Lampiran 1. Alur Pikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Alur Pikir"

Transkripsi

1 72 Lampiran 1 Alur Pikir Irigasi dalam Perawatan Endodonti 1. Keberhasilan perawatan endodonti sangat bergantung pada preparasi chemomechanical dan obturasi saluran akar. 2. Irigasi paling berperan penting pada perawatan endodonti sebagai disenfeksi dan membuang smear layer selama dan sesudah proses preparasi. 3. Bahan irigasi yang ideal adalah Memiliki sifat antimikroba Mampu melarutkan jaringan pulpa vital ataupun nekrotik Tidak toksik Memiliki tegangan permukaan yang rendah Dapat menjadi pelumas yang baik Mampu mencegah pembentukan smear layer selama instrumentasi atau mengeliminasi smear layer yang terbentuk. 4. Bahan irigasi yang sering digunakan adalah sodium hipoklorit, EDTA, klorheksidin, MTAD atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Bahan Irigasi 1. Sodium Hipoklorit Diperkenalkan oleh Dakin pada perang dunia I Pertama kali digunakan sebagai terapi saluran akar oeh Walker tahun 1936 Digunakan sebagai medikamen oleh Grossman pada tahun 1941 Sodium hipoklorit 2,5% dan 5% dapat melarutkan pulpa dan jaringan nekrotik (Madden, 1977) Memiliki sifat antimikroba Toksisitas tinggi Tidak mampu mengeliminasi smear layer anorganik, sehingga harus dikombinasikan dengan bahan irigasi lainnya. 2. EDTA Bahan irigasi chelator Mampu mengeliminasi smear layer anorganik EDTA bereaksi dengan jaringan anorganik dan menggantikan ion kalsium dan ion natrium sehingga

2 73 5. Pada saat tindakan preparasi saluran akar secara mekanis dengan instrumen endodonti, terjadi pembentukan lapisan/layer berupa materi organik dan anorganik yang disebut smear layer. Oleh karena itu, sodium hipoklorit tidak dapat mengeliminasi smear layer karena pada materi utama pada smear layer adalah materi anorganik (Lester & Boyde, 1977). 6. Ketebalan smear layer diperkirakan 1 µm dan sebahagian besar mengandung materi anorganik. (Goldman et al, 1981) 7. Smear layer hanya ditemukan pada bagian saluran akar yang diinstrumentasi, sedangkan pada saluran akar yang tidak diinstrumentasi tidak ditemui adanya smear layer. (Madder et al, 1984, Shaper dan Zapke, 2000) 8. Alasan utama smear layer harus dieliminasi karena smear layer terdiri dari bakteri yang dapat bertahan hidup dan dapat bermultiplikasi serta dapat berproliferasi ke dalam tubulus membentuk senyawa baru yang larut dalam cairan irigasi. EDTA juga memiliki efek antibakteri yang rendah dan bahkan sama sekali tidak memiliki sifat antibakteri sehingga penggunaannya sebagai bahan irigasi harus dikombinasikan dengan NaOCl. Calt & Serper (2002) menyatakan bahwa 10 ml bahan irigasi 17% EDTA selama 1 menit efektif dalam eliminasi smear layer, tetapi pengaplikasian EDTA 17% setelah 10 menit dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intertubular dentin. 3. Klorheksidin Memiliki efek antimikroba yang terus-menurus dengan durasi yang panjang Tidak dapat mengeliminasi smear layer. Tidak dapat melarutkan sisasisa jaringan nekrotik. 4. MTAD Memiliki efek antimikroba

3 74 dentin.(brannstorm & Nyborg, 1973) Dapat mengeliminasi smear layer anorganik MTAD disarankan penggunaannya sebagai irigasi final karena tidak dapat melarutkan smear layer organik. Dari uraian di atas terlihat bahwa bahan irigasi yang selama ini digunakan terbuat dari bahan-bahan kimia yang dapat memberikan efek samping atau toksik pada jaringan. Diperlukan suatu bahan irigasi yang memiliki khasiat yang lebih baik dan biokompatibel Prioritas dan fokus penelitian untuk pembangunan nasional (JAKSTRANAS IPTEK ) tentang pengembangan dan penemuan bahan baru dari tanaman tradisional dalam bidang kesehatan Buah Lerak Salah satu bahan alami yang dapat dikembangkan adalah buah lerak. Buah lerak telah digunakan sebagai insekstisida, nematisida, antiseptik, bahan dasar sampo serta kosmetik. Khasiat farmakologik buah lerak antara lain sebagai antijamur, bakterisid, antiinflamasi dan peluruh dahak.

4 75 Buah lerak ini terdiri dari biji yang mengandung minyak dan daging buah yang mengandung saponin, alkaloid, polifenol, antioksidan, flavanoid serta tannin. Flavanoid diduga dapat merusak membran sel karena sifatnya yang lipofilik dan kemampuannya membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler. Senyawa polifenol menghambat enzim penting mikroorganisme, sedangkan alkaloid sudah digunakan berabad-abad dalam bidang medis karena dapat melawan sel asing melalui ikatan dengan DNA sel sehingga mengganggu fungsi sel. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang diduga akan menyerang lapisan batas sel bakteri melalui ikatan gugus polar dan non polar sehingga menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel bakteri. Saponin juga bersifat sebagai surfaktan (menurunkan tegangan permukaan) dan deterjen yang dapat melarutkan kotoran. Penelitian Fitrawati J dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ektstrak etanol lerak 0,01% memiliki efek antifungal dan dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans Peneltian Irham dan Nevi Y (2007) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01% memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus Mutans Penelitian Sanny dan Nevi Y (2008) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum dengan nilai KHM 0,25% Penelitian Elvia ER dan Nevi Y (2008) menyatakan bahwa ekstrak lerkak 0,01% dan saponin buah lerak 0,008% dapat mencegah kebocoran mikro karena dapat mengangkat smear layer Penelitian Marsha RD dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 25% mempunyai efek antibakteri terhadap Enterococcus faecalis Penelitian Mutia Pratiwi dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 0,01% dapat menurunkan sel-sel radang pada tikus wistar jantan. Penelitian Bakti FU dan Nevi Y (2010) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak memiliki efek anlagetik pada konsentrasi 2,5 %, 5%, dan 7,5%.

5 76 Siregar SN dan Nevi Y (2011) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 1.25% diperoleh nilai LC50 Penelitian Rosida IY (2013) menunjukkan bahwa ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 0,01% sebagai dentin conditioner efektif mampu membersihkan smear layer dan sama efektifnya dengan asam poliakrilat 10% Penelitian Fifin IS dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 25% mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah dari klorheksidin 2% sehingga dengan nilai tegangan permukaan rendah suatu bahan irigasi dapat berpenetrasi lebih dalam pada tubulus dentin. Penelitian Syarifah M dan Nevi Y (2013) menunjukkan bahwa tegangan permukaan ekstrak etanol lerak dengan konsentrasi 5-25% memiliki tegangan permukaan lebih rendah dibandingkan dengan NaOCl 2,5%. Penelitian Vivi L dan Nevi Y (2014) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 25% mempunyai efek antibakteri terhadap Porphyromonas gingivalis Penelitian Teo HY dan Nevi Y (2015) menunjukkan bahwa ekstrak etanol lerak 6,25%, 12,5% dan 25% memiliki efek untuk melarutkan jaringan pulpa pada waktu kontak 2 menit, 5 menit dan 10 menit. Ekstrak lerak mempunyai daya untuk melarutkan jaringan pulpa yang lebih tinggi dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dari segi konsentrasi dan waktu kontak. Dari uraian diatas, banyak kelemahan dari sodium hipoklorit dan EDTA. Esktrak etanol lerak memiliki beberapa kelebihan sesuai dengan syarat bahan irigasi. Namun, sejauh ini belum ada penelitian tentang kebersihan dinding saluran akar jika menggunakan ekstrak etanol lerak sebagai bahan irigasi.

6 77 Timbul permasalahan : Apakah ada pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25% terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi? Apakah ada perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear layer saluran akar gigi? Tujuan penelitian : Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol buah lerak pada konsentrasi 25% terhadap smear layer jika dipakai sebagai bahan irigasi saluran akar gigi. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi sodium hipoklorit 2,5% dan EDTA 17% terhadap smear layer saluran akar gigi. Judul Penelitian : Pengaruh bahan irigasi antara ekstrak etanol buah lerak (Sapindus rarak DC) dengan sodium hipoklorit dan EDTA terhadap smear layer saluran akar gigi (Studi SEM).

7 78 Lampiran 2 Alur Ekstraksi Lerak Buah lerak 1 kg dicuci dan dikeluarkan bijinya sehingga diperoleh 940 gram daging buah lerak Daging buah dipotong kecil-kecil (±3mm). Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering selama seminggu. Lerak yang telah kering seberat 550 gram dihaluskan dengan blender dan diayak dan didapat serbuk 500 gram. 500 gram simplisia dimaserasi dengan 800 ml pelarut etanol 70% selama 3 jam. Pindahkan simplisia ke dalam perkolator dan tambahkan 200 ml etanol 70%. Diamkan selama 24 jam, kemudian biarkan menetes. Tambahkan etanol 70% berulang-ulang secukupnya secukupnya hingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas simplisia. Ekstrak cair. Diuapkan dengan vaccum rotavapor. Ekstrak kental bewarna cokelat kekuningan. Disimpan dalam wadah tertutup dan disimpan dalam kulkas dan diberi label

8 79 Lampiran 3 Alur Persiapan Sampel 40 buah gigi premolar mandibula yang dicabut untuk keperluan perawatan ortodonti Gigi direndam dalam larutan salin sebelum diberi perlakuan. Mahkota gigi dipotong sampai batas cementoenamel junction Panjang kerja seluruh sampel ditentukan dengan mengukur panjang gigi dan dikurangi 1 mm Preparasi Saluran Akar dengan menggunakan Protaper Universal NiTi rotary instrument Irigasi saluran akar sesuai dengan kelompok perlakuan Ekstrak etanol buah lerak 25% Ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% NaOCl 2,5% + EDTA 17% Salin Saluran akar dikeringkan dengan paper point Sampel akan diukur dari cementoenamel junction dari arah bukolingual sampai ke ujung apeks dan diberi tanda

9 80 Sampel yang diberi tanda akan bur dengan separating disk dan dibelah dengan menggunakan chisel Uji sampel dengan Scanning Electron Microscope. Analisa Data

10 81 Lampiran 4 Anggaran Penelitian 1. Kertas saring Rp Set infus Rp Separating disk Rp K-File #10, #15 Rp Protaper NiTi Rotary Instrument Rp Spuit 5 ml + jarum two side-vented 30G Rp Endo accses Rp Chisel Rp Biaya (SEM) 33 Rp Buah lerak 1 kg Rp Etanol 70% Rp Kertas perkamen Rp Plastik tertutup Rp Kapas 1 bungkus Rp Aluminium foil Rp Akuades Rp Larutan NaOCl 2,5% Rp Larutan salin steril Rp EDTA 17% Rp Absorbent Paper Points Rp Masker dan handscoon Rp Biaya administrasi laboratorium Farmasi USU Rp Total : Rp

11 82 Lampiran 5 Jadwal Penelitian Kegiatan Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei 1. Penentuan masalah dan survei ke lab/lapangan X X 2. Penyusunan proposal X X X X X 3. Ujian proposal X 4. Perbaikan proposal X 5. Pengambilan data X 6. Analisis statistik X 7. Penyusunan laporan X 8. Diskusi tim laporan X penelitian 9. Perbaikan X 10. Ujian skripsi X 11. Perbaikan X 12. Penyerahan skripsi ke X departemen, perpustakaan

12 83 Lampiran 6 Hasil Scanning Electron Microscope (SEM) Kelompok I : Ekstrak etanol buah lerak 25% (Pembesaran 1000x) Sampel 1 Sampel 2

13 84 Sampel 3 Sampel 4

14 85 Sampel 5 Sampel 6

15 86 Sampel 7 Sampel 8

16 87 Sampel 9 Sampel 10

17 88 Kelompok II : Kombinasi Ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% Sampel 1 (Pembesaran 1000x) ` Sampel 2

18 89 Sampel 3 Sampel 4

19 90 Sampel 5 Sampel 6

20 91 Sampel 7 Sampel 8

21 92 Sampel 9 Sampel 10

22 93 Kelompok III : NaOCl 2,5% dan EDTA 17% (Pembesaran 1000x) Sampel 1 Sampel 2

23 94 Sampel 3 Sampel 4

24 95 Sampel 5 Sampel 6

25 96 Sampel 7 Sampel 8

26 97 Sampel 9 Sampel 10

27 98 Kelompok IV : Salin (Pembesaran 1000x) Sampel 1 Sampel 2

28 99 Sampel 3 Sampel 4

29 100 Lampiran 7 Uji Kappa Statistik Pemeriksa 1 * Pemeriksa 2 Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent % 0.0% % Count Pemeriksa 1 * Pemeriksa 2 Crosstabulation No smear layer Pemeriksa 2 Moderate smear layer Heavy smear layer Total Pemeriksa 1 No smear layer Moderate smear layer Heavy smear layer Total Symmetric Measures Value Asymp. Std. Approx. Error a Approx. T b Sig. Measure of Kappa Agreement N of Valid Cases 360 a. Not assuming the null hypothesis. b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

30 101 Lampiran 8 Hasil Uji Kruskall- Wallis Kruskall Wallis NPar Tests Kebersihan Saluran Akar Gigi Ranks Kelompok perlakuan N Mean Rank Ekstrak etanol buah lerak 25% Ekstrak etanol buah lerak % dan NaOCl 2,5% NaOCl 2,5% dan EDTA % Salin Total 40 Test Statistics a,b Kebersihan Saluran Akar Gigi Chi-Square df 3 Asymp. Sig..000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan

31 102 Lampiran 9 Hasil Uji Mann-Whitney Ranks Kebersihan Saluran Akar Gigi Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ekstrak etanol buah lerak 25% Sum of Ranks Ekstrak etanol buah lerak % + NaOCl 2,5% Total 20 Test Statistics b Kebersihan Saluran Akar Gigi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).189 Exact Sig. [2*(1-tailed.280 a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

32 103 NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kebersihan Saluran Akar Gigi Kelompok Perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Ekstrak etanol buah lerak 25% NaOCl 2,5% + EDTA % Total 20 Test Statistics b Kebersihan Saluran Akar Gigi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).003 Exact Sig. [2*(1-tailed.009 a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

33 104 NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Kebersihan Saluran Akar Gigi Ekstrak etanol buah lerak 25% Salin Total 20 Test Statistics b Kebersihan Saluran Akar Gigi Mann-Whitney U.000 Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 Exact Sig. [2*(1-tailed.000 a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan

34 105 NPar Tests [DataSet0] Mann-Whitney Test Kebersihan Saluran Akar Gigi Ranks Kelompok Perlakuan N Mean Rank Ekstrak etanol buah lerak 25% + NaOCl 2,5% Sum of Ranks NaOCl 2,5% + EDTA % Total 20 Test Statistics b Kebersihan Saluran Akar Gigi Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).028 Exact Sig. [2*(1-tailed.105 a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok Perlakuan

35 106 NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks Kelompok perlakuan N Mean Rank Sum of Ranks Kebersihan Saluran Akar Gigi Ekstrak etanol buah lerak 25% dan NaOCl 2,5% Salin Total 20 Test Statistics b Kebersihan Saluran Akar Gigi Mann-Whitney U.000 Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 Exact Sig. [2*(1-tailed.000 a Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan

36 107 NPar Tests Mann Whitney Test Ranks Kelompok perlakuan N Mean Rank Kebersihan Saluran Akar Gigi NaOCl 2,5% dan EDTA 17% Salin Total 20 Test Statistics a,b Kebersihan Saluran Akar Gigi Chi-Square df 1 Asymp. Sig..000 a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Kelompok perlakuan

37 108 Lampiran 10 Surat Komisi Etik

38 109 Lampiran 11 Surat Determinasi Tumbuhan

39 110 Lampiran 12 Surat Penelitian Laboraturium Obat Trasdisional Farmasi USU

40 111 Lampiran 13 Surat Penelitian Metalurgi LIPI

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeliminasi semua jaringan vital ataupun

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis

LAMPIRAN 1. Alur Pikir. Biodentin. Kulit Buah Manggis LAMPIRAN 1 Alur Pikir Biodentin Biodentin merupakan material yang berbahan dasar kalsium silikat. Biodentin yang diperkenalkan oleh Septodont ini memiliki daya biokompabilitas dan bioaktif yang baik. Biodentin

Lebih terperinci

ALUR PIKIR. Kitosan Molekul Tinggi 1. Knor (1982) Kitosan mempunyai gugus amino bebas Dakin untuk merawat infeksi luka.

ALUR PIKIR. Kitosan Molekul Tinggi 1. Knor (1982) Kitosan mempunyai gugus amino bebas Dakin untuk merawat infeksi luka. ALUR PIKIR Bahan Irigasi dalam Perawatan Endodonti 1. Perawatan endodontik melitupi preparasi saluran akar (cleaning and shaping), desinfeksi dan obturasi. 2. Irigasi penting pada perawatan endodontic

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Alur pikir

LAMPIRAN 1. Alur pikir LAMPIRAN 1 Alur pikir Bahan irigasi saluran akar: Bahan yang digunakan dalam irigasi saluran akar yang bertujuan: (1) menghilangkan jaringan nekrotik dan tumpukan serpihan dentin, (2) membasahi saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memegang peranan utama dalam perkembangan dan terjadinya penyakit pulpa dan periapikal. Penyakit pulpa dan periapikal dapat terjadi karena adanya infeksi

Lebih terperinci

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm). LAMPIRAN 1 : Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm). Potongan daging buah dimasukkan ke dalam lemari pengering

Lebih terperinci

SKRIPSI. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: AINI RAMADHANI NIM:

SKRIPSI. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: AINI RAMADHANI NIM: PENGARUH BAHAN IRIGASI ANTARA EKSTRAK ETANOL BUAH LERAK (Sapindus rarak DC) DENGAN SODIUM HIPOKLORIT DAN EDTA TERHADAP SMEAR LAYER SALURAN AKAR GIGI (STUDI SEM) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920.

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920. LAMPIRAN 1.SKEMA ALUR PIKIR Pada perawatan endodontik, medikamen saluran akar digunakan sebagai agen antimikroba beberapa diantaranya untuk mengeliminasi organisme, mengurangi rasa sakit, mempercepat penyembuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kompleksitas anatomi saluran akar, invasi mikroorganisme ke dalam tubulustubulus dentin dan pembentukan smear layer selama instrumentasi merupakan hambatan terbesar dalam proses

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis Dikeringkan dalam lemari pengering dengan suhu 40-50 о C, selama ± 5 hari Potongan-potongan yang sudah kering

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Alur Pikir Eugenol. Jahe Merah

LAMPIRAN 1 Alur Pikir Eugenol. Jahe Merah LAMPIRAN 1 Alur Pikir Eugenol Jahe Merah Eugenol adalah bahan yang sering digunakan sebagai pereda nyeri pulpa. Eugenol mempunyai sifat sebagai antiinflamasi namun dapat bersifat sitotoksin. Eugenol adalah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.)

Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Lampiran 1. Surat Keterangan Hasil Determinasi Tanaman Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) 38 Lampiran 1. Lanjutan... 39 Lampiran 1. Lanjutan... 40 Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lebih terperinci

STUDI PRAKTEK SANITASI DI RUSUN BANDARHARJO, SEMARANG

STUDI PRAKTEK SANITASI DI RUSUN BANDARHARJO, SEMARANG 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Checklist penelitian STUDI PRAKTEK SANITASI DI RUSUN BANDARHARJO, SEMARANG Fakultas Teknologi Pertanian - Jurusan Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata - Semarang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga 13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawatan endodontik merupakan bagian dari ilmu kedokteran gigi yang menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan periapikal. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tindakan irigasi saluran akar merupakan salah satu langkah yang penting dalam cleaning and shaping dalam perawatan endodonti. Tindakan irigasi selalu disertai dengan pembentukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR 70 LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR Irigasi dalam Perawatan Endodonti 1. Perawatan endodonti meliputi preparasi saluran akar (cleaning & shaping), desinfeksi, dan obturasi. 2. Irigasi penting pada perawatan endodonti

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir 66 LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir Keberadaan bakteri mempunyai nilai yang penting dalam patogenesis pulpa dan periapeks. Eliminasi mikroorganisme dari saluran akar yang terinfeksi merupakan fokus utama pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR

LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR LAMPIRAN 1 ALUR PIKIR Bowen (1960) memperkenalkan resin komposit dengan karakteristik warna serupa gigi asli, tetapi memiliki kelemahan, yaitu adanya pengerutan polimerisasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan perawatan endodontik adalah mengembalikan keadaan gigi yang terinfeksi agar dapat diterima secara biologis oleh jaringan sekitarnya. Perawatan saluran akar adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang disebabkan iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan endodontik merupakan perawatan pada bagian pulpa gigi dengan tujuan mempertahankan gigi vital atau gigi non vital dalam lengkung gigi (Bakar, 2012). Perawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan saluran akar adalah salah satu bentuk perawatan gigi yang bertujuan untuk mempertahankan gigi agar tetap berfungsi dengan baik. 1 Salah satu prosedur yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit pulpa dan jaringan sekitar akar gigi secara langsung maupun tidak langsung ada hubungannya dengan mikroorganisme. Bakteri yang paling banyak diisolasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pasien dihadapkan pada dua pilihan ketika mengalami sakit gigi yang terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa ini, pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi di dalam saluran akar dan menciptakan lingkungan yang asepsis sehingga tidak dapat bertahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid

LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Pembuatan Infusa Kulit Batang Angsana : Dosis Loperamid LAMPIRAN 1 Perhitungan Dosis Kadar infus yang digunakan pada percobaan yaitu 10%, 20%, 30% Tikus 200 g 2 ml x 10% = 10 g/100 ml = 0,1 g/ml x 2 = 0,2 mg/ml Konversi tikus ke mencit = 0,14 Dosis 1 mencit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS

LAMPIRAN 1 KONVERSI DOSIS LAMPIRAN KONVERSI DOSIS Perhitungan dosis jamu ekstrak daun salam produksi pabrik jamu B dalam bentuk kapsul Berat J kapsul = 550 mg Konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit 0 gram = 0,006 Maka, dosis

Lebih terperinci

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis Lampiran 1 SKEMA ALUR PIKIR Kalsium Hidroksida ( Ca(OH) 2 ) Kalsium hidroksida telah digunakan sejak tahun 1920 dan saat ini merupakan bahan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan. Sifat antimikroba

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tindakan irigasi dilakukan selama dan sesudah pembersihan dan pembentukan saluran akar, dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran fragmen jaringan pulpa dan serpihan dentin yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Alur Pikir

Lampiran 1 Alur Pikir Lampiran 1 Alur Pikir Pada saat ini, endodonti merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berkembang dengan cepat di dalam praktik klinis. Perawatan endodontik mencakup semua prosedur klinis

Lebih terperinci

Lampiran A : Determinasi Tanaman

Lampiran A : Determinasi Tanaman 40 Lampiran A : Determinasi Tanaman 41 Lampiran B: Penghitungan Pembuatan Sampel 1. Perhitungan Pembuatan Sampel Diketahui : berat ekstrak pisang mas 2,5 mg konsentrasi ekstrak etanol yang diinginkan:

Lebih terperinci

Lampiran 2. Berat badan patokan untuk perhitungan kecukupan gizi

Lampiran 2. Berat badan patokan untuk perhitungan kecukupan gizi Lampiran 1. Kurva standar kafein Absorbansi 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 y = 0.0502x + 0.0146 R 2 = 0.9971 Absorbansi Linear (Absorbansi) 0 0 5 10 15 20 25 Konsentrasi (ppm) Lampiran 2. Berat badan patokan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan bagian terpenting dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa vital,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mempertahankan gigi dalam rongga mulut semakin meningkat, sehingga perawatan saluran akar semakin popular (Widodo, 2008). Perawatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir 65 Lampiran 1. Skema Alur Pikir Adanya bakteri dalam saluran akar merupakan penyebab penyakit pulpa dan jaringan periradikular. Pemberian medikamen intrakanal penting untuk menghilangkan bakteri dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindakan perawatan saluran akar mencakup Triad Endodontik yang meliputi preparasi saluran akar (cleaning and shaping), sterilisasi saluran akar (sterilization)

Lebih terperinci

Lampiran A. Data Pengamatan Berat Testis Mencit

Lampiran A. Data Pengamatan Berat Testis Mencit Lampiran A. Data Pengamatan Berat Testis Mencit a. Data Pengamatan Berat Testis Mencit Waktu Pemberian Minggu ke-0 Ulangan Data Berat Testis (mg) K 1 95 150 2 200 110 3 150 70 4 165 70 5 95 80 Rata-Rata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan yang dilakukan dengan cara mengambil seluruh jaringan pulpa nekrosis, membentuk saluran akar gigi untuk mencegah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gigitiruan adalah alat untuk menggantikan fungsi jaringan rongga mulut yaitu dengan mempertahankan efisiensi pengunyahan, meningkatkan fungsi bicara dan estetis dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberhasilan suatu perawatan endodontik bergantung pada triad endodontik yang terdiri dari preparasi, pembentukan dan pembersihan, sertaobturasi dari saluran akar

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A ALAT UKUR SKALA MANAJEMEN WAKTU Nama : Periode Penilaian : Fasilitator : Tanggal Penilaian : PETUNJUK PENGERJAAN 1. Bacalah pernyataan pada lembar berikut ini dengan cermat dan jujur.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Perhitungan Dosis. Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark :

LAMPIRAN. Perhitungan Dosis. Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark : LAMPIRAN Lampiran 1 Perhitungan Dosis Berat rata-rata mencit = 25 mg Dosis konversi untuk mencit berdasarkan 50kgBB orang dewasa, lebih tepat dengan menggunakan dalil Clark : Dosis = Dosis Dewasa x Berat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental. group design. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan merupakan

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN KELUARGA IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KAMPUNG BOJONG KELURAHAN RAWABUAYA TAHUN 2014 PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PENELITIAN

DOKUMENTASI PENELITIAN Lampiran 1 1. Rumah Tanaman DOKUMENTASI PENELITIAN 2. Tanaman Purun, Mendong dan Padi Liar 3. Tahap Aklimatisasi 5. Tahap Penyiapan Air Lindi 6. Penyiraman Air Lindi pada Tanaman Uji 7. Kondisi Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara dengan tingkat keanekaragaman hayati tertinggi kedua di dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman yang berkhasiat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratoris In Vitro. B. Populasi dan Sampel Penelitian Subyek pada penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang disebabkan oleh bakteri dan produknya mengakibatkan hilangnya aliran darah dan kematian saraf

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melakukan Determinasi di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang 56 57 Lampiran 2. Surat Keterangan

Lebih terperinci

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah

Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah Lampiran I Pembuatan Infusa Daun Lidah Buaya Cara kerja : 1. Sediakan bahan baku berupa daun lidah buaya dengan berat 80 gram yang telah dipotong-potong halus. 2. Buat infusa daun lidah buaya konsentrasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir Lampiran 2. Morfologi Tanaman Kecipir Gambar 1. Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) DC.) Lampiran 2. (Lanjutan) A B Gambar 2. Makroskopik Daun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedaruratan endodonsia merupakan tantangan baik bagi penegak diagnosis maupun bagi manajemennya. Diperlukan suatu pengetahuan dan keterampilan dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian ini adalah biakan murni S. mutans yang berasal dari BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design. 3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian Sampel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan kavitas pada gigi merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam proses reparasi gigi baik pada perawatan endodontik maupun preparasi gigi lainnya (Tarigan,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh:

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: 1 DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BUAH MAHKOTA DEWA (PHALERIA MACROCARPA [SCHEFF.] BOERL.) TERHADAP FUSOBACTERIUM NUCLEATUM SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR SECARA IN VITRO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

KUESIONER ORANG TUA HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN KARIES

KUESIONER ORANG TUA HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN KARIES KUESIONER ORANG TUA HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU TERHADAP KEJADIAN KARIES Tanggal pemeriksaan: (tanggal, bulan) Nama lengkap anak:.. Jenis Kelamin: LK/PR Tanggal lahir/ usia anak:... (tgl-bln-thn) /. Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Enterococcus faecalis merupakan mikroorganisme normal yang bisa ditemukan di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test. Case Processing Summary. sebelum perlakuan % %

LAMPIRAN. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test. Case Processing Summary. sebelum perlakuan % % LAMPIRAN Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent sebelum perlakuan 1 10 50.0% 10

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan 43 Lampiran 1. Surat Rekomendasi Persetujuan Kode Etik Penelitian Kesehatan 43 44 Lampiran 2. Data Berat Badan Mencit Setelah Dipaparkan Asap Rokok Total Rata-rata Berat Notasi Badan Mencit K 309.17 34.35±1.23

Lebih terperinci

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia

LAMPIRAN C. Skrining Kandungan Kimia LAMPIRAN A 75 LAMPIRAN B 76 LAMPIRAN C Skrining Kandungan Kimia Alkaloid : Ekstrak dibasahi dengan sedikit alkohol, lalu digerus, kemudian tambahkan sedikit pasir, gerus. Tambahkan 10 ml kloform amoniak

Lebih terperinci

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010).

Lampiran 1. Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Lampiran 1 Perhitungan Dosis Perhitungan Dosis Kunyit Dosis infusa rimpang kunyit yang dipakai pada percobaan sebelumnya untuk mencit = 7,8 mg / 0,5 ml (Joao M.C.Ximenes, 2010). Berat serbuk rimpang kunyit

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur prosedur kerja DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Alur prosedur kerja Hewan coba yang digunakan adalah mencit putih jantan berumur 8-10 minggu galur Swiss Webster sebanyak 25 ekor dengan berat badan 20-25 mg. Hewan coba diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ini telah dilaksanakan pada percobaan uji mikrobiologi dengan menggunakan ekstrak etanol daun sirih merah. Sebanyak 2,75 Kg daun sirih merah dipetik di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan sisa jaringan nekrotik, mikroorganisme dan produk lain sehingga menciptakan kondisi yang menguntungkan

Lebih terperinci

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar? Alur Pikir LAMPIRAN 1 Bahan medikamen saluran akar Tujuan : Memperoleh aktivitas antimikroba di saluran akar. Menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar. Mengontrol dan mencegah nyeri. Ca(OH) 2 Bahan

Lebih terperinci

Case Processing Summary

Case Processing Summary Lampiran 1 EXAMINE VARIABLES=PD_2 PD_24 PD_72 PD_2mgg /PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT /COMPARE GROUP /STATISTICS DESCRIPTIVES /CINTERVAL 95 /MISSING LISTWISE /NOTOTAL. Explore [DataSet0] G:\REVISI PROPOSAL\Gipsum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS

EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia Mangostana L) TERHADAP Enteroccoccus faecalis SEBAGAI BAHAN MEDIKAMEN SALURAN AKAR (SECARA IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN 62 62 63 63 64 Lampiran 3 SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Berdasarkan penjelasan dan permohonan penulis yang sudah disampaikan kepada saya bahwa akan dilakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan

Lebih terperinci

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55 Lampiran 1: Lembar Persetujuan Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 55 Lampiran 2: Informed Consent SURAT PERMOHONAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN Kepada Yth. Ibu/Saudara

Lebih terperinci

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load

Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load 97 Lampiran 1 Format Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur Load Load Kelompok No. Kgf Newton Stroke Kelompok No. Kgf Newton Stroke Sampel Sampel A 1 143,8 1409,24 5,60 C 1 170,3 1668,94 5,75 2 135,4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterococcus faecalis menjadi bahasan dalam bidang endodontik karena dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran A. Data Rataan Jumlah Spermatozoa Mencit Rataan jumlah spermatozoa mencit (Mus musculus) dengan pemberian vitamin E setelah mendapat kombinasi ekstrak air biji pepaya (Carica papaya L.) dan testosteron

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir 67 Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Pengetahuan yang baik akan morfologi gigi merupakan hal yang sangat penting dalam bidang ilmu kedokteran gigi diantaranya ilmu tentang morfologi gigi, ilmu endodonti dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 54 LAMPIRAN 2 HASIL PEMERIKSAAN Menerangkan bahwa mahasiswa/peneliti yang namanya di bawah ini: Peneliti : dr. Dwi Rita Anggraini, M.Kes. Nama Instansi : Departemen Anatomi Fak. Kedokteran USU

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL NANAS

PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL NANAS Lampiran 1 Kerangka Konsep Skripsi PENGARUH PERENDAMAN BAHAN BASIS GIGITIRUAN RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS DALAM EKSTRAK BONGGOL NANAS Queen DAN REBUSAN DAUN SIRIH TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap : Artauli Octaviana Manik Tempat/ Tanggal Lahir : Prabumulih/ 26 Oktober 1993 Jenis Kelamin Agama Alamat : Perempuan : Katolik : Jalan Stella Raya Perumahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Revisi Desk Evaluasi

Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Revisi Desk Evaluasi Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Melaksanakan Revisi Desk Evaluasi 34 Lampiran 2. Surat Keterangan Mencit Putih Jantan Galur Swiss 35 36 Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan yang digunakan Madu dan Pollen

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50% BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian peredaan efektifitas daya antibakteri ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50% dan 75% terhadap bakteri Enterococcus faecalis

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN Saya, Ucik Indrawati, S.Kep., Ns., Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), sedang melaksanakan kegiatan penelitian berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Debridemen secara mekanik dan kimiawi merupakan bagian penting dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme beserta produknya serta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. B. Bahan Uji dan Bakteri Uji Bakteri uji

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian true experiment dengan rancangan penelitian pre-test dan post-test. B. Populasi dan Sampel 1. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan rimpang lengkuas merah 69 Lampiran 2. Gambar tumbuhan rimpang lengkuas merah a b Keterangan: a. Gambar tumbuhan lengkuas merah b. Gambar rimpang lengkuas merah 70 Lampiran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) Lampiran 1 A Gambar 1. Tanaman ceplukan dan daun ceplukan B Keterangan A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.) B : Daun ceplukan Lampiran 1 (Lanjutan) A B Gambar 2. Simplisia dan serbuk simplisia Keterangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh daya antibakteri ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas gingivalis secara in vitro dengan

Lebih terperinci

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA BPJS KESEHATAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN DI DUA PUSKESMAS DI KOTA MEDAN PADA BULAN AGUSTUS 2015 Kuesioner ini

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN : Eksperimental Laboratoris 3.2 LOKASI PENELITIAN : Laboratorium Fatokimia Fakultas Farmasi UH & Laboratorium Mikrobiologi FK UH 3.3 WAKTU PENELITIAN

Lebih terperinci

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009)

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI :2009) 7. LAMPIRAN Lampiran 1. Syarat Mutu Tempe Kedelai (SNI 01-3144:2009) 49 50 Lampiran 2. Kurva Standar Asam Sianida KODE KCN ABSORBANSI I ABSORBANSI II ABSORBANSI III ABSORBANSI RATA- RATA 1,2 µm 0,027 0,0269

Lebih terperinci

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil.

Lampiran 1 Tahapan Penelitian. Penirisan. 1 ekor karkas ayam segar. Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Serbuk kitosan komersil. LAMPIRAN 59 60 Lampiran Tahapan Penelitian Serbuk kitosan komersil ekor karkas ayam segar Tanpa perlakuan kitosan (Kontrol) Pembuatan larutan kitosan (0,5 %; %;,5%) Pemotongan Proses perendaman Penirisan

Lebih terperinci

Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol)

Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol) Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol) 55 Lampiran 2. Gambar sediaan masker sheet 56 Lampiran 3. Gambar sediaan essence masker sheet Blanko F1 F2 F3 Blanko F1 F2 F3 Keterangan : Blanko : Blanko (tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap orang mengalami infeksi Staphylococcus aureus, dengan keparahan yang bervariasi, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis. BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris secara in vitro menggunakan ekstrak buah Asam Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut, sehingga fungsi dalam lengkung gigi dapat terjaga dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang, Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan melakukan

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Lembar informed consent FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian

Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian Lampiran 1. Hasil Persetujuan Etik Penelitian 51 Lampiran 2. Hasil Identifikasi Tanaman 52 Lampiran 3. Karakteristik Tanaman Alpukat ( Persea americana Mill. ) Tanaman Alpukat Buah alpukat 53 Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan Lampiran 2. Gambar tumbuhan salak, buah salak, simplisia, serbuk simplisia dan jus daging buah salak Gambar 2.1 Tanaman kulit jeruk kesturi Gambar 2.2 Kulit jeruk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Jengkol Lampiran 2. Karakteristik Tanaman Jengkol A B Lampiran 2. (lanjutan) C Keterangan : A. Tanaman Jengkol B. Kulit Buah Jengkol C. Simplisia Kulit Buah Jengkol

Lebih terperinci