Petunjuk Praktikum Farmasi Blok 12 Bentuk sediaan obat. Oleh Enny Kusumastuti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Petunjuk Praktikum Farmasi Blok 12 Bentuk sediaan obat. Oleh Enny Kusumastuti"

Transkripsi

1 Petunjuk Praktikum Farmasi Blok 12 Bentuk sediaan obat Oleh Enny Kusumastuti Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya 2015

2 TATA TERTIB PRAKTIKUM 1. Pembagian grup : satu kelompok praktikan dibagi menjadi beberapa grup, setiap grup terdiri dari 5-6 praktikan. 2. Tata tertib laboratorium : a. Praktikan diharuskan memakai jas laboratorium dan sandal yang bersih. b. Membawa peralatan khusus untuk pembersihan yaitu serbet/lap bersih. c. Kehadiran 100%, apabila berhalangan harus ada keterangan resmi. d. Tidak diperbolehkan meninggalkan ruangan selama praktikum. e. Tidak diperbolehkan menggunakan alat komunikasi (HP) selama praktikum. f. Tidak diperbolehkan pindah grup atau pindah kelompok. 3. Disiplin kerja : a. Datang 5 menit sebelum praktikum dimulai. b. Pekerjaan dilakukan grup. c. Tanggung jawab pengerjaan tugas merupakan tanggung jawab bersama. d. Semua peralatan harus bersih baik sebelum dan sesudah praktikum. e. Kehilangan atau kerusakan alat praktikum menjadi tanggung jawab yang bersangkutan atau grup. 4. Tugas praktikan : a. Masing-masing peserta praktikum mengerjakan tugas yang telah diberikan. b. Hasil akhir sediaan obat harus diserahkan kepada pembimbing praktikum. c. Setiap peserta praktikum harus membuat jurnal praktikum dan membuat laporan hasil praktikum.

3 PERATURAN UMUM PENGGUNAAN ALAT DAN BAHAN DI LABORATORIUM FARMASI KEDOKTERAN 1. Berat bahan obat yang dapat ditimbang minimum 50 mg. Apabila diperlukan bahan kurang dari 50 mg, maka dilakukan pengenceran dengan bahan inert atau bahan pembawa yang sesuai. 2. Alat-alat yang digunakan harus bersih dan kering. 3. Pada saat menimbang, kedua piring timbangan harus diberi alas kertas untuk menimbang. 4. Pada penimbangan bahan, saat menambah atau mengurangi bahan, timbangan harus dalam keadaan off. 5. Sebelum dan sesudah menimbang bahan, etiket pada wadah/botol agar dibaca untuk menghindari kesalahan pengambilan bahan. 6. Bahan obat yang sudah selesai ditimbang agar dikembalikan ke tempatnya. 7. Untuk bahan berbentuk cair, setiap menuang dari wadah, etiket harus di sebelah atas. 8. Sebelum dicampur, bahan-bahan harus digerus terlebih dahulu, terutama untuk bentuk sediaan padat dan setengah padat. 9. Penggunaan etiket disesuaikan : warna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar. 10. Penggunaan label disesuaikan dengan sifat bentuk sediaan misal : KOCOK DAHULU untuk suspensi dan emulsi.

4 RESEP YANG LENGKAP Suatu resep disebut lengkap apabila terdapat : 1. Nama, alamat, dan nomor izin praktek serta hari praktek dan jam praktek, bila ada nomor telepon. 2. Nama kota serta tanggal resep tersebut ditulis. 3. Superscriptio : tanda R/, singkatan dari recipe yang berarti harap diambil. 4. Inscriptio : nama obat yang diberikan dan jumlahnya. Apabila obat yang diminta berupa racikan maka terdapat : a. Remedium cardinale atau obat pokok, dapat terdiri dari satu atau lebih bahan obat. b. Remedium adjuvans yaitu bahan yang membantu bahan obat pokok, tidak selalu ada dalam resep racikan. c. Corrigens yaitu bahan yang digunakan untuk memperbaiki rasa, bau, atau warna (corrigens saporis, odoris, dan coloris). d. Vehiculum atau constituents yaitu bahan pembawa atau pelarut misalnya air pada sediaan larutan. 5. Subscriptio : cara pembuatan atau bentuk sediaan yang dikehendaki, ditulis mfla (misce fac lege artis) yang berarti campur dan buatlah sesuai dengan aturan. 6. Signatura : aturan pakai, umumnya ditulis dengan singkatan latin. 7. Pro : nama penderita yang merupakan identitas penderita, sebaiknya dilengkapi umur dan berat badan terutama untuk bayi dan anak-anak serta alamat penderita. 8. Tanda tangan atau paraf dokter : untuk menjadikan suatu resep otentik, sedangkan obat-obat narkotika harus dilengkapi tanda tangan dokter. CONTOH RESEP YANG LENGKAP 1. Resep pribadi 2. Resep Rumah sakit dr. Prawesti SIP : 123/ID/2004 Praktek : Senin-Jumat Jl. Mahakam B/5 Tlp Plg Plg, R/ Eritromisin mg 200 Laktosa qs Mfla pulv dtd no. XV S t dd p I Pro : Andani (4 th) Rumah Sakit Muh. Husin Plg Dokter : Dena Bagian : Anak Tanggal : R/ Amoksisilin sirup fl I S t dd cth I ac R/ Parasetamol sirup fl I S t dd cth I prn Pro : Rido (3 th)

5 PERHITUNGAN DOSIS OBAT UNTUK ANAK Untuk menghitung dosis obat yang diberikan kepada penderita terutama anak-anak, ada beberapa rumus yang dapat digunakan. Perhitungan dengan rumus-rumus tersebut berdasarkan perbandingan umur anak dengan umur dewasa, perbandingan berat badan, perbandingan luas permukaan tubuh. Dari beberapa rumus tersebut yang sering digunakan adalah rumus Young (untuk anak umur 12 tahun ke bawah) dan rumus Dilling (untuk anak umur 12 tahun ke atas) serta rumus Clark (berdasarkan berat badan anak) n Rumus Young: DMa = x DM n + 12 n Rumus Dilling: DMa = x DM n : umur (tahun) 20 DMa : dosis maksimum anak DM : dosis maksimum dewasa (dapat dilihat di Farmakope Indonesia III) w anak Rumus Clark : DMa = x DM w dewasa Ketentuan umum : 1. Umur orang dewasa adalah 20 tahun Bentuk sediaan padat. 2. Berat badan orang dewasa adalah 70 kg w : berat badan (kg) Perhitungan dosis pada bentuk sediaan padat umumnya diperlukan untuk pemakaian dalam kecuali bila dinyatakan lain. Terutama digunakan bila akan menghitung dosis obat pada resep racikan bentuk serbuk (pulveres) untuk anak-anak. Contoh : 1. R/ Aminofilin mg 60 Dosis maksimum dewasa : Mfla pulv. dtd No. XII sekali 500 mg S. tdd pulv I sehari 1500 mg Pro: Norma (3 thn) Dosis maksimum anak : sekali : 3/ (12 + 3) x 500 mg = 100 mg sehari : 3/ (12 + 3) x 1500 mg = 300 mg Dosis sekali pakai Aminofilin adalah 100 mg dan sehari 3 x 100 mg = 300 mg Perhitungan persen dosis pakai terhadap dosis maksimum: Sekali : 60 mg / 100 mg x 100% = 60% (< dosis maksimum) Sehari : 3x60 mg / 300 mg x 100% = 60% (< dosis maksimum)

6 2. R/ Rifampisin 3 mfla pulv. No. XV S. 1dd pulv. I m.a.c Pro: Bona (4 tahun) Diketahui: Dosis maksimum Rifampisin 25 mg/kgbb, perhitungan dosis pakai anak berdasarkan berat badan individu anak, misal berat badan anak (Bona) =14 kg. Maka D.M.A. berdasarkan perhitungan berat individu adalah = 14 x 25 mg = 350 mg. Pada resep tersebut Rifampisin sebanyak 3000 mg untuk 15 bungkus, sedangkan pemberian obat adalah satu kali sehari, sehingga: Dosis satu kali / sehari: 3000 mg / 15 = 200 mg Persen dosis pakai obat satu kali atau satu hari adalah : 200/350 x 100% = 62.8% Pada resep nomor 2, dosis yang diberikan tidak melebihi dosis maksimum, tetapi untuk mengetahui berapa dosis pakai pada penderita, prosentase dosis harus dihitung. Bentuk sediaan setengah padat Sediaan setengah padat umumnya digunakan untuk pemakaian luar. Ada beberapa bahan obat yang digunakan untuk pemakaian luar yang mempunyai dosis maksimum antara lain: kreosol, -naftol, guaiacol, resorcinol. Untuk sediaan yang mengandung bahan tersebut harus diperhitungkan dosis pakainya.,contoh : 1. R/ Beta naftol 5.0% D.M. -naftol untuk pemakaian luar 500mg/ 1000 mg Asam salisilat 2.0% (Ph. Belanda V) Vaselin ad 20 Mfla ungt. S b dd part 1/10 Pro: Dono (4 tahun) DM anak = 4/(4 +12) x 500 mg/1000 mg = 125 mg/250 mg Jumlah beta naftol dalam resep adalah 5% dari 20 gram = 1 gram =1000 mg Dosis satu kali pakai = 1000 mg/10 = 100 mg, satu hari = 2 x 100 mg = 200 mg Dosis Pakai ß-naftol satu kali = 100/125 x 100% = 80% dan satu hari 100 x2 /250 x 100% = 80% Untuk sediaan luar yang mempunyai dosis maksimum harus jelas aturan pakainya, misalnya seperti contoh diatas ditulis s b dd part 1/10, tidak ditulis s.u.c (signa usus cognitus) 2. R/ -naftol 5.0% As. Salisilat 2.0% Vaselin ad 20 Mfla ungt.

7 S bdd 1gram ue Pro: Doni (4 tahun) Aturan pakai resep di atas : dua kali sehari, untuk satu kali pakai satu gram. Dosis pakai ß-naftol: Satu kali: 1 / 20 x 1000 mg = 50 mg; sehari 3 x 50 mg = 150 mg Persen dosis pakai : Satu kali 50 mg/ 125 mg x 100% = 40% Sehari 150 mg/ 250 mg x 100% = 60% Sediaan yang dibuat diserahkan sudah terbagi dalam 20 bungkus masing-masing 1 gram, sehingga dosis pakai tidak melebihi dosis maksimum. Bentuk sediaan cair Jumlah sediaan cair dalam resep dapat dinyatakan dalam volume (ml) atau dalam berat (gram) dan % (persen), contoh : 1. R/ Luminal 0, R/ Luminal mg 240 Aqua ad ml 60 Aqua ad 60 Mf susp. Mf susp. S. tdd cth I S. tdd cth I Pro: Lindri (4 tahun) Perhitungan dosis: a. Carilah dosis maksimum dari luminal/fenobarbital. Pro: Lindri(4 tahun) Dosis maksimum dewasa : satu kali 300 mg ; satu hari 600 mg (FI III) b. Hitung dosis maksimum untuk anak. Satu kali : 4 / x 300 mg = 75 mg Satu hari : 4 / x 600 mg = 150 mg c. Hitung dosis pakai dari resep di atas untuk pemakaian satu kali dan satu hari. Aturan pakai: Sehari tiga kali satu sendok teh. Satu sendok teh = 5 ml, sehingga : satu hari 3 x 5 ml = 15 ml. Dalam hal ini untuk resep 1 dan 2 tidak ditambahkan bahan-bahan yang kental yang dapat mengubah kekentalan sediaan,maka berat jenis dari sediaan tersebut adalah 1.0. Pada resep no. 2 jumlah akhir sediaan dinyatakan dalam berat (gram), sehingga volume dari sediaan tersebut : 60/1 =60 ml. Dosis pakai Luminal untuk resep 1 dan 2 : Satu kali pakai : 5 ml / 60 ml x 240 mg = 20 mg Satu hari : 15 ml/ 60 ml x 240 mg = 60 mg Persentase dosis pakai terhadap dosis maksimum anak: Satu kali : 20 mg/ 75 mg x 100% = 26,66% Satu hari : 60 mg/150 mg x 100% = 40%

8 Dosis pakai resep 1 dan 2 tidak melebihi dosis maksimum. 3. R/ Luminal mg 240 Sirupus simpleks ml 20 Aqua ad 60 Mf susp. S. tdd cth I Pro: Sinta (4 tahun) Pada sediaan di atas ditambahkan sirupus simpleks sebanyak 20 ml atau sepertiga dari jumlah sediaan. Apabila dalam sediaan ditambahkan sirupus simpleks sejumlah lebih dari seperenam bagian dari volume atau berat akhir sediaan, maka berat jenis sediaan menjadi lebih dari 1.0. Dalam hal ini berat jenis sediaan = 1.3, sehingga perhitungan dosis menjadi: Dosis pakai satu kali : satu sendok teh = 5.0 ml = 5.0 ml x 1.3 g/ml = 6.5 g. Jumlah Luminal dalam satu sendok teh = 6.5 g/ 60 g x 240 mg = 26 mg Persen dosis luminal satu kali = 26/75 x 100% = 34,66% Dosis pakai Luminal satu hari : 3 x satu sendok teh = 3 x 26 mg = 78 mg Dosis pakai Luminal sehari = 78/150 x 100% = 52% 4. R/ Eritromisin 2.0 Sirupus simpleks ml 5 Mf. Susp. ad ml 20 S tdd gtt X Pro: Andi (2 tahun) Bila cara pemakaian dinyatakan dalam tetesan, maka perlu diperhitungkan volumenya. Dalam hal ini digunakan acuan tetesan internasional yaitu 1.0 ml = 20 tetes untuk cairan dengan berat jenis = 1.0. Sehingga perhitungan dosis untuk resep no. 4 sbb: a. Dosis maksimum dewasa : satu kali 500 mg ; satu hari 4 g (Farmakope Indonesia III) b. Dosis anak : Satu kali = 2 / (12 + 2) x 500 mg = 71.5 mg Satu hari = 2 / (12 + 2) x 4000 mg = 571 mg c. Dosis pakai: Aturan pakai : Tiga kali sehari 10 tetes Satu kali = 10 tetes = 0.5 ml = 0,5 ml / 20 ml x 2000 mg = 50 mg Satu hari = 3 x 10 tetes = 1.5 ml = 1.5 ml / 20 ml x 2000 mg = 150 mg Persentase dosis pakai terhadap dosis maksimum:

9 Satu kali = 50 mg / 71.5 mg x 100% = 69.93% (< dosis maksimum) Satu hari = 150 mg / 571 mg x 100% = 26.26% (< dosis maksimum) CARA MENYELESAIKAN SEBUAH RESEP (OBAT RACIKAN) Sebelum kita mengerjakan suatu resep, hal yang perlu diperhatikan dari resep tersebut adalah: 1. Kelengkapan resep: apakah sudah memenuhi syarat sebuah resep yang lengkap. 2. Komposisi obat: apakah mengandung obat paten, obat jadi, atau obat standar. 3. Interaksi obat: apakah terdapat interaksi baik secara fisika, kimia atau farmakologi. 4. Ada tidaknya obat narkotika dan/atau obat keras. Apabila resep yang akan dibuat telah diteliti sebagaimana disebut di atas, langkah selanjutnya adalah: CONTOH: 1. Lengkapilah resep tersebut apabila ada kekurangan dalam penulisan misalkan: jumlah obat, tanggal, signa/aturan pakai. 2. Komposisi dari obat paten, obat jadi, atau obat standar dapat dilihat dalam bukubuku antara lain: Daftar Obat Indonesia (DOI), Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO), Indonesia Index of Medical Specialities (IIMS), Formularium Nasional. 3. Apabila terdapat interaksi dalam resep tersebut, maka harus dicari cara pengatasannya. Bahan-bahan yang dapat berinteraksi misalkan: dipisahkan, diganti, atau dikeluarkan. 4. Resep yang mengandung obat narkotika atau obat keras harus dihitung dosis pakainya. Dr. Mustika SID : 0586/Kanwil/ID/98 SIP : 014/Kanwil/ID/99 Rumah: Praktek: Jl. Musi 10 Jl. Indragiri 14 Palembang Palembang Palembang, 2 Okt 15 R/ Eritromisin kap. 1/2 Parasetamol tab. 1/4 Codein HCl. mg Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv Pro: Gilang (2 tahun)

10 Penyelesaian contoh resep di atas sebagai berikut: 1. Kelengkapan resep: tidak lengkap. Dalam hal ini tidak ditulis tempat dan tanggal resep dibuat, sehingga perlu dilengkapi. 2. Komposisi obat: terdapat obat jadi yaitu Eritromisin dan Parasetamol, maka perlu dicari di ISO atau DOI. Dari buku didapat bahwa Eritromisin kapsul mengandung 200 mg erotromisin/kapsul, Parasetamol mengandung Asetaminofen 500 mg. 3. Interaksi obat : 1. Eritromisin adalah antibiotika yang potensinya akan turun jika dicampur dengan obatobat lain sehingga perlu dipisahkan dari bahan obat lainnya. 2. Parasetamol berkhasiat analgesik-antipiretik yang digunakan apabila pasien panas saja, sebaiknya dibuat sediaan terpisah. 4. Perhitungan dosis pakai obat : Dalam resep terdapat narkotika yaitu Codein HCl dan obat keras yaitu Eritromisin sehingga perlu diperhitungkan dosis pakainya terhadap dosis maksimum untuk pasien tersebut. Dari Farmakope Indonesia III diketahui bahwa: Dosis maksimum Codein HCl : satu kali 60 mg dan satu hari 300 mg. Dosis maksimum Eritromisin : satu kali 500 mg dan satu hari 4000 mg. Selanjutnya dihitung dosis maksimum anak umur 4 tahun dan seterusnya sebagaimana telah ditulis pada bab perhitungan dosis untuk anak, juga proses dosis pakainya. Jika dosis pakai melebihi dosis maksimum, maka dosis pakai harus dipertimbangkan lagi apakah memang dikehendaki demikian atau dosisnya diturunkan. Dr. Mustika 5. Penulisan resep yang rasional. SID : 0586/Kanwil/ID/98 SIP : 014/Kanwil/ID/99 Rumah: Praktek: Jl. Musi 10 Jl. Indragiri 14 Palembang Palembang Palembang, 2 Nov 15 R/ Eritromisin kap ½ Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv I k R/ Parasetamol tab. ¼ Mf pulv. dtd no. X S tdd p I prn k R/ Codein HCl. mg 10 Mf pulv. dtd no. X S tdd pulv I k Pro: Gilang (2 tahun)

11 6. Penimbangan dan pembuatan obat. Langkah-langkah pembuatan sediaan secara garis besar sebagai berikut: 1. Lakukan penimbangan bahan obat (untuk obat yang jumlahnya < 50 mg, dilakukan pengenceran dengan menambahkan vehikulum pada bahan obat). 2. Lakukan pembuatan sediaan sesuai dengan bentuk sediaan yang ditentukan sifat bahan obat (secara lege artis). 3. Lakukan pengemasan yang rapi dan bersih. 4. Tulis etiket dan label untuk sediaan sesuai aturan pakai dan nama penderita dalam resep. APOTIK FK Unsri Apoteker: Dra. Enny Kusumastuti Alamat : Jl. M.Ali Kompl RSUP Plg No.1 Tgl. 2 Okt 15 Gilang Tiga kali sehari satu bungkus APOTIK FK Unsri Apoteker: Dra. Enny Kusumastuti Alamat : Jl. M.Ali Kompl RSUP Plg No.1 Tgl. 2 Okt 15 Gilang Tiga kali sehari satu bungkus Bila perlu

12 A. BENTUK SEDIAAN PADAT 1.Pulveres Yang dimaksud dengan pulveres adalah bentuk sediaan padat yang berupa serbuk halus dan kering, dalam bentuk terbagi untuk satu kali pemakaian. Pulveres mengandung bahan berkhasiat tunggal atau campuran lebih dari satu bahan berkhasiat. Pulveres harus memenuhi persyaratan : halus, kering, dan bila mengandung lebih dari satu bahan obat harus homogen. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan bentuk sediaan pulveres: 1. Berat setiap bungkus antara mg. Tujuan pembatasan berat setiap bungkus serbuk adalah agar obat bisa diminum penderita dan campuran obat bisa tercampur secara homogen. Zat tambahan (vehikulum) yang umum digunakan adalah saccharum lactis (laktosa) yang bersifat inert. Untuk penderita diabetes dapat digunakan manitol. 2. Untuk mencampur bahan obat berkhasiat keras sebaiknya ditambahkan bahan pewarna kontras yang bersifat inert agar mudah mengetahui homogenitas dari campuran. Bahan pewarna yang sering digunakan adalah karmin. 3. Bahan-bahan yang bersifat higroskopis (menyerap air) digerus dalam mortir hangat kemudian ditambahkan bahan pengisi (laktosa). 4. Bila dosis pakai dari sediaan 80% dari dosis maksimum, maka pembagian tiap bungkusnya harus ditimbang satu persatu. 5. Bila terdapat bahan obat yang berupa kristal atau tablet maka bahan tersebut harus digerus terlebih dahulu sebelum dicampur dengan bahan obat lain. 6. Bila terdapat bahan obat yang berbentuk cair misalkan tingtur, ekstrak cair maka harus diuapkan terlebih dahulu kemudian dikeringkan dengan bahan pengisi. 7. Bahan yang berbobot ringan misal: MgO, MgCO 3 dan bahan yang mudah menguap misal: minyak atsiri dan tingtur, ditambahkan terakhir. Beberapa bahan obat dan bentuk sediaan yang sebaiknya tidak diberikan dalam bentuk serbuk: 1. Etambutol, heksamin : karena bersifat higroskopis. 2. Sediaan tablet retard, tablet sustained release, atau semua sediaan tablet long acting. 3. Sediaan tablet enterocoated, sediaan tablet salut gula. 4. Sediaan tablet yang sangat keras misal : mycostatin, karena sulit homogen. Pengerjaan bahan obat yang tidak dicampur langsung dengan bahan obat lain

13 a. Ekstrak kental: tambahkan beberapa tetes alkohol 70% dalam mortir panas kemudian gerus dengan bahan pengisi sampai kering dan homogen. b. Minyak atsiri : dipakai sebagai pemberi rasa/ bau/aroma, maka ditambahkan pada bahan pengisi. c. Bahan obat yang mengandung air kristal : diganti dengan bahan yang tidak mengandung air kristal d. Camphora, menthol, asetosal: ditetesi dengan spiritus fortior (alkohol 95%) secukupnya sampai larut di dalam mortir hangat, kemudian digerus dengan bahan pengisi sampai kering dan homogen. Contoh resep. 1. Dr. Kartika 2. SIP 2145/IP/1980 Jl. Hang Tuah no. 10 Palembang Plg, 1 Okt 15 R/ Parasetamol tab ½ CTM tab ½ Sacch. Lactis q.s. mf pulv dtd No. XV S tdd pulv I Pro: Gundu ( 4 th ) prf Dr. Kartini SIP 2195/IP/1981 Jl. Nuri 11 Palembang Plg, 1 Okt 15 R/ Amoksisilin 3 mf pulv No.XV S 3dd pulv I prf R/Parasetamol 3 mf pulv No.XV S bdd pulv I prf Pro: Bintang ( 3 th ) Pulvis (Serbuk tak terbagi) Bentuk sediaan pulvis berupa serbuk tak terbagi yang halus dan kering dan apabila mengandung lebih dari satu bahan harus homogen. Pulvis pada umumnya merupakan sediaan yang dimaksudkan untuk pemakaian luar, misal serbuk tabur. Penggunaan pulvis untuk pemakaian dalam menggunakan takaran sendok (sendok teh, sendok bubur, atau sendok makan) tetapi karena penentuan dosisnya sulit maka sudah tidak digunakan lagi. Serbuk yang tak terbagi-bagi diayak dengan ayakan tertentu. Takaran (dosis) : Obat luar : misalnya β naftol, ditanyakan berapa kali pakai seharinya dan berapa jumlah satu kali pakai. Bila tidak ada ketentuan, dihitung semua serbuk untuk satu kali pakai. Obat dalam : bila mempunyai dosis maksimum, harus dibuat serbuk percobaan. Bila dosis pakai tidak terlewati serbuk percobaan tidak perlu dibuat. Sediaan pulvis dibedakan berdasarkan pemakaiannya:

14 A. Pulvis stomachicus: serbuk yang digunakan untuk pengobatan lambung. B. Pulvis aerophorus: serbuk yang pada saat akan digunakan harus dilarutkan dahulu dalam air dan menghasilkan gas CO 2. Digunakan untuk obat dalam. C. Pulvis adspersorius (serbuk tabur) : serbuk yang digunakan untuk obat luar dan tidak boleh digunakan untuk mengobati luka. D. Pulvis sternutationes: serbuk yang digunakan dengan cara disedot atau dihisap. Digunakan untuk obat luar dan berefek lokal. E. Pulvis dentifricus: Serbuk yang digunakan untuk gosok gigi. Pengerjaan beberapa bahan pada pembuatan pulvis: a. Adeps lanae, lanolin, ichtyol: dilarutkan dengan spiritus fortior dalam mortir hangat, kemudian dikeringkan dengan talk dan digerus sampai homogen. b. Balsamum peruvianum, camphora, menthol, thymol, beta-naftol: dilarutkan dengan spiritus fortior, kemudian dikeringkan dengan talk. c. Cera flava dan parafin solidum, vaselin: dalam jumlah sedikit dilarutkan dengan spiritus fortior dan dikeringkan dengan talk. Apabila dalam jumlah banyak maka dilumerkan di atas penangas air lalu ditambah talk sedikit demi sedikit dan digerus sampai kering dan homogen. d. Cetaceum: apabila jumlahnya banyak maka dilarutkan dengan eter, jika jumlahnya sedikit maka dilarutkan dengan spiritus fortior. e. Ichtyolum : dilarutkan dengan spiritus fortior. f. Paraffin liquidum: dalam jumlah banyak maka ditambahkan talk sedikit demi sedikit. Apabila jumlahnya sedikit maka ditambahkan eter kemudian digerus dengan talk. g. Vaselinum : dilumerkan di penangas air (waterbath) dengan talk. Pada pembuatan sediaan pulvis, setelah semua bahan dicampur dan digerus sampai halus dan homogen, campuran tersebut harus diayak dengan ayakan ukuran B 60 kemudian dicampur lagi. Untuk serbuk yang mengandung lemak diayak dengan ayakan B 44. Contoh resep Dr. Aminah 1. SIP 641/IP/1985 Jl. Brantas 2 Palembang 2. Plg, 1 Okt 15 R/ Difenhidramin 1% Camphor 2% Amylum 3% Talkum ad 20 Mf pulv. adsp. S u e Pro: Bimbi Dr. Amiruddin SIP 671/IP/1985 Jl. Bali 9 Palembang Plg, 1 Okt 15 R/ Asam salisil 0.5 Asam benzoat 0.5 Adeps lanae 0.5 Talk ad 10 Mf pulv adsp. S u c Pro: Jojo

15 Kapsul Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Dapat berisi bahan obat padat (serbuk, granul, pelet) atau berisi bahan cair yang dikentalkan. Sediaan kapsul dimaksudkan antara lain untuk: menutupi rasa atau bau yang kurang enak/sedap, untuk bahan-bahan higroskopis atau bahan yang tidak stabil oleh pengaruh suhu dan udara. Terdapat dua macam kapsul yaitu: 1. Kapsul pati (capsulae amylaceae): terbuat dari tepung gandum, sekarang tidak dibuat lagi. 2. Kapsul gelatin (capsulae gelatinae) yang terdapat dua macam: Kapsul keras gelatin: dibuat dari gelatin, gula dan air. Biasanya berbentuk silindris, terdiri dari wadah dan tutup. Kapsul lunak gelatin: dibuat dari 35% gelatin dan 65% gliserol. Bentuknya bundar, bulat lonjong atau tabung. Kapsul mempunyai banyak ukuran tergantung banyak sedikitnya jumlah sediaan yang dimasukkan ke dalam cangkang. Ukuran dari besar ke kecil : 000, 00, 0, 1, 2, 3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan kapsul: 1. Bahan-bahan yang merusak kapsul: cairan yang mengandung air, cairan yang mengandung etanol dengan kadar < 90%, fenol dan sediaannya dengan kadar lebih dari 40%, kreosol, ichtyol. 2. Bahan-bahan yang tidak merusak dinding kapsul: etanol dengan kadar > 90%, minyak lemak, minyak atsiri, ol.caryophylli, etilen triklorida, CCl 4, bensol, eter, dan sebagainya. Pada dasarnya pengerjaan sediaan kapsul sama dengan pulveres, perbedaannya adalah pada tahap pengemasan, pulveres dibagi kemudian dibungkus, sedangkan pada kapsul setelah dibagi maka serbuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul. Contoh resep 1. Dr. Kinanti SIP 2148/IP/1980 Jl. Bangau 9 Palembang 2. Plg,2 Okt 15 Dr. Amiruddin SIP 671/IP/1985 Jl. Bali 9 Palembang Plg, 2 Okt 15 R/ Amoksisislin 300 mg Mf pulv da in cap dtd no. X s tdd cap I prf R/ Parasetamol 200 mg Mf pulv da in cap dtd no. X s tdd cap I prf Pro: Wisnu (17 th) R/ Rifampisin 200 mg Mf pulv da in cap no. XXX S s dd cap I m.a.c R/ Isoniazid 200 mg Mf pulv da in cap no. XXX S s dd cap I m.a.c k Pro : Riri ( 15 th ) k

16 B. BENTUK SEDIAAN SETENGAH PADAT Bentuk sediaan ini umumnya digunakan untuk memberikan efek lokal pada atau di dalam kulit. Terdapat tiga macam bentuk sediaan setengah padat: Salep (unguentum), Krim (cream), Pasta. Salep (unguentum). Salep adalah gel dengan perubahan bentuk plastis, digunakan untuk kulit sehat, sakit atau terluka atau pada selaput lendir (hidung, mata). Sediaan salep mengandung bahan obat yang terlarut (salep larutan) atau bahan obat yang tersuspensi (salep suspensi) dalam dasar salep. Menurut daya terapinya, salep dapat dibagi sebagai berikut: a. Salep epidermik : yaitu salep yang dimaksudkan bekerja hanya pada permukaan kulit dengan efek lokal. Pada umumnya digunakan sebagai pelindung, antiseptik, adstringensia dan parasitisida. Dasar salep yang digunakan adalah vaselin. b. Salep endodermik : yaitu salep yang dimaksudkan untuk melepaskan obat agar memasuki kulit, tetapi tidak menembus kulit, sebagian diserap dan bersifat sebagai emollientia, stimulantia dan lokal irritant. Dasar salep yang digunakan adalah minyak tumbuhan dan minyak alami. c. Salep diadermik : yaitu salep yang dapat melepaskan obat menembus kulit dan menimbulkan efek konstitusi. Salep diadermik hanya untuk pemakaian khusus misal: bahan obat berupa senyawa raksa, iodida, belladona. Dasar salep yang baik adalah: lanolin, adeps lanae, oleum cacao. Menurut dasar salepnya, terdapat 2 jenis salep: I. Salep hidrofob : yaitu salep dengan dasar berlemak, mengandung campuran lemak, minyak, malam dan tidak dapat dicuci dengan air. Contoh: salep benzocaina FI. II. Salep hidrofil : yaitu salep dengan dasar salep emulsi w/o atau o/w, mempunyai daya serap air cukup besar. Salep jenis ini lebih mudah dicuci dengan air, terutama dasar salep o/w. Pengerjaan bahan-bahan tertentu dalam pembuatan salep: a. Asam salisilat, benzocain: karena bahan-bahan tersebut sukar larut dalam lemak maupun air, maka digerus dalam mortir hangat sambil ditetesi alkohol 90% sampai larut (4 5 tetes), kemudian ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.

17 b.zno, asam borat, sulfonamida: mula-mula digerus halus, kemudian diayak dengan ayakan B-40 baru kemudian dengan dasar salep sejumlah setengahnya atau sama dengan bobot bahan obat. Bila perlu dasar salep dicairkan dahulu. c.ichtyolum,balsam peru: bahan ini harus ditambahkan terakhir dan dasar salep dalam keadaan dingin. d.beta-naftol: karena mempunyai dosis maksimum maka harus dihitung dosis pakainya dan dibuat dalam bentuk salep yang terbagi. e.cairan-cairan alcohol dalam salep : bila zat berkhasiat tidak menguap dan tahan panas, diuapkan sampai konsistensinya menyerupai sirup, kehilangan berat zat diganti dengan dasar salep, contoh : Tct. Opii, ekstrak liquidum. Bila zat berkhasiat mudah menguap, tidak tahan pemanasan maka campurkan sedikit-sedikit. Contoh resep Dr. Dimas 1. SIP 1231/IP/ Jl. Mahakam 5 Palembang Plg, 3 Okt 15 R/ Camphora 1% Ol Cayuputi ml 1 Metil salisilat ml 2 Vaselin ad 20 mf ungt s u e Pro : Andi Dr. Nadia SIP 4311/IP/2001 Jl.Musi 8 Palembang Plg, 3 Okt 15 R / Garamisin 0,3% Hidrokortison Ac. 1,0% Vaselin ad 10 mf ungt s u e Pro : Yuni Krim Krim merupakan sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung air tidak kurang dari 60%. Sediaan untuk kosmetika mengandung air lebih besar dari 60%. Krim dimaksudkan untuk terapi lokal, selain untuk kulit juga untuk membran mukosa. Dasar krim adalah emulsi tipe w/o atau o/w. Pada pembuatan emulsi sebagai dasar krim digunakan suatu emulgator agar dasar krim tidak rusak (stabil). Emulgator yang sering digunakan: emulgide, trietanolaminstearat (TEA ). Krim stearat dibutuhkan dalam kosmetik sebagai vanishing cream, sebagai emulgator adalah garam-garam natrium, kalium, atau ammonium dari asam stearat seperti trietanolaminstearat. Untuk penyiapannya digunakan komponen alkali dan asam stearat dalam suatu perbandingan, sehingga terbentuk 15 20% senyawa garam. Penambahan gliserol 10% sebagai pelembut atau pelunak, lihat komposisi dasar krim C (krim stearat beralkali lemah dengan ph 7,2 8,4, perhatikan ph lingkungan kulit 4,8 5,8). Komposisi dasar krim A. Oleum sesami 15 B. Oleum sesami 30 C. As. Stearat Emulgide 15 Emulgide 10 Gliserin 10.0

18 Aqua ad 100 Aqua ad 100 Borax 0.25 TEA 1.0 Aqua 75 Resep krim Dr. Marnu SIP 333/IP/1999 Jl. Nuri 2 Palembang Plg, 3 Okt 15 R/ Garamisin 0.5 Vitamin C. 0,1 Mf cream ad 10 S u e Pro: DEnok Pasta Pasta adalah sediaan setengah padat berupa massa lembek, dibuat dengan mencampurkan bahan padat dalam vaselin atau bahan lain yang cocok. Konsentrasi bahan padat yang diperlukan untuk pembentukan pasta umumnya 30 70%. Untuk penyiapan pasta, serbuk terdispersi halus disuspensikan dalam fase luar, bila digunakan pembawa salep sebagai bahan dasar, boleh dipanaskan atau dileburkan. Secara terapeutik pasta berada di antara salep dan bubuk. Pasta bekerja pada permukaan kulit. Sifat menghisap dan sifat mengeringkannya digunakan untuk penanganan Pasta dioleskan dulu pada kain kasa sebelum digunakan. Sediaan dalam bentuk pasta berfungsi sebagai: pengobatan setempat, pelindung atau pembersih dan pengering. Contoh resep Dr. Hanan 1. SIP 552/IP/1993 Jl. Serayu 8 Palembang 2. Dr. Mita SIP 333/IP/1999 Jl. Nuri 2 Palembang Plg, 3 Okt 15 R/ As. salisilat 0.5 Zink oxyd 2.0 Amylum 3.0 Vaselin alb ad 10 Mf pasta S u e Pro: Trini Plg, 3 Okt 15 R/ Resorcinol 0.5 Sulfur presp. 1.0 Kalamin 2.0 Adeps lanae 1.0 Vas. album ad 10 Mf pasta S u e Pro: Menik

19 C. BENTUK SEDIAAN CAIR Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan sediaan cair adalah : a. Stabilitas, b. Kelarutan, c. Keasaman-kebasaan, d. Tonisitas, e. Viskositas LARUTAN (solutio) Yang dimaksud dengan bentuk sediaan larutan adalah suatu sediaan yang mengandung bahan obat terlarut, dalam pelarut air atau sebagian besar air dengan cairan lain. Larutan harus jernih. Solutio adalah larutan dari satu macam zat dalam pelarut. Apabila bahan obat terlarut lebih dari satu maka sediaan disebut mikstura. SIRUP: adalah sediaan cair kental untuk keperluan dalam yang mengandung minimum 50 % sakarosa, dapat ditambahkan bahan obat atau sari tumbuhan. Kandungan sakarosa dalam sirup antara 50% sampai 65% (Farmakope Indonesia) akan tetapi pada umumnya antara 60%-65%. Kandungan gula dalam sirup menentukan daya tahan sirup. Pada kadar jenuh ( 66%) tidak terjadi pertumbuhan jamur karena air yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme akan ditarik melalui proses osmosis. Permbuatan sirup : Sakarosa 60% -65% dilarutkan dalam air, panaskan dan lakukan pengadukan. Didihkan selama 120 detik, kemudian disaring. Sirup yang dibuat dengan cara demikian disebut Sirupus Simpleks. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan larutan : a. Pembawa yang umum digunakan adalah air yang telah dimasak dan/atau disuling. b. Kelarutan bahan obat harus diketahui. Apabila bahan obat tidak larut dalam pembawa air maka bahan obat diganti bentuk lainnya yang larut misal : bentuk garamnya atau ester. Dalam hal ini sediaan dapat dibuat dalam bentuk eliksir dengan pembawa campuran air dan pembawa organik (alkohol, gliserin). c. Bahan obat berkhasiat keras dilarutkan terpisah kemudian baru dicampur, kecuali jika ada prosedur lain yang dapat meningkatkan kelarutan bahan obat tersebut. Misal : coffein dengan natrium benzoat; kloramfenikol dengan dapar borat. d. Bahan-bahan yang mudah menguap ditimbang dan ditambahkan terakhir. e. Larutan harus jernih dan bebas partikel, bila perlu disaring. Mikstura adalah larutan yang mengandung zat berkhasiat lebih dari satu dalam pelarut,.

20 Contoh resep RSMH PALEMBANG Dokter : Mustika Bagian : kulit kelamin Tanggal : 5 Okt 2015 R/ Sol. Asam borat 3% 100 ml S u e Pro : Amang SUSPENSI Yang dimaksud dengan sediaan suspensi adalah suatu sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Bahan yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahanlahan endapan harus segera terdispersi kembali. Sediaan suspensi dapat dipakai untuk penggunaan oral maupun topikal. Untuk pemakaian luar disebut LOTIO. Pada pembuatan sediaan suspensi ditambahkan suatu bahan pensuspensi yang berfungsi untuk menstabilkan dispersi padat dalam cair. Bahan pensuspensi yang sering digunakan adalah : Gom Arab 1-2%, Tragakan 1-2%, Metilselulosa 0,5-2%, Bentonit 2%, Karboksimetilselulosa natrium 0,5-2% Teknik pembuatan suspensi ada dua cara: 1. Bahan suspensi dibuat mucilago dengan sejumlah 10 kali jumlah bahan pensuspensi. Bahan-bahan dapat dicampur dengan mucilago bahan suspensi dan digerus sampai terbentuk pasta yang homogen. Kemudian ditambahkan pembawa sedikit demi sedikit. 2. Bahan-bahan padat dan serbuk bahan pensuspensi digerus homogen, kemudian ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai terbentuk pasta yang baik setelah terbentuk pasta, sisa air ditambahkan sedikit demi sedikit.

21 Contoh resep 1. Dr. Hanani SIP: 098/IP/ Jl. Hang Jebat no. 2 Plg Plg, 4 Okt 15 R/ Parasetamol 3 Sir.Simpl. ml 10 Mf susp. ad 60 ml S tdd cth 1 p.c. prn Dr. Hasnan SIP: 871/IP/1990 Jl. Merdeka no. 6 Plg Plg, 4 Okt 15 R/ Mg.hidroksid 2 Al hidroksid 2 Sir.Simpl. ml 15 Mf susp. ad 60 ml S 3 dd cth I 1 h.a.c Pro : Sinta (3 th) Pro : Bona EMULSI Emulsi adalah suatu sediaan cair yang berupa sistem dispersi cair dalam cair, yang mana cairan-cairan tersebut tidak tercampur satu sama lain. Terdiri dari dua fase cair yaitu fase hidrofil (umumnya air) dan fase lipofil yang berupa suatu minyak tumbuhan atau lemak (minyak lemak, paraffin, vaselin dll) atau pelarut lipofil (kloroform, benzena). Pada pembuatan emulsi agar kedua fase dapat tercampur ditambahkan suatu bahan yang disebut emulgator. Terdapat bermacam-macam emulgator antara lain : a. Emulgator anion aktif : Natrium palmitat, Natrium stearat, Kalsium palmitat, aluminium palmitat, trietanolamin stearat, gom arab. b. Emulgator kation aktif : Setrimid, benzalkonium bromida. c. Emulgator non ionik : setil alkohol, stearil alcohol, Span 20, 40, 60 dan 80; Tween 20, 21, 40, 60, 61, 65, 80 dan 85. d. Emulgator amfoter : gelatin, kasein, kuning telur, lesitin. Farmakope menyatakan bahwa bila tidak disebut lain maka sediaan emulsi dibuat dengan menambahkan gom arab. Terdapat dua macam emulsi yaitu : 1.Emulsi air dalam minyak (A/M) atau water in oil (W/O), minyak adalah fase ekternal dan air adalah fase internal

22 2. Emulsi minyak dalam air (M/A) atau oil in water (O/W), minyak adalah fase internal dan air merupakan fase eksternal Sifat Emulsi: 1. Emulsi alami disebut emulsi vera yaitu emulsi dengan bahan dasar sudah mengandung minyak dan diemulsikan dengan emulgatornya sehingga terbentuk emulsi pada pencampuran yang baik dengan air. 2. Emulsi buatan disebut emulsi spuria yaitu emulsi yang dibuat dengan penambahan emulgator. Metode pembuatan corpus emulsi A. Continental methods (metode suspensi). Jumlah bahan yang digunakan untuk membuat inti emulsi (corpus emulsi ) adalah minyak : air : gom arab = 4 : 3 : 2. Gom arab dimasukkan ke dalam mortir yang kering, kemudian ditambahkan minyak, diaduk cepat sampai campuran homogen. Setelah itu air dimasukkan dan campuran segera diaduk dengan cepat sampai terbentuk emulsi yang berwarna putih dan homogen. B. English methods (metode larutan). Jumlah bahan yang digunakan sama dengan A. Gom arab dibuat musilago dengan air. Kemudian satu bagian minyak ditambahkan kedalam musilago sambil diaduk terus, selanjutnya dilakukan hal yang sama untuk sisa munyak. Pengadukan dilakukan terus menerus sampai terbentuk emulsi yang putih dan homogen. Contoh resep Dr. Lintang SIP :2222/IP/2002 Jl. Brantas no. 1 Plg Plg, 4 Okt 15 Dr. Omar Syarif SIP: 698/IP/1993 Jl. Serayu 7 Plg Plg,4 Okt 15 R/ Paraffin liq 10 ml Dulcolax tab II Mf emulsi ad 50 ml S b dd cth I R/ Oleum Ricini 10 ml Garam Inggris 2 Mf emulsi ad 50 ml S s dd CC I a.n Pro : Rana Pro : Sisi

23 GUTTAE Yang dimaksud dengan sediaan guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam atau luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku Farmakope Indonesia. Guttae diberikan untuk pemakaian dalam dan pemakaian luar, contoh guttae untuk pemakaian dalam adalah obat tetes yang diberikan secara oral antara lain : vitamin, antibiotika, obat penurun panas, dan lain-lain. Guttae yang diberikan untuk pemakaian luar : a. Guttae auriculares (tetes telinga) Kecuali dinyatakan lain, sediaan tetes telinga dibuat dengan menggunakan cairan pembawa, mempunyai kekentalan yang sesuai agar obat mudah menempel pada dinding telinga. Pembawa yang sering digunakan : gliserol, propilenglikol, dapat juga digunakan etanol, heksilenglikol, minyak lemak nabati. a. Guttae nasales (tetes hidung) Sediaan yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam rongga hidung, dapat mengandung bahan pensuspensi, bahan dapar, dan pengawet. Pembawa yang digunakan biasanya air, apabila digunakan pembawa selain air maka sedapat mungkin mempunyai ph antara 5,5 sampai 7,5, kapasitas dapar sedang. b. Guttae opthalmicae ( tetes mata) Sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata sekitar kelopak mata. Sediaan tetes mata harus memenuhi syarat dalam hal : sterilitas dan kejernihan (untuk larutan). Pada sediaan guttae perlu ditambahkan bahan pengawet, terutama sediaan tetes mata dosis ganda. Contoh bahan pengawet : tiomersal 0,002%, garam fenilmerkuri 0,002%, klorheksidin 0,0005%-0,01%, bensilakohol 0,5%-1.0%. Hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan sediaan guttae :

24 1. Kelarutan dan sifat bahan obat harus diketahui. Karena volume yang dibuat pada umumnya kecil, maka pada saat melarutkan bahan obat perlu diperhatikan cara melarutkannya. 2. Sediaan tetes mata berupa larutan harus jernih, maka perlu dilakukan penyaringan dua kali. Oleh karenanya pada pembuatan volume yang dibuat ditambah 20% dari volume yang diminta. TONISITAS Suatu larutan dikatakan mempunyai tonisitas yang sama dengan serum atau cairan mata atau ISOTONIS apabila : 1. Mempunyai titik beku yang sama dengan serum atau cairan mata yaitu 0.52 (dihitung berdasarkan penurunan titik beku zat berkhasiat). 2. Mempunyai konsentrasi sama dengan serum yaitu 0.3 M (dihitung berdasarkan molaritas larutan zat berkhasiat). 3. Mempunyai tonisitas sama dengan 0,9% NaCl (dihitung berdasarkan ekivalensi zat berkhasiat dengan NaCl). Suatu larutan dapat bersifat hipertonis atau hipotonis. Apabila suatu larutan hipertonis akan dibuat isotonis maka konsentrasi bahan yang harus dikurangi, sedangkan untuk larutan hipotonis harus ditambahkan suatu bahan pengisotoni hingga mencapai tonisitas yang sama dengan serum. Contoh resep: Dr. Andra 1. SIP : 324/IP/1985 Jl. Merawan no. 5 Plg 2. Plg, 4 Okt 15 Dr. Fathia R SIP :2345/IP/2000 Jl. Diponogoro no. 1 Plg Plg, 4 Okt 15. R / Pro : Nurma Pilokarpin HCl 1% Zink Sulf. 1% Aqua ad 20 ml Mfla gutt.opht.isot. S tdd gtt. IV o.s. R/ Albucid HCl 5% Lidokain HCl 1% Aqua ad 10 ml Mfla gutt.auric. isotoni S t dd gtt. III a.s. Pro : Bani

25 Tugas praktikum : 1. Membuat obat bentuk sediaan padat, setengah padat dan cair 2. Membuat laporan (jurnal praktikum) Tugas pembuatan obat 1. Pembuatan sediaan padat (pulveres). a. Ambil Parasetamol 3 gram, buat menjadi 10 bungkus. Aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus bila perlu, untuk Mona 5 tahun b. Ambil Amoksisilin sebanyak 150 mg untuk setiap bungkusnya. Buat sebanyak 10 bungkus dengan aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus, untuk Gina 3 tahun c. Ambil Teofilin 50 mg untuk setiap bungkusnya. Buat sebanyak 10 bungkus dengan aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus 1 jam sebelum makan, untuk Arman 6 tahun d. Ambil Eritromisin gram, buat menjadi 10 bungkus. Aturan pakai 2 x sehari 1 bungkus sesudah makan, untuk Dini 3 tahun e. Ambil luminal 0,3 gram, buat menjadi 10 bungkus. Aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus, untuk Nada 3 tahun f. Ambil Efedrin HCl 150 mgram, buat menjadi 10 bungkus. Aturan pakai 2 x sehari 1 bungkus, untuk Zica 6 tahun g. Ambil Gliserilguaiyakolat 0,3 gram, buat menjadi 10 bungkus. Aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus, untuk Jaja 4 tahun h. Ambil Rifampisin 100 mg untuk setiap bungkusnya. Buat sebanyak 10 bungkus dengan aturan pakai 1 x sehari 1 bungkus 1 jam sebelum makan pagi, untuk Minuk 2 tahun i. Ambil Isoniazid 200 mg untuk setiap bungkusnya. Buat sebanyak 10 bungkus dengan aturan pakai 1 x sehari 1 bungkus 1 jam sesudah makan pagi, untuk Somad 3 tahun j. Ambil Asetaminofen 100 mg untuk setiap bungkusnya. Buat sebanyak 10 bungkus dengan aturan pakai 3 x sehari 1 bungkus bila perlu, untuk Tinuk 2 tahun 2. Pembuatan sediaan padat (pulvis adspersorius) a. Asam salisilat 0,5%, amylum 2%, buat bedak tabur ad 20 g untuk Nanda 4 tahun, aturan pakai untuk obat luar b. Zink okxyd 3%, asam salisilat 0,5% buat bedak tabur ad 20 g, untuk Lina 5 tahun, aturan pakai diketahui

26 c. Asam salisilat 0,5%, calamin 1%, buat bedak tabur ad 20 g, untuk Aming 6 tahun, obat luar. d. Difenhidramin HCl 0.5%, zink oxyd 2%, buat bedak tabur ad 30 g, untuk Murni, obat luar. e. Zink oksid 2%, calamin 1%, talk ad 20 g, untuk Boim 8 tahun, pemakaian diketahui. f. Asam salisilat 0,5%, amylum 2%,buat bedak tabur ad 20 g untuk Hadi 4 tahun, aturan pakai untuk obat ;luar g. Zink okxyd 2%, asam salisilat 0,5% buat bedak tabur ad 20 g, untuk Rindu 3 tahun, aturan pakai diketahui h. Asam salisilat 0,5%, calamin 1,5%, buat bedak tabur ad 20 g, untuk Anang 7 tahun, obat luar. i. Difenhidramin HCl 0.5%, amylum 3%, buat bedak tabur ad 30 g, untuk Susan obat luar. j. Zink oksid 2%, mentol 1% 1%, talk ad 20 g, untuk Bondan 8 tahun, pemakaian diketahui. 3. Pembuatan sediaan setengah padat (unguentum) a. Sulfur 4%%, vaselin ad 10 g, untuk Bruno b. Asam salisilat 1%, vaselin album ad 10 g, untuk Gruno c. Asam salisilat 0,5%, sulfur 1% vaselin album ad 10 g, untuk Moza d. Ol. cayuputi 1, camphora 0,5, vaselin album ad 10 g, untuk Kaka e. Camphor 0,5, mentol 0,5 vaselin album ad 10 g, untuk Iwa 4. Pembuatan sediaan setengah padat (krim) Basis krim : krim stearat (basis krim C) a. Metil Salisilat 1%, basis krim C ad 10 g, pro: Inul, sue b. Ol. Cayuputi 2%, basis krim C ad 10 g, pro : Wini, suc c. Camphora 2%, basis krim C ad 10 g, pro : Ega, sue d. Mentol 1%, basis krim C ad 10 g, pro : Peri, suc e. Hidrokortison 0.5%, basis krim C ad 10g, pro : Dodi, sue 5. Pembuatan sediaan cair (emulsi) aturan pakai sehari satu sendok makan pada pagi hari a. Parafin liquidum 5 ml, buat emulsi ad 50 ml Pro : Mini, b. Minyak ikan 5 ml, buat emulsi ad 50 ml c. Parafin liquidum 6 ml, buat emulsi ad 50 ml d. Minyak ikan 6 ml, buat emulsi ad 50 ml e. Parafin liquidum 4 ml, buat emulsi ad 50 ml 6. Pembuatan sediaan cair (suspensi) 1. Lotio Kalamin 50 ml 2. Calamec Lotion 50 ml 3. Lotio Kummerfeldi 50 ml 4. Caladryl lotion 50 ml 5. Caladine lotion 50 ml

27 JURNAL RESEP SEDIAAN PADAT 1. KELENGKAPAN RESEP : lengkap /tidak lengkap a. Nama dokter : b. Alamat praktek : c. Tempat/tanggal resep ditulis : d. Nama obat dan jumlah obat : e. Cara pembuatan dan Signatura : f. Nama penderita dan umur : g. Alamat penderita : 2. KOMPOSISI OBAT : obat paten/standar : ada/ tidak Buku : ISO/DOI/IIMS/FORM.IND/FORM. NAS.hal : 3. PERHITUNGAN DOSIS PAKAI/DOSIS MAKSIMUM : obat narkotika/keras. Buku : Farmakope Indonesia III, Nederlandse Pharmacopee V dan lainnya.

28 4. PENULISAN RESEP YANG BENAR. 5. PEMBUATAN OBAT : (dengan penimbangan terperinci) 6. ETIKET : putih (obat dalam), biru (obat luar) Apotik Laboratorium Farmasi FK Unsri Kampus F Indralaya Ogan Ilir Apoteker : Dra. Enny Kusumastuti Apt. M.Kes S.I.P.F. : 012/2003 S.I.A. : 123//2003 No. Plg,

29 Pro : LABEL : Tidak boleh diulang tanpa resep dokter JURNAL RESEP SEDIAAN SETENGAH PADAT 1. KELENGKAPAN RESEP : lengkap /tidak lengkap a. Nama dokter : b. Alamat praktek : c. Tempat/tanggal resep ditulis : d. Nama obat dan jumlah obat : e. Cara pembuatan dan Signatura : f. Nama penderita dan umur : g. Alamat penderita : 2. KOMPOSISI OBAT : Apakah ada obat paten/standar Buku : ISO/DOI/IIMS/FORM.IND.// FORM. NAS., Hal : 3. PERHITUNGAN DOSIS PAKAI/DOSIS MAKSIMUM : obat narkotika/keras. Buku : Farmakope Indonesia III, Nederlandse Pharmacopee V dan lainnya.

30 4. PENULISAN RESEP YANG BENAR 5. PEMBUATAN OBAT : (dengan penimbangan terperinci) 6. ETIKET : putih (obat dalam), Biru (obat luar) Apotik Laboratorium Farmasi FK Unsri Kampus F Indralaya Ogan Ilir Apoteker : Dra. Enny Kusumastuti, Apt.M.Kes S.I.P.F. : 012/2003

31 No. Pro : S.I.A. : 123//2003 Plg, LABEL : Tidak boleh diulang tanpa resep dokter Jurnal sediaan cair 1. KELENGKAPAN RESEP : lengkap /tidak lengkap a. Nama dokter : b. Alamat praktek : c. Tempat/tanggal resep ditulis : d. Nama obat dan jumlah obat : e. Cara pembuatan dan Signatura : f. Nama penderita dan umur : g. Alamat penderita : 2. KOMPOSISI OBAT : obat paten/standar: ada/tidak Buku : ISO/DOI/IIMS/FORM.IND./FORM. NAS., Hal : 3. PERHITUNGAN DOSIS PAKAI/DOSIS MAKSIMUM : obat narkotika/keras. Buku : Farmakope Indonesia III, Nederlandse Pharmacopee V dan lainnya.

32 4. PENULISAN RESEP YANG BENAR 5. PEMBUATAN OBAT : (dengan penimbangan terperinci) 6. ETIKET : putih (obat dalam), Biru (obat luar) M.Kes. Apotik Laboratorium Farmasi FK Unsri Kampus F Indralaya Ogan Ilir Apoteker : Dra. Enny Kusumastuti, Apt. S.I.P.F. : 012/2003 S.I.A. : 123//2003

33 No. Pro. Plg, LABEL : a. Kocok dulu b. Tidak boleh diulang tanpa resep dokter Daftar Pustaka 1. Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan R. I, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan R. I, Gennaro, Alfonso R, Remington : The Science and Practice of Pharmacy, Vol. II, Mack Publishing Company, Pennsylvania, Glenn L, et al, Scoville s : The Art of Compounding, The Blakiston Division, New York, Hoover, John E, Dispensing of Medication, Mack Publishing Company, New York, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan ke Farmasian, Departemen Kesehatan R.I, Lund, Walter., The Pharmaceutical Codex, The Pharmaceutical Press, London, Nanizar., Z.J., Ars Prescribendi 1, Airlangga University Press, Surabaya, Nanizar., Z.J., Ars Prescribendi 2, Airlangga University Press, Surabaya, Nanizar., Z.J., Ars Prescribendi 3, Airlangga University Press, Surabaya, Todd. R.g., Parmaceutical handbook, The Pharmaceutical Press, London, Kumpulan Peraturan Perundang-undangan Bidang Narkotika, Psikotropika dan Bahan Berbahaya, Departemen Kesehatan R.I, 1997.

34

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R DEFENISI Serbuk adalah campuran obat atau bahan kimia yang halus terbagi-bagi dalam bentuk kering ( FI III). Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Persyaratan Fisika Partikel halus dalam range ukuran yang hampir sama, tidak mengiritasi kulit bila digunakan Mudah diaplikasikan pada kulit

Lebih terperinci

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

Bentuk Sediaan Obat (BSO) Bentuk Sediaan Obat (BSO) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan BSO 1. Obat, misal : rasanya pahit :kapsul atau emulsi dapat dirusak oleh asam lambung : injeksi atau suppositoria. 2. Penderita, Misal:

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk

Lebih terperinci

PULVIS FARMASETIKA DASAR

PULVIS FARMASETIKA DASAR PULVIS FARMASETIKA DASAR PULVIS Jenis pulvi s Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung karmin sebagai

Lebih terperinci

Soal Farmasetika Dasar Kelas B

Soal Farmasetika Dasar Kelas B Soal Farmasetika Dasar Kelas B 1. Apa yang dimaksud dengan resep? 2. Sebutkan bagian-bagian dari resep! 3. Apa yang membedakan resep dengan salinan resep? 4. Apa maksud tanda det dan nedet dalam salinan

Lebih terperinci

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT Valerius Cordus (1515-1544) Dispensatorium Cikal bakal Farmakope KETENTUAN UMUM Buku resmi yang ditetapkan secara hukum Isi : - Standardisasi obat-obat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. II. DASAR TEORI Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II NAMA NIM Mira Ria Andriani J1E111036 TANGGAL PRETEST TANGGAL PRAKTIKUM KELOMPOK VI NILAI LAPORAN AWAL PERCOBAAN KE I NILAI REVISI NO RESEP ASISTEN 1 ACC ASISTEN Fadlillaturrahmah,

Lebih terperinci

PRINSIP PENULISAN RESEP DOKTER Oleh : Wiwik Kusumawati

PRINSIP PENULISAN RESEP DOKTER Oleh : Wiwik Kusumawati Pendahuluan PRINSIP PENULISAN RESEP DOKTER Oleh : Wiwik Kusumawati Penulisan resep dokter dilaksanakan setelah dokter melakukan suatu rangkaian tindakan yaitu pemeriksaan, menentukan diagnosa klinis diikuti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.

Lebih terperinci

Bentuk Sediaan cara yang aman dan baik

Bentuk Sediaan cara yang aman dan baik BENTUK SEDIAAN 1 Bentuk Sediaan cara yang aman dan baik utk menggunakan obat dalam dosis yang tepat Alasan : - melindungi obat dari pengaruh luar seperti udara, kelembaban dan cahaya - melindungi obat

Lebih terperinci

Preskripsi dokter perlu disusun secara benar dan rasional. Benar artinya ditulis secara jelas dapat dibaca,lengkap dan memenuhi peraturan perundangan

Preskripsi dokter perlu disusun secara benar dan rasional. Benar artinya ditulis secara jelas dapat dibaca,lengkap dan memenuhi peraturan perundangan Preskripsi dokter perlu disusun secara benar dan rasional. Benar artinya ditulis secara jelas dapat dibaca,lengkap dan memenuhi peraturan perundangan serta kaidah yg berlaku Rasional yaitu berpedoman pada

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan SEDIAAN OBAT Namira Ilham Niawan Saputra Fossa Sacci Lacrimalis 201110410311156 Orbita Jurusan Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Tahun Akademi 2011/2012 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BLOK 4.1 PENUNTUN SKILLS LAB

BLOK 4.1 PENUNTUN SKILLS LAB .. UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl.Perintis Kemerdekaan. Padang 25127. Indonesia Telp.: +62 751 31746. Fax.: +62 751 32838 e-mail : fk2unand@pdg.vision.net.id BLOK 4.1 EL PENUNTUN SKILLS

Lebih terperinci

KISI-KISI Bidang Lomba

KISI-KISI Bidang Lomba LOMBA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT NASIONAL KE XXV TAHUN 2017 KISI-KISI Bidang Lomba FARMASI (PEMBUATAN OBAT BERDASARKAN RESEP) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, Apt D3 Farmasi UNS

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, Apt D3 Farmasi UNS Inkompatibilitas Obat Heru Sasongko, Apt D3 Farmasi UNS Inkompatibilitas atau tak tercampurkan obat adalah suatu perubahan yang tidak diinginkan pada saat mencampurkan bahan obat dengan bahan obat lainnya.

Lebih terperinci

SOLUTIO (Larutan) : Sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling k.ecuali dinyatakan lain.

SOLUTIO (Larutan) : Sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling k.ecuali dinyatakan lain. SOLUTIO (Larutan) : Sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling k.ecuali dinyatakan lain. Dapat digunakan sebagai : obat dalam, obat luar, dimasukkan ke dalam rongga

Lebih terperinci

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud CLEANSING CREAM Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat terlindung dari kekeringan~an sengatan cuaca, baik panas

Lebih terperinci

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.

1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan. I. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril 2. Untuk menghitung isotonis suatu sediaan steril 3. Untuk mengevaluasi sediaan steril II. Dasar Teori Larutan mata steril adalah steril

Lebih terperinci

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL TUJUAN UMUM Mampu memilih bentuk sediaan obat secara rasional yang didasari oleh kenyamanan, dengan harga yang terjangkau Tujuan Khusus : mampu menyebutkan contoh-contoh

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan Apoteker HILMA HENDRAYANTI, S.Si., Apt.

Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan Apoteker HILMA HENDRAYANTI, S.Si., Apt. STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan pembuatan sediaan obat sesuai resep dokter di bawah pengawasan Apoteker HILMA HENDRAYANTI, S.Si., Apt. Menjelaskan kelengkapan resep dokter, etiket, dan salinan resep Resep

Lebih terperinci

Mahral Effendi.S.S.Si.M.M.,Apt

Mahral Effendi.S.S.Si.M.M.,Apt RESEP Mahral Effendi.S.S.Si.M.M.,Apt RESEP Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dan dokter hewan, kepada apoteker untuk memberikan obat kepada pasien sesuai hasil analisis apoteker

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN Sediaan obat mata adalah sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata di sekitar

Lebih terperinci

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. D3 Farmasi UNS

Inkompatibilitas Obat. Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. D3 Farmasi UNS Inkompatibilitas Obat Heru Sasongko, S.Farm.,Apt. D3 Farmasi UNS Pengertian Inkompatibilitas atau tak tercampurkan adalah perubahan-perubahan yang tak diinginkan pada waktu mencampurkan bahan obat atau

Lebih terperinci

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL

BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL BAB I PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL A. Informasi Umum Sediaan Herbal Dalam buku ini yang dimaksud dengan Sediaan Herbal adalah sediaan obat tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infus, dekok

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG a. PENDAHULUAN Pelayanan kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan termasuk didalamnya pelayanan kefarmasian di Puskesmas

Lebih terperinci

LAMPIRAN HANDOUT TOPIK/POKOK BAHASAN MATA KULIAH ILMU FARMASI KEDOKTERAN. Universitas Gadjah Mada 1

LAMPIRAN HANDOUT TOPIK/POKOK BAHASAN MATA KULIAH ILMU FARMASI KEDOKTERAN. Universitas Gadjah Mada 1 LAMPIRAN HANDOUT TOPIK/POKOK BAHASAN MATA KULIAH ILMU FARMASI KEDOKTERAN Universitas Gadjah Mada 1 Lampiran 1 Topik/Pokok Bahasan : Pengantar Ilmu Farmasi Kedokteran & resep dokter Pengampu : Dra. Sri

Lebih terperinci

SEDIAAN LARUTAN NON STERIL ILMU RESEP

SEDIAAN LARUTAN NON STERIL ILMU RESEP SEDIAAN LARUTAN NON STERIL ILMU RESEP Apa itu?? Larutan ialah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Istilah a. larutan encer---larutan yang mengandung sejumlah kecil zat

Lebih terperinci

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian BATASAN Menurut USP, larutan parenteral volume kecil (SVP) adalah injeksi yang menurut label pada kemasan, bervolume 100 ml atau kurang Termasuk ke dalam

Lebih terperinci

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL I. Konsep Pemberian Obat Topikal Secara Umum Tujuan Instruksional Khusus Setelah pembelajaran ini diharapkan mahasiswa/i ilmu keperawatan mampu : 1. Menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya

FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN. Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya FORMULASI DAN ANALISIS KUALITAS SEDIAAN SALEP MATA DENGAN BAHAN AKTIF CIPROFLOXACIN Atikah Afiifah, Dapid Caniago, Rahmah Restiya Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba FARMASI ( Pembuatan Obat Sesuai Resep ) PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp. (022) 4264813 Fax. (022) 4264881 Wisselbord (022)

Lebih terperinci

INKOMPATIBILITAS PADA PERESEPAN. Rina Wijayanti, M. Sc., Apt

INKOMPATIBILITAS PADA PERESEPAN. Rina Wijayanti, M. Sc., Apt INKOMPATIBILITAS PADA PERESEPAN Rina Wijayanti, M. Sc., Apt Sasaran Belajar Mengetahui macam inkompatibilitas pada peresepan INKOMPATIBILITAS SEBERAPA PENTING? EFEK? APA YANG DIMAKSUD? JENIS? CONTOH?

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tramadol HCl berikut: Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai Gambar 1. Struktur Tramadol HCl Tramadol HCl dengan rumus molekul C 16 H 25 N 2, HCl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat tidak rusak mis. Berubah warna, menjadi hancur. Cara

Lebih terperinci

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN

DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN MUTU PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Lampiran 15. Etiket PT. UNIVERSAL PHARMACEUTICAL INDUSTRIES MEDAN Nama Produk/Bahan No. Batch/Lot Pabrik Pemasok No. Penerimaan Barang Jumlah No. Sertifikat Analisis Tanda Tangan DITOLAK BAGIAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN

TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN TEKNIK PEMBUATAN BERMACAM-MACAM SEDIAAN Teknik Dasar Pembuatan Potio Potio atau sirup obat yang diminum dalam pembuatannya pada praformulasi umumnya dilakukan hal-hal berikut : 1. Melarutkan zat aktif

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

BUKU ACUAN FARMAKOPE EDISI III FARMAKOPE EDISI IV ILMU MERACIK OBAT FARMASETIKA SAINS JURNAL DLL

BUKU ACUAN FARMAKOPE EDISI III FARMAKOPE EDISI IV ILMU MERACIK OBAT FARMASETIKA SAINS JURNAL DLL BUKU ACUAN FARMAKOPE EDISI III FARMAKOPE EDISI IV ILMU MERACIK OBAT FARMASETIKA SAINS JURNAL DLL SEJARAH KEFARMASIAN Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat Kulit Topikal Kortikosteroid Sediaan topikal adalah sediaan yang penggunaannya pada kulit dengan tujuan untuk menghasilkan efek lokal, contoh : lotion, salep, dan krim.

Lebih terperinci

UNGUENTA. Unguenta = salep = oinment = zalf

UNGUENTA. Unguenta = salep = oinment = zalf UNGUENTA Unguenta = salep = oinment = zalf 1. SALEP Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar

Lebih terperinci

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENGANTAR OBAT D.S. Hidayat PERIHAL OBAT 1. Obat 2. Bahan Obat 3. Penamaan Obat 4. Bentuk Sediaan Obat 5. Cara Pemberian

Lebih terperinci

BAB 10: RESEP DAN SALINAN RESEP

BAB 10: RESEP DAN SALINAN RESEP SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 FARMASI BAB 10: RESEP DAN SALINAN RESEP Nora Susanti, M.Sc, Apk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB X RESEP

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

Contoh-contoh resep sirup tablet dan puyer. dr. Anugerah Sehat. SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / Jl. Maluku I / 100 Semarang.

Contoh-contoh resep sirup tablet dan puyer. dr. Anugerah Sehat. SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / Jl. Maluku I / 100 Semarang. Contoh-contoh resep sirup tablet dan puyer dr. Anugerah Sehat SIP No: 14/ KANDEP / IJIN / XII / 1988 Jl. Maluku I / 100 Semarang Semarang, R/ OBB syrup fl I Telp: 024-6712345 Adde pro cth Cod HCl 5 mg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

SIRUP. Universitas Gadjah Mada

SIRUP. Universitas Gadjah Mada SIRUP Sirup : adalah larutan dalam air dan gula/pengganti gula yang kental, dengan atau tanpa penambahan flavoring agent atau obat. Sirup yang mengandung flavoring agent tetapi tanpa obat disebut: nonmedicated

Lebih terperinci

R E S E P. By. H. Zuhhad, S. Kep. Ns

R E S E P. By. H. Zuhhad, S. Kep. Ns R E S E P By., S. Kep. Ns Resep arti sempit : suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kpd apoteker utk membuatkan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkannya kepada

Lebih terperinci

FR-MPA 03 : PERTANYAAN TERTULIS PILIHAN GANDA. Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis Pilihan Ganda Nama peserta sertifikasi

FR-MPA 03 : PERTANYAAN TERTULIS PILIHAN GANDA. Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis Pilihan Ganda Nama peserta sertifikasi FR-MPA 03 : PERTANYAAN TERTULIS PILIHAN GANDA Perangkat asesmen : Daftar Pertanyaan Tertulis Pilihan Ganda Nama peserta sertifikasi : Nama asesor : Tanggal uji kompetensi : Sifat uji : (tutup buku /buka

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes Konsep Dasar Pemberian Obat Basyariah Lubis, SST, MKes PENGERTIAN OBAT Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mengurangi gejala atau menyembuhkan penyakit. JENIS DAN BENTUK OBAT 1. Obat obatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang  B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan adalah campuran homogeny yang disiapkan dengan melarutkan zat padat, zat cair, gas dalam cairan lain.salah satunya yaitu sirup. Sirup adalah cairan berkadar

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9 buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari jum`at jam 11.00 wib. Jika lebih dari pukul ini maka

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari jum`at, pukul 108.00 wib. Jika lebih dari pukul ini

Lebih terperinci

Pembelajaran E-learning

Pembelajaran E-learning Pembelajaran E-learning Baca modul bab 9 buku farmakologi, Kemudian selesaikan soal sebanyak 25 soal dengan ditulis tangan. Tugas dikumpulkan pada hari senin jam 15.20 wib. Jika lebih dari pukul ini maka

Lebih terperinci

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7 Kelompok III ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7 NO 2 / 137,14 Titik lebur : 170 C - 173

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL

FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL As-Syifaa Vol 07 (01) : Hal. 70-75, Juli 2015 ISSN : 2085-4714 FORMULASI SEDIAAN BALSEM DARI EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum SanctumLinn) DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI OBAT TRADISIONAL Wahyuddin Jumardin, Safaruddin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

MATERIA MEDIKA INDONESIA

MATERIA MEDIKA INDONESIA MATERIA MEDIKA INDONESIA MEMUAT: PERSYARATAN RESMI DAN FOTO BERWARNA SIMPLISIA YANG BANYAK DIPAKAI DALAM PERUSAHAAN OBAT TRADISIONAL. MONOGRAFI 1. SIMPLISIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL, MENCAKUP:

Lebih terperinci

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi

Lebih terperinci

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL Menimbang : a. Bahwa untuk melindungi masyakarat terhadap hal-hal yang dapat mengganggu dan merugikan kesehatan

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN A. PENDAHULUAN Air merupakan komponen yang penting dalam pangan. Banyak perubahan kimia yang terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar

Lebih terperinci

Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII

Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII Laporan Praktik Ilmu Resep Kelas XII DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii LATAR BELAKANG. iii a. Maksud.. iv b. Tujuan v RESEP 1 DAN 2. 1 11 RESEP 3 DAN 4. 12 23 RESEP 5 DAN 6.

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS Nur Istiqomah, Sutaryono, Farida Rahmawati INTISARI Berdasarkan kebiasaan masyarakat dalam menyimpan margarin untuk dikonsumsi dalam jangka

Lebih terperinci

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan. pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal.

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan. pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. BAB I PENDAHULUAN Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit kulit

Lebih terperinci