BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Beberapa analisis pada penelitian ini menunjukkan hasil analisis dokumen yang berupa klasifikasi ungkapan eufemisme dan disfemisme yang ditemukan dari Talk Show Mata Najwa (MN). Ditemukan pula bentuk, tipe, referensi, fungsi dan makna serta alasan penutur menggunakan ungkapan eufemisme dan disfemisme pada ShowMata Najwa (MN). yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teori sosiolinguistik. Analisis data merupakan tahap yang terpenting dalam sebuah penelitian. Tahapan ini dilakukan dalam rangka menemukan jawaban-jawaban yang berkaitan dengan rumusan masalah. 55 Talk Ungkapan eufemisme adalah kata-kata yang digunakan untuk memperhalus kenyataan atau apapun yang kita ungkapkan pada pembaca (penutur) atau pendengar (mitra tutur), (Scott, 1998:5). Dalam Allan dan Burridge (1991:26), mengungkapkan bahwa ungkapan disfemisme digunakan untuk membicarakan lawan, untuk menunjukkan ketidaksukaan, serta digunakan sebagai ungkapan penghinaan, meremehkan, atau merendahkan lawan. Berikut ini merupakan hasil analisis dokumen yang menunjukkan klasifikasi secara keseluruhan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4. Klasifikasi Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Dalam Empat Episode Talk Show Mata Najwa (MN) Bulan Februari 2015 No Jenis Ungkapan 1 Eufemisme 2 Disfemisme Episode Talk Show No a. KOKMT 1,4,8,9,10,12,14,17,18,19,20,24,26 13 b. AMS 35,36,37,39,42,45,47,48,49,53,54 11 c. KPJ 56,64,65,69,70,71,73,74,75,76,81, 82,84 13 d. DKJP 89,91,92,93,96,97,98,99,101,102, 103,107,111,112,114, Eufemisme 53 a. KOKMT 2,3,5,6,7,11,13,15,16,21,22,23,25, 27,28,29,30,31,32 b. AMS 33,34,38,40,41,43,44,46,50,51,52 11 c. KPJ d. DKJP 55,57,58,59,60,61,62,63,66,67,68,72,77,78,79,80,83,85,86 87,88,90,94,95,100,104,105,106, 108,109,110,113 Disfemisme Persentase 46% 54% Keseluruhan %

2 digilib.uns.ac.id 56 Tabel di atas merupakan hasil analisis dari keseluruhan tayangantalk Show Mata Najwa (MN) selama bulan Februari 2015, yaitu edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT), edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi (AMS), edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ), edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara (DKJP). Tayangan tersebut sudah ditranskripsi, diklasifikasi data dan bukan data, serta diklasifikasi ungkapan eufemisme dan ungkapan disfemisme dalam setiap tayangan tersebut. Pada table 5Talk Show Mata Najwa (MN), edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal dalam proses pengumpulan data menemukan ungkapan eufemisme sebanyak 13 data. Pada edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi ditemukan 11 data ungkapan eufemisme, kemudian pada edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul Kapolri Pilihan Jokowi ditemukan 13 data dan pada edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara menemukan 16 data ungkapan eufemisme. Dari keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) dapat menemukan 53 data ungkapan eufemisme dengan persentase 46%. Dalam proses pengumpulan data juga menemukan penggunaan ungkapan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN), edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal sebanyak 19 data. Pada edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi ditemukan sebanyak 11 data, dan pada edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul Kapolri Pilihan Jokowi ungkapan disfemisme yang ditemukan sebanyak 19 data, pada edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara ditemukan sebanyak 13 data ungkapan disfemisme. Dari keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) dapat menemukan 62 data ungkapan disfemisme dengan persentase 54%.Dapat dilihat hasil analisis keseluruhan tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) menunjukkan bahwa penggunaan ungkapan disfemisme lebih mendominasi walaupun selisihnya tidak begitu banyak.ungkapan disfemisme dengan persentase sebesar 54% sedangkan penggunaan ungkapan eufemisme sebesar 46%.

3 digilib.uns.ac.id Bentuk dan Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN) 1.1 Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN) Bentuk satuan gramatikal yang digunakan dalam ungkapan eufemisme dan disfemisme pada Talk Show Mata Najwa (MN) terdiri atas ; kata (kata dasar dan kata berimbuhan), frasa (frasa denotatif dan frasa konotatif), sertaklausa. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT)ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 23 ungkapan, dalam bentuk frasa menemukan 8 ungkapan, kemudian dalam bentuk klausa hanya ditemukan 1 ungkapan eufemisme saja. Rincian data dipaparkan dalam tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 4.1 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT) Jenis Bentuk No No Persentase Ungkapan Ungkapan a. Kata 4,9,10,14,18,19, % 1 Eufemisme 2 Disfemisme b. Frasa 1,12,17,20,26, 5 16% c. Klausa 8 1 3% a. Kata 2,3,5,7,11,13,15,16,21, 23,25,27,28,29,31, % b. Frasa 6,22,30 3 9% % Tabel 4.1 di atas menemukan 32 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 22%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 16%, Euf-klausa hanya sejumlah 1 ungkapan dengan persentase 3%. Kemudian Dis-kata sejumlah 16 ungkapan dengan persentase 50%, Dis-frasa hanya sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 9%. Bentuk-bentuk ungkapan eufemisme dandisfemisme yang paling dominan adalah Dis-kata karena persentasenya lebih tinggi dari pada bentuk ungkapan lain, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, dan Euf-Klausa. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi (AMS) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan

4 digilib.uns.ac.id 58 disfemisme, yaitu: kata sebanyak 19 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 3 ungkapan. Rincian data dipaparkan dalam tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Aksi Mentari Susi" (AMS) No Jenis Bentuk No Ungkapan Ungkapan Persentase 1 Eufemisme a. Kata 35,36,37,39,42,47,49,53, % b. Frasa 45,48 2 9% 2 Disfemisme a. Kata 33,34,38,40,41,43,44,46, 50, % b. Frasa % % Tabel 4.2 di atas menemukan 22 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 9 ungkapan dengan persentase 41%, Euf-frasa hanya ditemukan 2ungkapan dengan persentase 9%. Kemudian Dis-kata sejumlah 10 ungkapan dengan persentase45%, Dis-frasa hanya hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 5%. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi (AMS) tidak ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan bentuk klausa sehingga bentuk Dis-kata yang paling dominan dengan persentase45%, selanjutnya Euf-kata dengan presestase 41%. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 19 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 9 ungkapan, dalam bentuk klausa sejumlah 3 ungkapan.rincian data dipaparkan dalam tabel 4.3 di bawah ini.

5 digilib.uns.ac.id 59 Tabel 4.3 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ) Jenis Bentuk No No Persentase Ungkapan Ungkapan a. Kata 56,64,70,81,82, % 1 Eufemisme 2 Disfemisme b. Frasa 69,71,73,74, % c. Klausa 65,75 2 6% a. Kata 55,57,58,59,60,62,63, 72,77,78,80,83, % b. Frasa 66,67,79, % c. Klausa % % Tabel 4.3 di atas menemukan 31 ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 6 ungkapan dengan persentase 19%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 16%, Euf-klausa hanya sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 6%. Kemudian Dis-kata sejumlah 13 ungkapan dengan persentase 42%, Dis-frasa sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 13%, Dis-klausa hanya 1 ungkapan dengan persentase 3%.Bentuk-bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan adalah Dis-kata dengan persentase lebih tinggi dari pada yang lainnya, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, diikuti Dis-frasa, Euf-klausa, dis-klausa. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara (DKJP) ditemukan beberapa bentuk ungkapan eufemisme dan disfemisme, yaitu: kata sebanyak 21 ungkapan, dalam bentuk frasamenemukan 5 ungkapan, dalam bentuk klausa hanya ditemukan 1 ungkapan eufemisme. Rincian data dipaparkan dalam tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Klasifikasi Bentuk Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP) Jenis Bentuk No No Persentase Ungkapan Ungkapan 99,102,103,107,111,112, a. Kata 8 30% 114,115 1 Eufemisme b. Frasa 89,92,93,98, % c. Klausa % 87,88,90,94,95,100,104, 2 Disfemisme a. Kata 13 48% 105,106,108,109,110, %

6 digilib.uns.ac.id 60 Tabel 4.4 di atas menemukan 27ungkapan yang menggunakan beberapa bentukeufemisme (Euf) dan disfemisme (Dis). Bentuk tersebut antara lain: Euf-kata sejumlah 8 ungkapan dengan persentase 30%, Euf-frasa sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 19%, Euf-klausa hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 4%. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara (DKJP) ditemukan penggunaan disfemisme yang berbentuk kata saja sejumlah 13 ungkapan dengan persentase 48%dan Dis-kata tersebut menjadi bentuk disfemisme yang paling dominan dengan persentase lebih tinggi dari pada yang lainnya, selanjutnya Euf-kata, Euf-frasa, dan Euf-klausa. a. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Kata Kata adalah satuan gramatikalterkecil yang bebas dan memiliki makna. Kata dapat berupa kata dasar, kata berimbuhan maupun kata majemuk. yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dalam bentuk satuan gramatikal kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) terdapat 80jumlah ungkapan yang terkumpul. a) Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Kata yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 30 ungkapan. Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut. (1) Konteks Tuturan: Tuturan ini terjadi ketika percakapan antara pembawa acara dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul Aksi Menteri Susi (AMS). Bentuk Tuturan: Riza : Jika kita menggunakan indikator maka bisa terlihat adanya penurunan dari 106 di bulan Oktober menjadi 105 di bulan November kemudian turun kembali menjadi 102 di bulan Desember dan membaik di bulan Januari menjadi 105 sekarang. commit (036/MN-AMS/Euf-Kata/ ) to user

7 digilib.uns.ac.id 61 Tuturan yang dituturkan oleh Riza terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah penurunan. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan eufemisme yang berupa satuan gramatikal kata berimbuhan, yakni dari kata dasar turun yang mendapat konfiks pe / an. Kata penurunan termasuk dalam ungkapan eufemisme karena lebih halus dan lebih sopan dari pada kata kemrosotan. Jika digunakan dalam konteks percakapan dengan seseorang yang lebih tua atau lebih tinggi posisi atau jabatannya maka penggunaan kata penurunan dirasa lebih tepat dari pada kata kemrosotan. Bentuk lain yang merupakan satuan gramatikal kata dapat dilihat sebagai berikut. (2) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi ketika pembawa acara membacara prolog atau pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dengan narasumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Aksi Menteri Susi (AMS). Bentuk Tuturan: Najwa : Indonesia yang di kelilingi perairan malah jadi surga bagi pencuri ikan. Menteri Susi jelas puya banyak pekerjaan, sudah cukupkah Ia membuat gebrakan? (035/MN-AMS/Euf-Kata/ ) Tuturan pada data (2) terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah pencuri. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan eufemisme yang berupa satuan gramatikal kata berimbuhan, yakni dari kata dasar curi yang mendapat konfiks pen. Kata pencuri termasuk dalam ungkapan eufemisme karena lebih sopan dan dirasa lebih tepat jika digunakan untuk berkomunikasi dengan orang laindari pada kata maling.

8 digilib.uns.ac.id 62 b) Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Kata Pada penelitian ini data yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme dalam bentuk kata pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 52 ungkapan. Beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut. (3) Konteks Tuturan: Tuturan ini terjadi pada percakapan antara pembawa acara dan nara sumberdalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT). Bentuk Tuturan: Najwa : eem sudah banyak yang diliput media tapi saya ingin langsung dengar dari mas Hendra, persisnya kenapa waktu itu mas Hendra mau diminta menjadi direktur utama sebuah PT yang belakangan akhirnya terjerat kasus korupsi? (002/MN-KOKMT/Dis-Kata/ ) Tuturan yang dituturkan oleh Najwa Shihab pada data (002) terdapat penggunaan ungkapan disfemismedalam bentuk satuan gramatikal kata, tampak pada kata korupsi.kata korupsitermasuk dalam jenis kata dasar atau morfem bebas.kata tersebut digunakan untuk menggantikan ungkapan penggelapan uang Negara karena dirasa lebih kasar dan merupakan penanda adanya ungkapan disfemisme yang maknanya untuk menunjukkan atau mempertajam kemarahan seseorang terhadap sesuatu. Bentuk lain yang termasuk dalam satuan gramatikal kata telihat pula pada data berikut. (4) Konteks Tuturan: Percakapan ini terjadi antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ).

9 digilib.uns.ac.id 63 Bentuk Tuturan: Desmon : iya maksud saya gitu pak, kita memproses kalau dasarnya adalah pemberhentian yang nongol. (058/MN-KPJ/Dis-Kata/ ) Adapun istilah nongol pada tuturan tersebut, digunakan untuk menggantikan istilah muncul.istilah nongol merupakan penanda adanya ungkapan disfemisme berupa satuan gramatikal kata yang termasuk dalam jenis kata dasar.kata nongol bermakna menggambarkan keadaan emosional seseorang dengan bahasa yang lebih kasar sehingga lebih mempertajam maksud penutur. Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa kata pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4.5 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk Show No Eufemisme 1 KOKMT 4,9,10,14,18,19, AMS 35,36,37,39,42,47,49,53, KPJ 56,64,70,81,82, DKJP 99,102,103,107,111,112, 114, Tabel 4.5 tampak bahwa data penggunaan eufemisme berupa kata baik menggunakan kata dasar maupun berupa kata berimbuhan, total berjumlah 30 kata. tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaanungkapan eufemisme yang berupa kata dari empat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 7 kata, episode dengan judul AMS berjumlah 9 kata, selanjutnya episode berjudul KPJ berjumlah 6 kata, dan episode DKJP sejumlah 8 kata dan totalnya berjumlah 30 kata.

10 digilib.uns.ac.id 64 Tabel 4.6 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Kata pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk No Disfemisme Show 1 KOKMT 2,3,5,7,11,13,15,16,21, 23,25,27,28,29,31, AMS 33,34,38,40,41,43,44,46, 50, KPJ 55,57,58,59,60,62,63,72, 77,78,80,83, DKJP 87,88,90,94,95,100,104, 105,106,108,109,110, Tabel di atas tampak data penggunaan disfemisme berupa kata baik menggunakan kata dasar maupun berupa kata berimbuhan, total berjumlah 52 kata. tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan disfemisme yang berupa kata dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN)sebagai berikut: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 16 kata, episode dengan judul AMS berjumlah 10 kata, selanjutnya episode berjudul KPJ berjumlah 13 kata, dan episode DKJP sejumlah 13 kata dan totalnya ungkapan disfemisme dalam bentuk kata berjumlah 52 kata. b. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Frasa Frasa adalah kelompok kata yang terdiri dari dua kata atau lebih dan memiliki satu kepala atau inti.frasa tidak memiliki makna predikatif dan tidak bermakna proposisi, hanya merupakan istilah.frasa dapat berupa frasa denotatif yakni frasa yang maknanya didasarkan atas penunjukkan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa (makna apa adanya), dan frasa konotatif yakni frasa yang muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap kata yang didengar atau kata yang dibaca (frasa yang maknanya berbeda dengan makna kata yang sebenarnya). a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Frasa yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) ditemukan sebanyak 17 ungkapan yang terkumpul.beberapa analisis commit data to dapat user dilihat pada paparan berikut.

11 digilib.uns.ac.id 65 (5) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi saat percakapan antara pembawa acara dan narasumber padatalk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ)). Bentuk Tuturan: Nur Syahbani : Itu anak pinaknya belum selesai, misalnya kasus century itu kekhawatiran yang besar sekali gitu. (069/MN-KPJ/Euf-Frasa/ ) Pada narasi yang dibacakan oleh Najwa terdapat penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa yang berupa frasa anak pinaknya. Frasa tersebut termasuk dalam jenis frasa denotatif karena makna yang dihasilkan pada frasa anak pinak sama atau makna apa adanya dengan kata yang digantikan. Frasa anak pinaknya digunakan untuk menggantikan istilah antek (anak buah), namun untuk menghindari kata kata yang dapat menyinggung perasaan orang yang bersangkutan ataupun orang lain yang mendengar karena maka dipilih istilah yang lebih halus dan lebih sopan. Bentuk lain yang merupakan satuan gramatikal frasa dapat dilihat sebagai berikut. (6) Konteks Tuturan: Percakapan terjadi antara pembawa acara dan narasumber pada Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). Bentuk Tuturan: Fadjroel : pak Bambang Wijayanto kan juga sebelumnya mengatakan saya mau mengundurkan diri, karena memang sesuai dengan UU No. 30 tahun (071/MN-KPJ/Euf-Frasa/ ) Pada tuturan di atas dapat ditemukan frasa mengundurkan diri yang merupakan penanda adanya penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa. Frasa mengundurkan diri merupakan jenis frasa denotatif karena makna pada setiap katanya sama dengan makna yang ditimbulkan pada penggabunganya. Frasa mengundurkan diri digunakan untuk menggantikan istilah resign dalam bahasa Inggris yang juga

12 digilib.uns.ac.id 66 berarti berhenti dari jabatan/posisi tertentu. Frasatersebut dinilai lebih halus dan santun untuk menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain. b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Frasa yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk frasa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) yang ditemukan lebih sedikit dari pada penggunaan eufemisme yaitu sebanyak 9 ungkapan.beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut. (7) Konteks Tuturan: Percakapan terjadi antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). Bentuk Tuturan: Desmon : Anda Prasetyo bermasalah, Haiti bermasalah dengan rekening gendut anda harus jujur ini. (067/MN-KPJ/Dis-Frasa/ ) Penggunaan ungkapan disfemisme bentuk frasa terlihat jelas pada tuturan tersebut dengan adanya penanda frasa rekening gendut. Frasa tersebut dapat diartikan sama dengan rekening yang tidak wajar. Frasa rekening gendut dirasa lebih mewakili keadaan untuk mengungkapkan kemarahan dan kejengkelan terhadap seseorang atau sesuatu.frasa rekening gendut termasuk pula tipe disfemisme ekspresi figuratif, yaitu tipe disfemisme dengan melambangkan atau mengibaratkan benda mati yang diibaratkan seperti makhluk hidup.tampak pada kata rekening yang merupakan benda mati yang diibaratkan bisa mengalami pertumbuhan (gendut) seperti layaknya makhluk hidup. Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme bentuk frasa terlihat pula pada data berikut ini.

13 digilib.uns.ac.id 67 (8) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi ketika pembawa acara membacara epilog yang merupakan kesimpulan dari pembahasan selama acara Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT). Bentuk Tuturan: Najwa : Sebagai tumbal mereka tersisa jadi catatan kaki, betapa gawatnya ketika hukum sudah kehilangan nyali. (030/MN-AMS/Dis-Frasa/ ) Pada tuturan yang dituturkan oleh Najwa terdapat penggunaan ungkapan disfemisme bentuk frasa dengan adanya penanda frasa catatan kaki. Frasa tersebut dapat diartikan sama dengan sesuatu yang selalu terbawah karena sejatinya catatan kaki terletak dibagian bawah suatu artikel atau buku. Frasa catatan kaki termasuk pula tipe disfemisme ekspresi figuratif, yaitu tipe disfemisme dengan mengibaratkan keadaan atau posisi seseorang yang selalu di bawah, tidak pernah dianggap dan menyamakannya dengan istilah catatan kaki yang memang terletak di bagian bawah artikel atau buku. Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa frasa pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4.7 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Frasa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk Show No Eufemisme 1 KOKMT 1,12,17,20,26, 5 2 AMS 45, KPJ 69,71,73,74, DKJP 89,92,93,98, Tabel 4.7 tampak data penggunaan eufemisme berupa frasa, total berjumlah 17 frasa. tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rinciannya penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa dari empat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 5 frasa, episode dengan judul AMS berjumlah 2 frasa, selanjutnya episode berjudul KPJ berjumlah

14 digilib.uns.ac.id 68 5frasa, dan episode DKJP sejumlah 5 frasa, dan keseluruhan data yang ditemukan sebanyak 17 frasa. Tabel 4.8 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Frasa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) Episode Talk No No Disfemisme Show 1 KOKMT 6,15,22, AMS KPJ 66,67,79, DKJP Tabel 4.8 menunjukkan data penggunaan disfemisme berupa frasa ditemukan sejumlah 9 frasa. tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan disfemisme berupa frasa dari keempat episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 4 frasa, episode dengan judul AMS hanya 1 frasa, selanjutnya episode berjudul KPJ berjumlah 4 frasa, dan totalnya berjumlah 9 frasa. c. Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme dalam Bentuk Klausa Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata, sekurangkurangnya terdiri atas subjek dan predikat serta berpotensi menjadi sebuah kalimat. yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme dalam bentuk klausa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) terdapat 4jumlah ungkapan yang terkumpul. a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme dalam Bentuk Klausa yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme dalam bentuk klausa pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) hanya ditemukan pada tiga tayangan episode sejumlah 3 ungkapan.beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut. (9) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi ketika pembawa acara membacara prolog atau pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dengan narasumber pada Talk

15 digilib.uns.ac.id 69 Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT). Bentuk Tuturan: Najwa : Sri Mulyati karyawan karaoke ini tiba-tiba diglandang ke kantor polisi atas tuduhan mempekerjakan anak di bawah umur, setelah dipenjara 13 bulan tuduhan itu tak terbukti. (008/MN-KOKMT/Euf-Klausa/ ) Pada tuturan di atas terdapat penggunaan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa anak di bawah umur. Klausa anak di bawah umur untuk menggatikan istilah bocah. Penggunaan klausa tersebut digunakan untuk memperhalus makna dengan memperpanjang ungkapan dan bersifat tidak langsung yang disebut dengan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi. Penggunaan anak di bawah umur untuk menghindari kata-kata yang menyinggung lawan bicara atau orang lain yang mendengar. Bentuk lain yang penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme bentuk klausa dapat dilihat sebagai berikut. (10) Konteks Tuturan: Percakapan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber yang hadir pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). Bentuk Tuturan: Mahfud : Kemudian pak Indriyanto Senoaji juga saya kira dia seorang guru besar yang tidak pernah punya masalah sebagai pengacara, tidak punya catatan yang oleh publik dinilai orangnya tidak benar saya kira bagus. (075/MN-KPJ/Euf-Klausa/ ) Pada tuturan (10) ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa orangnya tidak benar. Penggunaan istilah tersebut digunakan untuk menggantikan istilah bermasalah yang dirasakan kurang sopan. Konteks yang terjadi pada percakapan commit tersebut to user adalah membicarakan seseorang

16 digilib.uns.ac.id 70 sehingga untuk menghindari kata-kata yang menyinggung perasaan orang tersebut atau pun orang lain yang mendengar perlu digunakan istilah yang lebih halus atau santun. Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan eufemisme dan disfemisme bentuk klausa terlihat pula pada data berikut ini. (11) Konteks Tuturan: Percakapan yang terjadi antara pembawa acara dengan narasumber yang hadir pada Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Dari Kata Jadi Penjara (DKJP). Bentuk Tuturan: Ervani : Iya karna kami dari keluarga tidak mampu jadi kami juga apa, tidak bisa mencari kuasa hukum gitu. Jadi kami tidak tahu kalau ternyata dengan ancaman hukuman di atas lima tahun itu harusnya ada kuasa hukum yang mendampingi. (097/MN-DKJP/Euf-Klausa/ ) Pada tuturan di atas terdapat penggunaan eufemisme bentuk klausa dengan adanya penanda klausa keluarga tidak mampu.klausa keluarga tidak mampu digunakan untuk menggantikan istilah miskin.penggunaan klausa tersebut digunakan untuk memperhalus makna dengan memperpanjang ungkapan dan bersifat tidak langsung yang disebut dengan ungkapan eufemisme tipe sirkumlokusi.penggunaan keluarga tidak mampu untuk menghargai atau menghormati lawan bicara dengan menggunakan istilah yang dirasa lebih halus dan santun. b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme dalam Bentuk Klausa yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemismedalam bentuk klausa hanya ditemukan pada tayangan Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul Kapolri Pilihan Jokowi sejumlah 1 ungkapan.analisis datanya dapat dilihat pada paparan berikut. (12) Konteks Tuturan: Percakapan terjadi antara pembawa acara dengan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ).

17 digilib.uns.ac.id 71 Bentuk tuturan: Maqdir : Sebab saya kira persoalan ini tidak hanya persoalan pengankatan Pak Budi Gunawan saja sebagai Kapolri tetapi ini akan menjadi tradisi buruk ke depan, kalau istilahnya temanteman yang pagi kedelai sore tempe, saya kira ini yang harus kita lihat kita cermati secara baik. (068/MN-KPJ/Dis-Klausa/ ) Tuturan yang dituturkan oleh Maqdir dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan disfemisme yang ditandai dengan istilah pagi kedelai sore tempe. Penggunaan istilah tersebut merupakan bentuk ungkapan disfemisme berupa klausa. Klausa pagi kedelai sore tempe digunakan untuk menggantikan istilah plin - plan (tidak konsisten). Penutur memilih untuk menggunaakan istilah pagi kedelai sore tempe karena dirasakan lebih tepat untuk memberikan penggambaran yang negatif kepada sesuatu. Berikut tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme berupa klausa pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4.9 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Berupa Klausa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk Show No Eufemisme 1 KOKMT AMS KPJ DKJP Tabel 4.9 menunjukkan data penggunaan eufemisme berupa klausa menemukan 4 klausa. tersebut merupakan hasil rekap dari keempat episode Talk Show Mata Najwa (MN). Rincian penggunaan ungkapan eufemisme berupa klausa hanya ditemukan dari tiga episode Talk Show sebagai berikut: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 1 klausa, pada episode berjudul KPJ berjumlah 1 klausa, selanjutnya episode DKJP ditemukan 1 klausa.

18 digilib.uns.ac.id 72 Tabel 4.10 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Berupa Klausa pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) Episode Talk No No Disfemisme Show 1 KOKMT AMS KPJ DKJP Tabel 4.10 di atas menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme berupa klausa yang hanya ditemukan 1 ungkapan sajan pada episode tayangtalk Show MN berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). 1.2 Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme yang Terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN) Secara umum ungkapan eufemisme adalah bentuk alternatif (pilihan) yang dirasa lebih halus atau santun untuk mengganti ungkapan yang kurang berkenan untuk diucapkan.menurut Allan dan Burridge (1991:11) eufemisme adalah penggunaan istilah untuk mengganti ekspresi yang kurang pantas untuk menghindari kemungkinan kehilangan muka, baik orang yang diajak bicara maupun yang mendengar.kebalikan dari ungkapan eufemisme yakni ungkapan disfemisme. Ungkapan disfemisme adalah penggunaan istilah tabu atau lebih kasar dengan maksud untuk memperkuat efek penghinaan yang ditujukan kepada pihak tertentu. Seperti ungkapan menghina, merendahkan, memojokkan orang lain atau dapat dikatakan pula bahwa disfemisme muncul sebagai akibat dari rasa marah, tidak suka, tidak puas, kecewa yang dialami penutur. Selain itu, Abdul Chaer menambahkan disfemisme bisa sengaja dilakukan untuk mencapai efek pembicaraan menjadi tegas (2007:315).Terdapat beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang sering digunakan dalam bahasa Talk Show yang bertemakan politik. Dalam penelitian ini menggunakan pandangan Allan dan Burridge untuk menentukan tipe-tipe yang terdapat dalam Talk Show Mata Najwa (MN). Menurut pandangan Allan dan Burridge ada 16 tipe ungkapan eufemisme dan difemisme, namun dalam penelitian ini ditemukan 14 tipe yang digunakan dalam Talk Show Mata Najwa (MN).

19 digilib.uns.ac.id 73 Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT) ditemukan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme dengan rincian tipe ungkapan eufemisme sejumlah 5 tipe sedangkan tipe ungkapan disfemismesejumlah 7 tipe. Rincian data dipaparkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.11 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT) No Tipe Eufemisme No Presentase 1 Ekspresi Figuratif 17,20, % 2 Sirkumlokusi 8, % 3 Satu kata menggantikan 4,9,10,18,19,24 satu kata yang lain 6 46% 4 Penggunaan istilah teknis/ 14 jargon 1 8% 5 Borrowing/ pinjaman 1 1 8% % Tabel 4.11 di atas menemukan 13 ungkapan yang menggunakan 5 tipe ungkapan eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 23%, tipe sirkumlokusi sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 15%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 6 ungkapan dengan persentase 46%, selanjutnya tipe penggunaan jargon/istilah teknis juga hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe pinjaman (borrowing) hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%. Tabel 4.12 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal" (KOKMT) No Tipe Disfemisme No Presentase 1 Ekspresi Figuratif 21, % 2 Pemodelan Kembali 6 1 5% 3 Sirkumlokusi 3 1 5% 4 Kliping 2,11, % 5 Satu kata menggantikan 5,7,16,23,25,27,29,31 satu kata yang lain 8 42% 6 Makna di luar pernyataan % 7 Kolokial/ istilah umum 13,15, % %

20 digilib.uns.ac.id 74 Tabel di atas menemukan 19 ungkapan yang menggunakan 7 tipe ungkapandisfemisme. Tipe tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 11%, tipe pemodelan kembali hanya ditemukan 1 ungkapan dengan presentase 5%, tipe sirkumlokusi juga hanya ditemukan 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kliping sejumlah 3 ungkapan dengan 16%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 8 ungkapan dengan persentase 42%, selanjutnya tipe makna di luar pernyataan hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kolokial atau istilah umum sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 16%. Dari keseluruhan tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang terdapat pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 4 Februari 2015 dengan judul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT)tipe yang paling dominan adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain selanjutnya tipe ekspresi figuratif, tipe kliping, tipe sirkumlokusi, tipe kolokial/penggunaan istilah umum dengan, dan empat tipe yang lainnya dengan rata-rata penggunaan yang sama. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 11 Februari 2015 dengan judul Aksi Menteri Susi (AMS) ditemukan 22 ungkapan eufemisme dan disfemisme yang menggunakan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 6 tipe dengan rincian tipe ungkapan eufemisme sejumlah 3 tipe sedangkan tipe ungkapan disfemisme sejumlah 4 tipe. Rincian data dipaparkan dalam tabel di bawah ini. Tabel 4.13 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Aksi Menteri Susi" (AMS) No Tipe Eufemisme No Presentase 1 Sirkumlokusi 45, % 2 Satu kata menggantikan 35,36,39,42,47,53, satu kata yang lain % 3 Penggunaan istilah teknis/ 37,49 jargon 2 18% % Tabel 4.13 di atas menemukan 11 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe sirkumlokusi sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 18%, tipe satu kata commit menggantikan to user satu kata yang lain (one for one

21 digilib.uns.ac.id 75 substution) sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 64%, dan tipe penggunaan jargon/istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 18%. Tabel 4.14 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Aksi Menteri Susi" (AMS) No Tipe Disfemisme No Presentase 1 Ekspresi Figuratif % 2 Kliping % Satu kata menggantikan 33,38,40,41,43,51,52 3 satu kata yang lain 7 64% 4 Kolokial/ istilah umum 34, % % Tabel 4.14 menemukan 11 ungkapan yang menggunakan beberapa tipedisfemisme. Tipe-tipe tersebut antaralain: tipe ekspresi figuratif hanya 1 ungkapan dengan presentase 9%, tipe kliping juga hanya menemukan 1 ungkapan dengan presentase 9%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 7 ungkapan dengan persentase 64%, dan tipe penggunaan jargon / istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 18%. Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan dari keseluruhan data padatalk Show MN episode Aksi Menteri Susi (AMS) adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe penggunaan jargon/istilah teknis, dan tipe kolokial/penggunaan istilah umum dengan besar persentase yang sama, kemudian yang lainnya tipe ekspresi figuratif dan tipe kliping. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 18 Februari 2015 dengan judul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ) ditemukan 32 ungkapan dengan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 11 tipe. Rincian data penggunaan ungkapan eufemisme sejumlah 7 tipe dan penggunaan ungkapan disfemisme sejumlah 8 tipe.klasifikasi datanya dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

22 digilib.uns.ac.id 76 Tabel 4.15 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ) No Tipe Eufemisme No Presentase 1 Ekspresi Figuratif % 2 Flinpansi % 3 Sirkumlokusi 69,75, % 4 Satu kata menggantikan satu 70,81,82,84 kata yang lain 4 31% 5 Kata umum ke khusus % 6 Penggunaan istilah teknis/ 56 jargon 1 8% 7 Borrowing (istilah pinjaman) 64, % % Tabel di atas menemukan 13 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe flipansi hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe sirkumlokusi sejumlah 3 ungkapan dengan persentase 23%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 4ungkapan dengan persentase 31%, selanjutnya tipe kata umum menjadi kata khusus hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe penggunaan jargon/istilah hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) sejumlah 2ungkapan dengan persentase 15%. Tabel 4.16 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Kapolri Pilihan Jokowi" (KPJ) No Tipe Disfemisme No Presentase 1 Ekspresi Figuratif 66,67,79, % 2 Remodeling (pemodelan 68 kembali) 1 5% 3 Singkatan % 4 Satu kata menggantikan satu 58,59,60,78,80, kata yang lain 5 26% 5 Hiperbola 55,57,62,63, % 6 Penggunaan istilah teknis/ 72 jargon 1 5% 7 Kolokial/ istilah umum % 8 Borrowing (istilah pinjaman) % %

23 digilib.uns.ac.id 77 Tabel di atas ditemukan 19 ungkapan yang menggunakan beberapa tipedisfemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe ekspresi figuratif sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 21%, tipe remodeling hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe singkatan hanya 1 ungkapan dengan presentase 5%, selanjutnya tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 26%, tipe hiperbola ditemukan sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 26%, tipe penggunaan jargon/istilah hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%, tipe kolokial hanya 1 ungkapan dengan presentase 5%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) hanya 1 ungkapan dengan persentase 5%. Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang digunakan dalam Talk Show MN episode ini lebih merata karena dari 16 tipe yang ada terdapat 11 tipe ungkapan yang digunakan. Walaupun ada beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang dominan dalam Talk Show MN episode Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ) yaitu : tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) denganpersentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Tipe ekspresi figuratif dan tipe hiperbola yang mendapatkan besar persentasesama, selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing), kemudian tipe flipansi, tipe pemodelan kembali (remodeling), tipe singkatan, tipe kata umum menjadi kata khusus, tipe kolokial / penggunaan istilah umum. Pada Talk Show Mata Najwa (MN) edisi tayang 25 Februari 2015 dengan judul Dari Kata Jadi Penjara (DKJP) ditemukan 29 ungkapan dengan beberapa tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme sejumlah 9 tipe. Rincian penggunaan ungkapan eufemisme sejumlah 7 tipe dan penggunaan ungkapan disfemisme sejumlah 6 tipe. dapat dipaparkan dalam tabel di bawah ini.

24 digilib.uns.ac.id 78 Tabel 4.17 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Eufemisme pada Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP) No Tipe Eufemisme No Presentase 1 Sirkumlokusi 89,92,93,97, % 2 Kliping % 3 Akronim % 4 Singkatan % 5 Satu kata menggantikan satu 102,107,111,115 kata yang lain 4 25% 6 Penggunaan istilah teknis/ 99,103 jargon 2 13% 7 Borrowing (istilah pinjaman) 101, % % Tabel di atas menemukan 16 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe eufemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe sirkumlokusi sejumlah 5 ungkapan dengan persentase 31%, tipe kliping hanya 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe akronim hanya terdapat 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe singkatan juga hanya 1 ungkapan dengan persentase 6%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for one substution) sejumlah 4 ungkapan dengan persentase 25%, selanjutnya tipe penggunaan jargon/istilah teknis terdapat 2 ungkapan dengan persentase 13%, tipe penggunaan istilah pinjaman (borrowing) sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 13%. Tabel 4.18 Klasifikasi Tipe-tipe Ungkapan Disfemisme pada Talk Show MN "Dari Kata Jadi Penjara" (DKJP) No Tipe Disfemisme No Presentase 1 Sirkumlokusi % 2 Kliping 106, % 3 Satu kata menggantikan 87,90,95,100,105, satu kata yang lain % 4 Hiperbola 88, % 5 Penggunaan istilah teknis/ 94 jargon 1 8% 6 Kolokial/ istilah umum % % Tabel 4.18 ditemukan 13 ungkapan yang menggunakan beberapa tipe ungkapan disfemisme. Tipe-tipe tersebut antara lain: tipe sirkumlokusi hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe kliping sejumlah 2 ungkapan dengan persentase 15%, tipe satu kata menggantikan satu kata yang lain (one for commit one substution) to user sejumlah 6 ungkapan dengan

25 digilib.uns.ac.id 79 persentase 46%, selanjutnya tipe penggunaan majas hiperbola sejumlah 2 ungkapan dengan presentase 15%, tipe penggunaan jargon/istilah teknis hanya 1 ungkapan dengan persentase 8%, tipe kolokial atau penggunaan istilah umum hanya 1 ungkapan dengan presentase 8%. Tipe-tipe ungkapan eufemisme dan disfemisme yang paling dominan dalam Talk Show MN episode Dari Kata Jadi Penjara (DKJP) adalah tipe satu kata menggantikan satu kata yang lainnya (one for one substution) karena persentasenya lebih tinggi dari pada tipe ungkapan lain. Selanjutnya tipe sirkumlokusi, tipe kliping, tipe penggunaan jargon/istilah teknis, dan tipe penggunaan pinjaman (borrowing), kemudian tipe akronim, tipe penggunaan singkatan, tipe kolokial/penggunaan istilah umum mempunyai besar persentase yang sama. a. Penggunaan Ungkapan Eufemisme dan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (figurative exspressions) Ekspresi Figuratif (figurative exspressions) adalah penggunaan ungkapan eufemisme dan disfemisme yang bersifat perlambangan, ibarat atau kiasan.misalnya dengan penggunaan majas metafora, ironi, simile personifikasi dan yang lainnya. pada keempat tayangan episode Talk Show Mata Najwa (MN) yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terdapat 5 ungkapan dan penggunaan ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terdapat 6 ungkapan. a) Penggunaan Ungkapan Eufemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Ekspressions) Penggunaan ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif adalah menghaluskan kata atau menyamarkan makna dengan mengibaratkan, melambangkan sesuatu dapat pula menggunakan beberapa majas. yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme ditemukan 5 ungkapan.beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

26 digilib.uns.ac.id 80 (13) Konteks Tuturan: Percakapan terjadi antara pembawa acara dengan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT). Bentuk tuturan: Najwa : Kisah orang kecil yang dikerdilkan di mata hukum masih terus terjadi di Negara ini. (020/MN-KOKMT/Euf-Eks.Figuratif/ ) Tuturan yang dituturkan oleh Najwa dalam percakapan tersebut terdapat penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah orang kecil. Frasa orang kecil termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), yaitu tipe eufemisme yang menghaluskan kata dengan melambangkan, mengibaratkan, atau penggunaan majas metafora.istilah orang kecil merupakan penggunaan majas metafora karena dalam konteks percakapan di atas bukan dengan arti yang sebenarnya orang-orangnya yang berbadan kecil tetapi diartikan sebagai orang yang miskin. Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terlihat pula pada data berikut ini. (14) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi pada saat pembawa acara membacakan epilog pada akhir acara sebagai kesimpulan dari pembahasan selama acara Talk Show Mata Najwa (MN) episode Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT). Bentuk Tuturan: Najwa : Dalam bisu dipenjara begitu saja, seketika tulang punggung keluarga patah. (026/MN-KOKMT/Euf-Eks.Figuratif/ ) Pada tuturan (14) terlihat adanya penggunaan ungkapan eufemisme yang ditandai dengan istilah tulang punggung.frasa tulang punggungtermasuk dalam ungkapan eufemisme tipe ekspresi figuratif commit (figurative to user exspressions), menghaluskan

27 digilib.uns.ac.id 81 kata atau menyamarkan makna yang sebenarnya dengan melambangkan, mengibaratkan, atau penggunaan majas metafora.istilah tulang pungggung merupakan penggunaan majas metafora karena dalam konteks percakapan di atas bukan dengan arti yang sebenarnya tulang-tulang yang berada di punggung tetapi diartikan sebagai pencari naskah dalam suatu keluarga, menjadi orang yang diandalkan untuk memenuhi semua kebutuhan dalam suatu keluarga. Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4.19 Rekapitulasi Ungkapan Eufemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Exspressions) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk Show No Eufemisme 1 KOKMT 17,20, AMS KPJ 73, DKJP Tabel 4.19 di atas menemukan 5 ungkapan eufemisme yang menggunakan tipe ekspresi figuratif (figurative expressions). Penggunaan ungkapan eufemisme tersebut hanya ditemukan pada dua episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN), antara lain: pada episode tayang berjudul Kisah Orang Kecil Menjadi Tumbal (KOKMT) sejumlah 3 ungkapan, dan pada episode tayang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ) sejumlah 2 ungkapan. b) Penggunaan Ungkapan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Ekspressions) Penggunaan ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif adalah merendahkan, menghina atau menunjukkan rasa tidak suka kepada sesuatu dengan mengibaratkan, melambangkan sesuatu yang lainnya, dapat pula menggunakan beberapa majas. yang menunjukkan penggunaan ungkapan disfemisme ditemukan 6 ungkapan.beberapa analisis data dapat dilihat pada paparan berikut.

28 digilib.uns.ac.id 82 (15) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi pada percakapan antara pembawa acara dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Aksi Menteri Susi (AMS). Bentuk tuturan: Najwa : Haha eem, tadi anda sebutkan DPR?Beberapa menteri yang dulu-dulu salah satu momok dalam tanda kutip itu ketika harus bekerja dengan mitra kerja DPR, anda merasa disusahkan tidak dengan DPR? (046/MN-AMS/Dis-Eks.Figuratif/ ) Pada tuturan (15) terdapat penggunaan ungkapan disfemisme berupa kata dasar yang ditandai dengan kata momok.istilah momok termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), yaitu tipe disfemisme yang menggunakan istilah perlambangan atau mengibaratkan. Istilah momok sering digunakan untuk menyebutkan hantu yang menakutkan atau ditakuti, namun penyebutan kata momok dalam konteks tuturan di atas bukan arti hantu yang sebenarnya hanya digunakan untuk melambangkan istilah lain dari sesuatu yang ditakuti atau ketakutan. Tuturan lain yang termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) terlihat pula pada data berikut ini. (16) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi pada percakapan antara pembawa dan narasumber dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). Bentuk tuturan: Fadjroel : Bahkan ini yang sangat menyesalkan di titik ini, bahkan menurut saya sikap pak Jokowi sudah benar, artinya beliau tidak ingin melantik pejabat politiknya yang cacat hukum. (066/MN-KJP/Dis-Eks.Figuratif/ )

29 digilib.uns.ac.id 83 Pada tuturan di atas terlihat jelas penggunaan ungkapan disfemisme berupa frasa denotatif yang ditandai dengan frasa cacat hukum.frasa cacat hukum termasuk dalam ungkapan disfemisme tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions), menghina, merendahkan seseorang dengan melambangkan atau mengibaratkan.kata cacat pada frasa tersebut berarti kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik dalam hal ketaatannya terhadap hukum yang berlaku, atau bisa pula diartikan dengan kata bermasalah. Frasa cacat hukum dalam tuturan di atas digunakan untuk lebih mempertajam penghinaan kepada seseorang. Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) pada empat episode tayang Talk Show Mata Najwa (MN). Tabel 4.20 Rekapitulasi Ungkapan Disfemisme Tipe Ekspresi Figuratif (Figurative Exspressions) pada empat episode Talk Show Mata Najwa (MN) No Episode Talk Show No Disfemisme 1 KOKMT 21, AMS KPJ 66,67, DKPJ Tabel 4.20 tampak bahwa data penggunaan ungkapan disfemisme dengan tipe ekspresi figuratif (figurative exspressions) sejumlah 6 ungkapan.tipe tipe ungkapan disfemisme yang digunakan antara lain: pada episode berjudul KOKMT berjumlah 2 ungkapan, pada episode berjudul AMS hanya ditemukan 1 ungkapan, pada episode berjudul KPJ sejumlah 3 ungkapan. b. Penggunaan Ungkapan Eufemisme dengan Tipe Flipansi (Flippancy) Flipansi (flippancy) yaitu menghaluskan suatu kata tetapi makna kata yang dihasilkan di luar pernyataan dari kata yang dihaluskan.pada tipe flipansi (flippancy) ini hanya ditemukan penggunaan ungkapan eufemisme saja dan tidak ditemukan penggunaan ungkapan disfemisme. yang menunjukkan penggunaan ungkapan eufemisme tipe flipansi (flippancy) terdapat pada episode Talk Show Mata Najwa (MN)

30 digilib.uns.ac.id 84 berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ).Analisis datanya dapat dilihat pada paparan berikut. (17) Konteks Tuturan: Tuturan terjadi pada percakapan antar narasumber yang hadir dalam Talk Show Mata Najwa (MN) yang berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ). Bentuk tuturan: Mahmud : Ruqi itu sudah punya catatan yang sangat bagus membangun dasar dasar KPK dan tidak pernah pandang bulu juga sangat teliti dan bersih sampai akhir, kemudian Johan Budi dikenal orangnya dingin tapi berani, tegas gitu dan kita mencatatnya juga bersih secara umum. (074/MN-KPJ/Euf-Flipansi/ ) Pada tuturan (17) terdapat penggunaan ungkapan eufemisme berupa frasa konotatif yang ditandai dengan frasa orangnya dingin.istilah orangnya dingintermasuk dalam ungkapan eufemisme tipe flipansi (flippancy), yaitu tipe eufemisme yang menghaluskan suatu kata tetapi makna kata yang dihasilkan di luar pernyataan dari kata yang dihaluskan. Istilah orangnya dingindirasakan lebih halus dan lebih santun dari pada frasa tidak banyak bicara, jika konteksnya untuk membicarakan seseorang agar tidak menyinggung orang yang dibicarakan maupun orang lain. Namun penghalusan yang dihasilkan dari frasa orangnya dingin berbeda atau di luar makna dari pernyataan yang dihaluskan yaitu frasa tidak banyak bicara. Di bawah ini tabel rekapitulasi dari penggunaan ungkapan eufemisme dengan tipe flipansi (flippancy) pada episode Talk Show Mata Najwa (MN) berjudul Kapolri Pilihan Jokowi (KPJ).

EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI METRO TV (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK)

EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI METRO TV (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) EUFEMISME DAN DISFEMISME DALAM TALK SHOW MATA NAJWA DI METRO TV (KAJIAN SOSIOLINGUISTIK) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Linguistik Dian Wibi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sasaran. Hatim dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan solusi untuk memecahkan masalah perbedaan bahasa. Penerjemahan merupakan sebuah pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan. Penulis perlu melakukan serangkaian kepustakaan, yaitu membaca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa baku di Indonesia pada masa modern sudah mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi. Muncul berbagai macam jenis gaya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eufemisme berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang atau ungkapan-ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina,

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat BAB l PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa melakukan hubungan interaksi dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam melakukan interaksi tersebut manusia

Lebih terperinci

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TAJUK RENCANA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN. Oleh

PENGGUNAAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TAJUK RENCANA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN. Oleh PENGGUNAAN EUFEMISME DAN DISFEMISME PADA TAJUK RENCANA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN Oleh Abdan Syakur Febrianjaya Kahfie Nazaruddin Mulyanto Widodo Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penulisan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perubahan makna kasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penulisan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perubahan makna kasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan makna halus ke kasar dan kasar ke halus banyak ditemui dalam penulisan di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perubahan makna kasar ke halus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. menanyakan sesuatu, mengekspresikan diri, dan mempengaruhi orang lain. penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Hal ini membutikkan bahwa pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. Manusia

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN. "Dasar Cina lu." "Eh Cina lu! Cina lu!" "Woi Cina ngapain disini?"

BAB IV SIMPULAN. Dasar Cina lu. Eh Cina lu! Cina lu! Woi Cina ngapain disini? BAB IV SIMPULAN Melihat tindakan yang diambil pemerintah dengan menghilangkan panggilan Cina dan menggantinya dengan kata Tionghoa ataupun Tiongkok ke depannya memang merupakan suatu keputusan yang bagus.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Bahasa Indonesia. Ragam Bahasa. Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Bahasa Indonesia Modul ke: Ragam Bahasa Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Dwi Septiani, S.Hum., M.Pd. Hakikat Bahasa Kedudukan Bahasa Kedudukannya Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca

BAB I PENDAHULUAN. Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika menulis sebuah teks, penulis harus berupaya menarik minat pembaca untuk membaca apa yang ditulisnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan gaya bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah David Crystal (dalam Sumarlam, 2013:19) menyatakan discourse analysis focusses on the structure of naturally occurring spoken language, as found in such discourse

Lebih terperinci

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR

DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 DISFEMIA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR POS KOTA DAN RADAR BOGOR Kania Pratiwi Sakura Ridwan Aulia Rahmawati Abstrak. Penelitian ini bertujuan memahami secara

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Puisi karya Joko Pinurbo yang dibahas pertama kali adalah puisi Kalvari. Puisi tersebut memiliki tujuh bait, dua puluh tujuh larik dan dua belas kalimat. Puisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa percakapan (perkataan) yang digunakan untuk berkomunikasi, bekerja sama, mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sering kali dalam berkomunikasi atau membahas masalah bahasa, ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sering kali dalam berkomunikasi atau membahas masalah bahasa, ditemukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sering kali dalam berkomunikasi atau membahas masalah bahasa, ditemukan makna konotasi yang dimasukkan ke dalam kata atau frasa yang terdapat dalam kalimat yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan orang kepada orang lain. Bahasa juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat atau sarana komunikasi. Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan ketahui kepada orang lain. Bahasa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majalah merupakan salah satu sumber data yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Sudah sering sekali majalah dicari para peneliti untuk dikaji segi

Lebih terperinci

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR 175 BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR A. Pengantar Pada sub bab ini peneliti memanfaatkan hasil analisis terhadap kesantunan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam 26 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2006: 160). Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Kridalaksana (1984:28) mengatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi

Lebih terperinci

Memahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 -

Memahami Kebingungan Jokowi. Written by Mudjia Rahardjo Tuesday, 10 February :50 - Pasca 100 hari pertama usia pemerintahannya sejak dilantik pada 20 Oktober 2014 lalu, Jokowi benar-benar dihadapkan pada persoalan yang sangat pelik dan dilematis. Semua berawal dari pencalonan Komjen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. asing, kata sapaan khas atau nama diri, dan kata vulgar. Kata konotatif digunakan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan hingga pembahasan, dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Gaya Kata (Diksi) Pada naskah film Kembang

Lebih terperinci

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki keanekaragaman yang unik dan memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Keunikkan bahasa dalam pemakaiannya bebas dan tidak terikat. Pada dasarnya bahasa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EUFEMISME DALAM TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS

PENGGUNAAN EUFEMISME DALAM TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS PENGGUNAAN EUFEMISME DALAM TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS Nur Farida Auzar Hasnah Faizah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Riau. ABSTRACT This Research study about euphemism

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan mitra tuturnya baik dari segi makna ataupun maksud tuturannya. Manusia berbicara dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya maupun dengan penciptanya. Saat berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN Dalam bagian ini akan diuraikan, latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari tetapi bahasa juga diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk kehidupan sehari-hari tetapi bahasa juga diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa pada umumnya merupakan suatu alat yang sering digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin hubungan antarmanusia.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin hubungan antarmanusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan cara utama dalam menjalin hubungan antarmanusia. Komunikasi terjadi melalui proses pertukaran dan penyampaian informasi, ide, dan pesan antarindividu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa terdiri atas bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat-alat ucap manusia, dan arti atau makna yang tersirat dalam rangkaian bunyi tadi. Bunyi itu merupakan getaran

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa dapat digunakan dalam berkomunikasi dengan yang lain, juga untuk

Lebih terperinci

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo

Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Analisis Sapaan Dalam Novel Gumuk Sandhi Karya Poerwadhie Atmodihardjo Oleh: Rinda Aprilia Eka Wati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rindaapriliaekawati@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh ruang lingkup kehidupan manusia berkaitan dengan bahasa. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mental penuturnya. Kehidupan mental bangsa Indonesia yang telah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah bahasa Indonesia telah melewati tahap-tahap pertumbuhan dan pengukuhan. Kini, bahasa Indonesia telah berada pada tahap pengembangan dan pembinaan.

Lebih terperinci

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS. Naskah Publikasi Ilmiah. Untuk memenuhi sebagian persyaratan KAJIAN GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN EUFEMISME PADA KEPALA BERITA HARIAN SOLO POS Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan Bahasa Sastra dan Daerah Oleh

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS EUFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR SINAR INDONESIA BARU

ANALISIS EUFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR SINAR INDONESIA BARU ANALISIS EUFEMISME DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR SINAR INDONESIA BARU Abstrak Tulisan ini memberikan gambaran analisis dan bentuk eufemisme dalam berita utama Surat Kabar Sinar Indonesia Baru (SIB). Eufemisme

Lebih terperinci

Jokowi dan Skenario Kapolri Selasa, 20 Januari 2015

Jokowi dan Skenario Kapolri Selasa, 20 Januari 2015 Jokowi dan Kapolri Selasa, 20 Januari 2015 Ketuk palu keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atas pro dan kontra pengangkatan Komisaris Jenderal (Komjen) Budi Gunawan telah kita ketahui bersama. Pengangkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan informasi tetapi juga untuk tindakan. Tindakan melalui tuturan ini disebut dengan (speect act)

Lebih terperinci

Terdapat gaya bahasa yang khas pada ragam jurnalistik di media massa, khususnya media massa olahraga. Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoal

Terdapat gaya bahasa yang khas pada ragam jurnalistik di media massa, khususnya media massa olahraga. Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoal DISFEMIA DALAM RUBRIK OLIMPIK DI HARIAN BOLA Nugroho Sejati Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan disfemia dalam berita olahraga, khususnya pada media massa cetak. Penelitian

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR Enung Siti Nurjanah, Aan Kusdiana, Seni Apriliya Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

(Pilihan Kata dan Tata Kalimat)

(Pilihan Kata dan Tata Kalimat) Bahan Diskusi Mata Kuliah Bahasa Indonesia Cermat Berbahasa Indonesia (Pilihan Kata dan Tata Kalimat) Dwi Budiyanto, S.Pd., M.Hum. email: dwi_budiyanto@uny.ac.id twitter: @dwiboediyanto facebook: Dwi Budiyanto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alasan peneliti memilih judul Penggunaan Campur Kode ceramah ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5 November 2013. Peneliti ingin

Lebih terperinci

NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA SKRIPSI. oleh. Afrilia Sulistiowati NIM

NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA SKRIPSI. oleh. Afrilia Sulistiowati NIM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA SKRIPSI oleh Afrilia Sulistiowati NIM 090110201043 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS JEMBER 2013 i NOVEL GADIS PANTAI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN digilib.uns.ac.id commit to user digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain. Bahasa sebagai alat komunikasi dibagi menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia dalam menyampaikan dan menerima informasi yang dapat mempengaruhi hidup setiap manusia. Bahasa memegang

Lebih terperinci

Oleh: RIKA PUTRI UTAMI A

Oleh: RIKA PUTRI UTAMI A EUFIMISME DAN DESFEMISME SEBAGAI BENTUK PERFORMA KRITIK SOSIAL-POLITIK PADA KOLOM SUNDAY MEME JAWA POS EDISI OKTOBER 2015-MEI 2016 DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP KELAS VIII Naskah

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif karena penelitian ini bersifat deskriptif. Peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud katakata,

Lebih terperinci

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA 65 No : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Sebelum menjawab pernyataan, bacalah secara teliti 2. Pada lembar lembar berikut terdapat pernyataan yang membutuhkan tanggapan Anda. Pilihlah salah satu tanggapan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka untuk mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 \

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) menjadi sebuah proses belajar bahasa yang berada pada fase paling penting bagi penguasaan bahasa siswa, karena siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan unsur-unsur penghinaan dan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan unsur-unsur penghinaan dan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini mendeskripsikan keberadaan unsur-unsur penghinaan dan pencemaran nama baik dalam tuturan di media sosial yang penuturnya dilaporkan dengan tuduhan melanggar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Sebagai salah satu televisi berita dengan program andalannya Mata Najwa, Metro TV tak mau ketinggalan membahas isu terhangat. Salah satunya mengenai suasana jelang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1

KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL PADA ANTOLOGI CERPEN BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh : ANGGUN SRI YUDHIASTUTI

Lebih terperinci

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Pendidikan

Lebih terperinci

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen Oleh: Siyam Thohiroh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa siyam_thohiroh@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bagian yang paling penting dalam kehidupan manusia yaitu berkomunikasi. Komunikasi dilakukan dengan tujuan untuk berinteraksi dengan manusia lain.

Lebih terperinci

Antasari, Korban Kejam dan Kejinya Rezim SBY

Antasari, Korban Kejam dan Kejinya Rezim SBY Antasari, Korban Kejam dan Kejinya Rezim SBY http://seword.com/politik/antasari-korban-kejam-dan-kejinya-rezim-sby/ BY ALIFURRAHMAN ON AUGUST 25, 2016POLITIK Melihat Antasari mantan ketua KPK hadir di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk melangsungkan hidup mereka.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar sesamanya di dalam suatu lingkungan pergaulan hidup untuk melaksanakan maksud tertentu. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

ASPEK NILAI MORAL DALAM AKUN FACEBOOK JOKOWI

ASPEK NILAI MORAL DALAM AKUN FACEBOOK JOKOWI ASPEK NILAI MORAL DALAM AKUN FACEBOOK JOKOWI Joko Santoso, Atiqa Sabardila, Agus Budi Wahyudi, Dwi Haryanti, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Muhammadiyah Surakarta E-mail: joksan_57@yahoo.co.id

Lebih terperinci

JURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015

JURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015 JURNAL BRIEF AKSI KOALISI MASYARAKAT SIPIL ANTIKORUPSI INDONESIA FEBRUARI 2015 Pada tanggal 15 Januari 2015 beberapa kelompok aktifis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil dan Relawan Salam Dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pada awal pemerintahan Jokowi di tahun 2015, muncul konflik antara KPK dan Polri. Hal ini berawal dari penetapan status tersangka calon tunggal Kapolri Budi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari

BAB V PENUTUP. temuan dan hasil analisis. Subbab kedua membahas mengenai saran-saran dari 128 BAB V PENUTUP Pembahasan terakhir dalam tulisan ini mengenai simpulan dan saran. Bab ini terdiri atas dua subbab. Subbab pertama membahas mengenai simpulan dari temuan dan hasil analisis. Subbab kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Chaer (2007: 30) bahasa merupakan sebuah media utama bagi manusia, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari pemakaian bahasa. Fungsi

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, karena untuk membentuk suatu hubungan atau kerja sama pasti diawali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada. suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud

Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada. suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi dalam menyampaikan atau menyebutkan satu maksud oleh penutur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI

KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi

Lebih terperinci