BAB I PENDAHULUAN. Secara de facto, Daerah Istimewa Yogyakarta lahir sejak dalam kancah
|
|
- Budi Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara de facto, Daerah Istimewa Yogyakarta lahir sejak dalam kancah revolusi antara tanggal 5 September 1945 tanggal 18 Mei 1946, 1 secara de jure lahirnya Daerah Istimewa Yogyakarta pada saat dikeluarkannya Undang-Undang No. 3 Tahun 1950 yang ditetapkan pada tanggal 3 Maret 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 3 Maret Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang tersebut menegaskan bahwa Urusan rumah tangga dan kewajiban-kewajiban lain sebagaimana termasuk dalam pasal 23 dan 24 UU Nomor 22 Tahun 1948 bagi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebagai berikut;.iii. Urusan Agraria. 2 Sebagai tindak lanjut dari UU No. 3 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 19 Tahun 1950, kemudian diterbitkanlah Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 1954 Tentang Hak Atas Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peraturan Daerah tersebut dikeluarkan dalam rangka mengisi kekosongan hukum (rechtsvacuum) sambil menunggu terbentuknya hukum tanah nasional, 3 sesuai dengan ketentuan pada Pasal 4 ayat (4) UU No. 3 Tahun 1950 yang berbunyi : 4 1 Sarjita, Pelaksanaan Urusan Pertanahan Dalam Era Otonomi Daerah (Keppres No. 34 Tahun 2003), Tugu Jogja Pustaka, Yogyakarta, 2005, Hlm Ibid., Hlm Ibid. 4 Lihat Dalam UU No. 3 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta
2 Urusan-urusan rumah tangga dan kewadjiban-kewadjiban lain dari pada jang tersebut dalam ajat (1) diatas, jang dikerdjakan oleh Daerah Istimewa Jogjakarta sebelum dibentuk menurut Undang-undang ini, dilandjutkan sehingga ada ketetapan lain dengan Undang-undang. Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 tahun 1960 mulai diberlakukan secara nasional sejak tanggal 24 September Kewenangan keagrariaan adalah ada pada pemerintah pusat namun, pada pelaksanaannya dapat dilimpahkan pada pemerintah daerah ataupun kepada persekutuan masyarakat hukum adat. 5 Dikeluarkannya UUPA ini dimaksudkan untuk menghilangkan dualisme dalam peratuan perundang-undangan keagrariaan (adanya hukum agraria yang didasarkan pada hukum adat pada satu pihak dan hukum agraria yang didasarkan hukum barat pada pihak lain). Namun, bagi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dualisme tersebut tetap ada, bahkan waktu itu UU No. 5 Tahun 1960 belum dapat diberlakukan. 6 Diktum ke - 4 dari Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) menyatakan bahwa hak dan wewenang atas bumi dan air, swapraja dan bekas swapraja beralih pada negara sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan kemudian akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah (PP). 7 Diktum ini sesuai dengan asas preferensi hukum lex pesteriori derogat legi periori (Undang-Undang yang belaku belakangan membatalkan/mengesampingkan undang-undang yang berlaku terlebih dahulu) 8 khususnya substansi yang mengatur wewenang/urusan agraria sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 UU No. 3 Tahun /upload_file/44-fullteks.pdf, 5 Desember Jam WIB 6 Ni matul Huda, 7 Ibid. 8 Sarjita, Pelaksanaan Urusan Op. Cit. Hlm. 138
3 Belum diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1960 di Daerah Istimewa Yogyakarta mengakibatkan dualisme hukum dalam hukum pertanahan, di satu pihak berlaku peraturan perundang-undangan daerah dan di pihak lain berlaku peratuaran pemerintah pusat. Dualisme dalam hukum agrarian di DIY tentu akan menimbulkan ketidakpastian hukum, serta tidak memberikan dukungan terhadap terwujudnya pembenahan kesatuan (unifikasi) hukum nasional. 9 R.Ay. Sri Retno Kusumo Dhewi berpendapat bahwa sejak tanggal 1 April 1984 telah terjadi dualisme hukum di bidang pertanahan yang mengatur tanah adat di Yogyakarta karena Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta masih tetap mengakui berlakunya rijksblad-rijksblad maupun peraturan-peraturan daerah sehingga pengurusan agraria yang semula berdasarkan wewenang otonomi, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950, namun dengan berlaku sepenuhnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 dan aturan-aturan pelaksanaannya yang mengatur tentang konversi pertanahan mulai tanggal 1 April 1984, maka beralih menjadi wewenang dekonsentrasi dan diyatakan tidak berlakunya lagi segala rijksblad-rijksblad, peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan lainnya yang mengatur tentang keagrariaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. 10 Permasalahan status hukum hak atas tanah Paku Alaman Ground (PAG) dari Puro Pakualaman dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1960 di Propinsi DIY berdasarkan Keppres No. 33 Tahun 1984 tanggal 9 Mei 1984 tentang Pelaksanaan Berlaku Sepenuhnya UU No. 5 Tahun 1960 di Propinsi Daerah 9 Ni matul Huda, Desember 2009, Jam WIB
4 Istimewa Yogyakarta tanggal 1 April 1984 sampai saat ini masih menimbulkan fenomena menarik untuk dikaji. 11 Karena secara yuridis keistimewaan Pakualaman Ground di bidang pertanahan belum mendapatkan legitimasi dalam peraturan perundang-undangan setelah dikeluarkan Keppres RI Nomor 33 Tahun Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarta. Menurut buku 'Vorstenlanden' disebutkan bahwa pada tahun 1813 Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Sungai Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka Sentono Ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah palungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibukota Brosot. 13 Kadipaten Pakualaman merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang sekarang menjadi Kabupaten Kulon Progo. Sebelum terbentuknya Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951, wilayah Kulon Progo terbagi atas dua kabupaten yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarta yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Perang Diponegoro di WIB 11 Ibid. Hlm Ibid Januari 2009, Jam
5 daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu: Kabupaten Pengasih, tahun Kabupaten Sentolo, tahun Kabupaten Nanggulan, tahun Kabupaten Kalibawang, tahun 1855 Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Rio Wasadirdjo, mendapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribukota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 ibukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan. Pada 5 September 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah beliau yaitu 14 Ibid.
6 Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia. Pada tahun 1951, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Pakualam VIII, maka oleh pemerintah pusat dikeluarkan UU No. 18 tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan tanggal 15 Oktober Undang-undang ini mengatur tentang perubahan UU No. 15 tahun 1950 untuk penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarta dalam lingkungan DIY menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober Sejarah diatas yang dijadikan dasar pihak keraton Pakualaman menyebut wilayah kekuasaanya sebagai Pakualaman Ground (PAG). 15 Diatas tanah tersebut sekarang sedang berjalan rencana pendirian tambang biji besi. Rencana penambangan pasir besi yang akan dilakukan oleh PT. Jogja Magasa Mining Yogyakarta dan Indo Mines Limited Australia di sepanjang pesisir pantai selatan Kulon Progo dengan luas kurang lebih meter persegi, panjang sekitar 22 Km dan lebar sekitar 1,8 Km dari bibir pantai, terdiri dari lahan pertanian dan rumah penduduk yang dihuni oleh penduduk kurang lebih Jiwa. Rencana penambangan ini menimbulkan sengketa kepentingan hak atas tanah dan konflik sosial penolakan pendirian tambang pasir besi oleh ribuan 15 Ibid.
7 warga beberapa desa yang sampai hari ini terus berjuang untuk mempertahankan tanahnya. 16 Lahan pantai sepanjang 22 km itu dalam sejarahnya diklaim sebagai tanah Paku Alam Ground (PAG), sementara petani 30 tahun yang lalu mengenalnya sebagai tanah oro-oro tandus yang terlantar dan tak bertuan, dan tidak mungkin dapat ditanami apapun. Para petani dengan uji cobanya berhasil merubah lahan pantai yang dulunya pasir tandus telah berubah menjadi lahan pertanian yang subur dan dapat ditanami berbagai macam tanaman seperti cabe, semangka dan lain-lain, sekarang daerah ini adalah penghasil cabe dan semangka terbesar di DIY. Persolannya adalah, setelah hamparan pasir yang subur dan menjadi mata pencaharian warga sekitar itu, kini, lahan pantai akan dirubah menjadi pertambangan besi yang bernilai triliuan rupiah. 17 Berdasarkan pengukuran yang dilakukan warga masyarakat berdasarkan peta wilayah desa jika dihitung lebar 1,8 km dari bibir pantai dan panjang 22 km maka bukan hanya lahan pertanian namun perumahan warga juga akan tergusur, padahal sebagian besar warga sudah memiliki sertifikat hak milik yang secara hukum seharusnya diberikan perlindungan oleh negara bukan malah diserahkan kepada asing dalam hal ini Australia untuk di eksploitasi sumber daya alamnya tanpa memperhatikan dampak dampak negatif yang timbul sementara itu mereka tidak mendapatkan kejelasan bila mereka digusur nanti apakah akan mendapat 16 Hasil wawancara awal dengan Pak Tukijo, Koordinator Lapangan Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Desa Karang Sewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo, tanggal 15 Januari 2009, Jam WIB. 17 Ibid.
8 ganti rugi atau akan direlokasi ketempat yang tentu saja tak sama dengan yang mereka tempati sekarang. 18 Berdasar latar belakang sebagaimana telah diuraikan di atas, maka Penulisan dan Penelitian Karya Ilmiah ini akan memfokuskan pembahasan pada Kedudukan Tanah Pakualaman (Paku Alaman Ground) Setelah Berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Studi Kasus Rencana Penambangan Pasir Besi Di Pesisir Selatan Pantai Di Kabupaten Kulonprogo B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kedudukan tanah-tanah Paku Alaman Ground sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria. 2. Apakah masalah-masalah yang timbul dalam rencana penambangan pasir besi di pesisir selatan pantai di Kabupaten Kulonprogo dan alternatif penyelesaian. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kedudukan tanah-tanah Paku Alaman Ground sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria. 2. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam rencana penambangan pasir besi di pesisir selatan pantai di Kabupaten Kulonprogo dan alternatif penyelesaian. D. Tinjauan Pustaka 18 Ibid.
9 Negara Republik Indonesia telah meletakan dasar politik hukum Agraria Nasional, sebagaimana yang dimuat dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 sebelum amandemen dinyatakan bahwa: bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah pokok-pokok kemakmuran rakyat. Oleh sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pasal 1 UUPA menyatakan bahwa : Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam Wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan Nasional. Pernyataan tersebut merumuskan isi konsepsi khas Hukum Agraria Nasional Indonesia, yang di kenal sebagai konsepsi komunalistik-religius, yang menegaskan hubungan kepunyaan bersama rakyat/bangsa Indonesia dengan bumi, air dan ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang bersifat perdata, tetapi bukan hubungan kepemilikan. Sekaligus mengandung unsur hubungan publik dalam rangka mewujudkan amanat dalam Pembukaan UUD RI 1945 sebagaimana dikemukakan diatas. Dalam rangka mewujudkan amanah itulah, maka dilimpahkan kepada negara Republik Indonesia serangkaian kewenangan, yang dirumuskan Pasal 2, yang menegaskan sifat publik
10 dan sekaligus lingkup Hak Menguasai dari negara yang dimaksudkan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD RI Dalam Pasal 2 ayat (2) UUPA dinyatakan, bahwa Hak Menguasai dari negara meliputi kewenangan untuk: 20 a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa. b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dengan bumi, air dan ruang angkasa. c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orangorang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. Dengan ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ini menunjukan sifat imperatif, karena mengandung perintah kepada negara agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang diletakkan dalam penguasaan negara itu dipergunakan sebesar-besarnya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. 21 Dipilihnya kata dikuasai dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bukan suatu kebetulan melainkan merupakan suatu hasil pengolahan rasional dan emosional terhadap pandangan filosofis dan politik atas masalah-masalah kenegaraan, sosial, 19 Boedi Harsono, Kata Pengantar Cetakan ke-10 dalam buku Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Cetakan. Kesepuluh, Djembatan, Jakarta, 2005, Hlm. XXXVIII 20 Ibid. 21 Muchsin dkk, Hukum Agraria Indonesian Dalam Perspektif Sejarah, Cetakan. Pertama, PT Refika Aditama, Bandung. 2006, Hlm.39
11 budaya, ekonomi, dan sejarah pertumbuhan bangsa sendiri, oleh karena itu mengandung unsur kejiwan yang mendasar. 22 Di dalam lingkungan masyarakat hukum adat dikenal hukum ulayat. Hak ulayat merupakan hak dari masyarakat hukum adat yang berisi wewenang dan kewajiban untuk menguasai, menggunakan, dan memelihara kekayaan alam yang ada dalam lingkungan wilayah hak ulayat tersebut. Jadi hak ulayat itu bukan hak untuk memiliki, akan tetapi hanya merupakan hak menguasai. Hak ulayat ini kemudian dijadikan dasar dalam menentukan hubungan negara dengan bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Konsep ini kemudian dimuat dalam Pasal 2 UUPA. 23 Di dalam konsep hukum adat di samping ada hak masyarakat hukum adat yaitu hak ulayat, juga hak perorangan atas tanah di akui. Artinya masing-masing individu mempunyai kesempatan untuk mempunyai hak atas tanah. Konsep ini kemudian dimuat dalam Pasal 4 dan Pasal 16 UUPA. 24 Oleh karena hukum adat yang berlaku di Indonesia adalah beraneka ragam dan memiliki kekurangan masing-masing, maka hukum adat yang dijadikan dasar hukum agrarian nasional ialah hukum adat yang telah disaring. Yang berate hukum adat yang telah dibersihkan dari cela-celanya serta di tambah kekurangankekurangannya agar supaya dapat berlaku umum untuk seluruh wilayah Indonesia (Depend an Dirjen Agraria Depdagri, 29). Selain itu, ketentuan-ketentuan hukum 22 Soeprapto, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Praktek, UI Press, Jakarta Hlm Muchsin dkk Hukum Agraria. Op. Cit. Hlm Ibid.
12 adat yang diangkat menjadi hukum agraria nasional di saring melalui syarat-syarat tertentu. 25 Syarat-syarat tertentu tersebut, seperti yang dimuat dalam pasal 5 UUPA, adalah hukum adat yang: Tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara. 2. Tidak bertentangan sosialisme Indonesia. 3. Tidak bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam UUPA itu sendiri. Menurut pasal 6 dari UUPA semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial. Terkuat dan terpenuh disini tidak berati bahwa hak milik merupakan hak yang mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat di ganggu gugat. Ini di maksudkan untuk membedakannya dengan hak-hak atas tanah lainnya yang dimiliki oleh individu. 27 Bahwa hak atas tanah apapun yang ada pada seseorang, tidaklah dapat di benarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak di pergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi hal itu menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Penggunaan tanah itu harus disesuaikan dengan keadaanya dan sifat dari pada haknya, hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidaklah berate, bahwa 25 Ibid., hlm Ibid. 27 Eddy Ruchiat, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlakunya UUPA, ctk. Pertama, Penerbit Alumni, Bandung, 1984, hlm 44.
13 kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum (masyarakat). 28 Namun dalam pelaksanaannya, ada beberapa wilayah dikecualikan untuk sementara (ditunda berlakunya) antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengecualian/penundaan pelaksanaan UUPA menyangkut keberadaan tanah di suatu wilayah, dalam hal ini tanah tanah di Keraton Yogyakarta. Setelah UUPA diberlakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 24 September 1983, terjadi perubahan mengenai hubungan tanah dan subyek hak. 29 Ditandai dengan munculnya Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1984 Tentang Pemberlakuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 28 Muchsin dkk Hukum Agraria. Op. Cit. Hlm Umar Kusumoharyono, Eksistensi Tanah Op. Cit. Hlm. 3
14 E. Metode Penelitian 1. Obyek Penelitian. Kedudukan Tanah Pakualaman (Paku Alaman Ground) Setelah Berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Studi Kasus Rencana Penamabangan Pasir Besi Di Pesisir Selatan Pantai Kulonprogo. 2. Subjek Penelitian a. Puro Pakualaman b. Kepala Badan Pertanahan Nasional Propinsi Yogyakarta c. Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo d. Kepala Desa Karangsewu, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulonprogo 3. Sumber Data. a. Sumber data Primer berupa data yang diperoleh dari penelitian lapangan. b. Sumber data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, perundang-undangan, karangan ilmiah, brosur, makalah, surat kabar, dokumen dan bahan-bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan materi penelitian. 4. Metode Pengumpulan Data. a. Penelitian Kepustakaan, yaitu mempelajari buku-buku, perundangundangan, karangan ilmiah, brosur, makalah, surat kabar, dokumen dan bahan hukum lainnya. b. Wawancara, yakni dengan mengajukan pertanyaan kepada nara sumber baik secara bebas maupun terpimpin.
15 5. Metode Pendekatan a. Pendekatan Yuridis, yaitu pendekatan dalam menjelaskan masalah berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau menggunakan teori-teori hukum yang berkembang. b. Pendekatan Sosiologis, yaitu pendekatan dari sudut pandang hukum yang berlaku dalam masyarakat dimana kasus ini terjadi. 6. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data adalah kegiatan mengorganisasikan data penelitian sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan diinterprestasikan. Untuk jenis data kualitatif proses pengolahan data dapat meliputi kegiatan editing, coding, dan penyajian dalam bentuk narasi. Untuk jenis data kuantitatif proses pengolahan data dapat meliputi kegiatan editing, coding, dan tabulating. Data yang dihimpun dengan cara dihimpun, kemudian diolah dengan cara data diseleksi, diklarifikasikan secara sistematis, logis dan yuridis, guna mendapatkan gambaran umum untuk mendukung materi penelitian, melalui analisis data secara kualitatif. F. Kerangka Skripsi Skripsi ini terbagi menjadi empat bagian yaitu :
16 Pada bagian pendahuluan yaitu Bab I, penulis pendahuluan memuat dan menguraikan tentang permasalahan yang berhubungan dengan Kedudukan Tanah Pakualaman (Paku Alaman Ground) Setelah Berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Studi Kasus Rencana Penamabangan Pasir Besi Di Pesisir Selatan Pantai Kulonprogo. Penulis juga menuangkan tujuan, metode serta sedikit gagasan gagasan secara sederhana tentang analisis permasalahan yang melatar belakanginya berdasar pada sumber data dan berita aktual yang berkembang, teori-teori hukum serta peraturan perundang-undangan. Pada bagian berikutnya yaitu Bab II penulis memuat dan mengemukakan dasardasar teori yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan. Pokok-pokok permasalahan yang diajukan oleh penulis dikaji secara ilmiah dengan mengacu pada nilai-nilai, asas, pendapat-pendapat para pakar atau ahli di dalam bidang yang menjadi kajian penulis serta wacana-wacana aktual yang berkaitan dengan pokok permasalahan. Pada bagian berikutnya yaitu Bab III berisi tentang penyajian data dan analisa hasil penelitian. Pada bab ini penulis akan menjabarkan pokok permasalahan dengan menyertai data-data yang telah dikumpulkan dan terlebih dulu dianalisa. Pada bagian berikutnya yaitu Bab IV merupakan bab penutup dari penelitian. Pada bab ini memuat tentang kesimpulan yang didapatkan oleh penulis dari hasil penelitian serta saran-saran atas permaslahan yang yang diteliti dan telah penulis simpulkan dan melengkapi kesimpulan atau jawaban dari permasalahan yang diajukan.
BAB I PENDAHULUAN. pertanian dan tanah perkebunan. Sedangkan yang digunakan untuk. bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai pengertian geologis-agronomis, tanah adalah lapisan lepas permukaan bumi yang paling atas. Tanah yang dimanfaatkan untuk menanami tumbuh-tumbuhan
Lebih terperinciHUKUM AGRARIA NASIONAL
HUKUM AGRARIA NASIONAL Oleh : Hj. Yeyet Solihat, SH. MKn. Abstrak Hukum adat dijadikan dasar karena merupakan hukum yang asli yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Hukum adat ini masih harus
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo
BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Proyek Tambang Pasir Besi di Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo memiliki banyak potensi kekayaan sumber daya alam. Oleh sebab itu, pemerintah Kabupaten Kulon Progo melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.penggunaan tanah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kebutuhan manusia akan tanah dimulai ketika manusia hidup sampai dengan meninggal. Di wilayah Republik Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka memajukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum. Dalam rangka memajukan kesejahteraan umum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum tentang Tanah Terlantar Sebagaimana diketahui bahwa negara Republik Indonesia memiliki susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya bercorak agraris, bumi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah wilayah setingkat Provinsi yang mempunyai sejarah pembentukan berbeda dengan wilayah provinsi yang lain di Indonesia. Propinsi
Lebih terperinciDUALISME PENERAPAN HUKUM PERTANAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Erma Defiana Putriyanti 1. Abstract
DUALISME PENERAPAN HUKUM PERTANAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Erma Defiana Putriyanti 1 Abstract This research is a normative empirical aims to determine what Land Reform Law applied in Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai bangsa Indonesia. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
Lebih terperinciLAPORAN. Penelitian Individu
LAPORAN Penelitian Individu Aspek Kelembagaan dalam Penyerahan Urusan Pemerintahan Bidang Pertanahan di Daerah Otonomi Khusus Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta Oleh: Shanti Dwi Kartika, S.H., M.Kn. PUSAT
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat berbagai macam hak-hak atas tanah di atas Tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semula seluruh tanah di wilayah Yogyakarta sebelum ditetapkan dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23 Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hlm 1. 1 Richard Edy. Aspek Legal Properti - Teori, Contoh, dan Aplikasi. C.V ANDI OFFSET, Yogyakarta 2010.
BAB I PENDAHULUAN A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL Dalam tatanan Hukum Pertanahan Nasional, hubungan hukum antara orang, baik warga negara Indonesia (WNI) maupun warga negara asing (WNA), serta perbuatan hukumnya
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dengan berbagai cara. Bidang industri dan pertambangan dipercaya cukup efektif
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Persaingan di bidang perekonomian di dunia semakin ketat, tidak terkecuali dengan Indonesia yang berupaya meningkatkan kemampuan di bidang ekonomi dengan berbagai cara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia adalah negara yang susunan kehidupan rakyat dan perekonomiannya masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Sistem otonomi yang diberlakukan oleh bangsa Indonesia merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem otonomi yang diberlakukan oleh bangsa Indonesia merupakan bentuk pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Kewenangan berupa hak otonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena tanah mempunyai nilai ekonomi, ekologi, dan nilai sosial dalam kehidupan. Kenyataan sejarah menunjukkan
Lebih terperinciEKSISTENSI TANAH KASULTANAN (SULTAN GROUND) YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU No. 5 / 1960
EKSISTENSI TANAH KASULTANAN (SULTAN GROUND) YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA UU No. 5 / 1960 Umar Kusumoharyono Abstract The aim of research is to reveal the land legislation history at Kasultanan Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah karunia dari Tuhan yang Maha Esa kepada umat manusia dimuka bumi. Tanah menjadi kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat
Lebih terperinciDIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :
PENGAKUAN HUKUM TANAH NASIONAL TERHADAP TANAH KERATON YOGYAKARTA SETELAH BERLAKUNYA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KEWENANGAN DALAM URUSAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa mempunyai fungsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya, masih bercorak agraris, bumi, air dan ruang angkasa, sebagai karunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keraton Yogyakarta menginginkan seluruh tanah Sultan Ground dapat berstatus hak milik, yang diatur dalam sebuah undang-undang sehingga akan lebih memiliki
Lebih terperinciPertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA
Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk
Lebih terperinciBAB I A. LATAR BELAKANG
BAB I A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, manusia memerlukan sebidang tanah baik digunakan untuk membangun rumah maupun dalam melakukan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti pertanian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu daerah, dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan atau kemunduran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri yang dinamakan dengan daerah otonom. 1
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945 telah banyak membawa perubahan bagi bangsa Indonesia terhadap beberapa hal. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah diperlukan manusia sebagai ruang gerak dan sumber kehidupan. Sebagai ruang gerak, tanah memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pembangunan Nasional yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat Pembukaan UUD 1945, dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu jumlah penduduk
Lebih terperinciBUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012
BUPATI KULONPROGO SAMBUTAN PADA ACARA MALAM RENUNGAN MENYONGSONG PERINGATAN HARI JADI KE 61 KABUPATEN KULONPROGO Wates, 14 Oktober 2012 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat malam, salam sejahtera bagi kita
Lebih terperinciNOMOR 3 TAHUN 1984 (3/1984) PELAKSANAAN BERLAKU SEPENUHNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR: 34 TAHUN 1984 SERI D ----------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Kenyataan telah membuktikan bahwa faktor ketenagakerjaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air, ruang angkasa beserta kekayaan alam yang terkandung di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kekayaan nasional yang dikaruniakan
Lebih terperinciPEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA DR YAGUS SUYADI, SH, MSi ISSUE UTAMA MASALAH AGRARIA TERDAPAT KETIMPANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia masih
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Ilmu Hukum. Oleh:
PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH ASAL TANAH BONDO DESA MELALUI PROYEK PERUMAHAN RUMAH SANGAT SEDERHANA DI KELURAHAN DANYANG KECAMATAN PURWODADI KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas
Lebih terperinciBahwa sebelum berlakunya UUPA terdapat dualisme hukum agraria di Indonesia yakni hukum agraria adat dan hukum agraria barat. Dualisme hukum agraria ini baru berakhir setelah berlakunya UUPA yakni sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki wilayah, pemerintah yang berdaulat, dan warga Negara. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 12 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Agraria yang berlaku sebelum Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat dualisme akibat dari politik-hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak,
Lebih terperinciPOLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO
POLA PENCARIAN INFORMASI MASYARAKAT PESISIR PANTAI KABUPATEN KULON PROGO dalam MENGAMBIL KEPUTUSAN TERKAIT dengan PROYEK TAMBANG PASIR BESI di KABUPATEN KULON PROGO Oleh Christina Tyas Utami Ari Murti
Lebih terperinciBAB II. ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT
BAB II ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT A. Prinsip Umum tentang Perlindungan Bagi Masyarakat dan Masyarakat Adat Dimana ada masyarakat disitu ada hukum (ubi societes ibi ius), hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya tanah bagi kehidupan masyarakat mempunyai peranan penting, hal ini menjadikan kebutuhan akan tanah semakin besar. Oleh karena itu untuk memperoleh
Lebih terperinciUndang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang Dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENDATAAN, PERENCANAAN, DAN PENGELOLAAN TANAH DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia yang mendasar di Negara Agraris. Tidak dapat dipungkiri fenomena sengketa pertanahan dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi bangsa Indonesia yang dikuasai oleh negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak baik yang telah dikuasai atau
Lebih terperinciKAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
Lebih terperinciLex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018
PENGATURAN HUKUM TENTANG PENDAFTARAN TANAH MENJADI HAK MILIK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997 1 Oleh: Syendy A. Korompis 2 Dosen Pembimbing: Atie Olii, SH, MH; Godlieb N. Mamahit, SH, MH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber kehidupan dan penghidupan.
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA. tidak terpelihara, tidak terawat, dan tidak terurus.
19 BAB II PENGATURAN TANAH TERLANTAR MENURUT HUKUM AGRARIA A. Pengertian Tanah Terlantar Tanah terlantar, terdiri dari dua (2) kata yaitu tanah dan terlantar. Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mengandalkan hidup dari tanah pertanian sehingga tanah merupakan kebutuhan bagi setiap orang.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Bentuk Pendaftaran Hak Ulayat Masyarakat
Lebih terperinciyang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG- UNDANG NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Hukum 1. Pengertian Perlindungan Hukum Perlindungan hukum adalah sebuah hak yang bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah merupakan salah satu sumber kehidupan yang sangat vital bagi manusia, baik dalam fungsinya sebagai sarana untuk mencari penghidupan (pendukung mata
Lebih terperinciDAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS FORUM MASYARAKAT YOGYAKARTA DI JAKARTA DAN SEKITARNYA (FORMAYA) 2011 Tim Penyusun : 1. Drs. H. Tukiman, Ws. SH. MM. MH 2. Prof. Dr. dr. Daldiyono
Lebih terperinciBUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG
BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PERINGATAN EMPAT PULUH TAHUN IKATAN WARGA WATES (IWWT) KULONPROGO, YOGYAKARTA DI BANDUNG Wates, 5 Mei 2013 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya ditulis UUD
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan
TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan Desa Caturharjo Kecamatan Pandak) Oleh : M. ADI WIBOWO No. Mhs : 04410590 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah bagian dari bumi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa untuk memenuhi kebutuhan papan dan lahan yang menjadikan tanah sebagai alat investasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia yang susunan kehidupan rakyatnya termasuk perekonomiannya masih bercorak agraria, maka bumi, air dan ruang angkasa sebagai karunia Tuhan Yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai problematika perolehan Hak Milik atas Tanah
104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai problematika perolehan Hak Milik atas Tanah bagi Warga Negara Indonesia non pribumi di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dilakukan dengan pendekatan sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula ruang angkasa adalah merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan konstitusi. Di dalam Konstitusi terdapat peraturan peraturan yang mengatur mengenai hak hak seorang warga Negara.
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG HAK ULAYAT MASYARAKAT HUKUM ADAT DAN HAK PERORANGAN WARGA MASYARAKAT HUKUM ADAT ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi yaitu sebagai social asset dan capital asset. Sebagai social asset
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah adalah permukaan bumi yang merupakan suatu kebutuhan fundamental bagi setiap warga Negara Republik Indonesia, keberadaan tanah dalam kehidupan manusia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alenia IV dijelaskan tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Tanah memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah dapat digunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan dasar manusia seperti untuk sandang, pangan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan tanah untuk melangsungkan kehidupan. Begitu pentingnya tanah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, atau tumbuh-tumbuhan. Manusia hidup dan tinggal diatas tanah dan memanfaatkan tanah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia, merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah nusantara. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diakui dan dihormatinya satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau istimewa di Indonesia merupakan perwujudan penghargaan atas kebhinekaan dan sejarah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciTanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan
1 A. Latar belakang masalah Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 16 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PRODUK HUKUM DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciPEMBERIAN HAK DALAM PEMANFAATAN TANAH PESISIR PANTAI UNTUK TRANSMIGRASI RING I DI KABUPATEN KULON PROGO
PEMBERIAN HAK DALAM PEMANFAATAN TANAH PESISIR PANTAI UNTUK TRANSMIGRASI RING I DI KABUPATEN KULON PROGO Erna Sri Wibawanti dan Francisca Romana Harjiyatni Abstract The research concludes that the type
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tanah dalam kehidupan manusia mempunyai arti yang sangat penting baik untuk kehidupan maupun untuk tempat peristirahatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Tanah merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Hukum alam telah menentukan bahwa keadaan tanah yang statis menjadi tempat tumpuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia dan mengingat susunan kehidupan dan pola perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah bukan hanya sekedar tempat hidup,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH 2. 1. Pendaftaran Tanah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tanah adalah Karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi setiap umat manusia yang ada di muka bumi. Bagi bangsa dan Negara Indonesia, tanah adalah tempat hidup yang harus
Lebih terperinciPertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA
Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA FUNGSI UUPA 1. Menghapuskan dualisme, menciptakan unifikasi serta kodifikasi pada hukum (tanah)
Lebih terperinciHAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING
HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING MAKALAH Oleh : Hukum Agraria Dosen : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terkenal dengan keberagamannya. Banyaknya pulau yang dimiliki oleh Indonesia yang hampir lebih dari tujuh belas ribu pulau (17.000)
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 8 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 15
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Kebutuhan akan tanah semakin hari semakin meningkat,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena manusia dan tanah memiliki hubungan yang sangat erat, terlebih lagi bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi yang amat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya, termasuk perekonomiannya, terutama masih bercorak agraria, bumi air dan ruang angkasa, sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH. perundang-undangan tersebut tidak disebutkan pengertian tanah.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK-HAK ATAS TANAH A. Pengertian Tanah Menarik pengertian atas tanah maka kita akan berkisar dari ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, hanya saja secara rinci pada ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan hidup manusia yang sangat mendasar. Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan.
Lebih terperinciBab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas
Bab II HAK HAK ATAS TANAH A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas tanah adalah Pasal 4 ayat 1 dan 2, 16 ayat 1 dan 53. Pasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan Hukum tanah mengatur salah satu aspek yuridis di bidang pertanahan yang sering disebut sebagai hak hak penguasaan atas tanah. 12 Ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagi setiap individu dalam masyarakat, karena selain mempunyai hubungan yang erat dengan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat dipisahkan dari tata kehidupan makhluk hidup, oleh karena itu tanah mempunyai arti yang sangat penting bagi
Lebih terperinci