BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Sonny Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Terkait Definisi Kecemasan Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan kuatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Ratus, dan Greene, 2003). Menurut Halgin dan Whitboune (2010) kecemasan lebih berorientasi pada masa depan dan bersifat umum mengacu pada kodisi ketika individu merasa kekuatiran/kegelisahan, ketegangan dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali dan kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Freud menjelaskan tentang kecemasan realitas atau rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar (Hall & Gadner, 1993). Menurut Freud fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi adanya bahaya; ia merupakan syarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan (Hall & Gadner, 1993). Dari beberapa 9
2 pengertian diatas peneliti memandang bahwa kecemasan adalah suatu ketakutan atau kekuatiran dari suasana hati yang tidak menyenangkan timbul dari situasi yang tidak menentu Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan Menurut Aktison dan Hilgard (1996) timbulnya kecemasan bersumber dari dua faktor yang terjadi pada diri individu yaitu: 1). Faktor internal, yakni faktor yang ada dalam diri sendiri; misalnya perasaan tidak mampu, tidak percaya diri perasaan bersalah dan dan rendah diri. 2). Faktor eksternal, merupakan faktor dari luar diri sendiri; seperti dukungan dan kondisi lingkungan keluarga, masyarakat dan tempat kerja. Sedangkan Priest (1994), menyatakan bahwa kecemasan dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor seperti karena sering mengalami keputusasaan, pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan Aspek-aspek kecemasan Kecemasan sebagai respon emosional terhadap suatu peristiwa yang tidak menyenangkan, bentuk respon atau reaksinya berkaitan dengan beberapa aspek. Calhum dan Acocella (1995) menyebutkan 10
3 aspek-aspek kecemasan dapat ditemukan dalam tiga reaksi, yaitu: Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan persepsi individu psikologis dari kecemasan. Individu merasakan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang lain Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekuatiran yang berpengaruh terhadap kemampuan berpikir jernih, sehingga menganggu dalam memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya Reaksi fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber ketakutan dan kekuatiran. Reaksi ini berkaitan dengan sistem syaraf yang mengandalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh, sehingga timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak lebih cepat dan tekanan darah meningkat Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan tertentu yang terencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami kejadian 11
4 yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan kecemasan (Supartini, 2004) Hospitalisasi pada anak Menurut Kyle (2008), kemampuan dan persepsi, tingkat usia kognitif, dan tingkat perkembangan anak-anak akan mempengaruhi persepsi mereka tentang hospitalisasi. Hal-hal ini ternyata akan mempengaruhi reaksi mereka terhadap rawat inap. Anak-anak muda memiliki pengalaman yang terbatas dan intelektual yang belum dewasa, sehingga memiliki waktu yang lebih sulit dalam memahami apa yang terjadi pada mereka. Hal ini dapat terjadi terutama pada balita dan anak prasekolah, ketika merasakan keutuhan tubuh mereka dilanggar selama prosedur invasif, mereka sering menafsirkan penyakit sebagai hukuman atas rumah sakit sebagai musuh, tindakan menyiksa. Dengan demikian, anak-anak di bawah usia 5 tahun lebih rentan terhadap gangguan emosi ketika rawat inap. 12
5 Menurut Department of Psychiatry at Children s Hospital Boston tahun 2003 anak-anak menunjukkan berbagai reaksi dalam situasi medis. Reaksi-reaksi ini dibentuk oleh banyak faktor termasuk kepribadian anak, tingkat perkembangan, koping anak dan pengalaman hospitalisasi Pengalaman sebelumnya Menurut Kyle, (2008) secara umum, anakanak kurang paham dan memiliki sedikit pengalaman terhadap rawat inap, penyakit dan prosedur rumah sakit akan mengalami peningkatan kecemasan. Pengalaman sebelumnya terhadap rawat inap dan penyakit dapat membuat persiapan baik lebih mudah atau lebih sulit (jika pengalaman itu dianggap sebagai negatif). Misalnya, jika anak pergi ke rumah sakit karena kelahiran saudara kandung, ia mungkin melihat ini sebagai pengalaman yang positif. Namun, jika anak pergi ke rumah sakit karena penyakit serius atau kematian keluarga dan teman dekat, ia mungkin akan melihat pengalaman itu sebagai pengalaman yang buruk. 13
6 Kecemasan orangtua terhadap hospitalisasi Anak-anak dapat merasakan kecemasan dan kekuatiran orangtuanya, ketika orangtua berbisik-bisik sehingga anak dapat berimajinasi. Misalnya, anakanak prasekolah dapat menceritakan hal yang rumit untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dan ketika orang tidak dapat menjawab pertanyaannya, anak akan menjadi bingung dan ketakutan, kepercayaan anak pada ibunya dapat menjadi berkurang. Hal ini sangat penting bagi anak-anak untuk percaya kepada seseorang yang memegang kendali dan sehingga orang tersebut dapat dipercaya. Reaksi seorang anak sering dibentuk oleh respon terhadap penyakit dan rawat inap. Hubungan antara keluarga dan staf rumah sakit juga dapat berkontribusi pada stres anak. Hubungan ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kualitas lingkungan. Petugas rumah sakit harus bertanggung jawab atas anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan mempertahankan kemitraan yang baik terhadap keluarga. Entah direncanakan atau tidak direncanakan, rawat inap meningkatkan stres keluarga dan tingkat kecemasan. Cedera sakit atau sakit yang serius dari anggota 14
7 keluarga dapat mempengaruhi semua anggota keluarga. Proses yang dapat mengganggu rutinitas keluarga dan dapat mengubah peran keluarga (Kyle, 2008) Reaksi orangtua terhadap hospitalisasi Kyle (2008) mengatakan bahwa reaksi orang tua terhadap hospitalisasi adalah sebagai berikut: Melihat anak sakit adalah hal yang sulit, terutama ketika orangtua membantu prosedur tindakan dengan memegang anak. Orangtua mungkin merasa bersalah karena tidak mencari perawatan cepat. Orangtua juga dapat menunjukkan perasaan lainnya seperti penyangkalan, kemarahan, depresi, dan kebingungan. Orangtua dapat menyangkal bahwa anaknya sakit, mereka dapat mengekspresikan kemarahan, terutama diarahkan kepada staf perawat, anggota keluarga lain, serta ketakutan yang lebih tinggi karena kontrol kerugian mereka dalam merawat anak. Depresi dapat terjadi karena adanya kelelahan fisik sehingga menghabiskan waktu 15
8 yang banyak untuk merawat anaknya. Kebingungan akan berkembang karena berhadapan dengan lingkungan yang asing atau hilangnya peran orangtua. Menurut Wong, dkk (2001) krisis penyakit dan hospitalisasi pada masa kanak-kanak mempengaruhi setiap anggota keluarga inti. Reaksi orangtua terhadap penyakit anak mereka bergantung pada keberagaman faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pada awalnya orangtua dapat bereaksi dengan tidak percaya, terutama jika penyakit tersebut muncul tiba-tiba dan serius. Setelah realisasi penyakit, orang tua bereaksi dengan marah, atau merasa bersalah atau kedua-duanya. Takut, cemas dan frustasi merupakan perasaan yang banyak diungkapkan oleh orangtua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan keseriusan penyakit dan jenis prosedur medis yang dilakukan. Sering kali kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri pada anak. 16
9 Orangtua akhirnya dapat bereaksi dengan beberapa tingkat depresi (Wong, dkk., 2001). Depresi biasanya terjadi ketika krisis akut sudah berlalu, seperti setelah pemulangan atau pemulihan yang tidak sempurna. Ibu sering mengungkapakan kelelahan fisik dan mental setelah semua anggota keluarga beradaptasi dengan krisis. Alasan lain untuk cemas dan depresi berkaitan dengan kekuatiran akan masa depan anak, termasuk dampak negatif dari hospitalisasi dan beban keuangan akibat hospitalisasi tersebut (Wong, dkk., 2001) Faktor yang Mempengaruhi Reaksi keluarga Gaya pengasuhan, hubungan keluarga dengan anak dan keterampilan koping anggota keluarga dapat mempengaruhi keadaan selama di rumah sakit. Variasi budaya, etnis, agama, nilai dan praktik dapat mempengaruhi sikap keluarga terhadap penyakit. Hal ini mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap respon dan perilaku keluarga. Misalnya, keyakinan agama 17
10 dapat meningkatkan masalah atau dapat menjadi sumber kekuatan untuk keluarga dan anak. Keluarga yang berada dalam krisis dan tanpa adanya sistem pendukung yang baik akan sulit untuk beradatasi dengan stres akibat rawat inap (Kyle, 2008). Menurut Meskhani & Bavarian (2005) ada beberapa faktor seperti ketidakpastian tentang penyakit anak dan kesembuhannya, kekuatiran tentang informasi yang diberikan oleh pengasuh, rasa takut, dan rasa bersalah menganggu peran orangtua dan kemungkinan orangtua mengalami penderitaan dan kecemasan. Mereka merasa bahwa dalam posisi yang lemah dan mungkin kehilangan control dan kemandirian juga merupakan penyebab distres. Hal ini dapat diperparah adanya situasi asuhan yang diberikan oleh pengasuh tidak menyenangkan. 18
11 2.2. Penelitian terkait Dampak hospitalisasi terhadap anak Anak-anak mengalami kecemasan selama hospitalisasi, tingkat kecemasan mereka berbeda-beda berdasarkan jenis kelamin dan umur yang ditemukan oleh Hudson, Lepper, Stickland dan Jessee (1987). Perempuan lebih tinggi tingkat kecemasan dibandingkan dengan laki-laki. Tingkat kecemasan yang paling tinggi dirasakan anak yang berumur 6-12 tahun (Hudson, dkk., 1987). Penelitian yang dilakukan oleh Palender dan Leino- Kilpi (2010) di Filandia, dengan tujuan mengetahui pengalaman baik dan buruk anak pada usia sekolah selama hospitalisasi menyatakan bahwa ada empat kategori yang menjadi pengalaman buruk anak selama hospitalisasi yaitu terhadap orang, perasaan, aktivitas dan lingkungan. Fokusnya adalah pada pengalaman anak-anak ketika menjadi pasien bahkan anak-anak tidak menyebutkan secara spesifik bahwa mereka telah menjadi pasien. Banyak pengalaman negatif yang mereka alami terkait dengan penyakit, pemisahan dalam lingkungan, dimana ada seseorang yang tidak mereka kenal melakukan perawatan fisik dan tindakan prosedur 19
12 serta adanya pembatasan makanan dan menunggu sebuah prosedur. Semua itu merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh anakanak. Pengalaman terburuk yang dirasakan oleh anak adalah tindakan keperawatan dan aktivitas pengobatan, anak-anak menyebutkan seperti adanya jarum suntik, pemeriksaan/perawatan jahitan, operasi, dan adanya pembatasan makanan. Anak mengatakan mereka seperti disiksa ketika ada pengambilan sampel darah yang menjadikan pengalaman buruk bagi anak. Sebagai bagian dari menjadi seorang pasien, anak-anak melaporkan perasaan berkaitan dengan gejala penyakit dan pemisahan. Pengalaman terburuk selama di rumah sakit yang diasakan anak-anak lebih pada gejala penyakit yang mereka dapatkan. Sebagian besar mereka mengatakan nyeri, perasaan kurang sehat, adanya ketegangan, sakit perut, suhu badan panas, kelelahan, dan sakit kepala. Seorang anak mengatakan mual, nyeri, sembelit, diare dan tidak enak badan. 20
13 Berpisah dari orang tua, teman, rumah, sekolah adalah hal yang tidak disukai anak selama di rawat di rumah sakit. Setelah berada di rumah sakit dan jauh dari rumah menimbulkan pengalaman yang negatif. Hospitalisasi menyebabkan gangguan rutinitas, seperti sekolah dan hubungan dengan teman. Beberapa anak mengatakan mereka ditinggal oleh ibu dan ayahnya pada malam hari, tidak bisa menelepon temanya, merindukan rumah dan sekolah. Lingkungan selama rawat inap menjadi salah satu yang tidak mengenakkan dimana harus terbaring ditempat tidur, kurangnya kegiatan seperti kerajinan, dan tidak ada privasi. Untuk beberapa anak hanya di tempat tidur dan terisolasi, terutama di bangsal infeksi, merupakan hal terburuk selama dirawat inap. Menyikapi hal tersebut anak membutuhkan sesuatu yang dapat mereka kerjakan selama di rawat inap. Dalam penelitian Salmella, Aronen dan Salanterä (2010), di Filandia mereka mendengar perkataan anakanak membahas ketakutan yang berhubungan dengan rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya. Anak-anak menafsirkan takut akan gerak tubuh orang dewasa dan membuat kesimpulan yang salah satunya cukup 21
14 memperihatikan bahwa orang dewasa tidak lagi memperdulikan mereka, menyakiti mereka dengan sengaja dan tidak menghiraukan apa yang mereka inginkan Stres dan perubahan koping individu Pelander dan Leino-Kilpi (2010) mengatakan bahwa efek rawat inap pada anak-anak dipengaruhi oleh sifat dan tingkat keparahan masalah kesehatan, kondisi anak, dan sejauh mana kegiatan dan rutinitas, ketidak pedulian, ketidak bahagiaan, dan bahkan perubahan nafsu makan. Ketika aktivitas motorik anak dibatasi, kemarahan dan hiperaktif mungkin terjadi. Bermain, rekreasi dan pendidikan peluang menyediakan outlet untuk mengalihkan perhatian anak dari penyakit, menyediakan mereka dengan pengalaman yang menyenangkan, dan membantu mereka memahami kondisi mereka. Tentu saja, kemampuan ini berbeda pada usia anak, persepsi mereka terhadap situasi sebelumnya, hubungan dengan personil perawatan kesehatan, dan dukungan dari orang lain yang signifikan. 22
15 Pengalaman orangtua terhadap kecemasan Orangtua juga merasakan bermacam-macam pengalaman yang tidak menyenangkan tentang hospitalisasi. Penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Olgivie (1990) yang bertujuan mengungkapkan perasaan orangtua terhadap hospitalisasi anak yang dioperasi menunjukkan bahwa orangtua merasa stres, cemas, kelelahan, bosan dan kuatir terhadap kondisi anaknya. Orangtua juga mengatakan kurangnya informasi dari perawat tentang keadaan anakya. Dalam studi yang kualitatif yang dilakukan oleh Callery (1996) di Inggris bertujuan untuk melihat persepsi orang tua dan perawat terhadap peran orangtua sebagai asisten anak selama anak dirawat di rumah sakit. Hasil wawancaranya bahwa para orangtua mengalami stres, cemas dan takut. Hal ini disebabkan oleh penyakit, hasil diagnosa dan masa depan anakknya setelah menjalani operasi. Orangtua membutuhkan waktu khusus dengan perawat untuk bercerita tentang apa yang terjadi pada anaknya, tetapi disisi lain perawat sibuk dengan pekerjaanya pada tindakan prosedur sedangkan ibu juga selalu berfokus dengan kondisi anaknya dan ingin selalu 23
16 menemani anaknya. Perawat mengatakan bahwa orangtua dari anak juga merupakan pasien atau klien dari perawat. Orangtua juga mendapat peran sebagai asisten anaknya sehingga hal ini menimbulkan kebingungan pada orangtua tentang peran mereka sebagai asisten anaknya dan sebagai klien. Perawat mengatakan bahwa dia melihat kondisi fisik yang tidak baik pada salah seorang ibu yang anaknya sudah menjalani operasi selama empat hari yang lalu. Perawat mengatakan bahwa ibu pasien sangat marah, dia tidak bisa tidur semalaman karena kondisi anakya semakin memburuk. Orangtua mengalami pengalaman stres kerena pemisahan pada unit neonatal dengan penyakit kritis yang dialami anaknya yang baru lahir. Pada kemudian harinya orangtua merasa kuatir adanya risiko yang akan timbul setelah anaknya berusia tiga tahun. Hal ini dinyatakan berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rautava, Lehtonen, Helenius, dan Silanpaa (2003) di Filandia yaitu efek hospitalisasi neonatal terhadap orang tua dan perilaku anak. Rautava, dkk., (2003) mengatakan bahwa masalah bukan pada perpisahan yang 24
17 menyebabkan orangtua tidak bisa menyusui bayinya, tetapi karena keadaan kritis yang didapat pada bayinya. Hasil penilitian Agren (1985) menunjukkan bahwa orangtua ingin berpartisipasi dalam perawatan anaknya. Perawat perlu menanyakan tentang keinginan orangtua agar ikut terlibat dalam perawatan anaknya. Perawat memberikan kesempatan kepada orangtua supaya selalu dekat dengan anaknya. Menurut Agren (1985) hal itu dibutuhkan agar dapat mengurangi stres pada keluarga selama rawat inap anaknya, dan mengurangi trauma psikogis pada anak selama rawat inap. Tidak ada hubungan adaptasi keluarga imigran dan non-imigran dengan tingkat kecemasan pada saat anak dirawat di rumah sakit diungkapkan oleh Castillo & Vilchez-Lara (2010) dalam studi kuantitatif di Spanyol. Castillo & Vilchez-Lara (2010) mengatakan bahwa orangtua imigran dan non-imigran mengalami kecemasan selama proses hospitalisasi. Sementara di Italia penelitian yang dilakukan Scrimin, dkk (2009) ditemukan bahwa ibu memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan ayah. Pengukuran tingkat kecemasan juga 25
18 diteliti di Florida, Amerika Serikat oleh Alexander, dkk (1986) menemukan bahwa tingkat kecemasan ibu lebih besar dibandingkan ayah. Walaupun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan ibu dan ayah ketika anak di operasi. Ibu memang lebih merasakan dampak hospitalisasi dibandingkan ayah, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee, A. Lee, Ranki, Weiss dan Alkon (2007) di Amerika pada orang tua Cina- Amerika mendapatkan bahwa ibu kurang tidur dibandingkan dengan ayah selama rawat inap yang terjadi pada bayi mereka dan ini menunjukkan adanya hubungan stres yang dirasakan orang tua, kurang tidur, kelelahan selama proses tersebut. Lee, dkk (2007) menambahkan bahwa penyakit pada anaknya juga menimbulkan pengalaman stres bagi orang tua. Wich dan Cristoph (1998) mengungkapkan perasaan yang dialami oleh orangtua terhadap hospitalisasi adalah mereka hal yang berhubungan dengan diagnosis anaknya, adanya pemisahan selama hospitalisasi, ketidakpastian terhadap satu kondisi serta ketakutan. 26
19 Semua itu menyebabkan orangtua merasa frustasi dan tidak berdaya ketika melihat anakya menjalani sebuah prosedur. Orangtua juga berkeluh tentang adanya konflik dengan beberapa staf, hambatan dalam komunikasi, lingkungan rumah sakit yang asing dan kebijakan yang tidak fleksibel. Persepsi orangtua terhadap perawat sebagai caregiving ketika anak dirawat di rumah sakit dikemukakan oleh Harbaugh, Tomlinson dan Kirschbaum (2004). Orangtua mengatakan perawat akan menjamin perawatan yang berkualitas dan melibatkan orangtua dalam perawatan. Hal positif yang diterima orangtua dari perawat seperti: 1). memungkinkan untuk dekat dan menjaga anak, 2). mengurangi stres dan ketidakpastian keadaan yang sedang berlangsung, adanya informasi yang akurat dan adanya kepastian, 4). melakukan keperawatan yang kompeten dan terkordinasi, 5). Mengahrgai setiap individualitas anak mereka, 6). Orangtua mendapat menjaga informasi kesehatan anak mereka tentang keluhan dan kemajuan. Tapi sebaliknya ada perilaku negative dari perawat yaitu pemisahan dan 27
20 pengucilan, kelalaian dalam komunikasi, perawatan yang tidak menunjukkan kasih sayang dan perlindungan. 28
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan. tertentu yang terencana atau darurat, mengharuskan anak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan tertentu yang terencana atau darurat, mengharuskan anak tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan makhluk yang unik, yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Anak memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Pada saat anak dirawat di Rumah Sakit banyak hal yang baru dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan. Dalam penelitiannya, Bossert (1994) menemukan bahwa anakanak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia anak adalah dunia bermain, khususnya bagi anak yang berusia 1-3 tahun. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut harus dijaga kelangsungannya dengan upaya stimulasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Discharge Planning 2.1.1 Definisi Perencanaan pulang atau discharge planning merupakan proses terintegrasi yang terdiri dari fase-fase yang di tujukan untuk memberikan asuhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Definisi Atraumatic Care
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Atraumatic Care 2.1.1. Definisi Atraumatic Care Dalam pediatrik, kebutuhan untuk memberikan atraumatic care dikenal secara luas. Atraumatic care merupakan filosofi dari penyediaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan dipengaruhi dengan segala macam hal yang baru. Anak prasekolah sering menunjukan perilaku yang aktif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan anak perlu mendapatkan perhatian khusus, baik dari pemerintah, petugas kesehatan maupun masyarakat. Hal ini merupakan dampak dari semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak 2.1.1. Pengertian Hospitalisasi Hospitalisasi adalah suatu keadaan dimana seseorang yang sakit yang membutuhkan perawatan secara intensif
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep guided imagery 2.1.1 Definisi guided imagery Imagery merupakan pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Pengertian Family Centered Care Dalam paradigma keperawatan anak, anak merupakan individu yang masih bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kesakitan anak di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4 tahun sebesar 25,8%, usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hospitalisasi dapat menyebabkan kejadian yang traumatik dan stres yang dialami oleh anak dan orang tua, dimana anak harus tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan terapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan ini dipengaruhi oleh banyak faktor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta bebas dari penyakit atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah individu unik yang berada dalam proses tumbuh kembang dan mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang berbeda dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak
Lebih terperinciBERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari
BERDUKA DAN KEHILANGAN Niken Andalasari DEFENISI KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi, dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.
Lebih terperinci1. Bab II Landasan Teori
1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit dan menjalani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat
Lebih terperincidan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Kecemasan Remaja yang Menjalani Perawatan (Hospitalisasi) Remaja 1. Kecemasan Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan dan mengingatkan adanya bahaya yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anak adalah individu yang masih memiliki ketergantungan pada orang dewasa dan lingkungan sekitarnya, anak memerlukan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam kebutuhan
Lebih terperinciKECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL
98 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 2. (2) Agustus 2016 ISSN. 2407-7232 KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL CHILD ANXIETY TODDLER VIEWS FROM THE HOSPITAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak. Hal ini memberi konsekuensi pada masalah kesehatan anak antara lain masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak adalah tunas bangsa, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluasluasnya untuk tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurun pada usia 10 tahun (Hoffbrand, 2005). Berdasarkan data tahun 2010 dari American Cancer Society, jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan kondisi yang mempengaruhi fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang menyebabkan hospitalisasi dari 1 bulan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat menimbulkan dampak, baik terhadap fisik maupun psikologis diantaranya kecemasan, merasa asing akan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir (Azis, 2010). Bermain merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu, gelisah yang dapat menimbulkan ketegangan fisik yang tinggi. Hal ini ditimbulkan sebagai reaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hospitalisasi merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat. Rumah sakit tidak membedakan pelayanan terhadap orang sakit dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan makhluk rentan dan tergantung yang selalu dipenuhi rasa ingin tahu, aktif, serta penuh harapan. Masa anak-anak suatu awal kehidupan untuk masa-masa berikutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan anak telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Anak tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hospitalisasi 1. Pengertian Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anak Anak merupakan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengancam bagi setiap orang, terutama bagi anak yang masih dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh, emosi,
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terapi Musik 2.1.1 Pengertian Terapi Musik Terapi musik adalah suatu proses yang menggabungkan antara aspek penyembuhan musik itu sendiri dengan kondisi dan situasi; fisik /tubuh,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hospitalisasi Pada anak 2.1.1 Konsep Hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.
Lebih terperinciDEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya
KONSEP HOSPITALISASI PADA ANAK DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya Hospitalisasi menimbulkan krisis O/K : Stress Keterbatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan hingga usia tujuh belas tahun, dimana masing-masing anak tumbuh dan belajar sesuai dengan
Lebih terperinciKepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa
Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
Lebih terperinciPROSES TERJADINYA MASALAH
PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. Anak 2.1.Pengertian Anak Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang menakutkan karena berpotensi menyebabkan kematian. Dewasa ini tehnologi telah berkembang pesat dalam mendiagnosis dan menangani penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara
12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai macam inovasi baru bermunculan dalam dunia kesehatan. Dewasa ini dunia kesehatan semakin mengutamakan komunikasi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap dalam upaya peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa mengandung dan bersalin adalah masa yang penting bagi seorang wanita. Keadaan persalinan adalah keadaan di mana masa hamil, melahirkan dan penanganan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak ditemukan di daerah tropis seluruh dunia. Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah suatu infeksi
Lebih terperinciSetiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan anak pada masa balita sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatannya pada masa bayi baru lahir. Dengan demikian, derajat kesehatan anak tidak dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada pasien kanker amputasi dilakukan sebagai prosedur menyelamatkan jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amputasi adalah menghilangkan satu atau lebih bagian tubuh dan belum pernah terjadi sebelumnya yang bisa sebabkan oleh malapetaka atau bencana alam seperti kecelakaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi
Lebih terperinciPENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK
PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan
Lebih terperinciPENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA
PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Durand & Barlow (2006), kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil dari ekuibrium internal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sakit dan dirawat di rumah sakit adalah keadaan yang kerap terjadi dan merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat pertama kali dirawat
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinciPengantar Psikologi Abnormal
Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak merniliki objek yang spesifik. Kecemasan adalah
Lebih terperinci