP pada umumnya berkisar antara 13 sampai 16 tahun. Tahapan usia ini disebut tahap realistik. Pada tahap ini, anak-anak sudah benarbenar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti

90 73 dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. Hal ini seperti terlihat dalam kutipan di bawah ini. Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara: Sorbonne. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra, dan seni hingga mengubah peradaban. Pada saat itulah, aku, Arai dan Jimbron mengkristalisasikan harapan agung kami dalam satu statement yang sangat ambisius: cita-cita kami adalah kami ingin sekolah ke Prancis! (Sang Pemimpi, 2008: 73). Kutipan di atas menunjukkan bahwa novel Sang Pemimpi berisi hal yang realistis imajiner, dalam arti sudah menggunakan logika dan hukum sebab akibat yang sangat mungkin dapat terjadi di dunia nyata, bukan lagi dongeng yang penuh fantasi. Hal ini membuktikan bahwa novel Sang Pemimpi memenuhi kriteria psikologi atau kematangan jiwa siswa SMP sehingga layak dijadikan sebagai bahan ajar apresiasi novel di SMP.

91 BAB V PENUTUP Bab terakhir ini berisi simpulan dan saran. Pada subbab simpulan, disarikan poin-poin yang menjadi hasil penelitian. Pada subbab saran, disampaikan harapan peneliti sesuai dengan refleksi terhadap hasil penelitian ini. Di bawah ini dipaparkan kedua subbab tersebut. A. Simpulan Berdasarkan pembahasan data, dapat disarikan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan di bawah ini. 1. Novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai pendidikan berupa nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai pendidikan karakter tersebut tercermin dalam ucapan, tingkah laku, dan pemikiran tokoh-tokoh dalam novel Sang Pemimpi. 2. Novel Sang Pemimpi memiliki relevansi dengan kriteria bahan pembelajaran sastra di SMP, baik dari segi sastra, bahasa, sosial budaya, pendidikan, maupun psikologi. Dari segi sastra, novel Sang Pemimpi tersusun dari unsur-unsur yang saling berhubungan secara harmonis sehingga membentuk cerita yang utuh dan menarik. Dari segi bahasa, novel Sang Pemimpi mudah dipahami dengan struktur kalimat yang tidak terlalu panjang dan juga dilengkapi dengan bahasa asing (bahasa Inggris) dan bahasa daerah yang dapat memperkaya kosa kata siswa serta gaya bahasa yang menambah keindahan atau nilai estetis. Dari segi 74

92 75 pendidikan, novel Sang Pemimpi mengandung nilai-nilai pendidikan karakter, khususnya nilai kerja keras dan religius, yang bermanfaat bagi perkembangan kepribadian siswa. Dari segi sosial budaya, novel Sang Pemimpi memiliki latar sosial dan budaya masyarakat Belitong yang berupa cara berpikir dan bersikap para tokohnya yang merefleksikan kebiasaan hidup, adat istiadat, budaya, tradisi, pandangan hidup, dan keyakinan masyarakat Belitong sehingga dapat menambah wawasan siswa terhadap kehidupan sosial dan kebudayaan di luar daerahnya. Dari segi psikologi, novel Sang Pemimpi yang menghadirkan kisahkisah yang realistis-imajiner sejalan dengan tahap perkembangan psikologi siswa SMP yang memasuki tahap realistik yang sudah terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat pada realitas. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Dunia pendidikan dapat menjadi pijakan awal untuk memulai proses penanaman dan pengembangan nilai-nilai luhur budaya dan karakter tokoh remaja. Proses penanaman nilai-nilai luhur budaya dan karakter tokoh remaja itu tidaklah berarti bahwa nilai-nilai itu diajarkan dalam sebuah mata pelajaran tersendiri, tetapi diintegrasikan dalam proses pembelajaran serta diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Dengan demikian, bahan pembelajaran yang digunakan hendaklah aktual, variatif, dan inovatif sehingga dapat menggugah siswa untuk lebih menyukai pembelajaran sastra, khususnya novel.

