BANTUL SKRIPSI. Oleh OGI PENDIDIKAN OKTOBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANTUL SKRIPSI. Oleh OGI PENDIDIKAN OKTOBER"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA INGGRIS KELAS 5 SD SONO PARANGTRITIS KRETEK BANTUL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Imam Susilo Adhi NIM PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULU UM DAN TEKNOLO OGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA OKTOBER 2016 i

2 ii

3

4 iv

5 MOTTO Perubahan adalah hasil akhir dari sebuah pembelajaran yang sebenarbenarnya. (Leo Buscaglia) Anak-anak adalah sumber alam kita yang paling berharga. (Herbert Hoover) v

6 PERSEMBAHAN Sebuah karya dengan ijin Allah SWT dapat kuselesaikan dan sebagai ucapan rasa syukur serta terimakasih karya ini dengan sepenuh hati dan keikhlasan kupersembahkan kepada: 1. Orang tua tercinta, yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, bimbingan, serta semangat. 2. Almamater Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa. vi

7 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA INGGRIS KELAS 5 SD SONO PARANGTRITIS KRETEK BANTUL Oleh Imam Susilo Adhi NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran mastery learning terhadap keterampilan menulis kalimat sederhana bahasa inggris kelas 5 SD Sono. Jenis penelitian ini adalah penelitian experiment pre experimental one group pre test post test. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas 5 SD Sono yang berjumlah 24 siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah model pembelajaran mastery learning yang meliputi orientasi, penyajian, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan mandiri. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, test, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran mastery learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa secara signifikan, hal ini ditunjukkan oleh treatment dan tanggapan guru setelah serangkaian treatment selesai. Adapun hasil nilai keterampilan menulis sederhana di pre test adalah 68,3 sedangkan hasil pada post test adalah 76,6. Hal ini membuktikan bahwa treatment yang diberikan kepada siswa berpengaruh terhadap keterampilan menulis sederhana pada siswa Hasil keterampilan menulis sederhana setelah diberikan treatment lebih tinggi daripada hasil keterampilan menulis sebelum diberikan treatment. Kata kunci: model pembelajaran, mastery learning. vii

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan taufik, rahmat dan karunia-nya sehingga Skripsi dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi tersebut dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan, pembuatan, dan penyelesaian Skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dorongan segenap pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan semangat. 3. Ketua Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan yang telah membantu dalam melancarkan penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Deni Hardianto, M.Pd., yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ali Mustadi, M.Pd., yang telah bersedia menyetujui instrumen dalam skripsi ini. 6. Bapak/Ibu dosen dan pegawai Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mencurahkan waktu dan membekali ilmu kepada peneliti selama di bangku perkuliahan. 7. Bapak Sumardiyana, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Sono dan Septi Indra Dewi S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Inggris yang telah memberikan ijin penelitian. 8. Ibu Tukirah dan Elmi Kurniawati yang telah memberikan do a, semangat dan kasih sayang yang tak terhingga demi tercapainya tujuan dan cita-cita. viii

9 ix

10 DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii SURAT PERNYATAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN...iv MOTTO...v HALAMAN PERSEMBAHAN...vi ABSTRAK...vii KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Identifikasi Masalah...4 C. Pembatasan Masalah...5 D. Perumusan Masalah...5 E. Tujuan Penelitian...5 F. Manfaat Penelitian...5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Inggris Sekolah Dasar Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Pembelajaran Writting Kelas 5 Sekolah Dasar...10 B. Tinjauan Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) Pengertian dan kriteria belajar tuntas Variabel strategi belajar tuntas Ciri-ciri belajar mengajar dengan prinsip belajar tuntas Pembelajaran bahasa inggris dengan belajar tuntas...16 C. Kelebihan Dan Kekurangan Belajar Tuntas Kelebihan Kekurangan...20 x

11 D. Sintaks Pembelajaran Metode Mastery Learning...22 E. Pengertian Hasil Belajar...23 F. Karakteristik Anak SD...25 G. Hasil Yang Relevan...30 H. Kerangka Berfikir...32 I. Hipotesis Tindakan...34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...35 B. Tempat Penelitian...36 C. Subjek Penelitian...36 D. Rencana Tindakan...36 E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan...37 F. Teknik Analisis Data...40 G. Kriteria Keberhasilan Penelitian...41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBEHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi lokasi dan subyek penelitian Hasil Observasi Kegiatan Pemberian Treatment...44 B. Pembahasan...58 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...61 B. Saran...62 DAFTAR PUSTAKA...64 LAMPIRAN...66 xi

12 DAFTAR TABEL hal Tabel 1. Desain penelitian...37 Tabel 2. Kisi kisi intrumen test...40 Tabel 3. Masalah Pembelajaran...46 Tabel 4. Hasil Pre test...49 Tabel 5. Hasil Post test...53 xii

13 DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Pikir...34 Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian...40 Gambar 3. Diagram Pre Test...51 Gambar 4. Diagram Post Test...54 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN hal Lampiran 1.1. Instrumen penelitian pre test...67 Lampiran 1.2. Instrumen penelitian post test...68 Lampiran 2. RPP...69 Lampiran 3.1. Hasil pre test...88 Lampiran 3.2. Hasil post test...89 Lampiran 4. Foto kegiatan...90 Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian...93 Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran8. Surat Permohonan Ijin Penelitian...94 Surat Validasi Instrumen...95 Surat Keterangan Penelitian...96 xiv

15 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah tentang rendahnya mutu pendidikan. Hal ini tercermin dari rendahnya rata-rata hasil belajar siswa baik itu hasil belajar pada nilai semester maupun ujian nasional. Hal ini dapat dibuktikan oleh hasil ujian pada mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat sekolah dasar yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Masalah lain dalam pendidikan di Indonesia yang yaitu tentang pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Belajar dan mendidik merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada bentuk perubahan yang dialami seseorang dalam perilaku akibat adanya interaksi antara respon dan stimulus, sedangkan mendidik menunjukkan penyampaian suatu ilmu untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang baik. Jadi belajar dan mendidik dalam hal ini adalah proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat dan motivasi belajar siswa. 1

16 Rendahnya hasil belajar bahasa Inggris pada siswa di tingkat SD baik itu pada nilai semester maupun ujian nasional dikarenakan guru dalam membelajarkan materi bahasa inggris terlalu cepat dan kurang menarik. Di samping itu penggunaan metode pengajaran yang salah dapat mengakibatkan tingkat pemahaman siswa dan penguasaan materi masih kurang, serta nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi pada tanggal 27 November 2015 dengan Ibu Septi selaku guru Bahasa Inggris SD N Sono, yaitu nilai Bahasa Inggris kelas 5 SD N Sono masih di bawah KKM yaitu nilainya berkisar antara dengan skor maksimal 100, sedangkan KKM mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 75. Untuk mempengaruhi hasil belajar pada siswa khususnya keterampilan menulis kalimat sederhana pada mata pelajaran Bahasa Inggris, diperlukan proses pengemasan belajar yang tepat, salah satunya adalah dengan menerapkan mastery learning dalam pembelajaran. Mastery learning adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa diberikan waktu yang cukup dan juga kesempatan belajar yang memadai. Sehingga dengan demikian semua siswa akan dapat belajar sesuai dengan cara dan kecepatan masing-masing. Dalam hal ini, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran, yaitu dengan memberikan umpan balik dan tes berdasarkan acuan kriteria. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan faktor penyebab siswa belum tuntas dalam hasil belajar Bahasa Inggris adalah waktu belajar siswa kelas V yang masih kurang, karena pembelajaran di lakukan dalam 2x35 menit dalam satu minggu sekali. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada siswa, 2

17 siswa kekurangan waktu belajar karena masih belum bisa membagi waktu bermain dan waktu belajar, dalam hal ini siswa kelas V SD Negeri Sono masih sering menggunakan waktu bermainnya daripada untuk belajar. Tentu saja itu berdampak pada hasil belajar Bahasa Inggris yang belum tuntas, yakni dibawah KKM yaitu 75. Faktor yang kedua adalah siswa kurang percaya diri dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris, hal ini dikarenakan siswa yang belum terbiasa menggunakan bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari. Faktor yang ketiga adalah minat belajar siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris masih rendah. Hal ini terbukti ketika siswa cenderung mencari kesibukan lain ditengah kegiatan belajar mengajar berlangsung, faktor yang terakhir adalah sarana belajar Bahasa Inggris siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa inggris masih sangat minim. Untuk menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa inggris guru hanya menggunakan media buku dan sesekali menggunkan media bernyanyi untuk membentuk motivasi belajar siswa. Adapun kelemahan belajar bahasa inggris di kelas V SD N 2 SONO adalah (1) siswa tidak mampu menguasai hubungan antar konsep, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Masalah-masalah di atas merupakan masalah-masalah pendekatan pembelajaran, belum lagi masalah-masalah dari siswa itu sendiri. Terutama pada pelajaran bahasa inggris, mengingat pelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang terkenal sulit, selain itu juga dikhawatirkan aktivitas belajar bahasa 3

18 inggris terganggu, jika suasana pembelajaran bahasa inggris tidak menyenangkan. Ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru Bahasa Inggris. Rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris karena adanya berbagai cap negatif telah melekat di benak siswa berkenaan dengan pelajaran bahasa inggris, yang bisa jadi itu semua dimunculkan dari guru baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari atau tidak disadari. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah melalui pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Dari permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk menerapkan mastery learning pada proses pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas V Sekolah Dasar. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi masalahmasalah yang terjadi sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan guru kurang kreatif, yaitu masih menggunakan metode ceramah. 2. Keterampilan menulis siswa kelas 5 SD Negeri Sono masih rendah di bawah standar kriteria ketuntasan minimal belajar yaitu Media yang digunakan guru dalam mengajar kurang memotivatif. 4. Pendekatan belajar dengan model mastery learning atau belajar tuntas belum digunakan oleh guru. 4

19 5. Waktu pelajaran bahasa inggris terbatas. C. Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan. Peneliti memberikan batasan masalah pada pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul? E. Tujuan Penelitian Masalah yang timbul dalam pembelajaran diperlukan usaha-usaha agar terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul F. Manfaat Penelitian Sebagai penelitian experiment pre experimental one group pre test post test, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoritis 5

20 Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa kajian konseptual untuk memperbaiki hasil belajar Bahasa Inggris. 2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, ada tiga manfaat yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut: a. Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa. b. Bagi guru, dengan penerapan mastery learning dapat membuat pembelajaran menjadi asyik serta dapat meningkatkan motivasi beajar siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi terhadap penelitian selanjutnya. 6

21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Inggris SD 1. Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Pembelajaran bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi dan sebagai bahasa Internasional pertama yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan SD identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris. Sehingga hal itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang disebut kesan pertama sangat mengesankan yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-kiat khusus berupa penerapan metode metode pembelajaran yang inovatif. Awalnya pembelajaran Bahasa Inggris di negara asalnya sendiri yaitu Inggris dan beberapa negara pengguna Bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya seperti Australia, New Zaeland, Kanada dan Amerika Serikat mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah. Sejak sekitar tahun 1980-an mulai menerapkan pendekatan whole language pada pembelajaran bahasa (Routman, 1991). Whole language adalah pendekatan pengajaran bahasa secara utuh tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991). Pendekatan whole language didasari oleh paham kontruktifisme yang menyatakan bahwa anak dapat mengkonstruksikan sendiri strutur kognitifnya 7

22 berdasarkan pengalaman yang didapatkannya melalui peran aktif dalam belajar secara utuh (whole) dan (integrated) terpadu. (Robert, 1996). Komponen whole language adalah (1) Reading alloud, yaitu kegiatan membaca yang dilakukan guru kepada siswanya. (2) Jurnal writing yaitu suatu kegiatan menulis jurnal yang memberikan siswa mencurahkan perasaannya tentang kegiatan belajar dan hal ikwal yang ada hubungannya dengan pembelajaran serta sekolah dalam bentuk tulisan. (3) Sustained silent reading, yaitu kegiatan membaca dalam hati. (4) Guided reading, yaitu kegiatan membaca terbimbing, (5) Guded Writing, yaitu kegiatan pembelajaran menulis terbimbing, (6) Independen reading, yaitu kegiatan membaca bebas sesuai bacaan yang siswa gemari. (7) Independent writing yaitu kegiatan menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa obyek atau hal yang ia tulis. Kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiskan whole language adalah merupakan kelas yang kaya akan barang cetak, seperti buku, majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu kelas whole language dilengkapi dengan sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara mandiri. Strategi penilaian yang guru dapat lakukan dalam hal ini adalah melalui penilaian proses dan fortofolio. Menurut David Nunan (1989) dalam Solchan T.W., dkk (2001:66) pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa 8

23 dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karna itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata, seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang sifatnya riil. Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat memfasilitasi proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, menganalisa kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Siswa berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentukbentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. Menurut pendekatan komunikatif metode yang tepat diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri dengan uraian teknik seperti yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. 9

24 (2001) berikut ini, (1) teknik pelajaran menyimak, (2) teknik pembelajaran berbicara, (3) teknik pembelajaran membaca, (4) teknik pembelajaran menulis. Teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes diskrit yaitu tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan, tes integratif yaitu tes yang memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang bersifat tercampur. Yang terakhir adalah tes pragmatik, yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam konteks situasional tertentu sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte, berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang. Pendekatan yang lain yang sering dianjurkan untuk diterapkan adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana pendekatan ketrampilan proses diidentifikasi sebagai pendekatan yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Kalau dibandingkan dengan pendekatan whole language dan pendekatan komunikatif maka pendekatan ketrampilan proses adalah dijiwai oleh dua pendekatan tersebut. 2. Pembelajaran writting kelas 5 Sekolah Dasar Secara umum, materi bahasa Inggris di Sekolah Dasar mungkin sangat mudah, namun dalam penyampaiannya, materi di sekolah dasar justru paling sulit diimplementasikan. Pada pembelajaran writting di kelas 5, pembelajaran lebih ditekankan pada guded writing, yaitu kegiatan pembelajaran menulis terbimbing. Selain itu pada pembelajarn writting kelas 5 ini juga menggali tentang kegiatan 10

25 menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa obyek atau hal yang siswa tuliskan, Pembelajaran writting di kelas 5 Sekolah Dasar hendaknya dilaksanakan dengan pendekatan yang komunikatif, sehingga ada suatu interaksi antara guru dengan siswa. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih efektif dan siswa akan lebih mengetahui makna dalam kaitannya dengan proses pemakaian, tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa. B. Tinjauan Mastery Learning (Belajar Tuntas) 1. Pengertian dan Kriteria Belajar Tuntas Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut. 11

26 Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah bagaimana usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya. Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam usaha itu harus turut diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar. Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini tentunya mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak dapat dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan sebagai modal bagi usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan penuh seperti dilakukan pada apa yang disebut non-grade school, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju terus menurut kecepatan masing-masing. Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam 12

27 suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa. 2. Variabel Strategi Belajar Tuntas Pembelajaran dengan metode belajar tuntas (mastery learning) dalam pelaksanaannya membutuhkan variabel sebagai acuan daripada penerapannya di institusi pendidikan. Variabel belajar tuntas dalam penerapannya merupakan sebagai strategi untuk menentukan keberhasilan pembelajaran. Kajian teori mengenai variabel strategi belajar tuntas menurut John Carrol (dalam Suryobroto, 2002:102) merumuskan bahwa belajar tuntas ditentukan oleh lima variabel yaitu; pertama adalah bakat (Attitude), bakat adalah sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pelajaran. Siswa dalam hal ini dituntut untuk aktif dan guru harus menyadari bahwa guru terresebut adalah sebagai fasililitator yang mendidik serta mengajarkan tentang sebuah materi. Siswa membutuhkan waktu tersebut untuk mengetahui bakatnya agar kemampuan daripada siswa tersebut dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Kedua adalah ketekunan (Perseverance). Ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar. Siswa memiliki waktu belajar yang cukup untuk mencapai tujuan dan sampai kepada pemahaman daripada suatu materi. Siswa harus menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran harus dibutuhkan agar penguasaan materi dapat tercapai. 13

28 Ketiga adalah kualitas pengajaran (Quality of Instruction). Kualitas pengajaran ditentukan oleh unsur-unsur tugas belajar. Yang perlu diperhatikan adalah mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas siswa secara individual sehingga dapat menghasilkan tingkat penguasaan bahan yang hampir sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya. Keempat adalah kemampuan untuk menerima pelajaran (Ability to Understand Intsuction). Kesanggupan atau kemampuan untuk memiliki dan memahami pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengerti bahan lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahan lisan erat dengan hasil guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahan tulisan (kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku. Untuk itu guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa sehingga hasil yang ia capai berada pada jangkauan kemampuan pengertian siswa. Terakhir atau yang kelima yaitu kesempatan yang tersedia untuk Belajar (Time Allowed for Learning). Alokasi waktu tiap bidang situasi telah ditentukan dalam kurikulum yang tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya. 3. Ciri-ciri Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tuntas Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode belajar tuntas tentunya memiliki ciri-ciri. Menurut Suryobroto (2002:124) ciri-ciri belajar tuntas 14

29 merupakan suatu prinsip yang harus diketahui oleh setiap pendidik. Adapun ciriciri daripada prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut. Pertama, pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar mengajar adalah agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Kedua, memperhatikan perbedaan individu. Perbedaan dimaksud adalah perbedaan siswa dalam diri serta laju belajarnya. Guru harus mengetahui bahwa kemampuan setiap siswanya berbeda. Tingkat pemahaman serta laju belajar antar materi antara siswa satu dengan siswa lainnya tidak ada yang sama. Ketiga aalah evaluasi. Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteriaevaluasi dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) ini diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi mengenal dua macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Keempat menggunakan program perbaikan (remidial) dan program pengayaan. Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. Kelima yaitu dengan menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Keaktifan siswa dalam belajar sangat diperlukan pada pembelajaran tuntas. Cara belajar demikian mendorong siswa untuk dapat mengembangkan ketrampilan kognitif. 15

30 Keenam yaitu ketrampilan kreativitas dan logika berpikir. Prinsip belajar tuntas menggunakan metode yang mengharuskan siswanya untuk aktif. Keaktifan tersebut untuk mendorong kemampuan berfikir siswa menjadi lebih kreatif dan mandiri serta mampu menganalisis masalah belajarnya sendiri. Ketujuh yaitu menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin. 4. Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Belajar Tuntas Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (yakni dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode yang digunakan, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan penjabaran daru pendekatan dan implementasi oleh teknik pembelajaran. Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peran utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya hasil belajar siswa. Pembelajaran tuntas (mastery learning) dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana Carrol mengembangkan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka 16

31 besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut oleh Block (dalam Suryobroto, 2002 : 100) dapat dinyatakan sebagai berikut : Degree of learning = f Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) adalah fungsi (f) dari waktu yang digunakan secara sungguhsungguh untuk belajar (Time Actually Spent) dan waktu yang benar-benar dibutuhkan untuk mempelajari bahan suatu pelajaran (Time Needed). Dalam pembelajran konvensional, di mana bakat (aptitude) siswa tersebar secara normal dan kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Secara skematis konsep tentang hasil belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pembelajaran Konvensional Sebaliknya apabila siswa-siswa sehubungan dengan bakanya tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap siswa, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan 17

32 keberhasilan akan menjadi semakin kecil. Secara skematis konsep hasil belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas. b. Pembelajaran Tuntas Konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata hasil siswa dalam belajar matematika dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, maka dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah : a. Kompetensi harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkhis. b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback. c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan di mana diperlukan. d. Pemberian program-program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan lebih awal. C. Kelebihan dan kekurangan mastery learning Metode belajar tuntas (mastery learning) tentunya memliki kelebihan dan kekurangan. Kajian teori mengenai kelebihan dan kekurangan tersebut menurut Suryobroto (2010:88) adalah sebagai berikut; Kelebihan pendekatan pembelajaran tuntas: 18

33 1. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual. Perbedaan pada diri siswa sangat diperhatikan dalam pembelajaran tuntas. Metode belajar tuntas sangat menghargai adanya perbedaan individu yang mengakibatkan keberagaman kemampuan namun masih dapat dikendalikan dengan adanya guru sebagai fasilitator dan sumber belajar. 2. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan proses menemukan dan bekerja sendiri. Kemandirian siswa dalam belajar tuntas menjadi yang utama. 3. Guru dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa lainnya. Kegiatan diskusi kelompok pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode belajar tuntas secara tidak langsung memberi dampak sikap afektif pada siswa. 4. Berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Siswa dapat menguasai materi belajar secara menyeluruh dan utuh. 5. Pendekatan belajar tuntas ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan atau masih di bawah target hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan gurunya. 19

34 6. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas dan oleh diri sendiri, dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan spesifik. 7. Didasarkan pada suatu perencanaan yang sistemik yang memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan kurikulum yang berlaku. 8. Menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa. 9. Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan pembelajaran konvensional yang pada umumnya berdasarkan pendekatan klasikal. Beberapa kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain: 1. Guru sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan mengajar karena harus dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang di samping penyusunan perencanaan mengajar yang lengkap dan menyeluruh. 2. Pendekatan pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya harus melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan guru yang memadai. 20

35 3. Guru-guru yang sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan caracara yang lama (konvensional) biasanya akan mengalami hambatan untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran tuntas ini. 4. Pendekatan ini mempersyaratkan tersedianya berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup banyak, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya masih langka dalam segi sumbersumber teknis seperti yang diharapkan. 5. Diberlakukannya sistem ujian seperti UAN/UN yang menuntut penyelenggaraan program pembelajaran pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur penghambat pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan. 6. Untuk melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru agar belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. Dengan mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas seperti telah diuraikan di atas, kita dapat lebih menyempurnakan pelaksanaannya sehingga kita dapat memetik manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. 21

36 D. Sintaks pembelajaran metode mastery learning Kajian teori mengenai sintaks atau tahapan pembelajaran dengan metrode belajar tuntas (mastery learning) menurut Suryobroto (2010:136) adalah sebagai berikut: a.) Orientasi Pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran. Guru akan menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran. b.) Penyajian Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru, maka penting untuk mengajak siswa mendiskusikan karakteristik konsep, definisi serta konsep. Jika yang diajarkan berupa keterampilan baru, maka penting untuk mengajar siswa mengidentifikasi langkah-langkah kerja keterampilan dan berikan contoh untuk setiap langkah-langkah keterampilan yang diajarkan. c.) Latihan Terstruktur Pada tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas. Dalam tahap ini, siswa perlu diberi beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas jawaban siswa. d.) Latihan Terbimbing Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya. Melalui kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk 22

37 menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Jadi peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan. e.) Latihan Mandiri Tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing. Tujuan latihan terbimbing adalah memperkokoh bahan ajar yang baru dipelajari, memastikan daya ingat, serta untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam tahap ini siswa menyelesaikan tugas tanpa bimbingan ataupun umpan balik dari guru. Kegiatan ini dapat dikerjakan di kelas ataupun berupa PR (Pekerjaan Rumah). Adapun peran guru pada tahap ini adalah memberi nilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas. Guru perlu memberikan umpan balik kembali jika siswa masih ada kesalahan dalam pengerjaannya. E. Pengertian hasil belajar Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata 23

38 pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan. Pengertian hasil belajar menurut Nasution dalam Sunarto (2005) mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualita pengajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 24

39 Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. F. Karakteristik anak SD Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan : 1. Perkembangan Fisik Siswa SD 25

40 Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki laki, Sumantri dkk (2005). ¾ Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. ¾ Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki. ¾ Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. 2 ¾ Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. ¾ Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia tahun. Anak laki laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia tahun. ¾ Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. 26

41 Setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas. 2. Perkembangan Kognitif Siswa SD Hal tersebut mencakup perubahan perubahan dalam perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium: a. Sensorimotorik (0 2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya. b. Praoperasional(2 7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis 3 tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis 27

42 c. Operational Kongkrit (7 11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. d. Operasional Formal (12 15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia 3. Perkembangan Psikososial Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya. Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini siswa mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Siswa merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Siswa sudah mampu untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Siswa dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan siswa. Siswa juga 28

43 mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak-anak yang lebih mudah menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma norma sosial dan empat kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri. Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Siswa ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional siswa. Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius. Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa. Siswa menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal-awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka 29

44 ceritakan kepada orang tua siswa. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Siswa juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Siswa mulai mempertimbangkan kemungkinan kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Siswa mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk 5 mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun, umumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas. G. Hasil penelitian yang relevan Dasar dari penelitian ini tidak lain juga berasal dari beberapa penelitian dengan model belajar yang sama, yaitu menggunakan model pembelajaran mastery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun penulis mengkorelasikan dua penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut adalah : Peningkatan penguasaan kosa kata bahasa inggris melalui penggunaan media kartu gambar pada siswa kelas II SD Muhamadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta 30

45 Penguasaan kosakata bahasa Inggris kelas II masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa belum dapat membaca kosakata bahasa Inggris, sehingga siswa membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran agar penguasaan kosakata bahasa Inggris dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan media kartu gambar untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada siswa kelas II SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan subyek penelitian siswa kelas IIa 1 SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta yang berjumlah 33 siswa. Desain penelitian ini menggunakan model kemmis dan taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus memiliki komponen tindakan yang terdiri dari perencanaan, perlakuan tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, tes, dan catatan lapangan. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi, soal, dan lembar catatan lapangan. Analisis data penelitian menggunakan analisis data kuantitatif deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa dapat dilihat dari peningkatan aspek mengartikan kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,29, peningkatan aspek membaca kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,82, peningkatan aspek melafalkan kosakata dari 31

46 sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,94, peningkatan aspek menulis kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,76, peningkatan aspek menggunakan kosakata dalam pembelajaran dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,15 dan nilai rata-rata yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan yaitu 66,1 dengan persentase ketuntasan sebesar 51,52%, setelah dilakukan tindakan siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 88,03 dengan persentase ketuntasan sebesar 90,9% serta peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. H. Kerangka berfikir Hasil belajar bahasa inggris dipengaruhi oleh kemampuan, keaktifan dan kualitas antar komponen pendidikan. Sebagai sarana penunjang, suatu metode pembelajaran adalah strategi yang digunakan dalam belajar mengajar. Semakin baik pengajar menguasai dan menggunakan strateginya, maka makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Guru dalam proses belajar mengajar selalu bertujuan agar materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi harapan itu belum dapat diwujudkan sepenuhnya, karena pembelajaran yang masih berlangung selama ini hanya mementingkan hasilnya saja, tidak mementingkan prosesnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi siswa secara penuh dalam pembelajaran adalah dengan pendekatan belajar tuntas. Dalam metode ini siswa diharapkan dapat menguasai setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun 32

47 kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh, sehingga metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Belajar tuntas menuntut siswa untuk mempunyai waktu belajar yang lebih terhadap dirinya sendiri. Waktu belajar siswa tersebut berguna untuk membantu siswa dalam memeperdalam materi secara penuh dan membantu menuntaskan siswa dalam belajar.tahapan pembelajaran menggunakan metode mastery learning siswa dituntut untuk mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Dalam pengerjaannya siswa diharapkan mengerjakan sesuai dengan kempuan yang dimliki serta mendapatkan hasil diatas KKM. Siswa mengerjakan soal secara individual. Namun dalam proses pembelajarannya sebelum ujian, siswa dikelompokan berdasarkan kempuan yang berbeda. Mereka yang diatas rata-rata di bentuk klompok sendiri, dan siswa yang memiliki kemampuan sedang di kelompokan sendiri, begitu juga dengan siswa yang memiliki kempuan rendah atau di bawah rata-rata. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran seperti itu, diharapkan hasil belajar akan meningkat. 33

48 Metode Mastery Learning 1. Orientasi 2. Penyajian 3. Latihan Terstruktur Keterampilan Writting 1. Structure 2. Ejaan 3. Diksi 4. Latihan Terbimbing 5. Latihan Mandiri Gambar 1. Kerangka Pikir I. Hipotesis Penelitian Refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh positif dan signifikan metode Mastery Learning terhadap keterampilan writing kelas 5 SD Negeri Sono. 34

49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian experimnet pre experimental one group pre test post test. Metode experimnet pre experimental one group pre test post test adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalanpersoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Masyhuri (2008: 34) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. 35

50 Metode penelitian kuantitatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011: 14) adalah: Metode penelitian sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme; metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel biasanya dilakukan dengan perhitungan teknik sampel tertentu yang sesuai,; pengumpulan data kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. B. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SD N SONO yang terletak di Kecamatan kretek, kabupaten Bantul. C. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Sono yang berjumlah 24 siswa tahun ajaran 2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri Sono. Penelitian ini juga melibatkan guru kelas, guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan peneliti sendiri. D. Rencana Tindakan Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pre test post test, intec-group comparison; (2) true-experimental, meliputi post test only control design, pre test-control group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series design dan non equivalent control group design. Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen pre-experimental one group pre test post test dengan memberikan perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran sebagai acuan untuk validasi data dan akurasi hasil. 36

51 Tabel 1. Desain penelitian eksperimen pre-experimental one group pre test post test O1 X O2 Keterangan : O1 = Pre Test X = Treatment O2 = Post Test E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan 1. Perancangan atau persiapan tindakan a. Permintaan ijin di SD Negeri Sono. Guru bahasa inggris dan kepala sekolah menyatakan siap untuk memberikan dukungan dan ikut langsung dalam penelitian tindakan kelas. b. Observasi dan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran awal tentang SD Negeri Sono secara keseluruhan dan keadaan proses belajar mengajar bahasa inggris, khususnya kelas 5. c. Menyusun rencana penelitian, pada tahap ini peneliti beserta guru menyusun serangkaian kegiatan dalam program meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar tuntas. 2. Pelaksanaan ekpserimen pre-experimental one group pre test post test a. Tahap pre test Peneliti bekerjasama dengan guru memberikan lembar soal sebelum memasuki materi pembelajaran sebagai alat untuk mengetahui hasil pemahaman awal tentang materi clothes b. Tahap perlakuan 37

52 Peneliti bekerjasama dengan guru melakukan treatement, yaitu dengan menerapkan proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning). Guru dan peneliti melakukan evaluasi dan juga pembelajaran remedial untuk siswa yang belum mencapai kompetensi. c. Tahap post test Peneliti bekerjasama dengan guru memberikan lembar soal di akhir proses kegiatan belajar mengajar sebagai alat untuk mengetahui hasil pemahaman akhir dari materi yang telah diajarkan. 3. Teknik Pengumpulan Data Menurut Suharsimi Arikunto (1998:134) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunbakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, terdapat beberapa teknik pengumpulan data: Teknik pengumpulan data pada penelitian ini hanya menggunakan test sebagai acuan data primer. Tes adalah serentetan pertanyaan serta alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kempuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes umumnya bersifat mengukur, yaitu dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur hasil hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes hasil belajar berupa soal bahasa inggris materi clothes yang digunakan untuk 38

53 mengukur tingkat pencapaian siswa setelah mempelajari suatu materi ajar. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah isian titik-titik dan merangkai kata ke dalam sebuah kalimat. Bentuk ini dipilih karena penilaiannya yang cepat dan mudah. Tes dilakukan di akhir pembelajaran dan diawal pembelajaran. Diawal dilakukan untuk mengetahui kognitif awal siswa di akhir digunakakn untuk mengetahui hasil belajar menggunakan metode mastery learning. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga akan lebih mudah diolah. Pengembangan instrumen penelitian dalam kegiatan penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data antara lain sebagai berikut; a. Soal Tes Writing Soal tes Writing ini memuat materi tentang clothes. Soal tes writing berupa 5 soal isian titi-titik dan 5 soal rangkai kata ke dalam sebuah kalimat. b. Menyusun kisi-kisi instrumen Kisi-kisi atau yang biasa disebut dengan tabel spesifikasi tes ditampilkan dalam bentuk matriks. Dalam suatu kisi-kisi hendaknya harus mudah dibedakan mana yang merupakan pokok bahasan yang akan diuji dan kemampuan yang diuji (aspek kognitif). Kisi-kisi yang telah berisi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal untuk setiap pokok bahasan dan setiap aspek kognitif. 39

54 Adapun kisi-kisi soal tes yang dimaksud adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Sub Materi Indikator Butir soal Memahami ejaan Siswa mampu 1-5 (A) pada kalimat menuliskan kata sederhana. Memahami structure pada 1-5 (B) kalimat sederhana. Memahami diksi dalam kalimat sederhana. dengan benar. Siswa mampu menuliskan huruf dengan benar Siswa mampu menulis structure dengan benar. F. Teknik Analisis Data Untuk melaporkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis menurut Patton (Ikbal Hasan, 2004:29) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, dalam kategori dalam suatu uraian dasar. Tujuan analisis data adalah agar data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menjawab rumusan yang sudah ditetapkan. Pada rancangan ini tidak ada kelompok kontrol dan siswa diberikan beberapa instruksi percobaan atau perlakuan (diberi label X). Untuk menandai lama waktu, dan pada batas wakttu tertentu siswa menerima jenis tes (diberi label O) pada perlakuan, sehingga yang mewakili rancangan ini adalah sebagai berikut : O1 X O2 Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian 40

55 Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan dua tahap dimana pada tahap pertama pembelajaran peneliti bekerjasama dengan guru untuk memberikan soal pre test. Soal pre test terdiri dari 10 soal uraian singkat. Pada tahap ini adalah proses dari tahap satu siklus pembelajaran yang akan menentukan keterampilan menulis yang pertama kemudian di tentukan rata-ratanya sebagai acuan dasar nilai untuk pemicu ketuntasan belajar. Tahap kedua dilakukan di akhir pembelajaran yaitu setelah guru menjelaskan tentang materi pembelajaran kemudian peneliti bekerjasama dengan guru memberikan soal pos test. Soal pos test terdiri dari 10 soal uraian singkat. Soal post test ini berguna untuk evaluasi dan penentu hasil belajar bahasa inggris dengan metode belajar tuntas. G. Kriteria Keberhasilan Penelitian Penelitian dikatakan berhasil jika treatment yang diberikan yaitu metode mastery learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan menulis bahasa inggris. 41

56 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah SD Negeri Sono. Lokasi daripada sekolah yang terletak di dusun Sono, Kelurahan Parangtritis, Kecematan Kretek, Kabubaten Bantul. Letaknya tidak begitu jauh dengan penelitian yaitu kurang lebih 200 m. Sehingga memudahkan peneliti mengadakan penelitian di SD ini. SD ini berdiri dari tanah pemerintah seluas 650 m2. Dalam penerimaan siswa baru, sekolah ini sudah menggunakan sistem seleksi, karena sekolah ini sudah termasuk sekolah favorit. Lingkungan sekolah ini cukup baik, hal ini dapat dilihat dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang kerja, ruang perpustakan, aula, halaman sekolah, UKS, kamar mandi dan kantin sekolah. Kebersihan dan kerapian ruang selalu diperhatikan, setiap hari sebelum pelajaran dibersihkan oleh siswa yang piket, kemudian di kontrol ulang oleh penjaga sekolah. Di tinjau dari kuantitas gurunya, SD Negeri Sono mempunyai 11 orang guru, dengan 9 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 guru berstatus Pegawai Tidak Tetap (GTT). Tingkat pendidikan para guru di SD terebut mayoritas bergelar sarjana atau setara dengan sarjana (S1). Keadaan siswa di SD Negeri Sono secara kuantitas terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas 1 sampai dengan VI. Rata-rata banyaknya siswa tiap kelas berjumlah 30 orang siswa. Jumlah siswa kelas V SD N SONO adalah 24 siswa, dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kondisi kelas beserta fasilitas yang 42

57 digunakan sebagai aktivitas belajar dan mengajar sudah memenuhu standar kegiatan belajar mengajar. Kelas berukuran 7x8 meter, dengan satu papan tulis lebar, meja dan kursi yang masih kokoh berjumah masing-masing 30 biji, serta lampu penerangan berjumlah 4 biji. 2. Hasil Observasi Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2016, yaitu diawali dengan dialog antara peneliti, guru bahasa Inggris, dan kepala sekolah. Dialog yang pertama dilaksanakan pada hari Kamis 11 Mei 2016 mulai pukul WIB di ruangan kepala sekolah. Pada kesempatan ini kepala sekolah menyambut baik kehadiran peneliti yang akan melakukan penelitian tindakan dengan guru Bahasa Inggris kelas 5. Dialog yang pertama ini menghasilkan kesempatan bahwa : 1) disadari untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, menyajikan materi ajar yang menarik, dan memberikan bimbingan pada siswa yang kesulitan, 2) usaha peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dan 3) dialog berikutnya mengagendakan untuk mencari masalah-masalah yang diduga menjadi penghambat hasil belajar siswa dan solusinya dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Kegiatan dialog yang kedua dilaksanakan pada hari Jumat 12 Mei 2016 mulai pukul WIB. Sesuai agenda dialog kedua dan berdasarkan pengalaman guru bahasa inggris serta observasi pendahuluan pada waktu pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 5 disepakati bahwa masalah kelas yang perlu dan segera diatasi dalam usaha penelitian ini adalah hasil belajar siswa. 43

58 Dalam hal ini hasil belajar dalam keaktifan siswa, pemahaman materi dan kemandirian siswa. Dialog ini juga menghasilkan kesepakatan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan selama ini belum optimal karena dilihat dari keaktifan, perhatian dan kemandirian siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang juga kurang. Masih juga ada siswa yang tidak mau ambil pusing mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris karena ada sesuatu yang lebih mudah dan menarik perhatian seperti menggambar, bermain dan berbicara dengan teman sebangkunya. Gambaran ini dijadikan pangkal dalam melihat permasalahan upaya peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris di kelas 5 SD dan juga dalam diskusi antara guru Bahasa Inggris, kepala sekolah dan peneliti. 3. Kegiatan Pemberian Treatment a. Melakukan kajian yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan Kegiatan kompetensi material guru dalam bidang Bahasa Inggris berkaitan dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam bidang materi ajar perlu diperbaiki. Bahasa Inggris melalui rangkaian kegiatan yang disepakati oleh guru Bahasa Inggris yang selanjutnya pembahasan dari masing-masing alternatif yang ditawarkan sebagai berikut: 44

59 a) Materi ajar Bahasa Inggris Pada saat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sono, khususnya kelas V, materi inti mata pelaran Bahasa Inggris kelas V semester 2 yang diteliti adalah pokok bahasan clothes. b) Metode pembelajaran Pembahasan tentang metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan strategi pembelajaran, peneliti menyampaikan bahwa pada pembelajaran Bahasa Inggris tersebut menggunakan pendekatan belajar tuntas. Dalam implementasi pendekatan belajar tuntas, guru membantu siswa untuk dapat memahami materi, memotivasi dan memfasilitasi jalannya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru melibatkan siswa secara aktif. b. Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan masalah Tindakan yang disepakati untuk mengidentifikasi masalah dan analisis penyebabnya dalam usaha meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris yaitu diskusi antara guru bahasa inggris, kepala sekolah dan peneliti. Hal ini dilakukan pada kegiatan dialog yang kedua. Berdasarkan pengalaman guru menghadapi situasi kelas yang mengajarkan materi Bahasa Inggris, pengamatan langsung di kelas dan melalui diskusi yang disepakati bahwa permasalahan tindak kelas yang perlu segera diatasi untuk usaha meningkatkan hasil belajar siswa adalah : 1. Minat belajar Bahasa Inggris siswa masih kurang. 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran kurang. 45

60 3. Perhatian dan kemandirian siswa kurang 4. Perbedaan kemampuan masing-masing individu. Masalah-masalah tersebut di atas, kiranya telah memenuhi syarat sebagai permasalahan yang dapat dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Setelah mendapatkan masalah tersebut di atas, selanjutnya diskusi dilanjutkan mengidentifikasi faktor penyebabnya. Karena melalui memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah suatu tindakan dapat dikenalkan. Hasil kerja kolaboratif guru Bahasa Inggris, kepala sekolah dan peneliti disepakati asumsi penyebab masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut: Tabel 3. Masalah pembelajaran No. Faktor Penyebab Masalah 1 Siswa Mengnggap Bahasa Inggris suatu pelajaran yang sulit dan menakutkan Kesulitan memahami materi ajar Kurangnya minat belajar dan keaktifan Perhatian terhadap belajar kurang 2 Guru Kurang mendorong siswa untuk aktif Kurang memperhatikan dan memahami karakeristik siswa Penyampaian materi cenderung monoton Penyampaian tugas kurang terperinci 3 Proses Pembelajaran Kurang memaksimalkan pemanfaatan waktu belajar Penyampaian materi ajar terlalu singkat Pemanfaatan media belajar kurang maksimal Kurangnya bimbingan belajar Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang disajikan pada tabel di atas, kemudian dianalisis secara kolaboratif berdasarkan observasi kelas. Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang tidak memperhatikan keaktifan siswa menjadikan hasil belajar yang rendah. Peneliti dan guru Bahasa 46

61 Inggris sepakat bahwa akar penyebab masalah adalah kualitas pembelajaran seperti : a) penyampaian materi ajar yang terlalu singkat, b) pembelajaran kurang memanfaatkan waktu dan media, dan c) tidak ada bimbingan guru dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. c. Membuat Rencana Penelitian Berdasarkan prinsip dan karakteristik dari pendekatan belajar tuntas maka proses pembelajaran di kelas harus memperhatikan : a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. b) Memperhatikan perbedaan individu. c) Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. d) Menggunakan program perbaikan dan pengayaan. e) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. f) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. 1) Penyusunan program tindakan pembelajaran Solusi untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa perlu disusun ke dalam suatu program tindakan pembelajaran. Program yang ditawarkan guru Bahasa Inggris antara lain rencana pembelajaran bersifat fleksibel dan memberi kemungkinan guru untuk menyesuaikan dengan reaksi siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan komponen-komponen rencana pembelajaran yang telah disebutkan terdahulu, hendaknya kegiatan pembelajaran dilakukan 47

62 secara bertahap, mulai dari yang telah diketahui siswa, berangsur-angsur bergerak menuju pemahaman materi baru. d. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode Mastery Learning a. Perencanaan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2015 di kelas V SD N SONO yang disesuaikan dengan jadwal sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Pelaksanaan pembelajaran ini guru menggunakan metode belajar tuntas atau mastery learning yang telah di jelaskan sebelumnya oleh peneliti. Adapun perencanaan peneleiti dalam mendesain rancangan adalah sebagai berikut : a) Menelaah kurikulum tingkat satuan pelajaran yang berbasis kompetensi kelas V SD N Sono b) Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran bahasa inggris terkait teknis penelitian. c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah penerapan metode mastery learning di setiap pembelajaranya. d) Membuat kelompok belajar yang terdiri dari 7 kelompok. e) Menyiapkan alat bantu pembelajaran yaitu media kartu bergambar dengan isi materi clothes. f) Membuat lembar observasi untuk mrngamati kegiatan belajar mengajar ketika pembelajaran sedang berlangsung. 48

63 g) Membuat soal tes berupa isian singkat dan uraian b. Pelaksanaan menyusun kalimat untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada materi clothes. Setelah tanda bel pelajaran kedua dimulai peneliti masuk kedalam kelas. Siswa memberi salam kepada guru kemudian setelah menjawab salam guru memberikan motivasi untuk memulai pelajaran Bahasa Inggris pada pokok materi clothes, dalam hal ini merupakan kegiatan apersepsi. Kemudian guru menjelaskan dan menyajikan materi tersebut dengan metode mastery learning agar siswa lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi tersebut. Pembelajaran dilaksanakan beberapa kali untuk menegaskan bahwa semua siswa telah paham terhadap materi clothes. Sebelum siswa melaksanakan pembelajaran, guru memberikan tes awal tau pre test, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi tersebut. Hasil daripada pre test dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 24 siswa dengan rincian nilai sebagai berikut : Tabel 4. Hasil pre test : No. Nama Hasil Pre Test 1. AVN ADC 76,6 3. FM 73,3 4. RFN 53,3 5. GT 66,6 49

64 6. MR CPR AB 66,6 9. FNR RS 76,6 11. SA 76,6 12. W AR 76,,6 14. RAD NAS GS 53,3 17. YF 76,6 18. DYA FJ 63,3 20. TWN RA 43,3 22. DDS 73,3 23. SR DN 63,3 Jumlah 1641,6 RATA-RATA 68,3 Berdasarkan hasil pre test di atas terdapat hasil bahwa sebagian siswa belum memahami pembelajaran bahasa inggris materi clothes, diperoleh hasil bahwa siswa yang belum tuntas nilai kriteria minimal adalah 15 siswa. Sedangkan yang sudah memenuhi standar ketuntasan nilai minimal adalah 9 siswa, jika di hitung dalam jumlah presentase adalah 62,5 % siswa belum tuntas dan 37,5 % siswa telah tuntas, sedangkan untuk rata-rata hasil test pada pretest adalah 68,3 dimana nilai tersebut adalah nilai dibawah standar kelulusan minimal yaitu 75. Bila digambarkan melalui diagram sebagai berikut : 50

65 Diagram Pre Test Tuntas 37,5% Belum Tuntas 62,5% Gambar 3. Diagram Pre Test Pada tahap ini peneliti memperhatikan bakat (Attitude) yaitu sejumlah waktu yang dimint oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pembelajaran. Selain itu peneliti juga memperhatikan (Perseverance) atau ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar dimana sebelumnya guru melakukan suatu kerangka pembelajaran (orientasi). Setelah melakukan tes kemampuan awal siswa, guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan kembali materi clothes dengan lebih jelas dan menggunakan contoh (tahap penyajian). Pada saat menjelaskan materi guru juga memperhatikan siswa dan aktivitas belajar siswa. Pada tahap ini guru menangkap masih banyak diantara siswa yang kurang begitu memusatkan perhatiannya kepada guru yang sedang menjelaskan materi clothes. Untuk lebih memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran yang sedang berlangsung guru memberikan (Quality of Instruction) atau kualitas pembelajaran yang baik dengan mengembangkan metode-metode pembelajaran. Dalam hal ini guru mengajak siswa ikut terlibat langsung dalam pembelajaran maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang 51

66 contoh kosa kata dan kalimat tentang clothes. Ternyata hanya ada beberapa siswa saja yang mau aktif dan kritis dalam menjawab pertanyaan guru kemudian memberikan pertanyaan lagi tentang contoh kalimat sederhana tentang materi clothes. Keaktifan siswa juga masih kurang dalam berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan selanjutnya adalah guru memperjelas materi dengan media kartu bergambar. Pada kegiatan ini guru menjelaskan apa arti dari gambar dan apa nama gambar tersebut, kemudian memberikan contoh membuat kalimat sederhana, hal ini dilakuan untuk mrnarik dan memfokuskan perhatian siswa. guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok untuk melakukan kerja kelompok. Kelompok terbentuk menjadi 7 bagian. Kegiatan yang dilakuakan dalam kelompok adalah mengerjakan soal lembar kerja siswa yang didalamnya terdapat kegiatan yaitu memasangkan gambar dan kosa kata kemudian di buat menjadi sebuah kalimat. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi clothes dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab secara sukarela. Untuk siswa yang berani menjawab guru memberikan poin atau nilai tambahan, kemudian soal yang dijawab tersebut dibahas kembali untuk memastikan jawaban tersebut benar. Kegiatan selanjutnya adalah guru menanyakan kepada siswa terhadap materi yang telah dijelaskan apakah sudah paham atau belum dan adakah kesulitan terhadap materi clothes yang telah dijelaskan. Dalam hal ini guru 52

67 melakukan pengamatan tentang (Ability to understand instruction) atau kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode mastery learning guru kemudian menguji kemampuan siswa melalui post test. Dalam kegiatan ini guru menerapkan (Time allowed for learning) atau kesempatan siswa yang tersedia untuk belajar dimana dalam hal ini guru memberikan latihan terstruktur, latihan terbimbing dan latihan mandiri. Adapun hasil dari post test adalah sebagai berikut : Tabel 5. Hasil post test No. Nama Hasil Post Test 1. AVN 73,3 2. ADC 73,3 3. FM 86,6 4. RFN 86,6 5. GT 73,3 6. MR 83,3 7. CPR AB 73,3 9. FNR 73,3 10. RS SA W 76,6 13. AR RAS 86,6 15. NAS 76,6 16. GS YF 83,3 18. DYA 86,6 19. FJ 93,3 20. TWN 76,6 21. RA 73,3 22. DDS 83,3 23. SR 76,6 53

68 24. DN 86,6 Jumlah 1.922,4 RATA-RATA 76,6 Berdasarkan hasil post test di atas terdapat hasil yang cukup signifikan yaitu jumlah siswa yang masih belum tunytas adalah 6 siswa dengan presentase 25 % dari keseluruhan siswa, sedangkan untuk siswa yang tuntas adalah 18 siswa dengan presentase 75 % dari keseluruhan siswa dan nilai rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi clothes adalah 76,6 nilai tersebut merupakan diatas kriteia kelulusan minimal yaitu 75. Hasil tersebut menujukan bahwa hasil atau prestasi belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan metode mastery learning siswa kelas 5 SD N Sono meningkat. Jika digambarkam dalam bentu diagram adalah sebagai berikut Diagram Post Test Belum tuntas 25% Tuntas 75% Gambar 4. Diagram Post Test c. Intrepetasi hasil dan perumusan kesimpulan Pada penelitian ini secara kolaboratif dilakukan didapatkan hasil yaitu selama proses penelitian tindakan ini dilaksanakan, yaitu sejak dialog awal sampai selesainya serangkaian tindakan, selalu terjadi interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara guru Bahasa Inggris, kepala sekolah, dan peneliti. Melalui 54

69 dialog awal dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan dengan komunikasi terbuka, hubungan yang baik, dan adanya kebersamaan dapat menimbulkan rasa ingin berubah kepada guru Bahasa Inggris yang terlibat. Dari treatment yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan perubahanperubahan tindak mengajar antara lain : 1) guru bisa merubah kebiasaan otoriter menjadi fasilator, membimbing dan mengembangkan inisiatif siswa, 2) pembelajaran yang biasanya hanya menerapkan ceramah dan menjelaskan secara singkat berubah menjadi proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas, 3) pada setiap pembelajaran guru selalu memperhatikan : a) perbedaan karakter siswa, b) organisasi kelas, c) inisiatif kelas, d) isi materi ajar, e) variasi pembelajaran dan f) kondisi / iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan. Keseluruhan pemberian treatment yang telah dilakukan dapat menjadi indikasi bahwa upaya pengembangan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Kebiasaan otoriter guru sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu seperti tingkah laku cenderung menilai, mengarahkan, mencela, memberi perintah dan sebagainya. Guru sebagai fasilitator, selalu menjamin siswa merasa aman dan bebas mengungkapkan ide. Mendorong siswa bersifat aktif dan saling bekerjasama dan menolong siswa untuk melakukan belajarnya sendiri. Sebelum penelitian, guru Bahasa Inggris kelas 5 SD yang terlibat cenderung mengajar dengan metode ceramah. Pembaharuan diantaranya adalah menetapkan strategi pembelajaran yang demokratis yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas. Selain itu dalam 55

70 penyelesaian soal-soal latihan menggunakan pemecahan masalah. Pembaharuan dilaksanakan perlahan-lahan dan secara bertahap. Berkaitan dengan materi ajar Bahasa Inggris, penerapan pembelajaran pada penelitian ini tidak semata-mata disajikan sebagai latihan menghafal suku kata atau definisi, namun lebih ditekankan kepada proses penyelidikan. Pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran ini diwujudkan oleh guru Bahasa Inggris yang melakukan tindakan melalui pembahasan materi ajar dengan tuntas dan guru berperan sebagai fasilitator maupun pembimbing. Perubahan yang lain, pada setiap pembelajaran guru selalu memperhatikan aspek aspek pembelajaran. Pertama, aspek perhatian guru terhadap perbedaan individu siswa pada setiap pembelajaran guru selalu berusaha menghargai dan menjamin / memberi pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Kedua, aspek perhatian guru terhadap organisasi kelas, pada setiap pembelajaran guru selalu mengorganisasi kelas baik yang menyangkut aspek fisik maupun aspek psikologis. Aspek fisik misalnya, pengaturan tempat duduk siswa (secara kombinasi, klasikal, kelompok, dan individual) selalu berubah beraturan, sedangkan aspek psikologis termasuk pengendalian atau bimbingan terhadap siswa. Ketiga, aspek perhatian guru terhadap inisiatif siswa. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan kelonggaran dan mendorong kepada siswa untuk bertanya, mengeluarkan ide, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan soal. 56

71 Keempat, aspek perhatian guru terhadap isi materi ajar. Pada setiap organisasi guru selalu menunjukkan tujuan dan sumber materi ajar serta mengorganisasi isi materi ajar dengan baik dan benar. Konsep-konsep disusun berhubungan dan disampaikan dengan pendekatan belajar tuntas. Kelima, aspek perhatian guru terhadap variasi pembelajaran. Pada setiap pembelajaran guru selalu berusaha mengadakan variasi penyajian penemuan, atau pemecahan masalah, penggunaan media dan tugas (kelompok atau mandiri) Keenam, aspek perhatian guru terhadap iklim belajar. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan iklim belajar. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan iklim yang aman bagi siswa, dalam hal ini guru selalu berusaha tidak memarahi siswa. a. Kesimpulan secara umum a) Guru Bahasa Inggris menyatakan bahwa dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas yang dicobakan, siswa lebih senang belajar Bahasa Inggris, kepercayaan diri siswa meningkat, dan siswa tidak lagi ragu-ragu setiap kali mau mengemukakan pendapat atau menanyakan sesuatu kepada gurunya. Keaktifan belajar siswa dalam menerima pelajaran menjadi lebih meningkat. b) Perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran hubungan guru dan siswa lebih baik siswa menjadi berani dan aktif berkomuniksi di dalam pembelajaran matematika menjadi lancar sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat pada tiap-tiap penelitian. b. Saran guru untuk tindak lanjut 57

72 Beberapa hal disarankan guru Bahasa Inggris adalah sebagai berikut: a) Penyampaian materi ajar diajarkan secara tuntas sangat penting untuk membantu siswa memahami konsep-konsep Bahasa Inggris, sehingga perlu ditingkatkan pengadaan media pembelajaran seperti buku dan lain sebagainya. b) Guru menyarankan agar orang tua ikut mengontrol kegiatan anaknya di rumah, khususnya menanyakan apakah guru memberikan pekerjaan rumah dan apakah ada kebutuhan kebutuhan belajar yang lain yang diperlukan anaknya. B. Pembahasan Keterampilan menulis siswa setelah dilakukan serangkaian tindakan pembelajaran dapat meningkat secara sigfnifikan. Banyaknya siswa kelas 5 SD Negeri Sono yang berhasil cenderung naik secara perlahan-lahan. Kenaikan banyaknya siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang didasarkan pada penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas dengan kombinasi pembelajaran klasikal, kelompok dan individual serta pemecahan masalah dapat membuat siswa aktif dan semakin kreatif. Pada pembelajaran ini guru menerapkan orientasi yaitu dengan menetapkan suatu kerangka pembelajaran serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas-tugas pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti menetapkan materi clothes dengan metode mastery leraning. Selanjutnya guru melakukan penyajian materi dengan memperhatikan kualitas pembelajaran dimana guru juga memperhatikan bakat dan ketekunan dari siswa ketika mengerjakan latihan terbimbing, terstruktur dan mandiri. 58

73 Pembahasan tersebut sesuai dengan teori yang di utarakan oleh David Nunan (1989) dalam Solchan T.W., yaitu pembelajaran bahasa inggris dibelajarkan melalui pendekatan komunikatif, dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Bahasa Inggris sudah sesuai dengan harapan, karena sudah menggunakan pendekatan belajar tuntas dengan baik dan benar. Sehingga siswa memiliki minat dalam belajar berkaitan dengan tindak mengajar yang dilakukan guru Bahasa Inggris kelas 5 adalah selalu memberikan tujuan pembelajaran, inti materi ajar dan kegiatan yang akan dilakukan, membimbing dan mengarahkan siswa yang bertujuan menciptakan hubungan baik dengan siswa, mendorong dan membimbing siswa dalam menyampaikan ide, berlaku adil pada semua siswa, mengingatkan siswa untuk mengulangi materi yang telah diajarkan, memberi semangat siswa dalam belajar, menciptakan suasana yang membuat siswa terlibat secara aktif dengan memberi latihan soal-soal. Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. (2001) menyatakan bahwa untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu dilakukan teknik menyimak, teknik berbicara, teknik membaca, dan teknik menulis. Keempat teknik tersebut sudah sesuai dan terlaksana dengan baik oleh karenannya penerapan metode mastery learning terhadap keterampilan menulis kalimat sederhana bahasa inggris kelas 5 SD N Sono telah berhasil. 59

74 Proses pembelajaran yang dilakukan dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya mengajar guru. Pembenahan yang diupayakan antara lain model pembelajaran klasikal, yang cenderung dilaksanakan tanpa variasi dibenahi menjadi model belajar klasikal, kelompok dan individual. Pembenahan ini dilaksanakan dengan strategi pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang dalam pembelajarannya serta guru selalu menarik dan memelihara minat belajar siswa. Setelah diberikan treatment pembelajaran tuntas, keterampilan menulis bahasa Inggris siswa SD kelas 5 mengalami perubahan yang positif. Dari keterampilan menulis yang semula rata- ratanya 68,3 menjadi 76,6 setelah diberikan treatment. Hal ini berarti pemberian treatment yaitu metode mastery learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan menulis siswa. Seperti pendapat Suryobroto (2002: 96) bahwa pembelajaran tuntas dapat mencapai unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh sehingga meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. 60

75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian tindakan, terutama dari proses tindakan yang dikembangkan oleh peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran bahasa inggris sebagai upaya meningkatkan efektivitas belajar siswa adalah dengan menggunakan model belajar tuntas (mastery learning), tindakan yang dilakuan guru adalah : a) Memberitahukan tujuan pembelajaran, inti materi ajar, dan kegiatan yang akan dilakukan. b) Menyampaikan materi ajar secara sistematis dan jelas sesuai dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). c) Guru menggunakan model belajar klasikal, kelompok, dan individual. d) Guru bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran. e) Memberi petunjuk langkah-langkah pengerjaan pada setiap soal yang dianggap sulit. f) Selalu mengingatkan siswa mengulangi materi ajar yang sudah dibahas dan mempelajari terlebih dahulu materi ajar yang akan dibahas. g) Mendorong semangat belajar siswa agar menumbuhkan minat belajar siswa. h) Membantu siswa memperbaiki kesalahannya, dengan sikap ramah, simpati dan terbuka. 61

76 2. Pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berarti, hal ini ditunjukkan oleh hasil evaluasi terhadap profil kelas sebelum dan sesudah penelitian dan tanggapan guru setelah serangkaian tindakan kelas selesai. Hasil daripada pre test dan post test adalah bukti dari telah terlaksanakannya proses pembelajaran menggunakan metode mastery learning pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas 5 SD Negeri Sono pada pokok bahasan materi clothes. Adapun hasil pre test adalah 68,3 sedangkan hasil daripada post test adalah 76,6. B. Saran Berdasarkan temuan penelitian ekperimen pre experimental one group pre test pos test ini maka dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD Sono diajukan sejumlah saran sebagai berikut : 1. Terhadap Guru a. Guru selalu memberikan latihan secara kontinyu dengan bimbingan seperlunya untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa inggris. b. Dalam menghadapi tugas sehari-hari perlu berkolaborasi dengan sesama guru untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran khususnya dalam menangani hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa inggris. 2. Terhadap Kepala Sekolah 62

77 a. Untuk mengaktifkan guru, kepala sekolah perlu melakukan supervis secara terus menerus dengan diberi umpan balik. b. Kepala sekolah selalu mendorong adanya kerja kolaborasi sesama guru. 3. Terhadap Siswa a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan. b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas. c. Siswa hendaknya memiliki minat belajar yang tinggi agar tercapai prestasi belajar yang bagus. 4. Terhadap peneliti berikutnya Penelitian ekperimen pre experimental one group pre test pos test dalam rangka pengembangan pembelajaran bahasa inggris perlu peningkatan secara terus menerus dengan mengelola variabel-variabel berbentuk proses pembelajaran yaitu faktor individu guru, faktor individu siswa, faktor organisasi sekolah, faktor lingkungan dan faktor proses yakni interaksi guru, siswa dan sarana penunjang lainnya. Kerja penelitian ini ada baiknya diawali dari fokus permasalahan yang paling dominan dan memerlukan penanganan. 63

78 DAFTAR PUSTAKA Degeng Nyoman Sudana. (1990). Design Pembelajaran : Teori ke Terapan. Malang: PPs IKIP Malang. Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Rohman, Arif. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Laksbang Mediatama. Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka. Suherman, Erman dan Winataputra, Udin S. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud. Suharsimi, Arikunto Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Anderson L.W., Block J.H. (1987). Mastery Learning Models. in Michael J. Dunkin (Ed). The International Encyclopedia of Teaching and Teacher Education. Oxford: Pergamon Press. Mukminan. (2003). Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Dikdasmen, Direktoral PLP. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. CV Alfabeta. Kuriniawan Nursidik. (2007). Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. 15 Oktober 2007 : diakses dari pada tanggal 13 Maret 2016 pukul WIB. Izzaty, Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. 64

79 Arikunto, S. (1988). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Program Pasca Sarjana UPI dan Remaja Rosdkarya. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bsndung: Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algensindo. 65

80 LAMPIRAN 66

81 LAMPIRAN Instrumen Penelitian Pre-Test Nama :... No. :... A. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. I wear for sport 2. What do you wear for camping?.. 3. Intan wants to go swimming. She wear Rino want to sleep. I must wear my There is B. Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. wears we - go to school - When - we must - uniforms Jawab : When..uniforms 2. sweater - wearing - when - we are - the weather - is cold Jawab : We are is cold 3. need - for - my children I - some clothes Jawab : I my children 4. clothes - the man - for - his children - wants to buy some Jawab : The Man his children 5. wear - my - sister - for party - gown Jawab : My party 67

82 1.2 Instrumen Penilaian Post Test Nama :... No. :... C. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 6. Rhea wears for sleeping. 7. What do you wear for hiking?.. 8. Deandra wants to go cycling. He wears Hena wants to climb the mountain. She wears There is D. Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 6. Students sport uniform wear play badminton - when Jawab : Students..uniform 7. Pajamas - wearing - for- we are - sleeping Jawab : We are sleeping 8. Needs- for - my sister My mom a dress Jawab : My mom my sister 9. T-shirts - Vino - for - his children - wants to buy some Jawab : Vino his children 10. Wears - my brother - for swimming swim suit Jawab : My swimming 68

83 RPP LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Nama Sekolah : SD Negeri Sono Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Aspek : Menulis kalimat sederhana dalam bahasa inggris dengan materi clothes. Kelas/Semester : V / 2 Alokasi Waktu : 2 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI Memahami tulisan Bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah B. KOMPETENSI DASAR Memahami kalimatsederhana beserta ejaannya tentang jenis dan bagian dari pakaian. C. INDIKATOR Kognitif 1. Melengkapi pertanyaan / pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian. 2. Menulis kalimatsederhana dengan menyusun kata yang berkaitan dengan pakaian Afektif 1. Menunjukkan sikap aktif dalam kegiatan kelompok. 2. Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman saat kegiatan kelompok. 3. Menunjukkan sikap tanggung jawab saat kegiatan kelompok. Psikomotor 1. Menemukan pasangan kartu bergambar tentang materi clothes dalam kegiatan diskusi kelompok 69

84 D. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif 1. Setelah mempelajari materi tentang clothes, siswa dapat melengkapi pertanyaan - pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian maupun bagian-bagiannya secara tepat. 2. Setelah mempelajari materi tentang clothes, siswa dapat menulis kalimat sederhana tentang pakaian, baik jenis maupun bagiannya dengan benar. Afektif 1. Dengan kegiatan kelompok, siswa menunjukkan sikap aktif menyampaikan pendapat berulang kali. 2. Dengan kegiatan diskusi kelompok, siswa menunjukkan sikap menghargai pendapat teman dengan santun. 3. Dengan kegiatan kelompok, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab dengan semangat. Psikomotor 1. Dengan kegiatan kelompok, siswa dapat menemukan pasangan kartu dengan cepat dan tepat. E. MATERI POKOK 1. Jenis jenis pakaian 2. Menyusun kalimat dengan kata yang berkaitan dengan clothes F. PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : EEK (Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi) Model : Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi kelompok, Penugasan G. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahuluan Deskripsi Kegiatan 1. Siswa menjawab salam dari guru. 2. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. 3. Siswa dan guru melakukan komunikasi mengenai kehadiran siswa. 70 Alokasi Waktu 5 menit

85 Inti 4. Siswa bersama guru menyanyikan lagu baju baru 5. Siswa mendengarkan apersepsi dari guru melalui pertanyaan mengenai lagu baju baru yang sudah dinyanyikan 6. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran mempelajari materi mengenai clothes (orientasi) EKSPLORASI 1. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi clothes yang terdiri dari jenisjenisnya dan bagian-bagiannya (penyajian) 2. Siswa memperhatikan alat peraga berupa kartu bergambar dengan materi clothes yang diperagakan oleh guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru (latihan tersruktur) ELABORASI 1. Siswa membentuk kelompok masing-masing 4-5 siswa. (latihan terbimbing) 2. Siswa mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yaitu : a) Siswa bersama kelompoknya mencari pasangan kartu yang berisi tentang macam-macam gambar pakaian dan nama namanya yang kemudian dipasangkan menjadi satu dengan menempelkannya di suatu kertas. b) Setelah siswa menemukan pasangan gambar, kemudian siswa bersama dengan kelompoknya membuat kalimat sederhana dengan menggunakan kata dari masing masing gambar tersebut.(latihan terbimbing) KONFIRMASI 1. Perwakilan kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil mengerjakan LKS secara kelompok. 2. Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang belum jelas. 3. Siswa mengerjakan soal secara mandiri (latihan mandiri) 40 menit Penutup 1. Siswa bersama guru meluruskan 25 menit 71

86 kesalahpahaman dan menyimpulkan pembelajaran. 2. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengakhiri pembelajaran. 3. Siswa menjawab salam dari guru. H. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media Pembelajaran a. Gambar clothes b. Kartu bergambar 2. Sumber Belajar Restiningsih Clothes bahan ajar untuk SD. Diakses dari pada tanggal 16 Maret 2016 pukul WIB. I. PENILAIAN 1. Prosedur Penilaian a. Penilain Proses (Afektif dan Psikomotor) Penilaian proses dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada saat siswa berdiskusi kelompok dan ketika siswa memperesentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Aspek yang dinilai meliputi keterlibatan atau aktivitas siswa dalam kelompok dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. b. Penilaian Hasil Belajar (Kognitif) Penilaian hasil belajar berdasarkan hasil kerja siswa pada penyelesaian Soal Evaluasi. 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses 1) Penilaian Afektif Instrumen penilaian menggunakan lembar pengamatan perilaku siswa, yaitu : Lembar pengamatan perilaku siswa ketika mengikuti diskusi 2) Penilaian Psikomotor 72

87 Instrumen penilaian menggunakan lembar pengamatan perilaku siswa, yaitu : Lembar pengamatan perilaku siswa ketika mengikuti kegiatan diskusi b. Penilaian Hasil Belajar (Kognitif) 1) Isian singkat 2) Menyusun kata J. LAMPIRAN 1. Ringkasan Materi 2. LKS 3. Kisi-Kisi dan Instrumen Penilaian Mengetahui, Kepala Sekolah, Yogyakarta, April 2016 Guru Kelas NIP. NIP. 73

88 LAMPIRAN RPP A. Ringkasan Materi CLOTHES 1) Jenis - jenis pakaian No Picture Name No Picture Name 1 T-shirt 8 Nightshirt 2 Gown 9 Pants 3 Sweater 10 Slacks 4 Night gown 11 men's trousers 74

89 5 Jacket 12 Mittens 6 Chemise 13 short skirt 7 men's shirts 14 long skirt 2) Membuat kalimat dengan menggunakan kata dari macam macam pakaian dalam bahasa Inggris a) I have two long skirts. b) Veni waers short skirt when she goes to mall. c) My mother bought a sweater for me. d) Wahyu and Tata buy mittens at Pasar Beringharjo. e) Tari wears t-shirt when the weather is hot. 75

90 B. Soal LKS Kelompok : Anggota :..... Pasangkan gambar jenis jenis clothes dengan namanya lalu tempelkan pada kolom yang sudah disediakan, setelah itu buatlah kalimat dengan menggunakan kata tersebut bersama kelompokmu! No Gambar Nama Kalimat

91 4 5 77

92 Gambar JACKET CHEMISE MITTENS NIGHT SHIRT PANTS 78

93 C. Kisi-Kisi dan Instrumen Penilaian 1. Aspek Kognitif a. Kisi-Kisi Indikator 1. Melengkapi pertanyaan / pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian maupun bagianbagiannya Teknik Penilaian Tes Bentuk Penilaian Isian singkat Jenjang No. Pengetahuan Soal C2 1, 2, 3, 4, 5 2. Menulis kalimat sederhana tentang pakaian, baik jenis maupun bagiannya Tes Menyusun kata C2 1, 2, 3, 4, 5 b. Instrumen Penilaian Pre Test 79

94 Nama :... No. :... Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. I wear for sport. 2. What do you wear for camping?.. 3. Intan wants to go swimming. She wears Rino wants to sleep. He must wear my It is Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. wear we - go to school - when - we must - uniforms Jawab : When..uniforms 2. sweater - wearing - when - we are - the weather - is cold Jawab : We are is cold 3. need - for - my children I - some clothes Jawab : I my children 4. clothes - the man - for - his children - wants to buy some Jawab : The Man his children 5. wears - my - sister - for party - gown Jawab : My party Kunci Jawaban : A. Isian singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. T-shirt Jacket Swimsuit Pajamas Sweater 10 Skor Total 50 80

95 B. Isian Singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. when we go to school we must wear uniforms 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 2. We are wearing sweater when the weather is cold apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 3. I need some clothes for my children 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 4. The man wants to buy some clothes for his children. 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah

96 benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 5. My sister wears gown for party 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. Skor total 100 Skor maksimal = 150 Nilai = 82

97 Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. Rhea wears for sleeping. 2. What do you wear for hiking?.. 3. Deandra wants to go cycling. He wears Hena wants to climb the mountain. She wears There is Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. Students sport uniform wear play badminton - when Jawab : Students..uniform 2. Pajamas - wearing - for- we are - sleeping Jawab : We are sleeping 3. Needs- for - my sister My mom a dress Jawab : My mom my sister 4. T-shirts - Vino - for - his children - wants to buy some Jawab : Vino his children 5. Wears - my brother - for swimming swim suit Jawab : My swimming Kunci Jawaban : A. Isian singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. Pajamas T shirt Sport clothes Tshirt A jacket 10 Skor Total 50 B. Isian Singkat 83

98 No. Kunci Jawaban Skor 1. Students wear sport uniforms when play badminton apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 2. We are wearing pajamas for sleeping 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 3. My mom needs a dress for my sister 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 4. Vino wants to buy some clothes for his children. 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban

99 sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 5. My brother wears swimsuit for swimming 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. Skor total 100 Skor maksimal = 150 Nilai = 85

100 4 = aktif mengemukakan pendapat dalam kelompok Menghargai pendapat teman 1 = acuh dan tidak mau mendengarkan pendapat teman 2 = hanya mendengarkan pendapat teman tanpa disertai dengan timbal balik 3 =menanggapipendapattemantetapitidakterlaluserius 4 = menanggapi pendapat teman dengan antusias disertai dengan timbal balik Tanggungjawab 1 = tidak ikut mengerjakan tugas yang diberikan 2 = mengerjakan tugas yang diberikan dengan dipaksa teman 3 = berusaha mengerjakan tugas dengan serius tetapi masih kurang sempurna 4 = mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan secara kelompok Skor maksimal = 12 Nilai = 86

101 Rubrik Penilaian No. Aspek Kriteria skor 1. Ketepatan 1 = siswa tidak mau mencari pasangan kartu 2 = siswa mencari pasangan kartu namun belum bertemu 3 = siswa mendapat pasangan kartu namun belum tepat 4 = siswa menemukan pasangan kartu yang tepat 2. Kecepatan 1 = siswa mencari pasangan kartu lebih dari 5 menit 2 = siswa mencari pasangan 1 menit sebelum waktu selesai 3 = siswa mencari pasangan 30 detik sebelum waktu selesai 4 = siswa mencari pasangan tepat waktu Skor maksimal = 8 Nilai = 87

102 No. Nama Hasil Pre Test 1. AVN ADC 76,6 3. FM 73,3 4. RFN 53,3 5. GT 66,6 6. MR CPR AB 66,6 9. FNR RS 76,6 11. SA 76,6 12. WY AR 76,,6 14. RAD NAS GS 53,3 17. YF 76,6 18. DYA FJ 63,3 20. TWN RA 43,3 22. DDS 73,3 23. SR DN 63,3 Jumlah 1.641,6 RATA-RATA 68,3 3.2 Hasil Post Test No. Nama 88 Hasil Post Test

103 1. AVN 73,3 2. ADC 73,3 3. FM 86,6 4. RFN 86,6 5. GT 73,3 6. MR 83,3 7. CPR AB 73,3 9. FNR 73,3 10. RS SA WA 76,6 13. AR RAD 86,6 15. NAS 76,6 16. GS YF 83,3 18. DYA 86,6 19. FJ 93,3 20. TWN 76,6 21. RA 73,3 22. DDS 83,3 23. SR 76,6 24. DN 86,6 Jumlah 1.922,4 RATA-RATA 76,6 Foto Kegiatan Penelitian LAMPIRAN 4 89

104 Foto 1 : kegiatan pembuka dan perkenalan peneliti terhadap siswa Foto 2 : kegiatan peneliti berinteraksi dengan siswa ketika diskusi materi. 90

105 Foto 3 : siswa memperhatikan materi Foto 4 : pre test siswa Foto 5 : pemberian treatment mastery learning 91

106 Foto 6 : post test siswa Foto 7 : serangkaian pemberian treatmen dan penutup 92

107 Surat surat 1. Surat ijin penelitian. LAMPIRAN 5 93

108 2. Surat Permohonan Ijin 94

109 3. Surat Keterangan Validasi Instrumen 95

110 4. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian 96

111 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Salah satu masalah dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah tentang rendahnya mutu pendidikan. Hal ini tercermin dari rendahnya rata-rata hasil belajar siswa baik itu hasil belajar pada nilai semester maupun ujian nasional. Hal ini dapat dibuktikan oleh hasil ujian pada mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat sekolah dasar yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Masalah lain dalam pendidikan di Indonesia yang yaitu tentang pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis. Belajar dan mendidik merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada bentuk perubahan yang dialami seseorang dalam perilaku akibat adanya interaksi antara respon dan stimulus, sedangkan mendidik menunjukkan penyampaian suatu ilmu untuk membentuk manusia menjadi pribadi yang baik. Jadi belajar dan mendidik dalam hal ini adalah proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses pembelajaran. Proses pembelajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga ditentukan oleh minat dan motivasi belajar siswa. 1

112 Rendahnya hasil belajar bahasa Inggris pada siswa di tingkat SD baik itu pada nilai semester maupun ujian nasional dikarenakan guru dalam membelajarkan materi bahasa inggris terlalu cepat dan kurang menarik. Di samping itu penggunaan metode pengajaran yang salah dapat mengakibatkan tingkat pemahaman siswa dan penguasaan materi masih kurang, serta nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi pada tanggal 27 November 2015 dengan Ibu Septi selaku guru Bahasa Inggris SD N Sono, yaitu nilai Bahasa Inggris kelas 5 SD N Sono masih di bawah KKM yaitu nilainya berkisar antara dengan skor maksimal 100, sedangkan KKM mata pelajaran Bahasa Inggris adalah 75. Untuk mempengaruhi hasil belajar pada siswa khususnya keterampilan menulis kalimat sederhana pada mata pelajaran Bahasa Inggris, diperlukan proses pengemasan belajar yang tepat, salah satunya adalah dengan menerapkan mastery learning dalam pembelajaran. Mastery learning adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa diberikan waktu yang cukup dan juga kesempatan belajar yang memadai. Sehingga dengan demikian semua siswa akan dapat belajar sesuai dengan cara dan kecepatan masing-masing. Dalam hal ini, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran, yaitu dengan memberikan umpan balik dan tes berdasarkan acuan kriteria. Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan faktor penyebab siswa belum tuntas dalam hasil belajar Bahasa Inggris adalah waktu belajar siswa kelas V yang masih kurang, karena pembelajaran di lakukan dalam 2x35 menit dalam satu minggu sekali. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada siswa, 2

113 siswa kekurangan waktu belajar karena masih belum bisa membagi waktu bermain dan waktu belajar, dalam hal ini siswa kelas V SD Negeri Sono masih sering menggunakan waktu bermainnya daripada untuk belajar. Tentu saja itu berdampak pada hasil belajar Bahasa Inggris yang belum tuntas, yakni dibawah KKM yaitu 75. Faktor yang kedua adalah siswa kurang percaya diri dalam pelaksanaan pembelajaran Bahasa Inggris, hal ini dikarenakan siswa yang belum terbiasa menggunakan bahasa inggris dalam kegiatan sehari-hari. Faktor yang ketiga adalah minat belajar siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris masih rendah. Hal ini terbukti ketika siswa cenderung mencari kesibukan lain ditengah kegiatan belajar mengajar berlangsung, faktor yang terakhir adalah sarana belajar Bahasa Inggris siswa kelas V pada mata pelajaran bahasa inggris masih sangat minim. Untuk menunjang keberhasilan siswa dalam pembelajaran bahasa inggris guru hanya menggunakan media buku dan sesekali menggunkan media bernyanyi untuk membentuk motivasi belajar siswa. Adapun kelemahan belajar bahasa inggris di kelas V SD N 2 SONO adalah (1) siswa tidak mampu menguasai hubungan antar konsep, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Masalah-masalah di atas merupakan masalah-masalah pendekatan pembelajaran, belum lagi masalah-masalah dari siswa itu sendiri. Terutama pada pelajaran bahasa inggris, mengingat pelajaran bahasa inggris merupakan mata pelajaran yang terkenal sulit, selain itu juga dikhawatirkan aktivitas belajar bahasa 3

114 inggris terganggu, jika suasana pembelajaran bahasa inggris tidak menyenangkan. Ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru Bahasa Inggris. Rendahnya hasil belajar Bahasa Inggris karena adanya berbagai cap negatif telah melekat di benak siswa berkenaan dengan pelajaran bahasa inggris, yang bisa jadi itu semua dimunculkan dari guru baik secara langsung maupun tidak langsung, disadari atau tidak disadari. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris adalah melalui pendekatan belajar tuntas (mastery learning). Dari permasalahan yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk menerapkan mastery learning pada proses pembelajaran Bahasa Inggris siswa kelas V Sekolah Dasar. Adapun judul dari penelitian ini adalah Pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi masalahmasalah yang terjadi sebagai berikut : 1. Metode yang digunakan guru kurang kreatif, yaitu masih menggunakan metode ceramah. 2. Keterampilan menulis siswa kelas 5 SD Negeri Sono masih rendah di bawah standar kriteria ketuntasan minimal belajar yaitu Media yang digunakan guru dalam mengajar kurang memotivatif. 4. Pendekatan belajar dengan model mastery learning atau belajar tuntas belum digunakan oleh guru. 4

115 5. Waktu pelajaran bahasa inggris terbatas. C. Pembatasan Masalah Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka peneliti membatasi permasalahan. Peneliti memberikan batasan masalah pada pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul? E. Tujuan Penelitian Masalah yang timbul dalam pembelajaran diperlukan usaha-usaha agar terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh Model Pembelajaran Mastery Learning terhadap Keterampilan Menulis Kalimat Sederhana Bahasa Inggris Kelas 5 SD Sono Parangtritis Kretek Bantul F. Manfaat Penelitian Sebagai penelitian experiment pre experimental one group pre test post test, manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah. 1. Manfaat Teoritis 5

116 Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan berupa kajian konseptual untuk memperbaiki hasil belajar Bahasa Inggris. 2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, ada tiga manfaat yang disampaikan dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut: a. Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing siswa. b. Bagi guru, dengan penerapan mastery learning dapat membuat pembelajaran menjadi asyik serta dapat meningkatkan motivasi beajar siswa. c. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi terhadap penelitian selanjutnya. 6

117 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bahasa Inggris SD 1. Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Pembelajaran bahasa inggris adalah bahasa yang digunakan sebagai media komunikasi dan sebagai bahasa Internasional pertama yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain di seluruh dunia. Pembelajaran Bahasa Inggris pada jenjang pendidikan SD identik dengan mengajari seorang bayi bahasa ibu. Dimana secara umum anak-anak kita di sekolah dasar belum mengenal Bahasa Inggris. Sehingga hal itu akan berdampak pada pola pengajaran Bahasa Inggris pada tingkat SD yang lebih bersifat pengenalan. Sehingga diusahakan sedapat mungkin agar tercapai apa yang disebut kesan pertama sangat mengesankan yang selanjutnya sebagai motivasi bagi mereka untuk mengeksplorasi khasanah berbahasa inggris pada tataran lebih lanjut. Maka dari itu diperlukan kiat-kiat khusus berupa penerapan metode metode pembelajaran yang inovatif. Awalnya pembelajaran Bahasa Inggris di negara asalnya sendiri yaitu Inggris dan beberapa negara pengguna Bahasa Inggris sebagai bahasa nasionalnya seperti Australia, New Zaeland, Kanada dan Amerika Serikat mengajarkan bahasa secara terpisah-pisah. Sejak sekitar tahun 1980-an mulai menerapkan pendekatan whole language pada pembelajaran bahasa (Routman, 1991). Whole language adalah pendekatan pengajaran bahasa secara utuh tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991). Pendekatan whole language didasari oleh paham kontruktifisme yang menyatakan bahwa anak dapat mengkonstruksikan sendiri strutur kognitifnya 7

118 berdasarkan pengalaman yang didapatkannya melalui peran aktif dalam belajar secara utuh (whole) dan (integrated) terpadu. (Robert, 1996). Komponen whole language adalah (1) Reading alloud, yaitu kegiatan membaca yang dilakukan guru kepada siswanya. (2) Jurnal writing yaitu suatu kegiatan menulis jurnal yang memberikan siswa mencurahkan perasaannya tentang kegiatan belajar dan hal ikwal yang ada hubungannya dengan pembelajaran serta sekolah dalam bentuk tulisan. (3) Sustained silent reading, yaitu kegiatan membaca dalam hati. (4) Guided reading, yaitu kegiatan membaca terbimbing, (5) Guded Writing, yaitu kegiatan pembelajaran menulis terbimbing, (6) Independen reading, yaitu kegiatan membaca bebas sesuai bacaan yang siswa gemari. (7) Independent writing yaitu kegiatan menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa obyek atau hal yang ia tulis. Kelas yang menerapkan pembelajaran berbasiskan whole language adalah merupakan kelas yang kaya akan barang cetak, seperti buku, majalah, koran, dan buku petunjuk. Di samping itu kelas whole language dilengkapi dengan sudut-sudut yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan secara mandiri. Strategi penilaian yang guru dapat lakukan dalam hal ini adalah melalui penilaian proses dan fortofolio. Menurut David Nunan (1989) dalam Solchan T.W., dkk (2001:66) pembelajaran bahasa hendak dibelajarkan menggunakan pendekatan komunikatif. Dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna, yang menekankan fasa 8

119 dimensi semantik dan komunikatif daripada ciri-ciri gramatikal bahasa. Oleh karna itu yang perlu ditonjolkan adalah interaksi dan komunikasi bahasa, bukan pengetahuan tentang bahasa. Teori belajar yang cocok untuk pendekatan ini adalah teori pemerolehan bahasa ke dua secara alamiah. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar lebih efektif apabila bahasa diajarkan secara alamiah sehingga proses belajar bahasa lebih efektif dilakukan melalui komunikasi langsung dalam bahasa yang dipelajari. Kebutuhan siswa yang utama dalam belajar bahasa berkaitan dengan kebutuhan berkomunikasi maka tujuan umum pembelajaran bahasa adalah untuk mengembangkan siswa untuk berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa Inggris dengan pendekatan komunikatif siswa dihadapkan pada situasi komunikasi nyata, seperti tukar menukar informasi, negoisasi makna atau kegiatan lain yang sifatnya riil. Dalam pendekatan komunikatif peran guru hanya bersifat memfasilitasi proses komunikasi, partisipan tugas dan teks, menganalisa kebutuhan, konselor dan manajer pembelajaran. Siswa berposisi pada pemberi dan penerima, negosiator, dan interaktor sehingga siswa tidak hanya menguasai bentukbentuk bahasa, tetapi bentuk dan maknanya dalam kaitannya dengan konteks pemakaian. Materi yang disajikan dalam peranan sebagai pendukung usaha meningkatkan kemahiran berbahasa dalam tindak komunikasi nyata. Menurut pendekatan komunikatif metode yang tepat diterapkan adalah metode komunikatif itu sendiri dengan uraian teknik seperti yang diuaraikan dalam Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. 9

120 (2001) berikut ini, (1) teknik pelajaran menyimak, (2) teknik pembelajaran berbicara, (3) teknik pembelajaran membaca, (4) teknik pembelajaran menulis. Teknik evaluasi untuk pendekatan ini adalah tes diskrit yaitu tes yang bersifat terpisah antar aspek kebahasaan, tes integratif yaitu tes yang memadukan semua aspek kebahasaan pada suatu tes evaluasi yang bersifat tercampur. Yang terakhir adalah tes pragmatik, yaitu kemampuan siswa dalam menggunakan elemen-elemen kebahasaan dalam konteks situasional tertentu sebagai tolak ukurnya. Beberapa jenis tes pragmatis adalah, dikte, berbicara, parafrase, menjawab pertanyaan, dan teknik rumpang. Pendekatan yang lain yang sering dianjurkan untuk diterapkan adalah pendekatan ketrampilan proses. Dimana pendekatan ketrampilan proses diidentifikasi sebagai pendekatan yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan bahasa. Kalau dibandingkan dengan pendekatan whole language dan pendekatan komunikatif maka pendekatan ketrampilan proses adalah dijiwai oleh dua pendekatan tersebut. 2. Pembelajaran writting kelas 5 Sekolah Dasar Secara umum, materi bahasa Inggris di Sekolah Dasar mungkin sangat mudah, namun dalam penyampaiannya, materi di sekolah dasar justru paling sulit diimplementasikan. Pada pembelajaran writting di kelas 5, pembelajaran lebih ditekankan pada guded writing, yaitu kegiatan pembelajaran menulis terbimbing. Selain itu pada pembelajarn writting kelas 5 ini juga menggali tentang kegiatan 10

121 menulis bebas sehingga siswa dapat berfikir kritis dalam menganalisa obyek atau hal yang siswa tuliskan, Pembelajaran writting di kelas 5 Sekolah Dasar hendaknya dilaksanakan dengan pendekatan yang komunikatif, sehingga ada suatu interaksi antara guru dengan siswa. Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih efektif dan siswa akan lebih mengetahui makna dalam kaitannya dengan proses pemakaian, tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa. B. Tinjauan Mastery Learning (Belajar Tuntas) 1. Pengertian dan Kriteria Belajar Tuntas Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran tersebut. 11

122 Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah bagaimana usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang dianggap esensial bagi perkembangannya. Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam usaha itu harus turut diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi penguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan waktu yang tersedia untuk belajar. Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor untuk setiap anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini tentunya mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak dapat dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan sebagai modal bagi usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan penuh seperti dilakukan pada apa yang disebut non-grade school, yaitu sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju terus menurut kecepatan masing-masing. Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam 12

123 suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa. 2. Variabel Strategi Belajar Tuntas Pembelajaran dengan metode belajar tuntas (mastery learning) dalam pelaksanaannya membutuhkan variabel sebagai acuan daripada penerapannya di institusi pendidikan. Variabel belajar tuntas dalam penerapannya merupakan sebagai strategi untuk menentukan keberhasilan pembelajaran. Kajian teori mengenai variabel strategi belajar tuntas menurut John Carrol (dalam Suryobroto, 2002:102) merumuskan bahwa belajar tuntas ditentukan oleh lima variabel yaitu; pertama adalah bakat (Attitude), bakat adalah sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pelajaran. Siswa dalam hal ini dituntut untuk aktif dan guru harus menyadari bahwa guru terresebut adalah sebagai fasililitator yang mendidik serta mengajarkan tentang sebuah materi. Siswa membutuhkan waktu tersebut untuk mengetahui bakatnya agar kemampuan daripada siswa tersebut dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Kedua adalah ketekunan (Perseverance). Ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar. Siswa memiliki waktu belajar yang cukup untuk mencapai tujuan dan sampai kepada pemahaman daripada suatu materi. Siswa harus menyadari bahwa dalam suatu kegiatan pembelajaran harus dibutuhkan agar penguasaan materi dapat tercapai. 13

124 Ketiga adalah kualitas pengajaran (Quality of Instruction). Kualitas pengajaran ditentukan oleh unsur-unsur tugas belajar. Yang perlu diperhatikan adalah mengembangkan metode-metode mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas siswa secara individual sehingga dapat menghasilkan tingkat penguasaan bahan yang hampir sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya. Keempat adalah kemampuan untuk menerima pelajaran (Ability to Understand Intsuction). Kesanggupan atau kemampuan untuk memiliki dan memahami pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengerti bahan lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahan lisan erat dengan hasil guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahan tulisan (kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan buku. Untuk itu guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa sehingga hasil yang ia capai berada pada jangkauan kemampuan pengertian siswa. Terakhir atau yang kelima yaitu kesempatan yang tersedia untuk Belajar (Time Allowed for Learning). Alokasi waktu tiap bidang situasi telah ditentukan dalam kurikulum yang tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar siswa dan perkembangan jiwanya. 3. Ciri-ciri Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tuntas Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode belajar tuntas tentunya memiliki ciri-ciri. Menurut Suryobroto (2002:124) ciri-ciri belajar tuntas 14

125 merupakan suatu prinsip yang harus diketahui oleh setiap pendidik. Adapun ciriciri daripada prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut. Pertama, pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar mengajar adalah agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. Kedua, memperhatikan perbedaan individu. Perbedaan dimaksud adalah perbedaan siswa dalam diri serta laju belajarnya. Guru harus mengetahui bahwa kemampuan setiap siswanya berbeda. Tingkat pemahaman serta laju belajar antar materi antara siswa satu dengan siswa lainnya tidak ada yang sama. Ketiga aalah evaluasi. Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteriaevaluasi dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) ini diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera, sering dan sistematis. Evaluasi mengenal dua macam bentuk yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Keempat menggunakan program perbaikan (remidial) dan program pengayaan. Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar mengajar siswa dan administrasi sekolah. Kelima yaitu dengan menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Keaktifan siswa dalam belajar sangat diperlukan pada pembelajaran tuntas. Cara belajar demikian mendorong siswa untuk dapat mengembangkan ketrampilan kognitif. 15

126 Keenam yaitu ketrampilan kreativitas dan logika berpikir. Prinsip belajar tuntas menggunakan metode yang mengharuskan siswanya untuk aktif. Keaktifan tersebut untuk mendorong kemampuan berfikir siswa menjadi lebih kreatif dan mandiri serta mampu menganalisis masalah belajarnya sendiri. Ketujuh yaitu menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin. 4. Pembelajaran Bahasa Inggris Dengan Belajar Tuntas Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (yakni dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode yang digunakan, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan penjabaran daru pendekatan dan implementasi oleh teknik pembelajaran. Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peran utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya hasil belajar siswa. Pembelajaran tuntas (mastery learning) dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana Carrol mengembangkan bahwa jika setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka 16

127 besar kemungkinan siswa akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi siswa tersebut oleh Block (dalam Suryobroto, 2002 : 100) dapat dinyatakan sebagai berikut : Degree of learning = f Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) adalah fungsi (f) dari waktu yang digunakan secara sungguhsungguh untuk belajar (Time Actually Spent) dan waktu yang benar-benar dibutuhkan untuk mempelajari bahan suatu pelajaran (Time Needed). Dalam pembelajran konvensional, di mana bakat (aptitude) siswa tersebar secara normal dan kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Secara skematis konsep tentang hasil belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan konvensional dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pembelajaran Konvensional Sebaliknya apabila siswa-siswa sehubungan dengan bakanya tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap siswa, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan 17

128 keberhasilan akan menjadi semakin kecil. Secara skematis konsep hasil belajar sebagai dampak pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran tuntas. b. Pembelajaran Tuntas Konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata hasil siswa dalam belajar matematika dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, maka dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah : a. Kompetensi harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan yang hierarkhis. b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback. c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan di mana diperlukan. d. Pemberian program-program pengayaan bagi siswa yang mencapai ketuntasan lebih awal. C. Kelebihan dan kekurangan mastery learning Metode belajar tuntas (mastery learning) tentunya memliki kelebihan dan kekurangan. Kajian teori mengenai kelebihan dan kekurangan tersebut menurut Suryobroto (2010:88) adalah sebagai berikut; Kelebihan pendekatan pembelajaran tuntas: 18

129 1. Pendekatan ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual. Perbedaan pada diri siswa sangat diperhatikan dalam pembelajaran tuntas. Metode belajar tuntas sangat menghargai adanya perbedaan individu yang mengakibatkan keberagaman kemampuan namun masih dapat dikendalikan dengan adanya guru sebagai fasilitator dan sumber belajar. 2. Memungkinkan siswa belajar lebih aktif. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan proses menemukan dan bekerja sendiri. Kemandirian siswa dalam belajar tuntas menjadi yang utama. 3. Guru dan siswa dapat bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun proses bimbingan terhadap siswa lainnya. Kegiatan diskusi kelompok pada pelaksanaan pembelajaran dengan metode belajar tuntas secara tidak langsung memberi dampak sikap afektif pada siswa. 4. Berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Siswa dapat menguasai materi belajar secara menyeluruh dan utuh. 5. Pendekatan belajar tuntas ini pada hakekatnya tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak naik kelas. Siswa yang hasil belajarnya kurang memuaskan atau masih di bawah target hasil yang diharapkan, terus menerus dibantu oleh rekannya dan gurunya. 19

130 6. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi sebab penilaian dilakukan oleh guru, rekan sekelas dan oleh diri sendiri, dan berlangsung secara berlanjut serta berdasarkan ukuran keberhasilan (standar perilaku) yang jelas dan spesifik. 7. Didasarkan pada suatu perencanaan yang sistemik yang memiliki derajat koherensi yang tinggi dengan kurikulum yang berlaku. 8. Menyediakan waktu belajar yang cukup sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masing-masing individu siswa sehingga memungkinkan mereka belajar secara lebih leluasa. 9. Berusaha mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada pendekatan pembelajaran konvensional yang pada umumnya berdasarkan pendekatan klasikal. Beberapa kekurangan atau kelemahan dari pembelajaran tuntas, antara lain: 1. Guru sering mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan mengajar karena harus dibuat untuk jangka waktu yang cukup panjang di samping penyusunan perencanaan mengajar yang lengkap dan menyeluruh. 2. Pendekatan pembelajaran tuntas ini dalam pelaksanaannya harus melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan guru yang memadai. 20

131 3. Guru-guru yang sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan caracara yang lama (konvensional) biasanya akan mengalami hambatan untuk melaksanakan pendekatan pembelajaran tuntas ini. 4. Pendekatan ini mempersyaratkan tersedianya berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana, dan waktu yang cukup banyak, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya masih langka dalam segi sumbersumber teknis seperti yang diharapkan. 5. Diberlakukannya sistem ujian seperti UAN/UN yang menuntut penyelenggaraan program pembelajaran pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan para siswa untuk menempuh ujian, mungkin menjadi salah satu unsur penghambat pelaksanaan pembelajaran tuntas yang diharapkan. 6. Untuk melaksanakan pendekatan ini yang mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas pada gilirannya menuntut para guru agar mengusai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Hal ini menuntut para guru agar belajar lebih banyak dan menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. Dengan mengetahui adanya kelebihan dan kekurangan dari pendekatan pembelajaran tuntas seperti telah diuraikan di atas, kita dapat lebih menyempurnakan pelaksanaannya sehingga kita dapat memetik manfaat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah dasar. 21

132 D. Sintaks pembelajaran metode mastery learning Kajian teori mengenai sintaks atau tahapan pembelajaran dengan metrode belajar tuntas (mastery learning) menurut Suryobroto (2010:136) adalah sebagai berikut: a.) Orientasi Pada tahap ini dilakukan penetapan suatu kerangka isi pembelajaran. Guru akan menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran. b.) Penyajian Pada tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru disertai dengan contoh-contoh. Jika yang diajarkan adalah konsep baru, maka penting untuk mengajak siswa mendiskusikan karakteristik konsep, definisi serta konsep. Jika yang diajarkan berupa keterampilan baru, maka penting untuk mengajar siswa mengidentifikasi langkah-langkah kerja keterampilan dan berikan contoh untuk setiap langkah-langkah keterampilan yang diajarkan. c.) Latihan Terstruktur Pada tahap ini guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah/tugas. Dalam tahap ini, siswa perlu diberi beberapa pertanyaan, kemudian guru memberi balikan atas jawaban siswa. d.) Latihan Terbimbing Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada siswa untuk latihan menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan dalam menyelesaikannya. Melalui kegiatan terbimbing ini memungkinkan guru untuk 22

133 menilai kemampuan siswa dalam menyelesaikan sejumlah tugas dan melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa. Jadi peran guru dalam tahap ini adalah memantau kegiatan siswa dan memberikan umpan balik yang bersifat korektif jika diperlukan. e.) Latihan Mandiri Tahap latihan mandiri adalah inti dari strategi ini. Latihan mandiri dilakukan apabila siswa telah mencapai skor unjuk kerja antara 85%-90% dalam tahap latihan terbimbing. Tujuan latihan terbimbing adalah memperkokoh bahan ajar yang baru dipelajari, memastikan daya ingat, serta untuk meningkatkan kelancaran siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam tahap ini siswa menyelesaikan tugas tanpa bimbingan ataupun umpan balik dari guru. Kegiatan ini dapat dikerjakan di kelas ataupun berupa PR (Pekerjaan Rumah). Adapun peran guru pada tahap ini adalah memberi nilai hasil kerja siswa setelah selesai mengerjakan tugas secara tuntas. Guru perlu memberikan umpan balik kembali jika siswa masih ada kesalahan dalam pengerjaannya. E. Pengertian hasil belajar Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata 23

134 pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan. Pengertian hasil belajar menurut Nasution dalam Sunarto (2005) mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut. Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik (Sudjana, 1990:22). Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu : Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, terutama kualita pengajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut: 24

135 Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. F. Karakteristik anak SD Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar Anak SD merupakan anak dengan katagori banyak mengalami perubahan yang sangat drastis baik mental maupun fisik. Usia anak SD yang berkisar antara 6 12 tahun menurut Seifert dan Haffung memiliki tiga jenis perkembangan : 1. Perkembangan Fisik Siswa SD 25

136 Mencakup pertumbuhan biologis misalnya pertumbuhan otak, otot dan tulang. Pada usia 10 tahun baik laki laki maupun perempuan tinggi dan berat badannya bertambah kurang lebih 3,5 kg. Namun setelah usia remaja yaitu tahun anak perempuan berkembang lebih cepat dari pada laki laki, Sumantri dkk (2005). ¾ Usia masuk kelas satu SD atau MI berada dalam periode peralihan dari pertumbuhan cepat masa anak anak awal ke suatu fase perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh anak relatif kecil perubahannya selama tahun tahun di SD. ¾ Usia 9 tahun tinggi dan berat badan anak laki laki dan perempuan kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun anak perempuan relatif sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari anak laki laki. ¾ Akhir kelas empat, pada umumnya anak perempuan mulai mengalami masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat. 2 ¾ Pada akhir kelas lima, umumnya anak perempuan lebih tinggi, lebih berat dan lebih kuat daripada anak laki laki. Anak laki laki memulai lonjakan pertumbuhan pada usia sekitar 11 tahun. ¾ Menjelang awal kelas enam, kebanyakan anak perempuan mendekati puncak tertinggi pertumbuhan mereka. Periode pubertas yang ditandai dengan menstruasi umumnya dimulai pada usia tahun. Anak laki laki memasuki masa pubertas dengan ejakulasi yang terjadi antara usia tahun. ¾ Perkembangan fisik selama remaja dimulai dari masa pubertas. Pada masa ini terjadi perubahan fisiologis yang mengubah manusia yang belum mampu bereproduksi menjadi mampu bereproduksi. 26

137 Setiap organ atau sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan perubahan ini. Anak pubertas awal (prepubertas) dan remaja pubertas akhir (postpubertas) berbeda dalam tampakan luar karena perubahan perubahan dalam tinggi proporsi badan serta perkembangan ciri ciri seks primer dan sekunder. Meskipun urutan kejadian pubertas itu umumnya sama untuk tiap orang, waktu terjadinya dan kecepatan berlangsungnya kejadian itu bervariasi. Rata rata anak perempuan memulai perubahan pubertas 1,5 hingga 2 tahun lebih cepat dari anak laki laki. Kecepatan perubahan itu juga bervariasi, ada yang perlu waktu 1,5 hingga 2 tahun untuk mencapai kematangan reproduksi, tetapi ada yang memerlukan waktu 6 tahun. Dengan adanya perbedaan perbedaan ini ada anak yang telah matang sebelum anak yang sama usianya mulai mengalami pubertas. 2. Perkembangan Kognitif Siswa SD Hal tersebut mencakup perubahan perubahan dalam perkembangan pola pikir. Tahap perkembangan kognitif individu menurut Piaget melalui empat stadium: a. Sensorimotorik (0 2 tahun), bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan medorong mengeksplorasi dunianya. b. Praoperasional(2 7 tahun), anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata kata. Tahap pemikirannya yang lebih simbolis 3 tetapi tidak melibatkan pemikiran operasiaonal dan lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis 27

138 c. Operational Kongkrit (7 11), penggunaan logika yang memadai. Tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda konkrit. d. Operasional Formal (12 15 tahun). kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia 3. Perkembangan Psikososial Hal tersebut berkaitan dengan perkembangan dan perubahan emosi individu. J. Havighurst mengemukakan bahwa setiap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek lain seperti di antaranya adalah aspek psikis, moral dan sosial. Menjelang masuk SD, anak telah Mengembangkan keterampilan berpikir bertindak dan pengaruh sosial yang lebih kompleks. Sampai dengan masa ini, anak pada dasarnya egosentris (berpusat pada diri sendiri) dan dunia mereka adalah rumah keluarga, dan taman kanak kanaknya. Selama duduk di kelas kecil SD, anak mulai percaya diri tetapi juga sering rendah diri. Pada tahap ini siswa mulai mencoba membuktikan bahwa mereka "dewasa". Siswa merasa "saya dapat mengerjakan sendiri tugas itu, karenanya tahap ini disebut tahap "I can do it my self". Siswa sudah mampu untuk diberikan suatu tugas. Daya konsentrasi anak tumbuh pada kelas kelas besar SD. Siswa dapat meluangkan lebih banyak waktu untuk tugas tugas pilihan mereka, dan seringkali mereka dengan senang hati menyelesaikannya. Tahap ini juga termasuk tumbuhnya tindakan mandiri, kerjasama dengan kelompok dan bertindak menurut cara cara yang dapat diterima lingkungan siswa. Siswa juga 28

139 mulai peduli pada permainan yang jujur. Selama masa ini mereka juga mulai menilai diri mereka sendiri dengan membandingkannya dengan orang lain. Anak-anak yang lebih mudah menggunakan perbandingan sosial (social comparison) terutama untuk norma norma sosial dan empat kesesuaian jenis jenis tingkah laku tertentu. Pada saat anak anak tumbuh semakin lanjut, mereka cenderung menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi dan menilai kemampuan kemampuan mereka sendiri. Sebagai akibat dari perubahan struktur fisik dan kognitif mereka, anak pada kelas besar di SD berupaya untuk tampak lebih dewasa. Siswa ingin diperlakukan sebagai orang dewasa.terjadi perubahan perubahan yang berarti dalam kehidupan sosial dan emosional siswa. Di kelas besar SD anak laki laki dan perempuan menganggap keikutsertaan dalam kelompok menumbuhkan perasaan bahwa dirinya berharga. Tidak diterima dalam kelompok dapat membawa pada masalah emosional yang serius. Teman teman mereka menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Kebutuhan untuk diterima oleh teman sebaya sangat tinggi. Remaja sering berpakaian serupa. Siswa menyatakan kesetiakawanan mereka dengan anggota kelompok teman sebaya melalui pakaian atau perilaku. Hubungan antara anak dan guru juga seringkali berubah. Pada saat di SD kelas rendah, anak dengan mudah menerima dan bergantung kepada guru. Di awal-awal tahun kelas besar SD hubungan ini menjadi lebih kompleks. Ada siswa yang menceritakan informasi pribadi kepada guru, tetapi tidak mereka 29

140 ceritakan kepada orang tua siswa. Beberapa anak pra remaja memilih guru mereka sebagai model. Sementara itu, ada beberapa anak membantah guru dengan cara cara yang tidak mereka bayangkan beberapa tahun sebelumnya. Salah satu tanda mulai munculnya perkembangan identitas remaja adalah reflektivitas yaitu kecenderungan untuk berpikir tentang apa yang sedang berkecamuk dalam benak mereka sendiri dan mengkaji diri sendiri. Siswa juga mulai menyadari bahwa ada perbedaan antara apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan serta bagaimana mereka berperilaku. Siswa mulai mempertimbangkan kemungkinan kemungkinan. Remaja mudah dibuat tidak puas oleh diri mereka sendiri. Siswa mengkritik sifat pribadi mereka, membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan mencoba untuk 5 mengubah perilaku mereka. Pada remaja usia 18 tahun sampai 22 tahun, umumnya telah mengembangkan suatu status pencapaian identitas. G. Hasil penelitian yang relevan Dasar dari penelitian ini tidak lain juga berasal dari beberapa penelitian dengan model belajar yang sama, yaitu menggunakan model pembelajaran mastery learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun penulis mengkorelasikan dua penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian tersebut adalah : Peningkatan penguasaan kosa kata bahasa inggris melalui penggunaan media kartu gambar pada siswa kelas II SD Muhamadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta 30

141 Penguasaan kosakata bahasa Inggris kelas II masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa belum dapat membaca kosakata bahasa Inggris, sehingga siswa membutuhkan suatu alat bantu pembelajaran agar penguasaan kosakata bahasa Inggris dapat meningkat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan media kartu gambar untuk meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris pada siswa kelas II SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan subyek penelitian siswa kelas IIa 1 SD Muhammadiyah Purwodiningratan 2 Yogyakarta yang berjumlah 33 siswa. Desain penelitian ini menggunakan model kemmis dan taggart yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus memiliki komponen tindakan yang terdiri dari perencanaan, perlakuan tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, tes, dan catatan lapangan. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi, soal, dan lembar catatan lapangan. Analisis data penelitian menggunakan analisis data kuantitatif deskriptif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan media kartu gambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa. Peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris siswa dapat dilihat dari peningkatan aspek mengartikan kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,29, peningkatan aspek membaca kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,82, peningkatan aspek melafalkan kosakata dari 31

142 sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,94, peningkatan aspek menulis kosakata dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,76, peningkatan aspek menggunakan kosakata dalam pembelajaran dari sebelum dilakukan tindakan sampai siklus II sebesar 0,15 dan nilai rata-rata yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan yaitu 66,1 dengan persentase ketuntasan sebesar 51,52%, setelah dilakukan tindakan siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 88,03 dengan persentase ketuntasan sebesar 90,9% serta peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. H. Kerangka berfikir Hasil belajar bahasa inggris dipengaruhi oleh kemampuan, keaktifan dan kualitas antar komponen pendidikan. Sebagai sarana penunjang, suatu metode pembelajaran adalah strategi yang digunakan dalam belajar mengajar. Semakin baik pengajar menguasai dan menggunakan strateginya, maka makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Guru dalam proses belajar mengajar selalu bertujuan agar materi yang disampaikan dapat dikuasai siswa dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi harapan itu belum dapat diwujudkan sepenuhnya, karena pembelajaran yang masih berlangung selama ini hanya mementingkan hasilnya saja, tidak mementingkan prosesnya. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan penguasaan materi siswa secara penuh dalam pembelajaran adalah dengan pendekatan belajar tuntas. Dalam metode ini siswa diharapkan dapat menguasai setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun 32

143 kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh, sehingga metode ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar dapat dilaksanakan agar tujuan pembelajaran yang akan dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien. Belajar tuntas menuntut siswa untuk mempunyai waktu belajar yang lebih terhadap dirinya sendiri. Waktu belajar siswa tersebut berguna untuk membantu siswa dalam memeperdalam materi secara penuh dan membantu menuntaskan siswa dalam belajar.tahapan pembelajaran menggunakan metode mastery learning siswa dituntut untuk mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru. Dalam pengerjaannya siswa diharapkan mengerjakan sesuai dengan kempuan yang dimliki serta mendapatkan hasil diatas KKM. Siswa mengerjakan soal secara individual. Namun dalam proses pembelajarannya sebelum ujian, siswa dikelompokan berdasarkan kempuan yang berbeda. Mereka yang diatas rata-rata di bentuk klompok sendiri, dan siswa yang memiliki kemampuan sedang di kelompokan sendiri, begitu juga dengan siswa yang memiliki kempuan rendah atau di bawah rata-rata. Dengan diterapkannya strategi pembelajaran seperti itu, diharapkan hasil belajar akan meningkat. 33

144 Metode Mastery Learning 1. Orientasi 2. Penyajian 3. Latihan Terstruktur Keterampilan Writting 1. Structure 2. Ejaan 3. Diksi 4. Latihan Terbimbing 5. Latihan Mandiri Gambar 1. Kerangka Pikir I. Hipotesis Penelitian Refleksi hasil tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Terdapat pengaruh positif dan signifikan metode Mastery Learning terhadap keterampilan writing kelas 5 SD Negeri Sono. 34

145 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian experimnet pre experimental one group pre test post test. Metode experimnet pre experimental one group pre test post test adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalanpersoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Masyhuri (2008: 34) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif merupakan penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. 35

146 Metode penelitian kuantitatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011: 14) adalah: Metode penelitian sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme; metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel biasanya dilakukan dengan perhitungan teknik sampel tertentu yang sesuai,; pengumpulan data kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. B. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SD N SONO yang terletak di Kecamatan kretek, kabupaten Bantul. C. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini subyek penelitian adalah seluruh siswa kelas 5 SD Negeri Sono yang berjumlah 24 siswa tahun ajaran 2015/2016. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri Sono. Penelitian ini juga melibatkan guru kelas, guru mata pelajaran Bahasa Inggris dan peneliti sendiri. D. Rencana Tindakan Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-experimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pre test post test, intec-group comparison; (2) true-experimental, meliputi post test only control design, pre test-control group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series design dan non equivalent control group design. Penelitian ini menggunakan jenis eksperimen pre-experimental one group pre test post test dengan memberikan perlakuan sebelum dan sesudah pembelajaran sebagai acuan untuk validasi data dan akurasi hasil. 36

147 Tabel 1. Desain penelitian eksperimen pre-experimental one group pre test post test O1 X O2 Keterangan : O1 = Pre Test X = Treatment O2 = Post Test E. Rancangan Pelaksanaan Tindakan 1. Perancangan atau persiapan tindakan a. Permintaan ijin di SD Negeri Sono. Guru bahasa inggris dan kepala sekolah menyatakan siap untuk memberikan dukungan dan ikut langsung dalam penelitian tindakan kelas. b. Observasi dan wawancara, kegiatan ini dilakukan untuk mendapat gambaran awal tentang SD Negeri Sono secara keseluruhan dan keadaan proses belajar mengajar bahasa inggris, khususnya kelas 5. c. Menyusun rencana penelitian, pada tahap ini peneliti beserta guru menyusun serangkaian kegiatan dalam program meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode belajar tuntas. 2. Pelaksanaan ekpserimen pre-experimental one group pre test post test a. Tahap pre test Peneliti bekerjasama dengan guru memberikan lembar soal sebelum memasuki materi pembelajaran sebagai alat untuk mengetahui hasil pemahaman awal tentang materi clothes b. Tahap perlakuan 37

148 Peneliti bekerjasama dengan guru melakukan treatement, yaitu dengan menerapkan proses pembelajaran tuntas (Mastery Learning). Guru dan peneliti melakukan evaluasi dan juga pembelajaran remedial untuk siswa yang belum mencapai kompetensi. c. Tahap post test Peneliti bekerjasama dengan guru memberikan lembar soal di akhir proses kegiatan belajar mengajar sebagai alat untuk mengetahui hasil pemahaman akhir dari materi yang telah diajarkan. 3. Teknik Pengumpulan Data Menurut Suharsimi Arikunto (1998:134) teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunbakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, terdapat beberapa teknik pengumpulan data: Teknik pengumpulan data pada penelitian ini hanya menggunakan test sebagai acuan data primer. Tes adalah serentetan pertanyaan serta alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kempuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes umumnya bersifat mengukur, yaitu dalam penelitian ini tes yang digunakan untuk mengukur hasil hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tes hasil belajar berupa soal bahasa inggris materi clothes yang digunakan untuk 38

149 mengukur tingkat pencapaian siswa setelah mempelajari suatu materi ajar. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah isian titik-titik dan merangkai kata ke dalam sebuah kalimat. Bentuk ini dipilih karena penilaiannya yang cepat dan mudah. Tes dilakukan di akhir pembelajaran dan diawal pembelajaran. Diawal dilakukan untuk mengetahui kognitif awal siswa di akhir digunakakn untuk mengetahui hasil belajar menggunakan metode mastery learning. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga akan lebih mudah diolah. Pengembangan instrumen penelitian dalam kegiatan penelitian ini peneliti menggunakan instrumen pengumpulan data antara lain sebagai berikut; a. Soal Tes Writing Soal tes Writing ini memuat materi tentang clothes. Soal tes writing berupa 5 soal isian titi-titik dan 5 soal rangkai kata ke dalam sebuah kalimat. b. Menyusun kisi-kisi instrumen Kisi-kisi atau yang biasa disebut dengan tabel spesifikasi tes ditampilkan dalam bentuk matriks. Dalam suatu kisi-kisi hendaknya harus mudah dibedakan mana yang merupakan pokok bahasan yang akan diuji dan kemampuan yang diuji (aspek kognitif). Kisi-kisi yang telah berisi menggambarkan proporsi banyaknya butir soal untuk setiap pokok bahasan dan setiap aspek kognitif. 39

150 Adapun kisi-kisi soal tes yang dimaksud adalah sebagai berikut: Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Sub Materi Indikator Butir soal Memahami ejaan Siswa mampu 1-5 (A) pada kalimat menuliskan kata sederhana. dengan benar. Memahami Siswa mampu structure pada menuliskan huruf 1-5 (B) kalimat dengan benar sederhana. Siswa mampu Memahami diksi menulis structure dalam kalimat dengan benar. sederhana. F. Teknik Analisis Data Untuk melaporkan hasil penelitian, maka data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis menurut Patton (Ikbal Hasan, 2004:29) mengemukakan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam satu pola, dalam kategori dalam suatu uraian dasar. Tujuan analisis data adalah agar data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menjawab rumusan yang sudah ditetapkan. Pada rancangan ini tidak ada kelompok kontrol dan siswa diberikan beberapa instruksi percobaan atau perlakuan (diberi label X). Untuk menandai lama waktu, dan pada batas wakttu tertentu siswa menerima jenis tes (diberi label O) pada perlakuan, sehingga yang mewakili rancangan ini adalah sebagai berikut : O1 X O2 Gambar 2. Skema Rancangan Penelitian 40

151 Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan dua tahap dimana pada tahap pertama pembelajaran peneliti bekerjasama dengan guru untuk memberikan soal pre test. Soal pre test terdiri dari 10 soal uraian singkat. Pada tahap ini adalah proses dari tahap satu siklus pembelajaran yang akan menentukan keterampilan menulis yang pertama kemudian di tentukan rata-ratanya sebagai acuan dasar nilai untuk pemicu ketuntasan belajar. Tahap kedua dilakukan di akhir pembelajaran yaitu setelah guru menjelaskan tentang materi pembelajaran kemudian peneliti bekerjasama dengan guru memberikan soal pos test. Soal pos test terdiri dari 10 soal uraian singkat. Soal post test ini berguna untuk evaluasi dan penentu hasil belajar bahasa inggris dengan metode belajar tuntas. G. Kriteria Keberhasilan Penelitian Penelitian dikatakan berhasil jika treatment yang diberikan yaitu metode mastery learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan menulis bahasa inggris. 41

152 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Lokasi dan Subyek Penelitian Sekolah yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah SD Negeri Sono. Lokasi daripada sekolah yang terletak di dusun Sono, Kelurahan Parangtritis, Kecematan Kretek, Kabubaten Bantul. Letaknya tidak begitu jauh dengan penelitian yaitu kurang lebih 200 m. Sehingga memudahkan peneliti mengadakan penelitian di SD ini. SD ini berdiri dari tanah pemerintah seluas 650 m2. Dalam penerimaan siswa baru, sekolah ini sudah menggunakan sistem seleksi, karena sekolah ini sudah termasuk sekolah favorit. Lingkungan sekolah ini cukup baik, hal ini dapat dilihat dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang kerja, ruang perpustakan, aula, halaman sekolah, UKS, kamar mandi dan kantin sekolah. Kebersihan dan kerapian ruang selalu diperhatikan, setiap hari sebelum pelajaran dibersihkan oleh siswa yang piket, kemudian di kontrol ulang oleh penjaga sekolah. Di tinjau dari kuantitas gurunya, SD Negeri Sono mempunyai 11 orang guru, dengan 9 guru berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 guru berstatus Pegawai Tidak Tetap (GTT). Tingkat pendidikan para guru di SD terebut mayoritas bergelar sarjana atau setara dengan sarjana (S1). Keadaan siswa di SD Negeri Sono secara kuantitas terdiri dari 6 kelas, yaitu kelas 1 sampai dengan VI. Rata-rata banyaknya siswa tiap kelas berjumlah 30 orang siswa. Jumlah siswa kelas V SD N SONO adalah 24 siswa, dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kondisi kelas beserta fasilitas yang 42

153 digunakan sebagai aktivitas belajar dan mengajar sudah memenuhu standar kegiatan belajar mengajar. Kelas berukuran 7x8 meter, dengan satu papan tulis lebar, meja dan kursi yang masih kokoh berjumah masing-masing 30 biji, serta lampu penerangan berjumlah 4 biji. 2. Hasil Observasi Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2016, yaitu diawali dengan dialog antara peneliti, guru bahasa Inggris, dan kepala sekolah. Dialog yang pertama dilaksanakan pada hari Kamis 11 Mei 2016 mulai pukul WIB di ruangan kepala sekolah. Pada kesempatan ini kepala sekolah menyambut baik kehadiran peneliti yang akan melakukan penelitian tindakan dengan guru Bahasa Inggris kelas 5. Dialog yang pertama ini menghasilkan kesempatan bahwa : 1) disadari untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, menyajikan materi ajar yang menarik, dan memberikan bimbingan pada siswa yang kesulitan, 2) usaha peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris, dan 3) dialog berikutnya mengagendakan untuk mencari masalah-masalah yang diduga menjadi penghambat hasil belajar siswa dan solusinya dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Kegiatan dialog yang kedua dilaksanakan pada hari Jumat 12 Mei 2016 mulai pukul WIB. Sesuai agenda dialog kedua dan berdasarkan pengalaman guru bahasa inggris serta observasi pendahuluan pada waktu pembelajaran Bahasa Inggris di kelas 5 disepakati bahwa masalah kelas yang perlu dan segera diatasi dalam usaha penelitian ini adalah hasil belajar siswa. 43

154 Dalam hal ini hasil belajar dalam keaktifan siswa, pemahaman materi dan kemandirian siswa. Dialog ini juga menghasilkan kesepakatan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang dilakukan selama ini belum optimal karena dilihat dari keaktifan, perhatian dan kemandirian siswa terhadap pembelajaran Bahasa Inggris yang juga kurang. Masih juga ada siswa yang tidak mau ambil pusing mengerjakan soal-soal Bahasa Inggris karena ada sesuatu yang lebih mudah dan menarik perhatian seperti menggambar, bermain dan berbicara dengan teman sebangkunya. Gambaran ini dijadikan pangkal dalam melihat permasalahan upaya peningkatan hasil belajar Bahasa Inggris di kelas 5 SD dan juga dalam diskusi antara guru Bahasa Inggris, kepala sekolah dan peneliti. 3. Kegiatan Pemberian Treatment a. Melakukan kajian yang berkaitan erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan Kegiatan kompetensi material guru dalam bidang Bahasa Inggris berkaitan dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam bidang materi ajar perlu diperbaiki. Bahasa Inggris melalui rangkaian kegiatan yang disepakati oleh guru Bahasa Inggris yang selanjutnya pembahasan dari masing-masing alternatif yang ditawarkan sebagai berikut: 44

155 a) Materi ajar Bahasa Inggris Pada saat penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sono, khususnya kelas V, materi inti mata pelaran Bahasa Inggris kelas V semester 2 yang diteliti adalah pokok bahasan clothes. b) Metode pembelajaran Pembahasan tentang metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan strategi pembelajaran, peneliti menyampaikan bahwa pada pembelajaran Bahasa Inggris tersebut menggunakan pendekatan belajar tuntas. Dalam implementasi pendekatan belajar tuntas, guru membantu siswa untuk dapat memahami materi, memotivasi dan memfasilitasi jalannya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru melibatkan siswa secara aktif. b. Mengidentifikasi masalah dan mendefinisikan masalah Tindakan yang disepakati untuk mengidentifikasi masalah dan analisis penyebabnya dalam usaha meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris yaitu diskusi antara guru bahasa inggris, kepala sekolah dan peneliti. Hal ini dilakukan pada kegiatan dialog yang kedua. Berdasarkan pengalaman guru menghadapi situasi kelas yang mengajarkan materi Bahasa Inggris, pengamatan langsung di kelas dan melalui diskusi yang disepakati bahwa permasalahan tindak kelas yang perlu segera diatasi untuk usaha meningkatkan hasil belajar siswa adalah : 1. Minat belajar Bahasa Inggris siswa masih kurang. 2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran kurang. 45

156 3. Perhatian dan kemandirian siswa kurang 4. Perbedaan kemampuan masing-masing individu. Masalah-masalah tersebut di atas, kiranya telah memenuhi syarat sebagai permasalahan yang dapat dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Setelah mendapatkan masalah tersebut di atas, selanjutnya diskusi dilanjutkan mengidentifikasi faktor penyebabnya. Karena melalui memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah suatu tindakan dapat dikenalkan. Hasil kerja kolaboratif guru Bahasa Inggris, kepala sekolah dan peneliti disepakati asumsi penyebab masalah tersebut di atas adalah sebagai berikut: Tabel 3. Masalah pembelajaran No. Faktor Penyebab Masalah 1 Siswa Mengnggap Bahasa Inggris suatu pelajaran yang sulit dan menakutkan Kesulitan memahami materi ajar Kurangnya minat belajar dan keaktifan Perhatian terhadap belajar kurang 2 Guru Kurang mendorong siswa untuk aktif Kurang memperhatikan dan memahami karakeristik siswa Penyampaian materi cenderung monoton Penyampaian tugas kurang terperinci 3 Proses Pembelajaran Kurang memaksimalkan pemanfaatan waktu belajar Penyampaian materi ajar terlalu singkat Pemanfaatan media belajar kurang maksimal Kurangnya bimbingan belajar Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang disajikan pada tabel di atas, kemudian dianalisis secara kolaboratif berdasarkan observasi kelas. Melalui kerja kolaboratif disimpulkan penyebab sesungguhnya yang tidak memperhatikan keaktifan siswa menjadikan hasil belajar yang rendah. Peneliti dan guru Bahasa 46

157 Inggris sepakat bahwa akar penyebab masalah adalah kualitas pembelajaran seperti : a) penyampaian materi ajar yang terlalu singkat, b) pembelajaran kurang memanfaatkan waktu dan media, dan c) tidak ada bimbingan guru dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. c. Membuat Rencana Penelitian Berdasarkan prinsip dan karakteristik dari pendekatan belajar tuntas maka proses pembelajaran di kelas harus memperhatikan : a) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. b) Memperhatikan perbedaan individu. c) Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. d) Menggunakan program perbaikan dan pengayaan. e) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. f) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. 1) Penyusunan program tindakan pembelajaran Solusi untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa perlu disusun ke dalam suatu program tindakan pembelajaran. Program yang ditawarkan guru Bahasa Inggris antara lain rencana pembelajaran bersifat fleksibel dan memberi kemungkinan guru untuk menyesuaikan dengan reaksi siswa dalam proses pembelajaran. Sesuai dengan komponen-komponen rencana pembelajaran yang telah disebutkan terdahulu, hendaknya kegiatan pembelajaran dilakukan 47

158 secara bertahap, mulai dari yang telah diketahui siswa, berangsur-angsur bergerak menuju pemahaman materi baru. d. Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode Mastery Learning a. Perencanaan Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2015 di kelas V SD N SONO yang disesuaikan dengan jadwal sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Pelaksanaan pembelajaran ini guru menggunakan metode belajar tuntas atau mastery learning yang telah di jelaskan sebelumnya oleh peneliti. Adapun perencanaan peneleiti dalam mendesain rancangan adalah sebagai berikut : a) Menelaah kurikulum tingkat satuan pelajaran yang berbasis kompetensi kelas V SD N Sono b) Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran bahasa inggris terkait teknis penelitian. c) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan langkah-langkah penerapan metode mastery learning di setiap pembelajaranya. d) Membuat kelompok belajar yang terdiri dari 7 kelompok. e) Menyiapkan alat bantu pembelajaran yaitu media kartu bergambar dengan isi materi clothes. f) Membuat lembar observasi untuk mrngamati kegiatan belajar mengajar ketika pembelajaran sedang berlangsung. 48

159 g) Membuat soal tes berupa isian singkat dan uraian b. Pelaksanaan menyusun kalimat untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada materi clothes. Setelah tanda bel pelajaran kedua dimulai peneliti masuk kedalam kelas. Siswa memberi salam kepada guru kemudian setelah menjawab salam guru memberikan motivasi untuk memulai pelajaran Bahasa Inggris pada pokok materi clothes, dalam hal ini merupakan kegiatan apersepsi. Kemudian guru menjelaskan dan menyajikan materi tersebut dengan metode mastery learning agar siswa lebih mudah untuk mengerti dan memahami materi tersebut. Pembelajaran dilaksanakan beberapa kali untuk menegaskan bahwa semua siswa telah paham terhadap materi clothes. Sebelum siswa melaksanakan pembelajaran, guru memberikan tes awal tau pre test, hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi tersebut. Hasil daripada pre test dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 24 siswa dengan rincian nilai sebagai berikut : Tabel 4. Hasil pre test : No. Nama Hasil Pre Test 1. AVN ADC 76,6 3. FM 73,3 4. RFN 53,3 5. GT 66,6 49

160 6. MR CPR AB 66,6 9. FNR RS 76,6 11. SA 76,6 12. W AR 76,,6 14. RAD NAS GS 53,3 17. YF 76,6 18. DYA FJ 63,3 20. TWN RA 43,3 22. DDS 73,3 23. SR DN 63,3 Jumlah 1641,6 RATA-RATA 68,3 Berdasarkan hasil pre test di atas terdapat hasil bahwa sebagian siswa belum memahami pembelajaran bahasa inggris materi clothes, diperoleh hasil bahwa siswa yang belum tuntas nilai kriteria minimal adalah 15 siswa. Sedangkan yang sudah memenuhi standar ketuntasan nilai minimal adalah 9 siswa, jika di hitung dalam jumlah presentase adalah 62,5 % siswa belum tuntas dan 37,5 % siswa telah tuntas, sedangkan untuk rata-rata hasil test pada pretest adalah 68,3 dimana nilai tersebut adalah nilai dibawah standar kelulusan minimal yaitu 75. Bila digambarkan melalui diagram sebagai berikut : 50

161 Diagram Pre Test Tuntas 37,5% Belum Tuntas 62,5% Gambar 3. Diagram Pre Test Pada tahap ini peneliti memperhatikan bakat (Attitude) yaitu sejumlah waktu yang dimint oleh siswa untuk mencapai penguasaan suatu tugas pembelajaran. Selain itu peneliti juga memperhatikan (Perseverance) atau ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar dimana sebelumnya guru melakukan suatu kerangka pembelajaran (orientasi). Setelah melakukan tes kemampuan awal siswa, guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan menjelaskan kembali materi clothes dengan lebih jelas dan menggunakan contoh (tahap penyajian). Pada saat menjelaskan materi guru juga memperhatikan siswa dan aktivitas belajar siswa. Pada tahap ini guru menangkap masih banyak diantara siswa yang kurang begitu memusatkan perhatiannya kepada guru yang sedang menjelaskan materi clothes. Untuk lebih memusatkan perhatian siswa pada pembelajaran yang sedang berlangsung guru memberikan (Quality of Instruction) atau kualitas pembelajaran yang baik dengan mengembangkan metode-metode pembelajaran. Dalam hal ini guru mengajak siswa ikut terlibat langsung dalam pembelajaran maka guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang 51

162 contoh kosa kata dan kalimat tentang clothes. Ternyata hanya ada beberapa siswa saja yang mau aktif dan kritis dalam menjawab pertanyaan guru kemudian memberikan pertanyaan lagi tentang contoh kalimat sederhana tentang materi clothes. Keaktifan siswa juga masih kurang dalam berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan mengajar. Kegiatan selanjutnya adalah guru memperjelas materi dengan media kartu bergambar. Pada kegiatan ini guru menjelaskan apa arti dari gambar dan apa nama gambar tersebut, kemudian memberikan contoh membuat kalimat sederhana, hal ini dilakuan untuk mrnarik dan memfokuskan perhatian siswa. guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok untuk melakukan kerja kelompok. Kelompok terbentuk menjadi 7 bagian. Kegiatan yang dilakuakan dalam kelompok adalah mengerjakan soal lembar kerja siswa yang didalamnya terdapat kegiatan yaitu memasangkan gambar dan kosa kata kemudian di buat menjadi sebuah kalimat. Kegiatan selanjutnya guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi clothes dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab secara sukarela. Untuk siswa yang berani menjawab guru memberikan poin atau nilai tambahan, kemudian soal yang dijawab tersebut dibahas kembali untuk memastikan jawaban tersebut benar. Kegiatan selanjutnya adalah guru menanyakan kepada siswa terhadap materi yang telah dijelaskan apakah sudah paham atau belum dan adakah kesulitan terhadap materi clothes yang telah dijelaskan. Dalam hal ini guru 52

163 melakukan pengamatan tentang (Ability to understand instruction) atau kemampuan siswa dalam menerima pembelajaran. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode mastery learning guru kemudian menguji kemampuan siswa melalui post test. Dalam kegiatan ini guru menerapkan (Time allowed for learning) atau kesempatan siswa yang tersedia untuk belajar dimana dalam hal ini guru memberikan latihan terstruktur, latihan terbimbing dan latihan mandiri. Adapun hasil dari post test adalah sebagai berikut : Tabel 5. Hasil post test No. Nama Hasil Post Test 1. AVN 73,3 2. ADC 73,3 3. FM 86,6 4. RFN 86,6 5. GT 73,3 6. MR 83,3 7. CPR AB 73,3 9. FNR 73,3 10. RS SA W 76,6 13. AR RAS 86,6 15. NAS 76,6 16. GS YF 83,3 18. DYA 86,6 19. FJ 93,3 20. TWN 76,6 21. RA 73,3 22. DDS 83,3 23. SR 76,6 53

164 24. DN 86,6 Jumlah 1.922,4 RATA-RATA 76,6 Berdasarkan hasil post test di atas terdapat hasil yang cukup signifikan yaitu jumlah siswa yang masih belum tunytas adalah 6 siswa dengan presentase 25 % dari keseluruhan siswa, sedangkan untuk siswa yang tuntas adalah 18 siswa dengan presentase 75 % dari keseluruhan siswa dan nilai rata-rata hasil belajar siswa terhadap materi clothes adalah 76,6 nilai tersebut merupakan diatas kriteia kelulusan minimal yaitu 75. Hasil tersebut menujukan bahwa hasil atau prestasi belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan metode mastery learning siswa kelas 5 SD N Sono meningkat. Jika digambarkam dalam bentu diagram adalah sebagai berikut Diagram Post Test Belum tuntas 25% Tuntas 75% Gambar 4. Diagram Post Test c. Intrepetasi hasil dan perumusan kesimpulan Pada penelitian ini secara kolaboratif dilakukan didapatkan hasil yaitu selama proses penelitian tindakan ini dilaksanakan, yaitu sejak dialog awal sampai selesainya serangkaian tindakan, selalu terjadi interaksi timbal balik yang saling mempengaruhi antara guru Bahasa Inggris, kepala sekolah, dan peneliti. Melalui 54

165 dialog awal dan diskusi-diskusi yang dilaksanakan dengan komunikasi terbuka, hubungan yang baik, dan adanya kebersamaan dapat menimbulkan rasa ingin berubah kepada guru Bahasa Inggris yang terlibat. Dari treatment yang telah dilaksanakan dapat dilaporkan perubahanperubahan tindak mengajar antara lain : 1) guru bisa merubah kebiasaan otoriter menjadi fasilator, membimbing dan mengembangkan inisiatif siswa, 2) pembelajaran yang biasanya hanya menerapkan ceramah dan menjelaskan secara singkat berubah menjadi proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas, 3) pada setiap pembelajaran guru selalu memperhatikan : a) perbedaan karakter siswa, b) organisasi kelas, c) inisiatif kelas, d) isi materi ajar, e) variasi pembelajaran dan f) kondisi / iklim belajar yang nyaman dan menyenangkan. Keseluruhan pemberian treatment yang telah dilakukan dapat menjadi indikasi bahwa upaya pengembangan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan baik. Kebiasaan otoriter guru sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu seperti tingkah laku cenderung menilai, mengarahkan, mencela, memberi perintah dan sebagainya. Guru sebagai fasilitator, selalu menjamin siswa merasa aman dan bebas mengungkapkan ide. Mendorong siswa bersifat aktif dan saling bekerjasama dan menolong siswa untuk melakukan belajarnya sendiri. Sebelum penelitian, guru Bahasa Inggris kelas 5 SD yang terlibat cenderung mengajar dengan metode ceramah. Pembaharuan diantaranya adalah menetapkan strategi pembelajaran yang demokratis yang dapat mengaktifkan siswa, yaitu pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas. Selain itu dalam 55

166 penyelesaian soal-soal latihan menggunakan pemecahan masalah. Pembaharuan dilaksanakan perlahan-lahan dan secara bertahap. Berkaitan dengan materi ajar Bahasa Inggris, penerapan pembelajaran pada penelitian ini tidak semata-mata disajikan sebagai latihan menghafal suku kata atau definisi, namun lebih ditekankan kepada proses penyelidikan. Pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajaran ini diwujudkan oleh guru Bahasa Inggris yang melakukan tindakan melalui pembahasan materi ajar dengan tuntas dan guru berperan sebagai fasilitator maupun pembimbing. Perubahan yang lain, pada setiap pembelajaran guru selalu memperhatikan aspek aspek pembelajaran. Pertama, aspek perhatian guru terhadap perbedaan individu siswa pada setiap pembelajaran guru selalu berusaha menghargai dan menjamin / memberi pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. Kedua, aspek perhatian guru terhadap organisasi kelas, pada setiap pembelajaran guru selalu mengorganisasi kelas baik yang menyangkut aspek fisik maupun aspek psikologis. Aspek fisik misalnya, pengaturan tempat duduk siswa (secara kombinasi, klasikal, kelompok, dan individual) selalu berubah beraturan, sedangkan aspek psikologis termasuk pengendalian atau bimbingan terhadap siswa. Ketiga, aspek perhatian guru terhadap inisiatif siswa. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan kelonggaran dan mendorong kepada siswa untuk bertanya, mengeluarkan ide, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan soal. 56

167 Keempat, aspek perhatian guru terhadap isi materi ajar. Pada setiap organisasi guru selalu menunjukkan tujuan dan sumber materi ajar serta mengorganisasi isi materi ajar dengan baik dan benar. Konsep-konsep disusun berhubungan dan disampaikan dengan pendekatan belajar tuntas. Kelima, aspek perhatian guru terhadap variasi pembelajaran. Pada setiap pembelajaran guru selalu berusaha mengadakan variasi penyajian penemuan, atau pemecahan masalah, penggunaan media dan tugas (kelompok atau mandiri) Keenam, aspek perhatian guru terhadap iklim belajar. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan iklim belajar. Pada setiap pembelajaran guru selalu memberikan iklim yang aman bagi siswa, dalam hal ini guru selalu berusaha tidak memarahi siswa. a. Kesimpulan secara umum a) Guru Bahasa Inggris menyatakan bahwa dengan penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas yang dicobakan, siswa lebih senang belajar Bahasa Inggris, kepercayaan diri siswa meningkat, dan siswa tidak lagi ragu-ragu setiap kali mau mengemukakan pendapat atau menanyakan sesuatu kepada gurunya. Keaktifan belajar siswa dalam menerima pelajaran menjadi lebih meningkat. b) Perubahan yang signifikan pada proses pembelajaran hubungan guru dan siswa lebih baik siswa menjadi berani dan aktif berkomuniksi di dalam pembelajaran matematika menjadi lancar sehingga hasil belajar siswa semakin meningkat pada tiap-tiap penelitian. b. Saran guru untuk tindak lanjut 57

168 Beberapa hal disarankan guru Bahasa Inggris adalah sebagai berikut: a) Penyampaian materi ajar diajarkan secara tuntas sangat penting untuk membantu siswa memahami konsep-konsep Bahasa Inggris, sehingga perlu ditingkatkan pengadaan media pembelajaran seperti buku dan lain sebagainya. b) Guru menyarankan agar orang tua ikut mengontrol kegiatan anaknya di rumah, khususnya menanyakan apakah guru memberikan pekerjaan rumah dan apakah ada kebutuhan kebutuhan belajar yang lain yang diperlukan anaknya. B. Pembahasan Keterampilan menulis siswa setelah dilakukan serangkaian tindakan pembelajaran dapat meningkat secara sigfnifikan. Banyaknya siswa kelas 5 SD Negeri Sono yang berhasil cenderung naik secara perlahan-lahan. Kenaikan banyaknya siswa ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang didasarkan pada penerapan pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas dengan kombinasi pembelajaran klasikal, kelompok dan individual serta pemecahan masalah dapat membuat siswa aktif dan semakin kreatif. Pada pembelajaran ini guru menerapkan orientasi yaitu dengan menetapkan suatu kerangka pembelajaran serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas-tugas pembelajaran. Pada penelitian ini peneliti menetapkan materi clothes dengan metode mastery leraning. Selanjutnya guru melakukan penyajian materi dengan memperhatikan kualitas pembelajaran dimana guru juga memperhatikan bakat dan ketekunan dari siswa ketika mengerjakan latihan terbimbing, terstruktur dan mandiri. 58

169 Pembahasan tersebut sesuai dengan teori yang di utarakan oleh David Nunan (1989) dalam Solchan T.W., yaitu pembelajaran bahasa inggris dibelajarkan melalui pendekatan komunikatif, dimana pendekatan komunikatif berdasarkan teori bahasa adalah suatu sistem untuk mengekspresikan suatu makna. Pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Bahasa Inggris sudah sesuai dengan harapan, karena sudah menggunakan pendekatan belajar tuntas dengan baik dan benar. Sehingga siswa memiliki minat dalam belajar berkaitan dengan tindak mengajar yang dilakukan guru Bahasa Inggris kelas 5 adalah selalu memberikan tujuan pembelajaran, inti materi ajar dan kegiatan yang akan dilakukan, membimbing dan mengarahkan siswa yang bertujuan menciptakan hubungan baik dengan siswa, mendorong dan membimbing siswa dalam menyampaikan ide, berlaku adil pada semua siswa, mengingatkan siswa untuk mengulangi materi yang telah diajarkan, memberi semangat siswa dalam belajar, menciptakan suasana yang membuat siswa terlibat secara aktif dengan memberi latihan soal-soal. Santosa, dkk yang dipetik dari Tarigan yang disarikan dari Solchan, dkk. (2001) menyatakan bahwa untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu dilakukan teknik menyimak, teknik berbicara, teknik membaca, dan teknik menulis. Keempat teknik tersebut sudah sesuai dan terlaksana dengan baik oleh karenannya penerapan metode mastery learning terhadap keterampilan menulis kalimat sederhana bahasa inggris kelas 5 SD N Sono telah berhasil. 59

170 Proses pembelajaran yang dilakukan dengan gaya mengajar terbuka merupakan upaya pembenahan gaya mengajar guru. Pembenahan yang diupayakan antara lain model pembelajaran klasikal, yang cenderung dilaksanakan tanpa variasi dibenahi menjadi model belajar klasikal, kelompok dan individual. Pembenahan ini dilaksanakan dengan strategi pembelajaran terbuka, yaitu menjamin rasa aman, nyaman dan senang dalam pembelajarannya serta guru selalu menarik dan memelihara minat belajar siswa. Setelah diberikan treatment pembelajaran tuntas, keterampilan menulis bahasa Inggris siswa SD kelas 5 mengalami perubahan yang positif. Dari keterampilan menulis yang semula rata- ratanya 68,3 menjadi 76,6 setelah diberikan treatment. Hal ini berarti pemberian treatment yaitu metode mastery learning berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterampilan menulis siswa. Seperti pendapat Suryobroto (2002: 96) bahwa pembelajaran tuntas dapat mencapai unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan penuh sehingga meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. 60

171 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian tindakan, terutama dari proses tindakan yang dikembangkan oleh peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran bahasa inggris sebagai upaya meningkatkan efektivitas belajar siswa adalah dengan menggunakan model belajar tuntas (mastery learning), tindakan yang dilakuan guru adalah : a) Memberitahukan tujuan pembelajaran, inti materi ajar, dan kegiatan yang akan dilakukan. b) Menyampaikan materi ajar secara sistematis dan jelas sesuai dengan pendekatan belajar tuntas (mastery learning). c) Guru menggunakan model belajar klasikal, kelompok, dan individual. d) Guru bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam proses pembelajaran. e) Memberi petunjuk langkah-langkah pengerjaan pada setiap soal yang dianggap sulit. f) Selalu mengingatkan siswa mengulangi materi ajar yang sudah dibahas dan mempelajari terlebih dahulu materi ajar yang akan dibahas. g) Mendorong semangat belajar siswa agar menumbuhkan minat belajar siswa. h) Membantu siswa memperbaiki kesalahannya, dengan sikap ramah, simpati dan terbuka. 61

172 2. Pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berarti, hal ini ditunjukkan oleh hasil evaluasi terhadap profil kelas sebelum dan sesudah penelitian dan tanggapan guru setelah serangkaian tindakan kelas selesai. Hasil daripada pre test dan post test adalah bukti dari telah terlaksanakannya proses pembelajaran menggunakan metode mastery learning pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas 5 SD Negeri Sono pada pokok bahasan materi clothes. Adapun hasil pre test adalah 68,3 sedangkan hasil daripada post test adalah 76,6. B. Saran Berdasarkan temuan penelitian ekperimen pre experimental one group pre test pos test ini maka dalam usaha peningkatan hasil belajar siswa kelas 5 SD Sono diajukan sejumlah saran sebagai berikut : 1. Terhadap Guru a. Guru selalu memberikan latihan secara kontinyu dengan bimbingan seperlunya untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa inggris. b. Dalam menghadapi tugas sehari-hari perlu berkolaborasi dengan sesama guru untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran khususnya dalam menangani hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa inggris. 2. Terhadap Kepala Sekolah 62

173 a. Untuk mengaktifkan guru, kepala sekolah perlu melakukan supervis secara terus menerus dengan diberi umpan balik. b. Kepala sekolah selalu mendorong adanya kerja kolaborasi sesama guru. 3. Terhadap Siswa a. Setiap siswa hendaknya dapat menjalin hubungan baik dengan guru agar proses belajar mengajar terasa nyaman dan menyenangkan. b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran matematika di kelas. c. Siswa hendaknya memiliki minat belajar yang tinggi agar tercapai prestasi belajar yang bagus. 4. Terhadap peneliti berikutnya Penelitian ekperimen pre experimental one group pre test pos test dalam rangka pengembangan pembelajaran bahasa inggris perlu peningkatan secara terus menerus dengan mengelola variabel-variabel berbentuk proses pembelajaran yaitu faktor individu guru, faktor individu siswa, faktor organisasi sekolah, faktor lingkungan dan faktor proses yakni interaksi guru, siswa dan sarana penunjang lainnya. Kerja penelitian ini ada baiknya diawali dari fokus permasalahan yang paling dominan dan memerlukan penanganan. 63

174 DAFTAR PUSTAKA Degeng Nyoman Sudana. (1990). Design Pembelajaran : Teori ke Terapan. Malang: PPs IKIP Malang. Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Rohman, Arif. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Laksbang Mediatama. Sugiyanto. (2010). Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : Yuma Pustaka. Suherman, Erman dan Winataputra, Udin S. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud. Suharsimi, Arikunto Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Anderson L.W., Block J.H. (1987). Mastery Learning Models. in Michael J. Dunkin (Ed). The International Encyclopedia of Teaching and Teacher Education. Oxford: Pergamon Press. Mukminan. (2003). Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen Dikdasmen, Direktoral PLP. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. CV Alfabeta. Kuriniawan Nursidik. (2007). Karakteristik dan Kebutuhan Pendidikan Anak Usia Sekolah Dasar. 15 Oktober 2007 : diakses dari pada tanggal 13 Maret 2016 pukul WIB. Izzaty, Rita Eka, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. 64

175 Arikunto, S. (1988). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Rochiati Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Program Pasca Sarjana UPI dan Remaja Rosdkarya. Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bsndung: Remaja Rosdakarya. Sudjana, Nana. (2009). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algensindo. 65

176 LAMPIRAN 66

177 LAMPIRAN Instrumen Penelitian Pre-Test Nama :... No. :... A. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. I wear for sport 2. What do you wear for camping?.. 3. Intan wants to go swimming. She wear Rino want to sleep. I must wear my There is B. Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. wears we - go to school - When - we must - uniforms Jawab : When..uniforms 2. sweater - wearing - when - we are - the weather - is cold Jawab : We are is cold 3. need - for - my children I - some clothes Jawab : I my children 4. clothes - the man - for - his children - wants to buy some Jawab : The Man his children 5. wear - my - sister - for party - gown Jawab : My party 67

178 1.2 Instrumen Penilaian Post Test Nama :... No. :... C. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 6. Rhea wears for sleeping. 7. What do you wear for hiking?.. 8. Deandra wants to go cycling. He wears Hena wants to climb the mountain. She wears There is D. Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 6. Students sport uniform wear play badminton - when Jawab : Students..uniform 7. Pajamas - wearing - for- we are - sleeping Jawab : We are sleeping 8. Needs- for - my sister My mom a dress Jawab : My mom my sister 9. T-shirts - Vino - for - his children - wants to buy some Jawab : Vino his children 10. Wears - my brother - for swimming swim suit Jawab : My swimming 68

179 RPP LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar Nama Sekolah : SD Negeri Sono Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Aspek : Menulis kalimat sederhana dalam bahasa inggris dengan materi clothes. Kelas/Semester : V / 2 Alokasi Waktu : 2 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI Memahami tulisan Bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks sekolah B. KOMPETENSI DASAR Memahami kalimatsederhana beserta ejaannya tentang jenis dan bagian dari pakaian. C. INDIKATOR Kognitif 1. Melengkapi pertanyaan / pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian. 2. Menulis kalimatsederhana dengan menyusun kata yang berkaitan dengan pakaian Afektif 1. Menunjukkan sikap aktif dalam kegiatan kelompok. 2. Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman saat kegiatan kelompok. 3. Menunjukkan sikap tanggung jawab saat kegiatan kelompok. Psikomotor 1. Menemukan pasangan kartu bergambar tentang materi clothes dalam kegiatan diskusi kelompok 69

180 D. TUJUAN PEMBELAJARAN Kognitif 1. Setelah mempelajari materi tentang clothes, siswa dapat melengkapi pertanyaan - pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian maupun bagian-bagiannya secara tepat. 2. Setelah mempelajari materi tentang clothes, siswa dapat menulis kalimat sederhana tentang pakaian, baik jenis maupun bagiannya dengan benar. Afektif 1. Dengan kegiatan kelompok, siswa menunjukkan sikap aktif menyampaikan pendapat berulang kali. 2. Dengan kegiatan diskusi kelompok, siswa menunjukkan sikap menghargai pendapat teman dengan santun. 3. Dengan kegiatan kelompok, siswa menunjukkan sikap tanggung jawab dengan semangat. Psikomotor 1. Dengan kegiatan kelompok, siswa dapat menemukan pasangan kartu dengan cepat dan tepat. E. MATERI POKOK 1. Jenis jenis pakaian 2. Menyusun kalimat dengan kata yang berkaitan dengan clothes F. PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN Pendekatan : EEK (Eksplorasi, Elaborasi, Konfirmasi) Model : Mastery Learning ( Belajar Tuntas ) Metode G. KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan Pendahuluan : Ceramah, Tanya Jawab, Diskusi kelompok, Penugasan Deskripsi Kegiatan 1. Siswa menjawab salam dari guru. 2. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. 3. Siswa dan guru melakukan komunikasi mengenai kehadiran siswa. 70 Alokasi Waktu 5 menit

181 Inti 4. Siswa bersama guru menyanyikan lagu baju baru 5. Siswa mendengarkan apersepsi dari guru melalui pertanyaan mengenai lagu baju baru yang sudah dinyanyikan 6. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai tujuan pembelajaran mempelajari materi mengenai clothes (orientasi) EKSPLORASI 1. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai materi clothes yang terdiri dari jenisjenisnya dan bagian-bagiannya (penyajian) 2. Siswa memperhatikan alat peraga berupa kartu bergambar dengan materi clothes yang diperagakan oleh guru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru (latihan tersruktur) ELABORASI 1. Siswa membentuk kelompok masing-masing 4-5 siswa. (latihan terbimbing) 2. Siswa mengerjakan LKS (Lembar Kerja Siswa) yaitu : a) Siswa bersama kelompoknya mencari pasangan kartu yang berisi tentang macam-macam gambar pakaian dan nama namanya yang kemudian dipasangkan menjadi satu dengan menempelkannya di suatu kertas. b) Setelah siswa menemukan pasangan gambar, kemudian siswa bersama dengan kelompoknya membuat kalimat sederhana dengan menggunakan kata dari masing masing gambar tersebut.(latihan terbimbing) KONFIRMASI 1. Perwakilan kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil mengerjakan LKS secara kelompok. 2. Siswa bertanya kepada guru mengenai materi yang belum jelas. 3. Siswa mengerjakan soal secara mandiri (latihan mandiri) 40 menit Penutup 1. Siswa bersama guru meluruskan 25 menit 71

182 kesalahpahaman dan menyimpulkan pembelajaran. 2. Siswa berdoa menurut agama dan keyakinannya masing-masing untuk mengakhiri pembelajaran. 3. Siswa menjawab salam dari guru. H. MEDIA DAN SUMBER BELAJAR 1. Media Pembelajaran a. Gambar clothes b. Kartu bergambar 2. Sumber Belajar Restiningsih Clothes bahan ajar untuk SD. Diakses dari pada tanggal 16 Maret 2016 pukul WIB. I. PENILAIAN 1. Prosedur Penilaian a. Penilain Proses (Afektif dan Psikomotor) Penilaian proses dilakukan dalam kegiatan pembelajaran pada saat siswa berdiskusi kelompok dan ketika siswa memperesentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Aspek yang dinilai meliputi keterlibatan atau aktivitas siswa dalam kelompok dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran. b. Penilaian Hasil Belajar (Kognitif) Penilaian hasil belajar berdasarkan hasil kerja siswa pada penyelesaian Soal Evaluasi. 2. Instrumen Penilaian a. Penilaian Proses 1) Penilaian Afektif Instrumen penilaian menggunakan lembar pengamatan perilaku siswa, yaitu : Lembar pengamatan perilaku siswa ketika mengikuti diskusi 2) Penilaian Psikomotor 72

183 Instrumen penilaian menggunakan lembar pengamatan perilaku siswa, yaitu : Lembar pengamatan perilaku siswa ketika mengikuti kegiatan diskusi b. Penilaian Hasil Belajar (Kognitif) 1) Isian singkat 2) Menyusun kata J. LAMPIRAN 1. Ringkasan Materi 2. LKS 3. Kisi-Kisi dan Instrumen Penilaian Mengetahui, Kepala Sekolah, Yogyakarta, April 2016 Guru Kelas NIP. NIP. 73

184 LAMPIRAN RPP A. Ringkasan Materi CLOTHES 1) Jenis - jenis pakaian No Picture Name No Picture Name 1 T-shirt 8 Nightshirt 2 Gown 9 Pants 3 Sweater 10 Slacks 4 Night gown 11 men's trousers 74

185 5 Jacket 12 Mittens 6 Chemise 13 short skirt 7 men's shirts 14 long skirt 2) Membuat kalimat dengan menggunakan kata dari macam macam pakaian dalam bahasa Inggris a) I have two long skirts. b) Veni waers short skirt when she goes to mall. c) My mother bought a sweater for me. d) Wahyu and Tata buy mittens at Pasar Beringharjo. e) Tari wears t-shirt when the weather is hot. 75

186 B. Soal LKS Kelompok : Anggota :..... Pasangkan gambar jenis jenis clothes dengan namanya lalu tempelkan pada kolom yang sudah disediakan, setelah itu buatlah kalimat dengan menggunakan kata tersebut bersama kelompokmu! No Gambar Nama Kalimat

187 4 5 77

188 Gambar JACKET CHEMISE MITTENS NIGHT SHIRT PANTS 78

189 C. Kisi-Kisi dan Instrumen Penilaian 1. Aspek Kognitif a. Kisi-Kisi Indikator 1. Melengkapi pertanyaan / pernyataan yang berkaitan denganjenis pakaian maupun bagianbagiannya Teknik Penilaian Tes Bentuk Penilaian Isian singkat Jenjang No. Pengetahuan Soal C2 1, 2, 3, 4, 5 2. Menulis kalimat sederhana tentang pakaian, baik jenis maupun bagiannya Tes Menyusun kata C2 1, 2, 3, 4, 5 79

190 b. Instrumen Penilaian Pre Test Nama :... No. :... Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. I wear for sport. 2. What do you wear for camping?.. 3. Intan wants to go swimming. She wears Rino wants to sleep. He must wear my It is Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. wear we - go to school - when - we must - uniforms Jawab : When..uniforms 2. sweater - wearing - when - we are - the weather - is cold Jawab : We are is cold 3. need - for - my children I - some clothes Jawab : I my children 4. clothes - the man - for - his children - wants to buy some Jawab : The Man his children 5. wears - my - sister - for party - gown Jawab : My party Kunci Jawaban : A. Isian singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. T-shirt Jacket Swimsuit Pajamas Sweater 10 Skor Total 50 80

191 B. Isian Singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. when we go to school we must wear uniforms 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 2. We are wearing sweater when the weather is cold apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 3. I need some clothes for my children 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 4. The man wants to buy some clothes for his children. 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban

192 masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 5. My sister wears gown for party 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. Skor total 100 Skor maksimal = 150 Nilai = Aspek Afektif a. Kisi-Kisi Indikator 1. Menunjukkan sikap aktif dalam kegiatan kelompok. 2. Menunjukkan sikap menghargai pendapat teman saat kegiatan kelompok. 3. Menunjukkan sikap tanggung jawab saat kegiatan kelompok. c. Instrumen Penilaian Post Test Nama :... No. : Teknik Penilaian Non Tes Non Tes Non Tes Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan Perilaku Siswa Lembar Pengamatan Perilaku Siswa Lembar Pengamatan Perilaku Siswa

193 Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat. 1. Rhea wears for sleeping. 2. What do you wear for hiking?.. 3. Deandra wants to go cycling. He wears Hena wants to climb the mountain. She wears There is Susunlah kata-kata ini hingga membentuk kalimat! 1. Students sport uniform wear play badminton - when Jawab : Students..uniform 2. Pajamas - wearing - for- we are - sleeping Jawab : We are sleeping 3. Needs- for - my sister My mom a dress Jawab : My mom my sister 4. T-shirts - Vino - for - his children - wants to buy some Jawab : Vino his children 5. Wears - my brother - for swimming swim suit Jawab : My swimming Kunci Jawaban : A. Isian singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. Pajamas T shirt Sport clothes Tshirt A jacket 10 Skor Total 50 83

194 B. Isian Singkat No. Kunci Jawaban Skor 1. Students wear sport uniforms when play badminton apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 2. We are wearing pajamas for sleeping 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 3. My mom needs a dress for my sister 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 4. Vino wants to buy some clothes for his children. 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah

195 benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. 5. My brother wears swimsuit for swimming 1-5 apabila jawaban tidak sesuai kunci jawaban apabila jawaban masih salah namun sudah benar tata tulisnya apabila jawaban sesuai dengan kunci jawaban namun masih kurang tepat penulisan kalimatnya apabila jawaban sudah sesuai dengan kuci jawaban. Skor total 100 Skor maksimal = 150 Nilai = 100 b. Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan Perilaku Siswa melakukan diskusi No. Nama Siswa Keaktifan Aspek Menghargai pendapat teman Tanggungjawab Jumlah Skor Nilai Kriteria skor : Keaktifan 1 = tidak mengemukakan pendapat dalam kelompok 85

196 2 = mengungkapkan pendapat dengan dorongan teman satu kelompok 3 = sesekali memberikan pendapat dalam kelompok 4 = aktif mengemukakan pendapat dalam kelompok Menghargai pendapat teman 1 = acuh dan tidak mau mendengarkan pendapat teman 2 = hanya mendengarkan pendapat teman tanpa disertai dengan timbal balik 3 =menanggapipendapattemantetapitidakterlaluserius 4 = menanggapi pendapat teman dengan antusias disertai dengan timbal balik Tanggungjawab 1 = tidak ikut mengerjakan tugas yang diberikan 2 = mengerjakan tugas yang diberikan dengan dipaksa teman 3 = berusaha mengerjakan tugas dengan serius tetapi masih kurang sempurna 4 = mengerjakan dengan baik tugas yang diberikan secara kelompok Skor maksimal = 12 Nilai = Aspek Psikomotor a. Kisi-Kisi Indikator Menemukan pasangan kartu dalam kegiatan diskusi Teknik Penilaian Non Tes Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan Perilaku Siswa b. Instrumen Penilaian Lembar Pengamatan Perilaku Siswa Ketepatan dan Kecepatan Mencari Pasangan Kartu Aspek Jumlah No. Nama Siswa Nilai Ketepatan Kecepatan Skor 86

197 Rubrik Penilaian No. Aspek Kriteria skor 1. Ketepatan 1 = siswa tidak mau mencari pasangan kartu 2 = siswa mencari pasangan kartu namun belum bertemu 3 = siswa mendapat pasangan kartu namun belum tepat 4 = siswa menemukan pasangan kartu yang tepat 2. Kecepatan 1 = siswa mencari pasangan kartu lebih dari 5 menit 2 = siswa mencari pasangan 1 menit sebelum waktu selesai 3 = siswa mencari pasangan 30 detik sebelum waktu selesai 4 = siswa mencari pasangan tepat waktu Skor maksimal = 8 Nilai =

198 3.1 Hasil Pre Test Tabel pre test : LAMPIRAN 3 No. Nama Hasil Pre Test 1. AVN ADC 76,6 3. FM 73,3 4. RFN 53,3 5. GT 66,6 6. MR CPR AB 66,6 9. FNR RS 76,6 11. SA 76,6 12. WY AR 76,,6 14. RAD NAS GS 53,3 17. YF 76,6 18. DYA FJ 63,3 20. TWN RA 43,3 22. DDS 73,3 23. SR DN 63,3 Jumlah 1.641,6 RATA-RATA 68,3 88

199 3.2 Hasil Post Test No. Nama Hasil Post Test 1. AVN 73,3 2. ADC 73,3 3. FM 86,6 4. RFN 86,6 5. GT 73,3 6. MR 83,3 7. CPR AB 73,3 9. FNR 73,3 10. RS SA WA 76,6 13. AR RAD 86,6 15. NAS 76,6 16. GS YF 83,3 18. DYA 86,6 19. FJ 93,3 20. TWN 76,6 21. RA 73,3 22. DDS 83,3 23. SR 76,6 24. DN 86,6 Jumlah 1.922,4 RATA-RATA 76,6 89

200 Foto Kegiatan Penelitian LAMPIRAN 4 Foto 1 : kegiatan pembuka dan perkenalan peneliti terhadap siswa Foto 2 : kegiatan peneliti berinteraksi dengan siswa ketika diskusi materi. 90

201 Foto 3 : siswa memperhatikan materi Foto 4 : pre test siswa Foto 5 : pemberian treatment mastery learning 91

202 Foto 6 : post test siswa Foto 7 : serangkaian pemberian treatmen dan penutup 92

203 Surat surat 1. Surat ijin penelitian. LAMPIRAN 5 93

204 2. Surat Permohonan Ijin 94

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Tuntas Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Proses Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan. Suyono dan Hariyanto (2014) mengatakan belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. usaha itu ternyata belum juga menunjukan peningkatan yang signifikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, merupakan salah satu dari masalah pendidikan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh BUDI SANTOSO NIM.

SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Guru Pendidikan Sekolah Dasar Pada Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh BUDI SANTOSO NIM. DISKUSI KELOMPOK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG BAGI SISWA KELAS V SDN GRINGSING 01 KECAMATAN GRINGSING KABUPATEN BATANG SEMESTER II TAHUN 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah menimbang: kurikulum sekaligus yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan peraturan bersama Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Direktur Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan No. 5496/C/KR/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD 166492 TEBING TINGGI Usdin Simbolon Surel: usdinsimbolon23@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motivasi Berprestasi 2.1.1 Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) melibatkan proses yang memberikan energi, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden)

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden) 0 UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR TUNTAS (Mastery Learning) (PTK Pembelajaran Matematika Di Kelas V SD N 3 Keden) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIRED STORYTELLING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PATIHAN SIDOHARJO SRAGEN PADA MATA PELAJARAN IPS TAHUN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

48 Media Bina Ilmiah ISSN No 48 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV DI SDN 1 GONTORAN OLEH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN. Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Reason & 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research).

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN METODE OUTDOOR STUDY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 TAJI TAHUN AJARAN 2014/2015 Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

Skripsi. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Linggar Wijayati NIM:

Skripsi. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Linggar Wijayati NIM: UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI METODE BERMAIN PERAN BERBASIS KECERDASAN LINGUISTIK PADA SISWA KELAS V SDN 2 PANGGANG KECAMATAN JEPARA KABUPATEN JEPARA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS V SD NEGERI II SEREN, PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Untuk mengetahui waktu dan tempat diadakannya penelitian, serta subjek dan karakteristik dari subjek penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar mengajar. Kegiatan belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di lingkungan formal atau sekolah bahasa sudah diajarkan sejak dini. Proses belajar mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI SMA N 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya. 1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar 2.1.1.1 Definisi Hasil Belajar Secara umum hasil adalah segala sesuatu yang diperoleh setelah melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) penelitian tindakan kelas ini bertujuan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DENGAN PERMAINAN TEMBAR PADA SISWA KELAS 4 A SDN SEMBORO 01 JEMBER Suparmini 31 Abstrak. Hasil belajar IPS siswa kelas 4 A SDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENCAPAIAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM) BIOLOGI SISWA KELAS VIIA DI SMP NEGERI 2 KARTASURA TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Subjek Penelitian 3.1.1. Setting Penelitian Tempat Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 01 Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan komponen penting dalam pembelajaran. Bahan ajar diperlukan sebagai pedoman beraktivitas dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia yang lebih baik lagi dan berkualitas. Akibat pengaruh itupendidikan mengalami kemajuan.

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL OLEH AHMAD DENNIS WIDYA PRADANA NIM 110151411533 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA Finisica Dwijayati Patrikha Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan karakteristik Subjek Penelitian Setting penelitian tindakan kelas ini mencakup tempat penelitian, subjek penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan teori-teori pendidikan pada masa ini adalah hal yang marak dibicarakan, tentu dalam rangka penataan yang terus dilakukan untuk mencapai pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data 1. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian yang dilakukan meliputi: a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yang meliputi wawancara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, pp.739 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN Kusnati SMPN 3 Ciawigebang;

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas V B SD Negeri 45 Kota Bengkulu. Subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Orientasi dan Identifikasi Masalah Penelitian yang dilakukan penulis meliputi tiga kegiatan, yaitu : 1) kegiatan orientasi dan identifikasi masalah, 2) tindakan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa Rina Oktavianti Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM

Skripsi. Oleh: Oleh Noviana Sari NIM UPAYA MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 PINGIT KECAMATAN PRINGSURAT KABUPATEN TEMANGGUNG Skripsi Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu

Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 1 ISSN 2354-614X Penerapan Pendekatan Inquiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA di SDN Siumbatu Nuriati, Najamuddin Laganing, dan Yusdin

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN 2354-614X Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Dalam Memahami Isi Cerita Pendek Pada Siswa Kelas V SDN

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI Irma Daniyati dan Sri Sudarmini Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya SMA Negeri 11 Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.2014/2015 Martogi Bangun Sianturi Guru Mata Pelajaran Fisika SMA

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 18 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Puji Harmisih NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama

BAB I PENDAHULUAN. Miskwoski, 2005). (Marbach- Ad & Sokolove, 2000). interaksi dengan dunia sosial dan alam. Berdasarkan hasil observasi selama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada beberapa dekade sekarang ini, kegiatan pembelajaran tradisional yang didominasi pada guru (pembelajaran yang berpusat pada guru) cenderung menjadi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Dimana biasanya anak mulai memasuki dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan disetiap jenjang pendidikan melalui pembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau juga disebut dengan istilah Classroom Action Research. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012 Skipsi Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN Berdasarkan temuan dan analisis data yang diperoleh dari kegiatan studi pendahuluan, uji coba model, dan uji validasi model, serta pembahasan penelitian,

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR i UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI DAUR AIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar. PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 1 ALAS TENGAH SITUBONDO Oleh Ahmad Zubaidi (1) Reki Lidyawati (2) ABSTRAK Guru seharusnya lebih

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu Yunius, Siti Nuryanti, dan Yusuf Kendek Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut bisa dimulai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan proses seseorang memberi dan menerima informasi yang terjadi setiap waktu. Kesehariannya manusia selalu berinteraksi dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran dan Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Suruh 02 berlokasi di Desa Suruh, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan media yang sangat

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih

Lebih terperinci