TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013"

Transkripsi

1 TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan DISUSUN OLEH : SARWO ENDAH SETYAWATI B PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013

2 ii

3 iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (miliaria) Pada Anak Usia 0 1 Tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar Tahun Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, sekaligus selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 3. Bapak Sinarwan, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar. 4. Bapak Sugiyana, selaku Kepala Desa Pereng Mojogedang karanganyar. 5. Bapak Sardiman, S.Ag, selaku Kepala Desa Ngringo Jaten karanganyar. 6. Seluruh ibu yang memiliki anak usia 0 1 tahun di posyandu Desa pereng dan Desa Ngringo Karanganyar yang bersedia menjadi responden iv

5 7. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diharapkan masukan dari semua pihak berupa saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Surakarta, Juli 2013 Penulis v

6 Prodi D III Kebidanan STIKES Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juli 2013 Sarwo Endah Setyawati B TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG BIANG KERINGAT (MILIARIA) PADA ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU DESA PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2013 xiii + 47 Halaman + 16 Lampiran + 4 Tabel + 2 Gambar ABSTRAK Latar Belakang : Prevelensi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi oleh bakteri, virus, dan jamur sebesar 45%. Sekitar 20% penyakit kulit adalah penyakit kulit pada anak. Biang Keringat merupakan salah satu penyakit kulit yang dapat dijumpai sekitar 40% pada bayi cukup umur maupun premature. Kemungkinan disebabkan oleh sel- sel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan biang keringat. Berdasarkan hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada bulan Oktober 2012 dari hasil wawancara pada 15 responden ibu yang memiliki anak 0-1 tahun terdapat 4 (27%) responden berpengetahuan baik, 6 (40%) responden berpengetahuan cukup dan 5 (33%) responden berpengetahuan kurang mengenai biang keringat. Tujuan : Adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak 0-1 tahun pada tingkat baik, cukup dan kurang. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun. Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar pada tanggal 5-26 Maret Jumlah sempel sebanyak 76 responden. Dengan teknik pengambilan sempel menggunakan teknik sampling jenuh (nonprobability sampling), instrumen penelitian adalah kuesioner, variabel tunggal, analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menujukkan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (Miliaria) yaitu baik sebanyak 11 responden (14,5%), pengetahuan cukup sebanyak 55 responden (72,3%), dan pengetahuan kurang 10 responden (14,2%). Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun terbanyak pada kategori cukup yaitu sebanyak 55 responden (72,3%) dan hal ini di pengaruhi oleh informasi dan pengalaman. Kata kunci : Pengetahuan, Ibu, Biang keringat (miliaria) Kepustakaan : 29 Literatur (tahun ) vi

7 MOTTO Menjadikan diri seindah mutiara yang begitu berharga untuk dimiliki, yang untuk memilikinya butuh perjuangan keras (Penulis). Allah SWT tidak memberikan yang kita pinta tetapi Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita, kebanyakan kita tidak mengerti dan tidak mau menerima rencana Allah padahal justru itulah yang terbaik untuk kita (HR. Baihaqi). PERSEMBAHAN Karya tulis ilmiah ini setulus hati Penulis persembahkan untuk : Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, kelancaran, serta petunjuk Bapak dan Ibu tercinta terimakasih atas segala dukungan semangat, nasehat, do a dan kasih sayang yang tak terbatas Kakak-kakaku tercinta Mas Eko, Mbak Jamil, Mbak Upik, Mas Landung, Mas Danang, Mbak Ajeng, Mbak Yar dan Adik- adikku yang selalu memberikan support dalam setiap langkahku For my future imamku kelak ridho Allah SWT Wisnu yang selalu ada dalam tawa dan duka, memberikan dukungan dan semangat Sahabat sahabatku yang selalu memberi semangat dan tawa dalam suka maupun duka Lily, Riesa, Cici, Mala, Kiky, Rini, Putri Teman teman seperjuanganku angaktan 2010 Almamaterku tercinta vii

8 viii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii CURICULUM VITAE... viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Keaslian Penelitian... 5 F. Sistematika Penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Pengetahuan Anak Masalah Anak Biang Keringat (miliaria) B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep ix

10 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel D. Instrumen Penelitian E. Teknik Pengumpulan Data F. Variabel Penelitian G. Definisi Operasional H. Metode Pengolahan dan Analisa Data I. Etika Penelitian J. Jadwal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum B. Hasil Penelitian C. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Kisi Kisi Kuisioner Tentang Biang Keringat Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat (miliaria) Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori Gambar 2.2 Kerangka Konsep xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 2. Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4.Surat Permohonan Uji Validitas Lampiran 5.Surat Balasan Validitas Lampiran 6. Surat Ijin Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 7. Surat Balasan Penggunaan Lahan Penelitian Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 10. Kuesioner Lampiran 11. Jawaban Kuesioner Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Lampiran 13. Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 14. Mean dan Standar Deviasi Lampiran 15. Hasil Data Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Lampiran 16. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah xiii

14 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidan harus mengetahui lebih banyak tentang penyakit kulit, karena tidak dapat disangkal bahwa penyakit kulit pada anak sering dijumpai. Walaupun belum ada angka statistik yang membandingkan frekuensi penyakit kulit pada anak, namun diberbagai poliklinik Dinas Kesehatan Kota dan Kabupaten di Indonesia dibuat kesimpulan bahwa sekitar 20% adalah kasus penyakit kulit pada anak. Data terpenting yang harus diperhatikan oleh seorang yang bukan ahli penyakit kulit, yaitu cara membuat diagnosis serta memahami prinsip pengobatan sebaik-baiknya, agar jangan sampai timbul komplikasi karena obat atau cara pengobatan yang salah (FKUI, 2005). Kulit bayi memang bisa dikatakan sangatlah sensitif, beberapa kendala yang memang dihadapi ada timbulnya biang keringat di bagian kulit bayi dimana rentannya timbulnya di beberapa bagian seperti pada punggung bayi, bagian kulit leher bayi yang terkadang menimbulkan iritasi akibat dampak keringat yang kurang kita perhatikan sehingga kerap kali bayi merasakan gatal pada kulit dan tentunya dalam memilih bedak bayi ada beberapa point yang harus di perhatikan. Kulit juga merupakan organ tubuh terluar yang terus menerus bersinggungan dengan lingkungan luar sehingga senantiasa aktif mengadakan penyesuaian diri dengan berbagai perubahan lingkungan. 1

15 2 Keadaan makroskopis dan mikroskopis kulit mencerminkan kesehatan individu dan berbeda-beda sesuai dengan umurnya (Djuanda, 2009). Selain itu, keadaan kulit juga merupakan 'cermin' kesehatan tubuh seseorang. Para orang tua kini semakin menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit anak sama pentingnya dengan menjaga kesehatan anak. Dan untuk menjaga kesehatan kulit ini, diperlukan perawatan rutin sejak usia dini. Perawatan rutin kulit juga mengekspresikan rasa cinta seorang ibu pada buah hatinya. Telah dibuktikan bahwa sentuhan ibu akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental seorang anak (FKUI, 2005). Prelevansi penyakit kulit di Indonesia cukup tinggi baik oleh bakteri, virus atau jamur sebesar 45%. Selain itu bergantung pada lingkungan dan kondisi setiap individu. Trauma kecil atau ringan dapat menyebabkan tempat masuknya mikroorganise ke kulit (FKUI, 2005). Salah satu penyakit kulit pada bayi adalah miliaria (biang keringat). Biang keringat dapat dijumpai pada bayi cukup bulan maupun premature, pada minggu-minggu pertama pasca kelahiran. Kemungkinan disebabkan oleh selsel pada bayi yang belum sempurna sehingga terjadi sumbatan pada kelenjar kulit yang mengakibatkan retensi keringat. Biang keringat terjadi pada sekitar 40% bayi baru lahir. Menetap beberapa minggu dan menghilang tanpa pengobatan. Penanggulangan biang keringat cukup dengan mandi memakai sabun, mengatur agar suhu lingkungan cukup sejuk, sirkulasi (ventilasi) yang baik serta memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat. Pemakaian

16 3 bedak tabur dapat juga membantu, namun bila inflamasinya hebat, pemakaian cream hidrokortison 1% dapat mengatasinya (Natahusada, 2009). Berdasarkan hasil survey di Posyandu Desa Pereng Karanganyar terhadap ibu yang memiliki bayi 0 1 tahun pada bulan Oktober 2012, terdapat 76 ibu yang mempunyai bayi berumur 0-1 tahun mengikuti imunisasi Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar. Dari hasil wawancara dengan 15 orang ibu ada 4 (27%) orang ibu yang memiliki pengetahuan baik, 6 (40%) orang ibu memiliki pengetahuan cukup dan 5 (33%) orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat. Mengingat masih banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai biang keringat, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah tentang Bagaimanakah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar.

17 4 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat baik. b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat cukup. c. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang pengertian biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar pada tingkat kurang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian kepustakaan mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 1 tahun. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian penelitian atau kajian kajian tentang tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak berusia 0 1 tahun. 2. Bagi Diri Sendiri Memberikan kesempatan bagi peneliti untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan kepada ibu tentang biang keringat pada anak usia 0 1 tahun.

18 5 3. Bagi Institusi a. Pendidikan Untuk memberikan masukan secara konseptual sesuai hasil penelitian pada mata kuliah kebidanan khususnya tentang pengetahuan biang keringat pada anak usia 0 1 tahun. b. Lahan Memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0 1 tahun sehingga dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk menanggulangi biang keringat. E. Keaslian Penelitian Belum ada penelitian yang sejenis dengan judul yang diambil oleh penulis. F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui secara menyeluruh, penulis akan menguraikan sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari BAB I sampai BAB V yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

19 6 Bab ini berisi tentang teori-teori masalah yang diteliti meliputi pengetahuan, biang keringat, faktor faktor yang mempengaruhi biang keringat, kerangka teori dan kerangka konsep penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri dari jenis dan rancangan penelitian, lokasi penelitian, dan waktu penelitian, populasi dan sempel serta teknik pengambilan sampel, instrumen penelitian, teknik pengambilan data, variabel penelitian, definisi operasional, metode pengolahan dan analisa data, dan etika penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan dan keterbtasan penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran yang meliputi saran bagi pengetahuan, bagi institusi pendidikan dan peneliti selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004). Sedangkan mendefinisikan pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dalam hal ini pengetahuan ibu tentang biang keringat (Notoatmodjo, 2010). 7

21 8 b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni (Notoatmodjo, 2010): 1) Tahu (know) Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

22 9 4) Analisis (analysis) Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Dimana kriteria penilaian suatu materi atau obyek ditentukan oleh diri sendiri. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2007).

23 10 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Biang keringat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : 1) Usia Semakin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Selain itu bahwa daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tetentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Ahmadi, 2001). 2) Tingkat pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang di perkenalkan (Nur Salam, 2001). 3) Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber

24 11 pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan pengalaman dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Sehingga dari pengalaman yang benar diperlukan berfikir yang logis dan kritis (Notoadmodjo, 2005). 4) Intelegensi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan (Sukmadinata, 2003). Pada prinsipnya intelegensi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan

25 12 keputusan ibu-ibu atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil keputusan di banding dengan masyarakat yang intelegensinya rendah (Sukmadinata, 2003). 5) Sosial-Ekonomi Mempengaruhi tingkah laku seseorang ibu atau masyarakat yang berasal dari sosial ekonomi tinggi di mungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya, tetapi bagi ibu-ibu atau masyarakat yang sosial ekonominya rendah akan tidak merasa takut untuk mengambil sikap atau tindakan (Notoatmodjo, 2007). 6) Sosial Budaya Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh suatu kebudayan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. Sosial budaya dapat mempengaruhi proses pengetahuan khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosial, keagamaan untuk memperkuat super egonya (Notoatmodjo, 2007)

26 13 d. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010), untuk mengetahui rasa ingin tahunya, manusia menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh kebenaran yang dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Cara Tradisional atau Non Ilmiah (tanpa melalui penelitian ilmiah) Cara tradisional atau non ilmiah ini di pakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : a) Cara coba salah (Trial and Error) Metode ini digunakan orang dalam waktu yang cukup lama memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih digunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam memecahkan masalah yang di hadapi. Metode ini telah banyak jasanya terutama dalam meletakkan dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu pengetahuan. b) Cara Kekuasaan Prinsip ini adalah orang lain menerima padahal yang dikemukakan oleh yang mempunyai otoriter tanpa terlebih dahulu menguji atau memberikan kebenaran baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran.

27 14 c) Pengalaman Pribadi Pengalaman adalah guru yang paling baik, maksud pepatah ini bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. d) Melalui Jalan Pikiran (Induksi dan Deduksi) Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan pertanyaan yang dikemukakan dan dicari hubungannya, sehingga dapat dibuat kesimpulan. 2) Cara Modern atau Cara Ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif, induktif, verifikatif, maka lahirlah suatu cara penelitian yang dikenal dengan metode penelitian ilmiah.

28 15 e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Pengukuran menurut Riwidikdo (2009), yaitu : a) Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD. b) Cukup, bila nilai mean 1 SD mean + 1 SD. c) Kurang, bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD. 2. Anak a. Pengertian Anak Menurut UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pada Pasal 1 dikatakan dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1) Klasifikasi anak a) Masa bayi : Usia 0-1 Tahun Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai

29 16 berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005). b) Masa balita : Usia 1-5 Tahun Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan anak. Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006) b. Masalah Anak Menurut Tina, dkk (2000), masalah yang sering terjadi pada bayi dan anak adalah : 1) Dermatitis Atopik (Eksim Susu) Dermatitis atopik adalah penyakit kulit tersering pada bayi dan anak, sering kambuh, diturunkan dalam keluarga, tidak menular dan merupakan pertanda timbulnya asma. 2) Diaper Rash (Ruam Popok) Diaper rash adalah ruam kulit akibat radang pada daerah yang tertutup popok, yaitu pada alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha dan perut bagian bawah. Berupa bercak-bercak iritasi kemerahan, kadang menebal dan bernanah.

30 17 3) Miliaria (Biang Keringat) Miliariasis adalah kelainan kulit yang ditandai dengan kemerahan, disertai dengan gelembung kecil berair yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat yaitu di dahi, leher, bagian yang tertutup pakaian (dada, punggung), tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan juga kepala. 3. Biang Keringat a. Pengertian Miliaria (Biang Keringat) Biang keringat merupakan kelainan kulit yang sering ditemukan pada bayi dan balita, walaupun dapat juga dijumpai pada orang dewasa. Kelainan kulit tersebut biasanya ditemukan di daerah tropis dikaitkan dengan produksi keringat yang berlebihan. Bila saluran kelenjar keringat tersumbat maka akan timbul berbagai macam tanda dan kelainan pada kulit (Siregar, 2005). Biang keringat sebenarnya merupakan kelainan kulit ringan, tetapi karena seringkali terdapat kekeliruan pada perawatan kulitnya penyakit ini dapat berlanjut menjadi bisul akibat infeksi bakteri atau dapat disertai infeksi jamur. Oleh karena itu perlu perawatan khusus dan pengobatan yang tepat agar kulitnya tetap bersih dan sehat (Siregar, 2005).

31 18 Miliaria atau biang keringat adalah suatu keadaan tertutupnya pori-pori keringat sehingga menimbulkan retensi keringat di dalam kulit (Harahap, 2000). Definisi miliaria yaitu kelainan kulit akibat retensi keringat, ditandai dengan adanya vesikel milier (Natahusada, 2011). Biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di dahi, leher, dada dan punggung serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian, dan dapat juga di kepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000). Jadi, biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat keringat berlebihan disertai sumbatan saluran keringat dapat diikuti rasa gatal, kulit menjadi kemerahan di sertai banyak gelembung kecil berair (Budiarja dan Widaty, 2000). b. Jenis-jenis Biang Keringat Ada empat macam biang keringat yaitu : 1) Miliaria kristalina Biang keringat jenis ini mempunyai tanda khas, yakni vesikula kecil-kecil jernih seperti kristal dengan diameter 1-2 mm, menyerupai titik-titik air pada kulit dan tanpa eritem. Biasanya tanpa simptom dan diketahui secara kebetulan pada waktu

32 19 pemeriksaan fisik. Sering terjadi pada daerah intertriginosa, seperti pada ketiak dan leher, serta badan. Vesikula mengelompok, mudah pecah pada waktu mandi atau karena gesekan ringan (Siregar, 2005). Biang keringat pada jenis ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan dan sembuh dengan sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis, dan menyerap keringat (Natahusada, 2009) 2) Miliaria rubra Miliaria rubra merupakan bentuk klinik yang sangat penting dan ditandai dengan rasa gatal dan eritem. Lesinya berupa papula eritematus dengan puncak dan pusatnya berupa vesikula. Lesinya ekstrafolikuler ini membedakan dengan folikulitis. Papulanya steril atau terinfeksi sekunder pada miliaria yang luas dan kronis (Siregar, 2005). Miliaria rubra tidak mengenai muka dan bagian volar kulit, tetapi mengenai permukaan kulit yang istirahat, terutama pada punggung dan leher. Rasa gatal, dan kadang rasa panas

33 20 seperti terbakar. biasanya timbul bersamaaan dengan rangsang yang menimbulkan keringat. Miliaria rubra yang luas dan berat dapat menyebabkan hiperpireksia dan lelah karena panas (heat exhaustion) serta pingsan (Siregar, 2005). Penyakit ini lebih berat daripada miliaria kristalina, terdapat pada badan dan tempat-tempat tekanan atau gesekan pakaian. Terlihat papul merah atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik (IDAI, 2012). Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahar kualitatif, penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar keringat. Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis (Natahusada, 2011). 3) Miliaria profunda Miliaria profunda merupakan bentuk yang jarang dijumpai. Kelainan ini tidak gatal dan jarang memberi keluhan. Terutama ditemukan di badan, lengan, dan tungkai. Kelainan kulit

34 21 berupa bintik putih, keras, berukuran 1-3 mm dan tidak disertai dasar kemerahan (IDAI, 2012). Penyakit ini umumnya mempunyai tanda berupa papula keputih-putihan dengan diameter 1-3 mm. Biasanya pada punggung, tetapi juga bagian ekstremitas. Ini merupakan vesikula yang letaknya lebih dalam (di dalam dermis), sehingga bersifat kronis dan tampak sebagai papula (IDAI, 2012). Tidak ada eritem dan gatal. Kalau luas, miliaria ini akan mengganggu keluarnya keringat, sehingga menimbulkaan hiperhidrosis kompensasi di wajah. Kalau banyak kelenjar keringat yang tidak berfungsi, sehingga keringat yang harusnya keluar tidak terjadi, dan penderita perlu tempat yang dingin. Penderita ini bisa menjadi lemah, dispnea, takikardia, bahkan suhu bisa naik, dan penderita dapat pingsan di bawah keadaan heat stress. Penderita tersebut disebut mengalami astenia anhidrotik tropikal (IDAI, 2012). 4) Miliaria Pustulosa Miliaria pustulosa selalu didahului oleh penyakit kulit lain yang menimbulkan kerusakan dan sumbatan saluran kelenjar keringat atau biang keringat. Pustulanya jelas dan nonfolikuler. Rasa gatal sering terjadi pada daerah-daerah intertriginosa. Penyakit dermatitis kontak, liken simpleks kronikus dan intertrigo dapat menyebabkan timbulnya miliaria pustulosa setelah beberapa

35 22 minggu penyakit tersebut itu sembuh. Papula biasanya steril, tetapi dapat juga berisi stafilokok dan/atau streptokok yangn nonpatogen (IDAI, 2012). c. Penyebab Biang Keringat Menurut Pasaribu (2007), penyebab biang keringat antara lain : 1) Ventilasi ruangan kurang baik sehingga udara di dalam ruangan panas atau lembab. 2) Pakaian bayi terlalu tebal dan ketat, pakaian yang tebal dan ketat menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat. 3) Bayi mengalami panas atau demam. 4) Bayi terlalu banyak beraktivitas sehingga banyak mengeluarkan keringat Penyebab lain berupa penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat diakibatkan debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang terperangkap dibawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintik-bintik kecil yang terasa gatal. d. Efek Samping Menurut IDAI (2012), efek samping dari biang keringat antara lain : 1) Impetigo tropicalis, adalah suatu infeksi bakteri akibat dari miliaria / biang keringat. Penyakit ini mengakibatkan kulit seperti melepuh karena panas. Terjadi bintik yang berisi cairan yang akan berkembang menjadi benjolan. Jika sudah

36 23 matang, benjolan ini akan pecah. Cairan di dalamnya infeksius, sehingga akan menular jika mengenai bagian tubuh yang lain. Impetigo tropicalis ini terutama terjadi di daerah-daerah lipatan kulit. 2) Multiple sweat gland abses, yakni infeksi di bagian kepala anak karena biang keringat yang dibiarkan. 3) Abses pada kelenjar keringat. e. Pencegahan 1) Menurut Tina (2000), untuk mencegah terjadinya biang keringat pada bayi yaitu : a) Bayi atau anak tetap dianjurkan mandi secara teratur paling sedikit 2 kali sehari menggunakan air dingin dan sabun. b) Bila berkeringat, sesering mungkin dibasuh dengan menggunakan handuk (lap) basah, kemudian dikeringkan dengan handuk atau kain yang lembut. Setelah itu dapat diberikan bedak tabur. c) Jangan sekali-kali memberikan bedak tanpa membasuh keringat terlebih dahulu, karena akan memperparah penyumbatan sehingga mempermudah terjadinya infeksi baik oleh jamur maupun bakteri. d) Hindari penggunaan pakaian tebal, bahan nilon, atau wol yang tidak menyerap keringat.

37 24 2) Menurut Pasaribu (2007), biang keringat dapat tidak dialami bayi asalkan orang tua rajin menghindari penghalang penguapan keringat yang menutup pori-pori bayi dengan cara : a) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari. b) Setelah selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis. c) Jaga tubuh bayi agar tetap kering. d) Jika bayi berkeringat jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis. e) Gunakan pakaian bayi dari bahan katun yang menyerap keringat bayi. f) Biasanya 70% biang keringat timbul pada bayi karena sirkulasi udara kamar yang tidak baik. Untuk itu usahakan udara di dalam kamar bayi mengalir dengan baik sehingga kamar selalu sejuk. g) Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel. Jika menggunakan sabun padat bisa meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan.

38 25 f. Pengobatan Sebenarnya pengobatan khusus tidak diperlukan, cukup pencegahan dan perawatan kulit yang benar. Bila biang keringat berupa gelembung kecil tidak disertai kemerahan, kering dan tanpa keluhan dapat diberi bedak setelah mandi. Bila kelainan kulit membasah tidak boleh ditaburkan bedak, karena akan terbentuk gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar sehingga menjadi tempat pertumbuhan kuman. Bila keluhan sangat gatal, luka dan lecet dapat diatasi dengan pemberian antibiotik (Tina, 2000). Kunci pengobatan miliaria adalah menempatkan penderita di dalam lingkungan yang dingin, sehingga keringat bisa berkurang. Sumbatan keratin yang menutupi lubang keringat akan berangsur lepas beberapa hari sampai 2 minggu. AC /pendingin/ ruang yang teduh bisa memberi pencegahan pada permulaan miliaria. Obat-obatan topikal tidak begitu efektif dan kadang-kadang bisa menambah banyaknya miliaria. Selain itu pemberian vitamin C dosis tinggi mampu mencegah atau mengurangi timbulnya miliaria (Harahap, 2000).

39 26 B. Kerangka Teori Kerangka teoris dalam penelitian ini dapat di gambarkan sebagai berikut : Tingkat Pengetahuan : 1. Tahu 2. Memahami 3. Aplikasi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Pengetahuan Biang Keringat 1. Pengertian 2. Penyebab 3. Tanda dan gejala 4. Pencegahan 5. Pengobatan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Pengalaman 4. Intelegensi 5. Sosial ekonomi 6. Sosial budaya Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Modifikasi (Notoatmodjo 2010), (FKUI 2009), (Harahap 2000), (Natahusada 2009)

40 27 C. Kerangka Konsep Baik Tingkat pengetahuan tentang biang keringat pada bayi 0-1 tahun Cukup Kurang Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan : 1. Tingkat pendidikan 2. Pengalaman 3. Informasi 4. Budaya 5. Pekerjaan Keterangan : : Tidak diteliti : Diteliti Gambar 2.2 Kerangka Konsep

41 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan satu tujuan membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif dalam bentuk angka-angka mulai dari pegumpulan data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006). B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Lokasi adalah tempat digunakan untuk pengambilan data selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2010). Penelitian dilakukan di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Maret Maret

42 29 C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 0-1 tahun sebanyak 76 orang di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar. 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini (Notoatmodjo, 2010). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, selanjutnya jika subjeknya lebih dari 100 maka diambil 10 15%, atau 20 25% atau lebih (Arikunto, 2006). Karena jumlah populasi dalam penelitian kurang dari 100 maka diambil semua sebagai sampel yaitu dengan jumlah 76 responden. 3. Tehnik Pengambilan sempel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonprobability sampling yaitu sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil (Sugiyono,2009). Sehingga dalam penelitian ini diambil sebanyak 76 ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Mojogedang Karanganyar.

43 30 D. Instrument Penelitian Yang dimaksud dengan instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kuisioner, skala yang digunakan ordinal. Kuisioner atau angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (Notoatmodjo, 2005). Skala pengukuran data yang digunakan dalam kuesioner tertutup ini adalah skala Guttman yaitu skala yang bersifat tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah (Hidayat, 2007). Jenis pernyataan kuesioner berupa favourable yaitu pernyataan yang positif dimana jika benar nilai 1 (satu) jika salah nilai 0 (nol) sedangkan pernyataan unfavourable yaitu pernyataan negatif jika benar nilai 0 (nol) jika salah nilai 1 (satu). Pengisian kuesioner tersebut dengan memberi tanda centang ( ) pada jawaban yang dianggap benar. Adapun kisi-kisi kuesioner pengetahuan tentang pengetahuan biang keringat sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesinoner Variabel Indikator No. Soal Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat Pada Anak Usia 0-1 Tahun Jumlah Soal Positif Negatif 1. Pengertian 1, Efek samping 4,5,6, Gejala 11,13,14 12,15, Penyebab 9,16,17,18 19, Pencegahan 22,23,26,27,30 25,28 7 Jumlah

44 31 Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reabilitas dengan karakteristik sampel yang sama diluar lokasi penelitian. Uji validitas dilakukan di Posyandu Desa Ngringo Jaten Karanganyar sebanyak 30 responden. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukan tingkat kevalidan atau keaslian sesuatu instrument (Arikunto, 2006) Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan bantuan program SPSS for windows versi rumus uji validitas menggunakan korelasi product moment, yaitu: = Keterangan : N X Y : Jumlah responden : Koefisien korelasi product moment : Skor pertanyaan : Skor total : Skor pertanyaan dikalikan skor total Sebuah instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari r tabel 5% (0,361) dan nilai positif maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2005).

45 32 Setelah dilakukan uji validitas di Poyandu Nusama Perum RC Ngringo Palur pada tanggal 3 Maret 2013 terhadap 30 responden dengan 30 pernyataan didapatkan 3 nomor pernyataan tidak valid yaitu nomor 18,21 dan 24 karena r hitung lebih kecil dari r tabel, untuk selanjutnya nomor 18,21 dan 24 tidak digunakan dalam penelitian. 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto, 2006). Untuk menguji reliabilitas instrument, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for windows. Rumus SPSS for windows adalah sebagai berikut: Keterangan: k : Reliabilitas Instrument : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal : Jumlah Varian butir : Varian total

46 33 Soal dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach s > (0,60) (Ghozali, 2005). Hasil Uji reliabilitas menunjukkan 0,87 berarti nilai alpha cronbach s 0,6, sehingga instrumen dikatakan reliabel. E. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar pernyataan persetujuan dan membagikan kuesioner pada ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya. Responden di anjurkan mengisi kuesioner dengan selesai dan koesioner diambil pada saait itu juga oleh peneliti. Data yang diperoleh dari: 1. Data Primer Data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2009). Dalam penelitian ini data primer di dapatkan dari pengisian kuesioner tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi pustaka dan data ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar yaitu 76 orang.

47 34 F. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya (Sugiyono, 2010) dalam penelitian hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada anak usia 0-1 tahun. G. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan definisi yang membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti (Notoatmodjo, 2010). Tabel 3.3 Definisi Operasional Nama Variabel Pengertian Indikator Alat ukur Skala Pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun Segala sesuatu informasi yang diketahui dan dimengerti oleh ibu tentang pengertian, efek samping, gejala, penyebab dan pencegahan biang keringat Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD Cukup : Bila nilai responden mean -1 SD + 1 SD Kurang : Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD Kuesioner Ordinal

48 35 H. Metode Pengolahan Analisa Data 1. Pengolahan Data Setelah data terkumpul melalui angket atau kuisioner maka dilakukan pengolahan Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo (2010) adalah : a. Seleksi Data (Editing) cara memeriksa data hasil jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan koreksi apakah telah terjawab dengan lengkap. Editing dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai dapat segera dilengkapi. b. Pemberian Kode (Coding) Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data. c. Memasukkan Data (Data Entry) Jawaban dari masing masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. d. Pengelompokkan Data (Tabulating) Pada tahap ini, jawaban jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel.

49 36 e. Pembersihan Data (Cleaning) Setelah semua data dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. 2. Analisis Data Analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini hanya mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun. Menurut Riwidikdo (2009), maka digunakan perhitungan sebagai berikut : Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean +1 SD Cukup : Bila nilai responden mean 1 SD Kurang: Bila nilai responden yang diperoleh (x) < mean 1 SD Keterangan : X SD : Nilai total skor dari responden : Standar deviasi Mean : Nilai rata-rata Menurut Riwidikdo (2009), rumus Mean adalah : Keterangan : : nilai dari data X= : jumlah data

50 Sedangkan untuk mencari SD (Simpangan Deviasi) menggunakan : Keterangan : SD = SD : Simpangan baku : Banyaknya data : Nilai dari data Setelah didapatkan hasil nilai mean dan Standard Deviation tiap responden kemudian hasil tersebut dimasukkan dalam skala pengetahuan yang sudah tercantum diatas. Adapun rumus prosentase untuk jumlah ibu yang mempunyai anak usia 0-1 tahun menurut tingkat pengetahuan (Riwidikdo, 2010) Keterangan : fi P = x 100% P : Persen n fi n : Frekuensi : Jumlah responden Skor Prosentase : I. Etika Penelitian Setelah mendapat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2008), meliputi : 1. Informent Consent (lembar persetujuan menjadi responden) Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subyek penelitian, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta manfaat yang akan dilakukan penelitian. Setelah diberikan penjelasan,

51 38 lembar persetujuan diberikan kepada subyek penelitian. Jika subyek penelitian bersedia diteliti maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan, namun jika subyek penelitian menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. 2. Anonimity (kerahasiaan nama / identitas) Anonimity, berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data (kuesioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data tersebut. Pada penelitian ini tidak mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2008). 3. Confidentiality (kerahasiaan hasil) Sub bab ini menjelaskan masalah masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2008). J. Jadwal Penelitian Terlampir

52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Pereng Kecematan Mojogedang Kabupaten Karanganyar secara gegrafis letak desa Pereng berbatsasan sebelah Timur Desa Pendem, sebelah Barat Desa Munggur, Sebelah Selatan berbatasan langsung dengan Desa Gentungan dan batas sebelah Utara berbatasan dengan desa Karangpelem dan Kedawung Kabupaten Sragen. Sumber pendapatan penduduk desa Pereng yaitu dari sektor pertanian sebagai salah satu sektor primer, memang masih memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Sektor pertanian dirinci menjadi beberapa subsektor, yaitu Tanaman Bahan Makanan, Perkebunan, Kehutanan, Peternakan, dan Perikanan. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri. Dalam usaha menunjang kesehatan bagi masyarakat Desa Pereng terdapat beberapa pusat layanan kesehatan diantaranya 1 Puskesmas Pembantu, 8 Posyandu dan terdapat 1 BPS. 39

53 40 B. Hasil Penelitian Penelitian ini mengambil judul Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar untuk mengetahui tingkat pengetahuan terlebih dahulu mencari nilai mean dan standar deviasi, hasil dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 1. Hasil Perhitungan Mean dan Standar Deviasi Tabel 4.1 Mean dan Standar Deviasi Variabel Mean Standar Deviasi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Biang Keringat 21,1 4,4 pada Anak Usia 0-1 Tahun Setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai mean sebesar 21,1 dan standari deviasi sebesar 4,4. 2. Hasil Penelitian Tingkat pengetahuan Berdasarkan nilai mean dan standar deviasi dapat diketahu tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat pada anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Pereng Karanganyar dapat dikategorikan sebagai berikut : Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Biang Keringat pada Anak Usia 0-1 Tahun Di Posyandu Desa Pereng Karanganyar No Pengetahuan Jumlah Baik Cukup Kurang Persentase (%) ,3 13,2 Total Sumber: Data Primer, April 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini pengukuran perilaku menggunakan kuesioner. Dengan 15 pernyataan yang berisikan tentang perawatan kejang demam pada balita usia 0-5 tahun.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik dengan pendekatan cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu suatu metode pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang berbeda

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 2010). Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey

BAB III METODE PENELITIAN. 2010). Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian survey 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi diskriptif frekuentif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mendiskripsikan atau menjelaskan fenomena. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini para orang tua belum menyadari bahwa menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini para orang tua belum menyadari bahwa menjaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini para orang tua belum menyadari bahwa menjaga kesehatan kulit pada balita sama pentingnya dengan menjaga kesehatan kulit pada orang dewasa. Untuk menjaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui panca BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA NGLEBAK TAWANGMANGU KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA NGLEBAK TAWANGMANGU KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYAKIT DIARE PADA BALITA DI DESA NGLEBAK TAWANGMANGU KARANGANYAR KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.

Masalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan metode pendekatan survey yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian berbentuk discriptive correlation yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur

BAB III METODE PENELITIAN. adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu mengukur BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan dengan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini yang digunakan adalah analitik, dengan menggunakan rancangan penelitian cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik. Penelitian analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif eksploratif, yang didalamnya menggunakan analisis distribusi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan cross sectional yaitu pengumpulan data penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

CURICULUM VITAE. : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991

CURICULUM VITAE. : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991 CURICULUM VITAE Nama : Margi Astuti Tempat/Tanggal Lahir : Karanganyar, 27 september 1991 Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Desa Banjaran RT 01 RW 06, Kelurahan Jumantoro, Kecamatan Jumapolo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada

BAB III METODE PENELITIAN. (Nursalam, 2013). Penelitian ini dilakukan dengan membagikan kuesioner pada BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan jenis rancangan survey yang digunakan untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang pengukuran variabel bebas (dukungan suami)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk menunjukkan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) dengan pendekatan belah lintang (Cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG POS PELAYANAN TERPADU LANJUT USIA (POSYANDU LANSIA) DI DESA KARANGJATI KALIJAMBE SRAGEN TAHUN 2013

TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG POS PELAYANAN TERPADU LANJUT USIA (POSYANDU LANSIA) DI DESA KARANGJATI KALIJAMBE SRAGEN TAHUN 2013 TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG POS PELAYANAN TERPADU LANJUT USIA (POSYANDU LANSIA) DI DESA KARANGJATI KALIJAMBE SRAGEN TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Di ajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan secara teliti (accurately

III METODE PENELITIAN. adalah suatu penelitian yang bertujuan menyajikan secara teliti (accurately III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang di gunakan adalah pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Desain penelitian ini dipilih karena peneliti mencoba mencari tahu hubungan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Ciri penelitian korelasional mengkaji hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawabaan terhadap pertanyaan penelitian. Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu menyusui dengan praktik pemberian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Survey Reasearch Metodh yaitu metode penelitian tidak dilakukan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu penelitian yang berorientasi pada masa sekarang atau saat ini dan didesain

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD Ny. S P2A0 UMUR 46 TAHUN DENGAN MENORAGIA DI RSUD KARANGANYAR TAHUN 2014 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p.

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, p. 45 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksplanatory digunakan untuk menjelaskan suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi secara objektif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT

TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah descriptive colerational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pemaksimalan beberapa faktor yang bisa mempengaruhi suatu hasil.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif,

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif, BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rencangan deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat data faktual tanpa melihat mengapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis 28 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Berdasarkan penelitian dan tujuan yang hendak dicapai, Jenis penelitian ini adalah Analitik explanatori/korelasi yaitu bertujuan untuk menemukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. tingkat pengetahuan dan status gizi balita. Variabel independen dan variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif analitik yaitu penelitian yang memberikan gambaran secara statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan desain korelasional, dan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu data yang menyangkut variabel bebas atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengukuran vareabel independen (bebas)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi korelasi dengan pendekatan retrospektif yaitu penelitian yang diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory research (penelitian penjelasan) yaitu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan sesaat dan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif komparatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kreativitas anak ditinjau dari ibu bekerja dan ibu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk menyediakan informasi yang saling berkaitan dengan. kemauan, perilaku dan nilai ( Nursalam, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk menyediakan informasi yang saling berkaitan dengan. kemauan, perilaku dan nilai ( Nursalam, 2013). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian non eksperimen yaitu deskriptif survei. Deskriptif survei adalah suatu rancangan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara obyektif (Notoatmodjo, 2005, p.138). tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.140)

BAB III METODE PENELITIAN. secara obyektif (Notoatmodjo, 2005, p.138). tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.140) BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara dua variabel independen (interaksi sosial di lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu. Di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti (Sutana dan Sudrajat, 2001). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dimana peneliti menyajikan suatu fakta untuk menggambarkan secara keseluruhan peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 6 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis mengenai kemungkinan hubungan antar variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi korelatif antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian dengan metode Survey Analitik, dengan pendekatan Cross Sectional. yaitu survey atau penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini kuantitatif dengan metode diskriptif korelasi, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005,

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Nursalam (2011), penelitian deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif Analitik dengan metode pendekatan cross sectional yaitu suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu

BAB III METODE PENELITIAN. melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan termasuk dalam penelitian korelasional, yaitu penelitian yang mengkaji hubungan antar variabel.

Lebih terperinci