MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WHOLE LANGUANGE PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH

Transkripsi

1 MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WHOLE LANGUANGE PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh Herlin Nur Rofiqoh DAN SEKOLAH T INGG I KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012

2 MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN WHOLE LANGUANGE PADA SISWA KELAS VIII SMPN 1 TAROGONG TAHUN AJARAN 2011/2012 Herlin Nur Rofiqoh Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012 ABSTRAK Dalam penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa pembelajaran satra, khususnya cerpen kurang menarik minat baca siswa SMP. hal ini disebabkan karena kurang menariknya dalam penyajian pembelajaran sastra di sekolah dan sastra pendukung, yaitu buku-buku bacaan serta majalah yang kurang, sehingga hasil pembelajaran sastra kurang memuaskan. Tujuan dan penulisan skripsi ini: 1. Memperoleh gambaran tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam membaca cerpen dengan menggunakan pendekatan whole language. 2. Memperoleh gambaran tentang efektifitas dan efisiensi pendekatan whole language dalam pembelajaran membaca cerpen Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode diskriptif pada populasi siswa kelas VIII SMPN I Tarogong sebanyak 8 kelas, yaitu kelas VIII A, B, C, D. B, F, G, R Setiap kelasnya terdiri dan 43 siswa. Jadi, jumlah populasi adalah 360 siswa. Dan yang menjadi sampel adalah siswa kelas VIII C sebanyak 43 siswa. Untuk menguji keberhasilan metode ini penulis melakukan pretes dan postes. Dari kedua hasil tes tersebut terjadi peningkatan yang cukup tinggi, yaitu 15,16%. Dengan demikian penulis mengambil kesimpulan bahwa metode Whole Language cocok digunakan dalam pembelajaran membaca cerpen. Selain dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar siswa juga dapat meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Kata Kunci : Membaca Cerpen, Whole Language PENDAHULUAN Membaca merupakan salah satu aspek keterampilan bahasa memegang peranan penting dalam kegiatan berbahasa, Dilihat dan tujuan serta proses kegiatannya, membaca dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mengubah lambang-lambang atau simbol-simbol tertulis. Tujuan dari membaca adalah menangkap atau memahami isi bacaan secara benar. Sastra adalah ungkapan perasaan yang dituangkan manusia ke dalam tulisan dengan menggunakan bahasa yang indah dan mengandung etika, estetika dan deduktif. Selain itu, Sesungguhnya sastra dapat memberikan penganih yang sangat besar terhadap cara orang berfikir mengenai hidup, mengenai baik dan buruk, mengenai benar dan salah, mengenai cara hidupnya sendiri dan bangsanya. (Norman san Alfon dalam Herman, 200:3) Dengan menggunakan pendekatan whole language dalam pembelajaran membaca cerpen diharapkan siswa bisa menguasai dan memahami unsur-unsur cerpen, juga dapat memperluas kemampuan berbahasa siswa sehingga keempat keterampilan berbahasa siswa bisa lebih meningkat Dalam pengamatan peneliti kurangnya minat membaca di kalangan pelajar di Sekolah Menengah Pertama, disebabkan oleh kurangnya kemampuan membaca dengan lafal dan intonasi yang benar; kurangnya pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik dari cerpen yang dibacanya, Atas latar belakang inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

