DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum 02 Tujuan Instruksional Khusus. 02 BAB II PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR. 03 A. Tujuan dan Ruang Lingkup Izin Izin pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan Izin pembangunan dan pengoperasian instalasi antara lain Izin pemanfaatan bahan nuklir 04 B. Persyaratan Izin Persyaratan Umum Persyaratan Khusus.. 05 C. Tata Cara Memperoleh Izin. 06 D Biaya Izin.. 06 E Jangka Waktu Izin. 07 F Izin Berakhir. 07 G. Perubahan Izin.. 07 BAB III. PERSYARATAN PERIZINAN BERDASARKAN JENIS PEMANFAATAN 09 A. Izin Impor Pesawat Sinar-X.. 09 B. Izin Impor Zat Radioaktif C. Izin Penyimpanan Zat Radioaktif Pesawat Sinar-X D. Crawler Zat Radioaktif Pesawat Sinar-X E. Fotoflourografi Zat 19 Radioaktif Pesawat Sinar-X Logging Gauging a. Zat Radioaktif b. Pesawat Sinar-X. 29 F. Penelitian Zat Radioaktif Tertutup Zat Radioaktif Terbuka Pesawat Sinar-X Diagnostik Terapi (Teletherapy dan Brachitherapy) Kedokteran Nuklir G. Izin Penyimpanan Pesawat Sinar X Zat Radioaktif H. Izin Impor Alat Alat Kesehatan Dan Instalatir Importir Pesawat Sinar-X Importir Zat Radioaktif. 49 Bab IV. SANKSI ADMINISTRATIF 53 BAB V. SURAT IZIN BEKERJA (SIB ) PETUGAS PROTEKSI RADIASI A. Dasar hukum. 54 B. Pemberian Surat Keterangan sebagai SIB Sementara. 56 C. Persyaratan Ujian Lisensi Petugas Proteksi Radiasi (PPR) baru 57 BAB VI. PETUNJUK PELAKSANAAN KERJA ( JUKLAK ) DENGAN i

2 RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASILAINNYA. 60 Bab I. Pendahuluan Bab II. Prinsip dasar Proteksi Radiasi. 60 Bab III. Pelaksanaan Pekerjaan.. 61 Bab IV. Penanggulangan Keadaan Darurat. 62 Bab V. Penutup 62 ii

3 PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pemanfaatan tenaga nuklir di bidang industri, medis, penelitian dan lain-lain dari hari kehari sudah sangat meluas di Indonesia dan semakin meningkat baik dari segi jumlah maupun jenis peralatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selain dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan non tenaga nuklir, pemanfaatannya akan dapat menimbulkan bahaya jika faktor keselamatan tidak diperhatikan. Demi keselamatan, keamanan, ketentraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat dan perlindungan terhadap lingkungan hidup, pemanfaatan tenaga nuklir harus dilakukan secara tepat dan hati-hati serta ditujukan untuk maksud damai dan keuntungan bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat harus lebih besar dari resiko yang ditimbulkannya. Untuk itu setiap kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir harus diatur dan diawasi dengan sangat ketat mengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya baik untuk pekerja radiasi, masyarakat maupun untuk lingkungan hidup. Pengawasan tenaga nuklir di Indonesia untuk pertama kalinya dilakukan pada Tahun 1964 dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 31 Tahun 1964 tentang Ketentuan- ketentuan Pokok Tenaga Atom. Dengan perkembangan zaman dan makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pemanfaatan tenaga nuklir, banyak ketentuan dalam Undang-undang tersebut yang sudah tidak sesuai lagi, misalnya wewenang pelaksanaan dan pengawasan atas penelitian pemanfaatan tenaga nuklir yang diberikan dalam satu badan sehingga fungsi pengawasan tidak optimal. Oleh karena itu, dipandang perlu dibuat undang undang baru tentang ketenaganukliran untuk menggantikan Undang-undang Nomor 31 Tahun Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 wewenang pelaksanaan dan pengawasan dipisahkan dalam dua lembaga yang berbeda untuk menghindari tumpang tindih kegiatan pemanfaatan dan pengawasan dan sekaligus mengoptimalkan pengawasan yang ditujukan untuk lebih meningkatkan keselamatan nuklir. Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tersebut dibentuk Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) sebagai badan pengawas dan Badan Tenaga Nuklir Nasional ( BATAN) sebagai badan pelaksana. Dalam Undang- undang Nomor 10 Tahun 1997 ditetapkan antara lain : Pasal 4 Ayat (1) menyebutkan bahwa Pemerintah membentuk Badan Pengawas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir, selanjutnya di dalam ayat (2) menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Badan Pengawas menyelenggarakan peraturan, perizinan dan inspeksi. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti mata pelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan prosedur perizinan pemanfaatan tenaga nuklir

