BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan pedoman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan pedoman"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif sehingga bahan tersebut mempunyai dua sisi yang paling berlawanan, yaitu dapat sangat berguna dalam penegakan diagnosa dan terapi penyakit dan disisi lain akan sangat berbahaya bila dalam penggunaanya tidak tepat dan tidak terkontrrol. Pelayan terbaik yang bisa diberikan kepada customer sehingga kebutuhan/keinginan / harapan customer dapat terpenuhi (Pelanggan puas), penilaian mutu pelayanan dapat untuk menghargai keberhasilan dan memperbaiki kegagalan Pelayanan kepada pasien yang berdasarkan standar kualitas untuk mempenuhi kebutuhan dan keinginan pasien sehingga pasien memperoleh kepuasan yang akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan kepada organisasi pelayanan kesehatan, pelayanan terbaik, melebihi, melampaui, mengungguli pelayanan yang diberikan pihak lain atau pelayanan waktu lalu. Pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar dan dipatuhi memberi yang terbaik bahkan melebihi adanya trobosan untuk memuaskan pelanggan (inovasi). Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik khususnya sudah dilaksanakan diberbagai sarana pelayanan kesehatan, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan radiasi non pengion. Dengan berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalamai kemajuan yang cukup pesat baik dari peralatan maupun metodanya. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan radiologi khususnya radiologi diagnostik, maka dibuat pedoman Pelayanan Pelayanan Unit Radiologi Diagnostik di RS Dedy jaya Brebes sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pelayanan radiologi diagnostik dan untuk keperluan pembinaan. B. Tujuan pedoman 1.Tujuan umum Tujuan umum pelayanan Radiologi adalah meningkatkan pelayanan radiodiagnostik dan radioteraphy Rumah sakit. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin di capai adlah adanya peningkatan pelayanan radiologi yang mencakup : a. Memberikan pemahaman kepada seluruh karyawan radiologi tentang pedoman pelayanan radiologi sebagai pegangan dalam melaksakan kegiatan-kegiatan radiolgi.

2 b. Sebagai acuan agar pelayanan radiologi dapat dilaksanakan sesuai standart. c. Memaksimalkan pelayanan radiologi. C. Ruang lingkup Ruang lingkup pelayanan radiologi di RS Dedy jaya Brebes meliputi: a. Pelayanan Radiodiagnostik b. Pelayan imejing Diagnostik D. Batasan Operasional a. Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, seperti pelayanan dengan sinar-x b. Pelayan imejing Diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) c. Landasan hukum Sebagai acuan dan dasar pertimbangan dalam melaksanakan pelayanan radiologi di RS Dedy Jaya Brebes diperlukan peraturan perundang-undangan pendukung (legal aspect). Beberapa ketentuan perundang-undangan yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Undang Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit b. Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan c. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 129/MENKES/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit d. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit e. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 Tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit f. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion Dan Keamanan Sumber Radioaktif g. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2008 Tentang Perizinan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir h. Permenkes Nomor: 357/MENKES/PER/VI/2006 Tentang Registrasi dan Izin Keraja Radiografer i. Permenkes Nomor: 375/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Radiografer j. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintegrasi dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat undang-undang

3 dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamnetal setiap rakyat, dan amanat undang-undang no 23 tahun 1992 tentang kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayan kesehatan, akan pelayanan radiologi sudah selayaknya diberikan pelayanan yang berkualitas. BAB II STANDAR KETANAGAAN A. Kualifikasi Sumber daya Manusia Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja, setiap orang

4 yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masyarakat. Tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku sekaligus tujuan pembangunan, adanya peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja dan keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kualifikasi tenaga dalam penggunaan pesawat Sinar-X radiologi diagnostik dan USG terdiri dari satu dokter spesialis radiologi yang berkompenen sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PPR bidang kesehatan atau diagnostik dua Radiografer D III Teknik Radiologi. Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan a. Jenis sarana kesehatan b. Kemampuan / Kompetensi c. Beban kerja d. Jumlah peralatan (Pesawat) B. Distribusi Ketenagaan 1. Stuktur Organisasi Sampai saat ini formulasi untuk menghitung kebutuhan tenaga Radiologi dirumah sakit masih dalam proses penyusunan. Kebutuhan tenaga Radiologi dapat dihitung berdasarkan beban kerja. Angka kebutuhan tenaga Radiologi ini dapat dihitung oleh masing-masing unit pelayanan Radiologi dirumah sakit masing-masing. Berikut adalah kebutuhan tenaga Radiologi di Rumah Sakit Dedy jaya Brebes. KEBUTUHAN TENAGA RADIOLOGI DIRUMAH SAKIT DEDY JAYA KATEGORI TENAGA RUMAH SAKIT KELAS JUMLAH TENAGA D D3-Radiologi 3 PPR 1 C. Pengaturan jaga Tujuan utama pengaturan jaga adalah untuk optimalisasi pelayanan demi kepuasan pelanggan. Semua pasien atau pengguna jasa bisa mendapatkan layanan Radiologi Klinik RS. Dedy jaya diatur waktu dan petugasnya, diselaraskan dengan volume pekerjaan. 1. Waktu pelaksanaan pemeriksaan diatur sebagai berikut : a. Waktu pemeriksaan di Radiologi adalah : 1) Pagi : pukul ) Sore : pukul b. Waktu pemeriksaan Radiologi poliklinik adalah : 1) Pagi : Pukul ) Sore : Pukul Pembagian shift di Instalasi Radiologi Klinik RS Dedy Jaya dibagi menjadi 3 yaitu : a. Petugas Radiologi Dines pagi berjumlah 1 orang Melaksanakan semua pemeriksaan Radiologi dan administrasi b. Petugas Radiologi dines siang berjumlah 1 orang Melaksanakan semua pemeriksaan Radiologi dan administrasi

5 A. Denah Ruang BAB III STANDAR FASILITAS

6 Persyaratan ruang pemeriksaan radiologi 1. Luas minimal 3 m x 4 m x 2,8 m dengan tinggi jendela minimal 2 m dari lantai sebelah luar 2. Tebal dinding 15 cm beton atau bata 25 cm pelesteran atau setara dengan 2 mm Pb. 3. Pintu diberi penahan radiasi Pb setebal 2 mm 4. Paparan radiasi yang diperkenankan pada daerah yang dihuni masyarakat sekitar tidak lebih dari 0,25 msv/jam 5. Mempunyai fasilitas tanda bahaya radiasi berupa lampu merah sebagai tanda alat sedang dioperasikan Adm. Contr ol table Table pasien t toilet Kamar gelap Ruang ganti Ruang pemeriksaan instalasi radiologi RS DEDY JAYA BREBRES terdiri dari : 1. 1 (satu) ruang pemeriksaan peswat konvensional dengan luas panjang 580 cm, Lebar 370 cm tinggi 340 cm dinding ruang pemeriksaan terbuat dari tembok bata dengan tebal 28 cm dan dilapisi dengan timbal / Pb dengan ketebalan 2,5 mm, Pintu ruang pemeriksaan radiologi sinar-x terbuat dari kayu dan dilapisi dengan timbal / Pb setebal 2,5 mm sebagai proteksi radiasi. a. Pemeriksaan thorax b. Pemeriksaan Vertebrae c. Pemeriksaan pelvis d. Pemeriksaan Ekstremitas Atas dan Bawah e. Pemeriksaan dengan menggunakan media kontras (IVP, OMD dan Colon in Loop) f. Pemeriksaan Pasien Rawat Inap 2. Ruang Pelengkap

7 a. Ruang administrasi b. Ruang prosessing foto / kamar gelap c. Ruang ganti pasien d. Kamar Mandi / WC B. Standar dan Fasilitas Standar fasilitas yang dimiliki berupa peralatan pesawat radiologi dan perlatan pendukung untuk pelayanan di instalasi radiologi, semua perlatan sudah mempunyai izin dari BAPETEN, dilengkapi pengatur diafraghma dan lampu kolimator, dan dilakukan kalibrasi serta pemeliharaan secara berkala: 1. Pesawat X-Ray Konvensional 2. Pesawat Ultrasonografi (USG) 3. Kaset dan Grid 4. Apron 1 5. Standar Infus 6. Tabung Oksigen BAB IV PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS (INFORMED CONSENT) A. Pengertian Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Tindakan medik adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau terapeutik. Termasuk di sini adalah tindakan invasif yaitu tindakan yang langsung mempengaruhi keutuhan jaringan (misalnya dengan mengiris, menusuk, atau memotong jaringan).

8 B. Persetujuan Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat pesetujuan baik secara lisan maupun tertulis. Persetujuan ini diberikan setelah pasien mendapat informasi yang akurat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkannya. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi dan situasi pasien sehingga penerima informasi benar-benar memahaminya. Persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan, harus dibuat untuk setiap tindakan medik yang mengandung resiko tinggi. Sedangkan tindakan medik yang tidak megandung resiko tidak diperlukan persetujuan terlukis dan hanya cukup dengan persetujuan lisan yang dapat diberikan secara nyata atau diam-diam. Pasien tahanan atau yang menjalani hukuman sering dibawa ke rumah sakit. Pasien-pasien ini tetap mempunyai hak yang sama seperti pasien lainnya, dengan demikian persetujuan untuk pemeriksaan harus diperoleh dengan cara seperti biasanya. C. Informasi Kewajiban dokter : 1. Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta maupun tidak. 2. Informasi diberikan selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi. Pada keadaan ini dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut pada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang perawat / paramedik lainnya sebagai saksi. D. Tata Cara Informasi 1. Informasi yang diberikan mencakup manfaat dan resiko dari tndakan medik yang akan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik. 2. Informasi diberikan secara lisan 3. Informasi harus diberikan secara jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien. Dengan persetujauan pasien yang bersangkutan, dokter dapat memberikan informasi tesebut kepada keluarga terdekat pasien. 4. Informasi juga dapat diberikan jika ada kemungkian perluasan operasi. Perluasan operasi yang tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa pasien. Pada keadaan ini maka setelah perluasan operasi dilakukan, dokter harus memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya. E. Pemberi Informasi 1. Dokter operator, dalam hal pemeriksan dengan tindakan invasif, informasi harus diberikan oleh dokter yang akan melakukan pemeriksaan itu sendiri.

9 2. Radiografer/petugas radiologi, dalam hal pemeriksaan dengan tindakan tidak invasif maka informasi dapat diberikan oleh radiografer/petugas radiologi dengan sepengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawab (dokter spesialis radiologi) F. Yang Memberikan Informasi 1. Persetujuan yang diberikan oleh pasien dewasa (umur lebih dari 21 tahun atau telah menikah) yang berada dalam keadaan sadar dan sehat mental. 2. Persetujuan diberikan oleh orang tua/wali/curator bagi : a. Pasien dewasa yang menderita gangguan mental b. Pasien dewasa yang berada di bawah pengampunan (curatile) 3. Persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau induk semang (guardian) bagi pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua/wali berhalangan. 4. Tidak diperlukan persetujuan oleh siapapun bagi : a. Pasien tidak sadar/pingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medik segera untuk kepentingannya. b. Tindakan medik yang harus dilaksanakan sesuai program pemerintah dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak. G. Tanggung Jawab 1. Dokter, bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan medis 2. Rumah sakit, ikut bertanggung jawab atas pemberian persetujuan tindakan medik yang dilakukan di rumah sakit H. Sanksi Sanksi diberikan terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya pesetujuan dari pasien atau keluarganya dapat dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan surat ijin prakteknya.

10 BAB V TATA LAKSANA PELAYANAN A. Pendaftaran Pemeriksaan Pasien datang sendiri ke bagian radiologi atau ditemani perawat dengan membawa surat rujukan dari dokter / form pemeriksaan. Kemudian petugas radiologi mencatat identitas pasien di buku pendaftran pasien radiologi, setelah selesai pasien disiapkan untuk pemeriksaan sesuai dengan permintaan di blanko permintaan. B. Persiapan Pemeriksaan Persiapan pasien dalam pemeriksaan radiologi tidak semua pemeriksaan membutuhkan persiapan yang khusus, hanya sebagian pemeriksaan yang perlu pemeriksaan khusus seperti pemeriksaan yang menggunakan media kontras (BNO IVP,OMD, Colon in Loop, dll) persiapan untuk pemeriksaan dilakukan sesuai prosedur tetap yang sudah ditentukan, sedangkan

11 pemeriksaan ektremitas tidak perlu persiapan khusus hanya saja intruksi posisi yang menyangkut penderita dan prosedur pemeriksaan harus diberitahukan dengan jelas terutama jika pemeriksaan dengan menggunakan media kontras. Benda aksesoris seperti gigi palsu, anting, kalung dan gelang harus dilepas sebelum pemeriksaan agar tidak menimbulkan gambaran artefak pada hasil radiograf. Untuk kenyamanan pasien mengingat pemeriksaan dilakukan di ruangan yang ber-ac sebaiknya tubuh pasien ditutupi dengan selimut. C. Pelaksanaan Pemeriksaan Pelayanan dan tindakan radiodiagnostik dilakukan hanya berdasarkan permintaan dokter secara tertulis dan mencantumkan diagnosa klinis dan hasil pemeriksaan medis lain yang terkait, seperti hasil laboratorium, karena pada pemeriksaan BNO-IVP harus mengetahui hasil laboratorium terlebih dulu. Pasien datang ke radiologi dengan membawa surat permintaan pemeriksaan rontgen dari dokter umum/spesialis. Jika pemeriksaan tanpa kontras maka pasien dapat langsung difoto, tetapi jika pemeriksaan kontras maka Pasien diberi penjelasan tentang tindakan medik radiologi yang akan dilakukan dan persiapan pemeriksaan yang harus dilakukan sesuai dengan jenis pemeriksaan foto rontgen yang diminta. Pasien diberi informasi tentang besarnya biaya pemeriksaan dan waktu pelaksanaan pemeriksaan tersebut. Jika pasien menyatakan setuju, maka pasien didaftar di papan program pemeriksaan foto rontgen dengan kontras. Pasien datang ke radiologi sesuai hari dan jam yang telah ditentukan untuk dilakukan pemeriksaan dengan mendaftar kembali kepada petugas radiologi dan pemeriksaan siap untuk lakukan. D. Pengolahan Film Pengelolahan film pada konventional X-ray masih menggunakan sistem pengolahan film secara manual procesing di kamar gelap. Pengolahan film di kamar gelap dimulai dengan mencelupkan film ke dalam developer, kemudian air bersih, lalu fixer setelah itu air bersih lagi. Setelah selesai pencucian film, baru dikeringakan ke washing( pengering film ) dan kaset diisi dengan film baru di box film sesuai dengan ukuran kaset. E. Pemberian Expertise Hasil pemeriksaan dan tindakan radiodiagnostik dalam tangguing jawab dokter spesialis radiologi. Semua foto harus dibaca/ di expertise dengan jelas dan ditanda tangani oleh dokter spesialis radiologi. Pembacaan foto ada di ruang Expertise yang jadi satu sama ruang pemeriksaan Ultrasonografi (USG). F. Pengambilan Foto Hasil radiograf rawat jalan adalah milik pasien sepenuhnya dan dapat diambil paling lama satu hari setelah pemeriksaan, setelah hasil radiograf

12 dibaca oleh dokter spesialis radiologi. Pada pasien UGD dan Rawat Inap hasil radiograf bisa langsung diambil oleh pengantar pasien atau perawat. Prosedur pengambilan hasil pemeriksaan radiologi, setiap pasien yang datang untuk mengambil hasil pemeriksaan radiologi harus membawa kwitansi / bukti pembayaran dan hasil pemeriksaan radiologi bisa diambil di bagian radiologi. G. Pengarsipan Pengarsipan di isntalasi radiologi berupa permintaan dan hasil baca foto radiologi disusun berdasarkan nomer urut pasien / tanggal pemeriksaan dan bulan pemeriksaan, laporan pembukuan pengambilan hasil radiograf di instalasi radiologi dilakukan perbulan, laporan ini meliputi jumlah kunjungan pasien, jumlah pemeriksaan polos dan kontras, jumlah pemakian film dan kerusakan film. H. Pengelolahan limbah Pengelolahan limbah infeksius dan non infeksius dari radiologi dilakukan oleh bagian sanitasi Rs Dedy jaya Brebes Limbah infeksius (yang terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh pasien) misalnya: Kasa, Verban, Spuit, Jarum suntik, cateter, infus set dan sebagainya. Sedangkan limbah yang non infeksisus (yang tidak terkontaminasi dengan darah dan tubuh pasien) seperti kertas, sisa makanan, plastik, kardus botol minuman mineral dan lain sebagainya. BAB VI MANAJEMEN LOGISTIK RADIOLOGI A. Pengertian Manajemen logistik merupakan bagian dari proses supply chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefesienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik konsusmsi dalam tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Penyiapan logistik untuk pelayanan radiologi menjadi sangat penting tanpa adanya logistik yang memadai baik dari jumlah, spesifikasi barang dan ketepatan distribusi maka sudah dapat dipastikan pelayanan akan terganggu. Oleh sebab itu perencanaan jumlah pemakaian film, bahan kimia untuk prosesing film, kontras media radiografi serta peralatan medik lainnya untuk setiap bulan pemakaian harus diperhitungkan dengan cermat dan akurat. Teknik dan prosedur pengambilan barang/alat dan obat2an harus dibuat sederhana tanpa mengurangi efektifitas dan efesiensi dan

13 evaluasi/pengawasan dan pelaporan pemakaian alat dan obat2an harus dibuat pada saat semua pemeriksaan radiologi selesai Bidang logistik bertanggung jawab terhadap terselenggaranya tertib administrasi dalam bidang logistik di instalasi radiologi, perlatan dan rumah tangga, untuk menyusun rencana kebutuhan daqn pengadaan bahan-bahan keperluan dan perlatan radiologi dalam rangka pelaksanaan tugas pelayanan radiologi, menyusun rencana pemeliharaan perlatan di instalasi radiologi, menyiapkan program-program pengembangan pelayanan radiologi menyusun laporan secara berkala tentang keadaan bahan kebutuhan dan perlatan instalasi, membuat evaluasi dan usulan tentang penggunaan bahan / perlengkapan dan peralatan (efesiensi, efektifitas dan menyimpan, mengelola bahan atau peralatan dan barang inventaris perkantoran di instalasi radiologi. B. Tujuan Manajemen Logistik Kegiatan logistik sangat penting dalam menunjang kegiatan pengadaan barang pada pihak perusahaan atau organisasi, secara umum kegiatan logistik memiliki tujuan, yaitu: a. Tujuan operasional : agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadahi. b. Tujuan keuangan : dapat melaksanakan tujuan operasional dengan biaya serendah-rendahnya. c. Tujuan pengamanan: agar persedian tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar lainya. C. Daftar Kebutuhan Logistik 1. Alkes dan Obat-obatan No Nama Obat / Alkes min max No Nama Alat Min Max 1 Iopamiro Handscoon S Developer Spuit 3 ml Fixer Spuit 50 ml Barium Sulfat(BaSo4) Spuit 50 ml Sonde Film 18x Needle Film 24x Needle Film 30x Elektroda Film 35x Kapas USG Paper Kasa Jelly USG 5 Liter Hypafix 1 3

14 12 Ephineprin Cateter Dexamethason Cateter Sa Cateter Aqua Bidest Wing Needle Alkohol 5 Liter Wing Needle Bethadine Wing Needle Masker Selang O Handscoon M Tabung O Handscoon L Gunting klem Alat tulis kantor No Alat Tulis Kantor min max No Nama Alat Min Max 1 Balpoint Tissue Kotak Spidol Permanent Tissue Towwel Penghapus /Stip Kertas ID Stapless Kresek Kecil Isi Stapless Kresek Besar Penggaris Stempel Rad Gunting Lem Kertas Batrei Alkaline Map Stella ruangan Map Pembolong Buku Folio Alat Plong kertas Kertas A Form Stok Kertas A4 Foto Inform Contsen Kertas Bacaan Paper clip Amplop 35x Box File Amplop 30x Amplop USG Kcl Amplop USG Bsr

15 D. Pelaksanaan Logistik Radiologi 1. Perencanaan dan pengadaan a. Perencanaan dilakukan berdasarkan jumlah pemakaian obat dan alat kesehatan setiap bulannya. b. Setiap akhir bulan petugas membuat stock opname c. Jumlah stock cadangan sebesar 10% dari rata-rata pemakaian setiap bulan 2. Permohonan kebutuhan rutin disampaikan kepada bagian gudang farmasi dengan menggunakan blangko isian permintaan rutin rangkap dua setiap awal bulan. 3. Pendistribusian obat dan alat kesehatan dilakukan oleh petugas gudang farmasi setelah permintaan lengkap. 4. Obat dan alat kesehatan selanjutnya disimpan di instalasi radiologi sesuai dengan sifat kimia dan fisika yang disyaratkan/direkomendasikan tentang masing-masing dan jenis obat dan alat kesehatan dengan system FIFO (First In First Out). BAB VII KESELAMATAN PASIEN A. Pengertian Keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan prioritas strategik, dalam menetapkan capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Keselamatan pasien harus menjadi ruh dalam setiap pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tuntutan akan keselamatan pasien harus direspon secara proaktif oleh semua pihak dan harus menjadi sebuah gerakan yang didasari pertimbangan moralitas dan etik. Patient safety harus jadi suatu gerakan menyeluruh dari semua pihak yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Ini membutuhkan keterlibatan semua pihak, yaitu manajement dan tenaga kesehatan, keduanya harus menyadari pentingnya Patient Safety. Radiasi yang digunakan di radiologi disamping bermanfaat dan dapat membantu menegakkan diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi, masyarakat dan pasien yang ada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya radiasi ini dittentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi dan ada tidaknya pelindung radiasi, dalam radiologi dapat

16 membantu mencegah kesalahan medis dan membantu meningkatkan keselamatan pasien. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Lingkungan (OSHE) manajemen di rumah sakit merupakan upaya dalam mewujudkan keamanan, kenyamanan dan kebersihan lingkungan kerja, melindungi dan meningkatkan kesehatan. B. Tujuan Memahami pentingnya Patient Safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya Safety tersebut demi keamanan dan kenyamanan pasien dalam pemeriksaan radiologi. C. Tata Laksana Keselamatan Setiap pemeriksaan dengan sinar-x diagnostik meliputi desain ruangan, pemasangan dan pengoperasian setiap pesawat sinar-x sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test) Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain: a. Dilakukan pengujian pesawat sinar-x atau kalibrasi setiap satu tahun sekali b. Pesawat sinar-x dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program jaminan kualitas. c. Ruangan sinar-x harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang ada didalamnya dan dibangun sedemikian sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap operator/ pekerja dan orang lain yang berada disekitar ruangan pesawat sinar-x. d. Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor atau hamburan. e. Pintu ruangan pesawat sinar-x terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik. f. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasang di atas pintu, yang dapat dinyalakan pada saat pesawat sinar-x di operasikan dan terdapat tanda peringatan radiasi sebagai g. berikut: PERH ATIAN LAMPU MERAH MENYALA DILARANG MASUK

17 AWAS RADIASI h. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb, dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan digumakan disaat pemeriksaan dilakukan. i. Terdapat fasilitas imobilisasi pasien yang berfungsi untuk mengurangi pergerakan pasien pada saat pemeriksaan sinar-x. j. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat pemereiksaan dilakukan oleh orang dewasa atau keluarga denggan menggunakan apron dan tidak dilakukan oleh petugas. k. Tersedia perlatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti, kebakaran, banjir dan kedaruratan yang berkaitan dengan listrik. l. Arah berkas utama dari penyinaran sinar-x tidak diarahkan ke panel kontrol m.selama penyinaran tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan dengan pasien yang berada didalam ruang pemeriksaan. n. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan sinar-x dilakukan oleh teknisi yang sudah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut sudah mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan perbaikan dengan aman. o. Pesawat sinar-x dilarang dioperasikan oleh pihak yang tidak berwenang. p. Terdapat perlatan monitoring petugas yaitu film badge untuk memantau paparan radiasi yang diterima sebulan sekali. BAB VIII PROTEKSI RADIASI A. Pengertian Proteksi Radiasi Protyeksi radiasi merupakan cabag ilmu pengetahuan atau teknik yang memperlajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian pelindungan pada seorang atau kelompok orang ataupun kepada keturunanya terhadap kemungkianan yang merugikan kesehatan akibat adanya paparan radiasi. B. Tujuan Proteksi radiasi Proteksi radiasi bertujuan untuk mencegah efek determenistik yang membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik, selain itu proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi pekerja radiasi dan masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lain. C. Tata Laksana Proteksi Radiasi Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana pekerja radiasi yang berada dimedan radiasi akan menerima dosisi

18 radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di medan radiasi, pengaturan jarak ( paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi), dan penggunaan periasi radiasi untuk penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi. Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih besar dibanding dengan kerugianya. Paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin, dan dosis yangditerima oleh seseorang dalam menjalakankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas dosisi yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Adapun upaya proteksi radiasi terhadap, petugas, pasien dan masyarakat umum.\ a. Pemeriksaan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter umum atau spesialis b. Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer c. Pemakian teknik Kv tinggi untuk mengurangi radiasi yang diserap pasien. d. Jarak fokus kepasien tidak boleh teerlalu dekat e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin f. Organ reproduksi dilindungi semaksimal mungkin. g. Pasien yang hamil terutama usia kandungan pada trimester pertama tidak boleh dilakukan secara radiologis. h. Selama penyinaran berlangsung posisi petugas berada di belakang tabir radiasi. i. Pintu pemeriksaan ditutup dan lampu merah peringatan dinyalakan disaat pemeriksaan berlangsung. j. Selama penyinaran berlangsung tidak boleh ada orang selain petugas atau pasien didalam ruang pemeriksaan.

19 BAB IX PENGENDALIAN MUTU A. Pengertian Mutu pelayanan radiologi dilaksanan untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pelayanan radiologi, meningkatkan dan mempertahankan mutu pelayanan serta sebagai bahan acuan dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan radiologi. Untuk meningkatkan mutu pelayanan radiologi, perlu adanya evaluasi sistem dan prosedur pelayanan, fasilitas dan penyelenggaraan pelayanan dan perbaikan sarana yang dilaksanakan secara intern dan rutin melalui rapat intern radiologi. B. Tujuan Pengendalian Mutu 1. Umum Meningkatkan mutu pelayanan Radiologi Diagnostik Imajing RSI Nashrul Ummah dengan mengenalkan dan meningkatkan budaya pelayanan yang profesional, manusiawi, tepat waktu dan tepat guna 2. Khusus Setiap Staf Unit Radiologi Diagnostik Imajing RSI Nashrul Ummah selalu mengupayakan tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien

20 C. Monitoring Mutu 1. Data Monitoring Monitoring dilakukan untuk memantau performa dan mutu pelayanan di radiologi., untuk itu, Maka ditetaokan beberapa indikator baik klinis maupun manajerial yaitu: a) Tercapainya kepuasan dan keselamatan pasien pada pelayanan radiologi radiologi diagnostik Imajing b) Pencapaian lama waktu tunggu hasil foto Sinar-X: 1) Ringan (1 hingga 2 Posisi) adalah 15 menit 2) Sedang (diatas 3 Posisi) adalah 30 Menit 3) Berat (pemeriksaan dengan media kontras) adalah 2 jam c) Pencapaian kerusakan film tidak boleh melebihi 5% dari jumlah pemakaian film selama satu bulan d) Peningkatan pengetahuan, keterampilan dan keahlian staf Unit Radiologi Diagnostik Imajing 2. Proses Monitoring Proses peningkatan mutu pelayanan radiologi diagnostik imajing dilaksanakan dengan cara: a) Untuk sasaran waktu tunggu hasil foto pengumpulan data di ambil melalui: 1) Pengumpulan jam foto dan jam hasil yang ada di formulir pemeriksaan 2) Jam foto diisi oleh radiografer setelah selesai melakukan pemrosesan film 3) Jam hasil foto diisi oleh petugas administrasi setelah selesai di expertise 4) Melalui jumlah tersebut data akan direkap dan dihitung rata-rata jam hasil. 5) Frekuensi 1 bulan sekali b) Untuk sasaran mutu kerusakan film, pengumpulan data diambil melalui: 1) Menghitung jumlah yang film yang rusak yang telah dikumpulkan oleh radiografer 2) Mengelompokkan berdasarkan ukuran dan sebab kerusakan 3) Menghitung rata-rata film rusak dan dibandingkan dengan jumlah film yang terpakai 4) Frekuensi dilakukan selama 1 bulan sekali c) Melakukan peningkatan mutu pelayanan radiologi staf unit rediologi diagnostik imajing 1) Pendidikan dan pelatihan internal (Inhouse Training) Pendidikan dan pelatihan di dalam RSI Nashrul Ummah oleh bagian diklat RSI Nashrul Ummah. 2) Pendidikan dan pelatihan eksternal (Out House Training) Pendidikan dan pelatihan di luar RSI Nashrul Ummah oleh ikatan profesi (PARI)

21 d) Kegiatan evaluasi dan pengendalian mutu dilaksanakan pada acara : 1) Rapat rutin bulanan 2) Laporan tertulis 3) Breafing 4) Koordinasi dengan instalasi lain yang terkait BAB X PENUTUP Pelayanan radiologi diagnostik merupakan bagian dari salah satu meningkatkan mutu pelayanan dalam suatu rumah sakit untuk mewujudkan kepuasan pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang, dan melakukan perbaikan kesinambungan. Dalam upaya mencapai pelayanan radiologi yang bermutu dan aman selain dilakukan pelayanan-pelayanan untuk pasien juga perlu untuk petugas antara lainpenampilan fisik yang prima seperti tata rambut, pakaian seragam, kebersihan diri, kerapian cara senyum dan cara bertutur kata, penggunaan dan kepekaan yterhadap bahasa tubuh, Delivery Of Services yang prima seperti kerelaan atau ikhlas untuk melayani, kepedulian, kecepatan respon dalam meberikan pelayanan, kesediaan untuk membantu klien, percaya diri, dan kesabaran, profesional dalam menyampaikan pelayanan, ketaatan dalam prosedur, serta meningkatkan produktifitas dan hasil kerja yang prima. Dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi diagnostik untuk sarana pelayanan kesehatan yang bermutu, maka diperlukan pedoman pelayanan radiologi yang dapat dipakai sebagai acuan dan sarana pelayanan kesehatan khususnya di instalasi radiologi. Pedoman Pelayanan Unit Radiologi Diagnostik

22 RS Dedy jaya brebes Nomor : 182/SK/DIR/RSINU/2015 Tindakan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Disiapkan Atin tri.n Amd.Rad Praditha.w Amd Rad Pelaksana 1 Pelaksana 2 Diperiksa Dr. Baehaqi Sp.Rad Kepala instalasi Disetujui Dr. Irma yurita Direktur 15/03/2015

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan radiologi merupakan pelayanan kesehatan yang menggunakan sinar peng-ion ataupun bahan radioaktif

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK, Menimbang : a. bahwa pasien berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial

Traktus Gastro Instestinal Traktus Urogenital dan organ reproduksi Traktus Respiratorius Sistem Syaraf Mamae dan organ-organ superfisial I. PENDAHULUAN KEBIJAKAN PELAYANAN UNIT RADIOLOGI RSUD KARDINAH KOTA TEGAL Pelayanan Radiodiagnostik adalah pelayanan kesehatan yang menggunakan energi pengion dan energi non pengion untuk melakukan diagnostik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG Novita Rosyida Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya, Jl. Veteran 12-16 Malang 65145, Telp. 085784638866

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI

PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI PROGRAM KERJA RADIOLOGI 2016 DAFTAR ISI Pelayanan Radiologi Pendahuluan Tujuan Sasaran Ruang Lingkup Pelayanan Landasan Hukum Pelaksanaan Pembiayaan Perencanaan Target Pemeriksaandi Radiologi 2016 Evaluasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang dari pemeriksaan klinis yang biasanya digunakan untuk membantu penegakan diagnosa dan rencana

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED Ka.Instalasi Kaur Instalasi ALat & Instrumen Logistik/BHP jadwal Dinas Penanggungjawa b / Petugas PPR Kamar Gelap Pelayanan Jadwal Dinas URAIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta M. Tekad Reza R 1, Galih Anindita,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk mengetahui

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK

PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK PEDOMAN ORGANISASI UNIT REKAM MEDIS DISUSUN OLEH : UNIT REKAM MEDIS RSUD KOTA DEPOK RSUD KOTA DEPOK 1 BAB I PENDAHULUAN Meningkatkan derajat kesehatan bagi semua lapisan masyarakat Kota Depok melalui pelayanan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan jasa semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan tersebut ternyata tidak hanya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teknologi modern, pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya semakin meluas di Indonesia. Pemakaian zat

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada

ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada ASPEK HUKUM REKAM MEDIS By: Raden Sanjoyo D3 Rekam Medis FMIPA Universitas Gadjah Mada Status hukum dan peraturan tentang catatan kesehatan harus dijaga oleh institusi pelayanan kesehatan. Istitusi kesehatan

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 12-1972 dicabut: PP 29-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 137, 2000 IPTEK.Badan.Instalasi.Perizinan.Pemanfaatan.Tenaga Nuklir.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN RADIOGRAFER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. dan dikendalikan. Salah satu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa yang memberikan pelayanan kesehatan bagi orang banyak. Sebagaimana tempat kerja pada umumnya, rumah sakit juga memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 290/MENKES/PER/III/2008 TENTANG PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 45

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

G U B E R N U R J A M B I

G U B E R N U R J A M B I G U B E R N U R J A M B I PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Royal Progress, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG RS Duta Indah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, selalu berusaha melakukan peningkatan mutu dan keselamatan pasien,yang harus didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus diterapkan di dunia kerja oleh semua orang yang berada di tempat kerja baik pekerja maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 Lampiran 1. KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PROTEKSI RADIASI PADA PEKERJA BIDANG RADIOLOGI DAN PENERAPANNYA DI RSUD TARUTUNG TAHUN 2017 I. Data Umum Nama : Usia : Jenis kelamin : Pendidikan terakhir : Posisi/Jabatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit xy Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran 1. Umum a. Bahwa masalah kesehatan seseorang (pasien) adalah tanggung

Lebih terperinci

Ide pokok Pengertian :

Ide pokok Pengertian : Ide pokok : Keputusan dibuat dalam bentuk kerjasama Perawat-Klien. Informed consent- berkaitan dengan etika dan hukum. Berkaitan dengan hukum- IC- masalah hukum dan pengadilan. Informed consent diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Definisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu dasar moral dari adanya suatu persetujuan tindakan kedokteran adalah menghormati martabat manusia (respect for person), yang mana setiap individu (pasien)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-x pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

BAB I. B. TUJUAN Tujuan umum Terpeliharanya sarana,prasarana dan peralatan Rumah Sakit layak pakai dan aman bagi pasien maupun petugas.

BAB I. B. TUJUAN Tujuan umum Terpeliharanya sarana,prasarana dan peralatan Rumah Sakit layak pakai dan aman bagi pasien maupun petugas. BAB I PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Instalasi Pemeliharaan Sarana adalah suatu unit kerja fungsional yang ada di lingkungan yang mengembang tugas dan tanggung jawab sebagai pelaksana pemeliharaan dan perbaikan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN UPAYA PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP) RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN Sesuai dengan misi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, untuk dapat memberikan pelayanan bermutu dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk implementasi pengaturan

Lebih terperinci

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto

Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto Lampiran Surat Keputusan Direktur RS Mutiara Hati Mojokerto 1 Nomor : 050/SK/DIR/VI/2016 Tanggal : 10 Juni 2016 Perihal : Kebijakan Pelayanan Laboratorium di Rumah Sakit Mutiara Hati Mojokerto. KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 357/MENKES/PER/V/2006 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA RADIOGRAFER MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR U M U M Pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang pesat dan secara luas di berbagai

Lebih terperinci

BAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)

BAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3) DAFTAR ISI Surat Keputusan Direktur tentang Kebijakan K3RS --------------------------------------------- Daftar Isi-----------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN JAKARTA, INDONESIA 2013 Panduan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent) Rumah Sakit Rawamangun Paduan Pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN

Lebih terperinci

Panduan Identifikasi Pasien

Panduan Identifikasi Pasien Panduan Identifikasi Pasien IDENTIFIKASI PASIEN 1. Tujuan Mendeskripsikan prosedur untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit. Mengurangi kejadian

Lebih terperinci

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS

CONTOH CONTOH INSIDEN. No. INSTALASI INDIKATOR JENIS = kejadian tidak diinginkan KTC= kejadian tanpa cedera = kejadian potensi cedera KNC= kejadian nyaris cedera CONTOH CONTOH INSIDEN No. INSTALASI INDIKATOR JENIS 1. Instalasi Gawat darurat Insiden kesalahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG

- 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG - 1 - KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSUD TAMAN HUSADA BONTANG DIREKTUR RSUD TAMAN HUSADA BONTANG, Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK, Menimbang

Lebih terperinci

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT Jl. Tanjung Jati No. 4 Dumai URAIAN TUGAS PETUGAS ADMINISTRASI DI INSTALASI RAWAT DARURAT I. Tanggung jawab Secara administrasi bertanggung

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02 BAB II PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR. 03 A. Tujuan dan Ruang Lingkup Izin. 03 1. Izin

Lebih terperinci

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH

RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH RSU BINA KASIH RENCANA INDUK MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK) DI RSU BINA KASIH I. LATAR BELAKANG Ketidaksiapan beberapa Rumah Sakit dalam menanggulangi bencana gempa bumi, tsunami, wabah penyakit

Lebih terperinci

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan BA B VII STANDAR 1. Proses Pendaftaran Pasien. Proses pendaftaran pasien memenuhi kebutuhan pelanggan dan didukung oleh sarana dan lingkungan yang memadai. KRITE RIA JUMLA H EP 1 7 1. SOP pendaftaran 2.

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PANDUAN PENYUSUNAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN GAUGING INDUSTRI BAB I PENDAHULUAN I.1. I.2. I.3. I.4. I.5. Latar Belakang Uraikan latar belakang disusunnya program proteksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut beberapa ahli, radiasi dapat menembus sel jaringan tubuh manusia secara perlahan lahan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan infeksi, perdarahan,

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA Laboratorium Rs Royal Progress Page 1 1. PENDAHULUAN Citra rumah sakit yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 3 TAHUN 2011 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG PERIJINAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 30 Tahun 2001 Seri D ---------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan

Lebih terperinci

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016

Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA. Kirana, 9 Agustus 2016 Rakor Bidang Keperawatan, PP dan PA Kirana, 9 Agustus 2016 Semester I Tahun 2016 Tingkat Kepuasan Pasien Triwulan 1 dan 2, Tahun 2016 100,00% 98,55% 98,19% 95,00% 90,00% 85,00% 80,00% 75,00% TW I Capaian

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN UNIT PENDAFTARAN NO 1 Terdapat prosedur pendaftaran 2 Tersedia alur pendaftaran 3 Petugas memahami dan melaksanakan prosedur pendaftaran 4 Tersedia SOP Penilaian kepuasan pelangggan 5 Tersedia form penilaian

Lebih terperinci

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk : GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan Radiologi dimulai dengan penemuan sinar-x oleh William Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3 tahun kemudian, penemuan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK DOKTER MANDIRI Diundangkan dalam Berita Daerah Kota Bogor Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD

A. `LAPORAN VALID INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD A. `LAPORAN INDIKATOR AREA KLINIS 1. Asesment pasien: Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Judul indikator Ketidaklengkapan Pengisian Rekam Medik Triase dan Pengkajian IGD Jumlah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Rumah Sakit Umum Artha Medica Binjai 2.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan belum semuanya

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 34 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LANDAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Akreditasi Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan upaya peningkatan mutu dan kinerja pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS DIREKTUR UTAMA RS. xxx Menimbang : a. bahwa salah satu pilar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan medis yang dilakukan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN ( GENERAL CONSENT )

PERSETUJUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN ( GENERAL CONSENT ) LAMPIRAN-LAMPIRAN LAMPIRAN 1 PERSETUJUAN UMUM PELAYANAN KESEHATAN ( GENERAL CONSENT ) Pengertian : Persetujuan Umum Pelayanan Kesehatan ( General Consent for Treatment) adalah persetujuan yang diberikanoleh

Lebih terperinci