LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKSI CPD

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKSI CPD"

Transkripsi

1 LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESAREA ATAS INDIKSI CPD A. KONSEP DASAR PENYAKIT I. SECTIO CAESARIA 1. Pengertian Sectio Caesaria Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. ( Prawirohardjo, 1999) Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan dinding uterus. (Cunningham dkk, 1990) Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal. (Yusmiati, 2007) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio sesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. 2. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan a. Seksio sesarea klasik atau corporal Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira 10 cm. Kelebihannya antara lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri spontan. b. Seksio sesarea ismika atau profundal. Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain : penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal

2 flop baik untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi. c. Seksio sesarea ekstra peritonealis Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan tidak membuka cavum abdominal. 3. Klasifikasi Sectio Caesarea a. Seksio Sesarea Primer Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada panggul sempit. b. Seksio Sesarea Sekunder Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea. c. Seksio Sesarea Ulang Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang. d. Seksio Sesarea Postmortem Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup. 4. Indikasi Sectio Caesarea a. Disproporsi chepalopelvik atau kelainan panggul. b. Plasenta previa c. Gawat janin d. Pernah seksio sesarea sebelumnya e. Kelainan letak janin f. Hipertensi g. Rupture uteri mengancam h. Partus lama (prolonged labor) i. Partus tak maju (obstructed labor)

3 j. Distosia serviks k. Ketidakmampuan ibu mengejan l. Malpresentasi janin Letak lintang - Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa. - Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio sesarea walau tidak ada perkiraan panggul sempit. - Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan caracara lain. Letak bokong Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada : - Panggul sempit - Primigravida - Janin besar dan berharga Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak berhasil. Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil. Gemelli, dianjurkan secsio sesarea bila - Janin pertama letak lintang atau presentasi bahu - Bila terjadi interlock - Distosia oleh karena tumor - Gawat janin 5. Komplikasi Sectio Caesarea a. Infeksi puerpuralis (nifas) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau perut sedikit kembung Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. b. Perdarahan, disebabkan karena : Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

4 Atonia uteri Perdarahan pada placenta bed c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi. d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang. 6. Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio Caesarea Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain : 1) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 4 jamkemudian. 2) Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat. 3) Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum. 4) Pemberian antibiotika. Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan. 5) Mobilisasi. Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. 6) Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi. (Mochtar Rustam, 2002) II. LETAK SUNGSANG 1. Pengertian Letak sungsang Letak sungsang adalah keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. (Sarwono, 2006) Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim, kepala berada di fundus dan bokong di bawah. (Mochtar, 1998) 2. Anatomi Panggul Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu : 1) Panggul ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau

5 dengan diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. 2) Panggul anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit. 3) Panggul android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit. 4) Panggul platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas. Tulang tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tulang panggul) dan os koksigis (tulang tungging). Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ-organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.

6 Adapun ukuran panggul adalah sebagai berikut : 1) Pintu Atas Panggul Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis. Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali. 2) Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm. 3. Pintu Bawah Panggul Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-

7 tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm). Gambar 2.1. Anatomi Panggul Wanita 3. Klasifikasi Letak Sungsang Klasifikasi letak sungsang menurut Mochtar (1998) : a. Letak bokong (Frank Breech) Letak bokong dengan kedua tungkai terangkat keatas. b. Letak sungsang sempurna (Complete Breech) Letak bokong dimana kedua kaki ada di samping bokong c. Letak sungsang tidak sempurna (Incomplete Breech) Adalah letak sungsang di mana selain bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut terdiri dari : Kedua kaki = Letak kaki sempurna Satu Kaki = Letak kaki tidak smpurna Kedua lutut = Letak lutut sempurna Satu lutut = Letak lutut tidak sempurna Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi : a. Left sacrum anterior (Sakrum kiri depan) b. Right sakrum anterior (Sakrum kanan depan) c. Left Sakrum posterior (Sakrum kiri belakang) d. Right Sacrum posterior (Sakrum kanan belakang)

8 4. Etiologi Letak Sungsang Pada kehamilan sampai kurang 32 minggu, jumlah air ketuhan relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa, dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang berlipat lebih besar dari pada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri. Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya ialah multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosepalus, plasenta previa dan panggul sempit, kelainan uterus, plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri. (Sarwono, 2006) 5. Diagnosis Letak Sungsang Diagnosis letak sungsang yaitu pada pemeriksaan luar : di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat (kepala), kepala teraba di fundus uteri. Selain itu ibu juga merasakan penuh dibagian atas dan gerakannya terasa lebih banyak dibagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi dari pada umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila ada keraguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi, setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan adanya sakrum, kedua tuberosisiskii, dan anus. Bisa dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. 6. Mekanisme Persalinan Bokong masuk ke dalam rongga panggul dengan garis pangkal pada melintang atau miring, setelah menyentuh dasar panggul terjadi putaran paksi dalam, sehingga di pintu bawah panggul garis panggul pada menempati diameter anteposterior dan tronkanter depan berada dibawah simfisis. Kemudian terjadi leksi lateral pada

9 badan janin, sehingga trokunter belakang melewati perineum dan lahirlah seluruh bokong diikuti oleh kedua kaki, setelah bokong lahir terjadi putaran paksi luar dengan perut janin berada di posterior yang memungkinkan bahu melewati pintu atas panggul dengan garis terbesar bahu melintang atau miring. Terjadi putaran paksi dalam pada bahu, sehingga bahu depan berada di bawah simfisis dan bahu belakang melewati perineum. Pada saat tersebut kepala masuk ke dalam rongga panggul dengan sutura sagitalis melintang atau miring. Dalam rongga panggul terjadi putaran paksi dalam kepala sehingga muka memutar ke posterior dan oksiput ke arah simpisis. Dengan suboksiput sebagai hipomoklion, maka dagu, mulut, hidung, dahi dan seluruh kepala lahir berturutturut melewati perineum. Ada perbedaan nyata antara kelahiran janin dalam prosentasi kepala dan kelahiran janin dalam letak sungsang. Pada prosentase kepala yang lahir lebih dahulu ialah bagian janin yang terbesar, sehingga bila kepala telah lahir, kelahiran badan tidak memberi kesulitan. Sebaliknya pada letak sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar dimulai dari lahirnya bokong, bahu dan kemudian kepala. Dengan demikian meskipun bokong dan bahu telah lahir, hal tersebut belum menjamin bahwa kelahiran kepala juga berangsur-angsur berlangsung dengan lancar. 7. Prognosis a. Bagi Ibu Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan paritas lebih lama, jadi mudah terkena infeksi. b. Bagi anak Pognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menderita asfiksia. Oleh karena itu setelah pusat lahir dan supaya janin hidup, janin harus dilahirkan dalam waktu 8 menit. (Mochtar,1998)

10 8. Komplikasi a. Komplikasi pada janin Prolaps tali pusat. Trauma pada bayi akibat tangan mengalami extensi, kepala mengalami extensi, pembukaan serviks belum lengkap disporposi chepalopelvic. Asfiksia karena prolaps tali pusat, kompresi tali pusat pelepasan placenta, kepala macet. Perlukaan atau trauma pada organ abdomen atau leher. Patah tulang leher. b. Komplikasi pada ibu Pelepasan placenta. Perlukaan vagina atau serviks. Endometriosis. III. POST PARTUM (NIPAS) 1. Pengertian Post Partum Nifas atau purperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil. (Forner, 1999 ) Masa nifas/masa purperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Arif, 1999) Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan selama 6 minggu. 2. Fase Nifas Fase nifas terbagi menjadi 3 tahap, yaitu : 1) Immediate post partum : 24 jam pertama post partum 2) Early post partum : setelah 24 jam sampai 1 minggu post partum 3) Late post partum : Setelah 1 minggu sampai 6 minggu post partum 3. Adaptasi Fisiologis dan Psikologis Post Partum Perubahan fisiologis pada post partum menurut Fahrer Helen (2001), meliputi : 1) Involusio, yaitu suatu proses fisiologis pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil

11 karena sitoplasmanya yang berlebihan dibuang. a. Involusio uterus Terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan pemeriksaan TFU yaitu setelah plasenta lahir hingga 12 jam pertama TFU 1-2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-6 TFU normalnya berada di pertengahan simfisis pubis dan pusat. Pada hari ke- 9 atau 12 TFU sudah tidak teraba. b. Involusio tempat melekatnya plasenta Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta trombosis pada endometrium terjadi pembentukan scar sebagai proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada endometrium ini memungkinkan untuk implantasi dan pembentukan plasenta pada kehamilan yang akan datang. 2) Lochea Yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang senggama. Lochea terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : a. Lochea rubra, berwarna merah yang terdiri dari lendir dan darah, terdapat pada hari kesatu dan kedua. b. Lochea sanguinolenta, berwarna coklat yang terdiri dari cairan bercampur darah dan pada hari ke 3-6 post partum. c. Lochea serosa, berwarna merah muda agak kekuningan yang mengandung serum, selaput lendir, leukosit dan jaringan yang telah mati, pada hari ke d. Lochea alba, berwarna putih/jernih yang berisi leukosit, sel epitel, mukosa serviks dan bakteri atau kuman yang telah mati, terdapat pada hari ke-1 hingga 2 minggu setelah melahirkan. 3) Adaptasi Fisik a. Tanda-tanda vital Suhu meningkat karena perubahan hormonal tetapi bila suhu diatas 38 o C dan selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum perlu dipikirkan kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, endometritis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke-2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu, walaupun tidak selalu.

12 b. Adaptasi sistem cardiovaskuler Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik 20 mmhg dapat terjadi pada saat ibu berubah posisi berbaring - duduk. Keadaan sementara ini sebagai kompensasi cardiovaskuler terhadap penurunan dalam rongga panggul dan perdarahan. Denyut nadi berkisar antara x/menit, berkeringat dan menggigil mengeluarkan cairan yang berlebihan sering terjadi terutama pada malam hari. c. Adaptasi sistem gastro intestinal Diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama 1-2 hari. d. Adaptasi traktus urinarius Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat mengakibatkan oedem dan menghilangkan sensifitas terhadap tekanan cairan. perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna, biasanya ibu mengalami ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari pertama setelah melahirkan. e. Adaptasi sistem endokrin Perubahan buah dada, umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3 post partum, buah dada nampak membesar, keras dan nyeri. f. Adaptasi sistem muskuloskeletal Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan, mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor. g. Perineum Setelah melahirkan perinuem menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju, pada post partum hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan (nuliparia).

