GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosia sehingga menyebabkan kualitas hidup mereka rusak. Mereka sulit mempertahankan suatu hubungan, memiliki kinerja kerja yang buruk, dan sulit menjalankan fungsi sosial dengan baik. Walapun tidak bisa kembali normal, seorang penderita bipolar mampu mengusahakan agar dapat pulih. Coleman (2006) mengatakan pulih berarti kemampuan seseorang untuk mempertahankan kondisi stabil agar tidak terlalu tinggi ketiak manik atau terlalu rendah ketika memasuki episode depresi. Kelainan fundamental pada kelompok gangguan ini ialah perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya ke arah depresi dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya, atau kea rah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan suasana perasaan ini biasanya disertai dengan suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas, dan kebanyakan gejala lainnyaadalah sekunder terhadap perubahan itu atau mudah dipahami hubungannya dengan perubahan tersebut. Sebagian besar dari gangguan ini cenderung berulang, dan timbulnya episode tersendiri sering berkaitan dengan peristiwa atau situasi yang menegangkan. Hubungan antara etiologi, gejala, proses biokimia yang mendasarinya, respon terhadap terapi dan akibat dari gangguan suasana perasaan (mood [afektif]) belum cukup dipahami dengan baik untuk memungkinkan klasifikasinya disepakati secara universal. Kriteria utama untuk klasifikasi gangguan afektif dipilih berdasarkan alas an praktis, yaitu untuk memungkinkan gangguan klinis yang lazim ditemukan mudah diidentifikasi. Episode tunggal dibedakan dari gangguan bipolar dan gangguan yang multipel lainnya oleh karena sebagian besar dari pasien hanya mengalami satu episode penyakit dan keparahan ditonjolkan oleh karena implikasinya bagi

2 terapi dan penyediaan pelayanan yang berbeda tingkatannya. Pembedaan antara kelas keparahan yang berbeda masih merupakan maslaah; ketiga kelas yaitu ringan, sedang, dan berat ditentukan di sini oleh karena banyak klinisi menginginkannya. Istilah mania dan depresi berat digunakan dalam klasifikasi ini untuk menunjukkan kedua ujung yang berlawanan dalam spectrum afektif; hipomania digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan pertengahan tanpa waham, halusinasi atau kekacauan menyeluruh dari aktivitas normal, yang sering (meskipun tidak semata-mata) dijumpai pada pasien yang berkembang ke arah mania atau dalam penyembuhan dari mania. Menurut DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV), dua gangguan mood utama adalah gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. kedua gangguan ini sseringkali dinamakan ganggaun afektif tetapi patologi utama dalam gangguan ini adalah mood, yaitu keadaan emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek yaitu ekspresif eksternal dari ini emosional saat itu. Pasien yang menderita hanya episode depresif dikatakan mengalami gangguan depresif berat. Pasien dengan episode manik dan depresif dan pasien dengan manik saja dikatakan menderita gangguan bipolar I. gangguan bipolar II ditandai oleh adanya episode depresfi berat yang berganti-ganti dengan episode hipomania, yaitu episode gejala manik yang tidak memenuhi kriteria lengkap untuk episode manik yang ditemukan pada gangguan bipolar I. Suasana perasaan/mood mungkin normal, meninggi, atau terdepresi. Orang normal mengalami berbagai macam mood dan memiliki ekspresi afektif yang sama luasnya; mereka adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat. Pasien dengan mood meninggi (elevated) (yaitu mania), menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat (flight of ideas), penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri,dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood terdepresi (yaitu depresi), merasakan hilangnya energy dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, pembicaraan, dan fungsi vegetatif (seperti tidur,

3 II. nafsu makan, aktivitas seksual, dan irama biologis lainnya). Perubahan ini hampir selalu menyebabkan gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. EPIDEMIOLOGI Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan

4 (attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri. III. ETIOLOGI Menurut teori stress-vulnerability model, ada beberapa resiko atau factor penyebab gangguan jiwa bipolar, yaitu: 1. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai pada penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan bipolar. Riwayat pada keluarga dengan penyakit bipolar bukan berarti anak atau saudara akan pasti menderita gangguan bipolar. Penelitian menunjukkan bahwa pada orang orang dengan riwayat keluarga penderita bipolar maka kemungkinannya terkena bipolar akan sedikit lebih besar dibandingkan masyarakat pada umumnya. Artinya ada factor predisposisi terhadap gangguan bipolar. Hanya saja, tanpa adanya factor pemicu, maka yang bersangkutan tidak akan terkena gangguan bipolar. Faktor predisposisi gangguan bipolar bisa terjadi juga karena anak meniru cara bereaksi yang salah dari orang tuanya yang menderita gangguan bipolar. 2. Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan dalam mendorong munculnya gangguan bipolar.. 3. Lingkungan yang menekan (stressful) dan kejadian dalam hidup (live events). Riwayat pelecehan, pengalaman hidup yang menekan. 4. Gangguan neurotransmitter di otak. 5. Gangguan keseimbangan hormonal. 6. Factor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait dengan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya factor biologis dalam masalah gangguan bipolar. IV. KLASIFIKASI V. GAMBARAN KLINIS

