BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan."

Hendri Indradjaja
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan. Dalam penelitiannya, Bossert (1994) menemukan bahwa anakanak dengan penyakit kronis, anak perempuan, dan mereka yang tingkat kecemasannya tinggi cenderung mengganggap hospitalisasi penuh tekanan. Shields (2001) menjelaskan tahap perkembangan anak, kecemasan saat perpisahan, kemampuan orang tua untuk tinggal bersama anak, dan saat masuk untuk menjalani hospitalisasi dapat menjadi sesuatu hal yang traumatis bagi anak. Pada studi kasus yang dilakukan Olivera, Costa & Mathias (2012), tercatat sebanyak kejadian anak di bawah lima tahun yang mengalami hospitalisasi di tiga kota, Maringá, Sarandi and Paiçandu, di Brazil. Johnston & Lynn (2004) menyatakan pada artikelnya, pada tahun 2002/2003 di Wellington, New Zealand, terdapat sebanyak anak berusia 1-14 tahun yang dihospitalisasi. Stres yang terjadi oleh hospitalisasi dan pembedahan dihasilkan dari kesepian, kesedihan, perasaan ditinggalkan, dipenjarakan, ancaman cedera fisik, serta kebutuhan yang kuat untuk cinta, kasih 1

2 sayang, dan perlindungan dari seorang ibu (Skipper & Leonard). Rasa takut pada hal asing juga berpengaruh ketika anak berhadapan dengan perawat yang menggunakan seragam. Festini, Valentina, Margherita, Klaus, Stela, Chiara, Valeria, Maurizio & Simola (2008) mengatakan dari 112 anak yang dihospitalisasi berserta orang tuanya yang mereka teliti, presentasi respon positif yang disampaikan anak yang diwawancara terhadap perawatnya lebih tinggi setelah perawat memperkenalkan seragam yang tidak biasa (berwarna-warni) dimana sebelumnya anak menganggap bahwa perawat itu tidak ramah, meragukan, membosankan, dan menyakitkan. Skipper & Leonard menyatakan stres yang dialami saat hospitalisasi kemungkinan besar dapat berakibat peningkatan suhu tubuh, nadi, dan tekanan darah, gangguan tidur, takut terhadap dokter dan perawat, memperlambat waktu penyembuhan, dan kebiasaan yang mana menyimpang dari norma kebudayaan medis dari kesehatan dan kemajuan normal dari hospitalisasi. Yagil, Luria, Admi, Moshe-Eilon & Linn (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien, kepedulian, pengarahan dan lingkungan pasienlah yang paling signifikan untuk memprediksi kualitas keperawatan secara keseluruhan, sedangkan pengobatan 2

3 adalah satu-satunya variabel yang signifikan dalam prediksi reputasi dari departemen. Dalam kesimpulannya pun dijelaskan bahwa perawat harus dilatih untuk mengembangkan kepekaan terhadap kebutuhan dan harapan heterogenitas anggota keluarga agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara personal. Menurut Palender & Leino-Kilpi (2010) hal-hal yang menurut anak merupakan pengalaman yang terburuk antara lain orang-orang, perasaan, aktivitas, dan pengalaman. Sebagai pasien, perasaan dari pengalaman negatif anak berhubungan dengan gejala penyakit dan perpisahan dari lingkungan, dimana didalamnya terdapat perawatan fisik dan perawatan aktivitas, terutama pelaksanaan prosedur, makanan yang dibatasi dan saat menunggu tindakan atau prosedur perawatan. Semua pengalaman buruk ini terkait pada pengalaman anak saat menjadi pasien. Kebutuhan dalam pediatrik untuk memberikan atraumatic care dikenal secara luas. Penelitian yang dilakukan Festini, et al. (2008) di Children Hospital, Florence, Italy, dengan menggunakan seragam yang berwarna-warni dapat meningkatkan kesan positif pada anak yang dihospitalisasi dan orang tuanya. Palisin, Cecil, Gumbardo, & Varley (1997) menyatakan pada penelitian yang dilakukan selama setahun 3

4 penuh, sebanyak 82% dari orang tua puas dengan proses admisi dan pengkajian, 87% orang tua puas dengan proses perawatan, dan 86% orang tua puas dengan perencanaan pulang. Dalam penelitian Harbaugh, Tomlinson, & Kirschbaum (2004) orang tua menganggap beberapa perawat benar-benar menghargai kemanusiaan, keunikan, dan kerentanan dari anak-anak ketika mereka mengamati perawat yang bersikap hangat kepada anak, ketika mereka menyentuh anak dengan penuh kasih sayang, dan ketika mereka mampu untuk memberitahukan mereka tentang indikator sehari-hari dari kepribadian dan kenyamanan anak. Bolig & Weddle (1988) menyatakan, mengubah pola hospitalisasi serta meningkatkan kesadaran tentang kebutuhan psikososial dapat membuat pengalaman trauma berkurang untuk sebagian besar anakanak di masa lalu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2010) di Ruang Ibnu Sina RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan data bahwa persepsi orang tua tentang menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga adalah baik berjumlah 30 orang (85,7 %), tindakan untuk mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis) adalah cukup berjumlah 23 orang (67,5 %), tidak melakukan tindakan kekerasan yang dapat mengganggu psikologis anak adalah baik berjumlah 21 orang (60 %), dan 4

5 tindakan dalam memodifikasi lingkungan untuk anak adalah berjumlah kurang 31 orang (88,6 %). Pelayanan yang terbaik dari perawat akan memunculkan pengalaman yang terbaik pula bagi anak. Menurut Palender & Leino-Kilpi (2010) pengalaman terbaik selama hospitalisasi jatuh ke dalam lima kategori utama: orang, karakteristik masyarakat, kegiatan, lingkungan dan hasil. Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat praktik klinik di Rumah Sakit Panti Wilasa (RSPW) Citarum Semarang, di bangsal anak, Ruang Dahlia telah diterapkan prinsip-prinsip atraumatic care antara lain menggunakan seragam yang berwarna-warni, mempunyai ruangan tindakan yang penuh dengan lukisan dan gambar-gambar yang biasanya disukai anak, serta melibatkan orang tua/primary care givers dalam melakukan tindakan. Namun, para pasien anak tetap saja takut ditandai dengan menangis ketika diberikan tindakan untuk kesekian kalinya. Dari pembahasan-pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dampak buruk atau baik akan dialami oleh pasien anak selama hospitalisasi. Atraumatic care adalah suatu perawatan yang dilakukan oleh perawat tanpa menimbulkan trauma pada anak. Pada kenyataannya walaupun perawat sudah menerapkan prinsip atraumatic care, anak tetap saja 5

6 takut ditandai dengan menangis ketika berhadapan dengan perawat. Lebih lanjut perawatan-perawatan yang diberikan kepada pasien anak tidak pernah lepas dari peran orang tua/primary care givers. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berupa pelaksanaan atraumatic care perawat terhadap pasien anak selama hospitalisasi dilihat dari pandangan orang tua/primary care givers. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, masalah yang terjadi adalah ketika selama hospitalisasi, anak takut berhadapan dengan perawat yang merawat mereka walaupun perawat telah menerapkan prinsip atraumatic care. Berdasarkan fenomena ini, maka penelitian ini ingin mendeskripsikan pelaksanaan atraumatic care oleh perawat dilihat dari pandangan orang tua/primary care giver pasien anak selama hospitalisasi. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan atraumatic care oleh perawat dilihat dari pandangan orang tua/primary care givers pasien anak selama hospitalisasi. 6

7 1.4 Manfaat Penelitian Secara Teoretis Pengembangan studi tentang konsep Atraumatic Care dalam dunia keperawatan diharapkan dapat memberikan kontribusi berupa informasi pengetahuan yang baru dalam bidang keperawatan saat memberikan asuhan keperawatan Secara Praktis i. Bagi rumah sakit Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam implementasi Atraumatic Care pada pasien anak selama hospitalisasi di rumah sakit pada khususnya. ii. Bagi perawat Memberikan informasi tambahan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat, terutama dalam meningkatkan aplikasi konsep Atraumatic Care. iii. Bagi pasien anak selama hospitalisasi Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang mengarah pandangan baru kepada pasien anak dan juga orang tua dalam persepsi mereka 7

8 terhadap perawat sehingga trauma pada anak dapat diminimalisir. 1.5 Batasan Istilah Yang Dipakai Dalam Penelitian Ini Batasan istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Atraumatic Care atau perawatan terapeutik yang mengurangi distres fisik dan psikologis yang dialami oleh anak dan keluarganya dalam sistem layanan kesehatan (Hockenberry, 2005; Wong, 1989). Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang terencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan (Supartini, 2004). Dampak dari hospitalisasi antara lain stres, kesepian, duka cita, rasa ditinggalkan, rasa terpenjara, dan ancaman dari luka fisik (Skipper & Leonard). 8

9 1.5.2 Batasan operasional. Orang tua adalah primary care givers yang menunggui pasien anak selama hospitalisasi di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. 9

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk. menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk. menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika anak sakit dan harus dirawat di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan, anak mengalami dampak hospitalisasi, seperti stress, ketakutan, kegelisahan