PENGANTAR KOMUNIKASI KESEHATAN Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGANTAR KOMUNIKASI KESEHATAN Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul Jakarta"

Transkripsi

1 PENGANTAR KOMUNIKASI KESEHATAN Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul Jakarta PENDAHULUAN Setiap orang akan terlibat dalam kegiatan komunikasi kesehatan bukan hanya ketika mereka mencari atau mendapat pelayanan kesehatan, namun juga saat berbicara tentang kesehatan dengan keluarga, tetangga atau orang yang disayanginya, bahkan saat mereka menyebarkan pesan-pesan yang berhubungan dengan kesehatan melalui internet, televisi, film, majalah, dan media lain. Komunikasi kesehatan merupakan salah satu bagian dari ilmu komunikasi dan termasuk bidang yang menantang dan menarik untuk dipelajari. Bidang ini relatif masih baru dan berkembang pada beberapa puluh tahun terakhir. Beberapa istilah digunakan sebagai nama lain dari bidang komunikasi kesehatan yaitu komunikasi terapi dan komunikasi medis. Pada tahun 1975 anggota asosiasi yang mengkaji tentang komunikasi terapi sepakat untuk mengganti istilah komunikasi terapi dengan term yang lebih luas yakni komunikasi kesehatan. Bidang pekerjaan atau aktivitas dari komunikasi kesehatan terdapat dua area yang dominan yaitu 1) kegiatan dari sudut pandang sosiologis yaitu menyampaikan informasi kesehatan dan kampanye kesehatan yang dimulai sejak tahun ; dan 2) kegiatan dari sudut pandang hubungan pasien dengan dokter yang memfokuskan pada relevansi komunikasi dan penyampaian komunikasi kepada pasien yang dimulai sejak tahun 1960an. Buku pertama tentang komunikasi kesehatan diterbitkan pada tahun 1980an oleh cendikiawan di bidang ini. Buku tersebut diantaranya adalah: a. Health Communication: Theory and Practice, ditulis oleh Gary Kreps dan Barbara Thornton; b. The Physician s Guide to Better Communication, ditulis oleh Barbara Sharf; dan c. Health Communication: A Handbook for Health Professionals, ditulis oleh Peter dan Laurel Northouse

2 PENGERTIAN DAN DEFINISI KOMUNIKASI Dalam Encharta Dictionary, istilah komunikasi memiliki empat pengertian yaitu: 1. Exchange of information between individuals, atau pertukaran informasi antar individu, misalnya percakapan, tulisan, atau menggunakan simbol-simbol dan perilaku yang berlaku secara umum; 2. Message atau pesan. Pesan tersebut dapat berbentuk pesan-pesan lisan dan tulisan; 3. Act of communicating. Komunikasi dapat berupa tindakan-tindakan untuk melakukan komunikasi; 4. Rapport. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai rasa saling memahami dan simpati; dan 5. Access. Komunikasi dapat diartikan sebagai akses untuk memperoleh komunikasi, misalnya saluran penghubung komunikasi, dan sebagainya. Dengan demikian berdasarkan pengertian di atas, pengertian istilah komunikasi bukan hanya sebuah kata benda (berbentuk pertukaran informasi dan pesan-pesan) melainkan juga sebuah kata kerja (dalam bentuk tindakan-tindakan untuk melakukan dan mengakses komunikasi, serta upaya untuk saling memahami dan bersimpati). Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi dalam perspektif yang berbedabeda, di antaranya adalah: Tabel 1. Definisi Komunikasi a. Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses menjelaskan: Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Efeknya apa? b. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain c. Komunikasi adalah proses transfomasi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dan sebagainya d. Komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lain, baik disengaja atau tidak disengaja Harold D. Laswell Carl I. Hovland Bernard Barelson & Garry A. Steiner Claude Shannon & Warren Weafer e. Komunikasi adalah proses memahami dan berbagi makna Judy C. Pearson & Paul Emelson

3 Dengan demikian dapat disimpulkan berdasarkan definisi di atas, komunikasi merupakan sebuah proses yang melibatkan pemberi komunikasi (komunikator) dan penerima komunikasi (komunikan), dimana proses tersebut dapat berbentuk: - Penjelasan terhadap siapa, apa yang dikatakan, dengan saluran apa, kepada siapa, dan bagaimana efeknya ; - Penyampaian rangsangan dari komunikator kepada komunikan untuk mengubah perilaku; - Transformasi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya; - Interaksi yang saling pengaruh mempengaruhi baik sengaja atau tidak disengaja - Memahami dan berbagi makna KOMUNIKASI KESEHATAN CDC mendefinisikan komunikasi kesehatan sebagai sebuah ilmu yang mempelajari dan menggunakan strategi komunikasi untuk menginformasikan dan mempengaruhi keputusan individu dan/atau komunitas dalam rangka meningkatkan kesehatan. Sementara menurut du Pré (2014) komunikasi kesehatan meliputi proses menyampaikan, mencari, dan membuat pengertian atau pemahaham terhadap informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Definisi komunikasi kesehatan lainnya dikemukakan oleh berbagai ahli seperti: Tabel 2. Definisi Komunikasi Kesehatan a. Seni dan metode untuk menginformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, institusi, dan masyarakat tentang issue-issue kesehatan yang penting b. Komunikasi kesehatan adalah suatu pengembangan ilmu pengetahuan, penyampaian strategi, dan evaluasi kritis terhadap relevansi, akurasi, keterjangkauan, dan pemahaman akan informasi kesehatan, baik yang berasal atau disampaikan kepada pendengar, dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakarat c. Komunikasi kesehatan adalah pendekatan multidisiplin untuk menjangkau berbagai audiens dan membagi informasi kesehatan, yang bertujuan mempengaruhi, mengikat, dan mendapat dukungan dari individu, komunitas, profesi kesehatan, kelompok tertentu, pembuat kebijakan, dan masyarakat, dalam rangka memperkenalkan, mengadopsi, atau mempertahankan sebuah perilaku, praktik, atau kebijakan yang akan meningkatkan derajat kesehatan Ratzan dkk Bernhardt Schiavo

4 Sehingga komunikasi kesehatan mengandung unsur-unsur filosofis dan karakteristik sebagai berikut: 1. Sebuah ilmu, seni dan metode yang multidisiplin. Berarti bahwa proses dalam mengkomunikasikan masalah-masalah kesehatan harus mengikuti metode ilmiah, bukan metode yang disampaikan secara sembarangan, dari berbagai sudut pandang ilmu. Disamping itu penyampaian sebuah komunikasi kesehatan mempertimbangkan aspek budaya yang ada di masyarakat, sehingga seorang komunikator diharapkan mengetahui seni untuk menyampaikan komunikasi pada berbagai kelompok orang. 2. Mempelajari dan menggunakan strategi komunikasi. Pengertian strategi mengandung arti bahwa komunikasi kesehatan merupakan cara untuk mencapai sebuah tujuan terutama tujuan peningkatan kesehatan melalui perubahan perilaku penerima komunikasi. 3. Mengiformasikan, mempengaruhi dan memotivasi individu, komunitas, institusi dan masyarakat untuk mengambil berbagai keputusan di bidang kesehatan menggunakan isu-isu kesehatan terkini. Komunikasi kesehatan bukan hanya ditujukan bagi individu saja namun bagi khalayak yang lebih luas. 4. Mengevaluasi relevansi, akurasi, keterjangkauan, dan pemahaman terhadap informasi kesehatan yang berasal dari pendengar atau yang disampaikan kepada pendengar. Sehingga komunikasi kesehatan bukan hanya kegiatan menyampaikan tetapi juga mengevaluasi aspek-aspek keberhasilan komunikasi kesehatan. 5. Bertujuan meningkatkan kesehatan. Ouput dari komunikasi kesehatan adalah peningkatan kesehatan, sehingga sejalan dengan upaya kesehatan masyarakat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. Sementara Du Pré (2014) menyebutkan prinsip-prinsip dalam komunikasi kesehatan antara lain: a. Komunikasi kesehatan bisa terjadi secara sengaja atau tidak disengaja, dan terbuka atau tersamarkan. Contoh komkes yang dilakukan secara sengaja adalah perbincangan dokter dengan pasien di ruang periksa, atau penyuluhan kesehatan kepada masyarakat luas. Contoh komkes yang tidak disengaja dan tersamarkan misalnya lomba memasak sayuran hijau yang secara implisit memberikan edukasi tentang makanan yang sehat.

5 b. Komunikasi kesehatan merupakan pencapaian kerja yang kolaboratif yang hasilnya dipengaruhi oleh setiap orang yang terlibat. Hal ini akan jelas terlihat ketika orang-orang tersebut berinteraksi satu per satu. c. Keberhasilan komunikasi kesehatan dipengaruhi oleh konteks. Misalnya struktur dan iklim organisasi mempengaruhi bagaimana perbincangan terjadi dalam ruang pemeriksaan. d. Penetapan antara komunikasi dan kesehatan akan saling terkait pada setiap tingkatan; dan e. Komunikasi kesehatan tidak selalu konstruktif, kadang-kadang bahasa tubuh dan komentar yang tidak perlu dapat merusak komunikasi. Sensitifitas terhadap budaya dan informasi yang tidak akurat kadang-kadang menimbulkan komunikasi yang buruk. Bahkan keputusan untuk tidak menyampaikan informasi sama sekali kadang lebih baik dilakukan untuk menghindari masalah tersebut. Secara komprehensif menurut Schiavo (2007) komunikasi kesehatan memiliki karakteristik antara lain: a. Berfokus pada audiens b. Dilakukan berdasarkan penelitian c. Dilakukan dengan multidisiplin ilmu d. Upaya yang sifatnya strategis e. Berorientasi pada proses f. Mempertimbangkan efektifitas biaya g. Membutuhkan kreatifitas tinggi h. Audiens yang terlibat serta media yang dipakai bersifat khusus i. Dilakukan untuk membangun hubungan, dan j. Bertujuan untuk mengubah perilaku atau kehidupan sosial. Sebagai sebuah proses yang melibatkan manusia, komunikasi kesehatan dinaungi oleh lingkungan yang membatasinya dengan aktivitas lain di bidang kesehatan. Lingkungan tersebut terdiri dari empat jenis yaitu 1) audiens; 2) perilaku kesehatan serta produk/jasa kesehatan; 3) lingkunga sosial; dan 4) lingkungan politik. Lingkungan audiensi yang perlu mendapat perhatian dalam komunikasi kesehatan antara lain: keyakinan, sikap, dan perilaku; budaya, usia, dan gender/jenis kelamin; tingkat pengetahuan; faktor risiko dan gaya hidup; dan status sosial ekonomi.

6 Sementara lingkungan perilaku kesehatan dan produk/jasa kesehatan yang perlu diperhatikan adalah benefit, risiko, dan kelemahan dari produk/jasa kesehatan; pertimbangan pasien terhadap harga dan gaya hidup; serta keterjangkauan dan ketersediaan produk/jasa kesehatan. Lingkungan sosial yang menjadi perhatian dalam komunikasi kesehatan antara lain keyakinan, sikap, dan perilaku para pemangku kepentingan; norma sosial; struktur sosial; dan program kesehatan yang telah ada. Akhirnya lingkungan politik juga perlu menjadi hal yang penting diperhatikan, antara lain kebijakan dan hukum; kemauan politis dan komitmen dari pejabat setempat; dan tingkat prioritas program secara politis. Berdasarkan pengertian dan lingkungannya, maka ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi lima macam kegiatan: 1. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar individu; 2. Public relation atau komunikasi publik, hingga hubungan dengan pemerintah; 3. Mobilisasi komunitas atau menggerakan masyarakat untuk berperilaku sehat; 4. Komunikasi yang dibangun antar tenaga kesehatan; dan 5. Hubungan yang baik dengan konstituen. KOMUNIKASI KESEHATAN YANG EFEKTIF Aktifitas komunikasi kesehatan yang efektif setidaknya memenuhi tiga syarat yaitu: 1. Dilakukan secara terus menerus serta berkesinambungan membentuk alur yang disebut siklus komunikasi kesehatan 2. Mencakup seluruh level kehidupan manusia yang mempengaruhi perilaku individu yang disebut dengan model ekologis 3. Menerapkan perencanaan yang matang Siklus Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan seperti halnya proses kerja yang lain merupakan satu siklus yang tidak berhenti dan berlangsung secara kontinyu. Siklus tersebtu dimulai dari pengumpulan dan analisis data, penentuan strategi komunikasi, tahap eveluasi, dan dimulai lagi dari awal. Adapun siklus tersebut disajikan pada gambar 1 di bawah.

7 Pengumpulan & Analisis Data Evaluasi Penentuan Strategi Komunikasi Gambar 1. Siklus Komunikasi Kesehatan (sumber: Parvanta, 2011) Tahap pertama dalam siklus tersebut adalah pengumpulan dan analisis data. Tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan dan perilaku/lingkungan. Untuk memperolaeh data tersebut, pelaksana komunikasi kesehatan bisa melihat dari data-data surveilans atau epidemiologi lingkungan. Tahap kedua adalah menentukan strategi komunikasi yang tepat. Strategi tersebut dikembangkan untuk memodifikasi perilaku audiens, memodifikasi perilaku yang mempengaruhi perilaku kesehatan, dan untuk meningkatkan atau memperbaiki kondisi lingkungan. Tahap ketiga adalah mengevaluasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah strategi komunikasi yang dipakai telah efektik mengubah perilaku sosial atau memperbaiki kondisi lingkungan. Berdasarkan hasil evaluasi inilah, pelaksana komunikasi kesehatan kembali melakukan pengumpulan dan analisis data. Proses ini berjalan terus membentuk siklus yang kontinyu. Model Ekologis Syarat kedua dari suatu komunikasi kesehatan yang efektif adalah berpedoman pada model ekologis manusia (lihat gambar 2).

8 Environmental level Societal level Organizational level Individual level Ciri-ciri individu Gambar 2. Model Ekologis untuk Komunikasi Kesehatan (sumber: Parvanta, 2011) Menurut model ekologis, perilaku individu dipengaruhi oleh faktor internal berupa ciriciri atau karakteristik individu (seperti usia, jenis kelamin, ras, dan faktor biologis) dan faktorfaktor lingkungan yang ada di sekitarnya yang terdiri dari organizational level, societal level, dan environmental level. Organizational level merupakan kondisi lingkungan tempat individu bercengkrama dalam lingkup terkecil seperti lingkungan sosial, keluarga, dan komunitas. Societal level merupakan kondisi lingkungan yang berpengaruh langsung terhadap perilaku individu berupa tempat individu menetap (tempat tingga;) dan bekerja (tempat kerja). Misalnya perumahan atau RT/RW, kantor, sekolah, dan sebagainya. Environmental level yaitu kondisi lingkungan sosial yang mempengaruhi individu secara tidak langsung dan bersifat sangat luas, misalnya kota, provinsi, negara, dan seterusnya. Contoh bentuk komunikasi kesehatan adalah kampanye mencegah hipertensi pada usia 45 tahun ke atas. Model ekologis yang sesuai dengan kampanye dan mempengaruhi perilaku individu dalam mencegah hipertensi adalah:

9 1. Faktor internal berupa ciri-ciri individu, yaitu - Makin bertambah usia maka risiko hipertensi semakin tinggi - Jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena hipertensi - Risiko hiperte[nsi meningkat pada ras/suku tertentu - Orang dengan kadar kolesterol dalam darah tinggi (hiperkolesterol) maka lebih berisiko terkena hipertensi 2. Organizational level. Pada level ini kampanye ditujukan pada intervensi di tingkat keluarga yang mempengaruhi kejadian hipertensi seperti rutin makan sayur dan gizi yang seimbang; 3. Societal level. Pada level ini kampanye pencegahan hipertensi difokuskan pada aktivitasaktivitas di level tempat bermukim atau tempat bekerja individu. Misalnya rutin melakukan olahraga atau senam, mencegah stress kerja, dan sebagainya; dan 4. Environmental level. Pada level ini kampanye pencegahan hipertensi ditujukan bagi masyarakat yang lebih luas, seperti anjuran untuk secara rutin melakukan medical check up. Model ekologis juga dapat membantu pelaksana komunikasi kesehatan menentukan intervensi utama dan dukungan komunikasi sebagai upaya mengubah perilaku audiens. Seperti ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Menentukan Intervensi Utama dan Dukungan Komunikasi Kesehatan menggunakan Model Ekologis (sumber: Parvanta, 2011) Level ekologis Intervensi utama Dukungan komunikasi Negara, nasional, global (Environmental level) Kondisi pemukiman & tempat kerja (Societal level) Sosial, komunitas, keluarga (Organizational level) Kebijakan, hukum, ikrar, gerakan, emerjensi Contoh: peraturan penggunaan seat belt, Undang-undang Tembakau, Gerakan masyarakat sehat, dsb Pemulihan kondisi lingkungan; jam kerja; kebijakan perusahaan Norma-norma sosial; pengurangan kesenjangan sosial; akses pelayanan kesehatan; aturan kelompok Advokasi (untuk membuat atau memelihara peraturan); kampanye kesehatan nasional; program insentif; aturan kemasan dan label, dsb Advokasi oleh warga atau pekerja utk memperbaiki kondisi; peningkatan kesadaran dengan promkes, dsb Kampanye akar rumput, radio, TV, internet, pandangan tokoh masyarakat, dsb

10 Level ekologis Intervensi utama Dukungan komunikasi Perilaku Individu (Individual level) Biologis/Psikologis individu Penerimaan keyakinan, sikap, motivasi, self-efficacy, layanan; komunikasi perubahan perilaku Pencegahan & pengobatan, skrining penyakit Multimedia, materi edukasi, buku pedoman, kampanye promotif, pemberdayaan di rumah tangga Komunikasi perubahan perilaku, kunjungan rumah Perencanaan Komunikasi Kesehatan Komunikasi kesehatan yang efektif harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang. Menurut Parvanta (2011), perencanaan komunikasi kesehatan terdiri dari 6 tahapan yaitu perencanaan makro, perencanaan strategi komunikasi, perencanaan implementasi/taktis, perencanaan evaluasi, perencanaan keberlangsungan program, dan bila diperlukan perencanaan publikasi. Tahap pertama adalah perencanaan makro meliputi analisis permasalahan kesehatan, menentukan model ekologis, strategi intervensi, dan penentuan populasi target (audiens). Perencanaan ini dapat dilakukan bila data-data epidemiologik menunjukkan terdapat permasalahan yang mempengaruhi kesehatan kelompok/komunitas. Bila ternyata pada komunitas tersebut telah ada intervensi yang pernah dilakukan, maka intervensi yang diusulkan agar diuji terlebih dahulu. Pada tahapan ini, minimal output perencanaan yang dihasilkan adalah diketahuinya permasalahan atau potensi permasalahan yang ada, sebelum masuk ke tahap perencanaan berikutnya. Tahap kedua yaitu perencanaan strategi komunikasi. Pada tahap ini perencanaan difokuskan pada tujuan khusus perubahan perilaku, jenis audiens yang akan diintervensi, pesan-pesan yang akan disampaikan, dan media yang akan digunakan. Disamping itu dilakukan pengujian (uji coba) terhadap strategi konsep, pesan, materi, dan media yang akan dipakai. Terkadang dibutuhkan riset yang mendalam terhadap strategi yang akan dipakai. Tahap ketiga adalah perencanaan implementasi atau perencanaan taktis, yaitu merencanakan pelaksanaan komunikasi kesehatan secara taktis dan teknis. Pada tahap perencanaan ini setidaknya ada enam jenis pertanyaan yang harus dijawab yakni Apa yang akan dilakukan? Dimana dilakukannya? Kapan dilakukan? Bagaimana cara melakukannya? Dengan anggaran berapa? dan Siapa yang bertanggung jawab?

11 Tahap keempat adalah perencanaan evaluasi yaitu merencanakan metode untuk menilai keberhasilan program komunikasi kesehatan. Pada tahap ini perencanaan difokuskan pada penentuan aspek/dimensi untuk memonitor dan mengevaluasi intervensi komunikasi kesehatan. Tujuan dari perencanaan ini adalah memastikan kemanfaatan program komkes bagi pemangku kepentingan. Sebaiknya perencanaan evaluasi dilakukan di awal pelaksanaan. Tahap kelima adalah perencanaan keberlangsungan program komkes. Pada tahap ini ditentukan atau direncanakan kegiatan untuk menjalin kerjasama dan kemungkinan pengembangan program komkes agar tetap berkesinambungan. Adapun tujuan dari perencanaan ini adalah: - Memastikan bahwa program komkes menjangkau audiesn yang luas - Mengurangi biaya - Menghasilkan program yang berkelanjutan Yang terakhir adalah perencanaan publikasi. Tahap ini dilakukan bila memang dibutuhkan publikasi atau penyampaian hasil kegiatan kepada pihak-pihak terkait, pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Media publikasi yang dipilih sebaiknya sesuai dengan karakteristik audiens. REFERENSI Du Pré, Athena (2014). Basic concepts of Communication dalam Teresa L. Thompson (ed.) Encyclopedia of Health Communication, LA: Sage Publication Nurudin (2016). Ilmu Komunikasi: Ilmiah dan Populer, Jakarta: Rajawali Press Parvanta, C., David E.N., Sarah A.P., dan Richard N.H. (2011). Essentials of Public Health Communication, Ontario: John & Bartlet Learning Schiavo, Renata (2007). Health Communication: from Theory to Practice, CA: Jossey-Bass Thompson, Teresa L (2014). Introduction dalam Teresa L. Thompson (ed.) Encyclopedia of Health Communication, LA: Sage Publication.

Waktu: Sabtu, Tempat: Gedung G205 FKM-UI Depok

Waktu: Sabtu, Tempat: Gedung G205 FKM-UI Depok KMP69017: Semester Genap 2009 Komunikasi Kesehatan S2 (2 SKS) Departemen Pendidikan Kesehatan & Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tim Pengajar: 1. Dien Anshari, S.Sos.,

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

Memahami Komunikasi Kesehatan. :: komkes.wordpress.com

Memahami Komunikasi Kesehatan. :: komkes.wordpress.com Memahami Komunikasi Kesehatan dienanshari@gmail.com :: komkes.wordpress.com 1 Tujuan sesi ini: Memperkenalkan konsep komunikasi dan komunikasi kesehatan; Menjelaskan peran, area kerja, dan sumber informasi

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA DESKRIPTOR KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA BIDANG KEDOKTERAN ( Review 270510) - Draft LEVEL DESKRIPTOR HASIL PEMBELAJARAN (Learning Outcomes) 6 (S1) Mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA BAB IV ANALISIS DATA MODEL KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. PERTAMINA (PERSERO) MOR V SURABAYA A. Temuan Penelitian Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan tahap yang bermanfaat

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSIA CITRA INSANI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK CITRA INSANI 2014 I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, preventif, kuratif

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN SOSIOLOGI KOMUNIKASI Ruang Lingkup Sosiologi komunikasi Fakultas Komunikasi Program Studi Hubungan Masyaraakt TatapMuka Kode MK DisusunOleh 01 85005 Frenia Triasiholan A.D.S.Nababan,

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN Oleh : Andreas W. Sukur PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Content List/ Outline Study Strategi global

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1775, 2015 KEMENKES. Penyakit Tidak Menular. Penanggulangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT TIDAK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga di dunia setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA

PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA PROGRAM KERJA PANITIA PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

MENYUSUN TINJAUAN PUSTAKA Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul

MENYUSUN TINJAUAN PUSTAKA Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul MENYUSUN TINJAUAN PUSTAKA Oleh: Ade Heryana, SST, MKM Prodi Kesehatan Masyarakat, FIKES Univ. Esa Unggul PENDAHULUAN Pada pembahasan tentang masalah atau topik penelitian yang akan dipilih, disebutkan

Lebih terperinci

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.185, 2014 KESEHATAN. Jiwa. Kesehatan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5571) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014

Lebih terperinci

Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa

Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa Hubungan antara Kebutuhan Informasi mengenai Seks dan Intensitas Membaca Rubrik Seks dengan Kepuasan Informasi mengenai Seks di Majalah Pria Dewasa Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN Latar Belakang Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan

Lebih terperinci

Komunikasi Risiko. Dokter Spesialis di Kota Yogyakarta. Amelia / Yudi Perbawaningsih. Program Studi Ilmu Komunikasi

Komunikasi Risiko. Dokter Spesialis di Kota Yogyakarta. Amelia / Yudi Perbawaningsih. Program Studi Ilmu Komunikasi Komunikasi Risiko Dokter Spesialis di Kota Yogyakarta Amelia / Yudi Perbawaningsih Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan manusia. Di era globalisasi ini banyak kita temukan penyakit-penyakit yang bukan hal biasa lagi.

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT

ETIKA PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT ETIKA PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Terjadinya pergeseran perkembangan kesehatan dari pelayanan medis (medical care ) ke pemeliharaan kesehatan (health care) Uaya penanggulangan kesehatan lebih menonjolkan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Beberapa

Lebih terperinci

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga LEMBAR FAKTA 1 Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga Apa itu Pendekatan Keluarga? Pendekatan Keluarga Pendekatan Keluarga adalah salah satu cara untuk meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS)

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) PERAN ORGANISASI PROFESI KESEHATAN MASYARAKAT Dalam Program GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT (GERMAS) Disampaikan Oleh FILOSOFI DAN KONSEP DASAR FAKTA PERUBAHAN POLA PENYAKIT TERKAIT DENGAN FAKTOR PERILAKU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 2013, No.892 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT DI DAERAH TERTINGGAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KEPERAWATAN KOMUNITAS PSIK UNLAM BANJARBARU ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.,Ns. Community Health Nursing Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan

Lebih terperinci

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum Nama: Herna Dwiatna NPM: 114101084/A Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat TEORI H.L blum Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) Regional Meeting on Revitalizing Primary Health Care (PHC) di Jakarta pada Agustus 2008 menghasilkan rumusan tentang perlunya melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kolaborasi 2.1.1 Defenisi Kolaborasi Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. agar terhubung dengan lingkungan dengan orang lain. Menurut Handoko (1994)

BAB II KAJIAN TEORITIS. agar terhubung dengan lingkungan dengan orang lain. Menurut Handoko (1994) BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1.Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang kelompok, organisasi dan masarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya (Permenkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan oleh setiap individu untuk dapat mempertahankan hidupnya. Komunikasi mempunyai peran yang besar dalam kehidupan

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 298) I. UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg berarti

Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg berarti Komunikasi & Konseling dalam Praktik Kebidanan Apa itu Komunikasi? Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN

MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN MODUL PRAKTIKUM PENYULUHAN DAN KONSULTASI GIZI PANGAN Disusun Oleh : Dr. Ir. Tri Dewanti Widyaningsih, M.Kes Jaya Mahar Maligan, STP. MP. PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI HASIL

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat

4 menginvestasikan waktu dan uang untuk mengembangkan dan memelihara kualitas website mereka, karena saat ini website mungkin menjadi salah satu alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia melakukan interaksi dengan sesama agar dapat menjaga keberlangsungan

Lebih terperinci

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes

NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA. Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes NILAI SENTRAL KEDOKTERAN KELUARGA Disiapkan oleh: Dr. FX. Suharto, M. Kes Learning Objective Pengembangan Pelayanan Primer Peran Institusi Pendidikan dalam Kedokteran Keluarga Karakteristik Dokter Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya sekarang ini. Melalui komunikasi sejumlah individu mengadakan interaksi antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa besar adalah bangsa yang memiliki masyarakat yang berilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai sumber, misalnya lembaga

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Undang-undang Kesehatan 1 mendefinisikan kesehatan sebagai: Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Tata Nilai LAM PTKes terdiri atas : a. Nilai Dasar : Amanah dan Mandiri b. Nilai Operasional Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misinya berlandaskan pada Nilai Dasarnya, LAM- PTKes menganut 5 Prinsip Operasional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH Menimbang : a. Mengingat : 1. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa partisipan memahami discharge planning sebagai sarana untuk memberikan informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi, Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah Provinsi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN

Lebih terperinci

The Mexico City Principles. Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi

The Mexico City Principles. Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi The Mexico City Principles T Kode Etik Bisnis pada Sektor Biofarmasi Interaksi bisnis di sektor biofarmasi yang dilakukan sesuai etika dapat menjamin bahwa keputusan medis dibuat demi kepentingan pasien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KOMUNIKASI KREATIF PUPR. PUBLIC CAMPAIGN Jakarta, 20 September 2016

KOMUNIKASI KREATIF PUPR. PUBLIC CAMPAIGN Jakarta, 20 September 2016 KOMUNIKASI KREATIF PUPR PUBLIC CAMPAIGN Jakarta, 20 September 2016 MENOPANG KEDAULATAN (WILAYAH, ENERGI, PANGAN) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING EKONOMI NASIONAL INFRASTRUKTUR PENYEDIAAN DAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.

Lebih terperinci

1. Lobi politik (political lobiying)

1. Lobi politik (political lobiying) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi atau melebihi harapan. Maka dapat dikatakan, bahwa hal-hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas Pelayanan Kesehatan tidak terlepas dari kualitas suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses dan lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Toleransi Dibawah ini adalah pengertian toleransi menurut beberapa ahli: a) Menurut Dewan Ensiklopedi Indonesia, toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI ~ Introduction Dian S. Purwanty, S.Sos., M.M.

TEORI KOMUNIKASI ~ Introduction Dian S. Purwanty, S.Sos., M.M. TEORI KOMUNIKASI ~ Introduction Dian S. Purwanty, S.Sos., M.M. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia Bandung, 27 September 2010 Communication Science 1. Komponen Komunikasi 2. Proses

Lebih terperinci

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan Selamat Datang di Kuesioner Gaya Hidup yang Berkelanjutan Cara kita menjalani hidup kita sehari-hari pilihan-pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH

PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Form. 04 FISPH /FISCM PENILAIAN MANDIRI TENTANG KOMPETENSI FISPH Pengantar Tujuan dari penilaian mandiri ini adalah untuk membantu Anda menemukan tingkat kompetensi Anda terhadap dimensi kunci pengajaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. terserang peyakit degenerative, Dinas Kesehatan kota Yogyakarta terus menerus BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Tingginya jumlah penduduk lansia di kota Yogyakarta mewajibkan pemerintah kota Yogyakarta melakukan intervensi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi lansia.

Lebih terperinci

MENGELOLA KOMUNIKASI MASSA

MENGELOLA KOMUNIKASI MASSA MENGELOLA KOMUNIKASI MASSA 1 2 IKLAN.. Iklan adalah segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Tugas departemen iklan adalah mengajukan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

panduan praktis Edukasi Kesehatan

panduan praktis Edukasi Kesehatan panduan praktis Edukasi Kesehatan 01 02 panduan praktis Edukasi Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan sumber

Lebih terperinci

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes

SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes SKEMA GRAND DESIGN LAM-PTKes 1 Kompetensi tenaga kesehatan yang belum sesuai dengan kebutuhan individual pasien maupun populasi; Kerja sama antar profesi yang masih rendah; Paradigma yang lebih berorientasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Kode : 25 : KEDOKTERAN KOMUNITAS Semester : 7 (tujuh) Standar Kompetensi : mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan aspek promotif,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI MASSA. Pengertian Komunikasi Massa. Radityo Muhamad, MA. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi ILMU KOMUNIKASI Modul ke: KOMUNIKASI MASSA Pengertian Komunikasi Massa Fakultas FIKOM Radityo Muhamad, MA Program Studi ILMU KOMUNIKASI Pengertian Komunikasi KOMUNIKASI Istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris dikenal

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N No.308, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Keselamatan Pasien. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, keterampilan, teknologi dan sikap profesionalisme tinggi yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya sangat ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan simbol-simbol berupa lambang ataupun berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan simbol-simbol berupa lambang ataupun berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola komunikasi adalah suatu cara dalam penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol-simbol berupa lambang ataupun berkomunikasi secara tatap muka sesuai

Lebih terperinci