13 h. Laktasi Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis hilang timbul. Pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali antara lain lactogenic hormon (prolaktin) yang akan menghasilkan mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil, terpengaruhi akibat kelenjarkelenjar susu berkontraksi sehingga mengeluarkan air susu. Umumnya produksi air susu baru berlangsung betul pada hari ke-2-3 post partum. 4) Proses menjadi orang tua Steele dan Pollack (1968), menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis atau mekanis yang melibatkan ketrampilan kognitif dan motorik, dan komponen kedua bersifat emosional yang melibatkan ketrampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen tersebut penting untuk perkembangan dan keberadaan bayi. a. Ketrampilan Kognitif-Motorik Komponen ini melibatkan orang tua dalam aktivitas perawatan anak, seperti memberikan makan, menggendong, menenakan pakaiaan, dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan memungkinkan untuk bergerak. (Steele, Pollack,1968) Kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk melakukan tugas ini dan proses belajar mungkin sukar bagi mereka. Akan tetapi, hampir semua orang tua yang memiliki keinginan untuk belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan aktivitas merawat anak. b. Ketrampilan Kognitif-Afektif Komponen psikologis dalam menjadi orang tua, sifatnya keibuan atau kebapakan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjuk perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini ke generasi berikutnya dengan meniru hubungan orangtua-anak yang pernah dialaminya. Ketrampilan ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak. Komponen menjadi orang

14 tua ini memiliki efek yang mendasar pada cara perawatan anak yang dilakukan dengan praktis dan pada respon emosionl anak terhadap asuhan yang diterimanya. Suatu hubungan orangtua-anak yang positif adalah saling memberi satu sama lain yang dapat mendasari dalam memberikan bantuan mempunyai arti bahwa orang tersebut berharga untuk menerima bantuan. Konsep Erikson ( ), mengatakan tentang dasar kepercayaan perkembangan rasa percaya ini akan menentukan respon bayi seumur hidupnya. Orang-orang yang mengalami hubungan orang tua-anak yang positif cenderung lebih mudah bersosialisasi dan terbuka serta mampu meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain. Sebaliknya, mereka yang kurang rasa percaya cenderung mengasingkan diri dan menyendiri. Mereka memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami krisis karena ketidakmampuanya menggunakan dukungan orang lain ketika menghadapi masalah. (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004) 5) Adaptasi psikososial Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi. Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah : Honeymoon Adalah fase setelah anak lahir dan dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru. Bonding Attachment atau ikatan kasih Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan."bonding" adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan"attachment" adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.

15 Menurut klasifikasi Rubin terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah : Fase "taking in" (Fase Dependen) Selama 1-2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada ibu dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri. Beberapa hari setelah melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawab sebagai seorang ibu dan ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan ibu akan lebih meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahat. Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang pengalaman kehamilan, melahirkan dan rasa ketidaknyamanan. Fase "taking hold" (Fase Independen) Ibu sudah malu menunjukkan perluasan fokus perhatiannya yaitu dengan memperlihatkan bayinya. Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan bayinya. Fase "letting go" (Fase Interdependen) Merupakan suatu kemajuan menuju peran baru, ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya lebih meningkat, dan mampu mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya. (Farrer, 2001) Post partum Blues Pada fase ini, terjadi perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menurun, selain itu klien tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya. Post partum blues biasanya terjadi 6 minggu setelah melahirkan. Gejala yang tampak adalah menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur, dan cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan klien tidak mampu menyesuaikan dengan tuntutan tugasnya, maka keadaan ini dapat menjadi serius yaitu keadaan post partum depresi.

16 IV. MOBILISASI DINI POST PARTUM (POST SECTIO CAESAREA) 1. Pengertian Mobilisasi Mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. (Carpenito, 2000) Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999) Mobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan Caesar. (Soelaiman, 1993) 2. Manfaat Mobilisasi Menurut Manuaba (1998), tujuan mobilisasi post partum adalah : 1) Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi peurperium 2) Mempercepat involusi alat kandungan 3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan 4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. Menurut Rambey (2008), manfaat mobilisasi dini adalah : 1) Melancarkan sirkulasi darah 2) Membantu proses pemulihan 3) Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga pedarahan lebih lanjut Menurut Fizari (2009), manfaat lain dari mobilisasi dini adalah : 1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat 2) Faal usus dan kandung kencing lebih baik 3) Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya 3. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi 1) Peningkatan suhu tubuh Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

17 2) Perdarahan yang abnormal Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka. 3) Involusi uterus yang tidak baik Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. 4. Rentang Gerak Dalam Mobilisasi Menurut Carpenito (2000), dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : 1) Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. 2) Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif seperti berbaring, menggerakkan kakinya. 3) Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan. 5. Tahap-Tahap Mobilisasi Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea (Kasdu,2003) : 1) 6 jam pertama ibu post SC Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. 1) 6-10 jam Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli. 3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk 4) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan

18 6. Pelaksanaan Mobilisasi Dini 1) Hari ke 1 : Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadar. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. 2) Hari ke 2 : Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari. 3) Hari ke 3 sampai 5 : belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari 4 setelah operasi. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu.

19 IV. Pathway Sectio Caesarea INDIKASI Kelainan letak janin, Hipertensi, Rupture uteri mengancam, Partus lama, Partus tak maju, Distorsio servik Disproporsi sefalopelvik, Palsenta previa, Gawat janin, Pernah SC sebelumnya, Ketidakmampuan ibu mengejan Sectio Caesarea Pasca operatif Cemas Post partum Adaptasi fisiologis Adaptasi psikologis Trauma jaringan Luka bekas insisi Efek anestesi Proses laktasi Taking in Taking hold Letting go Diskontinu itas jaringan Nyeri Invasi Resti infeksi Kelemahan fisik Supresi SSP Gangguan pada pons Pola napas tak efektif Medulla oblongata Respon mual muntah Resti kekurangan volume cairan dan elektrolit Mempengaruhi tonus uteri Atonia uteri Resti perdarahan perdarahan Isapan bayi Stimulasi Hip.anterior Sekresi prolaktin Stimulasi Hip. Posterior Sekresi oksitosin Stimulasi duktus alveoli Kelj. Mamae Penerimaan peran baru Perubahan peran Cemas Menghambat sekresi oksitosin Sumber : Bobak, 2004 Gg. Mobilitas fisik Ineffective breast feeding Putting inverte Produksi ASI sedikit Pressure the ejection of breast feeding

20 B. DAMPAK PENYAKIT TERHADAP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA 1. Kebutuhan Oksigenasi Dampak general anastesi mengakibatkan depresi otot yang mengakibatkan reflek batuk menurun, terjadi akumulasi scret pada jalan napas mengakibatkan bersihan jalan napas dan pola napas tidak efektif. 2. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler menurun, terjadi syok hipovolemik, terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. 3. Kebutuhan Sirkulasi Perdarahan intra/pasca operatif dapat menyebabkan volume intravaskuler menurun, tidak adequatnya volume cairan intravaskuler menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan aliran darah (blood flow) dan penurunan perfusi jaringan. 4. Kebutuhan Nutrisi Dampak general anastesi, peristaltik usus menurun, kemampuan digesti, ingesti dan absorpsi menurun, memicu mekanisme mual dan muntah, mengakibatkan intake nutrisi berkurang. 5. Kebutuhan Eliminasi Dampak general anastesi, peristaltik usus menurun, mengakibatkan gangguan refluk inhibisi spingter ani, mengakibatkan konstipasi. 6. Kebutuhan Aktifitas Rasa nyeri mengakibatkan kelemahan fisik dan hambatan mobilitas fisik, terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari (ADL) dan gangguan pemenuhan kebutuhan personal hygiene. 7. Kebutuhan Rasa Aman Trauma jaringan akibat tindakan pembedahan merupakan faktor utama pemicu timbulnya rasa nyeri, dan adanya luka operasi merupakan port de entry bagi kuman masuk ke dalam tubuh, sehingga merupakan faktor resiko terjadinya infeksi. Respon adaptasi psikologis terhadap penerimaan peran baru dalam keluarga dan keterbatasan kognitif mengakibatkan timbulnya kecemasan dan tidak efektifnya laktasi.

21 C. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien dan suaminya. b. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan utama Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan post operasi sectio caesarea hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri. 2. Riwayat kesehatan sekarang Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini. 3. Riwayat kesehatan dahulu a) Riwayat kesehatan klien Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, lama haid, warna darah haid, HPHT kapan, terdapat sakit waktu haid atau tidak. b) Riwayat kehamilan, persalinan dan nipas yang lalu Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak, penolong siapa, nifas normal atau tidak. c) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh klien apakah menggunakan KB hormonal atau yang lainya. 4. Riwayat kesehatan keluarga Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain. c. Pemeriksaan fisik dan pengkajian fungsional 1. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat

22 kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan tingkat kesadaran merupakan gejala syok. 2. Sistem pernafasan Respirasi bias meningkat atau menurun. Pernafasan yang ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada klien yang memakai anaestesi general. 3. Sistem perkemihan Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah akibat anestesi. 4. Sistem pencernaan Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada jam setelah pembedahan, tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus. 5. Integritas ego Dapat menunjukkan labilitas emosional, dari kegembiraan, sampai ketakutan, marah atau menarik diri. Klien/ pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran, mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru. 6. Eliminasi Kateter urinaris indweiling mungkin terpasang: urine jernih pucat. Bising usus tidak ada, samar atau jelas. 7. Nutrisi Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada awal. 8. Nyeri/ ketidaknyamanan Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber. Misal: trauma bedah/ insisi, nyeri penyerta, distensi kandung kemih/ abdomen, efek-efek anestesia, mulut mungkin kering.

23 9. Keamanan Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda kering dan utuh. Jalur parental bila digunakan paten can sisi bebas eritema, bengkok, nyeri tekan. 10. Seksualitas Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak. 2. Diagnosa Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi. (Doenges, 2001) 2) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih. (Doenges, 2001) 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam pembedaran. (Doenges, 2001) 4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri. (Judith, 2005) 5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. (Doenges, 2001) 6) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap bakteri sekunder pembedahan. (Doenges, 2001) 7) Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi interpersonal. (Doenges, 2001) 8) Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi. (Carpenito, 2009) 9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri. (Doenges, 2001) 3. Intervensi Keperawatan 1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, bersihan jalan napas efektif.

24 Kriteria hasil : Tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi nafas bersih, dan dapat melakukan batuk efektif. Intervensi : a. Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk). Rasional : Penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk menurun dapat menghalangi jalan nafas. b. Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah. Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke bawah. c. Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas. Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan nafas. d. Tinggikan kepala tempat tidur. Rasional : pengembangan paru lebih maksimal. e. Ajarkan batuk efektif. Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas. 2) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anastesi, efek hormonal dan distensi kandung kemih. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, klien tidak mengalami nyeri. Kriteria hasil : Mampu mengidentifikasikan cara mengurangi nyeri, mengungkapkan keinginan untuk mengontrol nyerinya, dan mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat. Intervensi : a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya. Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan keperawatan. b. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri. Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang dialaminya.

25 c. Ajarkan teknik relaksasi distraksi Rasional : meningkatkan kenyamanan klien. d. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan. Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi akut. e. Anjurkan menggunakan kompres hangat. Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan klien. f. Berikan obat sesuai indikasi Rasional : mengurangi nyeri. g. Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase. Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan. 3) Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, defisit volume cairan dapat teratasi. Kriteria hasil : Tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan kualitas baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaran urine yang sesuai. Intervensi : a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan intraoperasi. Rasional : membantu mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan penggantian. b. Kaji pengeluaran urinarius. Rasional : mengindikasikan malfungsi atau obstruksi sistemurinarius. c. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik. Rasional : hipoteksi, takikardia penurunan tekanan hemodinamik menunjukan kekurangan cairan. d. Catat munculnya mual/muntah. Rasional : mual yang terjadi jam pascaoperasi dihubungkan dengan anestesi; mual lebih dari tiga hari pascaoperasi dihubungkan dengan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau terapi obat- obatan lainnya.

26 e. Periksa pembalut atau drain pada interval reguler. Kaji luka untuk terjadinya pembengkakan. Rasional : pendarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mengindikasikan formasi hematoma/pendarahan. f. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer. Rasional : kulit dingin/lembab, denyut lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer. g. Pasang kateter urinarius sesuai kebutuhan. Rasional : memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran urinarius yang adekuat. h. Berikan cairan parental, produksi darah dan/ atau plasma ekspander sesuai petunjuk. Rasional : gantikan kehilangan cairan. Catat waktu penggunaan volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi. i. Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi. Hb/Ht Rasional : menurun karena anemia atau kehilangan darah aktual. Elektrolit serumdan ph. Rasional : ketidakseimbangan dapat memerlukan perubahan dalamcairan atau tambahan pengganti untuk mencapai keseimbangan. j. Berikan darah atau kemasan SDM bila diperlukan sesuai indikasi. Rasional : kehilangan pendarahan, penurunan produksi SDM dapat mengakibatkan anemia berat atau progresif. 4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... x 24 jam, gangguan mobilitas fisik teratasi. Kriteria hasil : Tidak adanya kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit/kompensasi dan mendemonstrasikan teknik atau perilaku yang memungkinkan melakukan kembali aktivitas.

27 Intervensi : a. Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan gerakan. Rasional : mengevaluasi keadaan khusus.pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi. b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien sadar. Rasional : pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien. c. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil. Rasional : Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri. d. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah gerakan perlahan dan lembut. Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi sendi dan mencegah kontraktur dan atrofi otot. e. Anjurkan klien istirahat. Rasional : mencegah kelelahan. f. Tingkatkan aktifitas secara bertahap. Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman pada klien emosional. 5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, defisit perawatan diri teratasi Kriteria hasil : Mampu mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan mengidentifikasi/menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Intervensi : a. Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan. Rasional : nyeri dapat mempengaruhi respons emosi dan perilaku, sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan diri sampai kebutuhan fisik.

28 b. Tentukan tipe-tipe anastesi. Rasional : Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarahkan untuk berbaring datar. c. Ubah posisi klien setiap 1-2 jam. Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis. d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi, gosokan punggung dan perawatan perineal). Rasional : memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan kesejahteraan bantuan profesional e. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi. Rasional : menurunkan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri. 6) Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan kulit, pemajanan pada patogen. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama... x 24 jam, klien tidak mengalami infeksi. Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, tumor dan fungsio laesa), tanda-tanda vital normal terutama suhu (36-37 C), dan pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi. Intervensi : a. Monitor tanda-tanda vital. Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi (color). b. Kaji luka pada abdomen dan balutan. Rasional : mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus. c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan teknik aseptik. Rasional : mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius. d. Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat keterlibatan.

