PROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA SECARA MAKROSKOPIK. ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA SECARA MAKROSKOPIK. ABSTRAK"

Transkripsi

1 PROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA SECARA MAKROSKOPIK Indriati Putri Utami 1, Eddyman W Ferial 1, Eddy Soekandarsih 1 1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, indry.utamip@gmail.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian Profil Kuliatas Spermatozo Pada Manusia Secara Makroskopik pada awal bulan Nopember hingga akhir bulan Nopember Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Prodia Makassar dan pengolahan data dilakukan Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Unhas. Tujuan penelitian untuk mengetahui profil semen pada manusia secara makroskopis. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dengan meneliti sampel sperma secara makroskopik (volume, warna, bau, ph, viskositas, dan likuefaksi). Analisis data dilakukan secara deskritif dengan menampilkan dalam bentuk diagram batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: responden yang memeriksakan diri untuk diketahui profil semen secara makroskopis (volume, bau, ph, warna, likuefaksi, dan viskositas) mempunyai rentang usia antara tahun dengan jumlah responden terbanyak dengan rentang usia tahun yaitu 39.6 % dan terendah dengan rentang usia tahun. Permeriksaan makroskopis yang dilakukan pada responden yang memeriksakan diri untuk diketahui profil semennya pada umumnya mempunyai hasil normal (97 %), sedangkan sisanya abnormal (3 %). Kata Kunci: profil, makroskopis, spermatozoa, responden ABSTRACT A "Microscopic Quality of Spermatozoa Quality Profile" study was conducted in early November to the end of November The research and data were collected at Prodia Makassar Laboratory and data processing was done at Zoology Laboratory, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Unhas. The purpose of this research is to know the cement profile in humans macroscopically. Methods were performed in this study by examining sperm samples macroscopically (volume, color, odor, ph, viscosity, and liquefaction). Data analysis was done descriptively by showing in the form of bar chart. The results showed that: the respondents who checked for macroscopic cement profile (volume, odor, ph, color, likuefaksi, and viscosity) had an age range between years with the highest number of respondents with age range years ie 39.6 % and lowest with age range years. The macroscopic examination performed on the respondents who checked for cement profile generally had normal results (97%), while the rest were abnormal (3%). Keywords: profile, macroscopic, spermatozoa, respondents

2 PENDAHULUAN Di Indonesia terdapat 40% pasangan usia subur dan 10% diantaranya mengalami infertilitas. Penyebab infertilitas pada pasangan suami istri dapat diklasifikasikan menjadi 3 golongan dengan proporsi: faktor perempuan 45%, faktor laki-laki 40%, dan faktor idiopatik 15% (Lestari, 2015). Angka infertilitas pasangan suamiistri di seluruh dunia menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) dan laporan lainnya, diperkirakan 8-12 % pasangan yang mengalami masalah infertilitas selama masa reproduktif mereka. Sedangkan data infertilitas di Indonesia yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan anak sekitar 10%. Faktor yang menyebabkan infertilitas berasal dari suami, istri atau keduanya. Menurut penelitian yang dilakukan WHO 1989, faktor penyebab yang berasal dari suami sebesar 40% (Diarti dkk, 2016). Faktor-faktor penyebab kasus infertil pada pria antara lain genetik, umur, infeksi, autoantibodi, defisiensi testosteron, hipogonadisme, kanker, faktor lingkungan, efek samping dari pengobatan, retrograde ejaculation, vasectomy, varicocele, dan kualitas spermatozoa. Kasus infertilitas dapat diketahui dengan cara pemeriksaan sperma atau analisis semen (Diarti dkk, 2016). Laboratorium klinik sangat berperan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pria infertil. Pemeriksaan laboratorium yang merupakan tulang punggung laboratorium andrologi dan laboratorium rumah sakit atau Assisted Reproductive Technology (ART) adalah analisis sperma dan pemeriksaan hormone (Khaidir, 2006). Spermatogenesis merupakan proses pembentukan spermatozoa. Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi reproduksi pria. Spermatozoa merupakan sel hasil maturasi dari sel germinal primordial yang disebut dengan spermatogonia. Spermatogonia berada pada dua atau tiga lapisan permukaan dalam tubulus seminiferus. Spermatogonia mulai mengalami pembelahan mitosis, yang dimulai saat pubertas, dan terus berproliferasi dan berdiferensiasi melalui berbagai tahap perkembangan untuk membentuk sperma (Guyton dan Hall, 2007). Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus selama masa seksual aktif akibat stimulasi oleh hormon gonadotropin yang dihasilkan di hipofisis anterior, yang dimulai rata-rata pada umur 13 tahun dan terus berlanjut hampir di seluruh sisa kehidupan, namun sangat menurun pada usia tua (Guyton dan Hall, 2007). Analisis sperma dipakai untuk diagnosis evaluasi pre/post terapi medikal maupun surgikal infertilitas pria. Analisis sperma dipakai juga di laboratorium forensik guna penanggulangan kasus perkosaan, kasus penolakan orangtua terhadap bayinya, dan untuk menyaring pengaruh bahan racun/ obat yang toksik pada organ reproduktif (Khaidir, 2006). Pemeriksaan analisa sperma pada semen pria merupakan suatu analisa lengkap yang penting untuk pasangan yang berkonsultasi masalah infertilitas. Infertilitas yang diperkirakan 10% hingga 15% dari seluruh jumlah pasangan yang ada, bila ditelusuri setengah dari kasus-kasusnya, penyebabnya dari pihak pria (Widodo, 2009). Analisis sperma adalah suatu pemeriksaan yang penting untuk menilai fungsi organ reproduksi pria. Yang dianalisa secara rutin ialah (Taufik, 2009): 1. Kualitas dan kuantitas spermatozoa. 2. Fungsi sakretoris kalenjar asesoris seks. Hasil uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul profil kualitas makroskopik spermatozoa pada pria usia produktif dari gangguan penyakit infertil.

3 METODE PENELITIAN Alat Peralatan yang diperlukan dalam bilangan sperma adalah sebagai berikut. Mikroskop cahaya, Hemositometer improved neubauer, Pipet, Cawan petri, Gunting bedah kecil, Incubator, Hand counter. Bahan Bahan yang digunakan adalah Sperma manusia dan kertas ph. Jumlah responden akan ditentukan setelah perolehan data selama satu bulan dan rentang umur yang juga setelah perolehan data dari Laboratorium Prodia Makassar. Prosedur Kerja Analisa Sperma secara Makroskopik Sperma yang baru keluar selalu menunjukkan adanya gumpalan atau koagulum diantara lender putih yang cair. Pada sperma yang normal gumpalan ini akan segera mencair pada suhu kamar dalam waktu menit. Peristiwa ini dikatakan sperma mengalami pencairan (Liquefaction). Pemeriksaan Makroskopik antara lain: a. Pengukuran volume Dilakukan setelah sperma mencair, Sperma ditampung seluruhnya dalam botol penampung yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi. Volume diukur dengan gelas ukur yang mempunyai skala volume 0.1 ml, Kemudian baca hasil dengan menggunakan standar analisis WHO (1999, 2010). b. ph sperma menggunakan standar dari WHO (1999, 2010). e. Likuefaksi Likuefaksi di periksa 20 menit setelah ejakulasi (setelah dikeluarkan). Dapat dilihat dengan melihat Untuk mengukur ph cukup dengan menggunakan kertas ph. Sperma yang telah dituangkan kedalam tabung reaksi, lalu dimasukkan kertas ph, selanjutnya dibaca hasilnya. Sperma yang normal menunujukkan sifat yang agak basa yaitu Pengukuran sperma harus segera dilakukan segera setelah sperma mencair karena akan mempengaruhi ph sperma. Menggunakan standar WHO (1999, 2010). c. Bau sperma Spermatozoa yang baru keluar mempunyai bau khas atau spesifik, untuk mengenal bau sperma, seseorang harus telah mempunyai pengalaman untuk membaui sperma. Sekali seorang telah mempunyai pengalaman, maka ia tidak akan lupa akan bau sperma yang khas tersebut. Sperma yang baru keluar pada botol penampung, dicium baunya, lalu dlaporkan bau khas yang tercium menurut standar WHO (1999, 2010). d. Warna Sperma Sperma yang telah di tampung dalam tabung reaksi di amati dengan menggunakan latar putih dan menggunakan penerangan yang cukup. Memeriksa warna sperma sekaligus memeriksa kekeruhan, sperma yang normal biasanya berwarna putih keruh seperti air kanji kadang-kadang agak keabu-abuan. Standar ke normalan warna koagulumnya. Bila 20 menit belum homogen kemungkinan ada gangguan pada kelenjar prostat. Bila sperma yang baru diterima langsung encer mungkin tidak mempunyai koagulum karena saluran pada kelenjar vesica seminalis

4 buntu atau memang tidak mempunyai f. Viskositas Kekentalan atau viskositas sperma dapat diukur setelah likufaksi sperma sempurna. Pemeriksaan viskositas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu (WHO, 1999; 2010): Cara subyektif Dengan cara menyentuh permukaan sperma dengan pipet atau batang pengaduk, kemudian di tarik maka akan terbentuk benang. Cara pipet Elliason Syaratnya sperma harus homogen dan pipet yang digunakan harus kering. Mengukur viskositas dengan menggunakan pipet elliason. Prosedurnya cairan sperma dipipet sampai angka 0.1 kemudian atas pipet ditutup dengan jari. Setelah itu arahkan pipet tegak lurus dan stopwatch dijalankan, jika terjadi tetesan pertama stopwatch dimatikan dan dihitung waktunya dengan detik. vesica seminalis. Standar ke normal Analisis Data Analisa data yang diperoleh diolah dengan cara deskriptif dalam bentuk histogram dengan menggunakan perangkat pengolah Microsoft Office 2010 dalam bentuk diagaram batang. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dilakukan di Klinik Prodia Makassar selama kurun waktu empat minggu pengambilan data, mulai tanggal 1 November hingga 30 November 2017 dengan jumlah responden 187 individu yang melakukan pemeriksaan semen. Hasil pemeriksaan profil semen secara keseluruhan (volume, bau, ph, warna, likuefaksi dan viskositas) dari responden yang memeriksakan diri di Laboratorium Prodia Makassar selama rentang waktu empat minggu dari tanggal 1 30 Nopember 2017, menunjukkan hasil yang normal dengan nilai untuk volume 97.3 %, bau 100 %, ph 99.5 %, warna 99.5 %, likuefaksi 97.9 %, dan viskositas 87.7 %.

5 Gambar 4.3. Histogram profil semen berdasarkan rentang usia responden yang memeriksakan diri di Laboratorium Prodia Makassar pada tanggal 1 30 Nopember 2017 Hasil pemeriksaan profil semen (volume, bau, ph, warna, likuefaksi dan viskositas) berdasarkan rentang usia dari responden yang memeriksakan diri di Laboratorium Prodia Makassar selama rentang waktu empat minggu dari tanggal 1 30 Nopember 2017, menunjukkan hasil yang normal dengan nilai untuk rentang usia tahun (volume 100 %, bau 100 %, ph 100 %, warna 100 %, likuefaksi 100 %, dan viskositas 100 %), usia tahun (volume 97.3 %, bau 100 %, ph 100 %, warna 100 %, likuefaksi 100 %, dan viskositas 98.6 %), usia tahun (volume 94.7 %, bau 100 %, ph 98.2 %, warna 100 %, likuefaksi 98.2 %, dan viskositas 89.5 %). Berdasarkan hasi data yang diperoleh dari Laboratorium Prodia Makassar, rentang usia terbanyak melakukan pemeriksaan profil semen secara makroskopis berturut turut berada di rentang usia tahun (39.6 %), usia tahun (30.5 tahun), usia tahun (17.1 %), usia tahun (5.5 tahun), usia tahun (3.7 tahun), dan terendah pada rentang usia tahun (3.2 %). Tingginya permintaan untuk pemeriksaan profil semen secara makroskopis pada rentang usia tahun diduga: 1. responden merupakan calon pasangan yang siap untuk melakukan pernikahan; 2. merupakan salah satu syarat dalam kelengkapan berkas pernikahan; 3. Merupakan usia yang sangat reproduktif dalam proses reproduksinya. Unicef (2015) mencatat bahwa rentang usia produktif untuk siap memasuki jenjang pernikahan untuk pria berada di rentang usia tahun. Hal ini dikarenakan pada rentang usia tersebut sudah siap secara mental dan material. Menurut Asrorim (2016) menyatakan bahwa setiap calon suami dan calon istri hendak melangsungkan akad pernikahan, harus benar - benar telah matang secara fisik (rentang usia tahun untuk pria) maupun secara psikis (rohani), atau sudah harus siap secara jasmani dan rohani, sesuai dengan pengertian yang tertera dalam perkawinan itu sendiri, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita. Sedangkan menurut BKKBN (2017) menyatakan bahwa umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah tahun bagi wanita, kemudian umur tahun bagi pria. Usia tersebut dianggap masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena sudah matang dan bisa berpikir dewasa secara rata-rata. Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari Laboratorium Prodia Makassar, rentang usia yang melakukan pemeriksaan terhadap profil semen secara makroskopis mempunyai rentang usia antara tahun, dengan jumlah terbanyak yang melakukan pemeriksaan dengan rentang usia berturut turut adalah usia tahun dan terendah dengan rentang usia tahun. Volume semen total yang dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Prodia Makkasar menunjukkan nilai volume di atas 2 ml. Sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1999, 2010) telah mengeluarkan nilai acuan untuk analisa sperma/air mani yang normal untuk volume total cairan semen manusia lebih dari 2 ml. Selain itu volume total semen dapat diukur dengan menggunakan gelas ukur atau pipet khusus. Menurut Yatim (1982), Cooper (2016), dan Franken (2012), menyatakan bahwa volume semen rata-rata spermatozoid pada pria adalah ml, sedangkan menurut standar volume yang ditetapkan untuk sperma normal dari

6 McLachlan (2013) dan Zhou (2015), volume total spermatozoid antara 1 5 ml. Pada pemeriksaan bau semen oleh responden yang dilakukan di Laboratorium Prodia Makassar, memberikan hasil yang sama (100 %) pada responden dengan tingkatan rentang usia berbeda, yaitu: samasama memiliki bau spermatozoid yang khas, yaitu seperti bau pohon akasia. Hal tersebut sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 1999, 2010), bau dari semen dinyatakan normal jika memenuhi standar seperti bau pohon akasia. Selain itu, nilai standar rujukan yang dikeluarkan oleh Bagian Ilmu Patologi Klinik FK UNHAS RSUP DR Wahidin Sudirohusodo Makassar (Harun et al.,2017), yaitu mempunyai bau yang khas. Wibisono (2010) mengatakan bahwa spermatozoid memiliki bau khas yaitu seperti bau akasia. Bau-bau lain seperti amis dan busuk dapat dicurigai adanya lekosit (infeksi) atau sebab-sebab lain (parasit). Selain itu Khaidir (2006) dan Akasai et al. (2015) menyatakan bahwa bau semen itu khas, seperti bau bunga chestnut. Bau itu oleh spermin yang dihasilkan prostat. Hasil pengolahan data primer yang diperoleh dari Laboratorium Prodia Pengukuran ph juga menjadi pengukuran yang penting. ph harus diperiksa dalam waktu 1 jam setelah semen dikeluarkan. Nilai normal: > 7,2 (WHO 1999 : ) dan (WHO 2010 : ). ph lebih tinggi dari 8,0 patut dicurigai adanya infeksi sedangkan lebih rendah dari 7,0 dengan azoospermia, maka kemungkinan terjadi disgensi dari vas deferens, vesika seminalis, atau epididimis. Hasil perolehan data dari Laboratorium Prodia Makassar, untuk pemeriksaan profil makroskopis ph semen responden dengan rentang usia tahun menunjukkan hasil yang normal dengan rentang ph Menurut Kuswondo (2002), ph sperma melampaui nilai normal dari WHO diduga Makassar, pada umumnya pemeriksaan makroskopis, dengan rentang usia tahun, tentang profil warna semen adalah normal yaitu dengan warna putih keabuabuan. Namun ada satu responden dengan rentang usia tahun mempunyai profil warna semen putih kekuningan. Sesuai dengan prosedur standar yang ditetapkan oleh Laboratorium Prodia, warna sperma yang kekuningan dianggap tidak nornal. Sedangkan menurut standar WHO (1999, 2010) warna sperma dianggap normal jika dalam rentang putih sampai putih kekuningan. Seperti yang dinyatakan oleh Kuswondo (2002) Jika spermatozoid berwarna jernih/bening, maka biasanya ditafsirkan sebagai mani encer. Apabila didapatkan sel-sel darah merah, maka sperma berwarna kecoklatan, disebabkan adanya hemoglobin. Hasil penelitian ini juga didukung oleh Yatim (1982), warna normal spermatozoid adalah seperti lem atau kanji atau putih kelabu. Jika agak lama abstinensi akan berwarna kekuningan. Menurut Widjanarko (2014), gangguan pada sperma manusia lebih banyak akibat adanya gangguan pada sistem hormonal. terjadi kelainan yang disebabkan oleh infeksi akut atau kronis. Aitken (2006) menyatakan bahwa profil sperma dengan ph dibawah 7.2 dan diatas 8, maka dianggap terdapat kelainan pada sistem hormonal. KESIMPULAN Responden yang memeriksakan diri untuk diketahui profil semen secara makroskopis (volume, bau, ph, warna, likuefaksi, dan viskositas) mempunyai rentang usia antara tahun dengan jumlah responden terbanyak dengan rentang usia tahun yaitu 39.6 % dan terendah dengan rentang usia tahun. DAFTAR PUSTAKA

7 Aitken RJ, Buckingham W, Brindle J, Gomez E, Baker HWG, Irvine DS Analysis of sperm movement in relation to the oxidative stress created by leukocytes in washed sperm preparations and seminal plasma. Hum Reprod; Vol 10 (20): dan Tudung Akrosom Spermatozoa. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera. Ferial E.W Macroscopic Examination of Human Spermatozoa Through Nutrition of Blood Cockle s (Anadara granosa L.). Makassar. Aitken, R.J Sperm Function Tests and Fertility. Int. Jour. Andrology. Vol. 29 (1) : Akashi T, Watanabe A, Komiya A, Fuse H Evaluation of the sperm motility analyzer system (SMAS) for the assessment of sperm quality in infertile men. Systems biology in reproductive medicine.vol.56(6): Al-Haija Fakhira Kelainan pada Sperma Efek Waktu Sentrifugasi Terhadap Motilitas, Daya Tahan Hidup

8

Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah (Anadara Granosa L.)

Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah (Anadara Granosa L.) Jurnal Sainsmat, Maret 2013, Halaman 1-13 Vol. II, No. 1 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Kajian Pemeriksaan Makroskopik Spermatozoa Manusia Melalui Pemberian Nutrisi Kerang Darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 Mitos yang mengatakan infertil hanya dialami wanita masih berkembang dimasyarakat indonesia. Ini harus dibenahi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)

PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT) PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT) I. PERSIAPAN PRAKTIKUM Tugas tiap Kelompok: 1. Setiap kelompok mencari probandus pria usia 17 s.d 40 th a. Probandus harus puasa seksual selama 3 hari (probandus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu

Lebih terperinci

Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra

Lebih terperinci

Gambaran Fertilitas Masyarakat Palu Yang Melakukan Pemeriksaan Analisa Kuantitatif Sperma di Laboratorium Kesehatan Palu

Gambaran Fertilitas Masyarakat Palu Yang Melakukan Pemeriksaan Analisa Kuantitatif Sperma di Laboratorium Kesehatan Palu Biocelebes, Juni 2012, hlm. 20-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 6 No. 1 Gambaran Fertilitas Masyarakat Palu Yang Melakukan Pemeriksaan Analisa Kuantitatif Sperma di Laboratorium Kesehatan Palu Musjaya M. Guli 1)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reproduksi merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup untuk mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki keturunan merupakan suatu keharusan.

Lebih terperinci

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti

OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

Oleh : dr Hiratna SpPK

Oleh : dr Hiratna SpPK Oleh : dr Hiratna SpPK Sperma : ejakulat yg berasal dari seorg berupa cairan kental & keruh yg berisi sekret dari kel prostat, kel2 lain & spermatozoa. Pem sperma penting dlm masalah fertilitas & infertilitas,

Lebih terperinci

ANALISIS SEMEN MANUSIA

ANALISIS SEMEN MANUSIA SASARAN PREKTIKUM ANALISIS SEMEN MANUSIA Praktikum Sajian Yang harus diperhatikan : Analisis Semen : Semen manusia : Waktu likuifaksi, warna semen, ph, volume, viscositas, aglutinasi spontan, konsentrasi,

Lebih terperinci

Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung

Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung Hubungan antara Angka Ketahanan Hidup Sperma dan Morfologi Sperma Terhadap Angka Fertilisasi pada Pasien Program Bayi Tabung The Correlation Between Sperm Survival Test (SPERST) and Sperm Morphology With

Lebih terperinci

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP

KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP KUALITAS SEMEN DOMBA LOKAL PADA BERBAGAI KELOMPOK UMUR SEMEN QUALITY OF RAM AT DIFFERENT AGE-GROUP Cindy Alvionita* Siti Darodjah Rasad** Nurcholidah Solihati** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan negara berkembang. Angka prevalensi yang cukup tinggi serta menghasilkan dampak sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Populasi dunia saat ini sekitar 6,7 miliar dan sepertiganya adalah remaja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per

Lebih terperinci

KAJIAN INFERTIL PRIA Dl LABORATORIUM INFERTIL - ANDROLOGI PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN SURABAYA, TAHUN

KAJIAN INFERTIL PRIA Dl LABORATORIUM INFERTIL - ANDROLOGI PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN SURABAYA, TAHUN KAJIAN INFERTIL PRIA Dl LABORATORIUM INFERTIL - ANDROLOGI PUSLITBANG SISTEM DAN KEBIJAKAN KESEHATAN SURABAYA, TAHUN 2005-2008 Bambang Wasito Tjipto1 ABSTRACT Background: Appropriate laboratory testmg is

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Gambaran Kesehatan Reproduksi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE ANGGOTA KELOMPOK

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE ANGGOTA KELOMPOK LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE ANGGOTA KELOMPOK TIARA MELODI M KHOIRUL ANAM INDAH ANNISA LUCKY MARIAM FICKRY ADIANSYAH N GOHLENA RAJA N C MUARIF CHYNTIA PUTRIASNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat

Lebih terperinci

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. Anggy, 2011: Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan. Sp OG, (K) Pembimbing II : Dr, dr. Felix Kasim. M, kes

ABSTRAK. Anggy, 2011: Pembimbing I : dr. Aloysius Suryawan. Sp OG, (K) Pembimbing II : Dr, dr. Felix Kasim. M, kes ABSTRAK GAMBARAN INSIDENSI DAN FAKTOR RISIKO INFERTILITAS PADA PRIA USIA REPRODUKTIF YANG BEROBAT KE RUMAH BERSALIN PERMATA HATI BANDUNG PERIODE DESEMBER 2010-NOVEMBER 2011 Anggy, 2011: Pembimbing I :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas

Lebih terperinci

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk

Lebih terperinci

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi

HORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan survey untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami kematian. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Pasal 117 menyatakan Seseorang dinyatakan mati apabila

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yang dimaksud dengan infertilitas adalah setahun berumah tangga dengan persetubuhan yang tidak memakai pelindung belum terjadi kehamilan. Kurang lebih 10-15% jumlah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian rataan suhu dan kelembaban harian kandang berturut-turut 28,3 o C dan 91,3% yang masih dalam kisaran normal untuk hidup kelinci. Adapun suhu dan kelembaban

Lebih terperinci

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.

Ni Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing. Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan

Lebih terperinci

BAB 1. All About Remaja

BAB 1. All About Remaja BAB 1. All About Remaja Siapakah Remaja? Pengertian remaja, Klasifikasi remaja (umur) Setiap dari kita pasti pernah mengalami masa remaja, atau mungkin kita sekarang sedang dalam masa remaja? tapi pengertian

Lebih terperinci

Spermatogenesis dan sperma ternak

Spermatogenesis dan sperma ternak J0A09 dari 5. MATERI PRAKTIKUM 3 : Spermatogenesis dan sperma ternak TUJUAN PRAKTIKUM : Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan pembentukan spermatozoa dan menjelaskan komposisi semen serta struktur/morfologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.000 hipertensi, menurunkan IQ dan juga mengurangi kemampuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH

HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat

Lebih terperinci

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed

OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Pemeriksaan senyawa boraks pada bakso secara kualitatif dilakukan di Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Williem

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR Yuniarti 1, Rusmilawaty 2, Zakiah 3 1, 2, 3 Poltekkes Kemenkes Jurusan Kebidanan Email:

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE 17 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai

Lebih terperinci

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI Oleh : Andang Muryanta Sebuah keluarga dimanapun mereka berada dipastikan ada keinginan untuk mendapatkan buah hati dari hasil pernikahannya, itu wajar dan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek

Tanaman sambiloto telah lama terkenal digunakan sebagai obat, menurut Widyawati (2007) sambil oto dapat memberikan efek hepatoprotektif, efek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas atau gangguan kesuburan dapat dimengerti sebagai ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mendapatkan keturunan setelah satu tahun menikah tanpa menggunakan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding 15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah semen yang didapat dari kambing pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Salah satunya adalah pola hidup masyarakat yang saat ini cenderung tidak

Lebih terperinci

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN

DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN Tim Penyusun: Dr. Agung Pramana W.M., MS. Dr. Sri Rahayu, M.Kes. Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MS. Drs. Aris Soewondo, MS. drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebiasaan merokok merupakan masalah penting sekarang ini. Rokok bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan hidup yang tidak bisa ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sekitar 85-90% dari pasangan muda yang sehat akan hamil dalam waktu 1 tahun. Evaluasi dan pengobatan infertilitas telah berubah secara dramatis selama periode waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memiliki anak adalah impian setiap pasangan yang sudah menikah. Namun tidak setiap pasangan dapat mewujudkan impian tersebut dengan mudah. Kegagalan pasangan usia reproduktif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. &

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Kimia untuk pembuatan ekstrak Myrmecodia pendens Merr. & 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi untuk pengaklimatisasian hewan uji serta

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama teratur tanpa kontrasepsi, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan suatu tahap perkembangan dari masa anak anak menuju masa dewasa akan terjadi perubahan fase kehidupan dalam hal fisik, fisiologis dan sosial (WHO,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dengan selang waktu pengambilan satu minggu. Lokasi pengambilan ikan contoh

Lebih terperinci

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pengguna telepon seluler (ponsel) atau handphone di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Roy Morgan Research di Australia

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan forensik pasca tindak kekerasan seksual

Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan forensik pasca tindak kekerasan seksual Motilitas spermatozoa pasca ejakulasi terkait kepentingan forensik pasca tindak kekerasan seksual 1 Hermanus Rondonuwu 2 Johannis F. Mallo 2 Erwin G. Kristanto 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Menurut kamus besar bahasa indonesia (2005) pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah (dijalani, dirasakan, ditanggung). Menurut Notoatmodjo (2005) pengalaman

Lebih terperinci

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi

BAB III FERTILISASI IN VITRO. yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi BAB III FERTILISASI IN VITRO A. Pengertian Fertilisasi In Vitro Fertilisasi in Vitro merupakan salah satu dari teknik inseminasi buatan 1 yang telah berkembang di dunia kedokteran. Kata inseminasi berasal

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Infertilitas adalah ketidakmampuan terjadinya konsepsi atau memiliki anak pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam proses spermatogenesis dan pembentukan karakteristik seksual

Lebih terperinci

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO

FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO 1 ISI I. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria II. Spermatogenesis III. Aktivitas Seksual Pria IV. Pengaturan Fungsi Seksual

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010 PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS Muslim, MPH Blog: www.muslimpinang.wordpress.com Blog: www.akbidanugrahbintan.wordpress.com Email: muslimmph@yahoo.co.id Hp: 081 277 69269 Fertilitas (kesuburan) yaitu kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1.5 Manfaat Penelitian 1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan dengan memberikan informasi bahwa ada hubungan antara kadar serum ferritin terhadap gangguan pertumbuhan pada talasemia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi alkohol telah menjadi bagian dari peradaban manusia selama jutaan tahun. Minuman beralkohol dihasilkan dari fermentasi ragi, gula dan pati. Etanol merupakan

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci