(1982), bahwa daun lamtoro mempunyai palatabilitas yang tinggi dan daya cerna yang tinggi. Daya cerna daun lamtoro sekitar 70% (NATIONAL ACADEMY PRESS
|
|
- Erlin Oesman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENAMPILAN KELINCI YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG DAUN LAMTORO (Leucaena Leucocephala) DAN EFEKNYA TERHADAP PRODUKSI DAGING KUSMAJADI SURADI, HUSMY Y, IRMIATY dan DENNY RUSMANA Fakultas Peternakan, Unirersitas Padjadjaran, Bandung Jl. Raya Jatinangor Km 21, Sumedang ABSTRAK Lamtoro merupakan tananaman leguminosa yang dapat dijadikan sebagai tanaman alternatif untuk pakan ternak, karena produktivitas yang tinggi dan kemampuannya untuk tumbuh pada musim kening. Meskipun kandungan protein dan karoten yang tinggi, penggunaannya perlu dibatasi karena mengandung anti nutrisi mimosin yang dapat menyebabkan keracunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada tingkat berapa persen penggunaan lamtoro dalam ransum memberikan pengaruh terhadap konsumsi dan efeknya terhadap produksi daging kelinci peranakan New Zealand White. Penelitian dilakukan selama 3 bulan, menggunakan 21 ekor kelinci jantan peranakan New Zealand White umur 8 minggu dengan berat pada kisaran gram dengan koefisien variasi 8,34%. Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan dalam penelitian ini dengan perlakuan tiga macam ransum yang mengandung daun lamtoro (0%, 10% dan 20%), setiap perlakuan diulang 6 kali. Peubah yang diukur meliputi konsumsi ransum, bobot potong, produksi karkas dan daging. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 10% daun lamtoro dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum dan bobot potong, tetapi tidak nyata terhadap persentase karkas dan daging. Penggunaan 20% daun lamtoro nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi ransum, bobot potong, persentase karkas dan daging. Kata kunci : Palatabilitas, lamtoro, daging PENDAHULUAN Kelinci adalah ternak herbivora dengan lambung sederhana (monogastrik), tetapi mempunyai caecum yang berkembang dengan baik yang fungsinya menyerupai rumen pada ruminansia. Oleh Karena itu, kelinci disebut dengan ternak pseudoruminan (BLAKELY dan BADE, 1985). Makanan berserat yang tidak tercerna di usus halus akan dicerna oleh bakteri di dalam caecum (SANDFORD, 1979). Caecum kelinci mempunyai kapasitas sekitar 50% dari seluruh saluran pencernaannya (FARREL dan RAHARDJO, 1984). Kapasitas yang besar dari caecum ini mengindikasikan fungsi yang khusus, yaitu pencernaannya lebih banyak dilakukan secara microbial bukan oleh enzim pencernaan. Hasil pencernaan secara microbial ini dimanfaatkan oleh kelinci melalui koprophagi, yaitu mengkonsumsi kembali kotoran lunaknya dengan mengambilnya langsung dari anus (GEKLE et al., 1985). Meskipun kelinci mempunyai caecum yang besar, kelinci tidak mampu mencerna serat kasar hijauan dalam jumlah banyak seperti herbivore lainnya (FARREL, 1984). Pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kecepatan pertumbuhan ternak (TILMAN et al., 1981). Pertumbuhan adalah pertambahan bobot daging, tulang, lemak serta semua bagian badan ternak. Pertumbuhan berlangsung sampai ternak mencapai dewasa (LAWRENCE, 1980), sehingga pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan, akan meningkatkan kecepatan pertumbuhan yang pada akhirnya diperolehnya bobot potong yang tinggi, persentase karkas dan daging yang besar. Kelinci membutuhkan ransum dengan kandungan protein pada kisaran 16-18%, dan untuk mencapai bobot potong yang optimum diperlukan makanan yang bermutu (SANFORD, 1979). Lamtoro (Leucaena leucocephala) adalah tanaman leguminosa yang mengandung protein tinggi, yaitu 20 sampai 25% (SOERODJOTANOJO, 1983). Tanaman ini disukai ternak dan masih dapat tumbuh dengan baik sekalipun pada musim kemarau yang panjang (ANONIMUS, 1982). Menurut SIAHAAN 373
2 (1982), bahwa daun lamtoro mempunyai palatabilitas yang tinggi dan daya cerna yang tinggi. Daya cerna daun lamtoro sekitar 70% (NATIONAL ACADEMY PRESS, 1984). Penggunaan lamtoro dalam ransum harus dibatasi karena adanya senyawa anti nutrisi mimosin. Daun lamtoro mengandung mimosin 4% (ANONIMUS, 1982) dan senyawa ini dapat mengganggu fungsi biolig ternak (D'MELO dan ACANOVIC, 1988). Ganguan fungsi biologik biasanya ditandai dengan rambut rontok, pertumbuhan lambat, dan pembengkakan kelenjar gondok (SIAHAAN, 1982). Ternak ruminansia dapat diberi ransum yang mengandung 40% daun lamtoro kering tanpa menimbulkan keracunan, sedangkan ternak non ruminansia tidak dapat diberikan lebih dari 5-10%. Ternak ruminansia mempunyai rumen yang mempunyai kemampuan untuk memecah mimosin menjadi DHP (ANONIMUS, 1982). Selanjutnya dikemukakan bahwa lamtoro sebanyak 20% dapat diberikan pada babi muda dan tua, tetapi harus dicampur dengan 0,4% ferri sulfat (ANONYMOUS, 1982). Balai Penelitian Ternak Bogor merekomendasikan bahwa pemberian lamtoro pada babi umur 3-4 bulan tidak melebihi 20%. Sehubungan sistem pencernaan kelinci analog dengan pencernaan betina, maka pemberian lamtoro pada babi tidak melebihi 20%. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian, pada tingkat berapa persen daun lamtoro boleh digunakan dalam ransum yang memberikan palatabiltas dan produksi daging terbaik. MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan terhadap 21 ekor kelinci jantan peranakan New Zealand White berumur 8 minggu dengan bobot hidup pada kisaran dengan koefisien variasi 8,34%. Kandang individual dibuat dari bahan kayu/bambu dan lantai dari kawat ram, ukuran kandang 50 x 50 x 50 cm dengan jarak alas kandang ke lantai 60 cm. Tiap kandang dilengkapi dengan tempat ransum dan air minum. Kelinci ditempatkan dalam kandang sesuai dengan nomor acak Ransum terdiri dari rumput lapangan, daun lamtoro, dedak halus, jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, garam dan premi Rumput lapang dan daun lamtoro dijemur sampai kering, kemudian masing-masing digiling halus. Bahan pakan dijadikan ransum berbentuk pelet dengan kandungan protein 16% dan energi 2500 kkal/kg. Susunan ransum terdiri dari : Ro = Ransum tanpa pemberian daun lamtoro, R, = Ransum dengan kandungan 10% tepung daun lamtoro, dan R2 = Ransum dengan kandungan 20% tepung daun lamtoro (Tabel 1). Kandungan zat-zat makanan tertera pada Tabel 2. Tabel 1. Susunan bahan pakan ransum penelitian Bahan pakan R o R, R2 Bungkil kedelai 14,0 10,0 8,0 Bungkil kelapa 16,4 14,4 12,4 Tepung rumput lapang 30,0 30,0 30,0 Tepung daun lamtoro 0,0 10,0 20,0 Dedak halus 16,0 12,0 7,0 Tepungjagung 18,0 18,0 17,0 Tapioka 5,0 5,0 5,0 Garam 0,5 0,5 0,5 Mineral dan vitamin 0,1 0,1 0,
3 Lokakatya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanaman - Ternak Tabel 2. Kandungan zat makanan dan DE ransum perlakuan Zat makanan Ro R, R2 Protein kasar 16,11 16,49 15,44 Lemak kasar 4,04 4,59 4,39 Serat kasar 13,85 13,40 15,80 DE Sumber: Hasil analisis laboratorium Fisiologi Hasil Balitsa Lembang Pemberian pakan Pemotongan Kelinci dipuasakan selama 24 jam dan dilakukan pemotongan dengan metode Kosher dengan memotong vena jugularis, arteri carotis, dan oesophagus. Kelinci digantung dengan bagian kaki belakang berada di atas dan dilakukan pengulitan, pemotongan bagian kepala dan kaki. Kaki bagian depan dipotong pada tulang carpal, dan kaki belakang pada tulang tarsal. Dilakukan pengeluaran kantung urine dan dilanjutkan dengan pengeluaran jeroan meliputi saluran pencernaan, empedu, hati dan jantung kecuali ginjal sehingga diperoleh karkas. Tingkat konsumsi (g/ekor/hari) Dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dikurangi dengan jumlah ransum yang tersisa. Bobot potong Penimbangan bobot potong dilakukan sesaat sebelum pemotongan setelah dipuasakan selama 24 jam. Bobot karkas Kelinci diadaptasikan terhadap pakan Diperoleh dari bobot hidup setelah percobaan dan lingkungan selama 1 minggu, dikurangi bobot darah, kepala, kulit, kaki, ekor serta diberi obat anti stress (7,5 g dalam 10 I dan jeroan. air) dan obat cacing (5 g/l air). Ransum dan air minum diberikan ad libitum pukul dan pukul WIB. Persentase karkas Adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong dikalikan dengan 100%. Persentase daging Diperoleh dari perbandingan antar bobot daging dengan bobot karkas. Rancangan percobaan Penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan rancangan acak lengkap (STEEL dan ToRRIE, 1993), dengan tiga macam perlakuan ransum yang mengandung tepung daun lamtoro 0, 10 dan 20% dengan ulangan 6 kali. Peubah yang diukur meliputi palatabilitas, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan daging. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, dan bila tedapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan efek perlakuan terhadap palatabilitas, bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan daging dengan berbagai perlakuan tingkat penggunaan tepung daun lamtoro tercantum pada Tabel
4 Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap palatabilitas dan produksi daging Uraian Perlakuan R R, R2 Palatabilitas (g/ekor/hari) 124,05 a 129,68 b 118,14- Bobot potong (g) 1778,14a 1870,00' 1697,14c Karkas (%) 48,53a 48,13 a 44,93 6 Daging (%) 73,66a 71.54a t 66,67b Keterangan : Nilai rerata yang diikuti huruf berbeda kearah baris, berbeda nyata (P<0,05) Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan 10% daun lamtoro dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan palatabilitas dan bobot potong, namum tidak memberikan efek yang nyata terhadap persentase karkas dan daging. Bila penggunaan daun lamtoro ditingkatkan menjadi 20% menunjukkan pengaruh yang nyata (P<0,05) menurunkan palatabilitas, bobot potong, persentase karkas dan daging. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian daun lamtoro 10% dalam ransum dapat meningkatkan palatabilitas dan produksi daging kelinci, namun sebaliknya bila diberikan 20% dalam ransum. Lamtoro sangat berpotensi digunakan untuk pakan ternak ruminansia (HEYNE, 1987) Menurut SIAHAAN (1982), bahwa daun lamtoro mempunyai palatabilitas dan daya cerna yang tinggi. Palatabilitas yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan ternak kelinci sehingga akan dicapai bobot potong yang tinggi. Namun pada kelinci pemberian 20% tepung daun lamtoro mengakibatkan penurunan palatabilitas. Hal ini disebabkaa adanya senyawa anti nutrisi mimosin, seperti yang dikemukakan oleh NICHOLSON (1947), bahwa dengan adanya racun dalam bahan pakan menyebabkan penurunan konsumsi, karena kurang disukai. Penurunan palatabilitas berakibat dengan penurunan konsumsi proten. Hal ini berakibat pula kepada terhambatnya pertumbuhan kelinci. ANGGORODI (1994), menyatakan bahwa protein mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan urat daging. Apabila terjadi penurunan konsumsi protein, maka akan terjadi penurunan persentasi karkas, dan dengan menurunnya persentasi karkas, maka persentase daging pun akan menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun lamtoro 10% dalam ransum menghasilkan bobot potong 1870,00 g nyata Iebih berat dibandingkan dengan kelinci yang mendapat pakan tanpa daun lamtoro (1778,14 g) dan 20% tepung daun lamtoro (1697,14 g). Bila dikaitkan dengan hasil penelitian SITORUS et al. (1982), bahwa kelinci lokal di Jawa Barat dengan umur pemotongan 3-5 bulan dapat mencapai bobot hidup 1,5-2,1 kg, maka bobot potong kelinci dengan perlakuan tepung daun lamtoro sampai 20% masih dalam kisaran bobot potong tersebut. Persentase karkas kelinci dengan pemberian tepung daun lamtoro 10%, yaitu 48,13% tidak berbeda nyata dibandingan dengan kelinci yang mendapat pakan tanpa tepung daun lamtoro (48,53%). Namun keduanya nyata (P<0,05) lebih tinggi dibandingkan dengan 20% tepung daun lamtoro (44,93%). Bila dikaitkan dengan pendapat RAO et al. (1987), bahwa rata-rata bobot karkas kelinci New Zealand White pada kisaran 45,6-50,3%, maka penggunaan tepung daun lamtoro 20% menghasilkan karkas yang rendah, sehingga penggunaan 20% tepung lamtoro dalam ransum tidak dianjurkan. Persentase daging kelinci dengan 10% tepung daun lamtoro, yaitu 71,53% tidak berbeda nyata jika dibandingkan dengan penggunaan tepung daun lamtoro 20% (66,67), dan tanpa penggunaan tepung daun lamtoro (73,66%). Dikaitkan dengan pendapat CHEEKE et al. (1982), bahwa produksi daging kelinci sebesar 75 sampai 80%, maka bobot daging kelinci peranakan New Zealand White tidak memenuhi kritcria tersebut. KESIMPULAN 1. Penggunaan 10% daun lamtoro dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan konsumsi ransum dan bobot potong, tetapi tidak nyata terhadap persentase karkas dan daging
5 Lokakarya Nasional Pengembangan Jejaring Litkaji Sistem Integrasi Tanainan - Ternak 2. Penggunaan 20% lamtoro dalam ransum nyata (P<0,05) menurunkan konsumsi ransum, bobot potong, persentase karkas dan daging. DAFTAR PUSTAKA ANONYMUS Lamtoro Gung (Leucaena leucocephala) - tanaman bahan makanan ternak yang amat baik. Technical Series Bulletin No. 25. Office of Agriculture Bureau for Science and Technology, Washington D.C. p ANGGORODI, R Ilmu makanan ternak umum, Cetakan ke 5. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. p. 78, BLAKELY, J dan D.H. BADE Ilmu Peternakan, Gajah Mada Press, Yogyakarta. p CHEEKE, P.R., N.M. PATTON and G.S. TEMPLETON Rabbit Production, Oregon State University, Oregon. P , 129. D'MELLO, F and T. AcAMovic The toxicity of Leucaena leaf meal for poultry : A Critical assesment of recent evidence concerning the mode of action. Leucaena Research Reports Vol. 9 September Council of Agriculture, Nanhai Road, Taipei, Taiwan, Republic of China. p. 97. FARREL, D.J. and Y.C. RAHARDJO Potensi ternak kelinci sebagai penghasil daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. P.6, 21. GEKLE, L, K. LANGE, H. LOLIGER, S. PAUFLER, W. SCHOLAUT and E. ZIMMERMZNN A. Compendium of rabbit production : Appropriate for Condition in Developing Countries. Deutsche Gesselschaft for Technise Zusamenarbel (GTZ) GmbH, Eschborn. HEYNE, K Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid 11. Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Kehutanan. p LAWRENCE, T.L.J Growth in Animal, Butterworths, London. p. 23. NATIONAL ACADEMY PRESS Leucaena : Promising forage and tree crop for the tropic. Second Ed. Washington, D.C. p RAO, D.R., C.P. CHEN, G.R. SUNKY and W.M. JHONSON Effect of weaning and slaughter age on meat production II, Carcas Quality and Composition, J. Anim. Sci. 23 : SANFORD, J.C The domestic rabbit, Second Ed. Granada, London. P , SIAHAAN, M.S Lamtoro. Direktorat Jendral Peternakan, Jakarta SITORUS, P., S. SASTRODIHARDJO, J.C. RAHARDJO, LG. PUN SANTOSA, B. SUDARYANTO dan A. NURHADI Laporan budidaya peternakan kelinci di Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Depatn. 8, 25, SOERODJOTANOJO Membina usaha perkebunan Lamtoro Gung. Balai Pustaka, Jakarta. p STEEL, R.G.D. dan J.H. ToRRIE Prinsip dan prosedur statistika suatu pendekatan biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. TILLMAN, A.D., H.HARI, REKSOHADIPRODJO PRAWIROKUSUMAH, dan LEBDOSOEKOJO Ilmu makanan ternak dasar. Gajah Mada University Press, Jogyakarta
Husmy Yurmiaty dan Kusmajadi Suradi Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2007, VOL. 7 NO. 1, 73 77 Penggunaan Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam Ransum terhadap Produksi Pelt dan Kerontokan Bulu Kelinci (Utilization of Lamtoro Leaf (Leucaena
Lebih terperinciMATERI. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk
Lebih terperinciBUDIDAYA KELINCI MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN ABSTRAK
Panduan Wirausaha Budidaya Kelinci BUDIDAYA KELINCI MENGGUNAKAN PAKAN LIMBAH INDUSTRI PERTANIAN SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF PEMBERDAYAAN PETANI MISKIN C.M. Sri Lestari, E. Purbowati dan T. Santoso Fakultas
Lebih terperinciThe Effect Of Feeding Ration Containing Papaya (Carica papaya) Rind Meal On The Carcass Production And Component of New Zealand White
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (1): 28-35 ISSN 1410-5020 Pengaruh Pemberian Ransum Yang Mengandung Tepung Kulit Buah Pepaya (Carica papaya) Terhadap Produksi dan Komponen Karkas Kelinci Peranakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)
MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciEFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.
EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM S.N. Rumerung* Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK
Lebih terperinciEDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD
EDIBLE PORTION DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN PAKAN RUMPUT GAJAH DAN POLLARD C.M. SRI LESTARI, J.A. PRAWOTO DAN ZACKY GAZALA Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK Edible portion dapat
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN Indigofera sp TERHADAP KONSUMSI, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI RANSUM KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE THE EFFECT OF Indigofera sp LEAVE MILLS ON CONSUMPTION,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Teoung Limbah Rumput Laut Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix japonica) Jantan Umur 10 Minggu.
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012
20 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemberian pakan menggunakan bahan pakan sumber protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 sampai
Lebih terperinciMETODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Kandang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Laboratorium Lapang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor yang dilaksanakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp) jantan, umur 7 minggu, diamati sampai umur 10 minggu kemudian dipotong, sebanyak
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September
16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Aditif Cair Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16-50 Hari dilaksanakan pada bulan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung limbah kecambah kacang hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan dilaksanakan pada tanggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian
Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai produksi karkas dan non karkas domba ekor tipis jantan lepas sapih yang digemukkan dengan imbangan protein dan energi pakan berbeda dilaksanakan mulai bulan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan
Lebih terperinciGambar 2. Domba didalam Kandang Individu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi Pembuatan biskuit limbah tanaman jagung dan rumput lapang dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciPengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler
Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler Tampubolon, Bintang, P.P. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran e-mail : ktgmusical@yahoo.co.id
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu
Lebih terperinciPengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 12 (2): 69-74 ISSN 1410-5020 Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan The Effect of Ration with
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai
Lebih terperinciPENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)
PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM) M. BAIHAQI, M. DULDJAMAN dan HERMAN R Bagian Ilmu Ternak Ruminasia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciRESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN ABSTRAK
Media Litbang Sulteng IV (1) : 67 74, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 RESPON KAMBING KACANG JANTAN TERHADAP WAKTU PEMBERIAN PAKAN Oleh : Rudiah 1) ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon kambing
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium
Lebih terperinciAGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017
175 PEMANFAATAN CHLORELLA DALAM PAKAN YANG DISUBTITUSI TEPUNG ISI RUMEN TERHADAP PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING Dhandy Koesoemo Wardhana 1), Mirni Lamid 2), Ngakan Made Rai W 3) 1)Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai September 2015 bertempat di Kandang Kambing Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Perah, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang
20 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh pemberian pakan dengan bahan pakan sumber protein yang berbeda terhadap performans ayam lokal persilangan pada umur 2 10 minggu dilaksanakan pada
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang
19 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Ternak Penelitian Ternak yang digunakan dalam percobaan adalah DOC ayam sentul sebanyak 100 ekor, yang dipelihara sampai umur 10 minggu.
Lebih terperinciFORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN
AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum Rataan konsumsi bahan kering dan protein ransum per ekor per hari untuk setiap perlakuan dapat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Lebih terperinciPengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh
PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler Abstrak Oleh Sri Rikani Natalia Br Sitepu, Rd. HerySupratman, Abun FakultasPeternakanUniversitasPadjajaran
Lebih terperinciPEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN
Jurnal Peternakan Vol 13 No 2 September 2016 (48 53) ISSN 1829 8729 PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN E. IRAWATI 1, MIRZAH 2, DAN G.CIPTAAN 2 1 Fakultas
Lebih terperinciUPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK
UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK Dian Agustina (dianfapetunhalu@yahoo.co.id) Jurusan Peternakan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung
22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Limba B Kecamatan Kota selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan November
Lebih terperinciMANFAAT DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI OLEH KHAMIR SACCHAROMYCES CEREVISIAE DALAM RANSUM ITIK BALI JANTAN
MANFAAT DEDAK PADI YANG DIFERMENTASI OLEH KHAMIR SACCHAROMYCES CEREVISIAE DALAM RANSUM ITIK BALI JANTAN I KOMANG AGUS TIRTAYASA JUR/PS : PETERNAKAN ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengamati sejauh
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus
18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati
Lebih terperinciPERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA
PERSENTASE KARKAS DAN NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN DENGAN METODE PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA (Carcass and Non Carcass Percentages of Indigenous Rams with Different Feeding Methods) HUDALLAH, C.M.S. LESTARI
Lebih terperinciPengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan
Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan Sulastri Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda
13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan dengan rata-rata bobot badan sebesar 21,09 kg dan koevisien
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Kelinci
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, kulit/bulu, hewan percobaan, dan hewan untuk dipelihara (Church, 1991). Kelinci termasuk hewan
Lebih terperinciPengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower
Jurnal Peternakan Sriwijaya Vol. 4, No. 2, Desember 2015, pp. 41-47 ISSN 2303 1093 Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower F.N.L. Lubis 1*, S. Sandi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai
19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai subtitusi jagung dalam ransum terhadap kecernaan PK, SK dan laju digesta ayam broiler dilaksanakan pada tanggal
Lebih terperinciPENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN
PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN EFFECT OF PROTEIN LEVEL IN THE DIET ON SLAUGHTER WEIGHT, CARCASS AND ABDOMINAL FAT PERCENTAGE OF
Lebih terperinciMATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinciImbangan Efisiensi Protein pada Kelinci Rex...Yanuar Adi Prasetyo W
PENGARUH TINGKAT SERAT KASAR DALAM RANSUM PELET TERHADAP IMBANGAN EFISIENSI PROTEIN PADA KELINCI REX THE EFFECT LEVEL OF CRUDE FIBER IN RATION OF PELLETS ON THE PROTEIN EFFICIENCY RATIO OF REX RABBIT Yanuar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2010, bertempat di kandang C Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada 12 September 2014 sampai dengan 20 Oktober 2014 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu
28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengaruh penambahan level protein dan probiotik pada ransum itik magelang jantan periode grower terhadap kecernaan lemak kasar dan energi metabolis dilakukan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan pada bulan Juni sampai September 2011 bertempat di Peternakan Kambing Darul Fallah - Ciampea Bogor; Laboratorium
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Tinggi dan rendahnya konsumsi ransum dapat diperoleh dari selisih antara jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan (g/ekor/hari). Konsumsi ransum dihitung setiap
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di Laboratorium Teknologi Produksi Ternak dan Laboratorium Teknologi Pasca Panen,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL
J. Agrisains 6 (3) : 177-183, Desember 2005 ISSN : 1412-3657 PENGARUH PENGGUNAAN FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO DALAM KONSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL Oleh : Nirwana *) ABSTRACT An
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ayam Kampung Unggul
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek/Bahan Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Ternak yang digunakan untuk penelitian ini adalah Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) sebanyak 100 ekor yang dipelihara
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Prosedur
MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis
Lebih terperinciPROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA
PROPORSI DAGING, TULANG DAN LEMAK KARKAS DOMBA EKOR TIPIS JANTAN AKIBAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Proportion of Muscle, Bone and Fat of Carcass of Male Thin Tail Sheep Fed Tofu By-product)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan
10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh perbedaan sumber energi pakan (jagung dan pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2016. Tempat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelinci sebagai salah satu sumber protein hewani pada saat ini di Indonesia belum dapat diterima sepenuhnya oleh masyarakat, sehingga budidaya kelinci yang ada saat
Lebih terperinciPenampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh
Media Peternakan, April 2004, hlm. 25-29 ISSN 0126-0472 Vol. 27 N0. 1 Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh L. Khotijah, R. G. Pratas, &
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kec. Binjai Kota Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan Oktober sampai
Lebih terperinciD. Akhmadi, E. Purbowati, dan R. Adiwinarti Fakultas Peternakan Unuversitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK
PERSENTASE EDIBLE PORTION DOMBA YANG DIBERI AMPAS TAHU KERING DENGAN ARAS YANG BERBEDA (Edible Portion Percentage of Rams Fed Different Levels of Dried Tofu By-product) D. Akhmadi, E. Purbowati, dan R.
Lebih terperinciRESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA
RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA (Effect of Different Timing Periods of Roughage and Feed Supplement on Body Composition of Local
Lebih terperinci