BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Sistim Maintain 1. Pengertian Sistim Maintain Sistim maintain atau disebut juga pengawasan pembiayaan merupakan usaha untuk mengetahui dan menyusun strategi perbaikan secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan bank dan debitur dalam proses kegiatan pembiayaan, yang kemudian menjadi penyebab pembiayaan bermasalah dan mendatangkan kerugian bagi bank dan debitur. 1 Abdullah menyatakan bahwa pengawasan pembiayaan adalah suatu proses penilaian dan pemantauan pembiayaan sejak analisis bukanlah aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan pembiayaan. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana pembiayaan, selain itu bahwa proses pengawasan pembiayaan telah dimulai sejak dini (saat penilaian jaminan). 2 Pengawasan pembiayaan juga dapat diartikan sebagai salah satu fungsi manajemen yang berupaya untuk menjaga dan mengamankan pembiayaan itu sebagai kekayaan, dan dapat mengetahui terms of landing 1 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1999), h Faisal Abdullah, Manajemen Perbankan, (Malang: UUM Press, 2005), Cet. ke 3, h

2 13 serta asuransi-asuransi sebagai dasar persetujuan pembiayaan tercapai atau terjadinya penyimpangan. 3 Jadi, bisa disimpulkan bahwa sistim maintain adalah usaha untuk mengetahui, menilai dan memantau serta menjaga dan mengamankan pembiayaan berdasarkan kesepakatan antara bank dan debitur, agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana pembiayaan dan terhindar dari penyimpangan. 2. Proses Sistim Maintain Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang mencapai urutan paling akhir dalam tujuan manajemen. Dalam pelaksanaan pengawasan pembiayaan ini, akan melalui beberapa tahap yang membentuk suatu proses pengawasan pembiayaan. Proses pengawasan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 4 Identification of deviation Analysis of couses of deviation Action program of corrective Implement action of corrective Desired performance Actual performance Measurement of actual standard Comparison of actual agains Gambar 2.1 Proses Pengawasan Pembiayaan Uraian dari mekanisme diatas, dari pembiayaan yang diberikan dilakukan pemeriksaan, apakah terjadi penyimpangan dari perjanjian 3 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1999), h. 226

3 14 antara pihak debitur dengan bank. Pada tahap ini, penyimpanganpenyimpangan tersebut diidentifikasikan dan dicari tahu apa yang menjadi penyebab terjadinya penyimpangan tersebut. Penyebab penyimpangan ini bisa dari pihak bank maupun pihak debitur. Penyebab dari pihak bank misalnya, struktur organisasi yang lemah dari pihak bank, kurang akurat dalam melakukan penelitian sebelum memberikan pembiayaan, dan sebagainya. Kemudian dari pihak debitur biasanya penyebabnya adalah menurunnya kondisi keuangan perusahaan. Setelah dilakukan analisa terhadap penyimpangan tersebut, maka disusunlah suatu program untuk memperbaikinya. Selanjutnya dari pelaksanaan program itu nantinya akan dibandingkan dengan suatu standar yang baku dalam menentukan kolektibilitas pembiayaan. Dalam tahap ini, pembiayaan akan dikelompokkan dalam kelompok lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Hasil pengelompokan ini nantinya akan dapat menggambarkan actual performance Tujuan Sistim Maintain Veithzal Rivai mengemukakan beberapa tujuan pengawasan pembiayaan adalah agar: 6 a. Sistim/prosedur sebagai dasar pembiayaan operation dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. 5 Ibid., h Veithzal Rivai dan Andria Permata Veirhzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 566

4 15 b. Penjagaan dan pengamanan pembiayaan sebagai kekayaan bank harus dikelola dengan baik agar tidak timbul risiko yang diakibatkan oleh penyimpangan-penyimpangan baik oleh nasabah maupun oleh intern bank. c. Administrasi dan dokumentasi pembiayaan harus terlaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan, keaslian dan akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini manajemen yang terlibat dalam pembiayaan. d. Efektifitas dan efisiensi meningkat dalam setiap tahap pemberian pembiayaan sehingga perencanaan pembiayaan dapat dilaksanakan dengan baik. e. Pembinaan portofolio, baik secara individual maupun secara keseluruhan. Menurut Abdullah, berdasarkan tujuannya sistim maintain dapat dibagi menjadi dua, yaitu: a. Preventif Control, merupakan pengawasan pembiayaan yang dilakukan sebelum pencairan pembiayaan dengan bertujuan untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan penggunaan pembiayaan. b. Represif Control, merupakan pengawasan pembiayaan yang dilakukan setelah pencairan dan pada saat penggunaan pembiayaan dengan tujuan untuk mengawasi setiap penyimpangan yang terjadi. 7 7 Faisal Abdullah, Manajemen Perbankan, (Malang: UUM Press, 2005), Cet. ke 3, h. 95

5 16 Sedangkan menurut Tjoekam, adapun tujuan pengawasan pembiayaan adalah: 8 a. Menjaga agar pembiayaan yang disalurkan tetap nyaman sesuai dengan peraturan dan undang-undang. b. Mengetahui apakah pembiayaan yang disalurkan itu lancar atau tidak. c. Melakukan tindakan pencegahan dan penyelesaian pembiayaan bemasalah. d. Mengevaluasi apakah prosedur penyaluran pembiayaan yang dilakukan telah baik atau masih perlu disempurnakan. e. Memperbaiki kesalahan-kesalahan karyawan analis pembiayaan dan mengusahakan agar kesalahan itu tidak terulang lagi sehingga tercipta efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan pembiayaan. B. Account Officer 1. Pengertian Account Officer Account Officer adalah personil yang merupakan perantara antara bank dan nasabah, aparat bank yang dalam melaksanakan pekerjaannya berusaha untuk menciptakan paket produk dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. 9 8 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersil, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1999) 9 Jopie Jusuf, Panduan Dasar Untuk Account Officer, h.8

6 17 Account Officer merupakan point of contact antara bank dengan pihak customer yang harus memelihara hubungan dengan nasabah wajib memonitoring seluruh kegiatan nasabah secara terus-menerus. 10 Account Officer juga merupakan petugas bank yang melakukan proses analisis suatu permohonan pembiayaan, menuangkannya dalam suatu usulan untuk mendapatkan persetujuan dan ketika pembiayaan telah terealisasi, seorang Account Officer melakukan fungsi monitoring agar pembiayaan tersebut lancar hingga akhirnya lunas tepat waktu Fungsi Account Officer Saat melaksanakan tugasnya, Account Officer memiliki fungsi ganda. Di satu pihak ia merupakan personil bank yang harus bekerja di bawah peraturan dan tujuan bank sehingga dapat memberikan hasil kepada bank, dan di pihak lain ia dituntut untuk memberikan kondisi yang paling baik untuk nasabahnya yang umumnya tercermin dari biaya yang harus dikeluarkan oleh nasabah. Oleh karena itu, seorang Account Officer dituntut untuk mengoptimalkan kedua sisi kepentingan tersebut. 12 Pada dasarnya peran dan fungsi seorang Account Officer adalah: a. Mengelola Account Seorang Account Officer berperan untuk membina nasabah agar mendapatkan efisiensi dan optimalisasi dari setiap transaksi keuangan 10 Veithzal Rivai, Credit Management Handbook (Teori, Konsep, Prosedur dan Aplikasi Panduan Praktik Mahasiswa, Bankir dan Nasabah), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2009), h Jopie Jusuf, Panduan Dasar untuk Account Officer, (Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997), hal. 8

7 18 yang dilakukan tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai personil bank. b. Mengelola produk Seorang Account Officer harus mampu menjembatani kemunngkinan pemakaian berbagai produk sesuai untuk kebutuhan nasabahnya. c. Mengelola pembiayaan Account Officer berperan untuk melakukan pemantauan atas pinjaman yang diberikan kepada nasabah agar nasabah selalu memenuhi komitmen atas pinjamannya. Untuk melaksanakan hal ini, seorang Account Officer harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang bisnis nasabahnya. d. Mengelola penjualan Seorang Account Officer pada dasarnya merupakan ujung tombak bank dalam memasarkan produknya, maka seorang Account Oficer juga harus memiliki salesmanship yang memadai untuk dapat memasarkan produk yang ditawarkan. e. Mengelola profitability Seorang Account Officer juga berperan dalam menentukan keuntungan yang diperoleh bank. Dengan demikian ia harus yakin bahwa segala hal yang dilakukannya berada dalam suatu kondisi yang memberikan keuntungan kepada bank Jopie Jusuf, Panduan dasar untuk Account Officer, hal. 9

8 19 Account Officer merupakan ujung tombak dari setiap pencairan pembiayaan yang dilakukan di bank syariah ataupun lembaga keuangan yang lainnya. Semua kegiatan dimulai dari tahap perkenalan yang dilakukan secara tertulis ataupun secara lisan, dari awal tahap perkenalan selanjutnya akan dilakukan analisis. Setelah menyelesaikan tahap analisis, pihak Account Officer dan pada tahap terakhir adalah persetujan Manager apakah akan memberikan pembiayaan ataukah akan menolaknya. 3. Peran Account Officer Proses pembiayaan yang baik adalah proses pembiayaan yang mampu menghasilkan keuntungan sesuai yang diharapkan, dalam hal pembiayaan proses awal yang terjadi pada lembaga keuangan umumnya adalah dimulai dari permohonan pembiayaan. Adapun peran Account Officer yaitu: a. Permohonan Pembiayaan Tahap awal dari proses pembiayaan adalah pengajuan permohonan pembiayaan. Dari tahap permohonan ini calon nasabah langsung diserahkan kepada pihak Account Officer yang berperan dalam manajemen pembiayaan, yaitu dari awal pengajuan, pencairan, pengawasan dan penyelesaian pembiayaan. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut: foto kopi KTP Suami Istri, foto kopi BPKB jika jaminan merupakan kendaraan bermotor atau sertifikat dan foto kopi KK.

9 20 b. Survey Saat melakukan survey yang dilakukan oleh Account Officer adalah menganalisa nasabah dengan menggunakan prinsip 5C, yaitu: 1) Character Account Officer harus mengetahui sifat-sifat dari calon debitur. Hal ini terutama berhubungan dengan kemauan dari calon debitur untuk melakukan kewajiban-kewajibannya. Bank selalu ingin pembiayaan yang diberikan dapat dilunasi pada waktunya. Untuk itu bank akan berusaha memberi pembiayaan hanya kepada debitur yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap persetujuan yang dibuat. 2) Capacity Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu pembiayaan. Beberapa cara yang dilakukan dalam mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah yaitu dengan melihat laporan keuangan, memeriksa slip gaji dan rekening tabungan dan survei ke lokasi usaha calon nasabah. 3) Capital Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Modal merupakan jumlah modal yang dimiliki oleh calon

10 21 nasabah atau jumlah dana yang akan disertakan dalam proyek yang dibiayai. Cara yang dilakukan untuk mengetahui capital nasabah adalah melihat laporan keuangan calon nasabah dan uang muka atau uang yang sudah disediakan untuk disertakan dalam pembiayaan. 4) Collateral Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan yang diajukan. Penilaian ini meliputi penilaian terhadap agunan yang diberikan nasabah sebagai pengaman pembiayaan yang diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi kecenderungan nilai agunan di masa depan dan tingkat kemudahan dalam penukarannya menjadi uang tunai. 5) Condition Of Economy Merupakan kondisi ekonomi yang dapat mempengaruhi pembiayaan nasabah. Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 136

11 22 Berikut ini adalah proses pemberian pembiayaan: 15 Permohonan Pembiayaan Layak Diteruskan Tidak T O L A K Data Kurang Pengumpulan Data Usaha Dan Peninjauan Jaminan Analisis Pembiayaan Layak Diteruskan Pengumpulan Data Pelengkap Tidak P E R M O H O N A N Data Kurang Ada Masalah Hukum Pengikatan Pembiayaan Dan Pengikatan Administrasi Pinjaman Pencairan Dana Tidak P E M B I A Y A A N Gambar 2.2 Proses Pemberian Pembiayaan Manajemen pemberian pembiayaan dimulai dari Permohonan pembiayaan, yang dilakukan oleh Account Officer adalah meminta fotokopi Kartu Tanda Penduduk dan Kartu Keluarga calon nasabah 15 Jopie Jusuf, Panduan Dasar Untuk Account Officer, (Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997) h. 169

12 23 untuk melakukan BI Checking, setelah dilakukan BI Checking, maka dapat ditentukan layak atau tidak layak untuk diteruskan permohonan pembiayaan. Selanjutnya pengumpulan data keuangan atau data usaha dan data jaminan nasabah, kemudian dilakukan analisis oleh Account Officer, dan dilanjutkan dengan kesepakatan, yaitu dengan melakukan akad sebagai pengikat antara pihak bank dengan nasabah, selanjutnya menyelesaikan administrasi dan pencairan dana pinjaman nasabah. 16 C. Pembiayaan 1. Pengertian Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 17 Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah UU No. 21 tahun 2008 pasal 25: pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang disamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah dan sewa beli atau ijarah muntahiyah bit tamlik, transaksi jual beli dalam bentuk utang piutang murabahah, salam dan istishna, transaksi 16 Jopie Jusuf, Panduan Dasar Untuk Account Officer, (Yogyakarta: UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 1997) h Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: RajaGafindo Persada, 2000), h. 73

13 24 pinjam meminjam dalam bentuk qardh, dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah. 18 Menurut M. Syafi i Antonio menjelaskan bahwa, pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit. 19 Kesimpulan dari pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah dan sewa beli atau ijarah muntahiyah bit tamlik, transaksi jual beli dalam bentuk utang piutang murabahah, salam dan istishna, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qardh, dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah, yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu. 2. Dasar Hukum Pembiayaan Menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada 18 Peraturan Pemerintah, Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 25, tentang Perbankan. 19 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. ke 1, h. 101

14 25 pihak pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan prinsip Islam. 20 Di dalam peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 tentang restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah, pengertian pembiayaan dijelaskan dalam pasal 1 ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : 21 a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Ayat tentang pembiayaan terdapat dalam Al-Qur an dalam surah An-Nisa ayat 29: Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2011), Cet. ke1, h Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), Edisi Pertama, h Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. ke 1, Ed. ke 1, h. 698

15 26 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. 3. Jenis-jenis Pembiayaan Jenis pembiayaan bank syariah dapat dikelompokkan berdasarkan kegunaannya, tujuan pembiayaan dan jangka waktu. a. Jenis pembiayaan berdasarkan kegunaannya 1) Pembiayaan Investasi Pembiayaan jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. 2) Pembiayaan Modal Kerja Pembiayaan yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh pembiayaan modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. b. Jenis pembiayaan berdasarkan tujuan pembiayaan 1) Pembiayaan Produktif Pembiayaan yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Pembiayaan ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya pembiayaan

16 27 untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan pembiayaan pertanian yang akan menghasilkan produk pertanian. 2) Pembiayaan Konsumtif Pembiayaan yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam pembiayaan ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. 3) Pembiayaan Perdagangan Pembiayaan yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Pembiayaan ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. c. Jenis pembiayaan berdasarkan jangka waktu 1) Pembiayaan Jangka Pendek Pembiayaan yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

17 28 2) Pembiayaan Jangka Menengah Jangka waktu pembiayaannya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya pembiayaan ini digunakan untuk melakukan investasi. 3) Pembiayaan Jangka Panjang Pembiayaan yang memiliki jangka waktu lebih dari lima tahun. Pembiayaan ini biasanya digunakan untuk mendanai asetaset yang masa pakainya panjang Tujuan Pembiayaan Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, mendapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu sebagai berikut: 24 a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. 23 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. ke 1, Ed. ke 1, h. 711

18 29