BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu pada umur 18 bulan sampai 2 tahun. Dalam melakukan latihan buang air besar dan buang air kecil pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis, maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan buang kecil secara mandiri (Alimul,2009) Studi terbaru mengenai toilet training merekomendasikan para orang tua untuk mulai mengenalkan toilet training saat anak berusia bulan. Anak yang baru mulai belajar menggunakan toilet di atas usia 3 tahun cenderung lebih sering mengompol hingga usia sekolah. Sebaliknya, bila anda mulai mengenalkan anak untuk pipis dan buang air besar di toilet sebelum ia berusia 27 bulan justru lebih sering gagal. Para peneliti melakukan studi dengan mewawancarai 157 orangtua yang memiliki anak berusia 4-12 tahun yang rutin berkonsultasi pada dokter karena anaknya masih mengompol. Para orangtua tersebut ditanyai kapan mereka mulai mengajarkan toilet training dan metode apa yang dipakai. Jawaban para responden itu kemudian dibandingkan dengan orangtua dari 58 anak yang memiliki kemiripan usia, gender, ras, dan faktor lain, namun tidak punya masalah mengompol (Rana, 2010) Sebuah survey yang pernah ada di Indonesia oleh tabloid nakita menyebutkan, setengah juta anak berusia 6 16 tahun masih suka ngompol, yang terdiri dari:17% anak berusia 5 tahun, 14% anak berusia 7 tahun, 9% anak berusia 9 tahun, dan 1 2% anak berusia 15 tahun, Sedangkan sekitar 30% anak berumur 4 tahun, 10% anak berumur 6 tahun, 3% anak berumur 12 tahun dan 1% anak berumur 18 tahun masih mengompol di tempat tidur. Terdapat juga sekitar 20% anak usia balita tidak melakukan toilet training dan 75% orang tua tidak memandang kondisi seperti itu sebagai masalah. Menurut Wong (2008) menyatakan bahwa melalui toilet training anak akan belajar bagaimana mereka mengendalikan keinginan untuk buang air yang selanjutnya

2 akan menjadikan mereka terbiasa untuk meggunakan toilet (mencerminkan keteraturan) secara mandiri. Kedekatan interaksi orang tua dengan anak dalam toilet training ini akan membuat anak merasa aman dan percaya diri. Keberhasilan toilet training tidak hanya dari kemampuan fisik, psikologis dan emosi anak itu sendri tetapi juga dari bagaimana perilaku orang tua atau ibu untuk mengajarkan toilet training secara baik dan benar, sehingga anak dapat melakukan dengan baik dan benar hingga besar kelak (Warner, 2007). Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo, 2007 membagi perilaku manusia dalam tiga ranah, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik atau tindakan (practice). Mulai dari pengetahuan ibu tentang apa itu toilet training, bagaimana cara toilet training serta apa saja yang dibutuhkan dalam toilet training, setelah ibu mengetahui tentang toilet training, ibu harus mempersiapkan diri serta balita untuk latihan toilet training, diharapkan setelah ibu memahami dan mempersiapkan diri untuk toilet training, ibu dapat mempraktekkan apa yang telah diketahui dan dipersiapkan untuk toilet training (Wulandari, 2001). Menurut Freud (1923) dalam Papalia (2003). Banyak psikolog terkemuka yang berpendapat bahwa fase anal merupakan salah satu fase penting perkembangan psikologis seseorang. Dalam fase ini anak pertama kali dihadapkan pada kondisi dimana keadaan fisiologis dan biologis tubuhnya harus disesuaikan dengan faktor lingkungan dan sosial. Fase ini merupakan fase yang tepat untuk mengajarkan anak untuk menahan kebutuhan biologis misalnya buang air besar atau buag air kecil. Hal ini penting untuk menyesuaikan perkembangannya dengan faktor lingkungan, yaitu menjaga kebersihan dan faktor sosial, yaitu ajaran orangtua atau pengasuh. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada bulan Februari 2014 didapatkan data jumlah siswa-siswi Paud Melati II Desa Bumirejo Kec. Kebumen Kab. Kebumen sebanyak 46. Hasil wawancara dengan 10 ibu yang mendampingi anakanaknya saat sekolah ada 3 ibu atau 30% ibu mengatakan masih menggunakan pampers karena beralasan lebih praktris, 3 ibu atau 30% ibu mengatakan tidak melakukan toilet training karena kesibukan dan para ibu beranggapan bahwa anak akan bisa mengontrol buang air besar dan buang air kecil dengan sendirinya. 4 ibu atau 40% ibu yang lain mengatakan sudah melatih toileting kepada anaknya sejak usia 1,5 tahun. Ketika peneliti mengevaluasi perilaku toilet training yang dilakukan oleh ibu kepada anak-anaknya

3 didapatkan bahwa para ibu masih sering marah atau bahkan memberikan hukuman saat anaknya buang air besar atau buang air kecil disembarang tempat. Dari pihak guru didapatkan informasi bahwa ada beberapa siswa yang tidak bilang sebelum buang air besar atau buang air kecil, dan kadang masih ada yang menangis saat buang air kecil di celana karena takut dimarahin gurunya. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti lebih jauh tentang Hubungan Peran Ibu dalam Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Toddler di PAUD Melati II di Desa Bumirejo, Kab. Kebumen. B. Rumusan Masalah Beradasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan Peran Ibu dalam Keberhasilan Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Paud Melati II Desa Bumirejo Kec. Kebumen Kab. Kebumen tahun 2014?.

4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan peran ibu dalam keberhasilan toilet training pada anak usia toddler di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi peran ibu dalam toilet training di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen. b. Mengidentifikasi keberhasilan toilet training di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen. c. Menganalisis hubungan peran ibu dalam keberhasilan toilet training di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang toilet training pada balita. 2. Bagi institusi Dapat sebagai tambahan kepustakaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan serta membantu pelaksanaan proses belajar mengajar terutama mata kuliah tentang pembelajaran toilet training. 3. Ibu Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan tentang toilet training dan sikap serta peran orang tua dalam menerapkan praktek toilet training. 4. Peneliti Peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan, sikap serta praktik dan penerapan toilet training pada balita. E. KEASLIAN PENELITIAN 1. Pusparini (2009) melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan perilaku ibu dalam melatih toilet training pada anak usia toddler di Desa Kadokan Sukoharjo. Hasil dari penelitian ini adalah

5 pengetahuan ibu terhadap toilet training di Desa Kadokan Sukoharjo sebagian besar dalam kategori baik, perilaku ibu dalam melatih toilet training pada anak usia toddler di Desa Kadokan Sukoharjo juga sebagian besar dalam kategori baik, dan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang toilet training dengan perilaku ibu dalam melatih toilet training pada anak usia toddler di Desa Kadokan Sukoharjo. Persamaan dengan penelitian ini adalah variable yang diteliti adalah toilet training pada anak usia toddler, pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner dan observasi pada orang tua. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam melatih toilet training sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah hubungan peran ibu dalam keberhasilan toilet training, penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional, perbedaan yang lain adalah lokasi penelitian yang diambil di Desa Kadokan Sukoharjo sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen. 2. Rosita. 2008, melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Terhadap Penerapan Toilet Training Pada Anak Usia Toddler di TK Al Fath Kecamatan Pare Kabupaten Kediri. Peneliti tersebut Menggunakan metode Cross Sectional, hasilnya menunjukan bahwa Terdapat Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dan Sikap Ibu Dalam Penerapan Toilet Training Pada Anak Toldder ( p = 0,371 ). Persamaan dengan penelitian ini adalah toileting pada anak, pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan observasi pada orang tua. Sedangkan perbedaanya adalah pada variable peran ibu, Jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional, perbedaan yang lain adalah tempat penelitian yang diambil di TK Al Fath Kecamatan Pare Kabupaten Kediri sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah di di PAUD Melati II Desa Bumirejo Kab. Kebumen.

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Peran Ibu 1. Pengertian Peran Orang Tua Peran adalah perilaku yang berkenaan dengan siapa yang memegang posisi tertentu, posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam sistem sosial. Setiap individu menempati posisi-posisi multipel, orang dewasa, dan pria suami yang berkaitan dengan masing masing posisi ini adalah sejumlah peran, di dalam posisi ibu, beberapa peran yang terkait adalah sebagai penjaga rumah, merawat anak, pemimpin kesehatan dalam keluarga, masak, sahabat atau teman bermain. Peran adalah serangkaian perilaku yang di harapkan seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal dan informal. (Supartini, 2004) Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung j awab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. (Arif, 2010). Menurut Depkes RI (2000) disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal dalam suatu tempat berada dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergangungan. (Riyadi, 2010) Struktur Peran Keluarga Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal,

7 sedangkan posisi adalah keberadaan seseorang dalam sistem sosial. Peran juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengontrol atau mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain. Peran anggota keluarga dijalankan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, yang dijalankan melalui peran formal maupun informal. Peran formal yang dijalankan keluarga menentukan tercapainya keseimbangan dalam keluarga atau tidak. Banyak hal yang menjelaskan tentang peran formal dalam keluarga, (Friedman,2004) mengemukakan bahwa beberapa peran dasar dan laki-laki sebagai ayah dan wanita sebagai ibu yang mempunyai posisi sosial sebagai pemberi layanan, yaitu peran penjaga rumah, pemelihara anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, mempertahankan hubungan dengan keluarga wanita atau lain-lain, pemenuhan kebutuhan pasangan, dan peran seksual. Sedangkan peran informal dan keluarga bisa menentukan keseimbangan keluarga dan bisa juga tidak, tetapi lebih bersifat adaptif dan mempertahankan kesejahteraan keluarga. Peran informal adalah peran sebagai pemberi dorongan, peran mempertahankan keharmonisan, peran untuk kompromi, peran untuk memulai atau berkontribusi dalam menghadapi masalah, peran untuk pelopor, koordinator dan peran informal lainnya. (Supartini, 2004). 3. Tugas Perkembangan keluarga dengan tahap anak toddler Menurut Friedman (2004) Tugas tugas perkembangan keluarga dengan anak usia toddler diantaranya: memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas). Menurut Engel (2010) tahap perkembangan keluarga dengan anak usia toddler dimulai pada saat anak pertama berusia 3 tahun dan melibatkan sosialisasi anak serta keberhasilan penyesuaian terhadap perpisahan antara orang tua dengan anak. Menurut Ali (2010) tahap perkembangan keluarga dengan anak toddler

8 adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang bermain, privasi, dan keamanan anak, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak yang lain, mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua serta anak) dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas). Masalah kesehatan fisik utama pada tahap ini adalah penyakit menular yang lazim pada anak-anak, anak jatuh, luka, luka bakar, keracunan dan kecelakaan kecelakaan lain. Sedangkan menurut Suprajitno (2004) kebutuhan perkembangan keluarga sesuai tahap perkembangan anak usia toddler adalah : a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman. b. Membantu anak untuk bersosialisasi. c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi. d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau diluar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar). e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (biasanya keluarga mempunyai tingkat kerepotan yang tinggi). f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga. g. Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Orang Tua Menurut Supartini (2004) peran dapat dipelajari melalui proses sosialisasi secara tahapan perkembangan anak yang dijalankan melalui interaksi antar anggota keluarga. Peran yang dipelajari akan mendapat penguatan melalui pemberian penghargaan baik dengan kasih sayang, perhatian dan persahabatan, kemampuan orang tua menjalankan peran ini tidak dipelajari melalui pendidikan secara formal, melainkan berdasarkan pengalaman orang tua lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi peran orang tua terhadap anak usia pra sekolah, antara lain :

9 a. Pendidikan orang tua Shifrin (1997) dan wong (2001), mengemukakan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk dapat menjadi lebih siap dalam menjalankan peran adalah dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak dengan secara regular memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi, memberikan nutrisi yang adekuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktik pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak, dan menilai perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak. b. Pekerjaan atau pendapatan Pekerjaan keluarga akan mempengaruhi peran orang tua karena waktu yang diberikan tidak maksimal. c. Jumlah anak Jumlah anak yang banyak dan jarak yang terlalu dekat akan mengurangi kasih sayang pada anak. d. Usia orang tua Apabila terlalu tua atau muda, mungkin tidak dapat mengerjakan peran tersebut secara optimal. e. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak Hasil riset menunjukkan bahwa orang tua yang mempunyai pengalaman sebelumnya dalam merawat anak akan lebih siap dalam menjalankan peran. f. Stres orang tua Stres yang dialami orang tua akan mempengaruhi kemampuan orang tua dalam menjalankan peran, terutama dalam kaitannya dengan strategi koping yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. g. Hubungan suami istri Hubungan yang kurang harmonis antara suami istri akan berdampak pada kemampuan mereka menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat anak serta mengasuh anak dengan penuh rasa kebahagiaan karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan menghadapi segala masalah

10 dengan koping yang positif. 5. Peran Ibu Sosok ibu adalah pusat hidup rumah tangga, pemimpin dan pencipta kebahagian anggota keluarga. Sosok ibu bertanggungjawab menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak, mengelola kehidupan rumah tangga, memikirkan keadaan ekonomi dan makanan anak-anaknya, memberi teladan akhlak, serta mencurahkan kasih sayang bagi kebahagian sang anak (Tarbiyah, 2009). Menurut Bustainah Ash-Shabuni (2007: 46) ibu adalah bangunan kehidupan dengan penopang perjalanannya yang memberikan sesuatu tanpa meminta imbalan dan harga. Apabila ada sifat yang mengutamakan orang lain, sifat tersebut ada pada ibu. Jika ada keikhlasan di dalam keikhlasan seorang ibu. Peran ibu adalah seorang yang mempunyai peran mendidik, mengasuh atau merawat dan memberikan kasih sayang, dan diharapkan dapat ditiru oleh anaknya. Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, dikelompokan menjadi 3 yaitu : kebutuhan asih, asuh dan asah. Kebutuhan asih dalam pemenuhan kebutuhan fisik meliputi, memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada keluarga sehingga mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya. Kebutuhan asuh dalam pemenuhan kebutuhan emosi atau kasih sayang meliputi memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya terpelihara, sehingga diharapkan mereka menjadi anak anak yang sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual. Kebutuhan asah dalam pemenuhan stimulasi mental meliputi memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga menjadi anak yang mandiri dalam mempersiapkan masa depan (Anime, 2011). 6. Peran Orang Tua Terhadap Toilet Training Peran orang tua terhadap toilet trainng pada anak dapat diwujudkan dalam bentuk peran pada anak dalam toilet training, menurut Ratna (2010) bentuk peran antara lain : a. Perhatian Secara Emosi Diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang

11 bersifat memberikan peran. Kadang dengan hanya menunjukkan ekspresi saja sudah dapat memberikan rasa tenteram. Ekspresi ini penting untuk seseorang terutama seorang orang tua, karena ekspresi yang salah dapat menimbulkan rasa malas pada anak untuk melakukan toilet training. b. Bantuan Instrumental Barang-barang yang diinginkan oleh anak untuk dapat termotivasi untuk melakukan toilet training, seperti dengan membelikan peralatan toilet training yang sesuai dengan keinginan anak. c. Pemberian Informasi Informasi sekecil apapun merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi anak untuk melakukan toilet training, misalnya bagaimana dampaknya anak jika tidak mau melakukan toilet training. d. Peran penilaian Orang tua dapat memberikan penilaian pada anak dalam melakukan toilet training, seperti menilai apakah sudah sesuai atau belum dengan diharapkan. 7. Pengaruh peran orang tua terhadap anak Menurut Ratna (2010) pengaruh peran atau peran orang tua terhadap anak dapat berdampak positif bagi anak, antara lain : a. Menggambarkan keeratan hubungan antara orang tua dengan anak. b. Peran orang tua dapat membantu mempercepat proses pemahaman dan motivasi anak dalam melakukan toilet training. c. Anak akan mempunyai kemampuan beradaptasi dan mengelola maupun menyelesaikan masalahnya. d. Peran yang diberikan orang tua tidak membuat anak menjadi tergantung terhadap bantuan, tetapi akan menjadikan anak lebih cepat mandiri karena yakin akan kemampuannya dan mengerti akan keberadaannya.

12 B. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Toddler Toddler.adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Menurut Suryani (2002) toddler adalah anak yang berusia dibawah lima tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual yang pesat. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (centimeter, meter), umur tulang dan keseimbagan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). (Soetjiningsih, 2002). Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil proses pematangan dimana adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2002). Adapun tahap tumbuh kembang pada toddler antara lain: 1. Usia 18 sampai 24 bulan Tahap perkembangan balita dari 18 sampai 24 bulan yaitu: a. Fisik Tahap perkembangan fisik pada anak usia bulan antara lain ialah anoreksia fisiologis, penurunan kebutuhan pertumbuhan, fontanel anterior tertutup secara fisiologis mampu mengendalikan sfingter, linkar kepala 49 cm sampai 50 cm, lingkar dada lebih besar dari lingkar kepala, peningkatan berat badan 1,8 kg sampai 2,7 kg, peningkatan tinggi badan biasanya 10 cm sampai 12,5 cm, tinggi badan dewasa dua kali tinggi pada usia 2 tahun, gigi geligi utama 16 gigi, dan telah siap untuk mulai kontrol usus dan kandung kemih di siang hari. b. Motorik Kasar Pada tahap ini anak akan berjalan, naik tangga dengan satu tangan berpegangan, menarik dan mendorong mainan, melompat di tempat dengan kedua kaki, melempar bola dari satu tangan ke tangan lain tanpa jauh, naik dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah,

13 berlari dengan seimbang, dengan langkah lebar, menangkap objek tanpa jatuh, menendang bola tanpa gangguan keseimbangan. c. Motorik halus Pada tahap perkembangan motorik halus ini anak bisa membangun menara tiga sampai empat kotak, membalik halaman dalam buku, dua atau tiga lembar, dalam menggambar membuat tekanan sesuai tiruan, mengatur sendok tanpa memutar, menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta, dalam menggambar meniru tekanan vertikal dan melingkar serta menekan bel pintu. d. Vokalisasi Pada tahap vokalisasi, anak mulai mengatakan sepuluh kata atau lebih, menunjukkan objek umum, seperti sepatu atau bola, dan dua atau tiga bagian tubuh, mempunyai pembendaharaan kata kira-kira 30 kata, menggunakan dua sampai tiga kata untuk kalimat, menggunakan kata ganti saya, aku, dan kamu, memahami perintah langsung, mengungkapkan kebutuhan untuk toileting, makan atau minum, bicara dengan tidak terputus-putus. 2. Usia 2 sampai 3 tahun Adapun tahap tumbuh kembang pada anak usia 2 sampai 3 tahun adalah : a. Motorik Kasar Pada tahap motorik kasar anak akan mulai melompat dengan kedua kaki, melompat dari kursi atau melangkah, berdiri sebentar pada langkah pada ujung ibu jari kaki, melempar bola dari atas dengan tangan. b. Motorik Halus Anak usia 2-3 tahun akan mulai bisa membangun menara delapan kotak, menambahkan lubang asap pada kereta dari kotak, koordinasi jari baik, memegang krayon dengan jari bukan menggenggamnya, menggerakan jari secara mandiri, mengenali 4 gambar dengan namanya, menggambarkan penggunaan dua benda, menyalin gambar lingkaran, mengenal empat warna, berpakaian tanpa bantuan, menyiapkan semangkuk sereal, manggambarkan penggunaan dua benda, serta mengenakan kaos oblong.

14 c. Vokalisasi Pada tahap perkembangan vokalisasi anak mampu memberikan nama pertama dan nama akhir, menggunakan kata jamak, menyebutkan satu warna, mengenal seorang teman dengan sebuah nama, melakukan percakapan dengan dua atau tiga kalimat, menggunakan kata depan, meggunakan dua kata sifat. d. Sosialisasi Pada tahap sosialisasi anak akan lebih mudah dipisahkan dari ibunya, dalam bermain, membantu menyingkirkan sesuatu, dapat membawa barang pecah belah, mendorong dengan kendali yang baik, mulai mengakui perbedaan jenis kelamin sendiri, dapat memenuhi kebutuhan ke toilet tanpa bantuan kecuali membersihkan daerah anal nya, dan dapat mencuci dan mengeringkan tangan nya sendiri.

15 C. Konsep Dasar Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk malatih anak agar mampu mengontrol dan melakukan buang air kecil dan buang air besar. Toilet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 2 tahun dalam melakukan latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik, psikologis maupun secara intelektual, melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar atau buang air kecil. Hidayat (2005) Toilet training adalah latihan berkemih dan defekasi dalam perkembangan anak usia toddler pada tahapan usia 1 tahun sampai 3 tahun. Dan toilet training bermanfaat pada anak sebab anak dapat mengetahui dan mengenal bagian-bagian tubuh serta fungsinya (anatomi) tubuhnya. Dalam proses toilet training terjadi pergantian impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Supartini, 2004). 2. Kesiapan Memulai Toilet Training a. Usia anak sekitar bulan. Umumnya anak siap pada usia 24 bulan, biasanya anak belum konsisten mengendalikan buang air besar atau buang air kecil mereka, karena masih belum menyadari fungsi tubuhnya. b. Anak tidak berada dalam situasi yang mungkin membuatnya tertekan (Stres) seperti lahirnya adik, pindah rumah, ganti pengasuh dan sebagainya. c. Anak siap secara fisik dan emosional. Sedangkan waktu anak dikatakan siap melakukan toilet training adalah : a. Tetap kering dalam waktu yang cukup lama (kurang lebih 2 jam). b. Buang air kecil dalam jumlah banyak. c. Menunjukkan tanda akan buang air besar atau buang air kecil. d. Mampu mengikuti perintah sederhana. e. Berjalan dengan baik. f. Memahami konsep penggunaan toilet.

16 g. Memahami adanya hubungan antara buang air besar atau buang air kecil di toilet dengan celana yang bersih/kering. h. Memahami bahasa yang menunjukkan pada buang air besar atau buang air kecil. i. Dapat membuat orang lain memahami keinginannya untuk peri buang air besar atau buang air kecil. j. Mampu duduk dengan tenang dalam waktu yang cukup lama. (Fitri, 2006) Sedangkan menurut Wong (2008) faktor-faktor yang mendukung kesiapan anak dalam toilet training adalah : a. Kesiapan fisik 1) Kontrol volunter sfingter anal dan utrtral, biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan. 2) Mampu tidak mengompol selama 2 jam, Jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang. 3) Defekasi teratur. 4) Keterampilan motorik kasar yaitu duduk, berjalan dan berjongkok. 5) Keterampilan motorik halus, membuka pakaian. b. Kesiapan mental 1) Mengenali urgensi defekasi atau berkemih. 2) Keterampilan komunikasi verbal atau non verbal untuk menunjukkan keinginan buang air besar atau buang air kecil. 3) Saat basah atau memiliki urgensi defekasi atau berkemin. 4) Keterampilan kognitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan mengikuti perintah. c. Kesiapan psikologis 1) Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua. 2) Mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau terjatuh. 3) Keingintahuan mengenai kebiasaan toilet orang dewasa atau kakak.

17 4) Ketidaksabaran akibat popok yang kotor oleh feses atau basah, ingin untuk segera diganti. d. Kesiapan parental 1) Mengenali tingkat kesiapan anak. 2) Berkeinginan untuk meluangkan waktu untuk toilet training. 3) Ketiadaan stres atau perubahan keluarga, seperti perceraian, pindah rumah, sibling baru atau akan bepergian. 3. Tahapan Toilet Training a. Biasakan anak ke toilet dan lakukan secara rutin. b. Latih anak untuk buang air besar atau buang air kecil di toilet. c. Jelaskan fungsi toilet. Ada 3 aspek dalam pra-toilet training yaitu : a. Menyebutkan istilah untuk buang air besar atau buang air kecil. Misalnya menyebutkan kata pipis untuk buang air kecil dan eek untuk buang air besar. b. Memberi kesempatan melihat orang lain memakai toilet, ini memungkinkan anak melihat, mengajukan pertanyaan dan belajar cara menggunakan toilet. c. Mengajari mengganti celana Ganti celana balita secepatnya jika basah karena ompol atau kotoran. Dengan begitu, anak akan merasa risih bila memakai celana basah atau kotor. Tapi jangan memarahi balita jika mengompol atau buang air besar di celana. 4. Pengkajian Masalah Toilet Training (Hidayat,2004) Pengkajian kebutuhan toilet training merupakan sesuatu yang harus diperhatikan sebelum anak melakukan buang air besar atau kecil, mengingat bahwa anak yang melakukan buang air besar atau kecil akan mengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air kecil dan besar. Proses tersebut anak dialami oleh setiap anak, untuk mencegah terjadinya kegagalan maka dilakukan suatu pengkajian sebelum melakukan toilet training yang meliputi : a. Pengkajian Fisik

18 Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang air besar dan kecil dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mendapat perhatian karena kemampuan untuk buang air besar ini lancar dan tidaknya dapat ditunjang dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air besar atau kecil sudah mampu dan siap untuk melaksanakannya. Selain itu, yang harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak ngompol setelah tidur dan lainlain. b. Pengkajian Psikologis Pengkajian psiokologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis anak ketika melakukan buang air besar dan air kecil seperti anak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang besar atau kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin melakukan secara mandiri, anak sabar dan sudah mau tetap tinggal di toilet selama 5-10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya, ada keingintahuan kebiasaan toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, ada ekspresi untuk menyenangkan pada orang tuannya. c. Pengkajian Intelektual Pengkajian intelektual pada latihan buang air besar atau kecil antara lain kemampuan anak untuk mengerti buang air besar dan kecil, kemampuan mengkomunikasikan buang air besar dan kecil, anak menyadari timbulnya buang air besar atau kecil, mempunyai kemampuan kognitif untuk meniru perilaku yang tepat seperti buang air kecil atau besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil atau besar. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya : 1) Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diapetz dimana anak akan merasa aman. 2) Ajari anak untuk mengucapkan kata-kata yang khas yang

19 berhubungan dengan buang air besar atau kecil. 3) Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki dan lain-lain. 4) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training.

20 5. Aspek Psikologis Toilet Training Menurut Freud (1923) dalam Papalia (2003), toilet training dilakukan pada masa anal perkembangan psikologis anak. Banyak psikolog terkemuka yang berpendapat bahwa fase anal merupakan salah satu fase penting perkembangan psikologis seseorang. Dalam fase ini anak pertama kali dihadapkan pada kondisi dimana keadaan fisiologis dan biologis tubuhnya harus disesuaikan dengan faktor lingkungan dan sosial. Fase ini merupakan fase yang tepat untuk mengajarkan anak untuk menahan kebutuhan biologis misalnya buang air besar atau buag air kecil. Hal ini penting untuk menyesuaikan perkembangannya dengan faktor lingkungan, yaitu menjaga kebersihan dan faktor sosial, yaitu ajaran orangtua atau pengasuh. Usia 18 bulan sampai 3 tahun merupakan saat di mana anak mengalami konflik autonomy versus shame and doubt, yaitu mulai mengetahui tentang kapabilitas dirinya dan membentuk zona pribadi miliknya. Mereka ingin memilih apa yang dilakukan dan didapatkan sendiri. Konflik akan terselesaikan jika orang tua mampu memberikan arahan yang baik dan pilihan-pilihan bijak. Freud (1923) dalam Papalia (2003) mengidentifikasikan toilet training sebagai salah satu momen yang menentukan kesehatan psikologis seseorang pada fase perkembangan ini. Perilaku orang tua saat pelatihan mempengaruhi aspek ini. Seorang anak berusia dua tahun, seharusnya sudah mampu menjalani toilet training, makan dengan menggunakan sendok dan merapikan mainannya setelah bermain. Peran orang tua dalam pelatihan hanya mengontrol dan memberikan dukungan saja. Hal ini akan mengembangkan kemampuan toleransi diri dan pengertian. Menurut Erikson (1992) dalam Berk (1998), orang tua yang terlalu ikut campur dalam perkembangan kemampuan anaknya akan membuat anak kehilangan beberapa momen yang menentukan aspek-aspek hidupnya. Anak bisa berkembang menjadi pribadi yang penakut dan pemalu, tidak mampu menentukan pilihan, merasa tertekan, dan tidak mampu mengendalikan diri. 6. Penerapan Toilet Training Pada Anak Perempuan Dan Anak Laki-Laki Cara buang air kecil anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Anak perempuan buang air kecil dengan jongkok, sedangkan anak lelaki dengan berdiri.

21 Namun demikian, untuk awal toilet training sebaiknya baik anak lelaki maupun perempuan diajarkan sama yaitu dengan jongkok atau duduk, bila anak laki-laki langsung belajar buang air kecil dengan gaya berdiri, maka nanti akan sulit baginya untuk belajar buang air besar sambil duduk /jongkok. Hanya saja, banyak juga laki-laki yang memilih melakukannya sambil berdiri, kalau kebiasaan duduk ini sudah terbentuk, orang tua dari jenis kelamin yang sama ( ayah) dapat memperkenalkan gaya pipis berdiri kepada anaknya, karena dengan memberi contoh anak akan cepat meniru, anak perempuan memang belajar lebih cepat, tatapi masih harus belajar cara duduk yang benar dan membersihkan alat kelaminnya dengan bersih. Berikut adalah cara melatih toilet training pada anak laki-laki dan perempuan : a. Anak perempuan 1) Perlengkapan Gunakan toilet khusus anak supaya otot-otot panggulnya akan rileks, karena kaki anak tetap menginjak lantai, jika memakai toilet dewasa, berikan kursi untuk pijakan. 2) Posisi Minimalkan cipratan pipis atau pup dengan cara menempatkan pantat atau vagina benar-benar diatas toilet. Suruhlah anak untuk duduk dengan kedua lutut terbuka lebar, ini akan membuka otototot panggul menjadi tetap rileks. 3) Penerapan Ajarkan anak untuk membersihkan alat kelaminnya dari arah kelamin depan ke belakang, berilah contoh terlebih dahulu, buatlah anak tetap asik dan betah duduk lama dengan menaruh buku, mainan, atau memutar lagu faforit anak di dekat toilet. b. Laki laki 1) Perlengkapan Biarkan anak menggunakan toilet khusus untuk buang air kecil atau tetap memakai toilet biasa dipakai dirumah, ibu bisa menambahkan tempat duduk pada toilet.

22 2) Posisi Meminta anak mendorong penisnya lurus kebawah sebelum anak duduk diatas toilet, dengan begitu cipratan pipis tidak kemana-mana. Jika anak memilih berdiri, pastikan posisinya sudah pas, kedua kaki terbuka lebar dan anak tepat didepan toilet. 3) Penerapan Biarkan ayah melihat anaknya, atau tunjukkan bagaimana cara mengarahkan penisnya, untuk membuktikan tembakan sudah benar atau belum, ada beberapa cara mengetesnya. Jatuhkan beberapa cracker ke toilet, kemudian minta anak untuk menembakannya dengan cara pipis, beri anak pujian atau hadiah jika anak berhasil melakukannya. Jika anak akan buang air besar sediakan buku, mainan atau lagu-lagu di dekatnya. 7. Cara Toilet Training pada anak (Hidayat, 2004) Latihan buang air besar atau kecil pada anak atau dikenal dengan nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua anak, mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan sendiri dalam melaksanakan buang air besar atau kecil tanpa merasakan ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih toilet training kepada anaknya diantaranya : a. Tekhnik lisan Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air besar atau kecil. cara ini kadang-kadang menjadi hal yang biasa dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa tekhnik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air besar atau kecil dimana dengan lisan ini persiapan psikologis anak akan semakin matang dan akhirnya anak akan mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air besar atau kecil. b. Tekhnik modeling

23 Merupakan suatu usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara meniru untuk buang air besar atau memberi contoh. Cara ini juga dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air besar dan kecil membiasakan buang air besar dan kecil secara benar. Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah sehingga anak dapat diperlihatkan kepada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah. Selain cara tersebut terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak merasakan buang air besar atau kecil, tempatkan anak diatas pispot atau ajak ke kamar mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak jika akan buang air besar atau kecil, dudukan anak diatas pispot atau orang tua jongkok didepannya sambil mengajak bercerita atau bicara, berikan anak pujian jika berhasil tetapi sebaliknya jangan marahi dan salahkan anak jika salah, biasakan anak pergi ke toilet di jam jam tertentu dan beri anak celana yang mudah dilepas dan dipakai kembali. 8. Cara Mempermudah Toilet Training a. Memberi contoh. Ajak anak bersama anda, pasangan, saudara atau teman bermain yang lebih besar, bila akan pergi ke toilet dan biarkan anak duduk di atas toilet tanpa perlu membuka celananya bila anak tidak mau. Tujuannya hanya memperkenalkannya sehingga jika saatnya tiba anak sudah mengenali dan merasa aman dengan toilet. b. Untuk toilet duduk, anda dapat menggunakan dudukan toilet yang disesuaikan dengan ukuran anak yang banyak dijual sekarang ini sehingga anak merasa aman dan nyaman saat duduk di atasnya. c. Berikan bangku kecil yang kuat untuknya sehingga dia dapat naik ke toilet dan berikan tempat duduk toilet khusus untuk anak agar dia merasa aman. Anak akan meminta anda untuk memeganginya saat dia sedang di toilet. Meskipun anak sudah dapat turun dan naik dengan mudah, dia masih

24 memerlukan anda untuk membersihkannya. d. Untuk anak perempuan, ajarkan dia untuk membersihkan diri setelah buang air besar atau buang air kecil dari arah depan ke belakang untuk menghindari kontak kotoran dengan vagina yang dapat menyebabkan infeksi saluran kencing. e. Toilet jongkok lebih mudah untuk anak laki-laki saat buang air kecil. Untuk anak perempuan, ajarkan dia untuk berjongkok saat buang air, contohkan anak untuk jongkok. Biasanya anak takut terjatuh, biarkan dia berjongkak hanya pada salah satu sisi sambil dipegangi. Setelah lebih besar dia akan dapat memulai jongkok seperti biasanya. f. Ajarkan anak kebiasaan mencuci tangan setelah selesai menggunakan toilet. g. Jagalah kebersihan toilet anda, pastikan tidak 11 cm dan bersih, sehingga toilet nyaman dan aman buat anak. (Suririnah, 2009) 9. Yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan dalam latihan memakai toilet (Thompson, 2003) a. Tidak boleh membiarkan anak memilih sendiri dudukan toiletnya karena akan berbahaya bagi anak. b. Membiarkan anak menyiram toilet jika anak mau. c. Memastikan anak mencuci tangan dengan baik setelah buang air. d. Memastikan anak perempuan cebok dari arah depan kebelakang. e. Membandingkan kemajuan dengan anak lain. 10. Hal - hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, (Hidayat, 2005) a. Menghindari pemakain popok sekali pakai. b. Mengajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan buang air besar. c. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saat bangun tidur, cuci tangan, atau cuci kaki. d. Jangan marahi anak bila gagal melakukan toilet training. 11. Masalah yang bisa timbul dalam pelatihan toilet training (Thompson, 2003)

25 a. Rasa takut akan siraman air toilet adalah biasa, namun dapat mengganggu latihan memakai toilet. b. Bagi beberapa anak rasa takut akan toilet membuatnya menahan trauma buang air besar. c. Anak yang sudah dilatih dapat mengalami kemunduran dan mulai buang air lagi ditempat yang tidak seharusnya. d. Anak bisa tertarik dengan fesesnya sendiri(anak tidak rela apabila fesesnya di siram). Baginya prestasi buang air besar adalah prestasi menakjubkan dan anak sangat bangga bisa melakukannya. e. Ada tahap ketika anak merasa tertarik dengan bagaimana anak yang jenis kelaminnya berbeda buang air kecil. 12. Dampak Toilet Training Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat mengganggu kepribadian anak atau cenderung bersifat relatif dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan orang tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil, atau melarang anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian ekspresif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara,emosional dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2005) 13. Keberhasilan Toilet Training Keberhasilan menguasai tugas-tugas perkembangan (mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil) pada toddler memerlukan bimbingan dari orang tua. Keberhasilan toilet training dapat di capai apabila anak mampu mengenali keinginan untuk buang air besar dan buang air kecil, kemampuan fisik anak untuk mengontrol spinkter anal & uretral akan di capai pada usia anak bulan (Whaley & Wong, 1999 dalam Iqbal Harziky 2010 ) Toilet training dikatakan berhasil apabila :

26 a. Anak mau memberi tahu bila merasa buang air kecil atau buang air besar. b. Anak mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar. c. Anak mampu menahan buang air kecil atau buang air besar. d. Anak tidak pernah ngompol atau buang air besar di celana. Toilet training dikatakan terlambat apabila : a. Anak terlambat memberi tahu bila merasa membuang air kecil atau buang air besar. b. Anak terlambat mengatakan pada ibu bila buang air kecil atau buang air besar. c. Anak terlambat mampu menahan buang air kecil atau buang air besar. d. Anak ngompol terus atau buang air besar dicelana. D. Anak Usia Toodler Menurut Wong (2003), toddler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan mobilitas fisik dan kognitif lebih besar. Perkembangan fisik, perkembangan ketrampilan motorik yang cepat membolehkan anak untuk berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri sendiri seperti makan, berpakaian, dan eliminasi. Peningkatan ketrampilan daya gerak, kemampuan untuk melepas pakaian termasuk melepas celana pada saat anak akan buang air besar atau buang air kecil, dan perkembangan kontrol spingter uretra dan spingter ani memungkinkan anak usia toddler ini melakukan toilet training (Thompson, 2003) Menurut Erick Ericson dalam Riyadi (2010) anak usia toddler akan melalui tahapan perkembangan sebagai berikut: 1. Otonomi versus rasa malu Pada usia ini alat gerak dan rasa telah matang serta rasa percaya terhadap ibu dan lingkungannya. Perkembangan otonomi selama periode balita berfokus pada peningkatan kemampuan anak untuk mengontrol tubuhnya, dirinya dan lingkungan. Anak menyadari bahwa anak dapat menggunakan kekuatannya untuk bergerak dan berbuat sesuai dengan kemauannya sendiri. Misalnya anak akan puas jika bisa berjalan, mampu melakukan toilet training dengan baik. Selain itu

27 anak menggunakan kekuatan mentalnya untuk menolak dan mengambil sebuah keputusan. Rasa otonomi ini perlu untuk dikembangkan karena sangat penting untuk terbentuknya rasa percaya diri dan harga diri di kemudian hari. Hubungan dengan orang tua yang bersifat egosentris atau mementingkan diri sendiri. Adapun peranan lingkungan dalam hal ini adalah memberikan dukungan dan memberikan keyakinan yang jelas. Perasaan negatif pada anak adalah rasa malu dan rasa ragu yang timbul jika anak merasa tidak mampu untuk mengatasi segala tindakan yang dipilihnya sendiri serta kurangnya dukungan dari kedua orang tua dan lingkungan, misalnya orang tua selalu mengintervensi anak, orang tua tidak memberikan keleluasaan bagi anak untuk memilih satu atau dua pilihan dari berbagai alternatif pilihan yang ada. 2. Menurut Sigmund freud dalam anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan pada fase anal Fungsi tubuh yang memberikan kepuasan terpusat pada anus. Misalnya anak akan melakukan buang air besar dan buang air kecil secara mandiri. Orang tua jangan memarahi anak jika dia tidak bersih menyiram WC, atau jangan dimarahi jika anak kedapatan kencing ditembok belakang rumah. Jika hal tersebut terjadi berikan pengertian dan contohkan dimana dia harus buang air kecil dan buang air besar serta bagaimana cara menyiram bekas kencing dan BAB dan bagaimana cara bercebok yang baik. Apabila ibu memarahi anak akibatnya dilain hari jika anak ingin buang air besar dan buang air kecil dia akan menahannya dan tidak memberitahukan orang tua, atau dia akan buang air kecil dan buang air besar setelah selesai akan mengacak-ngacaknya. Pada fase ini ajarkan anak konsep bersih, ketetapan waktu dan cara mengontrol diri. Latihan otot anal dapat menurunkan ketegangan. 3. Menurut Piaget, (2005) anak usia toddler mengalami tahapan perkembangan intelektual sebagai berikut: a. Sensorik-Motorik (sejak lahir-2 tahun) Merupakan tahap dimana anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima rangsangan secara pasif dan luar tetapi juga akan

