BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM IKHTIOLOGI. DISUSUN OLEH : Dra. ROSIDAH, M.Si. IRFAN ZIDNI, S.Pi, MP.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM IKHTIOLOGI. DISUSUN OLEH : Dra. ROSIDAH, M.Si. IRFAN ZIDNI, S.Pi, MP."

Transkripsi

1 BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM IKHTIOLOGI DISUSUN OLEH : Dra. ROSIDAH, M.Si. IRFAN ZIDNI, S.Pi, MP. PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017 ii

2 KATA PENGANTAR Buku petunjuk praktikum ini disusun bertujuan untuk membantu mahasiswa S1 Program Studi Perikanan, FPIK Unpad lebih mudah dalam memahami materi materi pada mata kuliah ikhtiologi yang telah disampaikan dalam kegiatan perkuliahan. Kegiatan praktikum merupakan pengamatan secara langsung materi yang telah disampaikan, sehingga adanya buku petunjuk praktikum ini dapat sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam melakukan pengamatan. Buku petunjuk praktikum berisikan penjelasan mengenai tata cara melakukan pengamatan, khusunya pengamatan mengenai morfologi, sifat morfometrik, sifat meristik dan anatomi ikan. Diharapkan setelah melaksanakan kegiatan praktikum keterampilan mahasiswa dalam mengidentifikasi maupun dalam pengenalan organ luar (morfologi, sifat morfometrik dan morfometrik) maupun organ dalam (anatomi) tubuh ikan lebih baik. Kegiatan Praktikum diharapkan dapat membantu agar proses belajar mengajar, khususnya mata kuliah Ikhtiologi dapat berlangsung lebih baik, sehingga diharapkan tujuan instruksional yang ingin dicapai dapat terlaksana semaksimal mungkin. Adanya buku petunjuk praktikum, diharapkan, mahasiswa dapat mengetahui dan mempersiapkan terlebih dahulu materi dan rencana kegiatan praktikum yang akan dilakukan. Meskipun buku petunjuk praktikum ini telah tersusun, kami sebagai penulis mengharapkan segala saran agar buku petunjuk praktikum ini tersusun dengan lebih baik. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada tim mata kuliah Ikhtiologi Alm Ir. Sutandar Zainal, Dipl. Nat. Res., Ir. Ike Rustikawati, MP., Dra. Titin Herawati, M.Si. yang telah banyak membantu dalam penyusunan buku Petunjuk Praktikum Ikhtiologi ini dan kelancaran kegiatan proses belajar mengajar mata kuliah Ikhtiologi di Program Studi Perikanan. Jatinangor, Maret 2017 Tim Penulis i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...v I. PENDAHULUAN Alat dan Bahan Praktikum Tata Tertib dalam Pelaksanaan Praktikum... 2 II. IDENTIFIKASI IKAN Sifat Meristik Sirip Linea Lateralis (Garis Rusuk Lateral) dan Transversal Jumlah Sisik di muka Sirip Sifat Morfometrik Ciri Morfologi khusus Bentuk Tubuh Ikan Bentuk dan Letak Mulut Ikan Bentuk Sirip Caudal Sungut Scute Keel Adiposa fin Finlet III. SISTEM INTEGUMEN Bentuk Sisik ii

4 Sisik Placoid Sisik Ctenoid Sisik Cycloid Sisik Cosmoid dan Ganoid Kelenjar Beracun Praktikum Sifat Meristik dan Sistem Integumen IV. SISTEM OTOT Otot Rangka bagian Tubuh Lateral Otot Rangka bagian Kepala V. SISTEM RANGKA Rangka Axial Tengkorak Vetebra dan Rusuk Rangka Appendicular Praktikum Sistem Otot da Rangka VI. SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN Gigi Saluran Pencernaan Makanan Praktikum Sistem Pencernaan Makanan VII. SISTEM PERNAFASAN VIII. SISTEM PEREDARAN DARAH Praktikum Sistem Pernafasam dan Peredaran Darah IX. SISTEM UROGENITAL iii

5 9.1. Praktikum Sistem Urogenital X. SISTEM SYARAF Praktikum Sistem Syaraf/Otot XI. LEMBAR KERJA SISTEM SYARAF iv

6 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Letak dan lambang nama sirip ikan... 5 Gambar 2. Jari-jari sirip ikan Teleostei: (L) lateral dan (F) frontal Gambar 3. Linea Lateralis dan Transversalias... 7 Gambar 4. Perhitungan jumlah sisik di muka sirip... 8 Gambar 5. Alat pengukur sifat morfometrik... 9 Gambar 6. Ukuran bagian tubuh ikan (morfometrik) untuk identifikasi:... 9 Gambar 7. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Gambar 8. Mulut Ikan Berdasarkan Bentuknya Gambar 9. Mulut Ikan Berdasarkan Letaknya Gambar 10. Bentuk sirip caudal Gambar 11. Bentuk dan Letak Sungut Pada Ikan Gambar 12. Bentuk Sisik Ikan Gambar 13. Bentuk sisik ikan dengan bagian-bagiannya Gambar 14. Ikan pari dengan ekor berduri racun Gambar 15. Pola myomer otot lateral dan otot dorsal ikan Gambar 16. Otot rangka bagian tubuh lateral Gambar 17. Otot bagian kepala Gambar 18. Tengkorak ikan Elasmobranchii Gambar 19. Bagian tulang tengkorak ikan Teleostei Gambar 20. Vetebra dan rusuk ikan Teleostei Gambar 21. Tulang Weber (a) bagian bagiannya dan (b) letaknya pada Cyprinidae 43 Gambar 22. Rangka appendicural sirip dorsal, ventral, dan anal Gambar 23. Rangka apendicular sirip pectoral Gambar 24. Rangka apendicular sirip ventral pada ikan Gambar 25.Beberapa macam gigi ikan berdasarkan struktur dan lokasi Gambar 26. Saluran pencernaan makanan beberapa jenis ikan v

7 Gambar 27. Variasi bentuk dan ukuran saluran pencernaan bagian anterior Gambar 28. Variasi dari panjang dan bentuk usus ikan Gambar 29. Usus ikan hiu dengan katup spiral (a) lateral dan (b) iris melintang Gambar 30. Alat bantu Pernafasan Pada Ikan Gambar 31. Penampang irisan insang (a) ikan Elasmobrachii dan (b) Teleostei Gambar 32. Pembuluh darah vena di bagian kepala ikan dilihat lateral Gambar 33.Jantung dan sistem peredaran darah di sekitar insang Gambar 34. Sistem urogenital (a) ikan Elasmobranchii dan (b) ikan Teleostei Gambar 35. Ovarium ikan (a) Teleostei dan (b) ikan Trout (effendie, 1972) Gambar 36. Otak ikan dengan bagian-bagiannya vi

8 I. PENDAHULUAN Ikhtiologi suatu cabang ilmu yang mempelajari mengenai ikan, merupakan mata kuliah dasar bagi mahasiswa program studi perikanan yang harus dipelajari dan dikuasai. Praktikum ikhtiologi harus diikuti untuk lebih melengkapi dan memahami teori-teori yang telah disampaikan pada saat penyampaian kuliah. Pengenalan alat-alat yang akan digunakan membantu kelancaran dalam kegiatan praktikum. Beberapa alat yang akan digunakan dalam praktikum adalah alat bedah sederhana (dissecting set), mikroskop, alat ukur dan lain-lain. Praktikum ikhtiologi mencakup kegiatan pengenalan jenis atau identifikasi dengan mengamati morfologi, sifat morfometrik dan meristik ikan serta mengamati 10 sistem organ yang terdapat pada tubuh ikan, meliputi sistem integumen, sistem otot, sistem rangka, sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, sistem reproduksi, sistem hormon endokrin, sistem syaraf, serta sistem ekskresi dan osmoregulasi. Dalam pelaksanaan praktikum selain melakukan pengamatan juga membandingkan antara organ atau sistem organ ikan yang satu dengan jenis lainnya, kemudian disesuaikan dengan penjelasan teoritis atau pustaka lain yang dianjurkan. Hasil praktikum disajikan dalam bentuk gambar berikut keterangan gambar, sesuai dengan apa yang dilihat dari preparat yang diperoleh Alat dan Bahan Praktikum Perlengkapan praktikum yang harus disediakan dan disiapkan oleh mahasiswa sebelum pelaksanaan kegiatan praktek adalah buku petunjuk praktikum ikhtiologi, pustaka mengenai ikhtiologi, pensil HB, pensil warna minimal 3 warna (jika perlu), penghapus pensil, penggaris, buku gambar, buku catatan, kain lap tangan dan jas laboratorium. Alat-alat praktikum yang disediakan oleh laboratorium antara lain preparat ikan segar hidup atau awetan, baki preparasi, jangka sorong (kliper), kaca pembesar (loupe); mikroskop binokuler, alat bedah sederhana (dissecting set); cawan petri; wadah-wadah sampel ikan; serta bahan kimia untuk pembius (chloroform) dan pengawet ikan (formalin 4-5 % atau alkohol 80%). Buku kunci determinasi ikan untuk praktikum identifikasi ikan. 1

9 1.2. Tata Tertib dalam Pelaksanaan Praktikum 1. Sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah membaca buku petunjuk praktikum dan mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pustaka lain yang dianjurkan sebaiknya dibaca pula. 2. Alat-alat praktikum yang dibawa sendiri dan yang disediakan dosen/asisten disiapkan dimeja masing-masing. Periksa dan laporkan bila ada alat yang kurang atau rusak. 3. Catat petunjuk yang diberikan dosen/ asisten sebelum praktikum dimulai, terutama tentang teknis pelaksanaan praktikum. 4. Bahan praktikum yang disediakan, diambil dan diletakan pada baki preparasi. Preparasi diletakan lateral, dengan bagian kepala atau anterior harus tetap disebelah kiri. Beberapa preparat harus dilihat frontal. 5. Pembedahan dan pengamatan dilakukan sendiri, karena hasil pengamatan saudara mungkin berbeda dengan hasil pengamatan praktikan lainnya. Pembedahan harus dilakukan dengan hati-hati sesuai petunjuk, agar tidak merusak organ atau sistem organ lainnya. 6. Untuk Praktikum Identifikasi Ikan, buat catatan mengenai perbandingan beberapa sifat morfometrik (terhadap panjang baku dan tinggi tubuh), hasil perhitungan sifat meristik serta catatan sifat morfologis penting lainnya, kemudian sesuaikan hasilnya dengan keterangan pada buku kunci determinasi/identifikasi untuk menetukan nama jenis ikan dan klasifikasinya. 7. Untuk praktikum anatomi, setelah organ dan bagian-bagian tubuh yang diamati dapat dikenali, buat gambar dan keterangan mengenai organ/sistem organ tersebut. 8. Gambar-gambar dibuat dengan pensil, harus jelas meskipun sederhana tapi mudah dimengerti, garis-garis gambar harus tegas, tidak terputus-putus kecuali untuk menyatakan bahwa suatu organ atau bagiannya terletak diibawah organ lain. Untuk memperjelas organ atau bagian organ tersebut dapat digunakan pensil berwarna. 9. Tiap halaman buku gambar diberi garis tepi (1,5 cm dari tepi), digunakan untuk satu jenis ikan atau satu sistem. Jika mungkin halaman gambar dapat dibagi dua atau empat bagian yang sama untuk menggambar bagian-bagian organ dari satu sistem. Pada bagian kiri atas halaman gambar, ditulis nama jenis ikan berikut klasifikasinya. Untuk paraktikum taksonomi/ identifikasi, keterangan morfometrik dan meristik 2

10 ditulis di bawah gambar. Untuk anatomi, dibawah tiap gambar dituulis orgam apa yang dimaksud dan dari aspek mana orgam tersebut dilihat; misalnya insang dilihat lateral. Keterangan mengenai nama organ atau bagian-bagiannya harus ditulis dalam huruf cetak, diluar gambar dan horizontal, dengan garis penunjuk dari kiri atau kanan organ, ke gambar atau bagian organ yang dimaksud. Garis penunjuk jangan sampai bertumpuk satu dengan lainnya. 10. Selesai praktikum, semua alat dibersihkan, terutama yang disediakan dosen/asisten, dan dikembalikan dalam keadaan utuh. Buku praktikum dikumpulkan kembali dan bahan praktikum jika masih diperlukan dimasukan dalam wadaah pengawet yang berisi larutan formalin 4-5%. 11. Hal-hal lain yang kurang jelas sebaiknya saudara cari terlebih dahulu jawabannya dalam buku atau pustaka yang dianjurkaan sebelum ditanyakan pada dosen/asisten. 3

11 II. IDENTIFIKASI IKAN Ikan yang satu dengan yang lain memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda, berarti setiap jenis ikan memiliki spesifikasi tertentu baik karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan yang spesifik di alam. Maka dari itu karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis ikan. Identifikasi atau penentuan nama jenis dan klasifikasi ikan anatara lain dapat dilakukan berdasarkan sifat-sifat meristik dan morfometrik ikan, bentuk dan warna tubuh, sistem pertulangan, tingkah laku, jumlah chromosome dan sebagainya. Dalam praktikum ini, identifikasi dilakukan berdasarkan sifat meristik dan morfometrik. Sifat meristik meliputi jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik berpori dan jumlah sisik dimuka sirip. Sifat morfometrik yaitu perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh ikan. Tanda atau sifat tubuh lain yang dapat digunakan untuk identifikasi anara lain warna dan bentuk tubuh, tonjolan tubuh seperti misai, serta sifat tulang (rawan atau sejati). Sifat meristik dan morfometrik merupakan cara sederhana yang dapat dilakukan untuk tujuan identifikasi jenis ikan secara umum. Sifat-sifat meristik dan merfometrik yang diperoleh, merupakan data penting untuk digunakan mengenal nama jenis dan klasifikasi ikan sampel dengan cara menyesuaikan keterangan sifat-sifat yang diperoleh dengan sifat-sifat yang diterangkan dalam buku determinasi ikan Sifat Meristik Sirip Sirip ikan diberi nama sesuai dengan letaknya dan dilambangkan dengan huruf awal dari sirip tersebut (Gambar 1), yaitu P= Sirip pectoral, terletak dibagian pectoral (dada); D= Sirip dorsal, terletak di bagian dorasi (punggung); D1 sirip dorsal pertama di bagian anterior ; V sirip ventral, terletak di bagian ventral (lambung) A sirip Anal, terletak di bagian anal (dubur); dan C sirip caudal terletak di bagian caudal (ekor). 4

12 D1 D2 C P V A Gambar 1. Letak dan lambang nama sirip ikan: D1- sirip dorsal 1; D2- Sirip dorsal 2; P- Sirip Pectoral; V- Sirip Ventral; A- Sirip Anal; C- Sirip Caudal. Sirip ikan dilengkapi dengan jari-jari sirip, yang terdiri dari tiga (3) jenis yang dapat dilihat secara visual dengan menggunakan bantuan loupe ataupun mikrosop binokuler (Gambar 2). Jari-jari sirip ikan terdiri dari : (a) Jari-jari keras berbentuk seperti duri yang tajam, keras, dan kaku tidak mudah dilekuk- lekuk. Dalam penulisan jumlahnya dinyatakan dalam angka romawi besar. (b) Jari-jari lunak bentuk lateral khas bercabang di bagian apical (ujungnya), bentuk frontal terlihat ada dua bagian vertical simetris. Jumlahnya dinyatakan dengan angka biasa atau arab. (c) Jari-jari lunak mengeras bentuk lateral seperti duri yang sisi posterior bagian apicalnya bergerigi, bentuk frontal terdiri dari dua bagian vertical simetris. Jumlahnya ditulis dngna angka romawi kecil. 5

13 Gambar 2. Jari-jari sirip ikan Teleostei: (L) lateral dan (F) frontal. Cara penulisan sirip dan jari-jari sirip : 1. Tulis huruf lambang dari sirip yang dimaksud, misalnya D untuk sirip dorsal 2. Tulis jumlah jari-jari sirip yang ada, mulai dari jari-jari keras, lunak mengeras, dan lunak, sesuai aturan penulisannya. Contoh : D IV. ii. 7. berarti sirip dorsal mempunyai empat jari-jari sirip keras dan dua jari-jari sirip lunak mengeras dan tujuh jari-jari sirip lunak. Catatan : 1. Jika dari beberapa sampel ikan yang sama, jumlah jari-jarinya sirip bervariasi, maka harus ditulis kisaran jumlahnya. Contoh : D III-IV. ii-iv. 6-9, berarti sirip dorsal mempunyai 3-4 jari-jari sirip keras, 2-4 jari-jari sirip lunak mengeras dan 6-9 jari-jari sirip lunak. Cara penulisan ini berlaku juga untuk sirip-sirip lainnya. 2. Jika satu jenis ikan mempunyai dua sirip dorsal, dapat ditulis: D1 D Linea Lateralis (Garis Rusuk Lateral) dan Transversal Pada sisi lateral ikan terlihat adanya satu atau lebih garis memanjang, dikenal sebagai linea lateralis (ditulis L1) melengkung ke atas atau ke bawah, lengkap atau terputus, yang dibentuk oleh barisan sisik berpori. L1 dihitung dari sisik berpori paling arterior sampai bagian caudal penduncle atau batang ekor. Jumlahnya ditulis dengan angka biasa dibelakang L1 (Gambar 3). 6

14 Contoh : L , berarti garis rusuk atau linea lateral, tersusun dari 30 sampai 32 sisik berpori. Jika L1 terputus dapat ditulis sebagai berikut : L ; 12-14, berarti L1 terdiri dari 18 sampai 20 baris sisik berpori di bagian anterior dan baris sisik berpori dibagian posterior yang terputus dengan bagian anteriornya. Letak potongan L1 dapat dituliskan misalnya bagian anterior terletak dorsal dan bagian posteriol terletak ventral. Selain Linea lateralis (Ll), sifat lain yang penting adalah baris rusuk transversal atau linea transversal (ditulis Ltr) yang menunjukkan jumlah barisan sisik dorso-ventral dari sisik berpori, dihitung mulai dari anterior dasar sirip dorsal ke arah ventral atau miring ke arah ventral bagian anterior sirip anal. Sisik di bagian dorsal atau ventral biasanya mencakup kedua sisi tubuh, hingga dalam penulisan bagian ini dihitung ½ sisik. Contoh : Jika Ltr 4 ½ ½, berarti garis rusuk atau linea transversal terdiri dari 4 ½ sisik diantara bagian dorsal sampai sisik berpori, 1 sisik berpori, dan 5 ½ sisik antara sisik berpori sampai bagian ventral. Jika sampel ikan banyak dan Ltr bervariasi, penulisan dapat dilakukan sebagai contoh, misalnya: Ltr 3 ½ - 4 ½ ½ - 5 ½, dsb. Gambar 3. Linea Lateralis (Garis Rusuk) dan Transversalias A-B : Linea Lateralis; D-D -E-E : Linea Transversal; C : sisik berpori. 7

15 Jumlah Sisik di muka Sirip a. Jumlah sisik berpori di muka sirip dorsal (DOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori yang dihitung dari posterior operculum, horizontal sampai sisik yang terletak di bawah anterior dasar sirip dorsal. b. jumlah sisik berpori di muka sirip ventral (VOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori yang dihitung dari posterium operculum, horizontal sampai sisik di atas anterior dasar sirip ventral. c. jumlah sisik berpori di muka sirip anal (AOrigin) menunjukkan jumlah sisik berpori yang dihitung dari posterior operculum, horizontal sampai sisik di atas anterior dasar sirip anal. Contoh: DOrigin 8-10, berarti di antara posterior operculum horizontal sampai sisik di bawah anterior dasar sirip dorsal terdapat 8 sampai 10 sisik berpori. Gambar 4. Perhitungan jumlah sisik di muka sirip: (a) DOrigin; (b) VOrigin; dan (c) AOrigin Sifat Morfometrik Sifat morfometrik menunjukkan ukuran atau perbandingan ukuran bagian-bagian tubuh. Pengukuran panjang ikan yang panjangnya lebih dari 110 mm dapat diukur dengan menggunakan mistar logam atau mika tahan karat (ketelitian 0.5 mm) yang diletakkan pada bak kayu atau bak plastik, sedangkan ikan yang panjangnya kurang dari 110 mm sebaiknya diukur dengan menggunakan caliper (vernier glogau s caliper) atau jangka sorong yang mempunyai ketelitian 0.1 mm (Gambar 5). 8

16 Gambar 5. Alat pengukur sifat morfometrik : (a) mistar logam pada bak kayu; (b) caliper (jangka sorong). Pengukuran tubuh ikan bagian luar (morfometrik) untuk keperluan identifikasi meliputi panjang baku; panjang total ; panjang sampai lekuk ekor; panjang kepala; panjang pradorsal; panjang hidung; panjang orbital; panjang mata; panjang orbital belakang; panjang pangkal ekor; tinggi tubuh; tinggi batang ekor; panjang dasar dorsal; panjang dasar anal (Gambar 6). (b) Gambar 6. Ukuran bagian tubuh ikan (morfometrik) untuk identifikasi: (a) panjang baku; (b) panjang total ; (c) panjang sampai lekuk ekor; (d) panjang kepala; (e) panjang pradorsal; (f) panjang hidung; (g) panjang orbital; (h) panjang mata; (i) panjang orbital 9

17 belakang; (j) panjang pangkal ekor; (k) tinggi tubuh; (l) tinggi batang ekor; (m) panjang dasar dorsal; (n) panjang dasar anal. Adapun cara pengukuran sifat morfometrik pada ikan adalah sebagai berikut : (a) Panjang baku, ditulis SL (dari Standar Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas sampai pangkal batang ekor (caudal penducle). (b) Panjang total, ditulis TL (dari Total Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas sampai bagian sirip ekor paling posterior. (c) Panjang sampai lekuk ekor, ditulis FL (dari Fork Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas sampai lekuk sirip caudal. (d) Panjang kepala, ditulis Hdl atau HL (dari Head Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas sampai tutup insang paling posterior. (e) Panjang pre-dorsal, ditulis PreDL (dari Pre-Dorsal Length), diukur dari anterior mulut atau bibir atas sampai anterior dasar sirip dorsal. (f) Panjang hidung, ditulis SntL (dari Snout Length), diukur dari anterior mulut atau bibir sampai kelopak mata paling anterior. (g) Panjang orbital belakang, ditulis PostOrbL atau POL (Post Orbital Length), diukur dari bagian kelopak mata paling posterior sampai bagian tutup insang paling posterior. (h) Panjang orbital, ditulis OrbL atau OL (dari Orbital Length) atau jarak bagian terluar kelopak mata. (i) Panjang pangkal ekor, ditulis CPedL atau CPL (dari Caudal Peduncle Length), diukur dari posterior dasar anal sampai bagian pangkal batang ekor. (j) Tinggi tubuh, ditulis BD atau BDepth (dari Body Depth), diukur dari bagian tubuh paling dorsal tegak lurus kea rah bagian tubuh paling ventral, tidak termasuk sirip. (k) Tinggi batang ekor, ditulis CPD atau CPedDepth (dari Caudal Peduncle Depth), diukur tinggi batang ekor dorso-ventral. (l) Panjang dasar sirip dorsal, ditulis DBaseL (dari Dorsal Base Length), diukur dari anterior sampai posterior dasar sirip dorsal. (m) Panjang dasar sirip anal, ditulis ABaseL (dari Anal Base Length), diukur dari anterior sampai posterior dasar sirip anal. (n) Tinggi ventral, ditulis VD atau VDepth (dari Ventral Depth), diukur vertikal dari dasar sampai bagian apical(ujung) sirip ventral. 10

18 Selain pengukuran secara langsung dilakukan pula nisbah atau perbandingan ukuran beberapa ukuran tubuh : (a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang kepala (b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu (c) Indeks tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi badan (d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang dasar sirip punggung (e) Indeks sirip anal, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang dasar sirip anal (f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang batang ekor (g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi batang ekor (h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala (i) Indeks lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar mata (j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas 2.3. Ciri Morfologi khusus Disamping sifat meristik dan morfemetrik, beberapa ciri morfologi tubuh ikan lainnya yang juga penting untuk membantu dalam identifikasi ikan adalah bentuk tubuh, bentuk dan letak mulut, bentuk sirip caudal. Sungut, bentuk sisik, scute, keel, adiposa fin dan finlet. Dalam beberapa hal, dengan melihat morfologis tubuh atau bagian-bagian tubuh saja, klasifikasinya sudah dapat diketahui Bentuk Tubuh Ikan Bentuk tubuh ikan bervariasi, namun bila diamati tubuh ikan mempunyai suatu pola dasar yang sama yaitu terdiri dari bagian kepala, badan dan ekor. Sebagian besar ikan mempunyai bentuk tubuh yang simetris bilateral, namun ada sebagian kecil yang memiliki bentuk tubuh tidak simetris bilateral. Tubuh ikan terdapat beberapa bentuk, yaitu berbentuk torpedo (Fusiform) yang 11

19 ideal, tertekan ke samping (compressed), tertekan ke bawah (depressed), bersegi atau bersudut (truncated), dan mengular atau seperti ular (Anguiliform), bentuk kotak (Ostraciform), bentuk tali (Filiform), bentuk pita (Taeniform), bentuk panah (Sagitiform), bentuk bola (Globiform) (Gambar 7). Gambar 7. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Bentuk dan Letak Mulut Ikan Mulut ikan, baik bentuk maupun letaknya, tergantung dari kebiasaan makannya. Menurut bentuknya, mulut ikan dapat dibagi menjadi: (a) mulut berparuh, runcing atau tumpul, sebagai modifikasi bibir atau rahang, (b) mulut pengisap dengan bibir yang melebar dan menebal, dan (c) mulut biasa dengan beberapa perbedaan kecil pada besar kecilnya rongga mulut (Gambar 8). Sedangkan menurut letaknya terdapat, (A) mulut inferior, disebelah ventral bagian anterior kepala, (B) Sub terminal, yaitu mulut terletak dekat ujung hidung, (C) mulut terminal, terletak ditengah anterior kepala dan (D) mulut superior, disebelah dorsal bagian anterior kepala (Gambar 8). 12

20 (a) Mulut berparuh (b) Mulut pengisap (c) Mulut biasa Gambar 8. Mulut Ikan Berdasarkan Bentuknya Gambar 9. Mulut Ikan Berdasarkan Letaknya 13

21 Bentuk Sirip Caudal Pada dasarnya terdapat empat macam bentuk sirip caudal (gambar 10), meskipun terdapat modifikasi dari bentuk-bentuk tersebut seperti pada bentuk-bentuk pinggiran posteriornya. Bentuk sirip caudal itu adalah : (a) protocercal, yaitu bentuk sirip caudal yang meruncing dan simetris dan ruas vertebra trakhir mencapai ujung sirip. Contoh pada ikan cyclostomata (b) diphycercal, sirip caudal yang membulat atau meruncing simetris, ruas vertebral terakhir tidak mencapai ujung sirip. Contoh pada ikan dipnoi (c) heterocercal atau bentuk sirip caudal yang tidak simetris sebagain ujung sirip sebelah dorsal ditunjung olah ruas vetebrata dan ujung sebelah vetralnya lebih pendek. Contoh pada ikan hiu (squalus) (d) homocercal, sirip caudal simetris, bagian dorsal dan ventral sama, berlekuk atau tidak, dan ditunjang dengan jari jari sirip caudal. Contoh pada ikan Cyprinid. Gambar 10. Bentuk sirip caudal 14

22 Sungut Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya terdapat pada ikan-ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar perairan. Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sungut berbeda-beda. Ada yang terletak pada hidung, bibir, dagu, sudut mulut, dan sebagainya. Sungut di bagian Mulut Sungut di bagian Bibir Sungut di bagian Hidung Sungut di bagian Dagu Gambar 11. Bentuk dan Letak Sungut Pada Ikan Scute Berbentuk tonjolan kulit ke arah luar yang berasal dari sisik pada ikan-ikan bertulang keras, seperti family Carangidae. Scute sering muncul sebagai kelanjutan dari gurat sisi di bagian mendekati ekor atau Caudal peduncle Keel Merupakan tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudalpeduncleatau awal sirip ekor (pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat dengan Caudal peduncle yang kecil dan bentuk sirip ekor Lunate (bulan sabit). 15

23 Adiposa fin Sirip kecil dari daging tanpa tulang yang terletak di belakang sirip punggung, terutama ikan-ikan bertulang keras yang masih primitif, seperti ikan Beloso (famili Synodontidae) Finlet Sirip tambahan selain yang sudah normal, umumnya terletak dibelakang sirip punggung kedua atau di belakang sirip dubur. 16

24 III. SISTEM INTEGUMEN Integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit berikut derivate-derivatnya, seperti sisik dan kelenjar beracun yang dipelajari dalam praktikum ini Bentuk Sisik Berdasarkan bentuk sisik pada ikan terdapat empat macam, yaitu : Sisik Placoid Sisik placoid atau dermal denticle, berbentuk seperti duri, terbentuk dari bahan dentine yang dilapisi enamel pada bagian luarnya. Contoh sisik ikan hiu dan Chondrichthyes lain Sisik Ctenoid Terdapat pada ikan bertulang sejati (Teleostei) yang mempunyai jari-jari sirip keras (Acantheopterygii). Bentuk pipih, tipis, transparan, tidak mengandung dentine atau enamel, pada bagian posterior terdapat semacam duri-duri kecil. Dimiliki oleh ikan nila Sisik Cycloid Terdapat pada ikan Teleostei yang mempunyai jari-jari lunak pada siripnya (Malacopterygii). Bentuk lebih bulat dan tidak mengandung dentine atau enamel. Terdapat pada ikan mas. Pada bagian luar sisik ctenoid dan cycloid, terdapat tonjolan-tonjolan melingkar (circuli) dan garis memusat (radius). Pada ikan dari daerah subtropics, circuli dapat digunakan untuk menentukan umur ikan Sisik Cosmoid dan Ganoid Sisik cosmoid terdapat pada ikan yang sudah menjadi fosil atau ikan primitive seperti pada Latimeria. Permukaan luar berlapis denticulate. Sisik genoid terdapat pada ikan-ikan Acanthopterygii seperti Acipencer. Lapisan luar dibentuk dari substandi garam anorganik yang keras (ganoine). 17

25 Gambar 12. Bentuk Sisik Ikan (1) (2) (7) (5) (10 (9) (3) (4) (6) (8) Gambar 13. Bentuk sisik ikan dengan bagian-bagiannya: (1) Canaliculi; (2) rongga; (3) epidermis; (4) dermis; (5) circulus; (6) radius; (7) fokus; (8) pigmen; (9) ctenii; dan sebelah kanan garis putus (10) adalah bagian sisik yang muncul. 18

