BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah kepesisiran didefinisikan oleh Kay dan Alder (1999) sebagai wilayah pertemuan darat dan laut dengan proses-proses alam yang bervariasi dan dinamis dalam membentuk wilayah tersebut. Hal yang serupa diungkapkan oleh Mardiatno dan Shafarani (2014) bahwa wilayah kepesisiran merupakan wilayah transisi antara darat dan laut yang memiliki sumberdaya yang potensial, baik sumberdaya hayati maupun non hayati. Hal tersebut dapat menjadi nilai strategis dalam pengembangan wilayah. Pengembangan suatu wilayah tidak dapat terlepas dari upaya pengelolaan sumberdaya secara tepat. Salah satu ciri dari wilayah yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk. Kay dan Alder (1999) menambahkan bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah kepesisiran berbanding lurus dengan tingkat percepatan urbanisasi. Hal ini memicu perkembangan permukiman dan transportasi di wilayah kepesisiran. Bertambahnya jumlah penduduk dan merebaknya permukiman di wilayah kepesisiran akan berdampak lanjutan pada kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih dapat terpenuhi dengan memanfaatkan airtanah. Airtanah merupakan sumber air bersih yang paling banyak digunakan oleh penduduk dalam beraktivitas (Santosa dan Adji, 2014). Berkembangnya aktivitas manusia di suatu wilayah mendorong terjadinya eksploitasi airtanah (Gimenez- Forcada, 2014). Hal yang serupa diungkapkan sebelumnya oleh Cheng dan Ouazar (2003) bahwa eksploitasi airtanah di wilayah kepesisiran disebabkan oleh pertumbuhan penduduk serta perkembangan industri dan pertanian. Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan muka airtanah hingga ke bawah permukaan laut, sehingga memberikan peluang kepada air laut untuk masuk ke dalam sistem akuifer atau dikenal dengan istilah intrusi air laut. Bagian dari wilayah kepesisiran yang relatif memiliki pertumbuhan yang cepat adalah wilayah pantai dan pesisir. Salah satu wilayah yang berkembang cepat adalah wilayah pantai dan pesisir Sanden. 1

2 Wilayah pantai dan pesisir Sanden mulai berkembang menjadi kawasan pariwisata, pertanian, dan perikanan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan di wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden. Perkembangan wilayah kepesisiran semakin didukung oleh adanya aksesibilitas yang memadai, yaitu tersedianya fasilitas jalan yang memadai pada tahun Gambar 1.1. Perubahan Penggunaan Lahan di Wilayah Pantai dan Pesisir Kecamatan Sanden Tahun (Sumber: Google Earth, 2015) Perkembangan aktivitas manusia di wilayah pantai dan pesisir berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas airtanah dimana airtanah berperan sebagai sumber air utama di wilayah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiridjati (2014), airtanah di sebagian wilayah kepesisiran di Desa Srigading memiliki kadar klorida dan nitrat yang tinggi karena adanya aktivitas manusia, seperti kegiatan tambak udang, pertanian, dan limbah septiktank. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rakhman (2014) bahwa daerah kajian belum mengalami intrusi air laut, tetapi terindikasi adanya peningkatan kadar garam terlarut pada airtanah. Pemodelan airtanah di Kecamatan Sanden, seperti yang dilakukan oleh Kabahari (2014) menunjukkan bahwa wilayah pantai dan pesisir daerah kajian memiliki risiko tinggi untuk terjadi intrusi air laut. Hal ini disebabkan oleh letak interface yang berada pada kedalaman 48 m. 2

3 Kepadatan Penduduk (jiwa/km 2 ) Kajian terkait keasinan airtanah di wilayah pantai dan pesisir menjadi penting karena dampak yang diterima oleh masyarakat akan sangat besar, terlebih di wilayah tersebut sudah mulai berkembang dan populasi penduduk di wilayah tersebut semakin meningkat. Sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rentang empat tahun, yaitu antara tahun 2010 hingga 2013, terjadi peningkatan jumlah penduduk pada Desa Srigading, Gadingharjo, dan Gadingsari, Kecamatan Sanden. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di ketiga desa tersebut (Gambar 1.2). Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada berkembangnya aktivitas ekonomi penduduk yang memanfaatkan ruang yang tersedia di wilayah kepesisiran (Marfai, dkk., 2011). Dampak selanjutnya berkaitan dengan kebutuhan air yang semakin meningkat. Hal ini pula yang berpotensi menimbulkan intrusi air asin sebagai akibat dari pemompaan airtanah, baik untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun untuk kebutuhan air irigasi. Kualitas airtanah di wilayah pantai dan pesisir dapat dipertahankan agar tidak terjadi proses intrusi air asin ke dalam akuifer dengan melakukan pengukuran dan analisis terkait dengan hidrogeokimia airtanah Tahun Desa Gadingsari Desa Gadingharjo Desa Srigading Gambar 1.2. Grafik Kepadatan Penduduk Desa Gadingsari, Gadingharjo, dan Srigading Tahun (Sumber: BPS Kabupaten Bantul, ) Identifikasi airtanah tawar dan airtanah asin dapat dilakukan dengan data komposisi kimia airtanah. Hal ini dibuktikan oleh Ebraheem et al. (1997) yang 3

4 telah melakukan penelitian terkait dengan pencemaran airtanah karena intrusi air asin dengan mengombinasikan data hidrogeologi dan geofisik dengan data komposisi kimia airtanah melalui pemantauan banyak sumur. Hidrogeokimia pun dapat digunakan dalam mengidentifikasi intrusi air asin dalam perspektif ruang dan waktu seperti penelitian yang dilakukan oleh Gimenez-Forcada (2014). Dengan demikian, konsep hidrogeokimia untuk mengkaji keasinan airtanah dapat diterapkan pada daerah kajian Perumusan Masalah Peningkatan jumlah penduduk akan menimbulkan berbagai aktivitas perekonomian dengan memanfaatkan lahan di wilayah pantai dan pesisir, seperti pembukaan lahan untuk perikanan, pertanian, dan pariwisata. Perkembangan suatu wilayah sebagai sebagai bentuk dari aktivitas manusia memiliki dampak bagi lingkungan, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang dihasilkan cenderung ke arah perekonomian masyarakat yang mengalami peningkatan. Misalnya perubahan penggunaan lahan yang semula lahan kosong menjadi lahan perikanan dan pertanian, serta wisata alam yang sedang populer di kalangan masyarakat. Hal ini akan mendorong perekonomian masyarakat setempat, mulai dari kegiatan tambak hingga pembukaan warung makan dan toilet umum di pesisir. Meskipun demikian, ketika aktivitas manusia telah mendominasi, maka keseimbangan alam akan terganggu. Salah satu bentuk dari ketidakseimbangan alam adalah adanya proses intrusi air asin ke dalam akuifer. Penelitian yang dilakukan oleh Kabahari (2014) menunjukkan bahwa letak interface berada pada kedalaman 48 m. Berdasarkan hasil pemodelan, sejauh 400 m ke utara dari pantai merupakan daerah yang sangat rawan terjadi intrusi air laut jika terdapat aktivitas pemompaan airtanah yang berlebihan. Wiridjati (2014) menunjukkan bahwa kandungan nitrat dan klorida di dalam airtanah tergolong tinggi karena aktivitas tambak udang dan permukiman yang padat. Sama halnya dengan Rakhman (2014) yang mengemukakan bahwa di wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden terdapat peningkatan kadar garam terlarut pada 4

5 airtanah. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti antara lain sebagai berikut. (1) Bagaimana pola aliran airtanah (flownet) di wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul? (2) Bagaimana karakteristik hidrogeokimia airtanah di daerah penelitian? (3) Apa saja faktor yang mempengaruhi tingkat keasinan airtanah di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis pola aliran airtanah (flownet) di daerah penelitian; (2) menganalisis karakteristik hidrogeokimia airtanah di daerah penelitian; dan (3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keasinan airtanah di daerah kajian ditinjau dari pola aliran airtanah (flownet), hidrogeokimia, dan daya hantar listrik Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut. (1) Penelitian ini diharapkan dapat bemanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan geografi fisik dan lingkungan, khususnya pada bidang ilmu geohidrologi. (2) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keasinan airtanah di wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul. (3) Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengelola sumberdaya airtanah di daerah kajian agar dapat meminimalkan pencemaran airtanah asin Telaah Pustaka Wilayah kepesisiran Wilayah kepesisiran didefinisikan oleh Kay dan Alder (1999) sebagai wilayah pertemuan darat dan laut dengan proses-proses alam yang bervariasi dan 5

6 dinamis dalam membentuk wilayah tersebut. Mardiatno dan Shafarani (2014) menambahkan bahwa wilayah kepesisiran merupakan wilayah transisi antara darat dan laut yang memiliki potensi sumberdaya yang besar, baik sumberdaya hayati maupun non-hayati. Snead (1982), CERC (1984), Selby (1985), serta Cookie dan Doomkamp (1994) dalam Sunarto (2001) membagi wilayah kepesisiran menjadi tiga bagian, yaitu perairan laut dekat pantai, pantai, dan pesisir. Bird (2008) mengemukakan hal yang sama bahwa wilayah kepesisiran terbagi menjadi tiga bagian, yaitu zona pecah gelombang yang termasuk dalam perairan dekat pantai, pantai, dan pesisir (Gambar 1.3). Gambar 1.3. Pembagian Wilayah Kepesisiran (Bird, 2008 dalam Sunarto, 2001) CERC (1984, dalam Sunarto, 2001), mendefinisikan pantai sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut yang ditandai dengan air laut pasang tertinggi dan air laut surut terendah. Bird (2008) mengungkapkan hal yang sama bahwa pantai merupakan zona antara batas air surut dan pasang yang dapat memperluas ke dasar tebing. Zona ini mencakup depan pantai, dekat pantai dan belakang pantai. Pesisir merupakan daerah yang membentang di darat yang tidak mencapai laut. Pesisir dan laut dibatasi oleh suatu jalur yang disebut pantai (Sunarto, 2001). Menurut Snead (1982, dalam Sunarto, 2001) pesisir merupakan daerah yang 6

7 membentang yang ditandai dengan perubahan topografi pertama di permukaan daratan. Marfai, dkk (2011) menambahkan bahwa pesisir merupakan suatu ekosistem yang memiliki potensi sumberdaya alam, baik di daratan maupun di perairan. Hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir memiliki fungsi ekonomis yang disertai dengan efek pengganda, yaitu berkembangnya kegiatan yang berkaitan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan ekonomi utama Airtanah dan pola aliran airtanah (Flownet) Airtanah merupakan air yang berada pada berbagai formasi batuan, tepatnya pada zona jenuh air yang memiliki tekanan hidrostatis yang sama atau lebih besar daripada tekanan udara (Todd, 1980). Hal yang sama diungkapkan oleh Bisri (2012) bahwa airtanah berada pada rongga-rongga lapisan geologi dalam keadaan jenuh. Sumber utama yang mengisi airtanah adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah. Air hujan tersebut kemudian mengalami suatu proses, yaitu daur hidrologi (Todd, 1980; Fetter, 1988; dan Bisri, 2012). Bisri (2012) mengemukakan bahwa daur hidrologi merupakan rangkaian proses sirkulasi air, mulai dari penguapan, hujan, aliran permukaan, aliran airtanah hingga menuju ke laut, dan menguap kembali. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Todd (1980) dan Fetter (1988) yang mengemukakan bahwa daur hidrologi merupakan proses perjalanan air dari laut ke udara, sungai, danau, dan kembali ke laut. Proses yang terjadi antara lain evaporasi, transpirasi, hujan, dan limpasan permukaan. Gambaran mengenai daur hidrologi ditunjukkan melalui Gambar 1.4. Gambar 1.4. Daur Hidrologi (Fetter, 1988) 7

8 Zona saturasi Airtanah Zona aerasi Air vadose Mintakat airtanah terbagi menjadi dua bagian, yaitu mintakat aerasi dan saturasi. Rongga-rongga tanah pada mintakat aerasi terisi oleh air vadose dan udara, sedangkan rongga pada mintakat saturasi terisi oleh air dan memiliki tekanan hidrostatis. Kedua mintakat ini dibatasi oleh bidang muka airtanah (water table). Pembagian mintakat airtanah dapat dilihat pada Gambar 1.5. Permukaan tanah Zona lengas tanah Zona vadose tengah Zona kapiler Muka airtanah Batuan kedap Gambar 1.5. Agihan Vertikal Airtanah (Todd, 1980) Airtanah bergerak atau mengalir di dalam akuifer dimana konduktivitas hidrolik sangat berpengaruh terhadap arah aliran airtanah (Todd, 1980). Akuifer itu sendiri merupakan perlapisan batuan yang jenuh air (saturated zone). Zona saturasi dan aerasi dibatasi oleh bidang muka airtanah. Sama halnya dengan elevasi di suatu wilayah, tiga buah titik tinggi dapat diolah menjadi kontur ketinggian. Dengan demikian, tiga buah sumur yang menunjukkan tinggi muka airtanah pun dapat diolah menjadi kontur airtanah. Garis kontur airtanah atau dapat disebut sebagai garis ekuipotensial digunakan sebagai acuan dalam menentukan arah aliran airtanah. Penentuan arah aliran airtanah dilakukan dengan menarik garis aliran tegak lurus dengan garis kontur airtanah (Todd, 1980) Airtanah asin Airtanah asin adalah airtanah yang telah mengalami perubahan komposisi kimia airtanah akibat proses-proses alamiah, sehingga airtanah tersebut memiliki 8