93 76 2. Novel Sang Pemimpi yang sarat akan nilai pendidikan relevan dijadikan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra Indonesia bagi siswa SMP. Nilai-nilai yang ada dalam novel tersebut diharapkan dapat membangun siswa yang memiliki karakter atau akhlak mulia. Oleh karena itu, peneliti menyarakankan kepada guru bahasa Indonesia di SMP agar menggunakan novel tersebut sebagai bahan ajar. 3. Guru seyogianya selalu melakukan upaya pembaharuan dalam bahan pembelajaran/materi ajar sastra sesuai dengan kebutuhan siswa yang terus berkembang/berubah. Selain materi, inovasi dalam hal media dan metode juga harus selalu diujicobakan agar terbentuk pembelajaran sastra yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran sastra dapat tercapai secara maksimal.

94 DAFTAR PUSTAKA Belawati, Tian, dkk Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka. BSNP Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan SMA Petunjuk Teknis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Pendidikan Menengah. Endraswara, Suwardi Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Gafas, Badrut Taman Andrea Hirata: Pembawa Angin Baru dalam Dunia Sastra. Diakses dari /2005/10/Andrea-Hirata- Pembawa-Angin-Baru-dalam-Dunia-Sastra.html. pada tanggal 23 Desember Haryati, Mimin Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press. Hirata, Andrea Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Ibrahim, Abdul Syukur. (Ed.) Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ihsan, Fuad Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Kartikasari, Ratna Aspek Pendidikan Novel Sang Pelopor Karya Alang- Alang Timur dan Kemungkinan Pembelajaran di Kelas X SMA. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Kemendiknas Pedoman Sekolah Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas. Kemendiknas Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Maulana, Soni Farid Selepas Kata: Sepilihan Puisi, Bandung: Pustaka Latifah.

95 Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko Pengkajian Puisi. Cetakan kesebelas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pratikno, Riyono Kreatif Menulis Feature. Bandung: Alumni. Purwanto, Ngalim. M Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Karya. Rahmanto, B Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Rusyana, Yus Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Sauri, Sofyan Nilai. Diakses dari Direktori/ FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/ SOFYAN_ SAURI/makalah2/NILAI.pdf pada tanggal 18 Desember Septiawati Nilai Pendidikan Moral dalam Suluk Pesisiran Terjemahan Emha Ainun Nadjib. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo. Soekanto, Soerjono Pribadi dan Masyarakat (Suatu Tujuan dan Sosilogis). Bandung: Alumni. Sudaryanto Metode dan Teknik Analisis Bahasa; Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sufanti, Main Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. Sumardjo, Jakob Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Tilaar, HAR Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo. Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Wellek, Rene dan Austin Warren Teori Kesusastraan. (Terjemahan Melani Budianta). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

96 KARTU BlMBlNGAN SKRIPSI Nama Mahasiswa : Yulia Puspita Dewi NIM : Program Studi Judu1 Skripsi : Pendidikan Bahasa dan Saastra Indonesia : Ni1ai-ni1ai Edukatif Da1am Novel -Laskar Pelangi'-tarya Andrea Hirata dan Pembe1ajarannya Di SMA No Tangga1 Mated Konsultasi Hasil Konsultasi Paraf Konsultasi Pembimbing I 'S ~{Z- (/~ &'h' JZ-- ~ 5I~ 6?- 7-o!'L ~ ~ Z ~ ()D - g- 'C..c ~1'IT'/!I ~'0( A (7.- '--} '-" I C( 'ZeJf?- 114 I(iiJi] ~~ ~ Q;.2}-:J- '20 (.2 ~Jll;Z? ~'A r ~~ Pembimbing I Prof. Dr. H. Sukimo, M. Pd NIP

97 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI Nama Mahasiswa : Yulia Puspita Dewi NIM : Program Studi Judul Skripsi : Pendidikan Bahasa dan Saastra Indonesia : Nilai-nilai Edu1catifDalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dan Pembelajarannya Di SMA No Tanggal Materi Konsultasi Hasil Konsultasi Paraf Konsultasi Pembimbing h ~C-.<!:J-'tvl" ~ [of Tff ttl: ~ ~ q tq..~ I ~ to(~ ~ IV ~'h'./\ ~ 19 - G_ 'L-<, I> ~ -tt ~'>J ~-- ~ 'L? _tl- '/...t,i~ ~ lv_ ~'n\.-i?v {p w~ f1.a:.j I '> ~ ~ ~ >Z-,..,...".~ H ~ -3-~r> ~Jl..JZ- Il- 17- '> - 'Go (~ f~~\ Qunh' ~ I~ I(-'>-~IJ P~"'"'-'L-'<-y_/ {0_-I"-"'-( ~- ~ 1'?,-1-~~ ~ ----,--- /v Ii L4-1-~O -... ~ I<--.. Pembimbing I Prof. Dr. H. Sukimo, M. Pd NIP

98 KARTU BIMBINGAN SKRIPSI Nama Mahasiswa NIM Program Studi Judul Skripsi : Yulia Puspita Dewi : : Pendidikau Bahasa dau Sastra Indonesia : Nilai-nilai EdukatifDalam Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata dau Skenario Pembelajarannya Di SMA No Tanggal Materi Konsultasi Hasil Konsultasi Paraf Konsultasi Pembimbing 20~ i'2~'zo\ L f\-o ~;O '1.&i-.)~ D~fI) iji'"' ~ A,Z I{, ~!y ID ~ \ "'20 t') fn'kj6 tuvl \J 1 Ae-~ M 'ZI) -\ -'L013 ~;b L PL&' ~d:::> Ol~ k C 1;Jr v G '-L.-'Lol"a., ~oj\p l' / /.'1-- AE'/~ (0 - Z-<'-013 (3q;b ~ P~r td9"vlk~ tvv 2;'" \7,- BoV\-? JL./ke --- IIfiy- 2 -)-201') ~ot0 TTl t)~jo-er~bavkc I/jyr I~.c 3-2;)1~ B4!~ IT! A~~ IiilJ-... }J. ') -2-.DI1 f.;.({ik> tv.pcoe., k.4,/0~ 1!Jt. Iz..,-7-0 (7 ~ca!1o ly N-e.-~ I/y- /3-, -?vo/3 b&u~ V' 9ir-e.\b~kC IJrL I?'-) -,,2011; :B~r-V ' i,<\~ d I. v () ludvv\.. / J{4 V / /

99 LAMPIRAN 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Jenjang Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : VIII/2 Alokasi Waktu : 4 x 40 (dua kali pertemuan) Standar Kompetensi: Memahami novel remaja (asli atau terjemahan) Kompetensi Dasar: 1. Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel 2. Menjelaskan nilai-nilai pendidikan dalam novel Materi Pembelajaran: 1. Pengertian novel 2. Unsur-unsur intrinsik novel 3. Cara menjelaskan alur, pelaku, dan latar novel serta implementasinya 4. Menganalisis keterkaitan alur cerita, pelaku, dan latar novel 5. Nilai-nilai pendidikan dalam novel Indikator: 1. Kognitif a. Produk 1) Menjelaskan pengertian novel 2) Menjelaskan unsur-unsur intrinsik novel 3) Menjelaskan alur, pelaku, dan latar novel terjemahan 4) Mengidentifikasi keterkaitan alur, pelaku, dan latar novel

100 b. Proses 1) Menemukan unsur-unsur intrinsik novel 2) Menemukan alur, pelaku, dan latar dari novel yang dibaca dengan bukti yang meyakinkan 3) Menemukan keterkaitan alur cerita, pelaku, dan latar novel 2. Psikomotor 1) Menuliskan alur cerita, pelaku, dan latar novel 2) Berdiskusi kelompok dan memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan teman 3. Afektif a. Karakter 1) Kerja sama (Siswa mampu bekerja sama dalam kelompok) 2) Tanggung jawab (Siswa bertanggung jawab mengerjakan tugas yang diberikan) 3) Gemar membaca (Siswa gemar membaca novel) 4) Rasa ingin tahu (Siswa bertanya kepada guru jika menemukan hal-hal yang belum dimengerti) b. Keterampilan sosial 1) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar 2) Menyumbangkan ide 3) Menjadi pendengar yang baik 4) Membantu teman yang mengalami kesulitan 5) Menghargai pendapat orang lain

101 Model dan Metode Pembelajaran 1. Model pembelajaran: kooperatif 2. Metode pembelajaran: diskusi, penugasan, unjuk kerja, inkuiri Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran No. A Kegiatan Kegiatan Awal (20 menit) 1. Mengecek kesiapan siswa 2. Melakukan apersepsi dengan bertanya jawab mengenai novel yang pernah dibaca oleh siswa 3. Menyampaikan materi yang akan dibahas 4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Memberikan motivasi kepada siswa B. Kegiatan Inti (120 menit) Penggalan 1 1. Siswa membentuk kelompok yang terdiri 4 orang. 2. Guru memberikan contoh novel kepada masing-masing kelompok. 3. Siswa membaca novel yang diberikan guru. 4. Siswa dan guru bertanya jawab tentang novel yang dibaca. Siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik novel. 5. Guru memberikan penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik novel. 6. Guru memberi tugas kepada setiap kelompok untuk menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel yang dibaca.

102 C Penggalan 2 1. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya mengerjakan tugas- tugas yang diberikan guru. 2. Siswa dalam kelompoknya bekerja sama menemukan alur cerita, pelaku, dan latar pada novel. 3.. Siswa mencatat alur cerita, pelaku, dan latar novel serta keterkaitan novel yang mereka temukan. 4. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan tugas, masingmasing kelompok secara bergiliran 5. mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka, kelompok lain mendengarkan dan memberikan Kegiatan tanggapan Akhir (20 menit) 1. Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang baru saja disampaikan 2. Siswa menyampaikan kesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru berlangsung (refleksi) 3. Guru memberikan penguatan terhadap kesan yang disampaikan oleh siswa Bahan Pembelajaran Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, lembar kerja, dan power point materi ajar. Media Pembelajaran Papan tulis, laptop, dan LCD Penilaian 1. Lembar kerja 2. Lembar penilaian (LP): a. LP 1 = kognitif: produk b. LP 2 = kognitif: proses c. LP 3 = psikomotor

103 d. LP 4 = afektif: perilaku berkarakter e. LP 5 = afektif: keterampilan sosial 3. Jenis tagihan: Tugas individu : menggunakan LP3 Kelompok : menggunakan LP1, LP2 dan LP3, LP4, dan LP5 Ulangan : lembar kerja 4. Bentuk instrumen: a. Uraian bebas b. Lembar pengamatan LP 1 = Kognitif: Produk 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan novel? Jelaskan unsur-unsur intrinsik novel? Sebutkan cara menjelaskan unsur intrinsik novel yang berkenaan dengan alur cerita, pelaku, dan latar novel! Kunci LP 1: produk 1. Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya.

104 2. Unsur-unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut. a. Tema merupakan hal yang dibicarakan dalam cerita (isi cerita) atau topik cerita. b. Amanat merupakan pesan atau pelajaran yang dapat diambil dari cerita, baik melalui tema, kisah, maupun watak pelakunya.dengan gagasan utama cerita. c. Penokohan adalah watak atau karakter pelaku, misal baik, buruk, santun, periang, protagonis, antagonis, dan sebagainya. d. Alur (plot) adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita dari awal sampai akhir. e. Latar (setting) adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita f. Sudut pandang (point of view) adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. g. Gaya bahasa merupakan pemilihan kata atau diksi dalam karya sastra, biasanya dicirikan dengan penggunaan majas-majas, dan sebagainya. 3. Cara-cara menjelaskan unsur intrinsik novel yang berkenaan dengan alur cerita, pelaku, dan latar novel adalah sebagai berikut. a. Membaca novel dengan cermat dan teliti. b. Memahami inti cerita yang dapat ditangkap secara utuh dan menyeluruh. c. Memerhatikan serta menganalisis unsur-unsur intrinsik secara cermat. LP 2 = Kognitif: Proses Bacalah petikan novel berikut dengan cermat! Sore yang indah. Perkebunan kelapa sawit di kaki gunung sebelah timur kampung kami seperti garis panjang yang membelah matahari. Bagian bawahnya menyingsingkan fajar di negeri-negeri orang berkulit pucat dan sisa setengah di atasnya menyemburkan lazuardi merah menyala-nyala. Pada momen yang spektakuluer itu aku tengah membicarakan persoalan yang sangat serius dengan Arai melalui telepon. Kami membahas kerusakan lingkungan karena ulah PN Timah dan jumlah ganti rugi yang akan kami tuntut karena tanah ulayat kami rusak berantakan.

105 Tiga miliar untuk air minum yang tercemar phyrite, empat miliar untuk risiko kontaminasi radio aktif, tujuh miliar kompensasi beban psikologis karena kesenjangan sosial, dan dua miliar untuk hancurnya habitat pelanduk, usul Arai berapi-api. Aku duduk santai di atas talang mendengarkan usulannya melalui pesawat telepon kaleng susu Bendera yang dihubungkan dengan kawat nyamuk. Arai meneleponku dengan kaleng Botan, posisinya di kandang ayam. Saat itulah seorang wanita gemuk berjilbab yang matanya bengkak memasuki pekarangan. Wanita malang setengah baya itu Mak Cik Maryamah, dating beserta putrinya dan seperti ibunya, mata mereka bengkak, semuanya habis menangis. Aku dan Arai berlari menuju Mak Cik tapi ibuku lebih dulu menghampiri mereka. Kakak, Mak Cik Memelas. Kalau masih ada beras, tolonglah pinjami kami. Air mata Mak Cik meleleh. Kesusahan seakan tercetak dikeningnya. Lahir untuk susah, demikian stempelnya. Putrinya yang terkecil tertidur pulas dalam dekapannya. Yang tertua, Nurmi yang kurus tinggi kurang gizi itu, baru kelas dua SMP, sama denganku dan Arai, tampak tertekan batinnya. Ia memeluk erat sebuah koper hitam lusuh berisi biola. Dia seorang pemain biola berbakat. Ingin menjadi musisi, itulah impian terbesarnya. Bakat dan biola itu diwarisinya dari kakeknya, ketua gambus kampung kami. Sudah tiga kali Minggu ini Mak Cik Maryamah datang meminjam beras. Keluarga kami memang miskin tapi Mak Cik lebih tak beruntung. Ia tak berdaya karena tak lagi dipedulikan suaminya, antara lain karena ia hanya bisa melahirkan anak-anak perempuan itu. Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Ia memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali ke pekarangan, memberikan karung beras itu kepada ibuku kemudian melungsurkannya kepada Mak Cik. (Sumber: Sang Pemimpi, Andrea Hirata)

106 Kerjakanlah tugas-tugas berikut ini! 1. Jelaskanlah jenis alur yang digunakan dalam kutipan novel remaja di atas! Tunjukkan dengan menyertakan data yang tepat! Sebutkan pelaku yang terdapat dalam novel di atas dengan penjelasan masingmasing karakternya! Jelaskan latar cerita dari petikan novel di atas yang meliputi latar tempat, waktu, dan suasana! Sebutkan nilai karakter yang ditunjukkan oleh peristiwa cerita di atas! LP 3 = Psikomotor Prosedur: 1. Siswa secara kelompok diberi sebuah novel 2. Siswa ditugasi untuk membacanya, selanjutnya mengerjakan tugas yang berupa kegiatan: (1) menuliskan alur cerita, pelaku, dan latar novel, (2) berdiskusi dalam kelompok dan memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan teman 3. Setiap kelompok akan melaporkan hasil diskusinya di depan kelompok lain 4. Penentuan kinerja siswa mengacu format asesmen kinerja di bawah ini 5. Berikan format ini kepada siswa sebelum asesmen dilakukan 6. Siswa diizinkan mengakses kinerja mereka dengan menggunakan format ini

107 FORMAT ASESMEN KINERJA PSIKOMOTOR No. Rincian Tugas Kinerja 1 Menuliskan alur cerita, pelaku, dan latar novel Skor maksimum 20 Oleh Siswa Skor Asesmen Oleh Guru 2 Berdiskusi kelompok dan 30 memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan teman. Total 50 Hari : Tanggal: Siswa, Guru, (..) (..) LP 4 = Afektif: Perilaku Berkarakter Berikan penilaian atas setiap perilaku berkarakter siswa menggunakan skala berikut: A = sangat baik B = memuaskan C = menunjukkan kemajuan D = memerlukan perbaikan

108 FORMAT PENGAMATAN PERILAKU BERKARAKTER Rincian Tugas No. Kinerja (RTK) 1 Kerja sama A B C D 2 Bertanggung jawab 3 Gemar membaca 4 Rasa ingin tahu Hari, Guru/Pengamat, Tanggal: ( ) LP 5 = Afektif: Keterampilan Sosial PETUNJUK Berikan penilaian atas setiap keterampilan sosial siswa menggunakan skala berikut: A = sangat baik B = memuaskan C = menunjukkan kemajuan D = memerlukan perbaikan

109 FORMAT PENGAMATAN KETERAMPILAN SOSIAL Rincian Tugas No. Kinerja (RTK) Bertanya dengan bahasa yang 1 baik dan benar 2 Menyumbang ide A B C D 3 Menjadi pendengar yang baik 4 Membantu teman yang mengalami kesulitan 5 Menghargai pendapat orang lain Hari, Tanggal: Guru/Pengamat, ( )

110 LAMPIRAN 2 SINOPSIS NOVEL SANG PEMIMPI Novel Sang Pemimpi adalah novel kedua dari tetralogi Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka, pertama kali, pada bulan Juli tahun Dalam novel ini, Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi anak-anak Melayu kampung, yakni Ikal, Arai, dan Jimbron. Sang Pemimpi adalah sebuah kisah kehidupan yang memesona, yang membuat pembacanya percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan. Bahkan, lebih dari itu, juga percaya kepada kekuasaan Tuhan. Andrea berkelana menerobos sudut-sudut pemikiran yang membawa pembaca menemukan pandangan yang berbeda tentang nasib, tantangan intelektualitas, dan kegembiraan yang meluap-luap, sekaligus kesedihan yang mengharu-biru selayaknya kenakalan remaja biasa. Namun, tanpa disadari, kisah dan karakter-karakter dalam buku ini lambat laun menguasai. Potret-potret kecil yang menawan akan menghentakkan pembaca pada rasa humor yang halus, tetapi memiliki efek filosofis yang meresonansi. Arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah beberapa tokoh utama buku ini, yakni tiga orang pemimpi: Ikal, Arai, dan Jimbron. Setelah tamat SMP, mereka melanjutkan ke SMA Bukan Main. Di sinilah perjuangan dan mimpi ketiga pemberani ini dimulai. Arai dan Ikal begitu pintar dalam sekolahnya yang selalu menjadi lima dan tiga besar, sedangkan Jimbron, si penggemar kuda ini, biasa-biasa saja. Malah menduduki rangking 78 dari 160 siswa. Bagi mereka, orang susah tidak akan berguna tanpa mimpi-mimpi. Mereka mempunyai mimpi yang tinggi, yaitu melanjutkan belajar ke Sarbonne, Perancis. Mereka terpukau dengan cerita Pak Balia, guru seninya, yang selalu meyebut-nyebut indahnya kota itu. Kerja keras menjadi kuli ngambat mulai pukul dua pagi sampai jam tujuh dan dilanjutkan dengan sekolah.

111 Selesai SMA, Arai dan Ikal merantau ke Jawa; Bogor tepatnya, sedangkan Jimbron lebih memilih untuk menjadi pekerja ternak kuda di Belitong. Jimbron menghadiahkan kedua celengan kudanya yang berisi tabungan hasil kerja kerasnya selama ini kepada Ikal dan Arai. Dia yakin, uang itu sangat berharga bagi kedua sahabatnya untuk hidup di perantauan. Berbulan-bulan Arai dan Ikal terkatung-katung di Bogor sebelum akhirnya, setelah banyak pekerjaan tidak bersahabat ditempuh, Ikal diterima menjadi tukang sortir (tukang Pos), dan Arai memutuskan untuk merantau ke Kalimantan. Tahun berikutnya, Ikal memutuskan untuk kuliah di Ekonomi UI. Setelah lulus, ada lowongan untuk mendapatkan biasiswa S2 ke Eropa. Beribu-ribu pesaing berhasil ia singkirkan dan akhirnya sampailah pada pertandingan untuk memperebutkan 15 besar. Saat wawancara tiba, tidak disangka, profesor pengujinya begitu terpukau dengan proposal riset yang diajukan Ikal. Meskipun hanya berlatar belakang sarjana Ekonomi yang masih bekerja sebagai tukang sortir, tulisannya begitu hebat. Arai pun ikut dalam wawancara itu. Bertahun-tahun tanpa kabar berita, akhirnya mereka berdua dipertemukan dalam suatu forum yang begitu indah dan terhormat. Begitulah Arai, selalu penuh dengan kejutan. Semua ini sudah direncanakannya bertahun-tahun. Ternyata dia kuliah di Universitas Mulawarman dan mengambil jurusan Biologi. Tidak kalah dengan Ikal, proposal risetnya juga begitu luar biasa dan berbakat untuk menghasilkan teori baru. Akhirnya sampai juga mereka pulang kampung ke Belitong. Ketika ada surat datang, mereka berdebar-debar membuka isinya, yakni pengumuman penerima Beasiswa ke Eropa. Surat itu merupakan jawaban dari mimpi-mimpi mereka. Kedua sang pemimpi ini diterima di Universitas yang sama. Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya. Di sinilah perjuangan dari mimpi itu dimulai, dan siap melahirkan anak-anak mimpi berikutnya.

112 LAMPIRAN 3 BIOGRAFI NOVELIS Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Pulau Belitung tahun Andrea Hirata merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di Pulau Belitung. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. Ia mengaku lebih banyak mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan keprihatinan. Nama Andrea Hirata sebenarnya bukanlah nama pemberian dari kedua orang tuanya. Sejak lahir, ia diberi nama Aqil Barraq Badruddin. Merasa tak cocok dengan nama tersebut, Andrea pun menggantinya dengan Wadhud. Akan tetapi, ia masih merasa terbebani dengan nama itu. Alhasil, ia kembali mengganti namanya dengan Andrea Hirata Seman Said Harun sejak ia remaja. Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya, ungkap Andrea. Adapun Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli Belitong ini mulai menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak-anak kampung lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan

113 hampir rubuh. Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan. Namun, karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat-sahabatnya yang dijuluki dengan sebutan Laskar Pelangi. Di SD Muhamadiyah pula, Andrea bertemu dengan seorang guru yang hingga kini sangat dihormatinya, yakni NA (Nyi Ayu) Muslimah. Saya menulis buku Laskar Pelangi untuk Bu Muslimah, ujar Andrea. Kegigihan Bu Muslimah untuk mengajar siswa yang hanya berjumlah tak lebih dari 11 orang itu ternyata sangat berarti besar bagi kehidupan Andrea. Perubahan dalam kehidupan Andrea, diakuinya tak lain karena motivasi dan hasil didikan Bu Muslimah. Sebenarnya, di Pulau Belitong ada sekolah lain yang dikelola oleh PN Timah. Namun, Andrea tak berhak untuk bersekolah di sekolah tersebut karena status ayahnya yang masih menyandang pegawai rendahan. Novel yang saya tulis merupakan memoar tentang masa kecil saya, yang membentuk saya hingga menjadi seperti sekarang, tutur Andrea yang memberikan royalti novelnya kepada perpustakaan sebuah sekolah miskin ini. Tentang sosok Muslimah, Andrea menganggapnya sebagai seorang yang sangat menginspirasi hidupnya. Perjuangan kami untuk mempertahankan sekolah yang hampir rubuh sangat berkesan dalam perjalanan hidup saya, ujar Andrea.

NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP NILAI PENDIDIKAN NOVEL SANG PEMIMPI DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP Oleh: Riska Anggraeni, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, rizka_rasta@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penelitian ini melibatkan beberapa konsep, antara lain sebagai berikut: 2.1.1 Gambaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:435), gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH RAHMAWATI NIM. 080320717216 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan

BAB II LANDASAN TEORI. Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan BAB II LANDASAN TEORI A. Apresiasi Novel 1. Pengertian Apresiasi Novel Apresiasi berasal dari bahasa latin apreciatio yang berarti mengindahkan atau menghargai (Aminuddin, 1995: 34). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi 58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan bagian bentuk seni yang kehadirannya untuk diapresiasi. Artinya, kehadiran karya sastra untuk dimanfaatkan, dinikmati, dihargai, dan dikaji. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER NOVEL 9 dari NADIRA KARYA LEILA S. CHUDORI SKRIPSI Oleh: LINA SUPRAPTO K1209039 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA NILAI INDIKATOR 7 9 10-12 Religius: Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN SRI SUMARAH DAN BAWUK KARYA UMAR KAYAM (Kajian Intertekstualitas dan Nilai Edukatif)

PERBANDINGAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN SRI SUMARAH DAN BAWUK KARYA UMAR KAYAM (Kajian Intertekstualitas dan Nilai Edukatif) PERBANDINGAN TOKOH WANITA DALAM CERPEN SRI SUMARAH DAN BAWUK KARYA UMAR KAYAM (Kajian Intertekstualitas dan Nilai Edukatif) Skripsi Oleh: EKA TRIANINGSIH K1203028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya di masyarakat yang penuh dengan berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)

NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: UMI LAELY LUTFIANA K1209069 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat

Lebih terperinci

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMAN 2 SUKOHARJO

NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMAN 2 SUKOHARJO NILAI-NILAI EDUKATIF DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur

III. METODE PENELITIAN. penelitian ini tidak dapat diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis deskripsi kualitatif dengan tujuan pengkajian dan pendeskripsian permasalahan yang diteliti. Metode ini digunakan karena

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM

KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI. Oleh. Yunita Trisnaningtyas NIM KAJIAN PSIKOLOGI WANITA TERHADAP NOVEL SOLD KARYA PATRICIA McCORMICK SKRIPSI Oleh Yunita Trisnaningtyas NIM 070110201032 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2011 KAJIAN PSIKOLOGI

Lebih terperinci

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANALISIS TOKOH DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR APRESIASI SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa. Dari zaman ke zaman sudah banyak orang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 2 SD TERBITAN TIGA SERANGKAI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing memiliki keunikan sendiri-sendiri, demikian pula dibidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TUTURAN TOKOH-TOKOH PADA NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TUTURAN TOKOH-TOKOH PADA NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TUTURAN TOKOH-TOKOH PADA NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN SKRIPSI Oleh: Jefri Andhika W NIM 09340053 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil imajinasi atau ungkapan jiwa sastrawan, baik tentang kehidupan, peristiwa, maupun pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

NILAI EDUKATIF NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGINKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

NILAI EDUKATIF NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGINKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA NILAI EDUKATIF NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGINKARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Gita Ayu Andriana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia andriana@gmail.com AbstrakPenelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran karakter menjadi orientasi pengajaran di sekolah saat ini. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objektivitas menempatkan dirinya sebagai instrumen kunci (Semi, 1990:20).

BAB I PENDAHULUAN. objektivitas menempatkan dirinya sebagai instrumen kunci (Semi, 1990:20). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan sebuah karya sastra yang membutuhkan hati nurani untuk dapat membuat karya sastra dan peneliti juga harus sadar bahwa akhirnya objektivitas menempatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu pendidikan seharusnya

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140). II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGYA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGYA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PEREMPUAN JOGYA KARYA ACHMAD MUNIF: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI MORAL DALAM NOVEL SUJUD NISA DI KAKI TAHAJUD SUBUH KARYA KARTINI NAINGGOLAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ari Handayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berasal dari suku kata Mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak

Lebih terperinci