BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indrayang meliputi indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tidakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). 2. Tingkatan Pengetahuan Kognitif atau pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo (2007) Tingkatan pengetahuan dalam domain kognitif ada 6 yaitu: a. Tahu (know) Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali ( recall). Dalam kaitannya pengetahuan ibu dalam upaya melatih balita untuk mengontrol buang air kecil maupun besar serta melatih balita untuk buang air kecil maupun besar pada tempatnya. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpratasikan materi tersebut dengan benar. Setelah ibu mengetahui toilet training, maka berlanjut ketahap memahami. Kemampuan pengasuh dalam memahami toilet training. Ditentukan oleh seberapa banyak materi yang telah diingatnya mengenai pengajar toilet training, serta seberapa tinggi kemampuan pengasuh balita dalam mengartikan dan memberikan makna terhadap materi toilet training. 7

2 8 c. Aplikasi ( Application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Setelah ibu tetang toilet training mengetahui diharapkan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari. d. Analisis ( analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek kedalam komponen-komponen. Bagaimana kemampuan ibu dalam melaksanakan toilet training. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi ( evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Bagaimana penilaian ibu terhadap perilaku tolet training. 3. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo, (2007), yaitu : a. Tingkat pendidikan Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula menyelesaikan hal-hal baru tersebut. b. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih baik banyak akan memberikan pengetahuan yang jelas. c. Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan disaring, kira-kira

3 9 sesuai tidaknya dengan kebudayaan yang ada da agama yang dianut. d. Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan indivdu, artiny, pendidikan yang tinggi, pengalaman akan luas sedang umur bertambha tua. e. Sosial Ekonomi Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin, begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga. B. Sikap 1. Pengertian Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Hikmawati, 2011) Notoatmodjo (2007), meyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka dan merupakan kesiapan untuk berreaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek. 2. Komponen Sikap Menurut Allport (1954) dalam Hikmawati (2011) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen : a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek.

4 10 b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek). c. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka ( tindakan). Ketiga komponen tersebut akan bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam menetukan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting 3. Tingkatan Sikap Menurut Notoatmodjo (2007) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan: a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek) misalnya sikap ibu terhadap toilettraining dapat dilihat dari perhatian ibu terhadap kesiapan anak. b. Merespon (responding) Memberi jawaban apabila ditanya, mengajarkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap c. Menghargai (valuating) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu inidkasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu mengajak ibu lain untuk mendiskusikan tentang toilet training, adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesiapan mengenai toilet training. d. Bertanggung jawab (responsibel) Bertanggung jawab atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

5 11 C. Praktik 1. Pengertian Praktik menurut Hikamawati (2011) dipengaruhi oleh kehendak sedangkan kehendak dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif. Sikap sendiri di pengaruhi oleh keyakinan akan hssil dari tindakan yang telah lalu. Norma subjektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkingkan antara lain fasilitas. 2. Faktor pendukung (support) parkti dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007) ada 4 yaitu : a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon (guide respons) Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Misalnya ibu dapat mencontohkan cara buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dengan benar pada anak mulai dari melepas celana hingga memakai celana kembali. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Misalnya jika anak biasa buang air kecil setelah bangun tidur pada pukul 7 pagi maka ibu langsung mengajak anak untuk buang air kecil ke WC

6 12 d. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi tindakan tersebut. Pengukuran praktik dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan wawancara terhadap kegiatan kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan seseorang. D. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training merupakan proses pengajaran untuk mengontrol buang air kecil (BAK) dan baung air besar (BAB) secara benar dan teratur (Zaivera, 2008). Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar. Toilet training secara umum dapat dilaksanakan pada setiap anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian pada anak. Fase ini biasanya pada anak usia bulan. Dalam melakukan toilet training ini, anak membutuhkan persiapan fisik, psikologis maupun intelektualnya. Dari persiapan tersebut anak dapat mengontrol buang air besar dan buang air kecil secara mandiri (Hidayat, 2005). Menurut Wong (2008) menyatakan bahwa melalui toilet training anak akan belajar bagaimana mereka mengendalikan keinginan untuk buang air yang selanjutnya akan menjadikan mereka terbiasa untuk meggunakan toilet (mencerminkan keteraturan) secara mandiri. Kedekatan interaksi orang tua dengan anak dalam toilet training ini akan membuat anak merasa aman dan percaya diri. Latihan buang air besar dan buang air kecil termasuk didalam perkembangan psikomotorik, karena latihan ini membutuhkan

7 13 kematangan otot-otot pada daerah pembuangan kotoran (anus dan saluran kemih). Anak anak dilatih untuk dapat menguasai otot-otot alat pembuangan pada waktu buang air besar dan buang air kecil. Apabila secara biologis dan psikologis anak telah matang dalam hal toilet training, tetapi anak gagal melakukannya, maka anak diberi hukumanan berupa bentakan atau larangan. Toilet training ini merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Havighurt bahwa toilet training merupakan latihan moral dalam membentuk karakter seseorang (Suherman, 2000). Selain mencegah terjadinya mengompol dan membentuk prilaku hidup bersih dan sehat pada anak sejak dini toilet training juga akan membentuk kemandirian dan kepercayaan diri dalam mengontrol buang air kecil dan buang air besar. Dapat melatih kemampuan motorik kasar yaitu dengan berjalan, duduk, jongkok, berdiri dan juga kemampuan motorik halus yaitu melepas dan memakai celana sendiri setelah buang air kecil dan buang air besar. Serta dapat juga untuk melatih kemampuan intelektualnya yaitu anak dapat meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (Hidayat, 2005). 2. Usia Anak Dalam Toilet Training Latihan buang air atau toilet traning ini hendaknya dimulai pada waktu anak berumur 15 bulan karena sudah mampu melakukan kegiatan toilet training dan fungsi syaraf yang diguanakan untuk menguasai organ pembuangan sudah mulai matang sehingga anak sudah dapat belajar untuk mengontrol buang air kecil maupun besar. Secara berangsur - angsur sistem syaraf dan organ pembuangan berfungsi dengan sempurna pada saat usia 4 tahun (Suherman, 2000). Pengajaran toilet training dilakukan pada usia bulan, karena sistem syaraf anak sudah cukup berkembang serta sudah dapat mengenali tanda tanda dari kandung kemih dan perutnya. Anak juga

8 14 dituntut untuk dapat mengendalikan otot yang membuka dan menutup kandung kemih dan anusnya (Thompson, 2003). Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter uretra untuk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembangkan kontrol kandung kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24 bulan (Hidayat, 2005). Toilet Training dapat berlangsung pada usia 1-3 tahun atau usia balita, sebab kemampuan spingter ani untuk mengontrol rasa ingin devekasi telah berfungsi. Namun setiap anak kemampuanya berbeda tergantung factor fisik dan psikologisnya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengajaran toilet training dapat dilakukan pada anak usia bulan karena pada saat usia tersebut anak sudah mulai siap dalam toilet training secara fisik, psikologis serta kognitifnya. 3. Prinsip Toilet Training Pada prinsipnya ada 3 langkah dalam toilet training yaitu melihat kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri. Beberapa hal yang harus di ketahui yang berhubungan dengan toilet training yaitu (Yupi, 2004): a. Toilet training merupakan latihan yang menentukan kerjasama b. Toilet training merupakan keterampilan yang bersifat kompleks c. Kesiapan otot bladder dan bowel dibutuhkan dalam pengontrolan BAK/BAB d. Sifat orang tua dari anak sangat menentukan dalam keberhasilan toilet training e. Paksaan dari orang tua tidak selamanya akan membuat anak lebih awal bisa mengikuti toilet training.

9 15 4. Tanda Kesiapan Anak Melakukan Toilet Training Menurut warner, 2007 tanda kesiapan yang dapat diketahui pada anak yang akan diajari menggunakan toilet adalah sebagai berikut: a. Tanda kesiapan fisik Anak dapat mengguankan tangan dan kakinya untuk menaiki dan menuruni toilet besar dengan menggunankan bangku kecil. Anak dapat menurunkan dan menarik celanaya dengan atau tanpa bantuan. b. Tanda kesiapan kognitif Anak sepertinya tahu kapan akan buang air kecil maupun besar atau sensitif saat poponya basah atau kotor. Anak sudah mengerti dan mengikuti petunjuk yang diberikan orang tua. Anak dapat mengatakan bahwa ingin buang air kecil maupun besar, serta anak tahu kegunaan toilet. c. Tanda kesiapan sosial-emosiaonal Anak mempunyai rasa keingintahuan kepada penggunaan toilet dan tertarik melihat orang lain menggunakan toilet serta meniru menggunakan toilet. Anak yang sudah dapat melakukan baung air kecil maupun besar di toilet maka anak akan lebh semangat bila keberhsilannya itu diberi pujian dari orang sekitar. 5. Pengkajian Masalah Toilet Training Menurut Hidayat, (2005) Pengkajian kebutuhan terhadap toilet training merupakan suatu yang harus diperhatikan sebelum anak melakukan buang air kecil maupun besar. Untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam toilet training perlu dilakukan pengkajian yang meliputi: a. Pengkajian Fisik Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air kecil maupun besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, melompat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas dan membuka