4 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta diharapkan mampu untuk : Mengetahui sistem perizinan pemanfaatan tenaga nuklir Mengetahui persyaratan dan tata cara memperoleh izin pemanfaatan tenaga nuklir Mengetahui persyaratan mendapatkan Surat Izin Bekerja Petugas Proteksi Radiasi Mengetahui masa berlaku dan berakhirnya izin pemanfaatan tenaga nuklir BAB II. PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997, Pasal 1 ayat 4 menyebutkan definis Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, produksi, pengangkutan, penyimpanan, pengalihan, ekspor, impor, penggunaan, dekomisioning dan pengelolaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Selanjutnya Pasal 17 ayat (1) menetapkan bahwa setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin, kecuali dalam hal-hal tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Dan Pasal 17 ayat (3) menetapkan syarat-syarat dan tata cara perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. A. Tujuan dan Ruang Lingkup Izin. Tujuan utama sistem perizinan adalah : 1. Untuk mengetahui dimana saja kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan di Indonesia, agar dengan demikian kegiatan tersebut dapat diawasi dan dipantau sehingga tidak timbul dampak negatif terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. 2 Untuk mengetahui apakah pemohon izin benar-benar mampu melaksanakan dengan aman dan selamat kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang direncanakannya. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir adalah yang mengatur antara lain tentang persyaratan dan tata cara memperoleh izin, jangka waktu izin, kewajiban pemegang izin, inspeksi. Ruang lingkup perizinan pemanfaatan tenaga nuklir menurut Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 meliputi : 1. Izin pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan: Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 66

5 a. Medis /kesehatan ( diagnostik, terapi, kedokteran nuklir ) b. Industri (radiografi, gauging, logging, analisa, fluoroskopi bagasi, dll ) c. Penelitian (fisika, kimia, biologi, pertanian, hidrologi,dll). 2. Izin pembangunan dan pengoperasian instalasi antara lain : a. Irradiator; b. Akselerator; c. Radioterapi; d. Produksi radioisotop; e. Pengelolaan limbah radioaktif. 3. Izin pemanfaatan bahan nuklir. Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2000 dijelaskan : a. Setiap orang atau badan yang akan memanfaatkan tenaga nuklir wajib mendapat izin dari BAPETEN b. Izin diberikan setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. c. Pemanfaatan tenaga nuklir dengan aktivitas dan paparan radiasi sangat rendah yang tidak membahayakan masyarakat, pekerja dan lingkungan hidup, dikecualikan dari kewajiban izin d. Aktivitas dan paparan radiasi sangat rendah yang dikecualikan dari kewajiban mendapat izin diatur lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala BAPETEN 019/Ka- BAPETEN/IV 00 tentang Pengecualian dari Kewajiban Memiliki Izin Pemanfaatan Tenaga Nuklir B. Persyaratan Izin 1. Persyaratan Umum Pasal 3 PP No. 64 Tahun 2000 menetapkan bahwa persyaratan umum untuk memperoleh izin pemanfaatan tenaga nuklir adalah : a. Mempunyai izin usaha atau izin lain dari instansi yang bersangkutan ; b. Mempunyai fasilitas yang memenuhi persyaratan keselamatan ; c. Mempunyai petugas ahli yang memenuhi kualifikasi untuk pemanfaatan tenaga nuklir; d. Mempunyai peralatan teknis dan peralatan keselamatan radiasi yang diperlukan untuk pemanfaatan tenaga nuklir ; dan e. Mempunyai prosedur kerja yang aman bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 67

6 2. Persyaratan Khusus Selanjutnya Pasal 4 menetapkan disamping persyaratan umum tersebut, untuk instalasi yang mempunyai potensi dampak radiologik tinggi diperlukan yaitu : a. Menyampaikan dokumen Laporan Analisis Keselamatan (LAK); b. Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL); c. Memenuhi persyaratan konstruksi. Sedangkan persyaratan khusus untuk izin pemanfaatan bahan nuklir adalah a. mempunyai sistem pertanggungjawaban dan pengawasan bahan nuklir; b. mempunyai sistem proteksi fisik bahan nuklir. C. Tata Cara Memperoleh Izin Dalam Pasal 5 dijelaskan hal-hal sebagai berikut : 1. Permohonan izin diajukan kepada BAPETEN dengan mengisi formulir yang telah ditentukan. 2. BAPETEN melakukan penilaian terhadap permohonan izin tersebut. 3. Keputusan penilaian permohonan izin diberikan paling lama 14 (empat belas) hari setelah semua kelengkapan permohonan izin diterima dan memenuhi semua persyaratan. 4. Untuk instalasi yang mempunyai dampak radiologi tinggi, keputusan penilaian permohonan izin diberikan paling lama 60 (enam puluh) hari setelah semua kelengkapan permohonan izin diterima dan memenuhi semua persyaratan. 5. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud ayat (3) dan (4), BAPETEN belum menerbitkan keputusan, maka dianggap izin disetujui. 6. Izin sebagaimana dimaksud ayat (5) wajib diterbitkan dan mulai berlaku sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana ayat (3) dan (4). 7. Untuk memeriksa kebenaran permohonan izin, BAPETEN dapat melakukan verifikasi. D. Biaya Izin Menurut Pasal 6 tentang biaya izin ditetapkan sebagai berikut : 1. Setiap izin yang diterbitkan BAPETEN dikenakan biaya. 2. Besarnya biaya ditentukan berdasarkan tujuan pemanfaatan tenaga nuklir 3. Besarnya biaya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 68

7 Karena adanya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997, maka biaya izin ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 134 Tahun 2000 yang telah diubah dengan PP No. 48 Tahun E. Jangka Waktu Izin Dalam Pasal 7 dijelaskan tentang jangka waktu izin sebagai berikut : 1. Izin yang diterbitkan berlaku untuk jangka paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. 2. Jangka waktu izin yang diterbitkan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala BAPETEN. F. Izin Berakhir Dalam Pasal 8 dijelaskan bahwa izin yang dimiliki Pemegang Izin akan berakhir karena : 1. Jangka waktunya berakhir ; 2. Pemegang izin perorangan meninggal dunia; 3. Badan pemegang izin bubar; 4. Dicabut oleh BAPETEN. Catatan : Izin yang berakhir karena dicabut oleh BAPETEN dapat disebabkan antara lain : 1. izin sudah dibekukan karena alasan keselamatan tetapi pemegang izin tetap beroperasi ; 2. telah terjadi kecelakaan radiasi sehingga menimbulkan korban luka parah dan atau meninggal dunia ; 3. terjadinya penyimpangan dari tujuan pemanfaatan tenaga nuklir. G. Perubahan Izin Dalam Pasal 9 dijelaskan perihal perubahan data perzinan sebagai berikut : 1. Apabila terjadi perubahan data perizinan sebelum izin berakhir, pemegang izin harus segera mengajukan permohonan perubahan terhadap izin yang sudah diterbitkan. 2. Apabila perubahan menyangkut : a. Spesifikasi teknik yang mempengaruhi keselamatan, dan atau Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 69

8 b. Perubahan pemegang izin yaitu apabila terjadi pengalihan kepemilikan perusahaan atau instalasi, tidak termasuk perubahan nama pejabat dalam perusahaan atau instalasi harus diajukan sebagai permohonan izin baru. 3. Instalasi yang mengalami perubahan tersebut diatas tidak boleh dioperasikan sebelum diterbitkan izin baru Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 70

9 BAB III. PERSYARATAN PERIZINAN BERDASARKAN JENIS PEMANFAATAN Penjabaran persyaratan perizinan tergantung pada jenis pemanfaatannya, yang meliputi: A. Izin Impor Pesawat Sinar-X. 1. Permohonan izin baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani diatas meterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : a. Fotokopi izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan. Izin usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai, dengan melampirkan tentang nama dan jenis pesawat sinar-x yang akan diimpor. b. Spesifikasi teknik pesawat sinar-x dari pabrik, disertai dengan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. c. Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi yang masih berlaku d. Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. e. Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. f. Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sejumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. g. Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap petunjuk pelaksanaan kerja (Juklak) pemasangan pesawat sinar-x yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR). 2. Permohonan izin perpanjangan. Permohonan izin perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : a. Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku b. Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. c. Fotokopi sertifikat kalibrasi Surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 71

10 d. Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin e. Laporan distribusi pesawat sinar-x pertriwulan selama setahun. f. Laporan hasil pengukuran paparan radiasi dan uji fungsi pesawat sinar-x yang dipasang. B. Izin Impor Zat Radioaktif 1. Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani diatas materai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : a. Fotokopi izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan. Izin usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai, dengan melampirkan nama dan jenis radioaktif yang akan diimpor. b. Spesifikasi teknik dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan c. Surat Pernyataan Pengembalian Limbah dari pemohon disertai surat keterangan dari pemasok/pabrik bersedia menerima limbah radioaktif d. Denah tempat penyimpanan sementara zat radioaktif yang memenuhi syarat *. e. Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. f. Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. g. Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. h. Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. i. Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap petunjuk pelaksanaan kerja (Juklak) yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR). 2. Permohonan Izin Perpanjangan. Permohonan izin perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp.6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 72

11 a. Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku b. Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. c. Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. d. Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. e. Laporan distribusi zat radioaktif pertriwulan selama setahun. Catatan Setiap pemasukan zat radioaktif ke Indonesia harus mendapat persetujuan BAPETEN Untuk mendapatkan persetujuan pemasukan tersebut dokumen - dokumen yang harus dilampirkan adalah: a. Shipper s Declaration for Dangerous Goods b. Airway Bill c. Invoice. d. Packing list C. Izin Penyimpanan 1. Zat Radioaktif a. Permohonan Izin Baru Permohonan izin penyimpanan diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Denah tempat penyimpanan zat radioaktif sementara yang memenuhi syarat *. 2) Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 3) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. 4) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveyemeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis energi radiasi yang digunakan. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 73

