BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pegertian Rumah Sakit Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan. (Depkes, 2002) Untuk mengoptimalkan penyehatan lingkungan rumah sakit maka rumah sakit harus mempunyai fasilitas sendiri yang ditetapkan Kepmenkes RI No: 1204/ MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. (Wiku Adisasmito, 2006). Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian. (Wiku Adisasmito, 2006) Rumah Sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan rawat inap juga perawatan dirumah Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan kesehatan dan penelitian. (Wiku Adisasmito, 2006) 2.2. Tugas Rumah Sakit

2 Tugas Rumah sakit antara lain adalah sebagai lembaga atau badan yang bertugas melaksanakam pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan kegiatan penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) serta melaksanakan upaya rujukan. (Keputusan Menkes. RI No.983/Menkes/SK/XI/1992) 2.3. Fungsi Rumah sakit Fungsi rumah sakit antara lain : a. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pelayanan medis b. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha rehabilitasi medis c. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha perawatan medis d. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha pencegahan akibat penyakit dan peningkatan pemulihan kesehatan. e. Sebagai lembaga sosial yang melaksanakan usaha sistem rujukan medis f. Sebagai tempat pendidikan atau latihan tenaga medik dan paramedik g. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dibidang kesehatan (Keputusan Menkes. RI No.983/Menkes/SK/XI/1992) 2.4. Kategori Rumah Sakit Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan, Rumah sakit berdasarkan sistem kepemilikan, terdiri dari : a. Rumah Sakit Pemerintah

3 Rumah sakit pemerintah adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan dan Keamanan, dan Pemerintah daerah. b. Rumah Sakit Perusahaan Negara Rumah sakit perusahaan negara adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Perusahaan perkebunan, dan Pertamina. c. Rumah Sakit Swasta Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan sosial, Yayasan keagamaan, Yayasan swasta, Pribadi atau kelompok pribadi Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan Rumah Sakit Berdasarkan Lingkup Pelayanan terdiri dari : a. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan lebih dari 1 macam spesialistik medik. b. Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah Rumah sakit yang melaksanakan pelayanan hanya pada satu macam spesialistik medik Rumah Sakit Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pelayanan Medik Rumah sakit berdasarkan klasifikasi tingkat pelayanan medik, terdiri dari : a. Rumah sakit umum pemerintah, dibagi atas : 1. Kelas A

4 Rumah sakit umum Kelas A adalah rumah sakit yang melaksanakan pelayanan kesehatan spesialistik dan sub spesialistik yang luas. Kapasitas : lebih dari 1000 tempat tidur BOR % Rujukan : Internasional / nasional 2. Kelas B Rumah Sakit Kelas B adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan spesialistik yang luas Kapasitas : tempat tidur BOR % Rujukan : Nasional / Propinsi 3. Kelas C Rumah Sakit Kelas C adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan paling sedikit 4 cabang spesialistik yaitu penyakit dalam, bedah, kandungan dan kebidanan, dan kesehatan anak. Kapasitas : tempat tidur BOR %, Rujukan : Propinsi / Kabupaten / Kotamadya 4. Kelas D Rumah Sakit Kelas D adalah Rumah sakit umum yang melaksanakan pelayanan kesehatan umum Kapasitas : tempat tidur BOR % Rujukan : Kabupaten / Kotamadya

5 5. Kelas E Rumah Sakit Kelas E adalah Rumah sakit umum yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap suatu penyakit tertentu. b. Rumah sakit umum swasta, dibagi atas : 1. Utama Rumah Sakit Kelas Utama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, kebidanan dan kandungan) dan subspesialistik (mata, THT, kulit dan kelamin, gigi dan mulut, neurology, kesehatan jiwa). 2. Madya Rumah Sakit Kelas Madya adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik bersifat umum dan spesialistik dalam 4 cabang (penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, kebidanan dan kandungan). 3. Pratama Rumah Sakit Kelas Pratama adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medik bersifat umum (Dirjen Pelayanan Medik No.0072/YANMED/RSKS/SK/1988) Rumah Sakit Berdasarkan Pengelolaan a. Rumah Sakit Publik Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan

6 Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan. b. Rumah Sakit Privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan provit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero Rumah Sakit Berdasarkan Lama Tinggal di Rumah Sakit a. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Pendek Rumah sakit perawatan jangka pendek adalah rumah sakit yang merawat penderita selama rata-rata kurang dari 30 hari. Misalnya penderita dengan penyakit akut dan kasus darurat. Rumah sakit umum pada umumnya adalah rumah sakit perawatan jangka pendek b. Rumah Sakit Untuk Perawatan Jangka Panjang Rumah sakit perawatan jangka panjang adalah rumah sakit yang merawat penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih. Penderita demikian mempunyai kesakitan jangka panjang, seperti kondisi psikiatri. Contoh rumah sakit ini adalah Rumah Sakit Rehabilitasi dan Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Berdasarkan Afiliasi Dengan Lembaga Pendidikan a. Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang dipergunakan sebagai tempat pendidikan tenaga medis. b. Rumah Sakit Non Pendidikan

7 Rumah Sakit Non Pendidikan adalah rumah sakit yang tidak dipergunakan untuk tempat pendidikan medis Pengertian Sampah Rumah Sakit Menurut defenisi Word Health Organitation (WHO) sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006). Undang-Undang Pengolahan Sampah Nomor 18 tahun 2008 Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Azwar (1990) mengatakan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan manusia bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk didalamnya. Manik (2003) mendefenisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut : 1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat 2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia 3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

8 2.6. Sumber Sampah Rumah Sakit Sampah yang berasal dari rumah sakit merupakan limbah layanan kesehatan mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium (A.Pruss.A, 2005) 2.7. Karakteristik dan Jenis Sampah Rumah Sakit Karakteristik Sampah Rumah Sakit Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair (A.Pruss, 2005) Jenis-jenis Sampah Rumah Sakit Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari Rumah Sakit dapat dibagi menjadi dua, seperti : 1) Limbah Medis (a) Padat (b) Cair (c) Radioaktif 2) Limbah non medis (a) Padat (b) cair

9 Limbah padat Medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kegiatan tersebut juga kegiatan medis di ruang Poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi, dan ruang laboraturium. Limbah padat medis juga sering disebut sebagai sampah biologis. Sampah biologis terdiri dari : 1. Sampah medis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah, atau ruang kebidanan seperti, misalnya perban, kasa, alat injeksi, ampul, dan botol bekas obat injeksi, kateter, swab, plester, masker, dan sebagainya. 2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang poliklinik, bedah, kebidanan, atau ruang otopsi, misalnya plasenta, jaringan organ, anggota badan, dan sebagainya. 3. Sampah laboraturium yang dihasilkan dari pemeriksaan lab. Diagnostik atau penelitian, misalnya, sediaan atau media sample dan bangkai binatang percobaan. Limbah padat nonmedis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut : a. Kantor atau Administrasi b. Unit Perlengkapan c. Ruang Tunggu d. Ruang Inap e. Unit gizi atau dapur f. Halaman Parkir dan taman g. Unit Pelayanan Sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas, karton, kaleng, botol sisa makanan, sisa kemasan, kayu, logam, daun, serta ranting, dan sebagainya.

10 Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik yang berasal dari air bilasan ruang bedah dan otopsi apabila tidak dikelola dengan baik, atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari lingkungan. Limbah Cair Nonmedis merupakan limbah rumah sakit yang berupa : 1. Kotoran manusia seperti tinjan dan air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan di dalam toilet atau kamar mandi. 2. Air bekas cucian yang berasal dari lavatory, kitchen sink, atau floor drain dari ruanganruangan di rumah sakit (Chandra, 2006). Adapun limbah klinis dikategorikan menjadi 5 golongan sebagai berikut : 1. Golongan A : a. Dreesing Bedah, swab dan semua limbah terkontaminasi dari kamar bedah b. Bahan Bahan kimia dari kasus penyakit infeksi c. Seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai/jaringan hewan dari laboraturium dan hal - hal lain yang berkaitan dengan swab dan dreesing. 2. Golongan B : Syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas dan benda- benda tajam lainnya 3. Golongan C : Limbah dari ruangan Laboraturium dan Postpartum kecuali yang termasuk dalam Golongan A 4. Golongan D : Limbah bahan kimia dan bahan bahan farmasi tertentu.

11 5. Golongan E : Pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomach (Wisaksono, 2010). A.Pruss (2005) mengatakan jenis sampah di RS adalah sebagai berikut: 1. Sampah infeksius Sampah infeksius adalah sampah yang diduga mengandung patogen (bakteri, virus, parasit, atau jamur) dalam konsentrasi atau jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada penjamu yang rentan 2. Sampah Patologis Sampah (limbah) patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia, darah, bangkai hewan, dan cairan tubuh manusia. 3. Sampah Benda Tajam Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, scalpel, dan jenis belati lain, pisau, peralatan infus, gergaji, pecahan kaca, dan paku, baik terkontaminasi atau tidak. 4. Sampah Farmasi Limbah Farmasi mencakup produk farmasi, obat-obatan, vaksin, dan serum yang sudah kadaluarsa dan,tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan tepat. Termasuk juga produk farmasi misalnya botol atau kotak yang berisi residu, sarung tangan, masker, selang penghubung, dan ampul obat. 5. Sampah Sitotoksik

12 Sampah (Limbah) sangat berbahaya dan bersifat mutagenik, teratogenik, atau karsinogenik dan juga menimbulkan persoalan pelik, baik dalam area instalasi maupun setelah pembuangan sehingga membutuhkan perhatian khusus. 6. Sampah (Limbah) kimia Merupakan limbah yang mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair maupun gas yang berasal dari aktivitas diagnostik experimen serta pemeliharaan kebersihan, aktifitas keseharian dan prosedur pemberian desinfektan. 7. Sampah Logam Berat Merupakan limbah yang mengandung logam berat dalam konsentrasi tinggi termasuk dalam subkategori limbah kimia berbahaya dan biasanya sangat toksik. 8. Limbah Kemasan bertekanan Berbagai jenis gas yang digunakan dalam kegiatan di Rumah Sakit. 9. Limbah Radioakdtif Merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan Di Rumah Sakit dan pusat penelitian yang menggunakan radionuklir dan kegiatan terkait Jumlah Sampah Rumah Sakit Salah satu langkah pokok pengolahan sampah adalah menentukan jumlah sampah yang dihasilkan. Jumlah ini memnentukan jumlah dan volume sarana penampung local yang harus disediakan, pemilihan incinerator dan kapasitasnya. 1. Jumlah menurut berat Jumlah produksi sampah domestik diperkirakan 2 Kg per orang per hari. Untuk mendapatkan angka yang lebih tepat sebaiknya dilakukan survei sampah di rumah

13 sakit yang bersangkutan. Jumlah sampah dengan 500 tempat tidur adalah 3,25 Kg per pasien per hari (Depkes RI, 2002). 2. Jumlah disposibel Meningkatkan jumlah sampah berkaitan erat dengan meningkatkan penggunaan barang disposibel. Daftar barang disposibel merupakan indicator jumlah dan kualitas sampah rumah sakit yang diproduksi. Berat, ukuran, dan sifat kimiawi barang-barang disposibel mungkin perlu dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi yang bermanfaat dalam pengelolaan sampah (Depkes RI, 2002). 3. Jumlah menurut volume Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi berat total dengan kepadatan (Depkes RI, 2002) Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti : 1. Gangguan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik. 2. Kerusakan harta benda Dapat disebabkan oleh garam garam yang terlarut (korosif,karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit 3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang

14 Ini dapat dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, virus, senyawa senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi. 4. Gangguan genetik dan reproduksi Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif (Wisaksono, 2010) Membahas dampak limbah secara khusus berdasarkan limbah yang dihasilkan. a. Bahaya Limbah Infeksius dan Benda Tajam Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam mikroorganisme patogen. Patogen tersbut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur : 1) Akibat tusukan, lecet, atau luka di kulit 2) Melalui membran mukosa 3) Melalui pernapasan 4) Melalui ingesti Kekhawatiran muncul terutama terhadap HIV serta virus hepatitis B dan C karena ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa virus tersebut ditularkan melalui limbah layanan kesehatan. Penularan umumnya terjadi melalui cedera dan jarum spuit yang terkontaminasi darah manusia. b. Bahaya Limbah Kimia dan farmasi Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan kesehatan (misalnya zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar, reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan). Kuantitas zat tersebut

15 umumnya rendah di dalam limbah layanan kesehatan, kuantitas yang lebih besar dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau bahan farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau sudah kadaluarsa. Kandungan zat itu di dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan, baik akibat pajanan secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. c. Bahaya Limbah Genotoksik Pajanan terhadap zat genotoksik di lingkungan layanan kesehatan juga dapat terjadi selama masa persiapan atau selama terapi yang menggunakan obat atau zat tertentu. Jalur pajanan utama adalah dengan menghirup debu atau aerosol, absorbsi melalui kulit, tanpa sengaja menelan makanan yang terkontaminasi obat obatan sitotoksik, zat kimia, atau limbah, dan kebiasaan buruk saat makan, misalnya menyedot makanan. Pajanan juga dapat terjadi melalui kontak dengan cairan dan sekret tubuh pasien yang menjalani kemoterapi. d. Bahaya Limbah Radioaktif Jenis penyakit yang disebabkan limbah radioaktif bergantung pada jenis dan intensitas pajanan. Kesakitan yang muncul dapat berupa sakit kepala, pusing, dan muntah sampai masalah lain yang lebih serius. Karena limbah radioaktif, seperti halnya limbah bahan farmasi, bersifat genotoksik, maka efeknya juga dapat mengenai materi genetik. Penanganan sumber yang sangat aktif, misalnya terhadap sumber tertutup dalam instrumen diagnostik, dapat menyebabkan cedera yang jauh lebih parah (misalnya kerusakan jaringan, keharusan untuk mengamputasi bagian tubuh) dan karenannya harus dilakukan dengan sangat hati hati.

16 e. Sensivitas publik Selain rasa takut akan dampak kesehatan yang mungkin muncul, masyarakat juga sangat sensitif terhadap dampak visual limbah anatomi, bagian-bagian tubuh yang dapat dikenali, termasuk janin (A.Pruss, 2005) Hubungan Sampah dengan Kesehatan Lingkungan Menurut Mukono (2000) pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Pengaruh negatif dari pengelolaan sampah ini tampak 3 aspek : 1. Aspek Lingkungan Aspek lingkungan juga memperoleh dampak negatif dari sampah yaitu dalam hal estetika lingkungan meliputi : Penurunan kualitas udara, pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air. 2. Aspek Sosial Masyarakat Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status keadaan sosial masyarakat. Keadaan lingkungan yang kurang saniter dan estetika akan menurunkan hasrat turis untuk berkunjung. 3. Aspek Kesehatan Slamet (2004) mengatakan pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung (efek yang disebabkan karena kontak langsung dengan sampah) dan tidak langsung (berupa efek penyakit bawaan vektor yang berkembangbiak dalam sampah) Sampah memiliki dampak positif terhadap masyarakat antara lain : a. Sampah organik dapat dijadikan pupuk kompos

17 b. Sampah organik dapat didaur ulang menjadi suatu kerajinan tangan c. Sampah yang telah melalui proses daur ulang dapat menghasilkan pemasukan bagi warga Sarana Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pengelolaan limbah Rumah Sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi persyaratan sanitasi. Adapun persyaratan sanitasi yang harus dipenuhi, antara lain : 1) Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan, atau air tanah, dan juga udara 2) Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang lainnya 3) Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangannya yang tidak baik. 4) Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus memiliki tempat penampungannya sendiri (Chandra, 2006). Pengolahan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah. Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengolahan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization),

18 pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbemya (source reduction). Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke lingkungan secara preventif langsung pada sumber pencemar, hal ini banyak memberikan keuntungan yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan pelaksanaannya relatif murah. Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya adalah: 1. Housekeeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin. 2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah. 3. Pelaksanaan preventive maintenance, yakni pemeliharaan/penggantian alat atau bagian alat menurut waktu yang telah dijadwalkan. 4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap rapi dan terkontrol.

19 5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk pengoperasian/penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi. 6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian unitnya. Kebijakan kodifikasi penggunaan warna untuk memilah-milah limbah di seluruh rumah sakit harus memiliki warna yang sesuai, sehingga limbah dapat dipisahpisahkan di tempat sumbernya, perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1. Bangsal harus memiliki dua macam tempat limbah dengan dua warna, satu untuk limbah klinik dan yang lain untuk bukan klinik. 2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah klinik. 3. Limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai limbah klinik. 4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah klinik dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut: 1. Pemisahan limbah a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

20 Di beberapa negara, kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai ganti dapat digunakan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperoleh dengan mudah). Kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna, kemudian ditempatkan di tong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit lain. Adapun kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah adalah : Tabel 2.1. Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori No Kategori Warna Kontainer Lambang Keterangan / Kantong Plastik 1. Radioaktif Merah Kantong boks timbal dengan simbol radioaktif 2. Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan otoklaf 3. Limbah Infeksius, patologi dan anatomi Kuning Kantong plastik kuat dan anti bocor, atau container 4. Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan anti bocor 5. Limbah kimia dan farmasi Coklat - Kantong plastik atau kontainer Sumber: Kepmenkes RI Nomor: 1204/Menkes/SK/X/2004 Gambar 2.1. Kode, lambang, warna tempat dalam pemilahan sampah RS 2. Penyimpanan limbah a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang jelas

21 b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai d. Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat pembuangannya 3. Penanganan limbah a. Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup b. Kantung dipegang pada lehernya c. Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut d. Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging) e. Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalma kantung yang salah f. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam kantung limbah 4. Pengangkutan limbah

22 Kantung limbah dikumpulkan dan seklaigus dipisahkan menurut kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa ke kompaktor, limbah bagian klinik dibawa ke insinerator. Pengankutan dengan kendaran khusus (mungkin ada kerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum) kendaraan yang digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari, kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan larutan klorin. 5. Pembuangan limbah Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai membusuk. Kemudian mengenai limbah gas, upaya pengelolaannya lebih sederhana dibanding dengan limbah cair, pengelolaan limbah gas tidak dapat terlepas dari upaya penyehatan ruangan dan bangunan khususnya dalam memelihara kualitas udara ruangan (indoor) yang antara lain disyaratkan agar: a. Tidak berbau (terutania oleh gas H2S dan Anioniak); b. Kadar debu tidak melampaui 150 Ug/m3 dalam pengukuran rata-rata selama 24 jam. c. Angka kuman. Ruang operasi : kurang dan 350 kalori/m3 udara dan bebas kuman patogen (khususnya alpha streptococus haemoliticus) dan spora gas gangrer. Ruang perawatan dan isolasi : kurang dan 700 kalorilm3 udara dan

23 bebas kuman patogen. Kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum yang telah ditentukan yaitu : 1. Bagaimana cara pengelompokan sampah medis dengan non medis? 2. Bagaimana cara pengolahan limbah rumah sakit? 3. Bagaimana sistem sanitasi di rumah sakit? Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insinerator sendiri, insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah sakit yang berasal dari rumah sakit lain. Insinerator modern yang baik tentu saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung limbah klinik maupun bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk farmasi yang tidak terpakai. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang berikut: a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter. b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm. Tambahkan lapisan kapur. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah. c. Akhirnya lubang tersebut harus ditututup dengan tanah. 6. Teknologi Pengolahan Limbah Teknologi pengolahan limbah medis yang sekarang jamak dioperasikan hanya berkisar antara masalah tangki septik dan insinerator. Keduanya sekarang terbukti

24 memiliki nilai negatif besar. Tangki septik banyak dipersoalkan lantaran rembesan air dari tangki yang dikhawatirkan dapat mencemari tanah. Terkadang ada beberapa rumah sakit yang membuang hasil akhir dari tangki septik tersebut langsung ke sungai-sungai, sehingga dapat dipastikan sungai tersebut mulai mengandung zat medis. Sedangkan incenerator, yang menerapkan teknik pembakaran pada sampah medis, juga bukan berarti tanpa cacat. Badan Perlindungan Lingkungan AS menemukan teknik insenerasi merupakan sumber utama zat dioksin yang sangat beracun. Penelitian terakhir menunjukkan zat dioksin inilah yang menjadi pemicu tumbuhnya kanker pada tubuh. Yang sangat menarik dari permasalahan ini adalah ditemukannya teknologi pengolahan limbah dengan metode ozonisasi. Salah satu metode sterilisasi limbah cair rumah sakit yang direkomendasikan United States Environmental Protection Agency (USEPA) pada tahun Teknologi ini sebenarnya dapat juga diterapkan untuk mengelola limbah pabrik tekstil, cat, kulit, dan lain-lain. Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya, tetapi juga mungkin dampak negatif. Dampak negatif itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien dari pekerja ke pasien maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit. Oleh sebab itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada di lingkungan rumah

25 sakit dan sekitarnya, perlu penerapan kebijakan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan. Rumah sakit sebagai institusi yang sosio-ekonomis karena tugasnya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab pengelolaan limbah yang dihasilkan. Menurut Adisasmito (2007), rumah sakit mempunyai berbagai cara dalam mengolah limbah, namun hal ini membawa konsekuensi besarnya biaya pengadaan dan operasional yang harus dikeluarkan. Adapun sarana pengolahan limbah padat tersebut adalah melalui pewadahan dan pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan pada trolli bak pengangkut sampah, pengangkutan, pemilahan, pemotongan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Secara skematis penanganan limbah dapat dilihat pada gambar berikut : Pewadahan dan pemilahan pada sumber pengumpulan Pemindahan pada transfer depo pengangkutan pemilahan pemotongan pengolahan Pembuangan akakhir ( Sumber : Adisasmito, 2007) Gambar 2.2. Sarana pengolahan limbah padat sampah RS

26 2.12. Tingkat Pendidikan Menurut Deliarno (1995) dalam Ayusta (2004) Pendidikan adalah pendidikan yang diperoleh seseorang pada periode waktu tertentu pada suatu instansi yang resmi disahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan tertentu yang ditandai adanya ijazah setelah selesai pendidikan. Wikipedia mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian, pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Wikipedia, 2009) Notoatmojo (1993) mengatakan pendidikan adalah formal yang pernah diperoleh ditandai dengan adanya ijazah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terahiryang dilalui. Menurut Wikipedia (2009) tingkat pendidikan tersebut dibagi menjadi tidak sekolah, tamat SD (pendidikan dasar), tamat SLTP/sederajat (pendidikan menengah), tamat Perguruan Tinggi (diploma, sarjana, megister, doktor) Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan juga dapat di defenisikan sebagai sekumpulan informasi yang dipahami, yang diperoleh dari proses belajar

27 semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih lama bertahan/langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoadmodjo, 2003). Asosiasi Psikologi amerika berpendapat bahwa dalam tindakannya pengetahuan seseorang terhadap penguasaan materi dapat digolongkan dalam enam tingkatan. Tingkatan tersebut dapat dijelaskan sebagi Domain on the taxonomy of educational objectives yaitu : (Notoadmodjo, 2003) 1. Tahu, didefenisikan sebagai mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari rangsangan yang telah diterimanya. 2. Memahami, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang benar tentang yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar dan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya. 3. Analisa, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu sama lain.

28 4. Sintesis, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 5. Evaluasi, didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan pada kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

29 2.14. Kerangka Konsep Sarana dan prasarana Pengelolaan limbah padat/sampah Karakteristik Cleaning Service : Umur Lama Bekerja Tingkat Pendidikan Keikutsertaan dalam pelatihan Pengetahuan Gambar 2.3. Kerangka Kepmenkes RI Nomor : 1204/Menkes/SK/X/2004 Analisis Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat/Sampah RSU Martha Friska Medan Tahun 2011

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis professional yang terorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN

NOMOR RESPONDEN : PUSKESMAS :.. TGL. SURVEY :. A. IDENTITAS RESPONDEN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH METODE DISKUSI DAN METODE CERAMAH TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM MEMBUANG LIMBAH MEDIS PADAT DI PUSKESMAS KOTA MEDAN TAHUN 2010 NOMOR RESPONDEN :

Lebih terperinci

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan

Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat menjaga dirinya sendiri dan SOP PENGELOLAAN LIMBAH No : CSU/STI/05 Tanggal pembuatan : 10 FebruarI 2007 Tanggal peninjauan kembali : 10 FebruarI 2008 TUJUAN : Prosedur pengelolaan limbah ini ditujukan agar petugas laboratorium dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan menghasilkan bermacam-macam buangan limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan. Rumah sakit sebagai salah

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum, besar artinya bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia. Rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan disegala bidang kehidupan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan, termasuk bidang kesehatan.

Lebih terperinci

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit KMA 43026 Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc.,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila disbanding dengan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari tujuan dan upaya pemerintah dalam memberikan arah pembangunan ke depan bagi bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis

Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3. Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Wawancara : belum ada upaya penurunan jumlah timbulan limbah padat B3 Limbah medis masih tercampur dengan limbah non medis Ada sisa obat yang terbuang Limbah Rumkital Dr Ramelan Limbah Medis a. Perban

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi INSTRUMEN Pengertian Instrumen (1) Alat yg dipakai untuk me-ngerjakan sesuatu (spt alat yg dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik, dan kimia); perkakas; (2) Sarana penelitian (berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dijelaskan bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Namun, selain memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sanitasi Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat

Lebih terperinci

JENIS DAN JUMLAH LIMBAH PADAT NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KUTAI BARAT. Oleh: HILAFIA HILDA NIM.

JENIS DAN JUMLAH LIMBAH PADAT NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KUTAI BARAT. Oleh: HILAFIA HILDA NIM. JENIS DAN JUMLAH LIMBAH PADAT NON MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HARAPAN INSAN SENDAWAR KUTAI BARAT Oleh: HILAFIA HILDA NIM. 100500164 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

ISNANIAR BP PEMBIMBING I: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR MANUSIA, LINGKUNGAN, MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWATDI RAWAT INAP RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TESIS OLEH: ISNANIAR BP.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan juga merupakan bagian yang takterpisahkan dari pembangunan, karena BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu usaha untuk mencapai kesadaran kemampuan akan hidup sehat bagi masyarakat dan mewujudkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, integrasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat Keterp aparan 1. La BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. operasi, sisa suntikan, obat kadaluarsa, virus, bakteri, limbah padat dan lain-lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sumber limbah B3 yang harus mendapat perhatian. Limbah B3 yang dikeluarkan dari rumah sakit meliputi limbah infeksius, sisa operasi, sisa suntikan,

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Medis Padat Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Limbah Rumah Sakit Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir akhir ini persoalan limbah menjadi masalah yang cukup serius bagi pencemaran lingkungan, dimana aktiftitas dan jumlah penduduk yang semakin bertambah menambah

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PADA RSUD DR.SOEDONO MADIUN Suryono Nugroho, Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Tekonologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017

Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes. Badan Litbang Kesehatan 2017 Informasi Bahan Berbahaya Beracun Dan Pencemar Organik Persisten (SIBP3POPs) di Kemenkes Badan Litbang Kesehatan 2017 Sistematika Pengertian: Bahan berbahaya dan beracun, pencemar organik persisten (POPs)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia kesehatan erat sekali hubungannya dengan masalah lingkungan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam pencapaian

Lebih terperinci

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Abstract Public Health Center is one of the institution which produce medical waste.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pada Pasal 23

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian:

UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian: 1 UJIAN TENGAH SEMESTER MANAJEMEN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT PJMA: Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Waktu Ujian: 08.10 09.35 (85 menit) Ketentuan Ujian : 1. Ujian bersifat closed book 2. Jangan berikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perhatian dunia saat ini terhadap keberlangsungan bumi dan lingkungan semakin meningkat. Berbagai forum internasional tentang lingkungan terus digelar yang telah menghasilkan

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016 75 Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe Tahun 2016 A. Daftar pertanyaan untuk Kepala Instalasi Pemeliharaan Sanitasi Lingkungan (IPSL)

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3)

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA & BERACUN (B3) 1. Pendahuluan Rumah sakit dengan berbagai kegiatannya menghasilkan limbah yang saat ini mulai disadari dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puskesmas merupakan sarana kesehatan yang berfungsi sebagai penggerak pembangunan yang berwawasan kesehatan, yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.

Lebih terperinci

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009

PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA. Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 PEMBUANGAN DAN PEMUSNAHAN OBAT-OBAT RUSAK DAN KADALUWARSA Prof. Dr. Slamet Ibrahim S. DEA. Apt. Farmakokimia- Sekolah Farmasi ITB 2009 Pendahuluan Obat-obat yang kadaluwarsa adalah obat yang telah melewati

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya. Peningkatan kualitas hidup manusia, tidak dapat diukur dari sudut pandang ekonomis saja, tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN MAKALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Disusun oleh : Nindya Astasari ( M0305007) B.Y. Okvlielyne W.S.D ( M0305018) Samiyatun ( M0305053) Muh Irfan Syafii ( M0306044) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Lembar Observasi Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun 2012 Nama : Jenis Kelamin : Umur : Pendidikan : Lama Bekerja : Observasi ini merupakan jawaban tentang persyaratan Hygiene Petgugas Kesehatan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 6 Ha areal, persawahan dan 2 Ha bangunan gedung. Bolango dengan batas-batas sebagai berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografi Rumah Sakit Kusta Toto Kabupaten Bone Bolango terletak di desa Toto Utara Kecamatan Tilong Kabila memiliki luas tanah 8 Ha

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti

PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR. Oleh: Idkha Anggraini Pramesti PENGELOLAAN LIMBAH B3 MEDIS RUMAH SAKIT KHUSUS DI SURABAYA TIMUR Oleh: Idkha Anggraini Pramesti Abstrak Peningkatan jumlah rumah sakit khusus di Surabaya berbanding lurus dengan jumlah limbah B3 medis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat

PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat PENANGGULANGAN DAMPAK LINGKUNGAN RUMAH SAKIT *) Dr. Henni Djuhaeni, MARS Kanwil Departenen Kesehatan Propinsi Jawa Barat I. Pendahuluan Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dibidang kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional Indonesia yang diatur di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan meningkatnya persaingan global dan produktifitas ekonomi, manusia dituntut untuk terus berkarya dan meningkatkan potensinya. Setiap pekerja memiliki hak untuk

Lebih terperinci

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%) Formulir Observasi Check List Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah Gunungtua Tahun 2014 No Item Ya Tidak Skor (%) Penampungan dan pemilahan 1 Wadah limbah medis dan limbah non medis

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kegiatannya tidak hanya berdampak positif bagi masyarakat di sekitarnya, melainkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer.

BAB I PENDAHULUAN. bila upaya pencegahan infeksi tidak dikelola dengan baik. 2. berkembang menjadi sirosis hati maupun kanker hati primer. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia tentang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI RUMAH SAKIT TK.III ROBERT WOLTER MONGINSIDI MANADO Bebi Darlin Kakambong *, Harvani Boky *, Rahayu H. Akili * * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah

Lebih terperinci

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat

Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Pemantauan Limbah Cair, Gas dan Padat Paryanto, Ir.,MS Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Sebelas Maret Bimbingan Teknis Pengendalian B3 Pusat Pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi yang paling banyak menghasilkan limbah salah satunya adalah rumah sakit. Limbah yang dihasilkan rumah sakit berupa limbah padat maupun limbah cair, mulai dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Limbah merupakan sisa suatu kegiatan atau proses produksi yang antara lain dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, industri, pertambangan dan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2) Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Contoh Audit Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit Pencemaran air limbah sebagai salah satu dampak pembangunan di berbagai bidang disamping memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat. Selain itu peningkatan

Lebih terperinci

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION Yanti Martina Waruwu 1, Haryo Santoso 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH DAN DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP KESEHATAN SERTA LINGKUNGAN

PENGARUH DAN DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP KESEHATAN SERTA LINGKUNGAN PENGARUH DAN DAMPAK LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT TERHADAP KESEHATAN SERTA LINGKUNGAN Sri Subekti Fakultas Teknik, Teknik Lingkungan Universitas Pandanaran Semarang ABSTRAK Rumah sakit merupakan institusi pelayanan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Gambar 2.1 organik dan anorganik BAB II SAMPAH DAN TEMPAT SAMPAH 2.1 Pembahasan 2.1.1 Pengertian Sampah Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan manusia,dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi 385.000 kejadian luka akibat benda tajam yang terkontaminasi darah pada tenaga kesehatan di rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pembangunan di lakukan pemerintah dewasa ini tidak hanya meliputi satu bidang saja, tetapi meliputi berbagai bidang termasuk bidang kesehatan.salah satu upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin. 1. DEFINISI SAMPAH Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara di dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5 DAFTAR ISI 1.1 Latar belakang...1 1.2 Definisi...4 1.3 Pengelolaan Linen...5 i PEMROSESAN PERALATAN PASIEN DAN PENATALAKSANAAN LINEN Deskripsi : Konsep penting yang akan dipelajari dalam bab ini meliputi

Lebih terperinci

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir Rumah Sakit Umum Daerah Jakarta Selatan BAB II: STUDI Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja BAB II: STUDI 2.1. Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja Berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah diberikan sebagai pedoman awal dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Umum Jakarta Selatan.

Lebih terperinci

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA 1. Latar Belakang Sampah yang menjadi masalah memaksa kita untuk berpikir dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3

PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 PEDOMAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN AKIBAT KECELAKAAN B3 DAN LIMBAH B3 Disampaikan pada tanggal 23 November 2017 DIREKTORAT PEMULIHAN KONTAMINASI DAN TANGGAP DARURAT LIMBAH B3 DIRJEN PENGELOLAAN SAMPAH,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di BAB III METODE PENELITIAN.. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk melihat gambaran Perilaku Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

Lebih terperinci

Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian Lampiran 1. Kuesioner Penelitian PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ANGGOTA KOMUNITAS PEMUDA PEDULI LINGKUNGAN TENTANG PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELURAHAN SEI KERA HILIR I KECAMATAN MEDAN PERJUANGAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan penunjang yang mempunyai tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan makanan

Lebih terperinci