3 terhadap pengajaran sastra khususnya dengan menerapkan model pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan pendekatan whole language di kelas VIII SMPN 1 Tarogong. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran Yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah Suatu pola penyampaian materi kepada siswa dengan harapan adanya relevansi mengajar dengan materi yang disampaikan serta mampu membuat suasana belajar mengajar yang komunikatif. (Dahlan, 1990:21) Model pembelajaran adalah Karangan konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar, (Toeti Soekamto, 1994:78) Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran dan memberi petunjuk kepada para pengajar di kelas, Selanjutnya Nana Sudjana (1991:61) merumuskan bahwa Model pembelajaran atau pendekatan mengajar adalah langkah-langkah guru untuk mengembangkan kegiatan belajar siswa sehubungan dengan bahan yang harus dipelajari. Pengertian Cerpen Cerpen merupakan bagian dari bentuk sastra yang termasuk kedalam fiksi, cerpen lebih terbatas lagi baik yang menyangkut jumlah maupun data-data jati diri tokoh yang berkaitan dengan perwatakan, Banyak orang merasa senang dengan membaca cerpen tetapi sedikit sekali orang atau pembaca mengerti atau memahami arti kata cerpen itu sendiri. Pendapat para ahli yang memberikan batasan-batasan tentang cerpen antara lain sebagai berikut: a) Cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, berkisar antara setengah sampai dua jam (Edgor Alia, 1961:72) b) Cerpen adalah cerita dalam prosa dan hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya tentang peristiwaperistiwa yang pernah terjadi ataupun yang hanya berlangsung dalam khayalan saja. (Lembaga Bahasa Indonesia dalam Supriyadi, 1994:398) c) Cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa berisi kisahan pendek yang mengandung tunggal (Hendy, 1991:184) d) Badudu (1995:53) memb erikan batasan terhadap cerpen dilihat dari peristiwa yang terjadi dalam ceritanya. e) Sumarjo (1980:69) memberikan batasan lain mengenai cerpen yaitu cerita atau rekaan yang fiktif artinya bukan berupa analisis, argumentasi, dan peristiwanya tidak benar-benar telah terjadi serta relatif pendek. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita fiktif atau rekaan yang relatif pendek, mengungkapkan masalah dengan jelas, singkat, padat dan berpusat pada satu peristiwa. Pengertian Pendekatan Whole language 1. Pendekatan whole language merupakan salah satu pendekatan pembelajaran bahasa yang mulai diperkenalkan di Indonesia. Keampuhan metode ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa negara yang menggunakannya. 2. Whole language adalah salah satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991: Froese, 1990, Goodman, 1986, Weaver, 1992 dalam Fuji Santosa : 2-3), Para ahli whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisahkan (Rigg, 1991) oleh karena itu pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh. bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik, Pengajaran tentang penggunaan tanda baca seperti diajarkan sehubungan dengan pembelajaran menulis, jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena materi tersebut tertera dalam kurikulum. tentang penggunaan tanda baca seperti diajarkan sehubungan dengan pembelajaran menulis. Jangan mengajarkan penggunaan tanda baca tersebut hanya karena materi tersebut tertera dalam kurikulum. METODE PENELITIAN Dalam penelitian harus ditentukan metode apa yang akan digunakan pada penelitian tersebut. Dalam penelitian ini digunakan metode diskriptif untuk memperoleh data empiris, apakah penggunaan pendekatan whole language dalam pembelajaran membaca cerpen dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Teknik Penelitian 1. Teknik Studi Pustaka Yaitu, teknik yang digunakan untuk memperoleh bahan penunjang yang berhubungan dengan permasalahan. 2. Teknik Tes Dilakukan dengan cara melakukan test awal

4 (pretest) dan test akhir (postest) untuk mengetahui hasil belajar siswa, sebelum dan sesudah proses belajar mengajar. 3. Teknik Uji Coba Teknik ini dilakukan untuk mencari perbandingan kemampuan siswa dalam menemukan unsur-unsur intrinsik dalam cerpen, sesudah dan sebelum dipergunakan model membaca cerpen dengan pendekatan whole language dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu kegiatan dalam perencanaan suatu penelitian adalah menyusun instrumen penelitian atau alat pengumpul data, sesuai dengan masalah yang diteliti. Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah kegiatan pengumpulan data di lapangan yang langsung ditangani oleh peneliti tanpa bantuan orang lain. Hal yang diamati oleh peneliti dalam hal ini adalah keaktifan siswa dalam proses belajar, kerjasama siswa dalam kelompok dan mengamati kemampuan dasar membaca siswa dalam hal ini intonasi, pelafalan, nada suara (volume suara) serta mimik pada saat membaca. 2. Tes Instrumen evaluasi, yaitu berupa test objektif sebanyak 15 buah dengan bobot 2 atau soal. Test objektif ini diujikan pada saat pretest dan postest. Pada saat pretest diujikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, sedangkan postest digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan perlakuan. Test yang digunakan pada saat pretest dan postest merupakan soal yang sama. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Hasil Pretes dan Postes Siswa 1. Siswa dengan no. subjek I (Ahya Mahalau) Mendapat skor 6.7 dan 15 soal yang dijawab benar sebanyak 10 soal yaitu : soal no 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11,dan 15. dan 5 soal dijawab salah, yaitu soal no. 4, 6, 11, 12, 13, dan 14. Sedangkan pada soal postes mendapat skor 8.0 karena ia menjawab benar sebanyak 12 soal yaitu soal no 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, dan 15. dan menjawab salah sebanyak 3 soal yaitu soal no 4, 6, Siswa dengan no subjek 2 (Asera S) Mendapat skor 6.0 pada pretes soal yang dijawab benar sebanyak 9 soal, yaitu soal no. 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 13, 15, dan 6 soal dijawab salah yaitu soal no 1, 3, 5, 11, 12, 14. Sedangkan pada soal postes mendapat skor 6.0. soal yang dijawab benar pada soal postes adalah soal no. 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, dan 15. dan soal yang dijawab salah ialah soal no.3,5, 11, 12, 13, 14. Standar nilai komulatif pretes adalah 6.5, sedangkan untuk postes adalah 7.0. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa yang berhasil dalam pretes adalah 28 siswa (65%). Sedangkan siswa yang gagal dalam pretes adalah sebanyak 15 siswa (3 5%). Untuk nilai postes siswa yang berhasil sebanyak 31 siswa (72%) dan yang gagal dalam postes sebanyak 12 siswa (28%). Nilai rata -rata untuk pretes dan postes adalah 70 dan 79. Pembuktian Hipotesis Jika t hitung lebih besar dati t tabel maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima, berarti metode whole language dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca cerpen. Tetapi, apabila t hitung lebih kecil dan t tabel, maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis kerja (Ha) ditolak, berarti metode whole language dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca cerpen. Dari perhitungan nilai t diatas dapat diketahui bahwa t hitung (0.65) lebih tinggi dari t tabel (0.529), maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak dan hipotesiskerja (H a ) diterima. Dengan kata lain pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode whole language dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 15.16% SIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilaksanakan pada Bab IV, penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Hasil pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode whole language dapat dilihat dan peningkatan rata-rata nilai pretes dan postes. Rata-rata nilai pretes adalah 7.00 sedangkan pada postes Dengan melihat Fx dan Fy yang mengalami kenaikan sebesar 45.69, maka hasil postes mengalami kenaikan sebesar 15.16%. Dengan demikian pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode whole language dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan metode whole language ternyata dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar siswa. Hal ini dilihat dan hasil pretes dan postes yang mengalami peningkatan. Berdasarkan observasi yang dilakukan, keaktifan dan kreatifitas siswa pun lebih meningkat. Mereka bebas aktif mencari dan menemukan sendiri unsur-unsur intrinsik dan cerpen yang mereka baca.

5 DAFTAR PUSTAKA Aminudin (1999), Pembelajaran Terpadu Bahasa dan Sastra Indonesia, Malang FKRS IKIP Malang Aminudin (ED) 1 990, Sekitar masalah Sastra : Beberapa Prinsip dan Model Pengembangan, Malang Yayasan Asah Asih Asuh Arikunto, S (1997), Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta Rineka Cipta Dahlan MD (1990), Model-model Mengajar, Bandung Diponegoro Djamaroh, et al (2002) Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Goodman K (1986), What Whole in Language? Portsmouth NH : Heinomann Kosasih, et al (2002), Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMP kelas 1,2,3 Bandung Cv Pustaka Setia Nurgiantoro, B (1998), Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta BPFE Soedarsono (1994), Sistem Membaca Cepat dan Efektif, Jakarta Gramedia Pustaka Utama Suroso dkk, Intisari Seni Sastra, Solo Tiga Serangkai Santosa P, et al Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD, Jakarta UT Tampubolon DP (1987), Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien, Bandung Angkasa