LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE ANGGOTA KELOMPOK
|
|
- Yenny Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK PEMERIKSAAN SPERMA BLOK LIFE CYCLE ANGGOTA KELOMPOK TIARA MELODI M KHOIRUL ANAM INDAH ANNISA LUCKY MARIAM FICKRY ADIANSYAH N GOHLENA RAJA N C MUARIF CHYNTIA PUTRIASNI K G1A G1A G1A G1A G1A G1A G1A G1A PENDAMPING dr. WAHYU SISWANDARI, Sp.PK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN 2010
2 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan seorang manusia diawali dengan pembuahan, yaitu suatu proses dimana spermatozoa dari pria dan oosit dari wanita bergabung membentuk suatu organisme baru yaitu zigot (Sadler, 2002). Spermatogenesis disebut juga sebagai tahap poliferasi atau perbanyakan. Proses pembentukan gamet (sel kelamin) disebut gametogenesis. Proses pembentukan spermatozoa (sel kelamin jantan) berlangsung di dalam testis yang terdapat di scrotum (Campbell, 1996). Testis adalah alat kelamin utama yang berjumlah sepasang, terletak di dalam scrotum, suatu kantung di luar rongga tubuh. Pada awal pertumbuhan, testis berada dalam rongga abdomen, kemudian turun ke scrotum. Ketika turun, testis ikut terbawa lapisan rongga tubuh (peritoneum) bersama otot dinding abdomen. Testis menghasilkan gamet berupa spermatozoa. Spermatozoa yang dihasilkan oleh testis, bersama sedikit plasma semen disalurkan keluar tubuh lewat saluran yaitu: tubulus rectus, rete testis, ductus efferen, epididimis, vas deferens, dan urethra. Epididimis adalah simpanan dan tempat pematangan (maturasi) spermatozoa. Vas deferens menampung spermatozoa yang sudah matang dalam epididimis beserta cairan semen yang dihasilkan prostat dan vesicular seminalis. Urethra adalah pipa kemih luar yang juga menyalurkan semen keluar tubuh. Di pembuluh ini juga bermuara dua kelenjar kecil yang juga menghasilkan cairan mani, yaitu: bulbourethralis dan littre. Penis adalah alat penghantar semen ke genital wanita. Bagian ujung urethra berada dalam penis. Semen, yang diejakulasikan selama aktivitas seksual pria, terdiri atas cairan dan sperma yang berasal dari vas deferens (kira-kira 10% dari keseluruhan semen), cairan dari vesikula seminalis (kira-kira 60%), cairan dari kelenjar prostat (kira-kira 30%), dan sejumlah kecil cairan dari kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi, bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis, yang merupakan cairan terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan uretra. ph rata-rata dari campuran semen mendekati 7,5 cairan prostat yang bersifat basa menetralkan keasaman yang
3 ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat membuat semen terlihat seperti susu, sementara cairan dari vesikula seminalis dan dari kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental. Juga, enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen cairan vesikula seminalis membentuk koagulum yang lemah, yang mempertahankan semen dalam daerah vagina yang lebih dalam, tempat serviks uterus. Koagulum kemudian dilarutkan 15 sampai 20 menit kemudian karena lisis oleh fibrilosin yang dibentuk dari profibrinolisin prostat. Pada menit pertama setelah ejakulasi, sperma masih tetap tidak bergerak, mungkin karena viskositas dari koagulum. Sewaktu koagulum dilarutkan, sperma secara simultan menjadi sangat motil. (Guyton, 1997) Sehingga, untuk mengetahui apakah seseorang pria infertil ataupun fertil peranan analisa semen sangatlah penting. Semen yang akan dipergunakan dalam analisa semen diambil setelah abstinensia minimal 48 jam sampai maksimal 7 hari dengan cara masturbasi. Oleh sebab itu, pemakaian kondom tidak dianjurkan karena dikhawatirkan mengandung spermatisida. 1.2 Tujuan Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan analisis sperma Mahasiswa mampu mengenal prosedural pengujian kesuburan seorang pria Mahasiswa mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan sperma
4 II DASAR TEORI Analisa semen dapat dilakukan untuk mengevaluasi gangguan fertilitas (kesuburan) yang disertai dengan atau tanpa disfungsi hormon androgen. Dalam hal ini hanya beberapa parameter ejakulat yang diperiksa (dievaluasi) berdasarkan buku petunjuk WHO Manual for the examination of the Human Semen and Sperm- Mucus Interaction (WHO, 1999). Semen merupakan cairan yang pada saat orgasmus diejakulasikan dan mengandung sperma, sekret vesica seminalis, prostat, kelenjar cowperi, serta mungkin pula kelenjar uretra. Volume semen dan sperma jumlahnya berkurang dengan cepat dengan ejakulasi yang berulang (Ganong, 1983). Semen diejakulasikan selama aktifitas seksual pria, dengan cairan dan sperma yang berasal dari cairan vesikula seminalis (60%), cairan kelenjar prostat (30%), vas deferens (lebih kurang 10 % dari keseluruhan semen), dan sejumlah kecil cairan kelenjar mukosa, terutama kelenjar bulbouretralis. Jadi bagian terbesar semen adalah cairan vesikula seminalis, yang merupakan cairan terakhir yang diejakulasikan dan berfungsi mendorong sperma melalui duktus ejekulatorius dan uretra. ph semen sekitar 7,2. Sifat basa Cairan prostat, menetralkan keasaman ringan dari bagian semen lainnya. Cairan prostat ini juga menjadikan semen terlihat seperti susu, sedang vesikula seminalis dan kelenjar mukosa membuat semen menjadi agak kental. Selain itu, enzim pembekuan dari prostat menyebabkan fibrinogen cairan vesikula seminalis membentuk koagulum fibrin yang lemah, yang menahan semen di daerah vagina yang lebih dalam, tempat serviks uteri berada. Koagulum akan larut selama menit kemudian terjadi lisis oleh fibrinolisin yang dibentuk dari profibrinolisin prostat (Guyton, 1997). Spermatogenesis Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone (Wildan yatim, 1990). Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
5 1. Spermatocytogenesis Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder. 2. Tahapan Meiois Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan sesame lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap. 3. Tahapan Spermiogenesis Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak. Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita X. Apabila salah satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari : 1) Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang mempermudah fertilisasi ovum. 2) Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
6 3) Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk motilitas. 4) Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas deferens dan ductus ejakulotorius. Ada beberapa faktor hormonal yang merangsang spermatogenesis. Faktor hormonal memainkan peranan penting dalam spermatogenesis. Beberapa diantaranya adala sebaga berikut, 1) Testosteron, yang disekresikan sel sel leydig yang terletak di interstisium testis, penting bagi pertumbuhan dan pembelahan sel sel germinal testis, yang merupakan tahap pertama pembentukan sperma. 2) Luteinizing hormone, yang disekresikan olh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel sel leydig untuk menyekresi testosteron. 3) Hormon perangsang folikel (FSH), yang juga disekresikan oleh sel sel kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel sel sertoli; tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
7 III ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat Mikroskop Pipet tetes Pipet leukosit Objek glass Cover glass Bilik hitung Neubauer Improved (NI) Gelas/tabung ukur kaca 3.2 Bahan Semen NaCl fisiologis Aquadest Larutan fiksasi etanol 95% : eter ( 1:1 ) Cat Giemsa
8 IV CARA KERJA 4.1 Pemeriksaan makroskopis Warna Mengamati warna sediaan, dengan kategori; 1) Normal, jika berwarna putih kelabu homogen, kadangkala didapatkan butiran seperti jeli yang tidak mencair. 2) Abnormal, jika; a. Jernih, yang menandakan jumlah sperma yang sedikit b. Merah kecoklatan, (dimungkinkan) adanya sel darah merah c. Kuning, (misalnya) pada penderita ikterus atau minum vitamin Bau Menghidu bau sediaan, dikatakan; 1) Normal, jika bau khas bunga akasia 2) Abnormal, jika bau busuk karena infeksi Likuefaksi 1) Sediaan diamati pada suhu kamar dan dicatat waktu pencairan 2) Normal, jika mencair dalam 60 menit, rata-rata 15 menit Volume 1) Diukur dengan tabung/gelas ukur dari kaca 2) Normal, jika volume > 2 ml Konsistensi
9 Dilakukan dengan cara; 1) Mengambil sampel dengan pipet atau ujung jarum, kemudian dibiarkan menetes 2) Mengamati benang yang terbentuk dan sisa sampel di ujung pipet/jarum 3) Dikatakan normal, jika benang yang terbentuk < 2 cm atau sisa sampel di ujung pipet atau jarum hanya sedikit ph Dilakukan dengan cara; 1) sampel diteteskan pada kertas Ph meter 2) Membaca hasil setelah 30 detik dengan membandingkan dengan kertas standar Normal : ph 7,2 7,8 ph > 7,8 infeksi ph < 7 pada semen azoospermia perlu diperkirakan kemungkinan disgenesis vas deferens, vesika seminal, atau epididimis 4.2 Pemeriksaan Mikroskopis Pemeriksaan estimasi jumlah sperma Dilakukan dengan cara; 1) Meneteskan 1 tetes sampel ko objek glass, kemudian menutupya dengan cover glass
10 2) Memeriksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa lapang pandang, pada suhu kamar 3) Jumlah rata-rata sperma yang didapat dikalikan ) Jumlah sperma yang didapat, juga digunakan sebagai dasar pengenceran saat penghitungan dengan bilik hitung Neubauer Improved (NI) Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma. Jumlah sperma / lapang pandang Pengenceran (400x) < 15 1 : : : : Motilitas Sperma Dilakukan dengan cara; 1) Meneteskan 1 tetes sampel sperma ( mikroliter ) ke objek glass. Kemudian menutupnya dengan cover glass 2) Memeriksa objek dibawah mikroskop dengan pembesaran 400x, ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan cahaya minimal. 3) Pemeriksaan dilakukan dalam 4-6 lapang pandang pada 200 sperma pada suhu kamar ( C ) 4) Kecepatan gerak sperma normal adalah : 5 kali panjang kepala sperma, atau setengah kali panjang ekor sperma atau 25 µm/detik 5) Mengamati gerakan sperma dengan klasifikasi sebagai berikut :
11 a. Jika gerakan sperma cepat dan lurus. b. Jika gerakan sperma lambat/sulit maju lurus/bergerak tidak lurus. c. Jika tidak bergerak maju d. Jika sperma tidak bergerak Morfologi Sperma Dilakukan dengan cara; 1) Meneteskan 1 tetes sperma ( mikroliter ) sampel ke salah satu ujung objek glass 2) Dengan objek glass kedua, dibuat apusan sampel 3) Sediaan dikeringkan di udara, selanjutnya difiksasi dengan etanol 95% : eter (1:1), biarkan sediaan kering 4) Kemudian dicat dengan Giemsa selama 30 menit, dibilas dengan air bersih. Kemudian dikeringkan dan preparat siap diperiksa 5) Preparat diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 x ( 40 x lensa objektif, 10 x lensa okuler ), kondensor diturunkan dan cahaya minimal 6) Pemeriksaan morfologi dilakukan pada 200 sperma meliputi, kepala, leher dan ekor, kemudian hasil yang didapat dibuat presentase Pemeriksaan elemen bukan sperma Dilakukan dengan cara;
12 1) Dilakukan penghitungan sel selain sperma seperti leukosit, sel epitel gepeng dan sel lain yang ditemukan. Penghitungan dilakukan dalam 100 sperma ditemukan beberapa sel lain selain sperma. 2) Penghitungan; C = N x S C : jumlah sperma dalam juta/ml sperma 100 N : jumlah sel yang dihitung dalam 100 S : jumlah sel dalam juta/ml Pemeriksaan hitung jumlah sperma Dilakukan dengan cara; 1) Menyiapkan hemositometer (pipet leukosit dan Bilik hitung NI) 2) Memasang bilik hitung NI dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x atau 400x, cari kotak hitung 3) Penghitungan dilakukan di kotak tengah yang terdiri dari 25 kotak sedang yang masing-masing didalamny terbagi lagi menjadi 16 kotak 4) Menghisap semen sampai angka 0,5, kemudian menghisap pengenceran aquadest/ NaCl fisiologis sampai angka 11, digunakan pengenceran 1 : 20. (Pengenceran lain dapat digunakan sesuai Tabel 1. Pengenceran berdasarkan estimasi jumlah sperma) 5) Jumlah kotak sedang yang harus dihitung berdasar jumlah sperma yang ditemukan : a. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang < 10 hitung 25 kotak b. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang hitung 10 kotak
13 c. Jumlah sperma dalam 1 kotak sedang > 40 hitung 5 kotak 6) Membuat rata-rata jumlah sperma 7) Selanjutnya menghitung jumlah sperma dan faktor koreksinya dengan aturan seperti dalam tabel Tabel 2. Jumlah perhitungan kotak dan faktor koreksi jumlah sperma Pengenceran Jumlah kotak sedang yang dihitung Faktor koreksi 1 : : : ,8 0,4 Contoh : Rata-rata ditemukan 50 sperma yang dihitung dalam 5 kotak sedang dengan pengenceran 1 : 20 maka jumlah, sperma adalah : = 50/1 x 10 6 = 50 juta/ml. Rata-rata ditemukan 20 sperma yang dihitung dalam 10 kotak sedang dengan pengenceran 1 : 20, maka jumlah sperma adalah : = 20/4 x 10 6 = 5 juta/ml.
14 V HASIL 5.1Hasil Pemeriksaan Secara Makroskopis Warna : putih kelabu homogen Bau : bau khas bunga akasia Likuefaksi : encer Volume : 2 ml Konsistensi : < 2 cm ph : 7 5.2Hasil Pemeriksaan Secara Mikroskopis Pemeriksaan estimasi ± 76 x 10 6 = sperma Motilitas sperma A = 40 40/76 x 100% = 53% B = 15 15/76 x 100% = 20% C = 10 10/76 x 100% = 13% D = 11 11/76 x 100% = 14% Morfologi sperma Lapang pandang 1 Normal : 10 Abnormal : 18 Jumlah : 28
15 Lapang pandang 2 Normal : 9 Abnormal: 7 Jumlah : 16 Normal = normal L1 + normal L2 x 100% Jumlah (L1 + L2) = x 100% = 19 x 100% = 43% Abnormal = abnormal L1 + abnormal L2 x 100% Jumlah (L1+ L2) = x 100% = 25 x 100% = 57% Hitung jumlah sperma Yang ditemukan pada bilik = 85 Faktor koreksi = 2 Karena dilakukan : a. Pengenceran 1 : 10 b. Dilakukan sebanyak 5x pemeriksaan = 85 x 10 6 = jt/ml 2 5.3Interpretasi Jumlah sperma = jt/ml
16 5.3.2 Morfologi = 43% Motilitas = 53% Berdasarkan data diatas dapat diinterpretasikan bahwa semen pasien menunjukkan Teratozoospermia.
17 VI PEMBAHASAN 4.1 Probandus Nama Umur Terakhir ejakulasi Waktu pengambilan sampel : Tn. Paryadi : 37 tahun : jam WIB : jam WIB 4.2 Teratozoospermia Teratozoospermia (terato = monster) adalah bentuk sperma yang tidak normal. Dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu yang ringan sekitar 15% sperma masih normal % sedang serta kurang dari 10% dikategorikan berat. Secara normal, sperma yang baik harus memiliki kepala yang berbentuk oval, dengan penghubung pada bagian tengahnya serta ekor yang panjang. Teratozoospermia adalah terminologi yang menyatakan bahwa adanya gangguan infertilitas atau kesuburan akibat dari abnormallitas bentuk sperma. Bila terlalu banyak bentuk sperma yang abnormal maka terjadilah kondisi gangguan kesuburan. Bentuk sperma yang abnormal tidak dapat membuahi sel telur karena fungsinya yang tidak sempurna. Kondisi gangguan kesuburan pada pria lebih banyak faktor penyebabnya dibandingkan dengan wanita. Permasalahannya adalah terapi medis untuk teratozoospermia sebagian besar tidak berhasil dengan baik karena terlalu banyak faktor eksternal. Belum ada sampai saat ini terapi yang cukup efektif guna memperbaiki bentuk sperma atau meningkatkan jumlah sperma dengan morfologi normal.
18 Gambar 1. Struktur sperma normal (sumber: Morfologi yang terlihat pada mikroskop bukanlah morfologi dari spermatozoa hidup, tetapi citra yang kita buat. Citra ini tergantung pada beberapa faktor, seperti : spermiogenesis, transport sperma, pematangan, aging, lamanya di plasma semen, teknik pengecatan, fiksasi, pewarnaan maupun kualitas mikroskop yang dipergunakan. Pewarnaan dan pengecatan dengan kualitas tinggi sangat penting ketika melakukan morfologi sperma. Setiap spermatozoa tanpa cacat secara morfologi adalah normal, diluar itu adalah abnormal. spermatozoa. Evaluasi yang dilakukan meliputi : kepala, midpiece, dan ekor pada 200 Kriteria morfologi sperma disebut normal bila 1) Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron, lebar ½ s/d 2/3 panjangnya. 2) Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala. 3) Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala. Istilah-istilah yang dipakai pada bentuk yang abnormal adalah :
19 1) Makro : 25 % > kepala normal 2) Mikro : 25 % < kepala normal 3) Taper : kurus, lebar kepala ½ yng normal, tidak jelas batas akrosom, memberi gambaran cerutu 4) Piri : memberi gambaran tetesan air mata 5) Amorf : Bentuk kepala yg ganjil, permukaan tidak rata, tidak jelas batas akrosom 6) Round : bentuk kepala seperti lingkaran, tidak menunjukkan akrosom 7) Piri : tidak jelas adanya kepala yg nyata, tampak midpiece dan ekor saja 8) Cytoplasmic droplet : menempel pada kepala atau midpiece, lebih cerah 9) Ekor abnormal : pendek / spiral / permukaan tidak halus / ganda Morfologi berarti merujuk pada bentuk sperma yang telah dilakukan pengecatan. Batasan normal adalah > 30 % (WHO) bila kurang dari itu disebut teratozoospermia, atau dengan strict criteria > 15 % (Kruger). Selain kuantitas (% yang normal) juga perlu diperhatikan kualitas (bentuk-bentuk kelainan yang ada) Variasi parameter dasar analisa sperma manusia dari yang paling bervariatif adalah konsentrasi, motilitas dan yang terkecil adalah morfologi. Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi adalah : 1) Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik. 2) Gangguan pada epididymis, misalnya : radang, varikokel, akan terlihat banyak sel-sel immature. 3) Abstinentia seksualisnya kurang lama atau sering ejakulasi. Pada beberapa penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara bentukbentuk kepala mikro, makro, taper, kelainan bentuk akrosom dan atau gabungannya berkaitan dengan adanya varikokel (salah satu penyebab infertilitas pada pria yang terbesar dan dapat dideteksi dan yg dapat diperbaiki). Pria dengan konsentrasi sperma > 20 juta/ml, tetapi abnormal pada motilitas dan atau morfologi disebabkan oleh penyebab yang diketahui seperti : varikokel,
20 infeksi kelenjar aksesori atau kogenital akan mempunyai kemungkinan kehamilan alami pada pasangan 40 % lebih rendah daripada penyebab yang tidak diketahui (idiopatik asteno dan atau teratozoospermia). Berbagai pengobatan yang dilakukan terbukti tidak ada yang efektif seperti klomifen, HMG dan suntikan HCG, testosteron, vitamin E, vitamin C, anti-oksidan, diet tinggi protein, hoemeopati, dan bahkan pembedahan (varikokel). Tindakan pembedahan ini hanya memperbaiki bentuk sperma sekitar 30 % saja. Namun sekarang sudah ditemukan anjuran terapi yang dapat menjadi solusi masalah infertilitas tersebut, yakni biasanya pasangan dianjurkan untuk melalukan ICSI (Intra Cytoplasmic Sperm Injection) dimana metode ini akan mempertemukan 1 sel telur dan 1 sel sperma untuk menjadi embrio. Embrio yang sudah terbentuk dapat dimasukkan ke dalam rahim sehingga terjadilah kehamilan. Contoh morfologi sperma yang normal dan abnormal : Gambar 2. Contoh struktur sperma normal dibandingkan dengan yang abnormal (sumber:
21 VII KESIMPULAN Hasil pemeriksaan sperma menunjukkan Teratozoospermia, yaitu dimana sperma mengalami kelainan morfologi (dalam %), baik itu pada kepala, leher maupun ekor sperma. Hasil didasarkan pada data-data pengamatan yang telah diinterpretasikan. Secara prosedural, praktikan telah berusaha melakukan pemeriksaan sperma sesuai dengan prosedur yang dianjurkan. Namun dengan kemampuan praktikan yang masih belum terlatih dan (mungkin) merupakan pengalaman uji laboratorium sperma yang pertama kali dilakukan, menjadikan data hasil pemeriksaan sperma yang (mungkin) masih terdapat berbagai kelemahan.
22 DAFTAR PUSTAKA Campbell, N Biologi. California: Benjamin Cummings Publishing Company Inc. Ganong, William Fisiologi kedokteran Edisi 10. Jakarta: EGC Guyton Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC NAFA Manual on Basic Semen Analysis. Hlm Sadler, T.W Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta : EGC Schill, wolf-bernhard et al., Andrology for the Clinician. Springer. Hlm 41. Sherwood, Lauree Fisiologi manusia:dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta:EGC. Sono, onny pieters Diktat Kuliah Analysa Sperma. Biomedik FK Unair. Suarabaya. (unpublished). Hlm WHO., WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and Sperm- Cervical Mucus Interaction. Fourth Edition. Cambridge University Press. Hlm Wibisono, Herman Evaluasi Infertilitas Pria Menuju Program FIV dalam Fertilisasi In Vitro dalam Praktek Klinik. Puspa Swara. Hlm 42.
23 LAMPIRAN
Sistem Reproduksi Pria meliputi: A. Organ-organ Reproduksi Pria B. Spermatogenesis, dan C. Hormon pada pria Organ Reproduksi Dalam Testis Saluran Pengeluaran Epididimis Vas Deferens Saluran Ejakulasi Urethra
Lebih terperinciOleh : dr Hiratna SpPK
Oleh : dr Hiratna SpPK Sperma : ejakulat yg berasal dari seorg berupa cairan kental & keruh yg berisi sekret dari kel prostat, kel2 lain & spermatozoa. Pem sperma penting dlm masalah fertilitas & infertilitas,
Lebih terperinciANALISIS SEMEN MANUSIA
SASARAN PREKTIKUM ANALISIS SEMEN MANUSIA Praktikum Sajian Yang harus diperhatikan : Analisis Semen : Semen manusia : Waktu likuifaksi, warna semen, ph, volume, viscositas, aglutinasi spontan, konsentrasi,
Lebih terperinciPRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT)
PRAKTIKUM BIOKIMIA ANALISIS SEMEN (EJAKULAT) I. PERSIAPAN PRAKTIKUM Tugas tiap Kelompok: 1. Setiap kelompok mencari probandus pria usia 17 s.d 40 th a. Probandus harus puasa seksual selama 3 hari (probandus
Lebih terperinciOOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS. Titta Novianti
OOGENESIS DAN SPERMATOGENESIS Titta Novianti OOGENESIS Pembelahan meiosis yang terjadi pada sel telur Oogenesis terjadi dalam dua tahapan pembelahan : yaitu mitosis meiosis I dan meiosis II Mitosis : diferensaiasi
Lebih terperinciFISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI. Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO
FISIOLOGI FUNGSI ORGAN REPRODUKSI LAKI-LAKI Dr. Akmarawita Kadir., M.Kes., AIFO 1 ISI I. Fungsi Komponen Sistem Reproduksi Pria II. Spermatogenesis III. Aktivitas Seksual Pria IV. Pengaturan Fungsi Seksual
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan gambar berikut! Bagian yang disebut dengan oviduct ditunjukkan oleh huruf... A B C D Bagian yang ditunjukkan oleh gambar
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br Maikel Tio
Lebih terperinciOLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed
OLeh : Titta Novianti, S.Si. M.Biomed Sel akan membelah diri Tujuan pembelahan sel : organisme multiseluler : untuk tumbuh, berkembang dan memperbaiki sel-sel yang rusak organisme uniseluler (misal : bakteri,
Lebih terperinciTahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH
HUBUNGAN HORMON REPRODUKSI DENGAN PROSES GAMETOGENESIS MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Bapak Nuruddin Santoso, ST., MT Oleh Devina Nindi Aulia
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat
8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2
SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2 1. Pasangan antara bagian alat reproduksi laki-laki dan fungsinya berikut ini benar, kecuali... Skrotumberfungsi sebagai pembungkus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei
Lebih terperinciHORMONAL PRIA. dr. Yandri Naldi
FUNGSI REPRODUKSI PRIA DAN HORMONAL PRIA dr. Yandri Naldi Fisiologi Kedokteran Unswagati cirebon Sistem reproduksi pria Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau lebih telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat
Lebih terperinciTEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA
TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT SMEAR SEL SPERMA LAPORAN PRAKTIKUM diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Mikroteknik disusun oleh: Kelompok 1 Kelas C Adam Andytra (1202577) Devi Roslina (1200351)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).
BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan
Lebih terperinciMODUL MATA PELAJARAN IPA
KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Sistem reproduksi manusia untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reproduksi merupakan hal yang penting bagi makhluk hidup untuk mempertahankan generasinya. Bagi sebagian rakyat Indonesia, memiliki keturunan merupakan suatu keharusan.
Lebih terperinciDIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN
DIKTAT EMBRIOLOGI HEWAN Tim Penyusun: Dr. Agung Pramana W.M., MS. Dr. Sri Rahayu, M.Kes. Dr. Ir. Sri Wahyuningsih, MS. Drs. Aris Soewondo, MS. drh. Handayu Untari drh. Herlina Pratiwi PROGRAM KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan salah satu masalah penting bagi setiap orang. Infertilitas pada pria berkaitan erat dengan spermatogenesis. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah
1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -
Lebih terperinciFERTILISASI DAN. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR FIK-UI TUTI N., FIK UI
FERTILISASI DAN KONTROL REPRODUKSI TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed DASAR KEPERAWATAN DAN KEPERAWATAN DASAR FIK-UI FERTILISASI Proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampulla tuba fallpopii.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan
I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas
Lebih terperinciFunction of the reproductive system is to produce off-springs.
Function of the reproductive system is to produce off-springs. The Gonad produce gamets (sperms or ova) and sex hormones. All other reproductive organs are accessory organs Anatomi Sistem Reproduksi Pria
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciSeksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY
Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY Pendahuluan Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk
Lebih terperinciJURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13
JURNAL BIOLOGI, Vol. 2 No. 2, Tahun 2013, Halaman 1-13 SISTEM REPRODUKSI MANUSIA SUMIATI (E1A012053) Jurusan Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Mataram Jln. Majapahit NO. 62 Mataram, Telp/Fax: (0370)631166
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dengan cara pembelahan sel secara besar-besaran) menjadi embrio.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Seorang wanita disebut hamil jika sel telur berhasil dibuahi oleh sel sperma. Hasil pembuahan akan menghasilkan zigot, yang lalu berkembang (dengan cara pembelahan sel
Lebih terperinciKESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**
KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes** A. Pengantar Sistem reproduksi pada manusia dapat dibedakan menjadi sistem reproduksi laki-laki dan wanita sesuai jenis kelaminnya. 1. Sistem
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
Lebih terperinciSET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan
05 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 5 REPRODUKSI SEL 2 (GAMETOGENESIS) Gametogenesis adalah pembentukan gamet pada tubuh makhluk hidup. a. GametOGenesis pada manusia dan hewan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II
VAGINAL SMEAR Oleh : Nama : Nur Amalah NIM : B1J011135 Rombongan : IV Kelompok : 2 Asisten : Andri Prajaka Santo LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN II KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan
4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian rataan suhu dan kelembaban harian kandang berturut-turut 28,3 o C dan 91,3% yang masih dalam kisaran normal untuk hidup kelinci. Adapun suhu dan kelembaban
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
14 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2012 dengan selang waktu pengambilan satu minggu. Lokasi pengambilan ikan contoh
Lebih terperinciSisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria.
Sisten reproduksi pria dan wanita A.Sistem reproduksi pria meliputi organ-organ reproduksi, spermatogenesis dan hormon pada pria. Organ Reproduksi Organ reproduksi pria terdiri atas organ reproduksi dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang meliputi motilitas, dan morfologinya. Salah satu penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas sperma
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN SISTEM REPRODUKSI REMAJA DENGAN TINDAKAN REPRODUKSI SEHAT DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN 2008 No. Identitas : Tgl. Interview : Jenis Kelamin : Keterangan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Etawah dengan kambing lokal (Kacang). Kambing Etawah sendiri
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Etawah dengan kambing lokal (Kacang). Kambing Etawah sendiri berasal
Lebih terperinciNi Ketut Alit A. Airlangga University. Faculty Of Nursing.
Ni Ketut Alit A Faculty Of Nursing Airlangga University Pasangan yg melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan selama 12 bulan --- tidak terjadi kehamilan Tidak adanya konsepsi setelah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba
HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Semen Domba Pengukuran volume semen domba dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang dihasilkan oleh satu ekor domba dalam satu kali ejakulat. Volume semen domba dipengaruhi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit
Lebih terperinci- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - sbl2reproduksi
- - SISTEM REPRODUKSI MANUSIA - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl2reproduksi Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana
Lebih terperinciPROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA SECARA MAKROSKOPIK. ABSTRAK
PROFIL KUALITAS SPERMATOZOA PADA MANUSIA SECARA MAKROSKOPIK Indriati Putri Utami 1, Eddyman W Ferial 1, Eddy Soekandarsih 1 1. Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006)
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Kucing Domestik Kucing domestik (Felis catus, Linneaus 1758) (Gambar 1) menempati sebagian besar penjuru dunia. Bukti arkeologi menunjukkan domestikasi kucing terjadi di
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada bulan Maret Juni
Lebih terperinciREPRODUKSI SEL REPRODUKSI SEL AMITOSIS. Profase I. Pembelahan I. Metafase I. Anafase I MEIOSIS. Telofase I. Interfase. Profase II.
REPRODUKSI SEL AMITOSIS REPRODUKSI SEL Pembelahan I Profase I Metafase I Anafase I Proleptotene Leptotene Zygotene Pachytene Diplotene Diakinesis MEIOSIS Interfase Telofase I Pembelahan II Profase II Metafse
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar
HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Besar Veteriner Wates sebagai tempat pembuatan preparat awetan testis.
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2004 Pebruari 2005 di Sub Laboratorium Biologi Laboratorium Pusat MIPA UNS Surakarta sebagai tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di masa modern ini, alkohol merupakan minuman yang sangat tidak asing lagi dikalangan masyarakat umum. Kebiasaan masyarakat mengkonsumsi alkohol dianggap dapat memberikan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA EVALUASI SEMEN Hari dan tanggal : Senin, 21 Desember 2015 KELOMPOK 2 KETUA : Deni Setiawan ( 0661 14 187 ) ANGGOTA : Endah Irianti ( 0661 11 115 ) Mira Amalia
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan
16 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan pengamatan. Proses
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciSISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA
SISTEM REPRODUKSI PADA MANUSIA Niken Andalasari Sistem Reproduksi Reproduksiberasaldarikatare yang berartikembalidanproduction yang berarti membuat atau menghasilkan Reproduksi mempunyai arti suatu proses
Lebih terperinci5 KINERJA REPRODUKSI
5 KINERJA REPRODUKSI Pendahuluan Dengan meningkatnya permintaan terhadap daging tikus ekor putih sejalan dengan laju pertambahan penduduk, yang diikuti pula dengan makin berkurangnya kawasan hutan yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret 2012. Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME Hasil pengamatan pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM EMBRIOLOGI Oleh: Connie AstyPakpahan Ines GustiPebri MardhiahAbdian Ahmad Ihsan WantiDessi Dana Yunda Zahra AinunNaim AlfitraAbdiGuna Kabetty T Hutasoit Siti Prawitasari Br. Maikel Tio
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai
22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu satu
Lebih terperinciIII. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian
III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009 sampai dengan Februari 2010 di Stasiun Lapangan Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik, Departemen
Lebih terperinciTUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.
TUGAS AKHIR - SB 091358 Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP. 1507 100 016 DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP. Kebutuhan pangan (ikan air tawar) semakin meningkat Kualitas
Lebih terperinci1. Perbedaan siklus manusia dan primata dan hormon yang bekerja pada siklus menstruasi.
Nama : Hernawati NIM : 09027 Saya mengkritisi makalah kelompok 9 No 5 tentang siklus menstruasi. Menurut saya makalah mereka sudah cukup baik dan ketikannya juga sudah cukup rapih. Saya di sini akan sedikit
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infertilitas pada Pria 2.1.1 Definisi Infertilitas Menurut the Practice Committee of the American Society for Reproductive Medicine (ASRM), infertilitas didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing lokal Indonesia. Kambing jenis ini banyak diternakkan di pesisir pantai utara (Prawirodigdo et al., 2004). Kambing Jawarandu
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciPROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes.
HAND OUT PROSES KONSEPSI DAN PERTUMBUHAN JANIN Oleh: DR.. H. Moch. Agus Krisno Budiyanto, M.Kes. Spermatogenesis Sperma diproduksi di spermatogonia (sel epidermis tubulus seminiferus testis. Hormon yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran TSTS Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalahtsts, didalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai dua tinggal dua tamu. Model belajar mengajar
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;
Lebih terperinciBAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN
BAB IV SISTEMA REPRODUKSI A. PENDAHULUAN Pokok bahasan sistema reproduksi yang dibahas kali ini meliputi sistema reproduksi hewan jantan dan betina, juga beberapa hormon yang mempengaruhi sistem tersebut.
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013
ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013 Mitos yang mengatakan infertil hanya dialami wanita masih berkembang dimasyarakat indonesia. Ini harus dibenahi
Lebih terperinci5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI
5. PARAMETER-PARAMETER REPRODUKSI Pengukuran parameter reproduksi akan menjadi usaha yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan kelamin, kematangan alat kelamin dan beberapa besar potensi produksi dari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Rokok
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rokok Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2003, rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dan Penyebaran Bandikut
TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Penyebaran Bandikut Sistematika zoologis Bandikut adalah sebagai berikut (Petocz 1994) (Gambar 1): Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata Class : Mammalia
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat
Lebih terperinciPROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN
Pendahuluan 5. PROFIL HORMON TESTOSTERON DAN ESTROGEN WALET LINCHI SELAMA PERIODE 12 BULAN Hormon steroid merupakan derivat dari kolesterol, molekulnya kecil bersifat lipofilik (larut dalam lemak) dan
Lebih terperinci