26 3.2. Kelenjar Beracun Merupakan salah satu organ yang terdapat pada sistem intugumen, dan berfungsi sebagai alat mempertahankan diri, menyerang atau melumpuhkan organisme mangsa. Antara lain terdapat pada ikan karang (Carax sp.), lele (Clarias Batarachus) atau pari (Dasyatis sp.) dsb. (a) (b) Gambar 14. Ikan pari dengan ekor berduri racun (a), dan bagian-bagian duri racun (b) 3.3. Praktikum Sifat Meristik dan Sistem Integumen 1. Siapkan alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan, termasuk buku kunci determinasi atau identifikasi. 2. Ikan yang telah mati (diawetkan dengan formalin atau dirusak saraf pusatnya) diletakkan pada baki bedah denga posisi kepala di sebelah kiri dan punggung di atas. 3. Sirip-sirip ikan dibuat dalam posisi meregang yaitu diregangkan dengan bantuan jarum penusuk. 4. Gambarkan ikan yang telah disiapkan tadi dan agar gambar yang dibuat mirip dengan keadaan aslinya, buatlah sketsa terlebih dahulu. 5. Dalam membuat sketsa ukurlah bagian tubuh ikan kemudian perbesar/perkecil sampai sesuai yang diinginkan dan proporsional. 6. Lakukan perhitungan sifat-sifat meristik dan pengukuran sifat-sifat morfometrik. Catat pada lembar data, berikut sifat-sifat morfologis khusus lainnya, seperti warna, bentuk tubuh, bentuk dan letak mulut, dan sifat lainnya yang mungkin khas. 7. Untuk pengamatan sisik ikan, sisik dicuci/ bersihkan dengan kapas basah agar lapisan lendir yang menutupi tubuh ikan hilang. Cabut sisik dengan menggunakan pinset dan 19

27 letakkan di atas gelas obyek. Amati bagian-bagiannya dengan loupe atau mikroskop binokuler dan kemudian di gambar dan beri keterangan mengenai pusat, ctenii, radius dan cisculusnya. Untuk mengamati sisik placoid, buat penampang melintangnya dengan mengiris kulit dan daging ikan memanjang tubuh. 8. Pengamatan kelenjar beracun dapat diketahui di bagian ekor ikan pari (dari family Dasyatidae). Buat penampang melintangnya pada bagian bawahnya. Tunjukkan bagian-bagiannya. 20

28 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

29 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

30 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

31 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

32 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

33 LEMBAR KERJA SIFAT MERISTIK DAN SISTEM INTEGUMEN Praktikum ke : Hari/Tanggal : Nama spesies : Nama Lokal : Keterangan :

34 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang Orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 27

35 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang R Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 28

36 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang R Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 29

37 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 30

38 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 31

39 LEMBAR KERJA SIFAT MORFOMETRIK DAN CIRI MORFOLOGI KHUSUS Nama lokal : Tanggal identifikasi : Parameter sifat morfometrik : a. Panjang Baku j. Panjang Pangkal Ekor b. Panjang Total k. Tinggi Tubuh c. Panjang Sampai Lekuk l. Tinggi Batang Ekor Ekor d. Panjang Kepala m. Panjang Dasar Dorsal e Panjang Predorsal n. Panjang Dasar Anal f. Panjang Hidung o Indeks panjang kepala g. panjang orbital p Indeks tinggi badan h Panjang Mata q Indeks batang ekor i Panjang Orbital Belakang r Indeks tinggi kepala Pengamatan ciri morfologi khusus No. Morfologi Khusus Keterangan Jumlah (untuk ciri tertentu Bentuk tubuh Bentuk mulut Letak mulut Bentuk sirip caudal Sungut Bentuk sisik Scute Keel Adiposa fin Finlet. Kelenjar racun 32

40 Tugas : 1. Lakukan identifikasi dengan cara menyesuaikan hasil penetuan sifat-sifat meristik, morfometrik dan sifat morfologis lainnya, dengan sifat-sifat yang diterangkan pada buku identifikasi. Penyesuaikan selalu dimulai pada sifat yang diterangkan pada nomor 1 dalam buku-buku identifikasi. 2. Buat klasifikasi ikan contoh sesuai petunjuk buku identifikasi, berdasarkan sifat meristik, morfometrik dan sifat khusus. Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : 33

41 Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : Klasifikasi ikan...: Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : : : : : 34

42 Buku-buku acuan: 1. Bleeker, Pieter, 1350 dst., Ichtyologische Fauna Van Midden en Oost Java. Verh. Batav. Gen. 2. Bleeker, Pieter, 1862, dst. Atlas Ichtyologique des Indes Orientales. 3. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, dan D.R.M. Passino, Ichthyology. John Wiley and Sons. New York. 4. Munro, Ian S. R The Marine and Freswater Fishes of Ceylon. Dept. of. Ext. Aff. Canberra. 5. Saanin, H., Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Bandung 6. Waber, Max dan L.E. de Beaufort, 1913, dst. The Fishes of Indo-Australian Archipelago. E.J. Brill, London. 35

43 IV. SISTEM OTOT Pada praktikum ini dipelajari sistem otot rangka, yaitu otot bergaris yang melekat pada tulang dan bekerja di bawah rangsang otak (voluntary). Untuk melihatnya kulit yang menutupi bagian otot tersebut dibuka. Pola susunan otot (myotome) yang membentuk tubuh, berbeda pada tiap jenis ikan (Gambar 15). Gambar 15. Pola myomer otot lateral dan otot dorsal ikan Elasmobrachii (a) dan ikan Osteichthyes (b) 36

44 4.1. Otot Rangka bagian Tubuh Lateral Jika kulit tubuh lateral dibuka terlihat pola myotome atau kelompok serabut otot dan myoseptum yang memisahkan satu myotome dengan lainnya; septum sceletogenous hotizontal, yaitu selaput memanjang yang membagi otot tubuh lateral menjadi bagian dorsal (otot epaxial) dan otot bagian ventral (otot hipaxial), biasanya di atas septum sceletogenous terdapat otos musculus lateralis superficial yang berwarna hitam atau merah mengandung lemak. Gambar 16. Otot rangka bagian tubuh lateral 4.2.Otot Rangka bagian Kepala Pada bagian ini terdapat otot yang berfungsi sebagai penghubung kepala dan tubuh, disamping otot penggerak mulut, rahang, tutup insang, atau bagian kepala lainnya. Dari aspek lateral, jika kulit dibuka antar lain akan terlihat otot aduktor mandibularis terletak dibelakang rahang; otot constrictor hyoitdorsal disebelah bawahnya; otot constrictor branchial sibelah belakang otot adductor mandibularis; otot rapezius, septum sceletogenoue horizontal dan otot epaxial terletak diatas otot constrictor branchial. Dari bagian ventral, dibawah otot edductor mandibularis terdapat otot constrictor mandibularis, dibelakangnya terdapat otot coraco mandubularis yang menghubungkan konstriktor mandibularis dengan otot ventral (hipaxial). Selaput linea alba terdapat memanjang medio-ventral (Gambar 17). 37

45 (7) Gambar 17. Otot bagian kepala (a) ikan hiu (Squalus) dan (b) ikan salmon (Oncorhynchus tshawytscha) dengan bagian- bagiannya. (1) mata; (2) rawan palatoquadrat; (3) lekuk postorbital; (4) maxilla levator; (5) spiracle; (6) constrictor hyoid dorsal; (7) constrictor branchial dorsal; (8) trapecius; (9) rawan coracoscapular; (10) otot dorsal (epaxial); (11) septum skeletogenous horizontal; (12) otot lateral; (13) otot ventral; (14) linea alba; (15) celah branchial luar; (16) constrictor branchial ventral; (17) constrictor hyoid ventral; (18) rawan labial; (19) mandible; (20) adductor mandibularis; (21) maxilla; (22) rostum; (23) constrictor mandibular vetral; (24)coraco-mandibularis; (25) pre-maxilla; (26) bagian mandibular; (27) bagian cephalic; (28) operculi levator; (29) operculi dilator; (30) arcus palatin levator; (31) tutup insang. 38

46 V. SISTEM RANGKA Untuk melihat dan mempelajari sistem rangka, dapat digunakan cara fotografis dan cara langsung dengan menggunakan bahan-bahan kimia hingga bagian-bagian tubuh rangka dapat dipisahkan tanpa merusak rangka itu sendiri. Prosedur cara langsung dijelaskan terpisah. 5.1.Rangka Axial Tengkorak Ikan Elasmobranchi mempunyai tengkorak yang dibentuk dari rangka rawan hingga batas bagian-bagiannya tidak nyata. Sebaliknya, ikan Teleostei mempunyai rangka yang sudah terossifikasi dengan baik hingga batas bagian-bagiannya mudah terlihat. Pada ikan Elasmobranchii, tengkorak terdiri dari chondrocranium yang terdiri dari neurocranium sebagai pelindung otak dan dua pasang kapsul sensory (telinga dan mata) dan branchiocranium atau lengkung visceral yang dasarnya berjumlah delapan berikut derivate-derivatnya, yaitu: rahang atas (pterygoquadrate) dan rahang bawah (rawan meckel atau mandibular) yang masing-masing merupakan modifikasi lengkung visceral ke-dua; tulang hyoid, yang diduga merupakan modifikasi lengkung visceral ke-tiga, terletak sebelah belakang rahang bawah; lengkung visceral IV sampai VIII yang menjadi lengkung insang I s/d V. Lengkung visceral I telah hilang atau berubah menjadi rawan labial (Gambar 18). Pada tengkorak ikan Teleostei, setelah kulit dan otot yang melekat dibuka, akan terlihat neurocranium dan branchiocranium (Gambar 19) yang terdiri dari: 1. Tulang supra-occipital, terletak kira-kira sebelah atas foramen magnum atau lubang syaraf medulla oblongata yang berhubungan dengan vertebra. 2. Tulang parietal, merupakan atap tengkorak yang paling posterior terletak di anterior tulang supra-occipitial 3. Tulang frontal, dianterior tulang parietal diatas mata sampai bagian atas anterior mata 4. Pre-frontal, tulang kecil di anterior tulang frontal 5. Tulang nasal, terletak di anterior tulang frontal di antara kedua lubang hidung (nares) 6. Tulang rahang atas, terdiri dari tulang-tulang pre-maxilla (bibir atas) di anterior tulang nasal; maxilla, terletak sebelah belakang pre-maxilla. 39

47 7. Tulang rahang bawah, terdiri dari tulang-tulang dentary atau tulang rahang bawah bagian anterior ; artikular, disebelah posterior tulang dentary ; dan angular, tulang kecil di bawah artikular. 8. Tulang quadrate, posterior-dorsal tulang artikular, berpasangan 9. Tulang peteigoid, bagian tulang pipi, terletak diatara tulang quadrate dan maxilla, dibawah mata. 10. Tulang metaterygoid di posterior tulang peterygoid dan anterior tulang quadrate 11. Lachrymal, besar, terletak anterio ventral rongga mata di antara tulang maxilla dan tulang nasal 12. Circum orbital, merupakan tulang rongga mata sebelah ventral 13. Tulang pro-otic, tulang kapsul telinga di atas tulang metapterygoid 14. Tulang hyomandibular, besar, terletak di atas tulang metapterygoid 15. Tulang sphenotic, bagian kapsul telinga di atas hyomandibular di bawah tulang frontal, kecil 16. Tulang epiotic, bagian kapsul telinga di posterior-dorsal sphenotic, kecil 17. Tulang pterotic, bagian kapsul telinga di bawah apiotic di atas operculum 18. Tulang symplectic, tulang kecil di ujung bawah hyomandibular 19. Tulang-tulang tutup insang, terdiri dari: pre-operculum atau tutup insang anterior, di posterior tulang hyomandibular; operculum, besar dan pipih di posterior pre-operculum; sub-operculu; terletak di posterior operculum, lebih kecil dan inter-operculum, terletak dibawah operculum dan pre-operculum 20. Cleithrum, terletak di posterior sub-operculum 21. Branchiostegal, tulang penyokong tutup insang di bagian bawah rahang dan tutup ingsang, dilengkapi dengan membrane branchiostegal 40

48 Gambar 18. Tengkorak ikan Elasmobranchii (34) Gambar 19. Bagian tulang tengkorak ikan Teleostei : (1) prootic; (2) parietal; (3) supra-occiptal; (4) sphenotic; (5) epiotic; (6) post-temporal; (7) opterotic; (8) supra-cleithrum; (9) cleithrum; (10) scapula; (11) sub-operculum; (12) operculum; (13) interoperculum; (14) pre-operculum; (15) branchiostegi; (16) hyomandibular; (17) symplectic; (18) metapterygoid; (19) angular; (20) quadrate; (21) articular; (22) pterygoid; (23) mesopterygoid; (24) Maxilla; (25) dentary; (26) premaxilla; (27) dermethmoid; (28) nasal; (29) lachrymal; (30) prefrontal; (31) parasphenoid; (32) intarorbitals; (33) alisphenoid; (34) frontal 41

49 5.2.Vetebra dan Rusuk Bentuk vertebra dan rusuk berbeda menurut letaknya pada satu ikan. Dalam praktikum ini dilihat dan dipelajari vertebra dan rusuk dari bagian tubuh, di anterior caudal, dan pada anterior caudal serta tulang weber, yaitu tiga ruas vertebra pertama yang berubah bentuk dan fungsinya. Jika vertebra dan rusuk dipisahkan dari otot dan bagian lain yang melekat, akan terlihat duri neural pada bagian dorsal; lengkung naural di bawahnya tempat terdapatnya saluran neural; dan centrum. Di bagian ventral terdapat sepasang rusuk (pleuralrib) yang melekat pada centrum melalui vertebra di muka caudal, terdapat lengkung hemal, lubang hemal, dan transverse process yang bersatu, sementara rusuk sudah teredusir. Di bagian caudal sebelah ventral centrum, selain lengkung hemal dan lubang hemal, terdapat pula duri hemal (Gambar 30). Tulang weber antara lain terdapat pada ikan mas (cyprinus carpio), terdiri dari: tripus yang merupakan centrum di bawah duri dan lengkung hemal, berasal dari ruas vertebra ke-tiga; scaphium, dan claustrum berasal dari lengkung neural vertebra pertamaa; dan intercalarum, berasal dari lengkung neurat vertebra ke-dua. Pada alat Weber, duri neural, lengkung neural, dan rusuk, bermodifikasi bentuknya, seperti terlihat pada Gambar 20. Gambar 20. Vetebra dan rusuk ikan Teleostei (a) di bagian badan, (b) di muka batang ekor, dan (c) pada batang ekor 42

50 Gambar 21. Tulang Weber (a) bagian bagiannya dan (b) letaknya pada Cyprinidae 43

51 5.3. Rangka Appendicular Termasuk rangka appendicular pada ikan adalah tulang penyokong sirip berikut penyekatnya. Rangka appendicular sirip dorsal dan sirip anal ikan-ikan Teleostei adalah tulang pterygyophore, yang terdiri dari pterygyophore proximal (axonost), terdapat di antara duri neural atau hemal; pterygyophore intermediate disebelah luarnya; dan pterygyophore distal (baseost), terletak paling luar berhubungan dengan jari-jari sirip. Pada ikan Elasmobranchii, sirip dorsal dan sirip anal ditunjang oleh rangka rawan, terdiri rawan basalia, yang berdekatan dengan vertebra dan rawan radial di dekat jari sirip (Gambar 22). Rangka appendicular sirip pectoral ikan elasmobranchii berupa rawan coraco-scapular yang kuat berbentuk huruf U, terdiri dari sepasang coracoid pada bagian ventral tempat melekat sirip pada ujungnya, scapular di bagian atas coracoids dan suprascapular pada bagian paling ujung. Pada ikan Teleostei, rangka appendicular sirip pectoral terdiri dari rangka rawan, yaitu sepasang coracoids; scapular; dan radialia, yang berhubungan langsung dengan jari-jari sirip, dan dari rangka dermal yaitu cleitrum; supra-cleitrum di atasnya; dan post-cleitrum di bagian posterior (Gambar 23). Sirip ventral ikan elasmobranchii ditunjang oleh tulang rawan pelvic; tulang basipterygium terdapat dibawahnya, tempat menempel sirip ventral dan rawan basal (axial) yang merupakan lanjutan dari basipterygium. Pada ikan elasmobranchii dewasa jantan, rawan basal (axial) tersebut dilengkapi dengan alat bantu kopulasi yang disebut clasper. Pada ikan Teleostei, sirip ventar menempel pada tulang basip terygium yang bagian anteriornya berhubungan dengan tulang cleitharum dari sirip pectoral (Gambar 24). 44

52 Gambar 22. Rangka appendicural sirip dorsal, ventral, dan anal supracleithrum Cleithrum Scapula Radials (5) Coracoid Pectoral fin Postcleithrum Basipterygium (pelvic girdle) Gambar 23. Rangka apendicular sirip pectoral (a) ikan hiu (Elasmobranchii), dan (b) ikan Telostei 45

53 Gambar 24. Rangka apendicular sirip ventral (a) ikan hiu (Elasmobranchii), dan (b) ikan Teleostei 5.4.Praktikum Sistem Otot da Rangka 1. Dari preparat utuh kulit bagian tubuh, lateral dan kepala (lateral dan ventral) dibuka. Amati dan gambar bagian-bagian otot ikan tersebut. 2. Pengamayan rangka dilakukan dengan cara pisahkan otot dan rangka dan bagian tubuh lainnya yang bukan rangka yang melekat pada bagian tengkorak dengan cara ikan tersebut direndam dalam air mendidih sampai ototnya mudah untuk dilepas. Amati dan gambarkan bagian-bagian tulang yang membentuk tengkorak. 3. Lakukan cara yang sama diatas terhadap otot dan bagian tubuh lain yang bukan rangka pada bagian badan dan bantang ekor. Amati dan gambarkan rangka dari vertebra, rusuk, rangka appendicular. 46

54 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur otot ikan dan sebutkan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian-bagiannya 47

55 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur ikan dan sebutkan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian bagiannya 48

56 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur otot ikan ikan dan tuliskan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian bagiannya 49

57 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur ikan dan sebutkan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian bagiannya 50

58 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur ikan dan sebutkan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian bagiannya 51

59 LEMBAR KERJA SISTEM OTOT DAN RANGKA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambar arsitektur ikan dan sebutkan bagian-bagiannya Gambar rangka ikan dan sebutkan bagian bagiannya 52

60 Buku Acuan : Adam, L.A. dan S. Eddy, Comparative Anatomy. An Introduction to the Vetebrates. John Wiley and Sons, Inc., New York. Brown, M.E., The Physiology of Fishes. Academic Press. Inc., New York. Vol. I Effendie, M.I., Fish Biology. Corr. Course, Dit. Jen. Perikanan Departemen Pertanian, Jakarta. Inger, R.F. dan C.P.Kong The Fresh Water Fishes of North Borneo. Fieldiana, Zoology Vol.45. Chicago Nat. Hist. Mus. Jordan, D.S., Fishes. A Appleton. London 13 Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, dan Dora, R.M. Passino, Ichthyology. John Wiley and Sons. New York. Parker, T.J. dan W.A. Haswell, A Text Book of Zoology. Vol. II. MacMillan and Coy., Limited. London. Sutandar, Beberapa Jenis Ikan Air Tawar di Kecamatan Buah Batu dan Sekitarnya, Bandung. Skripsi Minor. Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung. 53

61 VI. SISTEM PENCERNAAN PADA IKAN Sistem pencernaan makanan pada ikan hampir sama dengan hewan vetebrata lainnya, pada dasarnya terdiri terdiri dari organ mulut, yang sebagian dilengkapi dengan gigi; kerongkongan; oesopagus; lambung; usus; dan anus. Dalam hal ini, bentuk-bentuk dan ukurannya bervariasi untuk tiap jenis ikan sesuai dengan jenis makanan dan kebiasaan makannya Gigi Selain gigi yang terdapat pada rahang, beberapa jenis ikan mempunyai semacam gigi yang terdapat pada kerongkongan atau pharynx, yang merupakan modifikasi dari lengkung insang yang terakhir. Ikan mas (Cyprinus Carpio) misalnya tidak mempunyai gigi pada rahangnya, tetapi untuk menghancurkan makanan yang dimakan digunakan gigi pharynx (Gambar 25). Gigi rahang dan gigi pharynx dapat dilihat dengan membuka rongga mulut atau jika dilakukan pemotongan mulut kea rah lateral dan ventral sampai akhir tutup insang. 54

62 Gambar 25. Beberapa macam gigi ikan berdasarkan struktur dan lokasi 6.2. Saluran Pencernaan Makanan Bentuk dan ukuran saluran pencernaan tiap jenis ikan bervariasi sesuai dengan jenis makanan dan kebiasaan makannya. Ikan pemakan plankton dan pemakan tumbuh-tumbuhan, misalnya Tilapia sp., mempunyai usus yang panjangnya lebih dari dua kali SL sementara lambungnya teredusir. Pada ikan mas (Cyprinus Carpio), sebagai pemakan dasar perairan, lambung cendrung hanya berupa pembesar dari usus bagian anterior. Ikan-ikan buas (carnivor) umumnya mempunya usus yang lebih pendek dari SL (Gambar 26, 27, 28). Pada ikan hiu (Squalus) sebagai ikan carnivor, usus yang pendek itu diimbangi dengan dinding spiral (disebut usus spiral) untuk memperluas permukaan dinding usus (Gambar 29). 55

63 Untuk melihat bagian-bagian saluran pencernaan makanan, perlu dilakukan pembedahan rongga tubuh ikan, sebagai berikut: sisi lateral tubuh ikan digunting beberapa mm dari anterior anus ke arah dorsal, kemudian ke arah caudal melewati lubang genital. Pengguntingan dilanjutkan ke arah dorsal sepanjang rongga tubuh sampai batas vertebra, kemudian kea rah anterior sampai bagian dorsal operculum dan diteruskan sepanjang pinggiran anterior pre-operculum sampai mulut. Selanjutnya, dari tempat pengguntingan pertama dimuka anus, pengguntingan dilakukan lagi sepanjang medioventral ke arah anterior sampai mulut, bertemu dengan pengguntingan dari bagian dorsal operculum, hingga dinding tubuh lateral dapat dilepas. Di daerah sekitar sirip pectoral terletak jantung, hingga pengguntingan harus dilakukan dengan hati-hati. Untuk itu, dinding pemisah antara rongga tubuh, kerongkongan, dan rongga pericardium, harus digunting lebih dahulu. 56

64 Gambar 26. Saluran pencernaan makanan beberapa jenis ikan dengan bagian-bagiannya: (1) mulut; (2) pharynx; (3) lambung; (4) Pancreas; (5) oesophagus; (6) spleen; (7) usus; (8) katup spiral; (9) anus; (10) hati; (11) ovarium); (12) duodenum; (13) ginjal mesonepheros; (14) ginjal; (15) gelembung renang; (16) saluran empedu; (17) kantung empedu; (18) jaringan adiposum; (19) pylorus; (20) pyloric caeca; (21) gall blader. 57

65 Gambar 27. Variasi bentuk dan ukuran saluran pencernaan makanan bagian anterior (a) ikan omnivore, (b) ikan carnivore, dan (c) ikan pemakan dasar Gambar 28. Variasi dari panjang dan bentuk usus (a) ikan herbivor, (b) dan (c) ikan carnivor 58

66 Gambar 29. Usus ikan hiu dengan katup spiral (a) lateral dan (b) iris melintang Bagian dari saluran pencernaan makanan yang terlihat antara lain : mulut berikut bibir dan gigi, kerongkongan atau pharynx tempat melekat insang pada sisinya, oesophagus, lambung, phylorus yang memisahkan lambung dari anus, phyloris caeca yang kadang-kadang terdapat melekat pada usus, kantung empedu yang terdapat dekat lambung dan dihubungkan dengan saluran empedu dan anus Praktikum Sistem Pencernaan Makanan Lakukan pembedahan sesuai petunjuk, amati dan gambarkan alat-alat pada sistem pencernaan makanan ikan. Bagian-bagian yang harus diamati dan di gambar adalah: (a) Gigi dan gigi pharynx (b) Saluran pancernaan makanan oesofagus sampai anus (c) Lambung dibuka (d) Usus dengan katup spiral (ikan hiu). (e) Ukur panjang usus 59

67 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 60

68 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 61

69 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 62

70 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 63

71 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 64

72 LEMBAR KERJA SISTEM PENCERNAAN IKAN Praktikum ke : Nama Ikan : Gambar bagian-bagian pencernaan ikan Letak mulut : Letak gigi : Bentuk lambung : Panjang usus : Kesimpulan : 65

73 VII. SISTEM PERNAFASAN Alat pernafasan ikan yang utama adalah insang, disamping terdapat beberapa organ lain, seperti bagian alat pencernaan makanan pada Menopterus albus atau versica natatoria ikan Dipnoi, yang dapat berfungsi sebagai alat bantu pernapasan. Bagian tubuh lainnya yang penting untuk identifikasi adalah alat bantu pernafasan, umunya terdapat pada rongga insang, merupakan modifikasi lengkung insang ke dua dan ke- tiga. Alat tersebut antara lain berbentuk seperti labyrinth, kantong atau rongga Adanya organ tersebut ikan dapat langsung mengambil oksigen dari udara (Gambar 30). Gambar 30. Alat bantu Pernafasan Pada Ikan Insang dapat dilihat dengan membuka tutup/ keping insang. Insang terdiri dari lengkung insang yang banyak terdapat pembuluh darah efferent, arteri branchialis, arteri epibranchialis, dan pembuluh darah afferent; filament insang yang mengandung lubang-lubaang kapiler; dan tapis insang yang juga berfungsi menyaring makanan dari air yang masuk. Lengkung insang ikan Teleostei diperkuat oleh rangka tulang dan pada ikan Elasmobranchii oleh rangka rawan (Gambar 31). 66

74 Gambar 31. Penampang irisan insang (a) ikan Elasmobrachii dan (b) ikan Teleostei 67

75 VIII. SISTEM PEREDARAN DARAH Sistem peredaran darah ikan yang berpusat pada jantung dengan pembuluh darahnya, berhubungan erat dengan fungsi pernapasan, keseimbangan cairan tubuh, ekskresi dan pencernaan. Bagian-bagian jantung yang tampak dari luar adalah sinus venosus sebagai penampung darah dari sepasang vena hepatica dan ductus Cuvieri, ke arah anterior terdapat atrium, ventricle yang berdinding tebal, dan bulbus anteriosus (pada ikan Teleostei dan Lamprey berupa pembuluh berdinding tebal) atau conus anteriosus yang berdinsing lebih tipis (pada ikan Elasmobaranschii) (Gambar 20) Di antara jantung dan lambung atau usus terdapat hati berwarna merah menguning; dekat hari kadang-kadang terdapat gall blader sebagai tempat penyimpanan sementara hasil sekresi dari hati; spleen pada jaringan sub-mukosa saluran pencernaan yang menghasilkan erythrocyte; thrombocyte, lymphocyte, dan granulocyte. Gambar 32. Pembuluh darah vena di bagian kepala ikan dilihat lateral : (1) mata; (2) vena orbital; (3) spiracle; (4) vena hyoid; (5) vena cardinal anterior (6) vena cutaneous lateral ;(7) vena cardinal posterior; (8) vena subclavia; (9) vena hepatica; (10) vena abdominal lateral; (11) vena branchial; (12) jantung; (13) vena branchial; (14) Vena jugularis; (15) vena facial anterior; (16) vena enchepalis; (17) vena post-orbital; (18) vena iliaca; (19) atrium; (20) ventricle ;(21) aorta ventralis. 68

76 Gambar 33.Jantung dan sistem peredaran darah di sekitar insang: (1) atrium; (2) sinus venosus; (3) ventricle; (4) conus arteriosus; (5) ductus cuvieri; (6) Vena Hepatica; (7) Aorta Ventralis; (8) branchial afferent; (9) arteri hypobranchial; (10) arteri efferent posterior; (11) aorta dorsaslis; (12) arteri branchial efferent (13) arteri subclavia; (14) arteri hyoid efferent; (15) hyoid afferent; (16) pseudobranchia hyoid; (17) filamen insang Praktikum Sistem Pernafasam dan Peredaran Darah 1. Pengamatan sistem pernafasan dilakukan dengan cara operkulum dilepas, amati dan hitung filamen insang, kemudian gambar insang dan bagian- bagiannya serta beri keterangan. 2. Amati letak dan bentuk alat bantu pernafasan, kemudian gambar dan beri keterangan. 3. Pengamatan sistem peredaran darah, dilakukan dengan cara melakukan pemedahan dari mulai operkulum sampai ke bagian posterior rongga insang. Amati dan gambar sistem peredaran darah terutama jantung dan pembuluh-pembuluh darah sektar insang di bagian kepala. 69

77 Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan bagian bagian insang, alat bantu pernafasan dan jantung ikan 70

78 Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan letak jantung dan bagian-bagian jantung Ikan 71

79 Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan letak jantung dan bagian-bagian jantung Ikan 72

80 Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan letak jantung dan bagian-bagian jantung Ikan 73

81 Lembar Kerja sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan letak jantung dan bagian-bagian jantung Ikan 74

82 Lembar Kerja Sistem Pernafasan dan Peredaran Darah Ikan Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Gambarkan letak jantung dan bagian-bagian jantung Ikan 75

83 IX. SISTEM UROGENITAL Merupakan gabungan dari sistem eksresi (urinaria) dengan system genitalia. System urinaria terdiri dari sepasang ginjal yang terletak disebalah dorsal rongga perut dibawah vertebra berikut saluran-salurannya. Ginjal dapat berupa pronephoros yang berhubungan dengan rongga abdomen, merupakan salah satu alat pengeluaran metabolisme. Saluran dari ginjal adalah ureter yang masing-masing terletak di rongga abdomen sebelah dorsal menuju posterior bertemu di kantung urin tempat menyimpan urin sebelum dikeluarkan melalui urethra di porus urogenitalia. Sistem genital jantan terdiri dari sepasang testis terletak disebelah ventral vesicanatatoria; vasaefferent di dekat oesophagus yang mengalirkan sperma; dan ductus spermaticus yang membesar dibelakangnya, bersatu pada vesicular seminalis sebagai kantung penyimpanan sperma; sinus urogenital untuk mengeluarkan sperma melalui porus urogenital (Gambar 21). Sistem genital betina pada ikan Teleosthei terdiri dari sepasang ovarium yang terletak disebah ventral vesicanatatoria yang besarnya tergantung dari tingkat kematangannya; oviduct atau saluran telur yang ujungnya bersatu, berakhir pada porus urogenitalia (Gambar 22). Pada ikan elasmobrachii, ovarium tunggal; oviduct terletak kira-kira sekitar oesophagus; ujung oviduct menyempit, terdapat uterus, tempat menyimpan telur yang telah dibuahi. (a) ikan Elasmobranchii 76

84 (b) ikan Teleostei Gambar 34. Sistem urogenital (a) ikan Elasmobranchii dan (b) ikan Teleostei Gambar 35. Ovarium ikan (a) Teleostei dan (b) ikan Trout (effendie, 1972) 9.1. Praktikum Sistem Urogenital 1. Lakukan pembedahan seperti pembedahan pada pembedahan untuk melihat sistem pencernaan. 2. Amati/ kenali dan gambar bagian-bagian sistem urogenital, yaitu : ginjal (mesonepharaos pada ikan hiu), ureter, kantong urine, sistem genital jantan yaitu 77

85 testis, vasaefferent, ductus spermaticus, vesicular seminalis, dan sistem genital betina yaitu ovarium, oviduct; yang berakhir di porus urogenital. 78

86 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 79

87 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 80

88 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 81

89 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 82

90 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 83

91 LEMBAR KERJA SISTEM UROGENETALIA Praktikum ke : Nama ikan : Tanggal : Nama ilmiah Nama Ikan : Gambarkan letak dan bagian-bagian urogetalia pada ikan Kesimpulan : 84

92 X. SISTEM SYARAF Pada praktikum ini system syaraf yang dipelajari adalah pusat system persyarafan yaitu otak. Untuk mempelajarinya otak dikeluarkan dari rongga otak. Sebaiknya kepala ikan direndam lebih dahulu dalam larutan formalin 4% agar otak mengeras. Kemudian tulang-tulang pelindung otak dibuka hati-hati dengan menggunakan pisau, pinset dan gunting preparasi. Bersihkan cairan kental yang ada disebelah dorsal tulang tengkorak hingga bagian-bagian otak tampak dnegan jelas, berwarna keputih-putihan, lunak dan banyak terlihat pembuluh darah (halus). Bagian otak ikan yang dapat terlihat dorsal dan lateral adalah : syaraf-syaraf cranial (Is/Dx), Telencephalon, sepasang bagian otak anterior di encephalon, terletak disebelah posterior telencephalon bagian ventral mesencephalon, agak bulat, besar, disebelah posterio dorsal dari diencephalon; hypophysa, disebelah ventral dari mesencephalon, kecil, berhubungan dengan lobi inferior dari diencephalon; cerebellum (metencephalon) disebelah postarerios mesencephalon, relative besar; myelencephalon (medula oblongata) disebelah posterior otak berupa benang memanjang pada canal vertebra (Gambar 26). (d) Squalus sp. (e) C. Carpio (dorsal) 85

93 (f) C.carpio (lateral) Gambar 36. Otak ikan dengan bagian-bagiannya Praktikum Sistem Syaraf/Otot 1. Lakukan pembedahan rongga otak 2. Amati dan gambar bagian-bagian otak dorsal dan lateral dari ikan-ikan teleostei dan elasmobranchi 86

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio)

IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio) IDENTIFIKASI IKAN MAS (Cyprinus carpio) LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI Disusun oleh : Andri Yanuari 230110150060 Setia Angkasa 230110150162 Nabilla Luthfi Rusdiansyah 230110150186 Kelompok 10/Perikanan C

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

PENUNTUN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI PENUNTUN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 PRAKTIKUM 1. MORFOLOGI DAN MORFOMETRI IKAN PENDAHULUAN Ikan memiliki bentuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH

Morfologi Ikan BENTUK TUBUH Morfologi Ikan Ikan, didefinisikan. secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan ship, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) IDENTIFIKASI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI KELOMPOK : 22 KELAS : B LAB : AKUAKULTUR MUHAMAD SYAIFUL ISLAM 230110150131 KHASANATUR ROSYIDAH 230110150139 DAMAR PRATAMA PUTRA

Lebih terperinci

Sistem Otot (Urat Daging)

Sistem Otot (Urat Daging) Sistem Otot (Urat Daging) PENDAHULUAN Pekerjaan urat daging atau otot untuk setiap aktifitas kehidupan hewan sehari-hari sangat penting. Dari mulai gerakan tubuh hingga pada sistem peredaran darah, kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM RANGKA

BAB IV SISTEM RANGKA BAB IV SISTEM RANGKA Rangka pada ikan seperti halnya pada golongan vertebrata lainnya berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang dan menyokong organ-organ tubuh serta berfungsi pula dalam proses pembentukan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM URAT DAGING

BAB III SISTEM URAT DAGING BAB III SISTEM URAT DAGING Sistem urat daging atau sistem otot pada ikan secara fungsional otot ini dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang dibawah rangsangan otak dan yang tidak dibawah rangsangan otak.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011 hingga April 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Rawa Bawang Juyeuw, DAS Tulang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN. Kelas Pisces (Ikan) LAPORAN PRAKTIKUM BIOSISTEMATIK HEWAN Kelas Pisces (Ikan) NAMA : Rifki Muhammad Iqbal NIM : 1211702067 KELAS : III B KELOMPOK : 2 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

Lebih terperinci

SISTEM RANGKA IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Mata Kuliah Iktiologi

SISTEM RANGKA IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Mata Kuliah Iktiologi SISTEM RANGKA IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi Sistem rangka adalah bagian penyusun tubuh ikan yang terdiri dari tulang sejati dan tulang rawan yang

Lebih terperinci

Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi

Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi Kelas Osteichthyes/ Teleostei/ Teleostomi Kelas Osteichthyes/ teleostei/ teleostomi mempunyai P&V yg menonjol (lobate) dan berdaging, Sisik dengan endoskeletal yg kuat. Klas Osteichthyes/teleostei/teleostomi

Lebih terperinci

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia SNI 6138:2009 Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional SNI 6138:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

IKAN BAWAL HITAM (Parastromateus Niger) MAKALAH ICTHYOLOGI

IKAN BAWAL HITAM (Parastromateus Niger) MAKALAH ICTHYOLOGI IKAN BAWAL HITAM (Parastromateus Niger) MAKALAH ICTHYOLOGI Disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Praktikum (UAP) Ichtyologi Disusun Oleh: KELOMPOK KELAS K dan M Ardiansah Setyo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan manusia untuk memanfaatkan sumber daya perairan, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Perikanan adalah suatu usaha atau kegiatan

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6138 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Pendahuluan Halaman 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6130 - 1999 Standar Nasional Indonesia Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Pendahuluan 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan...1

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR

PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR NEKROPSI IKAN PEMERIKSAAN KEADAAN LUAR Sebelum dilakukan pengirisan/insisi terlebih dahulu periksalah keadaan luar tubuh ikan tersebut. Periksalah keadaan kulit termasuk sirip-siripnya dan lubang-lubang

Lebih terperinci

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5

1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir atas tertutup oleh lipatan kulit moncong 5 LAMPIRAN 19 20 Lampiran 1. Kunci determinasi ikan hampala (Hampala macrolepidota) menurut Kottelat et al., (1993) 1b. Bibir bagian atas terpisah dari moncongnya oleh suatu lekukan yangjelas;pangkal bibir

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas

Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Modul PraktikumBiologi Hewan Ternak 2016 2 Morfologi dan Anatomi Dasar Unggas Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati dalam

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama enam bulan dari bulan Mei - Oktober 2011. Pengambilan ikan contoh dilakukan di perairan mangrove pantai Mayangan, Kabupaten

Lebih terperinci

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *) Swamp Eels (Synbranchus sp.) Jenis... di Danau Matano Sulawesi Selatan (Makmur, S., et al.) SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas (Cyprinus carpio) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut: Spesies Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011) 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Ikan Ompok hypophthalmus dikenal dengan nama daerah selais, selais danau dan lais, sedangkan di Kalimantan disebut lais

Lebih terperinci

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.)

Ciri-ciri Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) Klasifikasi dari ikan Kurisi (N. Japonicus) menurut Widyako (2008) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Percomorpht Famili : Nemipteridea Genus : Nemipterus

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM. Nama : Nim : Kelompok : Disusun oleh : Dr. Moh Rasyid Ridho, M.si Drs. Effendi.P.Sagala, M.Si Nurliana Rida Yasinta Rita Haryani

PENUNTUN PRAKTIKUM. Nama : Nim : Kelompok : Disusun oleh : Dr. Moh Rasyid Ridho, M.si Drs. Effendi.P.Sagala, M.Si Nurliana Rida Yasinta Rita Haryani PENUNTUN PRAKTIKUM Nama : Nim : Kelompok : Disusun oleh : Dr. Moh Rasyid Ridho, M.si Drs. Effendi.P.Sagala, M.Si Nurliana Rida Yasinta Rita Haryani LABORATORIUM ZOOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

FISIOLOGI HEWAN SISTEM GERAK PADA KATAK (Rana sp) OLEH :

FISIOLOGI HEWAN SISTEM GERAK PADA KATAK (Rana sp) OLEH : FISIOLOGI HEWAN SISTEM GERAK PADA KATAK (Rana sp) OLEH : INTAN QAANITAH 08041281419041 LESI RATNA SARI 08041281419083 MUHAMMAD EKO INDRA 08041281419085 MAR ATUS SHOLIKHA 08041281419093 AHMAD HERU SAPUTRA

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA Pertemuan 1 PENGANTAR ANATOMI & FISIOLOGI TUBUH MANUSIA MK : Biomedik Dasar Program D3 Keperawatan Akper Pemkab Cianjur tahun 2015 assolzain@gmail.com nersfresh@gmail.com www.mediaperawat.wordpress.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma) (Gambar 1) merupakan salah satu ikan pelagis kecil yang sangat potensial

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition

Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition Bahasa Indonesia version of: A Handbook for the Identification of Yellowfin and Bigeye Tunas in Fresh Condition David G. Itano 1 1 Pelagic Fisheries Research Programme, Honolulu, Hawaii Translation by

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 10 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2009 sampai bulan November 2009 di Daerah Aliran Sungai Kampar, Provinsi Riau. Sampel ikan diperoleh dari

Lebih terperinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci

Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Modul Praktikum Biologi Hewan Ternak 2017 6 Morfologi dan Anatomi Dasar Kelinci Petunjuk Umum Praktikum - Pada praktikum ini digunakan alat-alat bedah dan benda-benda bersudut tajam. Harap berhati-hati

Lebih terperinci

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf.

Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. JARINGAN HEWAN Jenis jaringan hewan ada empat macam, yaitu jaringan epitel, jaringan ikat, jaringan otot, dan jaringan saraf. A. JARINGAN EPITEL Jaringan epitel merupakan jaringan penutup yang melapisi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG Menimbang KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG PELEPASAN IKAN TORSORO MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa guna lebih memperkaya

Lebih terperinci

TERMINOLOGI ANATOMI. Oleh. Dr. Katrin Roosita, MSi.

TERMINOLOGI ANATOMI. Oleh. Dr. Katrin Roosita, MSi. TERMINOLOGI ANATOMI Oleh Dr. Katrin Roosita, MSi. DEFINISI ANATOMI (latin): ana = bagian, tomie = iris/potong Anatomi: ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan, maupun bagian-bagiannya,

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Klasifikasi lele masamo SNI (2000), adalah : Kingdom : Animalia Phylum: Chordata Subphylum: Vertebrata Class : Pisces

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel

ORGANISASI KEHIDUPAN. Sel ORGANISASI KEHIDUPAN Sel Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel berasal dari bahasa latin cellulae, yang berarti bilik kecil.

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah dan Sebaran Panjang Ikan Kuro Jumlah ikan kuro yang tertangkap selama penelitian berjumlah 147 ekor. Kisaran panjang dan bobot ikan yang tertangkap adalah 142-254 mm

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR. Pengaruh Nikotin dan Alkohol Terhadap Laju Alir Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR. Pengaruh Nikotin dan Alkohol Terhadap Laju Alir Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR Pengaruh Nikotin dan Alkohol Terhadap Laju Alir Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio Linn) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN

MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN MAKALAH SISTEM RESPIRASI PADA IKAN OLEH : MUSTAIN FAKULTAS BUDIDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PERIKANAN PONTIANAK 2012 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup memerlukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI, MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI PISCES OLEH : CITRA ELITA ( ) KELOMPOK : VI (ENAM)

LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI, MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI PISCES OLEH : CITRA ELITA ( ) KELOMPOK : VI (ENAM) LAPORAN PRAKTIKUM IDENTIFIKASI, MORFOLOGI DAN KUNCI DETERMINASI PISCES OLEH : CITRA ELITA (1210423003) KELOMPOK : VI (ENAM) NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. ELSA OKTA CHALIKA (1210421001) 2. RERA AGUNG SYUKRA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Prevalensi Clinostomum complanatum pada ikan Betok (Anabas testudineus) di Yogyakarta Hasil penangkapan ikan air tawar dari Kali progo, Yogyakarta diketahui terdapat 7 jenis

Lebih terperinci

Praktikum Biologi Vertebrata. Rizka Apriani Putri, M.Sc /

Praktikum Biologi Vertebrata. Rizka Apriani Putri, M.Sc / Praktikum Biologi Vertebrata Rizka Apriani Putri, M.Sc / rizka_apriani@uny.ac.id Jurdik Biologi, FMIPA UNY 2016 Sumbu (axis ) Bidang Penampang - Penting dalam keseragaman istilah dalam deskripsi morfologis

Lebih terperinci

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA

TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TEKNIK PENGUKURAN MORFOMETRIK PADA IKAN CUCUT DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA Enjah Rahmat Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Laut, Muara Baru-Jakarta Teregistrasi I tanggal: 15 Maret 2011; Diterima

Lebih terperinci

BAB II SISTEM INTEGUMEN

BAB II SISTEM INTEGUMEN BAB II SISTEM INTEGUMEN Sistem Integumen terdiri dari kulit yang sebenarnya dan derivat-derivatnya. Gigi pada ikan hiu, scute, keel dan beberapa tulang tengkorak pada ikan merupakan modifikasi dari sisik.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) Ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac.) adalah salah satu komoditas budidaya air tawar yang tergolong dalam famili ikan Labirin (Anabantidae).

Lebih terperinci

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Osteichthyes

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Osteichthyes Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA Pisces: Kelas Osteichthyes Osteichthyes berasal dari bahasa yunani, Osteon = tulang, ichthyes = ikan

Lebih terperinci

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU

PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU PENGAMATAN FEKUNDITAS IKAN MOTAN (Thynnichthys polylepis) HASIL TANGKAPAN NELAYAN DARI WADUK KOTO PANJANG, PROVINSI RIAU Burnawi Teknisi Litkayasa pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Mariana-Palembang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus

I. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1 Klasifikasi Ikan lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil persilangan antara C. batracus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi

Lebih terperinci

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata

Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Evolusi, Sistematika, Taksonomi dan Klasifikasi Avertebrata Ima Yudha Perwira, SPi, MP, MSc (Aquatic) Para saintis menempatkan hewan pada dua katergori utama, yaitu: invertebrata (in = tanpa, vertebrae

Lebih terperinci

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. 1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d. menegakkan tubuh 2. Tulang anggota gerak tubuh bagian atas dan bawah disebut.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tembakang Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy, hidup pada habitat danau atau sungai dan lebih menyukai air yang bergerak lambat dengan vegetasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB PENGANTAR TENTANG TUBUH MANUSIA

BAB PENGANTAR TENTANG TUBUH MANUSIA BAB PENGANTAR TENTANG TUBUH MANUSIA Bab ini membahas dasar-dasar struktur dan fungsi tubuh manusia secara terpadu. Ilmu yang menguraikan struktur tubuh dan kaitan antar struktur disebut anatomi (anatomy),

Lebih terperinci

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 UPT Balai Informasi Teknologi LIPI BAB I Anatomi Tubuh Manusia Anatomi Tubuh Manusia disusun kedalam beberapa bagian sistem tubuh, yaitu : 1. Sistem Kerangka Kerangka tubuh Kerangka tubuh manusia terdiri

Lebih terperinci

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Chondrichthyes

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Kelas Chondrichthyes Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA 1 Pisces: Kelas Chondrichthyes Chondrichthyes Chondr > cartilage = tulang rawan Ichthys > fish = ikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis 2.1.1. Klasifikasi Menurut klasifikasi Bleeker, sistematika ikan selanget (Gambar 1) adalah sebagai berikut (www.aseanbiodiversity.org) :

Lebih terperinci

Jumat, 24 Desember 2010

Jumat, 24 Desember 2010 Jumat, 24 Desember 2010 Laporan Praktikum Zoology "Cephalopoda" CEPHALOPODA dan ECHINODERMATA A. TUJUAN Mengamati Anatomi dan Morfologi Chepalopoda dan Echinodermata. B. DASAR TEORI Cephalopoda berasal

Lebih terperinci

ANATOMI & FISIOLOGI HEWAN

ANATOMI & FISIOLOGI HEWAN PENUNTUN PRAKTIKUM ANATOMI & FISIOLOGI HEWAN Disusun Oleh Febriana Dwi Wahyuni, M.Si. Seprianto, S.Pi, M.Si PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2017 KATA

Lebih terperinci

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan 12 digital dengan sensifitas 0,0001 gram digunakan untuk menimbang bobot total dan berat gonad ikan, kantong plastik digunakan untuk membungkus ikan yang telah ditangkap dan dimasukan kedalam cool box,

Lebih terperinci

Identifikasi Pisces. Modul 1 PENDAHULUAN

Identifikasi Pisces. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Identifikasi Pisces Drs. Hurip Pratomo, M.Si. Bayu Rosadi, S.Pt., M.Si. S PENDAHULUAN ebelum melakukan praktikum mengenai Identifikasi Pisces: Kelas Chondrichthyes dan Osteichthyes, Anda perlu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma) 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kalibaru mulai dari bulan Agustus sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan Teluk Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sungai Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem - sistem terestorial dan lentik. Jadi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha

Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA. Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Bahan Ajar Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar TAKSONOMI VERTEBRATA Pisces: Evolusi Kelas Agnatha Kelas Agnatha Merupakan vertebrata pertama kali muncul Muncul pada 500

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkaya

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1

MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA. Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 MAKALAH BIOLOGI HEWAN VERTEBRATA DAN INVERTEBRATA Disusun Oleh : Ira Melita Kelas : XII. IPA. 1 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA MADRASAH ALIYAH NEGERI SURADE 2016 KATA PENGANTAR Assallamu alaikum

Lebih terperinci

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak? Belajar IPA itu asyik, misalnya saat mempelajari tentang astronomi dan benda-benda langit, kita bisa mengenal lebih dekat tentang planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya. Pelajaran seperti ini

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 16 3. METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Pola reproduksi ikan swanggi (Priacanthus tayenus) pada penelitian ini adalah tinjauan mengenai sebagian aspek reproduksi yaitu pendugaan ukuran pertama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012)

TINJAUAN PUSTAKA. : Actinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Barbichthys laevis (Froese and Pauly, 2012) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulubatu (Barbichthys laevis) Kelas Filum Kerajaan : Chordata : Actinopterygii : Animalia Genus Famili Ordo : Cyprinidae : Barbichthys : Cypriniformes Spesies : Barbichthys laevis

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF Pemijahan ikan lele semi intensif yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi

Lebih terperinci

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7

BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH. berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 BAB 2 ANATOMI SEPERTIGA TENGAH WAJAH Sepertiga tengah wajah dibentuk oleh sepuluh tulang, dimana tulang ini saling berhubungan antara tulang yang satu dengan tulang yang lainnya. 7 2.1 Tulang-tulang yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN PENENTUAN UMUR IKAN SB RAFIKA LAILIYATUL KURNIA SARI NRP Kelompok 5. Asisten Dyah Eka W.

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN PENENTUAN UMUR IKAN SB RAFIKA LAILIYATUL KURNIA SARI NRP Kelompok 5. Asisten Dyah Eka W. LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN PENENTUAN UMUR IKAN SB 091521 RAFIKA LAILIYATUL KURNIA SARI NRP 1509 100 011 Kelompok 5 Asisten Dyah Eka W. PROGRAM STUDI BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T No.714, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN KP. Larangan. Pengeluaran. Ikan. Ke Luar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2014 TENTANG LARANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) 2.1.1. Klasifikasi Secara biologis ikan lele dumbo mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis lele lainnya, yaitu lebih mudah dibudidayakan

Lebih terperinci

Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak

Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak Materi 6 Pencernaan I Aktivitas Rambut Getar Tujuan Mengamati aktivitas rambut getar mulut dan tenggorokan pada katak Dasar teori Rambut getar (silia) berperan dalam transportasi bahan makanan di saluran

Lebih terperinci

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Standar Nasional Indonesia ICS 65.150 Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009) 4i 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Spesies 2.1.1. Klasifikasi Ikan Belida (Chitala lopis) Klasifikasi ikan belida (Chitala lopis) menurut Bleeker (1851) in www.fishbase.com (2009) adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal

BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH. Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal BAB 2 TUMOR GANAS PADA 2/3 WAJAH Tumor ganas yang sering terjadi pada wajah terdiri atas dua jenis yaitu: basal sel karsinoma dan skuamous sel karsinoma. Tumor ganas yang sering terjadi pada bagian bibir,

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG Sri Nopita Primawati, Ismail Efendi, Marnita Pendidikan Biologi, FPMIPA, IKIP Mataram Email : then_de@yahoo.com Abstrak: Ikan merupakan

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi 4 2.2. Morfologi Ikan Tambakan (H. temminckii) Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci