PSIKIATRI. Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PSIKIATRI. Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri."

Transkripsi

1 PSIKIATRI Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri Disusun oleh : Tiesnawati B. Mawarni Adinda Putriandira Catri Damayanti Fina Dwi Putri Ervini Natasya M Petra Tauran Tara Aisya R Muty Ceria Destya Finiarty FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINAGOR 2013

2 KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA DAN DIAGNOSA MULTIAKSIAL Gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna dan yang disertai penderitaan atau distress pada kebanyakan kasus dan berkaitan dengan terganggunya fungsi atau disfungsi seseorang. Klasifikasi adalah pengelompokan atau pembentukan kelas. Merupakan suatu fenomena yang didapat dari penelitian secara kuantitatif dan dikelompokkan secara ilmiah. Diagnosis yang benar dan baku didapat melalui terapi yang tepat, komunikasi antar medis yang antar pakar, dan pengolahan data (statistik). SEJARAH Pada 500 tahun sebelum masehi, Hippocrates menemukan tentang mania dan hysteria. Kemudian Emil Kraeplin dan Eugen Bleuler menemukan tentang psikosa organic, psikosa endogen (patologi otak), kelainan kepribadian, dan keadaan reaktif. Pada tahun 1963, WHO menyusun penggolongan gangguan jiwa. Pada tahun 1965, disusunlah ICD-8 (International Classification of Diseases). PERKEMBANGAN DI INDONESIA Pada tahun menggunakan PPDGJ-1 (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia) atau sama dengan ICD-8 (International Classification of Diseases) Pada tahun menggunakan PPDGJ-1 atau sama dengan ICD-9 dan DSM III Pada tahun menggunakan PPDGJ-1 atau sama dengan ICD-10 HIERARKI WHO mengelompokkan gangguan-gangguan jiwa dalam blok-blok tertentu berdasarkan adanya persamaan deskriptif dan meletakkan blok-blok tersebut berdasarkan suatu urutan hierarkis.

3 Pengertian urutan hierarkis disini adalah pada umumnya, gangguan-gangguan jiwa yang secara hierarkis terletak dalam blok diurutan atas mempunyai lebih banyak unsur (gejala) dari gangguan jiwa yang terletak dalam blok dibawahnya. TUJUAN DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Adanya aspek klinis, kepribadian dan psikososial. Dimuali dari PPDGJ - II Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan meramalkan outcome Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang sama Penggunaan model bio-psiko-sosial DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99). Kondisi Lain yang Menjadi Focus Perhatian Klinis (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R69) Aksis II Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian maladaptive, mekanisme defensi maladaptif). Retardasi Mental (F70-79) (tidak ada diagnosis à Z03.2, diagnosis tertunda à R46.8) Aksis III Kondisi Medik Umum Aksis IV Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan social, pendidikan, pekerjaan,

4 perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan, hukum, psikososial) Aksis V Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale). Biasanya untuk fungsi psikologis, sosial dan okupasional. HIERARKI DIAGNOSIS Hierarki diagnosis merupakan cara yang sistematik untuk memastikan suatu diagnosis gangguan jiwa. Bentuknya vertical yaitu dari atas yang bersifat organik kemudian ke bawah yang bersifat non organik, berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas.dikotomi neurotik psikotik tidak digunakan lagi maka dari itu pengelompokan berdasarkan kesamaan tema/kemiripan gambaran klinik. AKSIS I Gangguan Klinis (F00-09, F10-19, F20-29, F30-39, F40-48, F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99) 1. F00-F09 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan MentalSimtomatik 2. F10-19 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya 3. F20-29 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham (kecuali gangguan kebribadian skizotipal yaitu F21 yang harus dicatat pada aksis II): Dalam kelompok ini tercakup gangguan jiwa yg dimasa lalu digolongkan sebagai gangguan psikotik Skizofrenia dan gangguan waham (paranoid) merupakan bagian utama gangguan skizotipal yang dalam PPDGJ II masuk kedalam gangguan kepribadian. 4. F30-39 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif]) Gangguan afektif adalah gangguan dengan gejala utama adanya perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa ansietas yang menyertainya, atau ke arah elasi (suasana perasaan meningkat).

5 Gangguan afektif dibedakan atas:episode tunggal atau multipel - Tingkat keparahan gejala Mania dengan gejala psikotik, mania tanpa gejala psikotik, hipomania Depresi ringan, sedang, berat tanpa gejala psikotik, berat dengan gejala psikotik Dengan atau tanpa gejala somatik Etiologi Dasar umum untuk gangguan ini tidak diketahui. Penyebabnya merupakan interaksi antara faktor biologis, faktor genetik, dan faktor psikososial. Kelainan metabolit amin biogenik seperti hydroxyindoleacetic acid (5 HIAA),homovanillic acid (HVA), 3-metoksi-4-- hidroksifenilglikol (MHPG) dalam darah, urin, dan cairan serebrospinal dilaporkan ditemukan pada pasien. Pola penurunan genetika terjadi melalui mekanisme yang kompleks. Bukan hanya tidak mungkin untuk menyingkirkan faktor psikososial, namun faktor nongenetik mungkin memainkan peranan kausatif dalam perkembangan gangguan ini pada sekurangnya beberapa orang pasien. Manifestasi Klinis Episode Manik Pada kelompok ini terdapat afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik den mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Termasuk: 1. Hipomania Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan bertahan melebihi siklotimia, serta tidak ada halusinasi atau waham, Menimbulkan pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial. 2. Mania tanpa gejala psikotik

6 Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan. Perubahan afek harus disertai energi yang bertambah, sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur berkurang, ide-ide perihal kebesaran, dan terlalu optimistik. 3. Mania dengan gejala psikotik Gambaran klinis lebih berat daripada mania tanpa gejala psikotik Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham kebesaran (delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut. Gangguan Afektif Bipolar Gangguan ini memiliki episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) di mana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu. Pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania) dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang berusia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stresatau trauma mental lain. Episode Depresi Gejala utama: a. Afek depresi b. Kehilangan minat dan kegembiraan, serta c. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya: a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

7 b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri f. Tidur terganggu g. Nafsu makan berkurang. Untuk episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurangkurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Termasuk: 1. Episode depresi ringan Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya Tidak boleh ada gejala berat di antaranya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya 2. Episode depresi sedang Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga 3. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik 3 gejala utama harus ada Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya harus berintensitas berat Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu melaporkan banyak gejalanya secara terperinci

8 Biasanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, tetapi bila gejala amat berat dan muncul sangat cepat bisa kurang dari 2 minggu Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas 4. Episode depresi berat dengan gejala psikotik Gejala seperti depresi berat tersebut di atas Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresi. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau halusinasi olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau anjing yang membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju kepada stupor. Gangguan Suasana Perasaan Menetap 1. Siklotimia Ciri esensial adalah ketidakstabilan menetap dari afek (suasana perasaan), meliputi banyak periode depresi ringan dan hipomania ringan, di antaranya tidak ada yang cukup parah atau cukup lama untuk memenuhi kriteria yang lain. 2. Distimia Ciri esensial adalah afek depresi yang berlangsung cukup lama dan tidak pernah atau jarang sekali cukup parah untuk memenuhi kriteria gangguandepresi berulang ringan atau sedang. Biasanya mulai pada usia dini dari masa dewasa dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tak terbatas. Perjalanan Penyakit dan Prognosis Gangguan ini cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan mengalami kekambuhan. Stresor kehidupan seringkali mendahului episode pertama gangguan mood dibandingkan episode selanjutnya. Episode depresiyang tidak diobati biasanya berlangsung selama 6-13 bulan, sedangkan bila diobati sekitar 3 bulan. Sebagian pasien dengan diagnosis awal gangguandepresi berat menderita episode manik 6-10 tahun

9 setelah episode depresiawal. Gangguan depresi bukan merupakan gangguan yang ringan, cenderung menjadi kronik, dan mengalami relaps. Prognosis diperkirakan baik bila episode ringan, tidak ada gejala psikotik, dan tinggal di RS dalam waktu singkat. Penatalaksanaan Prinsip umum: o Keamanan pasien harus dijamin o Pemeriksaan diagnostik yang lengkap harus dilakukan o Rencana pengobatan harus disusun untuk mengatasi semua gejala yang diperkirakan akan muncul o Terapi harus menurunkan jumlah dan keparahan stresor pada pasien o Strategi pengobatan harus disampaikan kepada keluarga pasien o Pengobatan yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi danpsikoterapi. Indikasi rawat: o Perlu prosedur diagnostik o Ada risiko bunuh diri atau membunuh o Ada penurunan kemampuan dasar yang jelas o Riwayat gejala yang berkembang dengan pesat dan hancurnya sistem pendukung pasien Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang dapat dilakukan adalah terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku. 5. F40-49 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres Gangguan neurotik, gangguan somatoform, dan gangguan terkait stress, dikelompokkan menjadi satu dengan alas an bahwa dalam sejarahnya aa hubungan dengan perkembangan konsep neurosis dan berbagai kemungkinan penyebab psikologis (psychological causation). Konsep mengenai neurosis secara prinsip tidak lagi digunakan sebagai patokan dalam pengaturan penggolongan, meskipun dalam beberapa hal masih diperhitungkan untuk memudahkan bagi mereka yang terbiasa menggunakan istilah neurotik dalam mengidentifikasi berbagai gangguan tersebut.

10 Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Etiologi Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikis di bawah sadar yang mempunyai tujuan tertentu. Ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer nondominan. Manifestasi Klinis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari keluhannya.

11 F40 Gangguan Anxietas Fobik Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar indifidu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain (dari diri individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tak realistic dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik). Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi rasa terancam. Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbeda dari anxietas yang lain dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan panik).anxietas fobik seringkali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode depresif seringkali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya. Beberapa episode depresif dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek depresif seringkali menyertai berbagai fobia., khususnya agarofobia. Pembuatan diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbullebih dahulu dan mana yang lebih dominan pada saat pemeriksaan Agarofobia. Pedoman Diagnostik Semua Kriteria di bawah iniharus dipenuhi untuk diagnosis pasti: a) gejala psikosis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutamaterjadi dalam hubungan dengan (setidaknya dua dari situasi berikut: banyak orang / keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri dan c) menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi house bound ) Karakter kelima: F40.00= tanpa gangguan panik F40.01= Dengan gangguan panik F40.1 Fobia Sosial Pedoman Diagnostik

12 Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti: a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) Anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi social tertentu (outside the family circle); dan c) Menghindari situasi fobik harus atau merupakan gejala yang menonjol. Bila terlalu sulit membedakan antara fobia social dengan agarofobia, hendaknya diutamakan diagnosis agarofobia (F40.0) F40.2 Fobia Khas (Terisolasi) Pedoman Diagnostik Semua Kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnostik pasti: a) Gejala psikologis, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atu pikiran obsesif. b) Anxietas harus terbatas pada adanya objek atau situasi fobik tertentu ( highly specific situation) c) Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya. Pada fobia khas ini umumnya tidak ada gejala psikiatrik lain, tidak seperti agarofobia dan fobia sosial. F40.8 Gangguan anxietas Fobik lainnya F40.9 Gangguan Anxietas Fobik YTT F41 GANGGUAN ANXIETAS LAINNYA Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada situasi lingkungan tertentu saja.dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

13 F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik) Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik (F40.-)Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan: a) Pada keadaan-keadaan diman sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya; b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi anxietas antisipatorik,yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi). F41.1 Gangguan cemas menyeluruh. Pedoman Diagnostik Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating atau mengambang ). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi dsb.); b) Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb) Pada anak-anak sering terliahat adanya kebutuhan berlebihan, untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic yang menonjol.adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnostikutama yakni gangguan anxietas menyeluru, selama hal tersebut tidak memenuhi

14 kriteria lengkap dari episode depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0) atau gangguan obsesif-komfulsif (F42.-) F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi Pedoman diagnostik Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.bila ditemukan anietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguaqn anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan diagnostiktersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan. Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian. F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya Pedoman Diagnostik Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan (meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) cirri-ciri yang menonjol dari kategori gangguan F40- F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap. Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian. F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD F41.9 gangguan anxietas YTT

15 6. F50-59 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik Gangguan Psikosomatik Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik. 7. F62-69 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa (kecuali gangguan kepribadian khas, campuran dan lainnya yaitu F60-F61 yang dicatat pada Aksis II) Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: o Obsessive Compulsive Personality Disorder Seseorangdengan obsessive-compulsive personality disorder adalahseseorang yang perfeksionis, asik dengan detail, peraturan, dan jadwal. Hubungan interpersonal merekaseringbermasalahkarnapermintaanmerekabahwasegalasesuatuharusdilakukandenga ncara yang benar- tentunyadengancaramereka. Obsessive-compulsive personality disorder adalahberbedadari OCD, meskipunmemilikikesamaannama. Personality disorder tidaktermasukgangguanobsesidan compulsive yang mendefinisikankeduanya.meskipundemikian, keduakondisiseringterjadi (Skodol, Oldham, Hyler, et al, 1995). Dari personality disorder, salahsatu yang paling

16 sering comorbid dengan obsessive-compulsive personality disorder adalah avoidant personality disorder. o Narcissistic Personality Disorder DSM-IV-TR Pandanganberlebihterhadapkepentinganseseorang Diikutidengan Meyakinibahwaseseorangituspesialdandapatdipahamihan yadgn orang dengan status lebihtinggi Kebutuhanbesaruntukdikagumi Rasa yang kuatterhadap entitlement Cenderungmengeksploitasi orang lain Kurangempati Iridengan orang lain Perilakuatausikaparogan DSM-V Antagonis, dikarakteristik dengan grandiosity dan attention seeking o Schizotypal Personality Disorder Pandangan yang luar biasa mengenai kemampuan mereka Self-centered Membutuhkan perhatian yang konstan dan kekaguman yang berlebihan. Hubungan interpersonal mereka terganggu Sangat sensitif terhadap kritikan Mereka cenderung akan mencari partner dengan status yang lebih tinggi o Avoidant Personality Disorder DSM-IV-TR Ideas of reference Pemikiranygmagis Persepsiygtidakbiasa DSM-V Psychoticism: eccentricity, cognitive & perceptual dysregulation, and unusual

17 Polapemikirandancarabicaraaneh Memilikipenampilanatauperilakuyganeh Sedikittemandekat Merasacemasdiantara orang-orang beliefs and experience Detachment: restricted affectivity & withdrawal Negative Affectivity: suspiciousness o Antisocial Personality Disorder Individu dengan APD dapat dilihat melalui agresivitas, impulsif dan kepribadian yang keras.individu dengan APD dilaporkan memiliki gejala seperti membolos sekolah, lari dari rumah, berbohong, membakar rumah dengan sengaja dan menghancurkan properti pada remaja awal. Individu dengan APD menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, seperti bekerja dengan tidak konsisten, tidak memenuhi peraturan, mudah meniru dan agresif secara fisik, tidak mampu melunasi hutang, menjadi ceroboh dan impulsif, dan mengabaikan rencana. Mereka menunjukkan pandangan yang kecil terhadap kejujuran dan penyesalan terhadap apa yang mereka lakukan. 8. F80-89 Gangguan Perkembangan Psikologis Yang termasuk F80-F89 mempunyai gambaran : 1. Onset bervariasi selama masa bayi atau anak 2. Hendaya/kelambatan perkembangan fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis SSP 3. Berlangsung terus menerus tanpa remisi & kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Fungsi yang dipengaruhi termasuk : 1. Bahasa 2. Keterampilan visual-spasial 3. Koordinasi motorik

18 Beberapa gangguan perkembangan psikologis: F80 Gangguan artikulasi berbicara khas Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara bicara dari anak berada dibawah tingkat yg sesuai untuk usia mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal. F81 Gangguan Perkembangan Belajar Khas Adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang terganggu sejak stadium awal perkembangan F82 Gangguan perkembangan motorik khas Gambaran utama dari gangguan ini adalah hendaya berat dalam perkembangan koordinasi motorik yang tidak semata disebabkan oleh retardasi intelektual umum atau kelainan kongenital atau gangguan neurologik yang didapat (kecuali satu yang implisit dalam kelainan koordinasi). Kelambanan motorik sering dihubungkan dengan hendaya dalam kemampuan melaksanakan tugas kognitif visuo-spasial. F83 Gangguan Perkembangan Khas Campuran Merupakan sisa kategori gangguan yang batasannya tak jelas, konsepnya inadekuat dengan perkembangan khas campuran dari berbicara dan berbahasa, keterampilan akademik, dan/atau fungsi motorik, tetapi tidak ada satu gejala cukup dominan untuk dibuat sebagai diagnosis utama. Sering dihubungkan dengan hendaya dalam fungsi kognitif, dan kategori campuran ini hanya digunakan jika terjadi tumpang tindih yang jelas. Jadi kategori II harus digunakan jika dipenuhi kriteria dari dua atau lebih pada F80.-, F81.-, dan F82. F84 Gangguan Perkembangan Pervasif Kelompok gangguan ini ditandai oleh abnormalitas kualitatif dalam interaksi sosial dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan meskipun gambaran gerakan terbatas, stereotiptik, berulang, abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas (pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dalam derajat keparahannya. Sering terdapat riwayat perkembangan yang abnormal sejak masa bayi, kebanyakan kondisinya nyata dalam 5 tahun pertama. Dapat terjadi hendaya kognitif umum tapi gangguannya batasan umum sebagai prilaku yang menyimpang dalam hal hubungan dengan usia mental (tak peduli individu retardasi atau tidak).

19 9. F90-98 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja Dengan onset biasanya terjadi pada masa kanak dan remaja. Onset dini ditandai gangguangangguan aktivitas&perhatian, gangguan perilaku, gangguan emosi termasuk gangguan tic, enuresis-enkopresis, pika, gagap. F90 F91 F92 F93 F94 F95 F98 Gangguan Hiperkinetik: Berkurangnya perhatian dan aktivitas yang berlebihan Gangguan Tingkah Laku Gangguan campuran tingkah laku dan emosi Gangguan Anxietas perpisahan masa kanak Gangguan Fungsi sosial awitan khas pada masa kanak Gangguan Tic Gangguan perilaku dan emosional lainnya 10. F99 Gangguan Jiwa YTT Aksis II Aksis II merupakan klasifikasi dari gangguan kepribadian yaitu melibatkan kekakuan yang berlebihan, terus menerus dan maladaptif dalam hal berhubungan dengan orang lain dan penyesuaian terhadap permintaan eksternal. Misal: skizoid, paranoid, skizotipal, antisosial, dsb. Retardasi Mental melibatkan suatu perlambatan atau hendaya di dalam perkembangan kemampuan intelektual dan adaptif F21 Gangguan kepribadian skizotipal F60 Gangguan kepribadian khas Gambaran kepribadian maladaptif yang menonjol dan mekanisme defensi yang ditampilkan F70-F79 Retardasi mental: Menurut The American Association on Mental Deficiency (AAMD), definisi retardasi mental mencakup dua dimensi utama yaitu perilaku adaptif dan kecerdasan. Retardasi mental didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana fungsi intelektual umum dibawah rata-rata normal

20 disertai dengan kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang muncul pada periode perkembangan (Grossman, 1983 cit Drew, 1986, Cytryn dan Lourie, 1980). Perkembangan mental dianggap terhenti atau tidak berkembang secara lengkap dimana ditandai terutama oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan sehingga mempengaruhi kemampuan kognitif, bahasa, motorik, sosial. Pada PPDGJ III disebutkan bahwa secara umum faktor etiologi retardasi mental terdiri dari faktor biologis, faktor psikososial atau interaksi keduanya. Faktor biologik yang paling sering terdapat adalah kelainan kromosom atau metabolisme seperti pada sindroma down, phenil keton uria dan ibu yang banyak minum alkohol sewaktu hamil. Retardasi mental tanpa etiologi biologik dapat dikaitkan dengan berbagai jenis deprivasi psikososial seperti deprivasi stimulasi, sosial, bahasa dan intelektual (PPDGJ II, 1983). Menurut PPDGJ III (1993) kriteria diagnosis untuk retardasi mental meliputi: 1. Fungsi intelektual umum secara bermakna dibawah rata-rata IQ 70 atau lebih rendah pada tes yang dilakukan individual (pada bayi karena tes intelegensi yang tersedia tidak dapat dinilai dengan angka, fungsi intelektual rata-rata dapat dibuat berdasarkan pertimbangan klinik). 2. Bersamaan dengan itu, terdapat kekurangan atau hendaya dalam perilaku adaptif yang dipertimbangkan menurut umur dan budaya. 3. Timbul sebelum usia 18 tahun Dalam PPDGJ III (1993), retardasi mental diberi nomor kode F70-F73, F78 dan F79. Karakter keempat digunakan untuk menentukan luasnya hendaya perilaku, bila hal ini bukan disebabkan oleh suatu gangguan lain yang menyertai: F7x.0 = Tidak ada, atau terdapat hendaya perilaku minimal F7x.1 = Terdapatnya hendaya perilaku yang bermakna&memerlukan perhatian atau terapi F7x.8 = Hendaya perilaku lainnya F7x.9 = Tanpa penyebutan dari hendaya perilaku Bila penyebab retardasi mental diketahui, maka suatu kode tambahan dari ICD-10 harus digunakan (misalnya F72 Retardasi Mental Berat ditambah E00 Sindroma Defisiensi Yodium Kongenital). Ketentuan subtipe retardasi mental meliputi: F70 : Ringan Taraf IQ : 50-69

21 F71 : Sedang Taraf IQ : F72 : Berat Taraf IQ : F73 : Sangat Berat Taraf IQ : dibawah 20 F78 : Lainnya, bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu. F79 : Yang Tidak Tergolongkan (unspecified), bila jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas. Untuk klasifikasi yang tidak tergolongkan dipakai apabila terdapat dugaan kuat adanya retardasi mental tetapi individu tidak dapat dites dengan tes intelegensi standar karena gangguannya terlalu berat atau mereka tidak kooperatif untuk dites. Keadaan ini dapat terjadi pada anak, remaja atau dewasa. Pada bayi karena tes yang tersedia tidak menghasilkan nilai IQ menurut angka, maka penggolongan kedalam diagnosis ini dapat juga dilakukan bila terdapat pertimbangan klinik yang menunjukkan fungsi intelektual dibawah rata-rata. AKSIS III Bab I A00-B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu Bab II C00-D48 Neoplasma Neoplasma adalah massa abnormal jaringan sebagai akibat dari neoplasia. Neoplasia adalah proliferasi sel abnormal. Pertumbuhan sel melebihi, dan tidak terkoordinasi dengan jaringan normal di sekitarnya. Pertumbuhan tetap dengan cara yang sama berlebihan bahkan setelah penghentian rangsangan. Biasanya menyebabkan benjolan atau tumor. Neoplasms mungkin jinak, pre-malignant atau ganas. Bab III D50-D53 Penyakit darah dan organ pembentukan darah & gangguan tertentu yang menyangkut mekanisme kekebalan Macam-macam Penyakit pada Sistem Peredaran Darah

22 1. Amenia Penyakit yang disebabkan kekurangan sel darah merah atau sel darah merah kekurangan homoglobin 2. Hemofilia Penyakit yang disebabkan karena darah sukar membeku dan penyakit ini biasanya turun menurun. 3. Varises Penyakit yang diakibatkan oleh pembuluh darah kaki yang melebar karena tekanan darah, sehingga fungsinya sedikit terganggu dan mengakibatkan pembuluh darah jadi terlihat. 4. Leukemia Penyakit yang disebabkan adanya kelebihan produksi sel darah putih. Bab IV E00-E90 Penyakit endokrin, nutrisi dan metabolik Penyakit endokrin adalah penyakit yang pada umumnya disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam beberapa bagian dari sistem endokrin, yang terdiri dari kelenjar yang bertanggung jawab untuk menciptakan dan mengatur hormon-hormon yang diperlukan untuk fungsi-fungsi tubuh penting. Bab VI G00-G99 Penyakit susunan saraf Penyakit Sistem Saraf pada Manusia : Gangguan dan Kelainan - Seperti halnya sistem tubuh yang lain, sistem saraf juga dapat mengalami kelainan atau kerusakan sel sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya kecelakaan, makanan atau minuman seperti alkohol, virus, dan lain-lain. Beberapa gangguan pada susunan saraf antara lain sebagai berikut. Bab VII H00-H59 Penyakit mata dan adneksa Bab VIII H60-H95 Penyakit telinga dan proses mastoid Bab IX J00-J99 Penyakit sistem sirkulasi

23 Bab X J00-J99 Penyakit sistem pernafasan Bab XI K00-K93 Penyakit sistem pencernaan Bab XII L00-L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan Bab XII M00-M99 Penyakit sistem muskuloskeletal jaringan ikat 1.osteoporosis 2.osteomalacia 3.scoliosis 4.osteomielitis 5.osteoarthtritis 6.rheumatoidarthtritis 7.spondylitis 8.kanker tulang 9.kelainan otot 10.amputasi 11.fraktur 12.sport injuries 13.strains 14.dislokasi dan sublukasi Bab XIV N00-N99 Penyakit sistem genitourinaria System genitourinaria terdiri atas: Ginjal : Organ pengatur volume dan komposisi kimia darah ( homeostasis ) Ureter : Saluran yang mengalirkan urin dari ginjal ke kandung kemih Kandung kemih : kantung penyimpanan urin/kemih sebelum keluar tubuh Uretra : saluran kecil yang berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh Meatus Urinarius : Tempat pengeluaran urin

24 Bab XV O00-O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa nifas Bab XVI P00-P96 Kondisi tertentu yang bermula pada masa perinatal Bab XVII Q00-Q99 Malformasi kongenital, deformasi & kelainan kromosom Malformasi kongenital atau cacat lahir adalah suatu kelainan struktural, perilaku, faal, dan metabolik yang terdapat pada waktu lahir. Cacat lahir merupakan penyebab kematian kelima, kirakira 21% dari semua kematian bayi, ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya malformasi kongential adalah teratologi. Faktor penyebabnya adalah faktor lingkungan dan faktor genetik. Deformasi disebabkan oleh gaya-gaya mekanik dalam jangka waktu yang lama. Deformasi sering kali mengenai sistem kerangka otot. Anomali ini dapat sembuh setelah lahir. Bab XVIII R00-R99 Gejala, tanda & penentuan klinis & lab. Yg abnormal YTK Bab XIX S00-T98 Cedera, keracunan & akibat yang tertentu dari kausa eksternal Bab XX V01-Y98 Kausa eksternal dari morbiditas dan mortalitas Bab XXI Z00-Z99 Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan berhubungan dengan pelayanan kesehatan Kecuali yang tercantum dalam lampiran PPDGJ-III AKSIS IV Pada aksis IV, para ahli mengelompokkan masalah psikososial yang dapat menyebabkan penyakit mental, seperti : -masalah pekerjaan -masalah rumah tangga -masalah ekonomi -kesulitan interpersonal

25 AKSIS V Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale) Pada aksis V ini para ahli mengelompokkan fungsi adaptif seseorang kepada level-level tertentu dalam sebuah Global Assesment of Functioning (GAF) scale. Skala ini digunakan agar dapat melihat bagaimana hubungan sosial seseorang, fungsi pekerjaannya, serta bagaimana seseoarng menggunakan waktu luangnya.. Aksis V ini yang nanti akan banyak terjadi perubahannya pada DSM V. Aksis V adalah skala penilaian secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien. Adalah skala penilaian global terhadap fungsi-sering. Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis. Fungsi berupa skala dengan 100 poin. 100 mencerminkan tingkat fungsi tertinggi dalam semua bidang. Pasien yang memiliki tingkat fungsional tertinggi sebelum suatu episodepenyakit biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan mereka yang mempunyai tingkat fungsioal rendah. Digunakan juga untuk mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya : gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi : gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa : gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial : beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik : gejala dan disabilitas sedang : gejala dan disabilitas berat : beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi : disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang : bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri : persisten dan lebih serius 0 : informasi tidak adekuat

26

27 Struktur Klasifikasi PPDGJ-III informasi Gangguan F0 Gangguan Mental Organik F00-F03 Demensia tidak adekuat organik dan termasuk Gangguan Mental F04-F07, F09 Sindrom Amnesik dan Gangguan Mental Organik Gangguan simtomatik Simptomatik mental Gangguan F1 Gangguan Mental dan Perilaku F10 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol organik akibat alkohol Akibat Penggunaan Alkohol dan F11, F12, F14 Gangguan mental dan perilaku akibat pengunaan dan obat/zat Zat Psikotif Lainnya opioida/kanabinoida/kokain F13, F15, F16 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika/stimulansia lain/halusinogenika F17, F18, F19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau/pelarut yang mudah menguap/zat multipel dan zat psikoaktif lainnya Gangguan Skizofrenia dan F2 Skizofrenia, Gangguan F20, F21. F23 Skizofrenia, gangguan skizotipal, psikotik akut dan sementara mental psikotik gangguan yang terkait Skizotipal dan Gangguan Waham F22, F24 Gangguan waham menetap, gangguan waham terinduksi F25 Gangguan Skizoafektif F28, F29 Gangguan Psikoaktif non organik lainnya, atau YTT (yang tidak tergolongkan) Gangguan F3 Gangguan Suasana Perasaan F30, F31 Episode manik, gangguan afektif bipolar afektif (Mood [Afektif]) F 32-F39 Episode depresif, gangguan depresit berulang, gangguan suasana perasaan (mood/afektif) menetap/lainnya/ytt Gangguan Gangguan F4 Gangguan neurotik, Gangguan F40, F41 Gangguan anxietas fobik atau lainnya

28 neurotik dan neurotik Somatotrof, dan Gangguan Terkait F42 Gangguan obsesif kompulsif gangguan Stress F43, F45, F48 reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian, gangguan kepribadian somatoform, gangguan neurotik lainnya F44 Gangguan disosiatif (konversi) Gangguan F5 Sindrom Perilaku yang F50-F55, F59 Gangguan makan, Gangguan tidur, disfungsi seksual atau kepribadian dan Berhubungan dengan Gangguan gangguan perilaku lainnya perilaku masa Fisiologis dan Faktor Fisik dewasa F6 Gangguan Kepribadian dan F60-F69 Gangguan kepribadian, gangguan kebiasaan dan impuls, gangguan Perilaku Masa Dewasa identitas atau prefensi seksual Gangguan Retardasi F7 Retardasi Mental F70-F79 Retardasi mental masa kanak, mental remaja, dan Gangguan masa F8 Gangguan Perkembangan F80-F89 Gangguan perkembangan psikologis perkemabanga kanak, remaja, Psikologis n dan F9 Gangguan Perilaku dan F90-F98 Gangguan hiperkinetik, gangguan tingkah laku, gangguan emosional perkembangan Emosional dengan Onset Biasanya atau fungsi sosial khas, gangguan Tic atau gangguan perilaku dan emosional Pada Masa Kanak dan Remaja lainnya

29 STRUKTUR KLASIFIKASI ICD-10 TENTANG GANGGUAN JIWA DAN PERILAKU Gangguan mental organik Gangguan mental psikotik* 1. Gangguan mental organik dan simtomatik 2. Gangguan akibat alkohol dan obat/zat 1. Skizofrenia dan gangguan yang terkait F0 Gangguan mental organik termasuk Gangguan mental simtomatik F1 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat psikoaktif lainnya F2 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham 2. Gangguan afektif F3 Gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) Gangguan neurotik dan gangguan kepribadian 1. Gangguan Neurotik * F4 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stres 2. Gangguan F5 Sindrom perilaku kepribadian dan yang berhubungan perilaku masa dewasa dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik

30 F6 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 1. Retardasi mental * F7 Retardasi mental Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan 2. Gangguan masa kanak, remaja dan perkembangan * F8 Gangguan perkembangan psikologis F9 Gangguan perilkaku dan emosional dengan onset pada masa kanak dan remaja

31 Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa Gangguan jiwa (DSM-IV) = Mental disorder is a conceptualised as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated with present distress (e.g., a painful symptom) or disability (i.e., impairment in one or more important areas of functioning) or with significant increased risk of suffering death, pain, disability, or an important loss of freedom. Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan deskriptif. Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa diciptakan berdasarkan luasnya tanda dan gejala, dimana urutan hierarki lebih tinggi memiliki tanda dan gejala yang semakin luas/kompleks: KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA MENURUT PPDGJ I. F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik Gangguan mental organic = gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik = pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak. Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi II. Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif Lainnya III. F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian IV. F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif] ) Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat).

32 Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu. V. F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres VI. F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik VII. F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa VIII. Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor-faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. IX. F7 Retardasi Mental Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lain. Hendaya perilaku adaptif selalu ada. X. F8 Gangguan Perkembangan Psikologis Gambaran umum Onset bervariasi selama masa bayi atau kanak-kanak Adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis susunan saraf pusat Berlangsung terus-menerus tanpa remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa Pada sebagian besar kasus, fungsi yang dipengaruji termasuk bahasa, ketrampilan visuospasial, koordinasi motorik. Yang khas adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia XI. F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa Kanak dan Remaja Pada beberapa jenis gangguan jiwa ( misalnya gangguan mental organik ) terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada beberapa gangguan lainnya (seperti gangguan cemas) hanya

33 terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini, dilakukan suatu penyusunan urutan blok-blok diagnosis yang berdasarkan suatu hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin memiliki ciri-ciri dari gangguan yang terletak dari hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama. Urutan Hierarki Blok Diagnosis Gangguan Jiwa berdasarkan PPDGJ-III : I. Gangguan Mental Organik dan Simptomatik ( F00-F09 ) Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif ( F10-F19 ) a. Ciri khas : etiologi organik / fisik jelas II. Skizofrenia, gangguan Skizotipal dan gangguan Waham ( F20-F29 ) a. Ciri khas : gejala psikotik, etiologi organic tidak jelas III. Gangguan Suasana Perasaan ( Mood / Afektif ) ( F30-F39 ) a. Ciri khas : gangguan afek ( psikotik non psikotik ) IV. Gangguan Neurotik, gangguan Somatoform, dan Gangguan Stress ( F40-F48 ) a. Ciri khas : gejala non psikotik, gejala non organik V. Sindrom Perilaku yang berhubungan dengan gangguan Fisiologisa dan faktor fisik(f50- F59 ) a. Ciri khas : gejala disfungsi fisiologis, etiologi non organik VI. Gangguan Kepribadian dan Gangguan Masa Dewasa ( F60-F69 ) a. Ciri khas : gejala perilaku, etiologi non organik VII. Retardasi Mental ( F70-F79 ) a. Ciri khas : gejala perkembangan IQ, onset masa kanak. VIII. Gangguan Perkembangan Psikologis ( F80-F89 ) a. Ciri khas : gejala perkembangan khusus, onset masa kanak. IX. Gejala Perilaku dan Emosional dengan Onset Masa Kanak dan Remaja ( F90-F98 ) a. Ciri khas : gejala perilaku / emosional, onset masa kanak X. Kondisi Lain yang menjadi fokus perhatian klinis ( Kode Z ) a. Ciri khas : tidak tergolong gangguan jiwa

34 Sindrom Terkait Budaya Hal ini tidak ada penjelasan khusus pada DSM IV, akan tetapi ada bagiannya sendiri dalam PPDGJ II. Dari sumber lain didapatkan penjelasan mengenai sindrom atau patologi terkait budaya adalah sebagai berikut : Stress Budaya Pencetus Patologi Awal terbentuknya culture bound syndrome-stress budaya dapat dialami individu atau kelompok dalam masyarakat, saat kebudayaan memberikan tekanan-tekanan baik secara langsung maupun tidak langsung. Seperti sebuah kebudayaan yang melalui aturan-aturan serta sangsisangsinya membuat para penganutnya terikat kedalam dan tidak memungkinkan penganutnya untuk bertindak di luar form baku yang telah ditetapkan. Dalam menghadapi stress, individu selain mengerahkan pertahanan psikologis (psychological defenses), juga mengerahkan pertahanan budayanya (culture defenses) yaitu dalam bentuk sistem kepercayaan, dalam upaya adaptasinya. Misalnya, terbentuknya organisasi dari suku-budaya tertentu di kota-kota besar atau timbulnya kelompok aliran agama dan kepercayaan baru, merupakan cara budaya untuk menolong individu yang mengalami konflik dan stress. Adanya kepercayaan dan ritual budaya untuk mengurangi ketegangan merupakan faktor penting dalam menentukan berapa besarnya stress budaya tersebut. Jelaslah bahwa berbagai budaya menyokong atau memperkuat berbagai corak psikopatologik dan menyediakan berbagai peranan untuk mengekspresikannya. Sumber stress budaya dapat berupa: 1. Perubahan budaya yang cepat dan penyakit kejiwaan kehilangan budaya lama, misalnya pada urbanisasi dan modernisasi, 2. Kontak dan interaksi antar budaya, misalnya kawin antar suku, agama, ataupun transmigrasi. Jenis-jenis culture bound syndrome and Psychopathology yang ada di Indonesia 1. Kesurupan (umum) Kesurupan berasal dari bahasa Jawa yang berarti kemasukan sesuatu hal yang gaib. Kesurupan memang selalu dikaitkan dengan fenomena gaib, yaitu seseorang yang kerasukan makhluk halus sehingga manusia yang kerasukan mempunyai kepribadian ganda dan mulai berbicara sebagai individu lain. Menurut ilmu medis modern, kondisi ini adalah suatu keadaan

35 perubahan kesadaran yang disertai tanda tanda yang tergolong dalam gangguan disosiatif atau kepribadian ganda atau dapat pula merupakan gejala serangan akut dari gangguan psikotik schizophreniform. Masyarakat JawaTimur misalnya selalu menggunakan bantuan para dukun atau kyai dalam mengobati seseorang yang kesurupan. 2. Bebainan (Bali) Bebainan adalah kemasukkan bebai, yaitu roh yang dapat menguasai manusia, menyakiti, atau membunuh. Bebai diperoleh dengan pemeliharaan dari kecil sampai dewasa, kemudian siap dipakai oleh yang memelihara. Yang dapat mengobati bebainan adalah balian (dukun). Gejalanya adalah perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif yang terjadi mendadak, disertai kebingungan, halusinasi dan gejolak emosi. Episode ini cepat menghilang dan disertai periode amnesia. Contoh penelitian mengenai bebainan ini adalah dari Suryani (1981) mengenai fenomena bebainan di beberapa desa di Bali. Suryani melaporkan bahwa lebih sering wanita usia muda atau belum kawin pernah mengalami bebainan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hari raya Bali dan stress emosional. 3. Cekik (Jawa Tengah) Cekik adalah suatu histeria konversi dengan kejang kejang seluruh badan dan kesadaran menurun, sebelum jatuh kejang selalu menunjukkan seperti orang tercekik lehernya. Sebagian besar mengalami halusinasi visual menjelang atau saat serangan. Terjadi di desa Babalan, kecamatan Wedung, kabupaten Demak, Jawa Tengah, pada setiap tahun dalam bulan puasa menjelang lebaran. Santoso dan Pranowo menyebutnya sebagai sindroma tekak. Contoh penelitian mengenai cekik ini adalah penelitian Sumitro (1981) di desa Babalan, dan melaporkan bahwa wanita lebih sering mengalami cekik dari pada pria, hampir merata pada umur dewasa, tingkat pendidikan dan sosial-ekonomi rendah, serta berhubungan dengan kepercayaan mistik bahwa roh halus akan mengambil orang-orang tertentu di desa. Ternyata epidemi ini hilang dengan sendirinya sesudah bulan Puasa terlewati. Masyarakat lokal Demak manganalisa fenomena cekik sebagai gangguan dari hantu cekik yang muncul setahun sekali. Analisa tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit-penyakit gangguan kejiwaan akibat budaya.

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya RSJ.GRHASIA Rumah Sakit GRHASIA Berdiri tahun 1938, sekitar 70 tahun yang lalu. Pertama kali belum dijadikan sebagai rumah sakit jiwa seperti

Lebih terperinci

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif.

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif. Gangguan jiwa (DSM-IV) = Mental disorder is a conceptualised as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated with present

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA DAN MANFAATNYA TERHADAP KEPERAWATAN 1 PENDAHULUAN Linneacus (1707-1778) memulai klasifikasi yang teratur Thn 1853 dlm Kongres statistik internasional William

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM Konsep Kesehatan Jiwa Sadar akan kemampuan diri Mampu mengatasi tekanan hidup

Lebih terperinci

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan mental adalah sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu dengan masalah kesehatan fisik sering mengalami

Lebih terperinci

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang secara

Lebih terperinci

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

ABNORMALITAS. By : IkaSari Dewi

ABNORMALITAS. By : IkaSari Dewi ABNORMALITAS By : IkaSari Dewi DEFINISI Perilaku, pikiran & perasaan yg m bahayakan idv maupun org lain. Bentuk Bahayaspt : pengalaman yg tidak menyenangkan (cemas / depresi), tdk mampu berfungsi dlm suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,

Lebih terperinci

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt STANDAR PENGUJIAN KESEHATAN JIWA (PSIKIATRI) KELAINAN PSIKIATRI KELAS 1

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

STANDAR KEMAMPUAN JASMANI DAN ROHANI PEMILIHAN WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA CIREBON TAHUN 2018

STANDAR KEMAMPUAN JASMANI DAN ROHANI PEMILIHAN WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA CIREBON TAHUN 2018 STANDAR KEMAMPUAN JASMANI DAN ROHANI PEMILIHAN WALI KOTA DAN WAKIL WALI KOTA CIREBON TAHUN 2018 KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA CIREBON Jl. Palang Merah No. 6 Cirebon Telp. (0231) 232089, 233050 Fax. (0231)

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ GANGGUAN KPERIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) Oleh: ADE F.1102007002 SYAIRAH B. 1102008249 Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ KEPRIBADIAN Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kecemasan timbul akibat adanya respon terhadap kondisi stres atau konflik. Hal ini biasa terjadi dimana seseorang mengalami perubahan situasi dalam hidupnya dan dituntut

Lebih terperinci

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Batasan Pedologi Bidang Terapan Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Pedologi Psikologi abnormal atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi. Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Ansietas dan Gangguan Depresi 2.1.1.Gangguan Ansietas Ansietas dan depresi merupakan bentuk emosional yang terbanyak pada anak dan remaja. Ansietas adalah suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perubahan dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan stress. Stress yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup. Akibat

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto 101018 D III KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN 2012 / 2013 RETARDASI MENTAL 1. PENGERTIAN Retardasi mental adalah kemampuan mental

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

Pendahuluan. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) Pendahuluan Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) Maksud: memberikan cara bagi dokter & peneliti u/ mengorganisir pengamatannya bantuan kepada dokter dalam mengaji & dalam memformulasikan rekomendasi2 begi intervensi

Lebih terperinci

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5 Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Latar Belakang DSM-IV Tahan uji Valid Memudahkan informasi klinis Gejala klinis beragam, subtipe, & kategori sangat minim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih Pengertian Hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan ra ngsangan internal(pikiran) dan rangsangan eksternal(dunia

Lebih terperinci

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM Istilah kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) dalam tulisan ini merujuk pada segala bentuk kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam konteks kehidupan berkeluarga.

Lebih terperinci

Psikologi abnormal. Sinopsis:

Psikologi abnormal. Sinopsis: Psikologi abnormal Sinopsis: Buku pasikologi abnormal membincangkan beberapa masalah mengenai kecelaruan tingkah laku yang lazimnya mengganggu perjalanan harian seseorang. Secara tidak langsung buku ini

Lebih terperinci

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah

Konsep Kecemasa n. Oleh : Hapsah Konsep Kecemasa n Oleh : Hapsah Pengertian Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II)

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) Apakah Klasifikasi Penyakit? Penyakit diklasifikasikan atau dibuat dalam grup yang kriterianya sudah ditentukan Contoh kriteria: Etiologi Anatomi Umur Patofisiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Tujuan C. Manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang banyak dijumpai dimana-mana namun faktor penyebabnya belum dapat diidentifikasi secara jelas. Kraepelin menyebut gangguan

Lebih terperinci