29 e. Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah selama prosedur pembedahan. Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah berlebihan. f. Berikan antibiotik pada praoperasi Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi 7) Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi interpersonal. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, rasa cemas teratasi. Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks, dan menggunakan sumber/sistem pendukung dengan efektif. Intervensi : a. Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan sistempendukung. Rasional : semakin klien merasakan ancaman, semakin besar tingkat ansietas. b. Tetap bersama klien dan tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati. Rasional : membantu membatasi transimisi ansietas interpersonal, dan mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/pasangan. c. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin. Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan membantu membawa ancaman yang dirasakan / aktual ke dalam perspektif. d. Anjurkan klien/pasangan mengungkapkan dan/atau mengekspresikan perasaan (menangis). Rasional : membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negative dan memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen atau teratasi/berduka. Kepercayaan diri dan penerimaan serta menurunkan ansietas. e. Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti jumlah orang yang ada, sesuai keinginan klien. Rasional : untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumbersumber, dan mengatasi dengan efektif.

30 8) Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan terhambatnya pengeluaran ASI, perpisahan dengan bayi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, laktasi efektif Kriteria hasil : Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan atau meningkatkan menyusui yang berhasil. Intervensi : a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting. Rasional : menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang tepat. b. Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif. Rasional : mempelancar laktasi. c. Anjurkan klien memberikan asi esklusif. Rasional : ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga pertumbuhan optimal. d. Berikan informasi untuk rawat gabung. Rasional : menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi e. Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau memberikan ASI dengan aman. Rasional : menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis bagi bayi. 9) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, dan kebutuhan perawatan diri. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam, klien menunjukan pengetahuan mengenai perubahan fisiologis, periode pemulihan, dan kebutuhan perawatan diri. Kriteria hasil : Mampu mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologis, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang diharapkan. Intervensi : a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar Rasional : penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan

31 pengetahuan ibu, maturasi dan kompetensi. b. Kaji keadaan fisik klien. Rasional : ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam menerima penyuluhan. c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang normal. Rasional : membantu klien mengenali perubahan normal. d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan. Rasional : program latihan dapat membantu tonus otot-otot, meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran keseimbangan tubuh dan meningkatkan perasaan sejahtera. e. Demonstrasikan teknik-teknik perawatan diri. Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru.

32 DAFTAR PUSTAKA Carpenito. Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Pasien Klinis. Jakarta : EGC., Ed Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, EGC : jakarta Fizari, S. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From Hincliff, S. Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC; Mansjoer, A. Dasar-dasar Keperwatan Maternitas, EGC : jakarta Manuaba, I. B. G. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC Manuaba, I. B. G. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta Mochtar, R. Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial, jilid 2. EGC : Jakarta Prawirohardjo, S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina Pustaka : Jakarta Sarwono, 1989, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta. Winkjosastro, H. Dkk. Ilmu kebidanan, Bina Pustaka : Jakarta

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE Oleh: Kelompok : 1A SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 2014 SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok bahasan : Mobilisasi

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut: a. Menentukan diagnosa kehamilan dan kunjungan ulang. b. Memonitori secara akurat dan cermat tentang kemajuan

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).

BAB I KONSEP DASAR. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama. masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998). BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Persalinan normal adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar, 1998: 91). Masa nifas atau

Lebih terperinci

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila :

ID Soal. Pertanyaan soal Menurut anda KPSW terjadi bila : 4 Oksigen / Cairan & Elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Rekreasi / Aman & 5 Promotif / Preventif/ Kuratif/Rehabilitatif 6 Pengkajian/Penentuan Diagnosis/Perencanaan/ Implementasi/Evaluasi/Lainlain 7 Maternitas/Anak/KMB/Gadar/Jiwa/Keluarga/Komunitas/Gerontik/Manajemen

Lebih terperinci

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan

PERSALINAN KALA I. 1. kala 1 persalinan PERSALINAN KALA I Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala),

Lebih terperinci

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh

1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh 1. Pengertian Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum). Klasifikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA Siti Aisyah* Titi Sri Budi** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Nifas 1. Defenisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang berrtujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Partus Tidak Maju 2.1.1 Definisi Partus Tidak Maju Partus tak maju yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta)nyang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan bidang kesehatan modern mencakup berbagai macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah sectio caesaria. Di negara

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul Persalinan Sungsang dengan lancar. Dalam pembuatan referat ini, penulis

Lebih terperinci

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) PERSALINAN NORMAL ( KALA IV ) Pengertian Bagian kebidanan dan kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo masih mengenal kala IV, yaitu satu jam setelah placenta

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN ASUHAN INTRANATAL ASUHAN INTRANATAL Standar pelayanan kebidanan Persiapan bidan Persiapan rumah dan lingkungan Persiapan alat/bidan kit Persiapan ibu dan keluarga Manajemen ibu intranatal STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak sungsang adalah keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum uteri. Kejadian letak sungsang berkisar

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA Fitriana Ikhtiarinawati F* dan Lilis Dwi NS** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan

Lebih terperinci

LEMBAR PENDELEGASIAN

LEMBAR PENDELEGASIAN LEMBAR PENDELEGASIAN Nama Klien Ruang : Ny. Sutini : Bougenville Diagnosa Tgl/Jam Keperawatan 9-1-07 Gangguan rasa nyaman b/d adanya trauma pembedahan Intervensi Implementasi TTD - Tentukan lokasi - Anjurkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Section Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS DI SUSUN OLEH: KELOMPOK : 10 1. REVIA MONALIKA 2. RIA PRANSISKA 3. RENI 4. RIKA DOSEN PEMBIMBING : VERA YUANITA, SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

PENGKAJIAN PNC. kelami

PENGKAJIAN PNC. kelami PENGKAJIAN PNC Tgl. Pengkajian : 15-02-2016 Puskesmas : Puskesmas Pattingalloang DATA UMUM Inisial klien : Ny. S (36 Tahun) Nama Suami : Tn. A (35 Tahun) Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Harian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).

BAB I KONSEP DASAR. atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998). 1 BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan sectio

Lebih terperinci

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG

Mekanisme Persalinan Normal. Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan Normal Dr. Iskandar Syahrizal SpOG Mekanisme Persalinan dan Kemajuan Persalinan Persalinan / Partus Adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA A. å B. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA Jln. Ringroad Barat Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta 59242 Telp. (0274)4342000, Fax. (0274)434542 Email : info@stikesayaniyk.ac.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi 1. Definisi Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr. KARIADI SEMARANG Disusun oleh : Hadi Winarso 1.1.20360 POLITEKNIK KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Kholidah Ziah** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup didalam uterus melalui vagina ke dunia luar.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

ASUHAN KEPERAWATAN HPP 1. Pengertian Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.hpp diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu

BAB I PENDAHULUAN. dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, melalui jalan lahir atau melalui jalan buatan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri. Persalinan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post Sectio Caesaria dengan indikasi Preeklamsia di Ruang Baitu Nisa RS Sultan Agung pada tanggal

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Sectio Caesaria adalah suatu pembedahan

Lebih terperinci

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST

PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN BY: ADE. R. SST PIMPINAN PERSALINAN KALA I Pada kala I dilakukan pengawasan pada wanita inpartu, dan persiapan untuk persalinan. Memberikan obat atau tindakan bila ada indikasi. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN R. Nety Rustikayanti @2018 Tujuan Menjelaskan 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan Mendeskripsikan struktur anatomi tulang panggul Mengenali ukuran normal diameter

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang

BAB III TINJAUAN KASUS. 16 Februari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post SC di Ruang Fatimah RS Roemani dari tanggal 14 sampai dengan 16 Februari 2008. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002, hlm. 180). Menurut Mochtar, 1998, jenis persalinan terbagi : 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup, dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Prawirohardjo, 2002,

Lebih terperinci

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA Sri Hartatik*, Henny Juaria* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email

Lebih terperinci

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Distosia. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Distosia Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Distosia adalah Waktu persalinan yang memanjang karena kemajuan persalinan yang terhambat. Persalinan lama memiliki definisi

Lebih terperinci

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si

BENTUK & UKURAN PANGGUL. dr. Al-Muqsith, M.Si BENTUK & UKURAN PANGGUL dr. Al-Muqsith, M.Si Tulang panggul terdiri atas a. os. Coxae (inominata) - os. Ilium - os. Ischium - os. Pubis b. Os. Sacrum c. Os. Coccygeus Tulang-tulang ini satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap wanita akan mengalami proses persalinan. Kodratnya wanita dapat melahirkan secara normal yaitu persalinan melalui vagina atau jalan lahir biasa (Siswosuharjo

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dinding perut dan rahim anterior (Neuville and George, 2001: 338). internum (Manuaba, Ida Bagus, 198: 253).

BAB I KONSEP DASAR. dinding perut dan rahim anterior (Neuville and George, 2001: 338). internum (Manuaba, Ida Bagus, 198: 253). 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Seksio cesaria adalah suatu cara melahirkan dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau sectio caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (NIFAS)

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (NIFAS) LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM (NIFAS) A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu

Lebih terperinci

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp TANDA PERSALINAN : KELUAR LENDIR BERCAMPUR DARAH (BLOODY SHOW) TERDAPAT HIS YANG ADEKUAT DAN TERATUR TERDAPAT PEMBUKAAN/DILATASI

Lebih terperinci

Bagian Keperawatan. Maternitas PSIK FK UNAIR

Bagian Keperawatan. Maternitas PSIK FK UNAIR Oleh : Ni Ketut Alit A. Bagian Keperawatan. Maternitas PSIK FK UNAIR SURABAYA Frekwensi pemeriksaan post partum sesuai protap : Satu jam pertama : tiap 15 menit Dua jam selanjutnya : tiap 30 menit 24 jam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN. Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Nor Tri Astuti Wahyuningsih, SST, M.Kes 5P (faktor) Tenaga atau kekuatan (Power) Janin (Passanger) Jalan lahir (passage) Psikis ibu Penolong POWER Adalah kekuatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada

BAB III TINJAUAN KASUS. Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada BAB III TINJAUAN KASUS Pada bab ini akan penulis paparkan hasil pengelolaan asuhan keperawatan pada klien post partum episiotomi di ruang B3 Gynekologi RS. Kariadi Semarang. Dari tanggal 7 Mei 2008 sampai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plasenta Previa Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin melalui insisi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian ibu yang cukup tinggi. Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 248 kematian per 100.000 kelahiran

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GIII P2002 TRIMESTER III DENGAN LETAK LINTANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2011 Fitriana Ikhtiarinawati Fajrin* Arissa Fitriani** *Dosen Program Studi Diploma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian

BAB I KONSEP DASAR. Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran kepala janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997). Seksio sesarea yaitu suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Pengertian Persalinan Dan APN Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui janin lahir atau

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS Tanggal pengkajian, 11 Maret 2010, jam 16.00. A. Biodata Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. R dari tanggal 11 Maret 2010 di ruang Fatimah, didapatkan data yaitu : umur 21 tahun,

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK

PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG. Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG Oleh : Emi Sutrisminah Staf Pengajar Prodi D III Kebidanan FK Unissula Semarang ABSTRAK Setiap ibu hamil mengharapkan kehamilan yang sehat dan normal, begitu juga dengan

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. luar biasa. Persalinan biasa disebut juga persalinan spontan adalah Bila bayi lahir BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan terjadi dalam dua keadaan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mobilisasi Dini 1. Pengertian Mobilisasi Dini Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian bagian tubuh untuk melakukan

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). Prawirahardjo (2010) dalam Septi (2012).

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). Prawirahardjo (2010) dalam Septi (2012). BAB I PENDAHULUAN 1. LatarBelakangMasalah Proses persalinan merupakan proses kompleks untuk menyelamatkan ibu maupun bayinya dengan menggunakan berbagai macam metode seprti persalinan pervagina, persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan persalinan dengan jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang persalinan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rupture Perineum 2.1.1 Pengertian Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Persalinan 1.1 Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan placenta dari dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PENGERTIAN Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu Masa pulih kembali mulai dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar abdominal (Gallagher, Mundy, 2004).Seksio sesarea merupakan suatu persalinan buatan di mana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lain, dengan bantuan

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kesehatan 2.1.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. pada dinding aterus melalui depan perut atau Sectio Caesaria adalah suatu

BAB I KONSEP DASAR. pada dinding aterus melalui depan perut atau Sectio Caesaria adalah suatu 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Sectio Caesaria adalah salah satu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding aterus melalui depan perut atau Sectio Caesaria adalah suatu histerektomi untuk melahirkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan proses pengalaman khusus yang bertujuan menciptakan perubahan terus menerus dalam perilaku atau pemikiran (Seifert,

Lebih terperinci

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas MASA NIFAS NIFAS NORMAL Defenisi dan Tujuan Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan keluarga dan masyarakat ditentukan oleh kesehatan ibu dan anak. Salah satu keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan berdasarkan angka kematian

Lebih terperinci

4/5/2011. Oleh. Riwayat kesehatan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan psikologis Laboratorium : Ht, gol darah dan Rh.

4/5/2011. Oleh. Riwayat kesehatan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan psikologis Laboratorium : Ht, gol darah dan Rh. Oleh Ida Maryati, Sp.Mat 1 Kala I Fase laten : true labor dilatasi serviks 3 cm (20 jam pada nullipara, 14 jam pada multipara). Fase aktif : dari dilatasi serviks > 3 cm sampai 10 cm. Kala II: dari dilatasi

Lebih terperinci

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1 NAMA : LAUREN LITANI NIM : 09033 SEMESTER : 1 ANGKATAN : XII Setelah saya melihat dan mempelajari hasil yang dikerjakan oleh Triana Wahyuning Pratiwi dari kelompok 7 pada nomor 4, menurut saya pekerjaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 8 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengertian Prematur Persalinan merupakan suatu diagnosis klinis yang terdiri dari dua unsur, yaitu kontraksi uterus yang frekuensi dan intensitasnya semakin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Persalinan Sectio caesaria Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).(william,

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sectio caesarea (SC) merupakan prosedur operatif yang dilakukan di bawah anestesia sehingga janin, plasenta dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri) yang dapat hidup ke dunia dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Partus/ persalinan

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Efusi Pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan di rongga pleura selain cairan dapat juga terjadi penumpukan pus atau darah (Soeparman, 1996 : 789).

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015 ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015 Eka Sarofah Ningsih *Dosen Program Studi D III Kebidanan Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan

BAB III TINJAUAN KASUS. Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan BAB III TINJAUAN KASUS Dalam bab ini penulis akan melaporkan tentang pemberian asuhan keperawatan pada Ny. F dengan diagnosa medis post sectio caesaria indikasi ketuban pecah dini di ruang Bougenville

Lebih terperinci

Oleh Ni Ketut Alit Armini

Oleh Ni Ketut Alit Armini dengan KOMPLIKASI POST PARTUM Oleh Ni Ketut Alit Armini PSIK FK UNAIR SURABAYA Hemoragik Post Partum (HPP) Perdarahan yang melebihi 500 cc segera setelah lahir Perubahan kondisi ibu, tanda- tanda vital,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan hanya 10-12% kehamilan disertai dengan penyulit atau berkembang menjadi kehamilan patologis. Kehamilan patologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada proses laktasi. Dalam prosesnya kemungkinan keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di mulai dari kehamilan, persalinan bayi baru lahir dan nifas yaang secara berurutan berlangsung secara fisisologis dan diharapkan ibu pasca melahirkan menggunakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM. Nur Hasana* dan Irma Damayanti** ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM. Nur Hasana* dan Irma Damayanti** ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM Nur Hasana* dan Irma Damayanti** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan **Mahasiswa

Lebih terperinci