KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT

2

3 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT KINERJA KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 200 Daftar Isi Struktur per Januari 20 4 Kata Pengantar 7 Pendahuluan 8 Program 00 hari Kabinet Indonesia Bersatu II 0 Capaian Kinerja Kementerian Koperasi dan UKM Tahun Anggaran Perkembangan Data Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 24 Bantuan Perkuatan 30 Dukungan Anggaran 32 Kredit Usaha Rakyat 36 Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM 50 Deputi Kementerian 58

4 Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM 60 Bidang Produksi 94 Bidang Pembiayaan 06 Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Bidang Pengembangan SDM Koperasi dan UKM 24 Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha 84 Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK 204 Badan Layanan Umum 234 Mitigasi Bencana Alam 252 Kerjasama Dalam Negeri 264 Kerjasama Luar Negeri 276 Program Strategis Tahun Penutup

5 Struktur per Januari 20 Para Deputi Kementerian Koperasi dan UKM berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 85 tahun 200 terdiri dari:. Drs. Guritno Kusumo, MM; Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM. 2. Untung Tri Basuki, SH, SPN; Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM. 3. Muzni HA Djalil, SH; Deputi Bidang Produksi. 4. Ir. Agus Muharram, MSP; Deputi Bidang Pembiayaan. 5. Ikhwan Asrin, SE, MSi; Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha. MENTERI NEGARA KOPERASI DAN UKM DR. Sjarifuddin Hasan, MM, MBA 6. Drs. Neddy Rafinaldy Halim, MS; Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. 7. DR. Ir. Choirul Djamhari, M.Sc; Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha. 8. Ir. I Wayan Dipta, M.Sc; Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Sekretaris Kementerian Drs. Guritno Kusumo, MM Selanjutnya berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 20 telah dilakukan pergantian/mutasi Deputi Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu:. Drs. Braman Setyo, M.Si menggantikan Muzni HA Djalil, SH selaku Deputi Bidang Produksi. 2. DR. Ir Pariaman Sinaga, MM menggantikan Ir. Agus Muharram, MSP selaku Deputi Bidang Pembiayaan. Inspektur Drs. Soenarya Kosasih, MSi, Ak 3. Drs. Neddy Rafinaldy Halim, MS menggantikan Ikhwan Asrin, SE, MSi selaku Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha. 4. Ir. Agus Muharram, MSP menggantikan Drs. Neddy Rafinaldy Halim, MS selaku Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia. Deputi Bidang Kelembagaan KUKM Deputi Bidang Produksi Untung Tri Basuki, SH, SPn Drs. Braman Setyo, MSi Deputi Bidang Pembiayaan Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha DR. Ir. Pariaman Sinaga, MM Drs. Neddy Rafinaldy H, MS Deputi Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Ir. Agus Muharram, MSP

6 DR. Ir. Choirul Djamhari, MSc Deputi Bidang Pengkajian UKMK Ir. I Wayan Dipta, MSc Kata Pengantar Keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan pemberdayaan Koperasi dan UKM berkat arahan, petunjuk dan peran utama Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia yang selalu memberikan arahan dan petunjuk secara rutin pada rapatrapat kabinet dan arahan-arahan yang diberikan setiap saat. Begitu pula berkat bantuan dan kerjasama yang diberikan oleh berbagai pihak baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Untuk itu, kesempatan ini merupakan momentum untuk menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono atas arahan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan kepada kami dalam menunaikan tugas yang dipercayakan untuk memimpin Kementerian Koperasi dan UKM. Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan kerjasamanya sehingga tugas-tugas dan tanggung jawab ini dapat terlaksana dengan baik. Keberhasilan yang telah dicapai pada tahun ini, harus dilanjutkan dan mampu menjadi pemicu pencapaian kinerja Kementerian Koperasi dan UKM yang lebih optimal pada tahun-tahun berikutnya. Secara periodik, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk secara transparan menginformasikan dan mengkomunikasikan pelaksanaan tugas pembangunan di bidang Koperasi dan UKM yang telah dicapai sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada rakyat. Informasi ini dirangkum dalam sebuah Buku yang sekaligus juga merupakan Laporan Tahunan Kementerian Koperasi dan UKM dan kali ini diberi judul Revitalisasi Koperasi dan UKM Menuju Kesejahteraan Rakyat. Dalam buku ini disajikan catatancatatan mengenai pencapaian kinerja Koperasi dan UKM dan terobosanterobosan pelaksanaan program/kegiatan pemberdayaan Koperasi dan UKM oleh Kementerian Koperasi dan UKM selama tahun 200. Disadari bahwa tantangan pembangunan Koperasi dan UKM di era pasar global tentu bukanlah hal yang mudah. Tersirat sekilas dalam buku ini, Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai pendekatan strategis, tidak hanya melalui integrasi koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak, tetapi juga dengan program/ kegiatan aksi pemberdayaan Koperasi dan UKM dengan berupaya mendorong bertumbuh dan berkembangnya Koperasi dan UKM yang kreatif, mandiri dan berdaya saing. Hal ini dimaksudkan agar Koperasi dan UKM sebagai entitas usaha mampu menjadi Soko Guru Perekonomian Nasional dan Koperasi dan UKM yang merupakan sektor ekonomi yang dominan mampu berperan sebagai pendorong eskalasi pertumbuhan ekonomi nasional. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan menjadi media evaluasi bersama terhadap capaian dan rencana aksi ke depan agar semakin optimal dalam rangka memberdayakan Koperasi dan UKM untuk mencapai masyarakat sejahtera. Jakarta, 3 Desember 200 Menteri Negara DR. Sjarifuddin Hasan, MM, MBA

7 8 9 Pendahuluan Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama pemerintah. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu faktor penentu pencapaian kesejahteraan tersebut. Dengan potensi jumlah penduduk dan persebaran penduduk yang kita miliki, program pemerataan pembangunan termasuk pembangunan ekonomi menjadi prioritas untuk diwujudkan. Selaras dengan itu, kebijakan yang berpihak (affirmative policy) terhadap Koperasi dan UKM, telah menjadi harapan yang berkembang luas ditengah tumbuhnya kesadaran dan perhatian terhadap ekonomi rakyat. Oleh karena itu, selain pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, aspek penting yang menjadi agenda besar dalam proses pembangunan ekonomi hari ini dan ke depan adalah kemandirian ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. Dalam hal ini pemberdayaan Koperasi dan UKM, berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejahteraan bagi sebagian besar rakyat Indonesia (pro poor), potensi dan peran strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional (pro growth). Keberadaan Koperasi dan UKM berperan dalam pembangunan, khususunya dalam perluasan kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran (pro job). Dengan memperhatikan peran dan potensinya dalam perekonomian nasional, keberadaan Koperasi dan UKM terbukti merupakan pelaku usaha yang mandiri, kukuh, baik dalam kondisi normal maupun krisis, sehingga Koperasi dan UKM menjadi jantung ekonomi rakyat, dan pelopor tumbuhnya ekonomi kerakyatan. Melihat potensi dan kondisi obyektif tersebut, maka Koperasi dan UKM dapat menjadi motor penggerak perekonomian nasional. Di sisi lain dengan berlakunya globalisasi ekonomi, serta makin pesatnya kerja sama ekonomi antar negara, akan menciptakan peluang baru bagi Koperasi dan UKM sehingga dapat meningkatkan perannya sebagai penggerak utama pertumbuhan industri manufaktur dan kerajinan, agroindustri, ekspor non migas dan penciptaan lapangan kerja baru. Selain itu dengan berlakunya ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) pada tahun 200, juga dapat menjadi peluang bagi pelaku usaha Koperasi dan UKM. Dengan pemahaman yang utuh terhadap potensi dan peran Koperasi dan UKM tersebut, kiranya dapat menggugah kesadaran dan semangat kebangsaan, bahwa keberadaan Koperasi dan UKM merupakan komponen yang penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Bahkan di banyak negara maju, Koperasi dan UKM menjadi kekuatan utama dalam perekonomian nasional dan memiliki posisi tawar yang besar dalam setiap kebijakan ekonomi pemerintah. Oleh karena itu, berbagai upaya pemberdayaan Koperasi dan UKM harus didukung oleh semua pihak untuk mempercepat terwujudnya kemajuan dan menghantarkan pada kondisi Koperasi dan UKM yang lebih baik. VISI Menjadikan Koperasi dan Usana Mikro, Kecil, dan Menengah (KUKM) sehat dan kuat. MISI Memberdayakan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan, memperluas kesempatan kerja, dan menurunkan jumlah kemiskinan dalam rangka mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis dan berkeadilan.

8 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah dalam menentukan Program Kerja 00 Hari Kabinet Indonesia Bersatu II, adalah membuat kebijakan yang sangat dibutuhkan dan memudahkan dalam hal akses pembiayaan bagi pelaku Koperasi dan UKM dengan perbankan yaitu melalui penyerapan Kredit Usaha Rakyat.. Perluasan akses KUR melalui penambahan bank pelaksana KUR. Latar belakang dari program ini adalah masih terbatasnya volume penyaluran KUR serta kapasitas dan jangkauan layanan oleh bank pelaksana. Hasil yang dicapai adalah: Bab PROGRAM 00 HARI KABINET INDONESIA BERSATU II Bertambahnya bank pelaksana KUR (semula 6 bank menjadi 9 bank), keikutsertaan Bank BPD sebagai bank daerah untuk meningkatkan sebaran geografis bank pelaksana KUR. Bertambahnya bank pelaksana KUR untuk meningkatkan: a. Volume penyaluran KUR. b. Debitur yang akan mengakses KUR, sehingga persoalan permodalan Koperasi dan UKM dapat diatasi. Tercapainya program pemerintah untuk menyalurkan Rp 20 triliun/tahun selama periode tahun Memperluas program Diklat dan Pendidikan Vocational bagi pelaku UKM. Latar belakang program ini adalah: masih rendahnya keterampilan SDM Koperasi dan UKM, kurangnya penerapan standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan terbatasnya sarana balai diklat yang memadai. Hasil yang dicapai adalah: Tersedianya pedoman mengenai perluasan program diklat dan pendidikan vocational bagi Koperasi dan UKM. Telah dilaksanakannya diklat keterampilan teknis peningkatan industri kreatif diikuti oleh sebanyak 270 orang. Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi program antar pelaku pengembangan SDM Koperasi dan UKM yang diikuti oleh 35 orang.

9 Telah dilaksanakannya Diklat sertifikasi pengelola KJK dalam rangka penerapan SKKNI diikuti oleh sebanyak 20 orang Revitalisasi pasar tradisional. Kondisi pasar tradisional yang kurang representatif dan pertumbuhannya yang negatif serta pelaksanaan amanat UU No. 20/2008 tentang UMKM, Pemerintah berkewajiban untuk menyediakan sarana dan prasarana pemasaran yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan usaha mikro dan kecil, serta membuka kesempatan berusaha dengan memberikan kepastian lokasi usaha bagi usaha mikro dan usaha kecil. Hasil yang dicapai adalah: Terwujudnya revitalisasi unit pasar tradisional di 80 Kab/Kota pada 3 provinsi. Tersedianya kepastian tempat usaha bagi pedagang tradisional usaha mikro dan kecil. Dengan tersedianya pasar yang representatif akan meningkatkan kenyamanan bagi konsumen sehingga dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraan pedagang tradisional usaha mikro dan kecil. Terserapnya orang tenaga kerja dilingkungan pasar tradisional yang telah dibangun (asumsi 4 tenaga kerja x 80 pedagang x 29 unit). Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan Koordinasi dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat di Sulawesi Utara 3. Perluasan One Village One Product (OVOP) Potensi unggulan daerah UKM yang harus digali secara maksimal dengan memproduksi produk yang memiliki nilai tambah, untuk meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dalam mengembangkan potensi produk-produk unggulan daerah, memaksimalkan peran koperasi dalam memasarkan produk unggulan daerah dan penjabaran Inpres 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Hasil yang dicapai adalah: Tumbuhnya sentra-sentra produk unggulan spesifik daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.

10 Terintegrasinya kegiatan produk-produk unggulan daerah dari hulu sampai hilir melalui wadah koperasi. menungkatnya keterlibatan lintas pelaku (stakeholders) dalam pengembangan ekonomi daerah. Kunjungan Wirausaha Muda Berprestasi ke UKM Gallery Rangkaian kegiatan Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam rangka pengembangan OVOP, Bali 4 Menteri Negara Koperasi dan Ukm meresmikan serta meninjau Pasar Tradisional Movila Koppas Bintang Terang Sulawesi Tenggara, 2 Juli 200 Menteri Negara Koperasi dan Ukm meninjau Pkl jembatan Suramadu, Jawa Timur, 3 Februari Kerja keras yang dilaksanakan jajaran Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 200 menggembirakan, prestasi ini bisa dilihat dari capaian-capaian yang melampaui target. Bab 2 CAPAIAN KINERJA KEMenterian KOPERASI DAN UKM TAHUN ANGGARAN 200 Laporan Kegiatan Oktober 2009 Desember 200 Peningkatan SDM Koperasi dan UKM yang mengikuti diklat ditargetkan 3.65, terealisasi (27,49%). Kemampuan Koperasi dan UKM dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi inovasi ditargetkan 350, terealisasi 425 (2%). Peningkatan kualitas sarana dan prasarana produksi pemasaran ditargetkan 60, terealisasi 8 (35%). Dan seterusnya, lebih konkritnya disajikan dalam tabel- tabel. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pengelolaan anggaran Kementerian Koperasi dan UKM tahun anggaran 2009, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memberikan opini sebagai Wajar Dengan Pengecualian (WDP). 7

11 8 C APAIAN KINERJA PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SASARAN PENINGKATAN DAYA SAING PRODUK KOPERASI UMKM INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI PERSENTASE Meningkatnya UMKM dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi inovasi % Meningkatnya UMKM dalam penerapan standarisasi manajemen mutu dalam pengembangan usaha % Meningkatnya UMKM yang memanfaatkan dan mensertifikasi sistem HKI (SNI, ISO, HKI, halal dan keamanan pangan) 600 Meningkatnya Koperasi dan UKM dalam melakukan transaksi bisnis, kerjasama usaha dan pemanfaatan teknologi informasi % Meningkatnya usaha skala Mikro dan Kecil Sentra Produksi di daerah tertinggal

12 ,7% Berkembangnya jumlah klinik restrukturisasi usaha untuk pendamping Koperasi dan UKM % 683 SASARAN PENYEDIAAN AKSES PEMBIAYAAN KUMKM 3,8% SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI PERSENTASE PENGEMBANGAN KEMITRAAN Koperasi dan UKM DENGAN PELAKU USAHA Meningkatnya jumlah koperasi yang menerapkan sistem resi gudang % INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI PERSENTASE Meningkatnya akses pembiayaan Koperasi dan UKM melalui Surat Utang Koperasi (SUK)

13 300 UMKM 300 UMKM 00% Meningkatnya kapasitas pendamping dalam pengembangan usaha Koperasi dan UKM dan wirausaha baru 00 Pendamping 00 Pendamping 00% Terfasilitasinya pendampingan bagi Koperasi Prospek Mandiri dan meningkatnya calon wirausaha baru 40 koperasi 30 KUMKM 40 koperasi 30 KUMKM 00% PENCAPAIAN KINERJA PERBAIKAN IKLIM USAHA YANG LEBIH BERPIHAK PADA KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH SASARAN PERBAIKAN IKLIM USAHA YANG LEBIH BERPIHAK PADA KUMKM CAPAIAN KINERJA PENINGKATAN PEMASARAN PRODUK KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENINGKATAN PEMASARAN PRODUK Koperasi dan UKM 9 CAPAIAN KINERJA PENYEDIAAN AKSES PEMBIAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PENGEMBANGAN KEMITRAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN PELAKU USAHA SASARAN INDIKATOR SASARAN TARGET

14 REALISASI PERSENTASE Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana produksi pemasaran % Terwujudnya Smesco UKM menjadi icon industry dan pemberdayaan Koperasi dan UKM Nasional 50 KUKM Mitra, 827 KUKM terlayani 827 KUKM terlayani 00% Meningkatnya usaha UKM sentra produksi di daerah tertinggal/terisolir % Revitalisasi pasar tradisional % Tahun 2009, telah dilakukan revitalisasi pasar tradisional sejumlah 89 unit dengan anggaran APBN- P dan 5 unit dengan anggaran APBN reguler. INDIKATOR SASARAN TARGET REALISASI PERSENTASE Tertatanya peraturan Perundang-undangan terkait dengan perkoperasian dan LKM 3

15 3 00% Peninjauan dan penghapusan berbagai pungutan dan regulasi yang merugikan KUMKM baik yang sektoral maupun spesifik daerah % Tersedianya kajian dasar, kebijakan dan terapan yang prospektif dalam pemberdayaan koperasi dan UMKM % Tersedianya model-model terbaik (best practice) internasional bagi pemberdayaan koperasi dan UMKM 00% Pada tahun anggaran 200, pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi & UKM secara umum telah terlaksana dengan baik dan sesuai yang direncanakan. Hal ini terlihat pada tabel capaian kinerja di atas bahwa berdasarkan indikator sasaran yang telah ditetapkan telah mencapai 00%, bahkan pada beberapa sasaran kinerja mencapai 245% dan 300% RENCANA DAN REALISASI KEUANGAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 200 NO PROGRAM

16 PAGU/RENCANA REALISASI CAPAIAN (%) SISA I PROGRAM PENCIPTAAN IKLIM USAHA UMKM , Pembinaan/Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran , Penyusunan Program dan Rencana Kerja , Penyusunan/Penyempurnaan/Pengkajian Peraturan Perundang-undangan

17 96, Kerjasama Antar Instansi Pemerintah/Swasta/ L embaga , Diseminasi Isu-isu Strategis Pemberdayaan KUKM , NO PROGRAM PAGU/RENCANA REALISASI CAPAIAN (%) SISA IV PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS KELEMBAGAAN KOPERASI ,

18 22 Pembinaan/Koordinasi/Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan , Pembinaan/Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran , Pembinaan, Pengawasan dan Penilaian Perkoperasian , V PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO , Pembinaan/Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran

19 , Kegiatan Pembiayaan Lain-lain , Pelatihan Budaya Usaha Dan Teknis Manajemen Usaha Mikro , Penyediaan Dana Untuk Kegiatan Produktif Skala Usaha Mikro, Kecil Dan Koperasi Dengan Pola Bagi Hasil/Syariah dan Konvensional , Bimbingan Teknis/Pendampingan dan Pelatihan Pengelola LKM (PNPM-P)

20 , Pembinaan Sentra-sentra Produksi di Daerah Terisolir dan Tertinggal , II PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF UKM , Peningkatan/Pengkajian Kapasitas Kelembagaan , Fasilitasi Pengembangan UKM Berbasis Teknologi ,47

21 Fasilitasi Pengembangan UKM Berbasis Teknologi , Fasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha UMKM dan Pihak Terkait , Penumbuhan Wirausaha Baru Penyediaan Sarana Produksi Bersama Bagi Anggota Koperasi , III

22 PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG USAHA BAGI UMKM , Pembinaan Sentra-sentra Produksi di Daerah Terisolir dan Tertinggal , Pembinaan/Penyusunan Program, Rencana Kerja dan Anggaran , Fasilitasi Pengembangan Pemasaran Usaha Mikro Melalui Koperasi , Penyusunan Program dan Rencana Kerja Pembangunan

23 , Perawatan/Pemeliharaan Sarana dan Prasarana , Kegiatan Pembiayaan Lain-lain , Pengawasan Pelaksanaan Penggunaan Dana Pemerintah Bagi UMKM , Penyediaan SKIM Penjaminan Kredit UKM ,29

24 Penyelenggaraan Promosi Produk UKM , Perkuatan Jaringan Kerjasama Lembaga Pengembangan Bisnis (BDS-P) , Pemberdayaan Industri Kecil dan Menengah , Pengembangan Kebijakan dan Program Peningkatan Ekonomi Lokal ,

25 PAGU/RENCANA NO PROGRAM VI PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DAN ANAK REALISASI CAPAIAN (%) SISA , Penyelenggaraan Pengarusutamaan Gender , VII PROGRAM PENERAPAN KEPEMERINTAHAN YANG BAIK ,

26 34 Pengelolaan Gaji, Honorarium dan Tunjangan , Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran ,50 VIII PROGRAM PENINGKATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR NEGARA Penyelenggaraan/Peningkatan Akuntabilitas dan Kekayaan Milik Negara IX PROGRAM PENATAAN KELEMBAGAAN DAN KETATALAKSANAAN NO PROGRAM

27 PAGU/RENCANA REALISASI CAPAIAN (%) SISA XI PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK , Pembinaan dan Pengembangan Pemanfaatan Data dan Informasi , Pengkajian dan Pengembangan Sistem Informasi , Perencanaan/Penyusunan/Pengembangan Program dan Sistem Prosedur

28 94, Pembinaan/Pembuatan/Pengembangan Sistem, Data, Statistik dan Informasi , , XII PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR NEGARA , , Pembangunan/Pengadaan/Peningkatan sarana dan Prasarana ,

29 , JUMLAH , LLP-KUKM , LPDB-KUMKM , DEKONSENTRASI , TP

30 87, JUMLAH , Pembinaan/Koordinasi/Pelaksanaan Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan , Perencanaan/Penyusunan/Pengembangan Program dan Sistem Prosedur , Pembinaan/Penyelenggaraan Kerjasama Internasional , X

31 PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR , Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur Negara Pagu anggaran Kementerian Koperasi dan UKM Tahun Anggaran 200 sebesar Rp , terealisasi sebesar Rp (92,50%). Terdapat sisa anggaran sebesar Rp (7,50%) merupakan penghematan dan efisiensi. Penyerapan anggaran Kementerian Koperasi dan UKM Tahun Anggaran 200 dapat direalisasikan secara maksimal sesuai dengan target dan program seluruh Deputi dan BLU. Kriteria Usaha Mikro, Kecil Menengah, dan Besar Berdasarkan UU 20 Tahun 2008 Usaha Besar Omzet/tahun lebih dari Rp 50 Miliar Asset lebih dari Rp 0 Miliar Usaha Menengah Omzet/tahun Rp 2,5 Miliar s/d Rp 50 Miliar Asset Rp 500 Juta s/d Rp 0 Miliar Bab 3 PERKEMBANGAN DATA KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Laporan Kegiatan Oktober 2009 Desember 200 Usaha Kecil Omzet/tahun Rp 300 Juta s/d Rp 2,5 Miliar Asset Rp 50 Juta s/d Rp 500 Juta

32 Usaha Mikro Omzet/tahun s/d Rp 300 Juta Asset s/d Rp 50 Juta 25 Usaha Besar Usaha Menengah 200 Usaha Mikro 2006 Usaha Besar Jumlah UMKM selama periode mengalami peningkatan sebesar 9,80%, dari unit pada tahun 2006 menjadi unit pada tahun 200. Pada periode perkembangan jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 4,70% dari unit pada tahun 2008 menjadi unit pada tahun 200. Total NaKer UMKM 2007 Usaha Menengah Usaha Kecil Usaha Kecil

33 Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja (UMKM + UB) Tahun (Orang) Jumlah Pelaku Usaha Nasional (UMKM + UB) Tahun (Unit) Usaha Mikro

34 Jumlah Tenaga Kerja UMKM selama periode mengalami peningkatan sebesar 3,07% dari orang pada tahun 2006 menjadi orang pada tahun 200. Pada periode perkembangan jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 5,72%, dari orang pada tahun 2008 menjadi orang pada tahun 200. Kontribusi Terhadap Produk Domestik Bruto Nasional Tahun (Rp Miliar) 29 Jumlah Koperasi (Unit) Tahun , , , , , , , , ,3 5.84, , , , ,2

35 , , , , , , Jumlah koperasi periode mengalami peningkatan sebanyak unit atau 3,50%. Kurun waktu meningkat sebanyak 7.07 unit atau 4,5%. Anggota Koperasi (Orang) Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Mikro

36 Usaha Besar Jumlah PDB UMKM selama periode mengalami peningkatan sebesar 94,37%, dari Rp.783,42 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp 3.466,39 triliun pada tahun 200. Pada periode perkembangan jumlah UMKM mengalami peningkatan sebesar 5,8%, dari Rp 2.993,5 triliun pada tahun 2009 menjadi Rp 3.466,39 triliun pada tahun Selama periode , jumlah anggota koperasi aktif mengalami peningkatan sebanyak orang atau,63%. Kurun waktu meningkat sebanyak orang atau 4,8%. 3 Nilai Bantuan Perkuatan Tahun (Rp Juta) BANTUAN PERKUATAN

37 Bab Bantuan Perkuatan Kementerian Koperasi dan UKM selama periode mengalami penurunan sebesar 56,23%, tetapi pada periode tahun mengalami peningkatan sebesar 88,76% Bab 5 DUKUNGAN ANGGARAN

38 ,7 789,30 744,4 849,76 982,6.098,65.280,88.549,74 930,43.056,77 97,4.26,8 Perkembangan Anggaran Kementerian Koperasi dan UKM Tahun (Rp Miliar) 200 Pagu Anggaran Realisasi Periode perkembangan pagu anggaran Kementerian Koperasi dan UKM mengalami penurunan sebesar Rp (35,0%). Namun pada tahun 2007 pagu anggaran sempat mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sebesar Rp (46,65%). Realisasi anggaran Kementerian periode berkisar di angka rata-rata 85,60% dengan capaian realisasi tertinggi diperoleh pada tahun 200 dengan persentase realisasi sebesar 90,48%

39 Pagu Anggaran Pagu Anggaran Realisasi Realisasi ,94 56,00 23,28 244,27 25,4 48,36 68,98 20,00 205,32 230,44 Anggaran Dekonsentrasi Tahun (Rp Miliar) 582,63 663,30 527,68 75,99 875,6 980,5

40 .,90.339,74 707,28 826,57 7,8 985,73 Anggaran Pusat Tahun (Rp Miliar) ,5 230, Perluasan Program KUR Skema pembiayaan Program Kredit bagi Koperasi dan UKM melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) ditujukan untuk memfasilitasi koperasi dan Koperasi dan UKM yang usahanya punya potensi tetapi belum layak bank (bankable). Program KUR ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah dan sebaran usaha Koperasi dan UKM, memperluas kesempatan kerja, dan tentunya kemudian dapat berperan dalam pengentasan kemiskinan.. Landasan Legalitas KUR KUR pertama kali digagas dalam Sidang Kabinet Terbatas 9 Maret 2007 yang kemudian ditindaklanjuti lewat Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Koperasi dan UKM. Agenda Program 00 hari Kabinet Indonesia Bersatu II adalah membuat kebijakan yang terkait dengan KUR: a. Program revitalisasi KUR ada tiga tugas, yaitu: Relaksasi kebijakan KUR. Penambahan bank pelaksana KUR. Penambahan anggaran dalam APBN-P 200 sebesar Rp 2 triliun untuk penjaminan kredit KUR. Bab 6 KREDIT USAHA RAKYAT

41 b. Inpres No. Tahun 200 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional 200. Salah satu materi yang harus dihasilkan adalah memantau realisasi KUR 200 dengan target bawah Rp 3,5 triliun dan target atas Rp 8 triliun. Hasil program realisasi proporsi KUR untuk sektor pertanian, kelautan-perikanan, kehutanan, perkebunan, dan industri kecil sepanjang 200 naik menjadi 25%. Sedangkan realisasi penyaluran KUR oleh 3 BPD dengan target bawah Rp 2 triliun dan target atas Rp 2,2 triliun. c. Inpres No. 3 Tahun 200 tentang pembangunan yang berkeadilan antara lain membahas tentang instruksi perluasan penyaluran kredit menegaskan pentingnya menyusun rencana perluasan KUR di tingkat Pemerintah Daerah, menyusun kebijakan peyaluran kredit kepada pekerja migran di daerah, dan sosialisasi KUR kepada masyarakat luas khususnya para pelaku UKM. Perangkat legal yang mendukung program KUR adalah: a. Nota Kesepahaman Bersama (MoU) tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Koperasi dan UKM antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan dan Bank, tanggal 9 Oktober b. Perjanjian Kerjasama Penjaminan Kredit antara Perusahaan Penjamin dengan masing-masing Bank Pelaksana. c. Addendum Nota Kesepahaman Bersama tanggal 4 Mei 2008 dengan menambah lima ayat pada pasal dua ruang lingkup kerjasama, dan menambah pihak yang mengetahui, yaitu Menteri Negara BUMN. 38 d. Addendum 2 Nota Kesepahaman Bersama tanggal 2 Januari 200 yang merupakan penyempurnaan lanjutan atas berbagai permasalahan KUR, antara lain: Penurunan suku bunga KUR. Debitur boleh mengajukan kedit/pembiayaan KUR walaupun masih memiliki kredit konsumtif. Penyempurnaan jangka waktu perpanjangan, restrukturisasi, dan suplesi. Plafon dana untuk lembaga linkage (pola eksekuting). Penambahan bank pelaksana KUR. Atas dasar Addendum 2 Nota Kesepahaman Bersama ini, juga dilakukan penyempurnaan atas Peraturan Menteri Keuangan yang berkaitan dengan KUR, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) KUR. e. Addendum 3 Nota Kesepahaman Bersama tanggal 6 September 200 untuk menyempurnakan ketentuan tentang KUR, yang antara lain: Penetapan peningkatan KUR mikro dari maksimal Rp 5 juta menjadi maksimal Rp 20 juta, dan penyalurannya dilakukan oleh semua bank (dalam Addendum 2, KUR mikro hanya disalurkan oleh PT BRI). Peningkatan jumlah penjaminan Pemerintah untuk sektor-sektor pertanian, kelautanperikanan, kehutanan, perkebunan, dan industri kecil menjadi 80% (semula 70%). Masuknya sektor jasa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebagai calon debitur KUR dengan jumlah penjaminan pemerintah 80% sedangkan jumlah penjaminan Pemerintah untuk sektor lainnya tetap 70%. Jangka waktu kredit investasi perkebunan tanaman keras dapat diberikan langsung 3 tahun dan tidak boleh diperpanjang.

42 f. Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama oleh 3 BPD pada 23 September 200 untuk mengikatkan diri pada Addendum 3 yang merupakan ketentuan yang diatur dalam pasal 4A Addendum Kementerian Koperasi dan UKM Pada 200 Kementerian Koperasi dan UKM secara aktif mendorong perluasan program KUR melalui: a. Menyiapkan dan menyusun kebijakan KUR melalui koordinasi dengan instansi teknis/lembaga penandatanganan MoU (instansi terkait, bank pelaksana, dan perusahaan penjaminan). b. Mendorong masing-masing bank pelaksana KUR dan Pemerintah Daerah melalui kunjungan kerja langsung Menteri Negara Koperasi dan UKM untuk mempercepat penyaluran KUR. c. Sosialisasi program KUR ke 33 provinsi. d. Memonitor penyaluran KUR khususnya 3 BPD dan 6 bank BUMN, sebagai bank pelaksana KUR. e. Memberikan layanan konsultasi KUR terhadap koperasi dan UKM yang berkunjung ke Kantor Kementerian Koperasi dan UKM. 3. Profil Program KUR Sasaran: Koperasi dan UKM dan Koperasi layak tapi belum bankable Plafon KUR: a. KUR ritel maksimum Rp 500 juta. b. KUR mikro maksimum Rp 20 juta tanpa SID (Sistem Informasi Debitur). c. KUR kepada lembaga linkage (pola executing) maksimum Rp 2 miliar. d. KUR mikro, bunga maksimum 22% per tahun. e. KUR retail, bunga maksimum 4% per tahun. Fasilitas Penjaminan: a. Sektor pertanian, kelautan-perikanan, perkebunan, industri kecil, dan sektor TKI ditanggung oleh Pemerintah cq. Perum Jamkrindo dan PT Askrindo sebesar 80%. b. Sektor lainnya ditanggung oleh Pemerintah cq. Perum Jamkrindo dan PT Askrindo sebesar 70%. c. Sisa penjaminan ditanggung oleh bank pelaksana. d. Bank pelaksana: BRI, BNI, Mandiri, Syariah Mandiri, BTN, Bukopin, dan 3 BPD. e. Perusahaan penjamin: perum Jamkrindo dan PT Askrindo. 4. Perkembangan Penyaluran KUR a. Selama 200 realisasi penyaluran KUR telah mencapai Rp 7,22 triliun atau sebesar 3,4% dari target bawah yang sebesar Rp 3, triliun. Apabila dibandingkan dengan target atas sebesar Rp 8 triliun, maka pencapaian tahun 200 adalah sebesar 95,7%. b. Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebagai bank pelaksana KUR yang baru menyalurkan tahun 200, telah menunjukkan kinerja yang baik. Penyaluran KUR oleh 3 BPD telah mencapai Rp 2,2 triliun atau 0,5% dari target bawah sebesar Rp 2 triliun dan 00,5% dari target atas sebesar Rp 2,20 triliun. c. Dibanding realisasi KUR tahun 2008 (Rp 2,64 triliun) dan tahun 2009 (Rp 4,56 triliun), maka realisasi KUR tahun 200 (Rp 7,22 triliun) mengalami peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa relaksasi kebijakan KUR, penambahan bank pelaksana KUR, dan sosialisasi KUR yang dilaksanakan sepanjang 200 berhasil meningkatkan realisasi penyaluran KUR PERKEMBANGAN REALISASI KUR SAMPAI TAHUN 200 PER 3 DESEMBER 200 BANK TAHUN 2008 DES 2009 TAHUN 200 TARGET BAWAH

43 TARGET ATAS REALISASI (Rp Miliar) (Rp Miliar) (Rp Miliar) TARGET BAWAH REALISASI (Rp Miliar) DEBITUR JUMLAH PRESENTASE TARGET ATAS DEBITUR (Rp Miliar).527, ,6 04,6 54, , BRI 2.84,

44 9.879,8 59,4 23, , Mandiri.505, , , BTN 263, , 6,4 09,

45 973, Bukopin 669, , , BSM 382, ,2 3 00, , BPD -

46 ,5 00, , Jumlah 7.89, ,6 3,4 95, , Catatan: Untuk tahun belum ditetapkan target penyaluran bagi masing-masing Bank penyalur, selanjutnya mulai tahun 200 pada masing-masing bank penyalur diberikan target yang harus dicapai. Hal ini sejalan dengan target nasional penyaluiran KUR sebesar Rp 20 Triliun/tahun. PERKEMBANGAN REALISASI KUR OLEH BANK BPD POSISI 3 DESEMBER 200 TARGET TAHUN 200 REALISASI PERSENTASE PERSENTASE NO

47 BPD TARGET BAWAH (Rp Miliar) TARGET ATAS (Rp Miliar) REALISASI (Rp Miliar) () (2) DEBITUR TARGET BAWAH (Rp Miliar) TARGET ATAS (Rp Miliar) (3) (4=3/) X00% (5=3/2) X00% (6) JATIM ,2 08,4 08,4 2 JABAR-BANTEN ,3 53,3

48 27, JATENG ,4 07, DKI JAKARTA ,3 2,4 2, DIY ,6 70,3 70,3 84

49 6 NTB ,9 07,6 07, SULUT ,6 26,5 26, KALBAR ,9 3,9 3, KALSEL

50 ,3 25,3 25, KALTENG ,6 98,4 98,4 549 NAGARI ,2 203,5 203, MALUKU 5 5

51 5,3 02,2 02, PAPUA ,3 00,7 00,7 536 TOTAL ,0 0,5 00, Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II sesaat setelah penandatanganan Kesepakatan Addendum II MoU Kredit Usaha Rakyat, 2 Januari 200 DEBITUR BNI Menteri Negara Koperasi dan UKM (tengah) bersama Menteri Pertanian (kiri) dan Menteri Keuangan (kanan) menandatangani Kesepakatan Addendum III MoU Kredit Usaha Rakyat,

52 4 42 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan Koordinasi dalam Rapat Koordinasi Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat di Jawa Timur, 26 Agustus 200 Menteri Negara Koperasi dan Ukm secara simbolis menyerahkan Kur kepada pelaku usaha bidang Kelautan dan Perikanan Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan dalam rapat kerja pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Kalimantan Tengah, 8 Oktober 200 Menteri Negara Koperasi dan Ukm secara simbolis menyerahkan Kur kepada pelaku usaha di Pekalongan Penandatanganan Kesepakatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat oleh Para Perwakilan Lembaga Penyalur dan Penjamin Kredit

53 Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama Para Perwakilan Lembaga Penyalur dan Penjamin Kredit Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan dalam acara Rapat Koordinasi Kredit Usaha Rakyat di Kalimantan Selatan, 6 November 200 Sekretariat Kementerian memiliki tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. Sekretariat Kementerian terdiri dari: Biro Perencanaan Biro Keuangan Biro Umum Tujuan program: Memberikan dukungan untuk memperlancar pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Koperasi dan UKM melalui koordinasi dan perencanaan yang partisipatif dalam perumusan kebijakan dan program. Bab 7 SEKRETARIAT KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Meningkatkan pelayanan publik dibidang informasi dan publikasi melalui terselenggaranya hubungan masyarakat dan penyediaan data dan informasi yang valid, akurat cepat dan tepat sebagai dasar acuan pengambilan kebijakan. Mewujudkan pengelolaan dan administrasi penganggaran yang tertib dan akuntabel. Meningkatkan profesionalitas dan kualitas aparatur serta pelayanan administrasi kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan dan kerumahtanggaan. Sasaran Program: Terwujudnya perencanaan dan dukungan penganggaran sesuai rencana kerja

54 pemerintah dan rencana strategis yang telah ditetapkan. Tersedianya data dan informasi yang mutakhir (up to date) dan akurat terkait dengan pemberdayaan Koperasi dan UKM. Terwujudnya pengelolaan anggaran secara tertib, taat asas, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab, serta tertatanya asset BMN dan laporan BMN sesuai dengan standar Sistem Akuntansi Barang Milik Negara. Terwujudnya efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan kepegawaian, ketatalaksanaan, ketatausahaan dan kerumahtanggaan, serta tersusunnya standar operasional prosedur dan tata hubungan kerja dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM. Manfaat Program: Pencapaian kinerja sesuai perencanaan dan penganggaran. Laporan keuangan dapat disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah dengan opini wajar tanpa pengecualian. Publikasi tentang pemberdayaan Koperasi dan UKM dapat disampaikan lebih luas sehingga memperkuat eksistensi dan citra Kementerian Koperasi dan UKM meningkat. Profesionalitas dan kapasitas aparatur meningkat Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM Guritno Kusumo Sekretaris Kementerian Koperasi dan

55 UKM Rapat-Rapat Koordinasi Telah melaksanakan rapat-rapat koordinasi, meliputi: a. Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS), yang merupakan forum koordinasi, konsolidasi, sinergitas pelaksanaan program pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota. b. Rapat Regional Rapat Regional, merupakan forum koordinasi, sinkronisasi, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan program-program strategis dan penajaman pelaksanaan program dekonsentrasi yang dilaksanakan berdasarkan per wilayah. Peserta Rapat Regional diikuti oleh Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi, Kapubaten/Kota sesuai dengan pembagian wilyah yang sudah ditentukan. c. Rapat Koordinasi Terbatas (RAKORTAS) Rapat Koordinasi Terbatas (RAKORTAS) merupakan forum koordinasi untuk membahas topik/isu-isu tertentu/ strategis, yang diikuti oleh Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi seluruh Indonesia. d. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Koperasi dan UKM MUSRENBANG Koperasi dan UKM tahun 200 diselenggarakan dengan maksud untuk Melakukan sinkronisasi kegiatan pokok, lokasi kegiatan dan pagu yang disusun dalam Renja Kementerian Koperasi dan UKM, dengan Usulan Pendanaan Perangkat Daerah (UPPD)/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi. e. Rapat Koordinasi Dekonsentrasi Rapat Koordinasi Dekonsentrasi ini diselenggarakan dalam rangka sinkronisasi dan penysunan anggaran terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilimpahkan pelaksanaannya di daerah. RAKOR ini diikuti oleh Kepala Dinas/Instansi yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi seluruh Indonesia. 54 Penandatanganan Ikrar pemberdayaan Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional oleh seluruh kepala dinas yang membidangi Koperasi dan UKM, dalam kesempatan Rapat Koordinasi Nasional Menteri Negara Koperasi dan UKM membuka Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Jakarta, 3 6 Desember

56 Evaluasi Dan Pelaporan Dalam rangka Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan atas pelaksanaan program pemberdayaan Koperasi dan UKM, telah dilakukan: a. Penyusunan Laporan Triwulan Laporan triwulan, merupakan implementasi dari amanat Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, mengenai Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, untuk disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS. b. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) LAKIP merupakan bentuk pertanggungjawaban Kementerian Koperasi dan UKM dalam menjalankan penyelenggaranaan pemerintahan negara di bidang pemberdayaan Koperasi dan UKM, yang disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. LAKIP disusun berdasarkan INPRES Nomor 9 tahun 999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. c. Penyusunan Laporan Tahunan Laporan Tahunan disusun dengan memuat informasi dan data pelaksanaan program pemberdayaan Koperasi dan UKM yang telah dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam kurun waktu satu tahun (Januari Desember). Suasana rapat Regional Wilayah II, Surabaya, Jawa Timur, 4 6 Juni 200 Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM membuka rapat Regional di Palembang, Sumatera Selatan, 2 23 Juni 200 Program-program Pemberdayaan Koperasi dan UKM Bidang Kelembagaan Koperasi. Bidang Produksi. Bidang Pembiayaan. Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha. Bab 8 DEPUTI KEMENTERIAN Bidang Pengembangan SDM KUKM. Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha. Bidang Pengkajian Sumber Daya UKMK. 59 Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM

57 62 Untung Tri Basuki Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 200. Tahun 200 merupakan tahun awal dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Dokumen RPJMN yang memberikan arahan mengenai Prioritas Nasional dan Prioritas Lainnya kemudian dijabarkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Koperasi dan UKM Di dalam Renstra telah ditetapkan program teknis dan program generik yang akan dilaksanakan selama kurun waktu lima tahun ke depan. Program Teknis yang terkait dengan tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM adalah program Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UKM, serta program Penguatan Kelembagaan Koperasi. Tujuan program: mewujudkan iklim usaha yang kondusif bagi Koperasi dan UKM sebagai lembaga ekonomi yang mandiri, berdaya saing dan memiliki kinerja yang efektif dan efisien terutama dalam menghadapi era globalisasi. Sasaran Program: Terwujudnya Koperasi yang tumbuh dan berkembang sehat sesuai jati diri Koperasi. Manfaat Program: Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan anggota Koperasi Program Peningkatan Iklim Usaha yang Kondusif bagi Koperasi dan UKM bertujuan mewujudkan pemberdayaan Koperasi dan UKM yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi, agar Koperasi dan UKM memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan strategis yang telah dilaksanakan selama 200 ini adalah: Sosialisasi UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang diperuntukkan bagi pejabat dinas yang membidangi Koperasi dan UKM di tingkat provinsi, instansi terkait, tokoh masyarakat, dan pemangku kepentingan di daerah. Penyusunan rancangan (draft) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang UMKM, yang akan menjadi standar operasional pelayanan publik bagi aparat daerah yang membidangi Koperasi dan UKM dalam memberdayakan UKM.

58 Evaluasi terhadap Peraturan Perundang-undangan tentang Koperasi dan UKM di Tingkat Pusat dan Daerah, dan sepanjang tahun ini telah dievaluasi sebanyak 60 Perda yang menghambat perkembangan Koperasi dan UKM. Dari jumlah tersebut, 38 Perda akan disampaikan rekomendasi pembatalan/pencabutannya kepada Presiden melalui Kementerian Dalam Negeri. Penyusunan rancangan (draft) Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) di Bidang Koperasi dan UKM, yang mengacu pada PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Derah Kabupaten/Kota. 65 Tujuan dari Program Penguatan Kelembagaan Koperasi adalah untuk mengembangkan praktek koperasi yang sesuai dengan jati diri koperasi serta meningkatkan peran koperasi dalam melayani anggota dan masyarakat dalam rangka peningkatan kesejahteraannya. Beberapa kegiatan strategis yang telah dilakukan dalam rangka penguatan kelembagaan koperasi selama 200 adalah: Penguatan Status Badan Hukum Koperasi melalui Pengumuman Badan Hukum (BH) dalam Lembar Berita Negara, dengan target BH Koperasi. Pelaksanaan Pemeringkatan Koperasi. Tahun ini telah diperingkat.503 koperasi dengan perolehan koperasi berkualitas sebanyak.32 koperasi. Penilaian koperasi berprestasi dengan penetapan ada 75 koperasi berprestasi dan 0 koperasi penerima penghargaan melalui Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 9/Kep/M.KUKM/VII/200 tanggal 5 Juli 200, dan penyerahan penghargaan kepada pemenang disampaikan pada puncak peringatan Hari Koperasi, 5 Juli 200 di Surabaya, Jawa Timur. Penyusunan Sistem Aplikasi Member Card bagi koperasi konsumen yang dikemas dalam bentuk CD agar dapat memfasilitasi koperasi dalam menyusun database anggota secara digital dan melakukan proses transaksi anggota dengan koperasi. Revitalisasi Fungsi Kelembagaan Koperasi yang dilakukan melalui kegiatan penyusunan kebijakan peningkatan kualitas kelembagaan koperasi dan bimbingan teknis perkoperasian kepada.000 orang pejabat dinas yang membidangi koperasi dan UKM di lima provinsi. Monitoring dan Evaluasi Program Pemberdayaan Koperasi dan UKM. 66 Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama para anggota Rapat Anggota Tahunan XXXIII K.S.P KODANUA, Jakarta, 4 Februari

59 68 Menteri Negara Koperasi dan UKM menyerahkan penghargaan pada acara RAP Induk KUD Tahun Buku 200, Yogyakarta, 8 20 Februari 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM membuka secara resmi Peringatan Hari Koperasi di Subang Jawa Barat 7 Juli 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam acara penandatanganan Rapat Anggota Tahunan ke 29 di Jambi, 7 Juni Menteri Negara Koperasi dan UKM membuka acara Sarasehan dan Jambore Koperasi di Jawa Timur, 9 Juli 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama para peserta Jambore Koperasi di Jawa Timur, 9 Juli Presiden Republik Indonesia memberikan pesan singkat pada acara Hari Koperasi Nasional ke 63 yang bertemakan Koperasi Bangkit Untuk Kesejahteraan Rakyat di Surabaya, 5 Juli 200

60 Presiden Republik Indonesia beserta Ibu Negara didampingi Menteri Negara Koperasi dan UKM pada acara puncak Hari Koperasi Nasional, 5 Juli 200 di Surabaya Jawa Timur 76 Perkembangan RUU Perkoperasian Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang perkoperasian dengan output antara lain telah disiapkan RUU tentang Koperasi dan telah disampaikan oleh Bapak Presiden RI kepada DPR-RI dengan surat Nomor: R-69/ Pres/09/200 tanggal September 200. Saat ini sudah memasuki tahapan pembahasan awal dengan DPR-RI, yaitu melalui Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) antara Komisi VI DPR-RI dengan Kementerian Koperasi dan UKM pada tanggal 0 Maret 20. Perkembangan RUU LKM Pada tanggal 3 November 2009, Kementerian Koperasi dan UKM telah mengusulkan draft RUU LKM menjadi inisiatif dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk dimasukkan dalam daftar Rancangan Undang-Undang Program Legislasi Nasional Tahun Anggaran Saat ini RUU LKM tersebut masih dalam pembahasan dengan instansi terkait dan gerakan koperasi, khususnya yang bergerak di sektor usaha simpan pinjam. Rapat dengar pendapat umum antara Komisi VI DPR RI dengan Kementerian Koperasi dan UKM 77 78

61 Menteri Negara Koperasi dan UKM menandatangani batu simbol dalam acara pembukaan RAT Kilang Mandiri Tahun Buku 2009 di Balikpapan, 23 April 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan dalam acara pembukaan Pencanangan Kota Bekasi menjadi Kota Koperasi, 8 Juli Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (GEMASKOP) Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi (GEMASKOP) memiliki 3 (tiga) tujuan, yaitu Mengajak orang untuk berkoperasi; Membenahi kualitas kelembagaan dan usaha koperasi yang ada; dan Menumbuhkan koperasi berskala besar. Output yang diharapkan dari GEMASKOP berdasarkan ketiga tujuan tersebut adalah tumbuhnya koperasi baru, meningkatnya jumlah koperasi yang berkualitas dan tumbuhnya koperasi berskala besar di tiap Provinsi. Untuk menggaungkan GEMASKOP ini, maka pada setiap kesempatan rapat koordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM daerah dan setiap kunjungan dinas ke daerah selalu disampaikan materi tentang GEMASKOP. Disamping itu juga dilakukan sosialisasi melalui media elektronik, dan telah ditayangkan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tentang GEMASKOP pada beberapa stasiun televisi. Pidato Menteri Negara Koperasi dan UKM pada acara pencanangan Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi, Jakarta, 26 April Menteri Negara Koperasi mengunjungi SMK Koperasi, Yogyakarta 4 Desember 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM mengunjungi salah satu gerai di acara SMESCO Fesyen 200, 28 Juli

62 84 85 NOTARIS SEBAGAI PEMBUAT AKTA KOPERASI Tujuan :. Meningkatkan keterlibatan profesi Notaris dalam menguatkan kualitas dan status akta badan hukum koperasi; 2. Pemerataan sebaran jumlah Notaris Pembuat Akta Koperasi seluruh Indonesia. Manfaat :. Pemahaman Notaris Pembuat Akta Koperasi dalam Pembubaran dan Pendirian Anggaran Dasar Koperasi; 2. Sebagai pedoman Notaris Pembuat Akta Koperasi dalam membuat Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi; 3. Notaris yang telah ditetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi mendapat kepastian hukum dalam menjalankan tugas. Hasil : Sejak tahun 2004 sampai 200 telah ditetapkan sebanyak orang notaris yang tersebar di seluruh Indonesia, dan telah mengikuti pembekalan di bidang perkoperasian yang di selenggarakan oleh Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia (PP-INI) di beberapa wilayah di Indonesia, dan mendapat sertifikat, serta di tetapkan sebagai Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK) dengan Surat Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan dalam rangka konsolidasi dan pemantapan peran dan pelaksanaan tugas notaris dalam pemberdayaan Koperasi, Bali, 28 Januari Data Profil 99 Koperasi Skala Besar Seluruh Provinsi No. Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis Angg. (org)

63 Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) Koperasi BQ. Baburrayyan Ds. Takengon Timur, Kec. Laut Tawar Kab. Aceh Tengah Pemasaran KUD Rahmat Jl. Tengku Cikditiro Kota Banda Aceh Jasa

64 Kop. Syariah Dewantara Jl. Meunasah No. 9, Desa Keude Krueng Geukueh, Kec. Dewantara Kab. Aceh Utara Simpan Pinjam Koperasi Pengangkutan Umum Medan Jl. Rupat No Kel. Gang Buntu Kota Medan Aneka Usaha KUD Harapan Tani (Harta) Jl. Pendidikan No. 49, Kel. Sei Jambak Kab. Langkat Produsen Kopdit CU Mandiri Jl. Langsat No. 32, Kec. Padang Hilir Kota Tebing Simpan Pinjam

65 Angg. (org) Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) KUD Harapan Tani Ds. Payolebar, Kec. Singkut Kab. Sorolangun Simpan Pinjam KUD Sido Mukti Kel. Wiroto Agung, Rimbo Bujang Kab. Tebo Aneka Usaha 740

66 KUD Marga Jaya Desa Petaling Jaya, Kec. Sungai Gelam Kab. Muaro Jambi Konsumen KUD Sejahtera Ds. Barat Toman Kab. Musi Banyuasin Produsen

67 KSP RIAS Ds. PL. Mardiharjo, Kec. Purwodadi Kab. Musi Rawas Simpan Pinjam Koperasi Tunas Baru Jl Mayjen HM Ryacudu No.88 Kota Palembang Jasa KSP Rizki Jl. Air Rambai, Kec. Curup Kab. Rejang Lebong Simpan Pinjam 58

68 KSU Raflesia Jl. Raya CurupBengkulu KM 4 Kab. Bengkulu Tengah Konsumen Kop. Nelayan Kota Bengkulu Jl. Ir. Rustandi Lokasi BRKP (PPI) Pulau Bai Kota Bengkulu Jasa

69 KUD Sumber Pangan Jl. Merpati No. 35 Kec. Bahuga Kab. Way Kanan Produsen KSP Tri Dharma Artha Rama dewa, Kec. Seputih Raman Kab. Lampung Tengah Simpan Pinjam 2/ Kop. Baituttamwil Muhamadiyah Jl. Kapten P. Tendean No. 7, Kec. Tj. Karang Pusat Kota Bandar Lampung Simpan Pinjam 26/

70 PROVINSI BENGKULU Kopinkra Silungkang Ds. Silungkang Tigo, Kec. Silungkang Kota Sawahlunto Produsen 2 KSP VII Koto Talago II Desa Tanjung Jati, Kec. Guguak Kab. Lima Puluh Kota Simpan Pinjam KSGS Gunung Sungkur Kab. Pasaman Barat Produsen

71 PROVINSI LAMPUNG 4. PROVINSI RIAU Kelompok/ Jenis 0 3. PROVINSI SUMATERA BARAT Alamat 6. PROVINSI SUMATERA SELATAN 2. PROVINSI SUMATERA UTARA 2 Nama Koperasi 5. PROVINSI JAMBI. PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM No. KUD Tunas Muda Ds. Teluk Merbau, Kec. Dayun Kab. Siak Produsen

72 KUD Tani Bahagia Ds. Kulin Jaya, Kec. Lubuk Batu Jaya Kab. Indragiri Hulu Pemasaran KUD Intan Makmur Jl. Koperasi, Desa Bukit Intan Makmur, Kec. Kunto Darussalam Kab. Rokan Hulu Konsumen No.

73 Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis Angg. (org) Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) No. Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis 89 Angg. (org) 9. PROVINSI BANGKA BELITUNG Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) 3. PROVINSI JAWA TENGAH

74 Koperasi Warga Peltim ^) Ds. Munthok, Kec. Munthok Kab. Bangka Barat Konsumen KSU Andini Luhur Ds. Jetak, Kec. Getasan Kab. Semarang Pemasaran Kopdit Karya Bersama Lestari Kel. Semabung Baru, Kec. Bkt Intan Kota Pangkal Pinang Simpan Pinjam

75 Kospin Jasa Jl. Cipto No.84 Kota Pekalongan Simpan Pinjam Produsen KUD Bina Tani Sejahtera Komplek PT. Sawindo, Desa Tempilang, Kec. Tempilang Kab. Bangka Barat Produsen

76 KUD Batur Jaya Kab. Klaten 3 4. D.I. YOGYAKARTA KSU KOSUD Gama Ds. Catur Tunggal, Kec. Depok Kab. Sleman Konsumen KSP Setia Kawan Ds. Bokoharjo, Kec. Prambanan Kab. Sleman Simpan Pinjam KUD Tani Makmur

77 Ds. Mrisi, Kec. Tirtonirmolo, Kasihan Kab. Bantul Produsen Kopwan Setia Bakti Wanita *) Jl. Jemur Handayani 55, Kec. Wonocolo Kota Surabaya Jasa Koperasi SAE Pujon *) Jl. Brigjen Abdul Manan Wijaya Kab. Malang Produsen

78 KSP Mitra Usaha Desa Sumberdadi, Kec. Mantup Kab. Lamongan Simpan Pinjam KUD Mina Samudera Ds. Surya Bahari, Kec. Pakuhaji Kab. Tangerang Produsen Kop. Satria Ardira Mandiri Terminal IA Bandara Soekarno Hatta, Desa Panjang Kec. Benda Kab. Tangerang Simpan Pinjam

79 Primkopti Kab. Serang Jl. Maya Cilegon, Desa Pejaten, Kec. Kramat Watu Kab. Serang Produsen PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kop. Bahrul Ulum Jl. Nusantara, Desa Gn.Lengkuas, Kec. Bintan Timur Kab. Bintan Simpan Pinjam

80 2 Kop. Karet Rakyat Jl. Mawar RT 06 RW 03, Desa Air Putih, Kec. Bunguran Timur Kab. Natuna Produsen Koperasi Aneka Usaha Natuna (KOPANESA) Jl. Batu Sisir Bukit Arai, Desa Bandarsyah, Kec. Bunguran Timur Kab. Natuna Konsumen Koppas Cempaka Putih *) Jl. Cempaka Putih Tengah Kota Jakarta Pusat Pemasaran

81 KSP Kodanua Jl. Latiumeten I No.4 Kota Jakarta Barat Simpan Pinjam PROVINSI JAWA TIMUR. PROVINSI DKI JAKARTA 3 KKGJ Kota Jakarta Timur Konsumen (SP) KPSBU Lembang ^)

82 Jl. Panorama Lembang Kab. Bandung Produsen KSP Rukun Ikhtiar Kel. Pungkur Kota Bandung Simpan Pinjam KUD Trisula Jl. Palasah, Kec. Palasah Kab. Majalengka Konsumen

83 PROVINSI JAWA BARAT 6. PROVINSI BANTEN 90 No. Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis Angg. (org) Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) No. Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis 7. PROVINSI BALI 9 Angg. (org)

84 Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) 2. PROVINSI KALIMANTAN TENGAH KSU Kuta Mimba Jl. Sriwijaya Legian Kota Kab. Badung Simpan Pinjam KUD Mula Membangun Jl. Beringin No. 68, Kel. Lohei II Kab. Barito Utara Produsen

85 2 Koppas Srinadi *) Ps. Galiran, Jl. Mahoni, Semarapura Kab. Klungkung Koppas Kop. CU Sumber Rejeki Simpan Pinjam Kopdit Tri Tunggal Tuka Banjar Tuka, Kab Badung Kab. Badung Simpan Pinjam

86 Jl. Barombot No.37 RT 34 Desa Ampah Kota, Kec. Dusun Tengah Kab. Barito Timur 3 KUD Karya Utama Jl. Ahmad Yani, Desa Makarti Jaya, Kec. Pangkalan Lada Kab. Kotawaringin Barat Produsen PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KUD Bina Karya Ds. Pancordao, Kec. Batukliang Kab. Lombok Tengah Produsen KSP Karya Mandiri

87 Ds. Jerowaru Kab. Lombok Timur Simpan Pinjam KUD Tiga Serangkai Ds. Anjani, Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur Aneka Usaha Kopdit Obor Mas Kel. Wairotang, Kec. Alok Kab. Sikka Simpan Pinjam

88 Koperasi Nelayan Yasa Mina Kel. Labuan Bajo, Kec. Komodo Kab. Manggarai Barat Pemasaran KSU Setara Kel. Tambatan I, Kec. Amarasi Kab. Kupang Konsumen 22. PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KUD Gajah Mada Ds. Telagasari, Kec. Kelumpang Hilir Kab. Kota Baru Produsen KUD Penerus Baru *) Jl. Brigjen H. Hasan Basuki Km 0,3 Kab. Tapin

89 Produsen Kopdit Saijaan Sejahtera Jl. Yakut No. 08, Kec. P. Laut Utara Kab. Kota Baru Simpan Pinjam Koperasi TKBM Samudara Sejahtera (Komura) *) Jl. Yos Sudarso No. 4, Kec. Samarinda Ilir Kota Samarinda Jasa

90 KUD Kopta Kel. Air Putih, Kec. Samarinda Ulu Kota Samarinda Produsen Kop. Bolum Boen Jl. PE-Yi D PT. Badak LNG, Desa Satimpo, Kec. Bontang Selatan Kota Bontang Simpan Pinjam KUD Tamporok Ds. Tatelu, Kec. Dimembe Kab. Minahasa Utara Produsen.444

91 KSU Baru Terbit Mandiri Kab. Bolaang Mangandow Simpan Pinjam KUD Murni Tahuna Jl. Jend. Sudirman, Komplek Pelabuhan Lama, Desa Sawang Bandar, Kec. Tahuna Kab. Kepulauan Sangihe Konsumen PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

92 PROVINSI KALIMANTAN BARAT Kopdit CU Lantang Tipo *) Ds. Pusat Damai, Kec. Parindu Kab. Sanggau Simpan Pinjam Koperasi Jasa Menenun Mandiri Ds. Tanjung Puri, Kec. Sintang Kota Sintang Produsen KUD Sawit Mekar Jaya Kec. Subah Kab. Sambas Produsen 308

93 PROVINSI SULAWESI UTARA No. Nama Koperasi Alamat Kelompok/ Jenis Angg. (org) Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) No. Nama Koperasi

94 Alamat Kelompok/ Jenis 93 Angg. (org) 25. PROVINSI SULAWESI TENGAH Modal Sendiri (Rp) Modal Luar (Rp) Asset (Rp) Volume Usaha (Rp) SHU (Rp) PROVINSI MALUKU UTARA KSP Bina Sejahtera Kota Parigi Montong Simpan Pinjam

95 2 Kop. Teluk Tomini Kota Parigi Montong Produsen KUD Merpati Kab. Banggai Kep. Pemasaran PROVINSI SULAWESI SELATAN KUD Kambiolangi Belajen,Kec Alla, Kab Kab. Enrekang Produsen KSP Berkat

96 Jl. Durian No.5, Kec. Ujung Bulu Kab. Bulukumba Simpan Pinjam Kospermindo Jl. Anggrek Raya Blok E2 No Kota Makassar Produsen KUD Tunas Sari Ds. Labone, Kec. Lasalepa Kab. Munna Simpan Pinjam

97 KUD Winetoro Jl. Kenanga No.23A Kab. Kolaka Konsumen KSP Sejahtera Kota Bau-Bau Simpan Pinjam Kop. Tebu Rakyat Mitra Bangkit Jl. Mutiara, Ds. Bonggahu, Kec. Pguyangan Kab. Boalemo Jasa 40/

98 KSU Mulya Jaya Desa Bulota Kab. Gorontalo Produsen KSU Mekar Jaya Jl. Pabrik Gula, Desa Suka Makmur Kab. Gorontalo Simpan Pinjam 04/ Kop. Perkebunan Rimba Sisika Ds. Lako Akelamo, Kec. Sahu Kab. Halmahera Utara Produsen

99 3 2 KUD Malihut Kab. Halmahera Utara Konsumen 8 3 KSP Bobato Kab. Tidore Simpan Pinjam PROVINSI PAPUA KSP Tunas Muda Jl. Trikola, Kec. Jayapura Utara Kota Jayapura Simpan Pinjam KSU Nimboran Kencana Jl. Resetelment, Kamp Besum No.07 RT 07/04, Kec. Manokwari Kota Jayapura

100 Jasa PROVINSI SULAWESI TENGGARA 33. PROVINSI PAPUA BARAT 28. PROVINSI GORONTALO Koperasi Mitra Bersama Porles Jl. Bhayangkara No.0, Desa Manokwari Timur Kab. Manokwari Konsumen KUD Sejahtera Jl. S.Kamundan, Klawuyuk Kota Sorong Jasa (SP)

101 KUD Tani Makmur Kl. Malawele, Distrik Almas Kab. Sorong Pemasaran Data: Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM Koperasi Berskala Besar Salah satu prioritas program penguatan kelembagaan Koperasi adalah pemilihan 3 Koperasi Berskala Besar di setiap Provinsi, sehingga diharapkan akan ada 99 Koperasi Berskala Besar di seluruh Indonesia, yang selanjutnya akan disusun dan ditetapkan ranking Koperasi Berskala Besar di Indonesia. 29. PROVINSI SULAWESI BARAT Kop. Tunas Muda Kab. Mamuju Produsen KSU Amanah

102 Kab. Polewali Mandar Jasa Kop. Nelayan Samalewah Kab. Majene Pemasaran KUD Pelita Makmur Ds. Seith, Kec. Leihitu Kab. Maluku Tengah Produsen Kopkar Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Jl. Komplek Pelabuhan Yos Sudarso Kota Ambon Jasa

103 KSP Surya Sekawan Jl. Trans Seram, Kec. Seram Utara Kab. Maluku Tengah Simpan Pinjam PROVINSI MALUKU Bidang Produksi 96 Braman Setyo Deputi Bidang Produksi

104 Kebijakan Deputi Bidang Produksi tahun 200 lebih menekankan pada penciptaan iklim yang kondusif serta pemberian bantuan perkuatan dana untuk pengembangan Koperasi dan UKM di bidang produksi. Jumlah koperasi yang mendapat bantuan perkuatan dana untuk pengembangan 27 jenis kegiatan usaha di bidang produksi pada tahun 200, sebanyak 64 koperasi yang tersebar di 3 provinsi dan 44 kabupaten. Tujuan program: Meningkatkan produktifitas dan nilai tambah produk barang dan jasa yang dihasilkan koperasi sesuai dengan jati dirinya sehingga memiliki daya saing dengan memanfaatkan potensi sumberdaya lokal dan penerapan teknologi yang tepat. Sasaran Program: Terwujudnya kebijakan bagi Koperasi dan UKM yang terkait dengan produksi dan terciptanya peningkatan produktifitas usaha koperasi dan anggotanya serta fasilitasi dukungan perkuatan kepada Koperasi dan UKM. Manfaat Program: Meningkatkan produktifitas usaha Koperasi dan UKM melalui sehingga meningkatkan kesejahteraan anggota Koperasi dan penyerapan tenaga kerja REALISASI PERKUATAN BIDANG PRODUKSI BENTUK PERKUATAN NAMA KOPERASI KABUPATEN Provinsi BENTUK PERKUATAN NAMA KOPERASI KABUPATEN Provinsi Anyaman tikar Kop. Gapoktan Kompa Tasikmalaya Jawa Barat

105 Pengolahan umbi porang KSU LMD Hutan Sumber Wana Lestari Madiun Jawa Timur Bank padi KUD Leung Bintang Pidie NAD Kop. LMDH Argo Mulyo Nganjuk Jawa Timur KUD Ora Et Labora Banyuwangi Jawa Timur Perbengkelan KSU Harapan Bersama Pasaman Barat Sumatera Barat PLTMH KUD Harapan Jaya Probolinggo Jawa Timur Batu bata KUD Batara Takalar Sulawesi Selatan

106 Koppontren Al Ihsan Polewali Mandar Sulawesi Barat Batu mulia Kopinkra Kreasi Sukabumi Jawa Barat Kop. Remaja Reso Tamurangingngi Enrekang Sulawesi Selatan Bengkel KSU Chasanah Kuningan Jawa Barat Kopsa Ponpes Darul Magfiroh Cianjur Jawa Barat KUD Bina Karya Sumedang Jawa Barat Kopontren Nurul Iman Garut Jawa Barat KSU Bale Dana Mesari Bangli Bali

107 Kopontren Al Jauhariyah Sampang Jawa Timur Bordir komputer KSU Srikandi Kota Medan Sumatera Utara KSU Mitra Prima Utama Madiun Jawa Timur Budidaya kakao Kop. Primer Rimba Lariang Mamuju Utara Sulawesi Barat Koperta Sekar Asih Sumedang Jawa Barat KUD Karya Tani Konawe Sulawesi Tenggara KUD Sugih Tani Bogor Jawa Barat Koptan Dos Roha Tobasa Sumatera Utara

108 KUD Dworowati Demak Jawa Tengah Kopontren As-Shofa Pontianak Kalimantan Barat KUD Lesanpuro Grobogan Jawa Tengah KUD Karang Ploso Malang Jawa Timur KUD Wiroto Grobogan Jawa Tengah KUD Samaendre Pangkep Sulawesi Selatan KUD Sawo Jajar Demak Jawa Tengah Gerabah KUD Tani Rejo Bantul DI Yogyakarta KUD Tani Jaya

109 Madiun Jawa Timur Gula aren KSU Rai Wahu Rote Ndao NTT KUD Dolopo Madiun Jawa Timur Iodisasi garam KUD Bulu Cindea Pangkep Sulawesi Selatan KUD Eka Jaya Probolinggo Jawa Timur Kentang KUD Beringin Jaya Probolinggo Jawa Timur KUD Sida Mukti Indramayu Jawa Barat Kop. Usaha Mandiri Lestari Makmur Malang Jawa Timur

110 KUD Satya Dharma Malang Jawa Timur KSU Bahari Tunas Mandiri Bangli Bali Kop. Angseri Nadi Tabanan Bali KSU Sari Aji Boyolali Jawa Tengah Budidaya karet Dolomit Komoditi kentang KSU Prospek Mandiri Jaya Bersama Wonosobo Jawa Tengah Logam KSU Pantama Kota Makassar Sulawesi Selatan Pabrik es 20 ton/hari Koperasi Poleminasa Wajo Sulawesi Selatan

111 Postel Pupuk Sapi Sapi lokal Sapi perah Kop. Meutia Multi Usaha (M2U) Kota Makassar Sulawesi Selatan Kop. Peternak Satria (PESAT) Banyumas Jawa Tengah Pemecah batu Kop. Babussalam Wajo Sulawesi Selatan KUD Dewi Ratih Tulungagung Jawa Timur Pengolahan getah pinus Koperasi. Civitas Akademika Universitas Sawerigading Kota Makassar Sulawesi Selatan Penggemukan sapi KUD Brayan Urip Batang Jawa Tengah

112 Pengolahan kakao KUD Patriot Luwu Sulawesi Selatan Sarana wisata Koperasi Hoga Resort Wakatobi Sulawesi Tenggara KUD Makmur Sejati Kolaka Sulawesi Tenggara Tenun adat Kop. Industri Kerajinan Rakyat Sonbilo Timor Tengah Selatan NTT KSU BMT As-Syifa Kubu Raya Kalimantan Barat Wisata KSU Perindo Sidoarjo Jawa Timur Pengolahan kelapa Pengolahan kopi KSU Mata Mual Humbang Hasundutan Sumatera Utara

113 Kop. Petani Kopi Warga Masyarakat Hutan Bandung Jawa Barat Kop. Wanita Sari Meguna Bangli Bali Bantuan perkuatan di bidang produksi tahun 200 tersebar di 3 Provinsi (44 Kabupaten) dengan jumlah penerima sebanyak 64 koperasi. Jenis kegiatan usaha yang paling banyak mendapatkan bantuan perkuatan adalah kegiatan usaha Pupuk (9 koperasi); Postel (4 koperasi); Sapi Perah (3 koperasi); Bank Padi (3 koperasi); Bengkel (3 koperasi). Untuk sebaran penyaluran bantuan perkuatan berdasarkan Provinsi yang paling banyak mendapatkan bantuan, adalah: Provinsi Jawa Barat: 8 koperasi dengan 7 jenis kegiatan usaha. Provinsi Jawa Tengah: 8 koperasi dengan 4 Jenis kegiatan usaha. Provinsi Jawa Timur: 5 koperasi dengan 8 Jenis kegiatan usaha. Provinsi Sulawesi Selatan: 9 koperasi dengan 8 jenis kegiatan usaha. Provinsi Sulawesi Tengah: 6 koperasi dengan 6 jenis kegiatan usaha. 00 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja ke tempat pelelangan ikan di Muara Angke, 25 Januari Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau bank padi di Nusa Tenggara Barat, 3 Desember

114 Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau pabrik pengolahan susu Pusat Koperasi Industri Susu Segar Tanjung di Pasuruan, Jawa Timur, 3 Februari Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau bantuan pengadaan sapi untuk anggota Koperasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 24 Juli Bidang Pembiayaan 08 Pariaman Sinaga Deputi Bidang Pembiayaan Hingga saat ini, Koperasi dan UKM masih menghadapi berbagai kendala yang salah satunya berupa akses permodalan yang masih sulit dikarenakan prosedur kredit dan persyaratan yang tidak dapat dipenuhi. Sebagai langkah strategis untuk membantu Koperasi dan UKM mengatasi keterbatasan modal dan akses kepada lembaga permodalan, Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan beberapa program/kegiatan terkait permodalan. Tujuan program: Mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya perempuan dan pemuda pelaku usaha skala mikro melalui koperasi. Mendukung upaya peningkatan kinerja usaha koperasi peserta program yang anggotanya sebagian besar perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro anggota koperasi di berbagai sektor usaha produktif. Memberikan perlindungan dan penyelamatan usaha yang dilaksanakan oleh perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro anggota koperasi. Mendukung upaya penumbuhan kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan, khususnya di kalangan perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro anggota koperasi. Sasaran Program: Terwujudnya peningkatan peran dan kinerja koperasi peserta program dalam memfasilitasi pengembangan usaha yang dilakukan oleh perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro yang anggotanya bergerak di berbagai sektor usaha produktif. Tersalurnya bantuan dana kepada perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro anggota

115 koperasi peserta program. Terlaksananya program penyediaan dana bagi kelompok perempuan dan pemuda pelaku usaha mikro/koperasi. Manfaat Program: Tersalurnya dana bantuan bagi koperasi yang dikelola dan beranggotakan perempuan. Meningkatknya struktur permodalan koperasi serta memperluas jangkauan pelayanan simpan pinjam koperasi kepada perempuan pelaku usaha mikro anggotanya. Tersalurnya bantuan dana untuk usaha produktif dengan persyaratan ringan dan terjangkau dari koperasi kepada perempuan pelaku usaha mikro sesuai tingkat kelayakan usahanya, baik melalui perseorangan maupun kelompok-kelompok usaha bersama. Meningkatnya produktifitas perempuan pelaku usaha skala mikro anggota koperasi sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga Penilaian Kesehatan Akhir 200 jumlah KSP/USP koperasi mencapai unit. Laporan dari daerah menunjukkan indikasi bahwa KSP dan USP koperasi tersebut belum seluruhnya dilakukan penilaian kesehatan, yang merupakan indikator kinerja sehat dan tidaknya koperasi, baik dari aspek keuangan maupun jati diri koperasi. Hasil penilaian kesehatan tersebut juga dapat dijadikan tolok ukur kredibilitas KSP/USP koperasi yang bersangkutan. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa delapan dari 33 provinsi belum melakukan penilaian kesehatan KSP/USP koperasi. Jumlah persentase ratarata KSP/ USP koperasi yang telah dinilai tingkat kesehatannya adalah sebesar 36,26% di 25 provinsi. Kondisi ini memperkuat indikasi yang menunjukan kecenderungan tingginya kesulitan yang dihadapi pembina untuk melakukan penilaian kesehatan bagi seluruh KSP/USP koperasi tersebut. Di lain pihak, lembaga perbankan dan masyarakat membutuhkan informasi yang terstandarisasi mengenai keragaan dan kinerja KSP/USP koperasi, yang salah satunya ditunjukkan oleh tingkat kesehatan KSP/USP koperasi yang bersangkutan. Dengan adanya penilaian kesehatan KSP/USP koperasi, dapat memberikan kepastian dan jaminan keamanan bagi anggota dan masyarakat dalam memanfaatkan layanan koperasi jasa keuangan dan unit jasa keuangan koperasi. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan dalam acara Konsultasi Regional Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Papua Barat, 2 Oktober Menteri Negara Koperasi dan UKM menyerahkan bantuan perkuatan kepada Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Provinsi Papua Barat, 2 Oktober 200

116 3 Ketua Koperasi Nasari memberikan kenang-kenangan kepada Menteri Negara Koperasi dan UKM setelah penandatanganan kerja sama kemitraan strategis antara Koperasi Simpan Pinjam Nasari dengan PT Pos Indonesia (Persero), 23 Desember Legalisasi LKM Non Formal Saat ini di berbagai daerah di Indonesia telah tumbuh dan berkembang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) non formal yang jumlahnya mencapai ribuan. LKM ini dibentuk dan tumbuh karena adanya aspirasi atas pelaksanaan program pemerintah, pemerintah daerah, bentukan LSM, dan masyarakat itu sendiri untuk melayani kebutuhan pembiayaan mikro. Untuk melindungi kepentingan masyarakat penabung dan peminjam, serta aset LKM yang bersangkutan, pemerintah menyediakan kerangka hukum dalam bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Gubernur Bank Indonesia dengan Nomor: 35./ KMK.00/2009, Nomor: A Tahun 2009, Nomor: 0/SKB/M. KUKM/IX/2009, Nomor: /43A/KEP.GBI/2009 tentang Strategi Pengembangan LKM. Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan sosialisasi agar Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang melaksanakan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana ke masyarakat di luar Lembaga keuangan Bank dan Non Bank yang telah berbadan hukum (seperti Koperasi, Modal Ventura, dst), harus mempunyai legalitas dan berbadan hukum. Melihat semangat yang tinggi untuk membentuk dan mengembangkan LKM sebagai sarana untuk melayani kebutuhan permodalan usaha bagi masyarakat di berbagai pelosok tanah air tersebut, maka atas inisiatif DPR, Kementerian Koperasi dan UKM telah mengusulkan draft Rancangan Undang-Undang LKM. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan penghargaan pada acara Expo Pembiayaan 200, 20 Oktober Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan pada Expo Pembiayaan 2009, 7 Desember 2009

117 7 8 9 Pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh LKM dan para pihak yang akan membangun LKM, untuk memilih badan hukum yang sesuai dengan karakteristik usaha rakyat serta kesesuaian pola pengelolaannya. Jika ada LKM memilih lembaga keuangan yang berbentuk PT dan ingin melakukan usaha bank dan lembaga keuangan lainnya, misalnya BPR atau lembaga ventura, harus diproses sesuai peraturan yang berlaku di Indonesia. Kalau bentuk usaha bank tentunya harus mendapat izin dari Bank Indonesia, sedangkan Lembaga Modal Ventura harus memperoleh izin dari Kementerian Keuangan, sedangkan untuk bentuk koperasi cukup memperoleh badan hukum dan izin usaha simpan pinjam dari Kementerian Koperasi dan UKM. Sejalan dengan semangat tersebut, dalam SKB dan Inpres 3 tahun 200 diberikan kesempatan kepada lembaga-lembaga LKM untuk membentuk badan usaha yang legal dan berbadan hukum. Oleh karena itu Kementerian Koperasi dan UKM tidak hentihentinya melakukan penyuluhan dengan membentuk tim sosialisasi Kementerian Koperasi dan UKM dan Dinas Koperasi dan UKM di daerah untuk melakukan sosialisasi dengan persuasif. Kelihatannya peluang tersebut cukup disadari dan dapat ditangkap oleh pelaku LKM. Hal ini terlihat dari unit BMT telah berembug dan bersamasama menyatakan diri untuk bergabung dalam koperasi yang berbadan hukum, di mana saat ini sekitar 60% BMT sudah menyatakan berbadan hukum koperasi dan KUBE sekitar 40% berbadan hukum koperasi. Mereka memilih koperasi karena lebih mengenal konsumen yang berada di daerahnya yang bergabung dalam anggota koperasi, sehingga ada captive market di bidang keuangan mikro. Ke depannya kita akan melihat semakin banyaknya LKM yang berbentuk badan usaha koperasi yang dapat melayani kebutuhan permodalan usaha-usaha rakyat diberbagai pelosok di tanah air ini. Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau gerai BMT pada acara Expo Pembiayaan 200, 20 Oktober T INGKAT ProduktifITAS KSP/USP-KOPERASI MENURUT RETURN ON ASSET TAHUN BUKU

118 2009 DAN 200 NO KOPERASI SISA HASIL USAHA (Rp JUTA) ASSET (Rp JUTA) T INGKAT ProduktifITAS KSP/USP-KOPERASI MENURUT ASSET TURNOVER TAHUN BUKU 2009 dan 200 RETURN ON ASSET (%) NO KOPERASI PINJAMAN YANG DISALURKAN (Rp JUTA) ASSET (Rp JUTA) ASSET TURNOVER (KALI)

119 Kospin Jasa (Kantor Pusat Pekalongan) 22.69, , , ,73,544,538 2 Inkopdit (Kantor Pusat Jakarta Pusat) , , , ,5,97,974 3 KSP Nasari (Kantor Pusat Semarang) 773,07 565, , ,74 0,404 0,79 Kospin Jasa (Kantor Pusat Pekalongan) ,33

120 , , ,73 4,4 3,482 4 USP KSU Sejahtera Bersama (Kantor Pusat Bogor) 337,98 3, , ,34 0,338 0,26 2 Inkopdit (Kantor Pusat Jakarta Pusat) , , , ,5 0,780 0,799 5 KSP Kodanua (Kantor Pusat Jakarta Barat) 2.23, , ,02

121 26.45,86 2,356,866 3 KSP Nasari (Kantor Pusat Semarang) , , , ,74,949 0,694 6 KSP Berkat (Kantor Pusat Bulukumba) 3.62, , , ,25 3,388 3,355 4 USP KSU Sejahtera Bersama (Kantor Pusat Bogor) , , , ,34 0,650

122 0,302 7 USP KSU Dosen Universitas Gadjah Mada/ Kosudgama(Kantor Pusat Yogyakarta) 2.350, , , ,00 2,26 2,338 5 KSP Kodanua (Kantor Pusat Jakarta Barat) , , , ,86 3,090,44 8 Koperasi Setia Bhakti Wanita (Kantor Pusat Surabaya) 638,67 492, , ,47 0,640 0,429 6

123 KSP Berkat (Kantor Pusat Bulukumba) , , , ,25 0,789 0,778 KSP Dana Nusantara (Kantor Pusat Jakarta Selatan) , , , ,00 0,485 0, ,00 USP KSU Dosen Universitas Gadjah Mada/ Kosudgama(Kantor Pusat Yogyakarta) , , ,47 0,649 0, ,74 362,94

124 80.07, ,59,744 0,42 Koperasi Setia Bhakti Wanita (Kantor Pusat Surabaya) ,00 0 KSP Bina Usaha Pamardi Utomo (Kantor Pusat Semarang) KSP Artha Mulia (Kantor Pusat Semarang) 247,09 45, , ,8 0,559 0,529 9 KSP Dana Nusantara (Kantor Pusat Jakarta Selatan).62, , , ,4 0,6 0,6 2 KSP Lohjinawe (kantor Pusat Rembang)

125 .960, , , ,93 3,856 4,409 0 KSP Bina Usaha Pamardi Utomo (Kantor Pusat Semarang) 39.23, , , ,59,739,527 3 KSP Pangestu (Kantor Pusat Pati) 636,6 642, , ,74,7,253 KSP Artha Mulia (Kantor Pusat Semarang) , ,7

126 44.24, ,8 0,752 0,759 4 KSP Multi Niaga (Kantor Pusat Makassar) 333,00 334, , 5.666,32 0,658 0,648 2 KSP Lohjinawe (kantor Pusat Rembang) 68.54, , , ,93,34,043 5 USP Koperasi Surya Kencana (Kantor Pusat Jakarta Barat).084,00.094, , ,62

127 3,406 3,398 3 KSP Pangestu (Kantor Pusat Pati) , , , ,74 2,278,53 6 KSP Artha Prima (Kantor Pusat Ambarawa) 84,00 85, , ,40 0,784 0,777 4 KSP Multi Niaga (Kantor Pusat Makassar) , , , 5.666,32 0,840 0,836

128 7 KSP Prima Dana (Kantor Pusat Semarang) 37,06 38,7.98, ,36,870,94 5 USP Koperasi Surya Kencana (Kantor Pusat Jakarta Barat) 28.2, , , ,62 0,886 0,888 8 USP Koperasi Sentossa Makmur (Kantor Pusat Semarang) 4, 4,52.922, ,2 0,734 0,725 6 KSP Artha Prima (Kantor Pusat Ambarawa)

129 47.652, , , ,40 2,03 2,008 9 IUSP Koperasi Semarak Dana (Kantor Pusat Jakarta Timur) 46,0 47,25 609,8 70,86 7,568 6,732 7 KSP Prima Dana (Kantor Pusat Semarang) 3.946,00 6.2,00.98, ,36,99 3,027 USP Koperasi Serambi Dana (Kantor Pusat Jakarta Barat) ,00.922,7

130 2.003,2 2,02 2,3 43,00 45,50 963,60.000,00 4,462 4,550 USP Koperasi Sentossa Makmur (Kantor Pusat Semarang) 4.040, IUSP Koperasi Semarak Dana (Kantor Pusat Jakarta Timur) 55,30 563,45 609,8 70,86 0,905 0, USP Koperasi Serambi Dana (Kantor Pusat Jakarta Barat) 879,79 894,54 963,60.000,00

131 0,93 0, , , ,4 0,302 0, ,00 40,00 35,00 5,00 0,00 20,28 3,73 20,00 3,37 5,00 6,33 20,00 35,00 25,00 0,6 25,00 0,00 0,00 5,00 0,

132 5,00 0, Koperasi Koperasi BPR BPR Trend pertumbuhan pinjaman koperasi periode mengalami peningkatan sebesar 28,95%. 23 Trend Pertumbuhan Simpanan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi Tahun (%) 30,00 23,90 30,00 32,66 39,56 Trend Pertumbuhan Pinjaman Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi Tahun (%) 4,97 9,74 4, Trend pertumbuhan simpanan koperasi periode mengalami peningkatan sebesar 6,0%.

133 Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha 26 Neddy Rafinaldy Halim Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Pemasaran merupakan salah satu faktor penting dan menentukan dalam melakukan usaha, karena dengan pemasaran yang baik maka akan mampu mendorong peningkatan pendapatan yang diharapkan. Oleh karena itu harus dibangun sistem pemasaran yang terintegrasi agar produk yang dihasilkan berkualitas, dipercaya, dan mendapat respon yang positif dari konsumen. Untuk itu, perlu dibangun jaringan pemasaran yang baik agar konsumen dapat memperoleh produk yang diinginkan secara mudah dan terjangkau. Tujuan program: Meningkatkan daya saing dan daya kompatabilitas produk Koperasi dan UKM dalam pasar yang kompetitif serta mengembangkan infrastruktur pemasaran produk Koperasi dan UKM dan mendorong perluasan pasar produk Koperasi dan UKM. Sasaran Program: Terwujudnya produk Koperasi dan UKM yang memiliki daya saing dan kompatabilitas di pasar dalam dan luar negeri, serta tersedianya infrastruktur pemasaran dan saran promosi bagi produk unggulan dan perluasan pasar produk Koperasi dan UKM di dalam dan di luar negeri. Manfaat Program: Tersedianya produk Koperasi dan UKM yang memiliki daya saing, kepastian tempat usaha bagi UKM anggota Koperasi dan perluasan pasar bagi produkproduk Koperasi dan UKM Paviliun daerah didalam gedung SMESCO UKM, Jakarta Gedung SMESCO UKM Jakarta, adalah merupakan pusat pemasaran produk Koperasi dan UKM Langkah-langkah yang telah ditempuh Kementerian Koperasi dan UKM dalam memajukan sektor pemasaran dan jaringan usaha ini diantaranya adalah: Mendirikan SMESCO Convention Center

134 Mendirikan SMESCO Gallery Membuat Stand Provinsi seluruh Indonesia Pengembangan pusatpusat promosi Revitalisasi pasar tradisional Mendukung pasar rakyat Melirik bisnis ritel Membuat klinik bisnis Penataan PKL (Pedagang Kaki Lima) Pengembangan Pusat-Pusat Promosi - Smesco (Small and Medium Enterprise and Cooperatives) Kementerian Koperasi dan UKM sadar bahwa Pusat Promosi merupakan jendela awal dunia internasional untuk melihat sekaligus menilai produk-produk unggulan daerah. Itu sebabnya Kementerian Koperasi dan UKM berinisiatif untuk mendirikan Pusat-pusat Promosi di setiap daerah, agar dapat membantu para pengusaha Koperasi dan UKM dalam menampilkan produk-produk mereka dengan lebih baik. Sebaliknya bagi publik, Pusat Promosi merupakan pusat informasi bagi produk-produk lokal yang berkualitas. Sejauh ini sudah ada lima daerah yang memiliki Pusat Promosi, yaitu: SMESCO UKM, Jakarta. SMESCO UKM Sriwijaya Promotion Center Palembang, Sumatera Selatan. SMESCO UKM SENBIK UKM Bandung, Jawa Barat. SMESCO UKM Celebes Convention Center Makassar, Sulawesi Selatan. SMESCO UKM Paradise Product Promotion Center Manado, Sulawesi Utara. Kementerian Koperasi akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam mengembangkan kantung-kantung promosi yang ada di setiap daerah, misalnya dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda), agar dapat menampilkan produk-produk lokal yang senantiasa berkembang, baik dari segi tampilan, jenis, maupun kualitasnya. Pusat promosi harus dapat menjadi arena display, pusat informasi, trading house, dan rujukan utama produk kebanggaan daerah. Pada akhirnya, setiap pusat promosi, apapun bentuknya, akan mampu menjadi tolok ukur kemajuan produk lokal. Galeri UKM didalam gedung SMESCO UKM, Jakarta Menteri Negara Koperasi dan UKM membuka SMART Angin Mamiri, 7 Oktober 200

135 Gedung Exhibition Hall Celebes Convention Center, Makasar, Sulawesi 34 Revitalisasi Pasar Tradisional Kementerian Koperasi dan UKM bekerja sama dengan Pemerintah Daerah mempelajari kondisi pasar-pasar tradisional yang ada dan melakukan revitalisasi yang diperlukan untuk meningkatkan bukan hanya kesegaran fisik pasar tetapi juga sistem pengelolaannya. Revitalisasi pasar adalah memperbaiki dan memperluas sarana kegiatan ekonomi rakyat di daerah-daerah. Dengan perluasan dan perbaikan yang ada, diharapkan juga membuka kesempatan kerja yang lebih luas di daerah. Revitalisasi pasar tradisional merupakan program yang diutamakan karena kegiatan ini berkaitan erat dengan pemberdayaan usaha mikro khususnya dalam memberikan kepastian dan kenyamanan lokasi usaha. Untuk memaksimalkan kegunaannya bagi setiap orang, pasar-pasar tradisional yang telah direhabilitasi ini akan dikelola oleh koperasi yang dibentuk. Program revitalisasi pasar tradisional ini mendapat sambutan yang sangat baik, terutama dari para pelaku usaha Koperasi dan UKM, karena program ini memberi manfaat riil, diantaranya: Pendapatan rakyat dan daerah meningkat. Membantu pemerintah daerah dalam menerapkan tata kota yang baik dan tertib. Partisipasi masyarakat dalam pengembangan pasar tradisional meningkat, karena kini mereka memiliki sarana yang memadai untuk berusaha. Terlebih lagi karena usaha-usaha tersebut dikelola oleh koperasi. Masyarakat bisa semakin mandiri berkat adanya koperasi yang membantu mengelola aset dan kegiatan ekonomi mereka. Ketika masyarakat makin mandiri, pendapatan rakyat dan daerah meningkat, maka kesejahteraan bersama pun makin merata. Pada tahun 2009 ada 95 unit pasar yang direvitalisasi dengan rincian: Sebanyak 5 unit pasar tradisional dengan anggaran sebesar Rp ,merupakan program revitalisasi pasar tradisional reguler (APBN). Sebanyak 90 unit pasar tradisional dengan anggaran sebesar Rp ,merupakan program revitalisasi pasar tradisional dari APBN-P. Untuk tahun 200 ada 34 unit pasar yang direvitalisasi: Sebesar Rp ,- diambil dari APBN Pos Anggaran Bantuan Sosial untuk memfasilitasi tujuh unit pasar-natuna, Bengkayang, Bolaang Mongondow Utara, Cianjur, Magetan, Grobogan, dan Lombok Barat. Ada Rp ,- yang dialokasikan dari dana Koperasi APBN untuk merevitalisasi 27 unit pasar dan lima koperasi untuk 500 PKL di 32 kabupaten/ kota pada 6 provinsi. Pasar Revitalisasi, Foto atas: Pasar Paso, Ambon, Foto Bawah: Pasar Tradisional, Boloh, Semarang 35 36

136 LAMPIRAN PASAR TRADISIONAL Tahun Anggaran 2009 No. Provinsi Kabupaten/Kota Jumlah Unit Anggaran (Rp 000) No. Provinsi Kabupaten/Kota Aceh Aceh Tengah Jawa Timur Sampang Aceh Singkil Sumenep Aceh Tenggara

137 Pacitan Pidie Jaya Pamekasan Mandailing Natal Probolinggo Padang Lawas Lamongan Samosir

138 Bangkalan Tanah Datar Banyuwangi Solok Ponorogo Pasaman Barat Madiun Sumatera Utara Sumatera Barat Anggaran (Rp 000)

139 4 Sumatera Selatan Banyuasin Bali Kab. Karang Asem Musi Rawas Kalimantan Barat Kubu Raya Riau Kuantan Singingi Sekadau

140 Rokan Hulu Kalimantan Selatan Balangan Anambas Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat Sulawesi Utara Bengkulu Kerinci Minahasa Tenggara

141 Bengkulu Utara Bolaang Mongondow Bangka Selatan Bitung Lampung Lampung Selatan Sangihe Banten Serang Kab. Kotamubagu

142 Jawa Barat Tasikmalaya Poso Garut Kota Palu Sumedang Parigi Moutong Bogor Kota Bau-bau

143 Kuningan Kota Kendari Sragen Tana Toraja Kudus Takalar Demak Bantaeng

144 Jepara Gowa Pekalongan Kepulauan Selayar Purworejo Wajo Wonosobo Gorontalo Gorontalo Utara

145 Kulon Progo Maluku Kota Tual Maluku Utara Kota Ternate NTT Sumba Timur Ngada NTB Lombok Barat

146 Dompu Jawa Tengah DI Yogyakarta Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan 26 Papua Yapen 27 Papua Barat Raja Empat Jumlah 27 74

147 LAMPIRAN PASAR TRADISIONAL Tahun Anggaran 200 (Rp 000) Pasar Reguler (APBN) No. Provinsi Unit Kabupaten Sulawesi Utara Kab. Bolaang Mongondow Utara Jumlah Jawa Barat Kab. Cianjur Jawa Tengah Kab. Grobogan

148 Jawa Timur Kab. Magetan Kalimantan Barat Kab. Bengkayang Kep. Riau Kab. Natuna NTT Kab. Lombok Barat Jumlah APBN-P No.

149 Provinsi Unit Kabupaten Jumlah Sumatera Selatan Kab OKU Timur Riau Kab. Kampar Lampung Kab. Lampung Barat Bengkulu Kab. Mukomuko 5 Banten

150 Kota Serang Jawa Barat Kab. Cianjur Kab. Sumedang Kab. Sukabumi Kota Depok Kota Sukabumi Kab. Majalengka Jawa Tengah Kota Semarang

151 Kab. Kendal DI Yogyakarta Kab. Bantul Sulawesi Selatan Kab. Jeneponto Kab. Pinrang Kab. Luwu Kota. Pare-Pare Kab. Mamasa

152 Kab. Mamuju Utara Kab. Polewali Mandar Kab. Buton Utara Kab. Kolaka Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara 2 Maluku Kab. Maluku Tengah Bali Kab. Gianyar

153 4 NTT Kab. Kupang Papua Barat Kab. Teluk Bintuni Jumlah 5 27 Jumlah Keseluruhan Pasar tradisional OESAO Kabupaten Kupang, Nusatenggara Timur, foto atas: sebelum revitalisasi, foto bawah: setelah revitalisasi Pasar Rakyat Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan terdiri dari banyak suku, memiliki ciri khas dalam perilaku ekonomi yang unik dan patut dibina, misalnya dari segi pasar rakyat. Pasar rakyat sebagai sebuah kegiatan tentu tidaklah istimewa. Pasar rakyat ada di mana-mana. Di kota besar pasar rakyat biasanya muncul di daerah pinggiran, sedangkan di kota-kota kecil pasar rakyat tumbuh menjamur. Keunikan pasar rakyat adalah bahwa kemunculannya selalu ditunggu-tunggu masyarakat, karena di setiap kemunculannya, pasar rakyat tidak hanya menawarkan barang, tetapi

154 juga berbagai macam atraksi. Para pedagang menunjukkan keistimewaan barang dagangannya dengan cara-cara yang unik. Ada yang sambil menyanyi atau bermain sulap, ada yang memberi diskon besar atau hadiah. Para pedagang juga mendandani gerainya dengan lampu warna-warni dan hiasan-hiasan menarik lainnya. Pasar rakyat merupakan hiburan bagi masyarakat sekitar. Suasana Pasar Rakyat di Selaparang, Nusa Tenggara Barat Suasana Pasar Rakyat di Sumatera Selatan Kementerian Koperasi dan UKM melihat adanya peluang yang amat besar dari pasar rakyat ini. Bila diarahkan dengan baik, pasar rakyat dapat menjadi ajang bagi para pengusaha mikro (UMI) untuk menampilkan produk-produk mereka karena amat mudah dan murah. Para pengusaha mikro ini juga akan mampu bersaing dengan sehat karena di pasar rakyat mereka punya kesempatan untuk mencari pelanggan sebanyak-banyaknya dan menjadikan merek mereka populer. Di pasar rakyat mereka diberi peluang untuk berpromosi secara gencar dan murah. Sebaliknya bagi masyarakat/konsumen, pasar rakyat merupakan kesempatan untuk mencari produk-produk yang baik dengan harga yang terjangkau dan relatif murah Semakin sering pengusaha mikro ikut serta dalam pasar rakyat, maka kemungkinan produknya semakin dikenal orang akan makin besar. Semakin besar pula akses untuk meraih pasar yang lebih luas. Tidak jarang, produk atau merek yang dimulai dari pasar rakyat dalam waktu singkat bisa menjadi terkenal di tingkat nasional karena produsennya rajin berpartisipasi dalam pasar-pasar rakyat. Sampai akhir 200 pasar rakyat yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM sudah berlangsung di 56 lokasi dengan setidaknya.300 pengusaha mikro dan koperasi sebagai pesertanya. Penyelenggaraan pasar rakyat banyak disinergikan dengan kegiatan-kegiatan pemerintah daerah setempat agar pelaksanaannya lebih efektif dan efisien. Belajar dari pengalaman penyelenggaraan, konsumen merupakan unsur yang amat menentukan keberhasilan pasar rakyat, sehingga di beberapa Provinsi antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan, Kementerian Koperasi dan UKM menggandeng Kementerian Agama dan PT Televisi Republik Indonesia. Menteri Negara Koperasi dan UKM pada acara Pembukaan Pasar Rakyat di Jakarta, 3 September

155 Pembukaan acara Republika dan Miss Jinjing Peduli UKM Indonesia oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM, 30 April 200 Pembukaan kegiatan Cooperative Fair oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM beserta Gubernur Jawa Barat, 4 Agustus Peresmian Gedung UKM Jawa Timur oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM, 8 Juli 200 Peresmian Gedung UKM Jawa Timur oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM, 8 Juli 200 Melirik Bisnis Ritel Manusia semakin modern. Gaya hidup senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Perilaku berbelanja juga mengalami perubahan. Kenyamanan berbelanja menjadi salah satu syarat utama. Di kota-kota besar, konsumen dimanjakan sedemikian rupa sehingga pasar tradisional tergeser oleh pusat-pusat belanja besar dan mewah. Hal ini tak luput dari pengamatan kami di Kementerian Koperasi dan UKM. Pergeseran gaya hidup ini dimaknai positif oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Di tengah bangsa yang masih terus berkembang ini, pembangunan pusat-pusat belanja tumbuh pesat, karena semakin menjadi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Kegiatan koperasi juga harus berubah seturut perkembangan zaman. Selain itu, sasaran jangka panjangnya adalah upaya untuk membendung produk impor dan mengedepankan produk-produk lokal sebagai primadona produk nasional Agar tidak ketinggalan zaman dan mampu menyamakan ritme yang semakin cepat ini, Kementerian Koperasi membuka komunikasi dan menjajaki peluang kerja sama dengan pemilik bisnis ritel besar,

156 agar produk-produk Koperasi dan UKM ini juga bisa diakomodir, bersanding sekaligus bersaing dengan produk-produk impor. Ada banyak hal yang harus disiapkan untuk dapat masuk ke jaringan bisnis ritel. Kualitas produk harus prima, tampilan dan kemasan produk harus disesuaikan dengan selera publik, dan yang tak kalah pentingnya adalah kemampuan Koperasi dan UKM dalam mengelola usahanya, sehingga pada akhirnya produk Koperasi dan UKM siap bersaing dengan produk global adalah tahun di mana Kementerian Koperasi dan UKM mulai menerapkan polapola berniaga modern. Kementerian Koperasi dan UKM menggandeng peritel modern untuk mengadopsi beberapa toko koperasi yang punya potensi dan dianggap siap. Hasilnya adalah toko koperasi yang tampil lebih modern dengan sistem pengelolaan yang juga disesuaikan dengan standar yang lebih tinggi, dengan jaringan usaha yang lebih kuat dan terintegrasi, karena dapat memanfaatkan kapasitas jaringan Koperasi dan UKM yang ada. Toko-toko koperasi ini mempunyai daya saing yang cukup besar karena mampu memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk lokal, dengan demikian juga sekaligus memperbaiki brand image produk-produk lokal. Sasaran dari kegiatan ini adalah: Koperasi yang memiliki unit usaha waralaba. Produk Koperasi dan UKM yang punya potensi. Koperasi yang punya potensi dan kelayakan usaha untuk menjadi ritel modern. Menteri Negara Koperasi dan UKM sedang berdialog dengan para pedagang tekstil dan kulit di pasar tanah abang, Mall Makasar dan Cibaduyut dalam rangka melihat langsung dampak dari pemberlakuan ACFTA terhadap para UKM Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau gerai-gerai Waralaba, Semarang dan Palembang Sepanjang 200 telah dilakukan serangkaian kegiatan seperti: Temu Jaringan Bisnis Koperasi dengan Peritel Modern Temu jaringan ini diselenggarakan untuk memberikan bimbingan teknis kepada pelaku usaha Koperasi dan UKM yang memiliki produk yang layak masuk ke jaringan ritel modern. Dalam pertemuan ini dihadirkan narasumber dari peritel modern seperti Carrefour, PT Sumber Alfaria Trijaya, dan PT Indogrosir dengan harapan para Koperasi dan UKM mendapatkan informasi yang lebih detail tentang kriteria produk yang bisa masuk ke jaringan peritel modern. Tindak lanjut dari pertemuan ini, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan kerja sama dengan Carrefour. Peritel besar ini memberikan tempat khusus untuk memasarkan produk-produk Koperasi dan UKM, juga memberikan bimbingan dan pembinaan kepada para pelaku usaha Koperasi dan UKM. Temu Pengurus Koperasi untuk Peningkatan Kelas Toko Koperasi dalam Bisnis Ritel Modern Pertemuan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada pengurus koperasi dalam rangka mengembangkan usaha, khususnya di bidang bisnis ritel koperasi, sekaligus memperkuat jaringan usaha koperasi dan UKM.

157 Tindak lanjut dari kegiatan ini adalah kerja sama dengan PT Sumber Alfaria Trijaya dan dengan PT Indogrosir dalam meningkatkan kelas toko koperasi yang dikelola secara tradisional menjadi ritel modern dengan standar dan sistem yang terintegrasi Peningkatan Produktifitas Usaha Mikro Melalui Klinik Bisnis Tantangan terbesar dalam dunia bisnis adalah dunia tanpa batas (borderless). Ini tak ubahnya dengan hukum air mengalir. Di mana ada lembah, ke situlah air akan mengalir. Demikian juga dengan arus barang dan jasa dalam era globalisasi. Barang dan jasa yang memiliki kualitas tinggi dan harga bersaing pasti akan menjadi rebutan pembeli. Di sisi lain, produktifitas usaha mikro rendah dan lamban dalam mengantisipasi kebutuhan dan selera pasar. Kondisi ini timbul karena keterbatasan kemampuan usaha mikro untuk mengakses sumber daya produktif, terutama teknologi, informasi pasar, dan bahan baku. Kondisi ini meyulitkan usaha mikro dalam meningkatkan kapasitas usaha maupun dalam mengembangkan produk agar mampu bersaing di pasaran. Sedangkan ketersediaan lembaga konsultasi juga amat terbatas dan belum merata di seluruh daerah. Peran masyarakat dan dunia usaha terhadap usaha mikro belum optimal karena masih dianggap belum terlalu menguntungkan. Pemerintah lewat Kementerian Koperasi dan UKM berusaha memperbaiki kondisi tersebut dengan menata program secara lebih kreatif. Pemerintah memfasilitasi pengembangan usaha mikro di bidang produksi, pengolahan, pemasaran, desain, dan teknologi. Salah satu programnya adalah Peningkatan Produktifitas Usaha Mikro melalui Klinik Bisnis. Diharapkan, lewat klinik-klinik bisnis ini dapat membuka wawasan para pelaku usaha mikro dalam menciptakan dan meningkatkan peluang usaha. Dengan demikian dapat mendorong ekonomi lokal dan membuka potensi pasar lokal. Pada dasarnya tujuan diselenggarakannya klinik bisnis usaha mikro ini adalah mendorong peningkatan kemampuan usaha mikro agar mampu menghasilkan produkproduk berkualitas. Caranya adalah dengan memberikan pengetahuan tentang manajemen mutu produk. Meningkatkan dan mengembangkan akses pasar produkproduk usaha mikro dengan cara memberikan akses informasi pasar dan promosi yang diselaraskan dengan jaminan pasokan bahan baku dan jalinan kemitraan. Pada 200 dilaksanakan kegiatan Klinik Bisnis Usaha Mikro di 0 provinsi dengan peserta masing-masing 50 orang setiap provinsi. Para peserta ini berasal dari sentra makanan UKM. Kegiatan ini difokuskan pada produk berbahan baku tepung terigu. Klinik bisnis ini bekerja sama dengan PT Bogasari Baking Center dengan menghadirkan narasumber yang sukses di bidangnya. Dari hasil pertemuan tersebut para peserta mendapat pengetahuan dan kemampuan memilah bahan baku yang baik dan berkualitas, mengolah bahan baku menjadi produk yang layak dan punya daya saing sesuai segmentasi pasarnya masing-masing, serta menghasilkan produk-produk unggulan. Menteri Negara Koperasi dan UKM meresmikan mobil Klinik Bisnis, Surabaya, Jawa Timur 53 54

158 Penataan Sarana Usaha Pedagang Kaki Lima (PKL) Sejak 2005 Kementerian Koperasi dan UKM telah memberikan bantuan Program Penataan Sarana Usaha kepada 4 koperasi untuk anggota koperasi/usaha mikro di 36 kabupaten/kota pada 9 provinsi. Total bantuan yang diberikan sejak 2005 sampai 200 adalah sejumlah Rp 5 miliar. Untuk 200 Kementerian Koperasi dan UKM telah memberikan bantuan sarana PKL di dua daerah pasca gempa kepada tujuh koperasi, yaitu dua di Sumatera Barat dan lima di Jawa Barat dengan alokasi dana sebesar Rp 2 miliar yang diambil dari dana sosial. Bantuan sebesar Rp 3 miliar yang bersumber dari APBN-P juga dikeluarkan untuk diberikan kepada lima kabupaten/kota di lima provinsi. Agar program ini dapat terus berlanjut di masa depan, tiga kementerian melakukan sinergi program, yaitu Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Dalam Negeri, lewat Nota Kesepahaman di antara ketiga menteri tersebut Pada 27 September 200. Nota Kesepahaman bernomor 2/NKB/M. KUKM/IX/200; nomor A Tahun 200; dan nomor 320./M-DAG/MoU/X/200 tentang sinergi Program. Pengembangan Ekonomi dan Penataan Lingkungan Perkotaan melalui Penguatan Sektor Usaha Mikro. Tugas masing-masing kementerian adalah: Menteri Koperasi dan UKM bertanggung jawab dalam pemberdayaan bidang pengembangan kelembagaan, permodalan, dan dukungan sarana usaha mikro PKL. Menteri Dalam Negeri bertugas menyediakan kawasan yang dialokasikan untuk PKL serta melakukan penataan lingkungan perkotaan. Menteri Perdagangan wajib menyediakan fasilitas dan sarana pengembangan kemitraan dan kewirausahaan. Menteri Negara Koperasi dan UKM dialog dengan pedagang kaki lima di Nusa Tenggara Timur Peninjauan lokasi Pasar Syariah Az-Zaitun oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM di Surabaya, dalam rangka Revitalisasi Pasar Tradisional, 9 Juni Bidang Pengembangan SDM Koperasi dan UKM 58 Agus Muharram Deputi Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia

159 59 Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah disebutkan bahwa pengembangan SDM Koperasi dan UKM dilakukan dengan cara: Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial Membentuk dan mengembangkan lembaga diklat untuk melakukan pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan Membentuk motivasi untuk menciptakan kreatifitas bisnis dan penciptaan wirausaha baru Tujuan program: Menumbuhkan dan meningkatkan kewirausahaan Koperasi dan UKM melalui penyelenggaraan diklat serta meningkatkan prakarsa dan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan sumber daya Koperasi dan UKM. Sasaran Program: Terlaksananya diklat bagi Koperasi dan UKM, terciptanya wirausaha baru serta terwujudnya sinergi antara peran pemerintah, dunia usaha dan masyarakat dalam peningkatan sumber daya manusia Koperasi dan UKM. Manfaat Program: adanya peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia Koperasi dan UKM terkait dengan kewirausahaan, keterampilan teknis, manajemen perkoperasian dan pengetahuan penunjang lainnya, yang berpengaruh pada peningkatan koperasi berkualitas. tumbuhnya wira usaha baru dan inkubator Koperasi dan UKM. adanya koordinasi dan kerjasama yang terpadu antara Pemerintah, dunia usaha dan lembaga diklat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi Koperasi dan UKM (seperti penyusunan kurikulum dan modul yang tepat). 60 Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) bidang perbengkelan di Ponpes Al-Hidayah, Jambi 7 Juni Dalam UU No. 25 Tahun 992 tentang koperasi dan pentingnya pengembangan SDM koperasi, undangundang tersebut secara tegas juga menyebutkan bahwa dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada koperasi, Pemerintah mendorong, mengembangkan dan membantu pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan penelitian di bidang koperasi. Dalam mengimplementasikan undang-undang tersebut, terutama dalam meningkatkan produktifitas dan daya saing, pada 200 Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan berbagai kegiatan baik yang bersifat diklat maupun non diklat kepada setidaknya orang yang meliputi:. Pembudayaan kewirausahaan bagi kelompok masyarakat marginal yang diikuti oleh.000 peserta. 2. Diklat kewirausahaan bagi masyarakat kampus dengan peserta 90 orang. 3. Diklat kewirausahaan bagi pemuda dengan peserta 90 orang. 4. Diklat penumbuhan wirausaha baru sarjana yang diikuti oleh 50 orang. 5. Diklat kewirausahaan pascamagang luar negeri yang diikuti oleh 90 peserta. 6. Diklat keterampilan teknis (peningkatan industri kreatif) dengan 270 peserta. 7. Diklat pengetahuan tentang koperasi bagi pengurus koperasi pada lembaga pendidikan di pedesaan diikuti oleh 20 peserta. 8. TOT bagi fasilitator koperasi dengan 90 orang peserta. 9. Penyusunan modul advokasi manajemen dan organisasi - modul. 0. Penyusunan modul advokasi kemitraan dan teknologi - modul.. Penyusunan modul advokasi peraturan dan perundang-undangan - modul. 2. Temu

160 konsultasi dalam rangka pengembangan TPKU yang diikuti oleh 90 orang peserta. 3. Bimbingan teknis usaha bagi calon wirausaha baru pada lembaga pendidikan pedesaan dengan 5 peserta. 4. Pengembangan standar kompetensi sertifikasi pengelola KJK (Diklat Fasilitator Kompetensi) dengan 20 peserta. 5. Bimbingan teknis bagi pengelola KSP/USP dengan 250 peserta. 6. Diklat sertifikasi pengelola KJK dengan 20 orang peserta. 7. Diklat assesor kompetensi KJK dengan 60 orang peserta. 8. Diklat peningkatan kapasitas calon wirausaha baru yang diikuti oleh 200 peserta. 9. Peningkatan pemahaman perkoperasian pada pendidikan formal dan non formal yang diikuti oleh 650 orang. 20. Pengembangan program diklat koperasi dan UMKM yang diikuti oleh 50 orang. 2. Koordinasi dan optimalisasi pengembangan SDM Koperasi dan UKM dengan 35 peserta. 22. Evaluasi program diklat manajerial dan teknis Koperasi dan UKM yang diikuti 80 orang. 23. Temu konsultasi dalam rangka pengembangan jaringan kerja sama antar lembaga diklat dengan 75 orang peserta. 62 Menteri Negara Koperasi dan UKM sedang menyaksikan hasil karya mahasiswa/i Institut Manajemen Telkom Bandung berupa casing komputer yang terbuat dari bahan bambu pada acara Start Right Now be Enterpreneur Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau kios kerajinan Wirausahawan Muda di Makassar, 3 Maret Selain menyelenggarakan serangkaian kegiatan tersebut di atas, juga telah dilaksanakan sosialisasi dan pembekalan kewirausahaan bagi sarjana untuk menumbuhkan semangat dan motivasi agar mau menjadi wirausaha. Sosialisasi tersebut diberikan kepada sarjana yang belum memiliki pekerjaan. Sepanjang 200 telah dilakukan pembekalan kepada orang sarjana di 7 provinsi. Hasilnya, ada.249 sarjana yang kemudian mengajukan proposal usaha, atau 7,9% dari peserta sosialisasi. Proposal yang layak ditindaklanjuti ada 582 buah dan setelah melewati tahap seleksi, dana pinjaman diberikan kepada 47 orang sarjana dengan nilai total Rp ,-. Sisanya

161 yang 439 orang masih dalam proses. Upaya untuk menumbuhkan wirausaha baru juga ditempuh melalui kegiatan Pengembangan Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) pada lembaga pendidikan pedesaan. Di tahun 200 Kementerian Koperasi dan UKM memberikan fasilitasi pelatihan kepada 200 unit TPKU yang tersebar di 28 provinsi. Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau kios kerajinan Wirausahawan Muda di Yogyakarta, 6 Januari Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan pembekalan kepada Calon Wirausahawan Muda di Yogyakarta, 6 Januari 200 Upaya untuk membangkitkan semangat dan jiwa kewirausahaan, khususnya bagi generasi muda terus dilakukan, mengingat bahwa rasio antara jumlah wirausaha dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini masih 0,24%, sedangkan rasio yang ideal harus lebih dari 2%. Pencapaian rasio minimal 2% ini menggambarkan peningkatan penyerapan tenaga kerja, mendorong pertumbuhan ekonomi, menaikkan pendapatan rakyat, penurunan angka kemiskinan Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan pada acara Pembekalan Kewirausahawan bagi Sarjana Calon Wirausaha Baru di Jawa Timur, 2 Februari

162 Menteri Negara Koperasi dan UKM usai memberikan pembekalan kepada para peserta kewirausahaan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan pembekalan kewirausahaan pada acara wisuda IPWIJA 7 72 Pembekalan calon wirausaha muda di Jakarta, 0 Desember 2009 Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan pembekalan kewirausahaan bagi pemuda sarjana Semarang, 23 Desember Menteri Negara Koperasi dan UKM menerima Ciputra guna membahas program Ciputra Enterpreneurship Menteri Negara Koperasi dan UKM berkunjung ke kediaman Ciputra guna membahas program Ciputra Enterpreneurship Creating World Enterpreneurship The Nation 75 76

163 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja ke Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) Pondok Pesantren Al Amanah, Nusa Tenggara Barat Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) di Jambi, 7 Juni Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja ke peresmian gedung Tempat Praktek Keterampilan Usaha Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah, 28 Juni Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan peninjauan di Tempat Praktek Keterampilan Usaha (TPKU) di Sumatera Utara, Januari 200 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan ke SMK Negeri Tanjung Pinang, Kepulauan Riau 8 82

164 Berbagai kegiatan industri kreatif 83 Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha 86 Choirul Djamhari Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha 87 Pada tahun 200, program/kegiatan strategis yang dilaksanakan pada bidang pengembangan dan restrukturisasi usaha, diantaranya: sistem HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) sertifikasi halal lembaga pendamping (LPB/BDS-P) wirausaha baru UKM sentra aplikasi skim pengembangan usaha Pusat Komunikasi Bisnis (Puskombis) UKM industri kreatif kerajinan UKM perikanan Tujuan program: Meningkatkan produktifitas dan daya saing Koperasi dan UKM yang didukung oleh sumber daya yang berkualitas. Meningkatkan usaha Koperasi dan UKM melalui dukungan permodalan, kebijakan, pendampingan, dan peningkatan manajemen, kualitas dan usaha. Menumbuhkan dan meningkatkan peran pemerintah, swasta dan Koperasi dan UKM dalam rangka kemitraan usaha. Sasaran Program:

165 Terfasilitasinya peningkatan produktifitas UKM yang didukung oleh sumber daya yang berkualitas sehingga mempunyai daya saing nasional dan mampu menjawab tantangan global. Terfasilitasinya peningkatan usaha UKM yang didukung oleh permodalan, kebijakan, pendampingan, dan peningkatan manajemen dan usaha sehingga terwujud penerapan standarisasi dan teknologi yang tepat yang dapat menunjang peningkatan produktifitas UKM serta menjamin perlindungan konsumen. Terwujudnya peningkatan kemitraan usaha UKM dan pihak terkait serta kerjasama usaha Koperasi dan UKM di dalam dan antar sentra. Manfaat Program: Meningkatkan pendapatan Koperasi dan UKM, berkembangnya usaha Koperasi dan UKM, meningkatnya penjualan produk, tersebarnya info bisnis, terbukanya peluang pasar dan meningkatnya manajemen mutu produk UKM. Selain itu juga, meningkatnya kerjasama usaha antar Koperasi dan UKM di dalam sentra dan antar sentra. 88 Menteri Negara Koperasi dan UKM pada acara peresmian Graha Dekopinwil Kalimantan Barat, 6 September Pemanfaatan Sistem Hak Kekayaan Intelektual (Haki) Salah satu bentuk perlindungan hukum untuk meningkatkan daya saing produk adalah Hak Kekayaan Intelektual. Sistem HaKI adalah suatu sistem hukum yang ditujukan untuk memberikan insentif bagi tumbuhnya daya cipta dan kreatifitas dalam memproduksi barang dan jasa, terutama di bidang merek, paten, desain industri dan hak cipta. Lemahnya pemahaman serta kesadaran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Koperasi dalam memanfaatkan HaKI membuat posisi kita tertinggal dibandingkan negara-negara lain. Untuk itu masih perlu upaya Pemerintah guna meningkatkan dan mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Koperasi dalam memanfaatkan sistem HaKI, antara lain dengan melakukan sosialisasi, pendampingan dan pendaftaran sertifikat HaKI terutama untuk merek, desain industri dan paten. Kegiatan tersebut dilakukan bekerjasama dengan Ditjen HaKI, perguruan tinggi dan

166 konsultan HaKI. Maksud dan tujuan kegiatan ini antara lain dengan memberikan pemahaman dan kesadaran pentingnya pemanfaatan HaKI dalam meningkatkan daya saing produk, dengan melakukan pendaftaran merek, desain industri, paten dan hak cipta. Kegiatan sosialisasi dan pendampingan HaKI dilaksanakan di lima provinsi yaitu Maluku, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Batam dan Sulawesi Selatan dengan 250 UKM. Kegiatan ini diawali dengan memberi pemahaman HaKI berdasarkan teori dan peraturan-peraturan yang menjadi landasan. Tahap berikutnya adalah pendampingan tentang cara membuat merek yang punya nilai jual dan tidak melanggar peraturan yang ada; membuat desain kemasan dan kerajinan yang menarik; serta pendampingan dalam melakukan pendaftaran. Berdasarkan hasil penelusuran dari 250 UMK yang telah mendaftarkan diri untuk merek dan desain industri ada 02 UMK. Untuk kegiatan bimbingan dan pendaftaran hak paten dilakukan di dua provinsi, yaitu Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Langkah awal adalah dengan pendampingan teknis bagi tiga UMK dan mendaftarkan tiga UMK untuk paten sederhana dengan kategori sebagai paten teknologi biologi. Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman dan koordinasi pemanfaatan HaKI telah dilakukan kegiatan temu konsultasi HaKI yaitu di provinsi Jawa Barat dan DI Yogyakarta. Acara ini diikuti oleh 20 peserta dengan narasumber utama dari Direktorat Jendral HaKI, praktisi HaKI, dan pelaku yang sukses memanfaatkan HaKI. Tujuan kegiatan ini antara lain adalah: untuk melakukan sinergi antara program-program yang ada di instansi-instansi terkait (Kanwil Hukum dan HAM, Perindustrian, Perdagangan, Balai Besar Kerajinan dan Batik, Balitda, serta Konsultan HaKI) dengan sentra-sentra HaKI yang ada di perguruan tinggi. menambah informasi perkembangan HaKI nasional dan internasional. meningkatkan pemanfaatan HaKI bagi UMK. mendorong UMK dalam menghasilkan produk yang inovatif. 9 Bimbingan Dan Pendampingan Pendaftaran Sertifikasi Halal Penduduk Indonesia yang mayoritas memeluk agama Islam merupakan konsumen yang potensial bagi produk Koperasi dan UKM dalam memenuhi berbagai kebutuhan primer maupun sekunder, baik berupa makanan, minuman, obatobatan, kosmetika, maupun produk lainnya. Namun demikian masih banyak dari produk-produk tersebut yang belum memiliki sertifikat halal. Kendala yang dihadapi Koperasi dan UKM dalam melakukan pendaftaran sertifikasi halal adalah:. Masih rendahnya kesadaran dan pemahaman Koperasi dan UKM tentang manfaat sertifikasi halal bagi peningkatan daya saing produk. 2. Akses Koperasi dan UKM terhadap pengurusan sertifikasi halal masih rendah. 3. Biaya pendaftaran tidak terjangkau oleh sebagian Koperasi dan UKM. 4. Koperasi dan UKM belum punya auditor internal dalam pengelolaan usaha. Tujuan dari bimbingan dan pendampingan pendaftaran sertifikasi halal antara lain adalah memberikan kesadaran dan pemahaman kepada Koperasi dan UKM tentang pentingnya sertifikasi halal bagi produk-produk makanan, minuman, obat-obatan tradisional dan kosmetika. Kegiatan tersebut dilakukan di tiga provinsi yaitu Sulawesi Utara, Jawa Timur dan DI Yogyakarta dengan 50 peserta. Dari kegiatan ini ada 50 Koperasi dan UKM yang didaftarkan untuk mendapat sertifikat halal. Dalam sosialisasi dan pendaftaran, Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian dan Pengawasan Obat dan Makanan Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) dan Balai POM. 92

167 Demplot Produktifitas dan Mutu Garam Berdasarkan data, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang km, dan luas lautnya pun sebesar 2/3 dari jumlah luas negara Indonesia ini. Dengan potensi laut yang dominan tersebut seharusnya Indonesia memiliki peluang yang cukup besar untuk menjadi eksportir garam. Namun kenyataannya, Indonesia justru mengimpor garam yang berasal dari Australia sebanyak 60% dari kebutuhan atau kira-kira setara dengan,63 juta ton per tahun. Peningkatan produktifitas dan mutu garam menjadi begitu penting untuk mendukung program swasembada garam nasional. Dalam rangka meningkatkan produktifitas dan mutu garam, Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha telah membangun Demplot promutu garam di Kabupaten Indramayu dan Cirebon. Tujuan pembuatan Demplot adalah untuk memperkenalkan teknologi katalisator pembuatan garam dan pengenalan sistem ulir dalam penataan lahan garam. Pada tahun anggaran 200, Kementerian Koperasi dan UKM telah meluncurkan Bantuan Sosial Pembuatan Demplot Pro-Mutu Garam di Koperasi Unit Desa Harum Sari Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dan Koperasi Unit Desa Santing Sari Mandiri Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha berhasil mengenalkan dan menerapkan teknologi sistem ulir dan mengaplikasikan pupuk garam (katalisator) dalam pengolahan garam di Kabupaten Cirebon dan Indramayu. Keberadaan Demplot Pro-Mutu Garam ini diharapkan dapat menjadi pusat pembelajaran, percontohan, dan rujukan bagi Koperasi dan UKM yang bergerak di bidang usaha garam. Suasana kegiatan petani garam di Kabupaten Indramayu Pengembangan Kewirausahaan Baru dengan Pola Pencangkokan Usaha Koordinasi Pemberdayaan Lembaga Pendamping (LPB/BDS-P) Program pengembangan wirausaha merupakan salah satu program yang dibuat untuk mendukung tumbuhnya ekonomi masyarakat, khususnya ekonomi keluarga. Pada 200 telah dilakukan kegiatan pendampingan wirausaha baru mandiri yang dilaksanakan lewat program pencangkokan usaha (usaha baru yang magang di UKM yang sudah sukses), dengan tujuan untuk mempercepat tumbuhnya usaha baru berkat bimbingan langsung dari UKM yang sudah sukses.

168 Dalam meningkatkan fungsi LPB/BDS-P dalam melakukan layanan pengembangan bisnis kepada Koperasi dan UKM, selama 200 telah dilakukan kegiatan Koordinasi Pemberdayaan LPB/BDS-P yang bertujuan:. Mewujudkan keterpaduan dalam pemberdayaan lembaga pendamping (LPB/BDS- P) di pusat, daerah, maupun dunia usaha. 2. Peningkatan kerjasama LPB/BDS-P dengan LLP-KUKM, LPDB-KUMKM dan PT Telkom Tbk, PT Pertamina, PT Jamsostek dalam rangka pengembangan usaha Koperasi dan UKM. Hasil yang telah dicapai adalah: Koordinasi dengan Dinas Koperasi dan UKM setempat dan dinas terkait dalam mengidentifikasi Koperasi dan UKM yang punya potensi sekaligus menggali potensipotensi di setiap daerah untuk menciptakan wirausaha baru. Memfasilitasi bimbingan yang dilakukan oleh UKM sukses kepada Koperasi dan UKM potensial di 5 provinsi guna meningkatkan rasa percaya diri agar dapat berkembang menjadi wirausaha baru yang mandiri. Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Jamsostek dalam rangka pemberdayaan Koperasi dan UKM Hasil yang telah dicapai:. Kerjasama LPB/BDS-P dengan LLP-KUKM yang meliputi: Kerjasama pengembangan klinik pemasaran Smesco UKM. Kerjasama pemanfaatan stand pameran untuk display produk Koperasi dan UKM binaan LPB/BDS-P. 2. Kerjasama LPB/BDS-P dengan LPDB- KUMKM yang meliputi kerjasama penyaluran dana untuk koperasi binaan LPB/BDS-P dengan pola pendampingan. 3. Kerjasama LPB/BS-P dengan PT Telkom Tbk yang meliputi: Kerjasama dalam pengelolaan SME Center. Kerjasama dalam pengembangan SME Center yang bersinergi dengan asosiasi BDS tingkat provinsi dan BDS-P di seluruh Indonesia. 4. Kerjasama LPB/BDS dengan PT Pertamina dalam rangka penyaluran dana PKBL PT Pertamina Wilayah V kepada Koperasi dan UKM dengan pola pendampingan usaha oleh LPB/BDS-P 5. Kerjasama lainnya adalah dengan PT Jamsostek untuk menyalurkan dana PKBL PT Jamsostek kepada Koperasi dan UKM dengan pola pendampingan usaha oleh LPB/BDS-P. 96 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja ke sentra UKM penghasil buah di Semarang, 30 Agustus Pengembangan Usaha Ukm Sentra Melalui KSP/USP Koperasi di Daerah Tertinggal Untuk memberdayakan UKM sentra melalui KSP/USP Koperasi, pada 200 Menteri Negara Koperasi dan

169 UKM menerbitkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 03/PER/M.KUKM/VI/200 tanggal 7 Juni 200 tentang Pedoman Program Bantuan Pengembangan Koperasi. Peraturan tersebut ditindaklanjuti dengan Peraturan Deputi Menteri Negara Koperasi dan UKM Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Nomor 0/Per/Dep.6/VI/200 tanggal 24 Juni 200 tentang Pedoman Teknis Program Bantuan Pengembangan Koperasi di Bidang Restrukturisasi Usaha. Implementasi terbitnya dua peraturan tersebut adalah, pemberdayaan UKM sentra melalui KSP/ USP Koperasi di daerah tertinggal menjadi perhatian utama. Hal ini menjadi penting supaya usaha mikro dan kecil di daerah tertinggal terintegrasi dengan KSP/USP Koperasi, dan dapat berperan serta memberikan kontribusi dalam proses pembangunan nasional. Pembangunan nasional tidak akan berarti apa-apa bila tidak difokuskan pada pembangunan daerah, terutama di daerah tertinggal karena justru di sinilah masyarakat miskinnya membutuhkan perhatian yang cukup besar dari Pemerintah. Selain itu, pembangunan masyarakat di daerah tertinggal akan efisien dan efektif bila dilakukan melalui lembaga yang sesuai dengan karakter dan kultur masyarakat setempat, diantaranya adalah melalui koperasi, usaha mikro dan kecil. Sepanjang 200 Kementerian Koperasi dan UKM telah menggelontorkan bantuan dana dan pengembangan usaha UKM sentra melalui KSP/USP Koperasi di daerah tertinggal sebesar Rp ,- setidaknya kepada 500 UKM sentra melalui 25 KSP/USP Koperasi pada 9 kabupaten di lima provinsi/daerah istimewa. Nilai bantuan dana untuk setiap koperasi adalah Rp 50 juta. Sebarannya adalah di Kabupaten Garut dan Sukabumi (Jawa Barat), Kabupaten Gunung Kidul dan Kulon Progo (DI Yogyakarta), Kabupaten Bondowoso, Trenggalek, Madiun, Bangkalan, Dan Situbondo (Jawa Timur), Kabupaten Lampung Selatan, Waykanan, Lampung Timur, Lampung Barat dan Lampung Utara (Lampung), dan Kabupaten Kaur, Lebong, Kepahiang, Mukomuko dan Seluma (Bengkulu). Bantuan dana pada program bidang pengembangan dan restrukturisasi usaha berbentuk dana hibah yang bersumber dari belanja bantuan sosial APBN Kementerian Koperasi dan UKM. Keberhasilan program pemberdayaan UKM sentra melalui KSP/USP Koperasi tidak terlepas dari peran SKDP provinsi dan kabupaten yang konsisten dalam melakukan monitoring dan evaluasi, supaya pemanfaatan dana oleh UKM sentra melalui KSP/USP Koperasi dapat digunakan sebagai modal kerja secara efektif dan efisien, sehingga nantinya berpengaruh terhadap peningkatan kinerja usaha UKM sentra. 99 Skim Pengembangan Usaha Untuk membantu Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang akan membuka usaha (menjadi wirausaha baru) atau yang akan mengembangkan usahanya, Kementerian Koperasi dan UKM telah menyusun aplikasi/software skim pengembangan usaha. Aplikasi ini dapat diakses secara online dari maupun secara offline lewat CD yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan/manual. Skim tersebut menyajikan berbagai informasi tentang karakteristik usaha serta aplikasi rencana usaha untuk wirausaha baru, dan untuk pengembangan usaha. Fitur-fitur yang terdapat dalam skim pengembangan usaha adalah: Informasi karakteristik 52 komoditas. Informasi tersebut meliputi prospek usaha, faktor keberhasilan usaha, faktor yang harus diwaspadai, cara menjalankan usaha, aspek legal/perijinan, dan aspek pembiayaan. Aplikasi rencana usaha/business plan bagi wirausaha baru. Aplikasi rencana usaha/business plan bagi pengembangan usaha. Pertimbangan dalam pemilihan 52 komoditas usaha adalah: Usaha yang mempunyai nilai tambah cukup tinggi. Banyak dicoba oleh Koperasi dan UKM. Modalnya kurang dari rp 00 juta. Mudah dicoba. Perizinan relatif mudah. Rencana yang akan dilakukan pada 20 adalah melakukan sosialisasi penggunaan program ini secara terus-menerus serta mengintegrasikan program ini dengan program Lending Model Bank

170 Indonesia. 200 Pengembangan Pusat Komunikasi Bisnis Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (PUSKOMBIS KUMKM) Pelaku bisnis Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah masih sedikit yang mendayagunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk mengakses informasi bisnisnya. Hal ini bisa menyebabkan terlambatnya pengembangan bisnis Koperasi dan UKM, karena usahanya kurang dikenal oleh konsumen maupun pelaku bisnis lainnya secara global. Kendala tersebut disebabkan banyak faktor, antara lain: rendahnya pengetahuan Koperasi dan UKM terhadap TIK. jaringan infrastruktur TIK yang masih terbatas di perkotaan saja. biaya operasionalnya masih relatif mahal. belum tersedia pusat-pusat pengelola informasi yang praktis. Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM telah mendorong koperasi untuk membentuk Pusat Komunikasi Bisnis Koperasi dan UMKM. Tujuannya adalah untuk mempermudah Koperasi dan UKM mengakses informasi bisnis dalam mengembangkan usahanya. Sedangkan manfaat yang diperoleh antara lain: Puskombis merupakan tempat berkumpul para Koperasi dan UKM untuk berbagi pengetahuan, belajar menggunakan internet, mencari informasi bisnis, mempelajari keterampilan baru, membicarakan dan menangani berbagai masalah yang dihadapi, sekaligus membangun keberdayaan. Tercipta kemudahan akses informasi bagi Koperasi dan UKM. Memperluas kerjasama bisnis dengan pihak-pihak terkait untuk membangun komunitas. Meningkatkan daya saing melalui sharing komunikasi yang saling menguntungkan. Pusat Komunikasi Bisnis (Puskombis) KUMKM dikelola oleh koperasi, dan pada tahap pertama ini sudah terbentuk 0 Puskombis di 0 lokasi, yaitu: Kopinkra Setia Kawan, Kabupaten Batang Hari, Jambi. Kopinkra Sasirangan Bayam Raja, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Koperasi Kowamah, Tasikmalaya, Jawa Barat. Koperasi Pariwisata Catra Gemilang, Magelang, Jawa Tengah. KSU Sumber Rejeki, Pasuruan, Jawa Timur. KSU Dharma Suci Nirmala, Gianyar, Bali. KSU Regina Pacis, Belitung, Bangka-Belitung. KSU Latuppa Pembangunan Luwu, Palopo, Sulawesi Selatan. KSU Harapan Umat, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. KSP Tunas Muda, Jayapura, Papua. Masingmasing koperasi wajib menyediakan ruang komputer dan operator. Jenis peralatan yang dimiliki Puskombis dan UKM rata-rata adalah empat unit PC, modem untuk koneksi internet, printer berwarna, peralatan pendukung berupa satu set meja, kursi, satu LCD, dan perangkat lunak asli (windows dan MS office). Untuk 20 program ini akan dilanjutkan ke provinsi-provinsi yang belum mendapat bantuan, khususnya di Indonesia Timur. 20 Pengembangan UKM Industri Kreatif Kerajinan Pengembangan UKM sentra kerajinan dan furnitur yang memiliki potensi dan sumberdaya perlu ditingkatkan produktifitasnya dan dipacu perkembangannya, karena UKM sentra ini memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan, menciptakan iklim bisnis dengan memanfaatkan sumberdaya lokal. Caranya adalah dengan menciptakan inovasi dan kreatifitas agar mampu berkiprah dalam perekonomian nasional. Salah satu langkah yang dilakukan Asisten Deputi Pengembangan Sistem Bisnis dalam menggerakkan industri kreatif adalah memberikan bimbingan teknis dalam peningkatan transaksi bisnis bagi UKM

171 kerajinan berbahan baku kayu, rotan, dan bambu. Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan mereka tentang peluang pasar, inovasi produksi, regulasi, sertifikasi, dan pengembangan desain produk. Selain itu, UKM kerajinan dan furnitur juga diberikan pembekalan tentang berbagai peraturan dan dokumen, seperti regulasi pabean dan perpajakan, regulasi produk berbahan baku kayu, juga regulasi yang diberlakukan di beberapa negara, seperti sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) dan Verification of Legal Origin (VLO). Bentuk kegiatannya berupa pendampingan dan konsultasi yang disampaikan dengan cara: tutorial, sebagai pencerahan awal yang disampaikan secara interaktif. konsultasi, yaitu diskusi intensif kasus perkasus, disesuaikan dengan masalah maupun kebutuhan para pelaku UKM. Sepanjang 200 kegiatan bimbingan dan konsultasi ini telah dilakukan untuk 60 UKM yang berorientasi ekspor. Kegiatan dilakukan pada Juni-Juli 200 di Jawa Tengah (Magelang, Jepara, Wonosobo, dan Sukoharjo), Jawa Timur (Madiun, Ngawi, Bojonegoro), Bali (Denpasar, Gianyar, Badung), NTB (Mataram, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Barat) Untuk 20 pengembangan Koperasi dan UKM industri kreatif akan dilanjutkan ke 250 UKM di enam provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat dan Kalimantan Selatan. 202 Menteri Negara Koperasi dan UKM bersilaturahmi dengan anggota koperasi perikanan Mina Jaya DKI Jakarta di Muara Angke, 26 Januari 200 Pemberdayaan Kelompok Bagi Koperasi dan UKM Perikanan di Wilayah Pesisir Sektor perikanan memegang peran penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam penyediaan lapangan kerja padat karya, sumber pendapatan bagi nelayan, sumber protein nabati dan sumber devisa negara. Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah dan mengoptimalkan manfaat dari produksi hasil tangkapan laut adalah dengan mengembangkan produknya, baik produk olahan tradisional maupun modern. Peran penting dukungan teknologi produk perikanan harus dapat memberi jaminan kepada konsumen akan produk yang aman dan sehat. Dalam upaya menghasilkan produk perikanan yang bernilai tambah, aman, dan sehat, maka sudah dilakukan serangkaian upaya pembinaan bagi 300 Koperasi dan UKM di daerah pesisir pada enam provinsi (Maluku Utara, Jawa Tengah, Bangka- Belitung, Kepulauan Riau, NTB, dan Sumatera Barat) dengan melakukan bimbingan teknis pengolahan yang baik dan higienis. Untuk 20, pemberdayaan kelompok bagi Koperasi dan UKM sentra perikanan akan dilanjutkan kepada 60 Koperasi dan UKM di empat provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan penghargaan dalam rapat kerja pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat di Kalimantan Tengah, 8 Oktober

172 Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK 206 I Wayan Dipta Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK Bidang pengkajian sumberdaya UKMK telah mengkaji beberapa permasalahan, beberapa diantaranya adalah: Pengembangan OVOP Agribisnis/Agroindustri. Kaji tindak pengembangan jaringan antara LKM dan KSP. Kaji tindak rintisan usaha koperasi dalam produksi pupuk organik (lanjutan). Kajian isu-isu strategis/aktual tentang Koperasi dan UKM. Kajian model peningkatan Koperasi dan UKM di kawasan perbatasan tertinggal. Peningkatan peran Triple Hellix dalam pengembangan ekonomi kreatif. Model penumbuhan wirausaha baru yang inovatif melalui inkubator. Pengembangan Inkubator. Jaringan informasi dan Publikasi. Program kegiatan pengkajian sumber daya Koperasi dan UKM. Tujuan program: Menghasilkan model dan kajian pemberdayaan Koperasi dan UKM. Mengembangkan sistem informasi pengkajian Koperasi dan UKM. Mengembangkan koordinasi dalam rangka menindaklanjuti hasil pertemuan kerjasama internasional di bidang Koperasi dan UKM. Sasaran Program: Tersedianya hasil kajian dan model pemberdayaan Koperasi dan UKM serta sistem informasi pengkajian Koperasi dan UKM. Terjalinnya kerjasama lintas sektor dan tindak lanjut hasil pertemuan kerjasama internasional dalam rangka pemberdayaan Koperasi dan UKM. Manfaat Program: Kemudahan bagi pihak pengguna dan pelaku Koperasi dan UKM dalam mengakses informasi hasil-hasil kajian pemberdayaan di bidang Koperasi dan UKM. Eksistensi dan partisipasi aktif Kementerian Koperasi dan UKM dalam menindaklanjuti hasil pertemuan kerjasama internasional Pengembangan Ovop Agribisnis/Agroindustri Dalam rangka penjabaran Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Percepatan Sektor Riil dan Pembangunan Usaha Mikro Kecil dan Menengah tanggal 8 Juni 2007 yang mengamanatkan pengembangan sentra melalui pendekatan One Village One Product (OVOP), pemerintah telah melakukan rintisan pengembangan produk unggulan daerah melalui pendekatan OVOP dengan komoditas pertanian hortikultura. Kegiatan rintisan ini

173 dikembangkan melalui kerjasama petani hortikultura anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan Kecamatan Warung Kondang Kabupaten Cianjur, Koperasi Unit Desa Cisurupan, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, serta Koperasi Serba Usaha Bahari Tunas Mandiri Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui pengembangan komoditas unggulan daerah yang melibatkan mayoritas penduduk setempat serta telah dilaksanakan secara turun-temurun melalui usaha tani yang mempunyai keunggulan komparatif dengan sistem agribisnis yang mampu memberikan nilai tambah bagi petani. Selain itu kegiatan ini juga dalam rangka meningkatkan pendapatan petani hortikultura melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas unggulan pertanian baik untuk pasar lokal maupun ekspor. Keterlibatkan petani lokal dalam agribisnis sayur-mayur melalui koperasi yang telah memasarkan komoditas sayur-mayur yang disuplai para anggotanya ke pasar ritel modern seperti supermarket dan hypermarket Carrefour, Superindo, hotel, restoran, catering dan beberapa supermarket lainnya di Jakarta, di antaranya sawi putih, tomat cherry, labu siam, pokchoy, ceciwis dan labu parang, kapri, kacang merah, serta beberapa sayur-mayur dan hortikultura yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti kacang kapri, asparagus maupun stroberi. Beberapa hasil yang sudah dicapai di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut: a. Koperasi Mitra Tani Parahyangan, Kabupaten Cianjur Pelaksanaan Program Rintisan Agribisnis One Village One Product (OVOP) di Kabupaten Cianjur dimulai tahun 2008 dengan melibatkan Koperasi Mitra Tani Parahyangan (Kop MTP) Kecamatan Warung Kondang. Selama ini pengiriman sayur-mayur oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan dilaksanakan dengan menggunakan kendaraan truk bak terbuka, sehingga sering ditemukan kondisi di mana sayurmayur ditolak oleh konsumen (Carrefour, Superindo, Hero dan pasar swalayan lainnya) karena sayur tersebut sudah rusak sepanjang perjalanan. Kerusakan tersebut cukup besar, sekitar 30%, atau kerugian yang diderita oleh Koperasi Mitra Tani Parahyangan akibat penolakan tersebut, sekitar Rp ,hingga Rp ,- perhari. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi tingkat kerusakan/susut pengiriman sayur-mayur yang cukup besar tersebut dilakukan melalui pemanfaatan/penggunaan sarana transportasi mobil cooling unit sebagai alat transportasi pengiriman sayur-mayur dari Koperasi Mitra Tani Parahyangan kepada pelanggannya. Dan Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2009 melalui belanja modal telah melengkapi sarana mobil cooling unit Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Dari laporan koperasi pada saat RAT 200 yang lalu, sarana angkutan pendingin ini mampu mengurangi penolakan dari 30% menjadi 5%. Dengan adanya pengurangan ini, maka keuntungan bersih Koperasi MTP meningkat sebesar Rp 4,5 juta perbulan. Rangkaian kegiatan Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam rangka pengembangan OVOP, Cianjur Menteri Negara Koperasi dan UKM menanam pohon jeruk Kalamansi secara simbolis di Bengkulu Wakil Presiden RI meninjau pameran UKM di Jakarta

174 2 22 Pada 200 telah diberikan bantuan sosial kepada Koperasi MTP untuk pembangunan Demplot dalam bentuk greenhouse untuk ditanami paprika dengan tiga varietas yaitu paprika kuning Rp / kg, paprika merah Rp /kg, dan paprika hijau Rp 5.000/kg. Apabila percontohan ini berhasil dan meningkatkan pendapatan petani, diharapkan semua petani anggota koperasi MTP ikut serta menanam paprika dengan sistem greenhouse untuk memenuhi permintaan pasar. Saat ini Koperasi MTP telah mensuplai 0 outlet dan delapan supermarket di Jakarta dengan 02 jenis sayur-mayur dengan jumlah 6,5 ton s.d. 8 ton perhari dengan omset Rp,5 miliar perbulan. Unit usaha beras, pertengahan November 200 akan ditandatangani kontrak dengan investor untuk mengekspor 80 ton beras cianjur ke Timur Tengah, dengan rincian 50 ton beras panjang seharga Rp ,(Rp 7500/kg), dan 30 ton beras pandan wangi seharga Rp ,- (Rp 0.000/kg). Dalam waktu dekat akan dibangun outlet untuk memasarkan hasil-hasil agribisnis Koperasi MTP (outlet MITAPA) di dua lokasi, yaitu di Terminal Agribisnis Cipanas dan GOR Cianjur dan Kafe MITAPA di Gedung Dekranas, Tapal Kuda, Cianjur. Jumlah penyerapan tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan usaha sayur-mayur (hortikultura) sebanyak 94 orang, sedangkan untuk kegiatan usaha beras sebanyak 86 orang. Jumlah anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan saat ini terdiri dari: Unit usaha beras: 86 orang Unit usaha saprotan: 4 orang Unit usaha sayur-mayur: 20 orang b. Koperasi Cisurupan, Kabupaten Garut Hasil yang telah dicapai pada KUD Cisurupan Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut yaitu peningkatan keterampilan anggota koperasi/petani dalam budidaya tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti tanaman paprika dan tomat cherry. Hal ini merupakan perubahan pola pikir petani yang selama ini hanya menanam sayuran yang nilai ekonomisnya kurang baik dan resiko fluktuasi harga seperti tanaman kubis, cabe merah, kentang, dan sawi. Peningkatan kapasitas petani ini dilakukan melalui pelatihan di lapangan serta studi banding ke petani yang telah melakukan budidaya tanaman paprika serta tomat cherry. Selain itu juga dilakukan perkuatan sarana Demplot bagi anggota koperasi yaitu melaui perkuatan green house. 23 c. Kabupaten Badung dan Kabupaten Bangli Provinsi Bali: Kegiatan rintisan ini dikembangkan melalui kerjasama petani hortikultura anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) Bahari Tunas Mandiri Kecamatan Susut Kabupaten Bangli untuk tanaman buah seperti jeruk kintamani, manggis, melon dan pepaya taiwan, serta perkebunan untuk kopi luwak kintamani dan Koperasi Martenadi di Plage/Kecamatan Petang Kabupaten Badung untuk komoditas sayuran organik dan sayuran unggul seperti asparagus, baby buncis, tomat cherry Provinsi Bali. Memberikan pengertian dan mengubah pola pikir para petani setempat untuk menanam komoditas unggulan dengan kualitas super sehingga memiliki harga jual premium seperti jeruk kintamani di

175 mana petani dilatih memilih buah kualitas super pada saat pemilihan buah di kebun (scraping) sehingga akan meningkatkan pendapatan petani melalui harga jual yang lebih tinggi (premium). Meningkatkan keterampilan petani dalam budidaya tanaman bernilai ekonomis tinggi seperti sayuran organik, asparagus, tomat cherry, zukini dan jambu kristal. Pengalaman lapangan menunjukan bahwa keberhasilan pengembangan komoditas unggulan daerah melalui pendekatan OVOP perlu didukung infrastruktur, seperti pusat riset komoditas, lembaga-lembaga pelatihan keterampilan dan desain, lembaga pemasaran dan promosi yang mendampingi masyarakat mengembangkan sumber daya manusia secara terus-menerus. Dukungan pusat riset pertanian dalam rangka bimbingan tehnis tahapan budi daya, pengolahan, dan penanganan pasca panen serta pemasaran sayur-mayur. Untuk lebih meningkatkan koordinasi lintas pelaku di daerah dalam rangka pengembangan OVOP, peran masing-masing stakeholders telah disusun melalui matriks kerjasama siapa-mengerjakan apa antar instansi terkait pengembangan OVOP sebagai alat koordinasi pelaksanaan OVOP agar lebih fokus, sinergi dan berkesinambungan sesuai jenis/sifat komoditas yang akan dikembangkan. Beberapa permasalahan yang dijumpai di lapangan dalam pengembangan komoditas unggulan daerah melalui pendekatan OVOP di antaranya adalah tingkat keterampilan masyarakat yang masih sederhana dalam menangani komoditas/produknya terutama dalam desain kemasan, aspek pemasaran dan promosi yang belum terorganisir. Selain itu juga dijumpai hambatan dalam teknis pengolahan/processing produk agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi di mana para petani/masyarakat setempat masih memiliki keterampilan yang sangat sederhana Kapasitas Forum Pengembangan Sentra/Klaster di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat Dalam rangka Peningkatan Kapasitas Forum Pengembangan Sentra/Klaster Rotan Trangsan Kabupaten Sukohardjo, Provinsi Jawa Tengah dan Gerabah Banyumulek Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, telah dilakukan fasilitasi berupa kegiatan Temu Usaha Penguatan Forum Sentra/Klaster. a. Sentra Rotan Trangsan Kabupaten Sukohardjo, Provinsi Jawa Tengah Kondisi sebelum ada fasilitasi di Sentra Rotan Trangsan Kabupaten Sukohardjo adalah sebagai berikut: Para perajin UKM mengalami kesulitan untuk mendapat kebutuhan bahan baku karena mahal dan kualitas rendah. Pasar domestik maupun pasar luar negeri mengalami penurunan/berkurang akibat krisis global. Kurangnya pengetahuan perajin dan UKM dalam bidang desain. Pendapatan perajin UKM dan eksportir rotan mengalami penurunan. Perajin UKM dan exportir rotan banyak yang beralih profesi. Sulitnya mencari modal usaha baik melalui perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Kurangnya koordinasi antar stakeholder dalam penguatan sentra/klaster rotan. Kurangnya kebersamaan usaha UKM dan antar UKM dengan pengusaha besar (eksportir). Belum memiliki terminal bahan baku rotan di Trangsan. Koperasi yang ada di

176 Trangsan mati suri. Belum terbentuknya Forum Sentra/Klaster rotan Trangsan. Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama Bupati Pacitan memperlihatkan batik warna alam sebagai produk unggulan Kabupaten Pacitan Dalam rangka pengembangan model OVOP ini, maka beberapa langkah ke depan yang perlu dilakukan adalah: Identifikasi, pemilihan dan penetapan komoditas potensial/unggulan daerah. Koordinasi dan sinkronisasi program serta keterlibatan stakeholders instansi pemerintah maupun swasta baik di pusat maupun daerah yang terlibat dalam pengembangan OVOP. Pengembangan diversifikasi produk/komoditas unggulan yang menghasilkan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Temu usaha dengan calon pembeli pendapatan seperti hotel, restoran, dan supermarket. Peningkatan pemasaran dan promosi produk/komoditas unggulan melalui event pameran, festival budaya lokal maupun pemasaran melalui obyek turisme/ pariwisata. Peningkatan keterampilan masyarakat setempat melalui peningkatan kapasitas dan pendampingan masyarakat dalam menangani komoditas unggulan setempat. Setelah difasilitasi dalam Temu Usaha Penguatan Forum Sentra/ Klaster, hasilnya adalah sebagai berikut: Kebutuhan akan bahan baku saat ini relatif mudah didapat. Pasar lokal maupun pasar luar negeri mulai bergeliat kembali melalui pameran-pameran yang diikuti oleh UKM maupun eksportir rotan. Adanya peningkatan pengetahuan dalam bidang desain bagi perajin UKM rotan. Meningkatnya penghasilan perajin UKM dan eksportir rotan, kembali berprofesi sebagai perajin UKM dan eksportir rotan. Lembaga keuangan dan perbankan sudah mulai membantu dalam hal permodalan. Instansi yang memiliki hubungan dengan Usaha Rotan Trangsan mulai ikut memberikan berbagai upaya yang dibutuhkan Perajin UKM dan eksportir rotan sesuai dengan Tupoksi-nya. Terjadi hubungan yang harmonis antar UKM dan pengusaha besar (eksportir). Sedang dalam proses pembuatan terminal bahan baku rotan Trangsan. Terbentuknya koperasi yang akan mengelola terminal bahan baku rotan Trangsan. Terbentuknya Forum Sentra/Klaster Rotan Trangsan. 26 Kaji Tindak Pengembangan Jaringan Antara LKM dan KSP b. Sentra Gerabah Banyumulek, Kabupaten Sukohardo, Provinsi Nusa Tenggara Barat: Sebelum dilakukan fasilitasi kondisi Sentra Gerabah Banyumulek adalah sebagai berikut: Banyak perajin UKM dan eksportir gerabah serta Koperasi mati suri, sehingga banyak yang alih usaha. Sulit untuk mendapat bantuan modal usaha, baik dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. Pasar lokal maupun luar negeri menurun drastis akibat terjadinya bom Bali dan krisis global. Desain kurang diminati pasar. Pasar seni sebagai tempat promosi serta peralatan bantuan dari Departemen Perindustrian tidak dimanfaatkan sehingga terbengkalai. Persaingan antara UKM dan Eksportir tidak sehat. Fee guide tidak diatur. Belum ada kerjasama antara biro perjalanan dan UKM gerabah. Wisatawan domestik dan luar negeri yang berkunjung ke Sentra Gerabah Banyumulek hanya tertuju pada showroom besar saja. Belum adanya Forum Sentra/Klaster Gerabah Banyumulek. Belum adanya koperasi di Sentra Gerabah Banyumulek. Kurangnya koordinasi stakeholder dalam penguatan Sentra/Klaster Gerabah

177 Banyumulek. Setelah dilakukan fasilitasi berupa kegiatan Temu Usaha Penguatan Forum Sentra Gerabah Banyumulek adalah sebagai berikut: Perajin UKM dan Exportir Gerabah mulai bergeliat kembali. Mudah untuk mendapatkan bantuan modal usaha dari Perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Pasar lokal dan luar negeri sudah mulai meningkat. Adanya peningkatan dan modifikasi desain gerabah sesuai permintaan pasar. Pasar seni sudah dimanfaatkan sebagai ajang promosi produk gerabah. Persaingan antara UKM dan exportir mulai tertata melalui pendekatan kerjasama biro perjalanan dan UKM. Fee guide sudah diatur melalui keputusan Kepala Desa Banyumulek dan Kepala Desa Persiapan Lelede. Adanya kerjasama antara biro perjalanan dan UKM gerabah. Adanya aturan bagi wisatawan domestik maupun luar negeri yang datang ke Sentra Gerabah Banyumulek. Telah terbentuk Forum Rembuk Sentra/Klaster Gerabah Banyumulek. Dibentuk Koperasi yang akan mengelola Pasar Seni Banyumulek. Instansi yang mempunyai keterkaitan dengan Sentra Gerabah Banyumulek sudah mulai melakukan tugas dan fungsinya sesuai dengan tupoksi-nya masing-masing. Akselerasi kenaikan jumlah LKM dan KSP dewasa ini ternyata belum diimbangi dengan solusi atas kelemahan pelayanan. Hal tersebut tentunya harus terus dibenahi agar LKM dan KSP mampu berperan lebih optimal. Kelemahan ini tercermin dari adanya kondisi paradoksial di mana sebagian LKM dan KSP berpeluang mendapat pasokan dana yang cukup tinggi tetapi permintaan pinjaman oleh nasabah masih relatif rendah. Di pihak lain, banyak LKM dan KSP mengalami permintaan pinjaman dana tinggi namun tidak mampu dipenuhi karena rendahnya ketersediaan dana di LKM dan KSP. Kelemahan dan kesenjangan tentu dapat diatasi bila tersedia jaringan sistem keuangan yang menghubungkan LKM dan KSP sehingga memungkinkan terjadi interlending di antara LKM dan KSP. Jaringan sistem keuangan itu hanya satu dari sekian masalah yang dihadapi LKM/KSP, yaitu: Belum ada penjaminan atas simpanan dan pinjaman. Belum ada aturan main atas simpanan dan pinjaman. Belum ada kerjasama atau kesepakatan antara LKM/KSP. Dukungan teknologi informasi untuk jejaring usaha belum tersedia. Apabila permasalahan tersebut menggantung, dikhawatirkan tujuan pembentukan LKM/ KSP sebagai sarana untuk menyimpan dan menyalurkan dana kepada anggota atau masyarakat semakin sulit tercapai. Oleh karena itu, perlu dikaji ulang program pengembangan jaringan antara LKM dan KSP. Lembaga ini diharapkan dapat menjawab permasalahan LKM dan KSP tersebut. Selain itu, ada pemikiran untuk membentuk lembaga Apex KSP, yakni sebuah institusi yang melayani anggotanya (KSP) untuk memperkuat posisi, peluang bisnis, dan tingkat kesehatan anggota di masa datang lewat sistem teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terpadu. Apex KSP bisa berbadan hukum koperasi sekunder. Untuk menghubungkan jaringan antara KSP dengan Apex telah dibuat perangkat lunak (software) yang diberi nama SIMAPEX yang telah diujicobakan penggunaannya. Software tersebut dilengkapi dengan petunjuk instalasi dan penggunaan, bisa digunakan secara online melalui fasilitas internet. Namun demikian, sistem jaringan interlending ini baru dapat terbentuk bila ada kesamaan standar administrasi keuangan pada masing-masing anggota Apex. Secara umum ada tiga kemungkinan model Apex yang bisa dikembangkan, antara lain: Koperasi Sekunder menjadi Apex bagi anggotanya. Koperasi yang kuat menjadi Apex bagi koperasi-koperasi lainnya. Lembaga independen yang dibentuk atas dasar kesepakatan koperasi-koperasi anggotanya

178 29 Kaji Tindak Rintisan Usaha Koperasi Dalam Produksi Pupuk Organik (lanjutan) Kajian Isu-isu Strategis/Aktual tentang Koperasi dan UKM Hasil dari rintisan kajian ini adalah terciptanya bidang usaha baru yaitu peningkatan mutu manajemen pengelolaan bidang usaha koperasi dalam pengolahan sampah menjadi pupuk organik, dan pemasaran hasil produk pupuk organik. Aktivitas bimbingan teknis serta monitoring dan evaluasi telah dilaksanakan di Provinsi Bali (Koperasi Sari Guna), Provinsi Jawa Timur (KUD Karang Ploso), dan Provinsi Jawa Barat (Koperasi Mitra Tani Parahyangan Cianjur, dan Koppas Kemang Bogor). a. Kajian Awal Kebijakan ACFTA dan Kaitannya dengan Koperasi dan UKM Dari kajian ini dapat disimpulkan beberapa hal antara lain: Secara normatif sesungguhnya ACFTA ini merupakan peluang bagi Koperasi dan UKM di Indonesia untuk memperbesar produksi, mengisi pasar bersama yang sangat besar yaitu,8 miliar penduduk. Sebagian besar daya saing produk industri dan manufaktur Indonesia masih lemah, sementara daya saing produk dari negara lainnya (ASEAN- China) lebih kuat. Situasi ini dapat mengakibatkan tingkat produksi Koperasi dan UKM tertekan, yang artinya UKM yang bergerak dalam kegiatan produksi akan mengalami kesulitan (data BPS ada sekitar 57% UKM bergerak di bidang produksi). Dengan berkembangnya perdagangan dalam pasar bersama (ACFTA) maka volume perdagangan akan meningkat, sehingga UKM yang bergerak di sektor jasa dan perdagangan diperkirakan tidak akan mengalami kesulitan karena produk yang mereka jual sudah sesuai selera pasar tanpa membedakan asal usul barang tersebut (data BPS, Koperasi dan UKM disektor jasa dan perdagangan sebesar 29%). Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kuantitas pupuk organik serta peran koperasi dalam memenuhi kebutuhan petani. Salah satu inovasi koperasi peserta kegiatan produksi pupuk organik adalah dengan mengkombinasikan pupuk kompos dengan kotoran hewan (kohe). Di samping itu, pupuk organik yang diproduksi koperasi telah melewati uji laboratorium, sehingga tingkat kepercayaan petani terhadap pupuk organik semakin meningkat. KUD Karangploso pada periode Januari sampai Oktober 200 telah memproduksi 8.47 kwintal, penjualan kwintal dan dipasarkan di daerah Malang, Blitar, Batu, Bali dan ke PT Petroganik, dengan harga ratarata per kilogram Rp 25,-. Tenaga kerja baru terserap sebanyak 25 orang yang terdiri dari lima orang sopir, tenaga harian lepas 2 orang, dan tenaga pengolahan delapan orang, dengan upah harian Rp ,-. Pada Koperasi Mitra Tani Parahyangan (MITAPA), bahan baku pupuk organik berasal dari tujuh sumber pengadaan limbah dengan hasil produk pupuk kompos sebanyak kg per hari. Pengujian penggunaan pupuk organik MITAPA pada tanaman padi sawah menunjukkan hasil jumlah butir hampa dan bernas 39/malai dan butir hampanya 2/ malai, serta kualitas bobot butir produksi per hektar kg. Pada KSU Sari Guna, Kabupaten Bangli, akan dilakukan pemindahan lokasi peralatan mesin produksi ke lahan milik koperasi dari lahan milik Pemda. Koperasi ini telah memproduksi pupuk organik sebanyak 20 ton dan telah terjual 0 ton dengan harga Rp 7.500/kg. Pengembangan pupuk organik oleh koperasi dengan bahan baku sampah dan kotoran hewan telah meningkatkan produksi tanaman pangan serta menyeimbangkan struktur tanah. Uji terapan dilakukan atas penggunaan pupuk organik MITAPA dengan pupuk non-organik terhadap tanaman padi, dengan hasil kualitas bobot butir padi yang menggunakan pupuk organik MITAPA lebih tinggi dibanding penggunaan pupuk non-organik yaitu kg/ha sementara an-organik 6.72 kg/ha. Usaha pupuk organik KUD Karangploso telah diikuti oleh enam koperasi, yaitu KUD Baik Kecamatan Pujon, KUD Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi, KUD Pakis kecamatan Pakis, KAN Jabung

179 kecamatan Jabung, Koperasi Padita Kecamatan Tumpang, dan KUD Sumber Makmur Kecamatan Ngantang. Dalam pengembangan kegiatan usaha pupuk organik selanjutnya, KUD Karangploso mendapat bantuan dari Deputi Produksi untuk pengadaan dolomite sebagai bahan baku campuran pembuatan pupuk granula (dolomite, kotoran hewan). Berkaitan dengan hal tersebut diusulkan beberapa langkah antara lain: Penguatan daya saing global. Pengamanan pasar domestik. Penguatan ekspor. Bimbingan yang berkesinambungan agar Koperasi dan UKM dapat menerapkan manajemen stok yang lebih adaptif terhadap pasar, dan differensiasi pasar yang memungkinkan terjadinya subsidi silang. Perlu dilakukan kajian yang berkelanjutan terhadap kondisi Koperasi dan UKM. Perlu diberi peran yang lebih besar kepada trading house (BLU/LLP dan atau Induk Koperasi Perdagangan) untuk melakukan penetrasi produkproduk Koperasi dan UKM di berbagai negara ASEAN dan China yang dilakukan secara periodik, (misalnya selama satu bulan pada tiap-tiap negara). Perlu dilakukan koordinasi dan sinergi pada aparat pusat dan daerah dalam menata produkproduk yang dapat diproduksi Koperasi dan UKM, serta menggalakkan pemakaian produksi dalam negeri. b. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kota melalui Koperasi dan UKM Kajian isu strategis ini mengemukakan beberapa hal penting antara lain: Kebijakan pemberdayaan ekonomi rakyat telah dilakukan melalui pemberdayaan Koperasi dan UKM. Kebijakan pemberdayaan ekonomi daerah telah disusun melalui lintas sektoral dengan tujuan untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern dan berdaya saing tinggi dan melalui mekanisme pasar yang benar. 220 Pemberdayaan ekonomi rakyat juga telah diimplementasikan oleh Pemda melalui berbagai program yang meliputi: Upaya peningkatan akses permodalan melalui penyaluran dana bergulir. Peningkatan kualitas SDM. Pengembangan akses jaringan usaha. Pemberdayaan ekonomi dengan lingkup komprehensif akan lebih bermakna apabila berbagai kalangan/komunitas dapat disertakan secara terpadu. c. Penyusunan Usulan Pengembangan Koperasi Raksasa di bidang Persusuan, Perdagangan dan Pertanian Dalam FGD/Desk Research terdapat hal penting untuk dicermati yaitu koperasi berskala raksasa menandakan volume bisnis yang besar, keterkaitan usaha koperasi dan anggota, kemampuan mengelola sumberdaya ekonomi di sekitarnya, kemampuan mengelola keuangan dan penguasaan pasar produk yang tidak meninggalkan prinsip dalam jati diri koperasi; Suatu saat kelak, koperasi juga dapat bergerak dalam pasar modal/saham. d. Sosialisasi Pelaksanaan KUR Kajian ini menyimpulkan bahwa calon nasabah dan pejabat daerah belum mempunyai pengertian yang utuh tentang KUR, sehingga masih terbatas realisasi penyaluran di lapangan. Berkaitan dengan hal tersebut di masa mendatang perlu diadakan penyuluhan intensif di daerah-daerah, penyampaian success story (kisah sukses) dari penerima KUR tahun sebelumnya, serta studi banding pada penerima KUR yang telah sukses. e. Sosialisasi Pajak Koperasi dan UKM Hasil kajian menunjukkan bahwa: Perlu membentuk Kelompok Kerja di tingkat Provinsi/Kab/Kota untuk mewujudkan sadar pajak terhadap gerakan koperasi dan UKM. Menginformasikan berbagai perkembangan kebijaksanaan perpajakan terbaru melalui Dinas Koperasi dan UKM tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, gerakan koperasi dan asosiasi pengusaha UKM. Menerbitkan informasi kebijakan perpajakan bagi Koperasi dan UKM. Melaksanakan sosialisasi dan edukasi kebijakan perpajakan bagi Koperasi dan UKM bersama dengan Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat. Menampung aspirasi dan masukan usulan keinginan/inisiatif penyelesaian kasus dan permasalahan perpajakan yang dihadapi oleh Koperasi dan UKM.

180 22 f. Koperasi dalam Era Pasar Bebas, Mau Ke mana? Hasil kajian ini telah mengungkapkan bahwa: Kemampuan Koperasi dan UKM dalam pasar bebas cenderung dinilai masih sangat terbatas, akan tetapi KPPU telah berupaya agar pemberdayaan Koperasi dan UKM terhindarkan dari kecenderungan perilaku monopolistik dari pelaku usaha yang mendominasi pangsa pasar. Dalam rangka meningkatkan daya saing produk Koperasi dan UKM, disarankan agar Pemerintah dapat mengambil manfaat dari pengalaman praktis pemerintah Thailand yang mengembangkan Koperasi dan UKM melalui pemberian fasilitas SNI, HAKI, modal kerja (seed capital) dan bimbingan promosi kepada pelaku usaha yang berpotensi menjadi eksportir. Lingkungan bisnis UKM pada saat ini sudah berada pada tahap persaingan yang semakin ketat, untuk itu Koperasi dan UKM perlu melakukan kegiatan produksi pada komoditi yang mempunyai daya saing di pasar global. g. Revitalisasi Koperasi dan UKM untuk Menggerakkan Perekonomian Nasional Hasil kajian ini antara lain: Kajian tersebut memiliki keterbatasan lokasi sampel yang hanya berjumlah lima lokasi, yang belum tentu dapat merepresentasikan seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi. Demikian juga halnya sample yang hanya berjumlah 200 Koperasi dan UKM, diantaranya yang bergerak di sektor makanan, tekstil, furniture, dan kerajinan. Beberapa variabel tersebut tidak bisa dijadikan tolok ukur, karena masing-masing sektor Koperasi dan UKM tersebut berbeda masalah yang dihadapinya dengan sektor Koperasi dan UKM yang lain. Khusus variabel peranan dukungan dan manfaat bantuan, digambarkan sebagai berikut: peranan dukungan hanya 20% (peralatan 4%, pendanaan/modal 2%, pembinaan teknis 3%, promosi bersama %). Sedangkan manfaat dikatakan rendah karena hanya 3% (yang ada manfaatnya) dan 69% (tidak ada manfaatnya). Dalam hal ini kita perlu mengkritisi apakah data tersebut diperoleh berdasarkan persepsi belaka ataukah memang hasil analisis data kuantitatif dari masing-masing pelaku usaha yang bersangkutan, misalnya data pertumbuhan usaha dan pertumbuhan keuntungan UKM sebelum dan sesudah adanya bantuan dari pemerintah. Dalam hal pembinaan juga ada kajian tentang lingkungan bisnis Koperasi dan UKM yang menyarankan supaya masing-masing instansi memfokuskan pembinaannya Selain itu dikemukakan pula beberapa hasil lain yaitu: a. Faktor pembiayaan kredit perbankan merupakan faktor penting pengembangan UKM; Oleh karena itu kami merekomendasikan: Penyelesaian kredit macet Koperasi dan UKM di bank-bank BUMN khususnya di daerah bencana seperti di Yogyakarta dan Sumatera Barat amat mendesak. Ekspansi kredit dimungkinkan meskipun memiliki kredit bermasalah karena bencana. Penurunan suku bunga dan skema pembiayaan yang lebih baik, khususnya bagi Koperasi dan UKM prospektif. Penyaluran Kredit

181 Usaha Rakyat, meskipun telah dijamin oleh ASKRINDO pada kenyataannya bank masih memerlukan jaminan dari nasabah dan hanya nasabah baru saja. b. Banyaknya bantuan kepada Koperasi dan UKM seringkali tidak tepat sasaran, berpotensi overlap dan menimbulkan moral hazard. Oleh karena itu kami merekomendasikan: Koordinasi bantuan kepada Koperasi dan UKM sehingga tepat sasaran. Bantuan pelatihan teknis produk, keuangan, pemasaran dan kewirausahaan perlu ditambah. Keikutsertaan Koperasi dan UKM dalam pameran promosi perdagangan perlu ditambah frekuensinya, khususnya ke pasar-pasar luar negeri non tradisional dan menembus pasar ekspor. c. Perlu insentif untuk diversifikasi produk, pengayaan desain dan hak paten produk Koperasi dan UKM. Untuk itu kami merekomendasikan: Perlunya kebijakan insentif fiskal dan non fiskal bagi pengembangan industri kreatif dan pengusaha pionir. Perlunya perlindungan dan sosialisasi mengenai hak paten produk dan desain. Menteri Negara Koperasi dan UKM meninjau pengolahan pupuk di Bali, 28 Desember 2009 d. Peningkatan utilisasi dan peremajaan mesin-mesin yang sudah tua sehingga merekomendasikan untuk melanjutkan, mempermudah prosedur dan ekspansi program peremajaan mesin-mesin tekstil. Penggunaan teknologi informasi untuk keperluan transaksi usaha. Rekomendasinya adalah: Mengalokasikan APBN K/L dan PKBL bagi Koperasi dan UKM dalam bentuk akses internet cukup, cepat dan diskon biaya langganan. Melakukan sosialisasi membuat situs-situs desain produk dan akses pembeli/penjual bahan baku lewat internet bagi Koperasi dan UKM kurang mampu Kajian Model Peningkatan Koperasi dan UKM di Kawasan Perbatasan/Tertinggal Peningkatan Peran Triple Hellix Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Dari hasil kajian ditemukan bahwa permasalahan yang dihadapi masyarakat perbatasan dalam pemanfaatan potensi daerah di dua lokasi pada dasarnya tidak jauh berbeda yaitu: kemampuan SDM, modal kerja, penguasaan teknologi, penggunaan benih dan sarana produksi, prasarana dan sarana serta tingkat pemanfaatan lahan. Perbedaan hanya terletak pada bobot prosentasenya saja di mana secara berurutan untuk Kabupaten Sanggau (8%; 39%; 29%; 3%; 4%; 7%) dan untuk Kabupaten Belu (5,46%; 30,47%; 0,00%; 5,55%; 20,67%; 8,00%) berarti modal kerja masih menjadi masalah krusial untuk peningkatan peran Koperasi dan UKM dikawasan perbatasan, di samping kemampuan SDM dan penguasaan teknologi. Sedangkan potensi daerah perbatasan yang bisa dikembangkan berdasarkan pendapat stakeholder, analisa Location Quotient (LQ) dan AHP untuk Kabupaten Sanggau (Kalbar) adalah komoditi lada dan kakao, sedangkan untuk Kabupaten Belu (NTT) adalah komoditi sapi dan jagung. Output pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penentuan Produk dan Lokasi: Tahap awal kegiatan dilaksanakan dengan melakukan fact finding untuk menghimpun data dan informasi sebagai landasan dalam penentuan produk dan lokasi sasaran kegiatan. Hasil fact finding dibahas

182 dalam rapat koordinasi antarinstansi pusat, yang dihadiri Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, BPPT, dan instansi terkait lainnya. Rapat koordinasi pusat menyepakati produk dan lokasi sasaran kegiatan adalah kerajinan gerabah di Kabupaten Bantul (DI Yogyakarta), kerajinan batik di Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan kerajinan bambu di Kabupaten Bangli (Bali). Potensi Koperasi dan UKM untuk kawasan perbatasan Sanggau terhadap Kabupaten Sanggau adalah koperasi memberikan share sebesar 2%, usaha mikro sebesar 5% dan usaha kecil sebesar 2%. Pada kawasan perbatasan Kabupaten Belu dengan Timor Leste potensi koperasi memberikan share sebesar,7%, usaha mikro sebesar 3,2%, usaha kecil sebesar 2,3% dan usaha menengah sebesar 3%. Untuk peningkatan peran Koperasi dan UKM dalam pengembangan komoditi potensial tersebut telah dirancang model kemitraan dan OVOP dengan meletakkan peran koperasi sebagai institusi kelembagaan petani berkerjasama dengan UKM melalui dukungan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan melibatkan peran Triple Hellix. Kedua model yang dirancang bisa diterapkan secara berbarengan dengan beberapa komoditi, khususnya untuk model kemitraan. Bila model OVOP yang dipilih maka berdasarkan hasil diskusi terbatas (FGD) pada kedua provinsi, untuk daerah perbatasan Kabupaten Sanggau disepakati komoditi lada, sedangkan untuk daerah perbatasan Kabupaten Belu disepakati pengembangan perternakan sapi. Model yang dirancang baik Kemitraan maupun OVOP diharapkan dapat meningkatkan share Koperasi dan UKM kawasan perbatasan Kabupaten Sanggau dengan Malaysia dari 5% menjadi 5% dalam waktu lima tahun, sedangkan untuk kawasan perbatasan Kabupaten Belu dengan Timor Timur dari 3% menjadi 0% dalam waktu lima tahun. Selain itu, melalui model yang dirancang, kecenderungan masyarakat yang hanya menjual bahan baku tanpa pengolahan dapat ditingkatkan dengan menciptakan barang setengah jadi atau produk akhir. Untuk penerapan model ini perlu dibuat pilot project atau Demplot oleh pihak-pihak terkait dan kemudian merumuskan action plan untuk koordinasi pelaksanaannya. Rencana Tindakan: Rencana tindakan yang akan dilaksanakan sejak meliputi aspekaspek sebagai berikut: a. Inventarisasi kondisi terkini dan permasalahannya. b. Fasilitasi yang diperlukan. c. Rencana tindakan yang akan dilaksanakan. d. Institusi yang terlibat. Aspek-aspek yang menjadi fokus dalam rencana tindakan, meliputi subsistem: Bahan baku Produksi Pemasaran Pembiayaan SDM Kelembagaan Hasil kesepakatan pada forum diskusi terbatas di daerah disosialisasikan di daerah, sekaligus sebagai forum untuk memperoleh masukan lebih lanjut guna mempertajam hasil kesepakatan diskusi terbatas di daerah. Dalam sosialisasi ini dipaparkan pula konsep trading house dan aplikasinya pada produk kerajinan di masing-masing lokasi sasaran kegiatan. Selanjutnya, hasil kesepakatan diskusi di daerah dibahas dalam rapat koordinasi di pusat yang menghasilkan kesepakatan dalam bentuk rencana aksi. 226 Sesuai dengan kondisi dan kesepakatan stakeholders, rencana aksi yang dilaksanakan pada tahun 200 difokuskan pada: a. Subsistem bahan baku yang menekankan pada fasilitasi pengadaan bibit pohon untuk bahan baku pewarna alami pada kerajinan batik dan alternatif bahan baku pengganti tanah liat sebagai bahan baku pada kerajinan gerabah. b. Subsistem budidaya dengan fasilitasi dalam standardisasi pengelolaan budidaya bambu, pemilahan pemanfaatan bambu untuk keperluan

183 industri dan nonindustri (masyarakat umum dan pencarian alternatif lahan untuk budidaya bambu. c. Subsistem produksi yang menekankan pada fasilitasi teknologi diversifikasi produk dan peningkatan kualitas bahan pada kerajinan bambu serta fasilitasi keragaman desain pada kerajinan gerabah dan kerajinan bambu. d. Subsistem SDM dengan peningkatan kualitas SDM UKM melalui pelatihan-pelatihan kepada pelaku usaha mengenai keterampilan dalam diversifikasi produk termasuk di dalamnya mengenai desain produk dan pelatihan untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan. e. Subsistem pembiayaan dengan meningkatkan akses ke sumber pembiayaan untuk modal kerja jangka pendek melalui fasilitasi peningkatan akses terhadap lembaga keuangan. f. Subsistem pemasaran dengan peningkatan akses ke informasi pasar melalui promosi, menyelenggarakan dan membangun trading house (Yogyakarta dan Bali), pengadaan leaflet/booklet dan kerjasama dengan stakeholders pariwisata di Pacitan. Khusus di Pacitan dengan fasilitasi dalam peningkatan pemahaman/ pengetahuan SNI dan HaKI melalui sosialisasi dan bantuan pengurusan (pendampingan) SNI dan HaKI. g. Subsistem kelembagaan yaitu dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan teknis perkoperasian melalui sosialisasi/penyuluhan perkoperasian, pembentukan sentra/klaster bambu dengan pendekatan OVOP. Khusus di Bali diperlukan payung hukum yang mengikat stakeholders di pusat dan daerah, pengembangan/revitalisasi peran koperasi dalam memenuhi kepentingan perajin bambu. Peningkatan peran triple hellix tercermin dengan adanya implementasi rencana aksi sebagai berikut: a. Subsistem bahan baku yaitu penanaman pohon yang digunakan sebagai pewarna alami kerajinan batik oleh dua orang perajin. b. Subsistem produksi yaitu pelatihan pembuatan kemasan produk souvenir kerajinan gerabah, pelatihan desain dan proses produksi kerajinan bambu, bantuan peralatan bak celup dan bak rebus, serta pelaksanaan pelatihan teknis produksi kerajinan batik. c. Subsistem SDM adalah pelatihan kewirausahaan untuk 30 orang perajin gerabah, 30 orang perajin batik dan 30 orang perajin bambu. 227 d. Subsistem pembiayaan yaitu fasilitasi pembiayaan bekerjasama dengan BUMN, dana bergulir APBD provinsi dan KUR untuk kerajinan batik, realisasi bantuan sosial dari Kementerian Koperasi dan UKM untuk pengadaan peralatan produksi gerabah sebesar Rp , pengajuan proposal bantuan sosial untuk pembiayaan pengadaan peralatan produksi kerajinan batik dan bambu. e. Subsistem pemasaran yaitu pengembangan pasar lokal, regional dan ekspor untuk kerajinan gerabah, kerajinan batik dan kerajinan bambu. f. Subsistem kelembagaan dengan pelatihan teknis yang diselenggarakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada 30 orang perajin gerabah dan 30 orang perajin bambu. Rencana tindak yang akan dilaksanakan pada tahun 20 merupakan tindak lanjut rencana aksi 200 yaitu: a. Subsistem bahan baku - melakukan riset potensi ketersediaan kuantitas dan jenis tanah liat, kerjasama antar pemerintah daerah dalam pemanfaatan bahan baku, pendampingan dan sosialisasi pemanfaatan bahan baku alternatif untuk kerajinan gerabah serta inventarisasi varietas bambu yang baru untuk diversifikasi produk kerajinan bambu. b. Subsistem produksi - memberikan pendampingan teknologi tentang diversifikasi produk dan peningkatan kualitas bahan untuk kerajinan bambu. c. Subsistem SDM - peningkatan capacity building kewirausahaan pada kerajinan gerabah dan pelatihan pendampingan penerapan etika bisnis pada kerajinan batik. d. Subsistem kelembagaan - proses pembentukan koperasi perajin gerabah dan batik. Model Penumbuhan Wirausaha Baru yang Inovatif Melalui Inkubator a. Telah tersusun payung hukum kebijakan pengembangan inkubator dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres) tentang inkubator bisnis dan teknologi. b. Model pengembangan inkubator. Dalam pengembangan inkubator

184 ini telah difasilitasi kegiatan yang meliputi: Pelatihan penyusunan business plan bagi 25 orang tenant. Pelatihan e-market bagi 25 tenant. Pelatihan bagi 25 orang staf inkubator. Temu bisnis dengan lembaga keuangan. Pendampingan bagi 25 tenant. Memfasilitasi penguatan permodalan dari LPDB melalui Astra Modal Ventura senilai Rp.025 Miliar bagi 6 tenant. Telah diluluskan 25 tenant yang mengelola berbagai bidang usaha, antara lain usaha mendong, akar wangi, sayurmayur, jamur merang dan lain-lain. Sudah ada dua tenant yang merintis ekspor yaitu komoditi mendong dan akar wangi. 228 Jaringan Informasi dan Publikasi 229 a. Peningkatan Kapasitas Kerjasama antar Daerah (KAD) dalam Pengembangan UKM Tujuan Program Kerjasama Antar Daerah adalah membangun dan mengembangkan kemampuan komunikasi serta meningkatkan kepedulian antar daerah melalui kerjasama partisipasif, mendorong percepatan kemajuan pembangunan ekonomi khususnya koperasi dan UKM melalui kapasitas aktor regional. b. Pemeliharaan Jaringan LAN Intranet dan Sistem Database Smecda.com Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK telah mengembangkan sistem informasi elektronik melalui internet yakni website. Website ini digunakan untuk memberikan informasi yang berkaitan dengan hasil kajian pemerintah di bidang pembangunan Koperasi dan UKM, temuan-temuan ilmiah baru dalam pemberdayaan Koperasi dan UKM, potensi daerah yang perlu didorong untuk tumbuh, serta data dan informasi pembangunan Koperasi dan UKM lainnya yang bersifat penelitian dan pengembangan pemberdayaan Koperasi dan UKM. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi pelaksanaan kegiatan untuk mendukung pengembangan kerjasama antar daerah di Regional Management (RM) BARLINGMASCAKEB Jawa Tengah yaitu ToT untuk Desain Batik serta Pembentukan dan Pengembangan Media Informasi UKM (UKM Center/Galeri Online), serta di RM Jonjok Batur NTB yaitu pelatihan dalam rangka Pembinaan Guna Kemantapan Kerja (Kelembagaan). Selain itu untuk mendukung promosi juga dilaksanakan kegiatan sosialisasi kerjasama antar daerah dan pembuatan leaflet. Berdasarkan statistik, pengunjung web smecda telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, untuk 200 pada bulan November, kurang lebih Sedangkan halaman yang dibuka sebanyak Lima negara teratas yang mengakses adalah Indonesia (74%), USA (,6%), Norwegia (2,43%), Cina (,72%), Malaysia (,%) dan lainnya (9,4%). Informasi yang banyak dibuka adalah data koperasi, undang-undang koperasi dan UKM, peraturan mengenai koperasi dan UKM, berita Koperasi dan UKM, makalah koperasi, hasil kajian dan jurnal. Telah terbangunnya komunikasi dan kepedulian antar pemerintah daerah dalam pengembangan Koperasi dan UKM, antara lain melalui Pelatihan Desain Batik Training of Trainers (ToT) untuk UKM

185 Batik RM Barlingmascakeb pada Juli 200. Di sisi lain masing-masing Pemda telah mengalokasikan dana melalui APBD setiap tahunnya untuk membangun komunikasi dan kepedulian antar daerah dalam hal pemberdayaan Koperasi dan UKM. Pelatihan yang dilaksanakan pada Juli 200 diikuti oleh 20 peserta yang berasal dari lima kabupaten yang tergabung dalam RM BARLINGMASCAKEB, yaitu: Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. c. Uji Coba Program Aplikasi DSS (Decision Support System) Koperasi dan UKM Sejumlah pengalaman, hasil kajian dan penelitian menunjukkan bahwa permasalahan UKM sangat berkaitan dengan sumberdaya manusia (human resources), manajemen, funding, access, informasi teknologi, dan market access. Hal ini membuat para pelaku usaha Koperasi dan UKM, umumnya memposisikan diri untuk apatis dalam membangun simbiosis yang lebih harmonis dengan pihak lembaga keuangan (financial intermediary). Karena keterbatasan SDM, Koperasi dan UKM mengalami kesulitan dalam menyajikan dan meyakinkan kelayakan ekonomi dan keuangannya. Di sisi lain, dunia perbankan kesulitan memperoleh data yang dapat dimanfaatkan untuk dianalisa kelayakannya. Para peserta pelatihan tidak mengalami kesulitan menerima semua materi yang diajarkan yaitu tentang teknik desain batik modern, pewarnaan alam, pemasaran serta jejaring UKM. Dalam rangka Pembinaan Kemantapan Kerja RM Jonjok Batur di NTB, telah dilaksanakan pula pelatihan Kelembagaan. Pelatihan dilaksanakan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja RM Jonjok Batur, serta memperkuat dukungan dari stakeholder terkait. Dalam kegiatan tersebut berhasil dirumuskan komitmen ke depan untuk bersama- sama mengatasi solusi permasalahan yang muncul, antara lain tentang budget sharing, Raperda pariwisata, pembenahan dewan eksekutif serta peningkatan peran instansi terkait. Untuk mendukung promosi produk-produk unggulan UKM RM Barlingmascakeb, pada November 200, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK c.q. Asdep Pengembangan Perkaderan UKM memfasilitasi Pembentukan dan Pengembangan Media Informasi UKM (UKM Center/Galeri Online). Promosi juga dilakukan dengan pembuatan leaflet yang menampilkan potensi kewilayahan RM Barlingmascakeb dan RM Jonjok Batur. Selain itu, pada November 200 juga dilaksanakan melalui kegiatan sosialisasi promosi tentang KAD di Jakarta. Dalam acara tersebut, seluruh peserta yang terdiri dari perwakilan seluruh deputi di Kementerian Koperasi dan UKM, perwakilan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, perwakilan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal serta Perwakilan PT Telkom menyatakan dukungannya terhadap konsep Kerjasama Antar Daerah dan siap melakukan sinergi program kegiatan mereka ke dalam konsep tersebut. Salah satu upaya yang dapat diusung dan dikembangkan adalah dengan menyajikan pedoman pengambilan keputusan (Decision Support System/DSS) kelayakan ekonomi dan keuangan UKM berbasis teknologi dan sistem informasi. Kehadiran software aplikasi DSS ini diharapkan mampu menjembatani permasalahan dasar Koperasi dan UKM dan kebutuhan pihak intermediary swasta untuk meningkatkan portofolio investasinya. 230

186 23 Pengembangan Inkubator Aplikasi perangkat lunak DSS UMKM diharapkan dapat memberikan efektifitas dan efesiensi bagi pihak pemerintah, pelaku usaha dan lembaga intermediary dalam melakukan pengambilan keputusan untuk mengembangkan bisnis Koperasi dan UKM pada sektor perdagangan, pertanian, manufaktur, jasa, restoran dalam hal perencanaan dan pengambilan keputusan kelayakan ekonomi dan keuangan. Aplikasi ini memiliki beberapa fitur, diantaranya adalah fasilitas: Profil: merupakan toolbar yang terdiri dari profil perusahaan dan profil usaha. Toolbar ini dapat diklik untuk membantu pengguna mendeskripsikan perusahaan dan usaha yang dijalankan. Analisis Bisnis: pada toolbar ini, sistem akan secara otomatis melakukan analisis setelah pengguna melakukan pengisian pertanyaan yang diajukan/tersedia pada toolbar profil dan aspek produksi, pemasaran, manajemen & SDM, lingkungan dan keuangan. Hasil analisis akan ditampilkan dalam image angka skor (indeks), angka kelayakan keuangan (Cash Flow, IRR, BEP, BCR, PP, NPV-PI). Output kegiatan ini adalah telah dilaksanakannya uji coba aplikasi ini pada 6 (enam) UKM di Jakarta dan sekitarnya yaitu: CV Ayam Parigi Hitam (Pertanian). CV Al Rosyed (Perdagangan). Muti Pesta (Jasa). Karya Agus (Manufaktur). Restoran Sabana Murah (Restoran). Kobekindo (Koperasi Jasa Perbaikan). Telah dilakukan Pelatihan Penggunaan Decision Support System (DSS) bagi 33 orang pelaksana daerah (satu orang perwakilan Dinas Koperasi tingkat provinsi seluruh Indonesia) di Jakarta. Salah satu instrumen yang strategis dalam menumbuhkembangkan peran dan daya saing UKM adalah melalui inkubator bisnis dan teknologi. Menurut Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) bahwa jumlah inkubator di Indonesia sebanyak 22 unit inkubator bisnis dan teknologi. Inkubator adalah lembaga yang melaksanakan pendampingan (inkubasi) terhadap calon wirausaha baru maupun UKM (yang disebut tenant) baik secara in wall (semua aktifitas usahanya dilakukan dengan menggunakan fasilitas ruangan di inkubator) maupun outwall (aktifitas usaha dilakukan di luar inkubator). Ruang lingkup pendampingan yang diberikan meliputi konsultasi teknologi, kewirausahaan dan manajemen, fasilitasi pemasaran, serta penulisan business plan untuk aplikasi lembaga keuangan. Inkubator sampai saat ini terus aktif menghadapi Koperasi dan UKM dalam mengembangkan usaha. Inkubator dalam melaksanakan inkubasi memiliki berbagai kendala antara lain: Belum memiliki sarana dan prasarana pendukung serta fasilitas yang memadai. Keterbatasan dukungan dana operasional inkubator maupun dana pendampingan inovasi teknologi. Reward/salary yang diberikan inkubator terhadap manajer maupun staf inkubator masih sangat rendah dan belum memadai. Kurangnya komitmen dan dukungan dari semua pihak untuk mengembangkan inkubator dan masih terbatasnya peran dan daya saing tenant inkubator. Berkenaan dengan hal tersebut perlu disusun kebijakan pengembangan inkubator serta pengembangan inkubator model yang direncanakan akan dilaksanakan di Bogor (IPB), yang akan direplikasi dan dikembangkan di daerah lain. Program ini diharapkan mampu meningkatkan peran inkubator dalam mengembangkan peran dan daya saing tenant inkubator. 232 Dari kegiatan pengembangan inkubator pada 200 ini menghasilkan tersusunnya Rencana Model Inkubator. Selain itu di IPB telah dilaksanakan Pelatihan tentang e-market dan temu bisnis masingmasing diikuti oleh 25 tenant, serta Pelatihan bagi 5 staf inkubator (IPB, ITB, ITS, UGM, UNS, ICELL Admisolo, IKOPIN, Unibraw, UMN Jakarta, Politeknik Bandung, Univ. Bakrie, UI, Unsoed, Undip). Dalam rangka memberi perkuatan keuangan Koperasi dan UKM telah dilaksanakan

187 pula Temu Fasilitasi Lembaga Keuangan LPDB dengan 30 tenant. Pertemuan tersebut menghasilkan pemberian dana perkuatan usaha kepada enam tenant. Dalam rangka memperkuat komitmen dan dukungan dari pihakpihak terkait untuk pengembangan inkubator, maka pada 3 Maret 200 telah ditandatanganinya SKB Tiga Menteri (Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Diknas dan Kementerian Ristek) tentang Gerakan Pengembangan Inkubator Bisnis dan Teknologi dalam Menumbuhkembangkan Wirausaha Inovatif. Dukungan juga akan diberikan oleh empat kementerian lain yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Agama, BPPT dengan koordinator Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. SKB tersebut akan diusulkan menjadi Perpres mengenai Pengembangan Inkubator Bisnis dan Teknologi dan surat izin prakarsa Perpres telah disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian kepada Presiden. Selain itu dalam rangka memantapkan pengembangan inkubator bisnis dan teknologi, pada 4 November 200 diadakan pelatihan inkubator internasional di Jakarta yang menghadirkan pakar inkubator dari Jepang, Jerman, Korea dan I-Cell, dengan peserta negara-negara ASEAN dan inkubator dari Indonesia. Sedangkan untuk 20 akan dilaksanakan penyusunan model-model inkubator agroindustri dan green energy pada IPB, inkubator manufacturing pada ITB, inkubator agrobisnis pada Unibraw, inkubator ICT/industri kreatif pada ITS. Dasar hukum pengembangan inkubator adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Pasal 5); Inpres No. 0 Tahun 200 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional; Inpres No. 6 Tahun 2007 tentang percepatan sektor riil dan pemberdayaan UKM dan Naskah Kesepakatan Bersama antara Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Riset dan Teknologi tanggal 3 Maret 200 tentang Gerakan Nasional Pengembangan Inkubator Bisnis dan Teknologi dalam Menumbuhkembangkan Wirausaha Inovatif. 233 Menteri Negara Koperasi dan UKM mengunjungi salah satu stand mahasiswa di sela-sela acara penandatanganan MOU dalam rangka Pengembangan Inkubator, di Jakarta, 3 Maret 200 Program Kegiatan Pengkajian Sumber Daya Koperasi dan UKM Dalam rangka mendukung penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pemberdayaan Koperasi dan UKM, berbagai kegiatan pengkajian di bidang pemberdayaan Koperasi dan UKM. Dalam periode telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian terapan dan penunjang pemberdayaan Koperasi dan UKM, antara lain: Kajian Formalisasi Perizinan Usaha Bagi Koperasi dan UKM. Kajian Pemberdayaan Koperasi dan Koperasi dan UKM Dalam Era Otonomi Daerah. Kajian Peran Peraturan Daerah Dalam Pemberdayaan Koperasi dan UKM. Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar Dalam Pemberdayaan Koperasi dan UKM. Kajian Dampak Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera (PERKASSA). 235

188 Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM) Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM) merupakan satuan kerja pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) yang berada di bawah Kementerian Koperasi dan UKM. Satuan kerja LLP-KUKM ditetapkan melalui Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Nomor 9.3/ Per/M.KUKM/VIII/2006 tentang organisasi dan tata kerja LLP-KUKM tanggal 9 Agustus 2006, dan ditetapkan sebagai BLU dengan status BLU Penuh melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/ KMK.05/2007 tanggal 20 Maret Visi LLP-KUKM adalah menjadi institusi profesional berskala internasional di bidang pemasaran produkproduk koperasi dan UKM Indonesia yang mampu menjadikan Smesco UKM sebagai ikon pemberdayaan dan ikon industri kreatif Koperasi dan UKM. Dalam melaksanakan tugas pokok untuk memasarkan produk-produk Koperasi dan UKM tersebut, LLP-KUKM melaksanakan beberapa kegiatan antara lain: Memasarkan produk UKM di dalam maupun luar negeri melalui trading house dengan nama SMESCO INDONESIA COMPANY (SIC). Menyediakan layanan ruang pamer dan ruang pelatihan. Menyediakan layanan permanent display/showroom ritel produk unggulan Koperasi dan UKM Indonesia dalam UKM Gallery. Menyediakan layanan penyewaan ruang kantor dan sarana pendukung lainnya seperti: bank, ATM, money changer, travel agent, mini market, restaurant dan cafe. Hal ini juga dimaksudkan agar Smesco UKM menjadi destination dan meeting point bagi masyarakat Jakarta, hal ini bertujuan untuk menarik pelanggan agar mengunjungi dan memasuki serta berbelanja di UKM Gallery. Program Ekspose Produk Unggulan 33 Provinsi (Tahap I). Bekerjasama dengan dinas -dinas daerah untuk mengisi Gedung Smesco UKM beserta produkproduk unggulan daerahnya. Bab 9 BADAN LAYANAN UMUM PENDAPATAN BADAN LAYANAN UMUM LEMBAGA LAYANAN PEMASARAN - KUKM TA. 200 No. Pendapatan Target Realisasi % Pendapatan Jasa Layanan (UKM Gallery) Pendapatan Jasa Penyedia Barang dan Jasa Lainnya

189 82 Pada Tahun Anggaran 2009 Pendapatan Operasional Jasa Layanan LLP-KUKM sebesar Rp ,-, terdiri dari Pendapatan Sewa Rp ,- dan Pendapatan Trading House Rp ,- 236 Yuana Sutyowati Barnas Direktur Utama LLP-KUKM Menteri Negara Koperasi dan UKM didampingi oleh Direktur Utama LLP- KUKM meresmikan 7 paviliun daerah di gedung SMESCO UKM, Jakarta, 4 Desember Menteri Negara Koperasi dan UKM menyaksikan Direktur Utama LLP-KUKM menandatangani MoU Program Strategis Delegasi Thailand mengunjungi salah satu stand kerajinan di galeri UKM

190 24 Dalam pelaksanaan program pemasaran produk-produk unggulan Koperasi dan UKM melalui trading house, LLP-KUKM telah mengirimkan produk Koperasi dan UKM mitra ke Shanghai (China) dan Dubai dengan melibatkan 0 Koperasi dan UKM dan 5 produk. Ekspansi ke pasar Internasional bagi Koperasi dan UKM merupakan alternatif untuk memperoleh pasar yang lebih luas, sekaligus untuk memperoleh devisa bagi negara. Kemitraan dengan Koperasi dan UKM dilakukan melalui kerjasama dengan koperasi yang mewakili Koperasi dan UKM anggota dengan menerapkan konsep bagi hasil. Hingga saat ini, LLP-KUKM telah melayani Koperasi dan UKM dari 23 Provinsi di Indonesia. Kegiatan ini terbuka bagi semua daerah, dengan syarat memiliki kualitas produk yang baik, harga kompetitif dan sanggup memenuhi permintaan pasar. Untuk mempromosikan dan memasarkan produkproduk Koperasi dan UKM ini, sepanjang tahun 200 LLP-KUKM telah mengikuti beberapa pameran di dalam dan luar negeri, yaitu Pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) 200 dan Pameran Poire De Marseille di Prancis bulan Oktober 200. Keikutsertaan LLP-KUKM dalam pameran tersebut selain untuk memasarkan produk-produk Koperasi dan UKM Indonesia, juga sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan LLP-KUKM kepada masyarakat sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang pemasaran produk Koperasi dan UKM yang berkualitas serta untuk membuka akses pasar bagi para Koperasi dan UKM. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan pada acara Pembukaan SMESCO UKM Festival, 4 Juli 200 Selain mengikuti pameran, kegiatan LLP-KUKM yang lain adalah menyediakan ruang pameran dan pelatihan bagi Koperasi dan UKM pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Acara-acara yang telah diselenggarakan bertempat di gedung SMESCO UKM antara lain Indonesia Green Award, Education Fair 200, Pameran Food and Packaging, Pembiayaaan Expo, SIKIB Expo 200 dan lainlain. Bertempat di Gedung SMESCO UKM, LLP-KUKM juga menampilkan produk-produk unggulan UKM di dalam gerai ritel UKM GALLERY yang telah dibuka secara resmi sejak tanggal 3 April 2009 yang lalu. UKM GALLERY yang menempati 2 lantai di gedung utama SMESCO UKM ini menyajikan berbagai karya terbaik para perajin dari seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun 200 LLP-KUKM telah melayani 827 Koperasi dan UKM yang menaungi ribuan perajin dari seluruh Indonesia. Beragam kerajinan seperti batik, songket, tenun, aksesoris, patung, anyaman, hingga furnitur dan produk-produk interior hadir dengan harga yang kompetitif. Bulan Desember 200, LLP-KUKM bekerja sama dengan 7 provinsi untuk mengenalkan produk-produk unggulan daerahnya sebagai bentuk implementasi Program Ekpose Produk Unggulan Koperasi dan UKM 33 provinsi oleh LLP- KUKM. Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan sekaligus membuka acara SMESCO Craft & Home Furnishing Expo Ibu Negara Ani Yudhoyono pada pembukaan SIKIB Expo 200

191 Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan ke SMESCO EXPO 200 di Jakarta, 27 Oktober Misi UKM GALLERY adalah menjaga dan mengembangkan warisan budaya Indonesia, dengan terusmenerus melakukan pengembangan desain agar daya saing produk meningkat sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sesuai dengan program yang telah dicanangkan pemerintah maka SMESCO UKM juga memposisikan diri sebagai lokomotif sekaligus acuan bagi pengembangan industri kreatif Koperasi dan UKM. Dengan UKM GALLERY, SMESCO UKM ingin mengubah persepsi masyarakat yang menganggap produk-produk Koperasi dan UKM kurang berkualitas. LLP- KUKM sebagai Badan Layanan Umum diharapkan dapat memberikan layanan yang optimal bagi koperasi dan UKM, sehingga nantinya bisa mandiri dan dapat mengurangi tekanan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hingga akhir tahun 200, dari lantai di gedung utama SMESCO UKM yang diperuntukkan sebagai perkantoran, sebanyak 0,5 lantai telah terisi penuh. Beberapa tenant yang menyewa ruangan dengan space yang besar antara lain: PT Infomedia Nusantara, LPDB-KUMKM, Bank Mega Syariah, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Departemen Keuangan dan Bank Negara Indonesia serta 7 paviliun daerah. Berbagai seminar, lokakarya dan pelatihan juga diselenggarakan di gedung utama SMESCO UKM untuk memperluas wawasan dan pengetahuan UKM. Berbagai event telah dilaksanakan untuk memperkenalkan UKM GALLERY dan SMESCO UKM. Salah satunya adalah Warisan Enak, festival makanan tradisional yang telah diadakan 2 kali. Festival yang menyediakan berbagai makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia ini mendapat sambutan yang sangat baik, terbukti dengan banyaknya pengunjung yang datang dan ikut ambil bagian dalam event ini. Menteri Negara Koperasi dan UKM mengunjungi salah satu stand di acara SMESCO Craft & Home Furnishing Expo 246 Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan UMKM (LPDB-KUMKM) Kemas Danial

192 Direktur Utama LPDB-KUMKM Perkembangan Pengelolaan Dana Bergulir Secara kumulatif, sejak September 2008 hingga 20 Desember 200 LPDB-KUMKM telah menyalurkan pinjaman/pembiayaan kepada mitra sebesar Rp yang diberikan kepada UMKM melalui 9 Mitra Koperasi Sekunder, 223 Mitra Koperasi Primer Langsung, 47 Mitra Perusahaan Modal Ventura dan 0 Mitra Perbankan. Nilai dan persentase terhadap target pada tahun 2008 sebesar Rp (25,9%), tahun 2009 sebesar Rp (23,82%) dan tahun 200 sebesar Rp (67,45%). Pengelolaan Dana Bergulir Tahun 200 Rencana penyaluran dana bergulir tahun 200 adalah sebesar Rp , namun hingga bulan Desember 200 dana dari APBN sebesar Rp belum diterima oleh LPDBKUMKM, sehingga rencana penyaluran dana bergulir-yang dananya bersumber dari APBN-dialihkan penyalurannya ketahun 20 (baru masuk ke rekening LPDB-KUMKM tanggal 6 Desember 200), sehingga target penyalurannya menjadi Rp Memasuki semester II, terjadi pergantian Direksi LPDB-KUMKM, dan rencana penyaluran dana bergulir dilakukan penyesuaian sehingga menjadi Rp yang merupakan 65% dari target penyaluran Rp Total penyaluran dana bergulir pada tahun 200 mencapai Rp atau 67,45% dari target penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM tahun 200. Mitra yang tidak dapat meneruskan penyaluran pinjaman/pembiayaan kepada Koperasi dan UKM mengembalikan dana kepada LPDB- KUMKM sebesar Rp , sehingga dana yang tersalurkan oleh mitra menjadi Rp Sejak semester II tahun 200 penyaluran dana lebih difokuskan kepada koperasi secara langsung dan mengalami peningkatan lebih dari 5 (lima) kali lipat dibandingkan pada semester sebelumnya. Penyaluran dana bergulir pada semester II tahun 200 mencapai Rp , sedangkan pada semester I tahun 200 sebesar Rp Dana bergulir tahun 200 disalurkan kepada 0 (sepuluh) Mitra Koperasi Sekunder, 90 (seratus sembilan puluh) Mitra Koperasi Primer Langsung, 4 (empat belas) Mitra Perusahaan Modal Ventura dan 4 (empat) Mitra Perbankan. Selain dana yang sudah disalurkan, terdapat usulan yang sudah disetujui oleh Komite Pinjaman/Pembiayaan dan siap untuk dicairkan kepada mitra sebesar Rp Non Performing Loan (NPL) LPDB-KUMKM per 20 Desember 200 sebesar 0,2% (batas yang diperkenankan dalam Rencana Bisnis dan Anggaran sebesar 5%). Dana bergulir disalurkan kepada Koperasi dan UKM yang tersebar di 29 Provinsi di Indonesia. Provinsi yang belum menerima dana bergulir dari LPDB-KUMKM adalah Bangka Belitung, Gorontalo, Sulawesi Barat dan Papua. Realisasi anggaran belanja LPDB-KUMKM per 23 Desember 200 sebesar Rp atau 94,56% dari pagu anggaran yang dapat direalisasikan sebesar Rp , terdiri dari realisasi belanja APBN sebesar Rp dan realisasi belanja PNBP sebesar Rp Realisasi pendapatan per tanggal 23 Desember 200 sebesar Rp atau 35,87% dari target anggaran sebesar Rp

193 Realisasi penyaluran dana bergulir s/d DESEMBER 200 Jumlah Mitra yang telah Melakukan Akad Tahun Koperasi Sekunder Koperasi Primer PMV Bank Jumlah UMKM Jumlah Penyaluran (Rp) Tidak Tersalurkan Oleh Mitra dan dikembalikan ke LPDB-KUMKM (Rp) Jumlah Dana Bergulir yang Berada di Mitra (Rp)

194 Januari s/d Juni Juli s/d 20 Desember Jumlah

195 Menteri Negara Koperasi dan UKM didampingi Direktur Utama LPDB menyerahkan dana bergulir di provinsi Aceh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM di dampingi Direktur Utama LPDB-KUMKM, Kemas Danial membuka acara Temu Mitra Penerima Pinjaman/Pembiayaan LPDB-KUMKM Para Anggota Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Petunjuk Pengelolaan Dana Bergulir LPDBKUMKM melakukan penandatanganan di Jakarta, 6 Agustus Realisasi pengalihan dana bergulir dari Satker Kementerian Koperasi dan UKM per 20 Desember adalah sebesar Rp (37,2%) dari target pengalihan berdasarkan Nilai Realisasi Bersih (NRB) sebesar Rp Reformasi LPDB-KUMKM Tahun 200 Direksi baru telah membentuk Tim Transformasi pada tanggal 2 Juli 200 yang bertugas mengkaji dan memberi solusi permasalahan yang menghambat pengelolaan dana bergulir, dengan hasil antara lain:. Penyempurnaan Standard Operational Procedure (SOP) Mengubah SOP pola penyaluran dengan menyederhanakan pelaksanaan proses pemberian pinjaman/ pembiayaan dari 60 hari menjadi 5 hari kerja sebagai upaya mempercepat penyaluran dana bergulir 2. Penyempurnaan Petunjuk Teknis (Juknis) Petunjuk Teknis (Juknis) pemberian pinjaman/pembiayaan direvisi dengan meminimalisasi ketentuanketentuan yang multitafsir menjadi lebih sederhana dan fleksibel sehingga memperluas kesempatan mitra untuk memperoleh dana bergulir dari LPDB-KUMKM, (setelah revisi, petunjuk teknis LPDB-KUMKM menjadi hanya sebanyak 4 Juknis dari semula 4 Juknis). 3. Penyempurnaan Tarif Layanan Banyaknya permintaan dari Koperasi dan UKM secara individual untuk mendapatkan pinjaman/ pembiayaan dari LPDB-KUMKM, maka LPDB-KUMKM mengusulkan kepada Menteri Keuangan adanya penjabaran kriteria sasaran dan strategis serta kebijakan tarif tersendiri bagi Koperasi dan UKM yang secara langsung menerima pinjaman dari LPDB-KUMKM yang sampai saat ini belum diatur. 4. Kajian Pengembangan Organisasi Diusulkan perubahan struktur organisasi LPDB-KUMKM dengan memisahkan Direktur Keuangan dan Umum menjadi Direktur Keuangan dan Direktur Umum. Secara prinsip usulan perubahan struktur organisasi dimaksud telah disetujui oleh Kementerian Pendayagunaan dan Aparatur Negara. 5. Kajian Pola Reward and Punishment LPDB- KUMKM akan mengusulkan penyempurnaan pola remunerasi dengan memperhatikan prinsip berkeadilan, mampu mendorong produktifitas pegawai, dan dapat mengakomodir reward and punishment. 6. Key Performance Indicator (KPI) dan Standar Kompetensi Pegawai Dalam upaya meningkatkan profesionalisme LPDB-KUMKM, maka akan ditetapkan Key Performance Indicator (KPI) dan Standar Kompetensi Pegawai, (dengan harapan kinerja seluruh jajaran pejabat maupun pegawai dapat terukur dengan baik). 7. Pengembangan Teknologi Informasi LPDB-KUMKM mengembangkan aplikasi yang berisi

196 informasi tentang proses pemberian pinjaman mulai dari proposal diterima LPDB-KUMKM hingga pencairan. Aplikasi ini membantu jajaran manajemen dalam mendukung pengambilan keputusan. Dalam rangka mencapai Good Government Governance (GGG) LPDB-KUMKM telah mengambil langkah-langkah strategis seperti MoU dengan Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM di provinsi seluruh Indonesia, MoU dengan Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (Jamdatun), dan penandatanganan Pakta Integritas dalam rangka mengetahui perkembangan pinjaman dan pengembalian serta kendala yang dihadapi dalam proses pemberian pinjaman, LPDB- KUMKM melakukan pertemuan dengan mitra yang telah menerima pinjaman/ pembiayaan dari LPDB-KUMKM, sekaligus menyerahkan penghargaan kepada Mitra Terpercaya LPDB-KUMKM. Guna lebih meningkatkan pelayanan kepada mitra yang lebih profesional, transparan dan akuntabel serta memperoleh citra yang baik dari para pemangku kepentingan, LPDB-KUMKM akan menerapkan ISO 900 pada tahun 20. Rencana Penyaluran Tahun 20 Rencana penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM tahun 20 sebesar Rp,25 triliun kepada UKM melalui 463 Koperasi dan 42 lembaga non koperasi. Mengingat jumlah koperasi dan UKM untuk memperoleh dana bergulir dari LPDB-KUMKM terus meningkat, dan sampai saat ini mencapai Rp 3,86 triliun, sedangkan dana bergulir yang tersedia pada tahun 20 sebesar Rp,25 triliun, maka LPDB- KUMKM akan mengusulkan tambahan dana bergulir melalui APBN-P sebesar Rp 2 triliun pada bulan Mei Bencana alam yang terjadi di tanah air mulai dari di Wasior Provinsi Papua Barat, gempa di Provinsi Sumatera Barat sampai dengan erupsi gunung Merapi di Provinsi DIY dan Provinsi Jateng, telah membawa pengaruh besar terhadap kehidupan masyarakat, terutama yang tinggal di daerah yang terkena bencana. Begitu juga dengan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di wilayah tersebut, banyak yang mengalami kerugian dan bahkan asset yang dimiliki tidak bisa lagi diselamatkan. Melihat kondisi yang demikian Kementerian Koperasi dan UKM telah mengambil langkah-langkah penanganan serius sejak masa tanggap darurat maupun dalam masa pemulihan terhadap Koperasi dan UKM yang terkena dampak bencana tersebut. Bab 0 MITIGASI BENCANA ALAM Sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat yang terkena musibah bencana alam, Kementerian Koperasi dan UKM, khususnya Deputi Bidang Pembiayaan dalam Penanganan Daerah Bencana membuat kebijakan untuk memberikan penghapusan/pemutihan pinjaman bagi Koperasi dan UKM, misalnya saja: a. Penghapusan/pemutihan pinjaman bagi Koperasi dan UKM dari tahun yang dialokasikan dengan APBN melalui program Dana Bergulir kepada Koperasi dan UKM yang terkena bencana (Wasior di Papua Barat, Kepulauan Mentawai-Sumatera Barat, Sleman, Bantul, dan Gunung Kidul di DI Yogyakarta, Boyolali, Magelang, dan Klaten di Jawa Tengah). Pinjaman jangka panjang kepada 238 koperasi peserta program perkuatan dengan nilai Rp ,- (dua puluh lima miliar lima puluh juta rupiah). Kementerian Koperasi dan UKM

197 mengusulkan pada Menteri Keuangan agar dapat menghapusbukukan pinjaman tersebut, dan tidak perlu dikembalikan atau dihibahkan kepada koperasi/lkm peserta program. b. Program bantuan sosial kelompok perempuan dan kelompok pemuda yang bukan merupakan pinjaman sehingga tidak harus dikembalikan, yang diberikan kepada 49 koperasi dengan nilai hibah Rp ,(dua miliar empat ratus lima puluh juta rupiah). c. Deputi Bidang Pembiayaan menurunkan bantuan perkuatan dengan total nilai Rp (dua puluh tujuh miliar lima ratus juta rupiah) diberikan kepada 287 koperasi/lkm di daerah bencana, yang terbagi atas: Mentawai (Sumatera Barat)-6 koperasi/lkm - Rp Teluk Wondama (Papua Barat)-7 koperasi/lkm - Rp Magelang, Klaten, Boyolali (Jawa Tengah)-76 koperasi/lkm - Rp Sleman (DI Yogyakarta)-88 koperasi/lkm - Rp Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan kunjungan kerja ke Padang, Sumatera Barat dalam rangka Mitigasi Bencana Alam Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM melakukan penyerahan bantuan korban Merapi dan perkuatan dana bagi Koperasi se-provinsi DI Yogyakarta, November 200 Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM ditemani Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X di salah satu Posko Utama untuk para korban letusan Gunung Merapi, 0 November

198 Bencana alam yang terjadi di tanah air pada tahun 200, yaitu: Provinsi Papua Barat, Provinsi Sumbar, Provinsi DIY, Provinsi Jateng, telah berdampak kerusakan, baik langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat khususnya Koperasi dan UKM setempat. Langkah-langkah yang telah diambil dalam penanganan di daerah bencana tersebut adalah sebagai berikut: Pertemuan pembahasan lebih lanjut dengan Bank Indonesia akan dilakukan untuk membahas: a. mengeluarkan kebijakan penanganan kredit agar memberikan kejelasan di masyarakat. b. menyempurnakan data dengan mengelompokan debitur sedang dalam pemisahan kategori Koperasi dan UKM yang terkena dampak langsung dan tidak langsung. c. Mengusulkan perbankan agar perusahaan penjaminan kredit dapat membayar klaim Debitur KUR di daerah yang terkena bencana. 4. Kementerian Koperasi dan UKM telah mengusulkan Program Penanganan tentang Program Pemulihan Ekonomi (Recovery) untuk Koperasi dan UKM.. Menyampaikan Surat Menteri Koperasi dan UKM Nomor 0/M.KUKM/XI/200 Kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat R.I, tentang Usulan Program Pemulihan Ekonomi (Recovery) untuk Koperasi dan UKM. 2. Mengadakan Pertemuan dengan Direktur UKM Bank Indonesia, pimpinan Bank (BRI, Mandiri, BNI, BTN, Bukopin, BSM) dan Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM di Kab. Sleman, Kab. Kulon Progo, Kab. Boyolali, Kab. Klaten dan Kab. Magelang, Dinas Koperasi Provinsi Sumbar (Mentawai), Dinas Koperasi Jateng serta Kementeriaan BUMN. Menteri Negara Koperasi dan UKM melakukan peninjauan dan berdialog langsung dengan para korban bencana alam di Wasior, Papua, 2 Oktober Menteri Negara Koperasi dan UKM disertai Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, meninjau langsung lokasi yang terkena bencana erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, 20 November Menteri Negara Koperasi dan UKM berada di tengah-tengah pengungsi korban bencana alam Gunung Merapi di Yogyakarta, 20 November 200

199 263 Pengembangan Pengarusutamaan Gender Bidang Koperasi dan UKM Dalam rangka melaksanakan amanat Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional, telah dilakukan berbagai upaya percepatan dan pengintegrasian pengarusutaman gender ke dalam program pemberdayaan Koperasi dan UKM, melalui: a. Pembentukan Komite Kebijakan PUG Bidang Koperasi dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM. b. Rapat Koordinasi Focal Point Gender dan Bidang Perencanaan Dinas Provinsi yang membidangi Koperasi dan UKM Seluruh Indonesia. c. S eminar Percepatan Pengintegrasian Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG). d. Penyusunan Buku Panduan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG) Bidang Koperasi dan UKM. e. Penyusunan Buku Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dan PPRG Bidang Koperasi dan UKM. Bab KERJASAMA DALAM NEGERI Anugerah Parahita Ekapraya (APE) Kategori Madya Untuk tahun 200 ini, Kementerian Koperasi dan UKM kembali dipercaya mendapatkan APE Kategori Madya dari Presiden RI. Anugerah ini merupaka penghargaan kepada Kementerian/Lembaga yang telah berhasil secara aktif mendorong dan melaksanakan strategi PUG di masing-masing institusi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Pada dua tahun berturut-turut sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM juga telah menerima Anugerah Parahita Ekapraya (APE) kategori pratama. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Menerima Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Tingkat Madya Tahun 2009 dari Presiden Republik Indonesia

200 Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Menerima Penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya Tingkat Madya Tahun 200 dari Presiden Republik Indonesia Penandatanganan kesepakatan bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak tentang Pengarusutamaan Gender, 25 April 200 Penandatanganan kesepakatan bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Riset dan Teknologi tentang Gerakan Nasional Pengembangan Inkubator Bisnis Menteri Negara Koperasi dan UKM membuka acara Pojok Rakyat Carrefour di Bandung. Acara Pojok Rakyat dilaksanakan sebagai komitment PT Carrefour Indonesia memajukan Koperasi dan UKM Penandatanganan kesepakatan bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Kelautan & Perikanan dalam rangka penciptaan dan pengembangan wirausaha bidang perikanan dan kelautan Menteri Negara Koperasi dan UKM memberikan sambutan pada acara penandatanganan kerja sama antara SMESCO UKM dengan PT Telkom Indonesia 272

201 273 Kerjasama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Shell Indonesia Pada 30 Maret 200, telah ditandatangani kesepakatan bersama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Shell Indonesia dengan nomor: 02/AGR/SI/200 dan Nomor: 03/SKB/DEP.5/ III/200 mengenai Pengembangan Wirausaha Muda Indonesia. Ruang Lingkup kerjasama tersebut meliputi beberapa kegiatan, yaitu: a. Program Shell LiveWIRE: Pelatihan motivasi untuk menjadi wirausaha (BRIGHT Ideas Workshop). Pelatihan menjadi wirausaha pemula sukses (Becoming Successful Owner Manager). Pelatihan bagi pelatih untuk workshop Live WIRE. Penghargaan bisnis untuk wirausaha muda pemula (Business Start-Up Awards). Bimbingan dan mentor bisnis (Business Coaching & Mentoring). Layanan informasi bisnis melalui internet (Online Business Inquiries). b. Program Pengembangan Wirausaha Muda Kementerian Koperasi dan UKM: Program pengembangan wirausaha di kalangan sarjana. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan di bidang kewirausahaan dan manajerial bagi calon wirausaha muda. Penandatanganan kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Shell Indonesia dalam rangka Pengembangan Kewirausahawan Pemuda 274 Kerjasama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Kementerian Koperasi dan UKM dan BPK telah menjalin kerjasama dalam pengelolaan Sistem Informasi untuk Akses Data sehingga BPK-RI dapat mengakses data Kementerian Koperasi dan UKM secara langsung. Data yang dimaksud meliputi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Keuangan Barang Milik Negara (SIMAK BMN), data yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, peraturan perundang-undangan terkait pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM, serta pengawasan internal. Kementerian Koperasi dan UKM menjamin bahwa data yang disediakan merupakan data yang lengkap sesuai permintaan BPK- RI dan sesuai dengan kondisi sebenarnya, dan BPK-RI menjamin bahwa Sistem Informasi untuk Akses Data Kementerian Koperasi dan UKM digunakan hanya untuk kepentingan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. 275

202 277 Sebagai bagian dari pemberdayaan Koperasi dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM senantiasa mencari terobosan baru dan menjalin kerjasama, termasuk dengan negara/ lembaga asing mitra pembangunan. Sudah banyak kerjasama bilateral yang dijalin dengan pihak asing karena semua dukungan teknis, transfer pengetahuan, keterampilan serta teknologi tersebut amat bermanfaat bagi peningkatan kualitas dan pengembangan usaha Koperasi dan UKM. Bab 2 KERJASAMA LUAR NEGERI Di samping itu, dengan kerjasama bilateral ini juga diharapkan akan menjadi media komunikasi dan promosi, khususnya dalam upaya memperluas pasar produk Koperasi dan UKM di luar negeri. Hal ini sangat penting, karena saat ini dunia usaha dihadapkan pada persaingan bebas yang menghendaki kepada pelaku usaha, termasuk Koperasi dan UKM untuk mempersiapkan diri dalam memasuki persaingan usaha tersebut. Melalui kerjasama bilateral ini diharapkan dapat membawa Koperasi dan UKM menjadi lebih siap. 278 Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Kanada Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan pemerintah Kanada dilakukan lewat Canada Indonesia Development Agency (CIDA). Setelah MoU ditandatangani pada 2 Mei 996, kerjasama pertama yang dilakukan adalah bantuan pendampingan teknis lewat Private Enterprise Project (PEP). Technical Assistance (TA) ini diberikan kepada UKM Indonesia lewat IWAPI yang merupakan mitra kerja utama PEP, dalam dua tahap. Tahap kedua dimulai pada 200 dan berakhir pada MoU kerjasama kedua ditandatangani pada 22 Februari 2008 dalam bentuk Canada Indonesia Private Sector Enterprise Development (CIPSED) Project. Pelaksanaannya dikelola oleh CIDA dan Canadian Executing Agency (CEA) yang merupakan konsorsium yang terdiri dari Whyte Reynolds International Inc., Canadian Manufacturers and Exporters dan CARE Canada. CIPSED Project melakukan bantuan dan dukungan terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah di empat provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Program ini bertujuan untuk membantu Indonesia dalam membuka peluang untuk memperbaiki tingkat ekonomi bagi laki-laki dan perempuan yang rentan terhadap kemiskinan. CIPSED Project selesai pada 30 April 202. Mr. Tim Reynolds dan Miss. Corrine Tessier sedang memberikan pelatihan kepada Koperasi dan UKM yang dilakukan oleh CipseD-Project 279

203 280 Program dan pencapaian CIPSED sejauh ini adalah:. Technical Assistance untuk Klaster UKM Merupakan program pengembangan dan perluasan pelaku usaha yang berkelanjutan, dan penciptaan pekerjaan yang lebih baik. Hasilnya, peningkatan efisiensi operasional klaster UKM yang berkaitan dengan manajemen dan teknik pengolahan serta pengembangan pasar. Indikator pencapaiannya dilihat dari tingkat produksi, kualitas produk dan volume penjualan pada klaster UKM. a. Klaster Kerajinan Kelapa dan Keramik di Sulawesi Utara Analisa pasar yang dilakukan CIPSED menjadi pedoman dalam mengembangkan lini produk keramik dan kerajinan kelapa. Hasilnya, kualitas dan kuantitas produksi meningkat secara signifikan. Respon yang amat baik dapat dilihat saat diselenggarakannya Ecotourism Conference-World Ocean Conference (WOC) 2009 dan juga saat diselenggarakannya Sail Bunaken. Sebagai catatan, dalam WOC 2009, penjualan souvenir kerajinan kelapa dan keramik yang dilakukan melalui pesanan pemerintah dan promosi lewat outletoutlet pemerintah mencapai Rp dan penambahan pendapatan mencapai Rp ,-. Upaya memaksimalkan pemasaran dan penjualan klaster keramik dan kerajinan kelapa yang dilakukan oleh CIPSED ini mendorong klaster-klaster tersebut membentuk Kelompok UKA, untuk mengelola pemasaran produk-produk mereka. b. Klaster Rumput Laut di Sulawesi Tenggara Bantuan teknis diarahkan untuk meningkatkan pertumbuhan UKM melalui peningkatan teknis budidaya dan penerapan nilai tambah lokal dan teknologi pengolahan. Bimbingan ini dilakukan di Tambeanga, Tanjung Tiram, Sapondam Labuan Beropa, dan Mekar. Hasilnya adalah: Produksi budidaya rumput laut meningkat, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. 00% kapasitas area rumput laut (00 baris yang terdiri dari 00m setiap barisnya) dicapai pada akhir Juli Seaweed Propagule tumbuh dengan baik. Rumput laut ini kemudian didistribusikan kembali pada anggota koperasi. Di Tambeanga, Mekar, dan Sapoda budidaya ini berjalan dengan sangat baik. Ada empat kelompok perempuan di bawah bimbingan CIPSED dapat mengelola sendiri perluasan dan pengembangan nursery farm di Saponda. Dari survey yang dilakukan secara acak, volume produksi petani rumput laut binaan CIPSED pada Juli 2009 saja menunjukkan peningkatan produksi sebanyak 62% di Tambeanga; 63% di Tanjung Tiram; 52% di Mekar. Peningkatan volume ini sejalan dengan penjualannya. 28 c. Klaster arang batok kelapa CIPSED bekerjasama dengan Dinas Perkebunan Sulawesi Tenggara, membantu meningkatkan nilai tambah lokal bagi petani kelapa di Moramo. Klaster ini sudah membentuk unit usaha Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. Di samping itu telah dirintis pula kemitraan usaha dengan PT Siantan Suratama, Jakarta. d. Klaster rumput laut di Jeneponto, Sulawesi Selatan C IPSED membantu petani menerapkan teknik baru dalam pembibitan agar

204 mendapatkan kualitas tanaman yang baik dan hasil panen meningkat. C IPSED juga mendorong petani rumput laut agar dapat meningkatkan nilai tambah dan penjualan dengan membentuk koperasi (Koperasi Petani Hidayat) yang bertanggung jawab mengurus kegiatan perdagangan klaster. C IPSED membantu menyelamatkan gagal tanam di Jeneponto dan Takalar, Sulawesi Selatan, karena cuaca yang buruk. Pelatihan bagi klaster UKM dan penduduk desa yang berhubungan dengan pengelolaan dan pembibitan rumput laut juga diselenggarakan oleh CIPSED. e. Klaster kacang mete di Jeneponto, Sulawesi Selatan C IPSED melakukan pengkajian antara permintaan dan persaingan, sekaligus melakukan studi pasar (mendatangi pembeli dan meneliti jalur distribusi dari petani ke pasar). C IPSED juga memperkenalkan konsep bantuan teknis dan kebutuhan dengan cara melakukan pembelian langsung dari klaster UKM demi keuntungan bisnis..200 petani kacang mete secara formal diorganisasikan dalam 2 koperasi, yang secara aktif mengembangkan klaster mete, didukung oleh Dinas Koperasi dan UKM dan Dinas Kehutanan. Dan tentu saja mengembangkan kemitraan bisnis antara petani kacang mete dengan mitra usaha bisnis dari Semarang, Jawa Tengah Institutional Strengthening Penguatan Kelembagaan, atau Business Development Services Provider (BDSP), diarahkan untuk membangun lembaga-lembaga sektor swasta dan publik yang bertanggungjawab agar dapat mendukung UKM yang berfungsi baik dan punya daya saing. P royek CIPSED ini sedapat mungkin memastikan agar jumlah layanan dan program dukungan yang ditawarkan oleh BDSP kepada konstituen UKM-nya bisa meningkat. Hasilnya antara lain: a. MoU antara CIPSED dan Gubernur Gorontalo untuk melaksanakan Road Map pengembangan Kawasan Industri Agro Terpadu (KIAT) yang dirancang oleh CIPSED dan Dinas Koperasi dan UKM setempat,. Sedangkan dari hasil kajian analisa pasar, terdapat peluang dan pilihan strategis bagi KIAT/Gorontalo untuk mengembangkan kudapan asli (local snack) berbahan dasar jagung, sekaligus diversifikasi produknya (popcorn, whole corn snack, corn vermicelli, corn porridge). Setelah dijalankan, terlihat peningkatan produksi dan penjualan. Selain bahan dasar jagung, KIAT juga memproduksi jahe dengan penjualan yang cukup menjanjikan. b. Di Sulawesi Selatan CIPSED menyediakan bantuan teknis kepada Regional Export Trade and Promotion Center (RETPC) agar dapat berfungsi sebagai pusat promosi dan advokasi kepada anggotanya yang punya potensi berkelanjutan. Hasilnya, saat ini RETPC mampu menyediakan akses database pasar luar negeri sebanyak pencarian link di 20 negara. c. Di Sulawesi Utara, CIPSED menyediakan bantuan teknis untuk memperkuat KAPET Manado-Bitung. Sejumlah target penting telah dicapai dengan zona pengembangan ekonomi terpadu (Integrated Economic Development Zone) di Sulawesi Utara, yang dikenal dengan KAPET Manado-Bitung, seperti, pengembangan KAPET Manado-Bitung Business Information Center (BIC). Berdampak meningkatnya lapangan kerja dilihat dari peningkatan jumlah tenaga kerja (menjadi 7 orang). d. Di Sulawesi Tenggara, KAPET Bank Sejahtera (KBS) telah mengembangkan Road Map yang dapat digunakan sebagai pedoman. CIPSED telah memberikan pelatihan terkait dengan Case Study Business Plan dan Teknik Analisa Cash Flow, Rebranding, komponen untuk operasi bisnis dan pengembangan BIC. e. Di Jakarta CIPSED memberikan bantuan teknis untuk perkuatan kelembagaan kepada SMESCO (Small Medium Business Promotion Gallery), IWAPI DKI, Indonesian Export Training Centre (IETC) di bawah NAFED (The National Agency for Export Development) atau di sini lebih dikenal dengan nama BPEN. Di SMESCO, CIPSED membantu mengembangkan rencana bisnis , mengadakan pelatihan dengan staf senior untuk menentukan area e-business yang dapat meningkatkan kinerja SMESCO, serta membantu meningkatkan kapasitas SMESCO s UKM Gallery di Jakarta melalui

205 teknologi informasi, dan Training of Trainers (ToT) di bidang promosi dan pemasaran. Sejumlah pendekatan inovatif juga diberikan, termasuk promosi menggunakan blast, yang membantu pencapaian pertumbuhan fenomenal pada tahun pertama keberadaannya, dengan gross sales doubling antara Juni dan Agustus 2009, peningkatan pengunjung dari 70/hari di bulan Juli menjadi 00/hari di bulan Agustus tahun ini. Selain itu juga ada peningkatan jumlah tenaga kerja dari 54 (Juli 2008) menjadi 24 (April 2009). 283 f. D i IWAPI Jakarta CIPSED mengadakan beberapa pelatihan, diantaranya tentang pengembangan sumberdaya manusia (human resources development workshop), diikuti 40 pengusaha perempuan; dan pelatihan dalam pembuatan proposal bagi calon sponsor (workshop on preparing and presenting a proposal to obtain sponsorship) yang diikuti 20 pengusaha perempuan. g. Di IETC dilaksanakan latihan perencanaan (planning exercise) dengan tim manajemen dan staf terpilih; mengulas dan menganalisa IETC, e-business, database, website, serta programming dan instalasi e-newsletter/ blast system. 3. Micro Finance Program CIPSED bermaksud meningkatkan akses terhadap keuangan mikro, baik kaum laki-laki maupun perempuan. Oleh karena itu CIPSED menyediakan pinjaman modal untuk program keuangan mikro, memberikan bantuan teknis serta pembiayaan untuk mendukung Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan UKM yang menjadi nasabahnya. CIPSED memberikan pembiayaan melalui Manulife counter-trade agreement dengan BISMA di NAD dan dari sektor swasta sejumlah Rp,5 miliar (CAD$ 63.32), yang digunakan untuk membiayai dua LKM di Jeneponto dan Takalar pada tahun keuangan dan melalui perjanjian kemitraan dengan LPDB-KUMKM, CIPSED menyediakan dana bagi LKM sebesar Rp 2 miliar. Sejalan dengan formula CIPSED, keberhasilan yang dicapai Jeneponto dengan MFI dipromosikan untuk menstimulasi aspirasi pertumbuhan kelompok. Hasilnya, di awal 2009 Koperasi Tani Hidayat yang merupakan leading MFI, dibantu oleh CIPSED mencapai: 8% pertumbuhan keanggotaan koperasi; 6% pertumbuhan aset total; 4% pertumbuhan portofolio pinjaman; dan 48% dalam simpangan anggota. CIPSED juga mendukung peningkatan sumber daya manusia (SDM) LKM Koperasi Syariah Al Ikhlas, Koperasi Rahmat dan Koperasi Hidayat dalam bentuk bantuan pinjaman pembiayaan. Manfaat yang diperoleh adalah meningkatnya jumlah anggota, total asset, loan portfolio, dan simpanan anggota. Terkait dengan program keuangan mikro, CIPSED juga menyelenggarakan pelatihan tentang prosedur standar operasional dokumen kredit (workshop on credit standard operating procedures documents). 284 Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Amerika Serikat Kerjasama dengan National Cooperative Business Association (NCBA) dari Amerika Serikat telah berlangsung selama beberapa dekade. Berdasarkan usulan dari instansi terkait telah dilakukan pembaruan MoU dengan membatalkan

206 MoU yang sudah ada sebelumnya, dan telah ditandatangani pada 2 November Proyek bantuan yang dilakukan oleh NCBA melalui Enterprise Development and Employment-Generation Project for the Tsunami Impacted Areas of Sumatera (Tsunami Areas Project TAP, Jumlah bantuan USAID adalah $,050,000; Self Contribution: $2,550,000) pada tahun 2009 antara lain adalah sebagai berikut: a. Agricultural Development Operations Project Penerima bantuannya adalah Koperasi Baitul Quiradh Baburayyon (KBQB) yang memiliki petani dengan luas area ha yang terbagi dalam 56 kelompok petani. Manfaat yang dicapai antara lain: Ada petani yang memiliki kualifikasi pertanian organik. Petani dibantu untuk mendapatkan NOP (USDA), EU dan JAS (Japan) organic certification; cafe practices (Starbucks dan Conservation International) certification; dan FairTrade certification (FLO Status), sehingga memiliki harga premium dan permintaan pasar yang tinggi. Bantuan pengembangan fasilitas penyimpanan (storage) dan coffee processing bagi Koperasi. Kondisi keuangan koperasi mencapai tingkat menguntungkan. b. Micro Finance Operations Koperasi yang mendapat bantuan adalah Koperasi Kredit Maju Bersama, yang dilihat dari pencapaian jumlah penerima pinjaman, sekaligus jumlah pinjaman yang diberikan. Keanggotaan Koperasi ini mencapai 5.49 petani dan penyaluran pinjaman sebesar Rp 0 miliar. Telah dibentuk 36 Koperasi Wanita di Banda Aceh dan Aceh Besar, dimana 35 di antaranya telah mendistribusikan pinjaman kepada anggotanya. Koperasi Wanita tersebut telah memiliki anggota di mana 3.27 telah mengembangkan usaha pinjaman atau usaha lainnya. Total pinjaman sebesar Rp 5,39 miliar dengan ukuran rata-rata pinjaman US$ 497. Dibentuk Asosiasi Koperasi Wanita untuk melanjutkan penyediaan layanan audit koperasi, hukum, tunggakan pinjaman, interlending, training dan layanan usaha lainnya. Untuk kegiatan training akuntansi dilakukan kerja sama dengan LAPENKOP Banda Aceh. Asosiasi Koperasi Wanita ini juga telah berpartisipasi dalam Aceh Fair pada Agustus 2009 dan menerima pengunjung yang signifikan jumlahnya, baik dari Pemerintah maupun dari lembaga donor. Pertemuan Menteri Negara Koperasi dan UKM dengan Wakil Menteri Perdagangan Amerikat Serikat di Jakarta Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Korea Kerjasama teknik antara Pemerintah RI dan Republik Korea telah terjalin sejak 2 April 97, dimana kedua Pemerintah menandatangani dokumen Perjanjian Kerjasama Ekonomi dan Teknik (Agreement regarding Economic and Technical Cooperation and Trade Promotion between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea). Guna mendorong dan mempercepat kerjasama ekonomi dan teknik di antara kedua negara, pada 4 Desember 2006 kedua kepala negara menandatangani deklarasi bersama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Republik Korea, khususnya dalam kemitraan strategis untuk mendorong persahabatan dan kerjasama di Abad ke-2 (Joint Declaration between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation in the 2st Century). Koordinator pelaksana kerjasama teknik tersebut adalah Korea International Cooperation Agency (KOICA). Pemerintah Republik Korea melalui kantor Perwakilan KOICA di

207 Indonesia melaksanakan proyekproyek kerjasama teknik, dan secara kontinu menawarkan programprogram pendidikan dan pelatihan di Republik Korea. Di bidang Koperasi dan UKM, pelaksanaan kerjasama teknik bilateral dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan UKM, sedangkan oleh Pemerintah Korea dilaksanakan melalui Small Medium Business Administration (SMBA) Korea berdasarkan MoU tentang Kerjasama Pengembangan industri Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah yang ditandatangani pada 2 Mei 200. Dalam perkembangannya, MoU tersebut kemudian diamandemen dan telah ditandatangani pada 2 Mei Tindak lanjut pelaksanaan MoU tersebut adalah: Penempatan seorang liaison expert Korea di Kementerian Koperasi dan UKM. Penyelenggaraan seminar/workshop di Indonesia maupun di Korea. Program training bagi aparat Pemerintah dan pelaku Koperasi dan UKM. Study Visit. Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM berjabat tangan dengan pimpinan delegasi dari Korea dalam Asia-Europe Meeting (ASEM) Forum Dalam rangka pengembangan green industry Koperasi dan UKM, Kementerian Koperasi dan UKM dan SMBA Korea pada 200 juga sepakat melakukan kerjasama yang dituangkan dalam Implementing Arrangement yang ditandatangani di Seoul pada 7 Mei 200 dalam rangkaian acara ASEM Forum 200 on Green Growth and SMEs. Sebagai langkah awal untuk menindaklanjuti Implementing Arrangement tersebut, delegasi SMBA Korea melakukan kunjungan dan pertemuan di Kementerian Koperasi dan UKM untuk membahas rencana pelaksanaan Implementing Arrangement. Membentuk ASEM SME ECO-INNOVATION CENTER/ASEIC (Establishment and Operation) di Korea, sebagai tindak lanjut dari pertemuan ke-7 ASEM Summit di Beijing dan Joint Statement pada pertemuan ASEM Forum on Green Growth and SMEs di Korea. Pembentukan ASEIC bertujuan untuk: a) menyediakan informasi bagi UKM untuk mengembangkan green industry; b) meningkatkan daya saing green technology bagi UKM dan memberikan kontribusi kepada global green growth economy dengan mempromosikan green growth bagi UKM; c) memperluas peluang usaha baru untuk pasar yang berkembang dengan menyesuaikan pada peraturan lingkungan di negara-negara anggota Asia- Europe Meeting (ASEM). Rencana pengembangan Green Business Centre (GBC) yang dibangun atas kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dan SMBA Korea. Tujuan pembentukan GBC ini adalah untuk menemukan dan mengembangkan keberhasilan Green Business Model melalui kerjasama proyek Indonesia dan Korea, menyelenggarakan inkubator, konsultasi dan training yang terkait dengan Green Growth Technology dan Program ASEIC. Peran GBC antara lain: a) inkubator dan konsultan mengenai green business; b) penelitian dan pengembangan green technology (kedua negara berkontribusi pada penyediaan peralatan eksperimen); c) penyedia training dan informasi terkait dengan green technology dan green business. Observasi lapangan terhadap rencana lokasi GBC di Gedung Kementerian Koperasi dan UKM, Jl. Letjen. MT. Haryono Kav , Jakarta Selatan (eks Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan Gedung SMESCO UKM Lantai 0, Jl. Jend Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Kunjungan studi institusi dari perwakilan SMBA dan SBC ke Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka policy exchange information.

208 Dalam Asia-Europe Meeting (ASEM) Forum 200 on Green Growth and SMEs pada tanggal 6-8 Mei 200 di Seoul, Korea Selatan Proyek pengembangan komoditi unggulan melalui pendekatan OVOP, bekerjasama dengan ICDF- Taiwan Menteri Negara Koperasi dan UKM bersama para delegasi dari Thailand, 27 Oktober Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Jepang Pemerintah Jepang lewat JICA memberikan bantuan hibah (Japan s grant aid program) yang pelaksanaannya di bawah kerangka Second Kennedy Round (SKR), Counterpart Fund Second Kennedy Round (CF-SKR). SKR diberikan kepada negara-negara berkembang agar dapat meningkatkan produksi di bidang pangan. Bantuan ini berdasarkan permintaan yang diajukan secara resmi melalui kerangka kerja sama pemerintah dua negara. Program SKR direalisasikan melalui pengadaan alsintan dan sarana produksi pertanian berupa pupuk dan pestisida yang diimpor, sesuai syarat yang ditentukan oleh SKR, yaitu barang-barang pertanian yang dibutuhkan tersebut belum dapat diproduksi di negara penerima program SKR, atau walaupun sudah diproduksi sendiri namun kapasitasnya masih belum mencukupi kebutuhan. Dasar kesepakatan bantuan tersebut adalah Exchange of Note (E/N) yang ditandatangani oleh masingmasing wakil pemerintah. Dalam E/N harus tercantum nilai bantuan, peruntukan, jangka waktu pelaksanaan dan mekanisme pelaksanaannya. Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam kesempatan APEC SME SUMMIT 200 di Yokohama, Jepang, November

209 294 SKR di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 977 dan dilaksanakan oleh empat departemen yang terkait dengan program pembangunan pertanian yaitu Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Koperasi dan UKM, dan Departemen Pertanian. Pola pelaksanaannya adalah direct-use (yang didistribusikan secara langsung kepada petani di sentra-sentra produksi pangan). Kunjungan dilakukan ke Koperasi Gapoktan Palawa Arabica Toraja untuk mengidentifikasi dan melakukan konfirmasi kelompok penerima bantuan, relevansi bantuan, dan prosedur yang sesuai dengan peraturan. Juga untuk mengidentifikasi mesin dan peralatan yang memang diperlukan dalam rangka meningkatkan hasil akhir produk kopi Toraja. Optimalisasi pemanfaatan bantuan SKR oleh koperasi dilakukan dalam bentuk: Sejak 998 pola pelaksanaan SKR berubah dari direct-use menjadi indirect-use, di mana barangbarang pertanian tersebut dijual, atau dengan mekanisme UPJA (Usaha Pengembangan Jasa Alsin) kepada petani melalui pihak ketiga yang disebut end user untuk mendapatkan dana Counterpart Fund (CF). Besaran CF yang disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dikumpulkan dan disetorkan secara bertahap melalui end user ke rekening khusus Pemerintah Indonesia atas nama Departemen Keuangan di Bank Indonesia. CF tersebut selanjutnya digunakan kembali untuk membiayai kegiatan pembangunan pertanian di Indonesia. Untuk 200 ini, Kementerian Koperasi dan UKM mendapat bantuan hibah melalui CF-SKR untuk kegiatan Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Petani Kopi Melalui Pengembangan Pengemasan dan Pemasaran di Kabupaten Tana Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sebesar Rp a. Hasil Pelaksanaan Kegiatan dan Pencapaiannya Memperhatikan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI nomor: 03/ PER/M.KUKM/VI/200 tentang Pedoman Program Bantuan Pengembangan Koperasi, maka Gapoktan Palawa Arabica Toraja didorong untuk membentuk badan usaha sehingga terbentuk Koperasi Gapoktan Palawa Arabica Toraja dengan Badan Hukum nomor: 08/BH/KDK- UMKM.20.6/XI/200 di Kabupaten Toraja Utara-Sulawesi Selatan. Oktober 200 telah ditandatangani Pedoman Teknis Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Petani Kopi melalui Pengembangan Pengemasan dan Pemasaran di Kabupaten Toraja UtaraSulawesi Selatan nomor: 87/ PER/DEP.4/X/200 oleh Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Bapak Neddy Rafinaldy Halim dan Keputusan Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha nomor: 98/KEP/Dep.4/XI/200 tentang Penetapan Koperasi Penerima Bantuan Dana Counterpart Fund- Second Kennedy Round (CF-SKR) Tahun 200 untuk Program Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat Petani Kopi melalui Pengembangan Pengemasan dan Pemasaran di Kabupaten Toraja UtaraSulawesi Selatan. K onsultasi dengan ahli mesin pengolahan kopi dari Institut Pertanian Bogor dan konsultan yang menekuni branding produk UKM. S tudi banding ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Kopi di Jember karena selain tersedia berbagai paket mesin dan peralatan, di Jember mereka juga dapat memberikan konsultasi tentang pengembangan produk kopi dan coklat. A nalisa kekuatan

210 produk dan segmentasi pasar yang dituju agar dapat menyusun strategi branding dan promosi produk kopi Toraja tersebut. Juga dilakukan pertemuan Konsultasi Petani Pengusaha Bidang Teknologi dan Bisnis serta Peningkatan Kapasitas Teknis Gapoktan melalui Temu Kemasan dan Temu Bisnis yang dihadiri oleh pembina Koperasi dan UKM, baik tingkat provinsi maupun kabupaten, serta anggota koperasi Gapoktan Palawa Arabica Toraja dan petani kopi sekitarnya, sedangkan renovasi gudang dan pembelian peralatan mesin pengolahan kopi dan kemasan masih dalam proses. b. Permasalahan/Kendala yang dihadapi dan Solusinya Pencairan anggaran sudah 00% akan tetapi pemanfaatan anggaran untuk renovasi gudang dan pembelian peralatan/mesin pengolahan dan kemasan serta bahan-bahan kemasan masih diproses oleh Koperasi Gapoktan karena persetujuan revisi DIPA Kementerian Koperasi dan UKM Program Pembiayaan Lain-Lain di mana di dalamnya tergabung kegiatan SKR, Dekopin, dan LKM Deputi Pembiayaan terlambat, sehingga SP2D baru terbit pada 3 Desember 200. Sesuai dengan petunjuk teknis, maka kegiatan tersebut diharapkan selesai pada Mei Menteri Negara Koperasi dan UKM menyaksikan pengembangan OVOP di Jepang, 8 Mei 200 Suasana pertemuan APEC SME SUMMIT 200 di Yokohama, Jepang, November Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Mesir Kerjasama teknik bilateral Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Kerjasama Internasional Republik Arab Mesir dituangkan dalam MoU on the Development of Water Hyacinth Based Product Industry, yang telah ditandatangani oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM (DR. Sjarifuddin Hasan, MM, MBA) dan Menteri Kerjasama Internasional Mesir (Mr. Fayza Aboulnaga) pada 3 Juni 200. MoU ini ditindaklanjuti dengan penandatanganan MoU kerjasama perwakilan UKM Indonesia yaitu ASMINDO (Indonesian Furniture Industry and Handicraft Association dan Egyptian-Indonesian Business Council). Implementasi, khususnya tindak

211 lanjut kerja sama antar swasta, masih mencari titik temu tentang pola pembiayaannya. Menteri Negara Koperasi dan UKM dalam acara Peringatan 63 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Mesir, di Kairo, Mesir, Juni Menteri Negara Koperasi dan UKM menerima kunjungan delegasi Kementerian Perdagangan dan Industri Mesir Kesepakatan Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Mesir di bidang Pengembangan Koperasi dan UKM, 3 Juni Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia Republik Demokratik Timor-Leste(RDTL) Kementerian Koperasi dan UKM RI dan Kementerian Ekonomi dan Pembangunan RDTL telah sepakat melakukan kerjasama di bidang Koperasi dan UKM melalui MoU tentang Kerjasama Pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM RI dan Menteri Ekonomi dan Pembangunan RDTL pada tanggal 27 Januari 200. Tindak lanjut MOU tersebut adalah: a. Maret 200 pihak RDTL telah berkunjung ke Indonesia untuk mengadakan pertemuan koordinasi membahas pelaksanaan MoU tersebut. b. Untuk memperoleh pembelajaran dan pengalaman mengembangkan Koperasi dan UKM, delegasi Kementerian Ekonomi dan Pembangunan RDTL mengunjungi pelaku Koperasi dan UKM dan beberapa lembaga yang berhubungan dengan pengembangan Koperasi dan UKM, diantaranya: Balai Latihan Tenaga Koperasi (BALATKOP) dan Lembaga Pendidikan Koperasi (LAPENKOP) di Bandung, Jawa Barat. BALATKOP dapat menjadi mitra yang sesuai dalam hal dukungan pelatihan dan bantuan teknis, khususnya bagi Koperasi Produksi. Credit Union Cooperative (CUCO)/INKOPDIT) di Jakarta. INKOPDIT ini dapat menjadi mitra yang sesuai untuk mendukung pelatihan dan bantuan teknis Financial Cooperative/Credit Union di Timor-Leste. Lembaga Layanan Pemasaran KUKM (LLP-KUKM), dapat menjadi mitra yang sesuai dalam hal penguatan sistem pemasaran dan pengembangan jaringan pemasaran produk Koperasi dan UKM di Timor-Leste. Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM), dapat menjadi mitra yang sesuai untuk pembelajaran dan penguatan fasilitas pembiayaan melalui

212 dana bergulir (revolving fund). Perum Jaminan Kredit Indonesia (JAMKRINDO). Perum ini dapat menjadi mitra yng sesuai untuk membangun dan mengembangkan loan guarantee body di Timor- Leste. Koperasi Nelayan Mina Jaya di Muarakarang, Jakarta, dapat menjadi mitra untuk mengembangkan koperasi nelayan di Timor-Leste. Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN), dapat menjadi mitra untuk study dan pengembangan formal education di bidang Perkoperasian di Timor-Leste. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), sangat informatif dan relevan terutama yang terkait dengan teknologi tepat guna dan food processing, mengingat di Timor-Leste kebutuhan teknologi bagi Koperasi dan UKM sangat urgent. PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Persero merupakan mitra yang sesuai bagi Direktorat Nasional Koperasi dan UKM di Timor-Leste terkait dengan pengembangan Koperasi dan UKM di Timor-Leste. P usat Koperasi Wanita Jawa Timur (PUSKOWANJATI) dan Koperasi Setia Bhakti Wanita (SBW) di Malang adalah mitra yang sesuai bagi pengembangan Koperasi Wanita di Timor- Leste. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) dan DEKRANASDA Yogyakarta bisa menjadi mitra yang sesuai untuk mengembangkan produk-produk kerajinan (handycrafts), tais, dan batik di Timor-Leste. INTAKO di Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa Timur, dapat menjadi mitra yang sesuai untuk pengembangan tais di Timor-Leste. SRIBOGA RATU RAYA di Semarang adalah mitra yang sesuai dalam hal food processing dan penguatan kapasitas di Timor-Leste. Vocational Education Development Centre (VEDC) di Malang dapat menjadi mitra yang sesuai untuk pengembangan vocational training bagi Koperasi dan UKM Timor-Leste. c. K ementerian Koperasi dan UKM merupakan salah satu anggota Delegasi RI (DELRI) ketika kunjungan dinas ke RDTL, 8-0 Juli 200, untuk menghadiri penandatanganan (Official Signing Ceremony) MoU oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS, Kementerian Lingkungan Hidup RI dan Kementerian Ekonomi dan Pembangunan RDTL. Selain itu, Kementerian Koperasi dan UKM yang diwakili oleh Deputi Bidang Pengembangan SDM, menjadi Pembicara dalam The National Strategic Forum dan mempresentasikan pengalaman Indonesia yang berhubungan dengan penguatan peran Koperasi dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan Kementerian Koperasi dan UKM dengan Pemerintah Republik Demokratik Timor-Leste sepakat menjalin kerja sama dalam rangka Pengembangan Koperasi dan UKM, 26 Januari

213 Kerjasama Teknik Bilateral Indonesia-Republik Mozambik Pada 9 Juni 200 telah dilakukan penandatanganan MoU Kerjasama Pengembangan Koperasi dan UKM antara Menteri Negara Koperasi dan UKM dengan Menteri Industri dan Perdagangan Republik Mozambik. Ruang lingkup kegiatan kerjasama tersebut antara lain adalah pengembangan inkubator, pengembangan pusat orientasi untuk UKM, pelatihan dan akses pasar. Action plan telah disusun dan dalam proses penyempurnaan. Beberapa Rencana Kerjasama Teknik Bilateral Masih Dalam Proses Pembahasan Untuk memperluas kerjasama teknik bilateral dengan negara-negara sahabat, Kementerian Koperasi dan UKM tengah merintis dan membahas rencana kerjasama dengan Federasi Rusia (draft MoU sedang menunggu dari pihak Federasi Rusia) dan Republik India (draft MoU sedang dalam proses konsultasi dengan pihak Kementerian Luar Negeri). Kesepakatan Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Mozambik, 8 Juni Menerima Kunjungan Para Duta Besar Negara-Negara Sahabat Dalam Rangka Pembicaraan Bilateral Pemberdayaan Koperasi dan UKM Menerima kunjungan Duta Besar Amerika Serikat Menerima kunjungan Duta Besar Jepang Menerima kunjungan Staf Khusus Dewan Keamanan Amerika Menerima kunjungan Duta Besar Mesir Menerima kunjungan Duta Besar Belanda

214 Menerima kunjungan Duta Besar Aljazair Menerima kunjungan Duta Besar Mozambik Menerima kunjungan Duta Besar Irak Menerima kunjungan Duta Besar Singapura 35 Awal tahun 20 Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan beberapa program strategis diantaranya adalah: KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Dalam rangka penyaluran KUR yang lebih merata di seluruh tanah air, maka Kementerian Koperasi dan UKM membuat kebijakan memperluas jangkauan layanan KUR kepada Koperasi dan UKM dengan menunjuk bank BPD lainnya sebagai penyalur KUR menjadi 26 bank di tahun 20, yaitu BPD: Jatim, bjb, Jateng, DKI, DIY, NTB SULUT, Kalbar, Kalsel, Kalteng, NAGARI, Maluku, Papua, Kaltim, Sulsel, NTT, Lampung, Bengkulu, Sumsel, Babel, Kepri, Aceh, Sumut, Jambi, Bali, Sulteng dan Sultra GERAKAN KEWIRAUSAHAAN NASIONAL (GKN) Bab 3 Program Strategis Tahun 20 Sebagai upaya untuk menurunkan tingkat pengangguran, pemerintah telah mencanangkan kebijakan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN). GKN bertujuan terutama dalam rangka mendorong para generasi muda menjadi wirausaha yang kreatif, inovatif dan mandiri. Beberapa

215 program dalam mendukung Gerakan Kewirausahaan Nasional antara lain adalah:. Sosialisasi/Pemasyarakatan kewirausahaan 2. Bimbingan teknis kewirausahaan 3. Diklat kewirausahaan bagi Koperasi dan UKM 4. Fasilitasi pembiayaan 5. Pemasaran produk wirausaha baru 6. Expo kewirausahaan Sebagai langkah konkrit untuk mendukung GKN, Kementerian Koperasi dan UKM bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian lainnya meluncurkan GKN pada tanggal 2 Februari 20 dan dilanjutkan dengan melaksanakan sosialisasi Pengembangan Sarjana Wirausaha di 5 (lima) Provinsi, yaitu: Provinsi Aceh dengan peserta sebanyak 220 orang, Provinsi Maluku dengan peserta sebanyak 275 orang, Provinsi Riau dengan peserta sebanyak 276, Provinsi Kalimantan Selatan dengan peserta sebanyak 20 orang dan Provinsi Lampung dengan peserta sebanyak 20 orang. 36 Menteri Negara Koperasi dan UKM dengan para Direktur Bank Pembangunan Daerah (BPD) mengadakan pertemuan dalam rangka membahas perluasan BPD sebagai penyalur KUR Pencanangan Gerakan Kewirausahaan Nasional oleh Presiden RI, Jakarta, 2 Februari Penutup Laporan yang disajikan dalam buku ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban Kementerian Koperasi dan UKM kepada Presiden RI Bapak DR. Susilo Bambang Yudhoyono dalam melaksanakan kebijakan dan program pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang untuk didistribusikan dan diinformasikan kepada publik. Oleh karena itu melalui penyajian laporan ini juga menjadi media evaluasi terhadap

216 upaya, langkah-langkah yang telah ditempuh serta berbagai capaian yang telah diwujudkan oleh Kementerian Koperasi dan UKM khususnya pada tahun Atas kinerja yang telah dicapai oleh Kementerian Koperasi dan UKM sebagaimana digambarkan melalui laporan ini akan menjadi acuan untuk dapat memperbaiki dan terus meningkatkan kinerja dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat melalui peran Koperasi dan UKM. Selanjutnya, berbagai capaian serta manfaat yang telah dirasakan secara nyata oleh pelaku usaha Koperasi dan UKM atas implementasi program-program pemberdayaan Koperasi dan UKM, dan diharapkan semakin meningkat serta mampu menjangkau sasaran secara lebih luas dan berkelanjutan bagi pelaku usaha Koperasi dan UKM untuk menjadi pelaku usaha yang mandiri, berdaya saing dan tangguh. Meskipun demikian, berbagai prestasi yang telah dapat dicapai tersebut, karena dukungan serta terjalinnya kerjasama yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: Bapak Presiden Republik Indonesia. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia. Pimpinan/Anggota DPR/MPR RI. Pimpinan/Anggota DPD RI. Para Menteri Koordinator Kabinet Indonesia Bersatu II. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Para Gubernur, Bupati, dan Walikota. Para Pejabat Eselon I di Kementerian Koperasi dan UKM. Para Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi, Kabupaten dan Kota. Para Pimpinan Bank, BUMN, Asosiasi, dan Perguruan Tinggi. Pimpinan Redaksi/Wartawan media cetak dan elektronik. Serta pihak pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi rakyat dan bangsa Indonesia.

217

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA REVITALISASI KOPERASI DAN UKM MENUJU KESEJAHTERAAN RAKYAT KINERJA KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2010 Daftar

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya, hampir tidak satupun aspek kehidupan masyarakat yang tidak tersentuh atau dipengaruhi oleh negara.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH Oleh: DR. Syarief Hasan, MM. MBA. Menteri Negara Koperasi dan UKM Pada Rapimnas Kadin Yogyakarta, 3 4 Oktober 2012 UMKM DALAM

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah. 4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Skala Usaha, Jumlah, dan Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun 2006 s.d. 2007 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) semakin mendapatkan perhatian terutama dari pelaku agribisnis. Perhatian ini didasari karena sektor UMKM mampu bertahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015 Kode Program/Kegiatan INDIKATOR 1 2 3 4 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Koperasi dan UKM 1 Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama KONDISI KOPERASI 1. Total Koperasi : 209.488 Unit 2. Koperasi Aktif : 147.249 Unit (NIK) dan didalamnya telah RAT sebanyak 80.000 Unit 3. Koperasi Tidak Aktif :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 1 PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015 DEPUTI BIDANG KELEMBAGAAN KOPERASI DAN UKM 1. Revitalisasi dan Modernisasi Koperasi; 2. Penyuluhan Dalam Rangka Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi;

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGEMBANGAN SEKTOR RIIL DAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam upaya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI. LAPORAN KINERJA (LKjIP) DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016

PEMERINTAH PROVINSI BALI. LAPORAN KINERJA (LKjIP) DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI BALI LAPORAN KINERJA (LKjIP) DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH TAHUN 2016 Laporan Kinerja Dinas Koperasi UMKM Provinsi Bali Tahun 2016 i KATA PENGANTAR Puji Syukur kami

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MII(RO" KECIL, DAN MENENGAH A. KONDISI UMUM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si

DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN Drs. Braman Setyo, M.Si Dalam Acara : Rapat Koordinasi Terbatas Pemberdayaan Koperasi dan UMKM Hotel Royal Kuningan, Jl. Kuningan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS KOPERASI, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 46 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia LAPORAN BULANAN PERIODE OKTOBER 2016 Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia KATA PENGANTAR i Penyusunan Laporan Monitoring Bulanan kinerja pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi dan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 189/PMK.05/2010 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.05/2008 TENTANG FASILITAS PENJAMINAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KABUPATEN MAGETAN JL. Yos Sudarso No 52 Telp Magetan

RENCANA KERJA TAHUN DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KABUPATEN MAGETAN JL. Yos Sudarso No 52 Telp Magetan RENCANA KERJA TAHUN 2017 DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH KABUPATEN MAGETAN JL. Yos Sudarso No 52 Telp. 0351 895047 Magetan TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan segala puji dan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ( RENJA )

RENCANA KERJA ( RENJA ) RENCANA KERJA ( RENJA ) DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2018 DINAS KOPERASI DAN UKM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Renja Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Per/M.KUKM/VI/2016 TENTANG PENDATAAN KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 08 /Per/M.KUKM/XII/2010 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1292, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Dekonsentrasi. Kegiatan. Anggaran. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN

RENCANA STRATEGIS DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 1. Visi Terwujudnya, Usaha Mikro, Kecil dan berperan sebagai pelaku utama dalam perekonomian daerah 2. Misi 1. Mewujudkan yang berkualitas dan sehat 2. Meningkatnya pertumbuhan koperasi dan UMKM serta

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Lampiran : I 1. Nama Organisasi : Badan Koordinasi Penanaman Modal 2. Tugas : Melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman berdasarkan peraturan

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia LAPORAN BULANAN PERIODE NOVEMBER 2016 Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia KATA PENGANTAR i Penyusunan Laporan Monitoring Bulanan kinerja pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi dan

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014 ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI INDONESIA PERIODE NOVEMBER 2012 APRIL 2014 Aditya Wardhana 1), Cut Irna Setiawati 2) 1) Administrsi Bisnis, Telkom University Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH 10. URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH a. Program dan Kegiatan. Program pokok tahun 2012 yang dilaksanakan oleh SKPD/UPT dalam rangka penyelenggaraan urusan Koperasi dan UKM yaitu: 1) Program penciptaan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2010 BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN 2017

RENCANA KERJA TAHUN 2017 RENCANA KERJA TAHUN 2017 DINAS KOPERASI DAN UKM INSI JAWA TIMUR 1 KATA PENGANTAR Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Dokumen Rencana Kerja (Renja) Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM

TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM TUPOKSI DINAS PERINDUSTRIAN, KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA MATARAM Tugas dan Fungsi Kepala Dinas Kepala Dinas mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengkoordinasikan

Lebih terperinci

Oleh: LIES FAHIMAH. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah

Oleh: LIES FAHIMAH. Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah Oleh: LIES FAHIMAH Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalimantan Tengah Yogyakarta, 05 April 2018 inas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kalimantan Tengah 3 1. KOPERASI a. Jumlah Koperasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/M-DAG/PER/2/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015 TIM PENYUSUN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2014

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KOPERASI, UMKM, INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DAERAH SE-PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Pada Acara:

POINTERS MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Pada Acara: POINTERS MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Pada Acara: RAPAT KOORDINASI NASIONAL PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM TAHUN 2014 Gedung SME Tower Jl. Gatot Subroto Kav. 94 Jakarta,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER 2016 Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia KATA PENGANTAR i Penyusunan Laporan Monitoring Bulanan kinerja pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA MATARAM 2016 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016 idoel Tim Penyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah private (RKPD) 1/1/2016 Kota Mataram WALIKOTA MATARAM PROVINSI

Lebih terperinci

TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN

TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN POKOK KESIMPULAN RAPAT REGIONAL BIDANG PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM TAHUN 2016 WILAYAH III TEMA OPTIMALIASI ANGGARAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2016 KEMEN-KUKM. Anggaran. Dekonsentrasi. Pelaksanaan. Pedoman. Tahun 2016 PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 /PER/M.KUKM/XII/2015

Lebih terperinci

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT

PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT PROSEDUR PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT http://www.siperubahan.com I. PENDAHULUAN Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dinyatakan bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia LAPORAN BULANAN PERIODE SEPTEMBER 2016 Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia KATA PENGANTAR i Penyusunan Laporan Monitoring Bulanan kinerja pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi dan

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (KUMKM) agar mampu menjadi pelaku

Lebih terperinci

Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017

Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 Oleh : Ir. Braman Setyo, M.Si Deputi Bidang Pembiayaan Bali,

Lebih terperinci

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu pilar perekonomian yang sangat berpotensi untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia

LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia LAPORAN BULANAN PERIODE DESEMBER 2016 Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia KATA PENGANTAR i Penyusunan Laporan Monitoring Bulanan kinerja pelaksanaan program/kegiatan Kementerian Koperasi dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012-2014

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012-2014 RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012-2014 KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2012 a PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun2004 Tentang perimbangan keuangan pusat dalam rangka mengimplementasikan

Lebih terperinci

yang diperingkat 500 orang

yang diperingkat 500 orang JAKARTA, 2013 Laporan Akuntabilitas Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah ini merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan pembangunan koperasi dan UKM di Indonesia pada periode

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi.

K L I P I N G. Kamis, 10 Oktober Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi. K L I P I N G L P D B - K U M K M Kamis, 10 Oktober 2013 Berita terkait LPDB-KUMKM Demikian kliping ini disampaikan sebagai bahan informasi. No Media Cetak/Online Hal. Judul 1 Perekonomiantasik.blogspot.com

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan terhadap Kebijakan Nasional Rencana program dan kegiatan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pemalang mendasarkan pada pencapaian Prioritas

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI/WALIKOTA TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM DI JAWA TENGAH TAHUN 2015 A. DASAR PELAKSANAAN 1. Undang Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016 - 1 - SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA,

KATA PENGANTAR. Wassalamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Serang, Januari 2013 KEPALA, KATA PENGANTAR Assamu alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas ijinnya sehingga Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Badan Perencanaan

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR

TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR TANYA-JAWAB SEPUTAR KUR [ Senin, 25 Februari 2013 09:41:20 Oleh : Administrasi] TANYA JAWAB TENTANG KUR 1. Apakah Kredit Usaha Rakyat itu? Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan Modal Kerja

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014

Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Disampaikan pada acara : Rapat Koordinasi Nasional Pemberdayaan KUMKM Tahun 2014 Deputi Menteri Bidang Produksi Jakarta, Desember 2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL TAHUN 2009-2014 A. Rencana Strategis BKPM Tahun 2009-2014 Rencana Strategis (Renstra) BKPM yang disusun merupakan fungsi manajemen untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan, Pemerintah menerbitkan Paket

Lebih terperinci

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C) Formulir C LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN IV TAHUN ANGGARAN 2015 Kementerian Koordinator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah Kabupaten Banyuwangi diselaraskan dengan tujuan pembangunan koperasi dan UMKM yang tercantum pada Pola

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci