BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi dan perilaku. Sedangkan gangguan jiwa adalah suatu gangguan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan disfungsi dalam pekerjaan. Menurut arti dari PPDGJ III gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologik yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan gejala, penderitaan (distress) serta hendaya (impairment) dalam fungsi psikososial. Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease). Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahsiswa memahami pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa. 2. Tujuan Khusus - Mahasiswa mengetahui perkembangan pedoman penggolongan gangguan jiwa - Mahasiswa memahami pengertian, konsep dan diagnosis gangguan jiwa - Mahasiswa mengetahui Diagnosis Multiaksial dan Klasifikasi dan Urutan Hierarki Blok gangguan jiwa 1

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tujuan PPDGJ 1. Bidang pelayanan nkesehatan (service clinical use) Kodefikasi penyakit/gangguan untuk statistik kesehatan Keseragaman diagnosis klinis untuk tatalaksana terapi 2. Bidang pendidikan kedokteran (educasional use) Kesamaan konsep diagnosis gangguan jiwa untuk komunikasi akademik 3. Bidang penelitian kesehatan (research use) Memberikan batasan dan kriteria oprasional diagnosis gangguan jiwa, yang memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah. B. Perkembangan PPDGJ 1. PPDGJ I Terbit tahun 1973 Nomor kode dan diagnosis mengacu pada ICD 8 ( International Clasification of Desease -8 ) yang diterbitkan oleh WHO chapter V, nomor (sitem numerik) Diagnosis : mono-aksial 2. PPDGJ II Diterbitkan pada tahun 1983 Diagnosis multi aksial menurut DSM-III Nomor kode dan diagnosis : mengacu pada ICD-9 ( sistem numerik ) Konsep klasifikasi dengan kelas diagnosis memakai kriteria diagnosis DSM ( The Diagnosis statistical manual of mental disorder) 3. PPDGJ III Diterbitkan pada tahnun 1993 Diagnosis multi-aksial Nomor kode dan diagnosis merujuk pada ICD-10 Konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnoosis ICD-10 2

3 Diagnosis multi aksial menurut DSM-IV (APA,1994) Pedoman Penggolongan Penyakit dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) merujuk pada standard dan system pengkodean dari International Classification of Disease (ICD-10) dan system multiaksis dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV). Berikut sedikit dijelaskan sekilas tentang DSM yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA) dan ICD yang dikeluarkan oleh WHO. DSM-I telah selesai disusun pada tahun 1952 oleh APA(American Psychiatric Association). Edisi kedua keluar pada tahun 1968, kemudaian disusul setelahnya edisi ke-13 pada tahun 1980, yang akhirnya dilakukan revisi kembali pada tahun1987(dsm-iii R), dan pada tahun 1994 APA mengeluarkan lagi DSM-IV, yang akhirnya di revisi kembali manjadi DSM- IV TR(text revision) pada tahun DSM-IV dan DSM-IV TR dikeluarkan setelah melalui persetujuan dengan ICD-9 CM (clinical modification). ICD sudah digunakan lebih lama, dan pada saat ini infrastruktur ICD telah menginvestasikan dalam pengembangan sistem pengkodean komputer, case-mix, dan sistem diagnosis. Dari sumber lain berbahasa Indonesia dikatakan DSM-IV didesain untuk mendampingi ICD-10, disusun pada tahun Pada waktu itu terdapat konsensus yang kuat bahwa sistem diagnosis di USA harus sesuai dgn klasifikasi penyakit internasional (ICD- 10) sedangkan ICD-10 merupakan sistem klasifikasi tertinggi yg digunakan di Eropa & negara-negara lain dii dunia. Klasifikasi yang paling populer digunakan orang adalah klasifikasi gangguan yang dikemukakan oleh American Psychiatric association (APA) pada tahun 1952 yang akhirnya pada tahun 1992 telah berhasil melahirkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV), setelah mengalami tiga kali revisi sejak tahun Di Indonesia, pemerintah telah berhasil melahirkan klasifikasi gangguan kejiwaan yang memuat gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa, yang saat ini telah secara resmi digunakan adalah PPDGJ. 3

4 C. Pengertian Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease). Gangguan jiwa merupakan kondisi terganggunya kejiwaan manusia sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan individu itu untuk berfungsi secara normal didalam masyarakat maupun dalam menunaikan kewajibannya sebagai insan dalam masyarakat itu (Dep Kes RI, 1997) Gangguan jiwa adalah perubahan perilaku yang terjadi tanpa alasan yang masuk akal, berlebihan, berlangsung lama dan menyebabkan kendala terhadap individu tersebut atau orang lain. ( Suliswati, 2005) D. Konsep Gangguan Jiwa 1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu: Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability (keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat personal). Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian. Definisi disabilitas ini sumbernya ICD 10. Sedangkan yang dimaksud aktivitas dalam tingkat personal adalah aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk kelangsungan hidup juga untuk perawatan diri, yaitu hal yang biasa dilakukan seperti: mandi, BAB, BAK, makan, berpakaian, dll.. Butir-butir pada konsep gangguan jiwa: Ada gejala klinis bermakna berupa: - Bisa sindrom perilaku atau bisa pola perilaku tertentu. - Bisa sindrom psikologis atau bisa pola psikologis tertentu. 4

5 Gejala klinis tersebut menimbulkan penderitaan (distress) contohnya: nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, dll.. Gejala klinis tersebut menimbulkan disabilitas. E. Proses Diagnosis Gangguan Jiwa Proses diagnosis ggn jiwa mengikuti prosedur klinis yg lazim pada pemeriksaan medis yaitu meliputi langkah-langkah berikut ini : 1. Anamnesis (dengan menanyakan) alasan berobat riwayat gangguan sekarang riwayat gangguan dahulu riwayat perkembangan diri latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, dll 2. Pemeriksaan meliputi Fisik Status mental Lab Radiologik Evaluasi psikologik 3. Diagnosis Aksis I : Klinis Aksis II : Kepribadian Aksis III : Kondisi medik Aksis IV : Psiko-sosial Aksis V : Taraf fungsi 4. Terapi Farmakoterapi Psikoterapi Terapi sosial Terapi okupasional Terapi lainnya 5

6 5. Tindak lanjut Evaluasi terapi Evaluasi diagnosis Dengan rumusan matemtis dapat disimpulkan bahwa : DIAGNOSIS= ANAMNESIS + PEMERIKSAAN (data subjektif) (data objektif) F. Diagnosis Multiaksial Diagnosis multi aksial terdiri dari 5 aksis: 1. Aksis I: Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis Gangguan klinis merupakan pola perilaku abnormal (gangguan mental) yang meenyebabkan hendaya fungsi dan perasaan tertekan pada individu. Kondisi lain yang mungkin menjadi fokus perhatian: masalah lain yang menjadi fokus diagnosis atau pandangan tapi bukan gangguan mental, seperti problem akademik, pekerjaan atau sosial, faktor psikologi yang mempengaruhi kondisi medis. Berikut ini merupakan ringkasan dari PPDGJ III yang dikutip dari Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa yang diedit Dr.Rusdi Maslim: 1) F00-F09: Gangguan Mental Organik (ermasuk Gangguan Mental Simtomatik) Gangguan Mental Organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan penyakit/gangguan sistemik atau otak. Gangguan mental simtomatik adalah pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder penyakit/gangguuan sistemik di luar otak. Gambaran utama: Gangguan fungsi kongnitif Gangguan sensorium kesadaran, perhatian Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang persepsi (halusinasi), isi pikir (waham), mood dan emosi F00 Demensia pada penyakit alzeimer F00.0 demensia pada penyakit alzeimer dengan onset dini F00.1 demensia pada penyakit alzeimr dengan onset lambat 6

7 F00.2 demensia pada penyakit alzeimer, tipe tak khas atau tipe campuran F00.9 demensia pada penyakit alzeimer YTT F01 Demensia vaskuler F01.0 demensia vaskuler onset akut F01.1 demensia multi infark F01.2 demensia vaskuler subkortikal F01.3 demensia vaskuler campuran kortikal dan subkortikal F01.8 demensi vaskuler lainnya F01.9 demensia vaskuler YTT F02 Demensia pada penyakit lain YDK F02.0 demensia pada penyakit pick F02.1 demensia pada penyakit creutzfeldt-jakob F02.2 demensia pada penyakit huntington F02.3 demensia pada penyakit parkinson F02.4 demensia pada penyakit HIV F02.8 demensia pada penyakit lain YDT YDK F03 Demensia YTT Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00- F03 sebagai berikut:.x0 tanpa gejala tambahan.x1 gejala lain terutama waham.x2 gejala lain terutama halusinasi.x3 gejala lain terutama depresi.x4 gejala campuran lain F04 Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya F05 Delirium bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya F05.0 delirium tak bertumpangtintid dengan demsia F05.1 delirium bertumpangtindih dengan demensia F05.8 delirium lainnya F05.9 delirium YTT 7

8 F06 Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisik F06.0 halusinosis organik F06.1 gangguan katatonik organik F06.2 gangguan waham organik (lir-skizoprenia) F06.3 gangguan suasana perasaan (mood afektif) organik.30 gangguan manik oranik.31 gangguan bipolar organik.32 gangguan defresif organik.33 gangguan afektif organik campuran F06.4 gangguan axietas organik F06.5 gangguan disosiatif organik F06.6 gangguan astenik organik F06.7 gangguan kognitif ringan F06.8 gangguan mental lain YDK akibat kerusakan dan disfunsi otak dan penyakit fisik F06.9 ganggguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik F07 Gangguan kepribadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfunsi otak F07.0 gangguan kepribadian organik F07.1 sindrom pasca-ensefalitis F07.2 sindrom pasca-contusio F07.8 gangguan kepribadian dan prilaku organik lain akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak F07.9 gangguan kepribadian dan prilaku organik YTT akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak F09 Gangguan mental organik atau simtomatik YTT KET: YDT= yang di tentukan YTT= yang tidak tergolongkan YDK= yang diklasifikasi di tempat lain YTK= yang tidak diklasifikasi di tempat lain 8

9 2) F10-F19: Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif F10 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan alkohol F11 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan opioida F12 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kanabionoida F13 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika F14 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan kokain F15 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein F16 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan halusinogenika F17 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan tembakau F18 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap F19 Gangguan mental dan prilaku akibat penggunaan multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya 3) F20-F29: Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham Skizofrenia ditandai dengan penyimpangan fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran jernih dan kemampuan intelektual tetap, walaupun kemunduran kognitif dapat berkembang kemudian. F20 Skizoprenia F20.0 Skizoprenia paranoid F20.1 Skizoprenia hibefrenik F20.2 Skizoprenia katatonik F20.3 Skizoprenia tak terinci F20.4 depresi pasca-skizoprenia F20.5 Skizoprenia residual F20.6 Skizoprenia simpleks F20.8 Skizoprenia lainnya F20.9 Skizoprenia YTT 9

10 F21 Gangguan skizopital F22 Gangguan waham menetap F22.0 gangguan waham F22.8 gangguan waham menetap lainnya F22.9 gangguan waham menetap F23 Gangguan psikotik akut dan sementara F23.0 gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizoprenia F23.1 gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizoprenia F23.2 gangguan psikotik lir-skizoprenia akut F23.3 gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham F23.8 gangguan psikotik akut dan sementara lainnya F23.9 gangguan psikotik akut dan sementara YTT F24 Gangguan waham induksi F25 Gangguan skizoafektif F25.0 gangguan skizoafektif tipe manik F25.1 gangguan skizoafektif tipe depresif F25.2 gangguan skizoafektif tipe campuran F25.8 gangguan skizoafektif lainnya F25.9 gangguan skizoafektif YTT F28 Gangguan psikotik non organik lainnya F29 Gangguan psikotik non organik YTT 4) F30-F39: Gangguan Suasana Perasaan (Mood [afektif]) Kelainan fundamental perubahan suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi (dengan atau tanpa anxietas), atau kearah elasi (suasana perasaan yang meningkat). Perubahan afek biasanya disertai perubahan keseluruhan tingkat aktivitas dan kebanyakan gejala lain adalah sekunder terhadap perubahan itu. F30 Efisode manik F30.0 hipomania F30.1 mania tanpa gejala psikotik F30.2 mania dengan gejala psikotik F30.8 efisode manik lainnya 10

11 F30.9 efisode manik YTT F31 Gangguan afektif bipolar F31.0 gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang.30 tanpa gejala somatik.31 dengan gejala somatik F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikomatik F31.5 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikomatik F31.6 gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi F31.8 gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 gangguan afektif bipolar YTT F32 Episode depresif F32.0 episode depresif ringan.00 tanpa gejala somatik.01 dengan gejala somatik F32.1 episode depresif sedang.10 tanpa gejala somatik.11 dengan gejala somatik F32.2 episode depresif berat tanpa gejala somatik F32.3 episode depresif berat dengan gejala somatik F32.8 episode depresif lainnya F32.9 episode depresif YTT F33 Gangguan depresif berulang F33.0 gangguan depresif berulang, episode kini ringan 11

12 .00 tanpa gejala somatik.01 dengan gejala somatik F33.1 gangguan depresif berulang, episode kini sedang.10 tanpa gejala somatik.11 dengan gejala somatik F33.2 gangguan depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik F33.3 gangguan depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik F33.4 gangguan depresif berulang, episode kini dalam remisi F33.8 gangguan depresif berulang lainnya F33.9 gangguan depresif berulang YTT F34 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) F34.0 siklotimia F34.1 distimia F34.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) lainya F34.9 gangguan suasana perasaan (mood [apektif] menetap) YTT F38 Gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya F38.0 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) tunggal lainnya.00 episode afektif campuran F38.1 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) berulang lainya.10 gangguan depresi singkat berulang F38.8 gangguan suasana perasaan (mood [apektif]) lainnya YDT F39 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) YTT 5) F40-F48: Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres F40 Gangguan axietas fobik F40.0 agorafobia.00 tanpa gangguan panik.01 dengan gangguan panik F40.1 fobia sosial F40.2 fobia khas (terisolasi) 12

13 F40.8 gangguan axietas fobik lainnya F40.9 gangguan axietas fobik YTT F41 Gangguan axietas lainnya F41.0 gangguan panik (axietas proksimal episodik) F41.1 gangguan axietas menyeluruh F41.2 gangguan campuran axietas dan depresif F41.3 gangguan axietas campuran lainnya F41.8 gangguan axietas lainnya YDT F41.9 gangguan axietas YTT F42 Gangguan obsesif-kompulsif F42.0 predominan pikiran obsesif atau pengulangan F42.1 predominan tindakan kompulsif (obsessional ritual) F42.2 campuran pikran dan tindaka obsesif F24.8 gangguan obsesif-kompulsif lainnya F42.9 gangguan obsesif-kompulsif YTT F43 Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian F43.0 reaksi stres akut F43.1 gangguan stres pasca truma F43.2 gangguan penyesuaian.20 reaksi depresif singkat.21 reaksi depresif berkepanjangan.22 reaksi campuran axietas dan depresif.23 dengan predominan gangguan emosi lainnya.24 dengan predominan gangguan tingkah laku.25 dengan gangguan campuran dari emosi dan tingkah laku.28 dengan gejala predominan lainnya YDT F43.8 reaksi stres berat lainnya F43.9 reaksi stres berat YTT F44 Gangguan disosiatif (konversi) F44.0 amnesia disodiatif F44.1 fugue disosiatif F44.2 stupor disosiatif 13

14 F44.3 ganngaun trans dan kesurupan F44.4 gangguan motorik disosiatif F44.5 konvulsi disosiatif F44.6 anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif F44.7 gangguan disosiatif (konversi) campuran F44.8 gangguan disosiatif (konversi) lainnya.80 sindrom ganser.81 gangguan kepribadian multipel.82 gangguan disosiatif (konversi) sementara terjadi pada masa kanak dan remaja.83 gangguan disosiatif (konversi) YDT F44.9 gangguan disosiatif (konversi) YTT F45 Gangguan somatoform F45.0 gangguan somatisasi F45.1 gangguan somatoform tak terinci F45.2 gangguan hipokondrik F45.3 disfungsi otonomik somatoform.30 jantung dan kardiovaskuler.31 saluran pencernaan bagian atas.32 saluran pencernaan bagian bawah.33 sistem pernafasan.34 sistem genitourinaria.38 sistem atau organ lainnya F45.4 gangguan nyeri somatoform menetap F45.8 gangguan somatoform lainnya F45.9 gangguan somatoform YTT F48 Gangguan neurotik lainnya F48.0 neurastenia F48.1 sindrom depresonalisasi-derealisasi F48.8 gangguan neurotik lainnya YDT F48.9 gangguan neurotik YTT 14

15 6) F50-F59: Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan Faktor Fisik. F50 Gangguan makan F50.0 anoreksia nervosa F50.1 anoreksia nervosa tak khas F50.2 bulimia nervosa F50.3 bulimia nervosa tak khas F50.4 makan berlebihan yang berhubungan dengan psikologis lainnya F50.5 muntah yang berhubungan dengan psikologis lainnya F50.8 gangguan makan lainnya F50.9 gangguan makan YTT F51 Gangguan tidur non organik F51.0 insomnia non organnik F51.1 hipersomnia non organik F51.2 gangguan jadwal tidur jaga non organik F51.3 somnabulisme (sleep walking) F51.4 teror tidur (night terrors) F51.5 mimpi buruk (nightmares) F51.8 gangguan tidur non organik lainnya F51.9 gangguan tidur non organik YTT F52 Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F52.0 kurang atau hilangnya nafsu seksual F52.1 penolakan dan kurangnya kenikmatan seksual.10 penolakan seksual.11 kurangnya kenikmatan seksual F52.2 kegagalan dari respon genital F52.3 disfungsi orgasme F52.4 ejakulasi dini F52.5 vaginismus non organik F52.6 dispareunia non organik 15

16 F52.7 dorongan seksual yang berlebihan F52.8 disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik F52.9 disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan gangguan atau penyakit organik F53 Gangguan mental dan prilaku yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.0 gangguan mental dan prilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.1 gangguan mental dan prilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.8 gangguan mental dan prilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.9 gangguan jiwa masa nifas YTT F54 Faktor psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK F55 Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.0 anti depresan F55.1 pencahar F55.2 analgetika F55.3 antasida F55.4 vitamin F55.5 steroida atau hormon F55.6 jamu F55.8 zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.9 YTT F59 Sindrom prilaku YTT yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik 7) F60-69: Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa F60 Gangguan kepribadian khas F60.0 gangguan kepribadian paranoid F60.1 gangguan kepribadian skizoid 16

17 F60.2 gangguan kepribadian dissosial F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil.30 tipe impulsif.31 tipe ambang F60.4 gangguan kepribadian hestrionik F60.5 gangguan kepribadian anankastik F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar) F60.7 gangguan kepribadian dependen F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya F60.9 gangguan kepribadian YTT F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya F61.0 gangguan kepribadian campuran F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah F62 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit otak F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah menderita gangguan jiwa F62.8 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya F62.9 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT F63 Gangguan kebiasaan dan impuls F63.0 judi patologis F63.1 bakar patologis (piromania) F63.2 curi patologis (kleptomannia) F63.3 trikotilomania F63.8 gangguan kebiasaan dan impuls lainnya F63.9 gangguan kebiasaan dan impuls YTT F64 Gangguan identitas jenis kelamin F64.0 transeksualisme F64.1 transvestisme peran ganda F64.2 gangguan identitas jenis kelamin masa kanak 17

18 F64.8 gangguan identitas jenis kelamin lainnya F64.9 gangguan identitas jenis kelamin YTT F65 Gangguan preferensi seksual F65.0 fetishisme F65.1 transvestisme fetishistik F65.2 ekshibisionisme F65.3 voyeursme F65.4 pedofilia F65.5 sadomasokisme F65.6 gangguan preferensi seksual multipel F65.8 gangguan preferensi seksual lainnya F65.9 gangguan preferensi seksual YTT F66 Gangguan psikologis dan prilaku yang berhubungan dengan perkembangan orientasi seksual F66.0 gangguan maturitas seksual F66.1 orientasi seksual egodistonik F66.2 gangguan jalinan seksual F66.8 gangguan perkembangan psikoseksual lainny F66.9 gangguan perkembangan psikoseksual YTT F68 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa lainnya F68.0 elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis F68.1 kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologis F68.8 Gangguan kepribadian dan prilaku dewasa lainnya YDT F69 Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa YTT 8) F70-79: Retardasi mental F70 Retardasi mental ringan F71 Retardasi mental sedang F72 Retardasi mental berat F73 Retardasi mental sangat berat F78 Retardasi mental lainnya F79 Retardasi mental YTT 18

19 9) F80-F89: Gangguan perkembangan psikologis F80 Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa F80.0 gangguan artikulasi berbicara khas F80.1 gangguan berbahsa ekspresif F80.2 gangguan berbahsa reseptif F80.3 afasia didapat dengan epilepsi F80.8 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya F80.9 gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT F81 Gangguan perkembangan belajar khas F81.0 gangguan membaca khas F81.1 gangguan mengeja khas F81.2 gangguan berhitung khas F81.2 gangguan belajar campuran F81.8 gangguan perkembangan belajar lainnya F81.9 gangguan perkembangan belajar YTT F82 Gangguan perkembangan motorik khas F83 Gangguan perkembangan khas campuran F84 Gangguan perkembangan pervasif F84.0 autisme pada kanak F84.1 autisme tak khas F84.2 sindrom rett F84.3 gangguan desintegratif masa kanak lainnya F84.4 gangguan aktivitas berlebihan yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik F84.5 sindrom asperger F84.8 gangguan perkembangan pervasif lainnya F84.9 gangguan perkembangan pervasif YTT F88 Gangguan perkembangan psikologis lainnya F89 Gangguan perkembangan psikologis YTT 10) F90-F98: Gangguan prilaku dan emosional dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F90 Gangguan hiperkinetik 19

20 F90.0 gangguan aktivitas dan perhatian F90.1 gangguan tingkah laku hiperkinetik F90.8 gangguan hiperkinetik lainnya F90.9 gangguan hiperkinetik YTT F91 Gangguan tingkah laku F91.0 gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan keluarga F91.1 gangguan tingkah laku tak berkelompok F91.2 gangguan tingkah laku berkelompok F91.3 gangguan sikap menentang (membangkang) F91.8 gangguan tingkah laku lainnya F91.9 gangguan tingkah laku YTT F92 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi F92.0 gangguan tingkah laku defresif F92.8 gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya F92.9 gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT F93 Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak F93.0 gangguan anxietas perpisahan masa kanak F93.1 gangguan anxietas fobik masa kanak F93.2 gangguan anxietas sosial masa kanak F93.3 gangguan persaingan antar saudara F93.8 gangguan emosional masa kanak lainnya F93.9 gangguan emosional masa kanak YTT F94 Gangguan funsi sosial dengan onset khas pada masa kanak dan remaja F94.0 mutisme elektif F94.1 gangguan kelekatan reaktif masa kanak F94.2 gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak F94.8 gangguan funsi sosial masa kanak lainnya F94.9 gangguan funsi sosial masa kanak YTT F95 Gangguan TIC F95.0 gangguan tic sementara 20

21 F95.1 gangguan tic motorik atau vokal kronik F95.2 gangguan kombinasi tic vokal dan motorik multipel F95.8 gangguan tic lainnya F95.9 gangguan tic YTT F98 Gangguan prilaku dan emosional lainnya dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F98.0 enuresis non organik F98.1 enkopresis non organik F98.2 gangguan makan masa bayi dan kanak F98.3 pika masa bayi dan kanak F98.4 gangguan gerakan stereotipik F98.5 gagap (stuttering/stammering) F98.6 berbicara cepet dan tersendat (cluttering) F98.8 gangguan prilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F98.9 gangguan prilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F99 Gangguan mental YTT F99 gangguan mental YTT 2. Aksis II: Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental Gangguan kepribadian mencakup pola perilaku maladaptif yang sangat kaku dan biasanya merusak hubungan antar pribadi dan adaptasi sosial. Gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian paranoid, gangguan kepribadian skizoid, gangguan kepribadian skizotipal, gangguan kepribadian antisosial, dll. 1) F60 Gangguan Kepribadian khas Kondisi klinis bermakna dan pola perilaku cenderung menetap, dan merupakan ekspresi pola hidup yang khas dari seseorang dan cara berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain. Beberapa kondisi dan pola perilaku tersebut berkembang sejak dini dari masa pertumbuhan dan perkembangan dirinya sebagai hasil interaksi faktor- 21

22 faktor konstitusi dan pengalaman hidup, sedangkan lainnya didapat pada masa kehidupan selanjutnya. F60 Gangguan kepribadian khas F60.0 gangguan kepribadian paranoid F60.1 gangguan kepribadian skizoid F60.2 gangguan kepribadian dissosial F60.3 gangguan kepribadian emosional tak stabil.30 tipe impulsif.31 tipe ambang F60.4 gangguan kepribadian hestrionik F60.5 gangguan kepribadian anankastik F60.6 gangguan kepribadian cemas (menghindar) F60.7 gangguan kepribadian dependen F60.8 gangguan kepribadian khaslainnya F60.9 gangguan kepribadian YTT F61 Gangguan kepribadian campuran dan lainnya F61.0 gangguan kepribadian campuran F61.1 gangguan kepribadian yang bermasalah 2) F70-F79 Retardasi Mental Keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh. Dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainsehingga perilaku adaptif selalu ada. Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II R46.8 Diagnosis aksis II tertunda 3. Aksis III: Kondisi Medik Umum Kondisi medis umum dan kondisi medis yang mugkin penting bagi pemahaman atau penyembuhan atau penanganan gangguan mental individu. Meliputi kondisi klinis yang diduga menjadi penyebab atau bukan penyebab gangguan yang dialami individu. 22

23 1) Bab I A00 B99 Penyakit infeksi dan parasit tertentu 2) Bab II C00 D48 Neoplasma 3) Bab IV E00 G90 Penyakit endokrin, Nutrisi, & metabolik 4) Bab VI G00 G99 Penyakit susunan syaraf 5) Bab VII H00 H59 Penyakit Mata & adneksa 6) Bab VIII H60 H95 Penyakit telinga & Prosesus Mastoid 7) Bab IX I00 I99 Penyakit sistem sirkulasi 8) Bab X J00 J99 Penyakit sistem Pernafasan 9) Bab XI K00 K93 Penyakit sistem Pencernaan 10) Bab XII L00 L99 Penyakit kulit & jaringan subkutan 11) Bab XIII M00 M99 Penyakit sistem musculoskeletal & Jar. ikat 12) Bab XIV N00 N99 Penyakit sistem genito-urinaria 13) Bab XV O00 O99 Kehamilan, kelahiran anak & masa Nifas 14) Bab XVII Q00 Q99 Malformasi congenital, deformasi, Kel.kr 15) Bab XVIII R00 R99 Gejala, tanda & temuan klinis-lab. abn 16) Bab XIX S00 T98 Cedera, keracunan & akibat kausa ekst 17) Bab XX V01 V98 Kausa eksternal dari Morb. & mort. 18) Bab XXI Z00 Z99 Faktor status kes. & Pelayanan kesehatan 4. Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan Masalah dengan primary support group (keluarga) Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial Masalah pendidikan Masalah pekerjaan Masalah perumahan Maslah ekonomi Masalah akses ke pelayanan kesehatan Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal Masalah psikososial dan lingkungan lain 5. Aksis V: Penilaian Fungsi secara Global (Global Assesment of Functioning (GAF) Scale) Assessment fungsi secara global mencakup assessment menyeluruh tentang fungsi psikologis sosial dan pekerjaan klien. Digunakan juga untuk 23

24 mengindikasikan taraf keberfungsian tertinggi yang mungkin dicapai selama beberapa bulan pada tahun sebelumnya : Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi : Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa : Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah dll : Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik : Gejala dan disabilitas sedang : Gejala dan disabilitas berat : Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi : Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi dalam hampir semua bidang : Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi dan mengurus diri : Persisten dan lebih serius 0 : Informasi tidak adekuat G. Urutan hierarki blok diagnosis Pada beberapa jenis gangguan jiwa (misalnya: gangguan mental organik) terdapat berbagai tanda dan gejala yang sangat luas. Pada bebrapa gangguan jiwa lainya (seperti: gagguan cemas) hananya terdapat tanda dan gejala yang sangat terbatas. Atas dasar ini dilakukan suatu urutan penyusunan blok-blok diagnosis yang berdasarkan hierarki, dimana suatu gangguan yang terdapat dalam urutan hierarki yang lebih tinggi, mungkin mempunyai ciriciri dari gagguan yang terletak dalam hierarki lebih rendah, tetapi tidak sebaliknya. Terdapatnya hubungan hierarki ini memungkinkan untuk penyajian diagnosis banding dari berbagai jenis gejala utama. Suatu diagnosis, baru dapat dipastikan setelah kemungkinan kepastian 24

25 diagnosis/diagnosis banding dalam blok diatasnya dapat ditiadakan secara pasti. Urutan hierarki blok diagnosis gangguan jiwa berdasarkan PPDGJ-III: I = Gangguan mental organik dan simtomatik (F00-F09). = Gangguan mental dan prilaku akibat zat psikoaktif (F10-F19) Ciri khas: etiologi organik/fisik jelas, primer/skunder II = Skizoprenia, gangguan skizopital dan gangguan waham (F20-F29) Ciri khas: gejala psikotik, etiologi organik tidak jelas III = Gangguan suasana perasaan [mood/afektif] (F30-F39) Ciri khas: gejala gangguan afek (psikotik dan non psikotik) IV= Gangguan neurotik, gangguan stomatoform dan gangguan stres (F40- F48) Ciri khas: gejala non psikotik, etiologi non organik V = Sindrom prilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik (F50-F59) Ciri khas: gejala disfungsi biologis, etiologi non organik VI = Gangguan kepribadian dan prilaku masa dewasa (F60-F69) Ciri khas: gejala prilaku, etiologi non organik VII = Retardasi mental (F70-F79) Ciri khas: gejala perkembangan IQ, onset masa kanak VIII = Gangguan perkembangan psikologis (F80-F89) Ciri khas: gejala perkembangan khusus, onset masa kanak IX = Gangguan prilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja (F90-F98) Ciri khas: gejala prilaku/emosional, onset masa kanak X = Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis (Kode Z) Ciri khas: tidak tergolong gagguan jiwa 25

26 H. Perbadingan Penggolongan Diagnostik No PPDGJ-I PPDGJ-II PPDG-III I Psikosa organik II Psikosa fungsional III Neurosa, Gg. Kepribadian, Gg. Jiwa nonpsikosa 317 Kondisi yang terkait pada Kebudayaan Setempat Gg. Mental organik (psikotik-nonpsikotik) G.g psikotik lainnya Gg. Neurotik, Gg. Kepribadian Dan gg. Mental non psikotik lainnya Penomena dan Sindrom yang Berkaitan Dengan faktor Sosial budaya di Indonesia. F00 - F09 Gg. Mental organik (termasuk gg. Mental simtomatik) F10 - F29 Gg. Mental dan perilaku akibat zat psikoaktif. F20 - F29 Skizofrenia, Gg. Skizopital dan Gg. Waham F30 F39 Gg. Suasana Perasaan ( mood / afektif) F40 F48 Gg. Neurotik Gg. Somatoform Dan Gg. Terkait stres F50 F59 Sindrom Perilaku Berhubungan Dengan Gg. Fisiologis dan Faktor fisik F60 F69 Gg. Kepribadian Dan perilaku 26

27 IV Retardasi mental V 308 Gg. Tingkah laku Masa anak dan Remaja Retardasi mental 307, 309, 312, 313, 314, 315, dll. Gg. Yang biasanya Mulai nampak Dalam masa bayi, Kanak, atau Remaja Masa dewasa. F70 F79 Retardasi mental F80 F89 Gg. Perkembangan Psikologis F90 F98 Gg. Perilaku dan Emosional Dengan onset Biasanya pada Masa kanak dan Remaja. KO DE V 316 dan 138 Kegagalan Penyesuaian sosial Tanpa gg. Psikiatrik Yang nyata. Kondisi yang tidak Tercantum sebagai Gangguan jiwa, Tetapi menjadi Pusat perhatian Atau terapi. Kondisi lain Yang menjadi fokus perhatiannya Klinis. 27

28 Formulir Laporan Dignosis Multiaksial AKSIS I: Gangguan klinis Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis Nomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III AKSIS II: Gangguan keperibadian Retardasi mental Nomer kode diagnosis nama diagnosis menurut PPDG-III AKSIS III: Nomer kode diagnosis Kondisi medik umum nama diagnosis menurut PPDG-III AKSIS IV: Masalah psikososial dan lingkungan ( )Masalah dengan primary support group (keluarga), jelaskan: ( )Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial, jelaskan: ( )Masalah pendidikan, jelaskan: ( )Masalah pekerjaan, jelaskan: ( )Masalah perumahan, jelaskan: ( )Maslah ekonomi, jelaskan: ( )Masalah akses ke pelayanan kesehatan, jelaskan: ( )Maslah berkaitan interaksi dengan hukum/kriminal, jelaskan: ( )Masalah psikososial dan lingkungan lain, jelaskan: AKSIS V: Nilai Skala penilaian fungsi secara global Kerangka waktu 28

29 Contoh pencatatan diagnosis multiaksial 1. Aksis I F34.1 Distemia F81.0 Gangguan membaca khas Aksis II Z03.2 Tidak ada diagnosis Aksis III H90.1 Otitis media, berulang Aksis IV Korban penelantaran anak Aksis V GAF = 53 (Mutakhir) 2. Aksis I F38.0 Gangguan afektif tunggal (depresi) disebabkan hipotiroid Aksis II Z03.2 Tidak ada diagnosis Gambaran kepribadian histrionik Aksis III E02.0 Hipotiroid Aksis IV Tidak ada (none) Aksis V GAF = 45 (Pada saat masuk RS) GAF = 65 (Pada saat pemulangan) 29

30 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Istilah yang digunakan dalam PPDGJ adalah gangguan Jiwa atau gangguan mental (mental disorder), tidak mengenal istilah penyakit Jiwa (mental illness/mental desease). 1. Konsep gangguan jiwa tersebut ada 2 versi, yaitu: Menurut PPDGJ II: Gangguan jiwa adalah sindrom atau perilaku tertentu atau kondisi psikologis seseorang yang secara klinis cukup bermakna, dan secara khusus berkaitan dengan distress (gejala penderitaan) dan disability (keterbatasan kemampuan normal pada aktivitas normal pada tingkat personal). Kata DSM IV: Gangguan jiwa itu adalah perilaku penting yang signifikan secara klinis atau sindrom psikologis atau pola acuan tertentu yang terjadi pada individu yang dihubungkan dengan kondisi distress dan disability atau dihubungkan dengan peningkatan resiko untuk menderita nyeri, disability, hilangnya kemampuan bergerak bebas, bahkan kematian. 2. Diagnosis Multi Aksial Terdiri atas 5 Aksis Aksis I : - Gg. Klinis - Kondisi lain yg menjadi fokus perhatian Aksis II : - Gg Kepribadian - Retardasi Mental Aksis III : - Kondisi Medik Umum Aksis IV : - Masalah Psikososial & lingkungan Aksis V : - Penilaian fungsi secara global B. Saran Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi penulis. 30

31 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1983), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa, Jakarta Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1993), Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa, Direktorat Kesehatan Jiwa,Jakarta Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa di Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan; Fakultas Kedokteran, Jakarta. Hawari Dadang, dr (2001), Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia, Hurlock, Elisabeth, (1998), Psikologi Perkembangan, Jakarta, Erlangga Kelliat Budi Anna, Dr, (1998), Peranan Keluarga dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Maslim, Rusdi (2001) Buku saku diagnosis gangguan jiwa PPDGJ-III. PT Nuh Jaya. Jakarta diaksese pada tanggal 07 mei 2013 jam 20:00 WITA 31

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA

PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA PEDOMAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN JIWA DAN MANFAATNYA TERHADAP KEPERAWATAN 1 PENDAHULUAN Linneacus (1707-1778) memulai klasifikasi yang teratur Thn 1853 dlm Kongres statistik internasional William

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Demensia Delirium Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Penggolongan diagnosis gangguan jiwa menurut PPDGJ III berdasarkan pada sistem hierarki penyakit yang tercantum paling atas mempunyai hierarki tertinggi dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM RS GRHASIA YOGYAKARTA 2.1 Sejarah Berdirinya RSJ.GRHASIA Rumah Sakit GRHASIA Berdiri tahun 1938, sekitar 70 tahun yang lalu. Pertama kali belum dijadikan sebagai rumah sakit jiwa seperti

Lebih terperinci

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan

Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III. Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Klasifikasi Gangguan Jiwa menurut PPDGJ III Dr. Tribowo Tuahta Ginting S, SpKJ SMF Psikiatri RSUP Persahabatan Definisi Psikiatri : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari mengenai emosi, persepsi, kognisi

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For Prognosis Terapi (Farmakoterapi / psikoterapi)

Lebih terperinci

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A DIAGNOSIS? Do Penyusunan gejala Memberi nama atau label Membedakan dengan penyakit lain For prognosis Terapi (Farmakoterapi

Lebih terperinci

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK

DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 DAFTAR KOMPETENSI KLINIK Target Kompetensi Minimal Masalah Psikiatrik Untuk Dokter Umum: 1. Mampu mendiagnosis dan melakukan penatalaksanaan kasus psikiatrik

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI PEMERIKSAAN PSIKIATRI TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menyelesaikan modul pemeriksaan psikiatri, mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan pengertian gangguan jiwa. 2. Mengenali gejala dan tanda gangguan

Lebih terperinci

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM

MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI. FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM MULTIAKSIAL DIAGNOSIS & PENGANTAR PENULISAN STATUS PSIKIATRI FK UII, 14 Januari 2016 Tika Prasetiawati KSM Psikiatri RS UGM Konsep Kesehatan Jiwa Sadar akan kemampuan diri Mampu mengatasi tekanan hidup

Lebih terperinci

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI Program Studi : Kedokteran Kode Blok : Blok 20 Blok : PSIKIATRI Semester : 5 Standar Kompetensi : Mampu memahami dan menjelaskan tentang

Lebih terperinci

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA

KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA PSIKOLOGIS; didasarkan atas letak dominasi gangguan pada fungsi psikologis FISIOLOGIS; setiap proses psikologis didasari fisiologis/faali ETIOLOGIS; berdasarkan penyebab gangguan

Lebih terperinci

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt

Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt Keterangan; a. Medical Flight Test dapat dilakukan di Simulator atau Aircraft; b. Medical Flight Test hanya untuk Penerbang. flt STANDAR PENGUJIAN KESEHATAN JIWA (PSIKIATRI) KELAINAN PSIKIATRI KELAS 1

Lebih terperinci

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif.

Penggolongan gangguan jiwa pada PPDGJ-III menggunakan pendekatan ateoretik dan deskriptif. Gangguan jiwa (DSM-IV) = Mental disorder is a conceptualised as clinically significant behavioural or psychological syndrome or pattern that occurs in an individual and that is associated with present

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang mengalami kondisi atau episode dari depresi dan/atau manik,

Lebih terperinci

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU

Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU Gangguan Mental Organik (GMO) Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 PPDGJ I (1973) : disamakan dgn SOO PPDGJ II (1983) : dibedakan dgn SOO PPDGJ III (1993) : hanya dipakai nama GMO

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dengan adanya gejala klinis yang bermakna berupa sindrom pola perilaku dan pola psikologik, yang berkaitan dengan adanya distress

Lebih terperinci

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU Gangguan Kepribadian Definisi: Suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan dengan corak-corak maladaptif dari penyesuaian dirinya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI

Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5. Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Definisi & Deskripsi Skizofrenia DSM-5 Gilbert Richard Sulivan Tapilatu FK UKI Latar Belakang DSM-IV Tahan uji Valid Memudahkan informasi klinis Gejala klinis beragam, subtipe, & kategori sangat minim

Lebih terperinci

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( ) GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ disusun oleh: Ade Kurniadi (080100150) DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun semakin bertambah. Sedikitnya 20% penduduk dewasa Indonesia saat ini menderita gangguan jiwa,, dengan 4 jenis penyakit

Lebih terperinci

Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ Oleh: Citra Aminah Purnamasari 1102009065 Pembimbing: Dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ F 60 : Gangguan Kepribadian Khas F 61 : Gangguan Kepribadian Campuran dan Lainnya F 62 : Perubahan Kepribadian yang Berlangsung

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Gangguan bipolar dulunya dikenal sebagai gangguan manik depresif, yaitu gangguan kronik dari regulasi mood yang dihasilkan pada episode depresi dan mania. Gejala psikotik mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Lebih terperinci

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/- PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum: baik Kesadaran: compos mentis Tanda vital: TD: 120/80 mmhg Nadi: 84 x/menit Pernapasan: 20 x/menit Suhu: 36,5 0 C Tinggi Badan: 175 cm Berat Badan: 72 kg Status Generalis:

Lebih terperinci

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN

LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN LAPORAN PSIKIATRI GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR CAMPURAN Disusun oleh : Ali Abdullah Sungkar S.Ked 0810221112 Dokter Pembimbing: Dr. Tribowo T. Ginting, Sp.KJ KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN Definisi Suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengambil tindakan 2 Beda kecemasan dan ketakutan

Lebih terperinci

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik

Mampu mengenal dan mengetahui tanda, gejala dan pemeriksaan status mental yang menunjang dalam mendiagnosa pasien dengan gangguan mental organik Judul: Gangguan Mental Organik prof. Jayalangkara Tanra (neuropsikiatri) Alokasi waktu: 3 x 50 menit Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mampu melakukan diagnosa dan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

Psikologi abnormal. Sinopsis:

Psikologi abnormal. Sinopsis: Psikologi abnormal Sinopsis: Buku pasikologi abnormal membincangkan beberapa masalah mengenai kecelaruan tingkah laku yang lazimnya mengganggu perjalanan harian seseorang. Secara tidak langsung buku ini

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar REFERAT Gangguan Afektif Bipolar Retno Suci Fadhillah,S.Ked Pembimbing : dr.rusdi Efendi,Sp.KJ kepaniteraanklinik_fkkumj_psikiatribungar AMPAI Definisi gangguan pada fungsi otak yang Gangguan ini tersifat

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Kesehatan mental adalah sama pentingnya dengan kesehatan fisik dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, keduanya saling berkaitan, individu dengan masalah kesehatan fisik sering mengalami

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

PSIKIATRI. Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri.

PSIKIATRI. Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial. Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri. PSIKIATRI Klasifikasi Gangguan Jiwa dan Diagnosa Multiaksial Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikiatri Disusun oleh : Tiesnawati B. Mawarni 190110100019 Adinda Putriandira 190110100030

Lebih terperinci

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man Gangguan Suasana Perasaan Oleh : Syamsir Bs, Psikiater Departemen Psikiatri FK-USU 1 Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Gangguan stres akut (juga disebut shock psikologis, mental shock, atau sekedar shock) adalah sebuah kondisi psikologis yang timbul sebagai tanggapan terhadap peristiwa yang mengerikan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 13 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yg terorganisir serta sarana kedokteran yg permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II)

OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) OLEH: ARIS SUSANTO (PERTEMUAN I & II) Apakah Klasifikasi Penyakit? Penyakit diklasifikasikan atau dibuat dalam grup yang kriterianya sudah ditentukan Contoh kriteria: Etiologi Anatomi Umur Patofisiologi

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN SRAGEN UPTD PUSKESMAS SAMBUNG MACAN II Jalan Raya Timur km 15 Banaran Sambungmacan Sragen Telp (0351) 671294, Kode pos 57253 KEPUTUSAN KEPALA UPTD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mengklasifikasikan perilaku abnormal pada anak-anak, hal pertama kita harus mengetahui apa yang dianggap normal pada usia tersebut. Untuk menentukan apa yang normal

Lebih terperinci

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ GANGGUAN KPERIBADIAN (PERSONALITY DISORDER) Oleh: ADE F.1102007002 SYAIRAH B. 1102008249 Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ KEPRIBADIAN Totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan karakter atau

Lebih terperinci

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA

SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA SKILL LAB. SISTEM NEUROPSIKIATRI BUKU PANDUAN MAHASISWA TEHNIK KETERAMPILAN WAWANCARA Skill Lab. Sistem Neuropsikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2014 PENGANTAR Setelah melakukan

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa di Indonesia saat ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua terutama bagi kita yang berkecimpung di bidang kejiwaan seperti psikiater,

Lebih terperinci

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Batasan Pedologi Bidang Terapan. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Batasan Pedologi Bidang Terapan Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Pedologi Psikologi abnormal atau sering juga

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SKIZOFRENIA Skizofrenia adalah suatu gangguan psikotik dengan penyebab yang belum diketahui yang dikarakteristikkan dengan gangguan dalam pikiran, mood dan perilaku. 10 Skizofrenia

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Skizofrenia. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Skizofrenia Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id SCHIZOPHRENIA Apakah Skizofrenia Itu? SCHIZOS + PHREN Gangguan jiwa dimana penderita

Lebih terperinci

1. Ggg mental krn memperoleh Pengobatan Psikiatris, org yg terganggu mentalnya ad org yg memperoleh pengobatan (treatment) psikiatris. 2.

1. Ggg mental krn memperoleh Pengobatan Psikiatris, org yg terganggu mentalnya ad org yg memperoleh pengobatan (treatment) psikiatris. 2. 1. Ggg mental krn memperoleh Pengobatan Psikiatris, org yg terganggu mentalnya ad org yg memperoleh pengobatan (treatment) psikiatris. 2. Salah Penyesuaian sebagai Gejala sakit mental, penyesuaian sso

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu

Lebih terperinci

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN MOOD dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ Gangguan Mood Mood adalah pengalaman emosional individual yang bersifat menyebar. Gangguan mood adalah suatu kelompok kondisi klinis yang ditandai oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Definisi Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM-IV) memberikan definisi gangguan jiwa sebagai pola psikologis atau perilaku secara klinis

Lebih terperinci

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan

Lebih terperinci

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Gangguan Suasana Perasaan Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ Pendahuluan Mood : suasana perasaan yang pervasif dan menetap yang dirasakan dan memperngaruhi perilaku seseorang dan persepsinya terhadap dunianya.

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Teori Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan, apabila dilihat dari segi biologis. Secara lebih jelas

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi sebenarnya merupakan bagian

Lebih terperinci

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.

Pedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi. Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan hidup yang semakin tinggi dan tidak tepatanya pemberian koping pada stresor mengakibatkan peningkatan kasus gangguan jiwa. Menurut WHO (2009) memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal. U1n. U2n BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Rancang Bangun Penelitian Jenis penelitian : observasional Desain penelitian : prospektif dengan pembanding internal Sembuh P N M1 U1n mg I mg II mg III mg IV mg V mg VI Tidak

Lebih terperinci

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li GANGGUAN ANXIETAS DAN DEPRESI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULER DAN PENATALAKSANAANNYA DI PELAYANAN PRIMER Carla R. Marchira Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University,

Lebih terperinci

Agung Frijanto PIT PDUI

Agung Frijanto PIT PDUI CLINICAL MENTORING INSOMNIA Agung Frijanto PIT PDUI - 2016 Kasus-1 Identitas Tn F, 50 thn, menikah, wiraswasta. Keluhan Utama : Sulit tidur disertai badan lemah sekitar satu bulan. Anamnesis : Sejak satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), dan tindakan (psychomotor). Dari berbagai penelitian dapat

Lebih terperinci

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K)

Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Diagnosis & Tatalaksana Gangguan Depresi & Anxietas di Layanan Kesehatan Primer Dr. Suryo Dharmono, SpKJ(K) Yogyakarta, 11 Oct 2014 1 Prevalensi Ganguan Psikiatrik yang lazim di Komunitas dan Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh orang lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa erat hubungannya

Lebih terperinci

REFLEKSI KASUS GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA

REFLEKSI KASUS GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa RSD MadaniPalu Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako REFLEKSI KASUS GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi, dan sosial, yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping

Lebih terperinci

Refrat. Gangguan Somatoform. Disusun oleh: Aidyl Fitrisyah. Dosen Pembimbing: dr. Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ

Refrat. Gangguan Somatoform. Disusun oleh: Aidyl Fitrisyah. Dosen Pembimbing: dr. Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ Refrat Gangguan Somatoform Disusun oleh: Aidyl Fitrisyah Dosen Pembimbing: dr. Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH JAMBI 2010 HALAMAN PENGESAHAN Refrat Judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian ( WHO,

Lebih terperinci

Kesihatan mental. Sinopsis:

Kesihatan mental. Sinopsis: Kesihatan mental Sinopsis: Masyarakat kita sering mengaitkan penyakit mental dengan kuasa di luar kawalan manusia seperti hantu, jin, syaitan dan makhluk halus lain. Seorang dukun atau bomoh dianggap mempunyai

Lebih terperinci

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental Terkait Trauma Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM Gangguan Mental setelah Trauma Trauma 2 minggu 1 bulan 2 bulan 6 bulan Reaksi stres akut Berkabung

Lebih terperinci

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ

GANGGUAN TIDUR. Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ GANGGUAN TIDUR Dr. Moetrarsih SKF, DTM&H, Sp.KJ Sub Topik Bahasan 1. Sleep-wake cycle disturbance 2. Nightmare 3. Sleep Walking Indikator Pencapaian 1. Menjelaskan Etiologi Gangguan Tidur 2. Membedakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa usia lanjut. Keberhasilan pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL...,... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT... xv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1 B. Perumusan

Lebih terperinci

PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-III

PEDOMAN DIAGNOSTIK PPDGJ-III PEDOMAN DIAGNOSTIK dari PPDGJ-III Pedoman diagnostik disusun berdasarkan atas jumlah dan keseimbangan gejala-gejala, yang biasanya ditemukan pada kebanyakan kasus untuk menegakkan suatu diagnosis pasti.

Lebih terperinci

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m

Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn atensi, orientasi, m DELIRIUM Oleh : dr. H. Syamsir Bs, Sp. KJ Departemen Psikiatri FK-USU 1 Definisi Suatu reaksi organik akut dengan ggn utama adanya kesadaran berkabut (clouding of consciousness), yg disertai dengan ggn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa Menurut World Health Organization adalah berbagai karakteristik positif yang menggabarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan

Lebih terperinci

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK Panduan Belajar Ilmu Kedokteran Jiwa - 2009 BAB 1 PSIKIATRI KLINIK A. Pertanyaan untuk persiapan dokter muda 1. Seorang pasien sering mengeluh tidak bisa tidur, sehingga pada pagi hari mengantuk tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Jiwa 2.1.1. Definisi Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,

Lebih terperinci