28 memberikan jawaban terhadap rangsangan tersebut. Jawaban tersebut berupa reflek-reflek bersin, makan, menggenggam, dan lain sebagainya yang diharapkan dengan adanya reflek ini bayi dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. b. Pre operasional (umur 2-7 tahun) Adanya perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah yang semula dari sensorik motorik menjadi pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbol-simbol dengan menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang dan akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan mulai berubah dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih rasional.

29 E. KERANGKA TEORI PENELITIAN Faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu 1. Pendidikan orang tua 2. Pekerjaan atau pendapatan 3. Jumlah anak 4. Usia orang tua 5. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak 6. Stress orang tua 7. Hubungan suami istri Peran orang tua Keberhasi lan toilet training Cara toilet training : 1. Tekhnik lisan 2. Tekhnik modelingg Peran orang tua terhadap toilet training 1. Perhatian secara emosi 2. Bantuan instrumental 3. Pemberian informasi 4. Peran penilaian Faktor yang mendukung kesiapan anak: 1. Kesiapan fisik 2. Kesiapan mental 3. Kesiapan psikologis 4. Kesiapan parental Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Supartini (2004), Ratna (2010), (Fitri, 2006), hidayat, (2005)

30 F. KERANGKA KONSEP Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka kerangka konsep dari penelitian diatas adalah sebagai berikut : Variabel Independent: Peran orang tua (ibu) terhadap toilet training Variabel Dependent: Keberhasilan toilet training Faktor internal : 1. Pengetahuan ibu 2. Usia anak 3. Pengalaman Faktor eksternal : Keterangan : 1. Lingkungan 2. Sosial budaya :variabel yang diteliti :variabel pengganggu Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

31 G. HIPOTESA Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat ditegakkan hipotesis penelitian yaitu: Ha : ada hubungan peran ibu dalam keberhasilan toilet training pada anak usia toddler di Pos PAUD Melati 2 Desa Bumirejo Kec. Kebumen Kab. Kebumen. Ho : tidak ada hubungan peran ibu dalam keberhasilan toilet training pada anak usia toddler di Pos PAUD Melati 2 Desa Bumirejo Kec. Kebumen Kab. Kebumen

32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk meneliti beberapa variabel yang dilakukan satu kali dalam satu kejadian. (Notoatmojo,2010) B. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian, penentuan sumber data dalam suatu penelitian sangat penting karena menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua orang tua (ibu) yang memiliki anak sekolah di PAUD Melati II Desa Bumirejo, Kec. Kebumen, Kab. Kebumen. Yang berjumlahkan 46 ibu pada tahun Sampel Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Total Sampling yaitu mengambil sampel dengan cara mengambil semua anggota populasi menjadi sampel ( Hidayat, 2008). Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak usia toddler yang bersekolah di PAUD Melati II Desa Bumirejo, Kec. Kebumen, Kab. Kebumen. Yang berjumlahkan 46 ibu pada tahun Tekhnik pengambilan sampel ini mengacu pada kriteria inklusi dan eksklusi,sebagai berikut : a. Kriteria inklusi Merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel, pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam 2003). Kriteria inklusi daam36elitian ini adalah:

33 1) Ibu yang mempunyai anak usia 1-3 tahun di PAUD Melati II Desa Bumirejo, Kec. Kebumen, Kab. Kebumen. 2) Ibu yang bisa membaca b. Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, yang harus dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias (Saryono, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Ibu yang tidak datang saat penelitian 2) Ibu yang sedang sakit saat penelitian C. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Melati II Desa Bumirejo, Kec. Kebumen, Kab. Kebumen pada hari Jum at 30 Mei D. Variabel Penelitian Menurut Notoatmojo, (2002) variabel yang mengandung pengertian sesuatu yang digunakan ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen. Variabel independen penelitian ini yaitu peran orang tua, sedangkan variabel dependen penelitian ini adalah keberhasilan toilet training. E. Definisi Operasional Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang didefinisikan (Al Ummah, 2009). Definisi operasional tersebut mencakup variabel, definisi operasional, alat ukur, hasil ukur dan skala, definisi operasional dalam penelitian ini adalah : Tabel. 3.1 Definisi Operasional no Variabel Devinisi Alat ukur Parameter Skala

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK Disusun oleh kelompok 3 1. I Putu Endra Setyawan 2. K. Rani Ardinanthi 3. Lanang Galih Kriswianto 4. Maya Rosita 5. Mei Ratna Sari 6. Muhammad Reza 7.

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati TOILET TRAINING 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati Definisi Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan yang paling memerlukan perhatian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toddler dan Teori Perkembangan 2.1.1 Definisi toddler Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara

Lebih terperinci

Psikologi Terapan UI ini.

Psikologi Terapan UI ini. SERING BUANG AIR BESAR DI CELANA Boleh jadi si kecil enggak sakit perut, tapi semata-mata lantaran ingin membangkang. Penyebabnya, toilet training yang salah. Dibanding si kecil mengompol, buang air besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam rentan perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). Masa anak merupakan waktu anak untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training ( Pelatihan Buang Air ) Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Toilet Training 2.2.1 Pengertian Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tuapun

Lebih terperinci

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 4 No. 1 Pebruari 2012

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol 4 No. 1 Pebruari 2012 PENGARUH PERAN IBU DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PLAY GROUP TARBIYATUSH SHIBIYAN MOJOANYAR MOJOKERTO Risfan Batuatas 1, Tripeni, SST. M.Kes 2 1 Mahasiswa Politeknik Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak merupakan derajat kesehatan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kanak-kanak awal biasanya dikenal dengan masa prasekolah. Pada usia ini, anak mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orangtuanya untuk masuk dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan akan menjadi generasi penerus serta generasi masa depan bangsa. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangannya mengatakan bahwa anak usia toddler (1-3) tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Toddler merupakan periode perkembangan dalam kehidupan anak antara usia 1 sampai 3 tahun (Nelson, 2000). Sigmun Frued dalam teori perkembangannya mengatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung

Lebih terperinci

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia

Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Tahap-tahap Tumbuh Kembang Manusia Rentang Perkembangan Manusia UMBY 1. Neonatus (lahir 28 hari) Pada tahap ini, perkembangan neonatus sangat memungkinkan untuk dikembangkan sesuai keinginan. 2. Bayi (1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal

BAB I PENDAHULUAN. keluarga lain, pengalaman dini belajar anak khususnya sikap sosial yang awal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga sebagai wahana utama dan pertama terjadinya sosialisasi pada anak. Karena anak pertama kali berinteraksi dengan ibunya serta ayahnya dan anggota keluarga lain,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang

BAB I PENDAHULUAN. Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Toilet training yaitu suatu usaha melakukan latihan buang air besar dan buang air kecil. Toilet training dapat dilakukan pada anak usia 1-3 tahun ( Thompson,

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PENGGUNAAN DIAPER PADA ANAK USIA TODDLER (Suatu Penelitian Di Taman Kanak-Kanak PAUD Kecamatan Tilong Kabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty SETUJUKAH BAHWA Setiap anak cerdas Setiap anak manis Setiap anak pintar Setiap anak hebat MENGAPA ANAK SEJAK USIA DINI PENTING UNTUK DIASUH DAN DIDIDIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia batita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita Perkembangan kemampuan berbahasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah atau ukuran dari hal hal

Lebih terperinci

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 218, Hal. 7-13 Gambaran Pengetahuan Orangtua Tentang Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Puskesmas Pasir Kaliki Maidartati, Dhea Dwiyanti

Lebih terperinci

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN M. Ikhwan Kosasih, Ludfi Nur Farida Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri Perkembangan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Usia Prasekolah 1. Pengertian Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH Oleh: Sugihartiningsih Abstrak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahkluk hidup secara alamiah. Pertumbuhan akanmengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. anak yang sudah mulai memasuki fase kemandirian (Wong, 2004). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar (BAB). Toilet training

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Periode penting dalam tumbuh kembang anak terjadi pada lima tahun pertama anak tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini akan mempengaruhi dan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti pernah mengalami ngompol yang dalam bahasa medisnya disebut enuresis. Secara sederhana definisi enuresis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai

Lebih terperinci

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro ARTIKEL PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER Dadang Kusbiantoro Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang dianjurkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun (enam) tahun yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak

BAB II TINJAUAN TEORI. Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak BAB II TINJAUAN TEORI A. Ibu bekerja Ibu adalah wanita yang melahirkan anak (Purwadarminta, 2003). Peranan ibu sangat banyak, peranan ibu sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai peran untuk

Lebih terperinci

www.rajaebookgratis.com. "Ih, Udah Gede Kok Nggak Punya Malu!" Rasa malu merupakan salah satu nilai moral yang patut diajarkan pada anak. Perasaan ini tidak ada kaitannya dengan sifat pemalu. Bagaimana

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO Devi Muji Rahayu *, Firdaus, S.Kep., Ns., M.Kes** (UNUSA, FIK,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indrayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak masa embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005)

BAB I PENDAHULUAN. anak melakukan kegiatan tersebut disitu anak akan mempelajari anatomi. tubuhnya sendiri serta fungsinya.(hidayat Alimul,2005) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. Pada toilet trainings

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Soetjiningsih (2008) Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati 2008). Setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan adalah salah satu bentuk kegiatan dibidang kesehatan, yang mencakup beberapa sub bidang, salah satu lingkup keperawatan adalah keperawatan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 11 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. TINJAUAN PUSTAKA Masa anal berhubungan pula dengan soal kebersihan, keteraturan atau kerapihan yang ingin di terapkan orangtua kepada anak. Anak bukan lagi pribadi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA BEJI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Ima Syamrotul M

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak

BABI. PENDAillJLUAN. Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak BABI PENDAillJLUAN 1.1. Latar Belakang Ketika anak mulai menginjak masa awal kanak-kanak (2-6 tahun), anak memerlukan perhatian dan pengawasan dari orangtua atau orang dewasa disekitarnya. Hal ini penting

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga Metode Pengembangan Fisik Drs. Rumpis Agus Sudarko, M.S. FIK-UNY Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th MASA KANAK-KANAK AWAL By FH Masa ini dialami pada usia Masa Usia Pra Sekolah : 2-4 th Play group atau TK : 4 5,6 th 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a) Belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Deteksi dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia 0-36 bulan ini dikembangkan oleh peneliti untuk dijadikan pedoman bagi kader posyandu dalam rangka mengamati perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola asuh merupakan cara yang dilakukan orang tua dalam mendorong anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat diharapkan dapat membentuk

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 Saya : Ns. Dewi Yurika, S.Kep Mahasiswa program Magister (S2) kekhususan keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Dengan NPM : 0706194665.

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI Rita Eka Izzaty Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang ASUH ; gizi, perawatan dasar imunisasi, ASIpengobatan bila sakit, kebersihan diri dan lingkungan, sandang, olah tubuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. proses pematangan dan belajar (Wong, 1995) fungsi pematangan organ mulai dari aspek sosial, emosional, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak diperlukan suatu kepekaan terhadap kebutuhan anak, karena dengan kepekaan tersebut pemahaman dapat mudah diperoleh. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi. Untuk berhubungan dengan orang lain dibutuhkan komunikasi yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME

TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME TOILET TRAINING PADA ANAK DOWN SYNDROME (Studi Kasus pada Siswa Down Syndrome di SLB-C1 Widya Bhakti Semarang) SKRIPSI disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak adalah dambaan dari setiap orang tua untuk melanjutkan keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT Fiktina Vifri Ismiriyam 1), Anggun Trisnasari 2), Desti Endang Kartikasari 3) Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang akan terus terjadi secara berkesinambungan selama kehidupan manusia (Susanto, 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK. By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep

TUMBUH KEMBANG ANAK. By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep TUMBUH KEMBANG ANAK By. Nur Asnah,S.S.Kep.Ns.M.Kep TUMBUH KEMBANG TUMBUH : BERTAMBAHNYA SEL-SEL TUBUH/ UKURAN TUBUH BERTAMBAH BERKAITAN DENGAN HAL FISIK YANG TERLIHAT TINGGI BADAN & BERAT BADAN Pertumbuhan

Lebih terperinci

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat

1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan. selalu meletakkan pipi ke alas secara. kedua lengan dan kepala tegak, dan dapat Perkembangan gerakan kasar Bulan Pencapaian Titik Pencapaian 1 Asimetri Kemampuan usia 4 bulan 2 Setengah miring jika dalam posisi tengkurap, selalu meletakkan pipi ke alas secara bergantian disebut titik

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER Iis Suwanti Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto Email

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci