HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUKUM PERDATA INTERNASIONAL"

Transkripsi

1 HUKUM PERDATA INTERNASIONAL oleh Moch Najib Imanullah, SH, MH, Ph.D. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

2 Buku wajib 1 Bayu Seto Dasar-dasar Hukum Perdata Internasional : Pengertian, masalah pokok HPI Sejarah, pranata tradisional. Ketertiban umum, persoalan pendahuluan. Teori HPI, asas-asas HPI. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 2

3 Buku wajib 2 Sudargo Gautama Hukum Perdata Internasional Indonesia Status personal, hubungan orang tua dan anak, adopsi, perkawinan, harta benda perkawinan, perceraian. Badan Hukum. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 3

4 Buku wajib 3 Sudargo Gautama Hukum Perdata Internasional Indonesia (jilid III bagian 2 buku ke-8) : - Hukum Perjanjian/kontrak. - Jual-beli Internasional. - Hukum Acara Perdata Internasional (pengantar ). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 4

5 PENGERTIAN HPI Hukum Perdata yang berlaku secara internasional? Hukum internasional yang mengatur persoalan perdata? Conflict of Law? Hukum Perdata nasional yang ada anasir/unsur asing? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 5

6 SUDARGO GAUTAMA (Bapak HPI Indonesia) keseluruhan peraturan dan keputusan hukum yang menunjukkan stelsel hukum manakah yang berlaku, atau apakah yang merupakan hukum, jika hubungan-hubungan atau peristiwa-peristiwa antara warga (- warga) negara pada suatu waktu tertentu memperlihatkan titik pertalian dengan stelsel-stelsel dan kaidah-kaidah hukum dari dua atau lebih negara, yang berbeda dalam lingkungan kuasa, tempat, pribadi, dan soalsoal. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 6

7 ANASIR/UNSUR ASING Kewarganegaraan Peristiwa Hukum Fakta hukum Domisili Letak benda tidak bergerak Tempat ditandatanganinya kontrak Tempat dilaksanakannya prestasi Tempat barang bukti September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 7

8 TITIK TAUT Titik Taut Primer : untuk menentukan sebuah perkara itu merupakan perkara HPI atau tidak. Titik Taut Sekunder : fakta hukum, peristiwa hukum yang mambantu untuk menentukan hukum mana yang akan dipakai untuk menyelesaikan perkara HPI (Titik Taut Penentu). (pembahasan lebih lanjut pada tatap muka yad.) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 8

9 KUALIFIKASI Menata sekumpulan fakta yang dihadapi (sebagai persoalan hukum), mendefinisikan, dan kemudian menempatkan ke dalam suatu kategori yuridis tertentu (pembahasan persoalan kualifikasi pada tatap muka yad.) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 9

10 PERSOALAN HPI Apakah perkara yang dihadapi hakim merupakan perkara HPI? Hakim manakah yang berwenang untuk mengadili perkara HPI tsb? Seberapa jauh hakim (setempat) menghormati keputusan hakim asing? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 10

11 TAHAPAN PENYELESAIAN PERKARA HPI 1. Hakim menentukan perkara tersebut merupakan perkara HPI (titik taut primer). 2. Hakim menentukan bahwa ada kewenangan untuk memeriksa dan mengadili perkara HPI tersebut. 3. Hakim menetukan hukum yang dipergunakan untuk mengadili/lex causa (titik taut sekunder). 4. Hakim melakukan kualifikasi. 5. Memeriksa dan menyelesaikan perkara dengan menggunakan kaidah hukum intern dari lex causa. Catatan: Dalam pemeriksaan perkara HPI ada kecenderungan Hakim menggunakan lex fori (hukum dari hakim) drpd lex causa (hukum yang seharusnya). Mengapa? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 11

12 SUMBER HUKUM HPI Peraturan perundang-undangan Konvensi Asas-asas hukum umum Kebiasaan Yurisprudensi Keputusan hakim Perjanjian/kontrak Pendapat pakar Dogma/theory September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 12

13 Peraturan PerUUan Konstitusi: ikut serta dalam tata pergaulan internasional UU Kewarganegaraan UUPA UUPerkawinan UUPT UUPenanaman Modal UUITE dll September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 13

14 KONVENSI Konvensi HPI Convention on the law applicable to international sales of goods Convention concerning recognition of the legal personality of foreign companies (societes), associations, and foundations. Convention on the settlement of investment disputes between states and nationals of other states Convention on the recognition and enforcement of foreign arbitral awards September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 14

15 Asas-asas Hukum Umum Pacta sunt servanda: janji harus dihormati, merupakan undang-undang bagi para pihak yang telah membuat perjanjian, dan merupakan rujukan bagi penyelesaian sengketa yang terjadi di antara para pihak. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 15

16 Kebiasaan Kebiasaan-kebiasaan yang ada dan berlaku bagi para pihak yang melakukan kegiatan perdagangan internasional: Lex Mercantoria? Incoterm? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 16

17 Yurisprudensi Keputusan-keputusan hakim dalam kasus perdata internasional yang diterima dan diakui secara luas, dan menjadi rujukan bagi penyelesaian kasus HPI yang hampir sama (keputusan tersebut diikuti oleh hakim lain) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 17

18 Keputusan Hakim Keputusan Hakim akan memberikan status personal, hak dan kewajiban bagi para pihak yang bersengketa dalam kasus perdata internasional. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 18

19 Perjanjian/Kontrak Perjanjian/kontrak yang dibuat secara sah, akan menjadi undang-undang bagi para pihak yang membuatnya, dan tidak dapat dibatalkan secara sepihak. Perjanjian/kontrak tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 19

20 Dogma/Theory Teori-teori HPI yang telah diterima secara luas. Pendapat-pendapat pakar tentang persoalan-persoalan HPi yang telah diterima secara luas. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 20

21 KUALIFIKASI Memasukkan fakta/ peristiwa hukum ke dalam kotak pada sebuah sistem hukum. Beberapa sistem hukum menggunakan terminologi hukum yg sama tetapi untuk pengertian yg berbeda. Beberapa sistem hukum mengenal konsep/lembaga hukum tertentu tetapi tidak dikenal dalam sistem hukum lain. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 21

22 KUALIFIKASI Fakta hukum secara faktual sama tetapi dgn menetapkan kategori yuridis berbeda. Menetapkan syarat yg berbeda untuk menetapkan peristiwa hukum yg pada dasarnya sama. Proeses/prosedur berbeda untuk hasil/status hukum yg pada dasarnya sama. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 22

23 KULIFIKASI LEX FORI Kulaifikasi harus dilakukan berdasarkan hukum dari hakim/pengadilan yang mengadili perkara. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 23

24 KUALIFIKASI LEX CAUSA Kualifikasi dilakukan sesuai dengan sistem serta ukuran-ukuran dari keseluruhan sistem hukum yang berkaitan dengan perkara HPI. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 24

25 KUALIFIKASI BERTAHAP Tahap pertama:kualifikasi lex fori. Menetapkan lex causae. Tahap kedua: kualifikasi berdasarkan kaidah hukum intern dari lex causae yg akan digunakan utk menyelesaikan perkara HPI. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 25

26 KUALIFIKASI OTONOM Kualifikasi berdasarkan konsep-konsep hukum yang khas dan dapat berlaku secara umum, serta mempunyai makna yang sama di manapun di dunia. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 26

27 KUALIFIKASI HPI Kualifikasi berdasarkan tujan HPI tertentu: Keadilan Kepastian hukum Ketertiban Kelancaran (dalam pergaulan internasaional). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 27

28 RENVOI Penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut oleh kaidah HPI oleh kaidah HPI lex fori. Penunjukan diarahkan ke kaidah HPI asing yg dianggap rfelevan dgn perkara yg sedang dihadapi. Agar perkara dapat diputuskan dgn cara yg seharusnya perkara diadili Agar tercipta keseragaman dlm penyelesaian perkara HPI. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 28

29 HAK-HAK YANG DIPEROLEH Hak dan kewajiban hukum yg terbit berdasarkan hukum asing. Apakah hak dan kewajiban hukum yg dimiliki seseorang berdasarkan kaidah hukum atau sistem hukum asing tertentu, harus diakui atau tidak oleh Hakim Lex Fori. Hak dan kewajiban hukum akan diakui sepanjang tidak bertentangan dgn kepentingan umum masyarakat lex fori. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 29

30 KETERTIBAN UMUM Seberapa jauh pengadilan memperhatikan, mentaati, dan mengakui berlakunya hukum asing/hakhak yg diperoleh. Hak-hak yg dieroleh dapat dikesampingkan dgn alasan demi ketertiban umum. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 30

31 KETERTIBAN UMUM Jika pemberlakuan hukum asing/hakhak yg telah diperoleh dapat menimbulkan akibat-akibat berupa pelanggaran terhadap sendi-sendi pokok hukum setempat. Semua kaidah hukum setempat yg dibuat untuk melindungi kesejahteraan umum harus didahulukan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 31

32 KETERTIBAN UMUM Pelanggaran thdp prinsip-prinsip keadilan yg mendasar Bertentangan dgn kesusilaan yg baik Bertentangan dgn tradisi yag sudah mengakar. (versi khusus: perbuatan yg mengganggu persahabatan dgn negara lain, bertransaksi dgn musuh negara Inggris). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 32

33 FUNGSI Positif: menjamin aturan tertentu lex fori tidak disimpangi. Negatif: menghindarkan pemberlakuan kaidah hukum asing apabila akan menyebabkan pelanggaran thdp konsep dasar lex fori. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 33

34 PERSOALAN PENDAHULUAN Persoalan/masalah HPI yg harus diselesaikan lebih dahulu sebelum putusan thdp masalah HPi yg menjadi pokok perkara diperiksa dan diputus oleh hakim. Putusan thdp pokok perkara akan tergantung pada penetapan hukum atas persoalan hukum lain yg harus dilakukan terlebih dahulu. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 34

35 CARA MENYELESAIKAN PERSOALAN PENDAHULUAN Absorption: mencari lex causae, selanjutnya persoalan pendahulan diselesaikan dgn berdasarkan lex causa. Repartition: penyelesaian dgn cara lex fori. Pendekatan kasus demi kasus. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 35

36 PENYELUNDUPAN HUKUM Menggunakan hukum asing, untuk memperoleh hak-hak tertentu, dengan cara menghindari hukum nasional yang wajib berlaku terhadapnya. Hak-hak yang telah diperoleh krn penyelundupan hukum, tidak diakui/batal demi hukum. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 36

37 PILIHAN HUKUM HPI Conflict of Law Dalam hukum kontrak ada kebebasan para pihak untuk memilih hukum mana yg akan dipergunakan dlm pelaksanaan kontrak maupun penyelesaian sengketa para pihak (partij autonomie). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 37

38 PILIHAN HUKUM Batas: Tidak boleh bertentangan dgn ketertiban umum Tidak boleh menjadi penyelundupan hukum Tidak boleh lebih dari satu sistem hukum. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 38

39 PILIHAN HUKUM Secara tegas (dicantumkan dlm pasal kontrak) Secara diam-diam (sikap para pihak dan isi kontrak) Pilihan hukum yg dianggap (tidak menggunakan hukum adat, dianggap memilih hukum Eropa..Hindia Belanda ). Pilihan hukum secara hipotetis (dipilih oleh hakim..jerman). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 39

40 STATUS PERSONAL (SP) Madzab Itali: statuta realia, statuta personal, statuta mixta. Statuta Personal: kaidah-kaidah yang mengikuti seseorang di mana pun berada, tidak terbatas pada teritorial negara tertentu saja. Kedudukan hukum seseorang ditentukan oleh hukum dari negara di mana ybs dianggap terikat secara permanen. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 40

41 SP Konsepsi Luas Wewenang/hak-hak secara umum. Permulaan dan berakhirnya kepribadian. Kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perlindungan kepentingan perseorangan. Hubungan kekeluargaan dalam pengertian luas (perkawinan, perceraian, adopsi, pewarisan ). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 41

42 SP Konsepsi Sempit Nama, domisili, nasionalitas, status perdata, hubungan-hubungan famili. Kedewasaan, perwalian. Kondisi hukum seseorang dalam masyarakat yang diberikan negara agar dapat melindungi masyarakat dan institusinya. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 42

43 Hukum Yang Dipergunakan utk SP Aliran Personnalistes : Hukum Nasional. Aliran Teritorialistes : Hukum Domisili seseorang. Sistem Kompromis : campuran. Yurisprudensi Indonesia : Hukum Nasional mereka sepanjang persoalannya termasuk status personal. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 43

44 Diskusi/tugas: Apakah Hukum Waris termasuk SP? Apakah Hukum Harta Benda Perkawinan termasuk SP? Apakah perceraian termasuk masalah SP? Apakah perwalian anak termasuk masalah SP? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 44

45 HUKUM PERKAWINAN Perkawinan antara seorang WNI dengan WNA dilaksanakan di Indonesia (Perkawinan Campuran). Perkawinan antara WNI dgn WNI dilaksanakan di Luar Negeri. Perkawinan antara WNI dgn WNA dilaksanakan di Luar Negeri. Perkawinan antara WNA dgn WNA dilaksanakan di Indonesia. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 45

46 Hukum utk Perkawinan Sepanjang mengenai syarat-syarat (materiil) berlaku Hukum dari masingmasing calon mempelai. Sepanjang berkaitan dengan formalitas perkawinan, berlaku Hukum di tempat perkawinan tersebut dilangsungkan (lex locus celebrationis). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 46

47 Syarat Materiil: Kemampuan untuk melangsungkan perkawinan : umur. Adanya ketentuan halangan/penundaan perkawinan. Adanya ketentuan mengenai larangan perkawinan. Tujuan perkawinan. Persetujuan/kesepakatan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 47

48 Syarat Formal: Pemberitahuan kehendak perkawinan. Pengumuman kehendak perkawinan. Pelaksanaan perkawinan. Pencatatan perkawinan. Penerbitan akta perkawinan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 48

49 Perkawinan Campuran Perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan asing dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 49

50 Perkawinan di luar Indonesia Perkawinan yg diselenggarakan di luar Indonesia antara dua orang WNI dgn WNA adlh sah bilamana dilakukan menurut hukum yg berlaku di negara di mana perkawinan itu dilangsungkan dan bagi WNI tidak melanggar ketentuan UU No.1 tahun 1974 ttg Perkawinan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 50

51 Diskusi: Apa akibat hukum perkawinan campuran thdp kewarganegaraan para pihak? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 51

52 Akibat Hukum perkawinan internasional Memperoleh kewarganegaraan dari suami/isterinya. Dapat kehilangankewarganegaraan. Kewarganegaraan yg diperoleh sebagai akibat perkawinan menentukan hukum yg berlaku, baik mengenai hukum publik maupun hukum perdata. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 52

53 Akibat Hukum perkawinan internasional Ada kecenderungan menggunakan hukum suami. Faham bhw harta benda perkawinan adlh benda tdk bergerak (lex rei sitae) Benda bergerak berdasarkan hukum domisili suami isteri. Harta benda perkawinan mrpkn status personal..kesatuan harta. Harta benda perkawinan mrpkn kontrak..terserah para pihak. Anak..hukum personal bapak. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 53

54 ADOPSI INTERNASIONAL Motif: Awal sejarahnya bermacam-macam motif. Saat ini: hanya dibenarkan sematamata demi kesejahteraan anak yang diadopsi. Kesejahteraan? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 54

55 HUKUM YG DIPERGUNAKAN Persyaratan : hukum dari domisili senyatanya sehari-hari dari anak yang diadopsi. Pernyataan adopsi dan akibat adopsi: hukum dari orang tua yang mengadopsi. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 55

56 PERSYARATAN Pihak yg akan diadopsi: Umur, Ijin orang tua dan/atau keluarga, Ijin Pemerintah/pejabat yang berwenang, Anak berada dlm yayasan /badan hukum yg ditunjuk pemerintah. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 56

57 PERSYARATAN Pihak yg akan mengadopsi: Kemampuan untuk mensejahterakan anak yg akan diadopsi, Persetujuan anggota keluarga yg lain, Berkelakuan baik (sosial), Tidak pernah terlibat perkara kriminal, Memperoleh ijin dari pemerintah. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 57

58 PENERAPAN asas ultimum remedium oleh HAKIM Hakim akan mencari seluruh keluarga dari anak yang akan diadopsi, apakah masih ada kemungkinan yang dapat mensejahterakan. Hakim akan memeriksa dengan seksama kemampuan ekonomi, sosial dan psikologis orang tua yang akan mengadopsi dengan cara melakukan korespondensi dengan pihak yang berkompeten di negara asal calon orang tua yang akan mengadopsi September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 58

59 Diskusi : Mengapa ada asas ultimum remidium? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 59

60 Tugas Rangkum Konvensi Adopsi Den Haag 1965 September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 60

61 Indonesia? SEMA No.6 th SK Mensos No.58/HUK/1985, tim pertimbangan perijinan pengangkatan anak oleh WNA. SK Mensos 13/HUK/1993, petunjuk pelaksanaan pengangkatan anak. Peraturan Pemerintah No.54 th 2007 ttg Pengangkatan Anak. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 61

62 PERCERAIAN Aliran: mudah Perceraian dgn TALAK (Islam) Uni Soviet (boleh sepihak) USA (Nevada: los angeles, Reno: sangat mudah) Mexico (sangat mudah, bahkan dikomersilkan) rawan terjadi penyelundupan hukum. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 62

63 Aliran sangat sukar: Italia, Spanyol, Portugal, Paraguay (bahkan diupayakan untuk tidak dapat bercerai sesuai ajaran Katolik) Aliran perceraian dengan alasan yang sangat terbatas: New York (perceraian hanya dimungkinkan dengan alasan telah terjadi perzinahan). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 63

64 INDONESIA? Menganut prinsip mempersulit perceraian (lihat PP no.9/1975). Menentukan syarat: perceraian harus berdasarkan alasan yang diatur dalam peraturan peruuan Formalitas: perceraian harus dilakukan berdasarkan prosedur yang diatur peraturan peruuan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 64

65 HUKUM mana untuk perceraian? Ada kecenderungan untuk menggunakan LEX FORI Ada negara yang menentukan bahwa warga negaranya hanya dapat bercerai di hadapan hakim-hakimnya sendiri (Uni Soviet, Hongaria, Polandia, Turki) Komulatif: hukum dari para pihak yang bercerai..apabila ada pengaturan syarat yang berbeda, diambil syarat yang terberat. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 65

66 Konvensi Den Haag ttg Perceraian/1968 Sistem komulatif: Hukum nasional para pihak + LEX FORI (national law and the law of the place where the application is made). September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 66

67 BADAN HUKUM Sama seperti orang, memiliki status personal: dapat melakukan perbuatan hukum sejak didirikan sampai dibubarkan/likuidasi. Hukum: memberi status personal (syarat: anggaran dasar, tujuan, pengurus, pengelolaan). Diskusi: bedanya dengan orang? September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 67

68 HUKUM yang berlaku Common law: place of incorporation (hukum dari tempat didirikannya badan hukum) Civil law: legal seat (hukum dari negara di tempat pusat manajemen badan hukum berkedudukan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 68

69 BENTUK badan hukum USA: Badan hukum yang mempunyai kehidupan (sendiri) sebagai subyek hukum (BUMN, BUMD, Asosiasi, Yayasan) Asosiasi yang tidak berbadan hukum (asosiasi dagang). Indonesia? PT, CV, Koperasi, Yayasan. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 69

70 EKSISTENSI badan hukum Teori inkorporasi: badan hukum tunduk pada hukum tempat badan hukum didirikan (common law) Teori kedudukan statutair: tunduk pada hukum yang ditentukan dalam statuta Teori tempat kedudukan: tunduk pada hukum tempat kedudukan manajemen yang efektif (civil law) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 70

71 KONVENSI Den Haag ttg badan hukum/1951 Status badan hukum: ditentukan oleh hukum dari tempat dilangsungkannya formalitas pendiriannya (pendaftaran, pengumuman, dan tempat kedudukan statutairnya) Ada pengakuan terhadap negara yang menganut prinsip Central Office. September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 71

72 HUKUM PERJANJIAN Choise of Law Lex loci contractus (tempat perjanjian dibuat) Lex loci solutionis (tempat prestasi dilaksanakan) The proper law of the contract (maksud sebenarnya para pihak membuat kontrak) The most carracteristic connection (prestasi yang paling fungsional) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 72

73 UNC Sales of Goods Contract 1980 Konvensi Jual-beli Barang secara Internasional (makul pilihan : hukum dagang/kontrak dagang internasional) September 16, 2014 HPI/FH UNS/S1/najib 73

HPI PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX. By Malahayati, SH., LLM

HPI PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX. By Malahayati, SH., LLM HPI 1 PILIHAN HUKUM PERTEMUAN IX By Malahayati, SH., LLM TOPIK 2 PENGERTIAN CARA PILIHAN HUKUM LEX MERCATORIA LEX LOCI CONTRACTUS TEORI PENGERTIAN 3 Pada prinsipnya hukum yang berlaku di dalam kontrak

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL HUKUM PERDATA INTERNASIONAL I Nyoman Ngurah Suwarnatha, S.H., LL.M. 9/18/2012 3:21 PM Ngurah Suwarnatha 1 Pendahuluan dan Definisi HPI HPI merupakan bagian daripada hukum nasional. Istilah internasional

Lebih terperinci

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang)

STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN. (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) STATUS PERKAWINAN INTERNASIONAL DAN PERJANJIAN PERKAWINAN (Analisis Kasus WNI Yang Menikah Dengan Warga Negara Prancis di Jepang) A. Latar Belakang Masalah Seorang WNI menikah dengan warga Negara Prancis

Lebih terperinci

SILABUS NAMA MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KEPERDATAAN KODE MATA KULIAH : HKI4004

SILABUS NAMA MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KEPERDATAAN KODE MATA KULIAH : HKI4004 SILABUS A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KEPERDATAAN KODE MATA KULIAH : HKI4004 JUMLAH SKS : 2 (DUA) PRASYARAT : Seluruh Mata

Lebih terperinci

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Nama Mata Kuliah : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Bobot sks : 2 sks Tim Penyusun : 1. Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. 2. Djumikasih SH. M.Hum. 3. Amelia Sri Kusuma Dewi,

Lebih terperinci

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Hukum Internasional Lanjutan

Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Hukum Internasional Lanjutan Hukum Perdata Internasional Jum at, 10 Maret 2017 Materi Diskusi Perkumpulan Gemar Belajar (GEMBEL) Hukum Internasional Lanjutan Pembicara :HendraSiahaan (2013) SaraiBangun (2013) Pemateri : Herman Gea

Lebih terperinci

TITIK-TITIK TAUT & KUALIFIKASI

TITIK-TITIK TAUT & KUALIFIKASI TITIK-TITIK TAUT & KUALIFIKASI HPI Kelas D All Images : Internet s Archive FOKUS BAHASAN Definisi & Jenis Titik Taut Definisi & Jenis Kualifikasi TITIK-TITIK TAUT Aanknopingspunten (Ned) Momenti di collegamento

Lebih terperinci

PILIHAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS I.

PILIHAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS I. PILIHAN HUKUM DALAM KONTRAK BISNIS I. Latar Belakang. Kontrak binis Internasional selalu dipertautkan oleh lebih dari system hukum. Apabila para pihak dalam kontrak kontrak bisnis yang demikian ini tidak

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional

Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional Bahan Kuliah Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional Isnaini Sejarah Perkembangan HPI HPI mulai abad ke-2 SM Masa kekaisaran Romawi s/d Perkemba ngan HPI universsal di Jerman Friederich Carl Von

Lebih terperinci

Kualifikasi. All images:internet s Archives. Hukum Perdata Internasional Kelas D

Kualifikasi. All images:internet s Archives. Hukum Perdata Internasional Kelas D Kualifikasi All images:internet s Archives Hukum Perdata Internasional Kelas D 1 FOKUS BAHASAN DEFINISI KUALIFIKASI J E N I S T E O R I KUALIFIKASI JENIS KUALIFIKASI Aanknopingspunten (Ned) Momenti di

Lebih terperinci

Bagaimana Praktek Hukum di Indonesia?

Bagaimana Praktek Hukum di Indonesia? ADOPTION What is adoption? Is there any certain definition of adoption? Look at adoption system in: Islam Western countries Adat system in different islands in Indonesia Timur Asing See p. 86 89 HPI Indonesia

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Sebelum membahas Sumber-sumber hukum, ada baiknya perlu memahami bahwa ada tiga dasar kekuatan berlakunya hukum (peraturan

Lebih terperinci

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini:

Konvensi ini mengandung 16 pasal. Dari pasal-pasal ini dapat ditarik 5 prinsip berikut dibawah ini: NAMA: Catherine Claudia NIM: 2011-0500-256 PELAKSANAAN KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE KOMERSIAL NTERNASIONAL MENURUT KONVENSI NEW YORK 1958 Salah satu fokus utama dalam Konvensi New York 1958, yakni Convetion

Lebih terperinci

Hukum Perdata Internasional. Bagas Samudera

Hukum Perdata Internasional. Bagas Samudera Hukum Perdata Internasional Bagas Samudera Sejarah Perkembangan Hukum Perdata Internasional Awal Perkembangan Hukum Perdata Internasional Didalam perkembangan sejarah HPI, tampaknya perdagangan (pada taraf

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Hukum Perdata Internasional. tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda. Pendapat lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Hukum Perdata Internasional. tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda. Pendapat lain yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hukum Perdata Internasional 1. Pengertian Hukum Perdata Internasional Menurut Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas

Lebih terperinci

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict

The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict The Enactment of Marriage Agreement Post Constitutional Court Verdict Heniyatun 1 *, Puji Sulistyaningsih 2, Bambang Tjatur Iswanto 3 1,2,3 Hukum/Fakultas Hukum, *Email: heniyatun@ummgl.ac.id Keywords:

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Kelas D- Fakultas Hukum UGM All Images: Internet s Archive FOKUS BAHASAN PRINSIP TERITORIAL PRINSIP PERSONAL TEORI STATUTA TEORI UNIVERSAL LAHIRNYA HPI

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL

HUKUM PERDATA INTERNASIONAL HUKUM PERDATA INTERNASIONAL Dosen : 1. Dr. Ahmad M. Ramli, S.H., M.H. 2. Rika Ratna Permata, S.H. 3. M.Amirullah, S.H. MATERI PERKULIAHAN Antara lain meliputi: I. Pendahuluan. II. Langkah awal penyelesaian

Lebih terperinci

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,

2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.

Lebih terperinci

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1)

Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk. kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1) Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta-otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam UU ini (Pasal 1 ayat 1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum OLEH SETIAWAN KARNOLIS LA IA NIM: 050200047

Lebih terperinci

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK

BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK BAHAN SOSIALISASI KEBIJAKAN ADMINDUK KEBIJAKAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL BAGI PERKAWINAN CAMPUR DAN ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA TERBATAS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DITJEN KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA PENGERTIAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH Hak penguasaan atas tanah memberikan kewenangan kepada pemegang haknya untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PERJANJIAN KAWIN YANG DAPAT DILAKUKAN SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG Oleh : Sriono, SH, M.Kn Dosen tetap STIH Labuhanbatu e_mail: sriono_mkn@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

TEORI-TEORI UMUM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL YANG DAPAT MENGESAMPINGKAN BERLAKUNYA HUKUM ASING DENGAN MEMBERLAKUKAN HUKUM NASIONAL SANG HAKIM"

TEORI-TEORI UMUM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL YANG DAPAT MENGESAMPINGKAN BERLAKUNYA HUKUM ASING DENGAN MEMBERLAKUKAN HUKUM NASIONAL SANG HAKIM 202 Hukum dan Pembangunan TEORI-TEORI UMUM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL YANG DAPAT MENGESAMPINGKAN BERLAKUNYA HUKUM ASING DENGAN MEMBERLAKUKAN HUKUM NASIONAL SANG HAKIM" Zulfa Djoko Basuki Penulis artikel

Lebih terperinci

Muhammad Risnain, S.H.,M.H. 1

Muhammad Risnain, S.H.,M.H. 1 PROBLEMATIKA PILIHAN HUKUM (CHOICE OF LAW) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TRANSAKSI BISNIS ELEKTRONIK INTERNASIONAL DALAM UNDANG- UNDANG (UU) NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

CHOICE OF FORUM & CHOICE OF LAW DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL: STUDY KASUS YASMINA - THE WORLD FOOD PROGRAMME (WFP)

CHOICE OF FORUM & CHOICE OF LAW DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL: STUDY KASUS YASMINA - THE WORLD FOOD PROGRAMME (WFP) CHOICE OF FORUM & CHOICE OF LAW DALAM HUKUM PERDATA INTERNASIONAL: STUDY KASUS YASMINA - THE WORLD FOOD PROGRAMME (WFP) 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar..... Daftar Peristilahan........ Daftar Lampiran... Daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami istri, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di

BAB I PENDAHULUAN. sangat indah membuat investor asing berbondong-bondong ingin berinvestasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan tanah saat ini sangat meningkat karena tanah tidak hanya digunakan sebagai tempat hunian tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk membuka usaha. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berbagai perjanjian penanaman modal asing, investor asing cenderung memilih arbitrase internasional daripada arbitrase nasional sebagai pilihan forum penyelesaian

Lebih terperinci

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa Penerbit dan pencetak: PT Refika Aditama (Cetakan kesatu, Juni 2011. Cetakan kedua, April

Lebih terperinci

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN

ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN ASAS-ASAS DALAM HUKUM PERJANJIAN Selamat malam semua Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Asas-asas dalam Hukum Perjanjian ya.. Ada yang tahu asas-asas apa saja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

Pilihan Hukum (Terkait dengan Transaksi Bisnis Internasional)

Pilihan Hukum (Terkait dengan Transaksi Bisnis Internasional) Pilihan Hukum (Terkait dengan Transaksi Bisnis Internasional) TRANSAKSI BISNIS INTERNASIONAL PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA 2012 Bridge Ingat tujuan ilmu Hukum Perdata Internasional

Lebih terperinci

Oleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH

Oleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH Oleh : Arie.Muhyiddin. SH., MH Pengertian hukum bisnis (bestuur rechts) Hukum bisnis adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan hukum,baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Aristoteles manusia adalah zoon politicon atau makhluk sosial. Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan lingkungan dan manusia disekitarnya

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KONTRAK MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL DI BALI

PEMBENTUKAN KONTRAK MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL DI BALI PEMBENTUKAN KONTRAK MANAJEMEN HOTEL JARINGAN INTERNASIONAL DI BALI Oleh : Nyoman Santi Dewi Ni Nyoman Sukeni Ida Ayu Sukihana Hukum Bisnis Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Perkembangan

Lebih terperinci

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM

HPI PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV. By Malahayati, SH, LLM HPI 1 PEMAKAIAN HUKUM ASING PERTEMUAN XIII, XIV & XV By Malahayati, SH, LLM TOPIK 2 PEMAKAIAN HUKUM ASING PELAKSANAAN PUTUSAN PUTUSAN PAILIT PUTUSAN ARBITRASE ICC 3 International Chamber of Commerce, Paris;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakral, karena itu pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai ajaran agama 2. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sakral, karena itu pernikahan tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai ajaran agama 2. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan campuran antara Warga Negara Indonesia dengan Warga Negara Asing adalah konsekuensi logis dari perkembangan jaman serta pesatnya perkembangan wisatawan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N I. UMUM Pendirian Yayasan di Indonesia sampai saat ini hanya berdasar atas kebiasaan dalam masyarakat dan yurisprudensi

Lebih terperinci

Pengantar Hukum Indonesia

Pengantar Hukum Indonesia Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Benda, Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Hukum Jaminan dan Hukum Perikatan Disampaikan oleh : Fully Handayani R, S.H.,M.Kn Hukum Benda A. Arti Benda 1. Menurut Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DALAM PERALIHAN HAK ATAS TANAH TERHADAP WARGA NEGARA ASING BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK

Lebih terperinci

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh mengikatkan diri dalam perkawinan dan untuk membuat perjanjian kawin mereka wajib didampingi oleh orang-orang yang wajib memberikan

Lebih terperinci

Sistematika Siaran Radio

Sistematika Siaran Radio Sistematika Siaran Radio Rabu, 24 Mei 2017 Tema: Penggunaan Perjanjian Tertulis (Kontrak) dalam Transaksi-Transaksi Bisnis Sehari-Hari Oleh: Dr. Bayu Seto Hardjowahono, S.H., LL.M. dan LBH Pengayoman UNPAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Mengenai Perkawinan a. Pengertian Perkawinan Menurut Para Ahli Perkawinan merupakan bentuk kerjasama dalam kehidupan antara seorang

Lebih terperinci

Hukum, Negara dan Pemerintahan

Hukum, Negara dan Pemerintahan Hukum, Negara dan Pemerintahan Hukum Hukum peraturan yang memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan resmi yang berwajib, apabila melakukan pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era modern zaman sekarang, perdagangan tidak lagi dalam lingkup dalam negeri saja tetapi juga luar negeri. Adanya komunikasi atara warga suatu negara dengan

Lebih terperinci

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FH UNIVERSITAS BRAWIJAYA NO PERBEDAAN BW/KUHPerdata Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 1 Arti Hukum Perkawinan suatu persekutuan/perikatan antara seorang wanita dan seorang pria yang diakui sah oleh UU/ peraturan negara yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec. SUMBER HUKUM HIR / RBg UU No. 7 / 1989 ttg PA UU No. 3 / 2006 Revisi I UU PA UU No. 50 / 2009 Revisi II UU PA UU No. 14 / 1970 kekuasaan kehakiman UU No. 14 / 1985 ttg MA UU No. 1 / 1974 ttg Perkawinan

Lebih terperinci

SILABI MATAKULIAH. Pengalaman Belajar Indikator Strategi Penilaian

SILABI MATAKULIAH. Pengalaman Belajar Indikator Strategi Penilaian SILABI MATAKULIAH Kelompok Matakuliah : Konsentrasi Matakuliah : Jurusan : Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Kode Matakuliah : 21474 Standar Kompetensi : menguasai konsep dasar pada umumnya yang diberlakukan di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya

BAB V PENUTUP. dengan membuat Permohonan penetapan kepada Pengadilan Negeri. Surabaya yang isinya menyatakan bahwa benar telah didaftarkannya 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pokok permasalahan dalam kasus ini adalah perjanjian perkawinan yang tidak berlaku terhadap pihak ketiga karena tidak tercantum dalam akta perkawinan. Tindakan hukum yang

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA POKOK-POKOK HUKUM PERDATA 1 m.k. hukum perdata 2 m.k. hukum perdata 3 m.k. hukum perdata 4 m.k. hukum perdata 5 PERBEDAAN COMMON LAW/ANGLO SAXON CIVIL LAW/EROPA KONT SISTEM PERATURAN 1. Didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U AN

BAB I P E N D A H U L U AN BAB I P E N D A H U L U AN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan rumah tempat tinggal atau hunian di daerah perkotaan semakin meningkat dan dirasakan kurang, mengingat jumlah perumahan yang tersedia tidak

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI.

HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. HUKUM PERDATA H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI. A. PENDAHULUAN I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah

Lebih terperinci

2.1 Konsep Aset Bisnis Pengertian Bisnis, Aset, Dan Aset Bisnis Klasifikasi Aset Bisnis Istilah Dan Pengertian

2.1 Konsep Aset Bisnis Pengertian Bisnis, Aset, Dan Aset Bisnis Klasifikasi Aset Bisnis Istilah Dan Pengertian DAFTAR ISI JUDUL...ii PRASYARAT GELAR... iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv PANITIA PENGUJI SKRIPSI... v KATA PENGANTAR... vi SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... ix DAFTAR ISI... x ABSTRAK... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace diubah: UU 28-2004 file PDF: [1] LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaidah kaidah perkawinan dengan kaidah kaidah agama.

BAB I PENDAHULUAN. kaidah kaidah perkawinan dengan kaidah kaidah agama. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting bagi kehidupan manusia karena perkawinan tidak hanya menyangkut urusan pribadi kedua mempelai tetapi juga menyangkut urusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan ekonomi khususnya dalam bidang harta kekayaan menjadi pendorong tumbuh dan berkembangnya badan hukum.

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK

PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan permasalahan yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya dapat disusun kesimpulan sebagai berikut: 1. Tidak komprehensifnya ketentuan-ketentuan pengakuan

Lebih terperinci

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT

PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA. Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT PERKAWINAN CAMPURAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Oleh : Sasmiar 1 ABSTRACT Mixed marriage according to Nomor.1 Act of 1974 on Marriage is a marriage between Indonesian citizens with a foreign citizen (Article 57).

Lebih terperinci

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN. Pasal 1. Pasal 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang perkawinan BAB I DASAR PERKAWINAN Pasal 1 Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERJANJIAN KAWIN. Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERJANJIAN KAWIN. Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN DAN PERJANJIAN KAWIN 2.1 Tinjauan Umum Tentang Perkawinan a. Pengertian perkawinan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Eksistensi

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Suatu keniscayaan bahwa dalam penyelesaian suatu konflik sengketa

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Suatu keniscayaan bahwa dalam penyelesaian suatu konflik sengketa BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Suatu keniscayaan bahwa dalam penyelesaian suatu konflik sengketa khususnya sengketa hukum diperlukan adanya penyelesaian yang pasti untuk menentukan kebenaran.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak I. PEMOHON Komisi Perlindungan Anak Indonesia; Yayasan Pusat Kajian Dan Perlindungan

Lebih terperinci

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1

PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1 PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN 10/9/2013 BISNIS SYARIAH/WP/TM 6 1 Sumber Perikatan Perikatan 1233 Perjanjian 1313 Perbuatan manusia 1353 Undang-Undang 1352 Ditentukan UU Perbuatan Menurut Hukum

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 B A B II TINJAUAN PUSTAKA A. Perseroan Terbatas 1. Dasar Hukum Perseroan Terbatas Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT),

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN HUKUM H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

PENGGOLONGAN HUKUM H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENGGOLONGAN HUKUM H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI HUKUM WUJUD DAERAH WAKTU PRIBADI ISINYA PELAKS. BERLAKUNYA TERTULIS TDK TERTULIS HKM NASIONAL HKM INTERN HKM ASING IUS CONSTIT UM IUS CONSTITU EDUM 1 GOL

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

ASPEK HUKUM DALAM BISNIS 1 ASPEK HUKUM DALAM BISNIS PENGAJAR : SONNY TAUFAN, MH. JURUSAN MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI POLITEKNIK STMI JAKARTA MINGGU Ke 7 2 YAYASAn Stichting Dasar Hukum: UU No. 16 Tahun 2001 mengenai Yayasan, yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK HUKUM ADAT

KARAKTERISTIK HUKUM ADAT Pentingnya Mempelajari HkAdatBagiAhliHukum PERKEMBANGAN SISTEM HUKUM ADAT Disusun oleh: Afifah Kusumadara, SH. LL.M. SJD. Hukum Adat adalah hukum yang hidup di Indonesia (Living Law) Merupakan bagian dari

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 112, 2001 Kehakiman. Keuangan. Yayasan. Bantuan. Hibah. Wasiat. (Penjelasan dalam Tambahan

Lebih terperinci

Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet (Studi Kasus: Itar-Tass Russian Agency Melawan Russian Kurier Agency) Rehulina Tarigan

Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet (Studi Kasus: Itar-Tass Russian Agency Melawan Russian Kurier Agency) Rehulina Tarigan Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet (Studi Kasus: Itar-Tass Russian Agency Melawan Russian Kurier Agency) Rehulina Tarigan Dosen Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Unila Abstrak Kasus Itar-Tass

Lebih terperinci

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW

Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW Psl. 119 BW jo. Psl. 124 BW Pada asasnya dalam suatu perkawinan (keluarga) terdapat satu kekompok harta (harta persatuan) dan hak melakukan beheer atas harta tersebut dilakukan oleh suami. Penyimpangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA A. Pengertian Perkawinan Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan nomor 1 Tahun 1974. Pengertian perkawinan menurut Pasal

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999). RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIII/2015 Kepastian Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Kewajiban Pelaku Usaha Atas Informasi Badan Hukum Secara Lengkap I. PEMOHON 1. Capt. Samuel Bonaparte,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 69/PUU-XIII/2015 Hak Milik dan Hak Guna Bangunan Terhadap Warga Negara Indonesia yang Menikah dengan Warga Negara Asing I. PEMOHON Ike Farida II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian

Lebih terperinci

www.pa-wonosari.net admin@pa-wonosari.net UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN

KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN 1 KARYA ILMIAH AKIBAT HUKUM JUAL BELI TANAH HAK GUNA BANGUNAN ATAS TANAH NEGARA YANG BERASAL DARI HARTA BAWAAN DENGAN BANGUNAN YANG DIMILIKI OLEH PIHAK LAIN Tanah merupakan suatu faktor yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA. 1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa asli dan orang-orang bangsa lain BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARGANEGARAAN DI INDONESIA A. PENGERTIAN DAN ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN. Defenisi kewarganegaraan secara umum yaitu hak dimana manusia tinggal dan menetap di suatu kawasan

Lebih terperinci

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999). RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIII/2015 Kepastian Hukum Perlindungan Konsumen Terhadap Kewajiban Pelaku Usaha Atas Informasi Badan Hukum Secara Lengkap I. PEMOHON 1. Capt. Samuel

Lebih terperinci

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING MAKALAH Oleh : Hukum Agraria Dosen : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa

Lebih terperinci

II. Istilah Hukum Perdata

II. Istilah Hukum Perdata I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah Hukum Perdata Prof.Soebekti pokok-pokok Hukum Perdata

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan I. PEMOHON Nina Handayani selanjutnya disebut sebagai Pemohon; Kuasa Hukum: Dr. Youngky Fernando, S.H.,M.H,

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2

Lex et Societatis, Vol. I/No. 4/Agustus/2013. PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2 PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK DAGANG INTERNASIONAL 1 Oleh : Raditya N. Rai 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip apa yang ada dalam hukum kontrak dagang internasional

Lebih terperinci