ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SELISIH BIAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SELISIH BIAYA"

Transkripsi

1 ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SELISIH BIAYA ( Studi Kasus di PT Perkebunan Nusantara IX Semarang ) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi Oleh : TOMAS BAYU KARYONO PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FALKUTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007 i

2 ii

3 iii

4 iv

5 PERSEMBAHAN Dengan penuh kasih dan cintaku yang tulus maka karyaku ini ku persembahkan untuk : 1. Tri Tunggal Maha Kudus, Bapa, Putra, dan Roh Kudus 2. Bunda Maria, Bunda Juru selamatku didunai ini 3. Mamak Yasinta Surajiati yang tak henti-hentinya berkorban untuk aku.bapakku Sudarman. 4. Pakde Romo Endro karyono matur nuwun untuk semua bantuan baik doa materi dan lain-lain 5. Saudara-saudaraku adiekku viktor, kakakku mbak criss, mas heri, keponakanku lita, sari dan rian. 6. Saudaraku di kenteng Bapak Sagiyo, Simbok, Mbak kakung Andri dan Sius. 7. Sahabat-sahabatku di relawan Sius, sisca, boim, bowo, widia, lia, ury Romo Hero, acong, edu, punto, simbi, obet mira teki yang amat baik sekali 8. Teman-teman kopma usd mabak marni mabak lusi, mabak juli mas budi dan Bob, stev, aris marsha ketrin ben dll. 9. Teman-temanku pendidikan akuntansi Almamaterku v

6 MOTTO 1. Semua orang pasti punya kelemahan sehingga jangan gunakan kelemahan itu sebagai halangan justru sebagai alat untuk maju terus. 2. Jika ada hambatan datang lihatlah dari segi positifnya jangan negatifnya karena semuanya pasti akan datang bersama-sama 3. Lakukan apa yg menurut anda bener selagi tidak menganggu, dan merugikan orang-orang disekitarmu. 4. Kebahagiaan itu bagaikan kupu-kupu. Semakin dikejar semakin menghindar.ketika kita berhenti mengejarnya memandangnya penuh kekaguman, sang kupu-kupu itu akan hinggap dipundamu. 5. Semakin kita bertambah ilmu maka kita harus semakin menunduk dan menghargai semua orang tanpa memandang status sosial dan umur. vi

7 ABSTRAK ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SELISIH BIAYA STUDI KASUS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX SEMARANG TOMAS BAYU KARYONO UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah langkah-langkah prosedur penyusunan anggaran biaya produksi sudah tepat, dan juga untuk mengetahui apakah biaya produksi terkendali. Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT P Nusantara IX Semarang yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2004 sampai Januari Objek yang diteliti adalah anggaran biaya produksi pada PT P Nusantara IX Semarang dan data biaya produksi pada tahun Teknik pengumpulan data ini dengan cara Dokumentasi, wawancara dan Observasi.Teknik analisis data dilaksanakan dengan cara : (1) Mengetahui apakah prosedur penyusunan anggaran biaya produksi pada PT P Nusantara IX Semarang sudah tepat, yaitu dengan membandingkan antara prosedur penyusunan biaya produksi pada PT P Nusantara IX Semarang tersebut dengan prosedur penyusunan biaya produksi menurut kajian teori. (2) Mengetahui apakah biaya produksi PT P Nusantara IX Semarang sudah terkendali yaitu dengan membandingkan antara biaya yang dianggarkan dengan biaya sesungguhnya. Apabila terjadi selisih, baik menguntungkan atau merugikan tetapi masih berada di bawah batas toleransi sebesar 5% dikatakan terkendali. Berdasarkan hasil analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa: (1) Prosedur penyusunan anggaran biaya produksi pada PT P Nusantara IX Semarang sudah tepat. (2). Terdapat selisih biaya produksi merugi Rp atau 0,69% ( tidak menguntungkan ) yang disebabkan oleh selisih biaya bahan baku sebesar Rp atau 3,78%, selisih biaya tenaga kerja langsung 0 atau 0% sedangkan selisih biaya overhead pabrik Rp atau 57% ( menguntungkan ). (3) Dari ketiga selisih biaya produksi tersebut ternyata selisih biaya overhead pabrik tidak terkendali karena berada diatas batas toleransi 5%. vii

8 ABSTRACT PRODUCTION COST BUDGET AS A DEVICE OF THE PRODUCTION COST CONTROL BY USING THE ANALYSIS OF COST DIFFERENCE A CASE STUDY AT PT P NUSANTARA IX NGOBO KARANGJATI SEMARANG TOMAS BAYU KARYONO SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2007 The purpose of this research was to know whether the steps of production cost budget procedure arrangement had been appropriate and also to know if the production cost was well controlled. The method of the research was case study at PT P Nusantara IX Semarang that was conducted on October 2004 until January The object observed was the production cost budget at PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang and the data of production cost of The techniques of the data gathering were documentation, interview and observation. The technique of data analyzing was carried out through: (1) Knowing whether the procedure of production cost budget arrangement at PT P Nusantara Semarang was appropriate, that was by comparing between the procedure of production cost budget of PT P Semarang and the procedure of production cost arrangement according to the theoretical. (2) Knowing whether the production cost of PT P Nusantara IX Semarang was well controlled that was by comparing between the budgeted cost and the real cost. If there was difference both it was beneficial or detrimental, but as long as under tolerance 5% limit, it could be said to be well controlled. Based on the result of the analysis above could be concluded that: (1) The procedure of production cost budget arrangement at PT P Nusantara IX Semarang was appropriate. (2) There was deficit production cost Rp or 0,69% (no profit) that was caused by the difference of material production cost as big as Rp or 3,78%, the difference of direct employee cost 0 or 0%, whereas the difference of overhead factory cost was not well controlled because it was above tolerance 5% limit. viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Bapa di Surga karena berkat kasih-nya yang begitu melimpah maka penulit dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISISN SELISIH BIAYA, studi kasus PT Perkebunan Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang yang merupakan salah satu syarat kelulusan Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata dharma Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak lepas dari bimbingan dan dukunan berbagai pihak yang telah memberikan bantuan baik materil maupun spiritual yang sangat berarti bagi penulis, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogykarta. 2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.S.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Bapak Drs. F.X Muhadi, M.Pd., SIP., selaku dosen pembimbing I yang sabar membimbing memberi evaluasi dan memberi saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. ix

10 5. Ibu C. Purwanti, S.Pd.,M.S.A., selaku dosen tamu pertama terima kasih banyak atas bimbingannya dalam mengoreksi skripsi saya sehingga saya bisa menyelesaikan dengan baik. 6. Ibu Natalini Premastuti B., S.Pd., selaku dosen tamu kedua terima kasih atas masukan-masukannya sehingga skripsi saya bisa baik. 7. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata dharma Yogyakarta. 8. Bapak Chosa selaku dosen pembimbing abstrak bahasa inggris saya, terima kasih sekali karena dengan sabar telah membimbing saya. 9. Segenap karyawan Universitas Sanata Dharma terutama secretariat pendidikan akuntansi terima kasih atas bantuannya selama ini. 10. Mamakku Yansinta Surajiata terima kasih untuk semua doa-doanya kasih sayangnya perhatiannya semoga saya tidak mengecewakan sekali lagi terima kasih ya mak, buat bapak terima kasih. 11. Pakde Romo Endro Karyono terima kasih banyak doa semangat bimbingan serta bantuan baik moril maupun material terima kasih pakde, saya pasti kan jadi orang yang berguna. 12. Keluarga di Kenteng Nanggulan Kulon Progo bapak Sagiyo adekku Sius, Simbok, mbah kakung, andri terimaksih untuk doa semangat dan kasih sayangnya yang tiada taranya. x

11 13. Sius matur nuwun banget yaaa atas semuanya aku ga tahu apa aku bisa jadi sarjana atau ga jika ga kenal kamu, thank yaa kamu selalu memberikan semangat buat aku dikala aku sedang ga semangat sampai aku ujian kamu setia dengarkan keluh kesahku kamu memang saudara sahabat sejatiku didunia ini. 14. Pak Heri yang tiada henti ngejar-ngejar aku untuk selesaikan skripsi thank banget yaa pak aku senang bangat punya saudara pak Heri.thank yaa pak. 15. Romo Harto terima kasih atas doa dan bimbingannya. 16. Kakakku mbak kris, adikku viktor disolo dan keponakanku lita sari dan rian thank banget yaa atas semuanya yang telah you you berikan ke aku. 17. Ipuk terima kasih banyak yaaa atas semuanya engkau banyak membantu aku saat aku sakit. 18. Boim, Bowo, Teki, Erna (Simbi) ayu, sisca, Ury, Punto, Edu, widya, acong, prima dan Romo Hero, kalian saudaraku yang sangat baik dari awal jadi relawan dan akhirnya jadi saudara terimaksih yaa semuanya yang diberikan aku sayang kalian semua. 19. Mas yusak mas beni terima kasih yaa kalian semua mas masku yang paling baik thank atas doa bantuan dan semuanya yaaa. 20. Teman-temanku anak PAK B 99 thank yaa walau jauh pasti kamu doakan aku sehingga aku bisa lulus juga. xi

12 21. Sahabat-sahabatku di tempat kerja mbak marni, mbak juli, mbak lusi dan semua pengurus kopma usd alfon, budi, ana, Bob stevanus aris marsha ketrin lilies ben dan semunya terimaksih atas pemberian semangatnya aku sayang kalian semua, thank yaa. 22. Kapel sadhar terimaksih banget yaa telah menerima aku untuk berdoa, sedang jatiningsih terimakasih aku diizinkan berdoa juga disana. 23. Anak-anak di lampar 20 thank yaa dian wawan dan pram thank atas semangatnya 24. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuanya hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan untuk ketidaksempurnaan pada skripsi ini penulis mohon maaf dan menjadikan sikap kritis dan saran membangun dari pembaca sebagai masukan sehinga dapat menambah ilmu. Yogyakarta 2 Juli 2007 Penulis Tomas Bayu Karyono xii

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO. ABATRAK... ABSTRACT. KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii viii ix xiii xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan Masalah... 2 C. Rumusan Masalah... 3 D. Tujuan Penelitian... 3 E. Manfaat Penelitian... 3 xiii

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengantar... 5 A. Pengendalian Biaya Peroduksi Pengertian Tujuan Pengendalian Biaya Prosedur Pengendalian Biaya... 7 B. Sistem Biaya Standar Sebagai Aaalat Pengendalian Biaya Produksi Pengertian Penentuan biaya Standar Anggaran Biaya Produksi Analisis Selisih Biaya Produksi Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Selisih BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Subjek dan Objek Penelitian C. Lokasi dan Waktu Penelitian D. Data-Data yang Diperlukan E. Teknik Pengumpulan Data F. Teknik Analisis Data xiv

15 BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan B. Sejarah Singkat Kebun Ngobo C. Bidang Usaha D. Ketenagaan Kerja E. Produk F. Pengolahan BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penyusunan Anggaran Menurut Perusahaan Ramalan Penjualan Rencana Produksi Anggaran Biaya Produksi B. Penyusunan Anggaran Menurut Teori C. Analisis Efisien Biaya Produksi Analisis Selisih biaya Produksi antara Anggaran Yang dibuat Perusahaan dengan Realisasi Analisis Selisih Biaya Produksi antara Anggaran yang dibuat Sesuai Teori dengan Realisasi D. Pembahasan xv

16 BAB VI KESIMPULAN KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Keterbatasan C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 2 xvi

17 DAFTAR TABEL 5.1 Data Penjualan karet Lembaran Perhitungan Ramalan Penjualan Karet lembaran Data Penjualan Bulanan Karet lemabaran Perhitungan Indeks Musim Ramalan Penjualan Karet Lembaran Anggaran kebutuhan Bahan Baku Data Harga Beli Bahan Baku Perhitungan Harga Beli Bahan Baku Anggaran Pembelian Bahan Baku Pemakaian Bahan Baku Sesungguhnya Anggaran Biaya Tenaga Kerja Realisasi Biaya Tenaga Kerja Anggaran Biaya Overhead Pabrik Realisasi Biaya Overhead Pabrik Perbandingan Prosedur Penyusunan anggaran Biaya Produksi Anggaran Biaya Overhead Pabrik Hasil Perhitungan Pemisahan Biaya Overhead Pabrik Perhitungan Jumlah Anggaran Biaya Produksi Per bulan xvii

18 5.19 Perhitungan jumlah Realisasi Biaya Produksi Per bulan Perhitungan Jumlah Biaya Produksi Perhitungan Selisih Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi Tarif Tenaga Kerja Perhitungan selisih Biaya Produksi xviii

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat. Adanya persaingan yang ketat tersebut menuntut perusahaan untuk bekerja secara efektif dan efisien. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan yang dimaksud tidaklah mudah. Hal ini karena di dalam aktivitasnya, perusahaan tidak dapat lepas dari faktor eksternal, yang datangnya dari luar perusahaan atau di luar kekuasaan manajemen. Faktor eksternal ini, misalnya peraturan pemerintah, persaingan di pasar, daya beli masyarakat, dan kemajuan teknologi. Oleh karena faktor eksternal datangnya dari luar perusahaan, maka faktor tersebut sukar atau bahkan tidak dapat dikendalikan. Sebaliknya, faktor internallah yang harus mendapat perhatian lebih banyak agar kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin. Salah satu faktor internal adalah proses produksi. Proses produksi yang sedang berlangsung akan menunjang tingkat penjualan dan sejumlah penjualan diusahakan untuk mencapai laba, terutama dalam menghadapi persaingan pasar. Agar proses produksi berjalan lancar tanpa ada gangguan dari unsur-unsur produksi, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, maka perusahaan harus menyusun suatu rencana pelaksanaan kegiatan usahanya untuk menghindari pemborosan biaya, yang diakibatkan oleh kelebihan unsur produksi tersebut. 1

20 Di dalam mencapai hasil yang optimal, perusahaan memerlukan suatu alat, yaitu anggaran. Anggaran merupakan suatu alat untuk mengendalikan biaya produksi. Penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan yang penting di perusahaan. Pengendalian melalui anggaran dilakukan dengan cara membandingkan laporan pelaksanaan atau realisasi biaya dengan anggaran yang telah ditetapkan. Dari perbandingan tersebut akan terlihat adanya penyimpangan atau selisih, yang kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui penyebab selisih tersebut dan dapat diambil tindakan yang sesuai. Selisih yang terjadi dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Apabila bersifat menguntungkan, berarti dalam pelaksanaannya, manajer tersebut berprestasi, dan jika bersifat merugikan menunjukkan bahwa masih ada kekurangan yang harus diperbaiki dalam pelaksanaan suatu operasi di suatu bagian yang menjadi tanggung jawabnya. Perlu diperhatikan pula bahwa selisih biaya tersebut terkendali atau tidak terkendali oleh manajer yang bersangkutan dan bersifat material atau tidak. Dengan analisis selisih ini, manajer dapat merumuskan tindakan koreksi atau perbaikan terhadap program, anggaran, maupun pelaksanaan. B. Batasan Masalah Pada penulisan skripsi ini masalah anggaran biaya dibatasi pada anggaran biaya produksi di PT P Nusantara IX Ngobo untuk periode tahun

21 Pembatasan pada anggaran biaya produksi karena biaya produksi merupakan biaya yang paling besar jumlahnya dibandingkan biaya lainnya C. Rumusan Masalah 1. Apakah prosedur penyusunan anggaran biaya produksi di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang 2003 sudah baik? 2. Apakah biaya produksi yang terjadi pada tahun 2003 di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang terkendali? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah prosedur penyusunan anggaran biaya produksi di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang 2003 sudah baik. 2. Untuk mengetahui apakah biaya produksi yang terjadi pada tahun 2003 di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang terkendali. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak manajemen, terutama bagian produksi, dalam menentukan keputusan kebijakan yang tetap. 3

22 2. Bagi Universitas Sanata Dharma Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma, bahan pertimbangan, dan bahan acuan untuk penelitian atau penulisan skripsi selanjutnya, yang berkenaan dengan anggaran produksi. 3. Bagi Penulis Dengan penelitian ini, penulis dapat memperluas wawasan dan dapat mengembangkan pengetahuan, serta dapat menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam praktik yang sesungguhnya di perusahaan, sehingga hasil penelitian ini dapat menambah dan melengkapi teori yang diperoleh sebelumnya. 4

23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengantar Pada perusahaan kecil, pemilik yang biasanya juga sebagai pemimpin dapat melakukan pengendalian langsung terhadap kegiatan perusahaan. Kegiatan perusahaan tersebut belum begitu luas, sehingga perusahaan masih relatif mudah dikendalikan. Akan tetapi bagi perusahaan kompleks dan besar akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan setiap aktivitas perusahaan. Salah satu faktor yang harus dipertimbangkan oleh suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan adalah faktor biaya, sebab biaya akan berpengaruh besar terhadap perusahaan dalam penyusunan anggaran dan pengendalian biaya, khususnya biaya produksi. Biaya merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh suatu perusahaan dalam setiap pengambilan keputusan. Untuk meningkatkan kualitas laba yang diharapkan perusahaan tidak lepas dari biaya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi barang yang bersangkutan. Perusahaan perlu menyusun dan membuat perencanaan serta pengawasan biaya khususnya mengenai biaya produksi. 5

24 A. Pengendalian Biaya Produksi 1. Pengertian Pengendalian adalah suatu proses untuk menetapkan apa yang sudah dilaksanakan, menilai dan mengawasi bila perlu dengan maksud supaya baik pelaksanaan pekerjaan ( Manulang, 1987:52) Menurut Supriyono pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali menilai dan selalu memonitor. Laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditetapkan. Bertitik tolak dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pengendalian dimaksudkan untuk mengusahakan agar segala sesuatu yang direncanakan sesuai dengan rencana atau tidak. Pengendalian di gunakan untuk menjamin pencapaian tujuan, sasaran kebijakan dan standar secara efisien seperti yang telah ditentukan dalam perencanaan. Sedangkan Mulyadi mendefinisikan bahwa pengendalian merupakan sistem atau proses yang mana rencana dan pelaksanaan tindakan dibandingkan dan hasil dari perbandingan tersebut berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan reaksi yang memadai terhadap hasil pelaksanaan tersebut. Biaya produksi menurut Supriyono meliputi semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi yaitu semua biaya dalam rangka pengolahan bahan baku menjadi produk selesai yang siap dijual. Biaya 6

25 produksi tersebut dibagi menjadi tiga elemen yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. (Mulyadi 1993 : 14). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengendalian biaya produksi merupakan sistem atau proses untuk memeriksa kembali, menilai dan selalu memonitor semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi, dalam rangka mengolah bahan baku menjadi bahan jadi, apakah penggunaannya sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapakan atau belum. Dalam perencanaan pengendalian biaya produksi akan dapat dipakai untuk menganalisis daya guna dan hasil guna biaya produksi yang terjadi dibandingkan dengan anggarannya yang dapat berupa taksiran atau standar. 2. Tujuan Pengendalian Biaya Pengendalian biaya mempunyai suatu tujuan yaitu untuk membantu manajemen dalam satu unit produk yang dapat dipergunakan dengan biaya yang sekecil mungkin, menurut standar kualitas yang telah ditentukan sebelumnya. Standar menolong manajemen untuk membuat perbandinganperbandingan produk antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar, maksudnya untuk mengukur pelaksanaan dan mengoreksi ketidakefisienan (James dan Raph, 1986 : 411 ). 3. Prosedur Pengendalian Biaya Menurut Supriyono biaya dapat dikendalikan terutama dengan cara: 7

26 a. Memutuskan tugas-tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat usaha yang harus dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut b. Menyusun anggaran biaya yang jumlahnya harus sedikit mungkin dengan biaya yang sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang direncanakan c. Memperlakukan anggaran biaya sebagai batas atas yang tidak boleh dilampaui. Sedangkan menurut Carl Heyel, pengendalian biaya terdiri tiga fase yaitu: a. Membandingkan antara kinerja saat ini dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya b. Mengambil tindakan korektif jika bisa dikerjakan c. Menyatukan hasil dari langkah satu dan dua ke dalam perencanaan. B. Sistem Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi. 1. Pengertian Biaya dalam arti luas adalah pengorban sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1993 : 3 ). Standar boleh dikatakan merupakan suatu hal yang mutlak perlu dalam menyusun anggaran. Penyusunan anggaran tanpa biaya standar tidak akan 8

27 memungkinkan kita untuk mencapai sistem pengendalian anggaran yang sebenarnya ( Matz-usry, 1990 : 20 ). Langkah awal dalam analisis biaya pokok standar adalah penetapan standar yang dapat disusun oleh perusahaan ada tiga jenis standar yang dapat disusun oleh perusahaan, tergantung untuk apa standar tersebut disusun (Mas ud 1982 :122 ) ketiga standar tersebut adalah: a. Standar ideal Standar ideal adalah standar yang disusun tanpa memperlihatkan perubahan-perubahan kondisi perusahaan dan merupakan standar pelaksanaan yang harus dicapai dengan kombinasi faktor-faktor produksi yang baik. Untuk menentukan standar harga ideal, manajemen perlu memperhitungkan tingkat harga serta penggunaan sumber atau faktor produksi yang paling efisien tanpa memperhitungkan perubahan-perubahan kecil yang bisa menyebabkan perubahan harga pokok. b. Standar yang diharapkan Standar yang diharapkan adalah standar yang disusun berdasarkan keadaan yang bisa dicapai pada periode pemakaian standar. Jenis standar ini untuk jangka waktu yang pendek, sehingga setiap terjadi kenaikan atau penurunan angka produksi standar ini harus diubah, maka standar atau menyusunan standar yang baru dibutuhkan biaya yang cukup besar dan menyebabkan terjadinya pemborosan waktu. 9

28 c. Standar Ekonomis atau Standar Normal Standar ekonomi adalah standar yang disusun untuk tingkat operasi yang normal dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Standar normal didasarkan pada rata-rata tertentu yaitu rata-rata kegiatan di masa lalu disesuaikan dengan taksiran keadaan biaya di masa yang akan datang. Standar menurut Mulyadi adalah biaya yang ditentukan di muka yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu di bawah asumsi kondisi-kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sedangkan Larry dan Wayne berpendapat bahwa biaya standar adalah: Standard cost have been defined in a number of different ways. For instance, a standard cost might be defined as an estimate of the lowest cost than can be expected under current conditions with available management. Another possibility would be to define a standard cost as predetermined cost that reflects ideal conditions. In both cases, a standard cost is what the cast be for a product or service under specified condition. 10

29 Sedangkan menurut Matz dan Usry biaya standar adalah biaya yang ditetapkan terlebih dahulu untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit selama periode tertentu di masa mendatang. Biaya standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi operasi berjalan dan atau yang diantisipasi (Matz Usry 1990 : 111). Beberapa kegunaan biaya standar menurut Matz Usry adalah sebagai berikut: a. Untuk menetapkan anggaran b. Mengendalikan biaya dan memotivasi serta menukur efisiensi c. Memperbesar kemungkinan pengurangan biaya d. Menyerderhanakan prosedur penetapakan biaya dan mempercepat penyajian laporan biaya e. Membebankan biaya ke persediaan bahan, barang dalam proses dan barang jadi f. Memberikan dasar bagi penetapan tender atau kontrak serta untuk menetapkan harga jual. Sistem biaya standar merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi biaya sedemikian rupa sehingga menajemen dapat mendektesi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditetapkan. Sistem ini mencatat biaya yang seharusnya dikeluarkan dan biaya sesungguhnya terjadi, selain itu juga menyajikan 11

30 perbandingan antara kedua biaya serta analisa penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar. Biaya standar yang ditetapkan di awal periode digunakan sebagai alat pengukur efisiensi dan pengendalian biaya dalam pelaksanaan kegiatan produksi. Realisasi biaya yang melebihi standar akan menghasilkan selisih yang merugikan dan sebaliknya, apabila realisasi biaya di bawah standar akan menghasilkan selisih yang menguntungkan. Jadi penetapan standar harus tetap dan teliti yang didasarkan pada: a. Pengalaman pada perode sebelumnya b. Penelitian yang mendalam mengenai operasi dari semua barang yang dihasilkan c. Pemilihan yang seksama terhadap waktu kinerja untuk melaksanakan operasi perusahan yang beraneka ragam. 2. Penentuan Biaya Standar a. Penentuan standar biaya bahan baku Standar biaya bahan baku adalah biaya bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengolahan satu satuan produk (Supriyono 1982:88). Standar biaya bahan baku terdiri atas dua komponen standar (Muhadi dan joko Siswanto, 2001:62), yaitu standar kuantitas (pemakaian) bahan baku dan standar harga bahan baku. 12

31 Standar kuantitas (pemakaian) bahan baku adalah kuantitas bahan yang seharusnya dipakai untuk mengolah satu satuan produk selesai. Standar kuantitas ini dapat ditentukan berdasarkan studi/ penelitian teknis dan pengalaman di masa lalu. Pengalaman masa lalu, rata-rata pemakaian bahan baku yang terbaik dan terburuk di masa lalu. Standar bahan baku adalah harga yang ditetapkan sebagai standar dalam menentukan standar biaya bahan baku. Standar harga bahan baku, dapat ditentukan berdasarkan daftar harga dari pemasok atau katalog harga, dan informasi lain yang relevan untuk penentuan standar harga bahan baku, seperti biaya angkut dan potongan tunai. Standar harga bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut : Kuantitas standar (Kst) x Harga Standar (Hst). b. Penentuan Standar Biaya Tenaga Kerja Standar biaya tenaga kerja ditentukan melalui dua komponen yaitu standar tarif upah dan standar jam kerja langsung. Standar tarif upah ditentukan berdasarkan pada perjanjian dengan serikat pekerja, apakah upah dibayarkan berdasarkan satuan waktu, satuan produk, dan apakah ada tambahan bonus (Muhadi dan Joko Siswanto, 2001:64). Sedangakan jam kerja langsung biasanya ditetapkan oleh bagian industri atau teknik produksi, standar jam kerja ini dapat ditentukan berdasarkan pada ratarata jam kerja masa lalu, tes run operasi produk di awal keadaan normal 13

32 yang diharapakan, hasil studi ilmiah gerak dan waktu kerja (Muhadi dan Joko Siswanto, 2001:64), dan estimasi di muka terhadap waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tertentu (Supriyono,1982:95). c. Penentuan Standar BOP Prosedur penentuan tarif biaya overhead pabrik standar menurut Muhadi dan Joko Siswanto, melalui beberapa langkah yaitu: (1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel (2) Menentukan dasar pembebanan (3) Menghitung tarif biaya oerhead pabrik dengan membagi anggaran biaya overhead pabrik dengan dasar pembebanan (kapasitas) yang telah ditentukan. Tarif biaya overhead pabrik standar merupakan tarif yang ditentukan di muka (predetermined rate) yang biasanya didasarkan jam kerja langsung atau jam mesin atau satuan produk (Muhadi dan Joko Siswanto, 2001:65). Tarif BOP standar yang menentukan berdasarkan jam kerja langsung pada kapasitas normal dapat dirumuskan sebagai berikut (Muhadi dan Joko Siswanto, 2001:66): Tarif BOP standar Total = Anggaran BOP Total Jumlah jam kerja langsung 14

33 Tarif BOP standar total terdiri atas tarif BOP variabel dan tarif BOP tetap yang dirumuskan sebagai berikut (Muhadi dan Joko siswanto, 2001:66): Tarif BOP standar variabel = Anggaran BOP variabel Jumlah jam kerja langsung Tarif BOP standar tetap = Anggaran BOP tetap Jumlah jam kerja langsung 3. Anggaran Biaya produksi a. Pengertian, penyusunan dan tujuan anggaran (1) Pengertian anggaran Di dalam membuat perencanaan tersebut, anggaran merupakan salah satu bentuk rencana yang mungkin disusun, walaupun tidak semua rencana dapat disebut anggaran. Berikut ini beberapa pendapat para ahli tentang anggaran. Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitas, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun (Supriyono, 1991:90). Anggaran adalah suatu pendekatan formal dan sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan (Adisaputra dan Marwan, 15

34 1992:6). Anggaran adalah perencanaan secara formal dari seluruh kegiatan perusahaan di dalam jangka waktu tertentu, yang telah dinyatakan dalam unit kuantitas (Agus Ahyari.1998:8).Dari ketiga definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anggaran adalah rencana yang disusun secara formal di dalam perusahaan, yang mencakup semua kegiatan dalam jangka waktu tertentu. (2) Penyusunan Anggaran Anggaran yang dipergunakan oleh perusahaan saling berhubungan antara anggaran yang satu dengan anggaran yang lain. Anggaran produksi dan anggaran penjualan mempunyai kaitan yang sangat erat. Artinya bila rencana penjualan dalam jumlah yang besar tidak ditunjang dengan produksi dalam jumlah yang besar pula, maka anggaran yang telah disusun tidak akan terlaksana. Penyusunan anggaran di suatu perusahaan dimulai dari anggaran penjualan. Untuk menyusun anggaran ini, perusahaan harus berdasarkan pada suatu ramalan penjualan yang disusun berdasarkan pada model yang memadai bagi perusahaan. Kesalahan penyusunan anggaran penjualan akan berakibat anggaran lain mengalami kesalahan yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Setelah anggaran penjualan tersusun barulah anggaran produksi bisa disusun. Jumlah unit produk yang akan dijual oleh 16

35 perusahaan belum tentu sama dengan jumlah unit yang akan diproduksi. Perbedaan ini terjadi karena jumlah persediaan akhir lebih kecil dari pada pesediaan awal dan persediaan awal lebih kecil dari pada persediaan akhir. Setelah anggaran produksi disusun selanjutnya disusun anggaran bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya overhead pabrik. Dalam anggaran bahan baku, ada dua hal yang penting dan harus dibahas, yaitu keperluan bahan baku untuk proses produksi dan keperluan bahan baku yang akan dibeli. Keperluan bahan baku untuk proses produksi belum tentu sama dengan keperluan bahan baku yang akan dibeli. Perbedaan ini terjadi karena sebagian kebutuhan bahan baku telah tersedia dalam bentuk persediaan bahan baku awal. Jadi yang harus dibeli dari pemasok adalah sebesar kekurangannya. Anggaran tenaga kerja langsung menyangkut dua hal pokok, yaitu jumlah dan jangka waktu yang ditargetkan untuk menyelesaikan proses produksi selama satu periode tersebut. Sedangkan penyusunan anggaran biaya overhead pabrik dilakukan dengan menetukan tarif biaya overhead pabrik. Anggaran biaya overhead pabrik ini merupakan semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. 17

36 (3) Tujuan anggaran Menurut M Nafarin anggaran mempunyai banyak tujuan antara lain adalah sebagai berikut: (a) Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih sumber dan penggunaan dana (b) Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan yang digunakan (c) Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis penggunaan dana sehingga dapat mempermudahakan pengawasan. (d) Untuk merasionalkan sumber dan penggunakan dana agar dapat mencapai hasil yang maksimal (e) Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat (f) Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan. b. Fungsi dan Manfaat Anggaran (1) Fungsi Anggaran Menurut Gunawan dan Marwan, fungsi anggaran adalah sebagai berikut: 18

37 (a) Fungsi perencanaan yaitu mendasarkan kegiatan-kegiatan pada penyelidikan-penyelidikan studi dan penelitian-penelitian (b) Fungsi koordinasi yaitu membantu mengkoordinasi faktor manusia dengan perusahaan, menghubungkan aktivitas perusahaan dengan tren dalam dunia usaha, menempatkan penggunaan modal pada saluran-saluran yang menguntungkan dalam arti seimbang dengan program-program perusahaan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam organisasi (c) Fungsi pengawasan yaitu untuk mengawasi kegiatan-kegiatan dan pengeluaran-pengeluaran, untuk mencegah terjadinya pemborosan-pemborosan, untuk membandingkan realisasi dengan rencana anggaran( M Nafarin, 2000:16) melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila terdapat penyimpangan yang merugikan) (M Nafarin,2000:17) (2) Manfaat Anggaran Menurut M Nafarin, manfaat anggaran bagi perusahaan adalah sebagai berikut: (a) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama (b) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan karyawan (c) Dapat memotivasi karyawan 19

38 (d) Menimbulkan tanggung jawab tertentu pada karyawan (e) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu (f) Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan dan dana dapat dimanfaatkan seefisien mungkin (g) Alat mendeteksi manajer. c. Pengertian Anggaran Biaya Produksi Anggaran biaya produksi adalah suatu rencana yang meliputi rencana biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Anggaran biaya produksi sering disebut dengan istilah anggaran harga pokok produk yang dihasilkan. Anggaran biaya produksi akan lebih tepat didasarkan pada sistem biaya standar (Supriyono, 1982:23). Supriyono merumuskan anggaran biaya produksi sebagai berikut: Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung XXXX XXXX Biaya Overhead Pabrik: BOP Variabel BOP Tetap XXXX XXXX 20

39 + Jumlah Harga Pokok Produk XXXX d. Anggaran Biaya Bahan Baku Sebagai kelanjutan dari anggaran produksi adalah penyusunan anggaran biaya bahan baku. Anggaran ini menunjukkan besarnya biaya bahan baku yang diperlukan untuk mengolah produk yang dianggarkan. Besarnya anggaran biaya bahan baku ditentukan dengan dua langkah yaitu (Supriyono, 1989: 115): 1) Menentukan kuantitas bahan baku yang akan dipakai untuk proses produksi. 2) Mengalikan kuantitas bahan baku yang dipakai dengan harga bahan baku per unit yang dianggarkan. Anggaran pembelian bahan baku dalam unit atau rupiah yang menunjukkan besarnya bahan baku yang akan dibeli dapat ditentukan dengan rumus (Supriyono, 1989: 116): Kebutuhan bahan baku untuk produksi Persediaan akhir bahan baku yang diinginkan XXXX XXXX + Total kebutuhan bahan baku XXXX 21

40 Persediaan bahan baku awal XXXX - Anggaran pembelian bahan baku XXXX e. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Anggaran biaya tenaga kerja langsung dikembangkan dari anggaran produksi. Tenaga kerja yang ada di perusahaan biasanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) Tenaga kerja langsung Pengertian ini terbatas pada tenaga kerja pabrik yang secara langsung terlibat pada proses produksi dan biasanya dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang akan dihasilkan. 2) Tenaga kerja tidak langsung Pengertian ini terbatas pada tenaga kerja di pabrik yang tidak terlibat secara langsung pada proses produksi dan biasanya dikaitkan pada biaya overhead pabrik. Perencanaan tenaga kerja meliputi aspek yang luas, sehingga perlu diperhitungkan dengan matang oleh pimpinan perusahaan. Secara umum rumus perhitungan anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah sebagai berikut (Supriyono, 1989: 372): 22

41 Anggaran produksi dalam unit Jam kerja langsung per unit XXXX XXXX x Total jam kerja langsung yang diperlukan Tarif upah per jam kerja langsung XXXX XXXX x Anggaran total biaya tenaga kerja langsung XXXX f. Anggaran Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan komponen ketiga dalam penyusunan biaya dalam produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya yang terjadi di dalam pabrik kecuali bahan baku dan tenaga kerja langsung. Anggaran biaya overhead pabrik yang disusun untuk tujuan perencanaan, pembuatan keputusan dan pengendalian biaya overhead pabrik digolongkan menjadi dua yaitu (Supriyono, 1989: 373): 23

42 1) Perilaku biaya overhead pabrik Perilaku ini dibedakan ke dalam biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel yang selanjutnya ditetapkan besarnya tarif biaya overhead pabrik pada awal periode anggaran. 2) Biaya kas dan bukan kas Penggolongan biaya overhead pabrik ke biaya kas dan bukan kas bermanfaat untuk mempermudah penyusunan anggaran kas dan untuk membuat keputusan. Biaya overhead pabrik variabel pada umumnya merupakan biaya kas dan sebagian lagi merupakan biaya bukan kas. 4. Analisis Selisih Biaya Produksi Dalam pengukuran efisiensi biaya produksi dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi dengan anggaran. Dari hasil perbandingan tersebut dapat diketahui atau ditentukan jumlah penyimpangan atau selisih. Apabila realisasi biaya melebihi anggaran atau kurang dari anggaran, hal itu merupakan pemborosan atau penghematan. Untuk mengetahui penyebab dan pertanggungjawaban terjadi selisih, perlu dilakukan analisis yang terdiri atas (Supriyono, 1982:89): a. Selisih biaya bahan baku 1) Selisih harga bahan baku 24

43 Secara matematis selisih harga bahan baku dapat dinyatakan dengan rumus: SHB = (HS Hst) KS Keterangan: SHB = selisih harga baha baku HS = harga beli sesungguhnya Hst = harga beli standar setiap satuan KS = kuantitas sesungguhnya yang dibeli Di dalam menghitung selisih harga bahan baku dapat ditentukan apakah sifat selisih harga menguntungkan atau merugikan. Apabila HS > Hst, maka selisih harga bahan baku merugikan (Unfavorable), sedangkan bila HS < HSt maka bersifat menguntungkan (Favorable). 2) Selisih kuantitas bahan baku Secara matematis selisih kuantitas bahan baku dapat dinyatakan dengan rumus: SKB = (KS Kst) Hst Keterangan: SKB = selisih kuntitas bahan baku KS = kuantitas sesungguhnya atas bahan yang dipakai Kst = kuantitas standar atas bahan yang dipakai Hst = harga beli standar atas bahan yang dipakai 25

44 Sifat selisih kuantitas bahan baku dapat ditentukan apabila KS > Kst, maka selisih kuantitas merugikan (Unfavorable) sedangkan bila KS < KSt maka bersifat menguntungkan (Favoravble). b. Selisih biaya tenaga kerja langsung 1) Selisih tarif upah langsung Secara matematis selisih tarif upah langsung dapat dinyatakan dengan rumus: STUL = ( TS Tst ) JS Keterangan: STUL = selisih tarif upah langsung TS Tst JS = tarif sesungguhnya = tarif standar = jam kerja langsung sesungguhnya Apabila TS > Tst, maka selisih tarif upah langsung sifatnya merugikan dan sebaliknya. 2) Selisih efisiensi upah langsung Secara matematis, selisih efisiensi upah langsung dapat dinyatakan dalam rumus: SEUL = (JS Jst) Tst 26

45 Keterangan: SEUL = selisih efisiensi upah langsung JS Jst Tst = jam sesungguhnya = jam standar = tarif standar Apabila JS > Jst, maka efisiensi upah langsung sifatnya tidak menguntungkan (favorable) sedangkan bila JS < JSt maka bersifat merugikan (Unfavorable). c. Selisih biaya overhead pabrik 1) Analisi Dua Selisih a) Selisih Terkendali ST = BOPS AFKSt atau ST = BOPS ((KN X TT ) + ( KSt X TV )) Keterangan: ST = selisih terkendalikan BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya AFKSt = anggaran fleksibel pada kapasirtas standar KN TT KSt TV = kapasitas normal = tarif total = kapasitas standar = tarif variabel 27

46 Apabila BOPS > AFKSt maka selish terkendalikan bersifat tidak menguntungkan (Unfavorable) sedangkan bila BOPS < AFKSt maka bersifat menguntungkan (Favorable) b) Selisih Volume SV = AFKSt ( KSt X T), atau SV = ( KN KSt)TT Keterangan: SV = selisih volume AFKSt = anggaran fleksibel pada kapasitas standar KSt T KN TT TV = kapasitas standar = tarif total BOP = kapasitas normal = tarif tetap = tarif variabel Apabila KN > KSt, maka selisih volume bersifat tidak menguntungkan (Unfavoreble) sedangkan bila KN < KSt maka selisih bersifat menguntungkan ( Favorable). 2) Analisis Tiga Selisih a) Selisih anggaran SA= BOPS AFKS atau SA= BOPS (( KN X TT ) + ( KS X TV )) 28

47 Keterangan: SA = Selisih anggaran BOPS = biaya overhead pabrik sesungguhnya AFKS = anggaran fleksibel kapasitas sesungguhnya KN KS TT TV = kapasitas normal = kapasitas sesungguhnya = tarif tetap = tarif variabel Apabila BOPS < AFKS maka selisih anggaran bersifat menguntungkan (Favorable) sedangkan bila BOPS > AFKSt maka selisihnya bersifat merugikan (Unfavorable). b) Selisih Kapasitas SK = AFKS - BOPD atau SK = TT ( KN KS ) Keterangan: S K = selisih kapasitas AFKS = anggaran fleksibel kapasitas sesungguhnya BOPD = biaya overhead pabrik dibebankan TT KN KS = tarif tetap = kapasitas normal = kapasitas sesungguhnya 29

48 Apabila AFKS < BOPD maka selisih kapasitas bersifat menguntungkan (Favorable) sedangkan bila AFKS > BOPD maka selisih besifat merugikan (Unfavorable). a) Selisih Efisiensi SE = BOPD BOPSt atau SE = T ( KS KSt) Keterangan: SE = selisih efisiensi BOPSt = biaya overhead pabrik standar T KSt KS = tarif total = kapasitas standar = kapasitas sesungguhnya BOPD = biaya overhead pabrik dibebankan Apabila BOPD < BOPSt maka selisih efisiensi bersifat menguntungkan (Favorable) sedangkan bila BOPD > BOPSt maka selisih bersifat merugikan (Unfavorable). 5. Faktor-faktor penyebab terjadinya selisih pada biaya produksi adalah: 1. Selisih Biaya Bahan Baku a. Selisih harga bahan baku: 1) Fluktuasi harga pasar bahan baku yang bersangkutan 30

49 2) Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan dan tidak menguntungkan 3) Kegagalan dalam memanfaatkan kesempatan potongan pembelian atau ketidaktepatan jumlah potongan pembelian yang diharapkan. 4) Penyimpangan kualitas bahan yang berbeda 5) Ada pembelian yang bersifat khusus 6) Perkiraan biaya angkut yang tidak tepat. b. Selisih kuantitas bahan baku 1) Pengawasan yang terlalu kaku 2) Perubahan dari rancangan produk, mesin, peralatan atau pengolahan produk yang belum dinyatakan dalam standar 3) Kegagalan dalam penggunaan mesin dan peralatan dalam kondisi yang baik 4) Kerugian bahan baku karena rusak atau susut yang disebabkan karyawan kurang terlatih, bekerja kurang memuaskan. 2. Selisih Biaya Tenaga Kerja a. Selisih Tarif Upah Langsung 1) Telah digunakan tenaga kerja langsung dengan tarif upah yang berbeda dengan standar pekerjaan tertentu. 2) Telah dibayar upah dengan tarif upah lebih besar atau lebih kecil dibandingkan tarif standar. 31

50 3) Adanya kenaikan atau penurunan pangkat karyawan yang mengakibatkan perubahan tarif upah 4) Karyawan yang baru diterima tidak dibayar sesuai dengan tarif upah standar 5) Pembayaran tambahan atau upah karena perubahan peraturan upah minimum yang diterapkan pemerintah. b. Selisih Efisiensi Upah 1) Pengawasan yang terlalu kaku 2) Bahan baku kualitasnya kurang baik 3) Kesalahan mesin sehingga mengakibatkan gangguan dan terhambatnya pekerjaan. 3. Selisih Biaya Overhead Pabrik a. Selisih Harga 1) Mutu bahan baku tidak langsung yang tidak sesuai standar 2) Mutu tenaga kerja tidak langsung yang tidak sesuai standar 3) Perubahan harga pasar bahan baku tidak langsung 4) Perubahan harga pasar tenaga kerja tidak langsung b. Selisih Kapasitas 1) Kelebihan kapasitas 2) Berkembangnya permintaan konsumen 3) Kerusakan mesin yang tidak dapat dihindari 32

51 4) Kekurangan operator 5) Kekurangan alat 6) Kekurangan koordinasi dalam proses produksi c. Selisih Efisiensi 1) Apabila kapasitas yang digunakan untuk menghitung tarif BOP adalah unit yang diproduksi: Produk aktual yang lebih besar dari kapasitas yang ada di perusahaan. 2) Apabila kapasitas yang digunakan untuk menghitung tarif BOP adalah biaya bahan baku langsung: Pemborosan pemakaian bahan baku langsung. 3) Apabila kapasitas yang digunakan untuk menghitung tarif BOP adalah tenaga kerja langsung: (a) Ketidakefisiensian tenaga kerja. (b) Jumlah tenaga kerja yang terlalu banyak 4) Apabila kapasitas yang digunakan untuk menghitung tarif BOP adalah jam kerja langsung: Ketidakefisiensian tenaga kerja langsung Apabila kapasitas yang digunakan untuk menghitung tarif BOP adalah jam mesin: Penggunan atau penyalaan mesin yang berlebihan. 33

52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan merupakan studi kasus yaitu penelitian yang memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan, pengambilan data, dan wawancara mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan pengendalian biaya produksi berdasarkan anggaran biaya produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang. B. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitain Subjek penelitian adalah yang terlibat dalam penelitian, yaitu mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu pimpinan perusahaan, bagian produksi, bagian anggaran, bagian personalia, dan staf yang ditunjuk. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah biaya produksi, biaya standar, anggaran biaya produksi, selisih antara biaya produksi sesungguhnya dengan biaya standar pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati semarang. 34

53 C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Desember 2004 sampai dengan Januari D. Data-data yang diperlukan 1. Gambaran Umum Perusahaan 2. Data volume penjuaalan 3. Data Volume Produksi tahun Data biaya produksi bahan baku 5. Data biaya produksi biaya tenaga kerja langsung 6. Data biaya produksi biaya overhead pabrik 7. Data anggaran biaya produksi 8. Data lain yang mungkin diperlukan 35

54 E. Teknik Pengumpulan Data Di dalam memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan cara sebagai berikut: 1. Dokumentasi Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data berupa laporan keuangan perusahaan tahun 2003, anggaran biaya produksi tahun 2003, struktur organisasi dan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi pada tahun Laporan keuangan perusahaan tersebut meliputi Neraca, laporan Rugi laba dan laporan perubahan modal untuk tahun Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data berupa sejarah perusahaan dan perkembangannya, laporan keuangan perusahaan, anggaran biaya produksi, struktur organisasi dan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi. Teknik ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari teknik dokumentasi. 3. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara langsung pada objek yang diteliti pada anggaran biaya produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang. 36

55 F. Teknik Analisa Data 1. Langkah yang ditempuh untuk menjawab perumusan masalah yang pertama yaitu dengan mengevaluasi penyusunan anggaran biaya produksi tahun 2004 pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang, kemudian membandingkan dengan anggaran biaya produksi yang disusun berdasarkan teori. Adapun langkah penyusunan anggaran biaya produksi menurut teori adalah sebagai berikut: a. Menyusun ramalan penjualan, yaitu menentukan jumlah penjualan dalam unit yang diperkirakan akan dijual pada tahun 2002 dengan metode least square. Rumusnya. Y = a + b x ( a = 2 Y )( X ) ( X )( 2 2 n( X ) ( X ) Y ) b = n( XY ) ( X )( 2 2 n( X )( X ) Y ) Keterangan: Y a b = besarnya penjualan = komponen tetap dari penjualan setiap tahun = tingkat perkembangan dari penjualan setiap tahun 37

56 X n = angka tahun = jumlah tahun dari data historis b. Menghitung index musim. Langkah untuk menghitung index musim yaitu: 1. Membuat rata-rata bulanan 2. Menentukan nilai x dengan cara membuat pertambahan trend setengah bulanan selama 1 tahun dengan memberikan angka 11, -9, -7, -5, -3, - 1, 1, 3, 5, 7, 9, Mengalikan antara rata-rata bulanan dengan hasil perhitungan langkah Mengkuadratkan nilai x kemudian menjumlahkannya. 5. Mencari pertambahan trend bulanan dengan cara nilai x dibagi dengan jumlah kuadrat nilai x dikalikan dengan 2. Karena awal bulan dianggap sebagai bulan dasar, maka pertambahan trend = 0 untuk bulan seterusnya tinggal mengalikan 1, 2, 3 dan seterusnya. 6. Menghitung variasi musim yaitu dengan mengurangkan rata-rata bulanan dengan pertambahan trend. 7. Menentukan indeks musim yaitu dengan mencari nilai rata-rata variasi musim setiap bulan. Nilai rata-rata setiap bulan dicari dengan membagi jumlah variasi musim dibagi dengan 12, kemudian hasil bagi 38

57 tersebut dipakai untuk membagi nilai variasi musim setiap bulan kemudian dikalikan 100%. c. Membuat anggaran penjualan. Anggaran penjualan diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran produksi. Anggaran penjualaan ini didapat dari perkalian antara rencana penjualan dalam unit dengan rencana harga jual per unit. d. Menyusun anggaran produksi Anggaran produksi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: Anggaran penjualan dalan unit Unit persediaan akhir produk selesai yang diinginkan XXXX XXXX + Unit produk yang diperlukan Unit persediaan awal produk selesai XXXX XXXX - Anggaran produksi dalam unit XXXX Anggaran produksi ini merupakan dasar untuk menyusun anggaran produksi yang mencakup anggaran biaya bahan baku, anggaran tenaga kerja langsung, dan anggaran biaya overhead pabrik. 39

58 e. Menyusun anggaran biaya bahan baku. Anggaran biaya bahan baku terdiri dari anggaran pemakaian bahan baku, dan anggaran biaya bahan baku. Anggaran kebutuhan bahan baku ditentukan dengan dua langkah yaitu: 1) Menentukan standar pemakaian bahan baku. 2) Standar pemakaian bahan baku dikalikan jumlah produksi Anggaran biaya bahan baku ditentukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Menentukan harga standar bahan baku per unit. 2.) Mengalikan jumlah kebutuhan bahan baku dengan harga bahan baku per unit. f. Menyusun anggaran biaya tenaga kerja langsung Secara umum rumus perhitungan anggaran biaya tenaga kerja langsung yaitu: Anggaran produksi dalam unit Jam kerja langsung per unit XXXX XXXX x Total jam kerja langsung yang diperlukan Tarif upah per jam kerja langsung XXXX XXXX x Anggaran total biaya tenaga kerja langsung XXXX 40

59 g. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Anggaran biaya overhead pabrik ditentukan dengan langkah sebagai berikut: 1) Melihat elemen biaya overhead pabrik untuk menentukan apakah: a). Elemen yang terangkum dalam penyusunan anggaran BOP telah mencakup semua elemen yang memang harus dipertimbangkan. b). Elemen yang tercakup dalam anggaran BOP tidak memasukan elemen non BOP. 2) Menentukan tarif biaya overhead pabrik tetap dan variabel. Tarif biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel ditulis berdasarkan standar produksi kapasitas normal. Jika ada biaya semi variabel akan dipisahkan ke biaya tetap dan biaya variabel. Adapun metode yang digunakan untuk memisahkan biaya semivariabel ke dalam biaya tetap dan biaya variabel adalah metode regresi 3) Mengalikan standar produksi dengan tarif biaya per elemen biaya overhead pabrik. Setelah mengetahui prosedur penyusunan anggaran biaya produksi secara teoritis, kemudian membandingkan dengan prosedur penyusunan anggaran yang dilakukan oleh perusahaan. Jika perusahaan dalam menyusun 41

60 anggaran biaya produksi berdasarkan teori maka prosedur penyusunan anggaran pada perusahaan bisa dikatakan baik 3. Langkah yang perlu ditempuh untuk menjawab perumusan masalah yang kedua yaitu dengan cara membandingkan antara biaya yang dianggarkan dengan biaya yang sesungguhnya. Jika perusahaan tidak membuat anggaran sesuai dengan teori maka penulis akan membandingkan anggaran yang dibuat secara teori dengan realisasi yang terjadi di perusahaan. Selisih anggaran biaya produksi dikatakan terkendali apabila selisih tersebut menguntungkan bagi perusahaan dan masih di bawah toleransi 5%, sedangkan bila selisih tersebut tidak menguntungkan bagi perusahaan dan batas toleransinya di atas 5% maka dikatakan tidak terkendali yang kemudian kesemuanya akan dianalisis penyebabnya. Cara menghitung presentase selisih yaitu dengan membandingkan antara selisih yang terjadi dengan anggaran yang dibuat kemudian dikalikan 100%. Untuk mencari penyebab terjadinya selisih, maka digunakan cara sebagai berikut: 1) Selisih biaya bahan baku (a) Selisih harga bahan baku Secara matematis selisih harga bahan baku dapat dinyatakan dengan rumus SHB = ( HS HSt ) KS 42

61 Keterangan: SHB = selisih harga bahan baku HS = harga beli sesungguhnya HSt = harga beli standar KS = kuantitas sesungguhnya Di dalam menghitung selisih harga bahan baku dapat ditentukan apakah sifat selisih harga menguntungkan atau merugikan. Apabila HS > HSt, maka harga bahan baku merugikan dan sebaliknya. (b) Selisih kuantitas bahan baku Secara matematis selisih kuantitas bahan baku dapat dinyatakan dalam rumus: SKB = ( KS KSt ) HSt Keterangan: SKB = selisih kuantitas bahan baku KS = kuantitas sesungguhnya KSt = kuantitas standar HSt = harga beli standar Sifat selisih kentitas bahan baku dapat ditentukan apabila KS > KSt, maka selisih kuantitas merugikan dan sebaliknya. 43

62 2) Selisih biaya tenaga kerja (a) Selisih tarif upah langsung Secara matematis selisih tarif upah langsung dapat dinyatakan dengan rumus: STU = ( TS TSt ) JS Keterangan: STU = selisih tarif upah langsung TS TSt JS = tarif sesungguhnya = tarif standar = jam sesungguhnya Apabila TS > TSt, maka selisih tarif upah langsung sifatnya merugikan dan sebaliknya. (b) Selisih efisiensi upah langsung Secara matematis, selisih efisiensi upah langsung dapat dinyatakan dengan rumus: SEUL = ( JS JSt ) TSt Keterangan: SEUL = selisih efisiensi upah langsung JS JSt TSt = jam sesungguhnya = jam standar = tarif standar 44

63 Apabila JS> JSt, maka slisih efisiensi upah langsung sifatnya tidak menguntungkan dan sebaliknya. 3) Selisih Biaya Overhead Pabrik (a) Analisis Dua Selisih (1) Selisih terkendali ST = BOPS AFKSt atau ST= BOPS- (( KN X TT ) ( KSt X TV )) Keterangan: ST = Selisih terkendalikan BOPS = Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya AFKSt = Anggran Fleksibel pada kapasitas standar KN TT KSt TV = Kapasitas Normal = Tarif Tetap = Kapasitas Standar = Tarif Variabel Apabila BOPS > AFKSt maka selisih tekendalikan bersifat tidak menguntungkan (Unfavorable), sedangkan apabila BOPS < AFKSt maka selisih terkendali bersifat tidak menguntungkan. (2) Selisih Volume SV = AFKSt ( KSt X T ) atau 45

64 SV = ( KN KSt ) TT Keterangan: SV = Selisih Variabel AFKSt = anggaran fleksibel pada kapasitas standar KSt T KN TT TV = Kapasitas Standar = Tarif Total BOP = Kapasitas Nornal = Tarif Tetap = Tarif Variabel Apabila KN > KSt maka selish volume bersifat tidak menguntungkan (Unfavorable) sedangkan apabila KN < KSt maka selisih volume bersifat menguntungkan (Favorable) (b) Analisis Tiga Selisih (1) Selisih Anggaran SA = BOPS AFKS atau SA = BOPS {( KN X TT ) + ( KS X TV )} Keterangan: SA = Selisih anggaran BOPS = Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya AFKSt = Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Sesungguhnya 46

65 KN KS TT TV = Kapasitas Normal = Kapasitas Sesungguhnya = Tarif tetap = Terif Variabel Apabila BOPS < AFKS maka selisih anggaran bersifat menguntungkan (Favorable ), sedangkan bila BOPS > AFKS maka selisih anggaran bersifat merugikan (Unfavorable). (2) Selisih Kapasitas SK = AFKS BOPD, atau SK = TT (KN KS) Keterangan: SK = Selisih Kapasitas BOPD = Biaya Overhead Pabrik dibebankan TT KN KS = Tarif Tetap = Kapasitas Normal = Kapasitas Sesungguhnya AFKS = Anggaran Fleksibel Kapasitas sengguhnya Apabila AFKS < BOPD maka selisih bersifat menguntungkan (Unfavorable), sedangkan bila AFKS > BOPD maka selisih bersifat merugikan (Favorable) 47

66 (3) Selisih Efisiensi SE = BOPD BOPSt, atau SE = T ( KS- KSt ) Keterangan: SE = Selisih Efisiensi BOPSt = Biaya Overhead Pabrik Standar T KSt = Tarif Total = Kapasitas Standar Apabila BOPD < BOPSt maka selisih efisiensi bersifat menguntungkan (Unfavorable), sedangakan bila BOPD > BOPSt maka selisih efisiensi bersifat merugikan (Favorable) 48

67 BAB IV GAMBARAN PERUSAHAAN A. Sejarah perusahaan. PT Perkebunan Nusantara IX adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berbentuk perusahaan perseroan (Persero) dan sejak tahun 2000 terbagi menjadi 2 manajemen divisi yaitu: 1. Devisi tanaman tahunan Berkantor pusat dijalan Mugas Dalam (atas) Semarang (50243) 2. Divisi tanaman semusim Berkantor pusat di jalan Ronggowasito No 164 Surakarta (57131) Berdasarkan sejarah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), divisi tanaman tahunan merupakan panggabungan 30 kebun eks pemerintah Belanda dan perusahaan swasta asing. Unit usaha yang dikelola oleh PT perkebunan Nusantara IX divisi tanaman tahunan terdiri dari 15 unit kebun yang berlokasi diseluruh daerah jawa tengah. Gambaran singkat perkembangan organisasi PT Perkebunan Nusantara IX divisi tanaman tahunan dari tahun 1945 sampai dengan sekarang sebagai berikut: 1. Periode sampai dengan tahun 1945 Berdasarkan asal usul kebun yang saat ini milik PT Perkebunan Nusantara IX divisi tanaman tahunan adalah perkebunan yang dulu dibangun 49

68 oleh pemerintah Belanda dan pengusaha asing swasta yaitu Mangkunegaran (1 kebun), Gouvernemen Landbouw Bedriffen (1 kebun), Kultuur Maatschappij (5 kebun), Th crone (4 kebun), Semarangsche Administratie Kanroormij (2 kebun), Faktory NHM (1kebun), Preanger Rubber (1kebun), sosische Kultuur (1kebun), John Piet dan Co (1kebun), Internatio (1kebun), Mirandolle dan Voute, kultuur Bank (1kebun), Tieenmen (1kebun), Kooy dan Koster (1kebun). 2. Periode tahun 1945 sampai dengan 1960 Pada masa pendudukan Belanda kedua tahun 1947 semua perkebunan dikuasi pemiliknya kembali, tetapi sejak bulan September 1950 perkebunan milik pemerintahhindia Belanda pengelolanya diserahkan kepada Pusat Perkebunan Negara (PPN) sedang milik swasta asing tetap dimiliki pemiliknya. Bentuk organiasi perkebunan pada tahun 1950 sampai denagn 1960 berubah menjadi PPN lama/baru yang dibagi menjadi rayon/unit, tanggal 10 Desember 1957 seluruh perkebunan Belanda diambil alih penguasaannya oleh pemerintah ( nosionalisasi). 3. Periode 1960 sampai dengan tahun 1968 Sesuai dengan peratuan pemerintah nomor 14 tahun 1961 bentuk PPN lama, baru diubah menjadi PPN Unit Jawa Tengah dan sejak tahun 1963 dirubah lagi serta dipisahkan menjadi PPN Aneka Tanaman XI dan PPN Karet XIII serts PPN karet XIV. 50

69 4. Periode tahun 1968 samapai dengan tahun 1973 Sesuai peratuan pemerintah tahun 1968 tanggal 13 Aprel 1968 bentuk perusahaan dirubah lagi menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) yang merupakan gabungan dari PPN Aneka Tanaman XI-PPN Karet XIII, PPN Karet IV, BPU-PPN Aneka Tanaman Perwakilan Jawa Tengah, BPU-PPN Karet Perwakilan Jawa Tengah. 5. Periode 1973 sampai dengan tahun 1996 Sesuai dengan Akte Notaris GHS Loemban Tobing SH Jakarta Nomor 98 Tahun 1973 tanggal 31 Juli 1993 yang disempurnakan dengan Akte Notaris Imas Fatimah SH Jakarta Nomor 107 tahun 1984 tanggal 13 Agustus 1984 dan Akte Perubahan Nomor 39 tahun 1985 tanggal 8 Maret sesuai kutipan Surat Menteri Kehakiman RI Nomor C HT tahun 1985 tanggal 28 Agustus 1985 bahwa PNP XVIII dirubah menjadi Perseroan Terbatas (PT) Perkebunan XVIII. 6. Periode tahun 1996 sampai dengan sekarang Berdasarkan Akte Notaris Harun Kamil SH Jakarta nomor 42 tahun 1996 tanggal 11 Maret 1996 dan peraturan pemerintah RI Nomor 14 tahun 1996 tanggal 14 Febuari tahun 1996 tentang peleburan PT Perkebunan XV samapai XVI dan PT Perkebunan XVIII menjadi PT Perkebunan Nusantara IX serta perubahan struktur organisasi sesuai Surta Keputusan Dieksi PT Perkebunan Nusantara IX Nomor PTPN.IX.0/SK /005/2001.SL tanggal 31 51

70 Januari 2001 tentang penyempurnaan struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara IX dalam bentuk divisi tanaman semusim dengan pengaturan tugas anggota direksi dan belaku sampai sekarang. B. Sejarah Singkat Kebun Ngobo 1. Tahun 1957 Kebun Ngobo merupakan kebun milik swasta Belanda yang semula dari nama Firma MC TH Crone. Kantor direksi disemarang yang dinasionalisasi tanggal 10 Desember 1957 oleh pemerintah RI dengan nama PPN ( Persuahaan Perkebunan Negara). 2. Tahun 1973 berubah menjadi PT Perkebunan XVIII ( Persero) tepatnya tanggal 1 Agustus Tahun 1980 kebun Ngobo digabung dengan kebun Jatirunggo gabunagn menjadi nama baru kebun Ngobo/Jatirunggo/gabungan dengan dasar surat no XVIII/KPTS/135/1980 tanggal 23 Aprel Tahun 1994 Manajemen PT Perkebuanan XVIII ( Persero ) ditangani PT Perkebunan XXI-XXII. 5. Tahun 1996 PT Perkebunan XVIII dimerge dengan PT Perkebunan XV-XVI dengan nama PT P Nusantara IX ( Persero ) Berdasarkan PP No 14 tahun

71 C. Bidang Usaha Sejak tahun 1995 bidang usaha PTPN IX yang diutamakan ( menanam, memelihara dan mengolah) hanya 4 komiti pokok dan 3 komoditi produksi hilir yaitu: 1. Karet 2. Kopi 3. Teh 4. Kakao 5. Karet gelang (produksi hilir) 6. Banaran coffi ( produksi hilir) 7. Kaligua Black tea ( produksi hilir ) Dari 4 komoditi pokok dan komoditi produksi hilir tersebut, karet merupakan penyumbang pendapatan terbesar PT P Nusantara IX ( Persero) divisi tanaman tahunan (kurang lebih 80 %). Disamping bidang usaha komoditi pokok tersebut, juga diproduksi bidang usaha sampingan yaitu Kelapa, pala, kapok, biji kapok, cengkeh, pisang. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti produk karet lembaran pada pabrik pengolahan karet milik PTPN IX di Ngobo Karang jati Ungaran yang bahan bakunya diperoleh dari kebun Ngobo yang terdiri dari 4 afdeling yaitu afdeling setro, klepu,jatirunggo, gabungan. 53

72 D. Ketenagakerjaan PT P Nusantara IX 1. Tenaga Kerja PT Perkebunan Nusantara IX menggolongkan tenaga kerja yang dimilik manjadi tiga golongan yaitu: a. Karyawan pimpinan terdiri dari sinder dan administratur b. Karyawan pelaksana terdiri dari pegawai bulanan sperti mandor,juru tulis dll c. Karyawan pembantu pelaksana terdiri dari pembanu mendor dan pembantu juru tulis. Saat ini jumlah tenaga kerja yang ada sebanyak kurang lebih 1273 orang. Perinciannya karyawan berdasarkan status dan bagiannya terlihat seperti dibawah ini Jumlah Karyawan PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngopbo Karangjati di Semarang No Status Kantor Tenaga Kebon Jumlah Kerja Pabrik 1 Karyawan Pimpinan Karyawan Pelaksana Karyawan Pembantu Pelaksana

73 4 Harian Lepas Honor Jumlah Sedangkan pada tahun 2004 struktur organisasi PTPN IX terdiri dari: 1. Dewan komisaris 4 orang 2. Direksi 5 orang 3. Kepala Biro/bagian 6 orang 4. Adminitratur 15 orang Sedangkan di pabrik pengolahan karet di Ngobo Karangjati mempunyai karyawan: 1. Sinder teknik 1 orang 2. Karyawan bagian pengolahan 20 orang 3. Karyawan bagian giling karet 20 orang 4. Karyawan bagian pengasapan 9 orang 5. Karyawan bagian sortasi dan pengepakan 16 orang 6. Karyawan bagian tranportasi 21 orang 7. Karyawan bagian teknik mesin 9 orang 8. Juru tulis 2 orang 9. Kemanaan 8 orang 55

74 10. Kebersihan 15 orang 2. Jam Kerja Karyawan Jam kerja karyawan PT P Nusantara IX kebun Ngobo Karang jati sesuai dengan peraturan departemen tenga kerja yaitu selama tujuh jam wajib hadir. Untuk hari senin sampai kamis 1. Jam kerja WIB 2. Jam istirahat WIB 3. Jam kerja WIB Untuk hari Jumat Jam kerja WIB Untuk hari Sabtu Jam kerja 06/ WIB Waktu jam kerja lembur dilaksanakan diluar jam yang sudah terjadwal tersebut sedangkan jam kerja lembur adalah waktu yang dilaksanakan diluar jam kerja tersebut. 56

75 3. Upah Sistem upah yang digunakan PTPN IX adalah sistem upah menurut golongan karyawan sama dengan sedangkan gaji pokok ditambah tunjangan ditambah jaminan sosial ketentuan sesuai dengan dengan direksi. 4. Jaminan Sosial Keselamatan dan kesejahteraan karyawan juga mendapat perhatian dari perushaan untuk merangsang semangat kerja karyawan maka diberikan tunjangan dan jaminan sosial yang diberikan oleh PT P Nusantara adalah: a. Tunjangan prestasi b. Tunjangan kesehatan c. Tunjangan hari raya d. Asuransi tenaga kerja 57

76 5. Struktur Organisasi Perusahaan dan Deskripsi Jabatan SINDER TEKNIK Margo Trisno MANDOR BESAR PENGOLAHA N KARET. 1 Podo Widodo 2. Budi Ningsih GILING KARET 1. Siswadi PENGASA PAN 1. Saryono SORTASI/ PENGEPA KAN 1.Budi Asih KENDA RAAN 1. Mujiono TEKNIK MESIN 1. Mulyono JURU TULIS 1. Ali Imron KEAMA NAN 1. Tugimin PENGOLA HAN PALA 1. Faisal SN PENGOL AHAN KAKAO 1. Supeno SORTASI 1. Titik Struktur Organisasi Bagian Teknik/pengolahan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang 58

77 6. Deskripsi Jabatan a. Sinder Teknik 1) Bertanggung jawab atas jalannya proses produksi secara keseluruhan 2) Bertanggung jawab atas hasil produksi yang dihasilkan baik kualitas maupun kuantintas. b. Mandor Besar 1) Mengawasi kerja para mandor 2) Membantu tugas sinder teknik c. Mandor Pengolahan Karet 1) Menerima latesk dari kebun 2) Memperkirakan kadar karet kering 3) Mencatat taksasi/perkiraan hasil produksi 4) Mengawasi jalannya proses pengolahan lateks d. Mandor Giling Karet Mengawasi jalannya proses penggilingan lembaran karet e. Mandor Pengasapan 1) Mengawasi pengontrolan suhu di rumah asap 2) Bertanggung jawab terhadap kualitas lembaran karet kering sesuai standar perusahaan f. Mandor Sortasi/Pengepakan 59

78 1) Mengawasi jalannya proses sortasi yang menghasilkan RSS1,RSS2,RSS3 dam RSS 4, cutting 2) Mengawasi proses pengepakan karet lembaran meliputi penimbangan pengepresan dan pelaburan g. Bagian Kendaraan 1) Bertanggung jawab terhadap proses pengakutan lateks dari kebun ke pabrik 2) Bertanggungjawab terhadap proses pengangkutan produk karet lembaran dari pabrik ke gudang penyimpanan h. Juru Tulis Bertanggung jawab mengatur semua aktivitas surat menyurat, penulisan dokumen, pengarsipan dokumen, maupan pekerjaan administrasai lainnya i. Teknik Mesin Bertanggung jawab atas pemeliharaan mesin-mesin yang digunakan dalam proses produksi j. Keamanan Bertanggung jawab atas kemampuan pabrik dan semua fasiltasnya k. Mandor Pengolahan Pala Mengawasi jalannya proses pengolahan pala l. Mandor Pengolahan Kakao Mengawasi jalannya proses pengolahan kakao menjadi biji coklat 60

79 m. Sortasi Mengawasi proses sortasi biji kakao sesuai standar perusahaan n. Gudang Bertanggung jawab pada barang barang yang ada digudang D. Produk Pada PTPN IX Ngobo Ungaran memproduksi karet yang berupa lembaran-lembaan atau sheet. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk karet lembaran yaitu lateks/getah karet yang dihasilkan dari perkebunana karet milik PTPN IX. PTPN IX mengolah latek dari kebun hingga jadi bahan yang setengah jadi, hasil dari olahan tadi selebihnya dikirim kesemarang sebagian untuk keperluan dalam negeri dan sebagian lagi untuk keperluan ekspor. Produk karet tersebut disebut dengan RSS dan dibagi menjadi empat yaitu: 1. RSS (Ribbed smoke sheet) I 2. RSS (Ribbed smoke sheet) II 3. RSS (Ribbed smoke sheet) III 4. RSS (Ribbed smoke sheet) IV Sedangkan mutu dari RSS I sampai dengan RSS IV adalah sebagai berikut: 1. RSS I : Bersih jernih dan tidak ada gelembung udara sedikit pun 61

80 2. RSS II : Terdapat bintik-bintik yang halus dan hanya sedikit sekali 3. RSSIII : Terdapat gelombung-gelombung udara yang kecil dan jarang 4. RSSIV : Terdapat gelembung-gelembung udara serta bintik kotoran. Disamping itu juga terdapat hasil lain yaitu potongan dari lembaran tadi di dalam sortasi yang disebut cutting yaitu: 1. Cutting A adalah cutting yang banyak yang matang 2. Cutting B adalah cutting yang kurang matang Produk yang lain yang dihasilkan adalah LUMP yaitu lateks yang membeku dalam mangkok sadap yang dapat juga diolah menjadi lembaran lembaran sheet juga. Lembaran-lembaran karet yang dihasilkan tadi mempunyai ukuran sebagai berikut : 1. Ketebalan 3 mm 2. Panjang 2 m 3. Lebar 34 cm E. Pengolahan 1. Penyadapan Penyadapan ini dilakukan pada pagi hari pukul WIB sedangkan penyadapan untuk satu pohon membutuhkan waktu : a. Tanaman umur 6 7 tahun 17,2 menit b. Tanaman umur 8 16 tahun 19 menit 62

81 c. Tanaman umur 21 30tahun 25,8 menit d. Tanaman umur 30-17,6 menit Langkah-langkah penyadapan: a. Mengambil serap b. Membetulkan letak paku c. Menyadap d. Memasang mangkok e. Making f. Setor g. Mencuci peralatan sadap 2. Pengangkutan a. Latek dari kebun ke pabrik Jika dekat dipikul pakai ember jika jauh naik truk b. Bak pembeku ke penggilingan Pengangkutan ini menggunakan alat air yaitu air dialirkan ketalang dan menuju kepenggilingan dan latesk dari bak pembeku dialirkan ke penggilingn dengan bantuan tenaga kerja yang mengangkut c. Penggilingan keruang pengasapan Setelah penggilingan latesk yang berupa lembaran atau shett tadi dialirkan ke bak yang bersih yang berisi air dan diatuskan atau diletakkan ke dalam glentengan yang mana tiap glentengan berisi 4 lembar sheet. 63

82 Setelah air dalam lembaran tadi menurun baru diangkat keruang pengasapan. d. Pengangkutan dari ruang asap ke sortasi Setelah hari ke lima lembaran tadi diturunkan dari ruang asap dan diangkut secara borongan artinya meskipun waktunya belum habis akan tetapi bila pengangkutan sudah selesai maka para pekerja sudah boleh pulang. 3. Pengolahan Latesk dari kebun dimasukkan kedalam bak penampung setelah diketahui jumlah diambil contoh sebayak 100cc untuk mengetahui kadar karet kering (KKK), kemudian ditampung dalam mangkok dan diberi asam semut sebanyak 0,0115cc sampai 1.32 cc kemudian diaduk dan didiamkan hingga kental dan digiling denagn gilingan manster sebanyak 50 kali puteran selanjutanya dikeringkan airnya dengan kain dan ditimbang dengan timabnagn monster untuk mengetahui KKK dan kebutuhan air. 4. Pembekuan Setelah diketahui kebutuhan air kemudian dialirkan lewat talang dan dialurkan kebak pembeku yang sudah ada air, latesk ditambah air 23 cm dan 644 liter. Pembekuan ini lamanya 2 jam setelah didiamkan selama 2 jam serta membeku maka perlu ditambah air dan dicabut sekat-sekatnya, penambahan air tadi disamping menjaga agar lateks tidak lengket pada sekat-sekat dan 64

83 lateks yang lainnya juga mempermudah pencabutan sekat. Setelah itu dilangsir ke dalam talang tong berisi air menuju kepenggilingan dan pelangsiran dilakukan secara berurtan 5. Penggilingan Di dalam proses penggilingan membutuhkan tenaga kerja 14 sampai 16 orang. Dan setiap jamnya dapat menggiling 360 sampai 415 kg KK atau 47 lembar. Sebelum digiling karet mempunyai kadar air 90% dan setelah karet digiling mempunyai kadar air 16% lembaran sebelum digiling lebarnya 23 cm panjangnya 1 meter dan tebalnya 5 cm setelah penggilingan mempunyai lebar 34 cm panjang 2 m dan tebal 3 mm. Setelah digiling maka dilakukan pencucian hasil giling yang berupa lembaran tadi kedalam bak supaya zat asamnya hilang atau kotoran yan lain. 6. Penuntasan Penuntasan ini menggunakan alat yang berupa bambu atau yang disebut gelantong engan ukuran panjang 2 meter. Tinggi untuk tempat penuntasan adalah 1,25m dibuat dari besi penuntasan tadi yaitu lembaranlembaran yang telah dicuci dalam bak pencuci tadi diletakana pada gelantong dan tiap gelantong memuat 4 lembar karet atau lembaran. Setelah mencapai kadar air 60% dalam penuntasan maka dilakukan pengasapan. 65

84 7. Pengasapan Ada dua kamar pangasapan: a. Kapasitas kamar besar 3 ton atau 2500lembar b. Kapasitas kamar kecil 1800kg atau 500lembar Pengasapan ini di lakukan sampai lima hari suhu panasnya dari hari pertam sampai dengan hari kelima juga berbeda-beda, dibawah ini di berikan suhu panas per harinya: Hari pertama 40 C 45 C Hari kedua 45 C 50 C Hari ketiga 50 C 55 C Hari keempat 55 C 60 C Bila pada hari pertama panasnya tidak memenuhi syarat maka akan timbul cendawan karet, tapi bila panasnya berlebihan karet yang berbentuk tidak baik akan tetapi timbul gelombang udara. Lembaran yang keluar disebut RSS (Ribbed smoke sheet) 8. Sortasi Setelah hari kelima maka lembaran-lembaran tersebut diangkut keruang sortasi dengan sistem borongan. Sortasi adalah pemilihan karet hasil olah yang sudah diasap dan diturunkan kemudian dibedakan menjadi RSS I, RSS II, RSS III, RSS IV, Cutting A dan Cutting B 66

85 Cutting adalah sisa potongan dari lembaran karet. Dasar sortasi adalah kotoran dan gelembung gelembung udara. 9. Pengepakan Hasil dari sortasi tadi kemudian dipak, tiap harinya bisa menghasilkan 40 bandela, 1 bandela beratnya 113kg 10. Penggudangan Dari pengepakan dan labaling serta pemberian tlak mka bandela bandela tadi diangkut digudang. 11. Peralatan a. Proses penyadapan 1) Pisau sadap 2) Mangkok penampong latesk 3) Ember penampung latesk 4) Penyaring 5) Tangki b. Proses pengolahan/pembekuan/penggilingan 1) Penyaring 1 dan 2 2) Bak penampung 3) Kayu pengatur meteran 4) Bak pembeku 5) Sket/palt-plat 67

86 6) Pengaduk 7) Talang air 8) Penggiling 9) Bak pencuci 10) Gantengan 11) Takaran latek untuk sample 12) Mangkok untuk pembekuan 13) Gilingan monster 14) Timbangan monster c. Peralatan Pengasapan 1) Pikulan, gentanguan,tungku api 2) Rumah asap d. Sortasi/Pengempakan 1) Gerobak 2) Meja kaca 3) Lampu 4) Gunting 5) Tempat mal 6) Alat pengepres 7) Kuas untuk tlak 8) Karet pembukus 68

87 PROSEDUR PENGOLAHAN KARET LEMBARAN PENYADAPAN LATEKS KEBUN AIR PENCUCI SISA DALAM CUP EMBER PENYARINGAN DAN PENCAMPURAN LUMP BASAH ASAM SEMUT 2% + AIR PENGENCERAN DAN PEMBEKUAN PENGILINGAN KAYU KARET PENGASAPAN SORTASI RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4 CUTT A/B BAHAN PELARUT TALK, LEM,CAT LETTER PENGEPAKAN DAN LABEL PRNGIRIMAN 113 kg/bandel 69

88 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, penulis akan menjawab perumusan masalah yang terdiri dari: 1. Apakah prosedur penyusunan anggaran biaya produksi di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang sudah baik? 2. Apakah selisih biaya produksi yang terjadi pada tahun 2004 di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang terkendali? Untuk menjawab masalah yang pertama, penulis akan menjabarkan penyusunan anggaran menurut PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang dan penyusunan anggaran menurut teori A. Presedur Penyusunan Anggaran Biaya Produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang 1. Ramalan penjualan Sebelum menyusun anggaran biaya produksi tahunan, PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang terlebih dahulu membuat ramalan penjualan untuk tahun yang akan datang sebagai berikut: a. Ramalan penjualan tahunan untuk tahun

89 Dalam menyusun ramalan penjualan, PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang menyiapkan data penjualan tahunan seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.1 Data Penjualan Karet Lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Periode Tahun Penjualan ( kg ) Jumlah Berdasarkan data di atas perusahaan membuat ramalan penjualan tahun 2004 dengan menggunakan least square. Adapun perhitungannya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut Tabel 5.2 Perhitungan Ramalan Penjualan karet Lembaran (kg) PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Tahun Y ( kg ) X XY X

90 Y = a + bx a = a = 2 ( y)( x ) ( x )( xy) 2 n ( x ) ( x) 2 ( )( 30) ( 10)( ) 5( 30) ( 10) = = 50 = ,8 n b = 5 b = ( xy) ( x)( y) 2 n ( x ) ( x) 2 ( ) ( 10)( ) 5( 30) ( 10) b = b = 50 b = 10608,6 y = a + bx y = , ,6 y = ,8 72

91 b. Perhitungan ramalan penjualan bulanan selama tahun 2004 Untuk menghitung ramalan penjualan bulanan pada tahun 2004 perusahaan menyiapkan data penjualan bulanan tahun-tahun sebelumnya seperti pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.3 Data Pesanan Bulanan Karet Lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Periode Bulan Penjualan ( kg ) Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Berdasarkan data di atas dibuat ramalan penjualan bulanan dengan menggunakan indeks musim dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1). Membuat ramalan bulanan selama 5 tahun Rata-rata ini dicari dengan menjumlahkan data-data penjualan setiap bulan kemudian dibagi 5. Adapun masing-masing bulan sebagai berikut: 73

92 Bulan Di ba gi Rata-Rata Bulanan Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ). Menentukan nilai X dengan membuat pertambahan trend setengah bulanan selama setengah tahun dengan membagi -17, -15, -13, -11, -9, -7, -5, -3, -1, 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17 kemudian mengalikan dengan rata-rata bulanan ( Y ). Dari perhitungan tersebut diketahui jumlah dari XY = ,2 3). Mengkuadratkan nilai X kemudian menjumlahkannya, sehingga didapat nilainya = 572 4). Menghitung Penambahan trend bulanan Pertambahan trend bulanan dihitung dengan mencari nilai b sebagai berikut: 74

93 b XY = 2 X ,2 b = 572 b = -330 Nilai b merupakan penambahan trend bulanan sehingga petambahaan trend bulanan adalah 2b = 2 ( -330 ) = -660 Apabila bulan Januari dianggap sebagai bulan dasar maka jumlah pertambahan trendnya sama dengan 0. Sehingga pertambahan trend pada bulan selanjutnya sebagai berikut: Bulan 2.b Jumlah Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

94 5). Perhitungan varian musim Cara yang dilakukan untuk menentukan besar kecilnya varian musim yaitu dengan mengurangkan rata-rata penjualan bulanan dengan pertambahan trendnya. Adapun perhitungannya seperti dibawah ini : Rata-rata Bulan Bulanan Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ). Menentukan indeks musim Indeks musim merupakan nilai varian musim untuk tiap-tiap bulan yang dinyatakan sebagai persentase dari nilai rata-rata varian musim itu sendiri selama 12 bulan. Untuk menentukan indeks musim yaitu dengan membagi rata-rata bulanan dengan rata-rata varian musim dalam setiap bulan. Nilai rata-rata varian musim perbulan adalah : ,6 = 99371,

95 Sehingga indeks musim perbulannya adalah Bulan Januari % Febuari % Maret % Aprel % Mei % Juni % Juli % Agustus % September % Oktober % November % Desember % Untuk keseluruhan perhitungan indeks musim yang telah dihitung diatas dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 77

96 Penjualan Tabel 5.4 Perhitungan Indeks Musim PTP Nusantara IX Ngobo karangjati Semarang Varian Bulan (kg) Rata-rata (Y) X XY XX Trend musim Indeks musim Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

97 Setelah perhitungan indeks musim setiap bulan diketahui, maka ramalan penjualan bulan untuk tahun 2004 dapat dicari dengan cara mengalikan ramalan penjualan tahunan yang telah dibagi 12 dengan indeks musim per bulannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini: Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Dari perhitungan diatas dapat dibuat ramalan penjualan bulanan tahun 2004 seperti ditabel berikut ini: Tabel 5.5 Ramalan Penjualan Karet lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Produksi Bulan (kg) Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli

98 2. Rencana Produksi Agustus September Oktober November Desember Biaya produksi yang terjadi di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang adalah sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku 1) Harga Bahan Baku Bahan baku yang digunakan lateks yang dihasilkan dari devisi perkebunan. 2) Kuantitas Bahan Baku b. Biaya Tenaga Kerja Langsung yang terdiri dari bagian 1). Penyadapan 2). Pengangkutan 3). Pengolahan 4). Giling Karet 5). Pengasapan 6). Sortasi 7). Pengepakan 8). Penggudangan c. Biaya Overhead pabrik 1). Biaya Bahan Penolong 2). Bambu 80

99 3). Kayu Bakar 4). Air 5). Listrik 6). Juru Tulis 7). Teknik Karyawan 8). Sinder Teknik 9). Transportasi 10). Pemeliharaan Gedung dan mesin 11). Depresiasi Mesin 12). Depresiasi Gedung 13). Depresiasi Inventaris Pabrik 14). Kebersihan 15). Asuransi tenaga kerja 16). Kesejahteraan Karyawan 17). Keamanan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang tidak menentukan besarnya persediaan akhir dan awal dalam membuat perhitungan produksi dari rencana penjualan, sehingga jumlah rencana produksi sama dengan jumlah rencana penjualan. 81

100 3. Anggaran Biaya Produksi Setelah rencana produksi disusun langkah berikutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi. Anggaran ini mencakup tiga komponen proses produksi, yaitu bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan anggaran biaya produksi yaitu: Penyusunan anggaran biaya bahan baku 1). Anggaran kebutuhan bahan baku Biaya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi karet lembaran di PT P Nusnatara IX Ngobo Karang jati Semarang adalah lateks, untuk menentukan anggaran kebutuhan bahan baku ditentukan standar pemakaian bahan baku terlebih dahulu. Standar bahan baku yang dipakai oleh perusahaan untuk membuat satu lembar karet membutuhkan 0,98 kg lateks. Jadi jumlah kebutuhan bahan baku masing-masing bulan dapat dihitung dengan jalan mengalikan jumlah produksi untuk masing-masing bulan dengan 0,98 kg. untuk lebih jelasnya kebutuhan bahan baku dapat dilihat ditabel dibawah ini. Tabel 5.6 Anggaran Kebutuhan Bahan baku PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Bulan Produksi Pemakaian (kg) kg Pemakaian/bulan kg Januari Febuari

101 Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember ). Anggaran Pembelian Bahan Baku Pembelian bahan baku di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang disesuaikan dengan pesanan setiap bulannya. Untuk menentukan anggaran pembelian bahan baku disajikan data harga beli bahan baku. Data harga beli bahan baku selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.7 Data Harga Beli Bahan baku PT P Nusantara Ngobo Karangjati Semarang Periode Harga Beli Tahun Rp Data Perusahaan

102 ]Untuk mempredeksi harga beli bahan baku tahun 2004 dibuat tabel Persiapan perhitungan sebagai berikut : Tabel 5.8 Persiapan Perhitungan Harga Beli Bahan Baku Tahun 2004 Tahun Y X XX XY Dari tabel diatas dicari persamaan Y = a + bx sebagai berikut : a = 5 = b = 10 = 2488,4 Nilai a dan b tersebut kemudian dimasukan ke dalam persamaan Y = a + bx sehingga diperoleh harga beli bahan baku untuk tahun 2004 sebagai berikut Y = ,4 ( 10 ) =

103 Tabel 5.9 Anggaran Pembelian Bahan Baku PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Bulan Produksi (kg) Pemakaian kg Pemakaian/bulan kg Harga Rp Pemakaian Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember E+11 Tabel 5.10 Pemakaian Bahan Baku Sesungguhnya PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Bulan Produksi kg Pemakaian Pemakaian/bulan Harga kg kg Rp Pemakaian Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September

104 Oktober November Desember E+11 Penyusunan anggaran biaya tenaga kerja langsung PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang memiliki tenaga kerja 1273 orang. Jumlah karyawan yang mengerjakan karet lembaran tahun 2004 sebanyak 106 orang. Sedangkan upah yang diberikan untuk setiap jenis pekerjaannya adalah Penyadapan Rp 250,00, Pengangkutan Rp 215,00, Pengolahan Rp 535,00, Giling karet Rp 265,00, sortasi Rp 50,00, Pengepakan Rp 30,00, Penggudangan Rp 150,00. Untuk lebih jelasnya akan di berikan tabelnya sebagai berikut. 86

105 Tabel 5.11 Anggaran Biaya Tenaga Kerja PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Bulan Produksi kg Jumlah Penyadapan Pengakutan Proses Pengepakan Penggudangan Pengolahan Giling Karet Pengasapan Sortasi Januari 68471, , , , , , , , , ,56 Febuari 91085, , , , , , , , , ,26 Maret , , , , , , , , ,62 Aprel , , , , , , , , , ,85 Mei , , , , , , , , , ,01 Juni , , , , , , , , , ,59 Juli , , , , , , , , , ,88 Agustus 89709, , , , , , , , , ,68 September 68249, , , , , , , , ,92 Oktober 95959, , , , , , , , ,66 November 60850, , , , , , , , , ,408 Desember , , , , , , , , , , ,

106 Tabel 5.12 Realisasi Tenaga Kerja PT P Nusnatara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Bulan Produksi kg Jumlah Penyadapan Pengakutan Proses Pengepakan Penggudangan Pengolahan Giling Karet Pengasapan Sortasi Januari Febuari Maret Aprel Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

107 Penyusunan anggaran Biaya Overhead Pabrik Setelah menyusun anggaran biaya bahan baku langsung dan anggaran biaya tenaga kerja langsung, maka langkah yang ditempuh selanjutnya oleh perusahaan adalah menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik merupakan bagian dari keseluruhan biaya produksi yang sulit ditelusuri pada produk tertentu secara langsung. BOP terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi lainnya. Anggaran biaya overhead pabrik pada perusahaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu anggaran biaya overhead pabrik tetap dan anggaran biaya overhead pabrik variabel. Untuk anggaran biaya overhead pabrik yang sifatnya tetap, beban biaya tidak ada perubahan dari tahun yang lalu. Berikut ini adalah anggaran biaya overhead pabrik untuk karet lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang untuk tahun Tabel 5.13 Anggaran Biaya Overhead Pabrik Karet Lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Biaya Overhead Pabrik Tetap Variabel Penolong Zat Asam Semut Bambu Kayu Bakar Air ,61 Listrik ,9 Transportasi Pemeliharaan Mesin dan Gedung Sinder Teknik

108 Teknik Karyawan Juru Tulis Depresiasi Mesin ,66 Depresiasi Gedung ,9 Depresiasi Inventaris Pabrik ,22 Kebersihan ,29 Asuransi Tenaga Kerja ,2 Kesejahteraan Tenga Kerja ,3 Keamanan , , Berdasarkan data anggaran biaya overhead pabrik diatas, Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik ke produk. Dengan kapasitas normal perusahaan sebesar lembar dengan perhitungan 65 orang tenaga kerja dikalikan 27 kg dikalikan 286 hari perhitungan tarif BOP perproduk adalah sebagai berikut: Tariftetap BOP = AnggaranBOPTetap KapasitasNormal ,8 = ,79 Tarif Variabel BOP = Tarif Total BOP = Anggaran BOP variabel Kapsitas normal = = , ,04 Anggaran BOP Totall Kapsitas normal 90

109 = = 8380,84 Penulis hanya meneliti biaya overhead pabrik pada karet saja dimana realisasi produksi karet sebesar kg. Ada pun realisasi biaya overhead pabrik. Tabel 5.14 Realisasi Biaya Overhead Pabrik Karet Lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Biaya Overhead Pabrik Tetap Variabel Bahan Penolong Zat Asam Semut Bambu Kayu Bakar Air Listrik Transportasi Pemeliharaan Mesin dan Gedung Sinder Teknik Teknik Karyawan Juru Tulis Depresiasi Mesin ,66 Depresiasi Gedung ,9 Depresiasi Inventaris Pabrik ,22 Kebersihan ,29 Asuransi Tenaga Kerja ,2 Kesejahteraan Tenga Kerja ,3 Keamanan , ,

110 B. Penyusunan Anggaran Menurut Teori Pada tabel 5.15 dibawah ini akan disajikan perbandingan antara langkahlangkah penyusunan anggaran menurut kajian teori dengan langkah-langkahlangkah penyusunan anggaran yang sesungguhnya dari perusahaan. 92

111 Tabel 5.16 Perbandingan Prosedur Penyususnan Anggaran Biaya Produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 No Menurut perusahaan No Menurut Teori No Kesimpulan 1. Menyusun rencana produksi berdasarkan rencana penjaualn, dimana rencana penjaualn ditetapakan berdasarkan ramalan penjaualn dengan analisis trend dan rencana produksi di pengaruhi oleh jumlah persediaan barang jadi 2. Bahan baku a). Menetapakan standar kuantitas bahan baku dengan cara menghitung rata-rata pemakaian bahan baku tahuan-tahuan yang lalu untuk menyususn rencana kebutuhan bahan baku b). Menetapakan standar harga bahan baku dengan trend 3. Tenaga kerja langsung a) Menetapakan standar jam kerja langsusng dengan cara menghitung rata-rata prestasi jam kerja langsusng tahun yang lalau dnegan menggunakan data-data histeris 1. Perusahaan menggunakan siistem penjaualn berdasarkan hasil yang diproduksi. Perusahaan menyusun rencanna produksi yang jumlahnya sama dengan rencana penjaulan. Rencana penjaualan tersebut disusun denagna menggunakan analisis trend a). Menetapakan rencana kebutuhana bahan baku untuk periode tahun 2004 frngasn cara mengalikan langsung antara jumlah rencana produksi denagan jumlah pemakiana bahan baku yang biasa diperlukan untuk membuat barang produksi sesuai dengan jenis produksinya b) Menetapakan harga bahan baku berdasarkan data harga bahna baku tahun-tahun sebelumnya a). Perusahaan tidak menentukan jam kerja langsung yang diperlukaan untuk menyelesaiakan suatau produk 1. Kurang tepat karena perusahaan menjaual berdasarkan pada hasil produksi a). b). a). Tepat Teapat Kurang tepat karena dalam menyususnm anggaran BTKL perusahaan hanya berpatoakan pada tarif sesuai dengan unit yang 93

112 b). Menetapakan standar tarif upah langsung melalui perjanjaian dengan karyawan 4. Biaya Overhead Pabrik a). Menyusun angagran BOP berdasarkan kapasitas produksi yang terpilih.sebelumnya diaaanalisi dengan perusahaan baiya semi variabel denagna metode regresi b). a). Menetapakan tarif upah langsung berdasarkan jenis pekerjaan masingmasing karyawan Menyusun anggaran BOP yang berisi jenis-jenis baiya yang dikatogorikan kedal;ambop tetap dna BOP Variabel pada kapasitas produksi yang diharapakan.dalamhal ini perusahaan tidak mengindentifikasikan baiaya-baiya yang termasuk dlaam baiya semi variabel sehingga tidak dilakuakan perusahaan. b). a). dihasilkan Tepat Tidaka tepat perusahaan tidak melakuakn pemishan baiya semivariabel kedalam baiya tetap dan baiya variabel b). Memilih dasar pembebana dengan salah satu dasar pembebanan yaitu satuan produk, baiya bahan baku langsusng, baiya tenaga akrja langsusng, jam mesin dan jam tenaga kerja langsusng c). Menghitung tarif BOP denagn cara membagi angaran BOP dengan kapasitas normal, sehingga dperoleh tarif BOP b). c). Memilih dasar pembebanna yaitu jumlah produksi yang dihitung dalam sataun kg pada kapasitas normal Menhitung tarif BOP dengan cara membagi anggaran BOP yang telah disusun dengan kapasssitas normal b) c). Tidak tepat perusahaan akan lebih baik teapat menggunakan dasar [pembebana JTKL karena baisanya dasar pembebanan satuan produk digunakan jika perusahaan memproduksi hanya satu macam produk Tepat 94

113 Sebagaimana di ungkapkan dalam analis data, jika anggaran yang disusun perusahaan tidak sama dengan anggaran yang disusun berdasarkan teori, maka penulis akan menyusun anggaran yang sesuai dengan teori untuk kasus PT P Nusantara IX Ngobo KarangJati Semarang, hanya penyusunan anggaran BOP yang berbeda dengan teori, oleh karena itu penulis akan menyusun anggaran BOP yang berbeda dengan teori. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menentukan tarif BOP menurut kajian teori adalah: 1. Menyusun Anggaran BOP Berisi jenis-jenis biaya yang dikategorikan sebagai BOP baik biaya tetap, biaya Variabel maupun biaya semi variabel pada tingkat kapasitas yang dipilih untuk menghitung tarif BOP 2. Memilih dasar pembebanan Yaitu penentuan dasar aktivitas yang tepat dalam rangka proses produksi yang dijadikan sebagai dasar bagi pembebanan BOP per produk. 3. Menghitung tarip BOP Menghitung tarif Bop per produk dilakukan setelah mengetahui besarnya anggaan BOP yang telah disusun. Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung yang ikut mendukung proses produksi. 95

114 Dalam menyusun anggaran BOP perusahaan tidak memisahkan biaya semi variable kedalam biaya tetap dan biaya variable sedangkan menurut kajian teori, biaya dibedakan kedalam tiga unsur, yaiu biaya tetap, biaya semi variable dan biaya variable. Untuk itu penulis akan mengelompokan biaya berdasarkan jenis biaya yang dibagi menjadi tiga unsure yaitu biaya tetap, biaya variabel biaya semivariabel seperti yang tertera di bawah ini. Tabel 5.16 Anggaran Biaya Overhead Pabrik PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarnag Tahun 2004 Biaya Overhead Pabrik Tetap Variabel Semi Variabel Jumlah Bahan Penolong Zat Asam Semut Bambu Kayu Bakar Air , ,61 Listrik , ,9 Transportasi Pemeliharaan Mesin dan Gedung Sinder Teknik Teknik Karyawan Juru Tulis Depresiasi Mesin , ,66 Depresiasi Gedung , ,9 Depresiasi Inventaris Pabrik , ,22 Kebersihan , ,29 Asuransi Tenaga Kerja , ,2 Kesejahteraan Tenga Kerja , ,3 Keamanan , , , ,

115 Berdasarkan data di atas, maka untuk menetapakan tarif Bop. Biaya semi varibel harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variable. Pemishan kedalam biaya tetap dan biaya variable ini dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (last square). Pemisahan biaya semi variable ke dalam biaya tetap dan biaya variable ini dapat dilihat pada lampiran 2 Hasil perhitungan pemisahan biaya semi variable kedalam biaya tetap dan biaya variable adalah sebagi berikut: Tabel Hasil Perhitungan Pemisahan BOP untuk Karet Lembaran Ke dalam BOP Tetap dan BOP Variable PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Biaya Overhead Pabrik Tetap Variabel Jumlah Bahan Penolong Zat Asam Semut Bambu , , Kayu Bakar , , Air , ,61 Listrik , ,8 Transportasi , , Pemeliharaan Mesin dan Gedung , , Sinder Teknik Teknik Karyawan Juru Tulis Depresiasi Mesin ,66 Depresiasi Gedung ,9 Depresiasi Inventaris Pabrik ,22 Kebersihan ,29 Asuransi Tenaga Kerja ,2 Kesejahteraan Tenga Kerja ,3 Keamanan , ,

116 C. Analisis Efisien Biaya Produksi Pada table 5.18 dan table akan disajikan rincian anggaran statis biaya produksi perbulan dan realisasi biaya produksi perbulan. Tabel 5.18 Perhitungan Jumlah Anggaran Biaya Produksi Per Bulan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Anggaran Bahan Anggaran Anggaran Bulan Baku BTKL BOP Jumlah Januari , , Febuari , , Maret , , Aprel , Mei , , Juni , , Juli , , Agustus , , September , , Oktober , November , Desember , ,84648E ,90635E+11 98

117 Tabel 5.19 Perhitungan Jumlah Realisasi Biaya Produksi Per Bulan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Realisasi Realisasi Bulan Realisasi Bahan Baku BTKL BOP Jumlah Januari , Febuari , Maret , Aprel , Mei , Juni Juli Agustus , September Oktober , November , Desember ,91797E ,97926E+11 Untuk mengetahui apakah anggaran biaya produksi pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang dalam mengendalikan biaya produksi sudah efisien atau belum, dilakukan dengan membandingkan antara anggaran biaya produksi dengan realisasinya, karena penyusunan antara anggaran biaya 99

118 overhhead pabrik perusahaan tidak sesuai dengan anggaran baiaya overhead pabrik secara teori maka penulis akan membandingkan antara: a. Anggaran yang dibuat oleh perusahaan dengan realisasi yang terjadi didalam perusahaan. b. Anggaran yang dibuat sesuai teori dengan realisasi yang terjadi didalam perusahaan. Selisih biaya produksi tidak dapat dihitung secara langsung karena terdapat perbedaan tingkat aktivitas antara anggaran dengan realisasinya. Maka untuk mencari selisih biaya produksi harus dibuat terlebih dahulu anggaran fleksibelnya dimana didalam anggaran tersebut besarnya aktivitas disesuaikan dengan tingkat aktivitas yang sesungguhnya terjadi dalam perusahaan yaitu sebesar kg. Langkah pertama yang dilakukan untuk membuat anggaran fleksiel adalah mencari biaya produksi perunitnya terlebih dahulu, Berikut ini tabel perhitungan biaya produksi perunit. Tabel 5.20 Perhitungan Biaya Produksi per kg PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Perhitungan Biaya Per Unit Jumlah Bahan baku Rp BTKL Rp.1520 BOP Rp.8380,84 Jumlah Rp ,84 100

119 Keterangan: 1. Untuk memproduksi 1 kg karet lembaran dibutuhkan bahan baku sebanyak 0,98 kg dengan harga standar 1 kg bahan baku Rp ,00. Dengan demikian biaya bahan baku yang diguanakan untuk membauta 1 kg karet lembaran adalah 0,98 kg X Rp ,00 = Rp ,00 2. Untuk memproduksi 1 kg karet lembaran dibutuhkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 1.520,00 yang meliputi biaya tenaga kerja langsung bagian penyadapan Rp 250,00, bagian pengangkutan Rp 215,00, bagian pengolahan Rp 535,00, bagian giling karet RP 265,00, bagiab pengasapan Rp 25,00, bagiab sortasi Rp 50,00, bagaibn pengepakan Rp 30,00, bagian gudang Rp 150,00, 3. Untuk Biaya overhead pabrik yang dianggarkan oleh perusahaan asebesar Rp ,00. Biaya sebesar itu dibebankan keproduk dengan cara dibagi dengan kapasitas normal sebesar kg sehingga biaya overhead pabrik untuk 1 kg sebesar Rp 8380,84. Perusahaan menetapakan kapasitas normal sebesar kg dengan perhitungan sebagai berikut 65 orang tenaga kerja X 27 kg X 286 hari. Setelah menhitung besarnya biaya produksi per kg, langakah selnjutanya adalah menyusun anggaran yang didasarkan pada tingkat 101

120 produksi yang sesungguhnya dengan cara mengalikan antara biaya produksi per kg dengan besarnya produksi yang sesungguhnya terjadi. Tabel 5.21 Perhitungan Selisih Antara Anggaran Biaya Produksi dengan Realisasi Biaya Produksi Karet Lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Kg Produksi Realiasi dianggarakan Varian Biaya Bahan Baku ,91797E+11 1,84646E BTKL BOP 8380,84 4,33927E Total biaya Produksi ,84 6,27561E+11 1,96607E Analisi Selisih biaya produksi anatra anggaran yang dibuat oleh PT P Nusantara IX Ngobo KarangjatinSemarnag dengan realisasi Dengan melihat table diatas, maka dapat dilihat anggaran biaya produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karnagjati Semarang selama tahun 2004 yang telah disesuiakan pada tingkat kapasitas sesungguhnya sebagai berikut: Anggaran biaya bahan baku Rp Anggaran biaya tenaga kerja langsung Rp Anggaran biaya overhead pabrik Rp Jumlah anggaran biaya produksi Rp

121 Dengan demikian anggran biaya produksi sebesar RP dengan jumlah produksi yang dianggarakan untuk tahun 2004 sebesar ,05 kg. Maka biaya produksi per kg adalah = , Maka kita dapat melihat juga realisasi biaya produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang selama tahun 2004 sebagai berikut: Realisasi biaya bahan baku Rp Realisasi biaya tenaga kerja langsung Rp Realisasi biaya overhead pabrik Rp ,8 + Jumlah Realisasi biaya produksi Rp ,8 Jumlah realisasi biaya produksi perusahaan selama tahun 2004 sebesar Rp ,8 dengan jumlah produksi sesungguhnya pada tahun 2004 Rp kg maka biaya produksi per kg adalah Rp ,8 = = Rp163871,91 Rp Dengan demikian biaya produksi per kg menurut anggaran sebesar Rp ,9221 dan realisasinya Rp ,91. Cara yang dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya selisih biaya produksi yaitu dengan cara membandingkan antaa anggaran dennngan 103

122 realisasinya dengan menggunakan analisis selisih biaya produksi. Elemenelemen dari biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Urutan analisisnya adalah sebagai berikut: a. Analisis selisih biaya bahan baku Biaya bahan baku yang digunakan setelah tingkat aktivitas disesuaikan sebesar Rp sedangkan realisasinya sebesar Rp sehingga terdapat selisih yang merugikan sebesar Rp Selisih biaya bahan baku SBBB = ( Hst x Kst ) ( Hs x Ks ) = ( Rp x ,97) ( x ,1 ) = = (tidak menguntungkan) Selisih yang tidak menguntungkan sebesar itu disebabbkan oleh 1). Selisih harga bahan baku HBB = (Hs Hst ) Ks = ( ) ,1 = (tidak menguntungkan) 2). Selisih kuantitas bahan baku SKBB = (Ks Kst) Hst 104

123 = ( , ,97 ) = 35626,13 x = ( tidak menguntungkan ) b. Selisih biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung yang dianggarakn setelah disesuaikan pada tingkat kapasitas sesungguhnya sebesar Rp sedangkan pada realisasinya juga sebesar Rp sehingga tidak terjadi selisih. Berikut ini table tariff per kg pakaian yang diselesaikan sesuai dengan jenis pekerjaan Tabel 5.22 Tarif tenaga kerja per kg karet lembaran PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang Tahun 2004 Pekerjaan Tarif (Rp) Penyadapan 250 Pengangkutan 215 Pengolahan 535 Giling Karet 265 Pengasapan 25 Sortasi 50 Pengepakan 30 Penggudangan 150 Jumlah

124 Penyebab tidak terjadi selisih karena: 1) selisih tariff upah langsung STUL = (Ts T st) kg yang dihasilkan = ( ) = 0 x = 0 Karena terif sesungguhnya sama dengan tariff standar, maka selisih tariff upah langsung sama dengan 0 2.) Selisih efisiensi tenaga kerja SETK = (jam sesungguhnya jam standar) x tariff standar Selisih efisiansi tenaga kerja tidak dapat dihitung karena perusahaan tidak menetapkan standar efisinsi tenaga kerja. Upah untuk tenaga kerja langsung dibebankan berdasarkan jumlah kg produksi yang diselesaikan bukanberdasarkan jumlah jam kerja yang efisiensi c. Analisis selisih biaya overhead pabrik Dalam menghitung selisih biaya overhead pabrik menggunakan kapasitas standar. Kapasiatas standar ini dilakuakn untuk menetapkan suatau standar proses produksi yang dihitung pada kondisi normal. Adapun besarnya kapasitas standar sama dengan besarnya kapasitas sesungguhnya, karena dasar pembebanan BOP yang digunakan berdasarkan satuan jumlah yang 106

125 diproduksi yaitu sebesar kg sedangkan rumus BOP standar adalah = BOP standar = Kapasitas standar x tariff BOP Denagn demikian selisih BOP dapat dicari dengan cara: Selish BOP = BOPs BOPst = , = (tidak Menguntungkan) Selisih yang tidak menguntungkan sebesar itu disebabkan oleh : 1). Selisih anggaran SA = BOPs AFKs = BOP s { (KN x TT) + (Ks x Tv) } = ,8 - { (501930x1797,79) + ( x6583,04) } = ,8 ( , ) = ). Selisih kapasitas SK = AFKs BOPb = ( KN Ks ) x TT = ( ) x 1797,79 = x 1797,79 = (menguntungkan) 107

126 3). Selisih efisiensi SE = BOP b Bop st = ( Ks Kst) x T = ( ) x 8380,84 = 0 x 8380,84 = 0 2. Analisis Selisih Biaya Produksi antara Anggaran yang dibuat sesuai teori dengan realisasi. Anggaran yang dibuat oleh perusahaan dengan anggran yang dibuat berdasarkan teori hanya berbeda pada anggaran biaya overhead pabrik, oleh karena perhitungan analisis biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sama dengan yang telah ditulis pada sub bahasan sebelumnya. Pada bagian ini penulis hanya akan mnganalisi selish biaya overhead pabrik yang dibuat berdaarkan teori dengan realisasinya. Berikut akan disajikan perhitungan tarif BOP angka yang digunakan untuk menghitung tarif BOP dapat dilihat pada table 5.19 Tarif Tetap BOP = Anggaran BOPTotal Kapasitas Normal ,7 = = 1934,

127 Tarif Variabel BOP = Anggaran BOPVariabel Kapasitas Normal Tarif Total = = = 6446, AnggaranBOPTotal KapasitasNormal = = 8.380, Dalam menghitung selisih biaya overhead pabrik menggunakan kapasitas normal. Kapasitas normal standar ini dilakukan untuk menetapkan suatu standar produksi yang dihitung pada kapasitas normal. Ada pun besarnya kapasitas standar sama dengan besarnya kapasiats sesungguhnya, karena dasar pembebanan BOP yang digunakan satuan jumlah yang diproduksi, yaitu sebesar sedangkan rumusnya BOP standar adalah BOP standar = Kapasitas standar x tariff Bop Dengan demikian selisih BOP dapat dicari dengan cara: Selisih BOP = BOPs BOP st = = (menguntungkan) 109

128 Selisih yang menguntungkan sebesar ini disebabkan oleh: a. Selisih anggaran SA = BOPs - AFKs = BOPs { ( KN x TT ) + ( KS x TV ) } = { (501930x1934,343) + ( x 6446,495) } = ( , ) = = ( menguntungkan ) b. Selisih kapasitas SK = AFKs BOPb = (KN Ks) TT = ( ) 1934,343 = x 1934,343 = ,471 (menguntungkan) c. Selisih Efisiensi SE = BOPe BOPst = (KS Kst) T = ( ) 8380,8391 = 0 x 8380,8391 = 0 110

129 Untuk lebih jelasnya hasil peritungan analisis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5.23 Perhitungan seliish biaya Produksi PT P Nusantara IX Ngobo Karnagjati Semarang Tahun 2004 Anggaran Realisasi Menurut Perusahaan Menurut Teori Keterangan % % Biaya bahan baku E E Tidak menuntungkan 1. Selisish harga bahan baku Tidak menguntungkan 2. Selisih kuntitas bahan baku Tidak menguntungkan Biaya Tenaga kerja Langsung Seliish tarif upah Selish efisiensi TKL Biaya Overhead Pabrik , Menguntungkan 1. Seliish harga Menguntungkan 2. Seliish kapasitas Menguntungkan 3. Selish efisiens Total E E ,365,386,318 menguntngkan 111

130

131 D. Pembahasan analisis selisih biaya produksi Selanjutnya untuk mengetahui terkendali atau tidaknya biaya produksi pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarnag dilakukan perbandingan antara anggaran dengan realisasinya. Pada PT P nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang anggaran produksi yang ditetapkan untuk karet lembaran adalah Rp sedangkan pada reelisasinya biaya yang dikeluarkan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang adalah Rp sehingga terjadi pemborosan biaya sebesar Rp Selisih biaya ini disebabkan oleh biaya bahan baku Rp yang berasal dari selisih harga bahan baku sebesar Rp (tidak menguntungkan) dan selisih kuantitas bahan baku sebesar Rp (tidak menguntungkan) selisih merugikan harga bahan baku disebabkan oleh harga bahan baku yang dianggarkan sebesar Rp perkg, sedangkan pada realisasuinya Rp perkg selisih harga bahan baku ini bukan disebabkan oleh salahnya penganggaran tetapi disebabkan oleh factor lain yaitu naiknya harga bahan baku PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang dalam menganggarkan biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp

132 sedangkan realisasinya juga sebesar Rp sehingga tidak terjadi selisih. PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang dalam menganggarkan biaya overhead pabrik sebesar Rp sedangkan realisasinya sebesar Rp ,8 sehingga terdapat selisih yang menguntungkan sebesar Rp BOP ini dibedakan kedalam BOP tetap sebesar Rp ,8 dan BOP variable sebesar Rp ,48. Perusahaan ini menentukan kapasitas normal sebesar kg serta realisasinya sebesar kg. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tarif BOP tetap Rp ,8 dibagi lembar sama dengan Rp 1.797,79 tarif BOPv Rp ,48 dibagi lembar sama dengan Rp 6.583,04 sehingga tarif BOP total Rp 8.380,84 selisih BOP menguntungkan sebesar Rp disebabkan karena selisih anggaran sebesar Rp (menguntungkan). Selisih kapasitas sebesar Rp (menguntungkan) dan selisih efisiensi sebesar 0 karena kapasitas standar sama dengan kapasitas sesungguhnya. Hal itu disebabkan karena dasar pembebanan yang digunakan oleh perusahaan adalah satuan kg. 114

133 Menurut teori BOP dibedakan menjadi 3 yaitu biaya tetap, biaya variabel dan biaya semivariabel. Biaya semi variabel tersebut kemudian dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel, sehingga didapat biaya overhead pabrik tetap sebesar Rp ,7 dan biaya overhead pabrik sebesar Rp karena perusahaan menetapkan kapasitas normal sebesar lembar dengan demikian tarif BOP tetap adalah Rp dibagi dengan lembar sama dengan Rp 1.943,34 dan tarif BOP variabel Rp dibagi dengan lembar sama dengan Rp 6.446,49 sehingga tarif BOP total Rp 8.830,83. Selisih BOP menguntungkan sebesar Rp sesuai dengan teori disebabkan karena selisih anggaran sebesar Rp (menguntungkan). Selisih kapasitas sebesar Rp (menguntungkan) dan selisih efisiensi sebesar 0 karena kapasitas standar sama dengan kapasitas sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena dasar pembebanan yang digunakan oleh perusahaan adalah satuan kg. Dari hasil perhutungan analisis selisih dapat diketahui bahwa jumlah selish biaya produksi yang tidak menguntunkan tersebut terjadi sebagai berikut : 1. Selisih biaya bahan baku ( Rp ) 2. Selisih biaya tenga kerja langsung Rp 0 3. Selisih biaya overhead pabrik Rp

134 BAB VI KESIMPULAN KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang dalam menyusun anggaran biaya produksi sudah menggunakan prosedur yang tepat. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan langkah penyusunan anggaran biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan dengan kajian teori. Perbedaan anggaran biaya produksi yang disusun oleh perusahaan dengan anggaran biaya produksi yang disusun sesuai teori hanya pada penyusunan anggaran biaya overhead pabrik tetapi hal ini tidak menjadi masalah. Jika dilihat pada tabel 5.23 dapat dilihat bahwa hasil analisis selisih BOP yang tidak dipisahkan ke biaya semi variabel dengan analisis selisih BOP yang dipisahkan ke biaya semi variabel tidak jauh berbeda. Perbedaan kedua adalah perusahaan tidak menetapkan standar efisiensi tenaga kerja. Tetapi hal itu tidak begitu menjadi masalah karena upah tenaga kerja tidak didasarkan pada jam kerja tetapi pada unit yang diselesaikan. Standar Pengupahan per unit yang di selesaikan tersebut akan memotivasi tenaga kerja langsung untuk bekerja secara efisien. 116

135 Ringkasan hasil analisis selisih dapat dilihat pada tabel 5.23 jika dilihat per item biaya produksi, biaya yang paling tidak terkendali adalah biaya overhead pabrik. B. Kerterbatasan penelitian Keterbatasan penelitian yang dirasakan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian adalah: Keterbatasan dalam ruangan lingkup penelitian Penulis mengadakan penelitian pada PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang sehingga kesimpulan yang ada tentu saja sesuai dengan keadaan perusahaan yang diteliti dan tidak berlaku pada perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan tidak memisahakan biaya overhead pabrik menurut jenis produknya masing-masing sehingga penulis mencari besarnya biaya overhead pabrik dengan cara mengalikan antara besarnya produk karet lembaran dibagi dengan besarnya produksi untuk semua produksinya C. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukan di atas, maka penulis berusaha memberikan saran yang mungkin berguna bagi perkembangan perusahaan. Adapun saran yang penulis kemukakan adalah: 1. Setelah melihat selisih biaya overhead pabrik yang bersifat merugikan dan cukup material ( 57 %), maka perusahaan sebaiknya mengadakan 117

136 penelitian lebih lanjut untuk mencari solusi agar tidak terjadi selisih yang merugikan lebih besar lagi. 2. Perusahaan perlu mengevaluasi standar jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap jenis produk, seperti karet lembaran kopi dan kakao. Jika jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap jenis produk tersebut berbeda-beda maka perusahaan perlu mempertimbangkan pemakaian jam kerja langsung untuk setiap masing-masing produk. Karena perusahaan tidak hanya memproduksi satu jenis produk saja akan lebih baik jika dasar pembebanan biaya overhead pabrik yang dipergunakan oleh perusahaan adalah jam tenaga kerja langsung. 3. Sebaiknya perusahaan tidak memasukkan biaya pemprosesan kedalam biaya overhead pabrik karena jika dilihat sesuai dengan teori, biaya pemprosesan order merupakan bagian dari biaya pemasaran. Akhirnya dengan saran-saran yang penulis sampaikan berkaitan dengan masalah prosedur penyusunan anggaran dan pengendalian biaya produksi yang menjadi masalah pokok penelitian ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang 118

137 DAFTAR PUSTAKA Adisaputro, Gunawan dan Marwan Asri. ( 1982 ). Anggaran Perusahaan. Edisi III. Yogyakarta : BPFE Ahyari, Agus. (1996 ). Anggaran Perusahaan, Pendekatan Kuantitatif. Edisi I. Yogyakarta : BPFE. Carl, Heyel. ( 1979 ). The VNR Concise Guide to Accounting and Control, New York : Educational Publishing, Inc. Indriyo Gitosudarmo. ( 1985 ). Sistem Perencanaan dan Pengendalian. Edisi Revisi, Yogyakarta : BPFE. James, A.C dan Raplh, S>P> ( 1986 ). Akuntansi Biaya.Jilid I, Jakarta : Erlangga. Killought, Larry. N dan Wayne, E. Leininger. ( 1984 ). Cost Accounting : Cancept and Techniques for Management, St Paul, Minnesata : West Publishing Campany. Matz- Usry. ( 1990 ). Akuntansi Biaya : Perencanaan Pengendalian. Jilid III, Jakarta : Erlangga. Muhadi dan Joko Siswanto. ( 2001 ). Akuntansi Biaya II, Yogyakarta : Kanisius. Mulyadi. ( 1993 ) Akuntansi Biaya, Edisi V, Yogyakarta : STIE YKPN. 119

138 Supriyono, R.A. ( 1989 ). Akuntansi Manajemen III. Proses Pengendalian Manajemen, Yogyakarta : STIE YKPN. Supriyono, R.A ( 1982 ). Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya serta Data relevan untuk pembuatan keputusan, Yogyakarta : BPFE. 120

139 Lampiran 1 DAFTAR PERTANYAAN A. Sejarah Berdirinya Perusahaan 1. PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang didirikan tahun berapa dan oleh siapa? 2. Pendirian PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang deangan akte notaris siapa dan nomor berapa? 3. Apa tujuan didirikannya PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang/ 4. Berapa luas tanah yang dipakai PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang untuk melaksanakan produksi? 5. Di mana letak PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang pertamakali didirikan? 6. Apa alasan pemilihan lokasi tersebut? B. Struktur Organisasi 1. Apa bentuk struktur organisasi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang? 121

140 2. Apa perlunya struktur organisasi tersebut bagi PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang? C. Produksi 1. Apa sajakah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi? 2. Berapakah macam mesin yang digunakan dalam proses produksi? 3. Berapakah macam jenis produk yang dihasilkan? 4. Bagaimana proses produksi di PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati semarang? D. Personalia 1. Berapakah jumlah karyawan PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang? 2. Bagaimana sisitem Pengupahan yang dilakaukan oleh PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang? 3. Fasilitas apa saja yang diberikan kepada karyawan selain gaji dan upah? 122

141 E. Data Yang Diperlukan Untuk Analisis 1. Apakah PT P Nusnatara IX Ngobo Karangjati Semarang menyusun anggaran biaya produksi berdasarkan teori? Jika PT P Nusantara IX Ngobo Karangjati Semarang menyususn anggaran biaya prodiksi tidak berdasarkan teori, maka apakah perusahaan dalam menyusun anggaran biaya produksi terlebih dahulu: a). Menyusun ramalan penjaualan? Jika ya, bagaimana caranya menyusun ramalan penjualan? b). Menggunakan indeks musim? Jika ya, bagaimana caranya menyusun indeks musim? c). Menyusun anggaran produksi? d). Menentukan anggaran biaya bahan baku? Apakah anggrana bahan baku didasarkan pada standar bahan baku? Jika ya, bagaimana caranya menyususn standar? e). Menetukan anggaran biaya tenaga kerja? Apakah anggaran biaya tenaga kerja didasarkan pada standar tenaga kerja? Jika ya, bagaimana carnya mentyusun standar? f). Menetukan anggaran biaya overhead pabrik? g). Elemen-elemen apa saja yang diperhitungkan dalam menyusun standar? 2. Berapakah jumlah pen jualan untuk tahun 1999 samapai 2003? 123

142 3. Berpakah rencana penjualan untuk tahun 2004? 4. Berapakah jumlah produksi tahun 1999 sampai 2003? 5. Berapkah volume produksi sesungguhnya tahun 2004? 6. Berapakah volume produksi menurut anggaran tahun 2004? 7. Berapakah harga standar bahan baku tahun 2004? 8. Berapakah sesungguhnya harga bahan baku tahun 2004? 9. Berapakah anggaran kebutuhan bahan baku untuk tahun 2004? 10. Berapakah realisasi kebutuhana bahan baku tahun 2004? 11. Berapakah anggaran pembelian abhaan baku tahun 2004? 12. Berapakah realisasi pembelian bahan baku tahun? 13. Berapa tarif upah standar tahun 2004/ 14. Berapakah tarif upah sesungguhnya tahun 2004? 15. Berapakah jam kerja standar tahun 2004? 16. Berapakah jam kerja sesungguhnya tahun 2004? 17. Berapakah biaya tenaga kerja langsung menurut anggaran tahun 2004? 18. Berapakah biaya tenaga kerja sesungguhnya tahun 2004? 19. Berapakah kapasitas normal untuk produksi tahun 2004? 20. Berapakah tarif biaya overhead pabrik tetap untuk tahun 2004? 21. Berapakah tarif biaya overhead pabrik variabel untuk tahun 2004? 22. Berapakah biaya overhead pabrik variabel untuk tahun

143 23. Berapakah biaya overhead pabrik tetap untuk tahun 2004? 24. Berapakah biaya overhead pabrik menurut anggaran tahun 2004? 25. Berapakah biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi pada tahun 2004? 26. Elemen-elemen biaya overhead pabrik di PT P NusantaraIX Ngobo Karnagjati Semarang meliputi apa saja? 27. Metode apa yang dipakai dalam menghitung tarif biaya overhead pabrik? 125

144 Bambu 6,600, ,171, Bulan Biaya ( Y ) Per kg Produksi ( X ) XY XX Januari , Febuari , Maret , Aprel , Mei , Juni , Juli , E Agustus , Septeber , Oktober , November , Desember , ,171, E E+11 b = b = b = ( n. XY) ( X. Y ) 2 ( n. X ) ( X ) 2 ( 12 x E + 1) ( x ) ( 12 x e + 11) ( ) 2 ( E + 12) ( E + 12) ( E + 12) ( E + 12) E + 11 b = b = Y ( b. x) a = n 126

145 a = ( ) x a = a = 12 a = Biaya Tetap Bambu Rp dan Biaya variabel Rp Transpotas transpotasi 14,386, ,171, Bulan Biaya ( Y ) Per kg Produksi ( X ) XY XX Januari , Febuari , E Maret , E Aprel , E Mei , E Juni , E Juli , E Agustus , September , Oktober , E November , Desember , E ,171, E E+11 b = ( n. XY) ( X. Y ) 2 ( n. X ) ( X ) 2 127

146 b = ( 12 x e + 12) ( x ) ( 12 x e + 11) ( ) E E + 13 b = E E E + 11 b = b = Y ( b x X ) a = n ( ) x a = a = a = 12 a = Biaya Tetap untuk transportasi Rp ,2194 dan Biaya Variabel Rp ,78 128

147 Pemeliharaan mesin dan gedung 61,945, ,171, Bulan Biaya ( Y ) Per kg Produksi ( X ) XY XX Januari , E Febuari , E Maret , E Aprel , E Mei , E Juni , E Juli , E Agustus , E September , E Oktober , E November , E Desember , E ,945, ,171, E E+11 b = b = ( n. XY) ( X. Y) 2 ( n. X ) ( X ) 2 ( 12 x E + 12) ( x ) ( 12 x e + 11) ( ) E E + 13 b = E E E + 12 b = b = Y ( b. X ) a = n 129

148 ( ) x a = a = a = 12 a = Biaya Tetap untuk Pemeliharaan Mesin dan Gedung Rp ,879 dan Biaya variabel Rp ,12 listrik 557,945, ,171, Bulan Biaya (Y ) Per kg Produksi( X ) XY XX Januari , E Febuari , E Maret , E Aprel , E Mei , E Juni , E Juli , E Agustus , E September , E Oktober , E November , E Desember , E ,171, E E+11 b = b = ( n. XY) ( X. Y ) 2 ( n. X ) ( X ) 2 ( 12 x5,71146e + 13) ( ,05 x ,8) ( 12 x1,20611e + 11) ( ,05) 2 130

149 b = 6,85375E ,53763E ,44733E ,37296E ,16125E + 13 b = b = 425, Y ( b. X ) a = n ( 425, ,05) ,8 x a = , ,5 a = ,28 a = 12 a = ,44 Biaya Tetap untuk listrik Rp ,28 dan Biaya Variabel Rp ,5 kayu bakar Bulan Biaya Rp ( Y ) Per kg Produksi kg ( X ) XY XX Januari , Febuari , E Maret , E Aprel , E Mei , E Juni , E Juli , E Agustus , E September ,

150 Oktober , E November , Desember , E ,171, E E+11 b = b = ( n. XY) ( X. Y) 2 ( n. X ) ( X ) 2 ( 12 x e + 12) ( x ) ( 12 x e + 11) ( ) E E + 13 b = E E E + 11 b = b = Y ( b. X ) a = n ( 12, ,05) x a = ,54 a = ,4595 a = 12 a = 55136,

151 Biaya Tetap untuk kayu bakar Rp ,4595 dan Biaya Variabel Rp ,54 Air Bulan Biaya (Y) Per kg Produksi (X) XY XX Januari , Febuari , Maret , E April , E Mei , E Juni , E Juli , E Agustus , September , Oktober , November , Desember , E ,171, E E+11 b = b = ( n. XY ) ( X. Y ) 2 ( n. X ) ( X ) 2 ( 12 x e + 12) ( x ) ( 12 x e + 11) ( ) 2 b = b = ( E + 13) ( E + 13) ( E + 12) ( ) E b =

152 Y ( b. X ) a = n ( ) x a = a = a = 12 a = Biaya Tetap untuk air Rp dan Biaya Variabel untuk air Rp

153 135

154 136

BAB III METODE PENELITIAN. variasi pada nilai (Sekaran, 2006:115). Adapun yang menjadi variabel dalam. Tabel 3.1.

BAB III METODE PENELITIAN. variasi pada nilai (Sekaran, 2006:115). Adapun yang menjadi variabel dalam. Tabel 3.1. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian. Variabel adalah apapun yang dapat membedakan atau membawa variasi pada nilai (Sekaran, 2006:115). Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI

ANALISIS SELISIH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI ANALISIS SELISIH SEBAGAI BAGIAN DARI PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI Studi Kasus pada PT. Industri Sandang Pemintalan Cilacap SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar. Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar. Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan mengeluarkan biaya produksi yang menunjang jalannya proses produksi. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Dan Jenis-Jenis Biaya Standar Setiap badan usaha yang bergerak pada bidang produksi akan mengeluarkan biaya produksi yang akan menunjang jalannya produksi. Perencanaan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Budget Production, Production Costs, and Effectiveness of Production. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Budget Production, Production Costs, and Effectiveness of Production. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT PT. Timbul Jaya is a rice milling company that produces rice, which in the production process required costs endured by the company. Production budgets are made to control these costs, which originated

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan sektor industri di Indonesia dewasa ini semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin maraknya industri-industri yang didirikan baik oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menganalisis masalah ini digunakan metode deskriptif analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam menganalisis masalah ini digunakan metode deskriptif analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam menganalisis masalah ini digunakan metode deskriptif analisis yang dianggap paling relevan dengan pokok penelitian ini. Deskriptif analitis yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Biaya 1. Pengertian Biaya Segala tindakan yang telah dipikirkan secara matang akan meminta pertimbangan antara manfaat dan pengorbanan. Begitu juga dalam sektor produksi,

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali)

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Malang Indah Genteng Rajawali) Diah Aulia Iswanty Suhadak Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Ud Wikrama Nutrisindo Desa Padang Sambian Kaja, Denpasar Barat

Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Ud Wikrama Nutrisindo Desa Padang Sambian Kaja, Denpasar Barat Analisis Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Ud Wikrama Nutrisindo Desa Padang Sambian Kaja, Denpasar Barat Bayu Putra Pratama1, Anjuman Zukhri2, Luh Indrayani3 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Pengertian Anggaran BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Secara sederhana anggaran didefinisikan sebagai rencana keuangan yaitu suatu rencana tertulis mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan dunia saat ini, kehidupan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, teknologi, industri, kesehatan, dan bidang lainnya

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING

ACTIVITY BASED COSTING Modul ke: Akuntansi Biaya ACTIVITY BASED COSTING Fakultas FEB Diah Iskandar SE., M.Si dan Lawe Anasta, SE.,M.S.,Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Manufacturing Costs Direct Direct Materials

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Menurut Maher Deakin (1996:6) pengertian akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi mengenai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi 66 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini penulis akan menguraikan mengenai pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PT. LEKJ dalam rangka melakukan evaluasi perencanaan dan pengendalian anggaran

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Karakteristik Anggaran Anggaran atau yang lebih sering disebut budget didefinisikan oleh para ahli dengan definisi yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengendalian intern terdiri atas kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menyediakan informasi yang handal serta menjamin dipatuhinya

Lebih terperinci

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL

BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL 1 BIAYA OVERHEAD PABRIK TARIP TUNGGAL A. Pengertian Biaya Overhead Pabrik Pada perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik (BOP) adalah semua elemen biaya produksi selain

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI PADA UKM ABON CAP MONGGO MAS KERTAS KERJA FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI PADA UKM ABON CAP MONGGO MAS KERTAS KERJA FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS PROGRAM STUDI : AKUNTANSI ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI PADA UKM ABON CAP MONGGO MAS Oleh : Risa Ganes Ayunda NIM : 232008095 KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Informasi biaya dapat dijadikan sebagai ukuran manajemen dalam menilai apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai yang lebih rendah dari pada nilai keluarannya, sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI SHANIA Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik itu perusahaan dagang maupun jasa selalu mengadakan stock persediaan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAPIOKA RJB LAMPUNG TIMUR

ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAPIOKA RJB LAMPUNG TIMUR ANALISIS PENYIMPANGAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT KONTROL EFISIENSI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN TAPIOKA RJB LAMPUNG TIMUR Misubargo Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Lampung Timur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga perolehan yang identik dengan cost dalam literatur akuntansi berbahasa Inggris. Harga perolehan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti

PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti PENYUSUNAN ANGGARAN OPERASIONAL SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PADA HOME INDUSTRY JOGJACART Vivian Angelia Ch. Rusiti Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR. Oleh: SITI REVI MARISA

LAPORAN AKHIR. Oleh: SITI REVI MARISA PENENTUAN JUMLAH KOMBINASI PRODUK YANG DIHASILKAN AGAR BIAYA PRODUKSI MINIMUM DICAPAI (MENGGUNAKAN PROGRAM LINEAR METODE SIMPLEKS) PADA PABRIK TAHU PONG ENGGAL JAYA DI PALEMBANG LAPORAN AKHIR Disusun Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, berkembang pula dunia usaha dewasa ini, terbukti dengan berdirinya perusahaan besar, perusahaan menengah dan

Lebih terperinci

langsung dan biaya overhead pabrik.

langsung dan biaya overhead pabrik. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1.Pengertian Biaya Menurut Supriyono ( 2000 : 16 ) Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keyword: Estimated Cost, Production Cost Control. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword: Estimated Cost, Production Cost Control. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT In this research, the author wants to know how big a role in controlling the cost of production is. This research was conducted on a certain CV in Sukabumi area from September 11th, 2009 to November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien.

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dengan biaya yang lebih efisien. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri manufaktur di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Hal ini terbukti dengan semakin bertambahnya jumlah industri manufaktur

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The purpose of this research is to find out more about how standards costs can assist management in planning and controlling production costs. The object of this research is PT. Unilever. The

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO

ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO ANALISIS BIAYA STANDAR GAJI DAN UPAH SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV. HALIM TECHNIC RUBBER DI SIDOARJO Siti Nur Aisyah, Widya Susanti, Tri Lestari Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan dan. pengendalian atas aktivitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan dan. pengendalian atas aktivitas perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyusunan anggaran merupakan suatu kegiatan yang penting dalam perusahaan. Anggaran dapat dijadikan pedoman untuk melakukan aktivitas perusahaan guna mencapai

Lebih terperinci

SISTEM HARGA POKOK STANDAR

SISTEM HARGA POKOK STANDAR SISTEM HARGA POKOK STANDAR I. BIAYA STANDAR UNTUK BAHAN BAKU DAN TENAGA KERJA LANGSUNG Biaya Standar untuk Bahan Baku dan Tenaga Kerja Langsung mencakup beberapa hal seperti dibawah ini : a. BIAYA STANDAR

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk BAB II BAHAN RUJUKAN 2.2 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010

ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 http://www.karyailmiah.polnes.ac.id ANALISIS SELISIH BIAYA STANDAR PRODUK PINTU PADA MOULDING RYAN SAMARINDA BULAN APRIL 2010 E. Retno Maninggarjati (Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda)

Lebih terperinci

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA Amin Setio Lestiningsih Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No 1 6, Terusan Jalan Jakarta Antapani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat. mempertahankan eksistensinya sesuai dengan konsep going concern.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat. mempertahankan eksistensinya sesuai dengan konsep going concern. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia bisnis yang makin ketat, mengharuskan perusahaan untuk mengambil tindakan yang tepat agar dapat mempertahankan eksistensinya sesuai

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG ABSTRAK ANALISIS PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA PT. XYZ OLEH: RELIK CANRA MANURUNG 43205120102 ABSTRAK Penelitian ini mengenai analisis penentuan tarif biaya overhead pabrik pada PT. XYZ. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu sistem pengendalian yang terencana, sehingga sistem

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu sistem pengendalian yang terencana, sehingga sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini menyebabkan perusahaan membutuhkan suatu sistem pengendalian yang terencana, sehingga sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PROFITABILITAS

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PROFITABILITAS ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED MANAGEMENT (ABM) UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN PROFITABILITAS PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IX PABRIK GULA MOJO SRAGEN Skripsi Diajukan Untuk Penyusunan Skripsi

Lebih terperinci

MODUL 11 SISTEM HARGA POKOK STANDAR (STANDAR COSTING)

MODUL 11 SISTEM HARGA POKOK STANDAR (STANDAR COSTING) MODUL 11 SISTEM HARGA POKOK STANDAR (STANDAR COSTING) 1. Pengertian Sistem Harga Pokok Standar Sistem Harga Pokok Standar ialah salah satu sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk mengolah produk

Lebih terperinci

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO COY DI SURAKARTA

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO COY DI SURAKARTA 1 PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PRODUKSI PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO COY DI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA ABADI ALUMINIUM, SAWIT

EVALUASI KETEPATAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA ABADI ALUMINIUM, SAWIT EVALUASI KETEPATAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE JOB ORDER COSTING PADA ABADI ALUMINIUM, SAWIT TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA Analisis Penerapan Biaya Standar dan Pengendalian Biaya Terhadap Aktivitas Produksi Perusahaan Pada PT Anugrah Argon Medica SKRIPSI OKTAFIANUS NDRURU 201110315026 FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRACT. Company that engaged in the industry requires a system that can be useful as a rawmaterial-usage-restrictions,

ABSTRACT. Company that engaged in the industry requires a system that can be useful as a rawmaterial-usage-restrictions, ABSTRACT Company that engaged in the industry requires a system that can be useful as a rawmaterial-usage-restrictions, labor, and factory overhead in achieving the efficiency and effectiveness within

Lebih terperinci

Rinda Fatmawati Darminto Zahroh Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Rinda Fatmawati Darminto Zahroh Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI SUATU USAHA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Pabrik Gula Krebet, Malang) Rinda Fatmawati Darminto Zahroh Fakultas Ilmu Administrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). bahan baku menjadi produk selesai. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori. 2.1.1. Biaya Produksi. Biaya produksi (production cost) adalah biaya yang dibebankan dalam proses produksi selama satu periode (Soemarso, 1999:295). Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI LATEKS PEKAT PADA PT. GOTONG ROYONG JAYA MEDAN

PENERAPAN SISTEM BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI LATEKS PEKAT PADA PT. GOTONG ROYONG JAYA MEDAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN PROPOSAL SKRIPSI PENERAPAN SISTEM BIAYA STANDAR DALAM PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI LATEKS PEKAT PADA PT. GOTONG ROYONG JAYA MEDAN Oleh

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran adalah merupakan suatu alat di dalam proses perencanaan dan pengendalian operasional keuangan dalam suatu perusahaan baik yang bertujuan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang)

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang) PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang) Mila Ariskawati, Sumanto Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. Soedharto SH Tembalang Semarang 50277

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Anggaran Secara sederhana anggaran didefinisikan sebagai rencana keuangan, yaitu suatu rencana tertulis mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam jangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

BAB II LANDASAN TEORI. adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perusahaan Industri Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 1982, Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA OPERASIONAL PADAPT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN

BAB III PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA OPERASIONAL PADAPT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN 30 BAB III PERENCANAAN DAN PENGAWASAN BIAYA OPERASIONAL PADAPT PERKEBUNAN NUSANTARA IV MEDAN A. Elemen-Elemen Biaya Operasional Biaya operasional merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI

ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 5 No. 1, April 2005 : 7 13 ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN MANAJEMEN DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA PRODUKSI Oleh : Iriyadi Dosen pada Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut Supriyono ( 1982 : 56 ), Proses produksi yang dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Budgeting, Variance, Controlling, Performance. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: Budgeting, Variance, Controlling, Performance. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Along with globalization era, each company is asked to preserve their company existence. Appearances of competitor in business activity make treat to company existence. Base on this situation

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang)

ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang) ANALISIS BIAYA STANDAR SEBAGAI ALAT PENGENDALI BIAYA PRODUKSI (Studi pada PT. Gadang Rejo Sentosa Malang) Ariesta Rossanda Maharani Darminto Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

Disusun oleh: TH. WEDHA RISANG A. NIM

Disusun oleh: TH. WEDHA RISANG A. NIM ANALISIS SELISIH BIAYA BAHAN BAKU, BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG, DAN BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PD. TARU MARTANI YOGYAKARTA Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) BAB II LANDASAN TEORITIS A. Uraian Teoritis 1. Informasi Akuntansi Pertanggung Jawaban Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14) Informasi adalah data yang berguna untuk diolah sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan B A B I P E N D A H U L U A N BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada masa ekonomi sekarang banyak bermunculan perusahaan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha yang mengelola berbagai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI PENERAPAN BIAYA STANDAR DALAM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA UD GTT (GUDANGE TAHU TAKWA) KEDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Dengan semakin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada perusahaan, maka ruang lingkup dan tugas yang dipikul oleh manajemen semakin bertambah besar. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas perusahaan. Biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (procurement), produksi (production), penyimpanan produk selesai

BAB I PENDAHULUAN. (procurement), produksi (production), penyimpanan produk selesai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Perusahaan manufaktur mempunyai kegiatan pokok mengolah bahan mentah menjadi bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Kegiatan tersebut biasanya

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV KUSUMA LOGAM BOYOLALI SKRIPSI OLEH: RATNA TRI KUMALA SARI

EVALUASI ATAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV KUSUMA LOGAM BOYOLALI SKRIPSI OLEH: RATNA TRI KUMALA SARI EVALUASI ATAS PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA CV KUSUMA LOGAM BOYOLALI SKRIPSI OLEH: RATNA TRI KUMALA SARI 08620054 JURUSAN AKUTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya. BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban (expense) dan dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Biaya Informasi biaya dapat dijadikan sebagai ukuran oleh manajement untuk mengetahui apakah masukan yang dikorbankan memiliki nilai yang lebih rendah daripada nilai keluarannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, dewasa ini perusahaan harus berhatihati

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, dewasa ini perusahaan harus berhatihati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era globalisasi, dewasa ini perusahaan harus berhatihati dalam mengambil keputusan, terutama keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Serangkaian kebijakan dibidang ekonomi dan moneter yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia telah cukup mendorong para pelaku ekonomi baik swasta, asing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada umumnya tujuan utama perusahaan yang profit oriented adalah menghasilkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan tersebut diharapkan terus meningkat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Anggaran 1. Anggaran Definisi anggaran ada bermacam-macam tetapi mempunyai karakterisrik yang hampir mirip, berikut salah satu definisi anggaran dari berbagai macam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI GENTENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA GENTENG SOKA SGA

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI GENTENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA GENTENG SOKA SGA ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI GENTENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA GENTENG SOKA SGA THE ANAYSIS OF THE CALCULATION OF COST OF GOODS SOLD USING FULL COSTING METHOD IN SOKA SGA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO DI SURAKARTA TAHUN 2014

PENGARUH PENGAWASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO DI SURAKARTA TAHUN 2014 PENGARUH PENGAWASAN KERJA DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO DI SURAKARTA TAHUN 2014 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN VOLUME PENJUALAN (STUDI KASUS PADA BAKSO DAN MIE AYAM MIDUN PALEMBANG)

PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN VOLUME PENJUALAN (STUDI KASUS PADA BAKSO DAN MIE AYAM MIDUN PALEMBANG) PERHITUNGAN BREAK EVEN POINT (BEP) SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN VOLUME PENJUALAN (STUDI KASUS PADA BAKSO DAN MIE AYAM MIDUN PALEMBANG) LAPORAN AKHIR Disusun Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis di zaman sekarang ini kebutuhan konsumen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis di zaman sekarang ini kebutuhan konsumen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia bisnis di zaman sekarang ini kebutuhan konsumen yang semakin kompleks meyebabkan semakin banyaknya persaingan pada perusahaan sejenis, khususnya

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP METODE PERHITUNGAN ANGGARAN PENJUALAN PADA CV CAHAYA MAJU ELEKTRONIK PALEMBANG

ANALISIS TERHADAP METODE PERHITUNGAN ANGGARAN PENJUALAN PADA CV CAHAYA MAJU ELEKTRONIK PALEMBANG ANALISIS TERHADAP METODE PERHITUNGAN ANGGARAN PENJUALAN PADA CV CAHAYA MAJU ELEKTRONIK PALEMBANG Laporan Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Pada Jurusan Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi khususnya dunia usaha saat. ini meningkat sangat cepat yang diimbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi khususnya dunia usaha saat. ini meningkat sangat cepat yang diimbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi khususnya dunia usaha saat ini meningkat sangat cepat yang diimbangi dengan canggihnya teknologi. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban. kelompok sebuah organisasi dengan suatu cara yang menekankan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Slamet Sugiri (2004:194) menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan prestasi yang dikaitkan

Lebih terperinci

Manfaat Harga Pokok Standar untuk:

Manfaat Harga Pokok Standar untuk: STANDARD COSTING Biaya Standar (Standard Cost) adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu,

Lebih terperinci

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya.

BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA. Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan. dengan jumlah biaya yang dikorbankannya. 10 BAB II BIAYA STANDAR DAN PENGUKURAN KINERJA 2.1. Biaya Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap perusahaan tidak akan dapat menghindari berbagai biaya yang harus

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI iii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 56 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai negara yang sedang mengalami krisis, Indonesia sedang giat memperbaiki perekonomian nasional. Salah satu tujuan perbaikan itu adalah mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN. 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Sistem Pengendalian Biaya Produksi Dalam memperoleh laba yang maksimal perusahaan harus dapat melakukan pengendalian terhadap biaya

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIJAKAN APBD PEMKAB SUKOHARJO TERHADAP KETAATAN MATA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN DI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN 2011

PENGARUH KEBIJAKAN APBD PEMKAB SUKOHARJO TERHADAP KETAATAN MATA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN DI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN 2011 i PENGARUH KEBIJAKAN APBD PEMKAB SUKOHARJO TERHADAP KETAATAN MATA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN DI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh: LITA NURHAYATI NIM K7408114 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Mulyadi (2001:2), menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN BIAYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD HASBIAH, M. RISAL, SALJU SANUDDIN ABSTRAK

PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN BIAYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD HASBIAH, M. RISAL, SALJU SANUDDIN ABSTRAK PENERAPAN AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN BIAYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA PADA PT. PANCA USAHA PALOPO PLYWOOD HASBIAH, M. RISAL, SALJU SANUDDIN ABSTRAK Akuntansi Pertanggungjawaban adalah adalah system yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN MESIN-MESIN KANTOR DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMATERA SELATAN

PEMELIHARAAN MESIN-MESIN KANTOR DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMATERA SELATAN PEMELIHARAAN MESIN-MESIN KANTOR DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PEGAWAI DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMATERA SELATAN LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Biaya 1. Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat

Lebih terperinci

Daftar Isi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel...

Daftar Isi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel... iii PENGHARGAAN Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah dan selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.pada kesempatan

Lebih terperinci