DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR ABSTRAK"

Transkripsi

1 DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR ABSTRAK Kepariwisataan di Bali khususnya, telah memberikan pengaruh nyata yang besar terhadap perekonomian regional. Sektor pariwisata akan tetap menjadi sektor terdepan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi daerah Bali di masa-masa mendatang. Untuk menyikapi hal tersebut maka Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya berupaya membenahi dan menata daya tarik wisata yang ada serta mengembangkan desa-desa yang memiliki potensi pariwisata, salah satunya adalah Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Berdasarkan kesepakatan bersama maka dibentuklah Desa Budaya Kertalangu yang diresmikan pada 22 Juni Sebagai usaha daya tarik wisata yang relatif baru, Desa Budaya Kertalangu memiliki misi konservasi, edukasi dan eksistensi budaya Bali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relatif baru di Kota Denpasar dari perspektif wisatawan yang berkunjung khususnya mengenai motivasi dan persepsi mereka. Penelitian dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, sebagai informan adalah Kepala Desa Kesiman Kertalangu, dan pengelola Desa Budaya Kertalangu beserta staf yang dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sebagai responden adalah 30 orang wisatawan asing dan nusantara, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan teknik accidental sampling. Hasil penelitian menunjukkan potensi budaya dan alamiah yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sangat besar dan masih banyak yang bisa dikembangkan. Potensi-potensi inilah sebagai motivasi yang mendorong wisatawan untuk berkunjung, dimana didominasi oleh motivasi fisik (physical motivators) yaitu sebanyak 30% responden. Sedangkan persepsi wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari variabel atraksi-atraksi, indikator yang memperoleh penilaian Sangat (SB) adalah pemandangan alam dengan skor 5,0 pertanian dengan skor 4,4 dan aktivitas masyarakat dengan skor 4,3. Ditinjau dari variabel aksesibilitas, indikator-indikator yang memperoleh penilaian (B) adalah lokasi obyek dan kondisi jalan menuju lokasi dengan skor 4,0. Berikutnya dari variabel amenitas/fasilitas-fasilitas, indikator jogging track dan kolam pancing mendapatkan penilaian persepsi Sangat (SB) dengan skor 4,6 dan 4,4. Dari variabel terakhir organisasi kepariwisataan/ pengelola, indikator yang memperoleh penilaian persepsi baik (B) yaitu keamanan dengan skor 4,0.

2 Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata secara keseluruhan mendapat penilaian persepsi yang baik, namun perlu segera ditindaklanjuti indikator-indikator yang dinilai buruk oleh para responden agar dapat meningkatkan penilaian persepsi dari para pengunjung serta dapat memberikan pengalaman wisata yang lebih berkesan. Kata kunci: Potensi, Motivasi, Persepsi, Usaha Daya Tarik Wisata.

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, kepariwisataan di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi; meningkatkan kesejahteraan rakyat; menghapus kemiskinan; mengatasi pengangguran; melestarikan alam, lingkungan dan sumber daya; memajukan kebudayaan; mengangkat citra bangsa; memupuk rasa cinta tanah air; memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan mempererat persahabatan antar bangsa. Dengan demikian, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerjasama antar negara, pemberdayaan usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya (penjelasan UU No. 10 tahun 2009). Kepariwisataan di Bali khususnya telah memberikan pengaruh nyata yang besar terhadap perekonomian regional. Hal ini diperkuat oleh kajian tim konsultan dari Bali. Management Project and Comprehensive Tourism Development Plan for Bali, (Erawan, 1993: 12) menyimpulkan bahwa pariwisata telah menjadi generator bagi pembangunan Bali, paling tidak dalam dua dasa warsa terakhir. Lebih lanjut dikatakan bahwa sektor pariwisata akan tetap menjadi sektor terdepan (leading sector) dalam pembangunan ekonomi daerah Bali di masa-masa mendatang. Berdasarkan data Disparda Propinsi Bali tahun 2010, kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali mengalami fluktuasi, khususnya dalam 6 tahun terakhir dimana perkembangan kepariwisataan di Bali mengalami tahun-tahun yang sulit diakibatkan berbagai faktor eksternal maupun internal. Tahun 2004 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali adalah orang atau meningkat sebanyak 46,85 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar orang. Sedangkan tahun 2005, pariwisata Bali kembali dilanda bom 1 Oktober 2005 yang mengakibatkan jumlah kunjungan turun 4,93 % yaitu menjadi orang. Dampak bom di tahun 2005 masih berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisman ke Bali di tahun 2006 yang mengakibatkan penurunan lagi sebesar 9,10 % menjadi sebanyak orang. Tanda ke arah pemulihan mulai terlihat di tahun 2007, ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Bali sebesar 31,10 % yaitu sebanyak orang. Begitu juga di tahun 2008 menunjukkan pertumbuhan yang sangat progresif yaitu sebesar orang atau meningkat sebesar 18,26 %. Selanjutnya di tahun

4 2009 data menunjukkan peningkatan kembali sebesar 13,26% dengan jumlah kunjungan wisman orang. Peningkatan kunjungan wisman tersebut kembali berlanjut pada tahun 2010 dengan jumlah kunjungan sebanyak orang atau meningkat sebesar 11,80%. Data historis menunjukkan bahwa tahun 2010 merupakan pencapaian jumlah kunjungan wisman terbanyak untuk Bali dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk menyikapi hal tersebut maka Pemerintah Propinsi Bali melalui Dinas Pariwisata dan instansi terkait lainnya berupaya membenahi dan menata obyek-obyek dan daya tarik wisata yang ada serta mengembangkan desa-desa yang memiliki potensi pariwisata di seluruh kabupaten di Bali. Agar keberlangsungan pariwisata di Bali tetap terjaga, seluruh komponen pendukung dan pemangku kebijakan pariwisata diharapkan tetap menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan alam dan budaya sebagai modal dasar pariwisata Bali, sebagaimana telah ditetapkan dalam Perda No 3 tahun 1991 tentang pariwisata budaya yang diterapkan di Bali. Salah satu desa di Bali yang mengalami pengembangan untuk menjadi daya tarik wisata tersebut adalah Desa Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Berawal dari pertemuan intensif para tokoh masyarakat, kelian banjar adat, pemilik tanah, organisasi subak, beserta segenap aparat desa, dengan agenda pembahasan: bagaimana mempertahankan kawasan jalur hijau Desa Kesiman Kertalangu agar tetap hijau, namun memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar, maka lahirlah gagasan untuk mengembangkan kawasan menjadi obyek wisata baru, dengan nama: Desa Budaya Kertalangu ( diakses tanggal 10 Januari 2011). Kawasan Desa Budaya Kertalangu berada di tengah lahan persawahan seluas 80 hektar yang terletak di kecamatan Denpasar Timur ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diresmikan pada tanggal 22 Juni 2007 lalu. Saat ini Desa Budaya Kertalangu dikelola oleh pihak swasta yaitu PT.Uber Sari yang bekerjasama dengan desa dinas dan desa adat setempat. Ketersediaan tempat rekreasi, apalagi dikelola swasta, biasanya tidak gratis meski sekadar berkunjung. Dari setiap pengunjung biasanya dipungut biaya karcis masuk. Namun, berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu hingga sejauh ini justru gratis. Mengenai biaya pemeliharaan dan biaya operasional lainnya, pihak manajemen mengakui estimasi awal segala produk dari Kertalangu akan langsung laku hingga mancanegara, termasuk bisa cepat mendapatkan donatur yang peduli terhadap pelestarian budaya pertanian Bali. Namun, dalam perjalanannya ternyata belum membuahkan hasil seperti diharapkan (Kompas online edisi 6 Juni 2008, diakses tanggal 31 September 2009). Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, produk Desa Budaya Kertalangu hingga saat ini masih menjadi kendala. Banyak atraksi dan fasilitas wisata yang ditujukan untuk pengunjung kondisinya saat ini kurang baik, seperti lintasan lari (jogging track) yang sudah banyak berlubang di beberapa tempat, kondisi venue yang kurang terawat, sampah-sampah plastik yang banyak berserakan di sekitar parit dan kolam pancing, papan nama

