BAB I PENDAHULUAN. serta masyarakat melalui pajak daerah dan retribusi daerah (Cristina, 2012 dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. serta masyarakat melalui pajak daerah dan retribusi daerah (Cristina, 2012 dalam"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber dana terbesar yang dikelola pemerintah dan bagian yang sangat penting dalam penerimaan Negara. Pemerintah telah bertekad secara perlahan dan pasti untuk melepaskan ketergantungan pada bantuan luar negeri dan beralih pada kemampuan bangsa sendiri melalui peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak. Penyelenggaraan otonomi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat melalui pajak daerah dan retribusi daerah (Cristina, 2012 dalam Susilawati, 2013). Menurut UU Nomor 32 tahun 2004, otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sistem pemerintahan yang bersifat otonomi daerah dimana setiap pemerintah daerah dapat mengatur sendiri besarnya pajak kendaraan bermotor dan sanksi denda yang harus dibayar wajib pajak jika tidak mematuhinya. Dengan sistem pemerintahan daerah diharapkan dapat membantu meningkatkan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia sehingga pembangunan nasional berjalan dengan baik dan dapat mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab (Dharma, 2014). Pajak daerah adalah iuran 1

2 2 wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Sedangkan retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Suryarini, 2012). Yang termasuk pajak daerah (provinsi) adalah pajak kendaraan bermotor. Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu pajak daerah yang memiliki potensi cukup besar dalam pembiayaan pembangunan daerah. Pajak kendaraan bermotor atau PKB adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor (Suryarini, 2012). Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan salah satu hal yang sangat wajar, dan tidak terbatas. Semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka bertambah juga peneriman Negara dan daerah dari sektor pajak. Dalam penelitian ini, banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang belum pasti meningkatkan pendapatan daerah apabila tidak didukung dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak. Beberapa fenomena kasuskasus di dunia perpajakan yang terjadi di Indonesia menjadi salah satu faktor penyebab wajib pajak enggan membayar pajak. Kondisi ini dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak, karena wajib pajak tidak ingin pajak yang telah dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak. Oleh karena itu beberapa masyarakat dan wajib pajak berusaha menghindari pajak. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak akan dibahas dalam penelitian ini.

3 3 Pengetahuan perpajakan tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara agar sekaligus dapat menimbulkan kesadaran diri dalam diri wajib pajak (Aziza, 2011 dalam Arahman, 2012). Kondisi ini dapat mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak. Dalam penelitian Susilawati (2013) menemukan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Kesadaran wajib pajak dapat dilihat dari kesungguhan dan keinginan wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya. Masyarakat harus sadar akan keberadaannya sebagai warga Negara yang menjunjung tinggi UUD 1945 sebagai dasar hukum penyelenggaraan Negara (Muliari, 2010 dalam Arum, 2012). Kesadaran wajib pajak sangat diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Jatmiko (2006) menemukan bahwa kesadaran memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2013) juga menemukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di kantor bersama SAMSAT kota Singaraja. Pelayanan fiskus yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian Utama (2012) disebutkan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, kualitas pelayanan pajak harus ditingkatkan oleh aparat pajak. Pelayanan fiskus yang baik, mampu bersikap ramah dalam memberikan pelayanan, bimbingan dan penyuluhan serta memberikan penjelasan tentang perubahan peraturan perpajakan dan

4 4 meningkatkan penegakan sanksi pajak sesuai dengan aturan perpajakan yang berlaku. Penelitian Susilawati (2013) menemukan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak kendaraan bermotor di kantor bersama SAMSAT kota Singaraja. Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi pajak bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih merugikannya (Jatmiko, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan Susilawati (2013) menemukan bahwa sanksi pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Winerungan (2013) tentang sosialisasi perpajakan, pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan menyimpulkan bahwa sosialisasi perpajakan, pelayanan fiskus dan sanksi perpajakan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Manado dan KPP Pratama Bitung, disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat di kedua kota tersebut terhadap pentingnya pajak untuk kelancaran pembangunan di masing-masing kota yang selanjutnya mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Sedangkan penelitian yang dilakukan Susilawati (2013) menggunakan empat variabel yaitu kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik menyimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak, pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kota Singaraja. Penelitian yang dilakukan Utami (2013) tentang pengaruh kesadaran wajib pajak dan sanksi pajak menyimpulkan bahwa kesadaran wajib pajak tidak

5 5 berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi, dan pemberlakuan UU mengenai sanksi pajak sudah efektif dalam mengatur sistem perpajakan di KPP Palembang Seberang Ulu. Sedangkan penelitian yang dilakukan Tiraada (2013) tentang kesadaran perpajakan, sanksi pajak dan sikap fiskus menyimpulkan bahwa kesadaran perpajakan, sanksi pajak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dan sikap fiskus tidak memberikan pengaruh dikarenakan pelayanan yang diberikan fiskus tidak dipergunakan secara rutin oleh wajib pajak orang pribadi di Kabupaten Minahasa. Penelitian yang dilakukan Herryanto (2013) tentang pengaruh kesadaran wajib pajak, kegiatan sosialisasi perpajakan dan pemeriksaan pajak menyimpulkan bahwa secara parsial kesadaran wajib pajak berpengaruh negatif terhadap penerimaan pajak penghasilan, kegiatan sosialisasi perpajakan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan dan pemeriksaan pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak penghasilan di KPP Pratama Surabaya Sawahan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Dharma (2014) tentang pengaruh kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan menyimpulkan bahwa secara serempak kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan, dan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak PKB dan BBNKB di SAMSAT Denpasar. Dari berbagai hasil penelitian diatas ditemukan hasil yang berbeda antara peneliti satu dengan peneliti lainnya. Untuk itu penulis tertarik meneliti kembali dengan variabel yang dipakai yaitu kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan dan pelayanan fiskus.

6 6 Penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti, namun dengan variabel bebas dan objek yang berbeda-beda. Penelitian ini akan mengkaji tingkat kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di SAMSAT Kabupaten Semarang. Alasan pengambilan objek penelitian di Kabupaten Semarang dikarenakan dua faktor, yaitu demografis dan geografis. Faktor demografis menunjukan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Semarang tiap tahun nya mengalami peningkatan, hal tersebut tentu mempengaruhi jumlah wajib pajak kendaraan bermotor yang juga meningkat sampai akhir oktober, 2014 (UP3AD Kab.Semarang). Peningkatan jumlah wajib pajak dibuktikan dengan tabel berikut ini: Tabel 1.1 Wajib Pajak Roda Roda Total potensi peningkatan jumlah wajib pajak di Kabupaten Semarang yang terus mengalami pertumbuhan tiap tahun nya memotivasi penulis untuk melakukan penelitian di Kabupaten Semarang. Sedangkan untuk faktor geografis, Kabupaten Semarang merupakan salah satu wilayah yang cukup besar di Jawa Tengah dengan luas ,674 Ha dan kepadatan penduduk Jiwa/Km² nya (Adriana, 2013). Tentu dengan wilayah yang luas, transportasi menjadi hal yang penting dalam menunjang mobilitas masyarakat. Akses daerah dari desa ke kota selain di jangkau menggunakan transportasi umum, tentu juga didukung dengan transportasi pribadi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Selain lebih cepat, faktor

7 7 kenyamanan dan biaya juga menjadi alasan banyaknya masyarakat yang memilih menggunakan kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum. Tingginya penggunaan kendaraan pribadi tersebut tentu sejalan dengan meningkatnya jumlah wajib pajak tiap tahun nya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sanksi Pajak, Pengetahuan Perpajakan dan Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di Kabupaten Semarang. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Apakah kesadaran wajib pajak mempengaruhi kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang? b) Apakah sanksi pajak mempengaruhi kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang? c) Apakah pengetahuan perpajakan mempengaruhi kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang? d) Apakah pelayanan fiskus mempengaruhi kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah :

8 8 a) Untuk mengetahui pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten semarang b) Untuk mengetahui pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten semarang c) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten semarang d) Untuk mengetahui pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di kabupaten semarang 1.4 Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain : a) Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan, pelayanan fiskus dan pengaruhnya terhadap penerima pajak, juga dapat mengetahui berapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Semarang. b) Bagi Akademik Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak, juga dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal tersebut. c) Bagi Pembaca 1. Petugas pajak

9 9 Dapat mengetahui apakah kinerja pelayanan fiskus sudah cukup baik bagi wajib pajak dan dengan adanya sanksi pajak apakah sudah cukup akurat untuk membuat wajib pajak jera. 2. Masyarakat / Wajib Pajak Dapat lebih memahami mengenai pajak kendaraan bermotor dan menghindari sanksi denda/kenaikan bunga akibat ketidaktahuan wajib pajak tentang hak dan kewajiban di bidang pajak kendaraan bermotor. 3. Instansi (Direktorat Jenderal Pajak) Wajib pajak yang takut sanksi (denda) merupakan masukan bagi direktorat jenderal pajak untuk lebih intensif menyadarkan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. 1.5 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini dikelompokan menjadi lima bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab metode penelitian, bab hasil penelitian dan pembahasan, serta bab kesimpulan dan saran. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Bab II merupakan tinjauan pustaka sebagai dasar berpijak dalam menganalisis permasalahan yang ada. Pada bagian ini berisi telaah teori, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian. Bab III adalah metode penelitian yang mencakup variabel penelitian dan definisi operasional variabel, penentuan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

10 10 Bab IV berisi data penelitian, hasil dan pembahasan mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak kendaran bermotor di Kabupaten Semarang. Hasil penelitian disampaikan secara verbal dengan kata-kata dan secara matematis dalam bentuk angka-angka. Bab V yaitu kesimpulan dan saran. Pada bagian ini isi kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan saran yang diberikan pada pihak yang memerlukan.

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Reasoned Action (TRA) Ajzen (1975) menyatakan bahwa niat menentukan seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku. Niat seseorang dipengaruhi oleh dua penentu utama, yaitu : a) Sikap Sikap merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut. b) Norma Subyektif Norma Subyektif merupakan kepercayaan mengenai harapan-harapan yang muncul karena pengaruh orang lain dan motivasi untuk menyetujui harapan-harapan tersebut. Relevansinya dengan penelitian ini adalah bahwa seseorang dalam menentukan perilaku patuh dan tidak patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dipengaruhi rasionalitas dalam mempertimbangkan manfaat dari pajak dan juga pengaruh orang lain yang mempengaruhi keputusan dalam patuh pajak. Sebelum individu melakukan sesuatu, individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari perilakunya, kemudian yang bersangkutan akan memutuskan akan melakukannya atau tidak melakukannya (sikap). Hal ini dapat dikatakan relevan dengan pengetahuan perpajakan. Pengetahuan yang baik dari wajib pajak mengenai manfaat membayar pajak bagi 11

12 12 pembangunan Negara akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan dirasakan setelah membayar pajak. Kemudian ketika individu akan melakukan sesuatu, dorongan dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang (orang lain) akan mempengaruhi perilaku seseorang tersebut (norma subyektif). Hal tersebut relevan dengan pelayanan fiskus. Dengan pelayanan yang baik dari petugas pajak yang akan memberikan kemudahan dalam membayar pajak, akan memberikan persepsi yang baik dari para wajib pajak. Hal tersebut akan mempengaruhi dan memotivasi seorang wajib pajak untuk berperilaku patuh pajak. 2.2 Pajak Definisi Pajak Beberapa pendapat tentang definisi pajak yaitu sebagai berikut : a) Soemahamidjaja dalam Waluyo (2002) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. b) Smeets dalam Waluyo (2002) Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum dan data yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual, dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. c) Soemitro dalam Waluyo (2002)

13 13 Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. d) Siahaan (2004) Pajak adalah pungutan dari masyarakat kepada negara (pemerintah) berdasarkan undang-undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (balas jasa) secara langsung yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. e) Surantono (1993) Pajak adalah Iuran kepada Negara yang dipungut berdasarkan Undang-Undang, dimana tidak ada imbalan langsung bagi pembayarnya dan hasilnya untuk membiayai pengeluaran umum Negara Manfaat dan Fungsi Pajak Menurut Siahaan (2004) ada banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pajak yang dipungut dari masyarakat. Dana yang diperoleh dari pajak antara lain dapat digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan Negara, alat pemerataan pendapatan, dan pendorong investasi. Fungsi pajak erat hubungannya dengan manfaat pajak. Ada dua fungsi pajak, yaitu : a) Fungsi Budgetair/Penerimaan Disebut juga sebagai fungsi utama pajak atau fungsi fiskal, adalah suatu fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas

14 14 Negara berdasarkan Undang-undang. Berdasarkan fungsi ini, pemerintah (membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kepentingan) dengan memungut pajak dari penduduknya. b) Fungsi Regulerend/Regulasi Disebut juga fungsi tambahan, adalah suatu fungsi di mana pajak digunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini pajak digunakan untuk mengatur perekonomian guna mencapai pertumbuhan yang lebih cepat Jenis Pajak di Indonesia Menurut Siahaan (2004) ditinjau dari lembaga pemungutan nya, pajak dibedakan menjadi dua: a) Pajak Pusat Adalah pajak yang ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui undang-undang yang wewenang pemungutannya ada pada pemerintah pusat, dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah pusat dan pembangunan. Pajak pusat dipungut oleh pemerintah pusat, diselenggarakan oleh Departemen Keuangan dan hasilnya untuk pembiayaan rumah tangga Negara. Yang termasuk pajak pusat di Indonesia : (1) Pajak Penghasilan (PPh); (2) Pajak Pertambahan Nilai atas Barang dan Jasa (PPN); (3) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM); (4) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB); (5) Bea Materai;

15 15 (6) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan (7) Bea Masuk, Bea Keluar (Pajak Ekspor), dan Cukai. b) Pajak Daerah Adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Pajak daerah ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda). Pajak daerah dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Pajak Provinsi (a) Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air; (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air; (c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. (2) Pajak Kabupaten/Kota (a) Pajak Hotel; (b) Pajak Restoran; (c) Pajak Hiburan; (d) Pajak Reklame; (e) Pajak Penerangan Jalan; (f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C; (g) Pajak Parkir.

16 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh peralatan teknik berupa motor/peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tenaga tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang bergerak (Djaenuri, 2012). Jadi dapat disimpulkan pajak kendaraan bermotor adalah pajak yang dipungut atas kepemilikan dan atau penguasaan kendaraan bermotor (Suryarini, 2012). Pemungutan pajak kendaraan bermotor adalah satu kesatuan dengan pengurusan administrasi pajak kendaraan bermotor lainnya. Khusus pemungutan pajak kendaraan bermotor untuk alat-alat berat dan besar yang bergerak dilakukan hanya oleh pemerintah daerah (Siahaan, 2004). Tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan sebesar : a) 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum; b) 1% untuk kendaraan bermotor umum; c) 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan besar. Pemungutan pajak kendaraan bermotor didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Selain itu, penerapan pajak kendaraan bermotor pada suatu daerah provinsi didasarkan pada peraturan daerah provinsi yang bersangkutan yang merupakan landasan hukum operasional dalam

17 17 teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak kendaraan bermotor di daerah provinsi yang bersangkutan. Dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu : a) Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Diperoleh berdasarkan harga pasaran umum suatu kendaraan bermotor, dan ditetapkan berdasarkan harga pasaran umum minggu pertama bulan Desember tahun pajak sebelumnya. Harga umum adalah harga rata-rata yang diperoleh dari sumber data, antara lain : agen tunggal pemegang merk (ATPM) dan asosiasi penjual kendaraan bermotor. Jika harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor tidak diketahui, nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor : isi silinder atau satuan daya, penggunaan kendaraan bermotor, jenis kendaraan bermotor, merek kendaraan bermotor, tahun pembuatan kendaraan bermotor, berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan, serta dokumen impor untuk jenis kendaraan tertentu. Walau begitu, faktor diatas tidak harus semuanya digunakan dalam menghitung nilai jual kendaraan bermotor. b) Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaran bermotor. Koefisien 1 berarti kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan oleh kendaraan bermotor, sedangkan koefisien lebih dari 1 berarti kendaraan bermotor tersebut berpengaruh buruk terhadap kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan. Faktorfaktor yang mempengaruhi bobot adalah : tekanan gandar, jenis bahan bakar kendaraan bermotor, jenis (penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin dari

18 18 kendaraan bermotor). Dengan demikian besarnya dasar pengenaan pajak dapat berubah dari waktu ke waktu (Siahaan, 2004) Subjek dan Objek Pajak Pada pajak daerah, diatur dalam UU No 34 tahun 2000 Pasal 1 Angka 8 bahwa yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Sedangkan yang dimaksud dengan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Menurut peraturan UU No 16 tahun 2000 Pasal 1 Angka 2, badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi dan badan yang memiliki dan menguasai kendaraan bermotor. Objek pajak kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor yang digunakan di semua jenis jalan darat, antara lain di kawasan bandara, pelabuhan laut, perkebunan, pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan sarana olahraga dan rekreasi (Siahaan, 2004).

19 Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan wajib pajak mengarah pada James, et al dalam Arum (2012) yang menjelaskan bahwa kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administratif. Kepatuhan pajak dibedakan menjadi dua, yaitu kepatuhan material dan kepatuhan formal. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi ketentuan material perpajakan (sesuai dengan isi undang-undang perpajakan). Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal. Misalnya wajib pajak mengisi pembayaran pajak dengan jujur dan melakukan pembayaran sebelum batas waktu yang ditentukan. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana para wajib pajak memenuhi kewajibannya secara formal sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan pajak. Misalnya ketentuan batas waktu pembayaran pajak kendaraan bermotor. Eliyani (1989) dalam Jatmiko (2006) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan membayar pajak tepat waktu tanpa adanya paksaan. Pendapat lain tentang kepatuhan wajib pajak juga dikemukakan oleh Kiryanto (2000) dalam Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa suatu iklim kepatuhan wajib pajak adalah : a) Wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan b) Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas c) Menghitung jumlah pajak dengan benar

20 20 d) Membayar pajak tepat pada waktunya Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan memperhitungkan, juga ketepatan menyetor maka diharapkan semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban pajaknya. 2.4 Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal pajak tanpa adanya paksaan dari pihak lain. Penilaian positif masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi Negara oleh pemerintah akan menggerakan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Suyatmin, 2004). Hal senada juga dinyatakan oleh Loekman Sutrisno (1994) dalam Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa membayar pajak merupakan sumbangan wajib pajak bagi terciptanya kesejahteraan bagi diri sendiri serta bangsa secara keseluruhan. Irianto (2005) dalam Arum (2012) menjelaskan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan Negara. Dengan menyadari hal ini, wajib pajak akan membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Kedua, kesadaran bahwa penundaan membayar pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara. Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak akan berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang dapat melibatkan terhambatnya pembangunan

21 21 Negara. Ketiga, kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak warga Negara. Kesadaran wajib pajak seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran wajib pajak amatlah diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa makin tinggi kesadaran wajib pajak maka makin tinggi pula tingkat kepatuhan wajib pajak (Suyatmin, 2004). 2.5 Sanksi Pajak Sanksi adalah hukuman negatif yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Sedangkan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum yang berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi pajak adalah hukuman negatif yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang (Jatmiko, 2006). Sanksi diperlukan agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi atau ditaati. Dapat disimpulkan sanksi pajak merupakan alat pencegah bagi wajib pajak agar tidak melanggar norma perpajakan dan patuh membayar pajak. Pandangan tentang sanksi perpajakan diukur dengan indikator Yadnyana (2009) dalam Arum (2012) sebagai berikut : a) Sanksi pidana dikenakan bagi pelanggar aturan pajak yang cukup berat; b) Sanksi administrasi dikenakan bagi pelanggar aturan pajak yang ringan;

22 22 c) Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik pagi wajib pajak; d) Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi; e) Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat di negosiasikan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikan nya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib pajak untuk melunasi nya (Jatmiko, 2006). 2.6 Pengetahuan Perpajakan Pengetahuan wajib pajak tentang pajak adalah perubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih, 2011). Melalui pendidikan formal dan non formal dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal yang paling mendasar dimiliki wajib pajak. Pemerintah telah berupaya menambah pengetahuan wajib pajak melalui penyuluhan, iklan-iklan di media masa ataupun elektronik dengan tujuan agar wajib pajak lebih mudah mengerti dan lebih cepat mendapat informasi perpajakan meski frekuensi kegiatan ini tidak sering dilakukan. Pengetahuan perpajakan tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara agar dapat menimbulkan kesadaran dalam diri wajib pajak (Aziza, 2011 dalam Arahman, 2012). Dalam sistem perpajakan yang baru, wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung, membayar,

23 23 melaporkan sendiri pajak yang terutang sehingga diharapkan akan tercipta unsur keadilan dan kebenaran mengingat bahwa wajib pajak sendirilah yang mengetahui besarnya pajak terutang. Menurut Mardiasmo (2006) Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Ciri-cirinya : a) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri; b) Wajib pajak aktif. Mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang; c) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. Pengetahuan perpajakan tidak hanya berisi tentang kewajiban wajib pajak, namun juga terdapat penjelasan tentang pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan berbegara agar sekaligus dapat menimbulkan kesadaran diri dalam diri wajib pajak (Aziza, 2011 dalam Arahman, 2012). Dengan demikian pengetahuan perpajakan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Semakin banyak pengetahuan perpajakan yang di dapat, akan menimbulkan bertambahnya tingkat kesadaran wajib pajak yang mengakibatkan wajib pajak akan membayar pajaknya dengan tepat waktu tanpa adanya paksaan. 2.7 Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu, mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam

24 24 membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (jatmiko, 2006). Tingkat keberhasilan penerimaan pajak selain dipengaruhi oleh tax payer juga dipengaruhi oleh tax policy, tax administration dan tax law (Prastiantono, 1994 dalam Jatmiko, 2006). Tiga faktor ini melekat dan dikendalikan oleh fiskus, sedangkan tax payer didominasi dari dalam diri wajib pajak itu sendiri. Petugas pajak dalam melaksanakan tugasnya melayani masyarakat atau wajib pajak kendaraan bermotor sangat dipengaruhi oleh adanya tax policy, tax administration dan tax law. Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban membayar pajak tergantung pada bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang terbaik kepada wajib pajak. Selama ini fiskus memiliki peran lebih banyak sebagai pemeriksa. Padahal untuk menjaga agar wajib pajak tetap patuh terhadap kewajiban perpajakannya dibutuhkan peran yang lebih dari sekedar pemeriksa (Panggabean, 2002 dalam Jatmiko, 2006) Dengan demikian seorang fiskus diharapkan mempunyai kompetensi dalam arti memiliki keahlian (skill), pengetahuan (knowledge), dan pengalaman (experience) dalam hal kebijakan perpajakan, administrasi pajak dan perundangundangan perpajakan. Selain itu fiskus harus termotivasi dalam melaksanakan tugas sebagai pelayan publik (Suyatmin, 2004).

25 Penelitian Terdahulu Beberapa hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama dan Tahun Judul Variabel Hasil Penelitian 1. Dharma dan Suardana (2014) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Sosialisasi Perpajakan, Kualitas Pelayanan Pada Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Kesadaran Wajib Pajak X2 = Sosialisasi Perpajakan X3 = Kualitas Pelayanan Y = Kepatuhan Wajib Pajak Semua variabel secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak PKB dan BBNKB pada kantor bersama SAMSAT Denpasar. Nilai F hitung > F tabel dengan signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 2. Susilawati dan Budiartha (2013) PengaruhKesadaran Wajib Pajak, Pengetahuan Pajak, Sanksi Perpajakan dan Akuntabilitas Pelayanan Publik pada Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor X1 = Kesadaran Wajib Pajak X2 = Pengetahuan Pajak X3 = Sanksi Perpajakan X4 = Akuntabilitas Pelayanan Publik Y= Kepatuhan Wajib Pajak Semua variabel memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar Pajak Kedaraan Bermotor pada kantor bersama SAMSAT Kota Singaraja. Adjusted R 2 = 0,507 atau 50,7% 3. Tryana A.M. Tiraada (2013) Kesadaran Perpajakan, Sanksi Pajak, Sikap Fiskus terhadap Kepatuhan WPOP di Kabupaten Minahasa Selatan X1 = Kesadaran Perpajakan X2 = Sanksi Pajak X3= Sikap Fiskus Y= Kepatuhan WPOP Kesadaran perpajakan dan sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan sikap fiskus tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak di Kabupaten Minahasa Selatan dikarenakan pelayanan fiskus belum dipergunakan dengan baik oleh wajib pajak di Kabupaten Minahasa Selatan. 4. Winerungan (2013) Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan X1 = Sosialisasi Ketiga variabel tidak berpengaruh terhadap

26 26 Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan WPOP di KPP Manado dan KPP Bitung Perpajakan X2 = Pelayanan Fiskus X3 = Sanksi Perpajakan Y = Kepatuhan WPOP Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Manado dan KPP Pratama Bitung disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat di masing-masing kota dan sosialisasi juga pelayanan fiskus yang tidak memberikan pengaruh. 5. Utami (2013) 6. Utama (2012) Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan WPOP pada KPP Pratama Palembang Seberang Ulu Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Biaya Kepatuhan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Kesadaran Wajib Pajak X2 = Sanksi Pajak Y = Kepatuhan WPOP X1 = Kualitas Pelayanan X2 = Sanksi Perpajakan X3 = B iaya Kepatuhan Y= Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan kesadaran wajib pajak tidak berpengaruh signifikan terlihat dari t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi sebesar 0,112 atau diatas 0,05. Kualitas pelayanan, sanksi perpajakan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak, sedangkan biaya kepatuhan berpengaruh negatif karena t hitung (0,001) 0,05 7. Hardiningsi h dan Yulianawati (2011) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Membayar Pajak X1 = Kesadaran Membayar Pajak X2 = Pengetahuan Perpajakan X3 = Pemahaman Peraturan Perpajakan X4 = Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan X5 = Kualitas Layanan Y= Kemauan Membayar Pajak Kesadaran membayar pajak dan kualitas layanan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan membayar pajak, sedangkan pengetahuan, pemahaman, dan persepsi efektivitas sistem dianggap tidak berpengaruh terhadap kemauan membayar pajak di Kecamatan Tahunan dan Kecamatan Jepara.

27 Kerangka Konseptual (Pemikiran) Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. Kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan, pelayanan fiskus akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini disajikan pada Gambar 2.1 sebagai berikut : Kesadaran Wajib Pajak Sanksi Pajak Pengetahuan Perpajakan Pelayanan Fiskus H1 H2 H3 H4 Kepatuhan Wajib Pajak 2.10 Hipotesis Penelitian Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan fakta-fakta empiris (Sugiyono, 2009). Berdasarkan kerangka pikir yang dibuat, maka dapat dirumuskan hipotesis.

28 Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Kesadaran wajib pajak merupakan sebuah itikad baik seseorang untuk memenuhi kewajiban membayar pajak berdasarkan hati nurani nya yang tulus ikhlas. Semakin tingginya tingkat kesadaran wajib pajak, maka pemahaman dan pelaksanaan kewajiban perpajakan semakin baik. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan (Muliari, 2009 dalam Susilawati, 2013). Hal paling menentukan dalam keberhasilan pemungutan pajak adalah kemauan wajib pajak untuk melakukan kewajiban. Upaya pendidikan, penyuluhan dan sebagainya tidak berarti banyak dalam membangun kesadaran wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan, jika masyarakat tidak merasakan manfaat dari kepatuhan membayar pajak. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan untuk meningkatkan kemauan membayar pajak (Hardiningsih, 2011). Hasil penelitian Susilawati (2013) menunjukan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang Sanksi perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2006). Oleh karena itu,

29 29 pandangan wajib pajak mengenai sanksi perpajakan diduga akan mempengaruhi dalam kepatuhan membayar pajak. Hasil penelitian Tiraada (2013) menunjukan bahwa sanksi pajak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H2 : Sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang Pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih, 2011). Melalui pendidikan formal dan non formal dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan adalah hal yang paling mendasar harus dimiliki oleh wajib pajak. Oleh karena itu, pandangan wajib pajak mengenai pengetahuan perpajakan diduga akan berpengaruh dalam kepatuhan membayar pajak. Hasil penelitian Susilawati (2013) menunjukan bahwa pengetahuan pajak berpengaruh positif pada kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H3 : Pengetahuan perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang

30 Pelayanan fiskus berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Pelayanan fiskus adalah kemampuan petugas dalam melayani wajib pajak untuk memenuhi segala kebutuhan nya secara transparan dan terbuka. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah (Susilawati, 2013). Fiskus harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dalam hal kebijakan tentang pajak, administrasi perpajakan dan peraturan perundang undangan yang mengatur tentang pajak. Juga petugas fiskus harus mempunyai motivasi yang kuat dan kesabaran dalam melayani wajib pajak. Hasil penelitian Susilawati (2013) menunjukan bahwa akuntabilitas pelayanan publik memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa pelayanan fiskus diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : H4 : Pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan membayar pajak kendaraan bermotor di Kabupaten Semarang

31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian Variabel adalah sesuatu yang hendak dijadikan sebagai objek pengamatan di dalam sebuah penelitian. Jadi variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Variabel penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Variabel Dependen (Y) Variabel dependen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak. b) Variabel Independen (X) Variabel independen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan, dan pelayanan fiskus Definisi Operasional Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoprasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Sugiyono, 2004). 31

32 32 Definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : a) Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan wajib pajak mengarah pada James, et al dalam Arum (2012) yang menjelaskan bahwa kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan, ataupun ancaman dan penerapan sanksi baik hukum maupun administratif. b) Kesadaran Wajib Pajak Kesadaran wajib pajak merupakan suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, memahami, dan melaksanakan ketentuan perpajakan dengan benar dan sukarela tanpa adanya paksaan (Arum, 2012). c) Sanksi Pajak Sanksi adalah hukuman negatif yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Sedangkan denda adalah hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum yang berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi pajak adalah hukuman negatif yang diberikan kepada wajib pajak yang melanggar peraturan dengan cara membayar uang. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib pajak untuk melunasinya (Jatmiko, 2006). d) Pengetahuan Perpajakan

33 33 Pengetahuan perpajakan adalah perubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih, 2011). Melalui pendidikan formal dan non formal dapat meningkatkan pengetahuan wajib pajak, karena pengetahuan perpajakan merupakan hal yang paling mendasar dimiliki wajib pajak. Semakin banyak pengetahuan tentang manfaat pentingnya membayar pajak bagi Negara, akan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak. e) Pelayanan Fiskus Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang). Sementara itu fiskus adalah petugas pajak. Sehingga pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu mengurus atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan wajib pajak (jatmiko, 2006). 3.2 Populasi dan Sampel Populasi adalah kumpulan individu yang memiliki kualitas dan ciri-ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat dipahami sebagai kelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal memiliki satu persamaan karakteristik (Jatmiko, 2006). Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah para wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di kantor bersama SAMSAT Kabupaten Semarang. Guna efisiensi waktu dan biaya, maka tidak semua wajib pajak menjadi obyek dalam penelitian ini. Oleh karena itu akan dilakukan pengambilan sampel.

34 34 Sampel adalah bagian kecil dari populasi yang diteliti. Cara pengambilan sampel yang akan dipakai dalam penelitian ini menggunakan teknik Stratified Sampling dimana sampel didapat sewaktu-waktu dengan syarat bahwa sempel tersebut sesuai dengan kriteria tertentu, yaitu wajib pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di Samsat Kabupaten Semarang dan bisa menunjukan STNK Kepemilikan kendaraan bermotor. Untuk mempermudah penelitian, peneliti menggunakan rumus slovin sehingga diperoleh 100 responden sebagai sampel. 3.3 Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini, jenis data yang akan digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan permasalahan yang diteliti (Jatmiko, 2006). Sumber data primer pada penelitian ini akan diperoleh secara langsung dari para wajib pajak kendaraan bermotor yang berada di Kabupaten Semarang. Data yang digunakan akan berupa kuesioner yang telah diisi oleh para wajib pajak yang menjadi responden terpilih dalam penelitian ini dan wawancara langsung dengan pihak SAMSAT yang terkait. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu metode pengumpulan data primer yang memerlukan adanya komunikasi antara responden dengan peneliti. Dalam penelitian ini, kuesioner akan dipilih sebagai teknik pengumpulan data yang cocok diterapkan. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. Kuesioner dibagi secara personal, dengan mendatangi satu persatu calon responden dan

35 35 menanyakan kesediaan responden untuk mengisi kuesioner yang berada di SAMSAT Kabupaten Semarang. Prosedur ini penting dilaksanakan untuk menjaga agar kuesionernya hanya diisi oleh responden yang memenuhi syarat dan bersedia dengan kesungguhan. Untuk mengukur pendapat responden akan digunakan skala Likert lima angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS). Perinciannya adalah sebagai berikut : Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 2 = Tidak Setuju (TS) Angka 3 = Cukup Setuju (CS) Angka 4 = Setuju (S) Angka 5 = Sangat Setuju (SS) 3.5 Metode Analisis Uji Reliabilitas Uji reliabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2005). Perhitungan reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan Cronbach Alpha (α). Apabila α lebih besar dari 0,06 maka item dinyatakan reliabel dan sebaliknya Uji Validitas Uji validitas adalah alat yang digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

36 36 kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Nilai probabilitas yang digunakan untuk menerima atau menolak signifikansi korelasi item variabel adalah dengan skor total 0,05. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka item tersebut dikatakan valid Uji Asumsi Klasik Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi memenuhi kriteria BLUE (Best, Linier, Unbiased Estimator). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas data, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinieritas. 1) Uji Normalitas Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendekati normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Ada dua grafik atau metode yang dapat dilihat, yaitu dengan histogram dan melihat pada normal probability plot (Normal P-Plot). Normal probability dilakukan dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal. Pengambilan keputusan dengan Normal P-Plot : a) Jika data atau titik-titik menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (data tersebut terdistribusi tidak normal)

37 37 b) Jika data atau titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas (data tersebut terdistribusi normal). 2) Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol (Ghozali, 2005). Multikolonieritas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen variabel yang dilibatkan dalam model. Jika terkadi gejala multikolonieritas yang tinggi, standard error koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan confidence interval untuk pendugaan parameter semakin lebar, maka akan terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, dan menerima hipotesis yang salah. Cara mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas bisa dilihat dalam model regresi : a) Jika R 2 yang dihasilkan sangat tinggi, tetapi secara individual variabel independen banyak berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen. b) Jika antar variabel independen terdapat korelasi yang tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. c) Uji multikolonieritas dapat dilihat dari tabel tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance 0,10 dan VIF 10, maka menunjukan adanya multikolonieritas.

38 38 3) Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas terjadi apabila tidak adanya kesamaan deviasi standar nilai variabel dependen pada setiap variabel independen. Bila terjadi gejala heterokedastisitas akan menimbulkan akibat varians koefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga hasil uji signifikansi statistik tidak valid lagi. Heterokedastisitas dapat dideteksi dengan uji Glejser, uji Park, uji White dan uji Scatterplot. Dalam uji Glejser, model regresi linier yang digunakan dalam penelitian ini diregresikan untuk mendapatkan nilai residualnya. Kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi dengan semua variabel bebas, apabila terdapat variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan pada tingkat signifikansi 5% terhadap residual absolut, maka terjadi heterokedastisitas dalam model regresi ini (Gunawan, 1996 dalam Jatmiko, 2012). Uji scatterplot yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual yang telah di studentized. Jika ada plot yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola, maka tidak terjadi heterokedastisitas (Ghozali, 2005).

39 Analisis regresi Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen, dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003 dalam Ghozali, 2005) Regresi Linier Berganda Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y = a + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 Di mana : Y = kepatuhan wajib pajak a X1 X3 X3 X4 = Konstanta = kesadaran wajib pajak = sanksi pajak = pengetahuan perpajakan = pelayanan fiskus β1,2,3,4 = koefisien regresi berganda Pengujian Hipotesis Uji hipotesis merupakan suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan dapat menuntun /mengarahkan penyelidikan selanjutnya (Umar, 2011). Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan dua pengujian yaitu : 1) Uji Simultan (Uji F)

40 40 Menurut Ghozali (2005) Uji F menunjukan semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model, mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Dengan taraf signifikan α = 0,05 : (1) Jika (nilai signifikan) < 0,05, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Yang berarti variabel independen secara keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. (2) Jika (nilai signifikan) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Yang berarti variabel independen secara keseluruhan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. 2) Uji Parsial (Uji-t) Menurut Ghozali (2005) uji t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%) dengan kriteria : (1) Jika (nilai signifikan) > 0,05, maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. (2) Jika (nilai signifikan) 0,05, maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. 3) Uji Koefisien Determinasi Dalam uji linier berganda, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk itu digunakan angka-angka pada model summary. Cara menentukan koefisien

41 41 determinasi dengan melihat kolom R2, hasil dari analisa SPSS. Persamaan untuk koefisien determinasi adalah KD = R2 x 100%. Dasar pengambilan keputusan koefisien determinasi : (1) <0,10 = Buruk Ketepatannnya (2) 0,11 0,30 = Rendah Ketepatannnya (3) 0,31 0,50 = Cukup Ketepatannya (4) >0,50 = Tinggi Ketepatannya

42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Responden Analisis terhadap karakteristik responden dilakukan untuk mengetahui data pribadi atau identifikasi responden yang meliputi Jenis Kelamin, Usia, Jenis Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan. Berikut adalah deskripsi responden secara umum berdasarkan hasil rekapitulasi jawaban yang diberikan oleh responden yang berjumlah 100 responden Jenis Kelamin Berdasarkan jawaban yang diberikan responden, diperoleh hasil bahwa terdapat 60 responden (60,0%) yang berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 40 responden (40,0%) berjenis kelamin perempuan. Berikut adalah deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Frekuensi Presentase Laki-laki 60 60,0 Perempuan 40 40,0 Jumlah ,00 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Tampak bahwa meskipun jumlah responden laki-laki lebih banyak, akan tetapi tidak terdapat perbedaan yang terlalu banyak antara responden laki-laki dan perempuan. Dominasi jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebagaimana diuraikan 42

43 43 tabel 4.1, tidak bisa dikatakan sebagai inheren gender (keberpihakan pada salah satu gender) terhadap responden. Hal ini dikarenakan menggunakan teknik pengambilan sampling Stratified Sampling, dimana sampel didapat sewaktu-waktu dan dimana saja. Jadi setiap elemen baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sempel Usia Umur mengakibatkan perubahan pola pikir dan tingkat kedewasaan seseorang tersebut dalam mengambil sikap atas setiap tindakan-tindakannya. Berikut adalah distribusi responden wajib pajak di Kabupaten Semarang berdasarkan usia : Tabel 4.2 Usia Usia Frekuensi Presentase , , ,0 > ,0 Jumlah ,00 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden yang terdaftar menjadi wajib pajak di SAMSAT Kabupaten Semarang berusia antara tahun. Dalam rinciannya umur tahun sebanyak 36 responden (36,0%) diikuti dengan tahun sebanyak 35 responden (35,0%). Sisanya umur sebanyak 17 responden (17,0%) dan >51 (diatas 51 tahun) sebanyak 12 responden (12,0%)

44 Pekerjaan Pekerjaan dapat dijadikan tolak ukur atau cirri seseorang yang membedakan satu orang dengan yang lainnya yang dipandang dari sudut sosial ekonomi. Status pekerjaan responden berdasarkan hasil penelitian dapat disajikan dalam tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Pekerjaan Jenis Pekerjaan Frekuensi Presentase Tidak bekerja Karyawan Swasta Pegawai BUMN Wirausaha PNS Lainnya ,0 1,0 9,0 25,0 14,0 Jumlah ,00 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden wajib pajak yang terdaftar di SAMSAT Kabupaten Semarang mempunyai pekerjaan sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 51 orang atau sebesar (51,0%), responden yang mempunyai pekerjaan sebagai pegawai BUMN sebanyak 1 responden (1%), responden yang mempunyai pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 9 responden (9%), responden yang mempunyai pekerjaan sebagai PNS sebanyak 25 responden (25%), dan responden yang mempunyai pekerjaan selainnya sebanyak 14 responden (14%).

45 Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan tolok ukur tingkat kepatuhan seseorang atas kewajiban yang dimilikinya. Berikut adalah distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikannya : Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase SMA 42 42,0 S ,0 S2 3 3,0 Lainnya 15 15,0 Jumlah ,00 Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Dalam tabel 4.4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden yang terdaftar di SAMSAT Kabupaten Semarang paling banyak di tingkat pendidikan SMA yaitu 42 orang atau 42,0%, selanjutnya tingkat pendidikan S1 sebanyak 40 responden atau 40,0%, tingkat S2 sebanyak 3 responden (3%) dan lainnya sebanyak 15 responden (15%) Deskripsi Jawaban Responden Variabel Kesadaran Wajib Pajak Berdasarkan dari data tabulasi yang diinput sebanyak 100 responden, menghasilkan pendapat responden mengenai kesadaran wajib pajak dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :

46 46 Tabel 4.5 Kesadaran Wajib Pajak Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah SS S CS TS STS F % F % F % F % F % F % Sadar , , Sadar , ,0 6 6, Sadar , ,0 5 5, Sadar , ,0 9 9,0 4 4, Sadar , ,0 6 10,0 1 1, Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa jumlah responden terbesar yaitu sebanyak 56 responden (56,0%) menyatakan setuju mematuhi kewajiban membayar pajak dengan cara melakukan pembayaran dan pelaporan pajak tepat pada waktunya. Sedangkan 52 responden (52,0%) menyatakan setuju untuk melakukan kepatuhan pajak yang berarti ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan Negara dan setuju bahwa penundaan pembayaran pajak dan pengurangan beban pajak sangat merugikan Negara. Kemudian sebanyak 51 responden (51,0%) menyatakan setuju bahwa pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar. Hal ini menandakan bahwa kesadaran wajib pajak terbesar dikarenakan empat hal tersebut yaitu dengan perolehan prosentase lebih dari 50%. Dengan kesadaran yang tinggi terhadap kewajiban membayar pajak, maka wajib pajak akan semakin sadar dan patuh untuk melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya.

47 Variabel Sanksi Pajak Pendapat responden tentang sanksi pajak dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Sanksi Pajak Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah SS S CS TS STS F % F % F % F % F % F % Sanksi , , ,0 2 2,0 1 1, Sanksi , ,0 7 7,0 3 3,0 1 1, Sanksi , ,0 7 7,0 4 4, Sanksi , ,0 5 5,0 5 5,0 1 1, Sanksi , ,0 9 9,0 2 2, Sumber:Dataprimeryangdiolah,2015 Berdasarkan tabel 4.6 diatas terlihat bahwa jumlah responden terbesar yaitu sebanyak 65 responden (65,0%) menyatakan setuju untuk diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku, diikuti dengan 62 responden (62,0%) menyatakan setuju jika sanksi pajak membuat wajib pajak jera dalam melalaikan kewajiban pajaknya dan setuju bahwa sanksi pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Sedangkan 61 responden (61,0%) menyatakan setuju untuk diberi sanksi jika terlambat atau tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan sebanyak 54 responden (54,0%) menyatakan setuju bahwa sanksi pajak sangat diperlukan agar tercipta kedisiplinan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

48 48 Hal ini menandakan bahwa sanksi perpajakan terbesar yang dibutuhkan oleh wajib pajak agar mematuhi kewajiban pajaknya diukur dengan pemberian sanksi yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku,sanksi yang membuat wajib pajak jera dalam melalaikan kewajiban perpajakannya, sanksi yang dapat meningkatkan kepatuhan membayar pajak, sanksi yang diperlukan agar tercipta kedisiplinan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan sanksi yang diberikan jika terlambat atau tidak memenuhi kewajiban pajak. Dengan diberikannya sanksi perpajakan yang tegas diharapkan wajib pajak akan semakin patuh untuk melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya Variabel Pengetahuan Perpajakan Pendapat responden tentang pengetahuan perpajakan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Pengetahuan Perpajakan Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah SS S CS TS STS F % F % F % F % F % F % Peng , ,0 1 1, Peng , , ,0 4 4,0 1 1, Peng , ,0 9 9,0 1 1, Peng , , , Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.7 di atas terlihat bahwa jumlah responden terbesar yaitu sebanyak 67 responden (67,0%) menyatakan setuju mematuhi kewajiban pajak

49 49 dengan mengetahui prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor, diikuti 64 responden (64,0%) menyatakan setuju untuk mengetahui apa yang akan wajib pajak tanggung jika tidak membayar pajak tepat waktunya, dan sebanyak 62 responden (62,0%) menyatakan setuju bahwa membayar pajak merupakan kewajiban warga Negara. Hal ini menandakan bahwa pengetahuan perpajakan yang dibutuhkan oleh wajib pajak yang mematuhi kewajiban pajaknya dapat diukur dengan pengetahuan untuk mengetahui prosedur pembayaran pajak kendaraan bermotor, mengetahui apa yang wajib pajak tanggung jika tidak membayar pajak tepat pada waktunya dan mengetahui bahwa membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga Negara. Dengan memiliki pengetahuan perpajakan yang tinggi diharapkan wajib pajak akan patuh untuk melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya Variabel Pelayanan Fiskus Pendapat responden tentang pelayanan fiskus dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Pelayanan Fiskus Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah SS S CS TS STS F % F % F % F % F % F % Pelayan , ,0 4 4, Pelayan , , ,0 2 2, Pelayan , , , Pelayan , ,0 3 3, Pelayan , ,0 4 4,0 1 1, Sumber : Data primer yang diolah, 2015

50 50 Berdasarkan tabel 4.8 diatas terlihat bahwa jumlah responden terbesar yaitu sebanyak 63 responden (63,0%) menyatakan setuju mematuhi kewajiban pajak dengan adanya penyuluhan yang dilakukan oleh petugas yang bertujuan untuk membantu pemahaman wajib pajak mengenai hak dan kewajibannya selaku wajib pajak, diikuti 62 responden (62,0%) menyatakan setuju jika peralatan dan gedung SAMSAT sudah cukup memadai. Sedangkan 60 responden (60,0%) menyatakan setuju bahwa dengan cara pembayaran dan pelunasan pajak yang mudah dan efisien dapat meningkatkan kepatuhan, diikuti dengan 56 responden (56,0%) menyatakan setuju untuk dilakukannya perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu, penggunaan sistem informasi dan teknologi dan 52 responden (52,0%) menyatakan setuju untuk pelayanan petugas SAMSAT yang cepat dan tanggap terhadap masalah atau keluhan dari wajib pajak. Hal ini menandakan bahwa pelayanan fiskus yang dibutuhkan oleh wajib pajak agar mematuhi kewajiban pajaknya dapat diukur dengan pelayanan untuk penyuluhan yang dilakukan oleh petugas, supaya dapat membantu pemahaman wajib pajak mengenai hak dan kewajiban wajib pajak, peralatan dan gedung SAMSAT yang sudah cukup memadai, cara membayar dan melunasi pajak yang mudah, perlu dilakukannya perbaikan infrastruktur seperti perluasan tempat pelayanan terpadu, penggunaan system informasi dan teknologi, dan petugas yang cepat dan tanggap terhadap masalah atau keluhan dari wajib pajak. Dengan memiliki pelayanan fiskus yang baik diharapkan akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak tepat pada waktunya.

51 Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Pendapat responden tentang kepatuhan wajib pajak dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini : Tabel 4.9 Kepatuhan Wajib Pajak Pertanyaan Tanggapan Responden Jumlah SS S CS TS STS F % F % F % F % F % F % Patuh , ,0 4 4, Patuh , ,0 2 2,0 1 1, Patuh , ,0 4 4, Patuh , ,0 1 1, Patuh , ,0 3 3,0 1 1,0 1 1, Sumber : Data primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.9 di atas terlihat bahwa jumlah responden terbesar yaitu sebanyak 63 responden (63,0%) menyatakan setuju mematuhi kewajiban pajak dengan cara menyediakan data-data yang lengkap ketika pemeriksaan pajak dilakukan, diikuti dengan 62 responden (62,0%) menyatakan sangat setuju untuk membayar pajak sesuai dengan tarif yang dibebankan. Sedangkan 61 responden (61,0%) menyatakan setuju untuk membayar pajak terutang tepat pada waktunya. Untuk 59 responden (59,0%) menyatakan setuju dengan tidak melakukan penunggakan dalam membayar pajak dan sebanyak 56 responden (56,0%) menyatakan setuju untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajiban sebagai warga Negara yang baik.

52 52 Hal ini menandakan bahwa kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak juga dapat dilihat dari perilaku wajib pajak dengan cara wajib pajak dengan sadar akan menyediakan data-data yang lengkap ketika pemeriksaan pajak dilakukan, membayar pajak sesuai dengan tarif yang dibebankan, membayar pajak terutang tepat pada waktunya, tidak melakukan penunggakan dalam membayar pajak dan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak untuk memenuhi kewajiban sebagai warga Negara yang baik. 4.2 Analisis Data Uji Instrumen Uji Validitas Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini, pengujian validitas dilakukan terhadap 100 responden. Pengambilan keputusan berdasarkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka item atau pertanyaan tersebut valid dan sebaliknya (Ghozali, 2005) Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak Hasil perhitungan nilai signifikansi dari variabel Kesadaran Wajib Pajak dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS Versi 16 ditampilkan pada tabel 4.10 berikut :

53 53 Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Kesadaran Wajib Pajak Pertanyaan Nilai Sig. Status Sadar 1 0,000 Sadar 2 0,000 Sadar 3 0,000 Sadar 4 0,000 Sadar 5 0,000 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Valid Valid Valid Valid Valid Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel Kesadaran Wajib Pajak memiliki nilai signifikansi < 0,05 (kurang dari 0,05). Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada variabel Kesadaran Wajib Pajak memiliki status valid dan layak digunakan sebagai sumber data penelitian Uji Validitas Variabel Sanksi Pajak Hasil perhitungan nilai signifikansi dari variabel Sanksi Pajak dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS Versi 16 ditampilkan pada tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Pajak Pertanyaan Nilai Sig. Status Sanksi 1 Sanksi 2 Sanksi 3 Sanksi 4 Sanksi 5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Dara Primer yang diolah, 2015

54 54 Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel Sanksi Pajak memiliki signifikansi < 0,05 (kurang dari 0,05). Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada variabel Sanksi Pajak memiliki status valid dan layak digunakan sebagai sumber data penelitian Uji Validitas Variabel Pengetahuan Perpajakan Hasil perhitungan nilai signifikansi dari variabel Pengetahuan Perpajakan dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS Versi 16 ditampilkan pada tabel 4.12 berikut : Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Perpajakan Pertanyaan Nilai Sig. Status Peng 1 Peng 2 Peng 3 Peng 4 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel Pengetahuan Perpajakan memiliki nilai signifikansi < 0,05 (kurang dari 0,05). Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada variabel Pengetahuan Perpajakan memiliki status valid dan layak digunakan sebagai sumber data penelitian Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus Hasil perhitungan nilai signifikansi dari Variabel Pelayanan Fiskus dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS Versi 16 ditampilkan pada tabel 4.13 berikut :

55 55 Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Variabel Pelayanan Fiskus Pertanyaan Nilai Sig. Status Pelayan 1 Pelayan 2 Pelayan 3 Pelayan 4 Pelayan 5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel Pelayanan Fiskus memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada variabel Pelayanan Fiskus memiliki status valid dan layak dipergunakan sebagai sumber data penelitian Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Hasil perhitungan nilai signifikansi dari variabel Kepatuhan Wajib Pajak dengan menggunakan Program SPSS Versi 16 ditampilkan pada tabel 4.14 berikut : Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Pertanyaan Nilai Sig. Status Patuh 1 Patuh 2 Patuh 3 Patuh 4 Patuh 5 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Primer yang diolah, 2015

56 56 Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa seluruh pertanyaan untuk variabel Kepatuhan Wajib Pajak memiliki nilai signifikansi di bawah 0,05. Dengan demikian pertanyaan-pertanyaan pada variabel Kepatuhan Wajib Pajak memiliki status valid dan layak digunakan sebagai sumber penelitian Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dipakai untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relatif sama maka alat ukur tersebut reliabel. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan Program SPSS for Windows Versi 16. Pengambilan keputusan berdasarkan jika Crombach Alpha > 0,6 atau melebihi 0,6 maka pertanyaan variabel tersebut reliabel dan sebaliknya (Ghozali, 2005). Adapun hasil dari pengujian reliabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Item Crombach Alpha Kesadaran Wajib Pajak Sadar 1-5 0,653 Sanksi Pajak Sanksi 1-5 0,870 Pengetahuan Perpajakan Peng 1-4 0,700 Pelayanan Fiskus Pelayan 1-5 0,709 Kepatuhan Wajib Pajak Patuh 1-5 0,798 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

57 57 Tabel data 4.15 menunjukkan bahwa nilai Crombach Alpha berada di atas 0,6. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa rangkaian butir pertanyaan yang digunakan sebagai angket adalah reliabel atau dapat memberikan hasil pengukuran yang konsisten atau tidak berbeda jauh jika digunakan untuk mengukur objek yang sama Uji Asumsi Klasik Uji Multikolonieritas Multikolonieritas bertujuan mengkuji apakah model regresi ditemukan adanya hubungan antar variabel bebas (independen). Multikolonieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Istilah multikolonieritas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolonieritas dengan derajatnya satu hubungan linier. Menurut Ghozali (2005), multikolinearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan degres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang dipilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (dikarenakan VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas 10. Setiap analisa harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir.

58 58 Tabel 4.16 Hasil Uji Multikolonieritas Variabel Collinearity Statistics Kesimpulan Tolerance Kesadaran Wajib Pajak 0,550 Sanksi Pajak 0,553 Pengetahuan Perpajakan 0,507 Pelayanan Fiskus 0,620 Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 VIF 1,820 1,808 1,971 1,614 Bebas Multikolonieritas Bebas Multikolonieritas Bebas Multikolonieritas Bebas Multikolonieritas Hasil pengujian tolerance menunjukkan tidak ada variabel bebas yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 (10%). Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat problem multikolonieritas atau terbebas dari multikolonieritas. Maka model regresi yang ada layak untuk dipakai Uji Heteroskedastisitas Menurut Ghozali (2005) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengkuji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan apabila berbeda disebut heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan Uji Gletser, Uji White, Uji Park dan Uji Scatterplot. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi atau bebas dari heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil analisis diperoleh grafik Scaterplot sebagai berikut :

59 59 Gambar 4.1 Pengujian Heteroskedastisitas Sumber: Data Primer yang diolah, 2015 Dari gambar 4.1 terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik tersebut diperkuat dengan uji Park. Uji Park dapat dilakukan dengan cara meregresikan variabel bebas (independen) terhadap nilai log linier kuadrat. Dikatakan terdapat gejala heteroskedastisitas apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 (< 0,05) dan sebaliknya apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 (> 0,05) maka tidak terdapat atau bebas dari gejala heteroskedastisitas. Adapun hasil pengujiannya dapat diketahui pada tabel berikut :

60 60 Tabel 4.17 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas dengan Uji Park Unstandardized Coefficients Standardiz ed Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. 1 (Constant) Kesadaran Wajib Pajak Sanksi Pajak Pengetahuan Perpajakan Pelayanan Fiskus a. Dependent Variable: LnU2i Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan uji Park yang terjadi dalam tabel 4.17 diatas dapat disimpulkan bahwa ke empat variabel bebas (kesadaran wajib pajak, sanksi pajak, pengetahuan perpajakan dan pelayanan fiskus) tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi karena ke empat variabel bebas memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05) Uji Normalitas Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen) terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah apabila memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dipakai adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan

61 61 distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005). Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas Sumber : Data Primer yang diolah, 2015 Jika dilihat berdasarkan gambar di atas, maka data dari semua data berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan semua data menyebar mengikuti garis normalitas. Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan grafik tersebut diperkuat dengan adanya pengujian Kolmogrov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai signifikansi pada Asymp.Sig (2-tailed) lebih dari 0,05 (> 0,05) dan sebaliknya apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 (< 0,05) maka data dikatakan tidak normal. Adapun hasil pengujiannya dapat diketahui pada tabel berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB III METODE PENELITIAN. variabel. Yang menjadi objek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kausalitas yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau lebih

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel penelitian dan definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.1.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemungut pajak yang disebut Publican (Rahayu, 2010). Sedangkan sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan sebuah negara yang dibayarkan oleh wajib pajak, pada zaman dahulu pajak dipungut oleh kerajaan untuk memenuhi kebutuhan istana tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Matraman di Jalan Matraman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. Teori Asuransi Negara melindungi keselamatan jiwa, harta benda, dan hak-hak rakyatnya. Oleh karena

Lebih terperinci

Muslikhatul Ummah Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia

Muslikhatul Ummah Fakultas Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Indonesia 1 PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PAJAK, PENGETAHUAN PERPAJAKAN DAN PELAYANAN FISKUS TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN SEMARANG Muslikhatul Ummah Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data

BAB III METODE PENELITIAN. perpajakan, kepatuhan wajib pajak dan kinerja penerimaan pajak. Sumber data BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus yaitu penelitian yang menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang melaporkan

BAB III METODE PENELITIAN. Timur. Subjek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak yang melaporkan BAB III METODE PENELITIAN 1. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah Dinas Pendapatan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Belitung Timur. Subjek dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI Pada bagian landasan teori akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang menjelaskan variabel penelitian. Beberapa teori tersebut berkaitan dengan definisi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta pada bulan Oktober 2016. Sasaran dari penelitian ini yaitu wajib pajak bumi dan bangunan di Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI Jakarta dalam waktu 6 bulan yaitu dimulai pada bulan Maret 2016 sampai bulan Agustus 2016. Sasaran dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Membahas mengenai perpajakan tidak terlepas dari pengertian pajak itu sendiri, menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri dari dua di wilayah Jakarta Barat dan satu di wilayah Tangerang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan

BAB III METODE PENELITIAN. kerumitan. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah sistem e-filling, sedangkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan lima variabel yang terdiri atas tiga variabel independen (bebas), satu variabel intervening dan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional, di antaranya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan bukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGARUH TANGGUNG JAWAB MORAL, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PERPAJAKAN, DAN KUALITAS PELAYANAN PADA KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (Studi Empiris Pada KPP Pratama Klaten) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rendahnya tingkat penerimaan pajak di Indonesia merupakan fenomena yang terus menerus terjadi. Padahal pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang ingin diinvestigasi (Sekaran, 2006). Menurut Sugiyono (2007) populasi diartikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kembangan yang beralamat Jalan Arjuna Utara No. 87 Gedung Guna Group, Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pajak Menurut Pasal 1 ayat 1 UU No.16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Magelang. Sampel penelitian ini adalah Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cirebon. Subyek dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak, sanksi pajak dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai perpajakan yang diberikan kepada masyarakat kususnya untuk wajib pajak.

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai perpajakan yang diberikan kepada masyarakat kususnya untuk wajib pajak. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel dan Definisi Operasional 3. 1.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah sosialisasi Pajak Bumi dan Bangunan(X). Sosialisasi Pajak Bumi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut :

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak. kerelaan nilai dalam membayar pajak sebagai berikut : BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Hasil Jawaban Responden 4.1.1 Hasil Jawaban Responden Atas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak Variabel kepatuhan wajib pajak memiliki tiga buah indikator yang dijelaskan terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) di KPP Pratama Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh WP OP yang

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN

BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN BAB IV DESAIN DAN METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Data primer yaitu data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu dalam penelitian ini adalah 2 bulan yaitu bulan April sampai dengan bulan Mei 2017, untuk menyebarkan kuisioner kepada responden, dan tempat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang Relevan 1. Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek atau Subjek Penelitian Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung

: Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung Judul Nama : Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi Perpajakan Dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Wajib Pajak Air Tanah di Dinas Pendapatan Kabupaten Badung : I Putu Eka Adiputra NIM : 1215351037 ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Menurut Usman (2009) bahwa setiap penelitian pasti deskriptif (menjelaskan),

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat

BAB III METODE PENELITIAN. Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian dengan judul Pengaruh Pemahaman, Kesadaran Perpajakan, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam pembiayaan pembangunan dan kesejahteraan masyarakatnya yaitu dengan menggali sumber dana yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan di analisis yaitu dari tahun 2009 sampai dengan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan di analisis yaitu dari tahun 2009 sampai dengan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013, dimana periode penelitian yang akan di analisis yaitu dari tahun 2009 sampai dengan 2013. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Theory of Reasoned Action (TRA) Teori yang mendasari psikologi sosial ini dikembangkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975). Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor, seperti yang kita ketahui diantaranya yaitu dari sektor internal dan juga dari sektor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

BAB III METODE PENELITIAN. oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subyek Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April sampai bulan Juni 2017 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cengkareng Jakarta di Jalan. Lkr. Luar No.10A,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN G. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dikategorikan sebagai metode survey dan data penelitian yang didapat menggunakan instrumen kuesioner.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang terbesar dan sangat penting bagi penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional. Kewajiban perpajakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terwujudnya masyarakat yang Adil, makmur dan merata berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 adalah tujuan yang menjadi idaman masyarakat setelah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan kewajiban setiap orang yang berada di suatu negara dan yang berada di seluruh dunia, oleh karena itu pajak merupakan suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan menjawab rumusan masalah dan melakukan pengujian pada hipotesis.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi menurut Supardi (2005) dalam Amelia (2012) adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting. Pajak adalah pendapatan dana dari suatu negara untuk mengurangi beberapa masalah seperti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada KPP Pratama di wilayah Pangkal Pinang dan yang menjadi objek pada penelitian ini adalah wajib pajak yang berada di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Umum Pajak Secara umum pengertian pajak adalah pemindahan harta atau hak milik kepada pemerintah dan digunakan oleh pemerintah untuk pembiayaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepatuhan Menurut Mahon (2001) kepatuhan adalah sebuah sikap yang rela untuk melakukan segala sesuatu, yang di dalamnya didasari kesadaran maupun adanya paksaan, yang membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 di Jakarta. Data-data tersebut dikumpulkan dari PT S Three Technologies Indonesia dan PT Domini Polymerindo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini, kita tidak bisa bebas dari yang namanya pajak. Bahkan barang dan jasa yang kita konsumsi sehari-haripun dikenai pajak. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Perusahaan Sampel 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berada di wilayah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah. Responden yang berpartisipasi

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Sebelum data hasil kuesioner penelitian dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

Lebih terperinci

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan,

Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Kualitas Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Tingkat Kepatuahn Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tabanan. Nama

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak Masalah pajak adalah masalah negara dan setiap orang yang hidup dalam suatu negara pasti berurusan dengan pajak, oleh karena itu masalah pajak juga menjadi masalah seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Perpajakan No 16 Tahun 2009, tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

28 Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka variabel

28 Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Maka variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 sampai 24 Februari 2017 dan bertempat pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebon Jeruk Satu yang beralamat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Dasar Perpajakan 2.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu merumuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71.

BAB III METODE PENELITIAN. Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua yang beralamat di jalan K.H Mas Mansyur No.71. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang mendukung faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, yaitu : 1. Kepatuhan Wajib Pajak Menurut kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Apabila kita berbicara mengenai Otonomi Daerah, maka kita akan teringat dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data

BAB III METODE PENELITIAN. yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka. Kemudian data yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Tentang Wajib Pajak 2.1.1 Pengertian Wajib Pajak Wajib Pajak adalah Orang Pribadi dan Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai

Lebih terperinci

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman

ABSTRAK. DAFTAR ISI Halaman Judul : Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan, Persepsi atas Efektivitas Sistem Perpajakan, Kewajiban Moral, Kualitas Pelayanan, dan Sanksi Perpajakan pada Kemauan Ikut Tax Amnesty Nama : Ni Luh Elya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian Pada bab ini Penulis akan menjelaskan konsep, konstruk, dan variable penelitian sebagai berikut. 2.1.1 Pengertian Pajak Soemitro dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian aaaaaaapenelitian ini dilakukan pada Wajib Pajak kendaraan bermotor di kantor SAMSAT Kota Magelang. Populasi menurut Sugiyono (2013) merupakan obyek/subyek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

BAB III METODE PENELITIAN. orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek atau Subyek Penelitian Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak dikemukakan oleh beberapa ahli telah memberikan batasan-batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Definisi Pajak Secara Umum Pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH PAJAK DAERAH HAPOSAN SIMANJUNTAK,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Legitimasi Teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan sejalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Objek penelitian yang digunakan adalah wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah Klaten sebagai lokasi penyebaran kuisioner dalam mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pembahasan dalam penelitian ini didasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat BAB III 3.1 Rancangan Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Rancangan penelitian diperlukan agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Lokasi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% (http://www.anggaran.depkeu.go.id) berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% (http://www.anggaran.depkeu.go.id) berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semua Negara termasuk Indonesia dalam menjalankan pembangunan memerlukan pendanaan yang sangat besar. Dana didapat dari berbagai sektor penerimaan APBN, salah

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diberlakukan oleh hampir seluruh negara di dunia. Masalah pajak merupakan masalah negara dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian explanatory research. Jenis penelitian explanatory research adalah jenis penelitian yang menyoroti hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purworejo. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 1.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Teori Kepatuhan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti suka dan taat terhadap peraturan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia merupakan bentuk dari desentralisasi fiskal sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rangka menjalankan roda pemerintahan dan untuk melaksanakan pembangunan nasional di beberapa bidang, Pemerintah Indonesia membutuhkan dana yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendanaan dalam melaksanakan tanggung jawab daerah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran utama dari kebijaksanaan keuangan negara di bidang penerimaan daerah adalah untuk menggali, medorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan dari daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian survey yang berupa penelitian penjelasan dan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pada dasarnya jenis penelitian ini dapat dikelompokkan menurut tujuan, metode, tingkat eksplentasi, analisis dan jenis data. Menurut metodenya, jenis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yaitu dapat melaksanakan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini penulis mencoba menganalisa bagaimana pengaruh kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.

Lebih terperinci