5 VI. VII. DIAGNOSIS Kriteria diagnosa gangguan bipolar American Psychiatric Association telah mengeluarkan kriteria untuk menegakkan diagnose depresi yang tertuang dalam Diagnostic and Statistical manual of Mental Disorders (DSM). Gangguan bipolar tipe I. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) mania atau satu episode campuran. Penderita bipolar mungkin mengalami depresi berat (major depression) namun mungkin juga tidak karena gejala gangguan bipolar bervariasi antara satu orang dengan lainnya. Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan bipolar tipe II. Setidaknya mempunyai satu fase (episode) depresi dan satu episode hipomania (namun tidak mania penuh atau campuran/ mixed episode). Ada beberapa sub-kategori tergantung tanda dan gejalanya. Gangguan jiwa bipolar tipe II mempunyai gejala yang mengganggu atau membuat sipenderita mengalami kesulitan dalam beberapa area kehidupannya, seperti dalam hal kerja dan hubungan social. Gangguan cyclothymic. Penderita mengalami beberapa episode hipomania dan episode depresi, namun tidak pernah mengalami episode mania (full manic) atau depresi berat (major depression) atau episode campuran. Diagnosa cyclothymic disorder ditegakkan bila penyakit berlangsung selama 2 tahun atau lebih (setahun pada anak anak dan remaja). Selama masa itu, gejala tidak pernah hilang setidaknya selama 2 bulan. Gejala menimbulkan kesulitan atau gangguan dalam kehidupan yang bersangkutan, misalnya dalam masalah sekolah atau hubungan social. DIAGNOSA BANDING VIII. PENATALAKSANAAN IX. PROGNOSIS

6 X. KESIMPULAN PPDGJ III F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

7 Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan

8 (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran Untuk menegakkan diagnosis pasti: (a) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar

9 dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu); dan (b) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.7 gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran). F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 gangguan afektif bipolar ytt MARAMIS Epidemiologi Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan

10 prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan (attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri. Gangguan bipolar Perdebatan tentang subtype berpusat pada unipolar (hanya episode mania atau hanya episode depresi) dan bipolar (dimana pada seorang didapatkan kedua episode mania dan depresi); spektrum bipolar dan bipolar II, dimana Kraepelin percaya bahwa mania dapat terjadi sepanjang kontinuitas dari keparahan; keadaan nerotik atau psikotik, depresi psikotik digunakan untuk keadaan episode depresi dengan gejala psikotik dan episode depresi berat baik dengan atau tanpa gejala psikotik; dan endogen atau reaktif, depresi endogen (melankolia) disebabkan karena faktor biologi internal individu dan reaktif yang disebabkan karena faktor lingkungan eksternal. Depresi endogen diasumsikan mempunyai abnormalitas

11 biologi yang lebih besar, respons pada terapi somatik lebih baik, lebih banyak faktor familial dan kurang angka kejadian stres kehidupannya, lebih kurang gangguan kepribadian dan lebih episodik perjalanan penyakitnya. Gangguan bipolar I bercirikan episode manik dan depresi mayor sedangkan gangguan bipolar II bercirikan keadaan hipomanik dan episode depresi mayor. Membedakan hipomania dengan keadaan mood normal pada DSM-IV-TR dibatasi waktu 4 hari tanpa perubahan fungsi individu. Tidak jelas apakah bipolar II adalah varian dari bipolar I, varian dari gangguan depresi mayor, perjalanan penyakit dari kontinuitas antara gangguan bipolar I dan gangguan bipolar mayor atau gangguan ketiga yang berbeda. Walaupun kurang literatur yang menulis, namun nampaknya gangguan siklotimik secara familial berhubungan dengan gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I mensyaratkan adanya periode yang jelas dari perasaan yang abnormal minimal 1 minggu, gejala mania yang jelas dan lengkap sekeras gejala depresi pada periode lainnya. Gangguan bipolar II dimana terdapat syndrome depresi yang nyata tetapi hanya ada episode hipomanik. Kontroversi tentang keadaan unipolar dan bipolar belum berakhir, Hagop Akiskal et al. (2003) mendukung adanya spektrum luas dari bipolar. Spektrum ini mulai dari bipolar I, bipolar II hingga cyclothymia dan bercampur dengan hipertimik pada populasi normal. Temperamen hipertimik dicirikan dengan jovialitas, sosiabilitas, optimisme, percaya diri dan suka berpetualang. Ada bukti-bukti yang menguat bahwa paling tidak ada subgroup yang juga penting dari pasien dengan gangguan kepribadian perbatasan (borderline personality disorder) yang seharusnya masuk juga dalam spektrum dari gangguan bipolar ringan (soft bipolar disorders). KAPLAN Diagnosis Gangguan bipolar I