9 kandungan salinitas yang tinggi (Saeni, 1989). Hal ini ditandai dengan unsur Cl - yang tinggi (Octonovrilna dan Pudja, 2009). Air asin dalam akuifer dapat berasal dari: (a) air laut di daerah pantai; (b) air laut yang terperangkap dalam lapisan batuan dan diendapkan selama proses geologi (connate water); (c) garam di dalam kubah garam, lapisan tipis atau tersebar dalam batuan; (d) air yang terkumpul oleh penguapan di laguna, empang, atau tempat yang terisolasi; (e) aliran balik ke sungai dari lahan irigasi; dan (f) limbah asin dari manusia. Todd (1980) menyebutkan bahwa intrusi air asin merupakan fenomena yang terjadi ketika air asin berpindah tempat atau ketika air asin bercampur dengan air tawar yang ada di dalam akuifer. Istilah intrusi air asin mencakup hal yang lebih luas dari intrusi air laut karena air asin tidak hanya berasal dari air laut. Air asin yang berasal dari laut lebih banyak dikenal sebagai proses intrusi air laut. Proses terjadinya intrusi air laut sangat berkaitan dengan proses perubahan interface. Interface merupakan wilayah pertemuan antara air laut dengan air tawar. Interface dapat menjorok ke arah laut, namun juga dapat menjorok ke arah darat. Hal ini dipengaruhi oleh besar kecilnya imbuhan air hujan. Jika imbuhan air hujan sangat besar, maka interface akan menjorok ke arah laut. Sebaliknya, jika imbuhan air hujan sedikit atau tidak ada sama sekali, maka interface akan menjorok ke arah darat. Pada saat terjadi pemompaan airtanah yang berlebihan sementara imbuhan air hujan terbatas yang menyebabkan interface menjorok ke arah darat, sehingga air laut menyusup masuk ke dalam akuifer dan mengakibatkan airtanah berasa asin (Ashriyati, 2011). Karakteristik pantai dan material penyusun, kekuatan aliran aitanah ke laut, dan fluktuasi muka airtanah di daerah pantai akan mempengaruhi tingkat kemudahan terjadinya proses intrusi air laut (Todd, 1980). Fetter (1988) mengemukakan bahwa air tawar dapat lolos dari akuifer pesisir melalui salah satu mekanisme alami, yaitu bercampurnya air tawar tersebut dengan air asin di zona difusi (Gambar 1.6). Faktor penyebab terbentuknya airtanah asin tidak hanya dari proses intrusi air laut, tetapi juga dari air laut yang terperangkap dalam lapisan batuan dan diendapkan selama proses geologi (connate water) ataupun dari proses evaporasi di laguna. Connate water terbentuk pada masa lampau berupa jebakan air laut 9

10 yang terperangkap ketika terjadi proses pembentukan daratan (Latifah, 2014). Berbeda dengan air asin yang terbentuk dari proses evaporasi dimana kadar Cltinggi disebabkan oleh pengendapan kristal garam yang tertinggal saat proses evaporasi kemudian terlarut bersama aitanah tawar, sehingga airtanah menjadi asin. Permukaan tanah Muka airtanah Laut Air tawar Air asin Gambar 1.6. Sirkulasi air tawar dan air asin pada zona difusi (Cooper, 1964 dalam Fetter, 1988) Hidrogeokimia airtanah Appelo dan Postma (2005) menyatakan bahwa hidrogeokimia merupakan suatu studi untuk menjelaskan karakteristrik airtanah di suatu wilayah sebagai akibat dari adanya proses alam yang mempengaruhinya. Hal yang sama dikemukakan oleh Santosa (2010) yang menjelaskan bahwa hidrogeokimia merupakan salah satu metode analisis dalam mengkaji evolusi airtanah yang dipengaruhi oleh genesis bentukahan atau berbagai proses geomorfologi masa lalu. Airtanah bergerak atau mengalir di dalam akuifer dimana konduktivitas hidrolik sangat berpengaruh terhadap arah aliran airtanah (Todd, 1980). Akuifer itu sendiri merupakan perlapisan batuan yang jenuh air (saturated zone). Ketika airtanah bergerak, maka akan terjadi kontak antara airtanah dengan mineralmineral yang terkandung dalam suatu lapisan batuan. Hal ini berpengaruh 10

11 terhadap komposisi kimia airtanah dimana unsur kimia airtanah dapat berubah sesuai dengan jenis batuan dalam akuifer. Airtanah yang mengalir dalam akuifer akan mengalami proses-proses yang menyebabkan komposisi kimia berubah (Appelo dan Postma, 2005). Hem (1971) berpendapat sama bahwa perjalanan airtanah dari daerah tangkapan (recharge area) menuju daerah pemanfaatan (discharge area) mengalami proses yang bervariasi dalam waktu yang lama, sehingga terjadi kontak dengan material penyusun akuifer. Proses terjadinya kontak dengan material penyusun akan mempengaruhi komposisi kimia dan kualitas airtanah. Proses yang menyebabkan komposisi kimia airtanah berubah antara lain: (a) pelarutan, (b) pengendapan, (c) reduksi-oksidasi, (d) pertukaran ion, (e) percampuran, (f) difusi, (g) penyerapan, dan (h) dispersi (Appelo dan Postma, 2005). Unsur utama yang terdapat dalam airtanah antara lain Natrium (Na + ), Kalium/Potasium (K + ), Kalsium (Ca 2+ ), Magnesium (Mg 2+ ), Klorida (Cl - ), Sulfat (SO 2-4 ), Bikarbonat (HCO - 3 ), dan Karbonat (CO - 3 ). Perubahan kualitas airtanah terjadi ketika unsur-unsur tersebut bereaksi bersama dengan unsur minor lainnya (Fetter, 1988) Telaah Penelitian Sebelumnya Penelitian terkait dengan hidrogeokimia airtanah telah banyak dilakukan di berbagai kondisi geomorfologi, seperti pada bentanglahan hasil proses denudasional, fluvial, aeolian, dan marin. Hidrogeokimia ini berfungsi untuk mengetahui karakteristik kimia airtanah, baik dalam penentuan tipologi airtanah maupun dalam pengkajian proses pembentukan airtanah tersebut. Widiatma (2005) melakukan penelitian terkait dengan hidrogeokimia airtanah bebas di sebagian wilayah Kecamatan Temon, Kulonprogo. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui sistem aliran airtanah, dan menentukan karakteristik hidrogeokimia airtanah bebas beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian tersebut dilakukan dengan mengacu pada variasi satuan geomorfologi daerah kajian dalam pembuatan flownet dan pengambilan sampel airtanah. Penelitian tersebut membutuhkan data geolistrik yang diolah 11

12 menggunakan software IPI2Win 2.1 untuk mengetahui kondisi hidrostratigrafi daerah kajian, sedangkan untuk pengolahan data hidrogeokimia airtanah dengan metode Saturation Index, diagram piper segiempat, dan grafis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa airtanah bebas mengalir searah dengan topografi menghasilkan sistem aliran dari perbukitan hingga dataran dan sistem gumuk pasir. Komposisi kimia airtanah di sebagian wilayah Kecamatan Temon didominasi oleh unsur HCO - 3 dan (Ca 2+ + Mg 2+ ). Hal ini dipengaruhi oleh faktor geomorfologi wilayah sehingga terjadi evolusi tipe kimia sesuai dengan perubahan satuan geomorfologi. Herdinalsky (2009) meneliti hal yang sama dengan lokasi yang berbeda, yaitu hidrogeokimia airtanah bebas di Kecamatan Nanggulan, Kulonprogo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui arah aliran airtanah dan karakteristik hidrogeokimia pada setiap unit bentuklahan. Penelitian ini pun mengacu pada berbagai bentuklahan di daerah kajian dalam pembuatan flownet dan pengambilan sampel airtanah. Analisis sampel airtanah dilakukan berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Kloosterman, yaitu diagram piper segiempat. Penelitian ini juga mengevaluasi airtanah menggunakan klasifikasi Szczukariew Priklonski, sementara untuk analisis indeks kejenuhan airtanah dilakukan dengan mamanfaatkan software PHREEQ Hasil analisis komposisi kimia airtanah berdasarkan klasifikasi Szczukariew Priklonski menunjukkan bahwa airtanah di Kecamatan Nanggulan bertipe HCO - 3, Ca 2+, dan Mg 2+ yang dipengaruhi oleh mineral Plagioklas/feldspar, Hornblende, Opak, dan Kuarsa. Analisis dari diagram piper segiempat menunjukkan bahwa airtanah termasuk tipe I dimana unsur bikarbonat menjadi unsur yang dominan. Riesdiyanto (2009) melakukan penelitian terkait dengan hidrogeokimia airtanah bebas di Kecamatan Imogiri, Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi hidrostratigrafi airtanah beserta jaring airtanah, menentukan karakteristik tipe hidrogeokimia airtanah dan persebarannya dalam akuifer, serta menentukan arahan pemanfaatan airtanah untuk kebutuhan air minum. Analisis indeks kejenuhan airtanah dilakukan dengan software Aquachen 4.0, sedangkan untuk analisis hidrostratigrafi dilakukan dengan menggunakan software IPI2Win 12

13 berdasarkan data geolistrik. Analisis hidrogeokimia airtanah dalam penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode diagram piper segiempat. Analisis hidrostratigrafi menunjukkan bahwa di Kecamatan Imogiri, Bantul terdapat akuifer bebas dan semi tertekan. Bentuklahan di daerah tersebut meliputi dataran aluvial, dataran koluvial, lembah antarperbukitan, dan lereng kaki perbukitan. Airtanah mengalir dari Perbukitan Baturagung dan Gunungapi Merapi menuju lembah antarperbukitan. Airtanah pada sistem akuifer bebas mengalami proses reduksi dan pertukaran kation yang kemudian dikelompokkan sebagai airtanah Va yang masih dapat dikonsumsi sebagai sumber air minum. Kabahari (2014) melalukan penelitian di daerah yang sama dengan daerah kajian, yaitu di Daerah Samas. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian terdiri atas tiga lapisan batuan sebagai akuifer bebas dan satu lapisan batuan sebagai batuan induk. Hasil pemodelan airtanah menunjukkan bahwa Daerah Samas memiliki risiko tinggi terjadi intrusi air laut. Interface berada pada kedalaman 48 m. Skenario yang dijalankan menunjukkan bahwa 400 meter ke utara dari pantai merupakan daerah yang sangat rawan intrusi air laut jika pemompaan berlebihan pada sumur. Rakhman (2014) meneliti tentang intrusi air laut di Daerah Samas. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mengetahui kondisi geologi dan hidrogeologi, serta salt water interface di daerah kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi geomorfologi di daerah kajian dibagi menjadi dataran aluvial dengan litologi berupa pasir kasar dan menengah; dataran banjir dengan litologi pasir halus; dan gumuk pasir dengan litologi pasir lepas. Airtanah di daerah tersebut mengalir dari utara ke selatan dan tenggara yang menuju pantai dan sungai dengan koefisien hidrolika rata-rata 5,036 x 10-3 m. Kecepatan aliran airtanah rata-rata sebesar 0,059 m/hari pada gumuk pasir dan 0,036 m/hari pada dataran aluvial. Penelitian ini menerapkan rumus Ghyben-Herzberg dalam meneliti interface di daerah kajian. Hasil uji pompa menunjukkan bahwa ada indikasi peningkatan kadar garam terlarut (TDS) di daerah kajian. Wiridjati (2014) meneliti terkait dengan tipe kimia airtanah di Daerah Samas yang dikorelasikan dengan kondisi geologi dan tataguna lahan. Metode 13

14 analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode analisis klasifikasi Kurlov yang dikorelasikan dengan diagram Stiff dan Trilinier Piper, sedangkan untuk analisis kandungan mineral batuan menggunakan XRD (X-Ray Diffraction). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe kimia airtanah Daerah Samas dapat dibagi menjadi empat zona, yaitu zona Alkali Bikarbonat, Alkali Bikarbonat Klorida, Alkali Kalsium Bikarbonat, dan Kalsium Alkali Bikarbonat. Kadar nitrat yang tinggi terdapat pada daerah sekitar aktivitas tambak udang, sedangkan kadar klorida yang tinggi terdapat pada daerah yang padat permukiman. Kondisi kimia airtanah di Daerah Samas dipengaruhi oleh kondisi geologi dan tataguna lahan. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, daerah kajian memiliki airtanah yang mudah terpengaruh oleh proses intrusi air asin. Hal ini yang menjadikan dasar untuk dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai keasinan airtanah di daerah kajian, yaitu di wilayah pantai dan pesisir Kecamatan Sanden. Airtanah asin di daerah kajian perlu dikaji lagi apakah airtanah asin tersebut berasal dari proses intrusi air laut, mengingat daerah kajian sangat dekat dengan laut, atau dari proses yang lainnya. Airtanah bukanlah suatu benda yang menetap, melainkan suatu benda yang dapat mengalir. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ada perubahan sifat kimia airtanah di daerah kajian. Teknik analisis data yang akan digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian ini menggunakan teknik analisis tipe hidrogeokimia airtanah dari Stuyfzand (1991) dan genesis airtanah dari metode diagram piper segiempat. Teknik analisis data yang berbeda akan mempengaruhi hasil penelitian Kerangka Teori Wilayah pantai dan pesisir merupakan wilayah yang dapat berkembang secara pesat. Pertumbuhan penduduk yang meningkat setiap tahunnya dapat mempengaruhi kondisi wilayah, terutama yang terkait dengan perubahan kuantitas dan kualitas airtanah. Peningkatan jumlah penduduk berbanding lurus dengan peningkatan jumlah kebutuhan air dimana airtanah berperan sebagai sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 14

15 Peningkatan jumlah penduduk berdampak pula pada perubahan penggunaan lahan dimana lahan permukiman semakin meluas. Selain lahan permukiman yang meluas, sektor-sektor ekonomi yang mulai dikembangkan di wilayah tersebut pun semakin meluas, seperti di sektor pertanian ataupun perikanan. Perubahan penggunaan lahan yang semula bersifat alami menjadi terpengaruh oleh aktivitas manusia. Pemanfaatan airtanah yang berlebihan dapat menimbulkan pola kontur airtanah yang berbeda dari daerah sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kenaikan interface. Apabila pengambilan airtanah sudah melebihi batas interface, maka air laut akan menyusup ke dalam akuifer airtanah tawar. Pendugaan adanya aitanah asin dapat dilakukan dengan cara memantau kualitas airtanah di daerah kajian. Hidrogeokimia digunakan untuk mengetahui komposisi unsur kimia yang ada dalam airtanah. Metode analisis hidrogeokimia dilakukan dengan metode diagram piper segiempat oleh Kloosterman dan metode Stuyfzand. Kedua metode ini berbeda dalam menganalisis unsur kimia airtanah. Metode diagram piper segiempat dilakukan untuk menganalisis karakteristik kimia airtanah berdasarkan genesis airtanah, sedangkan metode Stuyfzand akan menunjukkan tipe-tipe airtanah. Pengaruh intrusi air laut diidentifikasi melalui integrasi antara pola aliran airtanah (flownet) dengan hidrogeokimia airtanah. Flownet akan menunjukkan di titik mana terjadi pemompaan airtanah berlebihan kemudian di titik tersebut dilakukan analisis hidrogeokimia. Analisis tingkat keasinan airtanah dilakukan dengan menggunakan metode Stuyfzand akan dikontrol oleh ion Cl -, sedangkan dari metode diagram piper segiempat akan merujuk pada kelompok III, IV, V, dan VI. Kerangka pemikiran ditunjukkan oleh Gambar

16 Wilayah pantai dan pesisir Perkembangan Wilayah Pertumbuhan Penduduk Perubahan Penggunaan Lahan Penurapan Airtanah Karakteristik Airtanah Upconning Air Laut Hidrogeokimia Airtanah Pola Aliran Airtanah Metode Diagram Piper Segiempat Metode Klasifikasi Stuyfzand Genesis airtanah Tipe airtanah Tingkat keasinan airtanah Gambar 1.7. Diagram Kerangka Pemikiran 1.8. Batasan Istilah Airtanah adalah air yang berada pada berbagai formasi batuan, tepatnya pada zona jenuh air yang memiliki tekanan hidrostatis yang sama atau lebih besar daripada tekanan udara (Todd, 1980). Airtanah asin adalah airtanah yang telah mengalami perubahan komposisi kimia airtanah akibat proses-proses alamiah, sehingga airtanah tersebut memiliki kandungan salinitas yang tinggi (Saeni, 1989). 16

17 Akuifer adalah formasi batuan yang jenuh air (saturated zone) yang mampu menyimpan dan meloloskan airtanah pada suatu kondisi gradien potensial (Todd, 1980). Daya Hantar Listrik adalah ukuran kemampuan suatu zat menghantarkan arus listrik dalam temperatur tertentu (Irawan dan Puradimaja, 2015). Flownet adalah jaring airtanah yang menunjukkan arah aliran dan ketinggian muka airtanah dimana arah aliran selalu tegak lurus terhadap garis ketinggian airtanah (Todd, 1980). Hidrogeokimia adalah studi untuk menjelaskan karakteristrik airtanah di suatu wilayah sebagai akibat dari proses alam yang mempengaruhinya (Appelo dan Postma, 2005). Intrusi Air Asin adalah fenomena yang terjadi ketika air asin berpindah tempat atau ketika air asin bercampur dengan air tawar yang ada di dalam akuifer (Todd, 1980). Pantai adalah daerah pertemuan antara darat dan laut yang ditandai dengan air laut pasang tertinggi dan air laut surut terendah (CERC, 1984 dalam Sunarto, 2001). Pesisir adalah daerah yang ke arah darat dibatasi oleh batas terluar bentuklahan kepesisiran, serta ke arah laut dibatasi oleh garis pesisir (Sunarto, 2001). 17

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rencana pengembangan kawasan pantai selatan Pulau Jawa yang membentang dari Jawa Timur sampai Jawa Barat, tentu akan memberi dampak perkembangan penduduk di daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah merupakan sumber daya penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai sumber pasokan air, airtanah memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL. Arlin Irmaningdiah

KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL. Arlin Irmaningdiah KAJIAN KEASINAN AIRTANAH DI WILAYAH PANTAI DAN PESISIR KECAMATAN SANDEN, KABUPATEN BANTUL Arlin Irmaningdiah arlinirma@gmail.com Langgeng Wahyu Santosa langgengw@ugm.ac.id Abstract This research aims to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kimia airtanah menunjukkan proses yang mempengaruhi airtanah. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen. Nitrat merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah kepesisiran merupakan wilayah daratan yang meliputi area darat baik yang terendam maupun tidak terendam air laut namun terpengaruh aktivitas laut (marin),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dari sisi geografi dan letaknya merupakan daerah pertemuan antara air tawar dan air laut. Wilayah ini memiliki keunggulan berupa potensi ekosistem

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16.

DAFTAR ISI. BAB II. GEOLOGI REGIONAL...12 II.1. Geomorfologi Regional...12 II.2. Geologi Regional...13 II.3. Hidrogeologi Regional...16. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR...iv SARI...vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR TABEL...xiv BAB I. PENDAHULUAN...1 I.1. Latar belakang...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah administrasi di Kabupaten Temanggung, Kabupaten dan Kota Magelang. Secara morfologi CAT ini dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat komersial seperti kegiatan industri, pertanian, perkantoran, perhotelan, 2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa air merupakan zat yang sangat penting bagi manusia. Salah satu sumber air untuk memenuhi kebutuhan manusia adalah air tanah, baik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan penting pada pemenuhan kebutuhan makhluk hidup untuk berbagai keperluan. Suplai air tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi,

BAB I PENDAHULUAN. besar dari tekanan atmosfer. Dari seluruh air tawar yang terdapat di bumi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Airtanah adalah air yang terdapat pada lapisan akuifer di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air pada tekanan hidrostatis sama atau lebih besar dari tekanan atmosfer.

Lebih terperinci

STUDI HIDROGEOKIMIA AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL DAN SEKITARNYA

STUDI HIDROGEOKIMIA AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL DAN SEKITARNYA STUDI HIDROGEOKIMIA AIRTANAH BEBAS DI WILAYAH KEPESISIRAN KECAMATAN SRANDAKAN KABUPATEN BANTUL DAN SEKITARNYA Nia Kurniawati geo.niakurniawati@outlook.com Langgeng Wahyu Santosa langgengw@ugm.ac.id The

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN VII.1 KESIMPULAN 1. Kondisi hidrogeologi daerah penelitian. - Kedalaman airtanah pada daerah penelitian berkisar antara 0-7 m dari permukaan. - Elevasi muka airtanah pada daerah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. HALAMAN PERNYATAAN... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. HALAMAN PERNYATAAN... v. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERNYATAAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xii SARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Manfaat air sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses

TINJAUAN PUSTAKA. akuifer di daratan atau daerah pantai. Dengan pengertian lain, yaitu proses TINJAUAN PUSTAKA Intrusi Air Laut Intrusi atau penyusupan air asin ke dalam akuifer di daratan pada dasarnya adalah proses masuknya air laut di bawah permukaan tanah melalui akuifer di daratan atau daerah

Lebih terperinci

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Ketika kesetimbangan neraca air suatu daerah terganggu, maka terjadi pergeseran pada siklus hidrologi yang terdapat di daerah tersebut. Pergeseran tersebut dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Manusia merupakan mahluk hidup yang memiliki hubungan yang erat dengan lingkungan. Manusia akan memanfaatkan Sumberdaya yang ada di Lingkungan. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. ini, ketidakseimbangan antara kondisi ketersediaan air di alam dengan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak bagi seluruh kehidupan di bumi. Air juga merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Tetapi saat ini, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pesisir adalah wilayah bertemunya daratan dan laut, dengan dua karakteristik yang berbeda. Bergabungnya kedua karakteristik tersebut membuat kawasan pesisir memiliki

Lebih terperinci

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8 Academia-Industry Linkage OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA HIDROGEOLOGI PANTAI GLAGAH-PANTAI CONGOT, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYKARTA Wahyu Wilopo*, Farma Dyva Ferardi Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Mada *corresponding

Lebih terperinci

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat

Tugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Penelitian geokimia airtanah merupakan salah satu penelitian yang penting untuk dilakukan, karena dari penelitian ini dapat diketahui kualitas airtanah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan kondisi geologi regional termasuk dalam Dataran Alluvial Jawa Bagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti

BAB V KESIMPULAN. 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti BAB V KESIMPULAN V.1 Kesimpulan 1. Cekungan Aitanah Yogyakarta Sleman memiliki kondisi hidrogeologi seperti berikut : Tipe akuifer pada Cekungan Airtanah Yogyakarta Sleman adalah akuifer bebas, yang meliputi

Lebih terperinci

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi

1. Alur Siklus Geohidrologi. dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi 1. Alur Siklus Geohidrologi Hidrogeologi dalam bahasa Inggris tertulis hydrogeology. Bila merujuk dari struktur bahasa Inggris, maka tulisan hydrogeology dapat diurai menjadi (Toth, 1990) : Hydro à merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Metropolitan Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan pusat pemerintahan dengan berbagai kegiatan sosial, politik, kebudayaan maupun pembangunan.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH Karst Research Group Fak. Geografi UGM PERTANYAAN?? Apakah karst di daerah penelitian telah berkembang secara hidrologi dan mempunyai simpanan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di bumi, air yang berada di wilayah jenuh di bawah air permukaan tanah secara global, kira-kira sejumlah 1,3 1,4 milyard km3 air: 97,5 % adalah airlaut 1,75 % berbentuk

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan zat yang tidak dapat dipisahkan dari makhluk hidup di kehidupan sehari-harinya. Zat tersebut sangatlah dibutuhkan ketersediannya di berbagai waktu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar 68 BAB V PEMBAHASAN Salah satu parameter penentu kualitas air adalah parameter TDS, yang mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar kecilnya DHL yang dihasilkan. Daya hantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Widya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amilia Widya, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air minum memiliki persenyawa kimia sederhana yaitu terdiri dari dua atom hidrogen (H) berikatan dengan satu atom oksigen (O), digabungkan menjadi simbolik H

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air tanah merupakan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi semua makhluk hidup di muka bumi. Makhluk hidup khususnya manusia melakukan berbagai cara untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air sangat dibutuhkan oleh semua mahkluk hidup tanpa terkecuali termasuk manusia. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumberdaya air bawah tanah merupakan sumberdaya yang vital dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air bagi kehidupan manusia merupakan unsur yang sangat vital. Semua orang tidak dapat hidup tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air bagi kehidupan manusia merupakan unsur yang sangat vital. Semua orang tidak dapat hidup tanpa air. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air bagi kehidupan manusia merupakan unsur yang sangat vital. Semua orang tidak dapat hidup tanpa air. Ketersediaan sumberdaya ir di Indonesia sangat melimpah, namun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR (PSDA) Dosen : Fani Yayuk Supomo, ST., MT ATA 2011/2012 BAB VI Air Tanah Air Tanah merupakan jumlah air yang memiliki kontribusi besar dalam penyelenggaraan kehidupan dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan mahkluk hidup. Kebutuhan air semakin meningkat namun daya dukung alam ada batasnya dalam memenuhi kebutuhan air.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Airtanah merupakan air yang tersimpan dan mengalir dalam ruang antar butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air bersih. Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Air merupakan kebutuhan utama setiap makhluk hidup, terutama air tanah. Kebutuhan manusia yang besar terhadap air tanah mendorong penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR

KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR KAJIAN DAMPAK INTRUSI AIR LAUT PADA AKUIFER PULAU KORAL SANGAT KECIL BERDASARKAN ANALISIS PERBANDINGAN ION MAYOR (Studi Kasus di Pulau Koral Panggang, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta) Ahmad Cahyadi 1,2,

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR ) KEGIATAN KEGIATAN PENYUSUNAN ZONA PEMANFAATAN DAN KONSERVASI AIR TANAH PADA CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) DI JAWA TENGAH DINAS

Lebih terperinci

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi.

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh perairan samudra yang merupakan reservoar utama di bumi. Sekitar 396.000 kilometer kubik air masuk ke udara setiap tahun. Bagian yang terbesar sekitar 333.000 kilometer kubik naik dari samudera. Tetapi sebanyak 62.000 kilometer kubik ditarik dari darat, menguap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air diperlukan manusia untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Pemanfaatannya tidak sekedar hanya untuk keperluan air rumah tangga, tetapi diperlukan untuk

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDI KUALITAS AIRTANAH UNTUK PENGEMBANGAN WISATA DI KAWASAN PARANGTRITIS, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Hendro Murtianto thiyan_cakep@yahoo.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hidrologi Hidrologi merupakan cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada dibumi. Hidrologi adalah ilmu yang membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, pendekatan wilayah merupakan alternatif lain dari pendekatan sektoral yang keduanya bisa saling melengkapi. Kelebihan pendekatan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar adalah air, bahkan hampir 60 70 % tubuh

Lebih terperinci

KAJIAN INTERFACE DAN DEBIT MAKSIMUM PEMOMPAAN AIRTANAH BEBAS DI PANTAI DAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH

KAJIAN INTERFACE DAN DEBIT MAKSIMUM PEMOMPAAN AIRTANAH BEBAS DI PANTAI DAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH KAJIAN INTERFACE DAN DEBIT MAKSIMUM PEMOMPAAN AIRTANAH BEBAS DI PANTAI DAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO, JAWA TENGAH Santi Adhiatmi santi.adhiatmi@gmail.com Langgeng Wahyu Santosa Wahyus_72@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2

PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN. Mardiah 1, Franto 2 PEMODELAN AKUIFER AIR TANAH UNTUK MASYARAKAT PESISIR LINGKUNGAN BAHER KABUPATEN BANGKA SELATAN Mardiah 1, Franto 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Bangka Belitung Abstrak Keterbatasan

Lebih terperinci

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH

ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH ANALISIS KARAKTERISTIK AKUIFER BERDASARKAN PENDUGAAN GEOLISTRIK DI PESISIR KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Setyawan Purnama 1, Erik Febriarta 2, Ahmad Cahyadi 3, Nurul Khakhim 4, Lili Ismangil 5 dan Hari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung II. TINJAUAN PUSTAKA A. Geologi Umum Sekitar Daerah Penelitian Daerah penelitian termasuk dalam lembar Kotaagung yang terletak di ujung selatan Sumatra, yang mana bagian selatan di batasi oleh Kabupaten

Lebih terperinci

OP-027 INDIKASI INTRUSI AIR LAUT DARI KONDUKTIVITAS AIR TANAH DANGKAL DI KECAMATAN PADANG UTARA

OP-027 INDIKASI INTRUSI AIR LAUT DARI KONDUKTIVITAS AIR TANAH DANGKAL DI KECAMATAN PADANG UTARA OP-027 INDIKASI INTRUSI AIR LAUT DARI KONDUKTIVITAS AIR TANAH DANGKAL DI KECAMATAN PADANG UTARA Tivany Edwin, Rinda Andhita Regia, Farah Dibba Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas e-mail: tivany@ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Airtanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mataair yang muncul di permukaan tanah. Peranan airtanah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan, mengolah, menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X Geografi HIDROSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian hidrosfer dan siklus hidrologi.

Lebih terperinci

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A)

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN WISATA PANTAI IBOIH SABANG (187A) Mellisa Saila 1, Muhajjir 1, dan Azmeri 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala,

Lebih terperinci

Analisis Potensi Air A I R

Analisis Potensi Air A I R Analisis Potensi Air A I R Sumber Daya habis terpakai tetapi dapat diperbaharui/di daur ulang Persediaan air bumi yang dapat diperbaharui diatur oleh siklus hydrologic (Siklus air), yaitu suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Tanah Air tanah merupakan bagian air di alam yang terdapat di bawah permukaan tanah. Pembentukan air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi air di bumi terdiri atas 97,2% air laut, 2,14% berupa es di kutub, airtanah dengan kedalaman 4.000 meter sejumlah 0,61%, dan 0,0015% air pemukaan (Fetter, 2000).

Lebih terperinci

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG

HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG HIDROGEOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TAMBANG HIDROGEOLOGI Definisi Hidrogeologi berasal dari kata hidro yang berarti air dan geologi yaitu ilmu yang memepelajari tentang batuan. Hidrogeologi adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Ahmad Cahyadi, Muh Aris Marfai, Tommy Andryan Tivianto, Wulandari dan Wahyu Hidayat Jurusan Geografi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun mahluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Namun demikian perlu disadari bahwa keberadaan air di

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007

EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 EVALUASI KUALITAS AIRTANAH UNTUK AIR MINUM DI KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 1991 DAN TAHUN 2007 (Studi Perbandingan Dengan Hasil Penelitian Tahun 1991) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI

BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI BAB IV KONDISI HIDROGEOLOGI IV.1 Kondisi Hidrogeologi Regional Secara regional daerah penelitian termasuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Bandung-Soreang (Distam Jabar dan LPPM-ITB, 2002) dan Peta Hidrogeologi

Lebih terperinci

Materi kuliah dapat didownload di

Materi kuliah dapat didownload di Materi kuliah dapat didownload di www.fiktm.itb.ac.id/kk-geologi_terapan HIDROGEOLOGI UMUM (GL-3081 3081) MINGGU KE-13 SIFAT FISIK DAN KIMIA AIR TANAH Oleh: Prof.Dr.Ir.. Deny Juanda Puradimaja, DEA Asisten:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah

TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Air Tanah Air tanah adalah semua air yang terdapat dalam ruang batuan dasar yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah yang terbentuk

Lebih terperinci

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *)

POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI. Zeffitni *) POTENSI AIRTANAH DI CEKUNGAN AIRTANAH (CAT) PALU BERDASARKAN SATUAN HIDROMORFOLOGI DAN HIDROGEOLOGI Zeffitni *) Abstrak : Potensi airtanah pada setiap satuan hidromorfologi dan hidrogeologi ditentukan

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Dwi Nila Wahyuningsih

KAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Dwi Nila Wahyuningsih KAJIAN KUALITAS AIRTANAH BERDASARKAN BENTUKLAHAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Dwi Nila Wahyuningsih dwinila.dn@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@geo.ugm.ac.id Abstract The aims of this

Lebih terperinci

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH

KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANG-TEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH KIMIA AIR TANAH DI CEKUNGAN AIR TANAH MAGELANGTEMANGGUNG BAGIAN BARAT, KABUPATEN TEMANGGUNG DAN MAGELANG, PROVINSI JAWA TENGAH Syera Afita Ratna *, Doni Prakasa Eka Putra, I Wayan Warmada Penulis Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau kecil di tengah lautan lepas merupakan daerah-daerah yang sangat miskin akan sumber air tawar, sehingga timbul masalah pemenuhan

Lebih terperinci

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut Penelitian Terhadap Airtanah Dangkal di Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis, Propinsi Riau Dewandra Bagus Eka Putra 1, Yuniarti

Lebih terperinci

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN

GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN GEOHIDROLOGI PENGUATAN KOMPETENSI GURU PEMBINA OSN SE-ACEH 2014 BIDANG ILMU KEBUMIAN Pengertian o Potamologi Air permukaan o o o Limnologi Air menggenang (danau, waduk) Kriologi Es dan salju Geohidrologi

Lebih terperinci

KUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING

KUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING KUALITAS AIR TANAH UNTUK IRIGASI DI DTA RAWA PENING Alvian Febry Anggana dan Ugro Hari Murtiono Peneliti Pertama pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Kemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu (Efendi, 2003). Dengan demikian, kualitas air

Lebih terperinci

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN Oleh Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih dan Limbah Cair Direktorat Teknologi Lingkungan, Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material dan

Lebih terperinci

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1 Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA ( Tempat Pembuangan Akhir ) Mojosongo Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR NIM K 5410012 P. Geografi FKIP UNS A. PENDAHULUAN Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya air merupakan kebutuhan vital manusia. Kelestarian sumberdaya air di alam harus dijaga baik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya air merupakan kebutuhan vital manusia. Kelestarian sumberdaya air di alam harus dijaga baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya air merupakan kebutuhan vital manusia. Kelestarian sumberdaya air di alam harus dijaga baik secara kualitas dan kuantitas. Hal ini mengingat kebutuhan sumberdaya

Lebih terperinci

PEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH

PEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH PEMETAAN SEBARAN AIR TANAH ASIN PADA AQUIFER DALAM DI WILAYAH SEMARANG BAWAH M. Irham N 1, Reyfana T Achmad 1 Sugeng Widodo 2 1). Jurusan Fisika FMIPA UNDIP 2). PS Kelautan FPIK UNDIP ABSTRACT A research

Lebih terperinci

PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENENTUAN ZONA KONSERVASI CEKUNGAN AIR TANAH WATES, KABUPATEN KULON PROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Heru Hendrayana 1* Rezha Ramadhika 2 1,2 Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting bagi kehidupan, dimana air dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup. Tidak heran jika kita sebagai makhluk yang hidup di dunia

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN...

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN... DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN... iii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan laut yang masih di pengaruhi pasang dan surut air laut yang merupakan pertemuan anatara darat

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Geomorfologi Bentuk lahan di pesisir selatan Yogyakarta didominasi oleh dataran aluvial, gisik dan beting gisik. Dataran aluvial dimanfaatkan sebagai kebun atau perkebunan,

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR 4.1 Sistem Panas Bumi Secara Umum Menurut Hochstein dan Browne (2000), sistem panas bumi adalah istilah umum yang menggambarkan transfer panas alami pada volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Air memegang peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di suatu

Lebih terperinci

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA Ahmad Cahyadi, Muh Aris Marfai, Tommy Andryan Tivianton, Wulandari dan Wahyu Hidayat

Lebih terperinci

Week 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

Week 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Week 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA Reference: 1.Geological structures materials 2.Weight & Sonderegger, 2007, Manual of Applied Field Hydrogeology, McGraw-Hill online books 3.Mandel & Shiftan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Permen ESDM No.2 tahun 2017, tentang Cekungan Airtanah di Indonesia, daerah aliran airtanah disebut cekungan airtanah (CAT), didefinisikan sebagai suatu wilayah

Lebih terperinci

Jurnal APLIKASI ISSN X

Jurnal APLIKASI ISSN X Volume 3, Nomor 1, Agustus 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Potensi Sumber Daya Air Kabupaten Pasuruan Sukobar Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: sukobar@ce.its.ac.id ABSTRAK Identifikasi Potensi Sumber

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta

KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR. Chabibul Mifta KARAKTERISTIK MATAAIR KARST DI KECAMATAN TAMBAKBOYO, KABUPATEN TUBAN, JAWA TIMUR Chabibul Mifta bibul.mifta@gmail.com Tjahyo Nugroho Adji adji@geo.ugm.ac.id ABSTRACT Discharge measurements and analyzing

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN

VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN VARIASI KONDISI AIRTANAH SEBAGIAN PESISIR KABUPATEN REMBANG KAITANNYA DENGAN BENTUKLAHAN Theresia Retno Wulan 2,3,4, Wiwin Ambarwulan 3, Etik Siswanti 5, Edwin Maulana 1,2, I Wayan Wisnu Yoga Mahendra

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK

BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK BAB 4 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TANAH KASUS WILAYAH JABODETABEK Tujuan utama dari pemanfaatan air tanah adalah sebagai cadangan, untuk memenuhi kebutuhan air bersih jika air permukaan sudah tidak memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, transportasi memiliki peranan yang penting dalam perkembangan suatu negara, sehingga kegiatan perencanaan dalam pembangunan sarana dan prasarana perlu

Lebih terperinci