10 16 celananya sendiri. Lancar dan tidaknya kemampuan buang air kecil maupun besar dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga pada saat anak berkeinginan untuk buang air kecil maupun besar sudah mampu dan siap untuk melaksanakannya. b. Pengkajian Psikologis Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada anak ketika akan melakukan buang air kecil maupun besar seperti tidak rewel, tidak menangis ketika akan buang air, menunjukkan ekspresi wajah gembira dan ingin melakukan secara mandiri, anak sabar dan sudah mau tetap tinggal di toilet selama 5-10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya. Keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya. c. Pengakajian Kognitif Pengkajian kognitif pada latihan buang air kecil maupun besar antara lain kemampuan anak untuk buang air kecil maupun besar, kemampuan mengkomunikasikan buang air kecil maupun besar, anak menyadari timbulnya rasa ingin buang air kecil maupun besar, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat sehingga dapat buang air kecil maupun besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil maupun besar. Dalam melakukan pengakajian kebutuhan buang air kecil maupun besar, teradapat beberapa hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya adalah: 1. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diapers dimana anak akan merasa aman. 2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air kecil maupun buang air besar. 3. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi sebelum dan sesudah tidur untuk buang air kecil, cuci muka, cuci tangan dan cuci kaki.

11 17 4. Jangan marah apabila anak gagal dalam melakukan toilet training. 6. Teknik Toilet Training Pada Anak a. Menurut Hidayat (2005), Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, diantaranya adalah: 1. Teknik Lisan Teknik lisan merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum dan sesudah buang air kecil maupun besar. Cara ini kadang merupakan hal biasa yang dilakukan oleh orang tua akan tetapi teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air besar maupun kecil secara mandiri. Berbicara dengan kata-kata sederha yang mudah dipahami oleh anak, contohya apakah kamu ingin pipis atau pupup?, jika anak mengatakan mau atau iya segeralah ajak ke toilet dan katakan bahwa saat kamu merasa ingin pipis atau pupup segeralah katakan kepada ibu dan sekarang kamu sudah beranjak besar saatnya kamu pipis dan pupup ketoilet ya?, serta saat itu pula ajarkan bagaimana melepas celananya dan dudukkan diatas toilet, jika anak masih merasa takut orang tua harus selalu mendampingi hingga anak mampu melakukannya sendiri. Jika belum juga berhasil lakukan cara ini secara bertahap hingga anak memahami dan mau menggunakan toilet sendiri. Selalu berikan pujian pada anak apabila sudah dapat melakukannya. 2. Teknik Modeling Teknik modeling merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar maupun kecil dengan cara

12 18 memberi contoh untuk buang air besar maupun kecil. Cara ini dilakukan dengan memberi contoh atau membiasakan untuk buang air besar maupun buang air kecil secara benar. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan seperti melakukan observasi pada saat anak merasakan ingin buang air besar maupun kecil, tempatkan anak diatas pispot atau ajak anak ke kamar mandi. Pada anak yang akan melakukan buang air besar maupun kecil, dudukkan anak diatas pispot atau dengan orang tua memberi contoh duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak berbicara dan bercerita. Biasakan anak untuk pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan kenakan celana yang mudah dilepas dan dikembalikan lagi oleh anak. Berikan pujian jika anak berhasil, jangan memarahi atau disalahkan jika anak tidak berhasil. Dampak buruk pada cara ini adalah apabila contoh yang dibeikan salah sehingga anak akan mempunyai kebiasaan yang salah untuk kedepannya. b. Menurut Safaria, 2004 terdapat 3 cara yang dilakukan orang tua dalam toilet training, yaitu: 1. Dengan menggunakan metode bermain boneka Melalui permainan boneka, orang tua dapat mengajari anak sekaligus mengamati ketertarikan anak dalam menggunakan toilet. Keinginan anak dalam permainan boneka dapat dilihat sebagai tanda yang kuatakan kesiapan dalam toilet training. Saat anak ingin mengganti popok boneka, tunjukkan kepada anak cara yang benar dan biarkan anak untuk menggantinya sendiri. Apabila anak sudah dapat mengganti popok boneka dengan baik kemudian katakan pada anak bahwa bonekanya sudah saatnya menggunakan pispot atau toilet saat buang air kecil dan buang air besar, maka reaksi anak akan memperlihatkan tingkatan ketertaikannya pada toilet. 2. Dengan menggunakan media gambar atau vidio

13 19 Melalui media gambar atau vidio orang tua dapat menunjukkkan cara menggunakan toilet mulai dari menunjukkan gambar toilet itu sendiri kemudian kegunaan toilet serta cara menggunakan toilet secara berurutan mulai dari membuka celana saat merasa ingin buang air kecil atua buang air besar, duduk diatas pispot atau toilet, cara membersihakn diri dan toilet setelah buang air kecil atau buang air besar dan memakai celana kembali setelah buang air kecil dan buang air besar. 3. Dengan menggunakan cara meniru orang orang dewasa sekitarnya Meniru orang orang disekitar anak dalam menggunakan toilet merupakan cara yang efektif karena anak dapat melihat langsung bagaimana caranya menggunakan toilet mulai dari merasakan ingin buang air, masuk kedalam toilet, duduk diatas toilet, sampai membersihakn diri setelah buang air kecil maupun besar. Sebagai contoh ibu mengajak anak perempuannya, ayah mengajak anak laki lakinya pada saat mandi atau buang air kecil maupun besar serta menunjukkan bagaimana cara yang benar untuk buang air kecil atau buang air besar menggunakan toilet mulai dari anak merasa ingin buang air, melepas celana, duduk diatas toilet, membersihakan diri hingga memakai celana kembali setelah buang air kecil atau besar. Cara ini sangat tergantung pada cara pengajaran, pada pengajaran yang benar dan sesuai maka anak akan menggukan cara tersebut hingga dewasa, tetapi saat pengajaran ini ada sedikit kesalahan maka anak akan melakukan kesalahan tersebut hingga dewasa.

14 20 7. Metode Toilet Training Menurut Octopus (2006), ada dua metode melakukan toilet training, yaitu: a. Metode santai Metode ini dimulai dari secara bertahap dengan melepaskan popok dan mendudukkannya di pispot atau toilet selama beberapa menit setiap hari. Anak mungkin tidak akan duduk lama sehingga orang tua dapat memberika buku atau mainan untuk mengalihkan perhatian anak. Berikan pujian kepada anak jika berhasil buang air, tetapi jangan memberi hukuman jika anak tidak dapat melkukannya. Secara beratahap tingkatkan waktu tanpa popok selama beberapa minggu berikutnya, kemudian perkenalkanlah anak pada penggunaan celana. Setelah anak percaya diri dengan menggunakan pispot atau toilet didalam rumah dan popoknya selalu kering saat diajak berpergian, maka anak dapat di ajak berpergian menggunakan celana. b. Metode cepat Metode ini dapat dimulai dari orang tua mengosongkan waktu setidaknya selama satu minggu penuh. Sebelumnya orang tua sudah harus memperkenalkan pispot atau toilet kepada anak dan orang tua sebaiknya membelikan celana dalam seperti orang dewasa. Ajak anak untuk duduk di pispot atau toilet jika ingin bunag air besar. Berika pujian jika anak berhasil buang air kecil maupun besar, serta cobalah membersihkan kotorannya dengan tersenyum. Apabila akan berpergian ajak anak untuk buang air ke toilet terlebih dahulu. Tidak ada salahnya orang tua membawa pispot dan baju ganti saat bepergian. Setelah beberapa minggu anak akan terbiasa dengan cara ini dan saat anak merasakan ingin buang air kecil maupun besar anak akan mencari pispot sendiri.

15 21 8. Tahapan Toilet Training Menurut Warner, (2007) ada tiga tahapan dalam toilet training, yaitu: a. Persiapan Bagian terpenting dari dari proses pengajaran toilet training pada anak yang harus diperhatikan adalah memahami sudut pandang anak, perkembangan anak dan cara belajar anak. Belajar untuk menggunakan toilet adalah semacam perjalanan yang membantu anak untuk mandiri. Hal itu memberinya kekuatan dan kontrol atas tubuhnya, dan membantu mengambil langkah lagi untuk menjadi individu yang mandiri. orang tua perlu berkerja sama dengan anak mereka untuk berkomunikasi dengan jelas dalam istilah yang sederhana mengenai kegunaan toilet. Persiapan bukan hanya bergantung pada tingkat kedewasaan pribadi anak, tetapi juga pada minat dan tempramen anak. Jika anak belum siap jangan mencoba untuk memaksa karena anak akan memberontak dan menentang. b. Perencanaan Memilih waktu yang tepat untuk pengajaran pengguanaan toilet adalah hal terpenting untuk menuju keberhasilan. Saat pagi hari adalah waktu yang tepat untuk memulai pengajaran penggunaan toilet, sehingga mereka bisa memulai hari dengan suatu tujuan dipikiran mereka. Anak yang dapat merespon kegiantan pengajaran toilet training dengan senang, saat itulah waktu yang tepat. Liburan dirumah membantu untuk lebih santai dan tidak tertekan dalam mengajari anak toilet training. Jadwal buang air anak menentukan jadwal pengajaran penggunaan toilet. kebanyak anak butuh menggunakan toilet pada saat bangun pagi atau siang, setelah makan siang dan saat akan tidur malam. c. Pelaksanaan Memulai pelaksanaan pengajaran toilet training yang pertama orang tua harus memilih satu hari dimana orang tua tidak

16 22 mempunayai kegiatan apapun serta anak tidak sedang menderita suatu penyakit atau stres, ini akan membuat orang tua dan anak akan lebih fokus dalam pengajaran. Sebaiknya anak menggunakan celana kain dan meminta untuk anak memakaninya sendiri. Tetap perhatikan tanda kesiapan anak sehinga anak dapat menghubungkan persaan fisik denga perasaan buang air kecil maupun besar. Ikuti dan perhatikan jadwal buang air kecil maupun besar pada anak. Berikan motivasi kepada anak untuk menggunakan pispot atau toilet agar anak lebih bersemangat dalam menggunakan toilet. Berikan penghargaan atau pujian jika akan berhasil melakukan buang air kecil atau buang air besar. Pujian adalah motivator yang paling efektif pada pengajaran penggunaan toilet. 9. Dampak Toilet Training Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak dimana anak cenderung bersikap keras kepala dan kikir. Hal ini dapat ditunjukkan oleh orang tua yang sering memarahi anak pada saat buang air kecil maupun besar atau melarang anak untuk buang air kecil maupun besar saat berpergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya dalam kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2005) 10. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Toilet Training a. Penegtahuan orang tua Pengetahuan tentang toilet training yaitu cara mengajarkan latihan toilet training, dimulai dari tahu tanda tanda kesiapan anak. Orang tua perlu tahu cara mengajarkan toilet training dari tahap awal sampai akhir (Wulandari, 2001)

17 23 b. Kesiapan anak dan kesiapan orang tua Kesiapan anak yaitu kesiapan fisik, mental dan psikologi. Faktor kesiapan orang tua juga memegang pranan penting dalam melatih toilet training, dimulai dari melatih anak untuk tidak enkopresis (mengompol) pada saat siang dan malam hari, tidak buang air besar dicelana. Hal ini tentunya membutuhkan kesabaran orang tua dalam melatih toilet training (Wulandari 2001). c. Kesadaran anak Semakin tinggi tingkat kesadaran anak, semakin siap anak diajari untuk toilet training. Ada tiga tingkatan umum kesadaran anak dalam toliet training menurut Warner, (2007) yaitu: 1. Sudah basah, anak sadar bahwa ia sudah basah atau popoknya basah. 2. Sedang basah, anak sadar bahwa ia sedang basah atau membasahi popoknya. 3. Akan basah, anak sadar bahwa ia akan basah atau membasahi popoknya. d. Pola buang air pada anak Pola buang air besar anak mulai rutin dan dapat diprediksi, serta anak dapat tetap kering untuk waktu yang lebih lama disiang hari (Warner, 2007) 11. Faktor yang Mendukung Toilet Training Menurut Warner 2007 faktor yang mendukung untuk toilet training adalah : a. Tersedianya toilet Toilet sangat dibutuhkan untuk melatih toilet training karena orang tua akan memperkenalkan toilet dan penggunaan toilet kepada anak. Usahakan toilet bersih dan tidak licin agar tidak terjadi kecelakaan pada saat latihan dan berikan suasana nyaman agar anak tidak takut saat berada di toilet. Sebaiknya menggunakan kloset duduk karena selain lebih aman untuk anak dan juga

18 24 memudahkan orang tua untuk mengajari toilet training. Pastikan kloset dalam keadaan tertutup setelah pemakaian. Keingintahuan anak dapat membuat mereka tergelincir yang akhirnya membuat kepala anak terbenam kedalam kloset dan anak dapat meminum air kloset. Apabila menggunakan kloset jongkok, buat penutup dari papan yang kokoh untuk menhindari kaki anak terpeleset masuk kedalam kloset. b. Pakaian untuk pengajaran penggunaan toilet Pakaian yang akan digunakan selama toilet training akan sangat menentukan keberhasilan toilet training. Hindari pakaian yang mempunyai gesper, kancing, resleting, tali, dan pengikat sulit lainnya. Hindari juga celana ketat, terusan, celana kodok, dan pakaian yang harus dimasukkan, yang berlapis, atau yang terlalu panjang. Gunakanlah pakaian dengan ikat pinggang dari karet, pengikat velcro, dan fitur lainnya yang membuat mudah untuk digunakan dan dilepaskan. c. Komuniksi Bicarakan dengan anak bahwa saat ini anak sudah siap untuk mulai belajar latihan buang air besar dan buang air kecil. Komunikasikan semua proses latiahan buang air besar dan buang air kecil agar anak dapat memahami sebelum latihan dilakukan, seperti membuka celana terlebih dahulu saat ingin buang air kecil atau besar, jongkok atau duduk pada toilet yang sudah tersedia, kemudian membersihkan alat kelamin dan menyiram toilet agar tetap bersih. Tanyakan kembali apa yang belum dipahami oleh anak dan apabila anak belum mengerti, jelaskan kembali secara perlahan agar anak benar-benar memahaminya. Berikan pujian jika anak paham dan mampu melakukannya dengan baik, tetapi jangan memarahi anak jika belum dapat melakukannya.

19 25 E. Kemampuan Toilet Training Pada Anak Balita Anak-anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari kemampuan psikologis,kemampuan fisik dan kemampuan kognitifnya. Kemampuan psikologis anak mampu melakukan toilet training sebagai berikut, anak mampu kooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya antara 3-4 jam, anak buang air kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah menunjukkan keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil dan waktu untuk buang air kecil maupun besar sudah dapat diperkirakan (Warner, 2007) Kemampuan fisik dalam melakukan toilet training yaitu anak dapat duduk atau jongkok tenang kurang lebih 2-5 menit, anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah dapat manaikkan dan menurunkan celananya sendiri, anak merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali pakai yang basah atau kotor, anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap kebiasaan ke kamar mandi, anak dapat memberitahu bila ingin buang air kecil maupun besar, menunjukkan sikap kemandirian, anak sudah memulai proses imitasi atau meniru segala tindakan orang, kemampuan atau keterampilan dapat mencontoh atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan anak tidakmenolak dan dapat bekerjasama saat orang tua mengajari buang air (Warner, 2007) Kemampuan kognitif anak bila anak sudah mampu melakukan toilet training seperti dapat mengikuti dan menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti pipis untuk buang air kecil dan eek untuk buang air besar, serta anak mengerti reaksi tubuhnya bila ingin buang air kecil maupun buang air besar dan dapat memberitahukannya bila ingin buang air (warner, 2007).

20 26 F. Kerangka Teori Faktor yang mempengaruhi toilet training: a. Pengetahuan orang tua b. Kesiapan anak dan orang tua c. Kesadaran anak d. Pola buang air pada anak Faktor yang mendukung Toilet training: a. Tersedianya toilet b. Pakaian untuk pengajaran penggunaan toilet c. komunikasi Praktik toilet training Faktor yang mempengaruhi perilaku: a. Faktor predisposisi (pengetahuan, kepercayaan, sikap) b. Faktor pemungkin (status sosial ekonomi, sarana, lingkungan, perilaku, pendidikan) c. Faktor penguat (sikap orang tua, tokoh masyarakat) Gambar 2.1 kerangka teori Sumber: Lawrence Green dalam Hikmawati (2011)., Thompson, 2003., Warner, 2007., Wulandari, 2001

21 27 G. Kerangka Konsep Variabel bebas Pengetahuan ibu variabel terikat Praktek ibu dalam Toilet training Sikap ibu Gambar 2. 2 Kerangka Konsep H. Variable Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen: pengetahuan, sikap 2. Variabel Dependen: praktek ibu dalam toilet training I. Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan praktik ibu dalam toilet training pada balita di perumahan Kini Jaya Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Tembalang Semarang. 2. Ada hubungan antara sikap ibu balita dengan praktik ibu dalam toilet training pada balita di perumahan Kini Jaya Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Tembalang Semarang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati TOILET TRAINING 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati Definisi Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training ( Pelatihan Buang Air ) Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK Disusun oleh kelompok 3 1. I Putu Endra Setyawan 2. K. Rani Ardinanthi 3. Lanang Galih Kriswianto 4. Maya Rosita 5. Mei Ratna Sari 6. Muhammad Reza 7.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan

Lebih terperinci

Psikologi Terapan UI ini.

Psikologi Terapan UI ini. SERING BUANG AIR BESAR DI CELANA Boleh jadi si kecil enggak sakit perut, tapi semata-mata lantaran ingin membangkang. Penyebabnya, toilet training yang salah. Dibanding si kecil mengompol, buang air besar

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan akan menjadi generasi penerus serta generasi masa depan bangsa. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan yang paling memerlukan perhatian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam rentan perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). Masa anak merupakan waktu anak untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toddler dan Teori Perkembangan 2.1.1 Definisi toddler Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tuapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar (BAB). Toilet training

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai permasalahan

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Toddler merupakan periode perkembangan dalam kehidupan anak antara usia 1 sampai 3 tahun (Nelson, 2000). Sigmun Frued dalam teori perkembangannya mengatakan

Lebih terperinci

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA BEJI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Ima Syamrotul M

Lebih terperinci

PENINGKATAN DISIPLIN MELALUI PEMBIASAAN TOILET TRAINING PADA ANAK PLAY GROUP DI RA MUTIARA BUNDA BANDA ACEH

PENINGKATAN DISIPLIN MELALUI PEMBIASAAN TOILET TRAINING PADA ANAK PLAY GROUP DI RA MUTIARA BUNDA BANDA ACEH PENINGKATAN DISIPLIN MELALUI PEMBIASAAN TOILET TRAINING PADA ANAK PLAY GROUP DI RA MUTIARA BUNDA BANDA ACEH Ayi Teiri Nurtiani 1 dan Neni Arigayanti 2 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Peningkatan disiplin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak merupakan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 11 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. TINJAUAN PUSTAKA Masa anal berhubungan pula dengan soal kebersihan, keteraturan atau kerapihan yang ingin di terapkan orangtua kepada anak. Anak bukan lagi pribadi yang

Lebih terperinci

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME (Studi Kasus pada Siswa Down Syndrome di SLB-C1 Widya Bhakti Semarang) SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) 1. Definisi Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BERMAIN 1. Pengertian Bermain Bermain merupakan seluruh aktivitas anak termasuk bekerja kesenangannya dan merupakan metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bermain tidak sekedar

Lebih terperinci

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro ARTIKEL PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER Dadang Kusbiantoro Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti pernah mengalami ngompol yang dalam bahasa medisnya disebut enuresis. Secara sederhana definisi enuresis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Definisi Sibling Rivalry Sibling adalah perasaan tidak nyaman yang ada pada anak berkaitan dengan kehadiran orang asing yang semula tidak ada (dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah pengakuan terhadap sesuatu yang menghasilkan keputusan. Keputusan ini mengutarakan pengetahuan, sehingga untuk berlakunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training

Lebih terperinci

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini

LETTER OF CONSENT. Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini LAMPIRAN LETTER OF CONSENT Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Usia : Alamat : Menyatakan bersedia dengan sukarela untuk Membantu peneliti dalam menyusun penelitiannya yg berjudul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan. rasa, dan raba (Notoatmodjo, 1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan. rasa, dan raba (Notoatmodjo, 1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu

Lebih terperinci

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN DIAPER ANAK PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK USIA TODDLER DI KAMPUNG NGADIMULYO PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 218, Hal. 7-13 Gambaran Pengetahuan Orangtua Tentang Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Puskesmas Pasir Kaliki Maidartati, Dhea Dwiyanti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Toilet Training 2.2.1 Pengertian Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Toilet training terdiri dari bowel control atau kontrol buang air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat yang tepat melakukan toilet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang air kecil. Toilet training dapat dilakukan pada anak usia 1-3 tahun ( Thompson,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO Devi Muji Rahayu *, Firdaus, S.Kep., Ns., M.Kes** (UNUSA, FIK,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini

Lebih terperinci

www.rajaebookgratis.com. "Ih, Udah Gede Kok Nggak Punya Malu!" Rasa malu merupakan salah satu nilai moral yang patut diajarkan pada anak. Perasaan ini tidak ada kaitannya dengan sifat pemalu. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati 2008). Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga. Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh Keluarga 1.1. Pengertian Pola Asuh Keluarga Pola asuh merupakan pola perilaku orangtua yang paling dominan dalam menangani anaknya sehari-hari. Pengasuhan anak adalah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Toilet Training Ada banyak hal yang menyertai pertumbuhan seorang anak terutama dalam tiga tahun pertama kehidupan. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung sangat pesat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Definisi Tentang Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia toddler adalah usia 1-3 tahun atau batita, yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat cepat, sehingga apabila mengalami hambatan maka akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia batita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita Perkembangan kemampuan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini adalah masa yang sangat menentukan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya karena merupakan masa peka dan masa emas dalam kehidupan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kerja 1. Kepatuhan Kepatuhan adalah suatu sikap sejauh mana seseorang sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan secara profesional. 13 Sikap sendiri merupakan respon

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perawatan BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu komplikasi pada bayi yang bila tidak ditangani secara benar dapat menyebabkan kematian. Bayi berat lahir rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN)

KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) KARAKTERISTIK TAHAPAN PERKEMBANGAN MASA BAYI (0 2 TAHUN) TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM: Setelah mengikuti perkuliahan, diharapkan mahasiswa dapat memahami karakteristik perkembangan aspek fisik, motorik, intelektual,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU

THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU 1 THE APPLICATION OF TOILET TRAINING PARENTS WITH CHILDREN AGED 2-3 YEARS IN EDUCATION 21 KULIM PEKANBARU Nadia Septriani, Daviq Chairilsyah, Hukmi nadiamusfa@yahoo.com(081365200500), dafiqch@yahoo.com,

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PENGGUNAAN DIAPER PADA ANAK USIA TODDLER (Suatu Penelitian Di Taman Kanak-Kanak PAUD Kecamatan Tilong Kabila

Lebih terperinci

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI BAB V PERKEMBANGAN MASA BAYI PERKEMBANGAN BAYI NEONATAL CIRI-CIRI BAYI NEONATAL Merupakan periode tersingkat Terjadi penyesuaian radikal Merupakan masa terhentinya perkembangan Merupakan pendahuluan dari

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Yosefina Peni 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

PERSEPSI IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

PERSEPSI IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG PERSEPSI IBU TENTANG TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG Dita Wasthu Prasida, Maftuchah, Nirawati Email: dita.stikesyahoedsmg@gmail.com Abstrak Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan

Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) Bapak/Ibu diundang untuk berpartisipasi dalam studi hubungan dukungan Lampiran 1 SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN ( INFORMED CONCENT) HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN STATUS KESEHATAN DENGAN GEJALA DEPRESI PADA USIA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL WILAYAH

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan

BAB V PENUTUP. teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berpijak pada uraian di atas yang merupakan perpaduan antara hasil kajian teoritis dengan hasil penelitian di lapangan dan juga mengacu pada rumusan masalah skripsi ini, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal hal

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga sebagai wahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada anak. Karena anak pertama kali berinteraksi dengan ibunya serta ayahnya dan anggota keluarga lain,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Ngelo. Tengah dengan luas wilayah ha/m 2 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Dusun Ngelo Dusun Ngelo merupakan salah satu dusun yang ada di Desa Getasan Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang diberikan oleh orang tua. Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan saudara kandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka dalam bulan-bulan pertama. Kondisi kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan hidup seorang manusia diawali dari pengalamannya dalam suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri. Kemandirian menurut Bukhari (2014:15) diekspresikan dengan rasa ingin tahu yang besar, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci