ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK"

Transkripsi

1 ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK

2

3 ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK Oleh: WENDRA MARTHA NPM : Tlpn : wendramartha@yahoo.co.id Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A. Pembimbing II : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai kewajaran saldo piutang yang tercantum dalam neraca per 31 Desember 2010, dan untuk menilai keefektivitasan internal control piutang. Penelitian ini dilakukan terhadap satu salah koperasi karyawan yang dimiliki PT. PLN (Persero) Tbk., yaitu pada Koperasi Karyawan XYZ. Data-data yang digunakan adalah gambaran umum koperasi, laporan sisa hasil usaha dan neraca per 31 Desember 2010, faktur-faktur penjualan dan pinjaman, data-data terkait lainnya selama satu tahun (Januari-Desember 2010) serta daftar anggota dan debitur. Dari hasil pengujian dan perhitungan yang dilakukan peneliti atas nilai piutang pada Koperasi Karyawan XYZ dengan menggunakan metode statistikal sampling, maka disimpulkan bahwa dari pembagian kuesioner atas sistem pengendalian intern piutang, serta observasi langsung oleh penulis dan analisis dengan menggunakan sistem tabulasi dengan attribute sampling diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian internal control piutang pada Koperasi Karyawan XYZ telah berjalan dengan baik. Dengan menggunakan prosedur variabel sampling dalam melakukan pengujian terhadap saldo piutang pada Koperasi Karyawan XYZ diperoleh bahwa saldo piutang yang tercantum dalam neraca sudah sewajarnya. Hal ini dikarenakan setelah dilakukan perhitungan, saldo piutang yang tercantum dalam neraca sebesar Rp ,00 berada di dalam interval presisi dan selisih antara saldo piutang dengan nilai audit adalah sebesar Rp ,36 berada dibawah tingkat taksiran kekeliruan maksimum yang dianggap material dalam populasi, yaitu sebesar Rp ,48. Kata kunci: internal control, kewajaran, statistikal sampling, attribute sampling, variabel sampling, dan piutang. ANALYSIS ASSESSMENT OF ACCOUNT RECEIVABLES FAIRNESS (CASE STUDY ON KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRACT By: WENDRA MARTHA NPM : Tlpn : wendramartha@yahoo.co.id Pembimbing I : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M., C.P.A. Pembimbing II : Harsono Edwin Puspita, S.E., M.Si. The purpose of this study is to assess the fairness of account receivables is included in the balance sheet as of December 31, 2010, and to assess the effectiveness of internal control of account receivables. The research was conducted on a cooperative employee owned one PT. PLN (Persero) Tbk., Koperasi Karyawan XYZ. The data used is an overview of the cooperative, the report of net income and balance sheet as of December 31, 2010, sales invoice and loans, other relevant data for one year (January to December 2010) as well as a list of members and borrowers. From test results and calculations on the account receivables at Koperasi Karyawan XYZ by using statistical sampling methods, can be concluded from the distribution of questionnaires for internal control systems of account receivables and direct observation by the author and also the analysis by using attribute sampling system with a tabulation system. The results that internal control system of account receivables at Koperasi Karyawan XYZ have been going well. By using variable sampling procedures in a test of account receivables on Koperasi Karyawan XYZ, that the amounts listed in the balance sheet had been already fair. This is because after the calculations, the account receivables on the balance sheet is Rp ,00 which is in the interval precision, and the difference between on the account receivables and audit value is Rp ,36 which is to be below the estimated maximum error in the population considered to be material, Rp ,48. Key words: Internal control, fairness, statistical sampling, attribute sampling, variable sampling, and account receivables. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

4 Latar Belakang Pada kegiatan pinjaman dan kegiatan penjualan kredit pada koperasi, umumnya terdapat tenggang waktu antara saat penyerahan barang atau jasa dengan penerimaan pembayaran, dimana akan disertai dengan syarat-syarat kredit yang telah ditetapkan oleh koperasi. Penjualan secara kredit dan pinjaman kepada anggota merupakan suatu upaya untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi koperasi dalam pemanfaatan sumber daya yang ada, karena dengan penjualan dan pinjaman yang semakin meningkat, diharapkan laba juga akan meningkat. Dalam penjualan kredit dan kegiatan pinjaman dari anggota, saat penyerahan barang atau jasa, koperasi menerima tanda bukti penerimaan barang atau jasa dari pembeli ataupun anggota yang sekaligus merupakan pernyataan untuk melakukan pembayaran di kemudian hari. Bukti inilah yang menimbulkan piutang dari pihak penjual (Saputri, 2012). Koperasi sudah seharusnya menjaga keefektivitasan dalam mengelola piutangnya. Sebab, apabila terjadi sedikit saja kesalahan dalam pencatatan piutang, maka akan berakibat buruk terhadap kinerja yang dikelola oleh koperasi tersebut. Untuk itu perlu adanya akuntan publik, akuntan publik dalam tugasnya sebagai auditor akan memberikan jasa kepada kliennya. Jasa yang diberikan berupa jasa atestasi kepada kliennya mengenai kewajaran dari laporan keuangan sebuah entitas bisnis. Jasa atestasi menurut Mulyadi (2002:5) terdiri atas auditing, pemeriksaan, review, dan prosedur yang disepakati. Pada auditing,auditor menerbitkan laporan tertulis berisi pendapat atau opininya mengenai apakah laporan keuangan historis tersebut telah disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Dalam pemeriksaan, auditor diminta oleh klien melakukan pemeriksaan terhadap informasi keuangan profekstif dan pemeriksaan atas pengendalian internal control yang telah diterapkan. Pada pengendalian internal control meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian, dan keandalan data akuntansi. Seorang auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian intern suatu entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Dalam hal review, auditor meminta keterangan dan prosedur analitis terhadap informasi keuangan dengan tujuan menyakini informasi keuangan tersebut (Saputri, 2012). Menurut Agoes (2004:99) dalam melakukan pemeriksaan, akuntan publik biasanya tidak memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam perusahaan. Karena kalau seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu yang sangat lama dan memakan biaya besar. Menurut Halim (2008:269) ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor untuk memperoleh bukti yang kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah sampling statistik dan non sampling statistik. Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan rencana sampling, dan pengevaluasian hasil sampling, serta dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan. Menurut Mulyadi (2002:253) dalam statistikal sampling, auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan menganalisis hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel secara matematis. Dengan cara ini, jika dua orang atau lebih auditor menggunakan parameter yang sama dalam pengambilan sampel dengan statistikal sampel ini, maka semua auditor tersebut akan menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik. Dengan kata lain statistik sampel akan menjamin objektivitas hasil evaluasi terhadap objek yang diperiksa. Dalam penerapan metode statistikal sampling terdapat dua prosedur yang digunakan auditor, yaitu attribute sampling dan variabel sampling. Penelitian ini didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karamoy (2000) yang berjudul Analisis Penggunaan Metode Sampling Statistikal Terhadap Audit Piutang Dagang CV Mahligai Rattan di Bandar Lampung, kemudian Debora (2008) yang berjudul Analisis Ketetapan Penentuan Nilai Persediaan

5 Dengan Menggunakan Metode Audit Sampling Statistikal Pada Toko Surya kemudian Puspita (2010) yang berjudul Penerapan Statistikal Sampling Dalam Pemeriksaan Piutang dagang Pada PT. Coca- Cola Botting Indonesia Cabang Bandar Lampung. Berdasarkan uraian diatas penulis bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Analisis Penilaian Kewajaran Saldo Piutang (Studi Kasus Pada Koperasi Karyawan XYZ). 1.2 Perumusan Masalah dan Batasan Masalah Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah struktur pengendalian internal terhadap piutang yang terdapat pada Koperasi Karyawan XYZ telah berjalan dengan baik? 2. Apakah saldo piutang yang tercantum pada neraca per 31 Desember 2010 telah menunjukkan saldo yang sewajarnya? Batasan masalah Untuk memfokuskan penelitian ini agar memiliki ruang lingkup dan arah penelitian yang jelas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Masalah yang diangkat hanya pada piutang pada pada Koperasi Karyawan XYZ. 2. Periode analisis dalam penelitian ini selama satu tahun yaitu Januari 2010 sampai dengan dengan Desember Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian 1. Untuk menilai keefektivitasan internal control piutang dalam koperasi. 2. Untuk menilai kewajaran saldo piutang yang tercantum dalam neraca per 31 Desember Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Bagi Koperasi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kewajaran saldo piutang dengan menggunakan metode statistikal sampling sehingga dapat memperoleh sampel yang lebih representatif dan dapat memberikan masukan atau koreksi terhadap estimasi saldo piutang yang tercantum dalam neraca. 2. Bagi Penulis Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kewajaran saldo piutang dengan menggunakan metode statistikal sampling. 3. Bagi Pihak Lain Sebagai bahan acuan bagi penilitian-penelitian selanjutnya yang tertarik untuk melanjutkan dan atau mengembangkan tentang masalah yang diangkat oleh penulis. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing Pengertian Auditing Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah: Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan

6 bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut Pengendalian Intern Piutang Menurut Mulyadi (2008:490 ), bahwa unsur pengendalian intern dalam sistem penerimaan kas dari piutang adalah sebagai berikut: Organisasi a. Fungsi akuntansi harus terpisah dari fungsi penagihan dan fungsi penerimaan kas. b. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan c. Debitur diminta untuk melakukan pembayaran dalam bentuk cek atas nama atau dengan cara pemindahbukuan (giro bilyet). d. Fungsi penagihan melakukan penagihan hanya atas dasar daftar piutang yang harus ditagih yang dibuat oleh fungsi akuntansi. e. Pengkreditan rekening pembantu piutang oleh fungsi akuntansi (bagian piutang) harus didasarkan atas surat pemberitahuan yang berasal dari debitur. Praktik yang Sehat f. Hasil penghitungan kas harus direkam dalam berita cara penghitungan kas disetor penuh ke bank dengan segera. g. Para penagih dan kasir harus diasuransikan (fidelity bond insurance). h. Kas dalam perjalanan (baik yang ada di tangan bagian kasa maupun di tangan penagih perusahaan) harus diasuransikan (cash-in-safe dan cash-in-transit insurance) Materialitas Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit dalam Mulyadi (2002:157) mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit dan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum di Indonesia Risiko Audit Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit dalam Mulyadi (2002:165), risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak dimodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan yang mengandung salah saji material. Menurut Mulyadi (2002:167) terdapat tiga unsur audit, yaitu: a. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. b. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas. c. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu arsesi Cara Pemilihan Sampel dalam Proses Auditing Menurut Agoes (2004:99) dalam proses audit, ada beberapa cara pemilihan sample yang sering digunakan, yaitu: 1. Random/judgement sampling Dalam pemilihan sample dilakukan dengan cara random atau acak dengan menggunakan judgement si auditor. 2. Blok sampling, dalam hal ini auditor memilih transaksi-transaksi pada waktuwaktu tertentu sebagai sample, misalnya pada bulanbulan tertentu. 3. Statistikal sampling, pemilihan sample dilakukan secara ilmiah atau dengan statistik. Sehingga walaupun lebih sulit namun sample yang dipilih lebih representative. Dalam penelitian ini menggunakan metode statistikal sampling. Metode ini dibedakan menjadi dua, yaitu

7 attribute sampling dan variable sampling. 2.2 Piutang Definisi piutang menurut PSAK no 9 (revisi 2009) adalah : Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha dan piutang lainlain yang diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar Pengakuan dan Klasifikasi Piutang Piutang yang timbul bagi koperasi merupakan sebagai konsekuensi dari sebagai akibat dari kegiatan pinjaman dari anggota dari kegiatan pinjaman dari anggota penjualan kredit. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 27 yang dikutip oleh Saputri (2012), mengemukakan bahwa akun piutang pada koperasi umumnya diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa kepada anggota, sehubungan dengan program penyaluran barang atau dana kredit dari pemerintah maupun karena kegiatan usaha lainnya. 2. Piutang yang timbul karena penjualan produk dan penyerahan jasa kepada bukan anggota sehubungan dengan program penyaluran barang atau dana kredit dari pemerintah maupun karena kegiatan usaha lainnya. 3. Piutang kepada koperasi lain yang timbul sehubungan dengan transaksitransaksi yang menyangkut program pemerintah dibidang pengadaan dan penyaluran produk pencairan sebagian atau piutang ini di luar wewenang koperasi yang berhutang. Di samping itu, transaksi atau dana yang mengakibatkan timbulnya piutang ini dilakukan atau disimpan oleh koperasi lainnya. Piutang semacam ini lebih bersifat sebagai aktiva yang dititipkan pada koperasi lain yang pengaturannya diatur pihak lain. Contoh dari ini adalah piutang dana pengembangan. 4. Piutang yang timbul sehubungan dengan pembagian sisa hasil usaha (SHU) dari koperasi lain yang pencatatannya tergantung pada persyaratan tertentu (Ikatan Akuntan Indonesia, 1998:27.18). 2.3 Statistikal sampling Menurut Mulyadi (2002:253) dalam statistikal sampling, auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi, dan menganalisis hasil pemeriksaan terhadap anggota sampel secara matematis. Dengan cara ini, jika dua orang atau lebih auditor menggunakan parameter yang sama dalam pengambilan sampel dengan statistikal sampel ini, maka semua auditor tersebut akan menghasilkan konklusi yang tidak berbeda secara statistik. Dengan kata lain statistikal sampel akan menjamin objektivitas hasil evaluasi terhadap objek yang diperiksa. Menurut Mulyadi (2002:253) metode statistikal sampling dibagi menjadi dua, yaitu attribute sampling dan variabel sampling. Attribute sampling atau disebut juga propotional sampling digunakan terutama untuk menguji efektivitas pengendalian intern (dalam pengujian pengendalian), sedangkan variabel sampling digunakan terutama untuk mengukur nilai rupiah yang tercantum dalam suatu laporan keuangan (dalam pengujian substantif) Attribute sampling Yaitu prosedur-prosedur yang didesain untuk menyediakan suatu dasar statistikal bagi penelitian terhadap efektivitas struktur pengendalian intern atau suatu metode statistik digunakan untuk estimasi proporsi item atau objek dalam suatu populasi yang berisi suatu

8 karakteristik atau attribut. Seorang auditor memeriksa dengan menggunakan attribute sampling, mengenai sistem pengendalian intern mengingankan suatu jawaban ya atau tidak tentang masalah sistem pengendalian intern tersebut. Proporsi dalam sampling ini adalah item yang ada dalam atribute tertentu terhadap jumlah total populasi yang ada (Hartadi, 1987 : 244). Menurut Mulyadi (2002:253) didalam metode attribute sampling terdapat tiga model, yaitu fixed-sample-size attribute sampling, stop- or- go sampling, dan discovery sampling. Dalam penelitian ini penulis menggunakan stop- or -go sampling. 1. Fixed-sample-size attribute sampling Model pengambilan sampel ini adalah metode paling banyak digunakan audit. Pengambilan sampel dengan metode ini ditunjukan untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Model ini terutama digunakan jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai beberapa penyimpangan (kesalahan). 2. Stop-or- go sampling Metode pengambilan sampel ini sering juga disebut dengan decision attribute sampling. Metode ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Metode ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat kecil. 3. Discovery sampling Metode pengambilan sampel ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol). Dalam metode ini auditor menginginkan kemungkinan tertentu untuk menemukan paling tidak satu kesalahan, jika kenyataannya tingkat kesalahan sesungguhanya lebih besar dari yang diharapkan. Discovery sampling dipakai oleh auditor untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan ketidakberesan yang lain. Setelah penulis menganalisis hasil kuesioner dari responden serta melakukan observasi langsung terhadap internal control, penulis kemudian melakukan pengujian attribute sampling. Attribute sampling menguji bukti-bukti yang berhubungan dengan internal control secara sampling. Bukti-bukti yang diuji adalah faktur penjualan dan pinjaman yang dicek ada atau tidaknya otorisasi oleh pihak berwenang. Dari hasil analisis pengujian attribute sampling digunakan untuk mendukung hasil dari kuesioner dan hasil observasi Variabel sampling Menurut Mulyadi (2002:281) variabel sampling adalah teknik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau saldo dan mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas lain. Variabel sampling juga digunakan untuk memperkirakan saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah ditambah atau dikurangi dengan suatu interval tertentu jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam kondisi (Mulyadi, 2002:282), yaitu: 1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dianggap benar (misalkan klien menerapkan secara keliru prinsip akuntansi yang lazim atau klien banyak melakukan kekeliruan dalam pencatatan akuntansinya). 2. Jika suatu saldo akun ditentukan dengan statistikal sampling. Dalam keadaan seperti di atas, umumnya auditor menggunakan variable sampling untuk mempekirakan saldo akun dan mengusulkan adjustment untuk menyesuaikan saldo akun tersebut dengan hasil taksiran statistik. Jika saldo akun tidak terdapat di dalam buku klien, hasil taksiran statistik tersebut langsung diusulkan oleh auditor untuk dicatat di dalam buku klien (Mulyadi, 2002:282). Auditor dapat pula menggunakan variable sampling untuk menilai kewajaran saldo suatu unsur yang dicantumkan di dalam laporan keuangan. Jika dalam auditnya, auditor mau menerima saldo yang tercantum di dalam laporan keuangan sebagai suatu jumlah yang benar, dan auditor tersebut hanya akan mengusulkan adjustment terhadap jumlah tersebut jika terdapat kekeliruan yang material dalam jumlah tersebut, maka auditor menggunakan uji hipotesis (Mulyadi, 2002:282). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian adalah metode deskriptif, dengan survey

9 penelitian langsung kepada masalah serta menggambarkan keadaaan yang terjadi dalam koperasi yang terjadi dalam perusahaan berdasarkan fakta yang ada. Menurut Indrianto dan Supomo (2006:6) bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa faktafakta saat ini dari suatu populasi. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis berusaha mengumpulkan data dengan menggunakan metode studi kasus, yaitu dengan cara mengumpulkan data primer dan sekunder. 1. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara memperoleh data langsung ke lapangan atau dengan terjun langsung ke Koperasi Karyawan XYZ yang menjadi lokasi penelitian. Tujuan penelitian lapangan ini adalah untuk memperoleh data yang akurat. Secara lebih spesifik data primer yang akan digunakan oleh penulis dapat diperoleh dengan cara : a. Wawancara Yaitu penulis mewawancarai secara langsung kepada pengurus koperasi dan pihak-pihak yang berwenang yang berkaitan dengan data-data yang diperlukan dalam penelitian, sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan. b. Kuesioner Metode ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pengurus koperasi dengan tujuan memperoleh jawaban lebih terperinci sehubungan dengan pembahasan masalah yang ditulis oleh penulis. 2. Pengumpulan Data Sekunder Yaitu dengan menggunakan tinjauan pustaka dan sumbersumber lain di luar sumber primer. Teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut : a. Dokumen Dengan cara meminta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas oleh peneliti. b. Studi kepustakaan Memperoleh data dengan membaca literatur-literatur berupa buku atau tulisan ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Data sekunder dalam penelitian ini, antara lain: 1. Gambaran umum Koperasi Karyawan XYZ. 2. Laporan keuangan (Laporan Sisa Hasil Usaha dan Neraca) per 31 Desember Faktur penjualan dan pinjaman selama tahun 2010 sebanyak ±490 faktur dan data lainnya terkait dalam koperasi. 4. Daftar anggota dan debitur di Koperasi Karyawan XYZ sebanyak Teknik Pengolahan Data Data-data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan cara sebagai berikut, yaitu: 1. Data Primer Teknik pengolahan data primer yaitu dengan menganalisis hasil kuesioner yang digunakan untuk mengetahui baik buruknya struktur pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan mengenai penjualan kredit atas piutang. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner penelitian sebelumnya yang dipakai oleh Puspita (2010) yang berasal dari Agoes (2004:185) dan diolah. a. Uji Validitas Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah Construct Validity melalui analisis faktor terhadap instrumen (Sugiyono, 2009:177). Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat dan sebaliknya. R hitung > r kritis maka valid R hitung < r kritis maka tidak valid

10 Dalam penelitian ini, perhitungan validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. b. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen kuesioner dapat digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang konsisten (Sugiyono, 2009:172). Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas menggunakan Internal Consistency, dilakukan dengan cara mencoba instrumen sekali saja, kemudian data dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2009:185). Teknik yang digunakan adalah Teknik Belah Dua (Split Half) yang dianalisis dengan rumus Spearman Brown. Seperti halnya perhitungan validitas, perhitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Rumusnya: Keterangan: = Reliabilitas internal seluruh instrumen = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua Cara pengukurannya, yaitu: Skala pengukuran menggunakan Skala Guttman merupakan skala pengukuran dengan menghasilkan jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan, yaitu ya atau tidak. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif) (Sugiyono, 2009:137). Skala Guttaman dalam bentuk checklist, jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Jawaban Ya diberi skor 1 Jawaban Tidak diberi skor 0 Untuk menentukan interval nilai, digunakan rumus (Hakim, 2001:71): Keterangan : I = Interval nilai NT = Nilai tertinggi NR K = Nilai terendah = Kategori jawaban 2. Data Sekunder Data sekunder diolah dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh dari koperasi yang berhubungan dengan piutang, kemudian data tersebut akan diolah dan analisis untuk menentukan nilai perselisihan pada tanggal neraca mengenai kewajaran saldo piutang dengan menggunakan metode statistikal sampling. 3.4 Alat Analisis Analisis Kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis masalah dengan menggunakan teori-teori yang mendukung kegiatan auditing, khususnya yang berhubungan dengan evaluasi hasil penggunaan metode statistikal sampling yaitu attribute sampling dan variabel sampling dalam menilai efektivitas pengendalian intern dan kewajaran saldo piutang pada tanggal neraca. 1. Prosedur attribute sampling Pada penelitian ini prosedur attribute sampling dilakukan dengan model stop-orgo sampling. Model ini sering juga disebut dengan decision attribute sampling. Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sampel yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menghentikan pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika auditor tidak menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan pengambilan sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor dalam menggunakan stopor-go sampling adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:261): a. Tentukan Desire Upper Precision Limit (DUPL) atau tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima dan tingkat keandalan (R%). Dalam model stop-or-go decision ini auditor disarankan untuk memilih tingkat keandalan (R%) 90%, 95%, atau 97,5%. Sehingga, DUPL = 1 (R%). b. Gunakan Tabel Sampel Minimum untuk Pengujian

11 Pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil. c. Buatlah table stop-or-go decision. d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel. Evaluasi ini dilakukan dengan menentukan AUPL (Achieved Upper Precision Limit) atau perkiraan penyimpangan dalam populasi yang dapat dilihat dari tabel evaluasi hasil yang memiliki tingkat keandalan sesuai yang digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang lalu. AUPL ini kemudian dibandingkan dengan DUPL untuk menilai efektif atau tidaknya unsur pengendalian intern tersebut, dengan ketetapan : AUPL DUPL AUPL > DUPL = Pengendalian intern efektif = Pengendalian intern belum efektif 2. Prosedur variabel sampling Prosedur ini digunakan untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam rekening atau laporan keuangan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Mulyadi, 2002:282): a. Menentukan tujuan pengambilan sampel. b. Menentukan populasi (N). c. Menentukan sampling unit. d. Menentukan besarnya sampel (n). Dalam menentukan banyaknya sampel yang akan diambil dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Penentuan deviasi standar (SD) populasi Keterangan: SD = Standar deviasi pendahuluan = Rata-rata saldo sampel pendahuluan = Jumlah saldo sampel pendahuluan N = Besarnya sampel pendahuluan 2. Penentuan tingkat risiko yang ditanggung auditor (UR dan Z beta). "! #" $ %" Keterangan: R = Risiko Audit IC =Risiko Bawaan CR =Risiko Pengendalian 3. Penentuan materialitas (M) yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa. 4. Penentuan ketetapan yang dapat diterima oleh auditor (A) berdasarkan pertimbangan auditor, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: & '( )*, )* +! Penentuan besarnya sampel (n) -

12 ( )*. /0. 1 2, & Adjustment besarnya sampel karena auditor menghadapi finite population: Keterangan: UR = Standar deviasi normal untuk risiko keliru menolak yang diinginkan SD= Estimasi standar deviasi populasi N = Ukuran populasi n = Besarnya sampel populasi e. Menentukan metode pemilihan sampel Dalam menentukan sampel pemilihan sampel, auditor dapat memilih dengan menggunakan metode a. judgement sampling b. systematic sampling c. random sampling. f. Memeriksa sampel, dengan menghitung rata-rata saldo piutang dan standar deviasinya. g. Mengevaluasi hasil sampel Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor melakukan langkah-langkah berikut ini: 1. Menghitung standar error (SE) 6 7- Keterangan: SD = Standar deviasi sampel populasi N = Besarnya sampel populasi 2. Menghitung achieved precision (A ) Jika A tidak sama dengan A atau A lebih besar dari A, maka auditor kemudian menghitung A dengan rumus : &: & '4 ; ; 5 3. Menghitung expected audited value (EAV) atau pengambilan keputusan. EAV =X. N Keterangan: X = Rata-rata sampel populasi N = Besarnya populasi 4. Estimasi saldo piutang dan pengambilan keputusan, dengan menggunakan interval estimate: AV ± A atau AV ± A Keterangan: AV (Audited Value) A atau A = Nilai Audit = Cadangan Risiko Sampling BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1.

13 Gambaran Umum Koperasi Koperasi Karyawan XYZ memiliki struktur organisasi dan pembagian tugas. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Anggota Koperasi Karyawan XYZ sampai dengan 31 Desember 2010 beranggotakan 220 orang. Kemudian terdapat pengurus yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara, lalu badan pengawas yang terdiri dari ketua dan dua orang anggota, manajer dan karyawan koperasi yang terdiri dari bagian administrasi, umum, akuntansi atau pembukuan, dan fotokopi. Dalam menjalankan aktivitasnya Koperasi Karyawan XYZ memiliki usaha sebagai berikut: a. Simpan pinjam b. Menyediakan bahan-bahan kebutuhan pokok/gerambat. c. Pengadaaan barang yang meliputi pengadaan alat tulis kantor, pengadaan material umum dan pengadaan material listrik. d. Menyewakan peralatan kantor dan kendaraan. e. Pekerjaan jasa yang meliputi jasa kontruksi dan jasa lainnya. 4.2 Analisis Pengendalian Internal Koperasi Uraian Tugas Dalam Pelaksanaan Sistem Piutang di Koperasi Dalam pos piutang Koperasi Karyawan XYZ terdiri dari piutang PT. PLN (Persero) Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, piutang anggota simpan pinjam (XYZ), piutang anggota simpan pinjam (Niaga), piutang komputer, dan piutang lain-lain. Untuk mengelola piutang-piutang tersebut diperlukan pengendalian intern yang baik. Pengendalian intern yang digunakan dalam suatu entitas merupakan suatu entitas penting yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh suatu entitas. Oleh karenanya, sebelum auditor melakukan audit secara mendalam atas informasi yang tercantum dalam laporan keuangan, auditor harus memahami pengendalian intern yang diterapkan dalam suatu entitas. Dalam bab ini, penulis mencoba untuk menguraikan tugas dan fungsi pelaku struktur pengendalian intern koperasi yang berkaitan dengan piutang melalui wawancara yang dilakukan kepada pegawai koperasi yang bersangkutan. -Ketua, memimpin dan mengawasi pelaksanaan tugas anggota pengurus lainnya, serta mengkoordinir tugas karyawan koperasi seluruhnya dan memberikan otorisasi kredit dan pinjaman. -Sekretaris, mengelola dan memelihara buku daftar anggota, buku daftar pengurus, notulen rapat,hasil keputusan rapat dan bertanggung jawab dalam bidang admnistrasi koperasi baik internal maupun eksternal. -Bendahara, mengelola keuangan koperasi, bertanggung jawab dalam harta kekayaan koperasi, mengatur dan melaksanakan pengeluaran kas/ bank dan juga memberikan otorisasi kredit dan pinjaman -Bagian personalia, merupakan bagian dari perusahaan yang bekerja sama dengan koperasi karyawan, memberikan informasi kepada koperasi apabila anggota ingin melakukan pinjaman atau pembelian secara kredit. -Manajer, melaksanakan dan bertanggung jawab atas tugas operasional koperasi, pengelolaan administrasi dan keuangan koperasi salah satunya penjualan kredit dan pinjaman anggota, serta bertanggung jawab langsung kepada ketua. -Bagian administrasi, bertugas dan bertanggung jawab administrasi dan fomulir/dokumen penjualan tunai, kredit dan pinjaman anggota/debitur berdasarkan faktur penjualan dan pinjaman -Bagian umum, bertugas melayani kebutuhan barang-barang untuk anggota. -Bagian akuntansi/pembukuan, bagian ini bertugas dan mencatat transaksi penjualan tunai, kredit dan pinjaman anggota dan debitur berdasarkan faktur penjualan dan pinjaman ke dalam buku daftar piutang. -Bagian fotokopi, bertugas dan bertanggung jawab atas bukti-bukti transaksi untuk difotokopi lalu diarsipkan dan menjalankan jasa usaha fotokopi. Untuk piutang PT. PLN (Persero) Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, dan piutang lain-lain, PT. PLN (Persero) Tbk, Putra Tower Mandiri, dan instansi lainnya

14 dapat langsung menemui ketua dan bendahara koperasi. Setelah mendapatkan persetujuan dari pengurus, menajer akan langsung memproses pinjaman atau penjualan kredit yang diinginkan. PT. PLN (Persero) Tbk dan Putra Tower Mandiri atau instansi lainnya membayarkan cicilannya melalui Bank Mandiri Tbk. Setelah pembayaran, bank akan memberikan surat keterangan bahwa sudah membayar kepada koperasi Uji Kualitas Data Uji Validitas Untuk menguji pengendalian internal perusahaan, pertama-tama penulis melakukan uji validitas atas kuesioner. Adapun hasil pengujian validitas data menunjukkan hasil yang valid. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r hitung dengan r table sebesar 0,333. Apabila r hitung > r tabel, maka item dinyatakan valid. Penghitungan validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Setelah melakukan perhitungan, ternyata r hitung > r tabel, maka item dinyatakan valid (lampiran 2). Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Validitas No Responden r hitung r tabel 1 Ketua Sekretaris Bendahara Personalia Manajer Administrasi Umum Akuntansi Fotokopi Sumber:data pimer diolah 2012, hasil uji SPSS 17 for Windows Uji Reliabilitas Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen kuesioner dapat digunakan berkali-kali akan menghasilkan data yang konsisten (Sugiyono, 2009:172). Uji reliabilitas dilakukan dengan uji Split Half (Spearman Brown). Adapun menurut Sugiyono (2009) katagori penilaian reliabilitas adalah: Tabel 4.2 Standar Penilaian untuk Reliabilitas 0,90-1,00 reliabilitas tinggi 0,50-0,89 reliabilitas sedang 0,00-0,49 reliabilitas rendah Uji relibilitas dilakukan dengan uji Split Half (Spearman-Brown). Adapun sama seperti penghitungan validitas, penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows. Dikarenakan hasil penghitungan menunjukkan bahwa korelasi sebesar 0,716 (lampiran 3) dan apabila kita melihat tabel standar penilaian reliabilitas, maka dapat dikatakan kuesioner merupakan reliabel atau handal Analisis Sistem Pengendalian Internal Koperasi Pengendalian internal Koperasi Karyawan XYZ dilakukan dengan menggunakan alat uji berupa kuesioner (lampiran 1). Kuesioner ini kemudian dibagikan kepada 9 orang yang sebagai responden, dimana ke-9 orang tersebut yang bertanggung jawab berkaitan dengan penjualan kredit dan pinjaman, antara lain ketua, sekretaris, bandahara, bagian personalia, manajer, bagian administrasi, bagian umum, bagian akuntansi/pembukuan, dan bagian fotokopi. Setelah dilakukan uji reliabilitas dan validitas, langkah selanjutanya adalah menganalis hasil kuesioner. Berdasarkan jawaban atas kuesioner yang dibagikan penulis, selanjutnya penulis akan menghitung frekuensi setelah dilakukan perhitungan dan pengategoriaan jawaban mengenai sistem pengendalian intern umum, pengendalian intern penjualan, dan pengendalian intern piutang dari responden dalam bentuk presentase. Berdasarkan perhitungan, sistem pengendalian intern umum dengan presentase 66,67% masuk dalam kategori baik, pada lampiran sistem pengendalian intern penjualan dengan presentase 55,56% masuk dalam kategori baik, dan pada lampiran pengendalian intern piutang dengan presentase 55,56% masuk dalam kategori baik. Maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern secara keseluruhan di Koperasi Karyawan XYZ sudah berjalan dengan baik. Meskipun demikian, hasil dari analisis sistem pengendalian internal koperasi melalui media kuesioner terhadap sembilan responden yaitu ketua, sekretaris, bandahara, bagian personalia, manajer, bagian administrasi, bagian umum, bagian akuntansi/pembukuan, dan bagian fotokopi bisa dikatakan saling bertentangan karena dilihat dari variasinya jawaban responden sehingga penulis melakukan

15 observasi langsung sesuai pertanyaan di kuesioner. Dilihat dari hasil observasi langsung oleh penulis (lampiran 6) maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal umum, penjualan kredit, dan piutang telah berjalan dengan baik. 4.3 Analisis Penggunaan Metode Statistikal Sampling Penerapan Prosedur Attribute Sampling Penerapan prosedur attribute sampling ini berkaitan dengan penilaian pengujian keefektivitasan pengendalian intern atas piutang Koperasi Karyawan XYZ mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember Koperasi Karyawan XYZ memiliki ± 498 faktur dan jumlah sebanyak faktur tersebut tidak ada yang batal. Attribute yang akan diperiksa adalah mengenai ada tidaknya otorisasi dari pihak-pihak yang berwenang dalam hal proses persetujuan dan pemberian kredit, yaitu pemeriksaan faktur penjualan kredit dan pinjaman. Langkah-langkah penerapan prosedur attribute sampling sebagai berikut : a. Tentukan Desired Upper Precision Limit dan tingkat keandalan. Ini digunakan untuk menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang dapat diterima. Dari hasil evaluasi atas, struktur pengendalian intern piutang ditentukan tingkat keandalan dalam mempercayai efektivitas pengendalian intern yang ada pada Koperasi Karyawan XYZ adalah sebesar 95%. Batas ketepatan tertinggi atau Desired Upper Precision Limit ditentukan sebesar 5%. b. Penentuan sampel minimum yang akan diperiksa. Berdasarkan tingkat keandalan 95% dan DUPL 5% maka selanjutnya perlu menentukan besarnya sampel minimum yang harus diambil dengan bantuan Tabel Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian. Sampel minimum yang akan diambil diperoleh dengan cara menentukan titik potong baris DUPL yaitu sebesar 5% dengan kolom tingkat keandalan yaitu 95%. Tabel 4.3 Besarnya Sampel Minimum untuk Pengujian Pengendalian Acceptable Sample Size Based on Upper Confidence Levels Precision 90% 95% 97,5% Limit 10% (Sumber : Mulyadi, 2002) Dari hasil di atas diperoleh bahwa sampel minimum adalah sebayak 60 sampel yang menjadi sampel pemeriksaan awal. c. Membuat Tabel Stop-or-go Decision Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel didapat tingkat kesalahan = 0, maka diperoleh AUPL = DUPL = 5%. &)<= &)<= >?-@AB -C D E B FA B DA!+ADA /!IJD FAK -C?+F E B L MN = 0,05=5% Atas hasil tersebut, maka pengambilan sampel dengan menggunakan attribute sampling model stop-or-go decision dapat dihentikan. Berdasarkan langkah di atas, tabel stop-or-go decision dapat disusun berdasarkan pengujian terhadap anggota sampel yang ada. d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel Dari hasil pemeriksaan terhadap 60 anggota sampel, maka dapat dikatakan sistem pengendalian intern atas piutang berjalan dengan efektif. Penilaian efektif ini berasal dari hasil DUPL = AUPL

16 Penggunaan Prosedur Variabel Sampling Dalam pengujian prosedur variabel sampling terhadap pengujian kewajaran saldo piutang Koperasi Karyawan XYZ yang akan dilakukan dengan menganalisis ketepatan dalam hal perhitungan jumlah saldo piutang. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pengambilan sampel Pengambilan sampel ini ditujukan untuk menghitung saldo piutang yang terdapat dalam neraca pada tanggal 31 Desember 2010 dengan menggunakan rumus: EAV ± A EAV adalah expected audit value, yang dihitung dengan menggunakan rumus; EAV=X.N A adalah achieved precision. 2. Menentukan populasi (N) Analisis yang akan dilakukan penulis terhadap populasi, yaitu penganalisaan terhadap 322 anggota koperasi dan debitur yang menjadi populasi dalam penelitian penulis. 3. Menentukan sampling unit Dalam pengujian substantif ini penulis memilih saldo piutang yang terdapat dalam komputerisasi pada buku pembantu piutang. 4. Menentukan besarnya sampling (n) Langkah dalam penentuan besarnya sampling (n) adalah sebagai berikut: a. Penentuan standar deviasi (SD) populasi Jika unsur-unsur dalam populasi sangat bervariasi, hal ini akan ditunjukkan oleh besarnya standar deviasi. Semakin besar standar deviasi suatu populasi, maka semakin besar unsur populasi yang harus diambil sebagai anggota sampel, agar sampel tersebut cukup mewakili karakteristik populasi. Untuk menentukan taksiran standar deviasi, penulis mengambil sampel sebanyak 30 sampel sebagai sampel pendahuluan. Tiga puluh sampel pendahuluan diambil dari masing-masing 30% populasi dari piutang PT. PLN Persero Tbk, piutang Putra Tower Mandiri, piutang anggota simpan pinjam XYZ, piutang anggota simpan pinjam Niaga, piutang komputer, dan piutang lain-lain. Penentuan jumlah sampel ini didasarkan pada aturan dan ketentuan statistik yaitu sebanyak 30 sampel dalam penggunaan statistik parametik. Perhitungan standar deviasi atas 30 sampel pendahuluan. b. Tingkat risiko yang ditanggung oleh auditor (UR dan Z beta) Menerima atau menolak suatu jumlah yang dihasilkan oleh suatu sampel memiliki dua macam risiko yaitu kekeliruan alfa atau risiko keliru menolak dan risiko Z beta atau risko keliru menerima. Kesalahan alfa (alpha error) atau risiko alfa (alpha risk) ditentukan dengan menetapkan tingkat kepercayaan (reliability level) yang telah ditetapkan oleh auditor berdasarkan pertimbangan, biasanya pemeriksaan tambahan, atau adjustment terhadap saldo keliru dalam menolak suatu saldo akun. Tingkat keandalan pada risiko keliru menolak (UR) atau sering disebut risiko (1- ). Di mana tingkat keyakinan (reliability level) sebesar 95% maka risiko keliru menolak adalah 1-95% = 5% atau 0,05. Faktor keandalan pada risiko menolak ditetapkan dengan menggunakan tabel Z. Tabel Z memuat angka-angka yang menunjukkan baris dan kolom, serta angka-angka pada perpotongan baris dan kolom. Angka-angka pada perpotongan baris dan kolom menunjukkan nilai {(1- )/2}. Jika tingkat keandalan 95% atau 0,95, maka {(1-0,95)/2}=0,025. Z alfa adalah nilai kurva normal standar yang meliputi daerah 0,5-0,025= 0,475 sehingga apabila kita lihat pada tabel Z, akan ditemukan angka 1,96. Berdasarkan hasil yang diperoleh atas pengujian internal control koperasi karyawan yang dinilai telah memiliki suatu sistem pengendalian intern yang berjalan dengan baik dan efektif, namun tidak menutup kemungkinan bahwa sistem pengendalian internal yang baik dapat mendeteksi kekeliruan yang material atau kekeliruan yang dapat diterima oleh auditor secara tepat. Maka auditor menetapkan risiko audit (R) yang akan ditanggung sebesar 5%. Penulis meletakkan kepercayaan moderat terhadap struktur pengendalian intern dalam mendeteksi kekeliruan material maka risiko bawaan (IC) ditetapkan 20% karena pengendalian internal yang

17 diterapkan telah berjalan dengan baik. Penulis meletakkan kepercayaan moderat terhadap review analitik dan pengujian substantif rinci dalam mendeteksi kekeliruan material maka risiko pengendalian (AR) ditetapkan 80%. Dengan demikian kesalahan beta atau risiko beta ( beta menerima) secara kuantitatif dapat dihitung sebagai berikut: O PQ RSTU VW NW X YNW NZL V Z beta adalah nilai kurva normal yang meliputi daerah 0,5-0,3125 = 0,1875. Dengan demikian Z beta adalah daerah seluas 0,1875 dengan menggunakan table Z adalah 0,49. c. Penentuan materialitas yang dialokasikan kepada objek yang diperiksa (M) Auditor memperkirakan besarnya kekeliruan dalam populasi yang dianggap material. Dalam penentuan materialitas ini didasarkan atas pertimbangan penulis yaitu sebesar 6% dari total pendapatan. Hal ini disebabkan, penulis berkeyakinan bahwa sistem pengendalian piutang baik, jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi sekaligus bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan. Sehingga penulis berani mengambil risiko besar terhadap tingkat materialitas sehingga yang diambil lebih tinggi dari biasanya. Maka diperoleh M sebesar 6% x Rp = Rp ,48 d. Penentuan ketepatan yang dapat diterima oleh auditor (A) Besarnya ketepatan (acceptable precision) dipengaruhi oleh besarnya kekeliruan yang mempengaruhi secara material, yaitu besarnya risiko alfa dan risiko beta. Sehingga dapat dihitung sebagai berikut: & [ Y\. NV. Y. YZ]Y ( Z\M, Z\M NZ]\ A= Rp ,72 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan besarnya penyimpangan dari saldo populasi piutang yang masih dapat diterima oleh auditor adalah sebesar Rp ,72 e. Penentuan besarnya sampel (n) Penentuan besarnya sampel dalam metode statistikal sampling secara matematis dapat dihitung sebagai berikut: Z\MXL.YN.M ^Z^YXL ( V.LM]. N Z^ 2,.L\\. YL.L ]ZV 2 (, V.LM]. N Z^ 251, Adjusment karena populasi dalam penelitian terbatas -_ 4

18 V Z VM]\NV V Z VM]\NV 5 L = 141, = 141 Dari perhitungan diatas besarnya sampel terpilih adalah sebanyak 141 sampel dari 322 populasi yang ada. 5. Menentukan metode pemilihan sampel Metode pemilihan sampel yang digunakan oleh penulis adalah random sampling atau sampel secara acak dengan bantuan tabel angka acak, karena metode ini menjamin semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. 6. Memeriksa sampel Prosedur pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa anggota sampel terpilih adalah sama dengan pemeriksaan sampel pendahuluan, yaitu auditor menghitung rata-rata saldo sampel terplih dan menghitung standar deviasi dari sampel tersebut. Berdasarkan pengambilan sampel terpilih sebanyak 141 sampel piutang para anggota dan debitur, maka perhitungannya diperoleh rata-rata saldo sebesar Rp ,14 dan standar deviasi sebesar Rp , Mengevaluasi hasil sampel Evaluasi terhadap hasil pemeriksaan sampel dilakukan oleh penulis secara kuantitatif, dalam mengevaluasi hasil sampel dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Menghitung standard error (SE) Dari hasil sampel sebanyak 141 sampel piutang, maka dihitung SE sebagai berikut: 6 ( [. M. N ZYM 7 ], = Rp ,68 b. Menghitung achieved precision (A ) Achieved precision dihitung dengan cara sebagai berikut: 8 Z\M ` ] ` [. M. N ZYM 7 ] ] L A = Rp ,92 c. Dikarenakan A tidak sama dengan A, maka penulis menghitung A 8: [ \..Y YZ\ [ Y\. NV. YZ]Y ( [ \..Y YZ\, [ V.LM]. N Z^

19 A = Rp ,69 d. Menghitung expected audit value EAV= Rp ,14 x 322 EAV= Rp ,67 e. Estimasi saldo piutang dalam populasi dengan menggunakan interval estimate, sebagai berikut: AV±A = Rp ,67 ± Rp ,69 = Rp ,98 sampai Rp ,36 Berdasarkan dari perhitungan yang telah dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa nilai interval Rp ,98 sampai Rp ,36 berisi saldo piutang koperasi karyawan XYZ sudah sewajarnya. Ternyata saldo piutang yang tercantum di dalam neraca sebesar Rp , berada di dalam interval presisi dan selisih antara saldo piutang dengan nilai audit adalah sebesar Rp ,36 ( Rp Rp ,64) berada dibawah tingkat taksiran kekeliruan maksimum yang dianggap material dalam populasi, yaitu sebesar Rp ,48. Maka penilaian kuantitatif mengambil kesimpulan bahwa saldo piutang pada penejelasan pos-pos neraca per 31 Desember 2010 menunjukkan saldo yang sewajarnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian atas nilai piutang pada Koperasi Karyawan XYZ dengan menggunakan statistikal sampling, yaitu dengan menggunakan prosedur attribute sampling dan prosedur variabel sampling, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Dari hasil pembagian kuesioner atas sistem pengendalian intern umum, penjualan kredit, dan piutang dan observasi langsung oleh penulis serta dilakukan analisis dengan menggunakan sistem tabulasi dengan attribute sampling, diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian intern umum, penjualan kredit dan piutang pada Koperasi Karyawan XYZ telah berjalan dengan baik. b. Dengan menggunkan prosedur variabel sampling, dalam melakukan pengujian terhadap kewajaran saldo piutang, diperoleh bahwa saldo piutang yang tercantum dalam neraca menunjukkan saldo yang sewajarnya. 5.2 Saran Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang dilakukan, maka penulis memberikan saran kepada auditor untuk menggunakan metode statistikal sampling dalam melakukan pengujian, karena dengan menggunakan metode tersebut akan menghasilkan sampel yang lebih representatif. Dan sebaliknya pengujian dengan metode ini dilakukan oleh auditor yang berpengalaman, karena pengujian ini membutuhkan pertimbanganpertimbangan untuk mengindentifikasi item-item yang penting DAFTAR PUSTAKA Afrianti, Nur Fitri. November Arti Koperasi. Agoes, Sukrisno Auditing I. FEUI : Jakarta Baridwan, Zaki Intermediate Accounting. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta Hakim, Abdul Statistika Deskriptif. Ekonisa : Yogyakarta Halim, Abdul Auditing (Dasar- Dasar Audit Laporan Keuangan). UPP STIM YKPN Yogyakarta : Yogyakarta Hartadi, Bambang Auditing. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta Ikatan Akuntansi Indonesia Standar Akuntansi Keuangan Per 1 Juli Salemba Empat : Jakarta Indrianto, Nur. Bambang Supomo Metodologi Penelitian. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta Mulyadi Auditing. Salemba Empat : Jakarta Mulyadi Sistem Akuntansi. Salemba Empat : Jakarta Munawir, H.S Auditing Modern I. BPFE Yogyakarta : Yogyakarta Puspita, Eni Penerapan Statistikal Sampling dalam Pemeriksaan Piutang Dagang pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Cabang Bandar Lampung. Skripsi progam S-1. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Lampung : Bandar Lampung. Rudianto Pengantar Akuntansi. Erlangga : Jakarta Saputri, Utami Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Piutang Terhadap Kelancaran Penerimaan Piutang Pada Koperasi Karyawan Omedata (KKO). Skripsi progam S-1. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Universitas Pendidikan Indonesia :

20 Bandung. Sugiyono Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta : Bandung

21

ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK

ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK ANALISIS PENILAIAN KEWAJARAN SALDO PIUTANG (STUDI KASUS PADA KOPERASI KARYAWAN XYZ) ABSTRAK Oleh: WENDRA MARTHA NPM : 0811031058 Tlpn : 085269467876 Email : wendramartha@yahoo.co.id Pembimbing I : Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO 1 MODUL VI / TATAP MUKA KE-6 SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS : Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Variable sampling untuk pengujian terinci atas saldo uji hipotesis

Lebih terperinci

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif BAB 10 Variable Sampling untuk Pengujian Substantif Soal Latihan Hal 305 306 1. Jelaskan perbedaan attribute sampling dengan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk menguji efektivitas pengendalian

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Laporan keuangan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatankegiatan perusahaan kepada

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

PENGUJIAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN

PENGUJIAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN PENGUJIAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BARANG DAGANGAN Safrina Indah Yuliana, Muhammad Asrori Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof Soedharto Tembalang Semarang Email: asrori007@yahoo.com

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih.

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis,

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI

EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN KONSINYASI Studi Kasus pada Perusahaan Batik DIA-DIO Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Auditor dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan, terlebih dahulu harus memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern yang

PENDAHULUAN Auditor dalam melakukan audit terhadap laporan keuangan, terlebih dahulu harus memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern yang PENERAPAN ATTRIBUTE SAMPLING PADA PENGUJIAN KEPATUHAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP TRANSAKSI PEMBELIAN (Studi Kasus Hotel Sahid Raya Yogyakarta) Lucyani Meldawati Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 322 PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber: PSA No. 33 PENDAHULUAN 01 Auditor mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup

Lebih terperinci

Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba.

Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba. DEFINISI SAMPLING Sampling (kamus) : Kelompok orang/barang yg dipilih untuk mewakili kelompok yang lebih besar Barang contoh yg ditawarkan untuk dicoba. Sampling (audit) adalah pemeriksaan atas sedikit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menjelang era globalisasi banyak perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar lagi. Dalam mengembangkan usahanya, baik perusahaan perseorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntan. KAP Bayudi Watu dan Rekan

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun 1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

Standar Audit SA 530. Sampling Audit SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaanperusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN SA Seksi 317 UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN Sumber: PSA No. 31 PENDAHULUAN 01 Seksi mengatur sifat dan lingkup pertimbangan yang harus dilakukan oleh auditor independen dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN. Annisa Lucia Kirana

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN. Annisa Lucia Kirana PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN (Pada Kantor Akuntan Publik Komisariat Wilayah Bandung) Annisa Lucia Kirana Universitas Komputer Indonesia Abstrak

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka Salah satu fungsi dari akuntan publik adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

Lebih terperinci

Standar audit Sa 500. Bukti audit

Standar audit Sa 500. Bukti audit Standar audit Sa 500 Bukti audit SA paket 500.indb 1 Standar Audit Standar audit 500 BuKti audit (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk dimulai pada atau setelah tanggal: (i) 1 Januari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 500. Bukti Audit

Standar Audit SA 500. Bukti Audit SA 00 Bukti Audit SA paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 00 BUKTI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA BUKTI AUDIT Akuntansi Pemeriksan I Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Perbedaan Bukti audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah Karakteristik Bukti untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, dan Audit atas Laporan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang sedang ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengakibatkan semakin berkembangnya berbagai bidang usaha. Ketatnya persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin Berkembangnya Perekonomian di dunia saat ini tentunya menuntut semua perusahaan yang telah berdiri cukup lama agar tetap mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

FANY OCTAFIA OFFERING L

FANY OCTAFIA OFFERING L MATERIALITAS SOAL 1. Menurut anda, apa fungsi dari penentuan materialitas oleh auditor pada saat perencanaan audit? 2. Bagaimana hubungan antara meterialitas dan bukti audit? 3. Dalam konsep penentuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III METODOLOGI ANALISIS 59 BAB III METODOLOGI ANALISIS 3.1 Kerangka Pemikiran Pembahasan tesis ini, didasarkan pada langkah-langkah pemikiran sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi objek pajak perusahaan dan menganalisis proses

Lebih terperinci

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No. SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH Sumber: PSA No. 62 PENDAHULUAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini berisi standar untuk pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas. Pengertian Penendalian Intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas. Pengertian Penendalian Intern BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem pengendalian inter adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Audit Internal Audit internal muncul pertama kali dalam dunia usaha sesudah adanya audit eksternal. Faktor utama diperlukannya audit internal adalah meluasnya rentang kendali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku 5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan baik milik negara maupun swasta sebagai suatu pelaku ekonomi tidak bisa lepas dari kondisi globalisasi ekonomi dewasa ini. Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 28 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Moh. Nazir (2008;56), objek merupakan sesuatu yang dibicarakan dan yang dipikirkan sesuatu yang menjadi perhatian. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Audit Definisi auditing menurut Jusup (2014:10) adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Akuntansi Pengertian sistem akuntansi (Mulyadi:2010) adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN DAN EFEKTIVITAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA CV ANDI OFFSET YOGYAKARTA

ANALISIS PENERAPAN DAN EFEKTIVITAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA CV ANDI OFFSET YOGYAKARTA Analisis Penerapan dan... (Irfan Adhi Shakti)1 ANALISIS PENERAPAN DAN EFEKTIVITAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA CV ANDI OFFSET YOGYAKARTA ANALYSIS OF APPLICATION AND EFFECTIVENESS OF PAYROLL ACCOUNTING

Lebih terperinci

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Financial Accounting Standard Board

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Dalam melakukan evaluasi perencanaan audit pada KAP Achmad, Rasyid, Hisbullah & Jerry, langkah awal yang penulis lakukan adalah dengan membuat permohonan izin kepada pihak KAP

Lebih terperinci

1.1 Pengertian Auditing

1.1 Pengertian Auditing 1.1 Pengertian Auditing Secara umum Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan - pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian Laporan Keuangan menurut Kasmir (2012:7), laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana kita ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam operasi perusahaan. Keuntungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terdapat berbagai fungsi yang saling terkoordinasi. Struktur organisasi tersebut

PENDAHULUAN. terdapat berbagai fungsi yang saling terkoordinasi. Struktur organisasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja atau Paroki memiliki struktur organisasi yang didalamnya terdapat berbagai fungsi yang saling terkoordinasi. Struktur organisasi tersebut diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana penulis ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

II.LANDASAN TEORI. terjadi demi berlangsungnya hidup perusahaan. Tanggung jawab atas keamanan aktiva perusahaan, kesalahan-kesalahan dan

II.LANDASAN TEORI. terjadi demi berlangsungnya hidup perusahaan. Tanggung jawab atas keamanan aktiva perusahaan, kesalahan-kesalahan dan 5 II.LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Intern Berdirinya sebuah perusahaan harus disertai dengan terbentuknya manajemen yang handal dan dapat menjamin lancarnya operasional, baik itu pengamanan

Lebih terperinci

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI

AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Audit atas Estimasi Akuntansi SA Seksi 342 AUDIT ATAS ESTIMASI AKUNTANSI Sumber: PSA No. 37 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti audit kompeten

Lebih terperinci

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit. SA Seksi 722 INFORMASI KEUANGAN INTERIM Sumber : PSA No. 73 PENDAHULUAN 01. Seksi ini memberikan pedoman mengenai sifat, saat, dan lingkup prosedur yang harus diterapkan oleh akuntan publik dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern. Pada umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan fungsi-fungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern. Pada umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan fungsi-fungsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Struktur Pengendalian Intern 1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern Pada umumnya setiap perusahaan dalam menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat dalam perusahaan memerlukan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban Daftar Pertanyaan Petunjuk Pengisian Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban yang disediakan dengan singkat dan jelas dan sandainya Bapak/Ibu berkeberatan mencantumkan

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL

AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL AUDIT SIKLUS AKUISISI MODAL DAN PEMBAYARAN KEMBALI MODAL Siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, berfokus pada akuisisi sumber daya modal melalui utang berbunga dan ekuitas pemilik dan pembayaran

Lebih terperinci

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai

Standar Audit SA 330. Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA 0 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai SA Paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 RESPONS AUDITOR TERHADAP RISIKO YANG TELAH DINILAI (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi perekonomian Indonesia pada umumnya menyebabkan peningkatan pesat tuntutan masyarakat atas mutu dan jenis jasa profesi akuntan publik sehingga

Lebih terperinci

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN Pengendalian Intern : Rencana organisasi dan semua metode, prosedure serta kebijaksanaan, yang terkoordinasi dalam suatu unit usaha, dengan tujuan : a. Mengamankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya dunia usaha sekarang ini, maka persaingan diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai usaha agar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Audit Audit atas laporan keuangan diperlukan untuk menghindari ketidakakuratan suatu laopran baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Proses

Lebih terperinci

Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian

Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Pengauditan 1 Bab 10 Sampling Audit dalam Pengujian Pengendalian Referensi: Jusup, Al. Haryono (2001). Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN Dosen: Dhyah Setyorini, M.Si. Konsep-konsep

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT SA Seksi 325 KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT Sumber: PSA No. 35 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan untuk mengidentifikasi dan melaporkan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN PADA PT. ARTA BOGA CEMERLANG CABANG MAJALENGKA

PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN PADA PT. ARTA BOGA CEMERLANG CABANG MAJALENGKA PENGARUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI TERHADAP EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN PADA PT. ARTA BOGA CEMERLANG CABANG MAJALENGKA Oleh ROBI MAULANA M *) Email : maulana_robi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN Sumber: PSA No. 29 Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN 01 Seksi ini berlaku untuk laporan auditor yang diterbitkan berkaitan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Bp/ Ibu/ Sdr dimohon untuk mengisi data demografi pada kotak di samping pertanyaan atau memberikan tanda ( ) pada tempat yang telah disediakan : Nama Responden : Nama KAP : Jenis Kelamin

Lebih terperinci

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK

Chapter 7 MATERIALITY AND RISK Chapter 7 MATERIALITY AND RISK TUJUAN : 1. Menerapkan konsep materialitas dalam audit 2. Membuat penilaian awal mengenai berapa jumlah yang dianggap material 3. Mengalokasikan materialitas awal ke setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah perusahaan dagang dimana aktivitas penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN SA Seksi 319 PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN Sumber : PSA No. 69 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang pertimbangan auditor atas pengendalian intern klien

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses bisnis merupakan seperangkat aktivitas yang dilakukan oleh suatu bisnis untuk memperoleh, menghasilkan, serta menjual barang dan jasa (Rama dan Jones, 2011:3-4).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit adalah jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan dilaksanakan oleh seorang auditor yang sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN IV.1 Perbandingan Perlakuan Akuntansi PT Aman Investama dengan Perlakuan Akuntansi SAK ETAP Setelah mendapatkan gambaran detail mengenai objek penelitian, yaitu PT Aman Investama.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agustus 1993 dengan no izin praktik SI-1416/MK.17/1993, Kemudian

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agustus 1993 dengan no izin praktik SI-1416/MK.17/1993, Kemudian BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah KAP Wartono KAP Wartono mendirikan izin praktik pada tanggal 31 Agustus 1993 dengan no izin praktik SI-1416/MK.17/1993, Kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi menuntut pertumbuhan perekonomian khususnya dunia usaha untuk semakin maju lebih efektif. Semakin maju dunia usaha dan semakin berhasilnya perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan perdagangan bebas seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kegiatan usaha dan perdagangan

Lebih terperinci

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang Pada Standar Pekerjaan Lapangan #1 (PSA 05) menyebutkan bahwa Pekerjaan (audit) harus direncanakan sebaik-baiknya, dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya Perencanaan audit meliputi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem O Brien, James A.(2010:32) mendefinisikan Sistem adalah sekelompok elemen yang saling berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk kesatuan Gelinas, U. J.

Lebih terperinci