5 yang kurang terawat, papan pengumuman shuttle bus yang sudah rusak, kondisi taman yang kurang tertata, hingga keberadaan toilet di pinggir lintasan lari (jogging track) yang kondisinya cukup memprihatinkan karena tidak terurus dan bahkan telah ditumbuhi tanaman liar. Kendala produk Desa Budaya Kertalangu ini memerlukan penanganan lebih lanjut, dimana seharusnya produk wisata dipersepsikan dengan baik oleh wisatawan, karena berkaitan dengan kesan yang didapatkan selama berada di daerah tujuan wisata. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwantoro (1997: 48) yang menyatakan bahwa citra wisata dan kesan (image) perjalanan seorang wisatawan di suatu daerah pada hakikatnya tergantung pada produk wisata yang tersedia. Untuk itu dipandang perlu melakukan suatu kajian mengenai persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relatif baru di Kota Denpasar 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang, maka perumusan masalah sebagai dasar pengembangan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa potensi yang dimiliki oleh Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar? 2. Apa motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu pilihan usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar? 3. Bagaimana persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis keberadaan Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relatif baru di Kota Denpasar dari perspektif wisatawan yang berkunjung Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui potensi Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar.

6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, antara lain: 1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pelaku pariwisata dan pemangku kepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat dalam mengambil kebijakan yang dianggap perlu untuk mengoptimalkan produk Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. 2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber referensi ilmu pengetahuan, khususnya menyangkut produk desa budaya untuk menunjang kegiatan pariwisata di Bali.

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam sub bab ini diuraikan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, khususnya tentang persepsi wisatawan. Untuk lebih jelasnya akan dipaparkan penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian ini. penelitian Kanca (2009) tentang Persepsi Wisatawan Mancanegara Terhadap Pelayanan Informasi Pada Tourist Information Center Dinas Pariwisata Kota Denpasar, menyatakan bahwa dari hasil penelitian terhadap 85 sampel wisatawan mancanegara didapatkan persepsi wisatawan mancanegara terhadap pelayanan informasi pada TIC Dinas Pariwisata Kota Denpasar umumnya sudah memuaskan walaupun masih ada beberapa kendala seperti kendala bahasa, koordinasi antar dinas terkait belum begitu baik, serta pihak swasta yang berkompeten dalam bidang pariwisata belum berkoordinasi secara maksimal. Untuk itu pihak Dinas Pariwisata Kota Denpasar telah berupaya mencari jalan keluar yang sebaik-baiknya untuk mengatasi permasalahan yang telah disebutkan di atas. 2.2 Konsep Agar tidak terjadi salah tafsir dalam penelitian ini, dipandang perlu menjelaskan batasan pengertian judul dengan mengedepankan beberapa istilah yang bersifat operasional. Sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian ini sangat diperlukan sebagai sumber kritik agar nilai keilmuan penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan (credible) serta dapat diterima dan pantas (acceptable) sebagai karya ilmiah. Beberapa sumber kepustakaan yang relevan adalah sebagai berikut: Potensi Wisata Menurut Darmadjati (2001:128) mengemukakan bahwa yang dimaksud potensi wisata adalah segala hal dan keadaan baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan, faktor dan unsur yang diperlukan atau menentukan bagi usaha dan pengembangan kepariwisataan, baik itu berupa suasana, kejadian, benda maupun layanan atau jasa- jasa.

8 2.2.2 Produk Wisata Burkart dan Medlik (1976: 46) memberikan rumusan tourist product sebagai berikut; In the narrow sense the tourist product consists of what the tourist buys. In a wider sense the tourist product is an amalgam of what he does at the destination and of services he uses to make it possible. Therefore, each destination has a particular product or products to offer Dikatakannya produk wisata dalam arti sempit meliputi apapun yang dibeli oleh wisatawan. Dalam arti luas, produk wisata adalah sebuah amalgam dari apa yang wisatawan lakukan di destinasi dan pelayanan yang digunakannya untuk membuatnya menjadi memungkinkan. Untuk itu, setiap destinasi memiliki sebuah produk khusus atau produk-produk yang ditawarkan. Jadi pada hakikatnya produk wisata dapat kita gambarkan sebagai suatu rangkaian jasa pelayanan dan produk yang sifatnya nyata maupun tidak nyata yang dapat dinikmati oleh wisatawan di destinasi wisata sebagai satu komponen yang mampu memberikan pengalaman bagi wisatawan tersebut serta memerlukan penilaian dari wisatawan sebagai konsumen yang terlibat di dalamnya DesaWisata (Wisata Pedesaan) Muljadi (2009: 27), menjelaskan desa wisata sebagai suatu produk wisata yang melibatkan anggota masyarakat desa dengan segala perangkat yang dimilikinya. Desa wisata tidak hanya berpengaruh pada ekonominya, tetapi juga sekaligus dapat melestarikan lingkungan alam dan sosial budaya masyarakat terutama berkaitan dengan nilai-nilai kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, dan lain-lain. Dengan demikian, kelestarian alam dan sosial budaya masyarakat akan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang melakukan perjalanan wisata. Adapun Desa Budaya Kertalangu adalah merupakan salah satu bentuk penerapan dari konsep desa wisata, dimana penekanannya adalah pada pengenalan seni budaya sesuai dengan misi yang dibawa yaitu konservasi, edukasi dan eksistensi budaya Bali di tengah kawasan perkotaan. Istilah Desa Budaya yang dipergunakan bukan merupakan suatu konsep desa dalam arti sesungguhnya, melainkan merupakan sebuah brand yang digunakan sebagai nama pengenal dalam tujuan menjadi suatu usaha daya tarik wisata Usaha Daya Tarik Wisata Ismayanti (2009: 147) memaparkan bahwa daya tarik wisata merupakan fokus utama penggerak pariwisata di sebuah destinasi. Dalam arti, daya tarik wisata

9 sebagai penggerak utama yang memotivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Pengusahaan daya tarik wisata memiliki beberapa tujuan diantaranya; (a) memperoleh keuntungan baik dari segi ekonomi berupa devisa negara dan pertumbuhan ekonomi serta dari segi sosial berupa peningkatan kesejahteraan rakyat dan menghapuskan pemiskinan, (b) menghapuskan kemiskinan dengan pembukaan lapangan pekerjaan dan mengatasi pengangguran, (c) memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat, sekaligus mengangkat citra bangsa dan memperkukuh jati diri bangsa, memupuk rasa cinta tanah air melalui pengusahaan daya tarik dalam negeri, (d) melestarikan alam, lingkungan dan sumberdaya, sekaligus memajukan kebudayaan melalui pemasaran pariwisata, (e) mempererat persahabatan antar bangsa dengan memahamami nilai agama, adat istiadat dan kehidupan masyarakat. 2.3 Landasan Teori Penelitian ini menggunakan beberapa teori-teori yang relevan dalam menganalisis persepsi wisatawan terhadap Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, adapun teori-teori yang digunakan adalah teori persepsi, teori motivasi dan teori the tourist qualities of a destination Teori Motivasi Kabanoff dan Ryan dalam Williams (2003: 13), motivasi orang melakukan perjalanan ke suatu destinasi untuk liburan adalah; (a) keinginan untuk menghindar dari rutinitas, (b) mencari manfaat relaksasi dan kesehatan (penyembuhan), (c) rangsangan mental/ rasa enjoy, (d) menguatkan ikatan keluarga, (e) prestise/ status, (f) interaksi sosial, (g) kesempatan mendapat pengetahuan (educational), (h) memperoleh tantangan baru. Teori motivasi ini digunakan untuk menjawab pokok permasalahan mengenai motivasi wisatawan untuk memilih mengunjungi Desa Budaya Kertalangu sebagai daya tarik wisata Teori Persepsi konsep persepsi dapat diartikan sebagai proses individu untuk menginterpretasikan stimulus yang diterima oleh indera untuk diberi makna atau arti secara subyektif dimana proses ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri dan dari luar individu tersebut.

10 2.4 Model Penelitian Untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu kerangka konsep berpikir atau model penelitian. Penelitian ini diawali dengan pariwisata Bali yang mengalami fluktuasi karena berbagai peristiwa dan faktor internal maupun eksternal. Pemerintah terus berusaha menggiatkan kegiatan pariwisata hingga menyentuh desa-desa adat di Bali, salah satunya adalah Desa Adat Kertalangu yang terletak di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar dengan nama Desa Budaya Kertalangu. dalam perjalanannya ternyata belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Produk Desa Budaya Kertalangu hingga saat ini masih menjadi kendala. Banyak atraksi-atraksi dan fasilitas wisata yang ditujukan untuk wisatawan kondisinya saat ini kurang baik dan kurang terawat. Untuk menjawab permasalahan diatas, digunakan teori persepsi, teori motivasi dan teori The Tourist Qualities of a Destination. Penentuan sampel penelitian sebagai responden, dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu penentuan responden secara sengaja yang benar-benar memiliki kompetensi dan kaitan dalam penelitian ini. Sedangkan untuk responden wisatawan, digunakan metode accidental sampling, yaitu teknik atau metode penarikan sampel secara kebetulan. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi dan saran untuk menangani permasalahan yang ada, serta dapat mendukung pengembangan produk wisata Desa Budaya Kertalangu di masa yang akan datang. Berdasarkan model penelitian diatas maka digambarkan pada Gambar 2.1:

11 Pariwisata Bali Desa Budaya Kertalangu Produk Desa Budaya Kertalangu Potensi Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar. Motivasi wisatawan yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu. Teori : Konsep : 1. Teori Persepsi 2. Teori Motivasi 1. Potensi Wisata 2. Produk Wisata Hasil Pembahasan Rekomendasi dan saran-saran Gambar 2.1 Model Penelitian Desa Budaya Kertalangu Sebagai Usaha Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar.

12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan dukungan data kualitatif dan kuantitatif karena dalam menentukan nilai persepsi, ukuran persepsi dari responden diukur melalui Skala Likert. Skala ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif, untuk menunjukkan tingkat penilaian terhadap pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya unsur penilaian tersebut diberikan ranking untuk masing-masing variabel persepsi. Penyajian hasil analisis data dapat dilakukan baik secara formal (dalam bentuk tabel) maupun informal (dalam bentuk naratif). 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Desa Budaya Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar. Kawasan Desa Budaya Kertalangu berada di tengah lahan persawahan seluas 80 hektar yang terletak di kecamatan Denpasar Timur ini mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diresmikan pada Juni 2007 lalu. Pemilihan kawasan ini sebagai lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yang didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut; (1). Diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata yang relative baru di Kota Denpasar, (2). Adanya permasalahan yang menarik untuk dianalisis mengenai motivasi dan persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai sebuah usaha daya tarik wisata yang masih relatif baru di Kota Denpasar, (3). Belum pernah ada penelitian serupa oleh peneliti sebelumnya di Desa Budaya Kertalangu.

13 Gambar 3.1: Peta Lokasi Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif, a. Data kuantitatif, yaitu data yang dinyatakan bentuk numerik atau angka, misalnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali tahun ( ), data persepsi wisatawan, dan data lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. b. Data kualitatif, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk keteranganketerangan dan uraian-uraian baik dari pihak pengelola Desa Budaya Kertalangu, wisatawan yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini dan data lainnya.

14 Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu: a. Data primer, yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber- sumber utama yang dijadikan responden dalam penelitian ini, seperti data persepsi wisatawan maupun hasil wawancara secara langsung. b. Data sekunder, yaitu sumber data yang tidak diperoleh secara langsung melainkan bersumber dari data-data pendukung hasil publikasi, jurnal atau penelitian dari berbagai pihak, seperti data jumlah kunjungan wisatawan ke Bali dari Dinas Pariwisata Provinsi Bali dan lainnya. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian untuk mengetahui secara jelas aktivitas, perilaku, lingkungan dan gambaran umum lokasi penelitian. 2. Penyebaran angket, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan kuisioner kepada responden dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner terstruktur. 3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dengan informan kunci, pihak-pihak yang berkompeten, dan responden lainnya secara terstruktur. 4. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri dokumen-dokumen terkait yang berhubungan dengan penelitian seperti makalah, brosur tentang Desa Budaya Kertalangu, publikasi lewat media cetak dan lainnya.

15 3.5 Teknik Pengambilan Sampel Populasi yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan baik nusantara maupun asing yang berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu selama proses penelitian ini. Populasi tersebut memiliki karakteristik heterogen yang diambil dari pengunjung yang secara kebetulan mengunjungi Desa Budaya Kertalangu, dan sudah dapat dianggap mewakili populasi dari karakteristiknya masing-masing. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan dengan 2 cara yaitu: a. Accidental Sampling Yaitu teknik pengambilan sampel secara tidak sengaja/ kebetulan dengan cara memberikan kuisioner (daftar pertanyaan) kepada wisatawan sebagai responden yang secara kebetulan berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu. Menurut Harini dan Kusumawati (2007: 100), sebenarnya tidak ada aturan yang tegas mengenai berapa besarnya anggota sampel yang disyaratkan suatu penelitian. Demikian pula batasannya bahwa sampel itu besar atau kecil. Mutu suatu penelitian tidaklah ditentukan oleh besarnya anggota sampel yang digunakan, sesungguhnya tidak ada anggota sampel yang 100 persen representative, kecuali anggota sampelnya sama dengan anggota populasinya (total sampling). Dengan pertimbangan keterbatasan waktu, biaya dan tingkat kesulitan pencarian responden, maka penelitian ini menggunakan jumlah sampel sebanyak 30 orang yang dipandang cukup representatif untuk penelitian kualitatif. Jadi jumlah wisatawan yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang meliputi wisatawan nusantara dan asing yang dipilih secara aksidental. b. Purposive Sampling Yaitu teknik pengambilan sampel yang secara sengaja dilakukan dengan penentuan sampel para informan kunci atau responden yang ahli dan sangat berkaitan dengan penelitian ini, antara lain wawancara dengan Kepala Desa/ Lurah Kertalangu, pimpinan PT.Uber Sari selaku pengelola kawasan Desa Budaya Kertalangu, tokoh masyarakat setempat dan responden utama lainnya.

16 3.6 Identifikasi Variabel Untuk dapat menjawab pokok permasalahan tentang motivasi wisatawan menggunakan teori motivasi dari Mc. Intosh (1977) dan Murphy (1985, cf. Sharpley, 1994) dalam Pitana dan Gayatri (2005: 58), serta untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, maka variabel-variabel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini diambil dari persepsi wisatawan terhadap produk wisata yang merupakan implementasi dari teori The Tourist Qualities of a Destination oleh Burkart dan Medlik (1976: 44), mengenai pembagian motivasi dan persepsi dibagi menjadi empat kelompok yang dapat diuraikan dalam Tabel 3.1: Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Indikatornya Variabel Motivasi Indikator Variabel Persepsi Indikator Motivasi fisik (Physical Motivators) 1. Relaksasi 2. Kesehatan 3. Kenyamanan 4. Berpartisipasi dalam kegiatan olahraga 5. Bersantai Atraksi-atraksi (Attractions) 1. Pertanian. 2. Keunikan arsitektur. 3. Lanskap/ pemandangan alam. 4. Pertunjukkan kesenian. 5. Acara-acara hiburan. 6. Fotografi. 7. Pony ride 8. Taman anggrek. 9. Mempelajari budaya tradisional bali (paket budaya dan edukasi). 10. Workshop demonstration. 11. Aktivitas budaya masyarakat setempat. Motivasi Kebudayaan (Cultural Motivators) 1. Keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Aksesibilitas (Accessibility) 1. Lokasi yang strategis. 2. Jarak tempuh dari bandara. 3. Kondisi jalan menuju lokasi. 4. Transportasi menuju lokasi. Motivasi Pribadi (Interpersonal Motivators) 1. Mengunjungi teman dan keluarga. 2. Bertemu dengan orang-orang baru/ interaksi sosial. 3. Melakukan pelarian dari situasi yang membosankan. Fasilitas-fasilitas/ Kelengkapan Sarana (Amenities) 1. Jogging track. 2. Venue 3. Salon & Spa 4. Kolam pancing. 5. Pasar oleh-oleh. 6. Fasilitas Outbound. 7. Pesraman Budaya Bali. 8. Warung Telaga. 9. Bale bengong. 10. Toilet. 11. Parkir.

17 Motivasi Status dan Prestise (Status and Prestige Motivators) 1. Kegiatan bisnis. 2. Pemenuhan hobi. 3. Pendidikan. 4. Prestise. 5. Memperoleh tantangan baru. Sumber : Hasil pengolahan data Organisasi Kepariwistaan/ Pengelola (Tourist Organization) 1. Promosi. 2. Kebersihan. 3. Keamanan. 4. Informasi untuk wisatawan. 5. Pelayanan staff 3.7 Analisis Data Penelitian ini menganalisis persepsi wisatawan terhadap Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan konversi data melalui Skala likert. Sugiono (1997: 73) mengemukakan bahwa Skala Likert merupakan skala pengukuran yang diberikan pembobotan secara gradasi dari nilai yang positif hingga negatif. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi sekumpulan atau seseorang tentang fenomena sosial yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut: Sangat / Very Good = 5 / Good = 4 Cukup/ Fair = 3 Buruk/ Poor = 2 Sangat Buruk/ Very Poor = 1 Dalam mengklasifikasikan dan membantu interpretasi hasil penelitian, maka digunakan Skala Likert yang dapat dilihat pada Tabel 3.2. Dimana nilai interval kelas diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

18 I = Skor Tertinggi- Skor Terendah I = I = 4 = 0,8 5 Jumlah Kelas Nilai rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan akan dikonfirmasikan oleh Tabel 3.2 sehingga dapat diklasifikasikan pada suatu kategori persepsi. Tabel 3.2 Skala Likert No. Skala Persepsi Wisatawan Persepsi Skor Rentang 1. Sangat 5 4,2 < 5, ,4 < 4,2 3. Cukup 3 2,6 < 3,4 4. Buruk 2 1,8 < 2,6 5. Sangat Buruk 1 1,0 < 1,8 Sumber: Hasil Modifikasi Skala Likert

19 3.8 Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan secara formal (dalam bentuk tabel) dan secara informal (dalam bentuk naratif). Hasil analisis mengenai persepsi wisatawan terhadap produk Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar disajikan dalam bentuk tabel yang didukung oleh penjelasan-penjelasan secara formal dan informal.