12 DSM-IV-TR berisi daftar kriteria terpisah episode manik. Kriteria DSM-IV-TR membutuhkan adanya suatu periode mood abnormal yang khas dan bertahan sedikitnya selama 1 minggu dan mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah untuk satu episode manik dan jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Sebutan gangguan bipolar I sinonim dengan yang dikenal sebagai gangguan bipolar yaitu suatu sindrom dengan seluruh gejala mania terjadi selama perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR merumuskan kriteria diagnostik gangguan bipolar II; gangguan ini ditandai dengan episode depresif dan episode hipomanik selama perjalanan gangguan, tetapi episode gejala lir-manik tidak benar-benar memenuhi kriteria seluruh sindrom manik. DSM-IV-TR secara spesifik menyatakan bahwa episode manik yang dengan jelas dicetuskan terapi antidepresan (contohnya, famakoterapi, terapi elektrokonvulsiff [ECT] tidak menunjukkan adanya gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I, episode manik tunggal Menurut DSM-IV-TR, pasien harus mengalami episode manik yang pertama untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan bipolar I, episode manik tunggal. Persyaratan ini berdasarkan fakta bahwa pasien yang mengalami episode pertama gangguan bipolar I depresi tidak dapat dibedakan dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Gangguan bipolar I, berulang Persoalan mengenai penentuan akhir suatu episode depresi juga diterapkan untuk menentukan akhir suatu episode mania. Dalam DSM-IV-TR, episode dianggap terpisah jika dipisahkan selama setidaknya 2 bulan tanpa gejala mania atau hipomania yang bermakna. DSM-IV-TR menentukan kriteria diagnostik gangguan bipolar I berulang berdasarkan gejala episode terkini: gangguan bipolar I, episode kini manik; gangguan bipolar I, episode terkini hipomanik; gangguan bipolar I, episode terkini depresi; gangguan bipolar I, episode terkini campuran; gangguan bipolar I, episode terkini tidak tergolongkan,

13 Gangguan bipolar II Kriteria diagnostik gangguan bipolar II menentukan keparahan, frekuensi, serta lama gejala hipomanik tertentu. Kriteria diagnostik episode hipomanik disusun terpisah dengan kriteria gangguan bipolar. Kriteria ditetapkan untuk menurunkan diagnosis berlebihan episode hipomanik serta penggolongan yang tidak benar untuk pasien dengan gangguan depresif berat sebagai gangguan bipolar II. Secara klinis, psikiater mungkin merasa sulit membedakan eutimia dengan hipomania pada pasien depresi kronis selama beberapa bulan atau tahun. Seperti pada gangguan bipolar I, episode hipomanik yang dicetuskan antidepresan tidak bersifat diagnostik untuk gangguan bipolar II. Gambaran klinis Dua pola gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan tersebut. Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat beberapa menit sampai beberapa jam episode depresi selama episode manik. Gangguan bipolar I Perjalanan gangguan. Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga sering berguna untuk menggambarkan gangguan pasien dan membuatnya tetap up to date seiring berkembangnya terapi. Walaupun gangguan siklotimik kadang-kadang

14 didiagnosis belakangan pada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada cirri kepribadian yang teridentifikasi yang dikaitkan dengan gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada perempuan, 67% pada laki-laki) dan merupakan gangguan berulang. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif dan manik, walaupun 10-20% hanya megalami episode manik. Episode manik khususnya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi dapat berkembang selama beberapa minggu. Episode manik yang tidak diobati dapat bertahan selama 3 bulan; sehingga klinisi sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut. Sembilan puluh persen orang yang memiliki satu episode manik cenderung mengalaminya lagi. Ketika gangguan berkeembang, waktu antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar lima episode interval antarepisode sering menjadi stabil antara 6 sampai 9 bulan. Lima hingga 15 persen orang dengan gangguan bipolar memiliki empat episode atau lebih tiap tahun dan dapat diklasifikasikan sebagai siklus cepat. Gangguan bipolar I pada anak dan orang tua Gangguan bipolar I dapat terjadi baik pada orang tua atau orang yang sangat muda. Insiden gangguan bipolar I pada anak dan remaja sekitar 1 persen dan awitan bisa terjadi sedini 8 tahun. Diagnosis yang salah yang biasa ditegakkan adalah skizifrenia dan gangguan defian oposisional. Gangguan bipolar I dengan awitan yang sedemikian dini berkaitan dengan prognosis buruk. Gejala manik lazim terdapat padaorang lanjut usia walaupun kisaran penyebabnya luas dan mencakup keadaan medis nonpsikiatri, demensia, delirium, serta gangguan bipolar I. Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa awitan gangguan bipolar I yang sesungguhnya pada orang lanjut usia relative tidak lazim. Prognosis Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sekitar 40 sampai 50 persen pasien gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun

15 sejak episode pertama. Walaupun profilaksis litium (Eskalith) memperbaiki perjalanan gangguan serta prognosis gangguan bipolar I, kemungkinan hanya 50-60% pasien memperoleh kendali bermakna gejalanya terhadap litium. Satu studi pemantauan lanjutan 4 tahun pada pasien dengan gangguan bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, ciri psikotik, ciri depresif, ciri depresif antarepisode, serta jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang membuat prognosis buruk. Lama episode manik yang singkat, awitan pada usia lanjut, sedikit pikiran bunuh diri, serta sedikit masalah medis atau psikiatri yang juga timbul bersamaan merupakan faktor yang membuat prognosis baik. Sekitar 7 persen pasien dengan gangguan bipolar I tidak kambuh; 45 persen memiliki lebih dari satu episode dan 40 persen memiliki gangguan kronik. Pasien dapat memiliki 2 samapi 30 episode manik walaupun rata-rata jumlahnya sekitar sembilan.sekitar 40 persen pasien memiliki lebih dari sepuluh episode. Pada pemantauan lanjutan jangka panjang, 15 persen pasien dengan gangguan bipolar I membaik, 45 persen membaik tetapi mengalami kekambuhan beberapa kali, 30 persen dalam remisi sebagian, dan 10 persen sakit kronis. Sepertiga pasien dengan gangguan bipolar I memiliki gejala kronik dan bukti adanya penurunan sosial yang bermakna. Gangguan bipolar II Perjalanan gangguan dan prognosis gangguan bipolar II baru akan mulai dipelajari. Meskipun demikian, data pendahuluan menunjukkan bahwa diagnosisnya stabil, seperti yang ditunjukkan oleh kemungkinan tinggi bahwa pasien dengan gangguan bipolar II akan memiliki diagnosis yang sama sampai lima tahun kemudian. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa gangguan bipolar II adalah penyakit kronik yang memerlukan strategi terapi jangka panjang.

16 PPDGJ III F31 GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk penegakan diagnosis). Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif Tidak termasuk: gangguan bipolar, episode manik tunggal F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania (F30.0); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik

17 Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0) ataupun sedang (F32.1); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik Untuk menegakkan diagnosis pasti:

18 (c) Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran Untuk menegakkan diagnosis pasti: (c) Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresi sama-sama mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung sekurangkurangnya 2 minggu); dan (d) Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau F31.7 gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran). F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 gangguan afektif bipolar ytt MARAMIS Epidemiologi

19 Gangguan mood merupakan gangguan mental yang paling umum dalam populasi dewasa dengan beberapa bukti yang mengarah pada peningkatan prevalensinya. Diproyeksikan bahwa pada tahun 2020, depresi mayor merupakan gangguan yang paling banyak, juga dari segi beban pada kesejahteraan manusia yang paling besar. Sementara itu, bukti yang muncul menunjukkan bahwa gangguan bipolar mulai lebih sering terdapat daripada yang diduga sebelumnya, dalam lingkup gangguan spectrum bipolar. Laporan gangguan mood yang tersedi dari studi klinis tidak dapat mencerminkan data yang ada di populasi, karena bias seleksi, yaitu individu yang datang mencari pengobatan. Penelitian epidemiologi untuk gangguan bipolar masih terbatas. Prevalensi sepanjang hidup dilaporkan antara 0,5-1,6% dari berbagai penelitian. Sedangkan prevalensi spektrum gangguan bipolar diperkirakan 3-6% pada berbagai negara dan kultur. Onset gangguan antara tahun dan pada umumnya risiko menurun setelah umur 50 tahun. Nampaknya tidak terdapat perbedaan prevalensi menurut jenis kelamin pada berbagai studi di berbagai negara dan berbagai kultur. Korelasi dengan status ekonomi, ras, etnis, status marital dan tempat tinggal ruralurban mendapatkan hasil yang bervariasi dan belum dapat disimpulkan. Komorbiditas pada gangguan bipolar menunjukkan hubungan yang sangat tinggi dengan berbagai gangguan psikiatrik lain, bahkan gangguan bipolar murni tanpa komorbiditas sangat jarang. Ada bukti yang kuat bahwa gangguan mood adalah familial, walaupun tidak ada data hingga kini menunjukkan gen tertentu yang bertanggung jawab untuk gangguan mood atau depresi mayor. Individu dengan gangguan mood mempunyai risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Banyak studi menunjukkan bahwa 90% dari korban bunuh diri mempunyai gangguan psikiatrik saat melakukan bunuh diri. Kira-kira 60% dari semua bunuh diri yang terjadi berkait dengan gangguan mood, baik itu percobaan (attempt) maupun berhasil (completion). Walaupun demikian banyak pula individu dengan gangguan mood tidak pernah melakukan percobaan bunuh diri.

20 Gangguan bipolar Perdebatan tentang subtype berpusat pada unipolar (hanya episode mania atau hanya episode depresi) dan bipolar (dimana pada seorang didapatkan kedua episode mania dan depresi); spektrum bipolar dan bipolar II, dimana Kraepelin percaya bahwa mania dapat terjadi sepanjang kontinuitas dari keparahan; keadaan nerotik atau psikotik, depresi psikotik digunakan untuk keadaan episode depresi dengan gejala psikotik dan episode depresi berat baik dengan atau tanpa gejala psikotik; dan endogen atau reaktif, depresi endogen (melankolia) disebabkan karena faktor biologi internal individu dan reaktif yang disebabkan karena faktor lingkungan eksternal. Depresi endogen diasumsikan mempunyai abnormalitas biologi yang lebih besar, respons pada terapi somatik lebih baik, lebih banyak faktor familial dan kurang angka kejadian stres kehidupannya, lebih kurang gangguan kepribadian dan lebih episodik perjalanan penyakitnya. Gangguan bipolar I bercirikan episode manik dan depresi mayor sedangkan gangguan bipolar II bercirikan keadaan hipomanik dan episode depresi mayor. Membedakan hipomania dengan keadaan mood normal pada DSM-IV-TR dibatasi waktu 4 hari tanpa perubahan fungsi individu. Tidak jelas apakah bipolar II adalah varian dari bipolar I, varian dari gangguan depresi mayor, perjalanan penyakit dari kontinuitas antara gangguan bipolar I dan gangguan bipolar mayor atau gangguan ketiga yang berbeda. Walaupun kurang literatur yang menulis, namun nampaknya gangguan siklotimik secara familial berhubungan dengan gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I mensyaratkan adanya periode yang jelas dari perasaan yang abnormal minimal 1 minggu, gejala mania yang jelas dan lengkap sekeras gejala depresi pada periode lainnya. Gangguan bipolar II dimana terdapat syndrome depresi yang nyata tetapi hanya ada episode hipomanik. Kontroversi tentang keadaan unipolar dan bipolar belum berakhir, Hagop Akiskal et al. (2003) mendukung adanya spektrum luas dari bipolar. Spektrum ini mulai dari bipolar I, bipolar II hingga cyclothymia dan bercampur dengan hipertimik pada populasi normal. Temperamen hipertimik dicirikan dengan jovialitas, sosiabilitas, optimisme, percaya diri dan suka berpetualang. Ada bukti-bukti yang

21 menguat bahwa paling tidak ada subgroup yang juga penting dari pasien dengan gangguan kepribadian perbatasan (borderline personality disorder) yang seharusnya masuk juga dalam spektrum dari gangguan bipolar ringan (soft bipolar disorders). KAPLAN Diagnosis Gangguan bipolar I DSM-IV-TR berisi daftar kriteria terpisah episode manik. Kriteria DSM-IV-TR membutuhkan adanya suatu periode mood abnormal yang khas dan bertahan sedikitnya selama 1 minggu dan mencakup diagnosis gangguan bipolar I yang terpisah untuk satu episode manik dan jenis episode berulang khusus, berdasarkan gejala episode terkini. Sebutan gangguan bipolar I sinonim dengan yang dikenal sebagai gangguan bipolar yaitu suatu sindrom dengan seluruh gejala mania terjadi selama perjalanan gangguan ini. DSM-IV-TR merumuskan kriteria diagnostik gangguan bipolar II; gangguan ini ditandai dengan episode depresif dan episode hipomanik selama perjalanan gangguan, tetapi episode gejala lir-manik tidak benar-benar memenuhi kriteria seluruh sindrom manik. DSM-IV-TR secara spesifik menyatakan bahwa episode manik yang dengan jelas dicetuskan terapi antidepresan (contohnya, famakoterapi, terapi elektrokonvulsiff [ECT] tidak menunjukkan adanya gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I, episode manik tunggal Menurut DSM-IV-TR, pasien harus mengalami episode manik yang pertama untuk memenuhi kriteria diagnostik gangguan bipolar I, episode manik tunggal. Persyaratan ini berdasarkan fakta bahwa pasien yang mengalami episode pertama

22 gangguan bipolar I depresi tidak dapat dibedakan dengan pasien dengan gangguan depresif berat. Gangguan bipolar I, berulang Persoalan mengenai penentuan akhir suatu episode depresi juga diterapkan untuk menentukan akhir suatu episode mania. Dalam DSM-IV-TR, episode dianggap terpisah jika dipisahkan selama setidaknya 2 bulan tanpa gejala mania atau hipomania yang bermakna. DSM-IV-TR menentukan kriteria diagnostik gangguan bipolar I berulang berdasarkan gejala episode terkini: gangguan bipolar I, episode kini manik; gangguan bipolar I, episode terkini hipomanik; gangguan bipolar I, episode terkini depresi; gangguan bipolar I, episode terkini campuran; gangguan bipolar I, episode terkini tidak tergolongkan, Gangguan bipolar II Kriteria diagnostik gangguan bipolar II menentukan keparahan, frekuensi, serta lama gejala hipomanik tertentu. Kriteria diagnostik episode hipomanik disusun terpisah dengan kriteria gangguan bipolar. Kriteria ditetapkan untuk menurunkan diagnosis berlebihan episode hipomanik serta penggolongan yang tidak benar untuk pasien dengan gangguan depresif berat sebagai gangguan bipolar II. Secara klinis, psikiater mungkin merasa sulit membedakan eutimia dengan hipomania pada pasien depresi kronis selama beberapa bulan atau tahun. Seperti pada gangguan bipolar I, episode hipomanik yang dicetuskan antidepresan tidak bersifat diagnostik untuk gangguan bipolar II. Gambaran klinis Dua pola gejala dasar di dalam gangguan mood adalah gejala yang terdapat pada depresi dan mania. Episode depresif dapat terjadi pada gangguan depresif berat dan gangguan bipolar I. Pada banyak studi, para peneliti berupaya mencari perbedaan yang dapat diandalkan antara gangguan bipolar I episode depresif dan episode gangguan depresif berat, tetapi perbedaan tersebut sukar ditentukan. Pada suatu situasi klinis, hanya riwayat pasien, riwayat keluarga, dan perjalanan gangguan masa mendatang yang dapat membantu membedakan kedua keadaan

23 tersebut. Sejumlah pasien dengan gangguan bipolar I memiliki keadaan campuran dengan ciri manik dan depresif, serta beberapa dari mereka tampaknya mengalami episode singkat beberapa menit sampai beberapa jam episode depresi selama episode manik. Gangguan bipolar I Perjalanan gangguan. Riwayat alami gangguan bipolar I sedemikian rupa sehingga sering berguna untuk menggambarkan gangguan pasien dan membuatnya tetap up to date seiring berkembangnya terapi. Walaupun gangguan siklotimik kadang-kadang didiagnosis belakangan pada pasien dengan gangguan bipolar I, tidak ada cirri kepribadian yang teridentifikasi yang dikaitkan dengan gangguan bipolar I. Gangguan bipolar I sering dimulai dengan depresi (75% pada perempuan, 67% pada laki-laki) dan merupakan gangguan berulang. Sebagian besar pasien mengalami episode depresif dan manik, walaupun 10-20% hanya megalami episode manik. Episode manik khususnya memiliki awitan cepat (jam atau hari) tetapi dapat berkembang selama beberapa minggu. Episode manik yang tidak diobati dapat bertahan selama 3 bulan; sehingga klinisi sebaiknya tidak menghentikan obat sebelum waktu tersebut. Sembilan puluh persen orang yang memiliki satu episode manik cenderung mengalaminya lagi. Ketika gangguan berkeembang, waktu antarepisode sering berkurang. Meskipun demikian, setelah sekitar lima episode interval antarepisode sering menjadi stabil antara 6 sampai 9 bulan. Lima hingga 15 persen orang dengan gangguan bipolar memiliki empat episode atau lebih tiap tahun dan dapat diklasifikasikan sebagai siklus cepat. Gangguan bipolar I pada anak dan orang tua Gangguan bipolar I dapat terjadi baik pada orang tua atau orang yang sangat muda. Insiden gangguan bipolar I pada anak dan remaja sekitar 1 persen dan

24 awitan bisa terjadi sedini 8 tahun. Diagnosis yang salah yang biasa ditegakkan adalah skizifrenia dan gangguan defian oposisional. Gangguan bipolar I dengan awitan yang sedemikian dini berkaitan dengan prognosis buruk. Gejala manik lazim terdapat padaorang lanjut usia walaupun kisaran penyebabnya luas dan mencakup keadaan medis nonpsikiatri, demensia, delirium, serta gangguan bipolar I. Data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa awitan gangguan bipolar I yang sesungguhnya pada orang lanjut usia relative tidak lazim. Prognosis Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan depresif berat. Sekitar 40 sampai 50 persen pasien gangguan bipolar I dapat mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun sejak episode pertama. Walaupun profilaksis litium (Eskalith) memperbaiki perjalanan gangguan serta prognosis gangguan bipolar I, kemungkinan hanya 50-60% pasien memperoleh kendali bermakna gejalanya terhadap litium. Satu studi pemantauan lanjutan 4 tahun pada pasien dengan gangguan bipolar I menemukan bahwa status pekerjaan pramorbid yang buruk, ketergantungan alkohol, ciri psikotik, ciri depresif, ciri depresif antarepisode, serta jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang membuat prognosis buruk. Lama episode manik yang singkat, awitan pada usia lanjut, sedikit pikiran bunuh diri, serta sedikit masalah medis atau psikiatri yang juga timbul bersamaan merupakan faktor yang membuat prognosis baik. Sekitar 7 persen pasien dengan gangguan bipolar I tidak kambuh; 45 persen memiliki lebih dari satu episode dan 40 persen memiliki gangguan kronik. Pasien dapat memiliki 2 samapi 30 episode manik walaupun rata-rata jumlahnya sekitar sembilan.sekitar 40 persen pasien memiliki lebih dari sepuluh episode. Pada pemantauan lanjutan jangka panjang, 15 persen pasien dengan gangguan bipolar I membaik, 45 persen membaik tetapi mengalami kekambuhan beberapa kali, 30 persen dalam remisi sebagian, dan 10 persen sakit kronis. Sepertiga pasien dengan

25 gangguan bipolar I memiliki gejala kronik dan bukti adanya penurunan sosial yang bermakna. Gangguan bipolar II Perjalanan gangguan dan prognosis gangguan bipolar II baru akan mulai dipelajari. Meskipun demikian, data pendahuluan menunjukkan bahwa diagnosisnya stabil, seperti yang ditunjukkan oleh kemungkinan tinggi bahwa pasien dengan gangguan bipolar II akan memiliki diagnosis yang sama sampai lima tahun kemudian. Dengan demikian, data menunjukkan bahwa gangguan bipolar II adalah penyakit kronik yang memerlukan strategi terapi jangka panjang.

26

27 20pada%20Gangguan%20Bipolar_4076_ (AJP)

28

29

30 20pada%20Gangguan%20Bipolar_4076_ (AJP)

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id

MOOD DISORDER. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id MOOD DISORDER DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A / YUNITA KURNIAWATI, S.Psi., M.Psi dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com PENGERTIAN & KARAKTERISTIK UTAMA gangguan yang melibatkan emosi yang berlebihan

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disertai suatu perubahan pada keseluruhan tingkat aktivitas. 1. Gangguan afektif bipolar adalah salah satu gangguan mood yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gangguan mood merupakan perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, umumnya mengarah ke depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan yang meningkat) yang

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin

Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Gangguan Afektif Bipolar episode Manik dengan Gejala Psikotik Muhammad Hazim Afif b Amirudin Pendahuluan Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat mengganggu. Psikopatologinya melibatkan kognisi, emosi, persepsi dan aspek lain dari perilaku.

Lebih terperinci

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K)

EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS. Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EARLY-ONSET BIPOLAR DISORDERS Dr. Ika Widyawati, SpKJ(K) EPIDEMIOLOGI NCS (National Comorbidity Survey): ggn bipolar-i menurut DSM-III-R ± 0,4% pd usia 15-54 thn. Peter M.Lewinsohn dkk 1% (terutama ggn

Lebih terperinci

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR

KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR KEHIDUPAN ACARA KHUSUS: GANGGUAN BIPOLAR DIBANDINGKAN DENGAN DEPRESI UNIPOLAR PENDAHULUAN Peristiwa kehidupan yang penuh stres telah dikaitkan dengan depresi unipolar dan gangguan bipolar. Peristiwa stres

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN)

GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) GANGGUAN MOOD (ALAM PERASAAN) Ns. Wahyu Ekowati, MKep., Sp.J Materi Kuliah Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) www.unsoed.ac.id 1 Tujuan Menjelaskan kembali pengertian gangguan mood Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasuh Skizofrenia Selama 50 tahun terakhir, munculnya perawatan berbasis komunitas, penutupan rumah sakit jiwa dan cepatnya pengeluaran pasien tanpa dukungan yang memadai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-Faktor Pendulung..., Nisa Nur Fauziah, FPSI UI, 2008 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku abnormal adalah bagian dari kenyataan yang kita hadapi dalam kehidupan ini. Baik disadari ataupun tidak, perilaku abnormal banyak terjadi di sekitar kita. Ia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pentingnya Pengetahuan tentang Gangguan Bipolar I. IDENTITAS Topik : Gangguan Bipolar Sub topik : Pertimbangan Dalam Penegakan Diagnosis dan Terapi Gangguan Bipolar Hari / tanggal

Lebih terperinci

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi

1. Gangguan Bipolar. A. Definisi 1. Gangguan Bipolar A. Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi 2.1.1 Definisi Pemahaman tentang depresi telah ada sejak zaman Hippocrates (460-377 SM). Depresi pada saat itu disebut melankoli, yang digambarkan sebagai kemurungan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini

BAB 1. PENDAHULUAN. Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Stres adalah satu dari konsep-konsep sentral psikiatri, walaupun istilah ini mempunyai sumber pada fisiologi dan keahlian. Karena pasien-pasien senang

Lebih terperinci

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt STANDAR PENGUJIAN KESEHATAN JIWA (PSIKIATRI) KELAINAN PSIKIATRI KELAS 1

Lebih terperinci

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5 Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Latar Belakang DSM-IV Tahan uji Valid Memudahkan informasi klinis Gejala klinis beragam, subtipe, & kategori sangat minim

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan mental adalah sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu dengan masalah kesehatan fisik sering mengalami

Lebih terperinci

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik

I. Definisi I. Epidemiologi I I. Etiologi 1. Genetik I. Definisi Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dengan kelainan berupa perubahan suasana perasaan atau afek, dimana pada waktu didapat kumpulan gejala yang terdiri dari depresi, dengan atau tanpa

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:

PEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut: Lampiran 1 PEDOMAN DIAGNOSTIK Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut: 1. Gangguan bipolar I Ditandai oleh 1 atau lebih episode manik atau campuran, yang biasanya disertai

Lebih terperinci

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder) Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder) Definisi Gangguan penyesuaian (adjustment disorder) merupakan reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor yang dapat diidentifikasi, yang muncul selama

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Skizofrenia Skizofrenia didefinisikan sebagai abnormalitas pada satu atau lebih dari lima domain berikut: waham, halusinasi, pikiran yang kacau (berbicara), perilaku yang

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti

Lebih terperinci

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh : Husna Nadia 1102010126 Pembimbing : dr Prasila Darwin, SpKJ DEFINISI PTSD : Gangguan kecemasan yang dapat terjadi setelah mengalami /menyaksikan suatu peristiwa

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala negatif merupakan suatu gambaran defisit dari pikiran, perasaan atau perilaku normal yang berkurang akibat adanya gangguan otak dan gangguan mental (Kring et

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ESTI PERDANA PUSPITASARI F 100 050 253 FAKULTAS

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi

BAB II LANDASAN TEORI. dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison et al., 2007). Depresi 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Depresi a. Pengertian Depresi Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam, perasaan tidak berarti

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham),

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Skizofrenia adalah suatu kumpulan gangguan kepribadian yang terbelah dengan karakteristik berupa gangguan pikiran (asosiasi longgar, waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi perilaku, yaitu bagaimana prestasi kerja yang ditampilkan oleh individu baik proses maupun hasilnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Depresi merupakan salah satu masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja dan onsetnya meningkat seiring dengan meningkatnya usia (Al- Qaisy, 2011). Depresi

Lebih terperinci

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ DEPRESI Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ Definisi Depresi ialah suatu penyakit episodik dimana gejala depresi dapat terjadi sendirian atau disertai oleh mania (penyakit manik-depresif atau bipolar)

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA Deskripsi Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses pemulihan dan faktorfaktor pendukungnya pada penderita gangguan bipolar Izin untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ GASTROINTESTINAL Maria Inez Devina Siregar 11.2013.158 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa RS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia (lansia) disamping usia yang semakin bertambah tua terjadi pula penurunan kondisi

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

DSM V : GANGGUAN BIPOLAR

DSM V : GANGGUAN BIPOLAR Textbook Reading DSM V : GANGGUAN BIPOLAR Gangguan Bipolar I Substansi/obat-obatan yang menginduksi gangguan bipolar Gangguan Bipolar dan yang terkait mengacu kepada kondisi medis lainnya OLEH: MAHYUNI

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,dan memiliki sikap positif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Definisi gagap yang disetujui belum ada. Menurut World Health Organization (WHO) definisi gagap adalah gangguan ritme bicara dimana seseorang tahu apa yang mau dibicarakan,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang akne. 2 Selain dari keluhan kosmetik, akne mempengaruhi setiap aspek kehidupan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang kesehatan psikodermatologi atau psikokutan berfokus pada interaksi antara pemikiran,

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa di Indonesia saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua terutama bagi kita yang berkecimpung di bidang kejiwaan seperti psikiater,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh ketidakmampuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Seperti DSM-III-R, DSM-IV penulisan kriteria diagnostik untuk gangguan depresif mayor secara terpisah dari kriteria diagnostik untuk diagnosis berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kognitif tertentu dapat berkembang kemudian (Sadock, 2003). 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Skizofrenia Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran,

Lebih terperinci

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER Lab/SMF Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman / RSKD Atma Husada Mahakam Refleksi Kasus POST TRAUMATIC STRESS DISORDER ` Oleh Dinar Wulan H. NIM 0910015051 Pembimbing dr. Denny

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia

Lebih terperinci