12 5) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) Penyimpanan yang dibuat PPR. b. Permohonan Izin Perpanjangan. Permohonan perpanjangan izin Penyimpanan diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani diatas meterai Rp 6.000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan: 1) Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 2) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. 3) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveyemeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 2. Pesawat Sinar-X Izin penyimpanan diberikan apabila pesawat disimpan sementara atau rusak tetapi masih dalam perbaikan untuk dipakai lagi (untuk pesawat yang sudah rusak berat dan tidak akan dipergunakan lagi disarankan untuk dihapuskan dari data izin dengan menyampaikan bukti penghapusannya). Tata cara mengajukan izin penyimpanan pesawat sinar-x adalah dengan mengisi formulir permohonan izin penyimpanan secara lengkap dan benar yang ditandatangani diatas meterai Rp.6000,- (enam ribu rupiah). D. Crawler 1. Zat Radioaktif a. Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instasi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukan jenis kegiatan usaha yang sesuai. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 74

13 2) Spesifikasi teknik peralatan dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 3) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading, Invoice, Packing list, dan Shipper s declaration for dangerous goods. 4) Sertifikat zat radioaktif termasuk pengontrol (stopper) Crawler, yang meliputi: a) Sertifikat zat radioaktif yang berisi: (1) Uji kontaminasi (wipe test) (2) Uji kebocoran (leak test) b) Tabel peluruhan yang mencantumkan: No. seri zat radioaktif dan Aktivitas zat radioaktif 5) Surat Pernyataan Pengembalian Limbah dari pemohon disertai surat keterangan dari pemasok. 6) Rancangan tempat penyimpanan zat radioaktif yang memenuhi syarat. 7) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR), AR dan OR yang masih berlaku. Untuk PPR, AR dan OR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 8) Surat pernyataan PPR, AR dan OR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 9) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi yang digunakan. 10) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 11) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 75

14 b. Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Izin Perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR), AR dan OR yang masih berlaku. Untuk PPR, AR dan OR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 2) Surat pernyataan PPR, AR dan OR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 3) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi yang digunakan. 4) Fotokopi hasil evaluasi flm badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. 5) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN. c. Pergantian zat radioaktif Apabila zat radioaktif radiasi diganti pada saat izin dan persyaratan masih berlaku, permohonan diajukan dengan melampirkan: 1) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading, Invoice, Packing list, dan Shipper s declaration for dangerous goods. 2) Sertifikat zat radioaktif termasuk pengontrol (stopper) Crawler, yang meliputi: Sertifikat zat radioaktif yang berisi: (1) Uji kontaminasi (wipe test) (2) Uji kebocoran (leak test) 3) Tabel peluruhan yang mencantumkan: No. seri zat radioaktif dan Aktivitas zat radioaktif. 4) Keterangan/status zat radioaktif lama/yang diganti. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 76

15 2. Pesawat Sinar-X a. Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instasi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Spesifikasi teknik pesawat sinar-x dari pabrik, disertai dengan Sertifikat kesesuaian standar yang berlaku. 3) Dokumen pemasukan pesawat sinar-x yang disetujui BAPETEN yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading atau EMKL (laut), Invoice, Packing list, Shipper Declaration for Dangerous Goods. 4) Data pengontrol crawler (stopper) yang meliputi: a) Sertifikat zat radioaktif yang berisi: (1) Uji kontaminasi (wipe test) (2) Uji kebocoran (leak test) b) Tabel peluruhan yang mencantumkan: No. seri zat radioaktif, Aktivitas zat radioaktif dan Tanggal aktivitas 5) Foto copy SIB PPR, AR dan OR yang masih berlaku. Untuk PPR, AR dan OR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 6) Surat pernyataan PPR, AR dan OR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 7) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi yang digunakan. 8) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 9) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 77

16 b. Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Izin Perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi SIB PPR, AR dan OR yang masih berlaku. Untuk PPR, AR dan OR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: 2) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. 3) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. 4) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 5) Surat pernyataan PPR, AR dan OR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/ perusahaan pemohon. 6) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi yang digunakan. 7) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge yang terakhir dari P3KRBIN- BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. 8) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN. c. Pergantian Tabung Sinar-X Apabila Tabung Sinar-X diganti pada saat izin dan persyaratan masih berlaku, permohonan diajukan dengan melampirkan: 1) Spesifikasi teknik pesawat sinar-x dari pabrik, dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 2) Dokumen pemasukan pesawat sinar-x yang disetujui BAPETEN yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading atau EMKL (laut), Invoice, Packing list,shipper Declaration for Dangerous Goods. 3) Keterangan/status tabung pesawat sinar -X lama E. Fotoflourografi Fotoflourografi adalah suatu kegiatan Radiografi yang dalam pelaksanaannya tidak menggunakan film untuk menganalisa/evaluasi hasil radiografi. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 78

17 1. Zat Radioaktif a. Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin pemanfaatan secara lengkap dan benar ditandatangani diatas meterai Rp 6000,-.Dan melampirkan: 1) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instasi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Spesifikasi teknik peralatan dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 3) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading, Invoice, Packing list, Shipper s declaration for dangerous. 4) Data zat radioaktif yang meliputi: a) Sertifikat zat radioaktif yang berisi: (1) Uji kontaminasi (wipe test). (2) Uji kebocoran (leak test). b) Tabel peluruhan yang mencantumkan: Nomor seri zat radioaktif dan Aktivitas zat radioaktif. 5) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan. a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Foto copy hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 6) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 7) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN- BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 8) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 79

18 9) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi. b. Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Izin Perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan. a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Foto copy hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 2) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 3) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN- BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 4) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. 5) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN. c. Pergantian zat radioaktif Apabila zat radioaktif radiasi diganti pada saat izin dan persyaratan masih berlaku, permohonan diajukan dengan melampirkan: 1) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang meliputi: Air Way Bill (udara)/bill of lading, Invoice, Packing list, Shipper s declaration for dangerous. 2) Data zat radioaktif yang meliputi: a) Sertifikat zat radioaktif yang berisi: (1) Uji kontaminasi (wipe test). (2) Uji kebocoran (leak test). b) Tabel peluruhan yang mencantumkan: Nomor seri zat radioaktif dan Aktivitas zat radioaktif. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 80

19 3) Keterangan/status zat radioaktif lama atau yang diganti. 2. Pesawat Sinar-X a. Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: 1) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instasi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa akte pendirian perusahaan dan SIUP yang menunjukan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Spesifikasi teknis peralatan pesawat sinar-x dari pabrik 3) Dokumen pemasukan pesawat sinar-x yang meliputi: Air Way Bill/Bill of lading atau EMKL, Invoice, dan Packing list. 4) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. 5) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 6) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBIN- BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi.. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 7) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 8) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh Petugas Proteksi Radiasi. b. Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Izin Perpanjangan diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah). Dan melampirkan: Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 81

20 1) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau pemegang izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. 2) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan masih bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 3) Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 4) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge yang terakhir dari P3KRBiN-BATAN atau Instansi lain yang terakreditasi. c. Pergantian Tabung Sinar-X Apabila Tabung Sinar-X diganti pada saat izin dan persyaratan masih berlaku, permohonan diajukan dengan melampirkan: 1) Spesifikasi teknis peralatan pesawat sinar-x dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 2) Dokumen pemasukan pesawat sinar-x yang meliputi: Air Way Bill/Bill of lading atau EMKL, Invoice, dan Packing list. 3) Keterangan/status tabung pesawat sinar -X lama d. Biaya Izin Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 134 Tahun 2000 besarnya biaya izin yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1) Izin baru : Rp ( per unit per 1 tahun ) 2) Izin perpanjangan : Rp ( per unit per 1 tahun ) 3) Keterlambatan paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak izin berakhir dikenakan denda sebesar 25 % (dua puluh lima persen ) dari besarnya biaya izin. 4) Keterlambatan yang melebihi 30 ( tiga puluh ) hari kalender dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 82

21 5) Biaya izin atas perubahan data ( revisi ) yang tercantum dalam izin dikenakan biaya tambahan sebesar 25 % (dua puluh lima persen ). 3. Logging. a Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa Akte Pendirian Perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Fotokopi spesifikasi teknik peralatan dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 3) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, meliputi : Air Way Bill/Bill of Lading, Invoice, Packing List dan Shipper s declaration for dangerous goods. 4) Sertifikat Zat Radioaktif yang meliputi: a) Nomor seri zat radioaktif b) Uji kebocoran (leak test) c) Uji kontaminasi (wipe test/smear test) 5) Surat Pernyataan Pengembalian Limbah dari pemohon disertai surat keterangan dari pemasok. 6) Surat Pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 7) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Foto copy hasil evaluasi film badge dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. 8) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 83

22 9) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi, sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang dicantumkan dalam izin. 10) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh PPR. b. Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan perpanjangan izin di ajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Surat Pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 2) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. 3) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN- BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan 4) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. 5) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN c. Biaya Izin Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 134 Tahun 2000 besarnya biaya izin yang ditetapkan adalah sebagai berikut : 1) Izin baru : Rp ( per unit per 2 tahun ) 2) Izin perpanjangan : Rp ( per unit per 2 tahun ) 3) Keterlambatan paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak izin berakhir dikenakan denda sebesar 25 % (dua puluh lima persen ) dari besarnya biaya izin. 4) Keterlambatan yang melebihi 30 ( tiga puluh ) hari kalender dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 84

23 5) Biaya izin atas perubahan data ( revisi ) yang tercantum dalam izin dikenakan biaya tambahan sebesar 25 % (dua puluh lima persen ). Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 85

24 4. Gauging a. Zat Radioaktif 1) Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan: a) Fotokopi Izin Usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa Akte Pendirian Perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai. b) Fotokopi spesifikasi teknik peralatan dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. c) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, meliputi: Air Way Bill/Bill of lading, Invoice, Packing List dan Shipper s declaration for dangerous goods. d) Fotocopi Sertifikat Zat Radioaktif yang meliputi: (1) Nomor seri zat radioaktif (2) Uji kebocoran (leak test) (3) Uji kontaminasi (wipe test/smear test) e) Surat pernyataan pengembalian limbah dari pemohon dan disertai surat keterangan dari pemasok. f) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: (1) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. (2) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. (3) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. g) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau materai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. h) Fotokopi Sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 86

25 i) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi, sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. j) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat PPR. 2) Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Perpanjangan Izin diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : a) Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau materai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. b) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: (1) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. (2) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. (3) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instansi/ perusahaan terakhir sebelumnya. c) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. d) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. e) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN b. Pesawat Sinar-X 1) Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah), serta melampirkan : a) Izin Usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa Akte Pendirian Perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 87

26 b) Spesifikasi teknik pesawat sinar-x dari pabrik dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. c) Dokumen pemasukan pesawat sinar X yang disetujui BAPETEN, meliputi : Air Way Bill/Bill of lading, Invoice, dan Packing List. d) Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau materai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. e) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: (1) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. (2) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. (3) Foto copy hasil evaluasi film badge dari instasi/perusahaan terakhir sebelumnya. f) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan g) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi, sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. h) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat PPR. 2) Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Perpanjangan Izin diajukan dengan mengisi formulir permohonan izin secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : a) Surat pernyataan Petugas Proteksi Radiasi (PPR) di atas kertas segel atau materai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. b) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: (1) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. (2) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 88

27 (3) Fotokopi hasil evaluasi film badge dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. c) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. d) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. e) Tindak lanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN. 3) Biaya Izin Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 134 Tahun 2000 besarnya biaya izin yang ditetapkan adalah sebagai berikut : a) Izin baru : Rp ( per unit per 2 tahun ) b) Izin perpanjangan : Rp ( per unit per 2 tahun ) c) Keterlambatan paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak izin berakhir dikenakan denda sebesar 25 % (dua puluh lima persen ) dari besarnya biaya izin. d) Keterlambatan yang melebihi 30 ( tiga puluh ) hari kalender dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e) Biaya izin atas perubahan data ( revisi ) yang tercantum dalam izin dikenakan biaya tambahan sebesar 25 % (dua puluh lima persen ). F. Penelitian 1. Zat Radioaktif Tertutup a Permohonan Izin Baru Permohonan izin baru diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Izin Usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa Akte Pendirian Perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Spesifikasi teknik peralatan dari pabrik dan dan sertifikat yang memenuhi standar keselamatan yang ditetapkan. 3) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, meliputi: Air Way Bill/Bill of Lading, Invoice, Packing List dan Shipper s declaration for dangerous goods. 4) Fotokopi Sertifikat Zat Radioaktif yang meliputi: Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 89

28 c) Nomor seri zat radioaktif d) Uji kebocoran (leak test) e) Uji kontaminasi (wipe test/smear test) 5) Surat pernyataan pengembalian limbah dari pemohon disertai keterangan dari pemasok. 6) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Foto copy hasil evaluasi film badge/tld dari instansi/perusahaan terakhir sebelumnya. 7) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 8) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 9) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBIN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 10) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat oleh PPR. b Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan Perpanjangan Izin diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 2) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 90

29 c) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld dari instansi/ perusahaan terakhir sebelumnya. 3) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 4) Tindaklanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN. 2. Zat Radioaktif Terbuka a Permohonan Izin Baru Permohonan izin diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 1) Izin Usaha atau izin lainnya dari instansi yang bersangkutan, Izin Usaha dapat berupa Akte Pendirian Perusahaan dan SIUP yang menunjukkan jenis kegiatan usaha yang sesuai. 2) Dokumen pemasukan zat radioaktif yang disetujui BAPETEN, meliputi: Air Waybill/Bill of Lading, Invoice, Packing List dan Shipper s declaration for dangerous goods. 3) Data zat radioaktif yang meliputi : nama dan senyawanya, aktivitas, tanggal aktivitas dan jumlah pemakaian dalam satu tahun. 4) Metode pengelolaan limbah zat radioaktif cair. 5) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld dari instansi/ perusahaan terakhir sebelumnya. 6) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 7) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 91

30 8) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 9) Bukti pengesahan dari BAPETEN terhadap Petunjuk Pelaksanaan Kerja (Juklak) yang dibuat PPR. b Permohonan Izin Perpanjangan Permohonan perpanjangan izin diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas meterai Rp 6000,- (enam ribu rupiah) dengan melampirkan : 8) Surat pernyataan PPR di atas kertas segel atau meterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) bahwa yang bersangkutan bekerja pada instansi/perusahaan pemohon. 9) Fotokopi Surat Izin Bekerja (SIB) dari Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yang masih berlaku. Untuk PPR yang pindah dari instansi/perusahaan lain harus menyertakan: a) Surat keterangan berhenti bekerja dibuat Pengusaha Instalasi atau Pemegang Izin. b) Hasil pemeriksaan kesehatan, meliputi mata, darah dan kulit. c) Fotokopi hasil evaluasi film badge/tld dari instansi/ perusahaan terakhir sebelumnya. 10) Fotokopi sertifikat kalibrasi surveymeter yang masih berlaku dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi. Surveymeter yang diajukan harus sesuai dengan jenis dan energi radiasi yang digunakan. 11) Fotokopi bukti pelayanan film badge/tld badge dari P3KRBiN-BATAN atau instansi lain yang terakreditasi sesuai dengan jumlah pekerja radiasi yang akan dicantumkan dalam izin. 12) Tindaklanjut rekomendasi hasil inspeksi BAPETEN 3. Pesawat Sinar-X a Permohonan Izin Baru Permohonan izin diajukan dengan mengisi formulir secara lengkap dan benar yang ditandatangani di atas materai Rp 6000,- (enam ribu Rupiah) dengan melampirkan : Diklat Inspektur Pratama TK I-BAPETEN 92

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 12-1972 dicabut: PP 29-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 137, 2000 IPTEK.Badan.Instalasi.Perizinan.Pemanfaatan.Tenaga Nuklir.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR U M U M Pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang pesat dan secara luas di berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 10

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 10

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN UNTUK MEMPEROLEH SURAT IZIN BEKERJA BAGI PETUGAS TERTENTU DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN SUMBER RADIASI PENGION DENGAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir

Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000 Tentang : Perijinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pemanfaatan sumber

Lebih terperinci

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. No.1937, 2014 BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1550, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Radiasi. Impor. Ekspor. Pengalihan. Barang. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI YANG MEMANFAATKAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG KONSUMEN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN IMPOR, EKSPOR, DAN PENGALIHAN BARANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif Amil Mardha Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : WELL LOGGING

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : WELL LOGGING FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : WELL LOGGING Perhatian : Gunakan Software: Open Office.org untuk pengisian formulir Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : IMPOR ZAADIOAKTIF UNTUK KEPERLUAN SELAIN MEDIK Perhatian : 1. Gunakan Software: Open Office.org untuk pengisian formulir 2.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : PERUNUT

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : PERUNUT FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : PERUNUT Perhatian : Gunakan Software: Open Office.org untuk pengisian formulir Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI DOKUMEN NO : 001/RAD/IND/2009 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 2000 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 2000 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi:

Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi: Ruang Lingkup Perizinan Instalasi dan Bahan Nuklir meliputi: Izin pembangunan dan Pengoperasian termasuk dekomisioning reaktor nuklir Izin pembangunan dan Pengoperasian Instalasi Nuklir Non Reaktor Izin

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF

OLEH : Dra. Suyati INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN INSPEKSI FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF ZAT RADIOAKTIF INSPEKSI OLEH : Dra. Suyati I.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN UU No 10/97 Ps. 4 : Pemerintah membentuk Badan pengawas yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI Oleh : SUYATI PENYELENGGARAAN INSPEKSI DASAR HUKUM KEWENANGAN INSPEKSI UU NO. 10/1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN, PASAL 20 PP 33/2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 2007 LINGKUNGAN HIDUP. Tenaga Nuklir. Keselamatan. Keamanan. Pemanfaatan. Radioaktif. Radiasi Pengion.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF DAN PESAWAT SINAR-X UNTUK PERALATAN GAUGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN BAB I PENDAHULUAN Undang Undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran adalah pengganti undang undang Pokok Tenaga Atom No. 31 tahun 1964 yang mengatur

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR TAHUN. TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

DIREKTORAT PERIZINAN FASILITAS RADIASI DAN ZAT RADIOAKTIF BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR PANDUAN PENYUSUNAN PROGRAM PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM KEGIATAN GAUGING INDUSTRI BAB I PENDAHULUAN I.1. I.2. I.3. I.4. I.5. Latar Belakang Uraikan latar belakang disusunnya program proteksi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN GAUGING INDUSTRI DOKUMEN NO : 002/GAU/IND/2009 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR. Pemohon izin harap

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran,

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : EKSPOR ZAT RADIOAKTIF

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : EKSPOR ZAT RADIOAKTIF FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN : EKSPOR ZAADIOAKTIF Perhatian : Gunakan Software: Open Office.org untuk pengisian formulir Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN

KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN KETENAGANUKLIRAN I. Pendahuluan. Pada tanggal 10 April 1997 Presiden RI telah menyetujui Rancangan Undang Undang menjadi undang undang di bidang tenaga nuklir yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N

2 Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar N LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.156, 2014 KEUANGAN. PNBP. Tarif. Jenis. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5553) PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Tahun 1954 1957 : Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif: Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif dilatarbelakangi oleh adanya

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM IMPOR DAN PENGALIHAN ZAT RADIOAKTIF DAN PEMBANGKIT RADIASI PENGION DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.672, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Radiasi Proteksi. Keselamatan. Pemanfaatan. Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undangundang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014 BUKU III Biro Peraturan Perundang-undangan, Humas dan Tata Usaha Pimpinan BKPM 2015 DAFTAR ISI 1. PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1975 TENTANG IZIN PEMAKAIAN ZAT RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASI LAINNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1975 TENTANG IZIN PEMAKAIAN ZAT RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASI LAINNYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1975 TENTANG IZIN PEMAKAIAN ZAT RADIOAKTIF DAN ATAU SUMBER RADIASI LAINNYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sebagai akibat kemajuan

Lebih terperinci

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L

2 Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir tentang Keamanan Sumber Radioaktif; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.654, 2015 BAPETEN. Radioaktif. Sumber. Keamanan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1549, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. TENORM. Keselamatan Radiasi. Proteksi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PERALATAN RADIOGRAFI INDUSTRI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PERALATAN RADIOGRAFI INDUSTRI PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN PERALATAN RADIOGRAFI INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK WELL LOGGING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU YANG BEKERJA DI INSTALASI

Lebih terperinci

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 27/2002, PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF *39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 2002 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4202) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION UNTUK KEGIATAN PENGGUNAAN DALAM RADIOGRAFI INDUSTRI DOKUMEN NO : 002/RAD/IND/2013 Perhatian : Bacalah terlebih dahulu PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR.

Lebih terperinci

Peraturan Ketenaganukliran

Peraturan Ketenaganukliran Pendahuluan: Peraturan Ketenaganukliran Undang-Undang No. 31 Tahun 1964 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom: Menunjuk Badan Tenaga Atom Nasional sebagai Badan Pelaksana dan pengawas Tenaga Atom BATAN Badan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS IBN DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TAHUN 2012 -1- RANCANGAN

Lebih terperinci

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 No. 07 / Tahun IV April 2011 ISSN 1979-2409 EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010 Budi Prayitno, Suliyanto Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus.. DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus.. 06 BAB II OBJEK PENGAWASAN 07 1. Instalasi Nuklir 07 2.

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM PENYIMPANAN TECHNOLOGICALLY ENHANCED NATURALLY

Lebih terperinci

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN No DOKUMEN Dokumen Administratif 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk WNI /Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS) dan Paspor untuk WNA selaku pemohon

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.838, 2013 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Izin Bekerja. Petugas Instalasi dari Bahan Nuklir. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2013

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS DAN ATAS JENIS PENERIMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1969 TENTANG PEMAKAIAN ISOTOP RADIOAKTIF DAN RADIASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pada saat ini pembuatan isotop radioaktif telah

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia dapat dikelompokkan dalam kelompok Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif, dan kelompok Instalasi dan Bahan Nuklir. Pemanfaatan dalam bidang Fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF. 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF

JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SATUAN TARIF LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 TAHUN 2000 TANGGAL 18 DESEMBER 2000 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR JENIS

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR - 1 - SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG INSPEKTUR KESELAMATAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR KOMPETENSI INSPEKTUR BIDANG IBN Kuadran 1: Kompetensi

Lebih terperinci

PENGAWASAN UNTUK OPTIMALISASI PROTEKSI DALAM KEGIATAN RADIOGRAFI INDUSTRI

PENGAWASAN UNTUK OPTIMALISASI PROTEKSI DALAM KEGIATAN RADIOGRAFI INDUSTRI PENGAWASAN UNTUK OPTIMALISASI PROTEKSI DALAM KEGIATAN RADIOGRAFI INDUSTRI ISSN : 2355-8091 Hasnel Sofyan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional e-mail : hasnel_s@yahoo.com

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1536,2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPETEN. Pajak. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penatausahaan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang : Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya

Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang : Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang : Izin Pemakaian Zat Radioaktip Dan Atau Sumber Radiasi Lainnya Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 12 TAHUN 1975 (12/1975) Tanggal : 16 APRIL 1975

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aplikasi teknologi nuklir telah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, salah satunya dalam bidang kesehatan atau medik di bagian radiologi khususnya profesi kedokteran

Lebih terperinci