20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi dan Obyek Penelitian Kondisi Geografis Desa Kesiman Kertalangu Desa Kesiman Kertalangu terletak ± 15 km ke arah timur dari jantung Kota Denpasar. Desa Kesiman Kertalangu berada dalam posisi yang sangat strategis, karena terletak diantara pusat pariwisata Sanur dengan Kabupatan Gianyar, dan berada pada jalur transportasi ekonomi produktif (Jalan By Pass Ngurah Rai), dengan batas wilayah di sebelah utara Desa Penatih Dangin Puri, di sebelah selatan Samudra Indonesia, di sebelah timur Kabupaten Gianyar, dan di sebelah barat Desa Kesiman Petilan. Desa Kesiman Kertalangu merupakan bagian dari wilayah Kota Denpasar yang terletak di antara Lintang Selatan dan Bujur Timur. Ditinjau dari topografi keadaan medan Desa Kesiman Kertalangu merupakan wilayah dataran rendah yang mempunyai ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut, dengan temperatur suhu udara rata-rata 32 C, dengan curah hujan berkisar antara 1430 mm per tahun, serta mengalami dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau (Profil Desa Kesiman Kertalangu, 2007). Desa Kesiman Kertalangu adalah merupakan desa yang paling selatan di wilayah Kecamatan Denpasar Timur, yang diapit oleh dua sungai besar yaitu: Sungai Ayung dan Sungai Palirang. Pada desa ini juga terdapat/ dialiri oleh sungai kecil yaitu sungai (Telabah). Jadi desa ini juga merupakan daerah pinggiran pantai (Pantai Biaung) yang merupakan muara dari aliran sungai yang ada dan membawa arti penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat petani. Irigasi untuk lahan pertanian di wilayah ini dikelola oleh subak yaitu Subak Padanggalak (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011). Luas wilayah Desa Kesiman Kertalangu adalah 405 hektar, dengan komposisi pemanfaatan lahan untuk sawah irigasi ½ teknis 112 hektar, tanah sawah untuk pengembangan Desa Budaya Kertalangu seluas 80 hektar, tanah kering tegal/ ladang 20 hektar, pemukiman penduduk 230, 84 hektar, tanah fasilitas umum dalam bentuk lapangan seluas 3 hektar, perkantoran pemerintah 3 hektar, dan lainnya 1 hektar (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011).

21 4.1.2 Kondisi Demografis Desa Kesiman Kertalangu Jumlah penduduk Desa Kesiman Kertalangu pada tahun 2010 tercatat sebanyak orang, bila dilihat dari komposisi jenis kelamin jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak orang, dan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak orang. Sedangkan ditinjau dari komposisi jumlah penduduk usia produktif yaitu yang berumur 15 sampai 54 tahun terdapat sebanyak orang, yang terdiri dari orang berjenis kelamin laki-laki, dan orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk usia non produktif yang terdapat di Desa Kesiman Kertalangu berumur 55 sampai 59 tahun dan 0 sampai 14 tahun adalah sebanyak orang, yang terdiri dari penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak orang, dan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak orang. Desa Kesiman Kertalangu tergolong cukup padat, hal ini ditinjau dari pengamatan tingkat kepadatan penduduk dimana pada tahun 2010 jumlah penduduk sebesar orang serta luas lahan/ wilayah seluas 405 hektar, maka tingkat kepadatannya adalah sebesar 26, 83 % (Pendataan Potensi Desa Wisata, 2011). Dari segi ekonomi, mata pencaharian masyarakat Desa Kesiman Kertalangu cukup bervariasi, antara lain sebagai petani sebanyak 247 orang, serta sebagai buruh tani sebanyak 165 orang. Masyarakat yang memiliki mata pencaharian sebagai buruh/ swasta/ pariwisata sebanyak orang, dan sebagai Pegawai Negeri Sipil sebanyak orang. Mata pencaharian yang lain adalah pengrajin sebanyak 89 orang, pedagang sebanyak 721 orang, peternak sebanyak 78 orang, montir sebanyak 86 orang, dan dokter sebanyak 54 orang. Sedangkan mata pencaharian sebagai nelayan kurang diminati warga sehingga tidak ada yang bermata pencaharian ini di Desa Kesiman Kertalangu. Adapun keterangan lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

22 Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Desa Kesiman Kertalangu Menurut Mata Pencaharian No. Penduduk Menurut Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Petani 247 0, Buruh tani 165 0, Buruh/ swasta/ pariwisata ,39 4. Pegawai Negeri Sipil ,17 5. Pengrajin 89 0, Pedagang 721 0, Peternak 78 0, Montir Dokter 54 0, Nelayan 0 0 Sumber : Pendataan Potensi Desa Wisata, Sejarah Berdirinya Usaha Daya Tarik Wisata Desa Budaya Kertalangu Usaha daya tarik wisata Desa Budaya Kertalangu berdiri di kawasan seluas 80 hektar yang termasuk dalam wilayah administratif Desa Kesiman Kertalangu. Sejarah berdirinya Desa Budaya Kertalangu seperti telah dipaparkan pada Bab 1, tidak lepas dari peranan para tokoh masyarakat Desa Kesiman Kertalangu yang mencetuskan gagasan pembentukan usaha daya tarik wisata ini. Berawal dari pertemuan intensif para tokoh masyarakat, kelian banjar adat, pemilik tanah, organisasi subak, beserta segenap aparat desa, dengan agenda pembahasan: bagaimana mempertahankan kawasan jalur hijau Desa Kesiman Kertalangu agar tetap hijau, namun memiliki nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar, maka lahirlah gagasan untuk mengembangkan kawasan menjadi usaha daya tarik wisata baru, dengan nama: Desa Budaya Kertalangu ( diakses tanggal 10 Januari 2011).

23 Pendirian Desa Budaya Kertalangu mengalami proses perijinan yang cukup panjang dimulai dari permohonan rekomendasi pembuatan jogging track (lintasan lari santai) kepada Bapak Walikota Denpasar saat itu yaitu Bapak A.A Puspayoga, dan permohonan tersebut disetujui dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Denpasar dengan nomor SK.503/10272/TKB tertanggal 10 Oktober Hingga diresmikan menjadi usaha daya tarik wisata seperti saat ini pada tanggal 22 Juni 2007 langsung oleh Walikota Denpasar Bapak A.A Puspayoga. Penetapan Desa Kesiman Kertalangu Kecamatan Denpasar Timur sebagai desa budaya dikukuhkan dengan penerbitan Surat Keputusan Walikota Denpasar Nomor 25 Tahun Dalam surat keputusan tersebut menyebutkan mengenai pengembangan Desa Kertalangu sebagai desa budaya terdiri dari penyiapan sarana jalan setapak sebagai jogging track; program pertanian sebagai atraksi wisata; penyediaan tempat wisata budaya dan pentas seni tradisional; sentra industri kerajinan rakyat; sarana kolam pancing dan pembibitan ikan (Mina Padi); program wisata kuliner dan masakan desa; dan fasilitas lain sebagai pendukung desa budaya. Selanjutnya mengenai persyaratan teknis pengembangan Desa Budaya Kertalangu ditetapkan perbandingan antara kawasan terbangun dengan ruang terbuka hijau diijinkan sebesar 10% dari luas areal yang dikembangkan yaitu seluas 80 hektar. Sedangkan mengenai persyaratan teknis bangunan penunjang kawasan dapat dibangun dengan memperhatikan ketentuan teknis yang berlaku, tidak bertingkat serta tetap mencerminkan arsitektur tradisional Bali, dan untuk bangunan penunjang wisata jogging track dapat dibangun bangunan tempat berteduh pada tempat-tempat tertentu dengan ukuran 2 x 2 meter tanpa dinding. Mengenai daya tarik pertanian pada Desa Budaya Kertalangu, dalam surat keputusan walikota tersebut juga ditegaskan untuk tetap mempertahankan sistem Subak sebagai pola pengairan tradisional Bali. Dari segi operasionalnya, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Kesiman Kertalangu Ida Bagus Bima Putra, saat ini Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik di Kota Denpasar secara keseluruhan berada dalam pengawasan tiga komponen utama, yaitu pihak masyarakat Desa Kesiman Kertalangu, Pemerintah Kota Denpasar, dan investor yang menanamkan modal dan membangun usaha di dalam kawasan Desa Budaya Kertalangu. Namun dari segi

24 teknis pelaksanaan operasionalnya, pihak Desa Kesiman Kertalangu menyerahkan kepada investor dalam hal ini PT.Uber Sari beserta koleganya yaitu PT. Bali Multi Wisata untuk mengelola kawasan Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata. Sedangkan mengenai putusan apa pun yang menyangkut masalah pembangunan atau pengembangan kawasan haruslah seijin dari masyarakat Desa Kesiman Kertalangu sebagai pemilik lahan dan seijin Pemerintah Kota Denpasar sebagai penentu kebijakan yang berwenang. Mengenai kepemilikan lahan sawah yang digunakan sebagai kawasan Desa Budaya Kertalangu adalah lahan milik masyarakat Desa Kesiman Kertalangu yang diikat dengan perjanjian sewa menyewa dengan PT.Uber Sari selaku pengelola kawasan. Adapun perjanjian yang disepakati adalah pengikatan sewa menyewa untuk jangka waktu yang bervariasi antara 5 sampai 30 tahun. Perolehan pendapatan yang didapat dari operasional Desa Budaya Kertalangu sebagai usaha daya tarik wisata disepakati sebanyak 5% diterima oleh Desa Kesiman Kertalangu, sedangkan sisanya dipergunakan untuk biaya operasional dan lain-lain. 4.2 Karakteristik Responden Responden yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu selama durasi penelitian yaitu bulan Oktober Sampel penelitian ditentukan dengan metode accidental sampling, dan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang. Adapun karakteristik wisatawan tersebut akan dipaparkan berdasarkan jenis kelamin, daerah asal, tingkat usia, pekerjaan, lama tinggal, frekuensi kunjungan, dan lokasi tinggal selama berada di Bali Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa jumlah wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu yang berjenis kelamin perempuan lebih dominan, yaitu sebanyak 18 orang (60%). Sedangkan wisatawan yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 orang (40%). Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang

25 mengunjungi Desa Budaya Kertalangu dari jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 arakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) Perempuan Laki-laki Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian Daerah Asal Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu berasal dari berbagai daerah, yaitu; Denpasar sebanyak 10 orang (33,3%), Surabaya sebanyak 3 orang (10%), Surakarta sebanyak 2 orang (6,7%), Jakarta sebanyak 2 orang (6,7%), Malang sebanyak 3 orang (10%), Bandung sebanyak 3 orang (10%), Gianyar sebanyak 2 orang (6,6%), Perancis sebanyak 1 orang (3,3%), Belanda sebanyak 2 orang (6,7%), Jerman sebanyak 2 orang (6,7%). Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal Daerah Asal Jumlah Responden Persentase Denpasar (Orang) 10 (%) 33,3 Surabaya 3 10 Surakarta 2 6,7 Jakarta 2 6,7 Malang 3 10 Bandung 3 10 Gianyar 2 6,6 Perancis 1 3,3 Belanda 2 6,7 Jerman 2 6,7 Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian 2011

26 4.2.3 Tingkat Usia Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa bila ditinjau dari tingkat usia wisatawan diperoleh hasil wisatawan dari tingkat usia tahun sebanyak 11 orang (36,6%), wisatawan dari tingkat usia tahun sebanyak 9 orang (30%), tingkat usia tahun sebanyak 8 orang (26,7%), dan wisatawan yang berusia diatas 65 tahun sebanyak 2 otang (6,7%). Perbandingan jumlah wisatawan sebagai responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari tingkat usia dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Usia Tingkat Usia (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) , ,7 >65 2 6,7 Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu berasal dari berbagai kalangan profesi. Adapun detailnya adalah sebagai berikut; jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai pengusaha/ pebisnis sebanyak 5 orang (16,7%), guru/ dosen sebanyak 5 orang (16,7%), seniman/ artis sebanyak 2 orang (6,7%), dokter sebanyak 1 orang (3,3%) orang, pelajar/mahasiswa sebanyak 7 orang (23,3%), pegawai swasta sebanyak 7 orang (23,3%), pensiunan Pegawai Negeri Sipil 2 orang (6,7%), dan ibu rumah tangga sebanyak 1 orang (3,3%). Perbandingan responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

27 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Pengusaha 5 16,7 Guru/ Dosen 5 16,7 Seniman/ Artis 2 6,7 Dokter 1 3,3 Pelajar/Mahasiswa 7 23,3 Pegawai Swasta 7 23,3 Pensiunan PNS 2 6,7 Ibu Rumah Tangga 1 3,3 Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian Frekuensi Kunjungan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa dilihat dari frekuensi kunjungan responden ke Desa Budaya Kertalangu, sebanyak 9 orang (30%) menyatakan kunjungannya yang pertama kali, 14 orang (46,7%) telah berkunjung sebanyak 2 sampai 5 kali, dan sebanyak 7 orang (23,3%) telah berkunjung lebih dari 5 kali. Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Frekuensi Kunjungan Frekuensi Kunjungan Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) 1 kali kali 14 46,7 >5 kali 7 23,3 Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian Lama Tinggal (length of stay) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara

28 sebagai responden, diperoleh data bahwa bila ditinjau dari lama tinggal wisatawan di Bali, diketahui bahwa dari 30 orang responden, 9 orang (30%) menyatakan lama tinggal mereka di Bali kurang dari 1 minggu, dan 21 orang menyatakan tinggal lebih dari 1 minggu (70%). Adapun perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal (length of stay) Lokasi Tinggal Lama Tinggal Jumlah Responden Persentase (Orang) (%) Kurang dari 1 minggu 9 30 Lebih dari 1 minggu Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian 2011 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Budaya Kertalangu pada bulan Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan baik asing maupun wisatawan nusantara sebagai responden, diperoleh data bahwa bila ditinjau dari lokasi tinggal selama berada di Bali, maka diperoleh hasil sebagai berikut; 13 orang (43,3%) tinggal di kawasan Denpasar, 5 orang (16,7%) tinggal di kawasan Kuta, 4 orang (13,3%) tinggal di kawasan Nusa Dua, 6 orang (20%) tinggal di kawasan Sanur, dan 2 orang (6,7%) tinggal di kawasan Gianyar. Perbandingan responden yang mengunjungi Desa Budaya Kertalangu ditinjau dari lokasi tinggal selama berada di Bali, dapat dilihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Lokasi Tinggal Lokasi Tinggal Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) Denpasar 13 43,3 Kuta 5 16,7 Nusa Dua 4 13,3 Sanur 6 20 Gianyar 2 6,7 Jumlah 30 orang 100% Sumber: Hasil penelitian 2011

29 4.3 Potensi Desa Budaya Kertalangu Sebagai Usaha Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar Potensi yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar, dapat kita tinjau dari segala hal dan keadaan, baik nyata dan dapat diraba maupun yang tidak teraba, yang digarap, diatur dan disediakan sedemikian rupa sehingga dapat bermanfaat atau dimanfaatkan atau diwujudkan sebagai kemampuan. Hal ini sesuai dengan konsep yang diberikan oleh Damardjati yang kemudian dipertegas kembali menjadi dua garis besar sesuai dengan pendapat Pendit, menjadi potensi budaya dan potensi alamiah Potensi Budaya Adapun potensi budaya yang terdapat di Desa Budaya Kertalangu dapat kita lihat dari beberapa fasilitas penunjang serta produk wisata yang dikemas dalam bentuk program-program edukasi bagi para pengunjung untuk menambah wawasan mengenai budaya Bali, khususnya budaya masyarakat Desa Kesiman Kertalangu. Berdasarkan teori the tourist qualities of a destination oleh Burkart & Medlik, potensi budaya tersebut dapat dikategorikan dalam kategori atraksi-atraksi, berupa produk- produk wisata berikut : a). Seni Arsitektur b). Pementasan seni c). Aktivitas Budaya Dari hasil wawancara dengan pengelola Desa Budaya Kertalangu, Bapak Dewa Ngurah Rai, mengungkapkan: Potensi budaya yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sesungguhnya sangat besar, namun ada beberapa kendala yang kita hadapi. Misalnya untuk kegiatan pertunjukan seni dan lain-lain, belum berjalan sebagaimana mestinya (secara reguler), karena terkendala pasar dan tempat yang kurang representatif. Selanjutnya beliau juga menambahkan mengenai tujuan awal pendirian Desa Budaya Kertalangu sebagai berikut: Tujuan kita membuat Desa Budaya (ini) adalah berawal dari pemikiran sederhana yaitu dari cita-cita melakukan konservasi budaya Bali di tengahtengah Kota Denpasar.

30 4.3.2 Potensi Alamiah Desa Budaya Kertalangu memiliki potensi alamiah yang menjadi daya tarik tersendiri khususnya bagi para pengunjungnya. Adapun definisi konsep dari potensi alamiah tersebut adalah potensi yang ada di masyarakat, yang berupa potensi fisik dan geografi seperti alam. Potensi alamiah yang sangat jelas terlihat dan menjadi andalan dalam pengemasan produk wisata di Desa Budaya Kertalangu, adalah pertanian dan bentang alam. Pengunjung dapat menikmati potensi alamiah berupa pertanian dan bentang alam dalam berbagai aktivitas yang dikemas dalam produk- produk wisata yang berbentuk atraksi wisata maupun fasilitas yang melengkapinya, seperti: a). Jogging Track dan menunggang kuda pony. b). Fasilitas Outbound dan lahan edukasi pertanian c). Bale Bengong (gazebo) Potensi yang dimiliki Desa Budaya Kertalangu sebagai salah satu usaha daya tarik wisata di Kota Denpasar seperti dipaparkan di atas, sangatlah besar. Saat ini menurut pendapat Bapak Dewa Ngurah Rai selaku penggagas dan pengelola kawasan ini, potensi yang dimiliki masih bisa dikembangkan lagi. Potensi Desa Budaya (ini) sangat luar biasa, saat ini menurut pandangan saya hanya sekitar 5% saja yang baru digarap. Ide pemikiran ke depan adalah membangun kawasan yang mencirikan Kota Denpasar dengan konsep eksistensi pertanian, terpadu, organik, berbudaya, ritual dan pariwisata, agar dapat mengemas pertanian tradisional menjadi suatu konservasi eksistensi budaya Bali. 4.4 Motivasi Wisatawan Untuk Mengunjungi Desa Budaya Kertalangu Sebagai Salah Satu Usaha Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada periode Oktober 2011, dari 30 orang wisatawan asing maupun nusantara yang menjadi responden penelitian diperoleh hasil sebagai berikut; 9 orang (30%) menyatakan motivasi mereka untuk berkunjung ke Desa Budaya Kertalangu adalah untuk berolahraga, 7 orang (23,3%) menyatakan motivasi mereka adalah untuk refreshing/ penyegaran, 4 orang (13,4%) menyatakan motivasi mereka untuk relaksasi, 3 orang (10%) menyatakan motivasi mereka adalah untuk melakukan interaksi sosial, 3 orang (10%) menyatakan motivasi mereka untuk berkumpul dengan teman/ keluarga, 3 orang (10%) menyatakan motivasi mereka untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI

BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI BAB IX PERSEPSI BERWISATA SPIRITUAL DI PALASARI P ersepsi wisatawan terhadap keunikan gereja Katolik di Palasari dihubungkan dengan teory The Tourist Qualities of Destination dari Burkart dan Medlik. Menurutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

TESIS DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR

TESIS DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR TESIS DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA DAYA TARIK WISATA DI KOTA DENPASAR NI KETUT WIWIEK AGUSTINA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS DESA BUDAYA KERTALANGU SEBAGAI USAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa

Lebih terperinci

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai

tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia, telah menjadi daya tarik tersendiri sebagai destinasi wisata unggulan. Pariwisata di Bali memiliki berbagai keunggulan

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Tika (2005:4) metode deskriptif adalah metode yang mengarah pada pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dinilai banyak pihak memiliki banyak arti penting sebagai salah satu alternatif pembangunan, terutama bagi negara atau daerah yang memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai pusat pengembangan kepariwisataan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang dikaruniai potensi alam yang sangat indah dan sangat memukau. Kesuburan tanahnya, keragaman flora dan faunanya, bahkan hingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan pengamatan, wawancara dan dokumen. Metode tersebut digabungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat berperan dalam pertumbuhan ekonomi pada suatu negara tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata juga tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara

BAB I PENDAHULUAN. langsungnya adalah bagi pemerintah, pengelola, dan masyarakat yang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu dari sekian banyak industri yang tidak dapat diabaikan dalam perekonomian, terutama di negara Indonesia. Dengan adanya industri pariwisata

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa bagi negara yang cukup efektif untuk dikembangkan. Perkembangan sektor pariwisata ini terbilang cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat menghasilkan pendapatan daerah terbesar di beberapa negara dan beberapa kota. Selain sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berwisata saat ini telah mejadi kebutuhan semua orang ditengah rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih sekolah, dan juga yang sudah berkeluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI

2015 HUBUNGAN DAYA TARIKWISATA DENGAN MOTIVASI BERKUNJUNG WISATAWAN KE ALAM WISATA CIMAHI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Dibuktikan dengan adanya pariwisata sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan. manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan sosiokultur yang mengalami perubahan. Kegiatan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pariwisata telah menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia pada umumnya yang disesuaikan dengan tingkat pendapatan masing-masing individu. Pariwisata adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia wisata di Indonesia saat ini sedang mengalami peningkatan, hal ini ditandai dengan semakin banyaknya tempat wisata yang berdiri dimasing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijabarkan mengenai latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, serta metode penelitian yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas. Sejalan dengan itu berbagai upaya telah dilakukan untuk menyusun rangka teoritis untuk

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Yoeti (1993 :109) bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keinginan manusia untuk berwisata akan terus meningkat sesuai peradabanan era modern. Hal ini disebabkan oleh rutinitas pekerjaan yang padat sehingga orang akan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda

BAB I PENDAHULUAN. (Muljadi, 2009: 2). Hal ini disebabkan subsektor pariwisata relatif masih muda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan merupakan salah satu subsektor andalan pembangunan nasional Indonesia, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatkan perolehan devisa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang menjadi faktor penting dalam peningkatan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitianzb Pariwisata telah bergerak sangat cepat dan telah menjadi stimulus pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata adalah bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Surade 4.1.1 Kondisi Geografis, Topografi, dan Demografi Kelurahan Surade Secara Geografis Kelurahan Surade mempunyai luas 622,05 Ha,

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor. sektor Migas, sektor Batubara, dan Kelapa Sawit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi penting. Bahkan sektor ini diharapkan akan dapat menjadi penghasil devisa nomor satu (Suwantoro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan secara maksimal, termasuk didalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan di Indonesia tahun terakhir ini makin terus digalakkan dan ditingkatkan dengan sasaran sebagai salah satu sumber devisa andalan di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malioboro adalah jantung Kota Yogyakarta yang tak pernah sepi dari pengunjung. Membentang di atas sumbu imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu dan puncak

Lebih terperinci

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN

2016 PENGARUH MOTIVASI WISATAWAN LOKALTERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG KE TAMAN KOTA DI KOTA TANGERANG SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata saat ini telah menjadi sektor industri yang sangat besar di dunia. Pertumbuhuan pariwisata saat ini merupakan bentuk nyata dari perjalanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL P ada dasarnya setiap penelitian memerlukan metode penelitian. Penelitian pariwisata maupun penelitian-penelitian bidang keilmuan sosial humaniora lainnya

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR Oleh: MULIANI CHAERUN NISA L2D 305 137 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu sektor andalan perolehan devisa negara di Indonesia. Tercatat pada tahun 2014 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 10,69 atau

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB. III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB. III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Yin (2002) bahwa penggunaan studi kasus disesuaikan dengan bentuk pertanyaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata saat ini menjadi sebuah kebutuhan bagi berbagai elemen masyarakat. Pariwisata dalam UU NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pariwisata sekarang sudah merupakan suatu tuntutan hidup dalam zaman modern ini. Permintaan orang-orang untuk melakukan perjalanan wisata, dari tahun ke tahun terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pariwisata kini telah menjadi salah satu industri terbesar dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara di dunia. Bagi sebagian negara,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia. Pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan di galakkannya kembali pemberdayaan potensi kelautan maka sudah selayaknya kawasan-kawasan yang berbatasan dengan laut lebih menekankan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 99 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pariwisata di Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka kesempatan kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan sektor pariwisata terjadi secara global dalam beberapa tahun belakangan ini. Sektor pariwisata menjadi tulang punggung suatu negara, dalam arti salah satu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Objek Wisata Candi Muaro Jambi Candi Muaro Jambi terletak di Kabupaten Muaro Jambi, tepatnya di Kecamatan Muaro Sebo, Provinsi Jambi. Lokasi candi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1.Perencanaan Kinerja Kota Padang menempati posisi strategis terutama di bidang kepariwisataan. Kekayaaan akan sumber daya alam dan sumber daya lainnya telah memberikan daya

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Resha Febriyantika Yussita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu destinasi pariwisata yang sudah di kenal di dunia karena memiliki daya tarik yang unik dan beragam serta memiliki kekhasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci