PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSANJAHE TERHADAP FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA BPM N PADANG PANJANG TAHUN 2017

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSANJAHE TERHADAP FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA BPM N PADANG PANJANG TAHUN 2017 THE IMPACT OF GIVING BRAISED GINGER WATER TO FREQUENCY OF NAUSEA AND VOMITING IN PREGNANT WOMEN IN REGIONAL WORKING OF N HOME CLINIC, PADANG PANJANG, 2017 Debby Yolanda Dosen STIKes Yarsi Sumatera Barat Bukittinggi Jl. Tan Malaka Belakang Balok Kota Bukittinngi, debbydiko@gmail.com Abstrak: Mual muntah pada kehamilan dapat berlanjut menjadi hiperemisis gravidarum, dimana dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan elektrolit tubuh. Mual muntah dapat dikurangi, salah satunya yaitu dengan air rebusan jahe. Tujuan penelitian ini untuk megetahui pengaruh pemberian air rebusan jahe terhadap mual muntah pada ibu hamil. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis preeksperimen. Rancangan penelitiannya menggunakan one group pre-test and post-test, yang dilakukan di wilayah kerja BPM N Padang Panjang Tahun 2017 dengan sampel sebanyak 34 orang diambil secara probability sampling dengan metode purposive sampling. Perlakuannya yaitu dengan memberikan air rebusan jahe 100 ml sehari selama 7 hari. Pengujian dilakukan dengan Uji-T berpasangan. Sebelum diberi perlakuan, rata-rata frekuensi mual muntah tinggi. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata frekuensi mual muntah menurun. Uji analisis data yang digunakan yaitu Uji T berpasangan dengan hasil nilai ρ=0,000 artinya ada pengaruh pemberian air rebusan jahe terhadap mual muntah pada ibu hamil. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan kelompok kontrol agar bisa membandingkan perbedaan antara responden yang diberi perlakuan dengan yang tidak. Kata kunci : Jahe, Ibu Hamil, Mual Muntah Abstract: Nausea and Vomiting in pregnancy can be continued to a hyperemsis gravidarum. Hyperemisis gravidarum can caused the unbalance of the bodies electrolic fluid. Nausea and vomiting can be decreased, one sample with braised ginger water. The final purpose of this research is to see the impact of giving a braised ginger water to the frequency of nausea and vomiting in pregnant women. The research method that be used is the pre-experimental design, with one group pretest and post-test, which conducted in regional working of N Home Clinic, Padang Panjang, With 34 samples chosen by probability sampling way with a purposive sampling method. The treatment is giving 100 ml of braised ginger water in a day for 7 days. Examintaion done with Paired T-Test.Before giving the treatment, frequency mean of nausea and vomiting mean is literally high. After treatment, frequency mean of nausea and vomiting experiencing of degradation. The analysis test that used in this research is Paired T-Test with result ρ- value is 0,0001, in another word, there is the impact of braised ginger water to a frequency of nausea and vomitting in pregnant women. For the research hereinafter, it s better to use group control so that easy to compare the differencies between the given treatment responders with no-given treatment responders. Keywords : Ginger, nausea, pregnant women, vomitting, 1

2 2 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, 1-10 PENDAHULUAN Dalam proses kehamilan terjadi perubahan sistem dalam tubuh yang membutuhkan suatu adaptasi, baik fisik maupun psikologis. Dalam proses adaptasi tersebut tidak jarang ibu akan mengalami ketidaknyamanan. Salah satu ketidaknyamanan tersebut ialah mual muntah. 1 Mual muntah pada saat kehamilan atau emesis gravidarum adalah gejala mual- biasanya disertai muntah- yang umumnya terjadi pada awal kehamilan. 2 Hal ini terlaporkan sebanyak 50% hingga 80% pada wanita hamil. 3 Mual muntah terjadi pada minggu ke-5 ataupun ke-6. Gejalanya dapat lebih buruk pada minggu ke-9 dan akan berkurang pada minggu ke kehamilan. Walaupun begitu, gejala dapat saja berlanjut hingga Trimester III sekitar 15-20% dan terjadi hingga persalinan sekitar 5%. 4 Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hcg) akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan muntah. 5 selain itu hcg juga berkeja langsung pada chemoreceptor trigger zone pada pusat muntah. 6 Selain itu juga diikuti dengan faktor pencetus seperti psikologis, hipoglikemia, meningkatnya sensitivitas pada bau, peningkatan bilirubin dan meningkatnya hormon esterogen. 2 Sekitar setengah dari seluruh wanita hamil harus meninggalkan pekerjaan mereka karena masalah ini. Kurang dari 2% dari kejadian ini menjurus kepada keadaan yang lebih berat (Hiperemisis Gravidarum), yang dapat berlanjut pada keadaan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, malnutrisi, dan kehilangan 5% dari berat badan. 3 Gejala klinis dari mual muntah ini bervariasi, mulai dari yang ringan hingga tak tertahankan sepanjang hari. 8 Secara garis besar penanganan mual dan muntah dalam kehamilan dapat dikelompokkan menjadi terapi farmakologis dan non-farmakologis. Beberapa terapi farmakologis yaitu dengan vitamin B6, doxylamine, antiemetik seperti prochlorperazine, antihistamin, antikolinergik, metoclopiramide, kortikosteroid dan terapi intravena. Untuk terapi secara non-farmakologis yaitu mengubah pola diet, dukungan emosional, akupuntur, akupresur, konsumsi buah pisang dan penggunaan jahe. 8 Menurut Paimin dalam bukunya Budidaya, Pengolahan, Perdagangan

3 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu 3 Jahe (1999) Jahe merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. 8 Selain untuk mengurangi mual dan muntah jahe juga memiliki manfaat lain yaitu untuk mengatasi migren, motion sickness, mual post-kemoterapi, osteo arthritis, rheumattoid arthritis, gangguan traktus urinarius post-stroke, menurunkan berat badan, mempersingkat masa persalinan, antiinflamasi, dan sebagai anti pembekuan darah. 8 Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol, zingerone, zingiberol dan paradol 8. Mekanisme antiemetik pada jahe masih belum diketahui, namun beberapa bukti menunjukkan bahwa jahe menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek antiemetik secara langsung pada sistem gastrointestinal dan pada sistem saraf pusat. Pengaruh jahe akan dapat langsung dirasakan setelah dikonsumsi. 9 Jahe juga memiliki berbagai macam efek samping bagi tubuh. Pada gastrointestinal dapat berupa; rasa tidak enak pada mulut, mulas, bersendawa, kembung dan mual. Namun penggunaan jahe 1 gram per hari, tidak menimbulkan efek samping seperti yang disampaikan diatas. 8 Salah satu olahan terfavorit ialah dijadikan minuman. Biasanya jahe di rebus dan dicampurkan dengan teh ataupun di buat air rebusan jahe dan madu. Air rebusan jahe dan madu adalah minuman khas Indonesia, cara pengolahannya pun tidak terlalu sulit, biasanya air rebusan jahe dan madu dibuat dengan cara jahe direbus bersamaan dengan gula merah, serai dan daun pandan. 1 Penggunaan jahe untuk mengatasi mual juga telah dilakukan tinjauan teoritis sebelumnya oleh E. Ernst dan M.H. Pittler (2000) dan hasilnya adalah dari 6 penelitian yang telah ada didapatkan rata-rata score ialah 3 sampai 5, yang artinya jahe memang terbukti merupakan salah satu antiemetik yang menjanjikan. 11 Penelitian lain oleh Zahratul Aini (2010) dari 10 orang responden didapa tkan penurunan mual dan muntah sebesar 100% dan hasil uji paired T-test yaitu ρ<0, Pendapat ini juga didukung dengan adanya penelitian lain oleh Maggie Thomson (2014) dari 256 responden yang diberikan jahe dan 252 responden yang diberikan placebo, terdapat hasil dari uji meta-analisis pada kelompok

4 4 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, 1-10 yang diberikan jahe yang mengalami penurunan mual muntah 180 dan placebo Penelitian ini dilakukan berdasarkan berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk mengatasi gejala mual dan muntah pada ibu hamil dengan memanfaatkan jahe sebagai pereda gejala tersebut dengan mengolah jahe ke dalam bentuk minuman yang mudah di olah serta dapat dikonsumsi secara aman oleh ibu hamil. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam bentuk Pre-eksperimental pada ibu-ibu hamil dengan usia kehamilan di bawah 18 minggu dengan jenis penelitian one group pre test-post test dengan cara sebelum dilakukan treatment atau perlakuan, variabel diobservasi/ diukur terlebih dahulu (pre -test), setelah itu dilakukan treatment atau perlakuan dan setelah treatment dilakukan, observasi/ ukur kembali (post-test). Responden diberikan air rebusan jahe dibuat dari irisan jahe seberat 1 gram untuk direbus pada 150 cc air dan ditambahkan dengan satu sendok makan madu sebagai pemanisnya. Minuman ini dikonsumsi sebanyak 3 kali dalam sehari selama 7 hari dan diobservasi dengan menggunakan lembar observasi. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja BPM N pada 27 Mei- 03 Juli Populasi dari penelitian ini ialah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke BPM N Padang Panjang dengan besar sampel minimal penelitian ini adalaah 34. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu Non-probability sampling dengan metode purposive sampling, sampel dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Untuk mengetahui apakah adanya perbedaan antara frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah diberikan air rebusan jahe dan madu, dilakukan uji statistik. Analisa yang digunakan adalah uji t berpasangan dengan syarat data berdistribusi normal. Sedangkan apabila data tidak berdistribusi normal maka yang digunakan adalah uji wilcoxon. 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian yang dilakukan di BPM N Padang Panjang tentang Pengaruh pemberian air rebusan jahe terhadap frekuensi mual muntah pada

5 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu 5 ibu hamil, maka di dapatkan hasil sebagai berikut : 1 Analisa Univariat Tabel 1 : Rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah diberikan air rebusan jahe Variabel N Mean Min- SD Max Sebelum 34 5, ,167 Pemberian Air Rebusan Jahe Sesudah Pemberian Air Rebusan Jahe 34 3, ,127 Dari tabel 1 diketahui bahwa dari 34 responden didapatkan rata-rata frekuensi mual muntah pada ibu hamil sebelum diberikan air rebusan jahe adalah 5,97 kali/hari dengan nilai minimal 3 kali/hari dan maksimal 8 kali/hari. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Zahratul Aini (2010), rata-rata responden mengalami mual muntah 7,5 kali sehari. 12 Hal yang tak jauh berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Ummi Hasanah Alyamaniyah dan Mahmudah, yaitu dari 17 responden sebelum diberikan wedang jahe rata-rata frekuensi mual muntahnya ialah 3,71 kali/hari. 15 Emesis gravidarum atau nama lainnya nausea gravidarum (NVP), atau lebih dikenal dengan istilah morning sickness adalah gejala mual - biasanya disertai muntah - yang umumnya terjadi pada awal kehamilan, biasanya pada trisemester pertama 2. Mual muntah saat kehamilan adalah kondisi yang paling banyak terjadi. Meski mual muntah saat kehamilan seringkali di sebut sebagai morningsickness, namun hal ini bisa saja terjadi sepanjang hari. Mual dan muntah saat kehamilan ini biasanya tidak membahayaan perkembangan daripada janin, tetapi dapat berdampak serius pada kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan, atau pun yang lainnya. 4 Peningkatan hormon HCG pada ibu hamil menjadi penyebab utama dari timbulnya rasa mual pada ibu hamil tersebut. Selain itu juga diikuti dengan faktor pencetus seperti psikologis, hipoglikemia, meningkatnya sensitivitas pada bau, peningkatan bilirubin dan meningkatnya hormon. 2 Kurang dari 2% kasus yang ada, masalah ini mengarah ke gejala yang lebih berat yaitu Hiperemesis gravidarum, yang akan menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, malnutrisi, dan kehilangan 5% dari berat badan. Keadaan ini dapat berakibat fatal terhadap janin. 3 Mual muntah dalam penelitian ini paling tinggi frekuensinya adalah pada

6 6 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, 1-10 responden dengan usia 20 dan 21 tahun yaitu sebanyak 3 orang (8 kali/hari). Sedangkan yang paling rendah frekuensinya adalah pada responden dengan usia 34 tahun yaitu 1 orang (3 kali/hari). Dilihat dari keadaan tersebut, sesuai dengan teori dari Literature Review dr. Gadsby yaitu ada hubungan yang cukup signifikan antara umur ibu dengan kejadian mual pada ibu hamil. Dimana ibu yang berumur <26 tahun mengalami mual-muntah yang lebih tinggi frekuensinya dan lebih tinggi resikonya terhadap hiperemisis gravidarum. Menurut peneliti selain penyebab utama daripada mual muntah dalam kehamilan yaitu ketidakseimbangan hormon, ada faktor lain yang lain yang bisa menjadi faktor pencetus, salah satunya umur ibu saat hamil. Setelah diberikan air rebusan jahe diperoleh rata-rata frekuensi mual muntah pada ibu hamil adalah 3,06 kali/hari dengan nilai minimal 0 kali/hari dan maksimal 5 kali/hari. Hal ini juga serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini,Z (2010) 12, rata-rata frekuensi mual muntah pada ibu hamil setelah diberikan air rebusan jahe mengalami penurunan, dimana sebelumnya 7,5 kali turun menjadi 4,6 kali sehari. Penelitian lain yang menunjukkan hal yang sama ialah dari penelitian Ummi Hasanah Alyamaniyah dan Mahmudah, dimana rata-rata frekuensi mual muntah dari 17 responden yang sebelum diberikan wedang jahe yaitu 3,71 kali/hari sedangkan setelah intervensi mengalami penurunan menjadi 2,24 kali/hari. Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale. Tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman rempahrempah yang telah lama tumbuh di Indonesia. 17 Berdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Ekstrak jahe dapat mempercepat pengosongan lambung dan menstimulasi kontraksi antral lambung. Jahe, dalam beberapa penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum. Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar cairan pencernaan. 7 Friedli (2002) menjelaskan kandungan jahe meliputi minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol,

7 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu 7 zingeron), fenol, enzim proteolitik,vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik 7. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa dosis yang memberikan efek untuk mengurangi mual dan muntah pada kehamlan trimester pertama adalah sebanyak 250 mg jahe diminum 4 kali sehari, dapat diminum dalam bentuk sirup maupun kapsul. Banyak penelitian membuktikan bahwa bubuk jahe sebanyak 1 gram perhari dapat menghilangkan mual yang disebabkan oleh berbagai faktor, akan tetapi tidak boleh melebihi 4 gram per hari. 7 Dikatakan jahe bekerja menghambat reseptor serotonin dan menimbulkan efek anti emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Pada percobaan binatang, gingerol meningkatkan transporgastrointestinal. Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat. Efek jahe pada susunan saraf pusat ditunjukkan pada percobaan binatang dengan gingerol, terdapat pengurangan frekuensi muntah. Selain itu, studi lain menemukan bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden yang sehat. 8 Menurut peneliti, Jahe merupakan pilihan yang sangat efektif untuk mengurangi mual muntah pada kehamilan, karena jahe bekerja cepat dan secara langsung mempengaruhi sistem saraf pusat. Selain keefektivan, jahe juga memiliki efek samping yang minimal, dan selama ini tidak ada laporan mengenai efek samping pada dosis pengkonsumsian 1 gr perhari. Efektivitas jahe juga dipengaruhi oleh cara pengolahan jahe tersebut. 2 Analisa Bivariat Tabel 2 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe terhadap Frekuensi Mual Muntah Pada Ibu Hamil di BPM N Tahun 2017 Variabel N Mean Min- Max Sebelum 34 5, Pemberian Air Rebusan Jahe Sesudah 34 3, Pemberian Air Rebusan Jahe Ρ- Value 0,000 Berdasarkan tabel 2 setelah dilakukan uji T berpasangan dengan sistemkomputerisasi terhadappengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe terhadap Frekuensi Mual Muntah Pada Ibu Hamil di BPM N Tahun 2017 didapatkan hasil P value dari

8 8 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, 1-10 hasil tersebut diketahui bahwa nilai P < 0.05 yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe terhadap Frekuensi Mual Muntah Pada Ibu Hamil. Penurunan yang tidak signifikan setelah diberikannya air rebusan jahe bisa terjadi karena cara pembuatan air rebusan jahe yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut dr. Abrijanto, jahe yang direbus dengan air yang terlalu lama akan mengakibatkan hilangnya senyawa aktif yang dikandungnya. Pada hal senyawa aktif tersebutlah yang memberikan efek antiemetik yang diharapkan. Menurut peneliti, perbedaan ratarata frekuensi mual muntah yang dialami ibu hamil tergantung pada cara ibu mengendalikan rasa mualnya dan cara pembuatan air rebusan jahe tersebut. Peneliti berharap agar semua ibu hamil dapat mengendalikan diri pada saat masa kehamilannya agar kehamilannya sehat serta pembuatan air rebusan jahe harus benar-benar sesuai dengan ketentuan yang ada. muntah pada ibu hamil di wilayah kerja BPM N Padang Panjang tahun 2017 dengan jumlah responden 34 orang dapat disimpulkan bahwa: Ratarata frekuensi mual muntah sebelum pemberian air rebusan jahe pada ibu hamil sebanyak 5,97 kali/hari. Sedangkan rata-rata frekuensi mual muntah sesudah pemberian air rebusan jahe pada ibu hamil sebanyak 3,06 kali/hari dan da pengaruh pemberian air rebusan jahe dan madu terhadap frekuensi mual muntah pada ibu hamil dengan P-Value 0,000. SARAN Agar praktisi kesehatan dapat memberikan pengetahuan pada ibu hamil tentang manfaat pemberian air rebusan jahe terhadap pengurangan mual muntah pada ibu hamil dikarenakan kebanyakan terapi farmakologis memiliki efek samping sedangkan untuk non-farmakologis lebih bersifat alami dan tidak efek samping pada janin maupun ibu serta dan lebih murah KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemberian air rebusan jahe dan madu terhadap frekuensi mual DAFTAR PUSTAKA 1. Ari, S. (2009). Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Yogyakarta.

9 Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Frekuensi Mual Muntah pada Ibu 9 2 Wikipedia. (2016, October). Dipetik February 28, 2017, dari 3 Saberi, F., & dkk. (2014). Effect of Ginger on Relieving Nausea and Vomiting in Pregnancy: A Randomsized, Placebo-Controlled Trial. Nurse and Midwifery, 1. 4 Women and Newborn Health Service. (2015, July). Dipetik February 20, 2017, dari King Edward Memorial Hospital: hhtp:// u 5 Gunawan, K., & et.al. (2011). Diagnosis dan Tata Laksana Hiperemisis Gravidarum. Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan(P2KB), USU. (2011). Universitas Sumatera Utara. Dipetik March 04, 2017, dari repository.usu.ac.id 7 Rahingtyas, D. K. (2008). Pemanfaatan Jahe Sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah. Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Wiraharja, R. S., & dkk. (2011). Kegunaan Jahe Untuk Mengatasi Gejala Mual dalam Kehamilan Bode, A. M., & Dong, Z. (2011). Herbal Medicine: Biomolecular and Clinical Aspects. 2nd edition. USA: Taylor and Francis Group, LLC. 10 halomuda. (2015, May 15). Wedang Jahe. Dipetik March 01, 2017, dari Halomuda: 11 Ernest, E., & Pittler, M. H. (2000). Efficacy og Ginger for Nausea and Vomiting : a Systematic Review of Randomized Clinical Trials. British Journal of Anaesthesia Vol.84 No.3, Aini, Z. (2010). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Jahe Terhadap Mual Muntah Pada Ibu Yang Mengalami Emesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta. 13 Maggie Thomson, M., Renee Corbin, M., & Lawrence Leung, M. (2014). Effects of Ginger for Nausea and Vomiting in Early Pregnancy : A Meta-Analysis. JARFM Vol.27 No.1, Dahlan, S. (2016). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jatinangor: Epidemiologi Indonesia.

10 10 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 10 No. 1, April 2017, Alyamaniyah, U. H., & Mahmudah. (2014). Efektivitas Pemberian Wedang Jahe (Zingiber Officinale Var Rubrum) Terhadap Penurunan Emesis Gravidarum Pada Trimester Pertama. Jurnal Biometika dan Kependudukan, Vol.3 No 1, Gadsby, D. R. (2013). Clinical Information about Nausea and Vomiting of Pregnancy Its Relation to Various Aspects Of Woman Personal and Obstetric Histories and Other Significant Factors Related to Nausea and Vomiting of Pregnancy or Hyperemesis Gravidarum. Nausea and Vomiting of Pregnancy, Setyaningrum, H. D., & Saparitno, C. (2013). Jahe. Jakarta: Penebar Swadaya.